Anda di halaman 1dari 23

RANCANG BANGUN E-LEARNING HIMPUNAN

MAHASISWA ISLAM DENGAN METODE


ICONIX PROCESS
(Studi Kasus : Sistem Informasi Perkaderan Online
Terpusat PB HMI)

USULAN PENELITIAN

Diajukan untuk Penyusunan Laporan Tugas Akhir


Program Studi Teknik Informatika

OLEH :

NANANG QASYIM
32601200563

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
PRODI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL

Proposal Tugas Akhir dengan judul “Rancang Bangun E-Learning Himpunan


Mahasiswa Islam dengan Metode Iconix Process (Studi Kasus : Sistem
Informasi Perkaderan Online Terpusat PB HMI)” ini telah diperiksa keaslian dan
kelayakan judulnya oleh Tim Verifikasi Tugas Akhir Prodi Teknik Informatika FTI
UNISSULA pada :

Hari : ……………..

Tanggal : ……………..

Koordinator Tugas Akhir

M. Taufik, ST., MIT


PRODI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Nama : Nanang Qasyim


NIM : 32601200563
Konsentrasi : Sistem Informasi
Judul Tugas Akhir : Rancang Bangun E-Learning Himpunan Mahasiswa
Islam dengan Metode Iconix Process
(Studi Kasus : Sistem Informasi Perkaderan Online
Terpusat PB HMI)”
Pembimbing I : M. Qomaruddin, ST. MSc, Ph.D
Pembimbing II : M. Taufik, ST., MIT
Dilaksanakan : Semester Genap tahun 2015/2016

Semarang, November 2016

Yang mengusulkan

Nanang Qasyim

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

M. Qomaruddin, ST. MSc, Ph.D M. Taufik, ST., MIT


RANCANG BANGUN E-LEARNING HIMPUNAN
MAHASISWA ISLAM DENGAN METODE
ICONIX PROCESS
(Studi Kasus : Sistem Informasi Perkaderan Online Terpusat PB HMI)

1. Latar Belakang
Teknologi informasi merupakan sarana yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang memerlukan suatu proses cepat dalam pengolahan data.
termasuk dalam bidang pendidikan, dalam hal ini, teknologi dapat
diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran online atau lebih dikenal dengan
sebutan E-learning. E-learning memiliki beberapa manfaat baik bagi lembaga
pendidikan, organisasi, pengajar, dan peserta didik. Karena pada dasarnya
pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan transfer informasi dari
pendidik kepada peserta didik dengan konten ilmu pengetahuan, materi, gagasan
maupun ide.
Lembaga Himpunan Mahasiswa Islam yang disingkat HMI merupakan
Lembaga eksternal Mahasiswa Islam terbesar dan tertua di Indonesia, yang
bertujuan terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam
dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah SWT. Sebagai lembaga tertua, HMI telah menyebar keseluruh penjuru
Indonesia lebih dari 200 cabang dan sekitar 500.000 kader bahkan hampir di
setiap perguruan tinggi (PB-HMI, 2016). Lembaga HMI berfungsi sebagai
organisasi perkaderan serta berperan sebagai organisasi perjuangan. Sebagai
organisasi perkaderan (cadre forming) kegiatan yang dilakukan berupa latihan
kader, pengembangan kader, dan pengabdian kader yang dipandu oleh Badan
Pengelola Latihan (BPL) dengan tujuan untuk mengoptimalkan dan mengasah
kemampuan kader agar menjadi kader Muslim – Intelektual – Profesional, yang
memiliki kualitas insan cita.
Untuk itu diperlukan dukungan teknologi informasi untuk membuat sebuah
transformasi proses perkaderan kedalam bentuk digital yang dapat diakses secara
online. Perancangan sistem informasi pembelajaran online (E-Learning) dapat
menjadi solusi yang tepat. Aplikasi E-Learning ini dapat menjadi media untuk
mengemban potensi yang ada pada kader dengan melatih pembelajaran mandiri
diluar kegiatan perkaderan konvensional.
Dalam perancangan E-Learning diperlukan suatu disiplin dan pemodelan
yang baik agar aplikasi yang dihasilkan dapat berjalan sesuai tujuan dan
terpelihara dimasa mendatang. ICONIX Process dipilih sebagai metodologi
untuk mengembangkan E-learning ini untuk menggambarkan proses bisnis
perkaderan pada HMI. ICONIX Process merupakan metode yang
iteratif dan bertahap (iterative-incremental) dengan menawarkan penggunaan
UML yang tidak berlebihan bahkan cenderung minimalis karena hanya terdiri
beberapa langkah yang dianggap perlu dan telah cukup untuk melakukan analisa
berbasis objek.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik membuat Tugas Akhir tentang
perancangan dan pembuatan sistem E-Learning dengan judul Rancang Bangun
E-Learning Himpunan Mahasiswa Islam dengan Metode Iconix Process (Studi
Kasus : Sistem Informasi Perkaderan Online Terpusat PB HMI)”.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah :
Bagaimana membuat E-Learning Himpunan Mahasiswa Islam dengan Metode
Iconix Process?

