Anda di halaman 1dari 105

1

1. Sumur Untuk Pemboran Air

A. Sumur

Sumur yang dibuat dengan memberi tar atau batuan. Sumur ialah lubang atau

liang yang dibuat ke dalam tanah untuk memperoleh air, minyak, air garam, gas,

maupun informasi mengenai keadaan tanah. Sumur dapat berupa sumur galian yang

kemudian dilengkapi dengan timba,, terowongan miring, atau sumur bor yang

kemudian dilengkapi dengan pompa penyedot. Sumur bor yang tidak perlu dilengkapi

dengan pompa karena airnya akan menyembur keluar disebut sumber antesis buatan.

Teknil pemboran sumuran sudah dikenal jauh sebelum tahun Masehi. Pada

peradatan Cina dan Mesir kuno sumur antesis buatan telah dikenal orang Cina

menggunakan bamboo sebagai pipa selongsong. Dalam jaman modern, bergantung

pada kerasnya tanah dan batuan, ada beberapa macam teknik pengeboran. Untuk tanah

yang keras dapat digunakan teknik perkusi, alat berkabel, teknik rotary, dan

pengeboran penebuk. Dalam alat terakhir ini ujung bor mirip palu, dan remukan batuan

ditiup keluar dari lubang oleh udara, tekan yang disemburkan dari atas. Untuk tanah

lunak, pipa kecil yang dilengkapi dengan tapisan atau pipa berlubang-lubang ditekan

masuk ke dalam tanah, baik dengan tangan atau dengan mesin.

Setelah lubang dibuat diperlukan selongsong untuk mencegah runtuhnya tanah

dan menyumbat lubang itu. Dalam hal batuan keras selongsong itu hanya diperlukan

untuk bagian-bagian yang memungkinkan longsoran menyumbat lubang., karena

batuan itu sendiri telah merupakan pelindung lubang. Dalam hal tanah yang tidak padat
2

perlindung itu dapat berupa pipa baja berulir, dengan diameter kira-kirasama dengan

diameter lubang.

Ujung lubang hendaknya terletak dalam lapisan yang mengandung air tanah yang

akan dipompa keluar. Bila lapisan ini berupa batuan yang keras, mungkin diperlukan

bahan peledak untuk membuat banyak retakan pada batuan itu. Kadang dengan

memompkan karbon dioksida bertekanan tinggi ke dalamnya, atau bahkan

mengunakan asam, lapisan tanah di sekitar ujung sumur bor itu dikembangkan. Bila

lapisan itu berupa pasir, dapat digunakan pompa sedot yang kuat, atau bergantian

penyedotan dan penekanan baik. Lumpur dan pasir halus mula-mula akan ikut

terpompa dan yang tinggal di sekitar ujung bor adalah kerikir dan kerakal, yang mudah

ditembus air tanah. Dapat juga kerikir itu dimasukkan ke dalan sumur dengan paksaan.

Jenis dan daya pompa yang di gunakan bergantung pada tersedianya pada air atau

banyaknya air yang dibutuhkan, pada diameter lubang, dan pada kedalaman sumur.

Pompa sedot biasa dapat digunakan bila kedalam dari 7 meter. Pada sumur yang lebih

dalam harus digunakan pompa lift. Bila debit air pompa tidak tinggi, seperti yang

umumnya diperlukan oleh rumah tangga, dapat digunakan pompa tipe resi – prok atau

pemindahan. Bila diperlukan air dalam jumlah besar haruslah digunakan pompa tipe –

impeller yang diameternya cukup kecil untuk dimasukkan kedalm sumur.

Sumur bor saat ini menjadi pilihan terbaik sebagai sumber air yang baik

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. karena sumur bor ini menggunakan

air tanah yang masih alami, air sumur bor ini terjamin steril dari pencemaran zat-zat
3

kimia apa pun. Meskipun masih mengandung sejumlah bakteri, namun bakteri-bakteri

yang terdapat di dalam air sumur bor bisa dimatikan dengan cara dipanaskan dalam

suhu 100 derajat celcius.

B. Jenis Sumur Berdasarkan Metode Rancang Bangun

Sumur dapat dirancang dan dibangun dengan sejumlah cara tergantung pada

kondisi geologi, anggaran pembangunan, dan kapasitas yang diinginkan. Berikut ini

adalah pembuatan sumur berdasarkan jenis dan metode konstruksi yang digunakan.

1. Sumur Gali

Sumur gali adalah lubang atau lubang yang digali secara manual ke dalam tanah

untuk memanfaatkan air tanah (water table). Sumur digali hingga kedalaman 15 meter,

dengan diameter mulai dari 1 meter sampai 1,5 meter. Dinding sumur biasanya

dibuat/dilapisi dengan batu beton, batu bata, batu kali, atau diperkuat beton untuk

mencegah dinding rusak atau berlubang. Pada kedalaman di lapisan akuifer, dinding

tertanam namun dengan celah; atau jika menggunakan cincin beton buatan dipasang

celah pada sambungan antar cincin agar dapat dilewati air tanah masuk ke dalam

sumur. Sumur gali biasanya berbentuk lingkaran. Jenis sumur kadang-kadang mampu

menghasilkan persediaan air yang cukup dari sumber air dangkal tetapi mudah

tercemar oleh air permukaan.

2. Driven Wells (Tube wells)

Tube wells sama seperti sumur gali, yaitu menyadap air di bagian dangkal

akuifer bebas. Sumur ini mudah dibuat dan relatif murah yang dibangun di lokasi
4

dengan kondisi tanah yang tidak berbatu. Sumur dibangun dengan mengarahkan pipa

GI rakitan dan logam runcing tabung ke tanah yang disebut "titik sumur". Ujung

runcing dari titik yang digunakan untuk memasukan pipa, memiliki screen atau pipa

berlubang bagian 5 bawah yang memungkinkan lewatnya air. Ujung atas dari pipa GI

di bagian atas dipukul dengan beban berat. Biasanya beban berat ini digantung di blok

tripod. Pipa diarahkan ke titik tanah (titik sumur) yang ditenggelamkan ke dalam tanah

sepanjang pipa GI, selanjutnya ditambahkan terus-menerus di bagian atas. Blok atau

pelindung kayu bagian atas harus ditempatkan untuk melindungi dari kerusakan oleh

dampak pemukulan (hentakan) dari palu atau pemukul lainnya. Meskipun tube wells

yang digali lebih dalam dari sumur gali biasa, namun masih relatif dangkal dan rentan

terhadap kontaminasi. Selain itu, tube wells ini memiliki kapasitas air yang relatif kecil

yang mungkin tidak cukup untuk 1-2 dusun.

3. Sumur Bor (Bored Wells)

Sumur Bor dibangun secara manual dengan menggunakan bor (augers), biasanya

tanah yang akan dibor bersifat kohesif lembut atau tanah tak berongga yang

mengandung tanah liat. Kedalaman sumur bor bisa sampai 15 meter. Pada saat

pemboran mencapai ‘garis level air tanah” (water table), auger dinaikkan keluar dari

lubang dan dibersihkan setiap saat. Demikan pula ketika pengeboran mencapai air

tanah, auger diangkat kembali untuk membersihkan pasir dan tanah di lubang bor.

Untuk melakukan pemboran lebih dalam, ditambahan batang pipa dibagian atas auger.

Sementara itu, perlu menyiapkan pipa jambang (casing) baja yang berdiameter sama

seperti lubang bor dimasukan ke dalam lubang bor untuk mencegah lubang halian bor
5

runtuh. Setelah pengeboran mencapai kedalaman akhir, kira-kira yang paling baik

adalah 2 meter di bawah garis permukaan air tanah (water table) saat musim kemarau,

selanjutnya pipa PVC berlubang (perforated) dipasang di dalam pipa jambang

sementara tersebut. Selanjutnya pipa jambang sementara ditarik secara bertahap keluar

saat kerikil dituangkan di antara pipa PVC dan pipa jambang sementara tersebut.

Ketika pipa jambang telah ditarik 3 meter di bawah permukaan tanah, semen grouting

dituangkan di atas kerikil hingga ke permukaan tanah untuk melindungi sumur dari

kontaminasi permukaan. Dalam hal ini sumur bor sangat rentan terhadap kontaminasi

permukaan. Metode konstruksi sumur ini tidak berlaku pada bahan konsolidasi keras

(tanah keras) dan tidak dianjurkan pada didominasi tanah berbatu.

Gambar. Jenis Augers


6

4. Sumur Bor Dalam (Drilled Wells)

Sumur bor biasanya dibor oleh ahli sumur bor professional yang mempunyai

pengalaman dan peralatan memadai agar mempeorleh air tanah dengan kedalaman

lebih daripada sumur lainnya. Berbagai metode pengeboran sumur telah dikembangkan

sesuai kondisi geologi mulai dari tanah keras (hard rock) seperti granit dan dolomit

hingga sedimen yang sepenuhnya terkonsolidasi seperti pasir aluvial dan kerikil.

Metode pengeboran tertentu bisa jadi lebih dominan di daerah tertentu karena paling

efektif dalam menembus akuifer setempat, sehingga dapat menghemat biaya.

Konstruksi sumur biasanya terdiri dari empat atau lima langkah pengerjaan, yaitu: (1)

pengeboran, (2) pemasangan pipa casing dan pipa screen, (3) penempatan paket

saringan atau filter, (4) penuangan sement grouting untuk memberikan perlindungan

kontaminasi, dan (5) pengujian sumur untuk memastikan air bebas dari pasir dan hasil

maksimum.
7

Gambar. Peralatan Pengeboran

Ada 2 jenis umum dari metode pengeboran, yaitu: metode perkusi atau alat kabel

(cable tool method) dan pengeboran putar (rotary drilling method).

a. Metode Perkusi atau Alat Kabel (Percussion or Cable Tool Method)

Metode ini digunakan untuk membangun sumur dengan cara berulang kali

mengangkat dan menjatuhkan kabel string yang mengangkat alat berat pengeboran

dalam lubang bor seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.2. Alat bor memecah atau

meremukkan batu-batu menjadi fragmen kecil, sedangkan tindakan pemboran lainnya

ditujukan untuk mengendurkan materi di tanah yang tidak terkonsolidasi. Dalam kedua
8

kasus, pergerakan naik-turun alat bor menjadikan partikel hancur atau longgar dibantu

dengan air untuk membentuk bubur atau lumpur di bagian bawah lubang bor.

Akumulasi lumpur meningkat dan kadang menurun sebagai dampak dari pengeboran

dan peralatan. Ketika pengeboran sulit dilakukan, perlu membuang bubur atau tanah

hasil pengeboran dengan pembersih atau disemprot dengan pompa.

Keuntungan:

1. Alat bor relatif murah, sederhana dalam rancangandan memerlukan sedikit

pemeliharaan yang rumit

2. Mesin hanya butuh energi rendah

3. Borehole stabil selama pelaksanaan pengeboran;

4. Pemulihan sampel layak adalah mungkin dari setiap kendalaman kecuali kondisi

terjadi berubahubah;

5. Sumur dapat dibor di daerah yang terdapat sedikit air dan dapat dibangun dengan

sedikit kemungkinan terjadi kontaminasi;

6. Sumur dapat dibor ke dalam tanah dimana kehilangan sirkulasi menjadi masalah;

7. Sumur dapat sesuaikan (kapasitasnya) setiap saat untuk menentukan hasil perkiraan

di kedalaman tertentu.

Kekurangan:

1. Tingkat penetrasi yang relatif lambat

2. Biaya pipa jambang (casing) biasanya lebih tinggi karena dinding lebih berat atau

diameter casing lebih besar mungkin diperlukan, serta kesulitan untuk menarik

kembali menggunakan string kabel sepanjang casing di beberapa kondisi geologi


9

3. Tidak dianjurkan untuk tanah padat berbatuan keras

Kebanyakan sumur bor selesai di tanah terkonsolidasi dengan dibor

menggunakan metode perkusi menghasilkan "Lubang terbuka," yaitu, tidak

menggunakan casing selama atau seluruh operasi pengeboran dilakukan. Pengeboran

dalam tanah tidak terkonsolidasi memerlukan pipa atau casing sesuai petunjuk

pengeboran untuk mencegah lubang di dalam galian (caving) dan untuk menjaga sumur

bor terbuka. Pembuatan sumur bor dengan metode perkusi sangat fleksibel dan mampu

mengembangkan air dari sumber air dangkal atau dalam, baik tanah tak terkonsolidasi

(pasir dan kerikil) atau konsolidasi.

b. Metode Pengeboran Putar Langsung (Direct Drilling Rotary)

Metode Pengeboran Putar Langsung dikembangkan untuk meningkatkan

kecepatan pengeboran dan mencapai kedalaman lebih di segala formasi tanah. Bor

melekat pada ujung bawah dari string pipa bor, yang melakukan aksi berputar dari rig

ke bor. Sumur dibor, memotong dan memecah formasi tanah batuan, potongan atau

tanah bor dikeluarkan melalui sirkulasi yang terus menerus dari cairan pengeboran

yang dipompa ke bawah melalui pipa bor dan keluar melalui galian buangan di dekat

lubang bor. Cairan ini mengalir ke atas melalui ruang annular antara pipa sumur bor

dan bor, membawa potongan atau tanah bor ke permukaan yang dapat digunakan untuk

melakukan analisa geologi.

Keuntungan:

1. Tingkat penetrasi relatif tinggi di semua jenis bahan


10

2. Membutuhkan sedikit pipa casing selama operasi pengeboran

3. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan pengeboran (rig) yang cepat

4. Screen dapat diatur dengan mudah saat pemasangan pipa casing

C. Uji Kesesuain Sumur

Tes dasar berikut diperlukan untuk menilai apakah sumur cocok sebagai sumber

untuk pasokan air atau tidak, sebagai berikut:

1. Pumping Test ("Kapasitas Air yang aman")

Hasil sumur yang aman secara kasar dapat ditentukan dengan mengoperasikan

pompa uji dengan kapasitas setidaknya sama dengan kebutuhan puncak pada sistem

dan operasi selama 24 sampai 48 jam. Setelah 24 jam dipompa, pengukuran harus

dilakukan dengan beberapa interval waktu untuk menentukan apakah sudah stabil.

Debit air (pumping rate) pada saat dipompa dengan kondisi pemompaan yang stabil

dengan hasil yang aman adalah sekitar 60 - 80% pada kondisi normal. Air di apisan

yang keras (inkrustasi) diantisipasi, faktor keamanan harus ditetapkan rendah. Di

daerah di mana kualitas airnya cukup baik, berada diakuifer berupa pasir dan kerikil,

serta fluktuasi water table yang rendah, faktor keamanan yang lebih tinggi dapat

dipertimbangkan.

