KONTROL KARIES
SURYA DINATA
NPM. 160421170007
PEMBIMBING:
PROF. DR. YETTY HERDIYATI., SP. KGA(K)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TERAPI IMUN 4
2.1 Imunologi Umum 4
2.1.1 Respon Imun Tidak Spesifik 5
2.1.2 Respon imun spesifik 7
2.1.3 Antigen dan Imunogenisitas 8
2.1.4 Imunogenisitas 10
2.1.5 Imunoglobulin 14
2.1.6 Kelas Imunoglobulin 15
2.2 Imunologi Karies Gigi 19
2.2.1 Respon Imun Terhadap Bakteri Penyebab Karies Gigi 21
2.2.2 Komponen antigenik S. mutans yang ditargetkan oleh vaksin 23
2.2.3 Respon imun pada karies gigi 25
2.2.4 Imunisasi terhadap karies gigi 28
2.2.5 Faktor Resiko Penggunaan Vaksin Karies28
2.3 Penerapan Imunisasi Pada Manusia 30
2.3.1 Imunisasi Aktif 30
2.3.2 Imunisasi Pasif 30
2.4 Jalur-Jalur untuk Imunisasi 30
2.4.1 Rute Oral 31
2.4.2 Kelenjar saliva minor 32
2.4.3 Rute sistemik 32
2.4.4 Rute Aktif Gingivo-Saliva 33
2.5 Penelitian-penelitian yang berkaitan 35
BAB III TERAPI GEN 38
3.1 Definisi 38
3.2 Mode Pengiriman Gene dalam Terapi Gen 39
3.3 Prinsip Umum dari Transfer Genetika 40
3.4 Kegunaan Terapi Gen dalam Kedokteran Gigi 43
3.4.1 Perbaikan Tulang43
3.4.2 Terapi Gen untuk Kelenjar Ludah 44
3.4.3 Replacement Therapy 46
3.4.4 Rekayasa Genetik, produk Basa–Streptococci 50
BAB IV SIMPULAN 52
DAFTAR PUSTAKA 54
BAB I PENDAHU
LUAN
Karies adalah salah satu penyakit yang paling umum terjadi pada manusia
yang lazim baik di negara maju, berkembang, dan terbelakang dan tersebar tidak
maupun orang dewasa, gigi primer maupun permanen, dan permukaan koronal
dan akar. Karies gigi masih merupakan masalah kesehatan mulut utama di
sebagian besar negara industri, yang mempengaruhi 60-90% anak sekolah dan
sebagian besar orang dewasa. Ini juga merupakan penyakit mulut yang paling
lazim di beberapa negara Asia dan Amerika Latin. Lebih dari 60% anak-anak
mengisi gigi permanen karena karies gigi dan 91% orang dewasa memiliki
pengalaman karies.1
Karies gigi adalah salah satu penyakit masa kanak-kanak yang paling
umum. Diperkirakan lebih dari 90% populasi dunia akan mengalami karies gigi
setidaknya sekali selama masa hidup mereka (Marchisio 2010). Karies gigi
dianggap sebagai salah satu penyakit yang paling umum pada manusia di semua
2005).2
Karies gigi terbentuk melalui interaksi kompleks antara bakteri penghasil
asam dan karbohidrat yang dapat difermentasi, dan banyak faktor host termasuk
gigi dan air liur. Penyakit ini berkembang baik pada mahkota dan akar gigi, dan
1
bisa timbul pada anak usia dini sebagai kerusakan gigi agresif yang
mempengaruhi gigi utama bayi dan balita. Kelompok mikroorganisme yang luas
patogen utama yang terlibat dalam inisiasi dan perkembangan lesi karies. Bakteri
kariogenik ini mampu menghasilkan asam dengan memanfaatkan gula yang ada
dalam makanan. S. mutans adalah spesies yang paling umum di antara semua
terdiri dari Streptococcus mutans. Terjadi dalam tiga fase : 1) Interaksi awal
dengan permukaan gigi yang di mediasi oleh adhesins; 2) akumulasi dari bakteri
penyakit infeksius, management terhadap karies baik tahap awal dan tahap
fluorida, penerapan pit dan fissure sealant dll. Banyak dari pendekatan ini dapat
efektif secara luas. Namun, hambatan ekonomi, perilaku, atau budaya yang
therapy (Probiotik) dan / Vaccines. Pada individu dengan karies aktif, bakteri
yang tahan terhadap asam dan asidogenik diantaranya seperti streptococcus mutan
dan laktobacilus berikatan relatif dengan bakteri sensitive terhadap asam pada
2
enamel yang sehat.3 Melalui pengembangan vaksin efektif yang sangat sesuai
BAB II
TERAPI IMUN
merupakan tipe pertahananan yang mempunyai spektrum luas, yang tidak hanya
ditujukan kepada antigen yang spesifik. Namun di dalam tubuh manusia juga
3
ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan dan
diaktifkan karena paparan antigen yang spesifik. Tipe ini dapat dikelompokkan
menjadi imunitas yang di dapat secara aktif dan di dapat secara pasif.4
imunitas spesifik dan tidak spesifik. Sistem imunitas tidak spesifik, dapat
Sedangkan sistem imunitas spesifik hanya pada satu macam mikroorganisme yang
saat di dalam kandungan. Baik imunitas spesifik dan non-spesifik reaksi dapat
bersifat humoral dan seluler. Dalam menjalankan tugasnya ke dua sistem tersebut
dapat bekerjasama.4
serta garis pertahanan kedua yang lebih didominasi oleh elemen seluler seperti sel
interferon
Spesifik Alamiah Transfer antibodi lewat
4
plasenta, sembuh dari sakit
Artifisial Pemberian Antitoksin,
Vaksinasi
Tabel 1
utama. Diawali dengan mobilisasi sel fagosit ke daerah beradanya bakteri yang
merupakan bagian dari respon inflamasi diikuti perubahan pada bagian humoral
Inflamasi
infeksi bakteri, jumlah leukosit akan meningkat. Sebagai respon fase akut,
meningkat.4
5
seruloplasmin, C9, dan juga faktor B yang secara kolektif disebut fase akut, yang
secara dramatis akan meningkat kadarnya sebagai respon terhadap infeksi. CRP
yang dilepaskan oleh hati sebagai respon terhadap pirogen, endogen, berasal dari
dengan 1000 kali. Pada infeksi virus, kadar α-interferon, agen antiviral yang tidak
intraseluler.4
Fagositosis
menghancurkannya. Bila menemukan sel target sel fagosit bergerak ke arah objek
karena efek kemotaksis, lalu terjadi perlekatan sel target pada fagosit. Melalui
seluler ini, melalui suatu seri reaksi biokimia yang kompleks, melibatkan berbagai
Definisi
tubuh yang timbul sebagai akibat pemaparan terhadap zat asing, dan usaha untuk
6
Fungsi
Pada masa lalu, fungsi sistem imun hanya dianggap untuk pertahanan
tubuh, namun sebenarnya jangkauannya lebih luas lagi. Tujuan utamanya adalah
semua komponen yang bekerja dalam sistem ini selalu berpatroli mengelilingi
tubuh. 4
Karakteristik
penting. Sistem ini mempunyai daya ingat (memori), spesifisitas, dan mampu
mengenali antigen asing (Non self). Ketiga karakteristik ini yang membedakan
Bila sistem ini sudah diaktifkan terhadap antigen asing tertentu, selamanya
sistem ini mampu mengenali antigen tersebut karena mempunyai daya ingat.
