Anda di halaman 1dari 24

BAB V

PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

1. PERENCANAAN TATA RUANG


Areal yang akan dibuka harus mengikuti Blue Print yang telah disetujui oleh
BOD dan BOC. Dalam rangka pembukaan lahan harus menggunakan prinsip
tanpa bakar (zero burning).
Tata ruang disusun berdasarkan hasil survey kesesuaian lahan yang mencakup
rencana :
 Sebelum pembukaan lahan harus memenuhi izin legal.
 Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung keluar dan masuk lokasi.
 Batas kebun dan batas kerja kontraktor.
 Lokasi bibitan.
 Outlet drainase berdasarkan kondisi lahan (darat, rawa, bukit dan sungai ).
 Pembagian blok berdasarkan kondisi lahan. Luas setiap blok 30 ha untuk Inti
/KKPA,perubahan atas luasan blok KKPA harus mendapat izin dari BOD.
 Lokasi pemukiman karyawan, kantor, pabrik dan bangunan lainnya.

2. BLOCK DESIGN
Pedoman dalam pembuatan blok dan jalan di areal datar :
 Berdasarkan peta rencana blok, dilakukan kegiatan rintis Main Road (MR)
arah Timur- Barat dan Collection Road (CR) arah Utara - Selatan dengan
menggunakan Theodolite (T0)
 Panjang antar MR (panjang blok ) adalah 1.000 m dan antar CR (lebar blok)
adalah 300 m
 Lebar MR = 9 m dan CR = 7 m
 Blocking ditentukan berdasarkan batas jalan dan luasnya 30 ha.
3. PEMBUATAN JALAN
 Penjelasan mengenai pembuatan jalan lihat butir Pembuatan Jalan Bab IV
Point 3
4. PEMBUKAAN EKS HUTAN MINERAL / GAMBUT
4.1. Imas
 Mengimas merupakan kegiatan memotong anak kayu dan tanaman meram-
bat lainnya yang berdiameter di bawah 10 cm dengan menggunakan parang
dan kampak. Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan serendah
mungkin atau dekat dengan tanah.
 Tujuan mengimas untuk memudahkan penumbangan pohon dan pelaksanaan
perun mekanis. Areal semak belukar tidak perlu diimas, langsung dilakukan
perun mekanis.
 Vegetasi areal sepanjang aliran sungai harus dipertahankan dengan jarak 50
m dari bibir sungai kecil dan 100 m dari sungai besar (Riparian Reserve).

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 37


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

 Untuk daerah sepanjang aliran sungai diberi tanda ”Larangan tidak boleh
melakukan kegiatan apapun di sepanjang” Daerah Aliran Sungai” (DAS).

4.2.Tumbang
Penumbangan pohon dengan Chainsaw dapat dilakukan setelah diimas.

Tabel 4.2.1. Ketinggian tunggul maksimum berdasarkan diameter batang


Diameter batang Ditebang dari permukaan tanah maksimum
>10 - 15 cm 15 cm (serapat mungkin dengan tanah)
16 - 30 cm 25 cm
31 - 75 cm 50 cm
76 - 150 cm 100 cm
> 150 cm Ditebang pada batas antara akar penguat dengan batang utama

Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan :


 Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air dan jalan.
 Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang setengah
tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar
 Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai
pada waktu dilakukan perumpukan (perun mekanis).
 Penumbangan di lahan gambut dilakukan setelah minimum 6 bulan selesai
pembuatan outlet dan main drain serta telah terjadi penurunan permukaan
tanah

4.3. Perun Mekanis

Perun mekanis dengan menggunakan Bulldozer dan/atau Excavator


merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada
gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat.

abel 4.3.1. Jenis alat untuk perun mekanis

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 38


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

Posisi
Jenis Alat Vegetasi Topografi KerapatanKayu
Rumpukan
Buldozer Hutan sekunder, Gelombang, darat,
4 : 1 (arah T – B) Sedang - rendah
(min. D7) semak belukar datar
Buldozer Hutan sekunder Datar, gelombang
2 : 1 (arah T – B)
(min D7) Tinggi
Buldozer
(min D7) Hutan sekunder, Bukit, gelombang
Antar teras Tinggi - rendah
dan semak belukar
Excavator
Hutan sekunder, Rendahan, gambut
Excavator 2 : 1 (arah T – B) Tinggi - rendah
semak belukar

4.3.1. Pancang Jalur Rumpukan


Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan
batang dan berada digawangan mati
Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya
mudah dilihat oleh Operator Excavator/Bulldozer. Setiap jarak
± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6-8
pancang pembantu dalam jaluran
Pada jarak 150 m inti/plasma/KKPA dibuat tanda tidak boleh
dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan
lebar ± 4 m, demikian juga dari pinggir jalan tidak ada
rumpukan dengan lebar ± 4 m.

