Luka bakar dapat di klasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut
sebagai luka bakar superficial partial-thickness, deep partial-thickness dan full-thickness .
Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat satu-dua-tiga
Pada luka bakar derajat satu, epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan
sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah dan
kering seperti luka bakar matahari, atau mengalami lepuh/bullue
Luka bakar derajat-dua meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan
cedera pada bagian dermis yang lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampah
merah dan mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh
pengisian kembali kapiler; folikel rambut masih utuh.
Luka bakar derajat-tiga meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada
sebagian kasus, jaringan yang berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat
bervariasi mulai dari warna putih hingga merah, cokelat atau hitam. Daerah yang
terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar
tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar keringat turut hancur.
Dalam menentukan dalamnya luka bakar, kita harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut
ini:
Metode Lund dan Browder. Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan Luas
Permukaan Tumbuh yang terbakar adalah metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa
persentase Luas luka bakar pada berbagai bagian anatomik , khususnya kepala dan tungkai,
Akan berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah – daerah yang
sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian – bagian
tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi luas permukaan tubuh yang terbatas. Evaluasi
pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari ke dua
serta ke tiga pasca luka bakar karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah
periode tersebut.
Metode Telapak Tangan. Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar,
metode yang dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak
tangan (palm method) Lebar telapak tangan pasien kurang-lebih sebesar 1% luas permukaan
tubuhnya . Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar.
Meskipun efek lokal paling tampak nyata pada luka bakar, namun efek sistemik
merupakan ancaman yang lebih besar bagi jiwa pasiennya. Karena itu, kita harus mengingat
ABC pada semua perawatan luka bakar selama periode awak pasca-luka bakar, yaitu
Breathing ( pernapasan) harus di mulai dan patensi saluran nafas pasien segera
diciptakan selama beberapa menit pertama perawatan emeejens. Banyak korban luka bakar
yang menderita gangguan fungsi paru yang menyertainya seperti diperjelas sebelumnya.
Sistem sirkulasi harus pula dinilai dengan segera. Denyut apikal dan tekanan darah
dimonitor dengan sering. Takikardia (frekuensi jantung yang abnormal cepat) dan hipotensi
ringan diperkirakan terjadi pada pasien yang tidak ditangani segera sesudah terjadinya luka
bakar. Pada saat yang sama, surveillance sekunder dari kepala hingga ujung jari kaki pasien
untuk menemukan cedera lainnya yang berpotensi menimbulkan kematian harus
dilaksanakan.
Pencegahan syok.
Pencegahan syok pada pasien luka bakar yang luas akan memperbaiki prognosis
secara mengesankan. Karena itu, pemberian infused cairan dan elektrolit harus segera di
mulai.
Tidak ada boleh makanan atau cairan yang diberikan lewat mulut, dan pasien harus
ditempatkan pada posisi yang akan mencegah terjadinya aspirasi muntahan karena
mual dan vomitus secara khas akan timbul akibat ileus paralitik yang disebabkan oleh
stres luka bakar.