DISUSUN OLEH :
MAHASISWA KELAS PERMAS 01
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB 19 HUMIDIFIKASI .......................................................................... 1
Definisi ................................................................................................ 1
Kesetimbangan Fasa ........................................................................... 3
Penjenuhan Adiabatis........................................................................... 4
Contoh Soal 19.1…….…..................................................................... 4
Kurva Kelembaban (Humidity Chart) .................................................. 7
Penggunaan Kurva (Bagan) Kelembaban ........................................... 8
Contoh Soal 19.2.................................................................................. 9
Temperatur Wet-Bulb ……. ................................................................. 10
Teori Wet-Bulb Temperature ................................................................ 12
Garis Psikometri dan Relasi Lewis ..................................................... 14
Mengukur Kelembaban ........................................................................ 14
Cooling Tower…………….................................................................... 15
Teori Menara Pendingin Aliran Berlawanan Arah ............................... 17
Analisis Persamaan Menara Pendingin (Cooling Tower) ................... 18
Contoh Soal 19.3.................................................................................. 22
iii
BAB 19
HUMIDIFIKASI
DEFINISI
Pada operasi humidifikasi; terutama seperti yang diterapkan untuk sistem udara-air,
sejumlah definisi yang agak khusus sudah umum digunakan. Basis umum untuk perhitungan
dalam keteknikan adalah unit massa dari gas tanpa uap, di mana uap berarti bentuk gas dari
komponen yang juga ada sebagai cairan dan gas adalah komponen yang hanya ada pada
bentuk gas. Pada diskusi kali ini, unit massa dari gas tanpa uap digunakan sebagai basis. Pada
fasa gas, uap akan disebut sebagai komponen A dan gas akan disebut sebagai komponen B.
Oleh karena sifat dari campuran gas-uap bervariasi terhadap tekanan total, nilai tekanan harus
ditetapkan. Kecuali ditentukan, digunakan asumsi tekanan total sebesar 1 atm. Selain itu juga
diasumsikan bahwa campuran gas dan uap mengikuti hokum gas ideal.
Kelembaban ℋ adalah massa uap yang dibawa oleh satu unit massa gas tanpa uap.
Dengan demikian, kelembaban tergantung hanya pada tekanan parsial dari uap di dalam
campuran pada saat tekanan total telah ditentukan. Jika tekanan parsial dari uap adalah p A
𝑝
atm, maka rasio molal dari uap terhadap gas pada 1 atm adalah 𝐴⁄(𝑃 − 𝑝 ). Maka dari itu
𝐴
kelembaban
𝑀𝐴 𝑝𝐴
ℋ= (19.1)
𝑀𝐵 (𝑃 − 𝑝𝐴 )
Kelembaban berkaitan dengan fraksi mol pada fasa gas dengan persamaan
ℋ/ 𝑀𝐴
𝑦= (19.2)
1 / 𝑀𝐵 + ℋ/ 𝑀𝐴
Gas jenuh adalah gas di mana uapnya ada pada kesetimbangan dengan cairan pada
suhu gas. Tekanan parsial uap pada gas jenuh bernilai sama dengan tekanan uap dari cairan
pada suhu gas. Jika ℋ𝑆 adalah kelembaban jenuh dan P’A adalah tekanan uap cairan,
1
𝑀𝐴 𝑃′𝐴
ℋ𝑆 = (19.3)
𝑀𝐵 (𝑃 − 𝑃′𝐴 )
Kelembaban relatif ℋ𝑅 didefinisikan sebagai rasio dari tekanan parsial gas terhadap
tekanan uap cairan pada suhu gas. Kelembaban relatif biasanya diekspresikan dalam persen,
jadi kelemaban 100 persen berarti gas jenuh dan kelembaban 0 persen berarti gas tanpa uap.
Sesuai definisi
𝑝𝐴
ℋ𝑅 = 100 (19.4)
𝑃′𝐴
ℋ 𝑝𝐴 / (𝑃 − 𝑝𝐴 ) (𝑃 − 𝑃′𝐴 )
ℋ𝐴 = 100 = 100 = ℋ𝑅 (19.5)
ℋ𝑆 𝑃′𝐴 / (𝑃 − 𝑃′𝐴 ) (𝑃 − 𝑝𝐴 )
Pada semua kelembaban selain 0 atau 100 persen, kelembaban persentase bernilai lebih kecil
dari kelembaban relatif.
Panas lembab cS adalah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 g atau
1 lb gas dengan uap apapun yang dapat terkandung di dalamnya sebanyak 1 °C atau 1 °F.
Oleh karena itu,
di mana cpB dan cpA berturut-turut adalah kalor spesifik gas dan uap.
Volume lembab vH adalah volume total dari satu unit massa gas tanpa uap dengan uap
apapun yang dapat terkandung di dalamnya pada 1 atm dan suhu gas. Dari hukum dan nilai
volume molar standar (lihat Bab 1, halaman 12), vH dalam satuan SI berkaitan dengan
kelembaban dan suhu dengan persamaan
0.224𝑇 1 ℋ
𝑣𝐻 = ( + ) (19.7𝑎)
273 𝑀𝐵 𝑀𝐴
di mana vH adalah dalam meter kubik per gram dan T dalam Kelvin. Dalam satuan feet per
second (fps), persamaannya menjadi
359𝑇 1 ℋ
𝑣𝐻 = ( + ) (19.7𝑏)
492 𝑀𝐵 𝑀𝐴
di mana vH adalah dalam kaki kubik per pon dan T dalam derajat Rankine. Untuk gas tanpa
uap maka ℋ = 0 dan vH adalah volume spesifik dari gas tetap. Untuk gas jenuh maka ℋ =
ℋ𝑆 dan vH menjadi volume jenuh.
Titik embun adalah suhu di mana campuran uap-gas harus didinginkan (pada
kelembaban konstan) agar menjadi jenuh. Titik embun dari fasa gas jenuh adalah sama
dengan suhu gas.
2
Entalpi total Hy adalah entalpi dari satu unit massa gas dengan dengan uap apapun
yang dapat terkandung di dalamnya. Untuk menghitung Hy, harus dipilih dua keadaan acuan;
satu untuk gas dan satu untuk uap. Misalnya T0 adalah suhu datum yang dipilih untuk kedua
komponen, dan mendasari entalpi komponen A pada cairan A saat T0. (Suhu T0 = 32 °F
untuk sebagian besar persoalan udara-air.) Misalnya suhu gas adalah T dan kelembaban
adalah ℋ. Nilai entalpi total adalah penjumlahan dari tiga hal: kalor sensibel uap, kalor laten
cairan pada T0, dan kalor sensibel gas tanpa uap. Maka
di mana 𝜆0 adalah kalor laten cairan pada suhu T0. Dari persamaan (19.6) maka persamaan
ini menjadi
𝐻𝑦 = 𝑐𝑆 (𝑇 − 𝑇0 ) + ℋ𝜆0 (19.9)
KESETIMBANGAN FASA
3
PENJENUHAN ADIABATIS
Air sering disemprotkan ke aliran gas dalam pipa atau ruang semprot/bilik untuk
membawa gas ke keadaan jenuh. Pipa atau bilik tersebut terisolasi sehingga prosesnya
adiabatik. Gas, dengan kelembaban awal ℋ dan suhu T, yang didinginkan dan dilembabkan.
Jika tidak semua air terevaporasi dan ada cukup waktu untuk gas menjadi setimbang dengan
air, suhu keluar gas disebut suhu jenuh adiabatik, Ts. Liquid yang tersisa di Ts dan dapat
diresirkulasi kembali ke semprotan nozzle. Nilai Ts bergantung pada suhu dan kelembaban
awal udara dan sedikit pada suhu awal air. Untuk mempermudah analisis, air sering
diasumsikan masuk pada Ts.
Neraca enthalpi dapat ditulis pada proses ini. Kerja pompa diabaikan, dan neraca
enthalpi didasarkan pada Ts sebagai datum/data tunggal. Kemudian enthalpi makeup liquid
adalah nol dan total enthalpi gas yang masuk sebanding dengan gas yang keluar. Karena yang
terakhir adalah suhu datum, enthalpinya adalah ℋ s𝜆s, dimana ℋ s adalah kelembaban jenuh
dan 𝜆s adalah kalor laten, keduanya pada Ts. Dari persamaan (19.9) total enthalpi gas yang
masuk adalah cs(T – Ts) + ℋ𝜆s, dan neraca enthalpinya adalah
cs(T – Ts) + ℋ𝜆s = ℋ𝑠 𝜆s
atau
ℋ − ℋ𝑠 cs 𝐶𝑝𝐵 + 𝐶𝑝𝐴 ℋ
=− =− (19.11)
𝑇 − 𝑇𝑠 𝜆s 𝜆s
Untuk mencari suhu jenuh adiabatik untuk gas selain udara, neraca kalor mirip
dengan persamaan (19.11) digunakan. Akan lebih mudah untuk menggunakan kapasitas
panas molar. Persamaan (19.11) tidak dapat diselesaikan secara langsung untuk suhu jenuh
adiabatik Ts, karena ℋ s, cs, dan 𝜆s adalah fungsi dari Ts. Jadi Ts didapatkan dengan
perhitungan trial-and-error atau untuk sistem udara-air dapat menggunakan grafik
kelembaban.
Soal:
Flue gas dangan suhu 320oF dan tekanan 1 atm akan didinginkan dengan water spray. Gas
tersebut mengandung 14% CO2, 7% H2O, 3% O2, dan 76% N2.
a. Hitung adiabatic saturation temperature jika suhu water spray yang masuk ke
pendingin adalah 80oF
b. Hitung adiabatic saturation temperature jika suhu water spray yang masuk ke
pendingin adalah Ts
Ilustrasi:
4
Jawaban (a)
Basis yang digunakan adalah 100 mol gas. Ts diperkirakan sekitar 120oF dan nilai molar heat
capacity Cp untuk setiap gas didapatkan dari suhu (320+120)/2 = 220oF.
Gas Mol Cp nCp
H2 O 7 8.11 56,77
O2 3 7.14 21,42
N2 76 6.98 530,48
Dan didapatkan z = 7,77. maka total mol air yang ada di exit gas = 7+7,77 = 14,77.
Fraksi mol air di exit gas adalah:
14,77
y = 100+7,77 = 0,137
5
Dari gambar 19.1, saturation value ys pada 120oF adalah 0,115. Maka saturation
temperature seharusnya lebih dari 120 karena nilai perkiraan Ts yang lebih besar akan
menurunkan nilai y dan menaikan nilai ys.
Gunakan gambar 19.1 untuk memperkirakan Ts yang baru. Untuk ye = 0,137, Ts =
126 F. Dengan mengabaikan perubahan pada ΣnCp, maka heat balance ditulis sebagai:
o
Dan didapatkan z = 7,51. maka total mol air yang ada di exit gas = 7+7,51 = 14,51.
Fraksi mol air di exit gas adalah:
14,51
y = 100+7,51 = 0,135
Dari gambar 19.1, saturation value ys pada 126oF adalah 0,137, maka Ts≅ 126oF.
Jawaban (b)
Jika T air yang masuk pendingin = Ts maka
744,75(320-126) = z18,398
z = 7,85
7,85+7
y = 100+7,85 = 0,138
Dari gambar 19.1, saturation value ys pada 126oF adalah 0,137. Maka saturation
temperature seharusnya agak lebih besar dari 126 tetapi perbedaan nilai ini dapat diabaikan.
Pada gambar 19.2 temperatur diplot pada sumbu absis dan kelembaban (humidities)
sebagai sumbu ordinat. Semua titik yang berada dalam kurva menyatakan campuran udara
dan air pada kondisi tertentu. Garis melengkung bertanda 100% menyatakan kelembaban
pada kondisi udara jenuh sebagai fungsi dari temperature udara. Dengan menggunakan
tekanan uap air, titik koordinat dari garis ini diperoleh dari Persamaan 19.3. Semua titik yang
terletak di atas dan di sebelah kiri dari garis jenuh menyatakan campuran dari udara jenuh
7
dan air dalam fasa cair. Daerah ini hanya penting digunakan untuk pengecekan pembentukan
kabut. Semua titik di bawah garis jenuh menyatakan udara tak jenuh, dan sebuah titik yang
terletak di sumbu aksis temperatur menyatakan udara kering (dry air). Garis lengkung di
antara garis jenuh dan aksis temperatur yang memiliki tanda berupa persentase berangka
genap menyatakan campuran dari udara dan air pada persentase kelembaban (percentage
humidity) tertentu. Seperti pada Persamaan 19.5, interpolasi linear antara garis jenuh dan
aksis temperatur dapat digunakan untuk menentukan garis dari persentase kelembaban yang
konstan.
Garis miring yang meluncur ke bawah dan di sebelah kanan garis jenuh disebut
adiabatic cooling lines. Mereka adalah plot dari sebuah persamaan 19.11, masing-masing
ditarik untuk nilai suhu saturasi adiabatik yang konstan. untuk nilai Ts tertentu, Hs dan λs
nilainya tetap, dan garis H versus T dapat diplot dengan menetapkan nilai ke H dan
menghitung nilai T yang sesuai. Inspeksi dari persamaan 19.11menunjukan bahwa
kemiringan garis pendinginan adiabatik, jika ditarik pada koordinat persegi panjang, adalah -
cs / λs serta kemiringan ini bergantung pada kelembabannya. Pada koordinat segi empat, garis
pendinginan adiabatik tidak lurus dan paralel. Pada figur 19.2, ordinatnya cukup terdistorsi
untuk meluruskan adiabatik dan membuatnya paralel, sehingga interpolasi di antara keduanya
mudah dilakukan. Ujung adiabatik diidentifikasi dengan suhu kejenuhan adiabatik yang
sesuai.
Garis diperlihatkan pada gambar untuk volume spesifik udara kering dan volume
jenuh. Kedua garis adalah plot volume terhadap suhu. Volume dibaca pada skala di sebelah
kiri. Koordinat titik pada garis ini dihitung dengan menggunakan persamaan (19.7a).
Interpolasi linier antara dua garis, berdasarkan persentase kelembaban, memberi volume
lembab udara tak jenuh. Selain itu, hubungan antara panas lembab cs dan kelembaban
ditunjukkan sebagai garis pada gambar 19.2. Garis ini merupakan plot dari persamaan 19.6.
Skala untuk cs adalah di bagian atas grafik.
8
Gambar 19.3 Kegunaan Grafik Kelembaban
Volume lembab dari udara asli ditemukan dengan menempatkan titik k dan l pada
kurva untuk volume jenuh dan volume kering secara berurutan, sesuai dengan suhu T1. Titik
m kemudian ditemukan dengan mengikuti sepanjang garis lk, yaitu jarak (HA /100)kl dari titik
l, sedangkan kl adalah garis segmen antara titik l dan k. Volume lembab VH diberikan oleh
titik n pada skala volume. Panas lembab dari udara ditemukan dengan memposisikan titik o,
yang merupakan perpotongan antara garis kelembaban konstan melalui titik a dan garis panas
lembab, dan membaca panas lembab CS pada titik p pada skala di atas.
