Oleh :
2301100388
2023-2024
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Hari :
Tanggal :
Tempat : Ruang Kawi
( ) ( )
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur
panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan
menyebabkan kerusakan organ. Lama kontak jaringan dengan sumber panas
menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak,
semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2007).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik,
bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka
ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang
membutuhkan perawatan medis yang intensif.
B. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut ( Suriadi, 2010) :
1. Riwayat terpaparnya
2. Lihat derajat luka bakar
3. Status pernapasan; tachycardia, nafas dengan menggunakan otot asesoris, cuping
hidung dan stridor
4. Bila syok; tachycardia, tachypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya
pengeluaran urine atau anuri
5. Perubahan suhu tubuh dari demam ke hipotermi
Sembuh
dengan
baik, Sengatan
Superfisi matahari yang
Merah tanp
al (derajat Epidermis Kering Nyeri 5-10 hari berulang
a lepuh
I) meningkatkan
risiko kanker
kulit di
kemudian hari
Agak
superfisia
l, Meluas ke Merah
mengenai lapisan der denganlepu kurang Infeksi lokal
h yang Sangat
sebagian mis(papiler Lembab dari 2–3 biasanya tanpa
jelas. Pucat nyeri
lapisan ) minggu parut
kulit superfisial dengan
(derajat tekanan.
II)
Cukup
dalam, Kuning Parut, kerut
mengenai Meluas ke atau putih. Tekana (mungkin
sebagian lapisan Lebih tidak Agak n dan 3– memerlukan
lapisan dermis pucat. kering tidak 8 mingg eksisi
kulit (retikular) Mungkin nyama u dancangkok
(derajat dalam melepuh n kulit)
II)
Lama
Seluruh (berbula
Meluas ke Kaku dan Parut, kerut,
lapisan n-bulan)
seluruh putih/cokla Tidak amputasi
kulit Kasar] dan
lapisan t tidak nyeri (eksisi dini
(Derajat tidak
dermis pucat dianjurkan)
III) sempurn
a
Meluas ke Amputasi,
Derajat seluruh Hitam; Tidak Perlu gangguan
Kering
IV lapisan hangus nyeri eksisi fungsional
kulit, dan yang signifikan
ke dalam dengan esk dan, dalam
lapisan ar beberapa
lemak, otot kasus,
dan tulang kematian
di
bawahnya
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan
bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk
anak.
Korban harus dibawa ke gawat darurat apabila:derajat 1 dengan luas luka lebih dari 15%,
derajat 2 lebih dari 10%, derajat 3 lebih dari 2%, derajat 4, mengenai wajah, alat kelamin,
persendian, tangan, kaki, luka bakar dengan komplikasi patah tulang, gangguan jalan nafas,
luka bakar akibat tegangan listrik, terjadi pada anak anak dan manula.
Metode Lund and Browder
Metode ini diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala pada
anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan luka bakar pada anak.
Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat
menggunakan rumus 9 dan disesuaikan dengan usia:
a. Pada anak di bawah usia 1 tahun : kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan
persentasenya sama dengan dewasa.
b. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0,5% untuk tiap tungkai dan turunkan
persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.
F. KOMPLIKASI
Sejumlah komplikasi bisa muncul, dan infeksi merupakan komplikasi yang
paling umum terjadi. Berdasarkan urutan frekuensi terjadinya, mulai dari yang paling
sering sampai yang paling jarang, komplikasi untuk luka bakar dapat
meliputi: pneumonia, selulit, infeksi saluran kencing dan kegagalan pernafasan. Faktor
risiko untuk infeksi termasuk: luka bakar dengan lebih dari 30% LPB, luka bakar
ketebalan lengkap, usia ekstrim (muda atau tua), atau luka bakar yang terjadi pada kaki
atau perineum. Pneumonia umumnya terjadi pada mereka dengan cedera inhalasi.
