Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KMB PADA

PASIEN BURN INJURY DI RUANG KAWI RSUD DR SAIDUL ANWAR


MALANG

Oleh :

ENDRI TEGUH PRATAMA

2301100388

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

2023-2024
LEMBAR PENGESAHAN

“ LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KMB PADA


PASIEN BURN INJURY DI RUANG KAWI RSUD DR SAIDUL ANWAR MALANG”

Oleh:

ENDRI TEGUH PRATAMA


2301100388

Telah disetujui pada:

Hari :

Tanggal :
Tempat : Ruang Kawi

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( ) ( )
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur
panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan
menyebabkan kerusakan organ. Lama kontak jaringan dengan sumber panas
menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak,
semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2007).

Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik,
bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka
ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang
membutuhkan perawatan medis yang intensif.

B. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut ( Suriadi, 2010) :
1. Riwayat terpaparnya
2. Lihat derajat luka bakar
3. Status pernapasan; tachycardia, nafas dengan menggunakan otot asesoris, cuping
hidung dan stridor
4. Bila syok; tachycardia, tachypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya
pengeluaran urine atau anuri
5. Perubahan suhu tubuh dari demam ke hipotermi

Karakteristik luka bakar bergantung pada kedalamannya. Luka bakar


superfisial menyebabkan nyeri selama dua atau tiga hari, yang dilanjutkan dengan
pengelupasan kulit selama beberapa hari berikutnya. Luka bakar superfisial
biasanya berwarna merah, sedangkan luka bakar berat bisa berwarna merah muda,
putih atau hitam.
Tanda-tanda yang lebih mengkhawatirkan meliputi sesak napas, serak,
dan stridor atau mengi. Rasa gatal umum dialami selama proses penyembuhan,
serta terjadi pada 90% orang dewasa dan hampir semua anak. Mati rasa atau
kesemutan masih dapat dirasakan dalam waktu yang lama setelah cedera listrik.
Luka bakar juga bisa menyebabkan gangguan emosional dan psikologis.
Lapisan Waktu
Sensas
Jenis yang Tampilan Tekstur Penyem Prognosis Contoh
i
dilibatkan buhan

Sembuh
dengan
baik, Sengatan
Superfisi matahari yang
Merah tanp
al (derajat Epidermis Kering Nyeri 5-10 hari berulang
a lepuh
I) meningkatkan
risiko kanker
kulit di
kemudian hari

Agak
superfisia
l, Meluas ke Merah
mengenai lapisan der denganlepu kurang Infeksi lokal
h yang Sangat
sebagian mis(papiler Lembab dari 2–3 biasanya tanpa
jelas. Pucat nyeri
lapisan ) minggu parut
kulit superfisial dengan
(derajat tekanan.
II)

Cukup
dalam, Kuning Parut, kerut
mengenai Meluas ke atau putih. Tekana (mungkin
sebagian lapisan Lebih tidak Agak n dan 3– memerlukan
lapisan dermis pucat. kering tidak 8 mingg eksisi
kulit (retikular) Mungkin nyama u dancangkok
(derajat dalam melepuh n kulit)
II)

Lama
Seluruh (berbula
Meluas ke Kaku dan Parut, kerut,
lapisan n-bulan)
seluruh putih/cokla Tidak amputasi
kulit Kasar] dan
lapisan t tidak nyeri (eksisi dini
(Derajat tidak
dermis pucat dianjurkan)
III) sempurn
a

Meluas ke Amputasi,
Derajat seluruh Hitam; Tidak Perlu gangguan
Kering
IV lapisan hangus nyeri eksisi fungsional
kulit, dan yang signifikan
ke dalam dengan esk dan, dalam
lapisan ar beberapa
lemak, otot kasus,
dan tulang kematian
di
bawahnya

C. KLASIFIKASI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR


1. Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
a. Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna
kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih,
epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang
berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh
dalam 5-7 hari.

Gambar 1. Luka bakar derajat I

b. Luka bakar derajat II


Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau
pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena
ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:
1) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka
sembuh dalam waktu 10-14 hari.
2) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

Gambar 2. Luka bakar derajat II

c. Luka bakar derajat III


Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak,
tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis
dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan.