Temperatur dan titik embun (dew point) dari udara yang memasuki sebuah pengering
(dryer) adalah 150 ⁰F (65.6 ⁰C) dan 60 ⁰F (15.6 ⁰C). Properti apa sajakah yang dapat anda
temukan dari grafik humidity (humidity chart)?
Solusi:
Titik embun (dew point) adalah koordinat suhu pada garis jenuh (saturation line) yang
berhubungan dengan humidity udara. Humidity udara pada keadaan jenuh (saturation
humidity) pada suhu 60 ⁰F didapatkan dengan menarik garis lurus ke kanan dari titik suhu 60
⁰F menuju ordinat humidity, didapatkan nilai sebesar 0.011 lb air per lb udara kering. Pada
suhu 150 ⁰F dan humidity (H) = 0.011 lb air per lb udara kering, kita dapat melihat
persentase humidity dengan menarik garis dari titik tersebut mengikuti garis yang
membentuk kurva, didapatkan hasil sebesar 5.2%. Jika kita mengikuti garis pendinginan
adiabatis (adiabatic-cooling line) ke arah kiri atas, akan didapatkan suhu penjenuhan
adiabatis (adiabatic saturation) sebesar 85 ⁰F. Humidity udara pada suhu tersebut dapat
diketahui dengan menarik garis lurus ke kanan, didapatkan humidity sebesar 0.024 lb air per
lb udara kering. Kita juga dapat mengetahui humid heat dari udara dengan menarik garis
lurus dari titik suhu 60 ⁰F ke atas hingga berpotongan dengan garis humid heat vs
temperature, didapatkan hasil sebesar 0.245 Btu/lb udara kering ⁰F. Saturated volume pada
9
suhu 150 ⁰F dapat diketahui dengan menarik garis lurus ke atas hingga berpotongan dengan
garis saturated volume vs temperature, kemudian menarik garis ke kiri, didapatkan saturated
volume sebesar 20.7 ft3/lb udara kering. Selain itu, kita juga dapat menentukan volume
spesifik dengan menarik garis lurus ke atas dari titik suhu 150 ⁰F hingga berpotongan dengan
garis specific volume dry air vs temperature, kemudian menarik garis ke kiri, didapatkan
volume spesifik sebesar 15.35 ft3/lb. Selain data tersebut, ada satu data lagi yang dapat kita
cari, yaitu humid volume dimana perhitungannya adalah sebagai berikut:
𝑉𝐻 = 𝑉𝐻, 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 + [ℋ𝐴 (𝑉𝐻, 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑢ℎ − 𝑉𝐻, 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 )
𝑉𝐻 = 15.63 𝑓𝑡 3 ⁄𝑙𝑏
Untuk lebih memperjelas cara membaca grafik humidity, berikut ini akan diperlihatkan
gambar dari grafik tersebut dan cara membacanya.
Humidity Chart
TEMPERATUR WET-BULB
Sifat-sifat yang telah dibahas sebelumnya dan ditunjukkan pada grafik kelembaban
(Humidity Chart) merupakan besaran-besaran pada keadaan setimbang. Hal lain yang sama
pentingnya adalah laju perpindahan massa dan kalor antara fasa gas dan cair yang tidak pada
kondisi setimbang. Besaran yang cukup bermanfaat yang bergantung pada kedua laju tersebut
adalah temperatur wet-bulb.
Temperatur wet-bulb merupakan temperatur suatu cairan dalam kuantitas kecil pada
kondisi tunak namun tidak setimbang, dalam suatu aliran gas kontinu pada kondisi adiabatik.
10
Karena massa cairan sangat kecil dibanding dengan massa aliran udara, perubahan sifat-sifat
fisik pada fasa gas dapat diabaikan dan diasumsikan hanya terjadi perubahan sifat-sifat fisik
dari cairan.
Untuk mengukur temperature wet-bulb dengan presisi, harus ada tiga hal yang
diperhatikan: (1) kapas yang digunakan harus benar-benar basah sedemikian sehingga tidak
ada bagian kering dari kapas mengalami kontak dengan aliran gas; (2) kecepatan dari aliran
gas harus cukup besar sehingga perpindahan kalor secara radiasi dari lingkungan yang lebih
hangat jauh lebih kecil dibanding dengan aliran kalor sensibel secara konveksi dan konduksi
dari gas ke bulb; (3) jika cairan akan ditambahkan kepada bulb, maka cairan yang
ditambahkan harus pada suhu wet-bulb. Ketika hal-hal tersebut dilakukan, maka temperatur
wet-bulb akan bersifat independen (tidak bergantung) terhadap kecepatan aliran gas pada
rentang laju alir yang cukup besar.
11
Temperatur wet-bulb sekilas serupa dengan temperatur jenuh adiabatis Ts. Untuk
campuran air-udara, hal ini memang terlihat benar. Namun, hal ini hanya kebetulan dan tidak
berlaku untuk campuran selain air dan udara. Temperatur wet-bulb merupakan hal yang
berbeda secara mendasar dengan temperatur jenuh adiabatis. Temperatur dan kelembaban
dari gas mengalami perubahan selama proses penjenuhan adiabatis, dan kondisi akhir yang
terjadi merupakan kondisi equilibrium dan bukan sebuah sistem tunak yang dinamis.
Pada Wet Bulb Temperatur, laju perpindahan panas dari gas ke liquid merupakan bisa
disamakan terhadap produk dari laju vaporisasi dan penjumlahan kalor laten evaporasi pada
suhu Tw dengan panas sensible dari uap. Ketika radiasinya diabaikan, maka neracanya:
q = hy .(T-Ti).A (19.13)
Dimana
hy = Koefisien perpindahan panas di antara gas dan permukaan liquid
Ti = Temperatur pada Interface
Hy = Permukaan Area dari liquid
Laju perpindahan massa bisa dirumuskan dengan term luas, driving force dari fraksi mol
uap, dan koefisien perpindahan massa atau
𝐾𝑦
𝑁𝐴 = (𝑦𝑖 − 𝑦)𝐴 (19.14)
(1−𝑦)𝑙
Dimana
NA = Laju molal vaporisasi
yi = Fraksi mol uap saat Interface
y = Fraksi mol uap di aliran udara
Ky = Koefisien perpindahan massa , mol per unit luas per unit fraksi mol
(𝟏−𝒚)𝒍
= Faktor difusi satu arah
Jika wick sudah basah semua dan tak ada titik kering, seluruh permukaan luas dari
wick berlaku untuk persamaan perpindahan panas dan massa yang ada di eq 19.13 dan eq
19.14 adalah sama besar. Semenjak temperature liquid dijaga konstan, tidak ada gradient
temperature yang diperlukaan untuk berperan sebagai driving force pada perpindahan panas
dalam liquid, permukaan liquid sama temperaturenya dengan permukaan interior, dan
12
temperature permukaan liquid Ti sama dengan Tw. Jika liquidnya pure, tidak terjadi gradient
konsentrasi, dan menuruti keadaan kesetimbangan interfacial, yi, adalah fraksi mol uap pada
keadaan gas jenuh pada temperature Tw. Ini juga bisa diganti dengan fraksi mol pada eq
19.14 dengan humidities dari eq 19.12 dengan catatan yi berkorespondensi terhadap Ħw,
humiditas jenuh pada wet bulb temperature (lihat pada eq 19.10). Dengan mensubstitusi q
dari eq 19.13 dan NA dari eq 19.14 pada eq 19.12 memberikan
𝐾𝑦 Ħw Ħ
ℎ𝑦 (T − Tw) = (1−𝑦)𝑙
( 1 Ħw − 1 Ħ ) .[λw + CpA(T-Tw)] (19.15)
+ +
𝑀𝑏 𝑀𝑎 𝑀𝑏 𝑀𝑎
eq 19.15 bisa disederhanakan tanpa koreksi yang serius dalam range biasa dari temperature
dan humiditas sebagai berikut : (1) faktor (1 − 𝑦)𝑙 hampir menjadi satu dan dapat
dihilangkan; (2) panas sensible CpA(T-Tw) kecil perbadingannya dibandingkan dengan λw
Ħw Ħ
sehingga bisa diabaikan; (3) 𝑴 dan 𝑴 dibandingkan 1/Mb sehingga bisa diabaikan juga. Eq
𝒂 𝒂
19.15 bisa disederhanakan menjadi
ℎ𝑦 (T − Tw) = 𝑀𝑏 𝑘𝑦 𝜆𝑤 (Ħ𝑤 − Ħ)
atau
Ħ−Ħ𝑤 ℎ𝑦
= −𝑀 (19.16)
T−Tw 𝑏 𝑘𝑦 𝜆𝑤
Untuk wet bulb temperature yang sudah diketahui, λw dan Ħw sudah ditentukan.
Hubungan antara Ħ dan T bergantung pada rasio hy /ky.
Telah ditunjukan dalam bab 12, laju perpindahan panas konduksi dan konveksi di
antara aliran fluida dan solid, atau boundary liquid bergantung pada Nilai Reynold DG/𝜇 dan
Nilai Prandtl 𝐶𝑝 𝜇/𝑘. Juga di dalam bab 17 koefisien perpindahan massa bergantung pada
nilai Reynold dan nilai Schmidtt 𝜇/𝜌𝐷𝑣 . Untuk laju turbulent aliran gas persamaannya
sebagai berikut
ℎ𝑦
𝑐 = 𝑏 𝑅𝑒 𝑛 𝑃𝑟 𝑚 (19.17)
𝑐𝑝 𝐺
atau
Ṁ𝑘𝑦
= 𝑏 𝑅𝑒 𝑛 𝑆𝑐 𝑚 (19.18)
𝐺
Dimana
b,m,n = konstanta
Ṁ = berat molekul rata-rata dari aliran gas
Dengan mensubstitusi ℎ𝑦 dari eq 19.17 dan 𝑘𝑦 dari eq 19.18 pada eq 19.16 dengan asumsi
Ṁ = 𝑀𝑏 memberikan
Ħ−Ħ𝑤 ℎ𝑦 𝑐𝑝 𝑆𝑐
= −𝑀 = − 𝜆 (𝑃𝑟)𝑚 (19.19)
T−Tw 𝑏 𝑘𝑦 𝜆𝑤 𝑤
Dan
ℎ𝑦 𝑆𝑐
= 𝑐𝑝 ( )𝑚 (19.20)
𝑀𝑏 𝑘𝑦 𝑃𝑟
13
ℎ𝑦
Jika m = 2/3, nilai prediksi 𝑀 untuk udara dalam air adalah 0,24/(0,62/0,71)2/3 atau
𝑏 𝑘𝑦
0,22 Btu/lboF (0,92 J/g . oC). Nilai ekperimentalnya adalah 0,26 Btu/lboF (1,09 J/g . oC),
biasanya lebih besar daripada yang diprediksi dikarenakan laju perpindahan oleh radiasi.
Untuk organic liquid dalam udara biasanya lebih besar dalam range 0,4-0,5 Btu/lboF (1,6-2,0
J/g . oC). Perbedaannya sesuai yang ditunjukkan dalam eq 19.20 adalah hasil rasio dari
bilangan Prandtl dan Schmidt untuk air dan organic vapor.
Untuk nilai suhu wet-bulb yang diketahui persamaan (19.19) dapat diplot pada grafik
ℎ𝑦
kelembaban sebagai suatu garis lurus dengan slope − 𝑀 dan memotong garis saturasi
𝐵 𝑘𝑦 𝜆𝑤
100% pada suhu 𝑇𝑤 . Garis ini disebut garis Psikometrik. Ketika kedua garis Psikometrik dari
persamaan (19.19) dan garis saturasi adiabatis, persamaan (19.11) diplotkan pada titik yang
sama dengan kurva 100% saturasi, hubungan keduanya tergantung pada bersarnya 𝑐𝑠 dan
ℎ𝑦
.
𝑀 𝑘
𝐵 𝑦
Untuk sistem air-udara pada kondisi standar, nilai panas lembab 𝑐𝑠 hampir sama
dengan nilai panas jenis 𝑐𝑝 , dan persamaan berikut hampir benar:
ℎ𝑦
≅ 𝑐𝑠 (19.21)
𝑀𝐵 𝑘𝑦
Persamaan (19.21) dikenal sebagai relasi Lewis. Ketika relasi ini berlaku, maka garis
psikometri dan garis saturasi adiabatis keduanya adalah hal yang sama. Maka, dalam gambar
19.2 untuk air-udara, garis yang sama dapat digunakan untuk keduanya. Untuk campuran
yang lain garis yang berbeda harus dipakai untuk garis psikometri. Untuk hampir semua
campuran udara dan uap organik, garis psikometri lebih curam dari garis saturasi adiabatis,
dan suhu wet-bulb untuk campuran selain campuran jenuh akan lebih tinggi dari suhu saturasi
adiabatis.
MENGUKUR KELEMBABAN
Kelembaban dari sebuah aliran gas atau suatu massa gas dapat didapatkan dari
menghitung nilai titik embun, suhu wet-bulb, atau dengan metode absorpsi langsung.
Metode titik embun. Jika sebuah piringan yang dingin dan terpols diletakkan ke dalam suatu
gas yang tidak diketahui kelembabannya dan suhu dari piringan tersebut diturunkan secara
perlahan-lahan, piringan tersebut akan mencapai suhu di mana mulai terbentuk embun di
permukaan yang terpolesi. Suhu di mana embun mulai terbentuk adalah suhu kesetimbangan
antara uap di gas dan fasa cairnya. Maka suhu tersebut adalah suhu titik embun. Untuk
memeriksa kebenarannya, piringan dapat secara perlahan-lahan dipanaskan kembali dan
mencatat suhu di mana embunnya menghilang. Dari nilai rata-rata kedua temperatur tersebut,
nilai kelembaban dapat dibaca dari grafik kelembaban.
Medote Psikometri. Sebuah cara yang sering dipakai untuk mengukur kelembaban adalah
dengan menentukan suhu wet-bulb dan dry-bulb secara bersamaan. Dari kedua data ini,
kelembaban didapatkan dengan cara mencari perpotongan antara garis psikometri pada
14
temperatur wet-bulb dan garis saturasi 100%, kemudian dengan mengikuti garis psikometri
tersebut cari perpotongannya dengan temperatur dry-bulb.
Metode langsung. Jumlah uap dari gas dapat dicari dari analisis langsung, di mana volume
gas yang diketahui diambil untuk dikakukan analisis.