3. Batasan Masalah
Dari latar belakang dan perumusan masalah diatas agar pembahasan masalah
tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka perlu membatasi pembahasan
masalah ini pada :
a. Analisa dan desain secara konseptual dalam perancangan dan pembuatan E-
Learning Himpunan Mahasiswa Islam dengan Metode Iconix Process (Studi
Kasus : Sistem Informasi Perkaderan Online Terpusat PB HMI).
b. Perancangan serta pembuatan prototype E-Learning Himpunan Mahasiswa
Islam dengan Metode Iconix Process (Studi Kasus : Sistem Informasi
Perkaderan Online Terpusat PB HMI).
c. E-learning yang dibangun dibatasi pada kegiatan pengembangan kader yakni
training non formal setelah mengikuti latihan kaderisasi, diantaranya Up
Grading, Follow Up, Diskusi dalam bidang keislaman, manajerial,
keinstrukturan, keorganisasian, kepemimpinan dan kewirausahaan dan
professionalisme lainnya.

4. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
Menghasilkan E-Learning Himpunan Mahasiswa Islam dengan Metode Iconix
Process (Studi Kasus : Sistem Informasi Perkaderan Online Terpusat PB HMI).
Dari hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak PB HMI dalam
mentransformasikan proses perkaderan kedalam bentuk digital yang dapat diakses
secara online.

5. Tinjauan Pustaka
5.1 E-Learning
E-Learning merupakan pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan
teknologi komputer, jaringan komputer atau Internet (Afridian, 2012).
Dimana E-learning tersebut berbentuk virtual yang menggunakan media
elektronik sebagai media pembelajaran secara online. Dengan E-learning ini
Pendidik atau pengajar dapat melakukan proses pembelajaran tanpa dibatasi
ruang kepada peserta didik sebagaimana yang sering dilakukan secara
konvensional. Dalam proses E-Learning, sangat menuntut kemandirian
peserta didik dalam proses pengembangan dirinya. Jikalau ditinjau dari sisi
manfaat dan efektivitas menurut pranoto dkk (2009) dalam menyebutkan
keuntungan dari E-learning sebagai berikut:
1. Penggunaan E-Learning untuk menunjang pelaksanaan proses
belajar dapat meningkatkan daya serap mahasiswa atas materi
yang diajarkan.
2. Meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa.
3. Meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa.
4. Meningkatkan kualitas materi pendidik dan pelatihan.
5. Meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan
perangkat teknologi informasi, dimana dengan perangkat biasa
sulit dilakukan.
6. E-Learning memberi Efisiensi biaya bagi administrasi
penyelenggara, efisisensi penyediaan sarana dan fasilitas fisik
untuk belajar dan efisiensi biaya bagi pembelajar adalah biaya
transportasi dan akomodasi.
Kelebihan E-Learning ialah memberikan fleksibilitas, interaktivitas,
kecepatan, visualisasi melalui berbagai kelebihan dari masing-masing media
(Sujana, Gusnawati, & Yulia, 2005)