7
Sistem imunitas ini dikatakan spesifik karena mempunyai spesifisitas,
yang artinya daya ingat dan daya imun yang diakifkan terhadap satu organisme
dan tidak mempunyai efek proteksi terhadap organisme lain. Jadi secara spesifik
menemukan dan mengenali satu antigen dengan antigen lainnya merupakan hal
yang penting dalam imunitas spesifik. Namun, yang penting dikenali adalah
(autoantibodi).4
imunitas seluler. Kedua, reaksi spesifik yaitu substansi tersebut harus juga
Berdasarkan kedua sifat tadi dapat dikatakan bahwa antigen adalah suatu
substansi yang mempunyai sifat imunogen dan dapat bereaksi secara spesifik. 4
Ada beberapa substansi yang mempunyai sifat kedua tanpa sifat pertama
yaitu contohnya hapten yang molekulnya kecil. Senyawa ini tidak dapat
Bila hapten berikatan dengan molekul karier, barulah bersifat imunogenik. Contoh
albumin, globulin, atau polipeptida spesifik. Oleh karena itu dapat dikatakan
8
bahwa imunogen adalah antigen, tetapi antigen belum tentu imunogen. Selain itu
dikenal juga adanya alergen yaitu antigen yang dapat menimbulkan reagin (IgE)
diaktifkan juga karena induksi determinan ini. Antibodi bereaksi spesifik dengan
misalnya hanya terdiri atas 4 atau 5 sama amino. Hapten juga merupakan gugus
dan antigen endogen. Antigen eksogen berasal dari luar inang, bisa dalam bentuk
II.1.4 Imunogenisitas
formula:
9
Antigen harus berupa material asing untuk host. Walaupun merupakan organ host
sendiri, bila tidak dikenali atau dianggap asing oleh host, maka akan dianggap
sebagai imunogen.
1. Autolog, materi berasal dari individu yang sama jadi bukan merupakan
transplantasi kulit dengan jaringan cangkok yang berasal dari individu itu
3. Alogenik atau homolog, material berasal dari spesies yang sama tetapi
cangkok xenograf.
10
6. Heterofil atau anti heterogenetik, merupakan antigen yang terdapat pada
identik dengan hapten pada otot jantung sapi. Antigen heterofil ini
Otak dan lensa mata tidak mempunyai kelenjar limfatik sehingga tidak punya sel
yang mempunyai antibodi. Karena itu jarang terjadi reaksi tolakan pada
tranplantasi lensa mata. Apabila terjadi sesuatu dan melepaskan antigen terpisah
juga dapat berlaku sebagai antigen misalnya, tiroid merupakan antigen organ-
II.1.4.1 Kompleksitas
kimianya. Dalam bentuk monomer, suatu protein dapat ditoleransi oleh host,
tetapi dalam bentuk agregat polimer protein tadi menjadi sangat imunogen.
Beberapa imunogen tidak dapat menginduksi respon imun bila dalam keadaan
murni, namun menjadi imunogenik bila menjadi partikel besar. Polipeptida atau
yang dibentuk karena stimulasi struktur konformasi yang berbeda, sangat spesifik.
struktur aslinya tidak dapat berkombinasi lagi. Bila gugus determinan imunogen
terdiri atas sekuen asam amino dari bagian yang berbeda suatu rantai polipeptida
11
berlipat, antibodi yang dibentuk terhadap determinan tadi tidak dapat
negatif.4
kerangkanya tersusun dari sekuen asam amino yang mempunyai banyak gugus
maupun dalam bentuk nukleoprotein. Respon imun total terhadap suatu protein
merupakan jumlah dari seluruh antibodi individual setiap gugus yang determinan
yang terbentuk. 4
TIPE SUMBER
Protein Protein serum, produk-produk mikroba (toksin), enzim
Lipoprotein Lipoprotein serum, membran sel
Polisakarida Kapsul bakteri pneumokokus
Glikoprotein Substansi golongan darah A dan B
Polipeptida Hormon (insulin, hormon-hormon pertumbuhan)
Asam nukleat DNA untai tunggal
Lipopolisakarida Dinding sel bakteri gram negatif (endotoksin)
Tabel 2
12
II.1.4.2 Ukuran Molekul
antigen yang sangat baik walaupun ada pengecualian yaitu bila dianggap bukan
artinya karena semakin besar suatu protein semakin banyak gugus determinannya.