COOLING TOWER
Ketika liquid hangat mengalami kontak dengan gas tidak jenuh, maka beberapa
bagian dari cairan akan terevaporasi dan suhu liquid menurun. Aplikasi paling sering
digunakan yang menggunakan prinsip ini terdapat pada cooling tower yang menurunkan suhu
dari sirkulasi kembali air yang digunakan untuk condenser dan heat exchanger pada industry
kimia, pembangkit listrik dan alat AC. Cooling tower merupakan kolom dengan diameter
yang sangat besar dengan tipe istimewa yang didesain untuk memberikan suatu area yang
baik untuk gas-liquid berkontak dengan penurunan tekanan yang kecil. Air hangat
didistribusi diatas alat ini oleh nosel semprot atau kisi berkumai (celah menonjol) atau pipa.
Udara keluar melalui sebuak pak oleh kipas dengan konsep paksa “Forced-Draft” atau konsep
induksi “Induced-Draft”, atau dalam beberapa desain yang mengambil konsep dari konveksi
alamiah. Pada tower dengan desain beton skala besar biasanya digunakan di pabrik yang
berhubungan dengan nuklir, Alatnya yang digunakan menempati hanya dibagian bawah
tower saja, sisanya dari tower berfungsi atau berlaku sebagai cerobong asap untuk
mengalirkan udara.
15
Gambar 19.6 Dua tipe menara pendingin: (a) crossflow tower dan (b) counterflow tower
Untuk tower counterflow, udara masuk dari bawah isian dan mengalir ke atas,
berlawanan arah dengan aliran turunnya air. Susunan ini lebih efektif dalam memfasilitasi
perpindahan kalor dan memungkinkan pendekatan tempratur yang lebih sempit, seperti yang
ditunjukkan pada perbandingan heat exchanger counterflow dan crossflow di bab 15. Tower
counterflow juga dapat menggunakan kipas konveksi paksa pada dasar tower, namun
dibutuhkan ruang dibawah isian yang lebih besar agar udara terdistribusi dengan baik.
Packing pada tower usang menggunakan rusuk-rusuk (slats) pohon redwood dan
cemara agar rusuk terpercik air yang jatuh, dan droplet-droplet air dapat dicegat oleh layer-
layer berikutnya. Isian bertipe percikan (splash) ini masih digunakan dalam beberapa tower
crossflow, menggunakan batang-batang berbahan polyvinyl chloride berbentuk V
menggantikan rusuk kayu pohon. Akibat aliran udara yang yang sejajar dengan batang/rusuk
pemercik, jatuh tekan (pressure drop) menjadi rendah. Selain itu, struktur terbuka batang
PVC memudahkan inspeksi dan pembersihan. Meskipun begitu, packing pemercik (splash-
type packing) kurang direkomendasikan pada tower counterflow.
16
Tipe packing yang paling sering ditemui pada instalasi terbaru adalah isian sellular
(cellular fill) atau isian film (film-type), berisikan lembaran plastik bergelombang, mirip yang
digunakan di heat exchanger berpelat. Air mengalir melalui permukaan packing,
memperbesar area transfer per unit volume ketimbang packing splash. Antar lembar plastik
diberi jarak 18—25 mm untuk memungkinkan laju alir air dan udara yang tinggi dengan
pressure drop yang moderat. Kedalaman isian hanya butuh beberapa feet, sebagian kecil dari
ketinggian unit. Dengan isian sellular, distribusi air yang baik pada bagian atas sangatlah
penting, karena redistribusi tidak terjadi secara alami, begitu pula dengan packing random
dumped.
Pengurangan suhu air pada menara pendingin utamanya berasal dari evaporasi,
walaupun pada tempratur rendah, terdapat juga sejumlah perpindahan kalor sensibel ke udara.
Akan tetapi, meskipun udara lebih hangat ketimbang air, air masih dapat didinginkan secara
evaporasi apabila temperatur bola-basah (wet-bulb) udara lebih rendah dari air. Dalam
prakteknya, temperatur discharge (keluaran) air berkisar antara 3—8 oC di atas tempratur
bola-basah. Selisih ini dikenal dengan ‘approach’ (pendekatan). Perubahan temperatur air
dari inlet ke exit dikenal sebagai ‘range’ yang umumnya berkisar 6—17 oC.
Air yang hilang (loss) dalam evaporasi terbilang kecil. Sekitar 1000 Btu dibutuhkan
untuk menguapkan 1 lb air, dan sekitar 50 lb udara harus didinginkan sebesar 20 oF untuk
menghasilkan 1000 Btu, range sebesar 20 oF memiliki loss air sekitar 2%. Selain itu, terdapat
juga losses dari spray droplets, yang dikenal sebagai drift atau windage loss. Namun, pada
tower yang didesain dengan baik, kehilangan angina (windage losses)e seharusnya hanya
sekitar 0,2%. Total air yang harus disuplai ulang (makeup water) harus sesuai dengan jumlah
losses dari evaporasi dan drift, serta jumlah purge atau blowdown yang dibutuhkan untuk
membatasi penimbunan garam-garam terlarut.
Ketika suhu pada kelembaban relatif 100% terukur, perpindahan kalor dan
perpindahan massa terjadi pada keadaan tunak dengan gradien seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 19.4b. Aliran kalor ke antarmuka hanya cocok dengan yang dibutuhkan untuk
evaporasi air yang berdifusi ke dalam gas campuran. Tidak ada gradien yang signifikan pada
fasa cair, yang berarti tetap berada pada suhu yang konstan. Sebaliknya, di dalam menara
pendingin, suhu air berubah seiring dengan tetesan air melewati seisi menara, dan sangat
penting untuk mempertimbangkan aliran kalor di dalam fasa cair dan juga perpindahan kalor
dan massa pada fasa gas.
Secara umum, gradien pada dasar dan puncah menara pendingin digambarkan di
dalam Gambar. 19.7a., namun air didinginkan karena suhu pada antarmuka (Ti) lebih rendah
dibandingkan dengan suhu campuran air (Tx). Kelembaban di antarmuka lebih besar dari
17
campuran gas, yang menyebabkan perpindahan massa dari uap air. Jika suhu umpan lebih
kecil dari suhu air keluar, seperti pada Gambar. 19.7b, gradiennya berbentuk sama, namun
akan lebih sedikit perpindahan kalor-sensibel yang melewati lapisan gas. Mau bagaimanapun,
suhu pada antarmuka harus lebih besar dari suhu pada kelembaban relatif 100%, jika Tx = Tw,
semua kalor penguapan akan dihasilkan dari gas, dan tidak akan ada gradien suhu di dalam
air dan tidak ada air pendingin.
Seiring dengan udara menuju ka atas menara, suhu udara akan berkurang untuk jarak
dekat, namun akan segera naik ketika udara bertemu dengan air yang hangat. Di puncak
menara, gradien ditunjukkan seperti Gambar. 19.7c. Kalor yang dipindahkan dari air ke
antarmuka digunakan untuk menghangatkan udara dan juga memberikan kalor penguapan,
meski air pendingin karena evaporasi jauh lebih besar dari pada perpindahan kalor sensibel
ke udara. Suhu gas keluaran biasanya berbeda beberapa derajat Fahrenheit dari suhu air yang
masuk.
Gambar. 19.7 Kondisi didalam menara pendingin: (a), (b) dibagian dasar menara, (c) dibagian puncak menara
Perhatikan aliran balik menara pendingin pada gambar 19.8. Udara pada kelembaban
ℋ𝑏 dan suhu 𝑇𝑦𝑏 masuk dari bawah menara dan keluar dari atas dengan kelembaban ℋ𝑎 dan
suhu 𝑇𝑦𝑎 . Air masuk dari atas pada suhu 𝑇𝑥𝑎 dan keluar dari bawah pada suhu 𝑇𝑥𝑏 . Kecepatan
alir massa udara adalah 𝐺𝑦′ , massa uap tanpa udara setiap jam per cross section dari menara.
Laju alir massa air pada saat masuk dan keluar secara berturut-turut adalah 𝐺𝑥𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝐺𝑥𝑏 .
Pada jarak Z dari bawah area yang tersentuh, temperatur udara dan air adalah 𝑇𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑇𝑥 , dan
kelembabannya adalah ℋ. Pada permukaan gas-cair suhunya adalah 𝑇𝑖 dan kelembabannya
ℋ𝑖 . Agar lebih mudah, diasumsikan suhu permukaan lebih besar dari suhu gas, seperti pada
gambar 19.7c. (Penurunan persamaan berikut akan berlaku jika (𝑇𝑖 < 𝑇𝑦 )
Persamaan entalpi untuk area yang sangt kecil pada menara (dZ) adalah
𝐺𝑦′ 𝑑𝐻𝑦 = 𝑑(𝐺𝑥 𝐻𝑥 ) (19.22)
Karena perubahan laju alir cairan di dalam menara pendingin hanya 1 sampai 2 persen, 𝐺𝑥
diasumsikan konstan.
Perubahan pada entalpi gas adalah perubahan pada kalor sensibel ditambah perubahan
kelembaban dikali dengan kalor penguapan.
18
𝑑𝐻𝑦 = 𝑐𝑠 𝑑𝑇𝑦 + 𝜆0 𝑑ℋ (19.24)
Persamaan (19.27) adalah jalur operasi untuk sebuah menara, dan ditunjukan sebagai
garis lurus pada slope GxcL/Gy’ pada gambar 19.9 antara entalpi udara dengan suhu air. Garis
kesetimbangan memberikan entalpi pada udara jenuh dengan uap air (Persamaan 19.25)
sebagai fungsi suhu. Diagram entalpi-suhu untuk Menara pendingin adalah sama dengan
kolom stripping, namun energi dari zat terlarut dipindahkan dari air ke udara.
19
Gambar 19.9 Diagram operasi untuk menara pendingin, antara entalpi udara
dengan suhu air.
Jika diketahui suhu air dan kondisi udara masuk, terdapat hubungan antara laju
minimum udara terhadap garis operasi yang menyentuh garis kesetimbangan, seperti terlihat
pada gambar 19.9. Dikarenakan kurvatur dari garis kesetimbanagn, laju udara minimum
terkadangan ditentukan oleh sebuah garis singgung terhadap kurva. Laju udara biasanya
dipilih antara 1,2 hingga 2 kalinya dari nilai minimum.
Dimana ℎ𝑥 𝑎 = koefisien volumetrik perpindahan panas cairan. Laju perpindahan panas dari
permukaan ke gas adalah
20
Dimana ℎ𝑦 𝑎 = koefisien volumetrik perpindahan panas gas.
Laju perpindahan massa uap air melalui lapisan gas umumnya menggunakan laju alir
molar dan fraksi mol driving force. Diasumsikan gas encer jadi (1 − 𝑦)𝐿 ≅ 1.0.
Karena kelembaban udara rendah, 𝐺𝑀 ≅ 𝐺𝑦′ /𝑀𝐵 dimana 𝑀𝐵 adalah berat molekul gas
masuk (udara), y diperkirakan sebanding terhadap ℋ dan ℋ/𝑀𝐴 ≪ 1/𝑀𝐵 , persamaan
(19.30) dapat diubah menjadi
𝐺𝑦′ (𝜆0 𝑑ℋ + 𝑐𝑠 𝑑𝑇𝑦 ) = [𝑘𝑦 𝑎𝑀𝑏 [𝜆0 (ℋ𝑖 − ℋ) + 𝑐𝑠 (𝑇𝑖 − 𝑇𝑦 )]𝑑𝑍 (19.34)
Karena nilai yang terdapat di dalam tanda kurung “( )” di sisi sebelah kiri merupakan
perubahan diferensial dalam entalpi dan suku yang berada di dalam tanda kurung besar “[ ]”
adalah perbedaan entalpi, persamaan (19.34) menjadi
Dengan demikian laju perubahan entalpi gas sebanding dengan perbedaan antara
entalpi di permukaan dan di bulk gas, dan koefisien perpindahannya adalah gas normal-
koefisien perpindahan lapisan dikalikan dengan 𝑀𝐵 , karena 𝐺𝑦′ 𝑑𝑎𝑛 𝐻 basisnya adalah massa,
bukan mol.
Untuk menentukan kondisi pada permukaan, laju perpindahan panas pada film cair
disamakan dengan perubahan entalpi gas.
21
membangun garis dasi lereng ini untuk nilai hi yang berbeda, persamaan 19.35 dapat
diintegrasikan untuk mendapatkan tinggi keseluruhan :
𝑑 𝐻𝑦 𝑘𝑦 𝑎𝑀𝐵 𝑍𝑇
∫ = (19.38)
𝐻𝑖 − 𝐻𝑦 𝐺 ′𝑦
Namun, untuk sebagian besar kemasan, tidak ada korelasi yang dipublikasikan
untuk ℎ𝑥 𝑎 dan 𝑘𝑦 𝑎, dan pendekatan yang lebih sederhana berdasarkan koefisien keseluruhan
dan kekuatan penggerak entalpi keseluruhan dapat digunakan.
1 1 𝑚
Dimana = +
𝑘𝑦 𝑎 𝑘𝑦 𝑎𝑀𝐵 ℎ𝑥 𝑎
𝑑𝐻 ∗
𝑚= = kemiringan garis ekuilibrium
𝑑𝑇
𝐻𝑦∗ = entalpi gas dalam kesetimbangan dengan cairan pada suhu 𝑇𝑥
Jumlah unit perpindahan dan tinggi unit perpindahan dapat didefinisikan dengan cara yang
sama seperti penyerapan gas.
𝑑𝐻𝑦 𝑍𝑇
∫ = 𝑁𝑜𝑦 = (19.40)
𝐻𝑦∗ − 𝐻𝑦 𝐻𝑜𝑦
Dimana 𝐻𝑜𝑦 = 𝐺 ′ 𝑦 /(𝑘𝑦 𝑎)
Sebuah tower pendingin dengan aliran berlawanan arah mengangkat udara keatas
beroperasi dengan suhu air masuk dan keluar sebesar 105 dan 85°F ketika udara mempunyai
suhu dry bulb dan wet bulb sebesar 90 dan 76°F. Tower mempunyai tinggi 4 ft berisi
tumpukan plastik, dan flow rate sebesar 𝐺𝑦 = 2,000 lb/h 𝑓𝑡 2 dan 𝐺𝑥 = 2,200 lb/h 𝑓𝑡 2 . (a)
22
Tentukan nomer dari transfer unit, tinggi dari transfer unit berdasarkan keseluruhan
penggerak fasa gas dan pendekatan suhu. (b) jika beban pendinginan tetap sama tetapi suhu
udara turun menjadi 70°F dengan suhu wet bulb 60°F, prediksi suhu air dan pendekatan suhu.
Solusi:
a) Kita dapat mengetahui inlet humidity dan humid heat dari grafik psikometrik (fig
19.2)
𝜘𝑏
23
Gambar 19.11 Diagram operasi untuk contoh 19.3.
