Anda di halaman 1dari 12

CAMPURAN BINER 1

I. TUJUAN
- Untuk mengetahui dan menbuktikan bajwa campuran duah buah atau lebih
zat cair yang saling melarut dapat membentuk cairan azeotropik dan
zeotropik
- Dapat membuat diagram fase dua komponen
- Menerapkan pengetahuan ini di beberapa industri kimia (Pabrik Spiritus)

II. ALAT DAN BAHAN


II.1 Alat yang digunakan :
- Seperangkat alat destilasi
- Gelas kimia 250mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Bola Karet
- Pipet Ukur 25 mL
- Water Batch
II.2 Bahan yang digunakan :
- Klorofom
- Aseton

III. DASAR TEORI


Campuran biner adalah campuran yang terdiri atas dua zat yang dapat
bercampur. Campuran ini dapat dipisahkan dengan metode destilasi. Pemisahan
dengan metode destilasi didasarkan pada perbedaan titik didih dimana zat dengan titik
didih rendah akan menguap terlebih dahulu, sehingga pada suatu titik didih tertentu
komposisi uap tidak akan sama dengan komposisi dalam keadaan cair. Tekanan uap
total merupakan penjumlahan dari kedua komponen tersebut dan untuk larutan ideal
mengikuti hukum Raoult.
Larutan adalah campuran homogen antara dua zat lebih, jika campuran yang
hanya terdiri atas dua zat disebut campuran biner. Berdasarkan sifat larutan dibedakan
ada dua jenis larutan yaitu larutan ideal dan non ideal. Suatu larutan dikatakan sebagai
larutan ideal jika :
 homogen pada seluruh system mulai dari fraksi mol 0 – 1
 tidak terdapat entalpi pencampuran komponen membentuk larutan (∆H=0)
 memenuhi hukum Raoult : P1 = X1 . P°
dengan P1 : tekanan uap larutan, X1 : fraksi mol larutan, P° : tekanan uap pelarut
murni.
Selain ketiga hal tersebut, dalam larutan ideal, komponen yang satu
mempengaruhi komponen yang lain, sehingga sifat larutan yang dihasilkan terletak
diantara kedua komponen penyusunnya. Menurut hukum Raoult tekanan uap dan
fraksi mol dapat digambarkan seperti ditunjukkan gambar 1.

Campuran yang dapat membentuk larutan ideal adalah tolvena dan benzena,
propanol 1 dengan propanol 2, dan heksana dengan heptana. Tekanan uap total larutan
ideal merupakan jumlah tekanan uap A dengan tekanan uap B. Karena titik didih
berbanding terbalik dengan tekanan uap, maka gambar 1 dapat diubah menjadi
gambar 2 yang menunjukkan hubungan titik didih terhadap fraksi mol.

Dalam kenyataan suatu larutan yang benar-benar ideal tidak ada atau
umumnya merupakan larutan non ideal. Larutan non ideal adalah suatu larutan yang
menyimpang dari larutan ideal. Penyimpangan ini ada dua yaitu penyimpangan positif
dan negatif.
Larutan non ideal penyimpangan positif mempunyai volume ekspresi,
sehingga menghasilkan tekanan uap maksimum pada sistem campuran. Pada tekanan
maksimum ini, campuran mempunyai titik didih yang konstan. Karena tekanan uap
berbanding terbalik dengan titik didih, maka pada saat tercapai tekanan uap
maksimum, titik didihnya menjadi minimum. Titik ini disebut azeotrop. Contoh
campuran yang mengalami penyimpangan positif adalah sistem etanol-sikloheksana.
Larutan non ideal penyimpangan negatif mempunyai volume konstraksi,
sehingga menghasilkan tekanan uap minimum pada sistem campuran. Pada tekanan
minimum ini, campuran mempunyai titik didih yang konstan. Karena tekanan uap
berbanding terbalik dengan titik didih, maka pada saat tercapai tekanan uap minimum,
titik didihnya menjadi maksimum. Titik ini disebut titik azeotrop. Contoh campuran
yang mengalami penyimpangan negatif adalah sistem Etanol-Aquades.
Campuran dua zat yang membentuk larutan non ideal dapat membentuk
campuran azeotrop. Campuran ini mempunyai titik azeotrop. Campuran azeotrop
biasanya dipisahkan dengan destilasi fraksionasi.
Besarnya mol fraksi (X) dapat dinyatakan dengan persamaan :
XA = (nA)/(nA + nB)
dengan XA = fraksi mol A
nA = mol A
nB = mol B
Sedangkan besarnya mol (n) dapat dinyatakan dengan persamaan :
Mol (n) = g/MR dan g = ρ/V
dengan MR = massa rumus zat
g = massa zat
ρ = massa jenis zat
V = volume zat