Disamping itu, molekul besar pasti akan difagositosis dan ini akan mempercepat
Agar menjadi suatu imunogen yang efektif suatu material harus mempunyai berat
molekul diatas 10000. Beberapa molekul kecil seperti insulin (BM 5.000) dan
glukagon (BM 4.600) dapat berfungsi sebagai imunogen, namun respon imun
yang ditimbulkan sangat sangat kecil pada beberapa host. Agar BM nya
meningkat maka molekul ini harus digandeng dengan suatu karier protein agar
Bmnya meningkat di atas 10000 sehingga dapat menginduksi respon imun yang
kuat, Respon imun terhadap kompleks hapten_protein dapat terjadi melalui hapten
protein kariesrnya.4
II.1.5 Imunoglobulin
plasma atau beberapa limfosit dan berperan dalam sistem imunitas humoral.
Substansi ini dapat ditemukan di beberapa lokasi, seperti pusat germinal nodus
13
pencernaan, beberapa sel yang beredar dalam sirkulasi, serta cairan sekresi
eksternal.4
yang dapat mengikat antigen dengan spesifik dan dapat menimbulkan berbagai
fenomena sekunder seperti fiksasi komplemen atau penglepasan histamin oleh sel
mast. Molekul antibodi sangat heterogen, hal ini dapat dilihat baik dari
dan IgE. Selain itu berdasarkan perbedaan antigenik minor pada regio CH, antibodi
dapat dibedakan menjadi beberapa subkelas. IgG mempunyai 4 subkelas, IgA dan
IgM mempunyai 2 subkelas. Rantai-L mempunyai dua kelas, yaitu tipe κ dan tipe
tetapi tidak pernah satu rantai mempunyai tipe κ dan tipe λ sekalligus.4
II.1.6.1 Imunoglobulin G
14
75% dari total imunoglobulin serum. Struktur IgG merupakan prototipe dari
elektroforesis bergerak lambat pada pH 8,6. Waktu paruh sekitar 23 hari. Reseptor
IgG terlihat pada monosit manusia, PMN leukosit, sel RES di dalam limfa dan
dari ibu ke janin yang dikandungnya. Mekanisme ini untuk membantu pertahanan
tubuh bayi dari serangan bakteri pada bulan pertama kehidupannya. IgG juga
berperan dalam imunitas terhadap bahan infeksius yang menyebar di dalam darah,
II.1.6.2 Imunoglobulin A
Jumlah IgA di dalam serum menempati urutan kedua dari seluruh kelas
imunoglobulin, yaitu 15% dari total imunoglobulin serum. IgA serum ditemukan
dalam bentuk monomer atau polimer. Bentuk monomer IgA mempunyai 4 rantai
Kontribusi IgA dalam sistem imun lebih penting pada sistem sekretori
eksternal. Di dalam cairan sekretori eksternal seperti saliva, air mata, cairan
intestinum, cairan hidung, atau sekresi saluran pernafasan, antibodi ini terdapat
15
pencernaan, pernafasan dan kemih kelamin, memproduksi sIgA dalam jumlah
yang tinggi. Kadar sIgA akan meningkat jika terjadi stimulasi lokal oleh antigen.
Produksinya akan sama dengan tempat terjadinya stimulasi. Pada keadaan normal,
akumulasi sIgA saliva disebabkan flora mikrobial normal, atau antigen dari
makanan.4
Molekulnya terdiri atas dua bagian protein, masing-masing disintesis oleh sel
yang berbeda. Protein yang identik dengan IgA serum, disintesis di dalam sel-
plasma limfoid organ sekresi, sedangkan komponen sekresi disintesis didalam sel
epitelnya. 4
protein lain. Ikatan kovalen SC dan IgA dimer akan menghasilkan konformasi tiga
dari infeksi virus dengan cara menghambat pertumbuhan virus. Antibodi ini
karena adanya kerjasama antara sIgA, komplemen dan lisozim. Secara in vitro
pipi. Hal ini mungkin juga berlaku pada perlekatan, agregasi dan kolonisasi
S.mutans pada proses pembentukan plak gigi dan karies gigi. Sehinga sIgA
16
diduga ikut berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap terjadinya
II.1.6.3 Imunoglobulin M
besar dan terbesar diantara semua imunoglobulin. Jumlah IgM sekitar 10% dari
total imunoglobulin serum dan kadarnya paling tinggi pada awal respon imun
terhadap antigen diantara kelas imunglobulin lainnya. Bersama dengan IgD, IgM
cukup diaktivasi hanya dengan satu molekul IgM yang terikat pada antigen.4
II.1.6.4 Imunoglobulin D
Secara fisik, IgD relatif labil dan mudah terdegradasi karena panas atau
karena enzim proteolitik. Di dalam serum jumlahnya hanya sedikit yaitu sekitar
0,02% dari total imunoglobulin serum, karena itu informasi mengenai IgD sangat
susu, toksoid, difteri, antigen nukleus, dan antigen tiroid. Seperti IgM, IgD
17
II.1.6.5 Imunoglobulin E
sekitar 0,004% dari total imunoglobulin serum dan dari sekitar 5000 molekul
antibodi, hanya satu yang termasuk kelas imunoglobulin ini. IgE mempunyai berat
molekul 190.000 (8S). Seperti IgG dan IgD, IgE hanya terdapat dalam bentuk
monomer. 4
IgE mengikat sel mast dengan afinitas yang sangat tinggi. Bila
berkombinasi dengan antigen spesifik tertentu yang disebut alergen, IgE akan
memicu sel mast melepaskan mediator farmakologik yang bertanggung jawab atas
produksi IgE pada individu yang alergi terhadap alergen tersebut. Karena itu pada
individu yang sedang mengalami alergi maka kadar IgE di dalam serumnya tinggi.