Titik 𝑇𝑥𝑎 = 105, 𝐻𝑎 = 54.7 dan 𝑇𝑥𝑏 = 85, 𝐻𝑏 = 32.7 kemudian diplot dalam
fig 19.10 sebagai titik akhir dari garis operasi. Jumlah dari unit transfer didapat dari
menentukan driving force pada tengah kolom dan menggunakan log mean Δ𝐻 untuk
mendapat unit transfer untuk setiap section.
𝑻𝒙 𝑯∗ H 𝑯∗ − 𝑯 ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
(𝑯∗ − 𝑯)𝑳 ∆𝑵
𝑁𝑂𝑦 = 1,82
4
𝐻)𝑦 = = 2.2 𝑓𝑡
1.82
24
Η𝑏 = 0.009 c𝑠 = 0.244
Lokasi garis operasi kita dapatkan dengan cara melakukan trial untuk
memberikan beberapa unit transfer. Untuk 𝑇𝑥𝑎 = 95℉, 𝑇𝑥𝑏 = 75℉, 𝑁0𝑦 = 1.78 yang
juga mendekati 1.82. Garis operasi ditunjukan sebagai garis putus – putus pada fig
19.9. Pendekatan ke suhu wet-bulb adalah
𝑇𝑥𝑏 − 𝑇𝑤 = 75 − 60 = 15℉
Posisi garis operasi sangat tergantung dengan temperatur wet-bulb dari udara
yang masukj. Perubahan temperatur dry-bulb hampir tidak memberikan efek sama
sekali. Jika udara 100 persen jenug, proses pendinginan akan tetap berlangsung
selama tempertaur air lebih besar dari temperatur wet-bulb. Pada praktiknya, tower
jarang sekali didesain untuk pendekatan kurang dari 5°F (2.8°C), dan pendekatan 10
sampai 15°F (5.6 sampai 8.3 °C) sangat mirip. Seperti ditunjukkan pada contoh 19.3,
mengurangi temperatur wet-bulb akan mengurangi temperatur air keluaran, tetapi
pendekatannya cenderung naik dikarenakan curvature dari garis kesetimbangan.
Jika laju alir gas ataupun cairan berubah, beberapa perubahan dari jumlah unit
transefr dapat diprediksi.Koefisien Lapisan Gas bertambah sekitar 0.8 pangkat laju
gasnya, jadi apabila lapisan gas terkontrol, 𝐻0𝑦 bertambah 0.2 pangkat 𝐺𝑦′ .
Mengurangi laju cairan akan menyebabkan kenaikan 𝐻0𝑦 , karena ketidaklengkapan
dari wetting of the packing.
Symbols
𝐴 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛, 𝑚2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓𝑡2
𝑚2 𝑓𝑡2
𝑎 = 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟, 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑚3 𝑓𝑡3
𝑏 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 (19.17)𝑑𝑎𝑛 (19.18)
𝑗 𝐵𝑡𝑢
𝐶𝑝 = 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟, 𝑚𝑜𝑙. 𝐶 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑚𝑜𝑙 . 𝐹
𝑔 𝑙𝑏
25
BAB 24
DRYING
DEFINISI
Secara umum, pengeringan zat padat artinya menghilangkan sejumlah kecil air atau
cairan lainnya dari material padat untuk mengurangi jumlah cairan residu hingga ke jumlah
yang dapat ditolerir. Pengeringan biasanya adalah langkah terakhir dalam rangkaian operasi
dan hasil dari pengeringan langsung siap untuk dikemas.
Air atau cairan lainnya dihilangkan dari zat padat dengan cara mekanis seperti ditekan
atau disentrifugasi, maupun secara termal melalui vaporisasi atau penguapan. Bab ini dibatasi
untuk pengeringan melalui penguapan termal, walaupun pengeringan secara mekanis
sebenarnya lebih murah dan tetap dianjurkan agar diaplikasikan sebelum umpan dimasukkan
ke heated dryer.
Kandungan cairan dalam substansi kering bervariasi di setiap produk. Produk yang
tidak mengandung cairan disebut bone-dry. Namun lebih umumnya, produk mengandung
cairan, misalnya garam dapur yang dikeringkan mengandung 0.5% air, 4% air pada batu bara
yang dikeringkan, dan 8% pada kasein yang dikeringkan. Kekeringan merupakan suatu istilah
yang sifatnya relative, dan pengeringan berarti mengurangi kandungan kelembaban dari nilai
awal hingga mencapai nilai akhir yang dapat diterima.
Zat padat yang dikeringkan bisa dalam berbagai bentuk seperti serpihan, butiran,
kristal, bubuk, lempengan, atau pun lembaran., pula memiliki sifat yang beragam. Cairan
yang akan diuapkan bisa berada di permukaan seperti pada pengeringan kristal garam; bisa
juga berada sepenuhnya di dalam zat padat, misalnya pada penghilangan pelarut dari
lembaran polimer; atau pun sebagian di dalam dan sebagian di luar. Umpan yang dimasukkan
ke beberapa dryer adalah cairan yang mana terdapat zat padat di dalamnya dalam bentuk
partikel maupun larut. Kemudian produk hasil pengeringannya, misalnya garam dan zat padat
anorganik lainnya, menjadi tahan terhadap perlakuan kasar dan temperature tinggi. Namun
ada pula zat padat seperti pangan dan bahan farmasi yang harus ditangani dengan perlakuan
yang halus dan pada temperature suhu rendah hingga sedang. Karenanya, banyak opsi jenis
pengering yang tersedia di pasaran. Perbedaannya terletak pada cara perpindahan zat padat
dalam area pengeringan dan cara transfer panas didalamnya.
26
2. Non adiabatic atau indirect dryers : dryers yang mana panas ditransfer ke zat padat
melalui media eksternal seperti uap yang berkondensasi, biasanya melalui permukaan
logam yang mengalami kontak langsung dengan zat padat.
3. Dryers yang dipanaskan dengan dielektrik, pancaran panas (radiasi), atau energi
gelombang mikro.
Beberapa dryers bisa memiliki lebih dari satu cara perpindahan panas, misalnya paduan gas
panas dengan permukaan panas atau gas panas dengan radiasi.
27
Gambar 24.1 Pola dari interaksi gas-padat pada dryer: (a) aliran gas melalui unggun padat statis; (b) gas
melalui unggun padat yang terbentuk sebelumnya; (c) aksi showering pada rotary dryer; (d) unggun padat
terfluidisasi; (e) aliran gas-padat cocurrent dalam konveyor flash dryer pneumatik.
Di pengering non adiabatik, satu-satunya gas yang dihilangkan adalah uap air atau
pelarut, walaupun terkadang ada sejumlah kecil ‘sweep gas’ (umumnya udara atau
nitrogen) yang melewati unit tersebut. Pengering non adiabatik berbeda terutama dalam
cara zat padat terekspos ke permukaan panas atau ke sumber panas lainnya.
1. Zat padat disemprotkan ke atas permukaan horizontal yang diam atau bergerak
perlahan dan ‘dimasak’ hingga kering. Permukaan tersebut bisa dipanaskan secara
elektrik atau melalui fluida yang memanaskannya seperti uap panas atau air panas.
Atau bisa juga dengan pemanas radiasi di atas zat padat tersebut.
2. Zat padat digerakkan di atas permukaan panas, biasanya berbentuk silidris,
dengan bantuan pengaduk, screw, atau paddle conveyor.
3. Zat padat dislncurkan dengan bantuan gaya gravitasi di atas permukaan panas
yang condong atau dibawa ke atas dengan permukaan selama waku tertntu lalu
diluncurkan ke tempat baru.
PRINSIP-PRINSIP PENGERINGAN
Mengingat banyaknya ragam material yang dikeringkan di dalam peralatan komersil
dan banyaknya jenis peralatan yang digunakan, maka tidak ada satu teori pun mengenai
pengeringan yang dapat mencakupi semua jenis bahan dan peralatan yang ada. Variasi bentuk
dan ukuran bahan, keseimbangan kebasahannya (moisture), mekanisme aliran bahan
pembasah dalam zat padat, serta metode pemberian kalor yang diperlukan untuk penguapan –
semua itu menyebabkan tidak dapat dilakukan satu pembahasan tunggal melainkan lebih
mengandalkan kepada prinsip-prinsip umum yang digunakan secara semikuantitatif.
Pengering jarang sekali dirancang sendiri oleh pemakai, tetapi biasanya dibeli dari
perusahaan-peusahaan yang mengkhususkan diri pada perekayasaan dan fabrikasi peralatan
pengeringan.
Dalam pengering tumpak (batch dryer) yang menggunakan medium pemanas dengan
suhu konstan (gambar .a), suhu zat padat yang basah mengalami peningkatan yang cepat dari
nilai awal 𝑇𝑠𝑎 menjadi suhu penguapan 𝑇𝑣 . Pada pengeringan nonadiabatik yang tidak
menggunakan sweep gas, 𝑇𝑣 boleh dikatakan sama dengan titik didih zat cair pada tekanan
yang terdapat di dalam pengering. Jika menggunakan sweep gas atau jika pengering bersifat
adiabatik, 𝑇𝑣 adalah atau mendekati suhu wet-bulb gas (yang sama dengan suhu jenuh
28
adiabatik, apabila gasnya adalah udara dan zat cair yang diuapkan adalah air). Penguapan
berlangsung pada 𝑇𝑣 selama beberapa waktu; artinya sebagian besar zat cair itu diuapkan
pada suhu jauh di bawah suhu medium pemanas. Menjelang tahap akhir pemanasan, suhu zat
padat naik hingga mencapai 𝑇𝑠𝑏 , yang dapat lebih tinggi sedikit dari 𝑇𝑣 , atau bahkan jauh
lebih tinggi.
Waktu pengeringan yang ditunjukkan oleh Gambar 24.2. mungkin hanya beberapa
detik saja, tetapi mungkin pula sampai beberapa jam. Zat padat tersebut dapat berada pada
suhu 𝑇𝑣 selama sebagian besar dari siklus pengeringan, dan mungkin pula hanya selama
fraksi kecil siklus tersebut. Suhu medium pengering dapat konstan seperti pada gambar,
tetapi dapat pula diprogram untuk berubah selama berlangsungnya proses pengeringan.
Gambar 24.2 .Pola suhu dalam pengering: (a) pengering tumpak (batch); (b) pengering adiabatik lawan-arah
aliran terbuka (continuous)
Pada pengering kontinu ideal, setiap partikel atau elemen zat padat mengalami suatu
siklus yang serupa dengan yang digambarkan pada Gambar .a, selama dalam perjalanannya
dari masuk pengering sampai keluar. Dalam operasi keadaan tunak, suhu pada setiap titik di
dalam pengering kontinu selalu konstan, tetapi berubah di sepanjang pengering. Pada Gambar
.b, terlihat pola suhu dalam pengering adiabatik lawan arah. Pemasukan zat padat dan
pengeluaran gas berlangsung di sebelah kiri, sedangkan pemasukan gas dan pengeluaran zat
padat di sebelah kanan. Dari pola suhu tersebut dapat dilihat bahwa zat padat mengalami
pemanasan cepat dari suhu 𝑇𝑠𝑎 ke 𝑇𝑣 . Suhu penguapan 𝑇𝑣 dapat berubah selama proses
pengeringan walaupun suhu wet-bulb tidak berubah. Di dekat pemasukan gas, zat padat dapat
dipanaskan hingga melebihi suhu 𝑇𝑣 dalam pengering yang relatif pendek, karena energi yang
dibutuhkan untk memanaskan zat padat relatif lebih kecil daripada yang dibutuhkan untuk
penguapan. Untuk material yang sensitif terhadap panas, pengering akan dirancang untuk
menjaga suhu Tsb dekat dengan Tv. Zat panas masuk ke pengering dengan suhu Thb, biasanya
dengan kelembaban (humidity) yang rendah. Profil temperatur dari gas mungkin memiliki
bentuk yang kompleks karena variasi dari temperatur penggerak dan perubahan keseluruhan
koefisien perpindahan kalor dalam proses pengeringan.
29
PERPINDAHAN KALOR DALAM PENGERING
Pengeringan zat padat basah menurut definisinya adalah suatu proses termal.
Walaupun prosesnya bertambah rumit karena adanya difusi di dalam zat padat atau melalui
gas, kita masih dapat mengeringkan berbagai bahan hanya dengan memanaskannya sampai
suhu di atas titik didih zat cair – kadang- kadang sampai jauh diatasnya, untuk membebaskan
sisa-sisa runutan bahan yang teradsorpsi. Zat padat basah, umpamanya dapat dikeringkan
dengan membuatnya terkena pada uap yang sangat panas (super-heated steam). Dalam hal
ini tidak terdapat difusi, dan masalahnya menjadi masalah perpindahan kalor semata-mata.
Dalam kebayakan pengeringan adiabatik, biasanya pengeringan dibatasi oleh perpindahan
kalor, bukan oleh perpindahan massa. Tetapi, banyak pengering dirancang hanya atas dasar
perpindahan kalor saja
Nomor 1, 3, dan 4 biasanya dapat diabaikan terhadap 2. Dalam kasus umum, laju total
perpindahan kalor dapat dihitung sebagai berikut. Jika ṁs ialah massa zat padat kering yang
akan dikeringkan per-satuan waktu, dan Xa dan Xb adalah kandungan zat cair awal dan akhir
yang dinyatakan dalam massa zat cair per massa zat padat kering, maka kuantitas kalor yang
berpindah per satuan massa zat padat qT/ ṁs adalah
𝑞𝑇
= 𝑐𝑝𝑠 (𝑇𝑠𝑏 − 𝑇𝑠𝑎 ) + 𝑋𝑎 𝐶𝑝𝐿 (𝑇𝑣 − 𝑇𝑠𝑎 ) + (𝑋𝑎 − 𝑋𝑏 )λ + 𝑋𝑏 𝑐𝑝𝐿 (𝑇𝑠𝑏 − 𝑇𝑣 )
ṁ𝑠
+ (𝑋𝑎 − 𝑋𝑏 )𝑐𝑝𝑣 (𝑇𝑣𝑏 − 𝑇𝑣 )
(24.1)
Dimana
𝑇𝑠𝑎 = suhu umpan
𝑇𝑣 = suhu penguapan
𝑇𝑠𝑏 = suhu akhir zat padat
𝑇𝑣𝑏 = suhu akhir uap
𝑑 = kalor penguapan
𝑐𝑝𝑠 , 𝑐𝑝𝐿 , 𝑐𝑝𝑣 = berturut-turut, kalor spesifik zat padat, zat cair, dan uap
Persamaan (24.1) berdasarkan pada rata-rata kalor spesifik di antara suhu pada inlet
dan outlet, dan kalor penguapan pada 𝑇𝑣 . Namun jika penguapan terjadi diluar batasan suhu
30
inlet maupun outlet, Persamaan (24.1) tetap dapat digunakan karena total perubahan entalpi
tidak bergantung kepada langkah-langkah proses dari keadaan awal hingga keadaan akhir.
