Anda di halaman 1dari 29

Distosia PK II

Pembimbing : dr. Nurhafnita, Sp.OG, M.Kes


Disusun oleh : Putri Karlina
NAMA : Ny. K
UMUR : 24 Tahun Tanggal Masuk RS
ALAMAT : Semelit 12-April-2018
Mutiara
PEKERJAAN : IRT
STATUS : Menikah
Pasien datang G3P1A0 hamil 40-41 minggu JPKTH. HPHT 12-10-
2017, TTP 18-7-2018 dengan keluhan mules-mules sejak 3 hari. Mules-
mules masih jarang dirasakan dan tidak menjalar sampai ke paha atau
pinggang. Keluarnya lendir dan darah dari jalan lahir. Keluhan cairan
mrembes dan disangkal. Gerakan janin masih dirasakan sampai saat ini.

Keadaan Umum : Baik


TD : 120/80 mmhg
N : 86 x/i
Kesadaran : Compos Mentis
RR : 20 x/i
Temp : Afebris
Anak Pertama
Jk : perempuan
Umur : 5 Tahun
BBL : 3100 Gram
Lahir pervaginam di Bidan
PEMEIRIKSAAN FISIK
KEPALA : Normochepali
MATA : Anemis (+/+) Ikterik (-) Isokor
BIBIR : Sianosis ( - )
HIDUNG : Deviasi -/-, nafas cuping hidung -,
secret -/-, darah -/-
TELINGA : Hiperemis -/-, nyeri tekan -/-
LEHER : Pembesaran KGB -/-
THORAX : Ves (+/+) Simetris
ABDOMEN : TFU 32 cm, peristaltik (+), perkusi
timpani (+), Massa (-)
EXTERMITAS : Udem ( - ) Dalam Batas Normal
Pemeriksaan luar
 HIS : Tidak ada
 DJJ : 156
 TFU : 32 cm
 Punggung : PUKA
 Bagian terbawah : Kepala
 Perlimaan : 5/5
 Kesan bayi : Tunggal
 TBJ : 3100 gram

Pemeriksaan dalam
 Pembukaan : Belum ada
 Porsio : Posterior, tebal 3cm kepala melayang
 Ketuban : Utuh
 Bagian terbawah : Kepala
 UUK : Sulit dinilai
 Penurunan kepala: hodge I
 Pelepasan : Lendir (+) Darah (+)
 Kesan panggul : Cukup
Pemeriksaan penunjang
1. USG
BDP 84 HC 320 AC 336 G3336 ICA 6
Air ketuban berkurang
Diagnosis
G2P1A0 hamil 40-41 minggu JPKTH air ketuban
berkurang ICA 6 servik belum matang (ps 2)
belum inpartu

Penatalaksanaan
1. IVFD Rl
2. Drip oxytocyn 10 iu dalam 500 cc
larutan RL tetes mulai dari 2 tetes
dinaikkan 2 tpm tiap sampai his adekuat
maksimal 32 tetes
Pemeriksaan luar
 HIS : 4x/10(30-35)
 DJJ : 156

Pemeriksaan dalam
 Pembukaan : lengkap (10cm)
 Porsio : sulit dinilai
 Ketuban : amniotomi/dipecahkan
 Bagian terbawah : Kepala
 UUK : Anterior
 Penurunan kepala : hodge IV
 Pelepasan : Lendir (+) Darah (+) air-air (+)
 Kesan panggul : Cukup

D/ G2P1A0 hamil 40-42 minggu persalinan kala II


Dilakukan pimpinan persalinan normal
Jam 16.00
Ibu lelah mengedan dan dipasangkan 02
Pemeriksaan dalam
 Pembukaan : lengkap (10cm)
 Porsio : sulit dinilai
 Ketuban : amniotomi/dipecahkan
 Bagian terbawah : Kepala
 UUK : Anterior
 Penurunan kepala : hodge IV
 Pelepasan : Lendir (+) Darah (+) air-air (+)
 Kesan panggul : Cukup
Dilakukan vacum ekstraksi
Jam 16.20
-Lahir bayi tidak segera menangis, BBL 3000gr, lingkar kepala 32cm, panjang badan 51cm
-Bayi dirawat dinicu
-Plasenta lahir lengkap, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan ±70
cc.
-dilakukan perineorafi a/i ruptur perineum grade II
D/ P2 post vacum ekstraksi a/i distosia PK II dengan ibu lelah mengedan, post perineorafi
a/i ruptur perineum grade II
P/ -cefixime
-asam mefenamat
- myotonic
Follow up Pasien
Definisi
Persalinan lama atau disebut dengan “distosia” yang
didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal/sulit.

Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan :


1. Kelainan tenaga (kelainan HIS)
2. Kelainan janin
3. Kelainan jalan lahir
- Distosia terjadi dalam kala I dan kala II
- Fase persalinan : dalam kala I dan kala II sehubungan
dengan proses membukanya serviks ialah
- Fase laten dimulai dari pembukaan 0-3 cm
- Fase akselerasi dimulai dari pembukaan 3-4 cm
- Fase dilatasi maksimal mulai dari pembukaan 4-9 cm
- Fase deselerasi mulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir

Ukuran satuan waktu


Kala I
Fase laten : 8 jam
Fase akselerasi : 2 jam
Fase dilatasi : 2 jam
Fase deselerasi : 2 jam

Kala II
Primigravida : 2 jam
Multigravida : 1 jam
1. Kelainan tenaga (power)
- inersia uteri atau hipotonic uterine contraction
- his terlampau kuat (Hypertonic uterine contraction)
- incoordinate uterine action

2. Kalainan janin (Passanger)


- Posisi Oksipitalis Posterior Peresisten (POPP)
- Presentasi Puncak Kepala
- Presentasi Muka
- Presentasi Dahi
- Letak Sungsang
- letak lintang
- Kehamilan Multiple
- Makrosomia (Distosia Bahu)
- Hidrosefalus

3. Kelainan passage
- Pemyempitan pintu atas panggul
- Penyempitan pintu tengah panggul
- Penyempitan pintu bawah panggul
Innersia uteri
His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak
normal, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada
bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan
jarang. Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu
dan janin. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his
normal
Terbagi 2 :
- Inersia uteri primer

- inersia uteri sekunder


Penatalaksanaan inersia uteri
1. Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan
keadaan janin.
2. Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien untuk jalan-jalan.
3. Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan misalnya pada
letak kepala

a. Berikan oksitosin drips 5 UI dalam 500 cc , dimulai dengan 8 tetes permenit, dinaikkan
setiap 30 menit 4 tetes/menit sampai his adekuat maksimal 40 tetes permenit. Tujuan
pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat membuka.
b. Pemberian okstisosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah
pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat. Pada
malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya diulang lagi
pemberian oksitosin drips.
c. Bila inersia uteri disertai disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan seksio
sesaria.
d. Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus
telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya
memberikan oksitosin drips. Sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (Ekstrasi vakum, forcep dan seksio sesaria).
Posisi Oksipitalis Posterior Peresisten (POPP)
Merupakan salah satu kelainan putaran paksi,dimana ubun-ubun kecil
tetap dibelakang,karena tidak berputar kedepan.
Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri.
Interpretasi :
• <3 : persalinan perabdomen/seksio sesaria
• 4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat
badan janin bila nilainya tetap maka dapat dilahirkan
pervaginam
• >5 : dilahirkan pervaginam
Letak lintang
Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam
persalinan sumbu panjang janin melintang terhadap
sumbu panjang ibu (termasuk didalamnya bila janin
dalam posisi oblique)
Pemeriksaan dalam pada letak lintang
MAKROSOMIA (DISTOSIA BAHU)
Makrosomia dimana janin diperkirakan memiliki berat > 4000 gram.
Makrosomia dapat menyebabkan terjadinya penyulit pada persalinan
diantaranya distosia bahu dan chepalo pelvic disproportion (CPD).
Distosia bahu adalah suatu keadaan dimana diperlukannya tambahan
manuver obstetrik oleh karena terjadi impaksi bahu depan diatas
simphisis sehingga dengan tarikan ke arah belakang pada kepala bayi
tidak bisa untuk melahirkan bayi.

PENANGGANAN
Penanganan persalinan dengan distosia bahu dikenal dengan
“ALARMER“ (Ask for help, Lift the legs and buttocks, Anterior
shoulder disimpaction, Rotation of posterior shoulder, Manual
remover posterior arm,episiotomi, roll over)
LIFT THE LEGS AND BUTTOCKS
ROTATION OF POSTERIOR SHOULDER
MANUVER REMOVER POSTERIOR ARM

Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi penumpukan cairan
serebrospinal yang berlebihan di ventrikel dan mengakibatkan terjadinya
pembesaran dari kranium. Volume cairan biasanya 500 – 1500 ml namun
bisa juga mencapai 5000 ml. Lingkar kepala bayi aterm normal berkisar
antara 32 hingga 38 cm, namun pada hidrosefalus dapat mencapai 50 cm.
Penatalaksannan hidrosefalus

Persalinan pada janin dengan hidrosefalus upaya yang


pertama kali dilakukan adalah pengecilan ukuran
kepala bayi dengan menggunakan sefalosintesis
sehingga bayi dapat dilahirkan pervaginam atau
perabdominam. Namun, sefalosintesis dapat
mengakibatkan terjadinya perdarahan intrakranial pada
janin sehingga sebaiknya teknik ini digunakan pada
janin dengan kelainan yang sudah cukup parah. Pada
kehamilan dengan janin hidrosefalus sebaiknya
dilakukan pelahiran secara perabdominam.
Kelainan passage
Distosia karena adanya kelainan Passage yaitu karena adanya
kelainan pada jalan lahir, jalan lahir sendiri terbagi atas jalan lahir
lunak dan jalan lahir keras. Jalan lahir keras atau tulang panggul
dapat berupa kelainan bentuk panggul, dan kelainan ukuran
panggul. Sedangkan jalan lahir lunak yang sering dijumpai karena
adanya tumor ovarium yang menghalangi jalan lahir dan adanya
edema pada jalan lahir yang dipaksakan.

Persalinan dengan distosia akibat adanya kelainan ukuran


panggul atau kelainan bentuk panggul sebaiknya dilakukan
melalui perabdominam/ seksio sesaria. Persalinan pervaginam
dapat dilakukan tetapi memiliki resiko kegagalan yang cukup
besar dan dapat menimbulkan terjadinya cedera pada kepala
janin.
Komplikasi distosia (persalinan lama)

Anda mungkin juga menyukai