gula menjadi asam. Sumber utamanya adalah glukosa yang masuk ke dalam plak
gigi. Penyebab utama terbentuknya asam tadi adalah S. mutans serotipe tipe c
yang terdapat pada plak karena kuman ini memetabolisme lebih cepat
18
Koloni S mutans yang dilapisi glukan, dapat menurunkan sifat air ludah
sebagai pelindung dan antibakteri pada plak gigi. Secara fisik plak dapat
menghambat difusi asam ke dalam liur, akibatnya terjadi lokalisasi produk asam
dengan konsentrasi yang tinggi pada permukaan email. Asam ini akan melepaskan
ion hidrogennya yang akan bereaksi dengan kristal apatit, sehingga kristal apatit
menjadi tidak stabil. Selain itu akan terbentuk air dan fosfat yang larut, yang
sebagai berikut : 4
Bila reaksi ini lebih bergerak ke kanan, kerusakan membran email akan semakin
parah. Sebaliknya bila reaksinya bergerak ke kiri akan terjadi remineralisasi yang
remineralisasi plak gigi membentuk karang gigi. Pada keadaan ini air liur menjadi
berpenetrasi lebih dalam lagi dan akan melarutkan kristal apatit pada lapisan yang
lebih dalam. Karena itu, sering terlihat permukaan email yang masih utuh, namun
19
merupakan tempat yang sangat mendukung pertumbuhan kuman-kuman
asidogenik. Akibatnya produksi asam akan meningkat dan suasana asam di dalam
rongga mulut menjadi lebih lama sehingga demineralisasi gigi akan berlangsung
terus. Bila hal ini dibiarkan, akan terjadi siklus yang terus berulang yang bisa
digambarkan sebagai dua lingkaran yang saling bersinggungan dengan efek yang
Rongga mulut bayi pada saat dilahirkan dalam keadaan steril, namun
hanya dalam waktu beberapa jam sudah akan terjadi kolonisasi di dalam rongga
mulutnya. Diawali oleh S. salivarius, pada hari pertama mungkin juga sudah
20
Actinomyces dan kuman anaerob lain baru terlihat setelah beberapa bulan,
sedangkan S. sanguins dan S. mutans mengikuti setelah gigi geligi susu erupsi.
Kolonisasi Bakteri-bakteri ini diikuti dengan produksi antibodi oleh tubuh bayi itu
sendiri. Namun sebelumnya, bayi tersebut telah menerima turunan IgG dari
antigen sehingga akan membangkitkan respon imun dalam tubuh manusia. Dalam
pembentukan plak gigi. Secara in vitro isolat sIgA dari saliva seseorang, mampu
berisolasi spesifik dengan isolat S. mutan dari plak gigi pada individu lain. Isolat
sIgA saliva seseorang juga mempunyai efek protektif terhadap isolat S. mutans
plak gigi orang lain. Efek protektifnya berupa penghambatan pembentukan glukan
(plak) oleh S. mutans, oleh karena kemampuan sIgA menghambat aktifitas GTF
S. mutan.4
21
Cairan sirkular gingiva memproduksi sIgA yang merupakan komponen imun
terutama sehingga dianggap sebagai mediator utama kekebalan adaptif pada saliva
beserta imunoglobulin lainnya yaitu IgG dan IgM . Selain itu, sulkus gingiva
juga mengandung berbagai komponen seluler dari sistem kekebalan tubuh seperti
dengan karies gigi. Antibodi yang berperan adalah sIgA yang merupakan antibodi
terbanyak di dalam saliva. Kadar sIgA parotis yang sekresinya dirangsang, sekitar
4mg/L, sedangkan IgG dan IgM hanya 1% dari kadar sIgA. Kadar sIgA dalam
saliva yang tidak dirangsang sekitar 20mg/dL, IgG 1,4 mg/dL, dan IgM 0,2
mg/dL. Saliva pada individu tahan karies lebih banyak mengandung sIgA spesifik
terhadap S. mutans tetapi aviditasnya lebih rendah daripada individu rentan karies.
Kadar sIgA saliva grup yang tahan karies lebih tinggi (17,88 ± 5,80 mg/dL) dari
pada kadar sIgA grup rentan karies (11,78 ± 4,61 mg/dL). Kadar sIgA akan
meningkat bila terjadi stimulasi lokal oleh antigen dan produksinya dalam tempat
yang sama dengan tempat stimulasi. Pada keadaan normal, akumulasi sIgA
22
agregasi yang dimediasi antibodi, saat masih dalam fase saliva, sebelum terjadi
(GTF), protein pengikat glukan (AS) dan dekstranase karena sebagian besar
II.2.2.1 Adhesin
sobrinus dalam bentuk protein utuh dan vaksin subunit. Rantai polipeptida
daerah pengulangan tandem kaya alanin di terminal N ketiga, dan daerah ulangan
kaya proline di pusat molekul. Daerah ini telah dikaitkan dengan aktivitas adhesin
protein AgI / II dan daerah pengulangannya. Bukti in vitro dan in vivo yang
II atau S. sobrinus SpaA dapat mengganggu kepatuhan bakteri dan karies gigi
imunisasi aktif dengan antigen I / II utuh atau imunisasi pasif dengan antibodi
primata, atau manusia dari karies gigi yang disebabkan oleh S. mutans.1
23
II.2.2.2 Glucosyltransferase (GTF)
masing adalah GTF-B, GTF-C dan GTF-D. Antibodi yang diarahkan pada GTF
asli atau urutan yang terkait dengan fungsi pengikat katalitik atau glukannya
mengganggu aktivitas sintetis enzim dan dengan formasi plak in vitro. Karena
GTFs dari S. mutans dan S. sobrinus, memiliki urutan yang sangat mirip dalam
domain fungsional, imunisasi dengan vaksin protein atau subunit GTF dari satu
glukan: GbpA, GbpB dan GbpC. GbpA memiliki urutan deduktif 563 asam
amino. Berat molekul untuk protein olahan adalah 59,0 kDa. Protein GbpB yang
diekspresikan adalah 431 residu dan memiliki berat molekul 41,3 kDa. The
mutans mutans non-protein enzim pengikatan glukan, GbpC, terdiri dari 583 asam
amino. Protein ini memiliki berat molekul yang dihitung 63,5 kDa. Dari ketiga
menginduksi respon imun protektif terhadap karies gigi eksperimental. Hal ini