Anemia sekunder pada luka bakar ketebalan lengkap dengan LPB lebih dari
10% sering ditemukan. Luka bakar karena listrik bisa menyebabkan sindrom
kompartemen atau rabdomiolisis karena kerusakan otot. Penggumpalan darah dalam
vena kaki diperkirakan terjadi pada 6% hingga 25% orang. Keadaan hipermetabolik
yang mungkin tidak sembuh selama bertahun-tahun setelah luka bakar berat
menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan hilangnya massa otot.Keloid bisa
terjadi sebagai akibat dari luka bakar, terutama pada orang yang berusia muda dan
berkulit gelap.Setelah mengalami luka bakar, anak-anak mungkin mengalami trauma
dan mengalami gangguan stress paska trauma.Bekas luka juga bisa mengakibatkan
gangguan citra tubuh.Di Negara-negara berkembang, luka bakar parah bisa
mengakibatkan isolasi sosial, kemiskinan ekstrim dan di kalangan anak-
anak pengucilan.
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk membantu proses regenerasi kulit
akibat luka bakar, mengidentifikasi infeksi, serta mengidentifikasi status cairan. Cara
yang biasanya digunakan untuk mengatasi luka bakar adalah :
1. Hidroterapi
Membersikan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini
terdiri dari merendam dan dengan shower. Tindakan ini dilakukan selama 30
menit atau kurang untuk klien dengan luka bakar akut, dibersihkan secara
perlahan atau hati-hati dengan menggunakan berbagai macam larutan seperti
sodium hipokloride, profidon iodine dan chlorohexidine. Jika hidroterapi tidak
dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas diatas tempat tidur klien
dan ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba.
2. Debridemen
Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di
bagian bawah eschar. Debridemen luka pada luka bakar meliputi debridement
secara mekanik, debridement enzimatik dan dengan tindakan pembedahan
3. Obat-obatan
a. Antibiotika : Tidak diberikan bila klien datang <6 jam sejak kejadian
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan
sesuai hasil kultur.
b. Analgetik : Kuat (Morfin, petidin)
c. Antasida : Kalau perlu
I. PENANGANAN LUKA BAKAR
Prinsip Penanganan Luka Bakar
Pencegahan infeksi
Penanganan Pertama yang harus dilakukan pada saat kejadian adalah sebagai
berikut :
Siramlah dengan air mengalir pada luka bakar yang disebabkan oleh bahan kimia
Tidak di anjurkan menggunakan air es, bubuk kopi, odol atau bahan lainnya.
Cukup gunakan air biasa dengan suhu normal
Tindakan selanjutnya
Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan
debridement dan memandikan pasien dalam bak khusus yang mengandung
larutan antiseptik misalnya betadine atau nihas argenti 0,5%
J. RESUSITASI CAIRAN
Tujuan resusitasi cairan adalah untuk menjaga perfusi jaringan dan fungsi
organ. Kelebihan resusitasi cairan dapat menyebabkan edema yang berlebihan,
terganggunya aliran darah kejaringan luka bakar. Resusitasi yang kurang dapat
menyebabkan shock dan kerusakan jaringan. formula parkland adalah salah satu metode
yang digunakan dalam resusitasi cairan. (Sheehy, 2010:403).
a. Formula parkland digunakan untuk mengukur jumlah cairan yang diberikan dalam 24
jam pertama setelah terjadi cedera luka bakar (Sheehy, 2010:403):
1) Dihitung mulai dari saat kejadiannya nyata bukan waktu saat kedatangan di IGD
2) Setengah dari hasil perhitungan total volume cairan resusitasi harus diberikan
dalam 8 jam pertama setelah cedera luka bakar
3) Pemesangan kateter dianjurkan pada pasien luka bakar lebih dari 20% dari
total permukaan tubuh. Monitor katet
Tubuh
Trauma kulit
Combustio
Peninngkatan pemb.
Darah kapiler Cairan tubuh
menurun
Ekstravasasi cairan,
elektrolit, protein Risiko kekurangan
volume cairan
Tekanan ankotik
menurun
Cairan intravaskuler
meningkat
Hemokonsentrasi
Gangguan
sirkulasi makro
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS, dan
informan apabila dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi selain dari klien.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri
dapat disebabkan kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus
diperhatikan paliatif, region, severe, time, quality (p,q,r,s,t). Sesak nafas yang timbul
beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran
pembuluh darah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyebab lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama menjalan perawatan
ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency
(±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari /
bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang).
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami
luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwayat penyakit
kardiovaskuler, paru, DM, neurologis.
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan
dengan kesehatan klien.
6. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan pola
menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan
didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami
penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur
juga mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri .
7. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain
itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang intens sehingga mengganggu klien
dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah
sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat
cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda
tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena
luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda
asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena
air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang
rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi
untuk mengataasi kekurangan cairan
7) Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal,
vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi
suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
8) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
9) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
10) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
11) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun
bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok
neurogenik)
12) Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9
(rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :
Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 4 derajat (grade). Grade tersebut ditentukan
berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasanya dan lamanya kesembuhan luka
1) Grade I :
Luka bakar ini sangat ringan, hanya mengenai lapisan epidermis, terdapat warna merah
pada kulit tidak ada vesikel, tanpa odema, nyeri dan biasanya sembuh tanpa adanya
pengobatan dalam waktu 3-7 hari.
2) Grade II :
Dangkal mengenai lapisan dermis, ada bulla (lepuh), terdapat penumpukan cairan,
intersisiel. Timbul rasa nyeri yang hebat, biasanya sembuh 21-28 hari. tanpa disertai
jaringan parut bila tidak terjadi infeksi.
3) Grade III :
Dalam gambaran klinis sama tetapi gambaran lepuh, pucat dan agak kering, keluhan nyeri
berkurang karena jaringan lemak, otot terkena. Biasanya penyembuhan agak lama 1bulan
atau lebih dan terdapat jaringan granulasi
4) Grade IV :
Sudah mengenai lapisan paling dalam bahkan sampai tulang. Keadaan luka kering, warna
merah, putih, hitam / coklat, tidak nyeri pada grade ini. Kesembuhannya lama dan
memerlukan tindakan skin graft.
Adapun data pengkajian pasien luka bakar tergantung pada tipe, berat dan permukaan tubuh
yang terkena, antara lain :
1. Aktivitas / Istirahat
Tanda : Penundaan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak, perubahan tonus.
2. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi (syok), perubahan nadi distal pada ekstremitas yang cidera, kulit putih
dan dingin (syok listrik), edema jaringan, disritmia.
3. Integritas ego
Tanda dan Gejala : Kecacatan, kekuatan, menarik diri
4. Eliminasi
Tanda : diuresis, haluaran urine menurun fase darurat, penurunan motilitas usus.
5. Makanan / Cairan
Tanda : edema jaringan umum, anoreksi, mual dan muntah
6. Neurosensori
Gejala : area kebas, kesemutan
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, aktivitas kejang, paralisis (Cidera aliran listrik
pada aliran saraf)
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri, panas
8. Pernafasan
Gejala : Cidera inhalasi (terpajan lama)
Tanda : serak, batuk, sianosis, jalan nafas atas stridor bunyi nafas gemiricik, ronkhi secret
dalam jalan nafas
9. Keamanan
Tanda : distruksi jaringan, kulit mungkin coklat dengan tekstur seperti : lepuh, ulkus,
nekrosis atau jaringan parut tebal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Napas tidak efektif b/d Benda asing dalam jalan napas (D.0001)
2. Risiko Hipovolemia b/d Evaporasi (D.0034)
3. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik atau kimiawi (D.0077)
4. Risiko Infeksi b/d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer –kerusakan integritas kulit
(D.0142)
5. Gangguan integritas kulit/jaringan D.0129
C. INTERVENSI
Anjurkan menggunakan
pelembab (mis: lotion, serum)
Anjurkan minum air yang
cukup
Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim
Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Terapeutik
Kolaborasi prosedur
debridement (mis: enzimatik,
biologis, mekanis, autolitik),
jika perlu
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam hal ini, prinsip yang harus diterapkan dalam pembuatan implementasi keperawatan
adalah kita harus menentukan perencanaan yang tepat sebelum kita membuat implementasi
keperawatan, adapun yang harus diperhatikan adalah:
1. Mencegah terjadinya komplikasi
2. Meningkatkan konsep diri dan penerimaan situasi
3. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, risiko komplikasi dan kebutuhan
pengobatan lainnya
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada
status kesehatan klien. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai
tujuan. Hal
ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai
tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 2009. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman
Morhead, Johnson, L. Maas, Swanson, 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.
Missouri :Elsevier
https://www.scribd.com/doc/80426990/Laporan-Pendahuluan-Luka-Bakar