5.2 Ragam Jenis E-Learning


Menurut William Horton (2003), yang dimaksud dengan E-learning
adalah segala pemanfaatan atau penggunaan teknologi internet dan web
untuk menciptakan pengalaman belajar. Definisi yang diutarakan Willian
Horton ini lebih menekankan pada fungsi daripada peran “E” dalam
Learning. Ragam Jenis E-Learning dibedakan menjadi lima kategori yakni :
learner-led e-learning, facilitated e-learning, instructor-led e-learning,
embedded e-learning, dan telementoring dan e-coaching.
 Learner-led E-Learning
Kategori ini dikenal pula dengan istilah self-directed E-learning.
Yaitu, E-learning yang dirancang untuk memungkinkan peserta didik
belajar secara mandiri. Itulah sebabnya disebut dengan learner-led E-
learning. Tujuannya adalah untuk menyampaikan pembelajaran bagi para
pelajar mandiri (independent learner). William Horton juga
menyampaikan bahwa learner-led E-Learning berbeda dengan computer-
based training yang sama-sama didedikasikan untuk belajar mandiri.
Bedanya, dalam computer-based training, Peserta didik mempelajari
materi tanpa melalui jaringan internet atau web, tapi via komputer, seperti
melalui CD-ROM atau DVD. Dalam learner-led e-learning, semua materi
(seperti multimedia presentation, html, dan media interaktif lain) dikemas
dan dideliver via jaringan internet/web.
 Instructor-led E-Learning
Jenis yang satu ini merupakan kebalikan dari learner-led E-learning,
yaitu penggunaan teknologi internet/web untuk menyampaikan
pembelajaran seperti pada kelas konvensional. Pendek kata, kelas pindah
ke web. Begitu kira-kira. Konsekuensinya, memerlukan teknologi
pembelajaran sinkronous (real time) seperti konferensi video, audio,
chatting, bulletin board dan sodara sejenisnya.
 Facilitated E-Learning
Kategori ini, merupakan kombinasi dari learner-lead dan instructor-
led E-learning. Jadi, bahan belajar mandiri dalam beragam bentuk
disampaikan via website (seperti audio, animasi, video, teks, dalam
berbagai format tertentu) dan komunikasi interaktif dan kolaboratif juga
dilakukan via website (seperti forum diskusi, konferensi pada waktu-
waktu tertentu, chatting, dll).
 Embedded e-Learning
Kategori ini agak berbeda. Embedded E-Learning memberikan upaya
agar terjadi semacam just-in time training. Willian Horton menjelaskan
sama dengan electronic performance support system. Kategori E-learning
ini dirancang untuk dapat memberikan bantuan segera, ketika seseorang
ingin menguasai keterampilan, pengetahuan atau lainnya sesegera
mungkin saat itu juga dengan bantuan aplikasi program yang ditanam
diwebsite. Contoh kasusnya seperti Sebuah rumah sakit mengembangkan
aplikasi, yang memungkinkan seorang dokter memperoleh informasi
tentang suatu gejala dan kemungkinan penyebab serta alternatif
pengobatan yang tepat ketika ia sedang mendiagnosa pasien di kamar
periksa. Tentu saja di kamar periksa disediakan workstation (komputer)
yang terhubung dengan aplikasi tersebut. Semacam job aids yang
dideliver via web.

 Telementoring dan e-Coaching


Kategori ini adalah pemanfaatan teknologi internet dan web untuk
memberikan bimbingan dan pelatihan jarak jauh. Dalam konteks ini, tool
seperti telekonferensi (video, audio, computer), chatting, instant
messaging, atau telepon dipergunakan untuk memandu dan membimbing
perkembangan peserta didik dalam menguasai pengetahuan,
keterampilan atau sikap yang harus dikuasainya. Sama halnya dengan
embedded E-learning, kategori ini, lebih banyak diaplikasikan di industri
atau perusahaan-perusahaan besar di era global ini. (Horton, 2003)