4.3.2. Pelaksanaan Perun Mekanis


 Posisi Bulldozer atau Excavator berada di gawangan hidup,
kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu-kayu diatur
dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit
dan harus diletakkan rata di permukaan tanah
 Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau
Bulldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah
dan/atau pisau dipasang gigi

4.3.3. Cincang Jalur


4.3.3.1. Kegiatan yang dilakukan pada areal datar
a. Membebaskan jalur tanam dari kayu dengan
memotong kayu-kayu yang masih melintang pada
jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan
b. Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol
selebar 4 m arah Utara- Selatan harus bebas dari kayu

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 39


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

c.Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan sebagai


berikut :
 Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio
rumpukan 2:1
Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan,
ratio rumpukan 4:1
Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal
2m
4.3.3.2. Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit
 Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti arah
kontur, kayu-kayu yang melintang pada jalur kontur
tanaman harus dipotong dan disusun di jalur
rumpukan
Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan
diserahkan kepada kebijaksanaan COO. Perhatian
utama titik tanam harus bebas dari kayu.
4.4.Lalang
4.4.1. Sistem Kimiawi
Eridikasi atau pembasmian lalang dapat dilakukan secara kimia
yaitu menggunakan glifosat / sulfosat dengan dosis anjuran antara
6-10 liter per hektar blanket tergantung kondisi lalang dan kualitas
air.
Tabel 4.4.1.1. Kegiatan Pembasmian lalang

Kegiatan Dosis/Ha Waktu


Semprot total 6 llt/ha blanket awal pembukaan areal
Spot spraying 1 6 ltr/ha & vol % 3 minggu setelah semprot total
Spot spraying 2 6 ltr/ha & vol % 4 minggu setelah spot spraying 1
Initial wiping 0,05 ltr/ha/rotasi 4 minggu setelah spot spraying 2
FolIow-up wiping 0,05 ltr/ha/rotasi dilanjutkan 2 rotasi lagi dengan jarak
4 minggu per rotasi
dilakukan setelah follow up wiping
Routine wiping 0,05 ltr/ha/rotasi
rotasi ke 2 dengan rotasi 3 bulan sekali

□ Pembasmian lalang secara kimiawi dapat dilakukan dengan


menggunakan alat Mist Blower.. Penggunaan alat ini dapat
dilakukan untuk areal yang datar dan telah dibersihkan dari
batang-batang kayu sewaktu perun mekanis. Dengan alat ini dapat

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 40


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

dikurangi kebutuhan tenaga kerja dibanding apabila areal lalang


tersebut disemprot dengan hand sprayer.

4.5. Replanting

Harus dilakukan sensus pohon yang masih hidup, pohon tumbang, dan titik
kosong dengan menggunakan stiple card (Form sensus),

Gambar 4.5.1
Form Sensus Replanting

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 41


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

4.5.1.Areal Non Ganoderma


Sistem Chipping
Sebelum melakukan chipping dilakukan peracunan pada pokok
yang akan dichipping tersebut dengan Paraquat 2 x 100 cc di kiri
kanan batang. Chipping dilakukan setelah mahkota layu dan
kering (± 2 bulan). Sistem ini menggunakan Excavator yang
dilengkapi dengan chipping bucket untuk mencacah batang
menjadi bagian kecil sehingga cepat kering dan lapuk
Pelaksanaan sistem ini dilakukan dengan cara :
a. Membuat pancang untuk menentukan jalur rumpukan
dengan ratio 2:1. Pancang di dalam jalur dipasang setiap
50 m
b. Membongkar pohon yang masih tegak sampai ke akar-
akarnya dan selanjutnya lubang bonggol ditutup kembali
dengan tanah baru
c. Mencacah (chipping) mahkota daun, batang dan bonggol
dengan tebal maximum 12 cm dan panjang 60 cm. Hasil
chipping disebar merata di gawangan mati minimum 1
meter dari jalur tanam
d. Mencacah (chipping) tetap dilakukan apabila terdapat
pohon yang mati dan dibuat lubang seperti di point b dan c
di atas.