Untuk mengukur level air di sumur (pada saat statis dan selama pemompaan),

yang terbaik adalah memasang tabung suara level air (water level sounding tube)

bersama dengan pompa. Sebuah flow meter atau saluran ukur (orifice weir) dipasang

untuk mengukur aliran air.


11

2. Uji Kualitas Air

Hal ini dilakukan untuk menentukan apakah karakteristik fisik dan kimia dari

tanah memenuhi parameter yang ditetapkan sesuai Standard Kualitas Air Minum yang

dikeluarkan oleh Pemerintah RI.

D. Pemilihan Lokasi

Faktor penting yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi pengeboran

adalah:

1. Dekat dengan area layanan yang direncanakan

2. Kondisi hidrogeologi setempat

3. Hak dan tanggungjawab terkait masalah kepemilikan tanah

4. Aksesibilitas dari lokasi untuk peralatan pengeboran dan lainnya

5. Jarak/keamanan dari potensi sumber kontaminasi permukaan; 12

6. Dekat dengan aliran listrik; 7. Kondisi medan dan kemiringan tanah.

Survei yang harus dilakukan untuk penentuan pembangunan sumur di lokasi adalah:

1. Pola aliran (debit) dan kualitas air

2. Kedalaman dan letak akuifer yang akan dibor

3. Tingkat keberhasilan pengeboran.

Seorang kontraktor pengeboran tidak dapat selalu menentukan terlebih dahulu

kedalaman di mana sebuah kandungan pasokan air yang cukup akan ditemukan.
12

Sumur-sumur yang sudah pernah dibangun dapat dijadikan rujukan namun tidak

memberi jaminan pasti.

1. Kondisi Hydro-Geologi

Studi sumber daya air merujuk kondisi hidro-geologi wilayah akan menunjukkan

lokasi yang layak untuk eksplorasi sumur dalam hal kapasitas debit dan kualitas air.

Studi hidro-geologi dilakukan oleh para profesional yang memiliki pengetahuan atau

ahli sumur bor yang dapat menilai informasi tersedia di beberapa sumur yang sudah

ada. Pemeriksaan data sumur seperti kualitas air, debit air, fluktuasi musiman,

kedalaman permukaan air tanah (water table), dan data rekaman (log) pengeboran yang

menunjukkan lapisan geologi. Survei geo-resistivitas daerah dapat menjadi lokasi

sumur yang dapat mengindikasikan kedalaman dan ketebalan akuifer.

2. Pertimbangan Lingkungan

Sumur air tanah dangkal harus pada jarak tertentu dari sumber polutan seperti

toilet, kadang peternakan, pertanian pupuk padat, dan sejenisnya. Sumur juga harus

berada jauh dari pohon-pohon besar yang akarnya dapat menggangu stabilitas sistem

sumur.

E. Perancangan Sumur Bor

1. Rancangan Sumur

Dalam prakteknya, rancangan sumur dilakukan dalam dua tahap, rancangan

sumur awal dan akhir. Rancangan terdiri dari penentuan kedalaman sumur, diameter

pipa jambang (casing), jenis screen, serta ukuran slot dan penentuan posisinya dalam

sumur.
13

Setelah lokasi ditentukan, rancangan awal disiapkan oleh ahli yang

berpengalaman berdasarkan informasi hidro-geologi sebelum pengeboran. Unsur-

unsur struktur pengeboran sumur ini diilustrasikan dalam Gambar 2.4. Rancangan awal

ini adalah dasar dari kontrak pengeboran sumur dan menghitung perkiraan biaya.

Gambar Bagian-bagian Sumur Bor

Selama periode pengeboran, rancangan awal akan disesuaikan berdasarkan

pengamatan aktual dan temuantemuan di lokasi tertentu. Rancangan ini kemudian

disesuaikan menjadi rancangan akhir. Selama tahap ini, asumsi rancangan yang

digunakan diverifikasi dan menjadi parameter rancangan yang sebenarnya, seperti

debit air, penurunan muka air (drawdown), kedalaman dan ketebalan lapisan geologi,

jenis material setiap lapisan geologi yang ditemui, dan informasi lain yang relevan.
14

2. Perkiraan Hasil (Estimated Well Yield)

Merupakan gabungan produksi dari sumber-sumber yang ada (jika ada) dan

tambahan sumur-sumur harus setidaknya setara dengan proyeksi kebutuhan hari

maksimum air di sistem sesuai tahun rencana. Studi hidro-geologi menyebutkan

sebelumnya yang menunjukkan perkiraan air yang dihasilkan oleh sumur. Sebelum

konstruksi, perkiraan hasil sumur dipergunakan sebagai dasar acuan untuk rancangan

awal sumur.

Setelah konstruksi sumur dan pencucian sumur, hasil nyata air yang dihasilkan

akan ditentukan melalui uji pemompaan.

3. Kedalaman Sumur (Well Depth)

Kedalaman sumur tergantung pada pembentukan bantalan air dan biaya yang

dianggarkan. Sumur dirancang dapat menembus akuifer sedalam mungkin yang

disesuaikan dengan biaya. Selama uji pengeboran, Pengebor akan melakukan

pencatatan (data log) pengeboran tanah. Tanah dan sampel batuan yang diambil di

berbagai kedalaman dan jenis bahan geologi dicatat. Hal ini memungkinkan Pengebor

(driller) mengidentifikasi akuifer dengan potensi terbaik yang akan dijadikan sumber

air. Beberapa Pengebor menjalankan log listrik (catatan hasil geolistrik) atau sinar

gamma dalam lubang uji untuk lebih mendefinisikan kondisi geologi.

Umumnya sumur diselesaikan dibagian bawah akuifer. Hal ini lebih

memungkinkan akuifer untuk dimanfaatkan dan memastikan produksi maksimal dari

sumur.
15

4. Diameter Pipa Jambang (Casing)

Casing sumur bisa berupa pipa casing lurus atau casing teleskopik. Diameter pipa

casing lurus sama dari atas ke bawah sumur. Casing teleskopik kombinasi dari bagian

pipa lebih besar di bagian casing/screen dan diameter yang lebih kecil dibagian

casing/screen.

Pipa casing berfungsi sebagai rumah untuk peralatan pompa dan saluran untuk

masuknya aliran air tanah ke suction pompa. Rumah pada bagian pipa casing harus

dapat meletakan pompa agar selalu terendam air. Ini harus diletakkan beberapa meter

di bawah level pada saat air minimum saat drawdown dan pertimbangan fluktuasi

musiman. Casing harus cukup besar untuk menampung unit pompa sesuai debit yang

diinginkan. Idealnya, pipa casing sumur diameternya dua kali ukuran (lebih besar) dari

ukuran mangkuk pompa yang akan dipasang. Untuk sumur dalam, casing juga harus

cukup besar untuk menampung mangkuk pompa, kolom atau cukup untuk menjatuhkan

pipa dengan tepat saat instalasi dan operasi yang efisien. Ukuran casing minimum harus

sama dengan 50 mm lebih besar dari mangkok pompa tetapi tidak boleh kurang dari

100 mm. Untuk sumur teleskopik, pompa harus ditetapkan pada casing yang lebih

besar.

5. Screen Sumur

Screen sumur adalah bagian menangkap dari sumur. Hasil dari sumur sangat

tergantung pada rancangan dan lokasi screen. Sumur dapat melalui screen (disaring)

terus menerus sesuaig kedalaman sumur atau pada interval kedalaman tertentu. Hal ini

tergantung pada kedalaman dan ketebalan lapisan akuifer.


16

Lubang-lubang screen menahan pasir dan kerikil yang masuk sumur, namun

memungkinkan air mengalir ke dalamnya. Screen dipasang di tanah lapisan produktif

yang menghasilkan air pada lubang bor. Bagian pertama screen sebelah atas harus

dipasang di bawah perkiraan level air terdalam saat pemompaan (pumping water level).

Pada dasarnya, screen harus sedapat mungkin:

a. mencegah masuknya pasir ke dalam sumur

b. memberikan pembukaan optimal agar air dari sumber masuk (inflow)

c. tahan karat (corrosion resistant), dan

d. secara struktural kuat menahan keruntuhan.

Screen sumur biasanya dipasang di akuifer yang berada di titik longgar atau tidak

stabil. Screen mencegah fragmen batuan masuk sumur, membantu penguatan dinding

(bagian bawah) dan memungkinkan air masuk perlahan-lahan. Aliran turbulen dapat

mudah mengangkut partikel batu yang tidak diinginkan, sedangkan aliran aduk

(agitated water) dapat melepaskan mineral-mineral dan sumbatan sumur.

Screen yang terbuat dari stainless steel paling banyak digunakan karena

bahannya kuat dan tahan korosi.


17

Gambar. Posisi Peletakan Screen dimana bagian atas screen dipasang di bawah

pumping water level

a. Jenis Screens

Screen dibuat dengan banyak ukuran slot atau bukaan yang berbeda-beda dan

biasanya dipasang untuk memudahkan perbaikan pada ujung pipa jambang (casing).

(Gambar 2.6) adalah contoh gambar screen dan slot.


18

Gambar 1.6. Jenis-jenis Screen

Ukuran dan bentuk slot dirancang agar sesuai dengan karakteristik akuifer.

Bukaan slot atau casing berlubang dibuat dengan menggunakan alat pemotong atau

bor. Biasanya pipa plastik (PVC) yang sudah berlubang tersedia di pasaran.

Bukaan slot dan perforasi dipasang berjarak lebih dari bukaan screen. Ini

mengurangi jumlah area terbuka yang memungkinkan air masuk ke dalam sumur.

Bukaan cenderung bervariasi dalam ukuran dan mungkin memiliki tepi kasar

tergantung pada bagaimana mereka dibuat. Ini menghambat aliran air masuk ke dalam

sumur dan mungkin tidak menahan balik sedimen tanah.

Gambar Potongan Screen dan Shoot


19

Sementara screen yang mahal sebagai alternatif, diperlukan jika akuifer terdiri

dari material lepas seperti pasir halus, kerikil atau batu pasir lembut. Slot atau casing

berlubang dapat digunakan ketika tanah akuifer lebih konsolidasi, seperti batu pasir

keras atau retak serpihan.

Setelah pilihan dibuat antara screen dan slot atau casing berlubang, keputusan lainnya

adalah:

1. Ukuran lubang Slot

2. Luas screen atau perforasi yang terkena akuifer

3. Penempatan screen atau perforasi dalam akuifer.

Gambar Screen dan Sloot

b. Ukuran Bukaan Slot

Bukaan slot harus cukup kecil untuk mencegah sedimen tetapi memudahkan air

masuk ke dalam sumur. Ukuran slot yang dipilih tergantung pada ukuran partikel dalam
20

akuifer di perut bumi. Ukuran slot yang memungkinkan adalah 60 persen dari ukuran

material-material dari akuifer agar air dapat masuk selama tahap

pembersihan/pencucian screen (well development). Sisanya 40 persen, terdiri dari

bahan kuarsa yang akan membentuk filter alami sekitar perforasi atau screen.

Luas total bukaan slot tergantung pada panjang dan diameter screen. Sedangkan

panjang screen bervariasi, diameter screen ditentukan oleh diameter casing sumur.

Hasil air dari sumur bertambah dengan meningkatkan diameter screen tetapi tidak

proporsional. Menggandakan diameter screen meningkatkan kapasitas sumur hanya 20

persen.

Jumlah daerah terbuka dari screen atau casing berlubang harus dihitung untuk

memastikan air dari akuifer tidak masuk ke sumur terlalu cepat. Jumlah lebih besar

pada area terbuka memungkinkan air untuk memasuki sumur pada tingkat lebih lambat,

menyebabkan penurunan tekanan lebih rendah di dalam air ketika bergerak ke dalam

sumur. Jika air mengalir terlalu cepat, akan ada masalah dengan pembentukan lapisan

keras (incrustation).

c. Penempatan Screen

Screen atau perforasi pada casing harus ditempatkan berdekatan dengan akuifer.

Jika tidak benar pentempatannya, sumur dapat menghasilkan sedimen halus yang

terperangkap pada perlengkapan pipa dan menyebabkan keausan berlebihan pada

pompa. Jika Pengebor menggunakan peralatan logging geofisika yang secara akurat

mengidentifikasi batas-batas akifer, penempatan yang tepat akan lebih baik.


21

Level pemompaan (pumping water level) harus masih di bawah dari bagian atas

bukaan slot atau perforasi. Jika tidak, akuifer akan ada oksigen, yang akan

meningkatkan pertumbuhan bakteri dan mengurangi hasil.

6. Gravel Pack

Ruang annular antara screen sumur, casing, dan dinding lubang bor diisi dengan

kerikil atau pasir kasar (disebut gravel pack atau filter pack). Gravel pack mencegah

pasir dan partikel pasir halus yang bergerak dari tanah aquifer ke dalam sumur. Gravel

pack tidak boleh ada partikel halus lumpur dan tanah liat; di mana bisa mengisi ruang-

ruang kosong pada bagian casing. Bagian paling atas dari ruang annular biasanya

disegel tanah liat dan semen grouting bentonit untuk memastikan bahwa tidak ada air

atau kontaminasi bisa masuk dari permukaan

Gambar Contoh casing sementara, Ruang annular, dan Semen Grout


22

7. Semen Nat/Grout

Semen grout harus digunakan untuk mengisi sepanjang 3 m dari ruang annular

antara casing dan lubang bor untuk memberikan segel terhadap kemungkinan

kontaminasi dari permukaan. Pada permukaan sumur, casing bagian atas disediakan

untuk memudahkan penuangan segel sumur. Casing permukaan dan segel sumur

melindungi kontaminasi dari gravel pack dan menjaga kontaminasi air dangkal yang

masuk/bocor ke dalam sumur. Casing permukaan dan segel sumur adalah sangat

penting dibuat keras untuk melindungi kondisi terbuka, lubang bor yang tidak

diharapkan hingga air masuk.

Gambar 1.10. Ilustrasi Peletakan Gravel Pack


23

F. Pengeboran Sumur (WELL DRILLING)

Metode pembangunan sumur bor tergantung pada kedalaman dan diameter yang

diperlukan, kondisi geologi tanah, dan jumlah dukungan lainnya.

1. Pengalaman Tukang Sumur Bor

Pengeboran sumur harus dikontrak ke perusahaan pengeboran yang

berpengalaman dan kompeten, terakreditasi dan bersertifikat. Peran Pengebor harus

dapat melakukan pengeboran sumur bor sesuai ukuran yang disepakati atau spesifikasi

standar, praktik standar dan tes uji hingga menghasilkan sumur bor yang berkualitas

baik. Petunjuk standard yang dilakukan adalah:.

a. Mencatat semua perubahan dalam setiap lapisan geologi tanah dan kedalamannya

dengan tujuan menentukan kelayakan lokasi dan persyaratan teknis dan desain sumur

b. Lakukan pengeboran geofisik

c. Lakukan pemnbersihan/pencucian sumur bor

d. Melakukan uji kelurusan dan penyimpangan

e. Melakukan uji pemompaan.