5.3 Open Source Learning Management System (LMS)


Dalam merancang dan membangun E-Learning bisa dilakukan dengan
mendevelop sendiri ataukah dengan penyedia Learning Management System
(LMS). LMS merupakan aplikasi perangkat lunak yang dirancang
sedemikian rupa untuk mengelola proses belajar mengajar.
Karakteristik fitur yang tersedia untuk Learning management system
(LMS) sebuah Institusi yaitu :
a. Mengelola data pengguna (users), aturan (roles), (courses), instructor,
facility, dan membuat laporan (report).
b. Course calendar
c. Learning Path
d. User Messaging dan notification
e. Assesment dan testing yang dilakukan sebelum atau sesudah
pembelajaran (Pre-test dan Post-test).
f. Menampilkan nilai (score), dan transkrip.
g. Course yang disusun sesuai grade
h. Penyajian materi dan hasil belajar yang , sehingga bisa diakses dengan
web browser. (Soares, Borroring, & Fitriastuti, 2014)
Ada banyak LMS yang tersedia bersifat free/open source seperti
dilansir dalam artikel yang diterbitkan BPPTIK mengenai 12 LMS terbaik
2015 diantaranya sebagai berikut :
 MOODLE (http://moodle.org)
adalah aplikasi web gratis bagi pendidik dan mungkin salah satu
LMS gratis yang paling populer di pasaran pada saat ini. Moodle adalah
perangkat lunak LMS open source sehingga terus-menerus ditingkatkan
dan dikembangkan. Namun, Anda mungkin perlu menyewa pihak ketiga
untuk menyesuaikan platform-nya agar sesuai dengan kebutuhan Anda.
Gratis bukan berarti Anda tidak perlu mengeluarkan uang, namun Anda
patut mencobanya. Mungkin saja fitur yang sudah langsung tersedia
cocok dengan kebutuhan Anda.
Moodle adalah pemain besar open source dalam ranah LMS, Moodle
didukung oleh komunitas yang besar dan aktif dengan ribuan plugin dan
pilihan untuk menyesuaikannya dengan spesifikasi yang tepat bagi Anda.
Selain itu, terdapat banyak dokumentasi online tentang Moodle untuk
membantu Anda serta banyak kursus langsung pakai yang dapat Anda
gunakan daripada membuat konten Anda sendiri. Akan tetapi, semua ada
biayanya, dan Moodle sering dikritik karena terlalu rumit dan sulit
dipelajari oleh orang awam. Kekurangan lainnya adalah sistem pelaporan
yang tidak lengkap dan tidak ada cara mudah untuk mengelola kelompok
peserta didik.
 Blackboard CourseSites (https://www.coursesites.com).
Blackboard adalah salah satu nama besar dalam dunia pendidikan
online. Banyak universitas besar, organisasi korporat, dan lembaga
pemerintah yang menggunakan LMS utama mereka yang disebut
“Blackboard Learn”. Namun, mereka telah merilis CourseSites untuk
komunitas guru dan akademisi individual. Ini adalah LMS gratis yang
bagus, tapi karena terfokus pada melayani instruktur secara individual,
ada batasan yang ditetapkan (misalnya batas unggah 500MB dan hanya 5
kursus yang dapat ditambahkan).
CourseSites bukan perangkat lunak open source sehingga terdapat
beberapa masalah open source yang tipikal (seperti kurangnya dukungan,
persyaratan bahwa Anda harus “jago ngoprek”, dll). CourseSites juga
merupakan sistem yang sangat ramah pengguna. Akan tetapi, CourseSites
tidak memiliki beberapa fitur berbayar yang ditawarkan oleh Blackboard
sehingga mungkin kurang bermanfaat bagi lembaga dan organisasi.
 Schoology (https://www.schoology.com).
Satu lagi pilihan “freemium” dengan banyak fitur yang besar bagi
guru dan perusahaan individual. LMS ini memiliki banyak fitur yang
menarik dengan tampilan visual yang mengesankan, misalnya sebuah
buku penilaian online, lembar kehadiran, dan pencatat penggunaan fitur
