DTA VE Emi
DTA VE Emi
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Baeti Janati
Umur : 18 tahun
Pendidikan : tamat SLTP
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Sujan, Salam, Grabag
Nama suami : Tn. Mulyono
Umur suami : 21 tahun
Pendidikan : tamat SLTP
Pekerjaan : Tani
Tanggal masuk : 15 Juli 2011 pukul 05.00 WIB
1
Riwayat diabetes mellitus, riwayat hipertensi, riwayat asma, psikosa, riwayat
keganasan dalam keluarga disangkal.
Riwayat Menstruasi
Umur menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Jumlah darah : 50 cc
Sakit waktu menstruasi : tidak sakit
Pola gangguan haid : tidak ada
HPHT : 15-10-2010
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali pada umur 17 tahun, umur pernikahan dengan suami sekarang 1
tahun
Riwayat Obstetri
no Kahamilan,persalinan, Umur sekarang/ Keadaan anak Tempat perawatan dan
keguguran dan nifas tanggal no daftar
1 Hamil ini
2
Vital Sign : TD :110/70 mmHg, N : 84 x/mnt, RR : 20 x/mnt, t : 36,80 C
Berat Badan : 48 kg
Tinggi Badan : 156 cm
Kepala : Mesochepal
Mata : Conjungtiva Anemis (-) / (-), Sklera Ikterik (-) / (-)
Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada sekret
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe leher, tidak ada peningkatan JVP, tidak
ada deformitas
Dada :
- Inspeksi : Bentuk simetris , tidak ada deformitas, tidak ada ketinggalan gerak
- Palpasi : vokal fremitus paru – paru kanan = paru – paru kiri,
Ictus cordis di SIC V linea medioclavicularis sinistra.
- Perkusi : Sonor pada paru - paru kanan dan kiri
- Auskultasi : Paru : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - ).
Jantung : S1/S2 murni, tunggal, bising jantung ( - ).
Abdomen
- Inpeksi : striae gravidarum (+)
- Palpasi : Hepar / lien tak teraba, nyeri tekan (-), massa (-)
- Perkusi : pekak alih (-)
Anggota Gerak
Reflek fisiologis : atas (+) / bawah (+)
Edema : atas (-)/ bawah (-)
Varises : (-)/(-)
2. Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar:
Inspeksi : Perut membesar, tampak striae gravidarum (+)
Palpasi :
Leopold 1 : TFU 3 jari di bawah proc. xipoideus
Teraba satu bagian besar, bulat, lunak
Leopold 2 : kanan: teraba bagian memanjang (puka)
Kiri : teraba bagian-bagian kecil janin
Leopold 3 : Teraba bagian bawah janin bulat keras, susah digerakkan
3
Leopold 4 : Divergen
TFU : 29 cm
His (+) 2x/10’/40”
Auskultasi : DJJ (+) 11.12.11
Pemeriksaan Dalam :
Vaginal Toucher / VT :
Ø lengkap, kulit ketuban (-), efficement tidak ada, bagian bawah janin kepala turun
Hodge III+, Lendir Darah (+), UUK melintang
V. SIKAP
Akhiri persalinan dengan ekstraksi vakum atas indikasi Deep Transvers Arrest
4
07.10 TD: 110/60, kontraksi uterus (+), TFU 2 jari dibawah pusat, VU (-), PPV ±5cc.
07.40 TD:110/70, kontraksi uterus (+), TFU 2 jari dibawah pusat, VU (-), PPV ±5cc.
08.10 TD: 110/70. kontraksi uterus (+), TFU 2 jari dibawah pusat, VU (-), PPV ±5cc.
IX. TERAPI
Amoxicillin 3x500 mg
Asam Mefenamat 3x500 mg
Viliron 1x1
Metil Ergometrin maleat 3x1tab
Diet Biasa
Mobilisasi
Pengawasan KU, VS, PPV
X. PROGNOSIS
Baik
5
PEMBAHASAN
I. VAKUM EKSTRAKSI
a. Definisi
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan
ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstrakstor vakum atau
ventous.
Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetri yang bertujuan untuk mempercepat
kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena
itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya merupakan faktor yang
sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang
sama.
