(Al-Mukhtashar) Ijtima Ulama MUI 2003-2009 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 170

HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

Bagian Ketiga
KEPUTUSAN IJTIMA’
ULAMA KOMISI FATWA
SE-INDONESIA

709
710
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN
IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA
SE-INDONESIA
PERTAMA
TAHUN 2003

711
712
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA

Tentang

PEDOMAN PENETAPAN FATWA MAJELIS ULAMA


INDONESIA

Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tanggal 20 – 22 Syawal


1424 H/ 14 – 16 Desember 2003 M setelah :

Menimbang : dst

Mengingat : dst

Memperhatikan: 1. Pidato Menteri Agama RI dalam acara


Pembukaan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-
Indonesia
2. Pidato Iftitah Ketua Umum MUI
3. Penjelasan Ketua Komisi Fatwa
4. Pendapat-pendapat yang berkembang pada
sidang-sidang Komisi Ijtima Ulama Komisi
Fatwa se-Indonesia

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Pada dasarnya dapat menerima pedoman


penetapan fatwa yang telah disusun oleh
Komisi Fatwa MUI Pusat dengan disertai
beberapa penyempurnaan.
2. Penyempurnaan itu meliputi masalah
substansi dan keredaksian.
3. Dengan demikian maka seluruh fatwa, baik
di pusat maupun di daerah harus didasarkan
pada pedoman.
4. Adapun pedoman penetapan fatwa adalah
sebagai berikut:

713
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA PERTAMA TAHUN 2003

MUQADDIMAH

Kemajuan dalam bidang iptek dan tuntutan pembangunan yang


telah menyentuh seluruh aspek kehidupan, di samping membawa
berbagai kemudahan dan kebahagiaan, menimbulkan sejumlah perilaku
dan persoalan-persoalan baru. Cukup banyak persoalan yang beberapa
waktu lalu tidak pernah dikenal, bahkan tidak pernah terbayangkan,
kini hal itu menjadi kenyataan.
Di sisi lain, kesadaran keberagamaan umat Islam di bumi
Nusantara ini semakin tumbuh subur. Oleh karena itu, sudah merupakan
kewajaran dan keniscayaan jika setiap timbul persoalan baru, umat
mendapatkan jawaban yang tepat dari pandangan ajaran Islam.
Telah menjadi kesadaran bersama bahwa membiarkan persoalan
tanpa ada jawaban dan membiarkan umat dalam kebingunan tidak
dapat dibenarkan, baik secara i’tiqadi maupun secara Syar’i. Oleh
karena itu, para alim ulama dituntut untuk segera mampu memberikan
jawaban dan berupaya menghilangkan kehausan umat akan kepastian
ajaran Islam berkenaan dengan persoalan yang mereka hadapi.
Demikian juga, segala hal yang dapat menghambat proses pemberian
jawaban (fatwa) sudah seharusnya segera dapat diatasi. Hal tersebut
sejalan dengan firman Allah SWT:
‫ﺎﺏﹺ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎﺱﹺ‬‫ﻠﻨ‬‫ﻟ‬ ‫ﺎﻩ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﻯ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻬ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎﺕ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻟﹾﻨ‬‫ﺰ‬‫ﺃﹶﻧ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻤ‬‫ﻜﹾﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬
 (:‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﻠﱠﺎﻋ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻠﹾﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻠﹾﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻚ‬‫ﺃﹸﻭﻟﹶﺌ‬
“Sesungguhnya orang yang menyembunyikan apa yang telah 
Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan
 ‫ﻋﻮﺽ‬‫ﺑﻼ‬
petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam
 ‫ﺍﻷﺟﻞ‬
al-Kitab, mereka dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh ‫ﺯﻳﺎﺩﺓ‬
semua
(makhluk) yang dapat melaknat” (QS. al-Baqarah [2]: 159).
 ً‫ﻣﻘﺪﻣﺎ‬ ‫ﺮﹺﻁﹶ‬‫ﺍﺷﺘ‬

Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang merupakan wadah
musyawarah para‫ﰱ‬ulama,
 ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫ﺑﻪ‬zu’ama,
 ‫ﺟﺎﺀ‬ ‫ﻓﻴﻤﺎ‬ ‫ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ‬  ‫ﺍﺧﺘﻠﻒ‬ ‫ﺍﳌﺎﻭﺭﺩﻯ‬muslim
dan cendekiawan  ‫ﻗﺎﻝ‬
‫ﻗﺎﻝ‬:‫ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ‬serta
menjadi pengayom bagi seluruh muslim Indonesia adalah lembaga
‫ﻣﺎ‬ ‫ﻭﻛﻞ‬ ،‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‬ ‫ﻓﺴﺮﺗﻪ‬ ‫ﳎﻤﻞ‬ ‫ﺃﻧﻪ‬ ‫ﺃﺣﺪﳘﺎ‬ .‫ﻭﺟﻬﲔ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬ ‫ﲢﺮﱘ‬
paling berkompeten bagi pemecahan dan menjawab setiap masalah
sosial keagamaan،‫ﻧﺴﻴﺌﺔ‬
yang‫ﺃﻭ‬senantiasa
‫ﻛﺎﻥ‬‫ﻧﻘﺪﺍ‬‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫ﻤﻞ‬dan
timbul ‫ﺑﻴﺎﻥ‬‫ﻓﻬﻮ‬ ‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‬‫ﻣﻦ‬masyarakat
dihadapi ‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‬‫ﺑﻪ‬‫ﺟﺎﺀ‬
serta telah mendapat kepercayaan penuh, baik dari masyarakat maupun
dari pemerintah. ‫ﻣﻌﻬﻮﺩﺍ‬ ‫ﻛﺎﻥ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﺗﻨﺎﻭﻝ‬ ‫ﺇﳕﺎ‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫ﰱ‬ ‫ﺍﻟﺬﻯ‬ ‫ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﻭﺍﻟﺜﺎﱏ‬
‫ﰒ‬ ،‫ﺍﻷﺟﻞ‬
Sejalan dengan  ‫ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ‬ ‫ﺍﳌﺎﻝ‬
hal tersebut di atas,
‫ﰱ‬ ‫ﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‬‫ﺍ‬ ‫ﻭﻃﻠﺐ‬sewajarnya
sudah  ‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬ ‫ﺭﺑﺎ‬ ‫ﻣﻦ‬  ‫ﻟﻠﺠﺎﻫﻠﻴﺔ‬
bila MUI
sesuai dengan amanat Musyawarah Nasional VI tahun 2000 lalu,
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫ﺑﻪ‬ ‫ﺟﺎﺀ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﺇﱃ‬ ‫ﻣﻀﺎﻓﺎ‬ ‫ﺍﻟﻔﻘﻪ‬ ‫ﰱ‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬ ‫ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ‬ ‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‬ ‫ﻭﺭﺩﺕ‬
(‫ﺹ‬،‫ﺝ‬‫ﻤﻮﻉ‬‫)ﺍ‬
714

‫ﻳﻘﺎﺑﻠﻬﺎ‬ ‫ﱂ‬ ‫ﺯﻳﺎﺩﺓ‬ ‫ﻛﻞ‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫ﰱ‬ ‫ﺑﻪ‬ ‫ﻭﺍﳌﺮﺍﺩ‬ ،‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‬ ‫ﻫﻮ‬ ‫ﺍﻟﻠﻐﺔ‬ ‫ﰱ‬ ‫ﻭﺍﻟﺮﺑﺎ‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas peran dan kinerjanya,


terutama dalam memberikan solusi dan jawaban keagamaan terhadap
setiap permasalahan yang kiranya dapat memenuhi harapan masyarakat
yang semakin kritis dan tinggi kesadaran keberagamaannya.
Pedoman penetapan fatwa yang ditetapkan berdasarkan SK
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia nomor: U-596/MUI/X/1997
tanggal 2 Oktober 1997 (penyempurnaan dari pedoman berdasarkan
keputusan Sidang Pengurus Paripurna Majelis Ulama Indonesia tanggal
7 Jumadil Awwal 1406 H./18 Januari 1986 M.) dipandang sudah tidak
memadai lagi. Atas dasar itu, kiranya Majelis Ulama Indonesia perlu
segera mengeluarkan pedoman baru yang memadai, cukup sempurna,
serta transparan yang mengatur prosedur, mekanisme, dan sistem
pemberian jawaban masalah keagamaan.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Dalam Keputusan ini, yang dimaksud dengan:


1. Majelis Ulama Indonesia (disingkat MUI) adalah MUI Pusat yang
berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
2. Majelis Ulama Indonesia Daerah (disingkat MUI Daerah) adalah
MUI Propinsi yang berkedudukan di Ibukota Propinsi atau MUI
Kabupaten/Kota yang berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota.
3. Dewan Pimpinan adalah:
a. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Majelis Ulama
Indonesia.
b. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia
Daerah
4. Komisi adalah Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia atau Komisi
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Daerah.
5. Anggota Komisi adalah anggota Komisi Fatwa berdasarkan
ketetapan Dewan Pimpinan.
6. Rapat adalah rapat Komisi Fatwa yang dihadiri oleh anggota Komisi
dan peserta lain yang dipandang perlu untuk membahas masalah
hukum yang akan difatwakan.
7. Fatwa adalah jawaban atau penjelasan dari ulama mengenai
masalah keagamaan dan berlaku untuk umum.
8. Fatwa adalah fatwa MUI tentang suatu masalah keagamaan yang
telah setujui oleh anggota Komisi dalam rapat.
9. Ijma’ ialah kesepakatan para ulama tentang suatu masalah agama.
10. Qiyas ialah pemberlakukan hukum asal pada furu’ disebabkan
kesatuan (kesamaan) ‘illat hukum.

715
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA PERTAMA TAHUN 2003

11. Istihsan ialah pemberlakukan maslahat juz’iyah ketika berhadapan


dengan kaidah umum.
12. Istishlaahi/Maslahah mursalah ialah kemaslahatan yang tidak
didukung oleh nashsh syar’i tertentu.

BAB II
DASAR UMUM DAN SIFAT FATWA

1. Penetapan fatwa didasarkan pada al-Qur’an, sunnah (hadis), ijma’,


dan qiyas serta dalil lain yang mu’tabar.
2. Aktivitas penetapan fatwa dilakukan secara kolektif oleh suatu
lembaga yang dinamakan Komisi Fatwa.
3. Penetapan fatwa bersifat responsif, proaktif, dan antisipatif.

BAB III
METODE PENETAPAN FATWA

a. Sebelum fatwa ditetapkan hendaklah ditinjau lebih dahulu


pendapat para imam mazhab dan Ulama yang mu’tabar tentang
masalah yang akan difatwakan tersebut, secara seksama berikut
dalil-dalilnya.
b. Masalah yang telah jelas hukumnya hendaklah disampaikan
sebagaimana adanya.
c. Dalam masalah yang terjadi khilafiyah di kalangan mazhab, maka
1) penetapan fatwa didasarkan pada hasil usaha penemuan
titik temu di antara pendapat-pendapat Ulama mazhab
melalui metode al-jam’u wa al-taufiq; dan
2) jika usaha penemuan titik temu tidak berhasil dilakukan,
penetapan fatwa didasarkan pada hasil tarjih melalui
metode muqaranah dengan menggunakan kaidah-kaidah
Ushul Fiqh Muqaran.
d. Dalam masalah yang tidak ditemukan pendapat hukumnya di
kalangan mazhab, penetapan fatwa didasarkan pada hasil ijtihad
jama’i (kolektif) melalui metode bayani, ta’lili (qiyasi, istihsani,
ilhaqi), istishlahi, dan sadd al-zari’ah.
e. Penetapan fatwa harus senantiasa memperhatikan kemaslahatan
umum (mashalih ‘ammah) dan maqashid al-syari’ah.

716
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

BAB IV
PROSEDUR RAPAT

1. Rapat harus dihadiri oleh para anggota Komisi yang jumlahnya


dianggap cukup memadai oleh pimpinan rapat.
2. Dalam hal-hal tertentu, rapat dapat menghadirkan tenaga ahli yang
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
3. Rapat diadakan jika ada:
a. Permintaan atau pertanyaan dari masyarakat yang oleh
Dewan Pimpinan dianggap perlu dibahas dan diberikan
fatwanya.
b. Permintaan atau pertanyaan dari pemerintah, lembaga/
organisasi sosial, atau MUI sendiri.
c. Perkembangan dan temuan masalah-masalah keagamaan
yang muncul akibat perubahan masyarakat dan kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Rapat dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua Komisi atas
persetujuan Ketua Komisi, didampingi oleh Sekretaris dan/atau
Wakil Sekretaris Komisi.
5. Jika Ketua dan Wakil Ketua Komisi berhalangan hadir, rapat
dipimpin oleh salah seorang anggota Komisi yang disetujui.
6. Selama proses rapat, Sekretaris dan/atau Wakil Sekretaris Komisi
mencatat usulan, saran dan pendapat anggota Komisi untuk
dijadikan Risalah Rapat dan bahan fatwa Komisi.
7. Setelah melakukan pembahasan secara mendalam dan komprehensif
serta memperhatikan pendapat dan pandangan yang berkembang,
rapat menetapkan Fatwa.
8. Keputusan Komisi sesegera mungkin dilaporkan kepada Dewan
Pimpinan untuk dipermaklumkan kepada masyarakat atau pihak-
pihak yang bersangkutan.

BAB V
FORMAT FATWA

1. Fatwa dirumuskan dengan bahasa hukum yang mudah dipahami


oleh masyarakat luas.
2. Fatwa memuat:
Nomor dan judul fatwa
Kalimat pembuka basmalah
Konsideran yang terdiri atas:
1. menimbang, memuat latar belakang, alasan, dan urgensi

717
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA PERTAMA TAHUN 2003

penetapan fatwa
2. mengingat, memuat dasar-dasar hukum (adillah al-
ahkam)
3. memperhatikan, memuat pendapat peserta rapat,
para ulama, pendapat para ahli, dan hal-hal lain yang
mendukung penetapan fatwa.
Diktum, memuat:
1. substansi hukum yang difatwakan, dan
2. rekomendasi dan/atau jalan keluar, jika dipandang perlu
Penjelasan, berisi uraian dan analisis secukupnya tentang fatwa
Lampiran-lampiran, jika dipandang perlu.
3. Fatwa ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Komisi.

BAB VI
KEWENANGAN DAN WILAYAH FATWA

MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah


keagamaan secara umum, terutama masalah hukum (fiqh) dan masalah
aqidah yang menyangkut kebenaran dan kemurnian keimanan umat
Islam Indonesia.
MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah
keagamaan seperti tersebut pada nomor 1 yang menyangkut umat
Islam Indonesia secara nasional atau masalah-masalah keagamaan di
suatu daerah yang diduga dapat meluas ke daerah lain.
Terhadap masalah yang telah ada fatwa MUI, Majelis Ulama Indonesia
Daerah hanya berhak melaksanakannya.
Jika karena faktor-faktor tertentu fatwa MUI sebagaimana dimaksud
nomor 3 tidak dapat dilaksanakan, MUI Daerah boleh menetapkan
fatwa yang berbeda setelah berkonsultasi dengan MUI.
Dalam hal belum ada fatwa MUI, MUI Daerah berwenang menetapkan
fatwa.
Khusus mengenai masalah-masalah yang sangat musykil dan sensitif,
sebelum menetapkan fatwa, MUI Daerah diharapkan terlebih dahulu
melakukan konsulasi dengan MUI.

BAB VII
PENUTUP

1. Fatwa MUI maupun MUI Daerah yang berdasarkan pada pedoman


yang telah ditetapkan dalam Surat Keptusan ini mempunyai
kedudukan sederajat dan tidak saling membatalkan.

718
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

2. Jika terjadi perbedaan antara Fatwa MUI dan Fatwa MUI Daerah
mengenai masalah yang sama, perlu diadakan pertemuan antara
kedua Dewan Pimpinan untuk mencari penyelesaian yang paling
baik.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan
ditetapkan lebih lanjut oleh Dewan Pimpinan.
4. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan; dengan
ketentuan bila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat
Keputusan ini, akan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 22 Syawal 1424 H


16 Desember 2003 M

Ketua Sekretaris

ttd ttd

Prof. Dr. KH. Syeichul Hadi HM. Asrorun Ni’am
Permono, MA Sholeh, MA

719
720
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

Pimpinan Sidang Komisi A


IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA
KEPUTUSAN
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA

Tentang

FATWA BUNGA (INTEREST/FA-IDAH), TERORISME, DAN


PENETAPAN AWAL RAMADHAN, SYAWAL,
DAN DZULHIJJAH

Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia setelah :

Menimbang : dst

Mengingat : dst

Memperhatikan : 1. Pidato Menteri Agama RI dalam acara Ijtima


Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia
2. Pidato Iftitah Ketua Umum MUI
3. Ceramah Pimpinan Delegasi Darul Ifta’,
Saudi Arabia
4. Ceramah dari Deputi Gubernur Bank
Indonesia
5. Penjelasan Ketua Komisi Fatwa
6. Pendapat-pendapat yang berkembang pada
sidang-sidang Komisi Ijtima Ulama Komisi
Fatwa se-Indonesia

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

A. FATWA TENTANG BUNGA (INTEREST/FAIDAH)


1. Pengertian Bunga (Interest) dan Riba
Bunga (interest/fa-idah) adalah tambahan yang dike-
nakan untuk transaksi pinjaman uang (al-qardh) yang di-
perhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbang-
kan pemanfaatan/hasil pokok tersebut, berdasarkan tempo
waktu, dan diperhitungkan secara pasti di muka berdasarkan
persentase.
Riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan

721
‫ﺏ‪‬‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪ ‬ﻳ‪‬ﻜﹾﺘ‪‬ﻤ‪‬ﻮﻥﹶ ‪‬ﻣ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺰ‪‬ﻟﹾﻨ‪‬ﺎ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪ ‬ﺍﻟﹾﺒ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺕ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻯ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪ ‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﺪ‪ ‬ﻣ‪‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎ ‪‬ﻩ ‪‬ﻟ‪‬ﻠﻨ‪‬ﺎﺱﹺ ‪‬ﻓ‪‬ﻲ ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﺘ‪‬ﺎ ﹺ‬
‫ﺕ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻭ‪‬ﺍﻬ‪‬ﻟﹾ ‪‬ﻬ‪‬ﺪ‬
‫‪‬ﻮ ‪‬ﻥﹶﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺎﺃﹶﻧ‪‬ﺃﹶﺰ‪‬ﻧ‪‬ﻟﹾﻨﺰ‪‬ﺎﻟﹾﻨ‪‬ﺎﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪ ‬ﻦ‪‬ﺍﻟﹾ‪‬ﺒ‪‬ﺍﻴ‪‬ﻟﹾﻨﺒ‪‬ﺎﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺕ‪ ‬‬
‫ﺃﹸﻭﻟﹶﺌ‪‬ﻚ‪‬ﻳ‪‬ﻠﹾﻌ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻠﹾﻌ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟﻠﱠﺎﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻮﻥﹶ‪)‬ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪  (:‬ﺇﹺﻥﱠﺇﹺ ‪‬ﻥﱠﺍﻟﱠ‪‬ﺍﺬﻟﱠ‪‬ﻳﺬ‪‬ﻳﻦ‪ ‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻜﹾﺘ‪‬ﻜﹾﻤﺘ‪‬ﻮﻤﻥﹶ‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪::‬‬ ‫‪‬ﻮﻥﹶ‪))‬ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬ ‫ﻚ‪‬ﻠﹾ‪‬ﻳ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹾﻨ‪‬ﻌ‪‬ﻬ‪‬ﻨ‪‬ﻢ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟ‪‬ﻠﱠﺍﻟﻪ‪‬ﻠﱠ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻠﹾﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹾﻨ‪‬ﻌ‪‬ﻬ‪‬ﻨ‪‬ﻢ‪‬ﻬ‪‬ﻢﺍﻟ‪‬ﻠﱠﺎﺍﻟﻠﻋ‪‬ﱠﺎﻨﻋ‪‬ﻮﻨﻥﹶ‬
‫ﺃﹸﻭﺃﻟﹶﺌ‪‬ﹸﻭﻟﹶﺌ‪‬ﻚ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA PERTAMA TAHUN 2003‬‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺑﻼ‪‬ﻋﻮﺽ ‪‬‬
‫ﻋﻮﺽ‪( ‬‬ ‫ﻋﻮﺽ‬ ‫ﺑﻼ‪‬ﺑﻼ‪‬‬ ‫‪)yang terjadi karena penangguhan dalam‬‬ ‫‪pembayaran‬ﺍﻷﺟﻞ ‪‬‬
‫‪‬ﺯﻳﺎﺩﺓ‪‬‬
‫ﺍﻷﺟﻞ‪ ‬‬
‫ﺍﻷﺟﻞ (‬ ‫ﺯﻳﺎﺩﺓ‪‬‬
‫ﺯﻳﺎﺩﺓ‪‬‬ ‫‪ ). Dan‬ﺍﺷﺘ‪‬ﺮﹺﻁﹶ‪‬ﻣﻘﺪﻣﺎً (‪ ) yang diperjanjikan sebelumnya, ‬‬
‫‪inilah‬‬ ‫‪yang‬‬
‫‪ disebut riba nasi’ah.‬ﺍﺷﺘ‪‬ﺮﹺ‬
‫ﺍﺷﺘ‪‬ﺮﹺﻁﹶ‪‬ﻁﹶ‪ً ‬‬
‫ﻣﻘﺪﻣﺎً‪ ‬‬
‫ﻣﻘﺪﻣﺎ‬ ‫‪‬‬
‫ ‪2.‬‬
‫)‪Hukum Bunga (Interest‬‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‪‬ﰱ‪‬‬ ‫‪pembungaan‬ﺟﺎﺀ ‪‬ﺑﻪ ‪  ‬‬
‫‪Praktek‬‬ ‫ﺍﺧﺘﻠﻒ ‪‬ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ‪‬ﻓﻴﻤﺎ‬‫‪uang‬‬‫ﺍﳌﺎﻭﺭﺩﻯ ‪‬‬
‫‪saat  ini‬‬ ‫‪memenuhi‬ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ‬
‫‪:telah‬ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻗﺎﻝ‬
‫ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎﻓﻴ‪‬‬
‫ﺍﺧﺘﻠﻒ ‪‬ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ‪‬‬
‫ﺍﳌﺎﻭﺭﺩﻯ ‪‬ﺍﺧﺘﻠﻒ ‪‬‬
‫ﻗﺎﻝ ‪‬ﺍﳌﺎﻭﺭﺩﻯ ‪‬‬
‫ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ‪::‬ﻗﺎﻝ ‪‬‬
‫ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ‬
‫‪kriteria‬‬
‫ﻭﻛﻞ ‪‬ﻣﺎ‪‬‬ ‫‪riba‬ﻗﺎﻝ ‪‬‬
‫ﺎﻝ ‪‬‬ ‫‪yang‬ﺍﻟﺴﻨﺔ‪،‬ﻗ ‪‬‬
‫‪terjadi‬ﻓﺴﺮﺗﻪ ‪‬‬
‫‪ pada‬ﳎﻤﻞ ‪‬‬ ‫‪zaman‬‬
‫ﺃﺣﺪﳘﺎ ‪‬ﺃﻧﻪ‬ ‫‪Rasulullah‬‬
‫ﻭﺟﻬﲔ‪ .‬‬ ‫‪SAW,‬ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﻋﻠﻰ ‪‬‬
‫‪ yakni‬ﲢﺮﱘ‬
‫‪riba nasi’ah. Dengan demikian praktek pembungaan uang ini‬‬
‫ﳎﻤﻞ ‪‬ﻓﺴ‬
‫ﺃﻧﻪ ‪‬ﳎﻤﻞ ‪‬‬ ‫ﺃﺣﺪﳘﺎ ‪‬ﺃﻧﻪ ‪‬‬
‫ﻭﺟﻬﲔ‪ .‬ﺃﺣﺪﳘﺎ ‪‬‬
‫ﻋﻠﻰ ‪‬ﻭﺟﻬﲔ‪.‬‬‫‪termasuk‬ﻋﻠﻰ ‪‬‬
‫ﻧﺴﻴﺌﺔ‪،‬‬
‫ﲢﺮﱘ ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬ ‫ﲢﺮﱘ ‪‬‬
‫ﻛﺎﻥ‪‬ﺃﻭ‪‬‬
‫‪salah‬‬‫‪satu‬ﻧﻘﺪﺍ‪‬‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‪‬‬ ‫ﺑﻴﺎﻥ‪‬ﻤﻞ‪‬‬
‫‪bentuk‬‬ ‫‪dan‬ﻓﻬﻮ‪‬‬
‫‪riba,‬‬ ‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‪‬‬
‫‪riba‬‬ ‫‪hukumnya.‬ﺑﻪ‪‬ﺍﻟﺴﻨﺔ‪‬‬
‫‪haram‬ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﺟﺎﺀ‪‬‬
‫‪‬ﻤﻞ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁ‬ ‫ﺑﻴﺎﻥ‪‬ﻤﻞ‪‬‬ ‫ﻓﻬﻮ‪‬ﺑﻴﺎﻥ‪‬‬
‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﺃﺣﻜﺎﻡ‪‬‬‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‪‬‬ ‫ﺟﺎﺀ‪‬ﺑﻪ‪‬ﺑﻪ‪‬‬
‫ﻣﻌﻬﻮﺩﺍ‪‬‬ ‫‪Praktek‬‬
‫ﺟﺎﺀ‬
‫‪pembungaan‬ﻣﺎ ‪‬ﻛﺎﻥ ‪‬‬
‫‪ini‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‪‬ﺇﳕﺎ ‪‬ﺗﻨﺎﻭﻝ‬‫‪banyak‬ﰱ ‪‬‬ ‫‪dilakukan oleh Bank,‬‬
‫ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ ‪‬ﺍﻟﺬﻯ ‪‬‬ ‫ﻭﺍﻟﺜﺎﱏ ‪‬ﺃﻥ ‪‬‬
‫‪Asuransi, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi, dan Lembaga‬‬
‫ﺗﻨﺎﻭ‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‪ ‬ﺇﳕﺎﺇﳕﺎ‪ ‬ﺗ‬
‫ﺍﻟﺬﻯ‪ ‬ﰱﰱ‪ ‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬
‫ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‪ ‬ﺍﻟﺬﻯ‬
‫‪ Keuangan‬ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‬
‫ﺃﻥ‪‬ﺃﻥ‪‬‬
‫ﻭﺍﻟﺜﺎﱏ‪‬ﰒ‬
‫‪ lainnya‬ﻭﺍﻟﺜﺎﱏ‬
‫ﺍﻷﺟﻞ‪،‬‬ ‫‪termasuk‬ﺍﳌﺎﻝ ‪‬ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ‬
‫‪juga‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ‪‬ﰱ ‪‬‬
‫‪oleh‬ﻭﻃﻠﺐ‬‫‪individu.‬ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ‪‬‬
‫ﻟﻠﺠﺎﻫﻠﻴﺔ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺭﺑﺎ ‪‬‬
‫ﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ‪‬ﰱ ‪‬ﰱﺍﳌ‪‬‬
‫ﻭﻃﻠﺐﺍ ‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ‪‬‬
‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ‪‬ﻭﻃﻠﺐ ‪‬‬
‫ﺭﺑﺎ ‪‬ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ‪‬‬‫ﻣﻦ ‪‬ﺭﺑﺎ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‪‬ﻣﻦ ‪‬‬ ‫ﻟﻠﺠﺎﻫﻠﻴﺔ ‪‬‬
‫ﻟﻠﺠﺎﻫﻠﻴﺔ‬ ‫ﻭﺭﺩﺕ ‪‬ﺍﻟﺴﻨﺔ ‪‬ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﰱ ‪‬ﺍﻟﻔﻘﻪ ‪‬ﻣﻀﺎﻓﺎ ‪‬ﺇﱃ ‪‬ﻣﺎ ‪‬ﺟﺎﺀ ‪‬ﺑﻪ ‪‬‬
‫‪3. Bermu’amalah dengan Lembaga Keuangan Konvensional.‬‬
‫ﻣﻀﺎﻓﺎ ‪‬ﺇﱃ‬
‫ﺍﻟﻔﻘﻪ ‪‬ﻣﻀﺎﻓﺎ ‪‬‬
‫ﰱ ‪‬ﺍﻟﻔﻘﻪ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﰱ ‪‬‬
‫ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬‬
‫ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‪‬ﺎ‪‬ﺏﹺ‪‬‬‫ﺍﻟﺴﻨﺔﻜ‪‬ﺘ‬
‫ ‪a.‬‬
‫ﻭﺭﺩﺕ‪‬ﻓ‪‬‬
‫ﻭﺭﺩﺕ‪‬ﻲ‪ ‬ﺍﻟﹾ‬ ‫‪wilayah‬ﺎﻩ‪ ‬ﻟ‪‬ﻠﻨ‪‬ﺎﺱﹺ‬
‫‪Untuk‬‬ ‫‪yang‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﺪ‪ ‬ﻣ‪‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‬
‫‪sudah‬ﻯ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪ada‬ﺕ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻬ‪‬ﺪ‬ ‫(‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎ‬
‫‪kantor/jaringan‬ﻟﹾﺒ‪‬‬
‫‪‬ﺍ‬
‫ﺹ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫ﺍ‪‬ﻤﻮﻉ ‪‬ﻣﺝ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶ‪،‬ﻧ‪‬ﺰ‪‬ﻟﹾﻨ‪‬ﺎ‬ ‫‪Lembaga‬ﻜﹾﺘ‪‬ﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪) ‬ﻳ‪‬‬
‫ﺏﹺ‪‬‬
‫ﺍ‪‬ﻤﻮﻉ‪‬ﺝﺍﺍﻟﹾﻟﹾ‪‬ﺝ‪،‬ﻜ‪‬ﻜ‪‬ﺘﺘ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪،‬ﺹ‬
‫‪‬ﻲ‬ ‫‪Keuangan‬ﻓ‬
‫‪Syari’ah,‬ﻣ‪‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻩ‪ ‬ﻟ)‪‬ﻠﻨ‪‬ﺎﺱﹺ‬
‫‪‬ﻯ(‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪ ‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﺪ‪‬‬ ‫‪tidak‬ﻬ‪‬ﺪ‬
‫‪)‬ﺕ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫‪diperbolehkan‬ﻨ‪‬ﺎ‬
‫‪‬ﻮﻪ‪‬ﻥﹶ‪‬ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻣﻠﹾ‪‬ﺎﻌ‪‬ﻨ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﻬ‪‬ﺰ‪‬ﻟﹾﻢ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺍﻟ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪ ‬ﺍﻟﹾﺒ‪‬ﻴ‪‬‬
‫‪melakukan‬ﻤﻤﺍﻟﻠﱠ‬
‫ﺇﹺﺇﹺﺃﹸﻭﻥﱠﻥﱠﻟﹶﺌ‪‬ﺍﺍﻟﱠﻟﱠﻚ‪‬ﺬﺬ‪‬ﻳ‪‬ﻳﻳ‪‬ﻠﹾﻦ‪‬ﻦ‪‬ﻌ‪‬ﻨ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻬ‪‬ﻜﹾﻜﹾﻢ‪‬ﺘﺘ‪‬‬
‫‪((‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺹ‬‫ﺏﹺ‪‬‬ ‫ﺍ‪‬ﻤﻮﻉ‪‬‬
‫‪‬ﻲ‬ ‫‪yang‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻩ‪ ‬ﻟ‪‬ﻠﻨ)‪‬ﺎﺱﹺ‬
‫‪transaksi‬ﻓ‬ ‫‪didasarkan‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﺪ‪ ‬ﻣ‬
‫‪‬ﻯ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪‬‬‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪‬ﺍﻟﹾ‪:‬ﻬ‪‬ﺪ‬ ‫‪perhitungan‬ﻠﱠﺎﻣ‪‬ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍﻟﹾﺒ‪‬ﻥﹶﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎ‬
‫‪kepada‬ﺕ‪ ‬ﻭ‬ ‫‪‬ﻮﻥﹶ ‪‬ﻣ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺰ‪‬ﻟﹾﻨ‪‬ﺎ‬
‫‪‬‬ ‫ﻳﻘﺎﺑﻠﻬﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﱂ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺯﻳﺎﺩﺓ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻛﻞ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫‪‬ﰱ(‪ ‬‬‫‪‬‬ ‫ﺑﻪ‬‫ﻭﺍﳌﺮﺍﺩ ‪:‬‬
‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪) ،‬ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬
‫ﻫﻮﺍﻟ‪‬ﻠﱠﺎﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻮﻥﹶ‬ ‫ﺍﻟﻠﻐﺔﻬ‪‬ﻢ‪‬‬ ‫‪bunga.‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬‬
‫ﻭﺍﻟﺮﺑﺎﺍﻟ‪‬ﻠﱠﻪ‪‬ﰱ‪‬ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻠﹾﻌ‪‬ﻨ‪‬‬ ‫ﺃﹸﻭﻟﹶﺌ‪‬ﻚ‪‬ﻳ‪‬ﻠﹾﻌ‪‬ﻨ‪‬‬
‫‪b. Untuk wilayah  yang‬‬‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪(:‬‬ ‫‪belum‬‬ ‫‪ada‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻮﻥﹶ‪)‬‬ ‫‪kantor‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟﻠﱠﺎ‬ ‫‪/jaringan‬ﻢ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻠﹾﻌ‪‬ﻨ‪‬‬ ‫ﺃﹸﻭ‪‬ﻟﹶﺌ‪‬ﻚ‪‬ﻳ‪‬ﻠﹾﻌ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬‬
‫ﻭﺍﳌﺮﺍﺩ ‪‬ﺑﻪ ‪‬ﺑﻪ ‪‬ﰱ ‪‬ﰱ ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁ‬ ‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪ ،‬ﻭﺍﳌﺮﺍﺩ ‪‬‬
‫ﻫﻮ ‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪ ،‬‬ ‫ﺍﻟﻠﻐﺔ ‪‬ﻫﻮ ‪‬‬
‫ﻭﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﰱ ‪‬ﰱ ‪‬ﺍﻟﻠﻐﺔ ‪‬‬ ‫‪Lembaga‬‬
‫ﻭﺍﻟﺮﺑﺎ‬ ‫‪Keuangan Syariah, diperbolehkan‬‬ ‫ﻋﻮﺽ‪)‬ﺃﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ(‪‬‬ ‫‪melakukan‬‬ ‫‪ ‬ﺑﻼ‪‬ﻋﻮﺽ ‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪kegiatan transaksi di lembaga keuangan konvensional‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻷﺟﻞ‪‬‬ ‫ﻋﻮﺽ‬ ‫‪‬‬‫ﺯﻳﺎﺩﺓ‬‫‪‬ﺑﻼ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫(‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫‪‬‬
‫ﻋﻮﺽ‪)‬ﺃﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ(‪‬‬ ‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‬ ‫‪)‬‬ ‫ﻋﻮﺽ‬
‫‪berdasarkan prinsip dharurat/hajat.‬‬ ‫‪‬ﺑﻼ‪‬ﻋﻮﺽ ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻣﻘﺪﻣﺎً ‪‬‬ ‫ﺯﻳﺎﺩﺓ‪‬ﺍﻷﺟﻞ‬ ‫‪‬ﺍﺷﺘ‪‬ﺮﹺ‬
‫‪4. Dasar-dasar‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺻﻞ‪ ‬ﻣﺎﻝ‪‬ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﻓﻴﻪ‪)‬ﺍﻟﺮﺑﺎ(‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪.‬ﻭﻫﻮ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬‬
‫‪Penetapan‬‬ ‫ﺯﻳﺎﺩﺓﻁﹶ‪‬ﺍﻷﺟﻞ ‪‬‬
‫‪Allah‬ﻣﻘﺪﻣﺎً ‪‬‬ ‫ﺍﺷ‪‬ﺘ‪‬ﺮﹺﻁﹶ‪‬‬
‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩ‬ ‫ﻭﻫﻮ‪‬ﰱ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬‬
‫ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬ﺍﻟﺰ‬ ‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪..‬ﻭﻫﻮ‪‬‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ(‪(‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‬
‫ ‪)a.‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‬ ‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﻓﻴﻪﻓﻴﻪ‪)‬‬
‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬‬
‫‪Bunga memenuhi kriteria riba yang diharamkan‬‬
‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ(‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺎﺭﻯ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺷﺮﺡ‪‬‬ ‫ﺍﺷ‪‬ﺘ‪‬ﺮﹺﻁﹶ‪ ‬ﻏﲑ‪‬ﻋﻘﺪ‪‬ﺗﺒﺎﻳﻊ‪)‬ﻋﻤﺪﺓ‪:‬‬ ‫‪‬‬ ‫ً‬
‫ﻣﻘﺪﻣﺎ‬
‫‪SWT‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﰱ‬ ‫‪seperti‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫‪dikemukakan‬‬
‫ﺑﻪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺟﺎﺀ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻴﻤﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ‬ ‫‪oleh‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﺧﺘﻠﻒ‬ ‫ﻗ ‪‬ﺎﻝ ‪‬ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ‪:‬ﻗﺎﻝ ‪‬ﺍﳌﺎﻭﺭﺩﻯ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭ‬
‫ﺷﺮﺡ‪‬ﺍﻟﺒﺨ‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺷﺮﺡ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺎﺭﻯ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﻋﻤﺪﺓ‪‬ﺍﻟﻘﺎﺭﻯ‪‬‬ ‫ﺗﺒﺎﻳﻊ‪))‬ﻋﻤﺪﺓ‪‬‬ ‫ﻋﻘﺪ‪‬ﺗﺒﺎﻳﻊ‬ ‫ ‪1).‬ﻋﻘﺪ‪‬‬
‫ﻏﲑ‪‬‬ ‫‪Imam Nawawy dalam Al-Majmu’:‬ﻏﲑ‪‬‬
‫ﰱ‪‬‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬
‫ﻭﻛﻞ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺑﻪ‬ ‫‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‪،‬‬ ‫ﺟﺎﺀ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻴﻤﺎ‬
‫ﻓﺴﺮﺗﻪ‬ ‫‪‬‬‫‪‬‬‫ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ‬
‫ﳎﻤﻞ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﻧﻪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﺧﺘﻠﻒ‬
‫‪‬‬ ‫ﺃﺣﺪﳘﺎ‬ ‫ﺍﳌﺎﻭﺭﺩﻯ ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪.‬‬ ‫ﻭﺟﻬﲔ‬ ‫ﻗﺎﻝ ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ‪:‬‬ ‫ﲢﺮﱘ ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬‬ ‫ﻗﺎﻝ ‪‬‬
‫ﺍﳌﺒﺴﻮﻁ‪‬ﺝ‪‬‬ ‫‪‬‬‫‪‬‬ ‫ﰱ‬
‫ﻭﻛﻞ ‪‬ﻣﺎ‪ ‬‬ ‫ﻗﺎﻝ ‪ ‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬ﻫﻮ‪‬ﺍﻟﻔﻀﻞ‪‬ﺍﳋﺎﱃ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﻌﻮﺽ‪‬ﺍﳌﺸﺮﻭﻁ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻊ‪)‬‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺑﻪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺟﺎﺀ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻴﻤﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﺧﺘﻠﻒ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﳌﺎﻭﺭﺩﻯ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻗﺎﻝ‬ ‫‪:‬‬ ‫ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ‬
‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‪ ،‬‬
‫ﻧﻘﺪﺍ‪‬ﻛﺎﻥ‬ ‫ﻓﺴﺮﺗﻪ‬ ‫ﳎﻤﻞ ‪‬‬ ‫ﺑﻴﺎﻥ‪‬ﺃﻧﻪ ‪‬‬ ‫ﺃﺣﺪﳘﺎ‬ ‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‪ ..‬ﻓﻬﻮ‪‬‬‫ﻋﻠﻰﻣﻦ‪‬ﻭﺟﻬﲔ‬ ‫ﲢﺮﱘ‪ ‬ﺑﻪ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬‬
‫ﺍﳌﺸﺮﻭﻁ‪‬ﰱ‬
‫ﺍﻟﻌﻮﺽ‪‬ﺍﳌﺸﺮﻭﻁ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﻌﻮﺽ‪‬‬ ‫ﺍﳋﺎﱃ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻔﻀﻞ‪‬ﺍﳋﺎﱃ‪‬‬
‫ﻫﻮ‪‬ﺍﻟﻔﻀﻞ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬ﻫﻮ‪‬‬ ‫ﻧﺴﻴﺌﺔ‪،‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‪ ،‬ﺃﻭ‪‬ﻭﻛﻞ ‪‬ﻣﺎ‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‪‬‬
‫ﻓﺴﺮﺗﻪ‬ ‫ﳎﻤﻞ ‪‬‬ ‫‪‬ﻤﻞ‪‬‬‫ﺃﺣﺪﳘﺎ ﺃﻧﻪ ‪‬‬ ‫ﻭﺟﻬﲔ‬ ‫‪‬‬ ‫(‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‪‬‬
‫ﺹ‬ ‫ﲢﺮﱘ ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬‬ ‫ﺟﺎﺀ‬
‫ﻣﻌﻬﻮﺩﺍ‪‬‬
‫ﻛﺎﻥﺃﻭ‪‬ﻧﺴﻴﺌﺔ‪،‬‬ ‫ﻣﺎ ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬‬‫ﻧﻘﺪﺍ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬
‫ﺗﻨﺎﻭﻝ ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬ﻤﻞ‪‬ﺇﳕﺎ ‪‬‬‫‪‬ﻤﻞ‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺑﻴﺎﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻬﻮ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺑﻪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺟﺎﺀ‬
‫‪((‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻧﻘﺪﺍ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻧﺴﻴﺌﺔ‪،‬ﺹﺹ‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‪‬‬ ‫ﻓﻬﻮﰱ‪ ‬ﺑﻴﺎﻥ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺬﻯ ‪‬‬ ‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﻭﺍﻟﺜﺎﱏﺑﻪ ‪‬ﺃﻥ ‪‬‬ ‫ﺟﺎﺀ‪‬‬
‫ﻣﻌﻬﻮﺩﺍ‪‬‬ ‫ﻛﺎﻥ ‪‬‬ ‫ﺗﻨﺎﻭﻝ‪‬ﻣﺎ ‪‬‬ ‫ﺇﳕﺎﰱ‪)‬ﺍﳌﺎﻝ‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺬﻯ ‪‬ﰱ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ ‪‬‬ ‫ﻟﻠﺠﺎﻫﻠﻴﺔ ‪‬ﺃﻥ ‪‬‬ ‫ﻭﺍﻟﺜﺎﱏ ‪‬‬
‫ﻣﻌﻬﻮﺩﺍ‪‬‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ(‪‬‬ ‫ﺍﻷﺟﻞ‪ ،‬ﰒ‬
‫ﻏﺮﻳﺐ‪‬‬ ‫ﻛﺎﻥ ‪‬‬ ‫ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬‬
‫ﺍﳌﻔﺮﺩﺍﺕﻣﺎ‪ ‬ﰱ‬
‫ﺗﻨﺎﻭﻝ ‪‬‬ ‫ﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ‪‬‬
‫ﺇﳕﺎ‬
‫ﺍﳌﺎﻝ‬ ‫ﻭﻃﻠﺐ‪‬ﺍﺭﺃﺱ‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‪ ‬‬ ‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬ﰱ ‪‬‬
‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺬﻯ‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬‬
‫ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ(‪‬‬ ‫ﻣﻦ ‪)‬ﺭﺑﺎ‬ ‫ﻭﺍﻟﺜﺎﱏ ‪‬ﺃﻥ ‪‬‬
‫ﻫﻮ‬
‫ﺍﳌﻔﺮﺩﺍﺕ‪‬ﰱ‪‬ﰱ‬
‫ﺍﳌﺎﻝ‪))‬ﺍﳌﻔﺮﺩﺍﺕ‪‬‬ ‫ﺭﺃﺱ‪‬ﺍﳌﺎﻝ‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺭﺃﺱ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ(‪(‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‪‬ﻫﻮﻫﻮ‪))‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‬
‫ﺍﻷﺟﻞ‪ ،‬ﰒ‬
‫ﺍﻷﺟﻞ‪ ،‬ﰒ‬ ‫ﺟﺎﺀ‪‬ﺑﻪ ‪‬‬ ‫ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ‬
‫ﺍﳌﺎﻝ‪ ‬ﻣﺎ ‪‬‬
‫ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ‬ ‫ﻣﻀﺎﻓﺎ ‪‬ﺇﱃ‬
‫ﺍﳌﺎﻝ‬
‫ﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ‪‬ﰱ‬
‫ﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ‪‬ﰱ‬ ‫ﺍﻟﻔﻘﻪ ‪‬‬ ‫ﻭﻃﻠﺐ ‪‬ﺍ‬
‫ﻭﻃﻠﺐ ‪‬ﺍ‬‫ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﰱ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ‪‬‬
‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ‪‬‬ ‫ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‪‬ﺭﺑﺎ ‪‬‬
‫ﻣﻦ ‪‬ﺭﺑﺎ ‪‬‬
‫ﻟﻠﺠﺎﻫﻠﻴﺔ ‪‬ﻣﻦ‬
‫ﻟﻠﺠﺎﻫﻠﻴﺔ ‪ ‬‬ ‫ﻭﺭﺩﺕ ‪‬‬
‫ﺍﻷﺟﻞ‪) ‬ﺭﻭﺍﺋﻊ‪‬‬ ‫ﻣﻘﺎﺑﻞ ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‪‬‬‫ﺟﺎﺀ ‪‬ﺑﻪ ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‪‬ﺇﱃ ‪‬ﻣﺎ ‪‬‬ ‫ﻣﻀﺎﻓﺎ‬ ‫ﻳﺄﺧﺬﻩ ‪‬ﺍﻟﻔﻘﻪ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﰱ ‪‬‬ ‫ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪،‬ﻫﻮ‬ ‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‬ ‫)ﻭﺭﺩﺕ ‪‬‬
‫ﺟﺎﺀ ‪‬ﺑﻪ ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‪‬‬ ‫ﺍﳌﺴﺘﻘﺮﺽ ‪‬‬
‫ﻣﻀﺎﻓﺎ ﺇﱃ ‪‬ﻣﺎ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬ﰱ ‪‬ﺍﻟﻔﻘﻪ ‪‬‬
‫ﺍﳌﻘﺮﺽ ‪‬‬ ‫ﺯﻳﺎﺩﺓ(‪‬‬ ‫ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺹ‪‬‬ ‫ﺍ‪‬ﻤﻮﻉ‪‬ﺝ‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻨﺔ‬ ‫ﻭﺭﺩﺕ ‪‬‬
‫ﺍﳌﺴﺘﻘﺮﺽ‪‬‬
‫ﻣﻦ ‪‬ﺍﳌﺴﺘﻘﺮﺽ‬ ‫ﺍﳌﻘﺮﺽ ‪‬ﻣﻦ ‪‬‬
‫ﻳﺄﺧﺬﻩ ‪‬ﺍﳌﻘﺮﺽ ‪‬‬ ‫ﺯﻳﺎﺩﺓ ‪‬ﻳﺄﺧﺬﻩ ‪‬‬
‫ﻫﻮ ‪‬ﺯﻳﺎﺩﺓ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﻫﻮ ‪‬‬‫ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫(‪‬‬ ‫)ﺍ‪‬ﻤﻮﻉ‪‬ﺝ‪،‬ﺹ‪‬‬
‫(‪‬ﺁﻳﺎﺕ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ(‪‬‬ ‫ﺗﻔﺴﲑ‬ ‫ﺹ‪‬‬ ‫) ‪‬ﺍ‪‬ﻤﻮﻉ‪‬ﺝ‪،‬‬
‫ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ‪‬ﰲ‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ(‪‬‬
‫ﺁﻳﺎﺕ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ(‬ ‫ﺗﻔﺴﲑ‪‬ﺁﻳﺎﺕ‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ‪‬ﰲ‪‬ﰲ‪‬ﺗﻔﺴﲑ‪‬‬ ‫ ‪2).‬‬
‫ﻳﻘﺎﺑﻠﻬﺎ‪‬ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ‬ ‫‪dalam‬ﻛﻞ ‪‬ﺯﻳﺎﺩﺓ ‪‬ﱂ ‪‬‬
‫‪Ibn al-‘Araby‬‬ ‫‪Ahkam‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‪‬‬ ‫ﻭﺍﳌﺮﺍﺩ ‪‬ﺑﻪ ‪‬ﰱ‬ ‫ﺍﻟﻠﻐﺔ ‪: ‬ﻫﻮ ‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪ ،‬‬
‫‪al-Qur’an‬‬ ‫ﻭﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﰱ ‪ ‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﻳﻘﺎﺑﻠﻬﺎ‪‬ﺑﻪ ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪،‬‬‫ﻭﻳﺘﻌﺎﻣﻞ‬ ‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‪،‬ﱂ ‪‬‬
‫ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻛﻞ ‪‬ﺯﻳﺎﺩﺓ‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺬﻱﺑﻪ ‪‬ﰱ ‪‬‬
‫ﺗﺴﲑ‬ ‫ﻭﺍﳌﺮﺍﺩ ‪‬‬