24
dapat dicapai melalui injeksi GbpB subkutan di daerah kelenjar ludah atau dengan
pulpa gigi, dan cairan dentin. Hal ini menunjukkan bahwa saliva, dentin, dan
bakteri penyebab karies gigi. Imunoglobulin juga ditemukan dalam dentin sehat
dan yang mengalami karies. Antibodi yang terletak dibawah dentin yang
mengalami karies berasal dari cairan pulpa, sedangkan antibodi yang ditemukan
pada dentin dengan karies lunak berasal dari saliva. Komponen sekresi baik yang
terikat pada IgA maupun dalam bentuk sIgA, hanya ditemukan pada lesi yang
dangkal. Selain itu ditemukan juga IgG, IgA, dan transferin di dalam karies yang
dentin yang terserang karies membuktikan bahwa pulpa gigi telah memberikan
mengindikasikan akan adanya respon imun yang kuat yang diaktifkan sebagai
Pada lesi karies yang telah mengenai dentin, antigen bakteri yang larut
akan menginduksi respon peradangan klasik pada pulpa gigi berupa vasodilatasi,
limfosit, dan sel plasma akan ditemukan setelah karies mencapai atau mendekati
25
pulpa. Selain itu terdapat juga imunoglobulin ekstravaskular dengan jumlah IgG
yang terbanyak, dijumpai juga sel plasma yang mengandung IgG, IgA, IgE dan
terkadang IgM.4
dekalsifikasi dentin yang akhirnya akan mengenai atap pulpa. Pada keadaan ini
biasanya telah terjadi respon imun di dalam jaringan pulpa (gambar 16-2). Bila
hal ini tidak diatasi, antigen bakteri akan berdifusi ke dalam jaringan pulpa dan
menimbulkan berbagai kelainan di dalam pulpa gigi. Lebih lagi bila kondisi ini
26
Gambar 2
Respon imun di dalam pulpa dan jaringan periapikal terhadap antigen dan karies
gigi. Antigen bakteri berdifusi kedalam pulpa yang dibantu oleh tekanan kunyah
dan membangkitkan respon imun di dalam pulpa. Bila hal ini tidak diatasi, antigen
bakteri dan produk degenerasi bakteri akan membangkitkan respon imun di dalam
pulpa. Bila hal ini tidak diatasi maka antigen bakteri dan produk degenerasi
bakteri akan mengaktifkan respon imun di daerah pulpa yang dapat menyebabkan
kematian pupa. Pada saat mengunyah, jaringan periapikal akan tertekan dan
teriritasi. Bersama antigen bakteri, antigen jaringan, baik pulpa maupun periapikal
masuk ke kelenjar limfatik atau pembuluh darah dan membangkitkan respon imun
pada nodus limfatik dan pembuluh darah.4
27
II.2.4 Imunisasi terhadap karies gigi
yaitu dengan metode imunisasi. Tujuan imunisasi ialah menginduksi respon imun
di dalam rongga mulut untuk mencegah pembentukan plak gigi dan kolonisasi S.
mutans pada permukaan gigi sehingga terjadinya karies gigi dapat dihindari.
karena dapat dilakukan secara masal dan mudah. Berbeda dengan penggunaan
mulut karena antibodi yang ditimbulkan sifatnya spesifik hanya terhadap antigen
tertentu.4
Semua vaksin, yang jika dibuat dan dikelola dengan benar, tampak tidak
memiliki resiko. Resiko yang paling serius adalah sera dari beberapa pasien
Percobaan yang memanfaatkan antisera dari kelinci yang diimunisasi dengan sel
utuh S. mutans dan dengan protein dengan berat molekul tinggi S. mutans
dilaporkan bereaksi silang dengan kelinci normal dan jaringan jantung manusia.
Polipeptida secara imunologis saling silang dengan jaringan jantung manusia dan
28
otot tulang kelinci myosin ditemukan di membran sel S. mutans dan
Streptococcus ratti.1
bakterial sub akut atau demam rematik. Namun, determinan antigenik pada sel S.
mutans yang dapat menyebabkan reaksi silang ini sampai saat ini belum diketahui.
Beberapa antigen yang terdapat pada dinding sel kuman ini telah dicoba, tetapi
belum ditemukan antigen penyebab reaksi silang ini. Antigen I/II yang merupakan
percobaan yang digunakan. Tikus dan monyet merupakan spesies yang sering
percobaan pada kedua spesies ini, menunjukan adanya perbedaan jalur mekanisme
pertahanan tubuh terhadap karies gigi yang diaktifkan, yaitu melalui cairan celah
gusi dan lewat saliva. Respon imun melalui cairan celah gusi, meliputi komponen
Hanya sedikit percobaan klinis yang telah dilakukan di bidang ini. Ketika
29
terjadi pembentukan IgA tingkat rendah. Kapsul dilapisi enterik dengan preparat
diimunisasi secara oral beberapa orang dewasa. Imunisasi mukosa dengan GTF
Saat IgA monoklonal tikus atau sekresi antibodi gen IgA / G transgenik
bentuk sekresi, lebih efektif, karena mereka telah meningkatkan masa bertahan di
S.mutans selama jendela infektivitas tetap tidak terdeteksi selama beberapa tahun.
5
Karena sekresi IgA merupakan komponen utama imun mayor dan sekresi
kelenjar liur minor, aplikasi mukosa vaksin karies gigi umumnya lebih disukai
telah menunjukkan bahwa paparan antigen pada jaringan limfoid terkait mukosa
di usus, nasal, bronkial, atau rektum dapat menimbulkan respons kekebalan tidak
hanya di daerah induksi, tetapi juga di lokasi terpencil. Oleh karena itu, sebuah
30
dikemukakan oleh Mestecky. Akibatnya, beberapa rute telah dikutip dimana
jaringan limfoid terkait usus (GALT) untuk mendapatkan respon antibodi IgA
pelindung saliva. Dalam penelitian ini, antigen diterapkan dengan pemberian oral,
intubasi lambung, atau kapsul atau liposom yang mengandung vaksin. Berbagai
uji coba hewan yang dilakukan pada tikus bebas kuman dengan memberi death S.