Dalam pengering adiabatik, kalor yang berpindah ke zat padat, zat cair, dan uap
sebagaimana ditunjukan dari Pers (24.1) berasal dari pendinginan gas; pada pengering
adiabatik kontinu neraca kalor menghasilkan
(24.2)
𝑞𝑇 = 𝑚̇𝑔 𝑐𝑠𝑏 (𝑇ℎ𝑏 − 𝑇ℎ𝑎 )
̅̅̅̅
𝑞 = 𝑈𝐴∆𝑇 (24.3)
dimana 𝑞 = laju perpindahan kalor dalam sebuah bagian dari alat pengering
𝑈 = koefisien keseluruhan
𝐴 = luas perpindahan kalor
̅̅̅̅ = rata-rata perbedaan temperatur (belum tentu rata-rata logaritmik)
∆𝑇
̅̅̅̅
𝑞𝑇 = 𝑈𝑎 𝑉∆𝑇 (24.4)
Atau 𝑁𝑡 =
𝑇ℎ𝑏 −𝑇ℎ𝑎 (24.6)
̅̅̅̅
Δ𝑇
Ketika kandungan cair mula-mula padatan tinggi dan sebagian besar panas yang
dipindahkan digunakan untuk vaporisasi, Δ𝑇 ̅̅̅̅ dapat dilihat sebagai perbedaan rerata
logaritmik antara suhu bulb kering dengan bulb basah, maka
𝑇ℎ𝑏 − 𝑇𝑤𝑏
𝑁𝑡 = ln (24.8)
𝑇ℎ𝑎 − 𝑇𝑤𝑏
Dalam persamaan 24.8, diasumsikan bahwa 𝑇𝑣 = 𝑇𝑤𝑏 , yang dapat saja benar maupun salah.
Namun, untuk tujuan perhitungan, asumsi ini sering kali dibuat karena 𝑇𝑣 biasanya tidak
diketahui.
Panjang dari unit perpindahan dan jumlah dari unit perpindahan cocok untuk desain
yang baik dan akan didiskusikan pada “Peralatan Pengeringan”.
KESETIMBANGAN FASA
Data kesetimbangan untuk kebanyakan padatan lembap pada umumnya dinyatakan
sebagai hubungan antara kelembaban realtif antara komponen gas dan cair yang ada pada
padatan, dalam massa cair per satuan padatan sangat kering. Contoh hubungan
kesetimbangan ditunjukkan pada gambar 24.3. Kurva pada jenis ini nyaris independen
terhadap suhu. Absis dari kurva dikonversi ke kelembaban absolut, dalam massa uap per
satuan massa gas kering.
32
Gambar 24.3 Kurva Kelembaban Ekuilibrium pada 25oC
Sisa dari dikusi pada sesi ini berdasarkan pada sistem udara-air, tetapi harus diingat
bahwa prinsip dasar berlaku sama pada gas dan cairan lain.
Ketika padatan basah dikontakkan dengan udara berkelembaban lebih rendah dari
kandungan kelembaban padatan seperti pada kurva kesetimbangan kelembaban, padatan
cenderung kehilangan kelembaban dan mengering sampai mencapai kesetimbangan dengan
udara. Ketika udara lebih lembap dari padatan yang dalam kesetimbangan dengannya,
padatan menyerap kelembaban dari udara hingga kesetimbangan tercapai.
Padatan berpori seperti katalis atau adsorben sering memiliki kadar air
kesetimbangan yang cukup besar pada kelembaban relatif moderat. Air dalam fasa cair di
kapiler halus memberikan tekanan uap yang tidak normal karena permukaan meniskus yang
sangat cekung. Adsorben seperti silika atau alumina memiliki monolayer air yang sangat
mudah teradsorbsi di permukaan, dan air ini memiliki tekanan uap jauh lebih rendah daripada
air dalam fasa cair. Ranjang partikel tidak berpori seperti pasir memiliki kesetimbangan kadar
air yang dapat diabaikan di udara lembab kecuali partikelnya sangat kecil sehingga fillet
cairan dimana partikel menyentuh memiliki radius kelengkungan yang sangat kecil.
Difusi fasa cair diatur dari perbedaan konsentrasi dalam fraksi mol. Pada padatan
basah, penggunaan fraksi mol tidak terlalu mempengaruhi, dan untuk mempermudah
33
perhitungan padatan kering, kelembaban akan dihitung dalam massa air per unit massa
padatan kering. Konsep ini digunakan pada bab ini.
Air bebas adalah perbedaan antara total kandungan air pada padatan dan kelembaban
seimbang. Jika XT adalah total kandungan kelembaban dan X* adalah kelembaban seimbang,
maka kelembaban bebas X adalah:
𝑋 = 𝑋𝑇 − 𝑋 ∗
34
kelembaban, dan kecepatan dan arah aliran udara melintasi permukaan pengeringan konstan.
Kondisi ini disebut pengeringan di bawah kondisi pengeringan konstan. Perhatikan bahwa
hanya kondisi di aliran udara yang konstan, karena kadar air dan faktor lain dipadatan
berubah seiring waktu dan posisi di unggun.
LAJU PENGERINGAN
Seiring berjalannya waktu, kadar air XT biasanya turun seperti yang ditunjukkan oleh
grafik A pada Gambar 24.4. Setelah periode singkat dimana bahan umpan dipanaskan sampai
suhu penguapan, grafik menjadi hampir linier, lalu berbelok ke arah horisontal, dan akhirnya
turun. Laju pengeringan, yang merupakan turunan dari kurva A, ditunjukkan oleh grafik B;
laju yang terjadi adalah konstan atau sedikit menurun untuk periode yang cukup lama.
Periode ini sering disebut sebagai periode laju konstan, meski laju pengeringannya bisa
sedikit menurun. Berikutnya datang periode penurunan laju, di mana laju pengeringan dapat
menurun secara linier dengan waktu atau mungkin memberi plot yang cekung ke atas atau
cekung ke bawah, tergantung pada sifat padat dan mekanisme aliran air internal. Terkadang,
seperti pada Gambar 24.6 untuk mengeringkan pelat keramik berpori, ada dua periode laju
jatuh.
Periode laju konstan yang ideal terjadi jika padatan sangat basah sehingga film cairan
kontinu ada di atas seluruh permukaan luar. Laju penguapan kira-kira sama dengan laju
penguapan dari genangan cairan, dan hanya jika perpindahan panas hanya terjadi dalam
konveksi melalui film gas, antarmuka gas-cair dan permukaan padat berada pada suhu wet-
bulb.
Gambar 24.4 Plot total konten kelembaban dan laju pengeringan vs waktu pengeringan.
Seiring pengeringan berjalan, periode laju konstan ideal benar-benar dapat dipertahankan
hanya jika beberapa mekanisme membawa air dari dalam pori cukup cepat untuk menjaga
agar seluruh permukaan tetap basah. Beberapa zat padat seperti sabun, mengembang saat
35
sangat basah dan menyusut saat pengeringan. Penyusutan membantu menjaga permukaan
tetap basah dan memperpanjang periode laju konstan. Namun, pengeringan yang cepat juga
bisa membuat permukaan bahan yang kusut keras dan mungkin tahan, menutupi sebagian
besar padatan sehingga kelembaban interior tidak mudah dilepas. Efek ini disebut case
hardening.
Periode laju yang hampir konstan juga dimungkinkan dalam mengeringkan lempeng
berpori dengan berbagai ukuran pori, karena aksi kapiler dapat menjaga pori-pori kecil tetap
penuh cairan sementara permukaan gas-cair di pori-pori besar surut di bawah permukaan.
Tingkat pengeringan kemudian bergantung pada tekanan uap cairan di atas pori-pori kecil,
fraksi permukaan yang basah, dan laju difusi lateral dari daerah basah ke daerah kering relatif
terhadap laju perpindahan massa pada lapisan batas gas.
Contoh lain untuk pemanjangan periode nearly constant rate period dari padatan
granular yang disaring airnya menyebar pada lapisan tipis pada tray. Apabila padatan berada
pada tingkat kealusan yang hampr seragam, pada unggun dari kaca. Air akan melewati pori
dan membuat lapisan surut. Namun, peneliatn 8.15 menunjukkan bahwa pada laju kontan
menghilangkan hampir 80%. Difusi permukaan pada air yang terserap atau laju ke atas dari
air.
Gambar 24.5 Laju pengeringan dalam unggun glass beads, diameter 88 hingga 105 𝜇m, untuk air dan
n-butanol
Dalam reaksi konstan asli, temperature permukaan sama dengan temperature wet
bulb, asalkan tidak ada panas yang ditransfer oleh radiasi atau dengan konduksi melalui
padatan. Namun pada praktiknya, bahan dalam tray pengering kemungkinan akan menerima
radiasi signifikan dari tray di atas dan konduksi dari tray di bawah, yang membuat suhu
penguapan awal lebih tinggi dari pada Twb dan meningkatkan tingkat pengeringan dengan
meningkatkan gaya penggerak untuk difusi uap. Namun, karena sulit untuk menentukan Tv,
koefisien perpindahan panas untuk pengering sering dihitung dengan menggunakan Th-Twb
sebagai motor penggerak.
36
Gambar 24.5 menunjukkan data eksperimental untuk mengeringkan beads kaca pada
unggun kering dalam corong pengering kecil, dengan air atau n-butanol saat cairan diuapkan.
Tingkat pengeringan diplot terhadap kadar air, didefinisikan sebagai persentase volume void
di unggun padat yang berisi cairan. Kurva untuk air menunjukkan tingkat pengeringan
menurun secara perlahan karena kadar air turun menjadi sekitar 20 persen dari nilai awalnya
(padatan kering 4 kg '100 kg), kemudian tingkat penurunannya cepat setelahnya. Untuk n-
butanol, laju awal langsung turun dengan tajam diikuti oleh penurunan yang lebih bertahap
namun tetap signifikan, dengan perubahan tingkat penurunan tajam pada kandungan butanol
sekitar 25 persen dari nilai awal.
Cairan alkohol dan aromatik lainnya memberikan kemiripan pada butanol, dengan
nilai awal laju pengeringan dan linieritas lama masa dari penurunan laju sebelum laju
penurunan tercapai. Meskipun laju pengeringan tidak konstan, dibagian tengah kurva selalu
disebut dengan masa laju yang konstan.
Selama masa laju yang konstan, dimana suhu antarmuka 𝑇𝑖 dapat diasumsikan sama
dengan suhu bola-basah 𝑇𝑤𝑏 (atau dapat dihitung dengan radiasi dan konduksi), laju
pengeringan per unit luas 𝑅𝑐 dapat diperkirakan dari korelasi empiris. Perhitungan
kemungkinan mengacu pada perpindahan massa [(Eq. (24.9)] namun juga selalu mengacu
pada perpindahan panas [(Eq. (24.10)] karena terdapat gaya penggerak yang kecil.
𝑀𝑣 𝑘𝑦 (𝑦𝑖 −𝑦) 𝐴
ṁ𝑣 = (1−𝑦)𝐿
(24.9)
atau
ℎ𝑦 (𝑇−𝑇𝑖 ) 𝐴
ṁ𝑣 = 𝜆𝐿
(24.10)
Dimana
𝑚̇𝑣 = laju evaporasi
A = luas pengeringan
ℎ𝑦 = koefisien perpindahan kalor
𝑘𝑦 = koefisien perpindahan massa
𝑀𝑣 = berat molekuler uap
T = Suhu gas
Ti = Suhu pada permukaan
y = Fraksi mol uap pada gas
yi = Fraksi mol uap pada permukaan
λi = kalor laten pada suhu Ti
Untuk mengestimasi koefisien gas pada aliran turbulen paralel dengan permukaan
padatan, seperti pada pengering tray, persamaan ini dianjurkan untuk digunakan:
ℎ𝑦 𝐷𝑒
𝑁𝑢 = = 0,037𝑅𝑒 0,8 𝑃𝑟 0,33
𝑘
Persamaan ini memberi koefisien 60% lebih besar dibandingkan dengan persamaan Dittus-
Boelter untuk perpindahan kalor pada tabung panjang. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh
permukaan kasar pada tumpukan padatan, tetapi faktor utamanya adalah dikarenakan
37
koefisien tinggi di dekat aliran masuk dimana lapisan batas termal sedang berkembang.
Untuk tabung pendek, efek aliran masuk adalah fungsi L/D, dan untuk aliran turbulen rasio
koefisiennya adalah:
ℎ𝑖 𝐷 0,7
= 1+( )
ℎ∞ 𝐿
Pada alat penukar kalor biasanya L/D ≥ 50 dan efek aliran masuk dapat diabaikan. Namun,
ℎ𝑖
pada pengering tray L/De sekitar 2 sampai 4 dan menjadi 1,6 sampai 1,4. Pada beberapa
ℎ∞
studi laboratorium, L/De hanya sekitar 0,6 sampai 1 dan koefisiennya 2 sampai 3 kali dari
yang diprediksi oleh persamaan Dittus-Boelter.
Beberapa edisi sebelumnya terdapat persamaan dimensi dari buku Perry:
ℎ𝑦 = 8,8𝐺 0,8 /𝐷0,2
Saat aliran tegak lurus terhadap permukaan, pada kecepatan udara diantara 0,9 dan 4,5
m/s, persamaannya
ℎ𝑦 = 24,3𝐺 0,37
Dalam satuan fps, dengan h dalam Btu/ft2hoF dan G dalam lb/ft2h, koefisien
persamaan di atas adalah 0,37.
Laju konstan pengeringan Rc adalah
𝑚̇ 𝑣 ℎ𝑦 (𝑇 − 𝑇𝑖 )
𝑅𝑐 = =
𝐴 𝜆𝑖
38
Gambar 24.6 Kurva laju pengeringan untuk pelat keramik berpori
Apabila tekanan awal kadar kelembaban solid di bawah nilai kritis, maka tidak ada
periode laju konstan.
Kadar kelembaban kritis bukan hanya sifat dari suatu material yang dikeringkan. Nilai
ini bervariasi terhadap ketebalan dari material, laju pengeringan, resistansi terhadap
perpindahan massa dan panas di dalam padatan. Pengurangan ketebalan material akan
memberikan kadar kelembaban kritis yang rendah, karena resistansi internal menjadi relatif
kecil dan resistansi eksternal mengontrol laju pengeringan untuk jangka waktu yang lebih
panjang.
Untuk padatan partikulat seperti pasir atau tanah liat, kadar kelembaban kritis
berkurang seiring dengan pertambahan ukuran partikel dalam rentang 5 – 200 𝜇m, tetapi akan
membesar untuk partikel yang lebih kasar.