‫ﻭﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﰱ ‪‬ﺍﻟﻠﻐﺔ ﻫﻮ ‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪ ،‬ﻭﺍﳌﺮﺍﺩ ‪‬ﺑﻪ ﰱ ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻛﻞ ‪‬ﺯﻳﺎﺩﺓ ‪‬ﱂ ‪‬ﻳﻘﺎﺑﻠﻬﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬ ‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪ ،‬‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﻫﻮ‬ ‫(‪‬‬ ‫‪‬‬‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‪‬ﻫﻮ ‪‬‬‫ﺍﻟﻠﻐﺔ‬
‫ﻭﺭﺑﺎ‬ ‫ﻋﻮﺽ‪)‬ﰱ ‪‬‬ ‫ﻭﺍﻟﺮﺑﺎ‬
‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺗﺴﲑ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺬﻱ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬
‫ ‪3).‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‪‬ﻫﻮ ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﺍﻟﺬﻱ ‪‬ﺗﺴﲑ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﺍﳌﺼﺎﺭ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻫﻮ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻭﺭﺑﺎ‬
‫‪ Al-‘Aini dalam‬ﻭﺭﺑﺎ‬ ‫‪(‘Umdah‬‬‫ﲝﻮﺙ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‪:‬‬ ‫‪al- Qary‬‬ ‫(‪:‬ﺷﻚ‪).‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥﺑﻼ(‪‬‬ ‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬‬ ‫‪ )‬ﻓﻬﻮ‪‬‬
‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‬ ‫ﻋﻮﺽ‪)‬‬
‫ﻋﻮﺽ‬ ‫‪‬‬
‫‪(‬‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪(::‬‬
‫ﲝﻮﺙ‪‬ﰲ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‬
‫ﺷﻚ‪).).‬ﲝﻮﺙ‪‬‬ ‫ﺑﻼ‪‬ﺷﻚ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﺑﻼ‪‬‬ ‫ﻓﻬﻮ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬‬ ‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﻓﻴﻪ ‪)‬ﺍﻟﺮﺑﺎ(‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪.‬ﻭﻫﻮ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺻﻞ‪‬ﻣﺎﻝ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺻﻞ‪‬ﻣﺎﻝ‪‬ﻣﻦ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫(‬‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‪‬‬
‫ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‬‫‪‬‬ ‫ﺷﺮﺡ‬ ‫‪‬‬‫ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﻭﻫﻮ‪‬ﰱ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺎﺭﻯ‬‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪.‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻤﺪﺓ‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ(‪‬‬
‫‪)‬‬ ‫ﺗﺒﺎﻳﻊ‬ ‫ﻋﻘﺪ‪‬ﻓﻴﻪ‪)‬‬ ‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻏﲑ‬
‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﻓﻴﻪ‪)‬ﺍﻟﺮﺑﺎ(‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪.‬ﻭﻫﻮ‪‬ﰱ ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺻﻞ‪‬ﻣﺎﻝ‪‬ﻣﻦ‪ ‬‬
‫ﻏﲑ‪‬ﻋﻘﺪ‪1‬ﺗﺒﺎﻳﻊ‪)‬ﻋﻤﺪﺓ‪‬ﺍﻟﻘﺎﺭﻯ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺷﺮﺡ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ(‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﻏﲑ‪‬ﻋﻘﺪ‪‬ﺗﺒﺎﻳﻊ‪)‬ﻋﻤﺪﺓ‪‬ﺍﻟﻘﺎﺭﻯ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺷﺮﺡ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ(‪‬‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬ﻫﻮ‪‬ﺍﻟﻔﻀﻞ‪‬ﺍﳋﺎﱃ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﻌﻮﺽ‪‬ﺍﳌﺸﺮﻭﻁ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻊ‪)‬ﺍﳌﺒﺴﻮﻁ‪‬ﺝ‪11‬‬ ‫‪‬‬
‫‪722‬‬
‫‪‬‬
‫ﺍﻟﻔﻀﻞ‪‬ﺍﳋﺎﱃ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﻌﻮﺽ‪‬ﺍﳌﺸﺮﻭﻁ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻊ‪)‬ﺍﳌﺒﺴﻮﻁ‪‬ﺝ‪‬‬ ‫ﻫﻮ‪(‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻫﻮ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬
‫ﺹ‬
‫ﺍﻟﻔﻀﻞ‪‬ﺍﳋﺎﱃ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﻌﻮﺽ‪‬ﺍﳌﺸﺮﻭﻁ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻊ‪)‬ﺍﳌﺒﺴﻮﻁ‪‬ﺝ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬‬
‫ﺹ‪(‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺹ‪(‬‬
‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪ ،‬ﻭﺍﳌﺮﺍﺩ ‪‬ﺑﻪ ‪‬ﰱ ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‪‬ﻛﻞ ‪‬ﺯﻳﺎﺩﺓ ‪‬ﱂ ‪‬ﻳﻘﺎﺑﻠﻬﺎ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ(‪‬‬ ‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‪‬ﻫﻮ ‪‬‬
‫ﻋﻮﺽ‪)‬ﰱ ‪‬ﺍﻟﻠﻐﺔ‬
‫ﻭﺍﻟﺮﺑﺎ‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫(‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‬ ‫‪)‬‬ ‫ﻋﻮﺽ‬ ‫‪‬‬
‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﻓﻴﻪ‪)‬ﺍﻟﺮﺑﺎ(‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪.‬ﻭﻫﻮ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺻﻞ‪‬ﻣﺎﻝ‪‬ﻣﻦ‪‬‬
‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺻﻞ‪‬ﻣﺎﻝ‪‬ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﻓﻴﻪ‪)‬ﺍﻟﺮﺑﺎ(‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪.‬ﻭﻫﻮ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ(‪‬‬ ‫ﻏﲑ‪‬ﻋﻘﺪ‪‬ﺗﺒﺎﻳﻊ‪)‬ﻋﻤﺪﺓ‪‬ﺍﻟﻘﺎﺭﻯ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺷﺮﺡ‪‬‬
‫‪HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫(‬ ‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬ ‫‪‬‬
‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﻓﻴﻪ‪)‬ﺍﻟﺮﺑﺎ(‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪.‬ﻭﻫﻮ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺻﻞ‪‬ﻣﺎﻝ‪‬ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﺷﺮﺡ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺎﺭﻯ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻤﺪﺓ‬ ‫‪)‬‬ ‫ﺗﺒﺎﻳﻊ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻘﺪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻏﲑ‬
‫‪‬‬
‫‪4). Al-Sarakhsyi dalam Al-Mabsuth :‬‬
‫‪‬‬ ‫(‬ ‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺷﺮﺡ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﺎﺭﻯ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻤﺪﺓ‬ ‫‪)‬‬ ‫ﺗﺒﺎﻳﻊ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻘﺪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻏﲑ‬‫‪‬‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬ﻫﻮ‪‬ﺍﻟﻔﻀﻞ‪‬ﺍﳋﺎﱃ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﻌﻮﺽ‪‬ﺍﳌﺸﺮﻭﻁ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻊ‪)‬ﺍﳌﺒﺴﻮﻁ‪‬ﺝ‪‬‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬ﻫﻮ‪‬ﺍﻟﻔﻀﻞ‪‬ﺍﳋﺎﱃ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﻌﻮﺽ‪‬ﺍﳌﺸﺮﻭﻁ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻊ‪)‬ﺍﳌﺒﺴﻮﻁ‪‬ﺝ‪‬‬
‫ﺹ‪(‬‬ ‫‪‬‬
‫‪5). ‬‬ ‫‪)al-Isfahani‬ﺍﳌﺒﺴﻮﻁ‪‬ﺝ‬
‫‪Ar-Raghib‬‬ ‫ﺍﳌﺸﺮﻭﻁ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻊ‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪Al-Mufradat‬ﺍﻟﻌﻮﺽ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻔﻀﻞ‪‬ﺍﳋﺎﱃ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫(‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺹ‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬ﻫﻮ‪‬‬
‫‪fi Gharib‬‬
‫‪al-Qur’an :‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫(‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺹ‬‫‪‬‬
‫ﻫﻮ‪)‬ﺍﻟﺮﺑﺎ(‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺭﺃﺱ‪‬ﺍﳌﺎﻝ‪)‬ﺍﳌﻔﺮﺩﺍﺕ‪‬ﰱ‪‬ﻏﺮﻳﺐ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ(‪‬‬
‫ﻫﻮ‪)‬ﺍﻟﺮﺑﺎ(‪‬ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺭﺃﺱ‪‬ﺍﳌﺎﻝ‪)‬ﺍﳌﻔﺮﺩﺍﺕ‪‬ﰱ‪‬ﻏﺮﻳﺐ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ(‪‬‬
‫‪6). Muhammad Ali al-Shabuni dalam Rawa-i’ al-‬‬ ‫‪‬‬
‫‪Bayan :‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ(‪)‬ﺭﻭﺍﺋﻊ‪‬‬
‫ﻏﺮﻳﺐ‪‬ﺍﻷﺟﻞ‬ ‫ﺍﳌﺴﺘﻘﺮﺽﰱ‪‬ﻣﻘﺎﺑﻞ‬ ‫ﺍﳌﺎﻝﻣﻦ‪ )‬ﺍﳌﻔﺮﺩﺍﺕ‪‬‬ ‫ﺍﳌﻘﺮﺽ ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺭﺃﺱ‪‬‬ ‫ﻳﺄﺧﺬﻩ‬ ‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪)‬ﻫﻮ‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪(‬ﺯﻳﺎﺩﺓ ‪‬‬ ‫ﻫﻮ‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﻫﻮ ‪‬ﺯﻳﺎﺩﺓ ‪‬ﻳﺄﺧﺬﻩ ‪‬ﺍﳌﻘﺮﺽ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺍﳌﺴﺘﻘﺮﺽ ‪‬ﻣﻘﺎﺑﻞ ‪‬ﺍﻷﺟﻞ ‪)‬ﺭﻭﺍﺋﻊ‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ‪‬ﰲ‪‬ﺗﻔﺴﲑ‪‬ﺁﻳﺎﺕ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ(‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﻫﻮ ‪‬ﺯﻳﺎﺩﺓ ‪‬ﻳﺄﺧﺬﻩ ‪‬ﺍﳌﻘﺮﺽ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺍﳌﺴﺘﻘﺮﺽ ‪‬ﻣﻘﺎﺑﻞ ‪‬ﺍﻷﺟﻞ ‪)‬ﺭﻭﺍﺋﻊ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫(‬‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺁﻳﺎﺕ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺗﻔﺴﲑ‬ ‫‪‬‬ ‫ﰲ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ‬
‫‪‬‬
‫ ‪b.‬‬ ‫‪Bunga (interest/al-Fa-idah) hukumnya haram, seperti‬‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ(‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﻭﻳﺘﻌﺎﻣﻞ ‪‬ﺑﻪ ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪،‬‬
‫‪dikemukakan‬‬ ‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‪oleh ،‬‬
‫‪:‬‬ ‫ﺗﺴﲑ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬‬ ‫ﺁﻳﺎﺕ‪‬ﺍﻟﺬﻱ ‪‬‬ ‫ﻫﻮ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‬
‫ﺗﻔﺴﲑ‬ ‫ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ‪‬ﰲ‪‬‬
‫ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‪‬‬ ‫ﻭﺭﺑﺎ‬
‫ﻭﺭﺑﺎ ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‪‬ﻫﻮ ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﺍﻟﺬﻱ ‪‬ﺗﺴﲑ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‪ ،‬ﻭﻳﺘﻌﺎﻣﻞ ‪‬ﺑﻪ ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪،‬‬
‫‪1). Muhammad Abu Zahrah‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪(:‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫ﲝﻮﺙ‪‬ﰲ‪‬‬ ‫‪Buhuts‬‬ ‫ﺑﻼ‪fi‬ﺷﻚ‪).‬‬ ‫ﻓﻬﻮ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬‬
‫‪al-Riba‬‬ ‫‪:‬‬
‫‪‬‬ ‫(‬ ‫‪‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬
‫ﻭﺭﺑﺎ ‪‬ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‪‬ﻫﻮ ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﺍﻟﺬﻱ ‪‬ﺗﺴﲑ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‪ ،‬ﻭﻳﺘﻌﺎﻣﻞ ‪‬ﺑﻪ ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪،‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﰲ‬ ‫‪‬‬ ‫ﲝﻮﺙ‬ ‫‪).‬‬ ‫ﺷﻚ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺑﻼ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻬﻮ‬
‫‪‬‬
‫ﻓﻬﻮ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﺑﻼ‪‬ﺷﻚ‪).‬ﲝﻮﺙ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‪(:‬‬ ‫‪‬‬
‫‪2). Yusuf al-Qardhawy dalam Fawaid al-Bunuk :‬‬ ‫‪1‬‬
‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ((‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬ ‫‪)‬‬ ‫ﺍﳊﺮﺍﻡ‬
‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‪‬ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‪‬ﻫﻲ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬ﺍﳊﺮﺍﻡ‪)‬ﻓﻮﺍﺋﺪ‪‬ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬‫‪‬‬ ‫ﻫﻲ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬ ‫‪1‬‬
‫‪3). Wahbah al-Zuhaily dalam Al-Fiqh al-Islamy wa‬‬
‫‪Adillatuh :‬‬
‫‪ 1‬‬
‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‪‬‬
‫ﺃﻭ ‪‬ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ ‪‬ﺃﻭ‬
‫ﻭﺭﺑﺎ ‪‬ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪ ،‬ﻭﺭﺑﺎ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪،‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫(‪‬ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ(‪‬‬
‫‪)‬ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‪)‬‬
‫ﻓﻮﺍﺋﺪ ‪‬ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫ﻷﻥ‪‬‬ ‫ﻣﺮﻛﺒﺔ‪ ،‬ﻷﻥ‬
‫ﺑﺴﻴﻄﺔ ‪‬ﺃﻡﺃﻡ ‪‬ﻣﺮﻛﺒﺔ‪،‬‬
‫ﺍﻟﻔﺎﺋﺪﺓ ‪‬ﺑﺴﻴﻄﺔ‬ ‫ﻛﺎﻧﺖ ‪‬ﺍﻟﻔﺎﺋﺪﺓ‬ ‫ﺳﻮﺍﺀ ‪‬ﻛﺎﻧﺖ‬ ‫ﺍﻟﻨﺴﻴﺌﺔ‪ ،‬ﺳﻮﺍﺀ‬ ‫ﺭﺑﺎ ‪‬ﺍﻟﻨﺴﻴﺌﺔ‪،‬‬ ‫ﻫﻲ ‪‬ﺭﺑﺎ‬
‫‪‬ﻫﻲ‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬
‫ﰲ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﰲ‬
‫ﻣﻀﺎﺭ‪‬ﺭ‪ ‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‬
‫ﻭﺇﻥ ‪‬ﻣﻀﺎ‬
‫‪ ...‬ﻭﺇﻥ‬ ‫ﻭﺍﻻﻗﺘﺮﺍﺽ ‪...‬‬‫ﺍﻹﻗﺮﺍﺽ ‪‬ﻭﺍﻻﻗﺘﺮﺍﺽ‬ ‫ﺍﻷﺻﻠﻲ ‪‬ﺍﻹﻗﺮﺍﺽ‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ ‪‬ﺍﻷﺻﻠﻲ‬
‫ﻋﻤﻞ ‪‬ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬
‫ﻋﻤﻞ‬
‫ﻭﺇﲦﻬﺎ‪‬‬
‫ﻛﺎﻟﺮﺑﺎ‪ ،‬ﻭﺇﲦﻬﺎ‬
‫ﺣﺮﺍﻡ ‪‬ﻛﺎﻟﺮﺑﺎ‪،‬‬‫ﺣﺮﺍﻡ ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﻭﻫﻲ ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﲤﺎﻣﺎ‪ ..‬ﻭﻫﻲ‬ ‫ﻣﺘﺤﻘﻘﺔ ‪‬ﲤﺎﻣﺎ‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ ‪‬ﻣﺘﺤﻘﻘﺔ‬
‫ﻓﻮﺍﺋﺪ ‪‬ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬
‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫‪...‬‬
‫ﺱ‪‬ﺃﹶﺃﹶﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻮﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟ‪‬ﻟ‪‬ﻜﹸﻜﹸﻢ‪‬ﻢ‪...‬‬
‫‪:‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﺇﹺﻥﹾﻥﹾ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺒ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﻓﹶﻠﹶﻠﹶﻜﹸﻜﹸﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺭ‪‬ﺭ‪‬ﺅ‪‬ﺅ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺱ‪‬‬
‫ﺗﻌﺎﱃ‪:‬‬
‫ﻭﻟﻘﻮﻟﻪ‪‬ﺗﻌﺎﱃ‬
‫ﻛﺈﲦﻪ‪،‬ﻭﻟﻘﻮﻟﻪ‬
‫ﻛﺈﲦﻪ‪،‬‬
‫‪‬‬
‫ ‪c.‬‬ ‫‪Bunga uang dari pinjaman/simpanan yang berlaku di‬‬ ‫‪‬‬
‫‪atas‬ﻭﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍ‪‬ﻟﻟﹶﹶﻪ‪‬ﻪ‪‬‬ ‫‪buruk‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻠﹶﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻜﹸﻜﹸﻢ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪lebih‬ﻓﻓﹶﺎﹶﺎﻗﹾﻗﹾﺪ‪‬ﺪ‪‬ﺭ‪‬ﺭ‪‬‬ ‫‪dari‬ﻓﹶﻓﹶﺈﹺﺈﹺﻥﹾﻥﹾ‪‬ﻏﹸﻏﹸﻢ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻩ‪‬ﻩ‪‬‬ ‫ﻻﹶﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﺼ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‪‬ﺗ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﹾﻬﹺﻼﹶﻝﹶ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻔﹾﻄ‪ ‬ﺮﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‬
‫‪riba‬‬‫ﺘ‬‫ﺣ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﺍ‬
‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬
‫‪yang‬‬‫ﻄ‬
‫‪‬‬ ‫ﻔ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺗ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻻ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪diharamkan‬‬ ‫ﻝ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻼ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻬ‬
‫ﹺ‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺍ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﺍ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬ ‫ﺗ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﻰ‬ ‫ﺘ‬ ‫ﺣ‬
‫‪‬‬
‫‪Allah‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﻮﺍ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬
‫‪‬‬ ‫ﺼ‬
‫‪‬‬
‫‪SWT‬‬ ‫ﺗ‬
‫‪‬‬‫‪‬‬
‫‪dalam Al-Quran, karena riba hanya dikenakan tambahan‬‬
‫‪pada saat si peminjam tidak mampu mengembalikan‬‬
‫‪ pinjaman‬‬ ‫‪pada‬ﺓﹶﺓﹶ‪‬ﺷ‪‬ﺷ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﺒﺒ‪‬ﺎ‪‬ﺎﻥﹶﻥﹶ‪‬ﺛﹶﺛﹶﻼﹶ‬
‫ﻼﹶﺛ‪‬ﺛ‪‬ﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻦ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫‪saat‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻠﹸﻠﹸﻮﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺍ‪‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﺪ‪‬ﺪ‪‬‬‫‪jatuh‬ﻜﹸﻜﹸﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﻓﹶﺄﹾﺄﹾﻛﹾﻛﹾ‬
‫‪tempo.‬ﻏﹸﻏﹸﺒﹺﺒﹺﻲ‪‬ﻲ‪‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻠﹶﻴ‪‬ﻴ‪‬‬
‫‪Sedangkan‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﺅ‪‬ﺅ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻪ‪‬ﻪ‪‬ﻓﹶﻓﹶﺈﹺﺈﹺﻥﹾﻥﹾ‪‬‬
‫‪bunga‬ﻟ‪‬ﻟ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﺅ‪‬ﺅ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻪ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺃﹶﻓﹾﻓﹾﻄ‪‬ﻄ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﻭﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍ‪‬ﻟ‪‬ﻟ‪‬‬
‫ﺻ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻮﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺍ‪‬‬
‫ﺻ‪‬‬
‫‪sudah langsung dikenakan tambahan sejak terjadinya‬‬ ‫‪‬‬
‫‪transaksi.‬‬
‫ﺴ‪‬ﻨﹺﻨﹺﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻦ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪‬ﻮﺭﺭ‪‬ﺍ‪‬ﺍ ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻗﹶﻗﹶﺪ‪‬ﺪ‪‬ﺭ‪‬ﺭ‪‬ﻩ‪‬ﻩ‪ ‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻨﻨ‪‬ﺎ‪‬ﺎﺯﹺﺯﹺﻝﹶﻝﹶ ‪‬ﻟ‪‬ﻟ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹶﻠﹶﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻮﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺍ ‪‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﺪ‪‬ﺪ‪‬ﺩ‪‬ﺩ‪ ‬ﺍﻟﺍﻟﺴ‪‬‬
‫ﺿ‪‬ﻴﻴ‪‬ﺎ‪‬ﺎﺀًﺀً ‪‬ﻭﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﹾﻟﹾﻘﹶﻘﹶﻤ‪‬ﻤ‪‬ﺮﺮ‪ ‬ﻧﻧ‪‬ﻮ‬
‫ﺲ‪ ‬ﺿ‪‬‬‫ﺸ‪‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﺲ‪‬‬ ‫‪‬ﻯ ‪‬ﺟ‪‬ﺟ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﻞﹶﻞﹶ ‪‬ﺍﻟﺍﻟﺸ‪‬‬ ‫ﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪ ‬ﺍﺍﻟﱠﻟﱠﺬﺬ‪‬ﻯ‬
‫‪d. Telah adanya ketetapan akan keharaman  bunga‬‬
‫‪ ...‬‬ ‫ﺏ‪...:‬‬ ‫ﺴ‪‬ﺎ‪‬ﺎﺏ‪‬‬ ‫ﺤ‪‬ﺴ‬ ‫ﻭﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﹾﻟﹾﺤ‪‬‬
‫‪bank‬‬
‫‪oleh berbagai forum Ulama Internasional, yaitu‬‬
‫‪1). Majma’ul Buhuts al-Islamiyyah di al-Azhar Mesir‬‬ ‫‪‬‬
‫‪Mei‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻜﹸﻢ‪‬ﻢ‪ ‬‬
‫‪pada‬‬ ‫‪1965.‬ﻷَﻷَﻣ‪‬ﻣ‪‬ﺮﹺﺮﹺ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﺍﹾﺍﹾ‬
‫ﷲَ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺃﹶﻃ‪‬ﻃ‪‬ﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﻮﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﺍﻟﺮ‪‬ﺮ‪‬ﺳ‪‬ﺳ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪‬ﻝﹶﻝﹶ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹸﺃﹸﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻟﻟ‪‬ﻰ‬ ‫ﻳﺂﻳﺂﺃﹶﺃﹶﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻬﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﺍﺍﻟﱠﻟﱠﺬ‪‬ﺬ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻦ‪‬ﻦ‪‬ﺁﺁﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﻮﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺍ‪‬ﺃﹶﺃﹶﻃ‪‬ﻃ‪‬ﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﻮﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺍ‪‬ﺍﺍﷲَ‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﺸ‪‬ﻲ‪‬ﻲ ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﻄﻄﱠﺎﱠﺎﻋ‪‬ﻋ‪‬ﺔ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍ‪‬ﻥﹾﻥﹾ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻟﱢﻟﱢﻲ‪‬ﻲ‪‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻠﹶﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻜﹸﻜﹸﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﺪ‪‬ﺣ‪‬ﺣ‪‬ﺒ‪‬ﺒ‪ ‬‬
‫ﺸ‬ ‫ﺴ‪‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻊﹺﻊﹺ‪‬ﻭﻭ‪‬ﺍﻟ‬
‫ﹺﺎﻟﺴ‪‬‬
‫‪723‬ﻜﹸﻜﹸﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺑﺑﹺﺎﻟ‬
‫ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻠﹶﻴ‪‬ﻴ‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﻑ‪‬‬
‫ﻼﹶﻑ‪‬‬
‫ﺨ‪‬ﻼﹶ‬
‫ﺤ‪‬ﺎ‪‬ﺎﻛ‪‬ﻛ‪‬ﻢﹺﻢﹺ‪‬ﺇﹺﺇﹺﻟﹾﻟﹾﺰﺰ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻡ‪‬ﻡ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﻓﹶﻓﹶﻊ‪‬ﻊ‪‬ﺍﺍﻟﹾﻟﹾﺨ‪‬‬
‫ﺣ‪‬ﺣ‪‬ﻜﹾﻜﹾﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺍﺍﻟﹾﻟﹾﺤ‬
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA PERTAMA TAHUN 2003