4.5.2. Areal Ganoderma

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 42


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

Kegiatan sebelum replanting


a.Semua titik kosong dengan/tanpa bonggol dan pokok yang
terinfeksi serta sudah tidak produktif harus ditumbang,
digali, dibajak dan dijemur (ekspose) matahari setahun
sebelum replanting
b.Apabila ada ≥ 10 titik tanam yang mengelompok (termasuk
bonggol yang lama) maka harus dibajak 2 kali, jika < 10
titik tanam maka cukup digali saja

4.6. Pancang dan Kerapatan Tanam


 Pancang titik tanam dilakukan sesudah dibuat layout MR dan CR, agar
arah barisan tanaman dapat dibuat rapi
 Pembuatan pancang tanam diawali dengan pemasangan pancang kepala

4.6.1.Pancang dan Tanam Areal Datar sampai Berombak


 Pada areal datar sampai berombak, pancang kepala dipasang
dengan jarak antar pancang 500 m memanjang blok dan setiap 100
m searah lebar blok
 Di antara pancang kepala dipasang anak pancang. Jarak antar anak
pancang di areal datar sampai berombak ditentukan berdasarkan
kerapatan tanamannya
 Pola tanam segitiga sama sisi. Kerapatan tanaman per hektar
didasarkan pada kondisi lahan dan pola pengelolaan .

4.6.2.Pancang dan Tanam Areal Berbukit (Violle Lining System)


 Sebelum kegiatan pancang tanam dilakukan, terlebih dahulu
diawali pembuatan teras kontur
 Dalam pembuatan teras kontur, jarak horizontal antara teras kontur
akan bervariasi tergantung dengan perbedaan lereng. Idealnya,
jarak horizontal antara teras kontur rata-rata 9 m .
 Untuk tidak membingungkan Operator Bulldozer, warna pancang
dari setiap teras harus berbeda supaya tidak terjadi berpotongan
pembuatan teras dari level satu ke lainnya.
 Apabila jarak antara pancang teras kurang dari 7 m, maka
pemancangan untuk pembuatan teras harus dihentikan dan diberi
rambu silang. Sebaliknya jika jarak antara pancang teras lebih
dari 12 m, maka harus dibuat anak teras dengan cara menambah
jalur pancang anak teras dengan warna pancang yang berbeda

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 43


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

 Untuk mendapatkan kerapatan tanaman yang merata dan standar,


perlu dilakukan penyesuaian jarak tanam sepanjang teras kontur

4.6.2.1. Penentuan Base Line


Base line adalah pancang kepala yang merupakan pedoman
awal dalam melakukan leveling teras. Pembuatan base
line adalah sebagai berikut :
 Base line dikerjakan bukit per bukit
 Cari kemiringan rata-rata dimana tidak terlalu datar dan
tidak terlalu terjal
 Pemancangan dimulai dari lokasi/bukit tertinggi
sampai ke kaki bukit dengan jarak antar pancang 9 m
horizontal dengan bantuan Theodolite
 Pancang base line diberi warna merah, hijau dan biru
berulang-ulang dari pancang awal sampai pancang
terakhir di kaki bukit

Gambar 4.6.2.1.1. Base Line


.
.

Jarak pancang
9 m horizontal

Pancang

.
4.6.2.2.Penentuan pancang teras (leveling)
 Pancang teras pertama dimulai dari pancang base line
pada kemiringan 9° (derajat)
 Pembuatan pancang teras menggunakan “Engrang”
yang dilengkapi dengan waterpass/bandolan, dimana
tiap 3 kali Engrang (± 9 m) diberi pancang

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 44


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

 Warna pancang teras sesuai dengan warna pancang


base line, misalnya pada base line berwarna merah,
maka untuk teras tersebut adalah pancangnya
berwarna merah, dan seterusnya.
 Warna pancang teras dibedakan dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya perpotongan antara teras oleh alat
berat pada saat bekerja.
 Team Engrang terdiri dari 3 orang yaitu 2 orang memegang
Engrang dan 1 orang membawa pancang dan sekaligus
membaca waterpass/bandolan, memastikan posisi Engrang
sudah benar-benar datar
 Bila jarak pancang antar teras < 7 m, maka pemancangan
dihentikan dan diberi tanda “cross”(X)
 Sebaliknya jika jarak pancang antar teras >12 m, maka dibuat
pancang anak teras dengan warna pancang yang berbeda
 Pancang akan menjadi “As” teras pada saat “Bulldozer”
bekerja.