39
(a) Koefisien h dari persamaan 24.11. untuk udara pada 160 F dan 1 atm, uap air
diabaikan
29 492
𝜌= 𝑥 = 0.0641 𝑙𝑏 /𝑓𝑡 3
369 620
𝑙𝑏
𝐺 = 8 𝑥 3600 𝑥 0.0641 = 1.846 . 𝑓𝑡 2
ℎ
𝜇 = 0.0205 𝑐𝑃 (𝐴𝑝𝑝. 8)
0.5 𝑥 1.846
𝑅𝑒 = = 1.86 𝑥 104
0.0205 𝑥 2.42
𝑃𝑟 = 0.69
𝐵𝑡𝑢
𝑘 = 0.0171 . 𝑓𝑡 ℉ (𝐴𝑝𝑝. 12)
ℎ
𝑁𝑢 = 0.037(1.86 𝑥 104 )0.8 (0.69)0.33 = 85.2
85.2 𝑥 0.017 𝐵𝑡𝑢
ℎ𝑦 = = 2.9 . 𝑓𝑡 2 ℉
0.5 ℎ
(b) Selama pengeringan dari kedua sisi, area A adalah 2 x (24/12)2 = 8 ft2, laju
pengeringan
𝑙𝑏
𝑚𝑣 = 0.221 𝑥 8 = 1.77
ℎ
2 7 2
Volume cake adalah (24/12) x 12 = 0.667 ft dan massa solid bone-dry adalah 120 x
0.667 = 80 lb. jumlah kelembaban yang tervaporisasi adalah 80 (0.20 – 0.10) = 8 lb.
Maka, waktu pengeringan 𝑡𝑇 adalah 8/1.77 = 4.52 jam.
Mengintegralkan persamaan (24.14)antara X1 dan X2 , konten kadar air bebas awal dan akhir,
masing-masing diberi,
ms X1 d X
tT ∫X (24.15)
A 2 R
Dimana, t T sebagai total waktu pengeringan. Persamaan (24.15) dari integrasi angka dari
nilai kurva pengeringan atau analisis jika persamaan menggunakan R sebagai fungsi dari X.
Pada periode konstan R=Rc , dan waktu pengeringan sederhana
ms (X1 −X2 )
tc = (24.16)
ARc
Pada periode laju menurun, kurva laju pengeringan cembung ke atas yang berarti laju
pengeringan menurun kurang cepat daripada kadar air padatan. Sebagai perkiraan laju
pengeringan dapat dianggap proposional dengan kadar air. Kemudian ,
R = aX (24.17)
Dari persamaan (24.14)
−ms dX
aX = (24.18)
A dt
Mengintegrasikan Xc dan X2, konten kritikal dan kelembaban bebas akhir, diberikan
41
𝑋 𝑎𝐴
ln (𝑋𝑐 ) 𝑚 (𝑡𝑇 − 𝑡𝑐 ) (24.19)
2 𝑠
Karena 𝑎 = 𝑅𝑐 /𝑋𝑐
𝑚𝑠 𝑋𝑐 𝑋
(𝑡𝑇 − 𝑡𝑐 ) = 𝑙𝑛 (𝑋𝑐 ) (24.20)
𝐴𝑅𝑐 2
𝑚 𝑋
𝑡𝑇 = 𝐴𝑅𝑠 (𝑋1 − 𝑋𝑐 + 𝑋𝑐 + 𝑙𝑛 𝑋𝑐 ) (24.21)
𝑐 2
Persamaan (24.21) dapat digunakan untuk mengestimasi drying time (waktu pengeringan)
pada berbagai kondisi yang berbeda. Jika kurva drying-rate menunjukkan penurunan tajam
bertingkat selama periode falling-rate (laju penurunan), persamaan (24.21) tidak berlaku dan
efek dari berubahnya parameter drying tidak dapat diprediksi dengan mudah.
42
dari zat padat. Dan juga, sebagai perkiraan, semua pengeringan berlangsung pada
periode laju-tetap, meskipun bagian atas dari bed (hamparan) aka nada di periode
falling-rate (laju penurunan) untuk sebagian waktu.
43
Jika Tw diasumsikan konstan (yang mana tidak sepenuhnya benar untuk bagian atas
dari hamparan saat kandungan kebasahan kritis tercapai), persamaan ini dapat
diintegralkan menjadi
𝑇ℎ𝑏 − 𝑇𝑤 ℎ𝐴
ln =
𝑇ℎ𝑎 − 𝑇𝑤 𝑚̇𝑔 𝑐𝑠
Per kaki persegi permukaan, laju alir massa udara adalah
𝑙𝑏
𝑚𝑔 = 4 𝑥 3600 𝑥 0,0641 = 923
𝑗𝑎𝑚
Dari gambar 19.2, cs = 0,245. Jadi
𝑇ℎ𝑏 − 𝑇𝑤 28,4 𝑥 12,9
ln = = 1,62
𝑇ℎ𝑎 − 𝑇𝑤 923 𝑥 0,245
Oleh karena Thb - Tw = 160 -80 = 80oF,
𝑇ℎ𝑏 − 𝑇𝑤 = 15,83𝑜 𝐹
80 − 15,83
̅̅̅̅̅𝐿 =
Δ𝑇 = 39,6𝑜 𝐹
80
ln( )
15.83
Jika QT adalah laju perpindahan kalor dan tT adalah waktu pengeringan,
𝑄𝑇
𝑞𝑇 = ̅̅̅̅̅𝐿
= ℎ 𝐴 Δ𝑇
𝑡𝑇
= 28,4 𝑥 12,9 𝑥 39,6
= 14,500 𝐵𝑡𝑢/𝑗𝑎𝑚
Dari sini, karena QT = 839 Btu,
839
𝑡𝑇 = = 0,058 𝑗𝑎𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑢 3,5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
14,500
Perhatikan bahwa kandungan kebasahan akhir sebesar 10 persen pada Contoh 24.2
adalah nilai rata-rata untuk semua padatan. Lapisan atas, yang terpapar pada udara paling
panas, akan dikeringkan menjadi 10 persen kebasahan selama sekitar 1.7 menit, sehingga
pada akhir waktu pengeringan 3.5 menit lapisan atas akan lebih kering dari rata-rata dan
lapisan bawah masih akan memiliki kebasahan sekitar 16 persen. Walaupun berat padatan
pada Contoh 24.2 hanya 40 persen dari Contoh 24.1, jumlah padatan kering per satuan waktu
dengan pengeringan sirkulasi-tembus lebih dari 20 kali lipat daripada dengan pengeringan
sirkulasi-silang. Memang benar bahwa ini adalah untuk pengeringan laju-tetap, tetapi laju
dalam perioda laju-menurun juga meningkat, terutama karena berkurangnya jarak difusi.
44
Perpindahan partikel tersuspensi dapat diestimasi dengan Persamaan (17.75) dengan
mengasumsikan angka Nusselt atau Sherwood adalah 2,0 dan limit laju relatif adalah nol.
Seperti pengering umbun fluida (fluid bed-dryers) yang akan dijelaskan selanjutnya, tidak
selalu memungkinkan untuk menghitung perubahan temperatur rata-rata atau gaya penggerak
perpindahan massa (mass-transfer driving force) antara gas dan solid, dan laju pengeringan
yang dicari dengan eksperimen.
Difusi internal pada partikel bola dapat diestimasi dari persamaan analog ke
Persamaan (10.32).
Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan partikel individu umumnya sangat
singkat sehingga laju konstan dengan laju jatuh (falling rate) tidak ada perbedaannya. Pada
1
flash dryer dan pada jenis spray dryer, pengeringan selesai dilakukan dalam waktu sampai
2
5 detik.
FREEZE-DRYING
Lyophilization atau freeze-drying adalah proses untuk mengeringkan makanan,
vitamin, dan produk sensitif panas lainnya pada temperatur dibawah 0oC. Bahan yang
dikeringkan secepatnya didinginkan dan ditempatkan di dalam lapisan tipis pada tray dalam
ruang vakum spesial, atau bahan itu dapat didinginkan di tempat dengan refrigeran yang
bersirkulasi di dalam rongga tray. Vakum penuh diterapkan dan fluida dialirkan melalui tray
untuk menyuplai panas dari sublimasi. Selama proses pengeringan, ice front keluar dari
permukaan, meninggalkan zona padat berpori hampir kering (dry porous solid). Pada
kebanyakan periode pengeringan, temperatur ice front mendekati konstan pada nilai dibawah
0oC. Temperatur ini ditentukan dari neraca antara laju perpindahan panas yang melalui zona
kering (dry zone) dan film gas eksternal (external gas film) dengan laju perpindahan massa
uap air melalui daerah yang sama. Hal ini sama dengan neraca dalam perhitungan temperatur
gas wet-bulb, namun pada freeze-drying, resistansi untuk perpindahan panas dan perpindahan
panas meningkat seiring waktu.
Profil temperatur dan tekanan parsial digambarkan dalam Gambar 24.7 untuk material
yang dikeringkan dari dua sisi. Screen atau sekat antara material dengan permukaan pemanas
memungkinkan keluarnya uap air dengan menambahkan beberapa resistansi pada
perpindahan kalor. Resistansi utama terhadap perpindahan panas dan perpindahan massa
berada di zona kering material, dan waktu pengeringan hampir sebanding dengan kuadrat dari
ketebalan sampel. Waktu pengeringan umumnya beberapa jam lamanya, karena panas yang
dibutuhkan untuk sublimasi jauh lebih besar daripada perubahan entalpi padatan kering, dan
perbedaan suhu lebih kecil dari pada jenis pengeringan lainnya.
45
Gambar 24.7 Gradien pada freeze-drying.
PERALATAN DRYING
Dari sekian banyak jenis pengering komersial yang tersedia, hanya sejumlah kecil
jenis yang penting dan dipertimbangkan di sini. Kelompok pertama dan lebih besar terdiri
dari pengering untuk zat padat pejal atau granular dan pasta semipadat; kelompok kedua
terdiri dari pengering yang dapat menerima umpan slurry atau cairan.
Tray Dryers
Batch tray dryer yang biasa digunakan ditunjukkan pada Gambar 24.8. Alat ini terdiri
dari chamber persegi panjang dari lapisan logam mengandung dua truck yang menjadi
penahan dari rack H. Setiap rack membawa sejumlah tray tipis, sekitar 750mm (30 in.)
persegi dan ketebalan 50-150mm (2-6in.), yang terisi dengan material yang ingin
dikeringkan. Udara yang telah dipanaskan disirkulasikan pada laju 2-5m/s (7-15ft/s) di antara
tiap tray oleh fan C dan motor D dan melintasi heater E. Baffles G menyebarkan udara secara
merata ke seluruh tumpukan tray. Sejumlah udara lembab dilepaskan secara kontinu melalui
exhaust duct B; udara makeup masuk melalui inlet A. Racks terpasang pada truck wheels I,
sehingga pada tahap akhir siklus pengeringan trucks dapat ditarik keluar dari chamber dan
dibawa ke bagiang tray-dumping.
46
Gambar 24.8. Tray dryer
Tray dryers sangat berguna ketika laju produksi rendah. Dryer ini dapat
mengeringkan hampir seluruh material, namun karena dibutuhkan tenaga kerja untuk melepas
dan memasang alat, maka operasinya menjadi mahal. Aplikasi paling sering dari dryer ini ada
pada pembuatan produk berharga seperti pewarna dan obat-obatan. Pengeringan dengan
sirkulasi udara melintasi lapisan stasioner padat berlangsung lambat, dan siklus
pengeringannya panjang: 3 sampai 48 jam per batch. Terkadang pengeringan through-
circulation digunakan, namun selalu tida ekonomis atau dibutuhkan dalam batch dryer
karena mengurangi siklus pengeringan tidak mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
setiap batch. Penghematan energi mungkin saja berarti.
Tray dryers dapat beroperasi dalam keadaan vakum, sering dengan pemanasan tidak
langsung. Trays dapat diletakkan di atas pelat logam berongga yang dilengkapi uap atau air
panas atau dapat juga tray itu sendiri mengandung ruang untuk cairan pemanas. Uap dari
padatan dihilangkan oleh ejector atau pompa vakum. Sejumlah kecil aliran nitrogen kadang
ditambahkan untuk membantu membawa uap tersebut, namun kebanyakan panas dari
penguapan dating dari konduksi antara tray dan moist solid. Pengering vakum jauh lebih
mahal dari dryer yang beroperasi pada tekanan atmosfer, namun lebih disukai untuk material
yang sensitif pada panas. Pengambilan kembali pelarut organic yang digunakan juga lebih
mudah dibanding jika menggunakan aliran udara dalam jumlah besar pada pengering
adiabatis.
Screen-conveyor dryers
Jenis through-circulation screen-conveyer dryer ditampilkan pada gambar 24.9.
Sebuah lapisan material setebal 25-150mm (1-6 in.) yang akan dikeringkan dibawa secara
perlahan oleh traveling metal screen melalui drying chamber atau tunnel panjang.
47
Gambar 24.10 Through-circulation screen-conveyer dryer
48
melalui sebuah jaket eksternal, atau oleh uap yang mengkondensasi dalam sebuah set dari
pipa longitudinal yang dipasang pada permukaan dalam silinder.
Yang terakhir dari jenis ini disebut uap-pipa pengering yang berputar (steam-tube rotary
dryer). Dalam sebuah pengering yang berputar langsung-tidak langsung gas panas pertama
lewat melalui jaket dan kemudian melalui silinder, di mana gas panas masuk kedalam kontak
dengan padatan.
Pemanas udara pengering berputar yang bertipe adiabatik arus-balik ditunjukkan pada
Gambar 24.11. Silinder A yang berputar terbuat dari lapisan baja didukung oleh 2 set alat
penggilas B dan didorong oleh roda gigi dan sayap C. Di bagian ujung atas adalah kap D, di
mana terhubung melalui ventilator E menuju cerobong, dan corong F, di mana membawa
material basah dari corong umpan (feed hopper).
Gambae 24.11 Countercurrent air-heated rotary dryer: A, cangkang dryer; B, roll penyangga cangkang; C, drive
gear; D, air discharge hood; E, discharge fan; F, feed chute; G, lifting flights; H, product discharge; J, pemanas
udara.
49
Pembawa aliran (flights) G, di mana membawa material yang dikeringkan dan
menjatuhkannya melalui arus udara panas, bersatu di dalam silinder. Di ujung bawah, produk
yang dikeringkan dilepaskan ke baling-baling konveyor H. Di luar baling-baling konveyor
terdapat pipa tambahan pemanas uap air yang memanaskan udara lebih dulu. Udara
dipindahkan melalui pengering oleh ventilator, yang memungkinkan, jika dikehendaki,
dilepaskan ke pemanas udara agar keseluruhan sistem berada di tekanan yang positif.