Indeks Bias
Kecepatan merambat gelombang cahaya tidak sama dalam semua media. Oleh
karena itu, jika suatu berkas cahaya melewati perbatasan dua permukaan media, maka
berkas cahaya akan dibiaskan, dimana besarnya sudut datang tidak sama dengan sudut
bias. Besarnya sudut datang dan sudut bias tergantung pada massa jenis, suhu, dan
jenis media yang dilewati, serta panjang gelombang cahaya. Perbandingan sinus sudut
datang dan sudut bias dinyatakan dengan persamaan :
nd = (sin i)/(sin p)
dengan sin i = sinus sudut datang ; sin p = sinus sudut bias
IV. Keselamatan Kerja
 Sebelum bekerja lihatlah MSDS bahan yang akan digunakan.
 Gunakan jas lab dan alat pelindung lain yang diperlukan.
 Berilah vaselin pada setiap sambungan alat gelas.
 Gunakan water bacth atau penangas air pada waktu melakukan destilasi.
 Buanglah sisa zat ke tempat (botol) yang telah disediakan.

V. LANGKAH KERJA
a. Membuat campuran cairan Cloroform dan acetone dengan komposisi 20,
40,60,80 mol sebanyak 80 ml
b. Menetukan masing-masing titik didih dari chloroform dan aceton
c. Menentukan masing-masing titik didih campuran-campuran pada point 2
dengan menggunakn modifikasi labu didih claisein
d. Saat campuran sudah mendidih, dilakukan pengambilan destilat 0,5-1 ml
dengan diketahui beratnya
e. Membandingkan hasil pengamatan pada point dan dengan grafik

VI. DATA PENGAMATAN

Data berdasarkan Literatur


Nama Zat Rumus BM (g/mol) Density Titik didih
Molekul (oC)
Aseton C3H3OH3 58,08 g/mol 0,79 g/ml 56
Clorofom CHCl3 119,38 g/mol 1,49 g/ml 61,2

Data berdasarkan Praktikum


Aseton (mL) Klorofom (mL) Titik Didih (oC) Titik Uap (oC)
20 80 64 59
40 60 68.5 60
60 40 65 60
80 20 63.5 58.5
50 50 64 64

VII. PERHITUNGAN
 Penambahan Aseton 20mL dan Klorofom 80 mL

Gr Aseton = .

= 0,79 g/ml 20ml

= 15,8 gr

Mol Aseton = gr/BM

= 15,8 gr / 58,08 gmol-1

= 0,27 mol

Gr klorofom = .

= 1,49 g/ml 80ml

= 119,2 gr

Mol Klorofom = gr/BM

= 119,2 gr / 119,38 gmol-1

= 0,99 mol

 Penambahan Aseton 40mL dan Klorofom 60 mL

Gr Aseton = .

= 0,79 g/ml 40ml

= 31,6 gr
Mol Aseton = gr/BM

= 31,6 gr / 58,08 gmol-1

= 0,54 mol

Gr klorofom = .