Gambar 3. Luka bakar derajat III


Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, kemungkinan morbiditas, dan
mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar
dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk
menentukan luas luka bakar, yaitu:
 Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak tangan
individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung pada pasien
dengan derajat luka II atau III.
 Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan’The Rule of Nines’ yang dikembangkan oleh Wallace
(1940), dimana setiap anggota badan dihitung berdasarkan kelipatan sembilan ini,
yaitu:kepala 9%, tubuh bagian depan 18%, tubuh bagian belakang 18%, ekstremitas
atas 18%, ekstremitas bawah kanan 18%, ekstremitas bawah kiri 18%, organ genital
1%.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan
bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk
anak.

Korban harus dibawa ke gawat darurat apabila:derajat 1 dengan luas luka lebih dari 15%,
derajat 2 lebih dari 10%, derajat 3 lebih dari 2%, derajat 4, mengenai wajah, alat kelamin,
persendian, tangan, kaki, luka bakar dengan komplikasi patah tulang, gangguan jalan nafas,
luka bakar akibat tegangan listrik, terjadi pada anak anak dan manula.
 Metode Lund and Browder
Metode ini diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala pada
anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan luka bakar pada anak.
Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat
menggunakan rumus 9 dan disesuaikan dengan usia:
a. Pada anak di bawah usia 1 tahun : kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan
persentasenya sama dengan dewasa.
b. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0,5% untuk tiap tungkai dan turunkan
persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

Klasifikasi berdasarkan Fase Penyembuhan Luka


No Fase dan Fisiologi Durasi Implikasi Penatalaksanaan Luka
Fase
1 Respon Inflamasi Akut Terhadap Cidera

Hemostasis 0-3 hari Adanya jaringan yang mengalami


devitalisasi secara terus menerus,
Fase Konstriksi sementara dari adanya benda asing, pengelupasan
pembuluh darah yang rusak, jaringan yang luas, trauma
terjadi pada saat sumbatan kekambuhan, atau penggunaan yang
trombosit dibentuk dan tidak tepat, preparat topical untuk
diperkuat juga oleh serabut luka sehingga penyembuhan
fibrin untuk membentuk sebuah diperlambat dan kekuatan regang
bekuan. luka tetap rendah.
Respon Jaringan yang rusak :
Jaringan yang rusak dan sel
mast melepaskan histamine dan
mediator lain sehingga
menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah sehingga kulit
menjadi merah dan hangat.
2 Fase Dekstruktif

Pembersihan terhadap jaringan 1-6 hari Polimorf& makrofag sangat


mati/yang mengalami dipengaruhi oleh turunnya suhu
devitalisasi dan bakteri oleh tempat luka, dihambat agen kimia,
polimorf dan makrofag yang hipoksia, dan perluasan limbah
mengalami devitalisai serta metabolic yang disebabkan oleh
fibrin yang berlebih, buruknya perfusi jar.
membentuk fibroblast &
menghasilkan perangsang
angiogenesis (Fase 3)
3 Fase Proliferatif

Fibroblast meletakkan substansi 3-24 hari Gelung kapiler baru jumlahnya


dasar dan serabut-serabut sangat banyak dan rapuh serta
kolagen serta pembuluh darah mudah sekali ruasak karena
baru mulai infiltrasi luka. penekanan yang kasar sehingga perlu
Kapiler dibentuk oleh tunas vitamin C yang cukup. Factor
endothelial, suatu proses yang sistemik yang memperlambat
disebut angiogenesis. Jar yang penyembuhan adalah defisiensi besi,
dibentuk dari gelung kapiler hipoproteinemia dan hipoksia.
baru, yang menopang kolagen

dan substansi dasar disebut


jar.granulasi.
4 Fase Maturasi (Remodeling)