terkait dengan peningkatan kadar antibodi IgA saliva. Imunisasi oral dari 7
saliva terhadap persiapan antigen. Meskipun rute oral tidak ideal untuk alasan
termasuk efek merugikan dari keasaman lambung pada antigen, atau karena situs
induktif relatif jauh, percobaan dengan rute ini menetapkan bahwa induksi
imunitas mukosa saja cukup untuk mengubah jalannya infeksi dan penyakit
Bibir, pipi dan palatum lunak adalah tempat utama untuk lokasi kelenjar
saliva minor Kelenjar ini telah disarankan sebagai rute potensial untuk induksi
mukosa pada respon imun saliva. Percobaan dimana S. sobrinus GTF diberikan
secara topikal ke bibir bawah orang dewasa muda dikarenakan pada daerah ini
31
berpotensi untuk menyebabkan karies. Dalam percobaan ini, mereka yang
menerima aplikasi labial GTF memiliki proporsi streptokokus mutans asli yang
secara signifikan turun / flora streptokokus total di seluruh saliva mereka turun
kelompok plasebo.1
Antibodi serum IgA, IgG dan IgM merupakan produk hasil dari
tersebut menemukan jalan mereka ke dalam rongga mulut melalui cairan gingival
crevicular dan bersifat protektif terhadap karies gigi. Injeksi subkutan dari sel
death S. mutans memunculkan kelas antibodi IgG, IgM, dan IgA. Penelitian telah
menunjukkan bahwa antibodi IgG terpelihara dengan baik pada titer tinggi,
antibodi IgM semakin turun dan antibodi IgA meningkat secara perlahan dalam
pemberian vaksin, dan untuk melokalisasi respon imun, cairan gingival crevicular
32
telah digunakan sebagai jalur pemberian. Selain IgG, ini juga terkait dengan
menghasilkan kinerja yang lebih baik karena penetrasi yang lebih baik.
aplikasi pasif oral terhadap karies gigi. Ini memiliki potensi keuntungan yang
besar karena hal itu sama sekali menghindari risiko yang mungkin timbul dari
imunisasi aktif. Sebaliknya, jika tidak ada respon aktif dari pihak penerima, tidak
ada induksi memori imunologis, dan antibodi yang diberikan dapat bertahan di
mulut hanya beberapa jam paling banyak atau sampai 3 hari dalam plak.
Pemberian antibodi pasif juga telah diperiksa untuk efek pada streptococci mutans
asli.
33
Obat kumur yang mengandung susu sapi atau kuning telur ayam IgY antibodi
dan komponen sekresi kelinci. Vaksin, yang tidak berwarna dan tidak berasa,
Efek jangka panjang pada flora asli diamati setelah pemberian topikal aplikasi
Inggris di Guys Hospital di London telah mengisolasi gen dan peptida yang
34
II.5 Penelitian-penelitian yang berkaitan
dan produksi pada hewan atau terutama pada tanaman ('plantibody') menawarkan
sehari-hari, seperti obat kumur dan pasta gigi, keefektifan jangka panjang. belum
antibodi saliva yang dipertahankan pada periode tertentu dan memastikan apa
dari cairan celah gusi. Kelenjar saliva akan memproduksi sIgA bila diimunisasi
secara langsung ke dalam kelenjar saliva atau melalui imunisasi peroral dengan
35
Suntikan sub kutan pada kaki kontralateral monyet dengan S.mutans
dengan penurunan jumlah S.mutans. Induksi antibodi kelas IgA di dalam saliva
terhadap karies gigi tikus. Rata-rata kadar sIgA saliva dan gigi berkaries, pada
grup tikus yang diimunisasi dan grup tikus terinfeksi lebih tinggi dari pada kontrol
yang tidak diimunisasi. Imunisasi pasif dengan serum yang mengandung antibodi
terhadap karies gigi pada monyet tidak menunjukkan hasil yang positif.4
dengan suntikan di sekitar kelenjar air liur, suntikan pada kelenjar parotis, serta
imunisasi perenteral dan melalui submukosa mulut. Imunisasi langsung pada gusi
tikus, memperlihatkan adanya efek protektif terhadap gigi tikus dari karies.4
memakai antigen S.mutans pada manusia dan pada tikus, membuktikan bahwa
sIgA air liur yang terbentuk mempunyai efek proteksi terhadap karies gigi.4
serotipe g, ribosom S. mutans, mutans UAB108, dari UAB66 isolat strain 6715,
antigen Streptococcal dengan berat molekul 3800, antigen polisakarida murni dari
serotipe f yang dikonjugasi dengan protein dinding sel, dan antigen S. mutans
gigi.4
36
Perlekatan dari bakteri streptokokus mutan pada jaringan gigi merupakan
prasyarat untuk kolonisasi. Bukti lain kebutuhan vaksin atau terapi lain guna
aktif dan pasif telah dikembangkan sebagai terapi imun terhadap dental karies.
Pada hewan percobaan tikus dan kera, yang telah diimunisasi subkutan, oral, atau
antigen I/II permukaan S. mutans, menunjukkan bahwa setelah lebih dari dua
hambatan terhadap pembentukan lesi karies pada tikus. Imunisasi Pasif dengan
I/II S. mutans yang di konjugasi pada sub unit toksin kolera B menghasilkan sel
plasma pada kelenjar saliva dengan aktif mensekresikan sIgA spesifik untuk Ag
I/II tetapi tidak untuk toksin kolera. Kadar sIgA saliva anti-antigen I/II juga
meningkat dengan puncak peningkatan pada hari ke 35 dan turun kembali sampai
37
BAB III T
ERAPI GEN
III.1 Definisi
Terapi gen ialah sebuah teknik mengantarkan partikel DNA dan urutan
RNA pada sel-sel atau jaringan untuk memperbaiki cacat genetik atau untuk
merawat suatu penyakit. Penerapan terapi gen paling awal didasarkan pada
prinsip bahwa suatu penyakit disebabkan oleh satu (kombinasi beberapa) gen
yang salah dan jika gen tersebut dapat diganti dengan versi yang benar, penyakit
tersebut dapat saja terkontrol, dicegah atau bahkan disembuhkan, baik secara in
vivo maupun ex vivo, dan belum tentu sebuah gen diketahui menjadi penyebab
strategi dan ide-ide untuk mentransfer gen telah diperkenalkan. Awalnya dikenal
sebagai Genetic Replacement Theraphy pada awal tahun 1980, sekarang telah
berkembang luas dan diterapkan pada semua jenis protokol yang melibatkan
mengobati penyakit manusia, ini termasuk pengalihan materi genetik baru, serta
manipulasi bahan genetik yang ada." Adapun Tujuan utama terapi gen adalah
pengenalan materi genetik baru ke dalam sel target dengan mempertahankan sel
38
III.2 Mode Pengiriman Gene dalam Terapi Gen
mengirimkan materi genetik ke dalam sel inang. Semua virus mengikat host
mereka dengan mengenalkan materi genetik mereka ke dalam sel inang. Dalam
terapi gen, virus bertindak sebagai kendaraan (vektor) untuk mengantarkan DNA
non-virus, namun virus menyediakan mode terapi gen yang lebih efisien.7
Gen adalah satuan unit fungsi terkecil yang mengontrol fungsi dan
perkembangan dari semua organisme. Gen merupakan bagian berbeda dari sel-sel
- Mengatur kapan, dimana, dan dalam jumlah berapa setiap protein dibuat.