2. Pengeboran

Selama pengeboran, Pengebor harus menyimpan rincian catatan (detailed log)

dari potongan lapisan tanah yang dibor (drill cuttings). Selain itu, setelah pengeboran

selesai, kadang diperlukan pendataan rinci tentang kondisi bawah geologi dengan

mengambil pengukuran geofisika pada lubang bor.


24

Peralatan khusus digunakan untuk mengukur hambatan listrik, dan potensinya

dari bahan geologi sepanjang bukaan dinding lubang bor. Pasir memiliki ketahanan

yang lebih tinggi dari tanah liat, sedangkan salinitas tinggi mengurangi hambatan listrik

dari pembentukan geologi. Kehatian-hatian interpretasi professional terhadap data log

potensi dan deskripsi hasil potongan lapisan tanah, menyediakan informasi penting

tentang salinitas air, lokasi, dan ketebalan akuifer lapisan. Informasi ini sangat berguna

untuk finalisasi rancangan sumur, yang mencakup penentuan kedalaman screen,

ukuran bukaan screen, dan ukuran bahan gravel pack.

3. Pembersihan / Pencucian Sumur (Wells development)

Pembangunan sumur adalah proses menghilangkan sedimen halus dan cairan

pengeboran dari daerah yang mengelilingi perforasi. Hal ini meningkatkan kemampuan

sumur untuk menghasilkan air dan memaksimalkan produksi dari akuifer. Setelah

pemasangan screen sumur, casing, dan gravel pack, sumur dicuci untuk membersihkan

lubang bor dan cairan pengeboran, serta untuk penguatan gravel pack agar lebih stabil

di sekitar screen sumur. Metode yang biasa digunakan adalah menyemprotkan udara

atau air bertekanan masuk dan keluar dari bukaan screen. Prosedur ini dapat

berlangsung beberapa hari atau mungkin lebih lama, tergantung pada ukuran dan

kedalaman sumur.

Pengaliran bertekanan, penyemprotan, backwashing, dan pemompaan terus-

menerus adalah metode yang digunakan untuk kegiatan ini. Air atau udara naik-turun

bolak-balik melalui perforasi. Bahan halus yang yang dalam tanah menjadi lepas,
25

dipompa atau dikeluarkan dari sumur. Prosedur dilanjutkan hingga tidak ada partikel

halus dan air menjadi jernih.

Jika pembentukan akuifer tidak alami memiliki partikel yang relatif kasar untuk

membentuk filter, mungkin perlu memasang paket filter buatan. Paket ditempatkan di

sekitar screen atau perforasi sehingga sumur dapat dicuci. Misalnya, prosedur ini

diperlukan bila akuifer terdiri dari pasir halus dan partikel butir individu yang

ukurannya seragam.

4. Penyelesaian

Setelah sumur dibor dan peralatan dibersihkan, ada beberapa prosedur

pengeboran masih harus diselesaikan sebelum sumur siap digunakan. Kontraktor

pengeboran bertanggung jawab untuk:

a. Pencucian/pembersihan sumur (wells development)

b. Disinfeksi sumur

c. Melakukan tes hasil

5. Perlindungan Bagian Atas Sumur (Wellhead Protection)

Pembangunan sumur tahap akhir berupa penyegelan akhir dimaksudkan untuk

memberikan perlindungan dari kebocoran dan menjaga limpasan masuki bagian atas

sumur. Hal ini penting dengan mamasang alat pencegah arus balik, terutama jika air

sumur dicampur dengan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida dekat sumur. Sebuah

arus balik ini dimaksudkan untuk menjaga air yang terkontaminasi tidak mengalir

kembali dari sistem distribusi ke dalam sumur ketika pompa dimatikan.


26

2. Pengertian Akuifer

A. Akuifer

Akuifer merupakan formasi geologi yang jenuh sehingga dapat dijadikan

pemasok air dalam jumlah yang ekonomis (jumlahnya cukup untuk suatu keperluan

seperti domestik, pertanian, peternakan, industri dan lainnya). Oleh sebab itu formasi

ini harus mampu menyimpan dan melewatkan air. Serta suatu unit geologi yang jenuh

dan mampu memasok air kepada sumur atau mata air sehingga dapat digunakan sebagai

sumber air. Istilah lain adalah water bearing formation (formasi yang mengandung air)

atau juga groundwater reservoir (waduk air tanah). Untuk dapat berpungsi sebagai

akuifer, suatu batuan haruslah berpori atau berongga yang berhubungan satu sama lain,

sehingga dapat menyimpan dan membiarkan air bergerak dari rongga ke rongga.

Air tanah merupakan air yang tersimpan dibawah permukaan tanah dan

pergerakannya mengikuti hukum-hukum fluida. Keberadaanya di alam sangat

tergantung dari ada tidaknya batuan yang dapat menyimpan dan meloloskan air dalam

jumlah yang bearti atau dalam hal ini disebut sebagai akuifer secara alami tidak semua

batuan dapat bertindak sebagai akuifer mengingat akan sangat bergantung pada ruang

antar butiran (pori-pori batuan) dan permeabilitasnya. Tentunya batu pasir atau batuan

sedimen berbutir kasar memiliki persyaratan untuk itu, terutama batuan-batuan yang

belum terkompakan (unconsolidatet rock), karena itu juga sangat tergantung pada umur

batuan.

Secara umum dalam ilmu hidrogeologi, akifer merupakan suatu batuan/formasi

yang mempunyai kemampuan menyimpan dan mengalirkan airtanah dengan jumlah


27

yang berarti (significant). Batuan-batuan yang berumur tua biasanya telah mengalami

kompaksi dan sementasi sehingga ruang antar butiran menjadi rapat termampatkan,

menyebabkan tidak bisa menampung dan meloloskan air dalam jumlah banyak dan

bahkan menjadi kedap air (impermeable). Dengan kata lain permeablitas dan

porositasnya kecil demikian juga halnya dengan batuan beku dan batuan metamorfik.

Akuifer terletak di berbagai kedalaman. Akuifer yang terletak dekat

kepermukaan cenderung digunakan sebagai sumber air sumur dangkal (sumur galian)

dan sumur irigasi. Akuifer ini cenderug diisi oleh resapan air hujan. Beberapa daerah

gurun yang merupakan daerah perbukitan kapur atau pegunungan, memiliki akuifer

dangkal, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya air tanah. Contohnya di

Pegunungan Atlas di Afrika utara, Lebanon, Suriah, Israel, Jebel Akhdar di Oman,

Sierra Nevada, memiliki akuifer dangkal yang sudah dieksploitasi sebagai sumber air.

Over eksploitasi dapat menyebabkan kekurangan pasokain air; karena lebih banyak air

yang keluar (dimanfaatkan) daripada pengisian ulangnya (oleh air hujan). Di sepanjang

garis pantai di negara-negara tertentu seperti Libya dan Israel, pertumbuhan

penduduknya telah berdampak pada penggunaan air yang berlebihan, sehingga

menyebabkan penurunan muka air dan terjadi kontaminasi pada air tanah yang menjadi

asin karena adanya intrusi air laut.


28

Gambar Tipe Akuifer

B. Akuifer Tertekan

Akuifer tertekan adalah suatu akuifer dimana air tanah terletak di bawah lapisan

kedap air (impermeable) dan mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan

atmosfer. Air yang mengalir (no flux) pada lapisan pembatasnya, karena confined

aquifer merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan

bawahnya.
29

Gambar Akuifer Tertekan

C. Akuifer Setengah Tertekan

Akuifer bocor dapat didefinisikan suatu akuifer dimana air tanah terkekang di

bawah lapisan yang setengah kedap air sehingga akuifer di sini terletak antara akuifer

bebas dan akuifer terkekang.

Akifer setengah tertekan, disebut juga akifer bocor (leaky aquifer), merupakan

akifer yang ditutupi oleh lapisan akitard (lapisan setengah kedap) di bagian atasnya,

dapat dijumpai pada daerah volkanik (daerah batuan tuf).

Gambar Akuifer Setengah Tertekan


30

3. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)

A. Akuifer Bebas

Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam akuifer tertutup

lapisan impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah.

Unconfined Aquifer adalah akuifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya yang

merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard di

lapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Permukaan air tanah di

sumur dan air tanah bebas adalah permukaan air bebas, jadi permukaan air tanah bebas

adalah batas antara zone yang jenuh dengan air tanah dan zone yang aerosi (tak jenuh)

di atas zone yang jenuh. Akuifer jenuh disebut juga sebagai phriatic aquifer, non

artesian aquifer atau free aquifer (Wuryantoro, 2007).

Air tanah ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk berbagai keperluan

dengan kedalaman sumur umumnya antara 1 – 25 meter. Air tanah bebas masih

merupakan sumber utama air bersih bagi sebagian besar penduduk dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatannya dilakukan dengan cara pembuatan sumur gali

dan sumur pantek pada kedalaman kurang dari 20 meter di bawah permukaan,

umumnya terdapat pada lapisan pasir, pasir kerikilan, tufa pasiran dan pasir lanauan.

Air tanah bebas di dataran aluvial terdapat dalam lapisan pasir, pasir lempungan, pasir

kerikilan dan pasir lempungan.

Mutu air tanah bebas bervariasi dari baik hingga jelek, asin rasa airnya hingga

tawar, berwarna keruh hingga jernih. Kesadahannya berkisar antara 8,5 – 16,7, pH

sekitar 6,7 – 11,2, sisa kering 353 – 580, sisa pijar 252 – 420, kadar kandungan ion
31

klorida berkisar 25,5 – 6.685 mg/l, SO4 antara 40,5 – 246,9 mg/l. Khususnya untuk

keperluan rumah tangga sehari-hari, kandungan air tanah bebas di dataran aluvial

terkecuali daerah-daerah sekitar pantai, pemanfaatannya masih dapat dikembangkan.

Sedangkan untuk daerah-daerah yang terletak sekitar 1 – 3 km dari garis pantai,

penggunaan air tanah bebasnya sangat terbatas sekali disebabkan asin hingga payau

rasa airnya. (Anonim3, 2008).

Gambar Akuifet Bebas

B. Akuifer setengah bebas ( Akuifer melayang/ Perched Aquifer)

Akuifer yang disebut akuifer melayang jika di dalam zone aerosi terbentuk

sebuah akuifer yang terbentuk di atas lapisan impermeable. Akuifer melayang ini tidak

dapat dijadikan sebagai suatu usaha pengembangan air tanah, karena mempunyai

variasi permukaan air dan volumenya yang besar.


32

4. KONSTRUKSI SUMUR

A. PEMBUATAN KONSTRUKSI SUMUR

Konstruksi Sumur Sebelum memulai pekerjaan perencanaan sumur, Engineer harus

mengadakan studi perencanaan, konstruksi dan pemeliharaan dari beberapa sumur

yang ada.

Selain itu diperlukan penambahan informasi mengenai data pemeliharaan sumur

oleh pihak/instansi terkait. Faktor kebutuhan yang kuat dan biaya-biaya dalam

pelaksanaan konstruksi sumur dan pemeliharaan merupakan bagian dari syarat khusus

parameter perencanaan sumur.

Untuk konstruksi sumur sendiri terdiri dari 2 (dua) elemen yaitu casing dan bagian

intake. Untuk pelayanan kebutuhan air, peralatan pompa mempunyai lubang pipa ke

atas untuk mengalirkan air dari aquifer menuju lubang pengambilan pompa. Sedangkan

bagian intake dari sumur yang tidak terkonsolidasi dan semikonsolidasi umumnya

bagian screen dilindungi dari masuknya sedimen-sedimen yang menghambat/menutupi

screen tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang pekerjaan konstruksi sumur, yaitu :

a. Pemilihan diameter casing Pemilihan diameter casing yang tepat dari sumur

sangatlah penting karena sangat mempengaruhi terhadap biaya konstruksi.

Diameter yang dipilih harus tepat dengan dua alasan, yaitu :


33

 Casing harus mempunyai lebar yang cukup untuk menampung debit air

yang dipompa dengan cukup bersih. Dengan demikian efisiensi operasi

instalasi akan tinggi.

 Diameter dari casing harus cukup dan sesuai dengan pompanya.

b. Bahan material casing Pemilihan bahan casing dan diameter bergantung pada

kualitas air, kedalaman sumur, biaya lubang bor, metode pengeboran dan

peraturan yang berlaku. Tipe dari casing yang digunakan konstruksi sumur

adalah besi, thermo plastic, fiberglass, beton dan semen asbes. Besi digunakan

lebih umum, tetapi bahan thermoplastic lebih menguntungkan secara ekonomis

mengingat pangsa pasarnya lebih banyak, khususnya digunakan pada area yang

mempunyai air tanah dengan kadar korosinya tinggi dan kedalaman sumurnya

lebih dari 1000 feet (> 350 meter).

c. Perencanaan pipa Pipa yang digunakan untuk konstruksi sumur didasarkan pada

standar pengembangan dari dua kondisi di pasaran yaitu :

 Pipa air minum, pipa pemanas, AC, gas dan proses sistem lainnya (

Standar ASTM)

 Oli dan gas industri (Standar API).


34

B. PENGUMPULAN DATA

Efektifitas Pekerjaan Konstruksi Sumur , Dalam rangkaian kegiatan evaluasi

mengenai Pekerjaan Pelaksanaan Konstruksi Sumur Dalam ( Deep Well ) dengan

bahan PVC Adapun data-data yang diperlukan adalah ;

1. Lokasi Pekerjaan Yaitu lokasi dimana proyek dilaksanakan. Proyek berada

di wilayah Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo.

2. Persiapan Pekerjaan Meliputi beberapa hal yang perlu dipersiapkan

sebelum proyek berlangsung, diantaranya ;

 Jalan masuk

 Persiapan lokasi pengeboran

 Penyediaan air

 Pengamanan lokasi

3. Pelaksanaan Pekerjaan Yang termasuk dalam Pelaksanaan Pekerjaan

meliputi ;

 Pekerjaan Pengeboran

 Pemasangan Pipa

 Gravel Pack

 Logging

 Pengujian Sumur

 Pengujian Kualitas Air


35

4. Pekerjaan Penyelesaian Yang termasuk dalam Pekerjaan Penyelesaian ;

 Penyempurnaan Sumur

 Pemulihan lokasi

 Pembuatan Laporan

C. Dasar-dasar Perencanaan Sumur

Sebelum pelaksanaan pengeboran sumur, perlu diadakan perencanaan yang matang

agar nantinya bisa diperoleh hasil yang maksimal dari sumur yang akan dibuat.