Tarikan pada kulit kepala bayi dilakukan dengan membuat cengkraman yang
dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif. Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit
kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan
tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan) melalui seutas rantai. Ada 3 gaya
yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan intrauterin (oleh kontraksi), tekanan ekspresi
eksternal (tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi vakum).
b. Indikasi
Vakum ekstraksi untuk mengakhiri persalinan dilakukan apabila keadaan ibu atau
janin memerlukan penyelesaian dalam waktu singkat (mempersingkat kala II):
1. Ibu tidak boleh meneran terlalu lama pada kala II akibat kondisi obstetri tertentu (pre
eklampsia, anemia, diabetes mellitus, eklampsia, penyakit jantung kompensata, penyakit
paru-paru fibrotik)
2. Kondisi obstetri tertentu:
a.Riwayat SC
b. Kala II memanjang atau lama
3. Maternal distress pada kala II
4. Gawat janin pada kala II dengan syarat :
a. Perjalanan persalinan normal
b. Fasilitas sectio caesar sudah siap
c. Kontra Indikasi
Kontraindikasi absolut
1. Disproporsi sepalo-pelvik .
2. Operator tidak kompeten untuk melakukan ekstraksi vakum.
3. Kelainan letak :
6
a. Presentasi Muka
b. Letak Dahi
c. “After coming head” pada presentasi sungsang
Kontraindikasi relatif
1. Pasca pengambilan sediaan darah dari kulit kepala janin.
2. Prematuritas (<36)
a. Kecuali pada persalinan gemelli anak ke II dimana persalinan hanya memerlukan
traksi ringan akibat sudah adanya dilatasi servix dan vagina.
b. Dikhawatirkan terjadi trauma intrakranial, perdarahan intrakranial , ikterus
neonatorum berat.
3. IUFD
a. Oleh karena : tidak dapat terbentuk kaput.
b. Pada janin maserasi, kranium sangat lunak sehingga pemasangan mangkuk
menjadi sulit.
4. Kelainan kongenital janin yang menyangkut kranium : anensephalus
d. Syarat
Syarat- syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan tindakan vakum ekstraksi adalah
1. Janin diperkirakan dapat lahir pervaginam.
2. Pembukaan sekurang - kurangnya 7 cm (idealnya adalah dilatasi lengkap).
3. Penurunan kepala > station 0 (idealnya adalah setinggi Hodge III +)
4. Selaput ketuban negatif.
5. Harus ada kekuatan meneran ibu dan kontraksi uterus (HIS)
7
Gambar1. Alat Vakum ekstraksi Gambar 2. Cawan penghisap
- Pasien dalam posisi litotomi. Lakukan desinfeksi daerah genitalia (vulva toilet). Sekitar
vulva ditutup dengan kain steril.
- Setelah semua peralatan ekstraktor vakum terpasang, dilakukan pemasangan mangkuk
dengan tonjolan penunjuk dipasang diatas titik petunjuk kepala janin. Pada umumnya
dipakai mangkuk dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.
- Dilakukan penghisapan dengan tekanan negatif -0,3 kg/cm 2, kemudian dinaikkan -0,2
kg/cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. Maksud pembuatan tekanan negatif
yang bertahap ini adalah supaya kaput suksedaneum buatan dapat terbentuk dengan
baik.
- Dilakukan pemeriksaan dalam vagina untuk menentukan apakah ada bagian jalan lahir
atau kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.
- Bila perlu dapat dilakukan anestesi lokal, baik dengan cara infiltrasi maupun blok
pudendal untuk kemudian dilakukan episiotomi.
- Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan
dengan cara menarik pemegang sesuai dengan sumbu panggul. Ibu jari dan jari telunjuk
serta jari tangan kiri operator menahan mangkuk supaya tetap melekat pada kepala
janin. Selama ekstraksi ini, jari-jari tangan kiri opertator tersebut memutar ubun-ubun
kecil menyesuaikan dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-ubun kecil sudah berada
dibawah simfisis, arah tarikan berangsur-angsur dinaikkan (ke atas) sehingga kepala
lahir.