oleh mahasiswa.
Fungsionalitas dan workflow mobile Schoology sangat bagus,
ditambah lagi dengan antarmuka yang modern dan integrasi dengan
aplikasi-aplikasi cloud terbaru. Kekurangannya, Schoology tidak memiliki
fitur-fitur selengkap Moodle, dan tidak ada fasilitas berkirim pesan pribadi
antar siswa.
 Latitude Learning (http://www.latitudelearning.com)
adalah LMS yang kaya akan fitur freemium. Anda dapat
menggunakan LMS mereka untuk 100 pengguna. Ini adalah pilihan yang
bagus untuk guru individual yang mengajar kelas-kelas. Bila Anda ingin
melampaui 100 pengguna, Anda akan dikenakan biaya sekitar $2 – $4 per
pengguna aktif. Ad-onLMS yang tersedia (seperti kelas virtual yang
harganya $600) juga akan ditambahkan ke dalam biaya LMS bila Anda
akan membutuhkannya untuk program online Anda.
Dengan lebih dari tiga juta pengguna, fokus Latitude Learning pada
pelatihan perusahaan membedakannya dari LMS lain yang lebih terfokus
secara akademis. Namun, Latitude Learning belum memiliki
dukungan mobile, dan add-on yang ditawarkannya bisa mahal bila Anda
perlu untuk menambah salah satu fungsinya.
 Academy Of Mine (http://www.academyofmine.com).
Meskipun secara teknis tidak gratis, situs ini menawarkan banyak
layanan yang tidak ditawarkan oleh LMS gratis. Pertama-tama, banyak
LMS gratis yang tidak memungkinkan Anda untuk mengomersilkan
kursus Anda. Anda dapat menawarkan kursus Anda, tapi Anda tidak dapat
menghasilkan uang darinya. Di sini Anda dapat menjual dan
menghasilkan uang dari perangkat lunak kursus online Anda. Kedua,
banyak fitur pada LMS gratis yang kurang memuaskan dari sudut pandang
rancangannya. Anda dapat melihat live demo situs ini untuk melihat
bagaimana platform pembelajarannya. Ketiga, mereka mengklaim bahwa
situsnya lebih baik daripada yang gratis karena benar-benar dapat
menghasilkan uang bagi para penyedia pelatihan. Situs ini membantu
kliennya menghasilkan ribuan dolar lebih banyak dari bulan ke bulan. Bila
Anda dikenakan biaya $ 100 tapi bisa menghasilkan $ 3000, Anda tidak
benar-benar mengeluarkan biaya. Dan Anda tetap mendapatkan 100% dari
penjualan Anda.
Tapi bila Anda benar-benar ingin yang 100% gratis, silakan lihat
pilihan-pilihan LMS yang gratis dan atau open source.
 .LRN (http://www.dotlrn.org).
LMS ini (dibaca “dot learn”) pada awalnya dikembangkan di MIT.
.LRN digunakan oleh lebih dari setengah juta pengguna di perguruan
tinggi, pemerintah, organisasi nirlaba, dan K-12 di seluruh dunia. Situs ini
banyak menyediakan alat-alat mengajar yang bagus (forum, penilaian,
kalender, evaluasi, survei, silabus, penyimpanan file, dan banyak lagi).
 eFront (http://www.efrontlearning.net)
menawarkan LMS “freemium” (gratis premium) yang inti dari
perangkat lunaknya adalah open source, tetapi solusi-solusi yang di-
host dikenakan biaya antara $ 85 – $ 1990 per bulan.
Karena eFront adalah open source yang didukung oleh perusahaan
nirlaba, forum dukungan cenderung aktif dan masalah teknis biasanya
bisa diatasi. Akan tetapi, versi open source gratis eFront tidak memiliki
fungsionalitas dan sertifikasi eCommerce, serta integrasi media sosial.
 Dokeos (http://www.dokeos.com)
adalah platform pembelajaran open source. Situs ini memiliki
beberapa template kuis yang tinggal pakai dan perangkat untuk menulis
kursus. Pada website-nya Anda dapat mengunjungi halaman “video”
untuk melihat daftar tutorial yang tersedia dengan platform berbasis PHP.
Anda dapat melihat sekilas bagaimana cara kerja back-end admin kursus.