tubuh kita. Beberapa membentuk struktur dari jaringan; beberapa adalah enzime
yang mengatur ribuan reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia. Beberapa
39
III.3 Prinsip Umum dari Transfer Genetika
Konsep dari terapi gen mencakup pengenalan gen eksogen ke dalam sel
somatik yang membentuk organ dari tubuh guna memproduksi efek terapeutik
yang diharapkan. Fragmen DNA yang dipilih pertama-tama harus dibelah dengan
persiapan dari vektor atau perantara yang digunakan untuk mentransfer material
genetik. Perantara (vektor) harus terlebih dahulu diisolasi, dimurnikan dan dibelah
pada akhir pembelahan dari vektor, secara efektif menutup molekul. Keberhasilan
dari pemasangan sebuah molekul DNA eksogen ini ke dalam sebuah vektor
menghasilkan sebuah DNA chimera. Konstruksi vektor ini merupakan dasar dari
teknik recombinat DNA. Tahap kedua berupa pengenalan konstruksi ke dalam sel
yang memungkinkan produksi sel genetik identik berisi urutan DNA yang
diperkenalkan oleh vektor. Hal ini memungkinkan produksi massal sel dengan
spesifisitas tinggi dan toksisitas rendah. Bukan tak mungkin, pada masa yang
akan datang, segala kebutuhan jaringan akan dipenuhi oleh setiap jenis vektor
tunggal; dengan kata lain, vektor yang berbeda akan diperlukan untuk aplikasi
klinis yang berbeda. Memang kekurangan vektor adalah salah satu kekurangan
utama lapangan ini. Beberapa vektor yang tersedia saat ini cukup berguna untuk
kondisi tertentu, seperti adenovirus berguna untuk terapi gen kanker kepala dan
leher.2
40
Persyaratan ideal untuk vektor adalah :8
imunologis)
dalam nukleus. Ini harus bisa menargetkan pengiriman gen ke sel tertentu
Saat ini belum ada jenis vektor tunggal yang memenuhi semua kebutuhan
untuk semua jaringan, yaitu vektor yang berbeda akan dibutuhkan untuk aplikasi
Beragam vektor yang digunakan pada terapi gen dijabarkan pada tabel 1.
Dari semua vektor virus yang sedang dipelajari, adenovirus dan retrovirus yang
paling umum digunakan. Virus ini dikelompokkan menjadi gen transfeksi, namun
tidak dapat mereplikasi atau menyebabkan infeksi. Manipulasi genetik dari tipe
liar dari virus tersebut dengan cara menghilangkan kemampuan mereka untuk
associated virus (AAV), vaccinia virus, lentivirus, herpes simplex virus dan
banyak lagi yang saat ini sedang dipelajari dengan intensif. Metode non viral
41
menghadirkan beberapa keuntungan melebihi metode viral, dengan skala
produksi yang lebih besar dengan cara yang sederhana dan tingkat transfeksi yang
Tabel 3
Aplikasi klinis dari transfer gen dapat ditempuh dalam 2 jalan : in vivo
atau ex vivo. Pada saat transfer gen in vivo, gen asing di injeksikan ke dalam
pasien dengan metode viral atau non viral. Sebaliknya, gen transfer ex vivo
transfer gen sebuah gen asing ditransmisikan ke dalam sel pada jaringan biopsi,
diluar dari tubuh, lalu dihasilkan gen dengan sel termodifikasi yang
transfer gen in vivo, gen asing disuntikkan ke pasien dengan metode virus dan non
virus.8
42
Transfer Ex vivo merupakan persalinan terjadi di luar tubuh dan sel-sel
ditempatkan kembali ke tubuh. Transfer gen ex vivo melibatkan gen asing yang
tubuh, dan kemudian menghasilkan sel yang dimodifikasi secara genetik lalu
untuk cacat gen tunggal keturunan, terapi gen terlokalisasi sangat sesuai untuk
Dalam kasus regenerasi tulang, ekspresi sementara juga merupakan manfaat yang
43
III.4.2 Terapi Gen untuk Kelenjar Ludah
patologis, diantaranya terapi radiasi pada kanker leher dan kepala dan sindrom
transfer gen. Kelenjar ludah mampu memproduksi sejumlah besar protein, dan
tidak diinginkan dari vektor dan transgen yang diberikan ke jaringan lain. Struktur
anatomis dari kelenjar ludah, yang menyerupai banyak cabang seperti batang
pohon, menjelaskan bahwa ujung apikal masing-masing sel kelenjar dapat diakses
untuk transfer gen dengan prosedur invasif minimal. Pembukaan duktus utama di
rongga mulut merupakan jalur dan vektor pembawa gen, viral atau non viral,
Transfer gen ini berhasil pada kelenjar liur tikus, setelah diberikan vektor
rAd5 yang berupa pengkodean alfa-1 antitrypsin (hA1AT) yang terdapat pada,
pembawa rAd5 lain yang mengatur hormon pertumbuhan manusia (hGH), yang
44
Transfer gen juga dapat digunakan untuk menambah sekresi ludah dengan
kemudian disekresi secara secara berkala dalam kelenjar exokrin. Hal ini berhasil
air liur hewan pengerat, disekresikan dengan jumlah besar (sampai 1 mg / ml)
protein kemudian disekresi secara exokrin. Hal ini berhasil dilakukan pada hewan
saliva hewan pengerat, setelah transfer gen menjadi disekresikan dalam jumlah
kelenjar parotid monyet rhesus dewasa. Dalam penelitian ini, kelenjar parotid
45
tunggal monyet rhesus diiradiasi dengan dosis tunggal 10 Gy dan AdhAQP1
diberikan secara intraduktif pada 19 minggu post irradiasi dan sekresi saliva