= 1,49 g/ml 60ml

= 89,4 gr

Mol Klorofom = gr/BM

= 89,4 gr / 119,38 gmol-1

= 0,74 mol

 Penambahan Aseton 60mL dan Klorofom 40 mL

Gr Aseton = .

= 0,79 g/ml 60ml

= 47,4 gr

Mol Aseton = gr/BM

= 47,4 gr / 58,08 gmol-1

= 0,81 mol

Gr klorofom = .
= 1,49 g/ml 40ml

= 59,6 gr

Mol Klorofom = gr/BM

= 59,6 gr / 119,38 gmol-1

= 0,49 mol

 Penambahan Aseton 80mL dan Klorofom 20 mL

Gr Aseton = .

= 0,79 g/ml 80ml

= 63,2 gr

Mol Aseton = gr/BM

= 63,2gr / 58,08 gmol-1

= 1,08 mol

Gr klorofom = .

= 1,49 g/ml 20ml

= 29,8 gr

Mol Klorofom = gr/BM

= 29,8 gr / 119,38 gmol-1

= 0,24 mol
 Penambahan Aseton 50mL dan Klorofom 50 mL

Gr Aseton = .

= 0,79 g/ml 50ml

= 39,5 gr

Mol Aseton = gr/BM

= 39,5gr / 58,08 gmol-1

= 0,68 mol

Gr klorofom = .

= 1,49 g/ml 50ml

= 74,5 gr

Mol Klorofom = gr/BM

= 74,5 gr / 119,38 gmol-1

= 0,62 mol
VIII. ANALISIS DATA

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diamati jenis campuran dari dua
zat yang saling melarutkna dengan baik. Dimana terdapat 5 jenis campuran antara
aseton dan klorofom dengan komposisi yang bervariasi yang diamati pada praktikum
kali ini.
Dapat terlihat jelas bahwa perbandingan antara titik didih, titik uap, dan fraksi
mol antara campuran aseton dan klorofom menunjukkan bahwa jenis campuran ini
adalah jenis campuran Azeotripik. Karena ditunjukkan dari garis kurva yang terbentuk
pada kurva diatas yaitu melengkung kebawah dan bertemu pada satu titik didih
maksimum. Dimana titik didih dari kedua campuran xat cair ini menunjukkan adanya
titik maksimum karena terjadi persamaan harga yang konstan dari Tuap dan Tdidih .
Titik azeotropik campuran ini terletak lebih tinggi daripada titik didih
murninya. Terlihat digrafik titik maksimum yang didapat pada saat suhu 64 oC dari
campuran 50mL Aseton dan 50mL Klorofom.
IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
- Campuran biner bertujuan untuk menentukan jenis campuran dua buah zah
cair yang saling melarut dan dapat membentuk jenis azeotropik dan
zeotropik.
- Campuran dari Aseton dan Klorofom merupakan jenis campuran
azeotropik.
- Titik maksimum campuran Aseton dan Klorofom terletak pada suhu 64 oC
dengan komposisi campuran 50mL Aseton dan 50mL Klorofom.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. 2015. “Penuntun Praktikum Kimia Fisika”. Palembang : Politeknik


Negeri Sriwijaya
Rahmayanti, Siti. 2014. “Laporan Campuran Biner I”.
http://srahmayanti.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2015
GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Erlenmeyer Alat Distilasi Bola Karet


LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
“Isoterm Freunlich”

Disusun Oleh :

1. Astri Depiana (061440420819)


2. Anggi Andini Putri (061440420817)
3. Dwi Indah Lestari (061440420821)
4. Rizka Nurdianti (061440420832)
5. Maulana (061440421727)
6. M. Maulana (061440421751)
7. M. Ardiansyah DS (061440421749)
8. Nur Idhatil Hasanah (061440421757)
9. Rando Suhendra (061440421758)
Instruktur : Ibnu Hajar, S.T., M.T
Jurusan /Prodi : Teknik Kimia/ Teknologi Kimia Industri (DIV)
Kelas : 3 K.I

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2016

Anda mungkin juga menyukai