Dengan fitur Dokeos ‘”Oogie Rapid Learning”, sangat mudah untuk


mengonversi Powerpoint dan OpenOffice menjadi SCORM, dan lebih
mudah mempelajari Dokeos daripada Moodle (dan tampilannya terlihat
lebih baik bila estetika adalah prioritas). Dalam Dokeos sulit untuk
menyesuaikan tingkat pengguna, dan para pengguna telah melaporkan
bahwa response time untuk pertanyaan/masalah pada forum cukup lama
sehingga dukungan mungkin menjadi masalah.
 Sakai (https://sakaiproject.org).

Pilihan open source yang lain adalah Sakai, seperti yang dinyatakan
di website-nya, “Setiap hari anggota masyarakat berbagi ribuan interaksi
– membangun dan meningkatkan aplikasi, meminta bantuan,
berkolaborasi dalam proyek, dan menikmati hubungan yang dihasilkan
dari pekerjaan ini”.

Sakai mendapat dukungan dari sebuah yayasan pendidikan yang


mengawasi pengembangan strategis perangkat lunaknya. Ini berarti
sumber daya yang signifikan ($ 6 juta per tahun dibandingkan dengan
Moodle $ 12.000 per tahun) dapat digunakan jika timbul masalah besar.
Karena Sakai berbasis Java (bukan LAMP), ada yang berpendapat bahwa
hal ini menyebabkan total biaya kepemilikan bagi pengguna meningkat.
Server dan pengembang Java biasanya lebih mahal daripada PHP. Selain
itu, Sakai memiliki segmen pelanggan yang terbatas dan tidak ada
komunitas pendukung yang luas, plugin dan add-on sebagaimana halnya
Moodle.
 ATutor(http://atutor.ca/atutor).
Alangkah baiknya bila situs LMS memungkinkan Anda untuk
melihat demo LMS mereka. ATutor melakukan hal ini dengan baik. Di
ATutor Anda dapat mengklik “try the demo” untuk mencoba LMS ini.
Terdapat banyak fitur yang bagus dan multifungsi. Selain itu, LMS ini
juga open source sehingga terus-menerus ditingkatkan dan
dimutakhirkan.
 ILIAS (http://www.ilias.de).
Sebuah LMS open source bersertifikat SCORM (Sharable Content
Object Reference Model). ILIAS adalah perangkat serbaguna yang dapat
digunakan sebagai pemutar (video) kursus yang fleksibel, sebagai alat
untuk menulis kursus, dan juga sebagai platform komunikasi dan
kolaborasi.
ILIAS memiliki riwayat yang panjang (lebih dari 13 tahun) dan telah
berhasil mempertahankan basis pengguna yang terus tumbuh dan code-
base yang koheren. Bila Anda sedang mencari LMS dengan keamanan
yang kuat, yang mungkin akan bertahan untuk sementara , mungkin LMS
ini yang Anda butuhkan. Namun, antarmuka ILIAS agak menyusahkan,
dan beberapa fitur yang dimiliki LMS lain (seperti integrasi mobile)
memerlukan instalasi plugin atau add-on lainnya.
 Udemy (https://www.udemy.com)
adalah pilihan yang menarik bagi mereka yang ingin menjual
kursusnya secara online. Karena Udemy menangani pemasaran kursus
online Anda, dukungan pelanggan, hosting, dan sebagainya, mereka
mengambil 50% dari penjualan kursus Anda. Di Udemy tidak ada biaya
bulanan sehingga Anda dapat mengajarkan kursus Anda secara gratis dari
situs web mereka.

5.4 ICONIX Process


ICONIX Process adalah pendekatan minimalis, efisien yang berfokus
pada area yang terletak diantara kasus dan code yang sangat menekankan
pada siklus hidup saat analisis dan desain sebuah kasus. ICONIX Process
yang diperkenalkan oleh Doug Rosenberg berusaha menggabungkan
praktek-praktek terbaik (best practices) dari tiga metodologi yang terlebih
dulu ada yaitu Object Modelling Techniques (OMT) oleh James Rumbaugh,
ObjectOriented Software Engineering (OOSE) oleh Ivar Jacobson dan
Structural Method (Booch) oleh Grady Booch. Integrasi dari elemen Booch,
Rumbaugh, dan Jacobson ini memberikan gambaran yang menyeluruh dari
pengembangan perangkat lunak berorientasi objek bahwa struktur dinamis
model terdiri dari use case diagram, robustness diagram, dan sequence
diagram dan struktur statis model yang terdiri dari adalah domain model dan
class diagram.
Pemilihan metodologi menggunakan ICONIX Process memiliki
beberapa fitur yang dimiliki seperti berikut ini:
• ICONIX Process merupakan proses yang dipicu oleh use case (use case
driven). Pada ICONIX, use case yang ditentukan sejak awal
pengembangan menjadi dasar dalam menentukan model dan perilaku dari
system yang dibangun.
• ICONIX Process merupakan proses yang berorientasi pada arsitektur
(architecturecentric). ICONIX berkonsentrasi pada desain model sebagai
arsitektur sistem. Model ini terdiri dari model statis yang akan menjadi
kode-kode dan model dinamis yang menggambarkan perilaku sistem.
• ICONIX Process merupakan metode yang iteratif dan bertahap (iterative-
incremental).Banyak iterasi yang terjadi pada saat menentukan model
ranah (domain model), saat mengidentifikasi dan menganalisa use
case, dan iterasi-iterasi lain yang terjadi seiring berjalannya siklus hidup
pengembangan sistem. Model statis yang dihasilkan terus diperbaiki
secara bertahap dengan bantuan model dinamis (terdiri dari
use case, robustness analysis, dan sequence diagram).
• ICONIX Process menawarkan penggunaan UML yang tidak berlebihan
bahkan cenderung minimalis karena hanya terdiri beberapa langkah yang
dianggap perlu dan telah cukup untuk melakukan analisa berbasis
objek.
• ICONIX Process memberikan keterjejakan (traceability) yang cukup
tinggi. Merujuk kembali kepada kebutuhan awal dapat dilakukan dengan
berbagai cara yang mudah pada setiap tahap pengembangan. Keterjejakan
ini juga tampak pada kenyataan bahwa setiap objek dapat dilacak langkah
demi langkah, dari analisa menjadi desain. (Rosenberg & Stephen, 2007)

6. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, pengembangan E-Learning Himpunan Mahasiswa Islam
menggunakan metode Use Case Driven Object (ICONIX Process).

