Anda di halaman 1dari 4

PENENTUAN POSISI BUMI MENGGUNAKAN KOORDINAT BOLA BUMI

RESUME

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Anariksa

Dosen Pengampu:

Drs. Yudi Dirgantara, M.Pd

Rena Denya Agustina, M.Si

Oleh: Kelompok 6

Abdul Wahid Shidik (1152070002)


Ade Putri (1152070004)
Ai Tety Rosmayanti (1162070027)

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA PRODI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
A. Penentuan Posisi di Permukaan Bumi
Penentuan posisi/kedudukan di permukaan bumi dapat dilakukan dengan metode
terestris dan ekstra-terestris. Penentuan posisi dengan metode terestris dilakukan dengan
pengamatan dan pengukuran di permukaan bumi, sedangkan penentuan posisi dengan
metode ekstra-terestris dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran terhadap
objek/benda di angkasa, baik yang bersifat alamiah seperti bintang, bulan, quarsar,
maupun yang bersifat buatan manusia seperti satelit buatan manusia. Salah satu metode
penentuan posisi ekstra-terestris adalah survei GNSS. GNSS kependekan dari Global
Navigation Satellite System merupakan suatu metode penentuan posisi/koordinat dengan
menggunakan teknologi satelit navigasi dengan ketelitian tertentu (Abidin, 2007).
B. Teori Penentuan Titik Koordinat Bumi
Dua teori akan digunakan untuk menganalisis titik koordinat Bumi ini, yaitu:
Pertama, teori trigonometri bola atau yang disebut dengan spherical trigonometry. Teori
ini merupakan studi yang berkonsentrasi pada geometri permukaan sebuah bola. Teori ini
digunakan dalam menentukan arah pada satu titik posisi di permukaan bola. Kedua, teori
geodesi, yaitu ilmu tentang pengukuran dan pemetaan permukaan Bumi. Geodesi
merupakan cabang ilmu matematika terapan, yaitu berupa pengukuran di permukaan
Bumi. Ilmu ini digunakan untuk menentukan: 1) bentuk dan ukuran Bumi, 2) posisi atau
koordinat suatu titik, 3) panjang dan arah garis, dan 4) mempelajari medan gravitasi Bumi
(W.J & D.E, 1971).
Teori trigonometri bola dan teori geodesi dalam hal persamaannya dapat
menyelesaikan penentuan titik koordinat, azimut, arah, maupun jarak satu tempat ke
tempat lainnya. Namun hal yang membedakan, adalah pendekatan bentuk Buminya. Teori
trigonometri bola menggunakan konsep Bumi berbentuk bola dan teori geodesi
menggunakan bentuk pendekatan ellipsoid (Budiwati, 2016).
C. Cara-Cara Penentuan Posisi di Muka Bumi
1. Penentuan Posisi dengan Total Station
Total station merupakan gabungan EDM, Theodolit, kalkulator dan media rekaman
yang dijadikan satu (compacted). Total Station merupakan alat ukur jarak pendek
yang dirancang untuk pengukuran teliti dengan menggunakan sinar inframerah
sebagai gelombang pembawa di mana dapat langsung dikoreksi terhadap pengaruh
kondisi atmosfer. Alat ini juga dapat menampilkan dua hasil pengukuran dalam satu
tampilan, antara lain kombinasi sudut horisontal dengan sudut vertikal, jarak dengan
sudut, dan lain-lain. Prinsip utama pengukuran jarak dengan alat ini adalah
mendapatkan harga beda fase antar sinyal utama dengan sinyal data. Faktor frekuensi
merupakan faktor pokok dalam penentuan ketelitian hasil pengukuran (Fajriyanto,
2009).
2. Penentuan Posisi dengan Tongkat Istiwa’
Sampai saat ini, penentuan posisi atau titik koordinat suatu tempat di permukaan
Bumi dengan bantuan teknologi yakni GPS ataupun Google Earth (GE) dirasa masih
bersifat konsumtif pasif. Kesulitan timbul manakala sistem satelit yang tersedia pada
GPS ataupun data yang ditampilkan pada GE dalam kondisi error mistakes.
Terbatasnya akses GPS maupun GE pun sangat terasa bagi masyarakat yang berada di
daerah yang belum terjamah teknologi. Kemungkinan yang bisa dilakukan masyarakat