Kemungkinan lain, ventilator mungkin ditempatkan pada cerobong seperti yang ditunjukkan,
agar menarik udara melewati pengering dan menjaga sistem berada di sedikit hampa. Hal ini
diiinginkan ketika material cenderung berdebu. Pengering berputar jenis ini digunakan secara
luas pada garam, gula dan semua jenis butiran dan material kristal yang harus dijaga bersih
dan kemungkinan tidak terbuka langsung pada gas buang yang sangat panas.
Laju alir massa gas yang diizinkan pada pengering berputar kontak-langsung
bergantung pada karakteristik penghilangan debu dari padatan yang dikeringkan dan berjarak
dari 2000 sampai 25.000 kg/m2.h (400 sampai 5000 lb/ft2.h) untuk partikel kasar. Suhu gas
yang masuk biasanya 120 sampai 1750C (250 sampai 3500F) untuk pemanas steam dan 550
sampai 8000C (1000 sampai 15000F) untuk gas buang dari tungku pembakaran. Diameter
pengering berkisar antara 1 sampai 3 m (3 sampai 10 ft), kecepatan di sekeliling silinder
umumnya 20 sampai 25 m/menit (60 sampai 75 ft/min).
Pengering berputar didesain berdasarkan dasar dari perpindahan panas. Persamaan
dimensional empiris untuk koefisien volumetrik perpindahan panas Ua adalah
0,5𝐺 0,67
𝑈𝑎 = (24.22)
𝐷
3 0 2
di mana Ua dalam Btu/ft .h. F, G adalah laju alir massa gas dalam lb/ft .h pada luas
penampang pengering, dan D adalah diameter pengering dalam feet. Laju perpindahan panas
qT, dari persamaan (24.4) adalah
0,5𝐺 0,67
𝑞𝑇 = ̅̅̅̅
𝑉∆𝑇
𝐷
= 0,125𝜋 𝐷𝐿𝐺 0,67 ̅̅̅̅
∆𝑇
(24.23)
di mana V = volume pengering, ft3
L = panjang pengering, ft
̅̅̅̅ = selisih rata-rata suhu, diambil sebagai sifat logaritmik dari penurunan
∆𝑇
bola basah (wet-bulb) pada keadaan masuk dan keluar di dalam pengering
50
Penyelesaian
Mengingat bahwa zat padat itu peka-panas, akan kita gunakan operasi arus
searah. Suhu gas keluar didapatkan dari Pers 24.8 untuk pengeringan adiabatic.
Andaikan banyaknya satuan perpindahan ialah 1,5; Suhu cembul-basah masuk
Twb dari gambar 19.2 adalah 102 °F. Oleh karena Tha ialah 260 °F, Pers 24.8
memberikan:
260 − 102
𝑁𝑡 = 1.5 = 𝑙𝑛
𝑇ℎ𝑎 − 102
Dari sini didapatkan Tha = 137 °F, dan Tsb dapatlah diberi nilai maksimum yang
diperbolehkan, yaitu 125 °F
Besaran-besaran lain yang diperlukan adalah
Btu
𝜆 𝑝𝑎𝑑𝑎 102°F = 1036 (𝐿𝑎𝑚𝑝𝑖𝑟𝑎𝑛 7)
lb
Kalor spesifik, dalam Btu/lb °F,
𝐶𝑝𝑠 = 0,52 𝐶𝑝𝑣 = 0,45 (Lampiran 14) 𝐶𝑝𝐿 = 1,0
Juga
𝑋𝑎 = 0,15𝑋𝑏 = 0,005 𝑚𝑠 = 2800 𝑙𝑏/𝑗𝑎𝑚
Maka laju perpindahan massa adalah
𝑚𝑣 = 𝑚𝑠 (𝑋𝑎 − 𝑋𝑏 ) = 2800(0,15 − 0,005) = 406 𝑙𝑏/𝑗𝑎𝑚
Beban kalor didapatkan dari substitusi ke persamaan 24.1:
𝑞𝑇
= 0,52(125 − 80) + 0,15 𝑥 1.0 (102 − 80) + (0,15 − 0.005)(1.036)
𝑚𝑠
+ 0.005 𝑥 1.0(125 − 102) + 0.145 𝑥 0.45(137 − 102)
= 23.4 + 3.3 + 150.2 + 0.1 + 2.3 = 179.3 𝐵𝑡𝑢/𝑙𝑏
Hanya suku pertama dan ketiga yang agak besar.
Maka, qT = 179,3 x 2800 = 502,040 Btu/jam
Laju airan udara masuk didapatkan dari neraca kalor dan kalor lembap Csb. Dari
gambar 19.2, Csb = 0.245 Btu/lb °F. Maka
𝑞𝑇
𝑚𝑔 (1 + ℋ𝑏 ) =
𝑐𝑠𝑏 (𝑇ℎ𝑏 − 𝑇ℎ𝑎 )
502,040
= = 16660 𝑙𝑏/𝑗𝑎𝑚
0,245(260 − 137)
16660 𝑙𝑏
Oleh karena ℋ𝑏 = 0,01, 𝑚𝑔 = = 16,495 𝑗𝑎𝑚 udara kering
0,1
Kelembaban keluar ℋ𝑎
𝑚𝑣 406
ℋ𝑎 = ℋ𝑏 + = 0.01 + = 0.0346 𝑙𝑏/𝑙𝑏
𝑚𝑔 16495
Pada suhu cembul-kering Tha sebesar 137 °F, suhu cembul-basah Twa untuk ℋ𝑎 =
0.0346 adalah 102 °F, sama dengan Twb (dan memang seharusnya begitu untuk
pengeringan adiabatic)
51
Diameter pengering didapatkan dari kecepatan massa yang diperbolehkan dan
dari laju aliran udara masuk. Udara G = 700 lb/ft3 jam, luas penampang
pengering itu haruslah 16600/700 = 23,8 ft3, dan diameter pengering adalah
4 𝑥 23,8 0,5
𝐷=( ) = 5,50 𝑓𝑡(1,68 𝑚)
𝜋
Panjang pengering diberikan oleh persamaan 24.22
𝑞𝑇
𝐿=
0.125𝜋 𝐷𝐺 0.67 Δ𝑇
Beda suhu pukul rata logaritmik adalah
(260 − 102) − (137 − 102)
̅̅̅̅ =
∆𝑇 = 81,6°𝐹
260 − 102
ln[ ]
137 − 102
Jadi
502,040
𝐿= = 35,4 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛𝑙𝑎ℎ 36 𝑓𝑡 (11 𝑚)
0,125𝜋 𝑥 5,5 𝑥 7000,67 𝑥 81,6
Ini memberikan rasio dari L/D 36/5.5 = 6.54, suatu nilai yang wajar untuk
pengering putar.
Pengering screw-conveyor
Screw conveyor adalah pengering kontinu dengan prinsip memberikan panas secara
tidak langsung, yang terdiri atas screw conveyor atau paddle conveyor horizontal yang
diselubungi jaket. Bahan padat masuk melalui sisi sebelah kanan atas dan dialirkan secara
perlahan melewati zona panas dan keluar melalui sisi sebelah kiri bawah. Uap yang
dihasilkan dialirkan melalui pipa yang berada di atas selubung jaket. Selubung jaket yang
digunakan berdiameter 75 sampai 600 mm (3 sampai 24 in.) dengan panjang 6 m (20 ft); jika
panjang yang dibutuhkan besar, beberapa konveyor dapat dipasang secara bertumpuk satu
diatas yang lain. Terkadang pada bagian bawah konveyor, tepatnya pada bagian selubung
jaket, diberikan unit pendingin/cooler berupa air/coolant yang mana dapat menurunkan
temperature dari padatan yang telah dikeringkan sebelum keluar dari pengering.
Laju rotasi konveyor cukup lambat, yaitu dari 2 hingga 30 rpm. Koefisien
perpindahan panas didasarkan dari seluruh permukaan dalam selubung, walaupun selubung
hanya bergerak 10 hingga 60 persen dari total kerja yang dapat dilakukannya. Koefisien
tergantung dari beban dalam selubung dan kecepatan dari konveyor, dengan kisaran untuk
sebagian besar padatan, dari 15 hingga 60 W/m2.oC (3 dan 10 Btu/ft2.h.oF).
Pengering screw-konveyor digunakan untuk padatan yang sangat padat dan lengket
yang tidak dapat dikeringkan dengan pengering rotary. Pengering jenis ini memiliki model
yang tertutup seluruhnya dan memungkinkan adanya recovery pelarut uap dengan sedikit
atau tidak ada sama sekali air. Ketika diberikan umpan yang bagus, pengering jenis ini dapat
dioperasikan pada keadaan cukup vakum. Pengering jenis ini juga mudah beradaptasi dengan
continuous removal dan recovery pelarut volatile dari padatan pelarut basah, seperti
desolventizers. Peralatan yang mirip tipenya akan diulas nantinya adalah “Thin-Film Dryers”
52
Fluid-bed dryers
Pengering dimana padatan difluidisasikan oleh gas kering. Partikel difluidisasikan
oleh udara atau gas di boiling bed unit, sesuai dengan Gambar 24.12. Pencampuran dan
perpindahan kalor sangat cepat. Wet feed masuk melalui bagian atas boiling bed; produk hasil
pengeringan keluar melalui bagian bawah boiling bed.
Pada pengering (gambar 24.12), terdapat distribusi sembarang pada waktu diam;
waktu rata-rata partikel berada di dalam pengering biasanya sekitar 30-120 detik, jika
permukaan cair telah menguap dan sekitar 15-30 menit jika terdapat difusi internal. Partikel
yang kecil mengalami pemanasan pada suhu akhir dry-bulb saat gas mengalami fluidisasi;
oleh karena itu, material termal yang sensitive harus dikeringkan dengan media yang relatif
dingin. Meskipun gas pada inlet kemungkinan cukup panas, percampuran akan terjadi dengan
sangat cepat dan suhunya menjadi seragam, pada suhu gas keluaran sepanjang bed. Jika
terdapat partikel padat, dari feed atau dari partikel di bed fluidisasi, akan dianggap sebagai
padatan bawaan di keluaran gas, dan cyclones dan bag filters butuh recovery.
53
Beberapa fluid bed pengering yang persegi panjang akan terpisah pada ruang
fluidisasi melalui dengan pergerakan padat secara berurutan dari inlet ke outlet. Ini pun juga
diketahui sebagai plug flow dryers; disini waktu tinggal adalah hampir sama untuk semua
partikel. Kondisi pengeringan dapat diubah dari satu kompartemen ke yang lainya, dan sering
kali kompartemen terahkir itu difluidisasikan dengan gas dingin untuk mendinginkan padatan
sebelum dikeluarkan. Dikarenakan rumitnya pola temperature, maka perbedaan temperatur
rata-rata untuk pengering seutuhnya tidaklah mudah untuk didapatkan. Biasanya, temperatur
outlet dari padatan dan gas hampir sangat sama hingga perbedaannya tidak dapat diukur.
Oleh karena itu koefisien perpindahan panas sulit untuk diestimasikan dan mungkin utilitas.
Satu persamaan umum yang berguna dalam kalkulasi dalam pengeringan adalah Pers.(12.64)
untuk perpindahan panas dari gas ke parktikel tunggal yang terisolasi :
1
0.5
ℎ𝑜 𝐷𝑝 𝐺𝐷𝑝 𝑐𝑝 𝐵𝑓 3
= 2.0 + 0.60 ( 𝜇 ) ( )
𝑘𝑓 𝑓 𝑘𝑓
Flash Dryers
Dalam Flash Dryers, padatan lumat yang basah di alirkan dengan beberapa detik di
dalam aliran gas yang panas. Pengeringan terjadi saat pengaliran. Ratio dari perpindahan
panas dari gas ke suspense padatan partikel tinggi, dan pengeringan terjadi cepat, maka dari
hanya 3 atau 4 detik yang dibutuhkan untuk menguapkan secara substansial semua
kelembaban dari padatan. Temperatur dari gas itu tinggi- biasanya berkisar 650oC (1,200oF)
saat inlet- tapi waktu saat kontak sangat singkat yang mana temperature dari padatan jarang
melebihi 50oC (90oF) saat pengeringan. Oleh karena itu flash drying dapat digunakan untuk
material yang sensitive dimana dryers lain harus dikeringkan secara tidak langusng dengan
pendingin yang lebih banyak memanasi medium.
Terkadang pulverizer/alat penyemprot dimasukkan ke dalam sistem flash drying
untuk memberikan pengeringan serentak dan mereduksi ukuran partikel produk yang
dihasilkan.
54
DRYER UNTUK LARUTAN DAN SLURRIES
Beberapa tipe pengering menguapkan larutan dan slurries seutuhnya sampai kering oleh
panas. Salah satu contohnya adalah spray dryers, thin-film dryers, and drum dryers.
Tetesan dibentuk didalam sebuah ruangan pengering silindris oleh nosel tekanan, nosel
dua-fluida, atau pada pengering-pengering besar, piringan sembur dengan kecepatan tinggi.
Pada semua kejadian, sangatlah penting untuk mencegah tetesan-tetesan atau partikel basah
dari bahan padat agar tidak menabrak permukaan padat sebelum proses pengeringan terjadi,
sehingga ruang pengeringan perlu dalam ukuran besar. Diameter 2,5 hingga 9 m (8 hingga 30
ft) adalah ukuran yang umum.
Pada pengering sembur umum yang terlihat pada Gambar 24.13, ruangan adalah
silinder dengan bawah yang berbentuk kerucut pendek. Umpan cair dipompa kedalam
susunan alat penyemprot dengan semprotan berbentuk piringan didalam atap dari ruangan. Di
dalam pengering ini, piring-semprotan memiliki diameter 300 mm (12 in.) dan berotasi
dengan kecepatan 5000 hingga 10000 r/menit. Semprotan tersebut akan menyemprot cairan
menjadi tetes-tetes kecil, dimana akan dilempar secara radial ke aliran gas panas yang masuk
mendekati puncak dari ruangan. Gas yang telah didinginkan kemudian akan diambil oleh
kipas angin pembuang melewati sebuah susunan jalur pembuangan horizontal didalam bagian
ruangan pada bawah dari bagian silindris. Gas yang melewati sebuah separator (pemisah)
siklon dimana ada partikel bahan padat yang terbawa akan disingkirkan. Kebanyakan dari
55
bahan padat akan mengendap keluar gas menuju bagian bawah dari ruangan pengering,
dimana bahan padat tersebut akan disingkirkan oleh sebuah katup putar dan konveyor screw
dan dikombinasikan dengan bahan padat apapun yang terkumpulkan pada siklon.