2). Majma’ al-Fiqh al-Islamy Negara-negara OKI yang


diseenggarakan di Jeddah tgl 10-16 Rabi’ul Awal
1406 H/22-28 Des 1985.
3). Majma’ Fiqh Rabithah al-‘Alam al-Islamy
Keputusan 6 Sidang IX yang diselenggarakan di
Makkah tanggal 12 – 19 Rajab 1406 H.
4). Keputusan Dar al-Itfa, Kerajaan Saudi Arabia, 1979
5). Keputusan Supreme Shariah Court Pakistan 22
Desember 1999.
e. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Tahun 2000 yang menyatakan bahwa
bunga tidak sesuai dengan syari’ah.
f. Sidang Lajnah Tarjih Muhammadiyah tahun 1968 di
Sidoarjo yang menyarankan kepada PP Muhammadiyah
untuk mengusahakan terwujudnya konsepsi sistem
perekonomian khususnya Lembaga Perbankan yang
sesuai dengan kaidah Islam.
g. Munas Alim Ulama dan Konbes NU tahun 1992 di Bandar
Lampung yang mengamanatkan berdirinya Bank Islam
dengan sistem tanpa bunga.

B. FATWA TENTANG PENETAPAN AWAL RAMADHAN,


SYAWAL, DAN DZULHIJJAH :
1. Penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan
berdasarkan metode ru’yah dan hisab.
2. Seluruh umat Islam di Indonesia wajib menaati ketetapan
Pemerintah RI tentang penetapan awal Ramadhan, Syawal,
dan Dzulhijjah.
3. Dalam menetapkan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah,
(‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬dengan
Menteri Agama wajib berkonsultasi )‫ﺍﳊﺮﺍﻡ‬‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬‫ﻫﻲ‬‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬
Majelis ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
Ulama
Indonesia, ormas-ormas Islam dan Instansi terkait. 
Rekomendasi ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬:  ‫ﺃﻭ‬ ‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‬ ‫ﻭﺭﺑﺎ‬ ،‫ﺣﺮﺍﻡ‬‫ﺣﺮﺍﻡ‬‫ﺣﺮﺍﻡ‬(‫)ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫ﻷﻥ‬ ،‫ﻣﺮﻛﺒﺔ‬Ulama
Agar Majelis  ‫ﺃﻡ‬ ‫ﺑﺴﻴﻄﺔ‬Indonesia
 ‫ﺍﻟﻔﺎﺋﺪﺓ‬ ‫ﻛﺎﻧﺖ‬mengusahakan
 ‫ﺳﻮﺍﺀ‬ ،‫ﺍﻟﻨﺴﻴﺌﺔ‬ ‫ﺭﺑﺎ‬ ‫ﻫﻲ‬adanya
 ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬
kriteria penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah untuk
‫ﰲ‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬ ‫ﺭ‬oleh
dijadikan pedoman ‫ﻣﻀﺎ‬ Menteri
‫ﻭﺇﻥ‬ ... ‫ﻭﺍﻻﻗﺘﺮﺍﺽ‬
Agama ‫ﺍﻹﻗﺮﺍﺽ‬
dengan  ‫ﺍﻷﺻﻠﻲ‬  ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫ﻋﻤﻞ‬
membahasnya
bersama ormas-ormas Islam dan para ahli terkait.
‫ﻭﺇﲦﻬﺎ‬ ،‫ﻛﺎﻟﺮﺑﺎ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﻭﻫﻲ‬ .‫ﲤﺎﻣﺎ‬ ‫ﻣﺘﺤﻘﻘﺔ‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
Dasar-Dasar Penetapan ...‫ﻜﹸﻢ‬Fatwa
‫ﺍﻟ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﺱ‬‫ﻭ‬‫ﺅ‬: ‫ﺭ‬‫ﻓﹶﻠﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﺇﹺﻥﹾ‬‫ﻭ‬:‫ﺗﻌﺎﱃ‬‫ﻭﻟﻘﻮﻟﻪ‬،‫ﻛﺈﲦﻪ‬
1. Hadis riwayat Bukhari Muslim dari Ibnu Umar: 
‫ﻟﹶﻪ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﻓﹶﺎﻗﹾﺪ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻏﹸﻢ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‬‫ﻩ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺗ‬‫ﻰ‬‫ﺘ‬‫ﺣ‬‫ﺍ‬‫ﺮﻭ‬ ‫ﻔﹾﻄ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﻬﹺﻼﹶﻝﹶ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺗ‬‫ﻰ‬‫ﺘ‬‫ﺣ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻣ‬‫ﻮ‬‫ﺼ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬

 ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺛﹶﻼﹶﺛ‬‫ﺎﻥﹶ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺷ‬‫ﺓﹶ‬‫ﺪ‬‫ﻋ‬‫ﺍ‬‫ﻠﹸﻮ‬‫ﻓﹶﺄﹾﻛﹾﻤ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻏﹸﺒﹺﻲ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺅ‬‫ﺮ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹶﻓﹾﻄ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺅ‬‫ﺮ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻣ‬‫ﻮ‬‫ﺻ‬
724 
‫ﻦ‬‫ﻨﹺﻴ‬‫ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺩ‬‫ﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬ ‫ﺎﺯﹺﻝﹶ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻩ‬‫ﺭ‬‫ﻗﹶﺪ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻮﺭ‬‫ﻧ‬ ‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹶﻤ‬‫ﻭ‬ ً‫ﺎﺀ‬‫ﻴ‬‫ﺿ‬ ‫ﺲ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺸ‬ ‫ﻞﹶ‬‫ﻌ‬‫ﺟ‬ ‫ﻯ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬
 ...‫ﺎﺏ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭ‬
‫‪‬‬
‫ﻓﻮﺍﺋﺪ ‪‬ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‪)‬ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ(‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪ ،‬ﻭﺭﺑﺎ ‪‬ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ ‪‬ﺃﻭ ‪‬ﻓﻮﺍﺋﺪ‪‬‬
‫ﺍﻟﻔﺎﺋﺪﺓ ‪‬ﺑﺴﻴﻄﺔ ‪‬ﺃﻡ ‪‬ﻣﺮﻛﺒﺔ‪ ،‬ﻷﻥ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ(‪‬‬ ‫ﻛﺎﻧﺖ ‪‬‬ ‫ﺳﻮﺍﺀ ‪‬ﻓﻮﺍﺋﺪ‪‬‬ ‫ﺍﳊﺮﺍﻡ‪)‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺴﻴﺌﺔ‪ ،‬‬ ‫ﻫﻲ‪‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‪‬ﺭﺑﺎ‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‪‬ﻫﻲ‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫‪‬‬ ‫(‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬ ‫‪)‬‬ ‫ﺍﳊﺮﺍﻡ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻫﻲ‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫ﻭﺍﻻﻗﺘﺮﺍﺽ(‪ ...‬ﻭﺇﻥ ‪‬ﻣﻀﺎﺭ‪ ‬ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬ﰲ‪‬‬
‫‪HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA‬‬
‫ﺍﻹﻗﺮﺍﺽ ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‪‬ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬ﺍﳊﺮﺍﻡ‪)‬‬ ‫ﺍﻷﺻﻠﻲ‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‪‬ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‪‬ﻫﻲ‪‬‬ ‫ﻋﻤﻞ‬ ‫‪‬‬
‫ﻓﻮﺍﺋﺪ ‪‬ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‪)‬ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ(‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪ ،‬ﻭﺭﺑﺎ ‪‬ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ ‪‬ﺃﻭ ‪‬ﻓﻮﺍﺋﺪ‪‬‬
‫‪“Janganlah‬‬ ‫ﻭﺇﲦﻬﺎ‪‬‬
‫ﻛﺎﻟﺮﺑﺎ‪،‬ﺃﻭ ‪‬ﻓﻮﺍﺋﺪ‬ ‫‪kamu‬‬
‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ ‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ ‪‬‬ ‫‪berpuasa‬‬
‫ﻭﺭﺑﺎ ‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ ‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪ ،‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ(‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪‬‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‪‬‬ ‫ﻭﻫﻲ‬ ‫)‪(Ramadhan‬‬
‫ﺣﺮﺍﻡ‪‬‬ ‫ﺍﳊﺮﺍﻡ ‪)‬‬ ‫ﲤﺎﻣﺎ‪.‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ(‪‬‬ ‫ﻣﺘﺤﻘﻘﺔ‪‬‬
‫‪)‬ﺍﻟﺮﺑﺎ‬ ‫ﻫﻲ‪‬‬ ‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‬‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‪‬‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‪‬ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬
‫‪sehingga‬‬ ‫‪‬‬
‫‪melihat tanggal‬‬ ‫ﻷﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻣﺮﻛﺒﺔ‪،‬‬ ‫‪‬‬
‫‪(satu‬‬ ‫ﺃﻡ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺑﺴﻴﻄﺔ‬ ‫)‪Ramadhan‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻔﺎﺋﺪﺓ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻛﺎﻧﺖ‬ ‫‪‬‬
‫‪dan‬‬ ‫ﺳﻮﺍﺀ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺴﻴﺌﺔ‪،‬‬
‫‪janganlah‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺭﺑﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻫﻲ‬‫‪berbuka‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬
‫‪(mengakhiri‬‬ ‫ﻷﻥ‪‬‬‫ﻣﺮﻛﺒﺔ‪ ،‬ﻓﻮﺍﺋﺪ‬ ‫‪puasa‬‬ ‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ ‪‬ﺃﻭ‬ ‫)‪...Ramadhan‬ﺃﻡ ‪‬‬ ‫ﻭﺭﺑﺎ ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬‬
‫ﺑﺴﻴﻄﺔ‬ ‫ﺍﻟﻔﺎﺋﺪﺓﻣ‪‬ﻮ‪‬ﺍﻟ‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪،‬ﺃﹶ‬ ‫ﻛﺎﻧﺖ‪‬ﺭ‪‬ﺅ‪‬ﻭ‪‬ﺱ‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪‬‬ ‫‪sehingga‬ﻢ‪‬‬‫ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﻓﹶ‪‬ﻠﹶﻜﹸ‬ ‫(‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬‬
‫ﺳﻮﺍﺀ‬ ‫ﺍﻟﻨﺴﻴﺌﺔ‪،‬ﻥﹾ‪‬‬‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬
‫‪melihat‬ﻭ‪‬ﺇﹺ‬‫ﺗﻌﺎﱃ‪:‬‬ ‫ﺭﺑﺎ ‪)‬‬ ‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‬
‫ﻭﻟﻘﻮﻟﻪ‪‬‬ ‫ﻫﻲ ‪‬‬ ‫‪tanggal‬‬ ‫ﻛﺈﲦﻪ‪،‬‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﻷﻥ‪‬‬‫ﰲ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺭ‬
‫‪‬‬ ‫ﻣﻀﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻭﺇﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪‬‬ ‫(‬‫ﻭﺍﻻﻗﺘﺮﺍﺽ‬
‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻹﻗﺮﺍﺽ‬
‫‪)‬‬ ‫ﺍﳊﺮﺍﻡ‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻷﺻﻠﻲ‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻫﻲ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬
‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻋﻤﻞ‬
‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪ ‬‬ ‫ﻣﺮﻛﺒﺔ‪،‬‬ ‫ﺑﺴﻴﻄﺔ ‪‬ﺃﻡ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻔﺎﺋﺪﺓ ‪‬‬ ‫ﻛﺎﻧﺖ‪‬‬ ‫(‪‬ﺳﻮﺍﺀ‬ ‫ﺍﻟﻨﺴﻴﺌﺔ‪ ،‬‬ ‫ﺭﺑﺎ ‪)‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‪‬ﻫﻲ‬
‫‪(satu Syawwal).‬‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬ ‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑﺭ‪‬ﺃﻭ ‪‬‬ ‫‪Jika‬‬ ‫‪dihalangi‬‬ ‫‪oleh‬‬ ‫‪awan/‬‬ ‫‪mendung‬‬ ‫‪maka‬‬ ‫‪‬‬
‫‪kira-kirakanlah”.‬‬ ‫ﰲ‬ ‫ﻣﻀﺎ‬ ‫ﻭﺭﺑﺎ ‪‬ﻭﺇﻥ‬ ‫‪ ...‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪ ،‬‬ ‫ﻭﺍﻻﻗﺘﺮﺍﺽ‬ ‫ﺍﻹﻗﺮﺍﺽ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫ﺍﻷﺻﻠﻲ ‪‬‬ ‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ ‪‬‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫ﻋﻤﻞ‬
‫ﻷﻥﻓ‪‬ﹶﺎﻗﹾﺪ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹶﻪ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻭﺇﲦﻬﺎ‬
‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‪‬ﻜﹸ ‪‬ﻢ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻛﺎﻟﺮﺑﺎ‪،‬‬
‫ﻣﻀﺎﻢ‪‬ﺭ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺑﺴﻴﻄﺔﻓﹶﺈﹺ‪‬ﻥﹾﺃﻡ‪‬ﻏﹸ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫‪...‬ﺗ‪ ‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﻩ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‬
‫‪‬ﻰ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﻭﺍﻻﻗﺘﺮﺍﺽﺣ‪‬ﺘ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‬
‫ﻛﺎﻧﺖ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺍﻹﻗﺮﺍﺽ‪‬ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻔﹾﻄ‪‬‬ ‫ﻭﻫﻲ‬ ‫ﺳﻮﺍﺀﻭ‪‬‬‫‪‬‬ ‫‪.‬‬ ‫ﲤﺎﻣﺎ‬
‫ﺍﻟﻨﺴﻴﺌﺔ‪،‬ﻬﹺ‪‬ﻼﹶﻝﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻣﺘﺤﻘﻘﺔ‬
‫ﺍﻷﺻﻠﻲ‪‬ﺍﻟﹾ‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﺗ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫‪2. Hadis Riwayat‬‬ ‫ﰲ‬
‫ﻭﺇﲦﻬﺎ‬ ‫ﻣﺮﻛﺒﺔ‪،‬‬‫ﻛﺎﻟﺮﺑﺎ‪ ،‬‬ ‫‪Bukhari‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ ‪‬‬ ‫ﻭﺇﻥ‬ ‫‪Muslim‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻔﺎﺋﺪﺓ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ ‪‬‬ ‫‪dari‬‬ ‫ﻭﻫﻲ ‪‬‬ ‫‪Abu‬‬ ‫ﲤﺎﻣﺎ‪ .‬‬ ‫‪Hurairah:‬‬ ‫ﻣﺘﺤﻘﻘﺔ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‪‬ﺣ‪‬ﺘﺭﺑﺎ‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻮﺍ‪‬‬
‫ﻫﻲ‬ ‫ﻋﻤﻞﺼ‪‬‬
‫ﻓﻮﺍﺋﺪ ‪‬‬
‫ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬‬
‫ﻭﺇﲦﻬﺎ‪‬‬
‫ﻛﺎﻟﺮﺑﺎ‪،‬ﺃﻭ‪‬ﻓﻮﺍﺋﺪ‬ ‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ ‪‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪‬‬ ‫ﻭﺭﺑﺎ ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡﻮ‪‬ﺍﻟ‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪،‬ﺃﹶﻣ‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡﻭ‪‬ﺱ‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﺭ‪‬ﺅ‪‬‬ ‫ﻭﻫﻲﻜﹸ ‪‬ﻢ‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﻓﹶ‪‬ﻠﹶ‬ ‫ﲤﺎﻣﺎﺒ‪.‬ﺘ‪ ‬ﻢ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙﻥﹾ(‪‬ﺗ‪‬‬ ‫ﻣﺘﺤﻘﻘﺔﻭ‪‬ﺇﹺ‬
‫ﺗﻌﺎﱃ‪:‬‬ ‫ﺍﳌﺼﺎﺭﻑ‪)‬‬ ‫ﻭﻟﻘﻮﻟﻪ‪‬‬ ‫ﻛﺈﲦﻪ‪،‬ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫ﰲ‪‬‬ ‫ﻣﻀﺎﺭ‪ ‬ﺍﻟﺮﺑﺎ ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﻭﺇﻥ‬
‫ﻢ‬
‫‪‬‬ ‫ﻜ‬
‫ﹸ‬ ‫‪...‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻟ‪‬‬ ‫ﻣ‬
‫‪‬‬ ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺱ‬
‫‪‬‬ ‫ﻭﺍﻻﻗﺘﺮﺍﺽ‬
‫ﻭ‬
‫‪‬‬ ‫ﺅ‬
‫‪‬‬ ‫ﺭ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻢ‬
‫‪‬‬ ‫ﻜ‬
‫ﹸ‬ ‫ﺍﻹﻗﺮﺍﺽﻓﹶ‪‬‬
‫ﻠ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻢ‬
‫‪‬‬ ‫ﺘ‬
‫‪‬‬ ‫ﺒ‬
‫‪‬‬ ‫ﺗ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻥ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺇ‬
‫ﹺ‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬‫ﺍﻷﺻﻠﻲ‪ :‬‬ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻭﻟﻘﻮﻟﻪ‬ ‫ﻛﺈﲦﻪ‪،‬‬‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫ﻋﻤﻞ‬
‫ﻷﻥﺛﹶ‪‬ﻼﹶﺛ‪‬ﻴ‪‬ﻦ‪ ‬‬ ‫ﻣﺮﻛﺒﺔ‪،‬ﺒ‪‬ﺎﻥﹶ‪‬‬ ‫ﺑﺴﻴﻄﺔﻠﹸ‪‬ﻮ‪‬ﺍﺃﻡ‪‬ﻋ‪‬ﺪ‪‬ﺓﹶ‪‬ﺷ‪‬ﻌ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻔﺎﺋﺪﺓﻢ‪‬ﻓﹶﺄﹾﻛﹾﻤ‪‬‬ ‫ﻛﺎﻧﺖﻲ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻜﹸ‬ ‫ﺳﻮﺍﺀﻓﹶ‪‬ﺈﹺﻥﹾ‪‬ﻏﹸﺒﹺ‬ ‫ﺍﻟﻨﺴﻴﺌﺔ‪،‬ﺮ‪‬ﺅ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻪ‪‬‬ ‫ﻫﻲﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻪ‪‬ﺭﺑﺎﻭ‪‬ﺃﹶﻓﹾﻄ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﻟ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻟ‪‬ﺮ‪‬ﺅ‪‬‬ ‫ﺻ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻭﺇﲦﻬﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻛﺎﻟﺮﺑﺎ‪،‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﺼ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‪‬ﺗ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﹾﻬﹺﻼﹶﻝﹶ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻔﹾﻄ‪ ‬ﺮﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‪‬ﺗ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﻩ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‪‬ﻏﹸﻢ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻓﹶﺎﻗﹾﺪ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹶﻪ‪‬‬
‫‪“Berpuasalah‬‬ ‫)‪(Ramadhan‬‬ ‫‪...‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﻢ‬
‫‪‬‬ ‫ﻜ‬
‫ﹸ‬ ‫ﻟ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺍ‬
‫‪‬‬ ‫ﻮ‬‫ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﻣ‬
‫‪‬‬ ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺱ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬‫ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﺅ‬
‫‪‬‬ ‫ﺭ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪karena‬‬ ‫ﻢ‬
‫‪‬‬‫‪‬‬ ‫ﻜ‬
‫ﹸ‬
‫ﻭﻫﻲ‬ ‫ﻠ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻓ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻢ‬
‫‪‬‬‫‪‬‬ ‫ﺘ‬
‫‪‬‬‫‪.‬‬ ‫ﺒ‬
‫‪‬‬ ‫ﺗ‬
‫‪‬‬
‫ﲤﺎﻣﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻥ‬
‫ﹾ‬ ‫‪melihat‬‬ ‫ﺇ‬
‫ﹺ‬ ‫‪‬‬‫ﻭ‬
‫‪‬‬ ‫‪:‬‬
‫ﻣﺘﺤﻘﻘﺔ‬ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ ‫‪‬‬‫‪‬‬ ‫ﻭﻟﻘﻮﻟﻪ‬
‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙ‬ ‫‪tanggal‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬‫ﻛﺈﲦﻪ‪،‬‬‫ﻓﻮﺍﺋﺪ‬
‫‪Ramadhan).‬ﺪ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹶﻪ‪‬‬
‫‪(satu‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎﻜﹸ ‪‬ﻢ‪‬ﰲﻓ‪‬ﹶﺎﻗﹾ‬ ‫ﻣﻀﺎﻢ‪‬ﺭ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬‬ ‫ﻭﺇﻥﻓﹶﺈﹺ‪...‬ﻥﹾ‪‬ﻏﹸ‬ ‫‪melihat‬ﻭ‪‬ﻜﹸﻩ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪Dan‬‬ ‫‪...‬ﻮﺗ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺮ‪‬‬
‫‪berbukalah‬ﺃﹶ‪‬ﻰﻣ‪‬‬
‫ﺱ‪‬ﺘ‪‬‬ ‫ﻭﺍﻻﻗﺘﺮﺍﺽﺣ‪‬‬