Gambar 4.6.2.2.1. Engrang


Waterpass/Bandolan

Kayu 2 x 1''
1,2 m

3m

4.6.2.3. Cara kerja alat berat


a.Buldozer harus mengikuti pancang teras sesuai warna
yang ada.
b.Pembuatan teras dengan lebar 4 meter dengan back drop
0,6 m.
4.6.2.4 Pemancangan Violle system model “L”

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 45


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

Bahan
a. Tali sling panjang 21 m
b. Cat (8 warna)
c. Kawat, paku
d. Batang, kayu
e. Pipa dan Elbow Paralon ½”
4.6.2.5. Cara Pembuatan ‘L’ Paralon
a. Potong Paralon panjang 20 cm
b. Buat lubang pada salah satu ujung paralon
c. Masukkan (lem) paralon ke dalam elbow model ‘L’
d. Sling dicat warna
e. Paku pada ujung batang kayu setiap 20 cm sebanyak 5 titik

Warna Batas Pengecatan Warna


Antar Teras (m) Titik Tanam (m)
Merah 7,00 – 7,50 17,39 - 17,43
Kuning 7,50 – 8,00 17,22 - 17,26
Hitam 8,00 – 8,50 17,14 - 17,18
Hitam 8,50 – 9,00 17,14 - 17,18
Biru 9,00 - 9,50 17,18 - 17,22
Ungu 9,50 – 10,00 17,27 - 17,31
Merah 10,00 – 10,50 17,39 - 17,43
Hijau 10,50 – 11,00 17,57 - 17,61
Putih 11,00 – 11,50 17,77 - 17,81
Coklat 11,50 – 12,00 17,99 - 18,03
Keterangan : *) diukur 1m dari ujung tali (jarak tanam dari lubang)

4.6.2.6. Cara kerja Violle system model “L”

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 46


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

 Satu team terdiri dari 3 orang. Orang ke-1 diteras atas


(tebing teras atas), orang ke-2 dan ke-3 di teras bawah
(orang ke-2 pegang “L”, orang ke-3 memancang)
 Jarak tanam pada teras pertama / paling atas dilakukan
secara manual dengan menggunakan alat ukur meteran
hingga selesai disepanjang teras. Jarak tanam pada teras ini
tergantung dari populasi per hektar yang dikehendaki.
 Orang ke-1 bertugas memastikan posisi ujung sling pada
tebing teras atas
 Orang ke-2 bertugas :
oMemastikan posisi sling tegak lurus
oPosisi elbow pada titik tanam teras bawahnya
o Menginformasikan warna sling yang terlihat di elbow
kepada orang ke-3
 Orang ke-3 bertugas memancang pada titik-warna yang
disebutkan orang ke-2
 Posisi sling senantiasa horizontall
 Pada teras tinggi dibantu batang kayu penyangga

Gambar 4.6.2.6.1. Cara kerja Violle system model “L”

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 47


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

4.6.2.7. Perhitungan Jarak Tanam


Untuk mendapatkan kerapatan tanamn per hektar sesuai
standar, maka perlu ditentukan jarak tanam di dalam kertas.
Contoh cara menghitung jarak tanam, jika jarak base line
antar teras = 9 m dan kerapatan pohon yang diinginkan =
136 per ha sbb :

1 ha = 10.000 m2 = 73,52 m2
136 pohon

Maka jarak tanam dalam teras = 73,52 m2 = 8,2 m


9m

4.6.3. Penanaman pada Teras dan Tapak Kuda


Titik tanam sekitar 1,0-1,2 m dari tebing teras. Penanaman pada tapak
kuda titik tanam harus berada 0,5 m dari tebing

4.6.4.Kerapatan tanam di Areal Lembah


Sawit yang ditanam pada areal lembah yang curam seringkali
mengalami etiolasi. Untuk itu titik tanam awal berjarak horizontal 9
m dari pohon terakhir yang ditanam di tebing dan jarak selanjutnya
mengikuti ketentuan standar

4.6.5.Pohon sawit yang terletak di Pinggir jalan / Pinggir Parit


Apabila titik tanam bertepatan pada jalan atau parit, maka harus
dipindahkan minimal 2 m arah timur - barat dari pinggir jalan atau
parit, dengan mempertimbangkan jarak pohon sawit yang berdekatan
minimal 6 m.