Perencanaan dari suatu sumur merupakan proses yang spesifik ditinjau dari kondisi fisik

material dan dimensi sumur tersebut. Meskipun perencanaan sumur kelihatan dengan

prosedur yang pasti namun kondisi lokal hidrogeologi dan praktek dalam perencanaan

di lapangan sangatlah kompleks dengan permasalahan. Beberapa hal mengenai

pentingnya kondisi hidrogeologi yang perlu dimengerti antara lain ;

 Kondisi stratifigasi, khusunya mengenai aquifer dan lapisan sedimen

 Kondisi Water Balance dari aquifer, baik kondisi saat ini maupun kondisi yang

akan datang.

 Analisa ukuran butiran untuk material aquifer yang tidak terkonsolidasi dan

teridentifikasi dari jenis unsur-unsur logam dan mineral

 Kualitas air tanah

Sumur yang akan dibuat harus didesain sedemikian rupa untuk mendapatkan

kedalaman yang ada pada lapisan aquifer sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi dan
36

produksi air tanah yang bebas dari sedimentasi. Sumur terdiri dari 2 (dua) elemen

penting yaitu casing dan intake. Fungsi utama dari casing adalah untuk menghindari

masuknya sedimen-sedimen yang berada pada lapisan tanah yang bisa terserap masuk

ke dalam pipa utama sehingga tidak timbul kontaminasi dari air yang diproduksi.

Duahal penting yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi sumur adalah

1. Pemilihan Bahan Casing Untuk pemilihan bahan casing bergantung pada kualitas

air, kedalaman sumur, metode pengeboran dan peraturan yang berlaku. Beberapa

bahan yang digunakan dalam konstruksi sumur antara lain besi, stainless steel,

thermoplastic, fiberglass, beton dan semen asbes. Pemilihan casing sangat

tergantung dari beberapa faktor utama, yaitu :

 Kekuatan peralatan

 Ketahanan terhadap korosi

 Kemudahan pemakaian dan perawatan

 Aspek biaya

 Tipe formasi

 Metode pengeboran

 Desain Sumur

 Teknik Konstruksi

Dalam praktek lapangan ternyata casing dari besi yang sering digunakan. Sebenarnya

bahan thermoplastic lebih menguntungkan secara ekonomis, mengingat pangsa

pasarnya lebih banyak khususnya dipakai pada area yang mempunyai air tanah dengan
37

kadar korosinya tinggi dan kedalaman sumurnya lebih dari 1000 ft (> 350 m). Tempat

dari rangkaian casing pada lubang eliminasi membutuhkan perbaikan dengan grouting

untuk menghilangkan resiko kebocoran antara rangkaian casing.

Tabel 1. Perbandingan Bahan Casing

2. Pemilihan Diameter Casing Pemilihan diameter casing yang tepat dari sumur

sangatlah penting karena sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya biaya

konstruksi sumur dibandingkan dengan jenis dan tipe peralatan bor yang

digunakan. Rangkaian dari casing biasanya dimasukkan sampai kedalaman


38

50 ft (91,5 – 152 m) tergantung dari kondisi geologinya. Idealnya rangkaian

casing harus berada dan ditempatkan pada lapisan lempung atau lapisan lain

yang tidak bersedimen. Dalam proses perencanaan sedapat mungkin harus

memperhatikan kondisi yang akan berpengaruh dalam pemilihan diameter

casing. Diameter casing harus dipilih secara tepat dengan dua alasan, yaitu

o Casing harus mempunyai lebar yang cukup untuk menampung debit air

yang dipompa dengan cukup bersih sehingga efisiensi operasi instalasi

akantinggi.

 Diameter casing harus cukup dan sesuai dengan pompanya

Tabel 2. Rekomendasi Diameter Sumur untuk beberapa Pompa


39

Tabel 3. Debit Maksimum Untuk Beberapa Diameter Casing dengan

Kecepatan 5 ft/det ( 1,5 m /det ).


40

Pemilihan kelas pipa yang digunakan untuk casing harus mengikuti standar

pipa seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Rekomendasi Pemilihan Pipa untuk Casing

NO Klasifikasi Deskripsi

1 Casing Sumur Casing sumur diproduksi dengan pengelasan

elektrik atau proses kelim dengan ukuran 3,5 in

OD s/d 8 5/8 in OD (88,9 mm s/d 219 mm) dengan

dinding lebar dan standart

2 Pelebaran pipa Pelebaran pipa aliran sumur dibuat khusus untuk

aliran sumur yang menggunakan pengeboran. Produk

dibuat dengan metode las elektrik dan kelim.

Diameter pipa 1” s/d 12 “ (25,4 mm s/d 305 mm)

dengan panjang antara 16 ft s/d 22 ft (4,9 m s/d 6,7

m)

3 Pipa Pipa pengeboran merupakan pipa yang di las

Pengeboran secara elektrik atau secara proses kelim dan

direncanakan digunakan untuk peralatan

pengeboran. Dengan ukuran antara 168 mm s/d

406 mm.

4 Pipa Sumur Pipa sumur bor diproduksi dengan metode las dan

bor kelim yang standar. Ukuran pipanya 25,4 mm,


41

31,0 mm, 38,1 mm dan 50,8 mm. Dengan panjang

pipa berkisar 3 ft s/d 6 ft (0,9 m s/d 1,8 m) dan 6

ft s/d 10 ft (1,8 m s/d 3 m)

Sumber : Water Well Design, Teknik Sipil Program PascaSarjana Unibraw

Malang

Tabel 5. Komposisi dan Penerapan Beberapa Jenis Logam untuk Casing

dan Screen Sumur.

No Jenis Logam Komposisi Penggunaan

1 Low Carbon Steel Karbon : 0,8 Tidak tahan terhadap erosi

(Besi Karbon % max Besi : Akan mempunyai usia

Rendah) seimbang guna yang baik bila

ditempatkan pada air yang

tidak mengandung korosi

2 Tipe 405 Stainless Krom : 11,5 % Lebih tahan terhadap

Steel min korosi. Cocok untuk pipa

Aluminium : air minum dengan kadar

0,3 % max korosi yang rendah dan

Besi : sedang.

seimbang

3 Tipe 304 Stainless Krom : 8 % Tahan terhadap korosi,

Steel min Nikel : 8 lebih baik digunakan


42

% min material stainless steel

Mangan : 2 % untuk screen sumur.

max Karbon : Kadang dipakai khusus

0,08 % max untuk sumur dengan

Besi : kapasitas besar pada

seimbang lingkungan yang

mengandung korosi.

4 Tipe 316 Stainless Krom : 16 % Digunakan untuk air tanah

Steel min Nikel : 10 yang mengandung kadar

%min garam sedang.

Molybdenum Molybdenum akan

: 2 % min membantu menahan

Karbon : 0,03 lubang kebocoran dan

% max Besi : retakan-retakan akibat

seimbang larutan garam. Lebih

tahan terhadap patahan

akibat korosi yang kuat

dibanding tipe 304

Stainless Steel.

5 Terpanter 20c63 Krom : 19 % Sangat kuat dan tahan

min Nikel : 32 terhadat korosi korosi,


43

% min patahan, lubang-lubang

Molybdenum dan retakan akibat korosi.

: 2 % min Akan tahan terhadap air

Tembaga : 3 garam dan suhu lebih dari

% max 100ºF (38ºC)

Mangan : 2 %

max Besi :

seimbang

6 Nikonel 400 Nikel + Kobal Sangat baik digunakan di

: 63 % min air laut dimana kadar

Tembaga : 28 larutan sodium klor yang

% max tinggi bereaksi dengan

Mangan : 2 % oksigen terlarut. Bahan

max Besi : 2,5 sangat sensitif terhadap

% hidrogen sulfat.

7 Ascoloy 825 Nikel + Kobal Bahan kurang tahan pada

: 38 % min larutan klorida kadar

Krom : 19,5 % tinggi. Akan tetapi tahan

max Mangan : terhadap patahan, lubang-

2 % max lubang dan retakan akibat

Molybdenum korosi. Lebih baik


44

: 2,5 % min digunakan pada pipa

Tembaga : 1,5 panas bumi, minyak, gas

% min dan sumur injeksi.

Sumber : Water Well Design, Teknik Sipil Program PascaSarjana Unibraw

Malang

Pekerjaan Sumur

Dalam Setelah melalui perencanaan yang matang, barulah pekerjaan

konstruksi sumur bisa dimulai. Untuk pekerjaan konstruksi biasanya

dilaksanakan oleh kontraktor/pemborong yang bergerak dibidang

pengeboran. Pekerjaan konstruksi diawali dengan pekerjaan persiapan yang

meliputi pengangkutan, pemindahan, peralatan, material, direksi kit,

gudang, jalan masuk, tersedianya air, dan siapnya personil. Dalam

pelaksanaan pemboran, dari pelaksana pekerjaan biasanya memiliki metode

tersendiri dalam pemboran sesuai kondisi geologi.

Untuk bahan-bahan penunjang pekerjaan yang diperlukan disediakan oleh

pemborong dan harus sesuai dengan persyaratan teknis yang telah

ditentukan.

Prosedur pekerjaan konstruksi sumur meliputi :

1. Persiapan site dan persiapan pekerjaan

2. Pemasangan mesin bor


45

3. Pengeboran dengan diameter 18” dari permukaan tanah sampai pada

kedalaman 10 –15 meter

4. Pemasangan pipa konduktor sementara diameter 16”

5. Pengeboran lubang diameter 14” sampai pada kedalaman antara 35 – 50

meter dan mengadakan cutting untuk mengambil contoh batuan.

6. Pengeboran lubang diameter 12” sampai pada kedalaman 100 meter dan

mengadakan cutting untuk mengambil contoh batuan

7. Sirkulasi dan mengurangi kekentalan lumpur pengeboran sampai 33 detik

( Marsh Funnel ) dengan cara menambah material pengencer.

8. Logging Resistivity dan SP (juga gamma) untuk menentukan kedalaman

dan ketebalan akuifer.

9. Pemasangan pipa sumur yang terdiri dari pipa produksi diameter 6”,

reducer dan pipa jambang 12” sesuai dengan desain sumur yang

ditentukan.

10. Penempatan gravel ke dalam rongga disekeliling pipa produksi dengan

cara yang telah ditentukan dan sampai kedalaman yang ditentukan pula.

11. Development sumur

12. Logging EC untuk mengetahui kualitas air

13. Pencabutan pipa konduktor sementara diameter 16”

14. Pengujian ketegak lurusan pipa jambang sumur dan pengisian semen

atau grouting ke dalam rongga disekeliling pipa jambang.

15. Pembongkaran mesin bor


46

16. Pelaksanaan pemompaan uji

17. Pemasangan tutup sumur

18. Pemulihan lokasi pengeboran.

Alat-alat Pemboran Alat-alat pemboran yang digunakan harus sesuai dengan

spesifikasi teknis. Dan semua peralatan ini harus disiapkan sedini mungkin oleh

pelaksana pekerjaan.

Beberapa peralatan tersebut adalah ;

a. Drilling Rigs ( Bor ) Untuk jenis alat ini terdiri dari tiga macam yaitu ;

 Spidle type

 Rotary Table

 Top Drive

b. Compressor ( Pompa lumpur )Sebagai penunjang utama Drilling Rig, harus

tersedia compressor. Alat ini digunakan untuk menyedot lumpur yang biasanya

ikut tersedot dalam pipa pemboran. Compressor yang dipakai harus bertipe

piston. Kapasitas yang dianjurkan adalah 500 l/menit pada 24 kg/cm2 didalam

preparasi pompa lumpur dilapangan harus diperhitungkan panjang sirkulasi

dari lubang bor kebak lumpur sehingga dipertimbangkan bahwa sample

‘cutting’ yang diperoleh cukup bisa mewakili penetrasi kedalamannya dan juga

efek perembesan ke dalam lubang bor.

Selain itu harus juga disiapkan alat pengetesan lumpur pemboran, antara lain ;

 Mud balance/Timbangan lumpur


47

 Marsh funnel

 No. 200 Sive ( ayakan no 200 )

 PH indicator paper (kertas ph)

 EC meter c. Stang Bor/Drill Rod, Collar Drill/Pemberat, Stabilizers. Alat ini

berfungsi untuk mencegah kemungkinan tidak lurusnya lubang bor. Spesifikasi

teknisnya harus sesuai dengan standar API atau yang sederajat.

c. Conductor Pipe/Surface Case/Pipa Pelindung Untuk sistem bor putar

pemakaian Conductor Pipe sangat penting karena untuk mencegah runtuhnya

lubang bor. Pipa Pelindung ini harus dipasang dalam keadaan normal minimum

pada kedalaman 10 meter. Pada kondisi khusus mungkin perlu lebih dalam lagi

untuk mencegah kemungkinan terjadinya keruntuhan ke dalam lubang bor.


48

5. UJI PEMOMPAAN

TUJUAN PENGUJIAN

a. Memperoleh head,daya poros, daya hidrolik, debit dan efisiensi.

b. Mengetahui performansi pompa sentrifugal dan menghasilkan kurva karakteristik :

head vs debit, daya poros vs debit, efisiensi vs debit

c. Menentukan performansi pompa pada kondisi BEP

Pompa adalah mesin konversi energi yang umumnya digerakkan oleh motor.

Daya dari motor diberikan pada poros pompa untuk memutar impeler yang

dipasangkan pada poros tersebut. Akibat dari putaran impeler yang menimbulkan gaya

sentrifugal, maka zat cair akan mengalir dari tengah impeler keluar lewat saluran di

antara sudu-sudu dan meninggalkan impeler dengan kecepatan yang tinggi. Zat cair

yang keluar dari impeler dengan kecepatan tinggi kemudian melalui saluran yang

penampangnya semakin membesar yang disebut volute, sehingga akan terjadi

perubahan dari head kecepatan menjadi head tekanan. Jadi zat cair yang keluar dari

flens keluar pompa head totalnya bertambah besar. Sedangkan proses pengisapan

terjadi karena setelah zat cair dilemparkan oleh impeler, ruang diantara sudu-sudu

menjadi vacuum, sehingga zat cair akan terisap masuk. Selisih energi persatuan berat

atau head total dari zat cair pada flens keluar dan flens masuk disebut sebagai head total

pompa. Sehingga dapat dikatakan bahwa pompa sentrifugal berfungsi mengubah

energi mekanik motor menjadi energi aliran fluida. Head pompa adalah energi

persatuan berat yang harus disediakan untuk mengalirkan sejumlah zat cair yang
49

direncanakan sesuai dengan kondisi instalasi pompa atau tekanan untuk mengalirkan

sejumlah zat cair. Jadi, head atau tinggi tekanan merupakan ketinggian kolom fluida

yang harus dicapai fluida untuk memperoleh jumlah energi yang sama dengan yang

dikandung oleh satu satuan bobot fluida yang sama.

 Kapasitas/debit adalah jumlah fluida yang dialirkan persatuan waktu. Jumlah

fluida yang dapat dialirkan persatuan waktu, satuannya adalah m3/s, L/s,

ft3/s dan dapat diukur menggunakan weirmeter.

8 𝜃
Debit sebenarnya = Cd 15 √(2 𝑔) tan 2. H5/2

Besar kecilnya harga Cd merupakan fungsi dari besar ketinggian permukaan

air (Hw) yang mengalir pada weirmeter, yang relatif terhadap sudut puncak

weirmeter.
50

Gambar 1. Kurva koefisien discharge, Cd weirmeter V

 Daya hidrolik (daya pompa teoritis) adalah daya yang dibutuhkan untuk

mengalirkan sejumlah zat cair

 Efisiensi pada dasarnya didefinisikan sebagai perbandingan antara output dan

input atau perbandingan antara daya air dengan daya poros. Harga efisiensi

yang tertinggi sama dengan satu harga efisiensi pompa yang didapat dari pabrik

pembuatnya.
51

Gambar 2. Kurva karakteristik pompa sentrifugal


52

INSTALASI PENGUJIAN

Gambar 2. Instalasi pengujian pompa sentrifugal

Keterangan :

1. Tuas on/off 6. Ball vaalve

2. Pressure gauge & vacuum gauge 7. Pengukur ketinggian

3. Orifice meter 8. Weirmeter


53

4. Manometer U 9. Rangka

5. Motor penggerak

PARAMETER UJI

Pengujian pompa dilaksanakan dengan mengubah-ubah katup pengatur aliran

untuk berbagai kondisi putaran pompa. Parameter uji yang diukur adalah:

1. Tinggi tekan, dengan melakukan pembacaan pressure gauge yang dipasang

pada pipa outlet

2. Tinggi hisap, dengan melakukan pembacaan vacuum gauge yang dipasang

pada pipa inlet

3. Debit pompa diperoleh dengan cara mengukur ketinggian muka air pada

weirmeter

4. Putaran poros ; pengukuran dilakukan dengan menggunakan troboschop

5. Torsi diperoleh dari perhitungan dengan panjang lengan dari dynamometer

terhadap poros diketahui 0,26 m.

6. Daya air, diperoleh dari hasil perhitungan pengukuran tinggi tekan, tinggi

hisap dan debit pompa

7. Daya poros, diperoleh dari hasil perhitungan pengukuran putaran poros dan

torsi

8. Efisiensi pompa, diperoleh dari hasil perhitungan daya air dan daya poros
54

PROSEDUR PENGUJIAN

Pemeriksaan sebelum pengujian

1. Periksa seluruh alat ukur, pastikan alat ukur berfungsi dengan baik

2. Catat penunjukkan awal (posisi awal) seluruh alat ukur

3. Pastikan volume air pada bak penampung terisi hingga merendam ujung

pipa sisi hisap, bila tidak terjadi pemompaan terlebih dahulu pancing

dengan cara di isi air penuh pada rumah volute pompa.

4. Jangan menyalakan pompa sebelum bak terisi air dengan volume yang

sesuai.

5. Periksa dengan cermat selang-selang pada pressure gauge

Pengujian

1. Buka penuh katup pengatur laju aliran

2. Jalankan motor listrik, biarkan pompa beroperasi beberapa saat untuk

tujuan pemanasan.

3. Lakukan pengukuran dimulai pada bukaan katup penuh.

4. Catat pengukuran pada tekanan isap,tekanan discharge, putaran poros,

masa yang terbaca dynamometer, dan tinggi permukaan air pada

weirmeter

5. Ulangi langkah “4” untuk bukaan katup yang berbeda secara bertahap.

6. Jika pengujian selesai, tutup penuh katup dan matikan motor.


55

RUMUS-RUMUS YANG DIGUNAKAN

1. Debit aliran (Q)

8 θ
Q = 15 .Cd . √2𝑔 . tg 2 . Hw5/2

Dimana : Cd = 0.6 diperoleh dari diagram dengan sudut 600 dan tinggi air

pada weirmeter 0,09 m

2. Head total

H = ( Hdischard - Hsuction) + 0,9 = ,………….m

diketahui : head aktual 0,9 = (Z2 –Z1)

 Psuction gauge = Hsuction = ………….m

(ρ g)

 Pdischarge absolute = Hdischarge = ………….m

(ρ g)

Diketahui 1 cmHg = 1333,22 Pa

1 bar = 100.000 Pa

3. Torsi

T = (m . g). L

4. Daya poros
56

2 л.𝑛.𝑇
Np = =…………………Watt
60

5. Daya air

Nh = 𝜌. 𝑔. 𝑄. 𝐻 = …………..Watt

6. Efisiensi pompa
𝑁
η = 𝑁ℎ × 100%
𝑝
57

6. PEMOMPAAN SECARA BERTAHAP

Tujuan dilakukannya pengujian sumur adalah untuk menetapkan kemampuan

sumur yang akan diproduksi. Dari data debit Q dan penurunan muka air s yang diukur

dapat diperoleh kapasitas jenis sumur atau sebaliknya penurunan jenis sumurnya.

Kapasitas jenis sumur merupakan ukuran kemampuan produksi suatu sumur.

METODE YANG DIGUNAKAN :

Metode yang banyak digunakan di Indonesia adalah metode “Step Drawdown Test”

yaitu dengan melakukan pemompaan secara terus menerus dengan perubahan debit

secara bertahap pada sumur-sumur yang telah ditetapkan

Kapasitas jenis sumur (qs) dinyatakan sebagai :

Q
qs 
sw

dimana : Q = debit pemompaan

sw = penurunan muka air

Menurut Jacob, penurunan muka airtanah di sumur akibat pemompaan terdiri atas 2

komponen yaitu :

1. Aquifer Loss (BQ), yaitu penurunan muka air yang disebabkan oleh aliran laminer

pada akuifer itu sendiri. Nilai BQ bertmbah secara linier terhadap perubahan debit dan
58

sangat tergantung dari sifat hidraulik dari akuifer (formasi geologinya). Nilai ini

bersifat alami sehingga tidak dapat diperbaiki.

2. Well Loss (CQ2), yaitu penurunan muka air yang disebabkan oleh aliran turbulen di

dalam sumur. Nilai CQ2 bertambah secara kuadratik terhadap perubahan debit dan

sangat tergantung dari karakteristik sumur uji (development, screen dll). Nilai ini dapat

diperbaiki.

Total penurunan muka air di sumur produksi pada kondisi keseimbangan tercapai dapat

ditulis sebagai :

Q r 
sw  ln  o   CQ n
2  T  rw 

dimana C = koefisien yang dipengaruhi oleh jari-jari sumur, konstruksi dan kondisi

sumur produksi.

Untuk menyederhanakan persamaan di atas, dibuat persamaan baru :

1 r 
B ln  o 
2  T  rw 

Sehingga total penurunan muka air di sumur dinyatakan sebagai :

sw = BQ + CQ2

Bila hubungan ini digambarkan dalam suatu kurva diperoleh hubungan sebagai berikut
59

Sumur yang produktif menurut Walton dan Bierschenk adalah sumur yang mempunyai

harga C dan Fd (faktor develovment) yang kecil.

C
Fd   100
B

Selanjutnya nilai C dan Fd disajikan pada Tabel berikut :

Tabel Nilai C menurut Walton :

C
Kondisi Sumur
(menit2/m5)
< 0,5 Baik
0,5 - 1 Mengalami sedikit penyumbatan
1-4 Penyumbatan di beberapa tempat
>4 Sulit dikembalikan seperti semula

Tabel Nilai Fd menurut Bierschenk :


60

Fd
Klas
(hari/m3)
< 0,1 Sangat Baik
0,1 - 0,5 Baik
0,5 - 1 Sedang
>1 Jelek

Langkah-langkah perhitungan :

1. Dari data hasil Step Drawdown Test, pada setiap Q diperoleh nilai sw yang

konstan, maka selanjutnya hitung nilai sw/Q untuk Q yang bersesuaian,

2. Plot titik-titik hubungan antara sw/Q sebagai sumbu Y dan Q sebagai sumbu X

pada skala normal.

3. Regresi tititk-titik data tersebut dengan persamaan linier.

4. Nilai B diperoleh dari perpotongan garis regresi dengan sumbu Y.

Nilai C diperoleh dari kemiringan garis regresi, atau :

y
C  tg
x
61

7. PEMOMPAAN SECARA MENERUS

Uji pemompaan ini umumnya dilakukan selama 2x 24 jam dengan debit tetap.

Pada uji pemompaan ini dimbil sample air 3 kali, yaitu pada awal pemompaan,

pertengahan dan akhir pemompaan. Maksud dan tujuan pengambilan sample air

adalah untuk pemeriksaan (analisa) kualitas air, apakah air yang dihasilkan dari

sumur dalam tersebut memenuhi standar air minum yang diizinkan.

Kualitas air yang dianalisa adalah :

- PH (keasaman atau kebasaan) air tersebut.

- Kadar unsure-unsur kimia terkandung dalam air tersebut.

- Jumlah zat pada terlarut (TDS).

Uji pemompaan menerus dilakukan dengan menggunakan debit terbesar pada

uji pemompaan bertahap. Tujuan dilakukan uji pemompaan menerus adalah untuk

menentukan karakteristik akuifer. Hal-hal yang harus diperhatikan sama seperti pada

uji pemompaan bertahap, yang berbeda hanya debit pemompaan. Pada uji

pemompaan menerus debit yang digunakan konstan dan waktu pengamatan

umumnya jauh lebih lama dari pengamatan uji pemompaan bertahap.


62

8. Uji Aquifer

Uji akuifer dengan pemompaan adalah salah satu teknologi yang tertua untuk

mengetahui nilai parameter hidrolik. Salah satu uji aquifer terawal yang

terdokumentasi lengkap akan kami ceritakan di sini, menyarikan uraian dari

referensi (Kruseman 1994).

Uji akuifer (UA) adalah pengujian properti hidrolik akuifer melalui proses

pemompaan (uji pompa), dengan debit tetap maupun debit berubah. Teknik ini diyakini

menghasilkan estimasi properti hidrolik akuifer yang paling tepat, serta perhitungan

debit sumur optimum atau sering disebut debit aman (safe yield). Dengan uji akuifer,

kita juga akan mendapatkan profil penurunan MAT dalam proses pemompaan. Dalam

jangka panjang, uji akuifer juga diharapkan dapat berkontribusi dalam menata

lingkungan secara berkelanjutan.

Uji akuifer (atau uji pompa) dilaksanakan untuk mengevaluasi karakteristik

akuifer dengan menstimulasi akuifer melalui pemompaan dan observasi terhadap

respon aquifer berupa penurunan MAT. Pengujian ini juga umum dilakukan oleh

hidrogeolog untuk mengkarakterisasi sistem akuifer, akuitar, pola aliran, dan batas

aliran (flow system boundaries) bila ada. Uji pemompaan yang biasa dilaksanakan

dalam uji akuifer menggunakan debit konstan pada periode minimum satu hari (atau

24 jam), dengan mengukur MAT pada sumur pantau. Saat air dipompa ke permukaan,

maka tekanan dalam akuifer akan menurun. Penurunan ini ditandai dengan penurunan

MAT (atau hydraulic head) pada sumur pantau. Besarnya penurunan ini akan
63

berkurang dalam radius tertentu dari titik sumur pemompaan, radius ini

dinamakan radius pengaruh. Sumur pompa dan sumur pantau memiliki saringan

(screen) pada akuifer yang sama.

Karakter akuifer yang didapatkan dari pengujian ini mencakup:

Konduktivitas hidrolik (Hydraulic conductivity): volume air yang mengalir melalui

pada satu satuan luas akuifer per satuan gradien hidrolik. Satuannya galon/hari/m2

(dalam satuan US), dalam SI satuan yang digunakan adalah m3/hari/m2, atau

disederhanakan menjadi m/hari (atau satuan yang relevan dengannya). Dinotasikan

sebagai K .

Storativitas (storativity atau specific storage): jumlah air dalam akuifer tertekan yang

mampu dikeluarkan per perubahan head. Dinotasikan sebagai S ;

Transmisivitas (transmissivity): jumlah air yang mampu dialirkan untuk tiap satuan

ketebalan dan lebar akuifer pada tiap unit gradien hidrolik. Dinotasikan sebagai T .

Dengan demikian bilangan ini akan mewakili jenis material dicerminkan oleh K dan

dimensi ketebalan b akuifer;

Karakter tambahan lainnya:

Debit efektif (Specific yield) atau porositas spesifik (drainable porosity): Nilai jumlah

air yang dilepaskan oleh akuifer tak tertekan saat dikeringkan sepenuhnya;
64

Koefisien bocoran (Leakage coefficient): Beberapa akuifer dibatasi oleh lapisan

akuitar yang secara perlahan mengalirkan air ke lapisan akuifer lainnya;

Kehadiran batas akuifer (aquifer boundaries) dalam bentuk batas imbuhan

(recharge boundary) atau batas tanpa aliran (no flow boundary) serta jaraknya dari

sumur pompa dan sumur pantau.

a. Uji Sumur

Uji sumur, istilah ini sering disamakan dengan uji akuifer. Sebenarnya keduanya

tidaklah sama. Bila uji akuifer dilaksanakan untuk menguji karakteristik akuifer, uji

sumur dipakai untuk mengetahui karakteristik sumur. Pertanyaannya adalah, apakah

karakter akuifer akan sama dengan karakter sumur? Jawabnya adalah tidak, karena

sumur hanyalah satu titik yang mengeksploitasi air tanah yang mengalir pada suatu

lapisan akuifer yang berdimensi panjang, lebar dan tebal. Disain konstruksi sumur yang

buruk akan menyebabkan aliran air dari akuifer ke dalam sumur menjadi tidak lancar,

dinyatakan sebagai efisiensi sumur (well efficiency). Gambar 4 memperlihatkan

tipikal truck mounted drilling rig.

b. Slug Test

Slug test adalah variasi uji akuifer yang mengamati perubahan MAT secara instan

(baik peningkatan maupun penurunan) pada sumur yang sama (sumur produksi).

Pengujian ini seringkali dilakukan dalam kegiatan pemetaan geoteknik untuk

mendapatkan perkiraan cepat nilai hidrolik dalam skala waktu menit, bukan jam atau
65

hari. Benda yang disebut slug sendiri adalah sebatang besi yang dijatuhkan ke dalam

sumur agar muka air tanah berubah, naik untuk kemudian turun kembali ke posisi

semula. Perubahan tersebut diukur, sehingga didapatkan kondisi seperti ada pompa di

dalam sumur tersebut.

Beberapa pengujian di atas diintepretasi dengan model analitis aliran air tanah

(the Theis solution). Pada kondisi yang lebih kompleks model numerik bisa

dipakai (Lebbe 1995), namun perlu diingat bahwa model yang lebih rumit tidak

menjamin hasil yang lebih baik (Johnson 2001)(Rushton 1976)(Rathod

1984)(Numerical Well Testin...)(Lebbe 1999)(Lebbe 1999).

