SEMESTER I 2014/2015
MODUL KUC
KESETIMBANGAN UAP CAIR
Laporan Lengkap
Oleh:
Kelompok A.1415.3.36
Nanda Tri Wibowo (13012047)
Juli Wahyu Prayogi (13012109)
Dosen Pembimbing:
Dr. Antonius Indarto
Kesetimbangan uap cair merupakan kondisi ketika tidak terjadi perubahan secara
makroskopik antara fasa uap dan cair. Data kesetimbangan uap cair merupakan data
termodinamika yang diperlukan dalam perancangan dan pengoperasian kolom distilasi.
Dalam percobaan ini akan dilakukan pengukuran data kesetimbangan uap cair dari
sistem biner etanol-air, kemudian data yang diperoleh dibandingkan dengan model
termodinamika (dalam percobaan ini digunakan model Wilson).
Hal yang pertama kali dilakukan adalah melakukan kalibrasi refraktometer.
Percobaan ini dilakukan untuk sebelas variasi fraksi mol etanol dalam air, kemudian
diukur nilai indeks bias masing-masig variasi sampel. Selanjutnya, dibuat kurva
kalibrasi refraktometer yang menghubungkan indeks bias terhadap fraksi mol etanol.
Percobaan utamanya adalah pengukuran data kesetimbangan uap cair etanol-air
menggunakan alat ebuliometer. Umpan etanol-air divariasikan empat kali dengan fraksi
volume etanol masing-masing adalah 0,5; 0,45; 0,4; dan 0,35. Sampel yang keluar dari
top dan bottom product kemudian diukur indeks biasnya untuk mendapatkan fraksi
etanol dalam kesetimbangan melalui aluran kurva kalibrasi refraktometer. Selain itu
juga dilakukan pencatatan terhadap TT02 (temperatur kesetimbangan) untuk kemudian
didapatkan fraksi etanol literatur dari hasil aluran kurva T-xy model Wilson.
Dari percobaan kalibrasi refraktometer, untuk fraksi mol etanol 0,88; 0,67; 0,51;
0,39; 0,30; 0,22; 0,16; 0,11; 0,07; 0,03; dan 0,00 berturut-turut didapatkan nilai indeks
bias sebesar 1,36; 1,361; 1,362; 1,364; 1,363; 1,36; 1,358; 1,354; 1,349; 1,343; dan 1,341.
Kemudian untuk percobaan pengukuran data kesetimbangan uap cair, untuk variasi
umpan 0,5; 0,45; 0,4; dan 0,35 fraksi volume etanol berturut-turut didapatkan nilai
indeks bias sebesar 1,357; 1,359; 1,358; dan 1,356 untuk fasa cair dan 1,345; 1,361;
1,362; dan 1,361 untuk fasa uap. Sementara TT02 yang terukur adalah 78,1; 78,3; 78,3;
dan 79 C. Dari aluran kurva model Wilson untuk masing-masing nilai TT02 didapatkan
fraksi mol etanol dalam fasa cair adalah 0,37; 0,35; 0,35 dan 0,29 dan dalam fasa uap
adalah 0,615; 0,61; 0,61 dan 0,59.
Kata kunci: kesetimbangan uap cair, sistem biner, model Wilson, indeks bias
BAB I
PENDAHULUAN
Kesetimbangan uap cair memiliki aplikasi yang luas di industri, salahsatunya dalam
perancangan kolom distilasi untuk menentukan jumlah tray kolom. Pada dasarnya,
terdapat banyak model termodinamika dari data kesetimbangan uap cair seperti model
Wilson, Van Laar, Margules, NRTL, dan lain-lain yang spesifik untuk jenis sistem biner
tertentu. Oleh karena itu, melalui percobaan ini praktikan diharapkan dapat membuat
kurva kesetimbangan uap cair berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan,
kemudian membandingkannya dengan model literatur.
TINJAUAN PUSTAKA
Kesetimbangan adalah kondisi dimana sudah tidak ada perubahan lagi secara
makroskopik. Perubahan yang dimaksud untuk percobaan ini adalah perpindahan massa
pada kedua fasa, cair dan uap. Pada suatu sistem biner, kesetimbangan dicapai ketika
dua fasa (uap dan cair) memiliki temperatur, tekanan, dan potensial kimia (yang
kemudian didekati dengan konsep fugasitas Lewis) yang sama.
Hukum Raoult diaplikasikan pada tekanan yang rendah sampai medium sehingga
fasa uap dan fasa cair diasumsikan berada pada kondisi ideal. Hukum Raoult hanya
dapat berlaku valid apabila zat-zat yang menyusun sistem bersifat sama. Hukum Raoult
bersifat terbatas sehingga hanya dapat digunakan untuk zat yang diketahui tekanan
uapnya dan memerlukan zat pada keadaan ‘subkritikal’, pada temperatur dibawah
temperatur kritik. Persamaan matematis untuk menggambarkan Hukum Raoult adalah:
Dengan xi adalah fraksi mol cair dan yi adalah fraksi mol uap. Pisat adalah tekanan uap
zat murni i pada temperatur sistem.