4.7. Sensus Sawit


Perhitungan pohon sawit secara fisik dilakukan setelah penanaman.

4.8. Konservasi Lahan


Berfungsi untuk :
a. Membantu pertumbuhan , pemeliharaan, dan panen yang efektif
b. Meminimalkan erosi dan aliran permukaan(Run Off)
c. Meningkatkan infiltrasi air
d. Menjaga atau mempertahankan kelembaban tanah
e. Mengupayakan agar tanaman memperoleh cahaya yang cukup

4.8.1. Teras Konservasi

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 48


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

Pada daerah dengan kemiringan 5º – 8°, teras konservasi dengan


lebar 2 m dibuat secara mekanis dengan jarak antar teras 35-50 m.
Tapak kuda dengan rorak dapat dibuat secara selektif jika
diperlukan

4.8.2.Teras Kontur
Pada daerah berbukit dengan kemiringan 9º – 22° dibuat teras
kontur dengan lebar 4 m secara mekanis

Gambar 4.8.2.1. Teras Kontur


Back drop (tebis teras)
Tanah timbun

4m

pohon

Back slope 10º s/d 12º

Note : Untuk mencegah erosi, setiap 50 m teras dibuat stop bund


4.8.3.Tapak Kuda Dengan Rorak
Pada bagian areal tertentu yang dapat ditanami tetapi tidak
memungkinkan dibuat teras kontur, maka harus dibuat tapak kuda
dengan lebar 2,5 m mengikuti kontur yang harus dikombinasikan
dengan rorak.

Gambar 4.8.3.1. Tapak Kuda Dengan Rorak


Tanah timbun
70 cm yang dipadatkan
70 cm

70 cm 2,5, m

Back slope 10º s/d 12º

4.8.4.Tanaman Konservasi

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 49


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

Tanaman Vertiver Grass sangat bermanfaat untuk mencegah erosi


karena perakaran yang dalam mencapai 3 m dan struktur
perakarannya sangat baik, terutama untuk teras-teras yang sudah
retak.
Pengembangan tanaman ini dilakukan dengan membagi rumpun
menjadi bagian kecil dan ditanam berjarak 50 cm. Agar
perkembangan lebih cepat dilakukan pemangkasan daun setinggi
25 cm setiap 3 bulan.

Gambar 4.8.4. Beberapa jenis tanaman Vertiver Grass

Pimping Aga Wangi

Serai
Gambar 4.8.5. Sistem Perakaran tanaman Vertiver Grass

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 50


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

4.9. Kacangan`
4.9.1. Persiapan Lahan untuk Tanam Kacangan
Jalur tanam kacangan harus bebas gulma. Penyemprotan herbisida
untuk areal lalang dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval 3
minggu, sedangkan areal non lalang cukup 2 kali dengan interval 4
minggu. Masalah gulma harus diselesaikan sebelum biji kacangan
mulai ditanam. Penanaman kacangan dapat dilakukan 2 minggu
setelah penyemprotan terakhir.

4.9.2. Tanam Kacangan Mucuna bracteata


4.9.2.1. Perbanyakan dengan Biji
a. Sebelum dilakukan penanaman biji harus disortir dan
dipisahkan antara biji yang bulat dan gepeng/keriput
b. Pengecekan biji dapat dilakukan dengan memotong
ujung biji dengan alat pemotong kuku, klasifikasi biji
setelah dilakukan perlukaan dibedakan sbb :
Benih bagus : Cotyledon berwarna putih
Benih sedang : Cotyledon berwarna coklat
Benih rusak : Cotyledon berwarna hitam, rusak
berlubang
c. Benih yang telah dilukai tidak boleh disimpan harus
ditanam pada hari yang sama
d. 1 kg Mb mengandung ± 6.000 benih. Kebutuhan benih
= 0,11 kg/ha (600 titik tanam per ha).
e. Benih yang baik harus memiliki persentase
perkecambahan minimal 65 %