diperiksa 3, 7 dan 14 hari kemudian. Namun Hasilnya, tidak konsisten dan hanya
dua dari empat kera yang diaplikasikan dengan AdhAQP1 yang menunjukkan
Transfer gen juga dapat digunakan untuk menambah sekresi ludah dengan
kemudian disekresi secara secara berkala dalam kelenjar exokrin. Hal ini berhasil
air liur hewan pengerat, disekresikan dengan jumlah besar (sampai 1 mg / ml)
memiliki daya gabung untuk melekat pada permukaan gigi, lakbtobasilus kasei
dan lactobasilus fermenti memiliki daya gabung yang rendah terhadap permukaan
rongga mulut, dugaan kaitannya dengan lesi karies mungkin dapat disebabkan
46
terhadap agen antibakteri maka harus dilakukan penelitian akan kolonisasi pada
jaringan tubuh manusia dengan strain efektor spesifik yang mampu bersaing
terbukti khususnya pada aplikasi dari streptokokus mutans yang virulen pada
karies dental, alfa hemolitik streptokokus untuk mengurangi otitis media rekuren
berbahaya yang berkolonisasi permanen pada mikroflora inang. Strain Effector ini
patogen khususnya.3
strain efektor baik, strain efektor alami maupun dengan modifikasi genetik dekat
dengan jaringan inang yang rentan dikolonisasi oleh bakteri patogen. Jika strain
berlebih dari bakteri patogen akan dicegah dengan cara menutupi sisi perlekatan,
dengan bersaing dalam mendapatkan nutrisi, atau dengan mekanisme lain. Selama
strain efektor menetap sebagai flora normal, inang akan terlindungi untuk jangka
waktu tertentu.3
47
Strain S. mutans BCS3-L1 ialah sebuah strain efektor yang telah
mencegah terjadinya karies gigi,oleh karena itu BCS3-L1 harus stabil secara
karies.
pada inang.
theraphy.
dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi tingkat acidogen pada saat
lethal dari kebanyakan S. mutan menjadi dasar produksi cloning defisiensi LDH,
L1 tidak dapat memproduksi asam laktat. Strain efektor ini juga di desain untuk
48
1140 yang menjadikan BCS3-L1 pilihan dengan keuntungan terkuat diantara
strain Streptokokus lainya. Strain efektor ini menunjukan tidak tidak adanya
aktifitas LDH yang terukur dan menginduksi sepuluh kali lipat peningkatan ADH
akhir dari fermentasi menunjukan bahwa BCS3-L1 tidak tedeteksi adanya asam
Nilai pH akhir pada BCS3-L1 lebih tinggi 0,4 -1,2 pH unit dibandingkan
kariogenik pada beberapa model hewan. BCS3-L1 secara signifikan lebih tidak
seperti JH1140 pada gigi tikus percobaan. Tidak terdapat abnormalitas dari organ-
organ mayor baik secara garis besar maupun mikroskopik, yang merupakan
dampak dari kolonisasi BCS3-L1 pada tikus percobaan selama durasi waktu 6
bulan. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa strain BCS3-L1 yang
sangat baik diberikan pada anak-anak segera setelah gigi erupsi dan sebelum
49
Aspek terakhir dari keamanan replacement theraphy ialah pesyaratan
minimum infeksi pada strain ini atau strain S. mutan lain belum ditentukan pada
manusia. Penelitian lebih lanjut dengan populasi sample yang lebih besarr perlu
mencegah karies gigi pada populasi manusia dengan resiko tinggi karies.
rongga mulut. Bakteri rongga mulut dapat dimodifikasi secara genetik untuk
bahwa generasi basa berperan penting dalam keseimbangan biofilm rongga mulut
dan menghalangi perlekatan dan proses terjadinya karies pada gigi. Dalam sebuah
basa sebagai hasil dari produksi amonia dari arginin dan urea. Proses ini
50
dengan komponen dari dental plak. Belum ada data penelitian yang tersedia baik
secara acak maupun terkontrol yang mendukung aplikasi klinis dari terapi ini.3
51
BAB IV SIMPU
LAN
penggunaan fluoride, kontrol mekanis dan kimia dari plak, pit dan fissure sealant
dll. Namun demikian, untuk sebagian besar, pengobatan penyakit ini sebagian
besar terbatas pada pengangkatan bagian yang sakit pada gigi dan menempatkan
restorasi yang sesuai. Vaksin gigi telah menjadi topik imunologi mukosa dan
pengembangan vaksin anti mutan oral yang aman dan manjur. Vaksinasi terhadap
karies didasarkan pada gagasan bahwa prinsip yang sama yang berlaku untuk
pencegahan konvensional dan vaksin oral. Dalam kasus karies gigi, satu rejimen
mengganggu mikroflora komensal dari rongga mulut yang telah berevolusi selama
52
Namun, dilema adalah bahwa karies gigi terjadi tidak pada permukaan
mukosa namun pada permukaan yang keras dan sebagian tidak reaktif. Penelitian
pada hewan menunjukkan bahwa ada harapan besar dalam implantasi strain
dilakukan sampai saat ini. Perbedaan pendapat yang signifikan mengenai apakah
antibodi untuk perlindungan terhadap karies harus berada di kelas antibodi IgG
karies gigi tercapai, kemajuan lebih lanjut untuk membuat imunisasi terhadap
karies dapat dipraktikkan akan bergantung pada uji klinis yang bertujuan untuk
manusia. Strategi imunisasi aktif atau pasif, yang menargetkan elemen kunci
telah mencegah penyakit karies gigi yang dialami oleh banyak anak di dunia, di
53
DAFTAR PUSTAKA
54