Slug tests biasanya dilaksanakan di daerah dengan nilai K rendah dan tidak sesuai

untuk daerah yang tersusun oleh akuifer rekahan dengan nilai T lebih besar dari 250

m2 (Kruseman 1994). Sangat disarankan pengukuran MAT menggunakan alat pressure

transducer dan data logger.

c. Uji Infiltrasi

Uji infiltrasi merupakan salah satu uji sederhana untuk mengetahui sejauh mana

lapisan permukaan tanah mampu menyerap air. Sangat sederhana karena yang

diperlukan hanyalah pipa dengan diameter 10 cm dan panjang 20 cm yang ditancapkan

ke permukaan tanah. Ke dalam pipa dimasukkan air hingga ketinggian tertentu yang

kemudian diukur penurunannya terhadap waktu. Untuk memudahkan mengukur


66

ketinggian permukaan air dan penurununnya, mistar platik lentur dapat ditempelkan di

dalam pipa tersebut. Kurang lebih prinsip kerjanya akan sama dengan uji pemompaan.

Beberapa kekurangan uji akuifer

9. Alih-alih menyebutkan kelebihannya di awal, kami justru akan menyampaikan

Uji Aquifer

Uji akuifer dengan pemompaan adalah salah satu teknologi yang tertua untuk

mengetahui nilai parameter hidrolik. Salah satu uji aquifer terawal yang

terdokumentasi lengkap akan kami ceritakan di sini, menyarikan uraian dari

referensi (Kruseman 1994).

Uji akuifer (UA) adalah pengujian properti hidrolik akuifer melalui proses

pemompaan (uji pompa), dengan debit tetap maupun debit berubah. Teknik ini diyakini

menghasilkan estimasi properti hidrolik akuifer yang paling tepat, serta perhitungan

debit sumur optimum atau sering disebut debit aman (safe yield). Dengan uji akuifer,

kita juga akan mendapatkan profil penurunan MAT dalam proses pemompaan. Dalam

jangka panjang, uji akuifer juga diharapkan dapat berkontribusi dalam menata

lingkungan secara berkelanjutan.

Uji akuifer (atau uji pompa) dilaksanakan untuk mengevaluasi karakteristik

akuifer dengan menstimulasi akuifer melalui pemompaan dan observasi terhadap

respon aquifer berupa penurunan MAT. Pengujian ini juga umum dilakukan oleh

hidrogeolog untuk mengkarakterisasi sistem akuifer, akuitar, pola aliran, dan batas
67

aliran (flow system boundaries) bila ada. Uji pemompaan yang biasa dilaksanakan

dalam uji akuifer menggunakan debit konstan pada periode minimum satu hari (atau

24 jam), dengan mengukur MAT pada sumur pantau. Saat air dipompa ke permukaan,

maka tekanan dalam akuifer akan menurun. Penurunan ini ditandai dengan penurunan

MAT (atau hydraulic head) pada sumur pantau. Besarnya penurunan ini akan

berkurang dalam radius tertentu dari titik sumur pemompaan, radius ini

dinamakan radius pengaruh. Sumur pompa dan sumur pantau memiliki saringan

(screen) pada akuifer yang sama.

Karakter akuifer yang didapatkan dari pengujian ini mencakup:

Konduktivitas hidrolik (Hydraulic conductivity): volume air yang mengalir melalui

pada satu satuan luas akuifer per satuan gradien hidrolik. Satuannya galon/hari/m2

(dalam satuan US), dalam SI satuan yang digunakan adalah m3/hari/m2, atau

disederhanakan menjadi m/hari (atau satuan yang relevan dengannya). Dinotasikan

sebagai K .

Storativitas (storativity atau specific storage): jumlah air dalam akuifer tertekan yang

mampu dikeluarkan per perubahan head. Dinotasikan sebagai S ;

Transmisivitas (transmissivity): jumlah air yang mampu dialirkan untuk tiap satuan

ketebalan dan lebar akuifer pada tiap unit gradien hidrolik. Dinotasikan sebagai T .
68

Dengan demikian bilangan ini akan mewakili jenis material dicerminkan oleh K dan

dimensi ketebalan b akuifer;

Karakter tambahan lainnya:

Debit efektif (Specific yield) atau porositas spesifik (drainable porosity): Nilai jumlah

air yang dilepaskan oleh akuifer tak tertekan saat dikeringkan sepenuhnya;

Koefisien bocoran (Leakage coefficient): Beberapa akuifer dibatasi oleh lapisan

akuitar yang secara perlahan mengalirkan air ke lapisan akuifer lainnya;

Kehadiran batas akuifer (aquifer boundaries) dalam bentuk batas imbuhan

(recharge boundary) atau batas tanpa aliran (no flow boundary) serta jaraknya dari

sumur pompa dan sumur pantau.

d. Uji Sumur

Uji sumur, istilah ini sering disamakan dengan uji akuifer. Sebenarnya keduanya

tidaklah sama. Bila uji akuifer dilaksanakan untuk menguji karakteristik akuifer, uji

sumur dipakai untuk mengetahui karakteristik sumur. Pertanyaannya adalah, apakah

karakter akuifer akan sama dengan karakter sumur? Jawabnya adalah tidak, karena

sumur hanyalah satu titik yang mengeksploitasi air tanah yang mengalir pada suatu

lapisan akuifer yang berdimensi panjang, lebar dan tebal. Disain konstruksi sumur yang

buruk akan menyebabkan aliran air dari akuifer ke dalam sumur menjadi tidak lancar,
69

dinyatakan sebagai efisiensi sumur (well efficiency). Gambar 4 memperlihatkan

tipikal truck mounted drilling rig.

e. Slug Test

Slug test adalah variasi uji akuifer yang mengamati perubahan MAT secara instan

(baik peningkatan maupun penurunan) pada sumur yang sama (sumur produksi).

Pengujian ini seringkali dilakukan dalam kegiatan pemetaan geoteknik untuk

mendapatkan perkiraan cepat nilai hidrolik dalam skala waktu menit, bukan jam atau

hari. Benda yang disebut slug sendiri adalah sebatang besi yang dijatuhkan ke dalam

sumur agar muka air tanah berubah, naik untuk kemudian turun kembali ke posisi

semula. Perubahan tersebut diukur, sehingga didapatkan kondisi seperti ada pompa di

dalam sumur tersebut.

Beberapa pengujian di atas diintepretasi dengan model analitis aliran air tanah

(the Theis solution). Pada kondisi yang lebih kompleks model numerik bisa

dipakai (Lebbe 1995), namun perlu diingat bahwa model yang lebih rumit tidak

menjamin hasil yang lebih baik (Johnson 2001)(Rushton 1976)(Rathod

1984)(Numerical Well Testin...)(Lebbe 1999)(Lebbe 1999).

Slug tests biasanya dilaksanakan di daerah dengan nilai K rendah dan tidak sesuai

untuk daerah yang tersusun oleh akuifer rekahan dengan nilai T lebih besar dari 250
70

m2 (Kruseman 1994). Sangat disarankan pengukuran MAT menggunakan alat pressure

transducer dan data logger.

f. Uji Infiltrasi

Uji infiltrasi merupakan salah satu uji sederhana untuk mengetahui sejauh mana

lapisan permukaan tanah mampu menyerap air. Sangat sederhana karena yang

diperlukan hanyalah pipa dengan diameter 10 cm dan panjang 20 cm yang ditancapkan

ke permukaan tanah. Ke dalam pipa dimasukkan air hingga ketinggian tertentu yang

kemudian diukur penurunannya terhadap waktu. Untuk memudahkan mengukur

ketinggian permukaan air dan penurununnya, mistar platik lentur dapat ditempelkan di

dalam pipa tersebut. Kurang lebih prinsip kerjanya akan sama dengan uji pemompaan.

Beberapa kekurangan uji akuifer

Alih-alih menyebutkan kelebihannya di awal, kami justru akan menyampaikan

kekurangannya agar para analis dapat berhati-hati dalam menginterpretasi hasil uji

akuifer. Kekurangan yang jelas terlihat adalah ia memerlukan banyak asumsi, seperti

dapat dilihat pada bagian di bawah ini.

Satu kekurangan yang terlihat adalah bahwa perhitungan uji pompa saat ini

lebih menonjolkan aliran horizontal. Aliran vertikal tidak mendapatkan porsi yang

cukup. Oleh karenanya bila ada distribusi nilai K yang berpotensi menyebabkan aliran

vertikal, maka tidak akan muncul dalam hasil pengujian, walaupun dapat menganggu

nilainya. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ada korelasi yang cukup baik
71

antara Kh (K horizontal) dengan Kv (K vertikal) pada sampel batuan tak terganggu

(undisturbed sample)(De Ridder 1965) (Gambar 5).

Hal lainnya adalah uji akuifer dengan cara uji pompa adalah hasilnya akan

sangat bergantung kepada kostruksi sumur. Hal yang paling sensitif adalah konstruksi

saringan sumur (screen) dan gravel pack.

Asumsi dasar

Asumsi dasar Persamaan Theis untuk menganalisis data penurunan MAT:

Aliran air dalam akuifer memiliki karakteristik sebagaimana dijelaskan dalam Hukum

Darcy, misal: aliran homogeneous dan laminar,

Akuifer bersifat homogen, isotropik, tertekan, lapisan akuifer yang dipompa memiliki

pelamparan lateral yang tidak terbatas, horizontal (tidak memiliki kemiringan), dibatasi

oleh lapisan impermeabel pada bagian atas dan bawah akuifer,

Sumur menembus akuifer sepenuhnya (full penetration), memiliki diameter 0 atau

diasumsikan sebagai satu garis vertikal yang tidak memiliki diameter, sehingga tidak

ada air yang tersimpan di dalamnya,

Debit pemompaan konstan sebesar Q ,

Perbedaan muka air (head loss) di area sekitar saringan sumur (well screen) dianggap

tidak ada,
72

Tidak ada sumur lain yang berada di sekitar lokasi yang dapat mempengaruhi posisi

MAT, serta tidak ada obyek lainnya di permukaan tanah yang dapat mempengaruhi

pengukuran posisi air tanah, misal: rel kereta api, jalan raya, dll.

Disadari bahwa walaupun asumsi-asumsi di atas jarang dapat dijumpai, pendekatan ini

diharapkan dapat mengestimasi nilai properti hidrolik dengan baik


73

Gambar. Tipikal skema uji akuifer ((Aitchison-Earl 2008)(Moench 1994))


74

Gambar. Tipikal skema slug test (Dipinjam dari: UT Dallas)

Gambar. Tipikal alat bor yang dimuat di atas truk khusus (truck mounted drilling

equipments) (Courtesy: PT. Supraindo Drill)


75

Gambar. Korelasi antara K horizontal (Kh) vs K vertikal (Kv)

Gambar. Tipikal layout ideal uji akuifer yang memerlukan sumur pemompaan dan

sumur pantau
76

kekurangannya agar para analis dapat berhati-hati dalam menginterpretasi hasil

uji akuifer. Kekurangan yang jelas terlihat adalah ia memerlukan banyak asumsi,

seperti dapat dilihat pada bagian di bawah ini.

Satu kekurangan yang terlihat adalah bahwa perhitungan uji pompa saat ini

lebih menonjolkan aliran horizontal. Aliran vertikal tidak mendapatkan porsi yang

cukup. Oleh karenanya bila ada distribusi nilai K yang berpotensi menyebabkan aliran

vertikal, maka tidak akan muncul dalam hasil pengujian, walaupun dapat menganggu

nilainya. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ada korelasi yang cukup baik

antara Kh (K horizontal) dengan Kv (K vertikal) pada sampel batuan tak terganggu

(undisturbed sample)(De Ridder 1965) (Gambar 5).

Hal lainnya adalah uji akuifer dengan cara uji pompa adalah hasilnya akan

sangat bergantung kepada kostruksi sumur. Hal yang paling sensitif adalah konstruksi

saringan sumur (screen) dan gravel pack.

Asumsi dasar

Asumsi dasar Persamaan Theis untuk menganalisis data penurunan MAT:

Aliran air dalam akuifer memiliki karakteristik sebagaimana dijelaskan dalam Hukum

Darcy, misal: aliran homogeneous dan laminar,


77

Akuifer bersifat homogen, isotropik, tertekan, lapisan akuifer yang dipompa memiliki

pelamparan lateral yang tidak terbatas, horizontal (tidak memiliki kemiringan), dibatasi

oleh lapisan impermeabel pada bagian atas dan bawah akuifer,

Sumur menembus akuifer sepenuhnya (full penetration), memiliki diameter 0 atau

diasumsikan sebagai satu garis vertikal yang tidak memiliki diameter, sehingga tidak

ada air yang tersimpan di dalamnya,

Debit pemompaan konstan sebesar Q ,

Perbedaan muka air (head loss) di area sekitar saringan sumur (well screen) dianggap

tidak ada,

Tidak ada sumur lain yang berada di sekitar lokasi yang dapat mempengaruhi posisi

MAT, serta tidak ada obyek lainnya di permukaan tanah yang dapat mempengaruhi

pengukuran posisi air tanah, misal: rel kereta api, jalan raya, dll.

Disadari bahwa walaupun asumsi-asumsi di atas jarang dapat dijumpai, pendekatan ini

diharapkan dapat mengestimasi nilai properti hidrolik dengan baik


78

Gambar. Tipikal skema uji akuifer ((Aitchison-Earl 2008)(Moench 1994))


79

Gambar. Tipikal skema slug test (Dipinjam dari: UT Dallas)

Gambar. Tipikal alat bor yang dimuat di atas truk khusus (truck mounted drilling

equipments) (Courtesy: PT. Supraindo Drill)


80

Gambar. Korelasi antara K horizontal (Kh) vs K vertikal (Kv)

Gambar. Tipikal layout ideal uji akuifer yang memerlukan sumur pemompaan dan

sumur pantau
81

9. EFISIENSI SUMUR DAN PENENTUAN HIDROLIK SUMUR

Beberapa karakteristik akuifer dapat diperkirakan dari data yang ditemukan

pada laporan pemeriksaan sumur bor. Tingkat air statis (diam), lokasi zona bantalan

air, bahan material geologi, dan data uji pompa diperiksa atau di cek untuk

mendapatkan informasi seperti kedalaman, ketebalan, dan zona akuifer. Deskripsi dan

lokasi formasi geologi dan zona bantalan air dalam formasi tersebut dapat memberikan

petunjuk tentang kedalaman akuifer, apakah termasuk akuifer dangkal (air terletak

dekat permukaan tanah), atau akuifer dalam (air terletak lebih dalam, mungkin lebih

dalam daripada 30 meter atau 100 kaki. Serta apakah akuifer terbuat dari bahan

konsolidasi batuan atau batuan sedimen.

Sifat akuifer mengacu pada akuifer tertekan atau akuifer bebas. Akuifer

tertekan memiliki lapisan atas yang kurang berpori, hal ini mengakibatkan air tanah

berada di bawah tekanan. Kekita sumur dibor, tingkat air pada sumur akan naik di atas

akuifer. Akuifer bebas tidak memiliki lapisan kedap air di atasnya, sehingga ketika

sumur di bor, tingkat ketinggan air di sumur akan sama dengan bagian atas pada

akuifer.
82

Uji Pompa, melakukan uji pompa untuk menentukan karakteristik dari kinerja

sumur serta untuk menentukan sifat hidrolik akuifer seperti permeabilitas &

kelangsungannya (permeabilitas akuifer dikalikan dengan ketebalan akuifer). Nilai-

nilai tersebut menentukan bagaimana air bergerak dengan mudah melalui akuifer,

berapa banyak air yang disimpan, dan seberapa efisien sumur dalam menghasilkan air.

Uji pompa dapat memungkinkan pakar hidrogeologi untuk memprediksi efek pada

tingkat air dengan intensitas pemompaan yang berbeda atau jika nantinya akan ada

penambahan satu atau beberapa sumur lagi.

Uji pompa terdri dari pemompaan sumur pada tingkat tertentu serta perekaman

ketinggian permukaan air sumur,dalam jangka waktu tertentu. Respon ketinggian air

di Sumur Bor dan di dekat pemompaan juga mencerminkan kemampuan akuifer untuk

mengalirkan air ke sumur. Respon tersebut memungkinkan pakar hidrogeologi untuk

menentukan karakteristik akuifer. Idealnya, kadar air diukur pada pemompaan sumur

dengan interval waktu tertentu dan observasi sumur terdekat.

Ketika sumur dipompa, level air di sekitarnya menurun, serta air bergerak dari akuifer

menuju sumur (lihat gambar di bawah). Menurunnya level air disebut juga sebagai

penarikan. Dari sudut pandang tiga dimensi, tampak seolah-olah kerucut menuju ke

bawah dan mengelilingi sumur. Ini disebut dengan “cone of depression”. Ukuran

kerucut penarikan tergantung pada beberapa faktor antara lain :

 Intensitas pemompaan

 Lama pemompaan

 Permeabilitas akuifer
83

 Daya tahan atau kapasitas akuifer

Ketika sumur berhenti dipompa, dalam beberapa waktu kerucut penarikan akan

menghilang dan muka air kembali pada keadaan semula. Silahkan lihat pada gambar

dibawah, perhatikan kerucut penarikan yang lebih sedikit pada sumur pengamatan 1

(OW1) yang letaknya jauh dari sumur yang di pompa (Q).

Dua jenis uji pompa yang paling umum adalah uji konstan dan uji multi level.

Dan uji konstan, sumur dipompa selama jangka waktu tertentu pada intensitas tertentu,

sedangkan untuk uji multi level, sumur dipompa dengan intensitas yang lebih besar

secara berturut-turut dengan jangka waktu yang singkat. Penarikan muka air pada

sumur dipetakan sejak awal mula pemompaan baik untuk uji konstan maupun uji multi

level. Data dari kedua tes tersebut dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik

hidrolik akuifer dan sumur.


84

Selama uji konstan (lihat pada gambar bagian 1 (atas)), intensitas atau tingkat

pemompaan disetting konstan dan aktifitas penarikan secara progresif dicatat

waktunya. Hubungan antara penarikan dan waktu adalah fungsi dari permeabilias

akuifer. Selama Uji multi level (lihat pada gambar bagian 2 (bawah)), pemompaan

dengan intensitas konstan dilakukan disetiap tahap pengujian, dan intensitas yang lebih

tinggi dilakukan pada tahap berikutnya secara berturut-turut. Uji multi level tidak

hanya dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik akuifer, tetapi juga berguna

untuk menentukan ukuran pompa yang akan ditempatkan di dalam sumur. Perhatikan

pada pemulihan level atau muka air pada masing-masing grafik. Tingkat pemulihan

level / muka air sebelum hingga sama seperti sebelum dipompa, tergantung pada materi

penyusun akuifer.

Ada beberapa metode untuk menafsirkan data uji pompa, termasuk grafis dan

teknik komputer. Selama beberapa dekade terakhir, teknik komputer telah


85

menggantikan teknik grafis yang lebih tradisional dalam menginterpretasikan /

menafsirkan data, tetapi pakar hidrogeologi saat ini masih mengandalkan analisis grafis

untuk memeriksa tren pergerakan penarikan air tanah dan juga untuk memprediksi

bagaimana akuifer bereaksi terhadap pemompaan dari waktu ke waktu.

Untuk menginterpterasikan hasil uji pompa, pakar hidrogeologi membutuhkan data

seperti ketebalan akuifer, interval penayangan, tingkat atau intensitas pemompaan,

tingkat atau level air statis (ketinggian muka air) selama pemompaan. Data-data

tersebut diinput pada suatu program komputer sehingga menghasilkan parameter

akuifer seperti kapasitas sumur secara spesifik, konduktifitas hidraulik, dan

keberlangsungannya. Hasil ini kemudian digunakan untuk membantu pengelolaan air

tanah yang tersedia (misalnya untuk kebutuhan perkotaan atau untuk irigasi).

Karakteristik akuifer dan karakteristik sumur bor juga bisa diukur ketika pemompaan

selesai dan durasi ketinggian muka air pulih seperti semula, sehingga dapat

menyediakan database untuk keperluan pengembangan yang lebih besar


86

10. UJI KUALITAS AIR

Uji kualitas air dilakukan untuk mengetahui kualitas dari air yang akan kita

analisis. Metode yang digunakan ialah MPN (Most Probable Number) atau APN

(Angka Paling Mungkin). MPN merupakan metode yang paling sederhana yang

digunakan untuk menguji kualitas air. Uji kualitas air terdiri dari beberapa uji

yakni uji penduga, uji penguat dan uji pelengkap. Air sangat perlu untuk duji

sebelum dikonsumsi atau diminum karena air dapat menjadi sumber penyebaran

penyakit (Fardiaz, 1989).

a. Uji pendugaan (presumptive test)

Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform

berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan oleh fermentasi laktosa oleh

bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media

laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa

gelembung udara (Dwijoseputro, 2005).

Uji penduga merupakan uji positif untuk menentukan bakteri koliform. Media

yang digunakan ialah media lactose broth. Bakteri dapat menggunakan laktosa

sebagai sumber karbon, namun ada pula sebagian bakteri enteric yang tidak dapat

melakukannya.

Uji dilakukan dalam medium fermentasi kaldu laktosa (laktosa broth) yang

berisi tabung Durham. Uji dinyatakan positif bila terbentuk gas pada tabung
87

Durham, karena bakteri koli mampu memfermentasikan laktosa dengan

menghasilkan gas yang merupakan khasnya. Uji pendugaan dapat menunjukkan

kuantitas mikroorganisme koli yang merupakan jumlah perkiraan trdekat (MPN :

Most Probable Number).

b. Uji penguat

Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif

terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi

ditanamkan pada media Eosin Methylen Biru Agar ( EMBA ) secara aseptik

dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh

berwarna kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda

dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya.

Konfirmasi dari uji pendugaan perlu dilakukan, karena nilai positif (gas) dari

uji pertama dapat juga merupakan reaksi dari bakteri non koli yang bukan indicator

pencemar fekal. Uji penentu memrlukan medium selektif atau diferensisal. Bila

pada tahap ini di dalam kultur uji masih terbentuk gas, maka sampel air dinyatakan

tidak layak minum (Campbell dkk., 2002).

c. Uji pelengkap

Uji ini merupakan analisis akhir dari sampel air untuk mendeteksi keberadaan

bakteri koli fekal. Metode yang digunakan adalah pengecatan Gram terhadap

bakteri yang muncul atau tumbuh pada media EMB agar pada uji penentu. Bila
88

karakter koloni berwarna hijau metalik dan hasil pengamatan dengan mikroskop

menunjukkan bakteri berbentuk batang tersebut adalah E. coli dan uji pelengkap

bernilai positif (Dwijoseputro, 2005).

Uji pelengkap untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang

berwarna pada uji penguat diinokulasikan ke dalam medium Lactose Broth dan

medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara aseptik.

Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan ke dalam medium

kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar ( NA ), dengan jarum

inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Bila

hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada Lactose Broth, maka sampel positif

mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat

pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli merupakan Gram negatif

berbentuk batang pendek.

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran

pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri

patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri

indikator adanya pencemaran bakteri pathogen (Fardiaz, 1989).

Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah

koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu,
89

mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi

bakteri patogenik lain. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit

kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik (Fardiaz, 1989).


90

11. Pencemaran Air

Dalam kehidupan ini semua makhluk hidup membutuhkan satu zat yaitu air.

Tanpa adanya air di dunia maka tidak akan ada kehidupan di dunia ini karena air

merupakan sumber kehidupan dan akan sangat berbahaya jika air mendadak

menghilang. Ada banyak fungsi yang kita butuhkan dari air seperti untuk minum,

mandi, mencuci, irigasi dan lainnya. air yang harus dikonsumsi oleh manusia dan

makhluk hidup lainnya juga merupakan air yang bersih dengan warna jernih dan juga

tidak menimbulkan bau. Namun ironisnya saat ini dimana pertumbuhan penduduk

semakin pesat dan juga dibersamai tumbuhnya sektor perindustrian membuat air

banyak tercemar oleh berbagai polutan.

Hal ini bisa dilihat pada daerah yang padat penduduk dimana di sungai sudah

banyak menumpuk sampah plastic dan juga sampah anorganik lainnya yang membuat

kualitas air menjadi lebih buruk. Padahal air yang sudah terkena berbagai jenis

pencemar ini sangatlah tidak baik dan berbahaya bagi para penggunanya apalagi kalau

sampai dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh maka berbagai penyakit dapat muncul

dari air tersebut. Dewasa ini pencemaran air merupakan masalah global yang melanda

berbagai negara di dunia.

Dampak yang terjadi dengan adanya pencemaran air ini diantaranya adalah

sekitar 1400 jiwa meninggal setiap harinya di dunia karena berbagai penyakit yang

disebabkan oleh air yang tercemar. Penyebab dari pencemaran air ini lebih banyak
91

disebabkan oleh manusia karena berabagai kegiatan yang dilakukannya seperti

pengolahan pabrik dan lainnya. memang ada beberapa pencemaran air yang terjadi

karena fenomena alam seperti penyebab gunung meletus, gempa bumi, angin ribut dan

lainnya namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan yang dilakukan oleh

manusia.

A. Pengertian Pencemaran Air

Dewasa ini seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi memunculkan

berbagai mesin pengolahan yang lebih efektif dan efisien dalam memproduksi barang

dan jasa namun kabar buruknya dari sektor tersebut adalah limbah dan polusi yang

dihasilkannya. Pencemaran air merupakan keadaan dimana adanya berbagai zat asing

yang masuk ke dalam air dan itu bersifat merusak atau bahan tersebut lebih dikenal

sebagai polutan.

Sebuah benda dapat dikatakan sebagai polutan jika memiliki kadar yang sudah

melampaui batas, dan berada di tempat serta waktu yang tidak tepat. jenis-jenis polutan

ini dapat berupa debu, bahan kimia, paparan radiasi dan lainnya. polutan yang terdapat

di dalam lingkungan tertentu ini mampu merusak lingkungan tersebut tergantung pada

seberapa besar kadar polutan di dalamnya dan makhluk hidup yang dipengaruhinya.

Semakin banyak jumlah polutan maka semakin rusak sebuah lingkungan yang terkena

begitu pula sebaliknya.


92

Pencemaran air terjadi jika ada polutan yang masuk ke dalam air seperti zat

kimia, energi dan unsur lainnya sehingga merubah bentuk asli dari air menjadi berubah

warna dan mengeluarkan bau yang tidak enak. Adapun beberapa zat kimia yang bisa

mencemari air diantaranya adalah zat fosfat yang berasal dari deterjen yang digunakan

untuk mencuci baju, kebocoran bahan bakar minyak dari kapal atau tangki yang

tumpah, logam berat hasil buangan dari pabrik, limbah organic dari sampah rumah

tangga dan juga kotoran hewan.

B. Sumber Pencemaran Air

Ada berbagai jenis sumber pencemaran air diantaranya seperti sampah yang

berasal dari masyarakat baik itu dari limbah rumah tangga maupun dari limbah

pertanian dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Saat ini tercatat ada beberapa

jenis polutan yang mampu membuat pencemaran air diantaranya adalah sumber bahan

yang mengandung bibit penyakit, limbah yang membutuhkan oksigen tinggi serta

waktu yang lama untuk terurai, bahan yang tidak sedimen serta bahan yang

mengandung radioaktif panas tinggi. semua bahan tersebut memiliki dampak yang

tidak baik dan berbahaya bagi kesehatan manusia.

Berikut ini adalah beberapa sumber pencemaran air:

1. Limbah industri biasanya dari pabrik

2. Limbah pertanian

3. Limbah rumah tangga


93

Mengapa berbagai sumber pencemaran air ini berbahaya? Hal ini disebabkan

ketika ada berbagai polutan atau limbah yang masuk ke dalam air maka bakteri

pembusuk harus bekerja lebih keras dan membutuhkan oksigen lebih banyak sehingga

kandungan oksigen di dalam air dapat berkurang drastis dan membuat makhluk hidup

di sekitarnya menjadi kekurangan oksigen dan bisa menimbulkan berbagai jenis

penyakit serta berujung pada kematian. Selain dampak tersebut jika berbagai limbah

terus dibuang ke dalam air maka bisa menyumbat aliran air itu sendiri sehingga dapat

menjadi penyebab banjir pada musim hujan.

1. Pencemaran dari Pertanian

Limbah dari pertanian yang masuk ke dalam air sebenarnya tidak berbahaya bagi

keberlangsungan ekosistem air namun karena saat ini banyak petani menggunakan

pupuk kimia dan juga pestisida dalam jumlah banyak maka mampu mengakibatkan

kerusakan pada ekosistem yang ada. Hal ini akan lebih parah jika pestisida yang

digunakan adalah jenis dari herbisida dan insektisida.


94

Gambar. Pencemaran Air Pertanian

2. Pencemaran dari Peternakan dan Perikanan

Air dapat mengalami pencemaran dari kegiatan peternakan dan perikanan jika

tidak dilakukan pembuangan yang benar pada kotoran hewan dan juga sampah lainnya.

ada beberapa hal yang bisa dilihat untuk melihat ciri-ciri dari terjadinya pencemaran

oleh peternakan dan perikanan ini antara lain adalah sebagai berikut:

Adanya kotoran hewan dalam jumlah besar pada perairan yang membuat air

terkontaminasi oleh berbagai virus dan bakteri dari kotoran tersebut dan terjadinya

perubahan warna dan rasa di dalam air tersebut sehingga membuat air sangat mudah

menyebabkan penyakit bagi siapa saja yang mengkonsumsi.