- Setelah kepala lahir, tekanan negatif dihilangkan dengan cara membuka pentil udara
dan mangkuk kemudian dilepas.
- Janin dilahirkan seperti pada persalinan nornal dan plasenta umumnya dilahirkan secara
aktif
Secara normal kepala turun pada pintu atas panggul dengan sutura sagitalis
melintang. Hal ini sesuai dengan teori akomodasi dimana pintu atas panggul diameter
yang terbesar adalah diameter transversa. Pada keadaan tertentu setelah kepala sampai
pada dasar panggul posisi ubun-ubun kecil masih melintang, keadaan ini dinamakan
9
dengan deep transverse arrest atau persistent occiput transverse position (posisi oksiput
melintang persisten).
a. Definisi
Deep transverse arrest adalah keadaaan dimana kepala sudah masuk ke dalam
rongga panggul, sutura sagitalis terletak melintang pada diameter interspinosus dan tidak
ada kemajuan penurunan kepala setelah 1 jam pembukaan lengkap. Posisi oksipital
melintang ini merupakan hasil akhir dari rotasi anterior yang tidak sempurna dari posisi
occipital posterior atau karena tidak terjadinya rotasi dari posisi occipital melintang.
Deep tranverse arrest sendiri merupakan bagian dari malposisi, malposisi yaitu
presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil tetap berada disamping atau
dibelakang. Posisi ubun-ubun kecil (UUK) tetap berada disamping (melintang) disebut
sebagai posisi oksipitalis tranversalis persisten (POTP). Bila persalinan terhenti dengan
posisi ubun-ubun kecil tetap pada posisi melintang disebut transverse arrest.
Keadaan tranverse arrest terbagi menjadi dua yaitu :
1. High Transverse arrest yaitu bila tranverse arrest terjadi dengan penurunan kepala
masih diatas spina ischiadika.
2. Deep Transverse arrest yaitu bila transverse arrest terjadi dengan penurunan kepala
sudah dibawah spina ischiadika. Menurut Dutta, DTA terjadi jika kepala telah jauh
turun kedasar panggul dimana sutura sagitalis kepala tetap pada posisi trasversal
diantara diameter interspinarum dan tidak ada kemajuan penurunan kepala setelah ½
sampai 1 jam setelah pembukaan lengkap.
b. Etiologi
Penyebab deep transverse arrest dapat berupa adanya kelainan panggul (spina
ischiadika menonjol, sakrum datar, dinding samping panggul konvergen), kontraksi
uterus yang tidak adekuat, penggunaan obat anestesi epidural, kelemahan otot dasar
panggul atau gabungan dari hal-hal tersebut diatas.
Keadaan panggul yang dapat menyebabkan deep transverse arrest adalah panggul
yang disebut dengan “funnel pelvic” atau panggul corong. Jenis panggul ini merupakan
kelainan panggul yang sering terdapat pada wanita kulit putih. Sesuai dengan namanya
dinding samping panggul konvergen dari atas ke bawah, kadang-kadang diameter
transversal juga berkurang (spina ischiadika yang menonjol atau arkus pubis yang
sempit). Tanpa adanya kelainan dan bentuk panggul, besar kemungkinan posisi oksiput
hanya bersifat sementara karena oksiput dapat mengalami rotasi menjadi posisi anterior.
Pada panggul jenis android dan platipelloid mungkin tidak terdapat ruangan yang
cukup untuk rotasi oksiput ke posisi anterior atau posterior. Pada panggul jenis
platipelloid kepala janin mengalami engaged dalam posisi transversal kemudian turun
dan terfiksir di panggul tengah karena sempitnya diameter anteroposterior. Pada panggul
jenis android kepala mungkin tidak engaged, perputaran kepala ke depan sering terhalang
oleh sakrum dan diameter interspinosus yang sempit.
10
Secara umum keadaan transverse arrest disebabkan oleh:
1. Kelainan panggul, yaitu panggul picak/platipoid (POTP primer), panggul corong, otot
dasar panggul lemah pada multiparitas, tidak sempurnanya rotasi anterior dari posisi
oksipitalis posterior, pada panggul dengan spina ischiadika yang menonjol dengan
diameter interspina < 10 cm, diameter anteroposterior pendek, dinding samping panggul
konvergen, sacrum datar.
