Pemeriksaan dalam
Pembukaan : Belum ada
Porsio : Posterior, tebal 3cm kepala melayang
Ketuban : Utuh
Bagian terbawah : Kepala
UUK : Sulit dinilai
Penurunan kepala: hodge I
Pelepasan : Lendir (+) Darah (+)
Kesan panggul : Cukup
Pemeriksaan penunjang
1. USG
BDP 84 HC 320 AC 336 G3336 ICA 6
Air ketuban berkurang
Diagnosis
G2P1A0 hamil 40-41 minggu JPKTH air ketuban
berkurang ICA 6 servik belum matang (ps 2)
belum inpartu
Penatalaksanaan
1. IVFD Rl
2. Drip oxytocyn 10 iu dalam 500 cc
larutan RL tetes mulai dari 2 tetes
dinaikkan 2 tpm tiap sampai his adekuat
maksimal 32 tetes
Pemeriksaan luar
HIS : 4x/10(30-35)
DJJ : 156
Pemeriksaan dalam
Pembukaan : lengkap (10cm)
Porsio : sulit dinilai
Ketuban : amniotomi/dipecahkan
Bagian terbawah : Kepala
UUK : Anterior
Penurunan kepala : hodge IV
Pelepasan : Lendir (+) Darah (+) air-air (+)
Kesan panggul : Cukup
Kala II
Primigravida : 2 jam
Multigravida : 1 jam
1. Kelainan tenaga (power)
- inersia uteri atau hipotonic uterine contraction
- his terlampau kuat (Hypertonic uterine contraction)
- incoordinate uterine action
3. Kelainan passage
- Pemyempitan pintu atas panggul
- Penyempitan pintu tengah panggul
- Penyempitan pintu bawah panggul
Innersia uteri
His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak
normal, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada
bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan
jarang. Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu
dan janin. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his
normal
Terbagi 2 :
- Inersia uteri primer
a. Berikan oksitosin drips 5 UI dalam 500 cc , dimulai dengan 8 tetes permenit, dinaikkan
setiap 30 menit 4 tetes/menit sampai his adekuat maksimal 40 tetes permenit. Tujuan
pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat membuka.
b. Pemberian okstisosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah
pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat. Pada
malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya diulang lagi
pemberian oksitosin drips.
c. Bila inersia uteri disertai disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan seksio
sesaria.
d. Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus
telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya
memberikan oksitosin drips. Sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (Ekstrasi vakum, forcep dan seksio sesaria).
Posisi Oksipitalis Posterior Peresisten (POPP)
Merupakan salah satu kelainan putaran paksi,dimana ubun-ubun kecil
tetap dibelakang,karena tidak berputar kedepan.
Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri.
Interpretasi :
• <3 : persalinan perabdomen/seksio sesaria
• 4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat
badan janin bila nilainya tetap maka dapat dilahirkan
pervaginam
• >5 : dilahirkan pervaginam
Letak lintang
Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam
persalinan sumbu panjang janin melintang terhadap
sumbu panjang ibu (termasuk didalamnya bila janin
dalam posisi oblique)
Pemeriksaan dalam pada letak lintang
MAKROSOMIA (DISTOSIA BAHU)
Makrosomia dimana janin diperkirakan memiliki berat > 4000 gram.
Makrosomia dapat menyebabkan terjadinya penyulit pada persalinan
diantaranya distosia bahu dan chepalo pelvic disproportion (CPD).
Distosia bahu adalah suatu keadaan dimana diperlukannya tambahan
manuver obstetrik oleh karena terjadi impaksi bahu depan diatas
simphisis sehingga dengan tarikan ke arah belakang pada kepala bayi
tidak bisa untuk melahirkan bayi.
PENANGGANAN
Penanganan persalinan dengan distosia bahu dikenal dengan
“ALARMER“ (Ask for help, Lift the legs and buttocks, Anterior
shoulder disimpaction, Rotation of posterior shoulder, Manual
remover posterior arm,episiotomi, roll over)
LIFT THE LEGS AND BUTTOCKS
ROTATION OF POSTERIOR SHOULDER
MANUVER REMOVER POSTERIOR ARM
Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi penumpukan cairan
serebrospinal yang berlebihan di ventrikel dan mengakibatkan terjadinya
pembesaran dari kranium. Volume cairan biasanya 500 – 1500 ml namun
bisa juga mencapai 5000 ml. Lingkar kepala bayi aterm normal berkisar
antara 32 hingga 38 cm, namun pada hidrosefalus dapat mencapai 50 cm.
Penatalaksannan hidrosefalus