Gambar 1. Bagan Proses Pemodelan ICONIX Process


Iconix membagi proses menjadi 2 aliran kerja yaitu Static dan Dynamic yang
saling berhubungan terus-menerus dan beriterasi. Bagian yang static berhubungan
dengan struktur sedangkan dynamic berhubungan dengan behaviour. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

 Requirement
o Functional Requirement. Mendefinisikan hal-hal yang dilakukan oleh
sistem. Kebutuhan ini dapat didefinisikan oleh konsumen/klien bersama
dengan analis.
o Domain modeling. Pemodelan awal untuk membangun istilah yang dipakai
dalam proyek. Tujuannya adalah membuat semua orang mempunyai
pandangan yang sama tentang permalahan dengan istilah yang sama.
Domain model juga menunjukkan ruang lingkup dan sebagai dasar
pembuatan use case.
o Behavioral requirement. Mendefinisikan bagaimana sistem akan
berinteraksi. Yang dilakukan adalah desain GUI Storyboard dan
identifikasi use case yang muncul (use case modeling - bagaimana user
berinteraksi dengan sistem dan bagaimana sistem merespon).
o Milestone 1: Requirement Review. Proses kontrol terhadap kesesuaian use
case dengan kebutuhan klien.
 Analisis / Preliminary Design (dilakukan pada tiap use case)
o Robustness analysis. Robustness diagram digunakan sebagai jembatan
yang menghubungkan antara proses analisa dan desain. Pada robustness
diagram, dituliskan juga use case deskripsinya dan digambarkan.
o Update domain model. Saat membuat use case dan robustness diagram,
jika ada obyek baru yang muncul , dapat dituliskan pada domain model.
o Memberi nama semua fungsi-fungsi logic (controller pada domain model)
o Menuliskan ulang draft awal use case
 Milestone 2: Preliminary Design Review
 Detailed Design
o Sequence Diagram. Sequence diagram akan menggambarkan bagaimana
use case bekerja secara detail dan kronologis. Fungsi utama sequence
diagram adalah mengalokasikan behavior dari use case.
o Update domain model. Saat menggambarkan sequence diagram, update
domain model dapat dilakukan dengan menambahkan operation (method,
function, message) pada domain object. Pada tahap ini, domain object
menjadi domain class atau entity dan domain model menjadi static model
atau class diagram.
o Bersihkan static model.
 Milestone 3: Critical design Review
 Implementation (tidak dibahas)
o Coding dan testing.
o Integration and scenario testing
o Code review and model update

Dari metode diatas proses yang akan dilakukan penulis adalah sebagai
berikut ini :
Proses Requirement, pada tahap ini penulis melakukan pengalian data untuk
merumuskan proses bisnis yang terjadi pada perkaderan HMI. Dengan actor yang
telah diketahui yakni peserta didik selaku pengguna yang mendaftarkan diri,
yang kemudian akan diverifikasi oleh admin sebagai pengelola sistem sesuai
peraturan yang telah ditetapkan. Serta pengajar yang akan memberikan materi
sesuai buku pedoman perkaderan HMI. Dari actor –actor diataslah kemudian
akan memberikan hasil dalam bentuk domain model, dimana akan muncul obyek
–obyek saling keterkaitan atau berelasi dengan yang lainnya.
Proses Preliminary dan Detailed Design, pada tahap ini penulis melakukan
use case deskripsi sebagai dasar desain ataupun alternatif desain jika ada pada
pola perkaderan HMI kedalam bentuk diagram.
Proses Critical design Review, pada tahap ini penulis gunakan bagaimana
detail desain pada proses bisnis pola perkaderan HMI sesuai apa yang ditentukan
use case. Tahap ini berguna untuk menentukan langkah yang tepat sebelum
mengimplementasikan kedalam kode-kode atau bahasa pemrograman yang
dipakai untuk mewujudkan sistem E-learning.