‫ﺍﻹﻗﺮﺍﺽﻓﹶ‪‬ﻠﹶﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹸﻔﹾﻢ‪‬ﻄ‪‬ﺭ‪‬ﺮﺅ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻭ‪‬‬ ‫‪(satu‬ﻬﹺﻥﹾ‪‬ﻼﹶﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺘ‪‬ﻝﹶ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬‬
‫‪(mengakhiri‬‬ ‫ﺍﻷﺻﻠﻲ ‪‬‬
‫ﺗﻌﺎﱃﻭ‪‬ﺍ‪:‬ﺍﻭ‪‬ﻟﹾﺇﹺ‬ ‫ﻭﻟﻘﻮﻟﻪ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‪‬ﺗ‪‬ﺮ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙﺣ‪‬‬ ‫‪puasa‬ﻣ‪‬ﻮﺍ‪‬‬ ‫ﻛﺈﲦﻪ‪،‬ﻮ‪‬‬ ‫ﻋﻤﻞﺼ‪‬‬ ‫ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬‬
‫ﻭﺇﲦﻬﺎﻓ‪‬ﹶﺎﺪ‪‬ﻗﹾﺩ‪‬ﺪ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻟﻭ‪‬ﺍﺴ‪‬ﻨﹺﻟﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻦ‪‬‬
‫)‪Ramadhan‬‬ ‫ﻛﺎﻟﺮﺑﺎ‪،‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻠﹶ‪‬ﻴ‪‬ﻤ‪‬ﻮﻜﹸ‪‬ﺍ ‪‬ﻢ‪‬ﻋ‪‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡﻨﺈﹺ‪‬ﺎ‪‬ﻥﹾﺯﹺ‪‬ﻝﹶﻏﹸ‪‬ﻟ‪‬ﻢ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬‬
‫‪karena‬‬ ‫ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﺗ‪‬ﺪ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﻩ‪‬ﻩ‪‬ﻣﻓﹶ‪‬‬ ‫‪‬ﻰﻗﹶ‬ ‫‪‬ﻮ‪‬ﺭ‪‬ﺍﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻭ‪‬‬ ‫ﻧ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬
‫‪‬‬
‫‪tanggal‬‬ ‫ﻘ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫‪‬ﺍ‬ ‫ﻭ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺀ‬
‫ً‬ ‫‪‬ﺎ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺿ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺲ‬
‫‪‬‬ ‫ﻤ‬
‫‪‬‬ ‫ﺸ‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻟ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻞ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻌ‬
‫‪‬‬
‫‪Syawwal).‬‬ ‫ﺟ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﻯ‬ ‫ﺬ‬ ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬‫‪‬‬ ‫ﻫ‪‬ﻻﹶﻮ‪‬‬
‫‪Apabila‬‬ ‫‪kamu‬ﻼﹶﺛ‪‬ﻴ‪‬ﻦ‪ ‬‬ ‫‪terhalangi,‬ﺷ‪‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺎﻥﹶ‪‬ﺛﹶ‬ ‫‪sehingga‬ﻢ‪‬ﻓﹶﺄﹾﻛﹾﻤ‪‬ﻠﹸﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻋ‪‬ﺪ‪‬ﺓﹶ‬ ‫ﺣﺮﺍﻡﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻜﹸ‬ ‫ﻭﻫﻲﺗ‪‬ﻔﹾ‪‬ﻏﹸﺒﹺﻄ‪ ‬ﺮﻲ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‬ ‫‪tidak‬ﺈﹺﻻﹶ‪‬ﻥﹾ‬ ‫ﲤﺎﻣﺎﻳ‪.‬ﺘ‪‬ﻝﹶﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻓﹶ‬ ‫‪dapat‬ﻟ‪‬ﻬﹺﺮ‪‬ﻼﹶﺅ‪‬‬ ‫ﻣﺘﺤﻘﻘﺔ‪‬ﻭﺍ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹾ‪‬‬ ‫‪melihatnya‬ﻰﻭ‪‬ﺃﹶ‪‬ﻓﹾﺗ‪‬ﺮ‪‬ﻄ‪‬ﻭﺮ‪‬ﺍ‬ ‫ﺍﻟﺒﻨﻮﻙﺘ‪‬ﺣ‪‬ﻪ‪‬ﺘ‪‬‬‫‪‬ﻮﺍﺅ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫ﻓﻮﺍﺋﺪﺼ‪‬ﻮ‪‬ﺍﻮ‪‬ﻟ‪‬ﻣﺮ‪‬‬ ‫ﺻ‪‬ﺗ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻦ‬
‫‪‬‬ ‫ﻴ‬
‫‪‬‬ ‫ﺛ‬
‫‪‬‬ ‫ﻼ‬
‫ﹶ‬ ‫ﺛ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻥ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬ﺎ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﻌ‬
‫‪‬‬ ‫ﺷ‬
‫‪‬‬
‫ﺱ‪‬ﺘ‪‬ﺃﹶ‪‬ﻰﻣ‪‬ﻮﺗ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﻜﹸﻩ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﺈﹺ‪...‬ﻥﹾ‪‬ﻏﹸﻢ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻓﹶﺎﻗﹾﺪ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹶﻪ‪‬‬
‫‪maka‬‬ ‫‪sempurnakanlah‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺓ‬
‫ﹶ‬ ‫ﺪ‬
‫‪‬‬ ‫ﻋ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﺍ‬‫ﻮ‬ ‫ﻠ‬
‫ﹸ‬ ‫ﻤ‬
‫‪‬‬ ‫ﻛ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺄ‬
‫ﹾ‬ ‫ﻓ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬
‫‪bilangan‬‬ ‫ﻢ‬
‫‪‬‬ ‫ﻜ‬
‫ﹸ‬ ‫ﻴ‬
‫‪‬‬ ‫ﻠ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻋ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻲ‬
‫‪‬‬ ‫ﺒ‬
‫ﹺ‬ ‫ﻏ‬
‫ﹸ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻥ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺈ‬
‫ﹺ‬ ‫ﻓ‬
‫ﹶ‬
‫ﺗﻌﺎﱃﻭ‪‬ﺍ‪:‬ﺍﻭ‪‬ﻟﹾﺇﹺﻬﹺﻥﹾ‪‬ﻼﹶﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺘ‪‬ﻝﹶ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻓﹶﻠﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹸﻔﹾﻢ‪‬ﻄ‪‬ﺭ‪‬ﺮﺅ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻭ‪‬ﺣ‪‬‬
‫‪Sya’ban‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻪ‬
‫‪‬‬ ‫ﺘ‬
‫‪‬‬ ‫ﻳ‬
‫‪‬‬ ‫ﺅ‬
‫‪‬‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪tiga‬‬ ‫‪‬ﺍ‬
‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬ ‫ﻄ‬
‫‪‬‬ ‫ﻓ‬
‫ﹾ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬‫ﻭ‬
‫‪‬‬
‫ﻭﻟﻘﻮﻟﻪﺘ‪‬ﻰ‪‬ﺗ‪‬ﺮ‪‬‬
‫‪puluh‬‬ ‫‪...‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻪ‬
‫‪‬‬ ‫ﺘ‬
‫‪‬‬ ‫ﻳ‬
‫‪‬‬ ‫ﺅ‬
‫‪‬‬
‫ﻛﺈﲦﻪ‪،‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺣ‪‬‬‫ﺏ‬
‫‪‬‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫‪‬‬
‫‪hari”.‬‬‫‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‬ ‫ﺴ‬
‫‪‬ﺍ‬‫ﻮ‬ ‫ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﺼ‪‬‬
‫ﺤ‬
‫‪‬‬
‫ﻣ‬
‫‪‬‬ ‫ﻮ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺻ‬
‫‪‬‬‫‪‬ﺍ‬
‫‪3. Firman‬‬ ‫‪Allah‬ﻼﹶﺛ‪‬ﻴ‪‬ﻦ‪ ‬‬ ‫‪QS‬ﺷ‪‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺎﻥﹶ‪‬ﺛﹶ‬ ‫‪Yunus‬ﺪ‪‬ﺓﹶ‪‬‬ ‫‪[10]:‬ﺄﹾﻛﹾﻤ‪‬ﻠﹸﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻋ‪‬‬ ‫ﺻ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻟ‪‬ﺮ‪‬ﺅ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻓﹾﻄ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﻟ‪‬ﺮ‪‬ﺅ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻪ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‪‬ﻏﹸﺒﹺﻲ‪‬ﻋ‪5‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻓﹶ‬ ‫‪‬‬
‫ﻫ‪‬ﻮ‪ ‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻯ ‪‬ﺟ‪‬ﻌ‪‬ﻞﹶ ‪‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻤ‪‬ﺲ‪ ‬ﺿ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺀً ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻘﹶﻤ‪‬ﺮ‪ ‬ﻧ‪‬ﻮﺭ‪‬ﺍ ‪‬ﻭ‪‬ﻗﹶﺪ‪‬ﺭ‪‬ﻩ‪ ‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺯﹺﻝﹶ ‪‬ﻟ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹶﻤ‪‬ﻮ‪‬ﺍ ‪‬ﻋ‪‬ﺪ‪‬ﺩ‪ ‬ﺍﻟﺴ‪‬ﻨﹺﻴ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﻤ‪‬ﻠﹸﻣ‪‬ﻓﹶ‪‬ﻨﺍﹾﺈﹺﻮ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻥﹾﻷَﺯﹺ‪‬ﻣ‪‬ﻋ‪‬ﻝﹶﻏﹸﺮﹺﺪ‪‬ﻟ‪‬ﻢ‪‬ﺓﹶﺘ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻌ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻠﹶﺷ‪‬ﻜﹸﻴ‪‬ﻤ‪‬ﻌﻢ‪‬ﺒﻮﻜﹸ‪‬ﺎ‪‬ﺍ ‪‬ﻢ‪‬ﻥﹶ‪‬ﻋ‪‬ﻓﺛﹶﹶﺎﺪ‪‬ﻗﹾﻼﹶﺩ‪‬ﺛ‪‬ﺪ‪‬ﻴ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻟﻦ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺴ‪‬ﻨﹺ‪‬ﻟﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫‪‬ﻰﻢ‪‬ﻗﹶ‪‬ﺗﻭ‪‬ﻓﹶﺃﹸﺪ‪‬ﺮ‪‬ﺄﹾﺭ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻟﻩ‪‬ﻛﹾﻩ‪‬‬ ‫‪‬ﻮﻠﹶﺳ‪‬ﺭﻴ‪‬ﺍﺣ‪‬ﻮ‪‬ﺘ‪‬ﻜﹸﻝﹶﻭ‪‬‬
‫ﷲَﻝﹶﻴ‪‬ﺎ‪‬ﻪ‪‬ﺀً‪‬ﻭ‪‬ﻓﺃﹶ‪‬ﺈﹺﻻﹶﻭﻃ‪‬ﺍ‪‬ﻴ‪‬ﻥﹾﻟﹾﺗ‪‬ﻌ‪‬ﻘﹶﻔﹾﻏﹸﻮﻤ‪‬ﺍﺒﹺﻄ‪‬ﺮ‪‬ﺮﻲ‪‬ﺍﻟ‪‬ﻭﻧﺮ‪‬ﺍﻋ‪‬‬‫ﺿ‪‬ﺘ‪‬‬‫ﺲ‪‬ﻟ‪‬ﻬﹺ‪‬ﺍﺮ‪‬ﺍﻼﹶﺅ‪‬ﻳ‪‬‬‫‪‬ﻰﻭ‪‬ﺃﹶﻮ‪‬ﺍﻓﹾﺍﻟﺗ‪‬ﺮ‪‬ﺃﹶﻄ‪‬ﺸ‪‬ﻭﺮ‪‬ﻃ‪‬ﺍﻤﻴ‪‬ﻭﺍ‪‬ﺍﻌ‪‬ﻟﹾ‪‬ﻮ‬ ‫‪‬ﻮﺍﺅ‪‬ﻦﻳ‪‬ﺟ‪‬ﺘ‪‬ﺣ‪‬ﻌ‪‬ﺁﻪ‪‬ﺘ‪‬ﻣ‪‬ﻞﹶﻨ‪‬‬ ‫ﻫ‪‬ﻳﺂﻻﹶﺻ‪‬ﺃﹶ‪‬ﻮ‪‬ﻳ‪‬ﺗ‪‬ﻮ‪‬ﻬﺍﻣ‪‬ﺎﻟﱠﺼ‪‬ﻮ‪‬ﺍﺬﺍﻮ‪‬ﻟﱠ‪‬ﻟ‪‬ﻣﺬ‪‬‬
‫‪‬ﻯﺮ‪‬ﻳ‪‬‬
‫‪...‬ﻞﹶ ‪‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻤ‪‬ﺲ‪ ‬ﺿ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺀً ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻘﹶﻤ‪‬ﺮ‪ ‬ﻧ‪‬ﻮﺭ‪‬ﺍ ‪‬ﻭ‪‬ﻗﹶﺪ‪‬ﺭ‪‬ﻩ‪ ‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺯﹺﻝﹶ ‪‬ﻟ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹶﻤ‪‬ﻮ‪‬ﺍ ‪‬ﻋ‪‬ﺪ‪‬ﺩ‪ ‬ﺍﻟﺴ‪‬ﻨﹺﻴ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﺏ‪‬ﺟ‪‬ﻌ‪‬‬ ‫ﺏ‬
‫‪‬‬
‫ﺴﺬ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﻯ ‪‬‬ ‫ﺤ‪‬‬
‫ﻭﻭﻫ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﹾﻟﹾﻮ‪ ‬ﺍ‬
‫ﺤ‪‬ﻟﱠﺴ‬
‫‪QS.‬ﺷ‪‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺎﻥﹶ‪‬ﺛﹶﻼﹶﺛ‪‬ﻴ‪‬ﻦ‪ ‬‬ ‫‪[4]:‬ﻢ‪‬ﺣ‪‬ﻓﹶﺒ‪‬ﺄﹾﻛﹾﺸ‪‬ﻤ‪‬ﻲ‪‬ﻠﹸﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻋ‪‬ﺪ‪‬ﺓﹶ‪‬‬ ‫‪59‬ﻢ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻜﹸ‬ ‫‪...‬ﻊﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻭ‪‬ﻓﹾ‪‬ﺍﻟﻄ‪‬ﻄﺮ‪‬ﱠﺎﻭﻋ‪‬ﺍﺔ‪‬ﻟ‪‬ﺮ‪‬ﺅ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻪ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‪‬ﻏﹸﺒﹺﻲ‪‬‬ ‫ﺴ‪‬ﺎ‪‬ﺑﻟ‪‬ﹺﺎﻟﺮ‪‬ﺅ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻪ‪‬‬ ‫ﺻ‪‬ﻟﹾﻴ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‬ ‫‪‬‬
‫‪4. Firman‬‬
‫‪Allah‬ﺩ‪ ‬ﺍﻟﺴ‪‬ﻨﹺﻴ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫’‪an-Nisa‬ﻝﹶ ‪‬ﻟ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹶﻤ‪‬ﻮ‪‬ﺍ ‪‬ﻋ‪‬ﺪ‪‬‬ ‫‪‬ﻮﺭﻋ‪‬ﺍﺒ‪‬ﺪ‪‬ﻭ‪‬ﻗﹶﺪ‪‬ﺭ‪‬ﻩ‪ ‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺯﹺ‬ ‫ﺲ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺿ‪‬ﻥﹾﻴ‪‬ﺎﺀًﻭ‪‬ﻟﱢ‪‬ﻭﻲ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹾﻘﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻤ‪‬ﻴ‪‬ﺮ‪‬ﻜﹸ‪‬ﻧ‬ ‫ﺏ‪‬ﺴ‪‬ﺟ‪‬ﻤ‪‬ﻌ‪‬ﻞﹶ ‪‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻤ‪‬‬ ‫ﺤ‪‬ﻜﹸﻟﱠﻢ‪‬ﺬ‪‬ﻯ ‪‬‬ ‫ﻭﻋ‪‬ﻫ‪‬ﺍﻠﹶﻮ‪ ‬ﺍ‬
‫‪‬ﻳﺂ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳ‪‬ﻦ‪‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴ‪‬ﻌ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺍﷲَ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴ‪‬ﻌ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮ‪‬ﻝﹶ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹸﻭ‪‬ﻟ‪‬ﻰ‪‬ﺍﹾﻷَﻣ‪‬ﺮﹺ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻢ‪ ‬‬
‫‪yang‬ﻰ‪‬ﺍﹾﻷَﻣ‪‬ﺮﹺ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻢ‪ ‬‬ ‫‪beriman,‬ﻮ‪‬ﻝﹶ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹸﻭ‪‬ﻟ‬ ‫‪taatlah‬ﺨ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻼﹶﻃ‪‬ﻴ‪‬ﻌ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬‬ ‫ﷲَ‪‬‬ ‫ﺲ‪‬ﻓﹶ‪‬ﺍ‪‬ﻊ‪‬ﺍ‪‬ﺍ‬ ‫‪kepada‬ﺃﹶﻡ‪‬ﻃ‪‬ﻴ‪‬ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻌ‪‬ﺮ‪‬ﻮ‬ ‫‪...‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺇﹺﻟﹾﻮ‪‬ﺍﺰ‪‬ﺍ‪‬‬ ‫ﺏ‪‬ﺎﻦ‪‬ﺟ‪‬ﻛ‪‬ﻌ‪‬ﺁﻢﹺ‬ ‫‪Allah,‬ﺬ‪‬ﺤﻳ‪‬‬‫ﺤ‪‬ﺎﻟﱠﻢ‪‬ﺴﺬﺍﺍﻟﱠ‪‬ﺎﻟﹾ‬‫ﻭ‪‬ﻳﺂﺣ‪‬ﺍﺃﹶﻟﹾﻳ‪‬ﻜﹾﻬ‬
‫‪“Wahai orang-orang‬‬
‫‪taatlah‬‬ ‫‪kepada‬ﺩ‪ ‬ﺍﻟﺴ‪‬ﻨﹺﻴ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫‪Rasul‬ﺘ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹶﻜﹸﻤ‪‬ﻢ‪‬ﻮ‪‬ﺍ ‪‬ﻋ‪‬ﺪ‪‬‬ ‫‪‬ﻰﻣ‪‬ﻨﺍﹾ‪‬ﺎﻷَﺯﹺﻣ‪‬ﻝﹶﺮﹺ‪‬ﻟ‪‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪ulil-amri‬ﻝﹶﻭ‪‬ﻗﹶﻭ‪‬ﺃﹸﺪ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﻟﻩ‪‬‬ ‫ﻑ‪‬ﻘﹶﻮﻤ‪‬ﺍ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻟ‪‬ﻧﺮ‪‬ﻮﺳ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻮ‪‬‬ ‫‪antara‬ﺎ‪‬ﺀًﻭ‪‬ﺃﹶ‪di‬ﻭﻃ‪‬ﺍﻴ‪‬ﻟﻌ‪‬ﹾ‬ ‫ﷲَﻴ‬‫ﺿ‪‬ﻟﹾ‬ ‫ﻤ‬
‫‪‬‬ ‫ﺸ‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻟ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻞ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻋ‪‬ﻫ‪‬ﻳﺂ‪‬ﻠﹶﺃﹶﻮ‪‬ﻴ‪‬ﻳ‪‬ﻬﻜﹸ‪‬ﺎ‪‬ﻢ‪‬ﺍ‪‬ﻟﱠﺑﺬ‪‬ﹺﺎﻟﻳ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﻯ‬ ‫ﺍ‬
‫‪kamu”.‬ﺃﹶﻄﻃ‪‬ﱠﺎﻴ‪‬ﻋ‪‬ﻌ‪‬ﺔ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺍ‪‬ﻥﹾ‪‬ﻭ‪‬ﻟﱢﻲ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﺣ‪‬ﺒ‪‬ﺸ‪‬ﻲ‪ ‬‬ ‫ﺴ‪‬ﻤ‪‬ﺁﻣ‪‬ﻊﹺﻨ‪‬ﻮﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟ‪‬‬
‫‪dari‬ﻟ‪‬ﺸ‪‬ﻰﺣ‪‬ﻲ‪‬ﺍﹾﻜﹶ‪‬ﻷَﻢ‪‬ﻣ‪‬ﺑﺮﹺﻪ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺣﻜﹸ‪‬ﺎﻢ‪‬ﻛ‪‬ﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻩ‪ ‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬ﺐ‪‬‬ ‫ﺏ‪‬ﻟﹾ‪ ...‬‬ ‫ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﺴ‪‬ﺎ‬
‫ﺤ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻜﹸﻟﱢﺃﹶﻢ‪‬ﻃ‪‬ﻲ‪‬ﻴ‪‬ﺑﹺﻌ‪‬ﻋ‪‬ﻪ‪‬ﻠﹶﻮ‪‬ﺍﻴ‪‬ﻜﹸﺍﻟﺣ‪‬ﺎﺮ‪‬ﻢ‪‬ﻛ‪‬ﺳ‪‬ﻋ‪‬ﻢﺒ‪‬ﻮ‪،‬ﺪ‪‬ﻝﹶ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻭ‪‬ﺣ‪‬ﺃﹸﺒ‪‬ﻥﹾﻭ‪‬‬ ‫ﻑ‪‬ﺍﻟ‪:‬ﺃﹶﺇﹺﻄﻃ‪‬ﺫﱠﺎﹶﺍﻴ‪‬ﻋ‪‬ﻌ‪‬ﻟﹶﺔ‪‬ﻮ‪‬ﺍﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍ‪‬ﻳ‪‬ﻥﹾﷲَ‪‬‬ ‫ﺴ‪‬ﺨ‪‬ﻤ‪‬ﺁﻼﹶﻣ‪‬ﻊﹺﻨ‪‬ﻮﻭ‪‬ﺍ‬ ‫ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻳﺂﻠﹶﺃﹶ‪‬ﻴ‪‬ﻳ‪‬ﻣ‪‬ﻬﻜﹸ‪‬ﺎﺤ‪‬ﻢ‪‬ﺍ‪‬ﻟﱠﻞﱡﺑﺬ‪‬ﹺﺎﻟﺍﻳ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪5. Hadis riwayat Bukhari‬‬ ‫‪Irbadh bin Sariyah‬‬
‫ﻋ‪‬ﺣ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻜﹾﻜﹸﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹾﺑﹺﺎﻟﺤ‪‬ﺎﺴ‪‬ﻛ‪‬ﻤ‪‬ﻢﹺﻊﹺ‪‬ﺇﹺ‪‬ﻟﹾﻭﺰ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﻡ‪‬ﻄ‪‬ﱠﺎﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻋ‪‬ﺔ‪‬ﺮ‪‬ﻓﹶﻭ‪‬ﻊ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻥﹾﻟﹾ‪‬ﺨ‪‬ﻭ‪‬ﻟﱢﻼﹶﻲ‪‬ﻑ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﺣ‪‬ﺒ‪‬ﺸ‪‬ﻲ‪ ‬‬