Untuk temperatur rendah hingga sedang, persamaan yang lebih realistis untuk
kesetimbangan uap cair berlaku ketika fasa cair tidak diasumsikan dalam kondisi ideal
sehingga berlaku Hukum Raoult termodifikasi (Modified Raoult’s Law). Persamaan
matematis Modified Raoult’s Law dinyatakan sebagai:
yi P = xi γi Pisat (i = 1,2, … N) (2)
Dengan θ adalah koefisien fugasitas, y adalah fraksi mol di fasa uap, dan P adalah
tekanan total.
Fugasitas di fasa cair umumnya dinyatakan dalam bentuk koefisien aktifitas yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara fugasitas di fasa cair dan hasil kali antara
fraksi mol komponen di fasa cair dan fugasitas komponen pada tekanan standar dalam
perhitungan-perhitungan koefisien aktifitas dalam kondisi cairan murni. Jika keadaan
cairan murni dipakai sebagai keadaan standar, koefisien aktifitas dinyatakan sebagai:
Dengan 𝛾 adalah koefisien aktifitas, x adalah fraksi mol komponen di fasa cair, dan fiOL
adalah fugasitas cairan murni.
Koefisien fugasitas dapat dihitung berdasarkan data energi bebas Gibbs berlebih
(excess Gibbs energy). Persamaan-persamaan untuk menghitung koefisien aktifitas
antara lain persamaan Van Laar, persamaan Margules, persamaan Wilson, persamaan
NRTL, dan sebagainya. Koefisien aktifitas juga dapat dihitung dengan menggunakan
metode kelompok (group method) seperti metoda UNIFAC dan metoda ASOG.
2.5 Model-Model Kesetimbangan Uap Cair
Ada berbagai jenis parameter yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
kesetimbangan uap cair. Model termodinamika ini disesuaikan dengan kondisi dan
sistem campuran. Parameter-parameter yang sesuai adalah parameter yang
menghasilkan perkiraan model yang hampir sama dengan hasil percobaan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara meminimumkan suatu fungsi objektif tertentu. Fungsi objektif
yang diminimumkan bergantung pada data percobaan yang tersedia seperti data T-x-y,
T-x, P-x-y, atau lainnya. (Silverman dan Tassios, 1977).
Persamaan Wilson seperti persamaan Margules dan Van Laar, hanya memiliki dua
buah parameter untuk sistem biner yaitu Λ12 dan Λ 21 (kedua parameter ini harus selalu
bernilai positif). Koefisien aktivitas dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Λ12 Λ21
ln γ1 = −ln(x1 + x2 Λ12 ) + x2 (x −x ) (5)
1 +x2 Λ12 2 +x1 Λ21
Λ12 Λ21
ln γ2 = −ln(x2 + x1 Λ 21 ) − x1 (x −x ) (6)
1 +x2 Λ12 2 +x1 Λ21
Vj a
ij
Λ ij = exp (− RT ) i≠j (7)
Vi
Vi dan Vj adalah volume molar pada temperatur T untuk komponen murni i dan j. Aij
adalah konstan dan tidak bergantung pada komposisi dan temperatur.
Persamaan NRTL (Non Random Two Liquids) memiliki tiga parameter untuk
sistem biner, yaitu α, b12 , dan b21 . Ketiga parameter tersebut bersifat spesifik untuk
setiap jenis komponen dan tidak bergantung pada komposisi dan temperatur. Model
matematik untuk persamaan NRTL adalah:
Berikut adalah skema alat yang digunakan dalam pengukuran data kesetimbangan uap
cair.
Variabel bebas dalam percobaan ini yaitu fraksi etanol dalam air. Variasi yang
dilakukan untuk umpan ebuliometer adalah 0,5; 0,45; 0,4; dan 0,35 fraksi volume etanol
dalam air.
3.4.2 Variabel tetap
Variabel terikat dalam percobaan ini yaitu temperatur dan fraksi etanol dalam fasa
uap dan fasa cair.
BAB IV
Densitas etanol diukur menggunakan piknometer. Massa etanol dihitung dari selisih
massa piknometer berisi etanol dengan massa piknometer kosong. Sementara volume
piknometer ditentukan dari hasil pembagian massa aqua dm dalam piknometer dengan
densitas aqua dm pada suhu 26,1 oC yang didapatkan dari literatur. Dari hasil
perhitungan didapatkan densitas etanol sebesar 0,813 gram/ml.
Keterangan:
y: indeks bias
1.37
1.365
1.36
y = -0.0652x4 + 0.2648x3 - 0.3306x2 + 0.1532x + 1.3399
1.355
Indeks bias
1.35
1.345
1.34
1.335
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Fraksi mol etanol
Pada kurva di atas terlihat pada rentang nilai indeks bias 1,36 hingga sekitar 1,364,
untuk nilai indeks bias yang sama terdapat dua nilai fraksi mol etanol. Hal ini akan
mempersulit dalam menentukan nilai fraksi etanol pada rentang indeks bias tersebut.
Oleh karena itu, strategi yang kami gunakan untuk menentukan fraksi yang dikehendaki
(dalam hal ini adalah fraksi mol etanol dalam fasa uap) adalah dengan membagi kurva
pada rentang indeks bias tertentu sebagai berikut ini.
1.3645
1.364
1.3635
1.363
Indeks bias
1.3625
1.362
1.3615
1.361
y = -0.0685x3 + 0.1464x2 - 0.1073x + 1.3878
1.3605
1.36
1.3595
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Fraksi mol etanol
Gambar 4.2.2 Kurva kalibrasi refraktometer pada rentang indeks bias 1,36 – 1,364
Setelah tercapai temperatur kesetimbangan, top dan bottom product dikeluarkan dari
ebuliometer untuk kemudian diukur indeks biasnya. Dari nilai indeks bias bisa
ditentukan nilai fraksi mol etanol dengan metode Goal Seek terhadap persamaan
kalibrasi refraktometer:
Fraksi mol etanol yang didapat dari kurva kalibrasi refraktometer dibandingkan
dengan fraksi mol etanol yang didapat dari kurva model Wilson. Berikut adalah kurva
yang menunjukkan perbandingan data percobaan terhadap model teoretis.
100.00
95.00
90.00
85.00
T
80.00
75.00
70.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00
x-y
Gambar 4.4 Perbandingan kurva model termodinamika Wilson dengan hasil percobaan
Terlihat dari kurva di atas terdapat titik T-y outliers (titik kuning paling ujung kiri).
Pada titik itu, fraksi mol etanol yang didapatkan dari fasa uap sangat sedikit (hanya
0,034). Hal ini disebabkan karena pada temperatur tersebut (78,1 oC), belum banyak
etanol yang menguap.
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Temperatur kesetimbangan (TT02) untuk umpan dengan fraksi volume etanol 0,5;
0,45; 0,4; dan 0,35 berturut-turut adalah 78,1 oC ; 78,3 oC ; 78,3 oC; dan 79 oC.
b. Dari kurva kalibrasi refraktometer, untuk keempat temperatur kesetimbangan
didapatkan fraksi mol etanol di fasa cair adalah 0,156; 0,184; 0,171; dan 0,134 dan
di fasa uap adalah 0,034; 0,567; 0,452 dan 0,567.
c. Galat komposisi hasil percobaan terhadap literatur untuk masing-masing umpan
adalah 57,84 %, 47,43 %, 51,143 %, 53,793 % di fasa cair dan 94,472 %, 7,049 %,
25,902 %, 3,898 % di fasa uap.
5.2 Saran
Alat refraktometer terlalu jauh diatas, oleh sebab itu kami menyarankan alat
refraktometer dapat dipindahkan ke laboratorium instruksional ataupun ditambah.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Perry, R.H., Chilton, C.H, Chemical Engineers’ Handbook, 5th Ed. New York: Mc
Graw-Hill Book Company, 1973. With permission.
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR
0,96 × 10 × 0,813
46,07
Xetanol =
0,96 × 10 × 0,813 (1 − 0,96) × 10 × 0,996 0 × 0,99652
+ +
46,07 18,02 18,02
Xetanol = 0,88
B.3 Penentuan Fraksi Etanol dari Kurva Kalibrasi Refraktometer
Misalkan dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan berikut ini:
y = -0,0652x4 + 0,2648x3 – 0,3306x2 + 0,1532x + 1,3399
Dengan y menyatakan indeks bias dan x menyatakan fraksi mol etanol. Kita ambil
contoh pada sampel run 1 di fasa cair. Deketahui bahwa:
y = 1,357
Untuk mendapatkan nilai x bisa digunakan metode Goal Seek Excel, sehingga akan
didapatkan x = 0,156. Jadi fraksi etanolnya adalah 0,156.
LAMPIRAN C
HASIL ANTARA
1 10 0 0.88 1,36
2 9 1 0.66 1.361
3 8 2 0.51 1.362
4 7 3 0.39 1.364
5 6 4 0.29 1.363
6 5 5 0.22 1.36
7 4 6 0.16 1.358
8 3 7 0.11 1.354
9 2 8 0.07 1.349
10 1 9 0.03 1.343
11 0 10 0 1.341
C.2 Data Kesetimbangan Uap Cair Model Wilson pada P = 0.9 atm
Tabel C.2 Data kesetimbangan uap cair model Wilson pada P = 0.9 atm