7. Deskripsi Tugas Akhir


Sebagaimana telah disinggung dilatar belakang penulisan proposal tugas
akhir ini, dengan merumuskan permasalahan bagaimana merancang dan
membangun E-Learning pada Himpunan Mahasiswa Islam merupakan bentuk
transformasi dari sistem perkaderan yang telah dilakukan secara konvensional
kearah digital atau online. Harapannya agar dalam pengembangan kader mampu
mendapatkan kesetaraan perkaderan yang dikelola secara terpusat oleh PB HMI
diluar daripada sosio cultural masing-masing cabang yang tersebar di Indonesia.
Dalam pengembangan E-learning ini, akan berfokus pada pengembangan
kader setelah mengikuti Latihan Kaderisasi atau telah dinyatakan sebagai
anggota atau kader HMI. Dimana dalam pedoman perkaderan, pengembangan
kader yang dimaksud adalah kegiatan Up Grading, Follow Up, Diskusi dalam
bidang keislaman, manajerial, keinstrukturan, keorganisasian, kepemimpinan dan
kewirausahaan dan professionalisme lainnya. Sebagai mana yang telah
diterangkan dalam batasan masalah diatas.
Gambaran awal dari perancangan E-Learning ini adalah terdiri dari beberapa
actor yakni, Admin, Badan Pengelola Latihan (BPL) selaku Pengajar, dan Kader
Selaku Peserta Didik. Admin akan bertindak sebagai pengelola utama sistem.
BPL bertindak sebagai pengajar yang memberikan materi bahan ajar sesuai
modul atau pedoman perkaderan yang telah ditetapkan dalam konstitusi HMI itu
sendiri. Sementara Peserta Didik bertindak sebagai peserta yang akan melakukan
proses belajar secara mandiri mengikuti sistem yang telah dibangun.
Pada proses analisa dan desain sistem penulis memilih metode ICONIX
Process sebagai acuan dalam merancang E-learning ini. Pemilihan metode
ICONIX Process dirasa tepat dalam penggalian data secara detail dari proses
bisni yang terjadi, sehingga memberikan gambaran dalam membangun sistem E-
learning sesuai apa yang diharapkan penulis. Pada desain ICONIX Process ini
akan dimulai dari tahap Requirement sebagai gamabaran untuk membuat domain
model dengan actor yang akan saling berhubungan pada sistem sesuai pada bisnis
proses yang terjadi.

8. Relevansi
Penelitian ini diharapkan menghasilkan E-Learning Himpunan Mahasiswa
Islam dengan Metode Iconix Process yang relevan dengan kerangka konseptual
yang disusun pada penelitian ini. Melalui E-Learning ini sebagai bentuk
transformasi proses perkaderan kedalam bentuk digital yang dapat diakses secara
online. Perancangan sistem informasi pembelajaran online (E-Learning) dapat
menjadi solusi yang tepat. Aplikasi E-Learning ini dapat menjadi media untuk
mengemban potensi yang ada pada kader dengan melatih pembelajaran mandiri
diluar kegiatan perkaderan konvensional serta bisa diakses oleh seluruh kader
yang tersebar dipelosok negeri sebagai bentuk perkaderan terpusat PB HMI.

9. Jadwal Kegiatan
Adapun jadwal kegiatan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Bulan Ke
No. Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Pengajuan Proposal TA
2. Presentasi Proposal Tahap I
3. Bimbingan Tugas Akhir
4. Pengumpulan Data
5. Perancangan Sistem
6. Penyusunan Laporan TA Bab I, Bab II,
Bab III
7. Presentasi Tahap II
8. Pembuatan Dan Pengujian Sistem
9. Penyusunan Laporan TA Bab I, Bab II,
Bab III.
10. Presentasi Tahap III
11. Sidang TA

10. Daftar Pustaka


Afridian, H. (2012). Pengertian dan Konsep E-Learning. Sekaran, Gunung Pati:
Teknik Informatika dan Komputer Universitas Negeri Semarang.

Horton, W. (2003). E-learning Tools and Technologies: A consumer’s guide for


trainers, teachers, educators, and instructional designers. USA: Wiley
Publishing.

Hussein, A., & Mkpojiogu, E. O. (2015). The Effect Responsive Web Design on
The User Experience with Laptop and Smartphone Devices. Jurnal
Teknologi , 1-7.

PB-HMI (Director). (2016). Promotional Video Yuk Gabung HMI! [Motion


Picture].

Pranoto, A., dkk. (2009). Sains dan Teknologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Rosenberg, D., & Stephen, M. (2007). Use Case Driven Modeling with UML.
United States of America: Apress.

Soares, M. D., Borroring, J. E., & Fitriastuti, F. (2014). Rancang Bangun E-


Learning Universitas Janabadra Menggunakan Efront. Jurnal Informasi
Interaktif Vol. 1 No.1 , 45-54.

Sujana, Gusnawati, J., & Yulia, Y. (2005). Perkembangan Perpustakaan di


Indonesia. IPB: Press.
Winarno, E. (2015). Desain Web Responsif dengan HTML5 dan CSS3. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai