Anda di halaman 1dari 6

Teori Pola Makan

2.4.1 Pengertian Pola Makan

Pola makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan
makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas dari suatu
kelompok masyarakat tertentu (Harna,2012).
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).

2.4.2 Pola Makan terdiri dari :


1) Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari baik kualitatif dan
kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan
mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat
dan jenis makanan. Jika dirata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka
jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung.
Porsi makan pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang dan makan malam
secukupnya saja, untuk memenuhi energi dan sebagian zat gizi sebelum tiba makan
siang. Lebih baik lagi jika makanan ringan sekitar pukul 10.00 WIB.Menu sarapan
yang baik harus mengandung karbohidrat, protein dan lemak, serta cukup air untuk
mempermudah pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi. Pilihlah menu yang
praktis dan mudah di siapkan dan usahakan untuk makan pagi karena penting dan
mempersiapkan energi dalam beraktivitas dalam sehari.
2) Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan
serap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang.
Menyediakan variasi makanan merupakan salah satu cara unuk menghilangkan rasa
bosan. Sehingga mengurangi selera makan. Menyusun hidangan seha memerlukan
keterampilan dan pengetahuan gizi. Variasi menu yang tersusun oleh kombinasi
bahan makanan yang memperhitung dengan tepat akan memberikan hidangan sehat
baik secara kualitas maupun kuantitas. Teknik pengolahan makanan adalah guna
memperoleh intake yang baik dan bervariasi.
3) Tujuan Makan
Secara umum, tujuan makan menurut ilmu kesehatan adalah memperoleh energi
yang berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel tubuh yang rusak, mengatur
metabolism ubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
4) Fungsi Makanan
Manfaat makanan bagi mahluk hidup, termasuk manusia antara lain :
(1) Memberikan bahan untuk membangun dan memelihara tubuh disamping
memperbaiki bagian tubuh yang rusak.
(2) Memberikan energi (tenaga) yang dibutuhkan untuk kebutuhan bergerak
dan bekerja.
(3) Memberikan rasa kenyang yang berpengaruh terhadap ketentraman yang
berarti mempunyai dampak posiif terhadap kesehatan. Dengan demikian,
kecukupan akan makanan mempunyai arti biologis dan psikologis.
5) Cara pengolahan makanan
Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapa diolah dengan cara
sebagai berikut :
(1) Merebus (Boiling) adalah mematangkan makanan dengan cara merebus
suatu cairan bisa berupa air saja atau air kaldu dalam panic sampai mencapai
titik didih (100ºC).
(2) Memasak (braising) adalah cara memasak makanan dengan menggunakan
sediki cairan pemasak. Bahan makanan yang diolah dengan teknik ini adalah
daging.
(3) Bumbu-bumbuan (Simmering), hamper sama dengan mengukus tapi setelah
dikukus makanan dibumbui dengan bumbu tertentu. Agar zat-zat gizi yang
terdapat dalam makanan tidak banyak rusak atau hilang, makanan sebaiknya
diolah dengan cara sebagai berikut :
a) Memasak lebih dekat dengan waktu makan.
b) Menggunakan api kecil atau memasak dengan cepat (Pressure cooker).
c) Cucilah sayuran dan buah-buahan dalam keadaan utuh tanpa dipotong-
potong terlebih dahulu.
d) Usahakan untuk tidak memasak bahan makanan dalam waktu terlalu lama
karena kandungan zat gizinya akan lebih banyak hilang.
6) Jumlah (porsi) Makanan
Jumlah atau porsi merupakan suau ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi pada tiap kali makan. Jumlah (porsi) standar bagi remaja antara lain :
(1) Makanan pokok
Makanan pokok berupa nasi, roti tawar dan mie instant. Jumlah atau porsi
makan pokok antara lain nasi 100 gram, roti tawar 50 gram, mie instant
unuk ukuran besar 100 gram dan ukuran kecil 60 gram.
(2) Lauk pauk
Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan lauk hewani, jumlah
atau porsi makanan antara lain daging 50 gram, telur 50 gram, ikan 50
gram, tempe 50 gram (dua potong), tahu 50 gram (dua potong).
(3) Sayur
Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis masakan sayuran antara lain :
sayur 100 gram.
(4) Buah
Buah adalah suatu hidangan yang disajikan setelah makanan yang
fungsinya sebagai pencuci mulut, jumlah atau porsi buah ukuran buah 100
gram, ukuran potongan 75 gram.
(5) Makanan selingan
Makanan selingan atau kecil biasanya dihidangkan antara waktu makan
pagi, makan siang maupun sore hari. Porsi atau jumlah untuk makanan
selingan tidak terbatas jumlahnya (bisa sedikit atau banyak).
(6) Minuman
Minuman mempunyai fungsi membantu proses metabolism tubuh, tiap
jenis minuman berbeda-beda pada umumnya jumlah atau ukurannya untuk
air putih dalam sehari lima kali atau lebih per gelas (2 liter perhari),
sedangkan susu 1 gelas (200 gram).

2.4.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan


Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makan
seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah
faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan dan lingkungan, umur dan jenis
kelamin (Sediaotama, 2011).
2.3.5.1 Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi pangan
adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya pendapatan akan
meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang
lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya
beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas.
Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat pengaruh promosi
melalui iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan gaya hidup
dan timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan masyarakat ekonomi menengah
ke atas. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan gizi yang cukup,
akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya
sehari-hari. Sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan terhadap
pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi. Kecendrungan untuk mengkonsumsi
makanan impor, terutama jenis siap santap (fast food), seperti ayam goreng, pizza,
hamburger, dan lain-lain, telah meningkat tajam terutama dikalangan generasi muda
dan kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas.
2.3.5.2 Faktor sosial budaya
Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi
oleh faktor budaya/kepercayaan. Pantangan yang didasari oleh kepercayaan pada
umumnya mengandung perlambang atau nasehat yang dianggap baik ataupun tidak
baik yang lambat laun akan menjadi kebiasaan/adat. Kebudayaan suatu masyarakat
mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam
mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan
dikonsumsi.
Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi
kebutuhan dasar biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan. Budaya
mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana
pengolahan, persiapan, dan penyajian serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana
pangan tersebut dikonsumsi. Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh
dan tidak boleh mengonsumsi suatu makanan (dikenal dengan istilah tabu), meskipun
tidak semua hal yang tabu masuk akal dan baik dari sisi kesehatan. tidak sedikit hal
yang ditabukan merupakan hal yang baik jika ditinjau dari kesehatan, salah satu
contohnya adalah anak balita tabu mengonsumsi ikan laut karena dikhawatirkan akan
menyebabkan cacingan. Padahal dari sisi kesehatan berlaku sebaliknya,
mengkonsumsi ikan sangat baik bagi balita karena memiliki kandungan protein yang
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Terdapat 3 kelompok anggota masyarakat
yang biasanya memiliki pantangan makanan tertentu yaitu balita, ibu hamil, dan ibu
menyusui.
2.3.5.3 Agama
Pantangan yang didasari Agama, khususnya Agama Islam disebut haram dan
individu yang melanggar hukum berdosa. Adanya makanan terhadap
makanan/minuman tertentu di sisi agama dikarenakan makanan/minuman tersebut
membahayakan jasmani dan rohani bagi yang mengonsumsinya. Konsep halal dan
haram sangat mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi.
2.3.5.4 Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi.
Salah satu contoh prinsip yang dimiliki seseorang dengan pendidikan rendah biasanya
adalah ‘yang penting mengenyangkan’, sehingga porsi bahan makanan sumber
karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lain.
Sebaliknya, sekelompok orang dengan pendidikan tinggi memiiki kecenderugan
memilih bahan makanan sumber protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan
kebutuhan gizi lain.
2.3.5.5 Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku
makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah serta
adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan dalam
keluarga sangat berpengaruh besar terhadap pola makan seseorang, kesukaan
seseorang terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dalam
keluarga. Lingkungan sekolah, termasuk di dalamnya para guru, teman sebaya, dan
keberadaan tempat jajan sangat mempengaruhi terbentuknya pola makan,
khususnya bagi siswa.
2.3.5.6 Faktor usia
Usia sangat berpengaruh terhadap penyakit gastritis, karena Masa remaja
adalah masa mencari identitas diri, adanya keinginan untuk dapat diterima oleh teman
sebaya dan mulai tertarik oleh lawan jenis menyebabkan remaja sangat menjaga
penampilan. Semua itu sangat mempengaruhi pola makan remaja, termasuk
pemilihan bahan makanan dan frekuensi makan. Remaja takut merasa gemuk
sehingga remaja menghindari sarapan dan makan siang atau hanya makan sehari
sekali (Baliwati, 2012)
2.3.5.7 Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah karakteristik remaja yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan gizi bagi
seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan Kebutuhan zat tenaga dan protein
daripada wanita, karena secara kodrat pria diciptakan untuk tampil lebih aktif dan
lebih kuat dari pada wanita (Baliwati, 2012).

Anda mungkin juga menyukai