‫ﺾﹺ‪ ‬‬ ‫‪meskipun‬ﻟﹾﻜﹶﺎﻓﱠﺔ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻘﹶ‬ ‫ﺍﻟﺼ‪‬ﻮ‪‬ﻡ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍ‬
‫‪“Wajib bagi kalian untuk taat (kepada‬‬
‫‪kalian‬ﺮﹺ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻢ‪ ‬‬ ‫‪itu‬ﺒ‪‬ﻭ‪‬ﻟﺸ‪‬ﻰﻲ‪‬ﺍﹾ ‪‬ﻷَﻣ‪‬‬ ‫‪seorang‬ﺪ‪‬ﻝﹶ‪‬ﻭﺣ‪‬ﺃﹸ‬ ‫‪‬‬
‫‪hamba‬ﻃ‪‬ﻲ‪‬ﻴ‪‬ﻌ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻮ‪‬ﺍﻴ‪‬ﻜﹸﺍﻟﺮ‪‬ﻢ‪‬ﺳ‪‬ﻋ‪‬ﺒﻮ‪‬‬ ‫ﻑ‬
‫‪‬‬ ‫ﻼ‬
‫ﹶ‬ ‫ﺨ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺍ‬
‫‪pemimpin),‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻊ‬
‫‪‬‬
‫‪sahaya‬ﻋ‪‬ﻌ‪‬ﺔ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﻥﹾﷲَ‪ ‬ﻭ‪‬ﻟﱢﺃﹶ‬ ‫ﻓ‬
‫ﹶ‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬ ‫ﻳ‬
‫‪‬‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬
‫‪Habsyi”.‬ﻛ‪‬ﻤ‪‬ﺁﻣ‪‬ﻊﹺﻨ‪‬ﻮﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺃﹶﻄﻃ‪‬ﱠﺎﻴ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻡ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺍ‬‫ﺰ‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺇ‬
‫ﹺ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻢ‬
‫ﹺ‬ ‫ﺴ‪‬‬ ‫ﻋ‪‬ﻳﺂﺣ‪‬ﻠﺃﹶ‪‬ﻴ‪‬ﻳ‪‬ﻜﹾﻬﻜﹸ‪‬ﺎﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺍﺍ‪‬ﻟﱠﻟﹾﺑﺬ‪‬ﹺﺎﻟﺤﻳ‪‬ﺎﻦ‪‬‬
‫‪yang memimpin‬‬
‫‪6. Kaidah‬‬‫ﺐ‪‬ﻢ‪‬‬ ‫ﳛﻜ‬ ‫‪Fiqhiyah:‬ﺃﻩ‪‬ﻥﹾ‪‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬‬ ‫‪‬ﻲﺮ‪‬ﺍ‬ ‫ﻟﻠﻘﺎﻢ‪‬ﺿ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫ﺻﺮﻳﺣ‪‬ﺢ‪‬ﻜﹶ‪‬ﻢ‪‬ﰱ‪‬ﺑﹺ‪‬ﺃﻪ‪ ‬ﻥﹼ‪‬ﺣ‪‬ﺎﻛ‪‬‬ ‫ﻭﻫﻮﺈﹺ‪‬ﻥﹾ ‪‬‬ ‫‪‬ﻮﻋﻪ‪،‬ﻛ‪‬ﻢ‪ ،‬ﻓﹶ‬ ‫ﻑ‪‬ﻪ‪‬ﻤ‪‬ﺣ‪‬ﺎ‬ ‫ﳎ‬‫ﺍﻟﻨﻮﻭ‪‬ﻳ‪‬ﺍﻟﹾﻱ‪‬ﺤ‪‬ﺨ‪‬ﻜﹸﰱﻼﹶﻢ‪‬ﺑﹺ‬ ‫ﹶﺎﻟﻪﺫﹶﺍﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻟﹶﺮ‪‬ﻓﹶﻢ‪‬ﻊ‪‬‬ ‫ﻑ‪‬ﺍ‪‬ﻡ‪‬ﺇﹺ‪‬‬
‫ﻗ‬
‫ﺤﻟﹾ‪‬ﺎﻛ‪‬ﺨ‪‬ﻢﹺﻼﹶ‪‬ﺇﹺﻟﹾﺰ‬
‫‪.‬‬ ‫‪‬ﺎ‬ ‫ﻋ‬ ‫‪‬ﺎ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﹾﻭ‪‬ﺣ‪‬ﺤ‪‬ﻜﹾﻣ‪‬ﻜﹾﻢ‪‬ﺤ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟﹾﻞﱡ‪‬ﺇﹺ‪‬ﺍ‬
‫ﻑﻋ‪‬ﻪ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻜﹸﺣ‪‬ﺎﻢ‪‬ﻛ‪‬ﻋ‪‬ﻢﺒ‪،‬ﺪ‪‬ﻓﹶﺈﹺﺣ‪‬ﺒ‪‬ﻥﹾ ‪‬ﺸ‪‬ﺣ‪‬ﻲ‪‬ﻜﹶ‪‬ﻢ‪ ‬ﺑﹺﻪ‪ ‬ﺣ‪‬ﺎﻛ‪‬ﻢ‪ ‬ﻳ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻩ‪ ‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬ﺐ‪‬‬ ‫ﺤ‪‬ﺨ‪‬ﻭ‪‬ﻜﹸﻟﱢﻼﹶﻢ‪‬ﻲ‪‬ﺑﹺ‬ ‫ﻑ‪‬ﺍﺔ‪‬ﺍﻟ‪‬ﻡ‪‬ﺇﹺﻄ‪‬ﻭ‪‬ﺫﱠﺎﻟﹶﹶﺍﻭ‪‬ﻳﻋ‪‬ﻢ‪‬ﻟﹶﺔ‪‬ﺮ‪‬ﻓﹶﻳ‪‬ﻢ‪‬ﻨ‪‬ﻭ‪‬ﻊ‪‬ﻘﹶﺍ‪‬ﻳ‪‬ﺍﻥﻟﹾ‪‬‬
‫ﺤﻟﹾ‪‬ﺎﹶﻰﺴ‪‬ﻛ‪‬ﺨ‪‬ﺍﻤ‪‬ﻟﹾﻢﹺﻼﹶﻊﹺ‪‬ﻜﺇﹺ‪‬ﻟﹾﹶﺎﻓﱠﻭﺰ‬ ‫ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﺣ‪‬ﻠﹶ‪‬ﻴ‪‬ﻜﹾﻣ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﺤ‪‬ﻢ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹾﻞﱡﺑ‪‬ﹺﺎﻟﺍ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫(‬ ‫ﺹ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺟﺰﺀ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﱏ‪،‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺣﺎﺷﻴﺔ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺾ‬
‫ﹺ‬ ‫‪).‬‬ ‫ﻥ‬
‫ﹶ‬ ‫ﺭﻣﻀﺎ‬ ‫ﺑﻜﻮﻮ‪‬ﻡ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‬ ‫ﺍﻟﺼ‪‬‬
‫‪pemerintah‬ﻛ‪‬ﻢ‪ ‬ﻳ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻩ‪ ‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬ﺐ‪‬‬
‫‪“Keputusan‬‬ ‫‪itu‬ﺈﹺﻥﹾ ‪‬ﺣ‪‬ﻜﹶﻢ‪ ‬ﺑﹺﻪ‪ ‬ﺣ‪‬ﺎ‬‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪mengikat‬ﻢ‪ ،‬ﻓﹶ‬ ‫ﺾﹺ‪‬ﻜﹸﻢ‪ ‬ﺑﹺﻪ‪ ‬ﺣ‪‬ﺎﻛ‪‬‬ ‫‪(wajib‬ﺤ‪‬‬ ‫)‪dipatuhi‬ﺇﹺﻭ‪‬ﺫﻟﹶﹶﺍ ‪‬ﻢ‪‬ﻟ‪‬ﻳ‪‬ﻢ‪‬ﻨ‪ ‬ﻘﹶﻳ‪‬‬ ‫ﻑ‪‬ﺔ‪‬‬ ‫‪dan‬ﻥ‪‬ﺤ‪‬ﻡ‪‬ﻞﱡﺍﻟﻋ‪‬ﻠ‪‬ﻠﺍﻟﹾﹶﻰ‪‬ﺨ‪‬ﺍﻟﹾﻼﹶﻜﹶﺎﻓﱠ‬
‫‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺔ‬
‫‪‬‬ ‫ﱠﻴﻠ‬ ‫ﺍﻟﻭ‪ ‬ﺼ‪‬ﻣ‪‬ﻮ‪‬‬
‫ﺍﻟ ‪‬ﺼ‪‬ﻮ‪‬ﻡ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓﱠﺔ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻘﹶﺾﹺ‪menghilangkan silang pendapat”.  ‬‬
‫ﻑ‪‬ﻪ‪ ‬ﺣ‪‬ﺎﻛ‪‬ﻢ‪ ،‬ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ ‪‬ﺣ‪‬ﻜﹶﻢ‪ ‬ﺑﹺﻪ‪ ‬ﺣ‪‬ﺎﻛ‪‬ﻢ‪ ‬ﻳ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻩ‪ ‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬ﺐ‪‬‬ ‫ﻑ‪‬ﺍﻡ‪‬ﺇﹺ‪‬ﺫﹶﺍﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻟﹶﺮ‪‬ﻓﹶﻢﻊ‪‬ﻳ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﺨ‪‬ﻜﹸﻼﹶﻢ‪ ‬ﺑﹺ‬ ‫ﺤﻟﹾ‪‬ﺎﻛﺨ‪‬ﻢﹺﻼﹶ‪‬ﺇﹺﻟﹾﺰ‬ ‫ﻭ‪‬ﺣ‪‬ﻜﹾﻣ‪‬ﻢ‪‬ﺤ‪‬ﺍﻟﹾﻞﱡ ‪‬ﺍ‬
‫‪7. Imam‬‬ ‫‪al-Syarwani‬ﻥﹾ‪‬ﳛﻜﻢ‪‬‬ ‫‪dalam‬ﰱ‪‬ﺃﻥﹼ‪‬ﻟﻠﻘﺎﺿ‪‬ﻲ‪‬ﺃ‬ ‫ﻭﻫﻮ‪‬ﺻﺮﻳﺢ‪‬‬ ‫‪Hasyiyah‬‬ ‫‪‬ﻮﻋﻪ‪،‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪.‬‬ ‫ﻭﺃﺧﺎﻓﻬﻢ‬ ‫‪al-Syarwani‬ﳎﻤ‬ ‫ﺍﻟﺴﻼﺡﻱ‪‬ﰱ‪‬‬ ‫ﹶﺎﻟﻪ‪‬ﺍﻟﻨﻮﻭ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﻋ‪‬ﺎ ‪.:‬ﻗ‬ ‫ﲪﻞﺇﹺ‪‬ﺟ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‬ ‫ﺍﻟﹾﻣﻦﺤ‪‬ﻜﹾﻢ‪‬‬
‫ﺾﹺ‪‬ﰱ‪‬ﳎﻤ‪‬ﻮﻋﻪ‪،‬ﻭﻫﻮ‪‬ﺻﺮﻳﺢ‪‬ﰱ‪‬ﺃﻥﹼ‪‬ﻟﻠﻘﺎﺿ‪‬ﻲ‪‬ﺃﻥﹾ‪‬ﳛﻜﻢ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ‪‬‬ ‫ﹶﺎﻟﻪﻟﹶ‪‬ﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻘﹶ‬ ‫‪.‬ﻗﺔ‪‬ﻭ‪‬‬ ‫ﺼ‪‬ﻮ‪‬ﻜﹾﻡ‪‬ﻢ‪‬ﺇﹺﻋ‪‬ﻠﺟ‪‬ﹶﻰﻤ‪‬ﺎﺍﻟﹾﻋ‪‬ﺎﻜﹶﺎﻓﱠ‬ ‫ﺍﻟﹾﺍﻟ ‪‬ﺤ‪‬‬
‫ﳛﻜﺐﻢ‪‬‬ ‫‪‬ﻲﺮ‪‬ﺍﺃﻩ‪‬ﻥﹾ‪‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬‬ ‫ﻟﻠﻘﺎﻢ‪‬ﺿ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬ﻪ‪(‬ﻥﹼ‪‬ﺣ‪‬ﺎ‪‬ﻛ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫(‬ ‫‪‬‬
‫ﺹ‪‬ﻢ‪‬ﰱ‪‬ﺑﹺ‪‬ﺃ‬ ‫ﺹ‬‫ﺻﺮﻳﺣ‪‬ﺢ‪‬ﻜﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺟﺰﺀ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﱏ‪،‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺣﺎﺷﻴﺔ‬ ‫‪).‬‬ ‫ﻥ‬
‫ﹶ‬ ‫ﺭﻣﻀﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺔ‬
‫‪‬‬ ‫ﱠﻴﻠ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﺍﻟ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻥ‬
‫‪‬‬ ‫ﺑﻜﻮ‬
‫ﺟﺰﺀ ‪‬‬ ‫ﻭﻫﻮﺈﹺ‪‬ﻥﹾ‬ ‫ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﱏ‪،،‬ﻓﹶ‬ ‫‪‬ﻮﻋﻪ‪،‬ﻛ‪‬ﻢ‬ ‫ﺣﺎﺷﻴﺔ‪‬ﺑﹺﳎﻪ‪‬ﻤ‪‬ﺣ‪‬ﺎ‬ ‫‪).‬ﻳ‪‬ﻱ‪‬ﺤ‪‬ﻜﹸﰱﻢ‪‬‬ ‫ﺭﻣﻀﺎ‪‬ﻟﹶﻥﹶﻢ‪ ‬‬
‫ﺍﻟﻨﻮﻭ‬ ‫ﹶﺎﻟﻪﺫﹶﺍ‪‬‬ ‫ﻑ‪‬ﻗ‪‬ﺇﹺ‬ ‫ﻣﻦ‪.‬‬ ‫ﺑﻜﻮﻜﹾﻥ‪‬ﺤ‪‬ﻢ‪‬ﻞﱡ‪‬ﺍﻟﺇﹺﻠ‪‬ﺍﱠﻴﻠﻟﹾﺟ‪‬ﺔ‪‬ﻤ‪‬ﺨ‪‬ﺎﻋﻼﹶ‪‬ﺎ‬ ‫ﺍﻟﹾﻭ‪ ‬ﺤ‪‬ﻣ‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺾ‬
‫ﹺ‬ ‫ﻘ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻨ‬
‫‪‬‬ ‫ﻳ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻢ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺔ‬
‫‪‬‬ ‫ﻓ‬
‫ﱠ‬ ‫ﹶﺎ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﹶﻰ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻋ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻡ‬
‫‪‬‬ ‫ﻮ‬
‫‪‬‬ ‫ﺼ‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻟ ‪‬‬
‫ﺃﻭ‪‬‬ ‫ﳛﻜﻢ‪‬‬ ‫‪‬ﻲ‪‬ﺃﻳﻘﻥﹾﺘ‪‬ﻠﻮﺍ ‪‬‬ ‫ﻓﺴﺎﺩﺍ ‪‬ﺿﺃﻥ‬ ‫‪‬‬
‫ﺍﻷﺭﺽﺃ‪‬ﻥﹼ‪‬ﻟﻠﻘﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫(‬ ‫ﺻﺮﻳﺢ‪‬ﰱ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺹ‬ ‫‪‬‬
‫ﺴﻌﻮﻥ‪‬ﰱ ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺟﺰﺀ‬ ‫‪‬ﻮﻋﻪ‪،‬ﻭﻫﻮ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﱏ‪،‬‬ ‫ﻭﺃﺧﺎﻓﻬﻢ‪.‬ﻭﻳ‬ ‫ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ‬ ‫‪‬‬
‫ﺍﻟﻨﻮﻭﺍﷲﻱ‪‬ﰱ‪‬ﳎﻤ‬ ‫ﺣﺎﺷﻴﺔ‬ ‫‪).‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻥ‬
‫ﹶ‬
‫ﳛﺎﺭﺑﻮﻥ‬ ‫ﺭﻣﻀﺎ‬
‫ﺍﻟﺬﻳﻦ ‪.‬ﻗﹶﺎﻟﻪ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬
‫ﺟﺰﺍﺀ ‪‬ﺟ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻋ‪‬ﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺔ‬
‫‪‬‬ ‫ﱠﻴﻠ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﺍﻟ‬
‫ﺇﳕﺎﺤ‪‬ﻜﹾﻢ‪‬ﺇﹺ‬‫‪‬‬ ‫ﻥ‬
‫‪‬‬ ‫ﺑﻜﻮ‬ ‫ﺍﻟﹾ ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﲪﻞ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﺍﻟﺴﻼﺡ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪.‬‬ ‫ﻭﺃﺧﺎﻓﻬﻢ‬ ‫ﺍﻟﺴﻼﺡ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ ‪C.‬‬ ‫‪FATWA‬‬ ‫ﺫﻟﻚ ‪‬ﳍﻢ‪‬‬ ‫‪TENTANG‬‬ ‫ﺍﻷﺭﺽ‪.‬‬ ‫ﻣﻦ(‪ ‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻳﻨﻔﻮﺍ ‪‬‬
‫‪TERORISME‬‬ ‫ﺟﺰﺀﺃﻭ‪‬ﺹ‬ ‫ﺧﻼﻑ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﱏ‪،‬‬ ‫ﹸﻬﻢ ‪‬‬ ‫ﺣﺎﺷﻴﺔ‪‬‬ ‫ﻭﺃﺭﺟﻠ‬ ‫ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ‪).‬‬ ‫ﺭﻣﻀﺎﻥﹶ‬ ‫ﱠﻊ ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﻄ‬ ‫ﲪﻞﻠ‪‬ﺃﻭﱠﻴﻠ‪‬ﺔ‪‬ﺗﻘ‬ ‫ﱠﺒﻮﺍ‪ ‬ﺍﻟ‬ ‫ﺑﻜﻮﻥ‪‬‬ ‫ﻳﺼﻠ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬
‫‪Terorisme‬ﻲ‪‬ﺃﻥﹾ‪‬ﳛﻜﻢ‪‬‬ ‫‪dan‬ﺢ‪‬ﰱ‪‬ﺃﻥﹼ‪‬ﻟﻠﻘﺎﺿ‬ ‫‪Perbedaannya‬ﺻﺮﻳ‬ ‫‪‬ﻮﻋﻪ‪،‬ﻭﻫﻮ‬ ‫ﻭﺃﺧﺎﻓﻬﻢ‪.‬‬ ‫ﺍﻟﺴﻼﺡﻱ‪‬ﰱ‪‬ﳎﻤ‬ ‫ﹶﺎﻟﻪ‪‬ﺍﻟﻨﻮﻭ‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﻋ‪‬ﺎ‪.‬ﻗ‬ ‫ﲪﻞﺇﹺ‪‬ﺟ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‬ ‫ﺍﻟﹾ‪‬ﻣﻦﺤ‪‬ﻜﹾﻢ‪‬‬
‫‪1. Pengertian‬‬
‫ﺍﻵﺧﺮﺓ‪‬ﻋﺬﺍﺏ‪‬ﻋﻈﻴﻢ‪.‬‬ ‫‪dengan‬‬
‫‪Jihad‬ﻭﳍﻢ‪‬ﰱ‪‬‬ ‫ﺣﺰﻱ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪ (‬‬ ‫ﺟﺰﺀﰱ‪‬ﺹ‬ ‫ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﱏ‪،‬‬ ‫ﺣﺎﺷﻴﺔ‪‬‬ ‫‪).‬‬ ‫ﺭﻣﻀﺎﻥﹶ‬ ‫‪‬‬
‫ﻓﺴﺎﺩﺍ ‪‬ﺃﻥ ‪‬ﻳﻘﺘ‪‬ﻠﻮﺍ ‪‬ﺃﻭ‪‬‬
‫‪Meskipun‬‬ ‫‪belum‬‬ ‫ﺍﻷﺭﺽ‬ ‫‪ada‬‬ ‫ﺴﻌﻮﻥ ‪‬‬ ‫‪kesepakatan‬‬ ‫ﻭﺃﺧﺎﻓﻬﻢ‪.‬ﻭﻳ‬ ‫ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ‬ ‫ﺍﷲ‪‬‬ ‫‪mengenai‬‬
‫ﺍﻟﺴﻼﺡ‬ ‫ﳛﺎﺭﺑﻮﻥ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‪‬‬‫ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﻦ‬‫‪pengertian‬‬‫ﱠﻴﻠﺔ‪‬‬ ‫ﺟﺰﺍﺀ‪ ‬‬ ‫ﲪﻞﻠ‬‫ﺑﻜﻮﻥ‪‬ﺍﻟ‬ ‫ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﺇﳕﺎ‬
‫ﺇﳕﺎ ‪‬ﺟﺰﺍﺀ ‪‬ﺍﻟﺬﻳﻦ ‪‬ﳛﺎﺭﺑﻮﻥ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ‪‬ﻭﻳﺴﻌﻮﻥ ‪‬ﰱ ‪‬ﺍﻷﺭﺽ ‪‬ﻓﺴﺎﺩﺍ ‪‬ﺃﻥ ‪‬ﻳﻘﺘ‪‬ﻠﻮﺍ ‪‬ﺃﻭ‪‬‬
‫‪terorisme,‬‬ ‫‪namun‬‬ ‫‪secara‬‬ ‫‪umum‬‬ ‫‪dapat‬‬ ‫‪dipahami‬‬ ‫‪bahwa‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺃﻭ‪‬‬
‫‪terorisme‬‬‫‪‬ﻠﻮﺍ‪‬ﳍﻢ‬ ‫ﺫﻟﻚ‬ ‫‪.‬‬ ‫ﺍﻷﺭﺽ‬
‫‪merupakan‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻳﻨﻔﻮﺍ‬ ‫‪‬‬
‫‪kejahatan‬‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺧﻼﻑ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫‪terhadap‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﹸﻬﻢ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻭﺃﺭﺟ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ‬
‫‪kemanusiaan‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﱠﻊ‬ ‫ﻄ‬ ‫ﺗﻘ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫‪‬‬ ‫ﱠﺒﻮﺍ‬ ‫‪dan‬‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻳﺼ‬‫‪‬‬
‫ﺫﻟﻚ ‪‬ﳍﻢ‪‬‬ ‫ﺍﻷﺭﺽﺃﻥ‪.‬ﻳﻘﺘ‬ ‫ﺍﻷﺭﺽﻣﻦ‪ ‬ﻓﺴﺎﺩﺍ ‪‬‬ ‫ﺴﻌﻮﻥ‪‬ﺃﻭﰱ‪‬ﻳﻨﻔﻮﺍ ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‪.‬ﻭﻳﺧﻼﻑ‬ ‫ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ‬ ‫ﻭﺃﺭﺟﻠﹸﻬﻢ ‪‬‬ ‫ﳛﺎﺭﺑﻮﻥ‪‬ﺍﷲ ‪‬‬ ‫ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦﱠﻊ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﻄ‬ ‫‪terhadap‬ﺗﻘ‬ ‫ﺟﺰﺍﺀ‪‬ﺃﻭ‪‬‬ ‫ﻳﺼﻠ‪‬ﱠﺒﻮﺍ ‪‬‬ ‫ﺇﳕﺎ‬‫‪‬‬
‫‪peradaban‬‬ ‫‪yang menimbulkan‬‬
‫ﺧﻼﻑ ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‪‬ﻋﻈﻴﻢ‪.‬‬ ‫ﻭﺃﺧﺎﻓﻬﻢ‬
‫ﻋﺬﺍﺏ‬ ‫‪ancaman‬‬
‫ﻭﺃﺭﺟﻠ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺴﻼﺡ‬
‫ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ‪‬ﺍﻵﺧﺮﺓ‬ ‫‪serius‬‬
‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎﻄ‪‬ﱠﻊ ‪‬ﻭﳍﻢ‪‬ﰱ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ﲪﻞ‬
‫ﱠﺒﻮﺍ ‪‬ﰱ‪‬‬ ‫ﺣﺰﻱ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬
‫ﺃﻭ‪‬‬‫‪‬ﻠﻮﺍ‪‬ﳍﻢ‬ ‫ﺫﻟﻚ‬ ‫‪.‬‬ ‫ﺍﻷﺭﺽ‬
‫ﺴﻌﻮﻥ‪‬ﰱ ‪‬ﺍﻷﺭﺽ ‪‬ﻓﺴﺎﺩﺍ ‪‬ﺃﻥ ‪‬ﻳﻘﺘ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻳﻨﻔﻮﺍ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫ﻋﺬﺍﺏ‪‬ﻭﻳﻋﻈﻴﻢ‪.‬‬ ‫ﺍﻵﺧﺮﺓ‪‬ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﹸﻬﻢ‬ ‫ﳛﺎﺭﺑﻮﻥ ‪‬ﺍﷲ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‪ ‬ﻭﳍﻢ‪‬ﰱ‪‬‬ ‫ﺗﻘ‬
‫ﺟﺰﺍﺀ‪‬ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫ﺣﺰﻱ‪‬ﰱ‬ ‫ﻠ‬
‫ﺇﳕﺎ ‪‬‬ ‫ﻳﺼ‬
‫ﺧﻼﻑ ‪‬ﺃﻭ ‪‬ﻳﻨﻔﻮﺍ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺍﻷﺭﺽ‪.‬ﺫﻟﻚ ‪‬ﳍﻢ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‪‬ﻋﻈﻴﻢ‪.‬‬ ‫ﻋﺬﺍﺏ‬ ‫ﻭﺃﺭﺟﻠ‪‬ﹸﻬﻢ ‪‬‬ ‫ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ‪‬ﺍﻵﺧﺮﺓ‬ ‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎﻄ‪‬ﱠﻊ ‪‬ﻭﳍﻢ‪‬ﰱ‪‬‬ ‫ﱠﺒﻮﺍ ‪‬ﰱ‪‬ﺃﻭ ‪‬ﺗﻘ‬ ‫ﺣﺰﻱ‪‬‬ ‫ﻳﺼﻠ‬ ‫‪‬‬
‫ﺇﳕﺎ ‪‬ﺟﺰﺍﺀ ‪‬ﺍﻟﺬﻳﻦ ‪‬ﳛﺎﺭﺑﻮﻥ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ‪‬ﻭﻳﺴﻌﻮﻥ ‪‬ﰱ ‪‬ﺍﻷﺭﺽ ‪‬ﻓﺴﺎﺩﺍ ‪‬ﺃﻥ ‪‬ﻳﻘﺘ‪‬ﻠﻮﺍ ‪‬ﺃﻭ‪‬‬ ‫‪725‬‬
‫ﺣﺰﻱ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‪‬ﻭﳍﻢ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻵﺧﺮﺓ‪‬ﻋﺬﺍﺏ‪‬ﻋﻈﻴﻢ‪.‬‬
‫ﻳﺼﻠﱠﺒﻮﺍ ‪‬ﺃﻭ ‪‬ﺗﻘﻄﱠﻊ ‪‬ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ‪‬ﻭﺃﺭﺟﻠﹸﻬﻢ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺧﻼﻑ ‪‬ﺃﻭ ‪‬ﻳﻨﻔﻮﺍ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺍﻷﺭﺽ‪.‬ﺫﻟﻚ ‪‬ﳍﻢ‪‬‬