Epitelisasi, Kontraksi, dan 24-356 hari Epitelisasi terjadi 3x lebih cepat


Reorganisasi jar.ikat dilingkungan yang lembab (dibawah
Sel-sel epitel pada pinggir luka balutan yang oklusif atau balutan
dan dari sisa-sisa folikel rambut, semipermiable) daripada
serta granula sebasea dan dilingkungan yang kering. Kadang
granula sudorifera membelah jar. Fibrosa pada dermis menjadi
dan mulai bermigrasi diatas jar. sangat hipertropi, kemerahan dan
Granula baru. Kontraksi luka menonjol yang pada kasus ekstrem
disebabkan karena menyebabkan jar. Parut, koloid tidak
miofibroblast kontraktil yang sedap dipandang.
membantu menyatukan tepi-tepi
luka. Terjadi suatu penurunan
progresif dalam vaskularisasi
jar. Parut, penampilan yang
merah kehitaman menjadi putih.
Serabut kolagen mengadakan
reorganisasi dan kekuatan
regang luka meningkat.
Sumber : Marison (2003:2), Manajemen Luka

D. ETIOLOGI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR


Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi :
1. Paparan api
2. Scalds (air panas)
3. Uap panas
4. Gas panas
5. Aliran listrik
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
E. PATOFISIOLOGI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energy dari suatu sumber
panas kepada tubuh. Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka
bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air
panas dengan suhu sebesar 56.1 0 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal
periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang
terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang
berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan
kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke
dalam ruangan interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya
volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan
darah. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang
meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokonstriksi
pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Volume darah yang beredar akan menurun secara drastis pada saat terjadi syok
luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar
ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum
terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah
terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
Hipokalemia dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya cairan dan tidak
memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah
merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.
Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta
waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi
oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan
respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume
darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan
hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai,
hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut
tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar
berisiko tinggi untuk mengalami sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Crowin.2013)

F. KOMPLIKASI
Sejumlah komplikasi bisa muncul, dan infeksi merupakan komplikasi yang
paling umum terjadi. Berdasarkan urutan frekuensi terjadinya, mulai dari yang paling
sering sampai yang paling jarang, komplikasi untuk luka bakar dapat
meliputi: pneumonia, selulit, infeksi saluran kencing dan kegagalan pernafasan. Faktor
risiko untuk infeksi termasuk: luka bakar dengan lebih dari 30% LPB, luka bakar
ketebalan lengkap, usia ekstrim (muda atau tua), atau luka bakar yang terjadi pada kaki
atau perineum. Pneumonia umumnya terjadi pada mereka dengan cedera inhalasi.
Anemia sekunder pada luka bakar ketebalan lengkap dengan LPB lebih dari
10% sering ditemukan. Luka bakar karena listrik bisa menyebabkan sindrom
kompartemen atau rabdomiolisis karena kerusakan otot. Penggumpalan darah dalam
vena kaki diperkirakan terjadi pada 6% hingga 25% orang. Keadaan hipermetabolik
yang mungkin tidak sembuh selama bertahun-tahun setelah luka bakar berat
menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan hilangnya massa otot.Keloid bisa
terjadi sebagai akibat dari luka bakar, terutama pada orang yang berusia muda dan
berkulit gelap.Setelah mengalami luka bakar, anak-anak mungkin mengalami trauma
dan mengalami gangguan stress paska trauma.Bekas luka juga bisa mengakibatkan
gangguan citra tubuh.Di Negara-negara berkembang, luka bakar parah bisa
mengakibatkan isolasi sosial, kemiskinan ekstrim dan di kalangan anak-
anak pengucilan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG LUKA BAKAR


1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan
adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan
yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
13. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasI
14. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
15. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
16. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk membantu proses regenerasi kulit
akibat luka bakar, mengidentifikasi infeksi, serta mengidentifikasi status cairan. Cara
yang biasanya digunakan untuk mengatasi luka bakar adalah :
1. Hidroterapi
Membersikan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini
terdiri dari merendam dan dengan shower. Tindakan ini dilakukan selama 30
menit atau kurang untuk klien dengan luka bakar akut, dibersihkan secara
perlahan atau hati-hati dengan menggunakan berbagai macam larutan seperti
sodium hipokloride, profidon iodine dan chlorohexidine. Jika hidroterapi tidak
dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas diatas tempat tidur klien
dan ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba.
2. Debridemen
Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di
bagian bawah eschar. Debridemen luka pada luka bakar meliputi debridement
secara mekanik, debridement enzimatik dan dengan tindakan pembedahan
3. Obat-obatan
a. Antibiotika : Tidak diberikan bila klien datang <6 jam sejak kejadian
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan
sesuai hasil kultur.
b. Analgetik : Kuat (Morfin, petidin)
c. Antasida : Kalau perlu
I. PENANGANAN LUKA BAKAR
Prinsip Penanganan Luka Bakar

 Penutupan luka sesegera mungkin

 Pencegahan infeksi

 Mengurangi rasa sakit

 Mencegah trauma sekunder seperti trauma mekanik

 Meminimalisir pembentukan jaringan Parut.

