Komunikasi Terapeutik Pada Gangguan Jiwa
Komunikasi Terapeutik Pada Gangguan Jiwa
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
tepat waktu dengan judul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM
KEPERAWATAN JIWA” guna pemenuhan tugas mata kuliah SistemNeurobehavior.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu
terselesainya penulisan makalah ini. Terima kasih penulis ucapkan :
Byba Melda Suhita, S.Kep.Ns.M. Kes
Agusta Deliana,S.Kep.Ns
Teman-teman IKP Reguler IIIB yang tanpa henti memberi semangat
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Penulis
memohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan penulisan baik disengaja maupun tidak.
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
makalah ini.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Komunikasi adalah hal terpenting dalam berhubungan dengan orang lain. Tanpa
ada komunikasi, sulit bagi manusia untuk berinteraksi. Begitupun dalam keperawatan
jiwa. Komunikasi tetap menjadi salah satu hal yang paling penting dalam upaya
pengobatan dan penyembuhan pasien.
Komunikasi dalam keperawatan sangatlah penting, sebab tanpa komunikasi
pelayanan keperawatan akan sulit diaplikasikan. Dalam proses keperawatan jiwa,
komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku klien guna mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Oleh karena bertujuan untuk terapi, maka komunikasi ini disebut
komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologi dan belajar
bagaimana berhubungan dengan orang lain. Perawat harus memiliki tanggung jawab
moral yang tinggi didasari dari sikap peduli dan kasih sayang, serta ingin membantu
orang lain untuk tumbuh dan berkembang.
BAB II
ISI
1.1. Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan
komunikasi ini adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga
dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien,
perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).
• Humor
• Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk
mengetahui perkembangan masa lampau.
• Orientasi (Orientation)
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi
bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh
lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of
problems and goals, clarification of roles dan contract formation.
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang
telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi
tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari
dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan
perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
• Fase penyelesaian (Terminasi)
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan
telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling
menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian
pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).
1.8. Sikap yang Ada Dalam Komunikasi Terapeutik
Sikap dalam komunikasi Ditampilkan melalui perilaku-perilaku berikut:
Gerakan Tubuh sikap tubuh, ekspresi wajah, dan lain-lain. cth: senyum, kontak
mata, sedikit membungkuk saat bicara dsb. 2. Jarak saat berinteraksi pd
umumnya terjadi diruang pribadi antara pasien dgn perawat tdk dibatasi meja.
Sentuhan digunakan dlm komunikasi terapeutik, dilakukan secara tenang sambil
menganalisis kondisi pasien dan respon yg mungkin akan diberikan oleh pasien.
Cth: bersalaman, menepuk pundak, memegang tangan pasien saat bersedih.
Diam utk memfasilitasi pasien dalm mengekspresikan pikiran & perasaannya. Cth:
pd pasien menarik diri perawt mengajukan pertanyaan maka prawat diam utk
memberi kesempatan pd pasien berpikir ttg jwbn pertanyaan
Volume dan Nada suara mempengaruhi penyampaian pesan. Cth: pada
pasien Perilaku kekerasan volume dan nada suara rendah tatapi tetap tegas.
Sebenarnya ada begitu banyak gejala dari pasien krisis ini tetapi, beberapa
hal diatas hanya sebagai representasi dari sebuah situasi krisis pada klien
gangguan jiwa.
3. Melakukan restrain
4. Managemen krisis
6. Managemen lingkungan
4. Keselamatan Lingkungan
Managemen krisis dapat terjadi setiap saat dan setiap waktu, sehingga
monitoring pada beberapa pasien - pasien tertentu layak menjadi sebuah
pertimbangan, sebelum akhirnya timbul korban dari situasi labil pada klien
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
www.kuliahkomunikasi.com
www.wikipedia.com
http://suckangel.blogspot.com/2009/12/komunikasi-terapeutik-pada-gangguan_30.html
http://dwiherawanners.blogspot.com/2009/01/komunikasi-terapeutik-pasien-jiwa.html
http://www.authorstream.com/Presentation/husma-383531-KOMUNIKASI-DALAM-
PELAYANAN-KEPERAWATAN-JIWA-dala-Education
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/01/kompas-membangun2.pdf