4.9.2.2. Perbanyakan dengan Bibit (vegetatif)


 Sistem Stek
Sulur yang dipilih harus sulur dewasa dan berwarna hijau,
diambil 4 ruas dari pucuk. Tiap stek minimum terdiri dari 2
(dua) ruas, satu ruas ditanam dalam tanah
Sebelum ditanam di polybag, stek terlebih dahulu direndam
dalam hormon pertumbuhan akar (Rootone F)

 Sistem Rundukan

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 51


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

Perbanyakan stek bisa langsung dilakukan di lapangan,


caranya membuat lingkaran dengan menyatukan dua ruas
yang ditanam dalam kantong plastik. Harus ada dua ruas
yang di atas polybag yang diharapkan akan tumbuh tunas
baru. Ujung sulur pucuk minimal 4 ruas.
Kantong plastik digunakan harus transparan untuk
mengetahui pertumbuhan dan jumlah akar

4.9.2.3. Pembibitan Kacangan Mucuna bracteata (Mb)


oIsi baby polybag dengan media tanam 2 bagian tanah dan 1
bagian pasir, agar media tidak jenuh air yang menyebabkan
bibit mati.
oTanam 1 benih per polybag pada bagian bawah dengan
kedalamn ± 0,5 cm
oLakukan penyiraman 2 (dua) kali sehari
oBedengan bibitan diberi alas plastik supaya akar tidak tembus
ke dalam tanah di luar polybag
oLakukan penyemprotan apabila ada serangan hama dan
penyakit
oBibitan tidak perlu diberi naungan

4.9.2.4. Penanaman dan perawatan kacangan Mb


a. Penanaman di lapangan dilakukan 6 s/d 8 minggu setelah
perkecambahan
b. Kebutuhan bibit = 600 bibit per ha.
c. Perawatan umur 1-3 bulan dilakukan perawatan manual
dengan membersihkan gulma di sekitar tanaman Mb,
dilakukan rotasi setiap 2 minggu
d. Perawatan umur >3 bulan dilakukan semprot di kanan kiri
jalur Mb setiap bulan dan setiap 2 minggu dilakukan
penarikan sulur yang menjalar agar tidak kena semprot
e. Setelah Mb menutup, untuk perawatan piringan dan pasar
pikul menggunakan floroksipir 0,25 ltr/ha blanket dengan
rotasi 5 minggu sekali atau 10 R/tahun.
tumpukan chiping

tumpukan chiping

Gambar 4.9.2.4.1. Penanaman Mb pada rumpukan 1:2


Jalur panen

X X

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 52


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

O O
O O
1.5 m m X
O O X
1m O
O
X X
O
O
O
O O O
O X O X
O O
X X

Note : X : Oil Palm


0 : Mucuna bracteata ( 1 jalur ada 140 benih Mucuna bracteata)

Gambar 4.9.2.4.2. Tanam Kacangan Mb pada area berteras

50 cm

Note :
: Oil Palm
: Mucuna brateata on terrace lip

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 53


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

4.9.3. Tanam Kacangan Calopogonium mucunoides dan Pueraria javanica

Campuran kacangan sebagai berikut :


- Calopogonium mucunoides : 6 kg/ha
- Pueraria javanica : 4 kg/ha

• Kacangan Cm dan Pj sebelum ditanam dicampur dengan Rock


Phosphate dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1
• Daya tumbuh kacangan yang digunakan minimum 70%

4.9.4. Penanaman Kacangan di Area Datar


• Penanaman kacangan di areal datar dilakukan dengan
compressed band
• Campuran kacangan Pj dan Cm ditanam sebanyak 3 jalur dengan
jarak antar jalur 30 cm dilakukan ditengah gawangan yang tidak
ada rumpukan
• Campuran kacangan Pj dan Cm ditanam di kanan dan kiri jalur
rumpukan dengan jarak 50 cm dari rumpukan

4.9.5. Penanaman Kacangan di Area Teras Kontur


Penanaman di areal berteras dilakukan dengan cara :
• Campuran kacangan Pj dan Cm ditanam dengan sistem 2 larikan
yaitu larikan pertama ditanam di pinggir bagian dalam teras,
larikan kedua ditanam 50 cm dari pinggir teras
• Benih kacangan Pj dan Cm ditanam dengan kedalaman 2 cm di
bawah permukaan tanah. Setelah benih ditabur, ditimbun
kembali.
• Penanaman kacangan sebaiknya di saat tanah lembab