95

Gambar. Pencemaran Air Perikanan

3. Pencemaran dari Industri

Para pelaku industri sangat rawan menghasilkan berbagai jenis limbah yang dapat

mencemari air. Ini biasanya dilakukan oleh mereka para pelaku bisnis industri yang

kurang memahami adanya pencemaran ini atau hanya sekedar untuk menekan biaya

pengolahan limbahnya saja. berikut ini beberapa jenis industri yang mampu mencemari

air dari hasil industrinya:

1. Industri produk makanan

2. Indukstri produk tekstil

3. Industri pulp dan kertas

4. Industri bahan kimia

5. Industri penyamakan kulit


96

6. Industri electroplating

4. Pencemaran dari Aktivitas Perkotaan

Daerah perkotaan menjadi salah satu tempat yang rawan terjadi pencemaran air.

Hal ini tidak jauh dari jumlah populasi penduduk yang kian pesat sedangkan lahan tetap

sehingga menyebabkan munculnya berbagai pemukiman padat penduduk dengan

sanitasi yang tidak memadai. Pencemaran air di perkotaan juga bisa disebabkan karena

hasil dari pabrik, limbah rumah tangga, kotoran manusia, limbah cair dan lainnya.

Jenis Pencemaran Air ada beberapa jenis pencemaran menurut ahli sebagai berikut:

1. Pencemaran Mikroorganisme Air

Bukan hanya limbah yang dapat dilihat oleh kasat mata saja yang mampu mencemari

air namun juga beberapa mikoorganisme yang tidak kasat mata. Beberapa

mikroorganisme seperti virus, bakteri, kuman, protozoa dan parasit kerap kali juga

mampu membuat pencemaran pada air. Berbagai mikroorganisme tersebut terdapat di

dalam air sebagai hasil dari buangan limbah padat lainnya seperti limbah rumah tangga,

limbah pertanian, limbah rumah sakit, limbah industri dan limbah lainnya. adanya

berbagai kuman di dalam air ini sangat berbahaya bagi orang yang menggunakan air

tersebut karena sangat rawan menyebabkan berbagai jenis penyakit. Adapun berbagai

jenis penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air tersebut diantaranya adalah tifus,

kolera dan juga disentri.


97

2. Pencemaran dari Bahan Arnorganik Nutrisi Tanaman

Saat ini para pelaku pertanian sudah banyak menggunakan pupuk berbahan kimia

sebagai pengusir hama dan penyubur tanaman. Hal ini sudah dilakukan sejak lama dan

oleh banyak petani. Memang penggunaan pupuk kimia ini mampu meningkatkan

jumlah hasil panen dari pertanian tersebut namun disisi lain ada dampak negatifnya

yaitu dapat mencemari air di sungai, danau hingga laut dengan menggunakan zat fosfat

yang ada di dalam pupuk tersebut. Hal ini jika dilakukan secara terus-menerus maka

akan semakin banyak pihak yang mengalami kerugian terutama bagi mereka yang tidak

mengerti asal-usul dari pencemaran tersebut. Oleh karena itu sebaiknya anda untuk

mempertimbangkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida supaya lebih bijak lagi.

3. Pencemar Bahan Kimia Anorganik

Adanya berbagai baha kimia organic di dalam air dapat membuat rasa dari air tersebut

berubah dan sangat disarankan untuk tidak dikonsumsi. Bahan kimia anorganik

tersebut misalnya saja logam, garam dan asam. Biasanya ikan yang berada pada air

yang mengandung zat tersebut akan mati dan bukan hanya ikan saja namun juga

mandeknya pertumbuhan dari berbagai jenis tumbuhan yang dilalui oleh air tersebut.

Ini tentunya tidak baik bagi kelangsungan kehidupan kita.


98

4. Pencemar Bahan Kimia Organik

Bahan kimia organic yang sering digunakan oleh banyak orang misalnya saja deterjen,

minyak, pestisida, larutan pembersih dan pestisida jika terlarut dalam air juga bisa

menyebabkan kematian pada ikan yang hidup di air tersebut. Setidaknya terdapat

sekitar 700 jenis bahan kimia organic yang terdapat di dalam permukaan air dan jika

terus dikonsumsi tanpa ada pemasakan yang benar akan menimbulkan berbagai jenis

penyakit misalnya saja ginjal, berbagai jenis kanker dan juga menyebabkan cacat pada

kelahiran.

C. Komponen Pencemaran Air

Komponen pencemaran air sangat berpengaruh mengenai seberapa besar suatu

wilayah mengalami pencemaran air. Adanya berbagai kegiatan pembuangan limbah

yang dilakukan oleh banyak pihak baik itu limbah rumah tangga, limbah industri dan

juga sampah dari masyarakat lainnya yang menimbulkan berbagai potensi berbahaya

bagi lingkungan. menurut ahli komponen pencemaran air ini tergolong menjadi berikut

ini:

1. Limbah Zat Kimia

Berbagai industri dewasa ini banyak yang menghasilkan limbah berupa zat kimia

yang sangat berbahaya bagi lingkungan air itu sendiri seperti sungai, danau dan laut

serta pihak yang menggunakan air dari tempat tersebut. Limbah zat kimia yang mampu
99

menjadi polutan sebagai penyebab dari pencemaran air dapat digolongkan menjadi

berikut ini:

a. Insektisida – Pada sektor pertanian bahan kimia yang satu ini masih sangat

banyak digunakan karena fungsinya sebagai pembasmi serangga yang biasanya

menjadi hama pada pertanian. Apabila penggunaan dari insektisida ini

berlebihan dari ambang batas maka dapat membahayakan ekosistem air dan

kehidupan yang ada disekitarnya.

b. Pembersih – Nah untuk zat kimia yang termasuk ke dalam pembersih ini

sangat banyak ditemukan bahkan digunakan oleh banyak orang misalnya saja

shampoo, detergen serta bahan pembersih lainnya. tanda yang bisa dilihat pada

air apakah mengalami pencemaran yang disebabkan oleh zat pembersih ini

adalah jika muncul buih pada permukaan air yang cukup banyak sehingga

mengindikasikan bahwa air tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.

c. Larutan Penyamak Kulit – Pada industri penyamakan kulit biasanya akan

menggunakan senyawa krom untuk kegiatan usahanya. Jika senyawa krom ini

dibuang sembarangan ke dalam air maka hal ini dapat membuat peningkatan

jumlah ion di dalam air tersebut. Untuk mencegah hal ini terjadi sangat

diharuskan bagi industri penyamakan kulit untuk memiliki sistme instalasi

pengolahan limbah yang mumpuni dan standar supaya bisa mengolah sisa

larutan senyawa berbahaya tersebut supaya saat masuk ke dalam air sudah

dalam keadaan yang tidak berbahaya.


100

d. Zat Warna Kimia – Zat warnai kimia yang biasanya digunakan untuk

mewarnai kain dan lainnya ini juga memiliki dampak yang berbahaya jika

langsung dibuang ke dalam air.

2. Limbah Padat

Limbah padat yang dimaksud di sini adalah limbah yang mengarah pada hasil

pengolahan IPAL yang masih belum maksimal. limbah ini biasanya memiliki ukuran

yang kecil dan cukup halus sehingga tidak bisa mengendap di dalam dasar permukaan

sungai, danau atau laut melainkan hanya bisa melayang-layang di dalam air saja dan

ini tentunya membuat air menjadi lebih keruh dan tidak bisa dikonsumsi. Jika hal ini

terjadi maka ekosistem yang ada di dalam perairan tersebut juga akan mengalami

gangguan hidup terutama pada saat akan melakukan fotosintesis karena cahaya

matahari akan sangat sulit menembus masuk ke dalam air.

a. Limbah Bahan Makanan – Limbah dari bahan makanan ini merupakan salah

satu jenis limbah organic yang membusuk karena terdapat mikroorganisme

pembusuk di dalamnya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi siapa

saja yang ada di dekatnya. Limbah ini juga mampu menimbulkan uap di udara

yang tidak baik untuk dihirup.

b. Limbah Organik – Limbah organic merupakan limbah yang mampu

teruraikan dengan waktu yang cukup singkat karena bantuan dari

mikroorganisme pembusuk. Oleh karena itu jika limbah organic ini dibuang
101

langsung ke dalam air mampu meningkatkan jumlah mikroorganisme di dalam

air yang berarti kemungkinan untuk berubah menjadi bakteri pathogen juga

akan semakin tinggi. oleh karena itu jangan seenaknya sendiri saat membuang

sampah ya.

c. Limbah Anorganik – Kebalikan dari limbah organic, pada limbah anorganik

ini tidak mudah teruraikan karena sangat sulit disusupi oleh mikroorganisme

pembusuk kalaupun bisa maka waktunya akan sangat lama hingga limbah

tersebut teruraikan. Limbah anorganik ini banyak dihasilkan oleh industri besar

atau kecil serta sampah dari rumah tangga.

D. Akibat Pencemaran Air

Akibat yang ditimbulkan dari pencemaran air ini cukup mengkhawatirkan apalagi jika

intensitas jumlah polutan di dalam air sudah sangat banyak dan melampaui ambang

batas. Berikut ini adalah beberapa akibat yang akan muncul dari adanya pencemaran

air ini:

1. Kehidupan organisme dan ekosistem yang ada di dalam wilayah air tercemar

tersebut akan mengalami gangguan bahkan kerusakan karena kadar oksigen di

dalam air menjadi berkurang drastis.

2. Munculnya pertumbuhan ganggang dan juga tumbuhan air sebagai parasit yang

sangat pesat. Hal ini tidak baik karena bisa menganggu berbagai aktivitas manusia

misalnya menghambat saat menjaring ikan dan lainnya.


102

3. Jika terjadi penumpukan limbah atau sampah dalam jumlah cukup besar di dalam

air maka bisa menyebabkan pendangkalan air baik itu di danau dan sungai dan hal

ini sangat berbahaya terutama jika musim hujan karena bisa menimbulkan banjir.

(baca : proses terjadinya hujan)

4. Dalam jangka panjang jika air tersebut terus dikonsumsi maka dapat menyebabkan

resiko terkena berbagai penyakit kanker dan juga resiko bayi cacat lahir.

5. Jika pencemaran air menggukana peptisida yang ditujukan untuk membunuh hama

namun jika dilakukan secara berlebih maka bisa juga membunuh hewan dan

tumbuhan lain yang ada disekitarnya padahal mereka ini memiliki fungsi yang

sangat baik.

6. Menyebabkan terjadinya kepunahan pada berbagai biota kuno diantaranya seperti

plankton hingga spesies burung.

7. Terjadinya mutasi sel di dalam tubuh yang akan menyebabkan kanker dan leukemia.

8. Pencemaran air ini juga mampu menyebabkan erosi

9. Kekurangan sumber daya air yang bersih yang aman dikonsumsi oleh manusia

10. Menjadi sumber dari berbagai jenis penyakit yang serius

11. Menyebabkan penyebab tanah longsor

E. Cara Menangani Pencemaran Air

Karena akibat yang ditimbulkan dari pencemaran air ini sangat tidak baik dan

berbahaya baik itu bagi kesehatan maupun bagi kelangsungan ekosistem. Oleh karena

itu pencemaran air harus diberikan solusi supaya tidak terjadi lagi dan ekosistem dapat
103

berlangsung seperti seharusnya. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan

sebagai cara menangani pencemaran air:

a. Menghemat Air – Cara menangani pencemaran air dengan metode ini adalah

metode yang paling sederhana namun yang paling utama harus dilakukan yaitu

dengan menghemat air. Mengapa ini bisa menjadi solusi? Hal ini disebabkan

semakin sedikit air yang digunakan maka jumlah pencemaran yang akan terjadi

juga akan sedikit begitu pula sebaliknya. hal ini juga sangat baik untuk

melakukan hemat air supaya ketersediaan air di dunia ini tetap terjaga.

b. Membuang Sampah pada Tempatnya – Hal yang harus diperhatikan lagi

dalam cara menangani pencemaran air adalah dengan tidak membuang sampah

sembarangan. Sebaiknya untuk memilah mana sampah organic, sampah

anorganik padat, limbah kimia dan lainnya. jika sampah sudah dikelompokkan

berdasarkan jenisnya maka untuk membuangnya juga akan lebih mudah karena

satu jenis sampah dengan lainnya akan memiliki cara pembuangan yang

berbeda. Usahakan untuk tidak membuang sampah langsung ke dalam air

karena selain menyebabkan air keruh juga bisa menyebabkan penyumbatan

pada perairan sehingga sangat rawan terjadi peluapan.

c. Melakukan Servis Kendaraan – Melakukan servis kendaraan secara rutin

mungkin tidak memiliki kaitan dengan pencemaran air. Namun ternyata hal ini

berkaitan karena kendaraan yang tidak diservis secara rutin maka sangat
104

mungkin terjadi kebocoran bahan bakar baik itu oli atau bahan kimia lainnya

yang bisa menjadi penyebab pencemaran air.

d. Awasi Penggunaan Pupuk Kimia dan Pestisida – Meskipun pupuk kimia dan

pestisida sangat membantu para petani untuk menyuburkan tanaman dan

membunuh hama namun perlu diingat bahwa air yang sudah terkontaminasi

oleh kedua bahan tersebut sudah tidak layak dikonsumsi oleh manusia. Untuk

mengatasi penggunaan pupuk kimia dan juga pestisida dapat dilakukan dengan

menggantinya dengan pupuk kompos yang alami saja serta melakukan

penyiraman tanaman pada saat pagi dan sore hari supaya mengurangi terjadinya

pengupan dan juga mampu membantu dalam melakukan penghematan air.

e. Hukum yang Ketat – Berikan hukuman yang ketat dan berat kepada mereka

yang membuang limbah sembarangan terutama pada para pelaku industri besar

yang membuang limbah zat kimia dalam jumlah besar.


105

12. SUMUR PENGAMAT


Untuk pengujian diperlukan satu sumur pemompaan dan paling sedikit sumur
pengamat. Pada saat pemompaan muka air tanah baik pada sumur maupun pada sumur
pengamat di ukur. 3 - 8 Jika sebuah sumur yang dipompa dengan debit konstan maka
akan terbentu sebuah kerucut penurunan muka air tanah yang pada waktu t
mencapaijarak jarak maksimal. Pada keadaan ini terdapat 2 macam kondisi yang
mungkin terjadi yaitu : - Kondisi “unsteady” atau tidak stasioner  dimana muka air
tanah merupakan fungsi dari waktu - Kondisi “steady” atau stasioner  dimana muka
air tanah konstan terhadap waktu.

Anda mungkin juga menyukai