 Penanganan Pertama yang harus dilakukan pada saat kejadian adalah sebagai
berikut :

 Jauhkan korban dari sumber trauma

 Padamkan api dan siramlah kulit yang panas dengan air

 Siramlah dengan air mengalir pada luka bakar yang disebabkan oleh bahan kimia

 Tidak di anjurkan menggunakan air es, bubuk kopi, odol atau bahan lainnya.
Cukup gunakan air biasa dengan suhu normal

Tindakan selanjutnya

 Lakukan resusitas dengan mempertahankan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi


 Lakukan pemeriksaan lanjutan secara sistematis pada seluruh tubuh untuk
mengidentifikasi adanya cedera inhalasi, luas luka bakar dan tingkat
keparahannya.

 Resusitasi cairan sesuai keperluan

 Pemberian obat untuk mengurangi nyeri (Analgetik)

 Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan
debridement dan memandikan pasien dalam bak khusus yang mengandung
larutan antiseptik misalnya betadine atau nihas argenti 0,5%

 Berikan antibiotik untuk mencegah dan mengatasi infeksi. Antibiotik bentuk


krim lebih bermanfaat dari pada bentuk salep atau driment misalnya silver
nitrate 0,5%, mafedine acetate 10%, silver sulfadiazin 1% atau gentamicin
sulfat

 Pembalutan luka dengan menggunakan kasa gulung kering dan steril

J. RESUSITASI CAIRAN

Tujuan resusitasi cairan adalah untuk menjaga perfusi jaringan dan fungsi
organ. Kelebihan resusitasi cairan dapat menyebabkan edema yang berlebihan,
terganggunya aliran darah kejaringan luka bakar. Resusitasi yang kurang dapat
menyebabkan shock dan kerusakan jaringan. formula parkland adalah salah satu metode
yang digunakan dalam resusitasi cairan. (Sheehy, 2010:403).

a. Formula parkland digunakan untuk mengukur jumlah cairan yang diberikan dalam 24
jam pertama setelah terjadi cedera luka bakar (Sheehy, 2010:403):

1) Dihitung mulai dari saat kejadiannya nyata bukan waktu saat kedatangan di IGD

2) Setengah dari hasil perhitungan total volume cairan resusitasi harus diberikan
dalam 8 jam pertama setelah cedera luka bakar

3) Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya

4) Cairan yang direkomendasikan adalah ringer laktat

b. Volume resusitasi memperkirakan jumlah cairan yang akan dibutuhkan, dilanjutkan


evaluasi pasien terhadap usaha resusitasi, termasuk pengukuran urine output perjam,
merupakan hal penting dalam resusitasi cairan yang sesuai (Sheehy, 2010:403):

1) Monitor utama adalah terbaik penggantian cairan adalah urine output

2) Diuretik biasanya tidak diindikasikan selama awal upaya resusitasi

3) Pemesangan kateter dianjurkan pada pasien luka bakar lebih dari 20% dari
total permukaan tubuh. Monitor katet

Perhitungan rumus kebutuhan resusitasi cairan untuk pasien luka bakar :


a. Dewasa
Rumus Baxter / Parkland
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 ml RL
 8 jam pertama diberikan setengah cairan total post trauma, setengah sisanya diberikan
16 jam berikutnya
b. Anak

Rumus Baxter / Parkland


Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 2 ml RL + kebutuhan faal
 RL : Dextran = 17 : 3
c. Pathway Thermal burn (gas, cairan,padat), cemical, elektrikal,radisi