4.9.6. Perawatan Kacangan Pj dan Cm


a. Perawatan dimulai setelah kacangan berumur 1 bulan.
b. Kegiatan dangir secara manual dalam jalur compressed band
selebar 1,2 m selama tiga bulan dengan rotasi satu kali sebulan
agar kacangan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
c. Mulai bulan kedua dilakukan pengendalian gulma dengan khemis
pada kanan dan kiri baris kacangan selebar 120 cm secara
bertahap setiap bulannya,sampai bebas gulma dan kacangan
menutup areal secara merata

4.9.7. Ketentuan lain dalam Penanaman Kacangan

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 54


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

a.Kacangan tidak boleh ditanam di daerah yang selalu mengalami


banjir
b.Kacangan harus ditanam secepat mungkin setelah persiapan lahan
c.Benih kacangan harus ditanam pada lahan dengan kondisi bebas
gulma
d.Kacangan tidak boleh ditanam di areal gambut

4.10. Penanaman Kelapa Sawit


4.10.1. Persiapan Penanaman di Lahan gambut
 Drainase harus dibuat sesuai dengan kebutuhan ( lihat Bab III
point 2.1.)
 Setelah drainase dibuat, sebaiknya areal dibiarkan minimal 12
bulan agar tanah mengalami penurunan dan pemadatan secara
alami
 Pemadatan tanah pada jalur tanam dapat dilakukan secara
mekanis dengan cara dilewati Excavator PC 100 atau PC 200
(tergantung kedalaman dan kematangan gambut). Demikian
juga hal yang sama dilakukan pemadatan pada jalur pasar
pikul
 Pastikan selama musim hujan tidak dilakukan pemadatan jalur
tanam

4.10.2. Lubang Tanam


4.10.2.1. Lubang Tanam di tanah mineral
•Lubang tanam ukuran 60cm x 60cm x 40cm harus
disiapkan sebelum penanaman dilakukan
•Pada areal rendahan yang terpencar dan pada musim
hujan tergenang air walaupun sudah ada parit
drainase maka pungguhan diameter 3 m dengan
tinggi sekitar 60-80 cm harus dibuat sebelum
penanaman dilakukan
•Pembuatan lubang tanam secara mekanis untuk areal
yang datar dan jalur titik tanam relatif bersih atau
telah dibersihkan dari batang-batang kayu sewaktu
perun mekanis, bisa dilakukan dengan penggunaan
Post Hole Digger (PHD). Alat PHD dipasang
dibelakang traktor pada 3 point linkage dan
digerakkan oleh PTO traktor
•Post hole digger yang sesuai digunakan adalah tipe
PHD 45 dengan Auger ukuran 24”, HP (horse power)
traktor 4 WD direkomendasikan yang 80-85 HP.

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 55


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

Kedalaman lubang maksimum 90 cm dengan


diameter lubang maksimum 24''
•Prestasi pembuatan lubang tergantung pada kecepatan
pergerakan traktor pada kondisi lahan di jalur titik
tanam dan keahlian Operator traktor. Prestasi biasa
sekitar 65 lubang tanam per 1 HM traktor, malah
apabila kondisinya kondusif 70-75 lubang per HM
dapat dicapai.

Gambar 4.10.2.1.1. Post Hole Digger

4.10.2.2. Lubang Tanam Di Tanah Gambut


a.Pembuatan lubang tanam dilakukan setelah tanah pada
jalur tanam dipadatkan. Lubang tanam dibuat secara
mekanis dengan Preplant Compactor :
b.Preplant compactor dipasang pada lengan Excavator
sebagai pengganti bucket Excavator
c.Preplant compactor diarahkan tepat pada titik tanam