yang kesulitan akses tersebut adalah menggunakan metode penentuan titik koordinat
yang lebih praktis yakni tongkat istiwa’. Pembahasan tongkat istiwa’ sampai saat ini
masih dibahas dalam tataran teknis, padahal alat ini merupakan alat ukur yang pada
zamannya sangat akurat. Dengan menggunakan konsep tongkat istiwa’ seseorang
dapat memperoleh informasi titik koordinat Bumi tanpa teknologi. Penggunaan
tongkat istiwa’ dalam penentuan titik koordinat Bumi pada dasarnya sangat terkait
dengan sebuah ayat al-Qur’an surat al-Furqan: 45 yang membahas bayang-bayang
Matahari. Dari ayat ini, Allah memberikan petunjuk kepada manusia untuk merenungi
dan mempelajari keterkaitan posisi Matahari dengan planet yang kita tempati yaitu
Bumi, di mana dengan adanya revolusi Matahari dan rotasi Bumi, bayangan benda
apapun di permukaan Bumi dapat memanjang dan memendek dalam setiap harinya
(Budiwati, 2016).
3. Penentuan Posisi dengan GPS
Sistem satelit navigasi yang berkembang pertama kali adalah sistem GPS. Pada
saat ini, sistem GPS sudah banyak digunakan oleh orang di seluruh dunia dalam
beberapa bidang aplikasi. Di Indonesia pun, GPS sudah banyak diaplikasikan,
terutama yang terkait dengan aplikasi-aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi
ataupun perubahan posisi (Abidin, 2007).
Global Positioning System (GPS) merupakan sistem penentuan posisi yang
menggunakan teknologi satelit. Sistem GPS memiliki 24 satelit yang ditempatkan
pada 6 buah orbit di mana terdapat 4 satelit pada masing-masing orbit. Prinsip yang
mendasari penentuan posisi pada GPS adalah dengan mengukur jarak antara receiver
dan satelit pengamatan GPS yang telah diketahui posisinya. Melalui data posisi satelit
dan jarak antara receiver dan satelit, maka posisi dari receiver dapat ditentukan (Xu,
2007).
Satelit-satelit GPS harus selalu berada pada posisi orbit yang tepat untuk menjaga
akurasi data yang dikirim ke GPS reciever, sehingga harus selalu dipelihara agar
posisinya tepat. Stasiun-stasiun pengendali di Bumi ada di Hawaii, Ascension Islan,
Diego Garcia, Kwajalein dan Colorado Spring. Stasiun bumi tersebut selalu
memonitor posisi orbit jam satelit dan di pastikan selalu tepat (Andi, 2009).
Ada dua macam metode penentuan posisi secara kinematik dengan GPS, yaitu: (1)
Penentuan posisi dengan metode kinematik absolut. Penentuan posisi kinematik yang
menggunakan metode pangamatan absolut, metode ini tidak memerlukan titik acuan
yang sudah diketahui posisinya dan cukup menggunakan satu receiver saja. Posisi
yang dihasilkan merupakan hasil proses data pseudorange; dan (2) Penentuan posisi
dengan metode kinematik relatif. Penentuan posisi kinematik yang menggunakan
metode pengamatan relatif/differential, metode ini memerlukan titik acuan yang sudah
diketahui posisi tiga dimensinya sehingga dibutuhkan minimal dua buah receiver.
Posisi yang dihasilkan merupakan hasil proses data pengamatan carrier beat phase
atau data pseudorange (Fajriyanto, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Abidin. (2007). Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta: Pradnya
Paramita.

Andi. (2009). Global Positioning System. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Budiwati, A. (2016, April). Tongkat Istawa', Global Positioning System (GPS) dan
Google Earth untuk Menentukan Titik Koordinat Bumi dan Aplikasinya
dalam Penentuan Arah Kiblat. AL-AHKAM, XXIV, 65-92.

Fajriyanto. (2009). Studi Komparasi Pemakaian GPS Metode Real Time Kinematic
(RTK) Dengan Total Station (TS) untuk Penentuan Posisi Horizontal. Jurnal
Sipil dan Perencanaan, 131-140.

W.J, K., & D.E, W. (1971). Coordinate Systems in Geodesy. Canada: Depatement of
Geodesy and Geomatics Engineering.

Anda mungkin juga menyukai