Pengalihan energi dari sumber panas

Tubuh

Trauma kulit

Combustio

Fase akut Fase sub akut


Fase Lanjut
Di ruang tertutup
Cidera inhalasi Kerusakan kulit Kerusakan
Keracunan gas Co ,
Kerusakan mukosa jaringan kulit
Pengeluaran histamin bradikinin Terbukanya Perubahan
Oedema laring Co mengikat Hb Jaringan kulit daerah kulit penampilan
Perangsangan nosiseptor tubuh
hipertropi
Obstruksi jalan nafas Hb tidak mampu Kontak dengan
Saraf afferen mikroorganisme Perasaan
Elastisitas kulit
Mengikat O2 malu atau
Bersihan jalan nafas menurun
Kornu dorsalis pasien malu
tdk efektif Risiko Infeksi
Gangguan
medula spinalis Kerusakan
pertukaran gas
kesukaran bernafas integritas kulit Perubahan
Hipotalamus citra tubuh
Nafas cepat
Ketidakefektifan Perangsang nyeri
pola
nafas Nyeri Akut

Penguapan meningkat Peningkatan penguapan


cairan tubuh

Peninngkatan pemb.
Darah kapiler Cairan tubuh
menurun

Ekstravasasi cairan,
elektrolit, protein Risiko kekurangan
volume cairan

Tekanan ankotik
menurun

Cairan intravaskuler
meningkat

Hemokonsentrasi

Gangguan
sirkulasi makro

Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS, dan
informan apabila dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi selain dari klien.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri
dapat disebabkan kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus
diperhatikan paliatif, region, severe, time, quality (p,q,r,s,t). Sesak nafas yang timbul
beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran
pembuluh darah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyebab lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama menjalan perawatan
ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency
(±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari /
bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang).
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami
luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwayat penyakit
kardiovaskuler, paru, DM, neurologis.
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan
dengan kesehatan klien.
6. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan pola
menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan
didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami
penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur
juga mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri .
7. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain
itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang intens sehingga mengganggu klien
dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah
sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat
cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda
tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena
luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda
asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena
air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang
rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi
untuk mengataasi kekurangan cairan
7) Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal,
vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi
suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
8) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
9) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
10) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
11) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun
bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok
neurogenik)
12) Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9
(rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :

Bagian tubuh 1 th 2 th Dewasa


Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 %
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah (kanan dan kiri) 27% 31% 30%
Genetalia 1% 1% 1%

Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 4 derajat (grade). Grade tersebut ditentukan
berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasanya dan lamanya kesembuhan luka
1) Grade I :
Luka bakar ini sangat ringan, hanya mengenai lapisan epidermis, terdapat warna merah
pada kulit tidak ada vesikel, tanpa odema, nyeri dan biasanya sembuh tanpa adanya
pengobatan dalam waktu 3-7 hari.
2) Grade II :
Dangkal mengenai lapisan dermis, ada bulla (lepuh), terdapat penumpukan cairan,
intersisiel. Timbul rasa nyeri yang hebat, biasanya sembuh 21-28 hari. tanpa disertai
jaringan parut bila tidak terjadi infeksi.
3) Grade III :
Dalam gambaran klinis sama tetapi gambaran lepuh, pucat dan agak kering, keluhan nyeri
berkurang karena jaringan lemak, otot terkena. Biasanya penyembuhan agak lama 1bulan
atau lebih dan terdapat jaringan granulasi
4) Grade IV :
Sudah mengenai lapisan paling dalam bahkan sampai tulang. Keadaan luka kering, warna
merah, putih, hitam / coklat, tidak nyeri pada grade ini. Kesembuhannya lama dan
memerlukan tindakan skin graft.
Adapun data pengkajian pasien luka bakar tergantung pada tipe, berat dan permukaan tubuh
yang terkena, antara lain :
1. Aktivitas / Istirahat
Tanda : Penundaan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak, perubahan tonus.
2. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi (syok), perubahan nadi distal pada ekstremitas yang cidera, kulit putih
dan dingin (syok listrik), edema jaringan, disritmia.
3. Integritas ego
Tanda dan Gejala : Kecacatan, kekuatan, menarik diri
4. Eliminasi
Tanda : diuresis, haluaran urine menurun fase darurat, penurunan motilitas usus.
5. Makanan / Cairan
Tanda : edema jaringan umum, anoreksi, mual dan muntah
6. Neurosensori
Gejala : area kebas, kesemutan
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, aktivitas kejang, paralisis (Cidera aliran listrik
pada aliran saraf)
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri, panas
8. Pernafasan
Gejala : Cidera inhalasi (terpajan lama)
Tanda : serak, batuk, sianosis, jalan nafas atas stridor bunyi nafas gemiricik, ronkhi secret
dalam jalan nafas
9. Keamanan
Tanda : distruksi jaringan, kulit mungkin coklat dengan tekstur seperti : lepuh, ulkus,
nekrosis atau jaringan parut tebal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Napas tidak efektif b/d Benda asing dalam jalan napas (D.0001)
2. Risiko Hipovolemia b/d Evaporasi (D.0034)
3. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik atau kimiawi (D.0077)
4. Risiko Infeksi b/d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer –kerusakan integritas kulit
(D.0142)
5. Gangguan integritas kulit/jaringan D.0129

C. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


1. Bersihan Jalan Bersihan jalan Pemantauan Respirasi (I.01014)
Napas tidak efektif
napas meningkat
b/d Benda asing
 Monitor frekuensi, irama,
dalam jalan napas (L.01001)
(D.0001) kedalaman, dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti
 Dispnea dan bradipnea, takipnea,
Wheezing hiperventilasi, Kussmaul,
menurun Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
 Sianosis dan  Monitor kemampuan batuk
gelisah menurun efektif
 Frekuensi napas  Monitor adanya produksi
membaik sputum
 Pola napas  Monitor adanya sumbatan
membaik jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Manajemen Jalan napas (I.01011)

 Monitor pola napas (frekuensi,


kedalaman, dan usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan
 Monitor sputum baik jumlah
dan warna
 Pertahankan kepatenan jalan
napas
 Posisikan semi-fowler atau
fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
 Berikan oksigen jika perlu
 Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari jika tidak ada
kontraindikasi
 Kolaborasi pemberian
brinkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu

2. Risiko Hipovolemia Status Cairan Pemantauan Cairan (I.03121)


b/d Evaporasi membaik (L.03028)
(D.0034)  Monitor frekuensi dan kekuatan
 Kekuatan nadi nadi
meningkat  Monitor frekuensi nafas
 Turgor kulit  Monitor tekanan darah
meningkat  Monitor berat badan
 Output Urin  Monitor waktu pengisian kapiler
meningkat  Monitor elastisitas atau turgor
 Perasaan lemah kulit
menurun  Monitor jumlah, waktu dan berat
 Keluhan Haus jenis urine
menurun  Monitor kadar albumin dan
 Konsentrasi urin protein total
menurun  Monitor hasil pemeriksaan serum
 Intake cairan (mis. Osmolaritas serum,
membaik hematocrit, natrium, kalium,
 Frekwensi nadi, BUN)
tekanan darah,  Identifikasi tanda-tanda
dan tekanan nadi hipovolemia (mis. Frekuensi
membaik nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urine
menurun, hematocrit meningkat,
haus, lemah, konsentrasi urine
meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
 Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia mis. Dyspnea,
edema perifer, edema anasarka,
JVP meningkat, CVP meningkat,
refleks hepatojogular positif,
berat badan menurun dalam
waktu singkat)
 Identifikasi factor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar,
apheresis, obstruksi intestinal,
peradangan pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
 Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu

Manajemen Hipovolemia (I.03116)

 Periksa tanda-tanda hipovolemia


 Monitor intake dan output cairan
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified
trendelenburg
 Berikan asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
 Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonik
 Kolaborasi pemberian cairan IV
Hipotonik
 Kolaborasi pemberian cairan IV
koloid
 Kolaborasi pemberian produk
darah

3. Nyeri Akut b/d agen Tingkat nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)


pencedera fisik atau menurun (L.08066)
kimiawi (D.0077)  Identifikasi lokasi, karakteristik,
 Keluhan nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
 Merigis menurun  Identifikasi skala nyeri
 Sikap protektif  Identifikasi respon nyeri non
menurun verbal
 Gelisah dan  Identifikasi faktor yang
kesulitan tidur memperberat dan memperingan
menurun nyeri
 Anoreksia, mual,  Identifikasi pengetahuan dan
muntah menurun keyakinan tentang nyeri
 Ketegangan otot  Identifikasi pengaruh budaya
dan pupil dilatasi terhadap respon nyeri
menurun  Identifikasi pengaruh nyeri pada
 Pola napsa dan kualitas hidup
tekanan darah  Monitor keberhasilan terapi
membaik komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik

 Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

Pemberian Analgetik (I.08243)

 Identifikasi karakteristik nyeri


(mis. Pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
 Monitor efektifitas analgesik
 Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam
serum
 Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk mengoptimalkan
respon pasien

 Dokumentasikan respon terhadap


efek analgesic dan efek yang
tidak diinginkan
 Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
 Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai indikasi
4. Risiko Infeksi b/d Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539)
Ketidakadekuatan Menurun (L.14137)
pertahanan tubuh  Monitor tanda dan gejala infeksi
primer –kerusakan  Kebersihan lokal dan sistemik
integritas kulit tangan dan badan  Batasi jumlah pengunjung
(D.0142) meningkat  Berikan perawatan kulit pada
 Demam, daerah edema
kemerahan, nyeri,  Cuci tangan sebelum dan sesudah
dan bengkak kontak dengan pasien dan
menurun lingkungan pasien
 Periode malaise  Pertahankan teknik aseptik pada
menurun psien beresiko tinggi
 Periode  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
menggigil, letargi,  Ajarkan cara memeriksa luka
dan ganggauan
kognitif menurun
 Kadar sel darah
putih membaik

5. Gangguan integritas Perawatan integritas kulit (I.11353)


kulit/jaringan Kriteria hasil untuk
D.0129 membuktikan bahwa Observasi
integritas
kulit/jaringan  Identifikasi penyebab gangguan
meningkat adalah: integritas kulit (mis: perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi,
 Kerusakan penurunan kelembaban, suhu
jaringan lingkungan ekstrim, penurunan
menurun mobilitas)
 Kerusakan
Terapeutik
lapisan kulit
menurun
 Ubah posisi setiap 2 jam jika
tirah baring
 Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika perlu
 Bersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama
periode diare
 Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada
kulit kering

 Gunakan produk berbahan


ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
 Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi

 Anjurkan menggunakan
pelembab (mis: lotion, serum)
 Anjurkan minum air yang
cukup
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
 Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim
 Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

Perawatan Luka (I. 14564)


Observasi

 Monitor karakteristik luka


(mis: drainase, warna, ukuran ,
bau)
 Monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik

 Lepaskan balutan dan plester


secara perlahan
 Cukur rambut di sekitar
daerah luka, jika perlu
 Bersihkan dengan cairan NaCl
atau pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke
kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis
luka
 Pertahankan Teknik steril saat
melakukan perawatan luka
 Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
 Jadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien
 Berikan diet dengan kalori 30
– 35 kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25 – 1,5 g/kgBB/hari
 Berikan suplemen vitamin dan
mineral (mis: vitamin A,
vitamin C, Zinc, asam amino),
sesuai indikasi
 Berikan terapi TENS
(stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala


infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
 Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri
Kolaborasi

 Kolaborasi prosedur
debridement (mis: enzimatik,
biologis, mekanis, autolitik),
jika perlu
 Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam hal ini, prinsip yang harus diterapkan dalam pembuatan implementasi keperawatan
adalah kita harus menentukan perencanaan yang tepat sebelum kita membuat implementasi
keperawatan, adapun yang harus diperhatikan adalah:
1. Mencegah terjadinya komplikasi
2. Meningkatkan konsep diri dan penerimaan situasi
3. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, risiko komplikasi dan kebutuhan
pengobatan lainnya

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada
status kesehatan klien. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai
tujuan. Hal
ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai
tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Crowin,E.J.2008. BukuSakuPatofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 2009. Rencana Asuhan

Keperawatan : Pedoman

Moenadjat Y. 2007. Luka Bakar Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Morhead, Johnson, L. Maas, Swanson, 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.

Missouri :Elsevier

Smeltzer, 2006 . Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. ECG : Jakarta

Suriadi, Rita. 2010. AsuhanKeperawatanPadaAnak. Jakarta: CV. SagungSeto.

Sutami, Linda.2014. Laporan Pendahuluan Luka Bakar ( online ). Available :

https://www.scribd.com/doc/80426990/Laporan-Pendahuluan-Luka-Bakar

SIKI SLKI DKI 2017

Anda mungkin juga menyukai