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 56


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

d.Pancang titik tanam menjadi “As” dari lubang titik


tanam yang akan dibuat
e.Setelah arah preplant compactor tepat pada titik
tanam, lengan Excavator menekan Preplant
Compactor tersebut sampai seluruhnya masuk
kedalam tanah, kemudian ditarik kembali sehingga
terbentuk lubang tanam sesuai dengan ukuran yang
diinginkan
f.Pada saat Excavator membuat lubang tanam, kegiatan
ini juga berfungsi untuk memadatkan jalur panen
g.Penanaman di areal yang tidak terlalu luas atau
berpencar, pembuatan lubang dapat dilakukan secara
manual dengan sistem lubang di dalam lubang
(hole in hole).
Tahap awal dibuat lubang dengan ukuran 120 cm x
100 cm x kedalaman 30 cm. Pada bagian tengah
lubang dibuat lubang tanam dengan ukuran yang
normal 60cm x 60cm x 40cm

Gambar 4.10.2.2.1. Preplant Compactor

4.10.3. Langsir Bibit

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 57


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

•Bibit diturunkan di CR dan selanjutnya diecer ke dalam blok dan


segera ditanam.
•Untuk areal yang menggunakan transport air, maka bibit
diturunkan di pinggir kanal sekunder dan selanjutnya dilangsir
ke dalam blok.
4.10.4. Penanaman
Dilakukan dengan tahapan :
a.Pembuatan lubang tanam.
•Pada tanah mineral, tanah top soil dipisahkan ke kiri dan sub
soil ke kanan
•Pada tanah gambut, menggunakan alat Preplant Compactor
•Lubang tanam dapat digeser minimal 1,5 m dalam barisan
tanaman arah timur atau barat jika pada titik tanam terdapat
tunggul kayu/parit/jalan
b.Pada areal rendahan atau gambut, jika pada lubang tanam masih
terdapat genangan air, maka harus dikuras sebelum bibit
ditanam.
c. Pemberian pupuk di lubang tanam sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan
d. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi tegak
dan terlebih dahulu polybag disobek.
e.Penimbunan lubang tanaman dengan top soil, setelah setengah
bagian lubang berisi tanah, lalu dipadatkan pada bagian
pinggir polybag. Kemudian lubang diisi penuh dengan tanah
dan dipadatkan kembali sampai tinggi tanah timbunan 5 cm di
atas permukaan tanah di polybag. Pada saat pemadatan tanah,
hindari terpijaknya tanah di polybag dan pastikan leher
tanaman rata dengan permukaan tanah.
f. Khusus untuk areal gambut penimbunan lubang tanam cukup
dilakukan dengan material yang ada di sekitar lubang kedua
(lubang sebelah dalam)
g.Konsolidasi harus dilakukan untuk menegakkan tanaman yang
miring dan menyisip titik tanam yang kosong.
h.Polybag bekas digantung pada pokok yang sudah tertanam.

4.11. Penomoran Blok


• Penomoran blok mengikuti standar survey
• Pada TBM nomor blok dibuat dengan mempergunakan kayu
balok yang berukuran 30 x 30 cm dengan ketinggian 1 meter

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 58


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

• Pada TM nomor blok dibuat pada batang pohon sawit yang


pelepahnya sudah dipotong dengan bentuk segi empat 30 cm
x 30 cm dengan ketinggian 1 meter dari tanah
• Arah Blok dari Utara (U)- Selatan (S)
• Penomoran blok ditulis warna putih dengan latar belakang
merah, yang menunjukkan nomor blok, tahun tanam, hektar
dan bahan tanaman sebegai berikut :

M - Bahan tanaman berasal dari Marihat


A/01/05 LS - Bahan tanaman berasal dari Lonsum
SC - Bahan tanaman berasal dari Socfindo
30 ha DM
ASD
- Bahan tanaman berasal dari Dami Mas
- Bahan tanaman berasal dari Costarica
M TC - Bahan tanaman berasal dari kultur jaringan

Keterangan :
A = Afdeling A, 01 = blok 01, 05 = tahun tanam 2005, 30 ha = Luas Tanam
M = Marihat
Gbr.4.1.1. Posisi dan Arah Blok
CR.2 CR.1
U U U U U U
A.06 A.05 A.04 A.03 A.02 A.01

B T B

S S S S S S
MR. 1

B.06 B.05 B.04 B.03 B.02 B.01

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 59


DAN PENANAMAN
BAB V
PEMBUKAAN LAHAN DAN PENANAMAN

MR.2

BAB V. PEMBUKAAN LAHAN No. revisi : 00 Hal 60


DAN PENANAMAN

Anda mungkin juga menyukai