2. Disfungsi uterus hipotonik. Hal ini berhubungan dengan high transverse arrest.
Kontraksi uterus spontan yang normal seringkali menghasilkan tekanan sekitar 60
mmHg. Pada saat relaksasi otot uterus tidak mengadakan relaksasi sampai 0 mmHg akan
tetapi masih mempunyai tonus, sehingga tekanan didalam ruang amnion masih terukur
antara 6-12 mmHg. Hal ini disebabkan karena setiap sesudah his, otot di korpus menjadi
lebih pendek dari sebelumnya yang dalam bahasa obstetric disebut otot-otot uterus
mengadakan retraksi. Disfungsi uterus hipotonik, pada keadaan kontraksi uterus
mempunyai pola gradien yang normal (sinkron), namun dengan kenaikan tekanan yang
sedikit pada saat his tidak cukup untuk menimbulkan dilatasi serviks dengan kecepatan
yang memuaskan. Tipe uterus ini terjadi selama fase aktif dari persalinan, yaitu sesudah
servik mengadakan dilatasi lebih dari 4 cm dan respon baik terhadap pemberian
oksitosin.
3. Kelainan janin, yaitu janin kecil atau mati, kepala janin kecil dan bundar, defleksi kepala
janin.
c. Penatalaksaan
Keadaan letak belakang kepala dengan ubun-ubun kecil melintang belum dapat
menjadi alasan untuk mengambil tindakan. Karena dapat dicoba dulu dengan menyuruh
ibu berbaring miring ke samping ke arah punggung anak. Jika kepala gagal mengadakan
rotasi spontan yang disebabkan oleh adanya disfungsi uterus hipotonik tanpa adanya
sefalopelvik disproporsi, oksitosin dapat diberikan lewat infus, sementara itu bunyi
jantung anak dan kontraksi uterus dipantau secara ketat.
Rotasi manual dapat dilakukan dengan cara Whole Hand Method yaitu seluruh
tangan dimasukkan ke dalam vagina untuk melakukan rotasi. Pada oksiput kanan
melintang biasanya digunakan tangan kiri dan pada oksiput kiri melintang biasanya
digunakan tangan kanan. Setelah dua jari tangan membeberkan labia, tangan yang sesuai
dimasukkan ke dalam vagina dengan cara membentuk kerucut. Empat jari dimasukkan
ke dalam vagina di lengkung sakrum dan diletakkan di os parietal posterior, sedang ibu
jari diletakkan di os parietal anterior.
Arrest pada deep transverse secara umum lebih sulit penangannya dibanding pada
posisi oksipito posterior dan juga lebih serius dari arrest pada pintu atas panggul. Pada
keadaan terakhir adanya disproporsi diketahui pada awal persalinan dan persalinan
dengan seksio sesarea dapat dilakukan ketika keadaan masih baik. Tapi pada posisi deep
transverse arrest, proses persalinan telah jauh berjalan dan secara teknik seksio sesarea
sulit dilakukan dan dapat menyebabkan infeksi.
11
Persalinan pervaginam merupakan cara yang aman dan dapat dilakukan dengan cara-cara
berikut:
a. Vakum ekstraksi.
b. Rotasi manual.
c. Rotasi dengan forceps Kjelland dilakukan oleh tenaga ahli.
d. Kraniotomi pada janin mati
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Universitas
Diponegoro. Semarang, 1997
Cunningham, Gary F, et all. Obstetri Williams. Edisi dua puluh satu. Penerbit Buku
Kedokteran ECG. Jakarta, 2006
Winkjosastro, Hanifa (edt). Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi Pertama. Cetakan ketujuh. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 2007
PRESENTASI KASUS
12
Di Ajukan Kepada :
dr. Adi Pramono, Sp. OG
Disusun Oleh :
Emi Tamaroh
20050310059
HALAMAN PENGESAHAN
13
Disusun Oleh:
Emi Tamaroh
20050310059
Dokter Pembimbing
14