Sebuah persamaan untuk diameter rata-rata permukaan volume 𝐷 ̅𝑠 tetesan dari
penyemprot piringan adalah :
̅𝑠
𝐷 𝛤 0.6 𝜇 0.2 𝜎𝜌𝐿 𝐿𝑝 0.1
= 0.4 ( ) ( ) ( 2 ) (24.24)
𝑟 𝜌𝐿 𝑛𝑟 2 𝛤 𝛤
)
dimana :
̅𝑠
𝐷 = diameter tetesan rata-rata, m atau ft
𝑟 = radius disk, m atau ft
ɼ = laju alir massa spray per satuan panjang keliling disk, kg/s . m atau lb/s . ft
𝜎 = tegangan permukaan cairan, N/m atau 𝑙𝑏𝑓 /𝑓𝑡
𝜌𝐿 = densitas cairan, kg/m3 atau lb/ft3
𝑛 = kecepatan disk, r/s
𝜇 = viskositas cairan, Pa.s atau lb/ft.s
𝐿𝑝 = keliling disk, 2𝜋𝑟, m atau ft
Koefisien perpindahan panas untuk setiap tetes dapat diestimasi dari persamaan
(12.64). Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan tetesan yang tidak diketahui
diameternya, tidak hanya bergantung terhadap h tetapi juga pada pola pencampuran. Didalam
pengering dengan rasio rendah antara tinggi dan diameter, sebagaimana ditunjukkan
Gambar.24.13, terdapat cukup banyak pencampuran dekat dengan bagian atas dan penggerak
perbedaan temperatur rata-rata lebih sedikit yang digunakan untuk aliran parallel sebenarnya.
Ini penting untuk menguapkan kekeringan tetesan terbesar ,bukan tetesan biasa. Biasanya
dalam menghitung waktu pengeringan. Dimungkinkan mengasumsikan bahwa diameter dari
̅𝑠 yang ditemukan dari persamaan (24.24)
tetesan terbesar adalah 2 kali nilai 𝐷
Diameter tetesan rata-rata dalam sebuah spray dryer pada kisaran dari 20 μm ketika
sebuah disk atomizer yang digunakan adalah 180 μm dengan sebuah spray nozzle kasar.
Waktu tinggal bervariasi dari 3 hingga 6 s dalam pengering searah (cocurrent dryer) yang
setara dengan 25 hingga 30 s dalam pengering aliran kontra (countercurrent dryer)
Keuntungan utama dari spray dryer antara lain waktu pengeringan yang sangat
singkat, yang mana dibutuhkan pada pengeringan material yang sangat sensitif terhadap
panas, dan produksi dari partikel bola berlubang atau solid. Konsistensi yang dibutuhkan
antara lain densitas bulk, wujud, dan sifat aliran dari beberpa produk, seperti deterjen sintesis
ataupun makanan mungkin sulit atau tidak mungkin untuk diperoleh pada jenis pengering
lain. Spray dyer juga mempunyai keuntungan untuk menghasilkan produk dari larutan, bubur
(slurry), atau pasta tipis dalam langkah tunggal, ataupun untuk produk kering yang sudah siap
untuk diberi kemasan. Spray dryer dimungkinkan mengkombinasikan fungsi dari evaporator,
crystallizer, pengering, unit reduksi ukuran, dan sebuah classifier. Dimana salah satu dapat
digunakan, mengakibatkan penyederhanaan dari proses produksi secara keseluruhan yang
mungkin dapat dipertimbangkan.
Dianggap sebagai pengering tunggal, spray dryer tidak memiliki efisiensi tinggi.
Sebagian besar kalor biasanya hilang melalui gas yang dilepaskan. Aliran tersebut curah dan
56
sangat besar, seringkali berukuran 25 m (80 ft) ataupun lebih tinggi, dan biasanya tidak
mudah untuk dioperasikan. Densitas bulk (curah) dari padatan kering (sifat penting dari
produk dengan kemasan) seringkali sulit untuk dijaga konstan, untuk itu mudah berubah
dalam konten padatan dari umpan, terhadap suhu gas masuk dan variabel lain.
Dalam larutan spray drying, evaporasi dari permukaan tetesan mengarah ke endapan
awal dari zat terlarut pada permukaan sebelum bagian dalam tetesan mencapai kejenuhan.
Laju difusi dari zat terlarut yang kembali ke tetesan lebih rendah daripada aliran air dari
bagian dalam ke permukaan, dan seluruh konten zat terlarut terakumulasi di permukaan.
Partikel kering akhir (final) seringkali berongga, dan produk dari spray dryer cukup berpori.
Alat tersebut tersusun dari 2 bagian, yang pertama adalah pengering evaporator
dengan pengaduk vertical yang sama dengan alat yang diilustrasikan pada Gambar. 16.2.
Disini sebagian besar cairan dihilangkan dari umpan dan padatan yang sebagian basah
dikeluarkan menuju bagian kedua, sebagaimana digambarkan pada Gambar 24.14, dimana
konten cairan residu dari material dari bagian pertama direduksi ke nilai yang diinginkan.
57
Efisiensi termal dari pengering lapisan tipis cukup tinggi, dan terdapat sedikit
kehilangan padatan, seperti yang kita ketahui hanya sedikit gas yang diperlukan untuk
dikeluarkan dari unit tersebut. Mereka cukup berguna dalam penghilangan dan proses
rekoveri pelarut dari produk padat. Zat tersebut rata – rata memiliki harga yang mahal dan
terbatas di area transfer kalor. Laju aliran feed yang bisa digunakan biasanya berkisar antara
100 dan 200 kg/m3.h (20 dan 40 lb/ft2.h).
Drum Dryer
Drum pengering terdiri dari satu atau lebih heated metal rolls yang pada bagian
luarnya terdapat lapisan tipis cairan yang menguap. Padatan yang mengerinng dihilangkan
secara perlahan.
Salah satu jenis Drum pengering- unit double-dum dengan center feed ditunjukan
dalam Fig. 24.15. Cairan dimasukan melalui pipa perforated ke dalam pool dalam ruang di
atas dan di antara dua lilitan. Kalor ditransfer secara konduksi kedalam cairan, yang
terkonsentrasi sebagian di dalam ruang diantara lilitan tersebut. Cairan yang terkonsentarsi
tadi bergerak dari bawah kolam ketika lapisan viscous mengkover sisa permukaan drum.
Sementara itu semua cairan teruapkan dari padatan ketika drum berputar, meninggalkan
lapisan tipis dari material kering. Lapisan yang telah menguap dikumpulkan dan dipisahkan
melalui vapor head yang berada di atas drum
Pengering dua-drum akan efektif digunakan untuk larutan yang cair/tipis, larutan
padat atau material yang mudah larut, dan campuran semi-liquid sedang. Alat ini tidak cocok
digunakan untuk campuran garam dengan sifat larut yang terbatas atau semi-liquid yang
terpisah dari padatan abrasif dan membuat tekanan berlebihan diantara kedua drum.
Ukuran dari drum pengering tersebut yaitu diameter nya 0.6 sampai 3 m (2 sampai 10
ft) dan panjang 0.6 sampai 4 m (2 sampai 14 ft), berputar pada 1 sampai 10 rpm. Lamanya
waktu ketika padatan bersentuhan dengan logam panas sekitar 6 sampai 15 s, yang cukup
singkat untuk mengakibatkan dekomposisi, bahkan pada produk yang sensitif pada panas.
Koefisisen perpindahan-panas tergolong tinggi, dari 1200 sampai 2000 W/m2 . oC (220
sampai 360 Btu/ft2 . h . oF) dibawah kondisi optimum, walaupun nilai tersebut kemungkinan
hanya sepersepuluh dari angka diatas ketika kondisinya pun merugikan. Kapasitas pengering
58
proporsional terhadap area drum nya, biasanya berkisar 5 sampai 50 kg per meter persegi dari
permukaan pengering per jam (1 dan 10 lb/ft2 . h).
EFISIENSI THERMAL
Efisiensi thermal dari mesin pengering dapat diartikan sebagai persentasi energi yang
disuplai untuk digunakan pada evaporasi air atau bahan pelarut. Efisiensi ini dapat dihitung
dari energi yang hilang termasuk panas dari udara hangat lembab yang diudarakan, panas dari
padatan, dan panas yang hilang ke lingkungan sekitar. Untuk pengering pada Contoh 24.2,
jika udara kering pada 70 oF hampir dipanaskan sampai 160 oF dan udara basah (lembab)
diudarakan pada Tha = 80 + 15.8 = 95.8 oF, fraksi energi hilang dari aliran udara yang masuk
sekitar (96-70)/(160-70) = 0.29. (Perubahan kecil nilai cs Karena suhu dan kelembaban dapat
diabaikan.) Energi yang dibutuhkan untuk memanaskan padatan dari 70 hingga 80 oF hanya
sebesar 5 persen dari energi yang disuplai, sehingga kita abaikan energi yang hilang ke
lingkungan sekitar, dan efisiensi thermal didapat 100 – 29 – 5 = 66 persen.
Gambar 24.16
Aliran panas dan massa dalam dryer aliran silang
Untuk pengering dengan tipe menyilang (crossflow) pada Gambar. 24.8, pengurangan
suhu pada udara yang melintas pada penampan hanya beberapa derajat saja, sehingga operasi
sekali-lewat tidak dapat dilakukan karena nilai efisiensi thermal rendah. Malahan, hampir
seluruh udara hangat disirkulasikan kembali oleh kipas atau alat peniup dan dipanaskan
kembali setelah mencampur nya dengan sedikit udara segar. Hal ini memberika nilai efisiensi
thermal yang lebih tinggi dan menjaga nilai kecepatan tetap tinggi diantara penampan-
penampan, namun rata-rata laju pengering dikurangi karena kenaikan kelembaban dan suhu
bola-basah. Untuk laju konstan, efisiensi dapat diperkirakan dengan menyelesaikan
persamaan panas dan massa berikut, dimana notasi nya mengarah pada sketsa Gambar. 24.16.
59
𝑚𝐹 = 𝑚𝑣𝑒𝑛𝑡 (24.25)
𝑚𝑔 = 𝑚𝐹 + 𝑚𝑅 (24.26)
𝑚𝑔 𝐻𝑏 = 𝑚𝐹 𝐻𝐹 + 𝑚𝑅 𝐻𝑅 (24.27)
𝑇𝑏+𝑇𝑎
𝑞1 = ℎ𝐴 ( − 𝑇𝑤𝑏) (24.28)
2
𝑞2 = 𝑚𝑣𝑒𝑛𝑡 (𝑇𝑎 − 𝑇𝐹) 𝐶𝑠 (24.29)
𝑞3 = 𝐶𝑠 (𝑚𝑔 𝑇𝑏 − (𝑚𝐹 𝑇𝐹 + 𝑚𝑅 𝑇𝑎)) (24.30)
𝑚𝑣 = 𝑞1/ λ (24.31)
𝑞1
𝑇𝑏 − 𝑇𝑎 = 𝑚𝑔𝐶𝑠 (24.32)
𝑚𝑣
𝐻𝑎 − 𝐻𝑏 = 𝑚𝑔 (24.33)
𝑚𝑣
𝐻𝑎 − 𝐻𝑏 = 𝑚𝑣𝑒𝑛𝑡 (24.34)
Solusi
𝑙𝑏
𝑚̇𝑔 = 1,846 ∙ ℎ × 0.5 𝑓𝑡 2 = 943 𝑙𝑏/ℎ
𝑓𝑡 2
𝑙𝑏
𝑚𝑣𝑒𝑛𝑡
̇ = 0.05 𝑚̇𝑔 = 47.2
ℎ
𝑙𝑏
𝑚̇𝑅 = 0.95 𝑚𝑔̇ = 895.8
ℎ
Jika 𝑇𝑤𝑏 ≅ 100 oF dengan 𝑇𝑏 = 160 oF dan 𝑇𝑎 ≅ 156 oF, dari persamaan
(24.28),
𝑞1 = 2.90 × 8 × (159 − 100) = 1,346 𝐵𝑡𝑢/ℎ
1,346 ̇
𝑚𝑔 = = 1,294 𝑙𝑏/ℎ
1,040
Dari persamaan (24.34), dengan ℋ𝐹 = 0.005 dari Figur 19.2
1.294
ℋ𝑎 − ℋ𝐹 = = 0.0274
47.2
ℋ𝑎 = 0.0274 + 0.005 = 0.0324
ℋ𝑏 = 0.95(0.0324) + 0.05(0.005) = 0.0310
Untuk 𝑇𝑏 = 160 oF, ℋ𝑏 = 0.0310, 𝑇𝑤𝑏 = 101 oF, cukup dekat dengan
100 oF. Dari persamaan (24.32),
1.1,346294
𝑇𝑏 − 𝑇𝑎 = 943 ×0.245 = 5.8 oF; 𝑇𝑎 = 154.2 oF
Panas yang hilang di lubang angin, dari persamaan (24.29)
𝑞2 = 47.2 (154.2 − 70)(0.245) = 974 𝐵𝑡𝑢/ℎ
Panas untuk vaporisasi
𝑞1 = 1,346 Btu/jam
60
974
Fraksi panas yang hilang di lubang angin = 974+1,346 = 0.42
Panas yang hilang pada padatan saat dikeluarkan pada suhu 𝑇𝑤𝑏 =
101 oF:
Massa padatan pada satu cake = 80 lb (basis kering), 88 lb (basis basah)
𝑄1 = 88 (0.5)(101 − 70) = 1,364 𝐵𝑡𝑢
𝑄1 1,364 𝐵𝑡𝑢
𝑞4 = = = 302
𝑡𝑇 4.52 ℎ
Efisiensi termal,
1,346
𝜂= × 100 = 51%
974 + 1,346 + 302
61
DERETAN ISOLASI KOMPLIT; EVAPORATOR-DRYER
Banyak proses industri yang melibatkan isolasi padatan dari solusi dalam air atau
solven lainnya untuk menghasilkan produk kering, butir-butir murni yang sesuai untuk
kemasan dan penjualan. Langkah-langkah proses yang dibutuhkan untuk mencapai ini
biasanya evaporasi, kristalisasi, filtrasi atau centrifugasi, pengeringan, pengurangan ukuran,
dan klasifikasi atau penyaringan. Lima atau enam buah alat diperlukan. Terkadang sebauh
evaporator-pengering dapat mengeliminasi langkah-langkah ini. Pengering spray, pengering
drum, dan pengering dengan film tipis dapat menerima feed cair dan mengkonversi secara
langsung menjadi produk kering yang siap untuk dikemas. Biaya tambahan dari penghilangan
kelembaban secara termal sebagai pengganti dari secara mekanis lebih dari pemasangan dan
pengoperasian satu alat. Tentunya bisa saja perlu untuk memproses feed cairan sebelum
pengeringan agar dapat menghilangkan kotoran yang tidak diperbolehkan untuk muncul di
hasil produk kering. Hal ini penting, oleh karena itu, seorang insinyur harus memperhatikan
seluruh proses isolasi dan tidak hanya fokus pada langkah pengeringannya saja.
62