PENDAHULUAN
Berdasarkan kedalaman luka, luka bakar terbagi atas 3 derajat yaitu 5,6:
1. Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat 1, juga
disebut luka bakar
superfisial. Pada luka bakar
derajat ini, hanya lapisan
terluar kulit, yaitu epidermis
yang mengalami kerusakan
akibat paparan panas/api.
Karakteristik luka berupa
kemerahan (eritema), terasa
nyeri, dan tidak terbentuk
blister.
Tanda-tanda luka:
- Bagian bulu yang hangus
- Warna pakaian terbakar
- Terkelupas
- Biasanya terdapat pada pinggiran luka
- Terdapat pada luka serta pada bagian atasnya berwarna hitam terbakar.
Akibat panas dan bentuk uap atau cairan dari berbagai jenis bahan.
- Tampak basah dan kehilangan sifat elastisitasnya.
- Vesikel terdapat di seluruh luka serta bagian bawahnya.
- Warnanya pudar
- Basah dan tidak terbakar
3. Kontak dengan objek panas
Luka bakar akibat kontak dengan objek panas biasanya terjadi karena
kecelakaan dan paling banyak ditemukan dibagian tangan. Bentuk luka
bakarnya sering berhubungan dengan objek panas yang menyebabkan luka
bakar, contohnya terbakar rokok, bentuknya biasanya kecildan sirkular.
h. Identifikasi Korban Luka Bakar
Keadaan sekitar dari kasus kebakaran secara langsung membantu
identifikasi korban. Jika ditemukan tubuh dengan ditutupi oleh jelaga dan
tidak begitu parah, jelaganya bisa dibersihkan terlebih dahulu agar wajah dan
gambaran eksternal lainnya dapat terlihat secara visual. Pakaian dan personal
effects, jika tidak terbakar, dapat membantu identifikasi. Hangus dapat
melenyapkan identifikasi gambaran eksternal. Tinggi badan dan berat badan
tidak dapat dijadikan identifikasi yang akurat karena terjadi reduksi tinggi
badan dan berat badan oleh karena kontraksi panas. Sesuai dengan observasi
splitz rambut warna kelabu berubah F). Setelah 10-15 menit pada suhuC
(250menjadi pirang pada suhu 120 F), rambut coklat akan berubah menjadi
sedikit kemerahan.
Jika terdapat identifikasi sementara, seperti gigi dan catatan medis harus
diperoleh oleh penyidik. Kegunaan dari catatan ini tergantung dari spesifitas
dan keakuratannya. Salah satu cara untuk mengidentifikasi tubuh yang
hangus dilakukan pemeriksaan radiologi. Jika kecocokan antara informasi
antemortem dan postmortem tidak jelas, ketetapannya masih dapat masih
dapat diperkuat oleh ahli patologi dan ahli lainnya yang terlibat. Jika metode
pembanding konvensional tidak jelas, maka gigi dan tulang dapat digunakan
untuk analisa DNA.4,8
Gambaran post-mortem Pemeriksaan luar :
1. Pakaian dari korban diambil dan diperiksa secara teliti untuk mencari
terdapatnya minyak tanah,bensin atau bahan lainnya yang mudah
terbakar.6,7,8
2. Gambaran kulit bisa bervariasi, misalnya :
a. Putih. Pada luka bakar akibat panas radiasi.
b. Melepuh dan merah. Ukuran dan bentuknya bergantung pada ukuran
benda panas. Bentuk luka seperti ini adalah karena bersentuhan dengan
benda panas.
c. Luka merah terpanggang. Merupakan akibat bersentuhan dengan benda
panas dalam waktu yang cukup lama.
d. Kehitaman dan seperti tattoo. Merupakan luka akibat ledakan tambang
batubara. Biasanyaukuran luka sangat luas.
e. Hitam dan berjelaga pada beberapa bagian tubuh, yaitu luka bakar akibat
minyak tanah.
f. Kemerahan dan pembentukan vesikel pada kulit, yaitu akibat terkena uap
panas,misalnyadari airmendidih atau uap panas.
g. Luka basah dan kulit kehilangan sifat elastisnya, yaitu pada luka bakar
akibat uap yang sangat panas.
3. Sikap pugilistik.
Sikap ini mirip sikap defensive dan terdapat pada mayat yang lama
terpapartemperatur tinggi sehingga mayat menjadi kaku. Pada beberapa
kasus temperatur yang sangattinggi ini bisa mengakibatkan keretakan dan
celah sehingga sangat mirip dengan luka potong..
4. Penentuan jenis kelamin adalah berdasarkan :
a. Adanya uterus atau kelenjar prostat. Kedua jaringan tersebut lebih tahan
terhadap suhu tinggidibandingkan jaringan tubuh lainnya.
b. Jika yang tertinggal hanya tulang kerangka, maka proses identifikasinya
berdasarkan ukuran dan bentuk tulang pelvis.
Pemeriksaan dalam2,4,8:
Hematoma dalam kepala (pseudoepidural hematom) hampir selalu ada
jika tulang tengkorak terbakar. Hematoma ini lunak, berupa bekuan darah
berwarna coklat dan sangat rapuh serta tampak seperti sarang lebah.
Tulang tengkorak sering mengalami fraktur pada kematian akibat
kebakaran. Jaringan otak sangat menyusut walau bentuknya masih dapat
dikenali. Lapisan yang menutupi otak dan meaningen mengalami
kongesti.
Jika kematian akibat asfiksia, pada traktus respiratorius bisa ditemukan
partikel karbon. Seluruh traktus respiratorius bagian atas mengalami
kongesti dan dilapisi cairan mukus yang berbusa.
Inflamasi pleura bisa terjadi dan terdapat efusi ke dalam rongga pleura
Bilik jantung penuh berisi darah.
Lambung dan duodenum menunjukkan reaksi inflamasi. Setelah
kematian, pada duodenum mungkin terdapat tukak yang disebut tukak
Curling (Curling’s ulcer).
Pada hati terdapat perlemakan.
Pada ginjal terdapat pembengkakan (cloudy swelling), thrombosis
kapiler, bahkan mengalami infark.
Limpa dan kelenjar mengalami kongesti.
7. Simpson CK. Injury due to heat, cold and electricity. In: Knight B, editor.
Simpson's Forensic Medicine. 11 ed. New York: Oxford University Press
Inc.; 1997. p.143.
10. Wilson Wiliam, Grade Chistoper, Hoyt David. Burn Injury. Critical Care
Volume 1. New York ; Informa Healthycare. 2007.
11. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. 1997. Traumatologi Forensik.
Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p52-53