 ‫ﻲ‬‫ﺸ‬‫ﺒ‬‫ﺣ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻟﱢﻲ‬‫ﻭ‬‫ﻥﹾ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺔ‬‫ﺍﻟﻄﱠﺎﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻊﹺ‬‫ﻤ‬‫ﺑﹺﺎﻟﺴ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬

KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA PERTAMA TAHUN 2003 ‫ﻼﹶﻑ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻓﹶﻊ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻡ‬‫ﺇﹺﻟﹾﺰ‬‫ﻢﹺ‬‫ﺎﻛ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻜﹾﻢ‬‫ﺣ‬

‫ﺐ‬‫ﺟ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﻩ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬ negara,


kedaulatan ‫ﻢ‬‫ﺎﻛ‬‫ﺣ‬ ‫ﺑﹺﻪ‬ ‫ﻢ‬bahaya
‫ﻜﹶ‬‫ﺣ‬ ‫ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‬terhadap
،‫ﻢ‬‫ﺎﻛ‬‫ﺣ‬ ‫ﺑﹺﻪ‬ ‫ﻢ‬keamanan,
‫ﻜﹸ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬ ‫ﻟﹶﻢ‬ ‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬ ‫ﻑ‬perdamaian
‫ﻼﹶ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬ ‫ﻞﱡ‬‫ﺤ‬‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬
dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat. Terorisme
adalah salah satu bentuk kejahatan yang  ‫ﺾﹺ‬diorganisasi
‫ﻘﹶ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﻟﹶﻢ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓﱠﺔ‬‫ﹶﻰ‬dengan
‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﻮ‬‫ﺍﻟﺼ‬
baik (well organized), bersifat transnasional dan digolongkan

sebagai kejahatan luar biasa (extra-ordinary crime) yang tidak
‫ﳛﻜﻢ‬‫ﺃﻥﹾ‬‫ﻲ‬‫ﻟﻠﻘﺎﺿ‬‫ﺃﻥﹼ‬‫ﰱ‬sasaran
membeda-bedakan ‫ﺻﺮﻳﺢ‬‫ﻭﻫﻮ‬ ،‫ﻮﻋﻪ‬‫ﳎﻤ‬‫ﰱ‬‫ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ‬‫ﻗﹶﺎﻟﻪ‬.‫ﺎ‬‫ﺎﻋ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﺟ‬‫ﻜﹾﻢ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬
(indiskrimatif).
Dalam khazanah  (‫ﺹ‬fiqih ‫ﺟﺰﺀ‬Islam,
،‫ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﱏ‬terorisme
‫)ﺣﺎﺷﻴﺔ‬.‫ﻥﹶ‬memenuhi‫ﺭﻣﻀﺎ‬‫ﻣﻦ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻴﻠﺔ‬unsur ‫ﺑﻜﻮﻥ‬
tindak pidana (jarimah/hirabah). Para fuqaha mendefinisikan
al-muharib dengan istilah: 
.‫ﻭﺃﺧﺎﻓﻬﻢ‬‫ﺍﻟﺴﻼﺡ‬‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﲪﻞ‬‫ﻣﻦ‬
“Orang yang mengangkat senjata melawan orang banyak
dan menakut-nakuti mereka maka dia tidak termasuk 
golongan kami”
‫ﺃﻭ‬ ‫ﻠﻮﺍ‬
‫ﻳﻘﺘ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﻓﺴﺎﺩﺍ‬ ‫ﺍﻷﺭﺽ‬ ‫ﰱ‬ ‫ﻭﻳﺴﻌﻮﻥ‬ ‫ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﳛﺎﺭﺑﻮﻥ‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬ ‫ﺟﺰﺍﺀ‬ ‫ﺇﳕﺎ‬
Jihad mengandung dua pengertian :
a. ‫ﳍﻢ‬Segala
 ‫ﺫﻟﻚ‬.‫ﺍﻷﺭﺽ‬usaha  ‫ﻣﻦ‬dan
 ‫ﻳﻨﻔﻮﺍ‬upaya
‫ﺃﻭ‬ ‫ﺧﻼﻑ‬sekuat
 ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻠﹸﻬﻢ‬tenaga
‫ﻭﺃﺭﺟ‬ ‫ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ‬ ‫ﻄﱠﻊ‬kesediaan
serta ‫ﺗﻘ‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫ﻳﺼﻠﱠﺒﻮﺍ‬
untuk menanggung kesulitan di dalam memerangi dan
menahan agresi musuh .‫ﻋﻈﻴﻢ‬ ‫ﻋﺬﺍﺏ‬segala
dalam ‫ﺍﻵﺧﺮﺓ‬bentuknya.
‫ﰱ‬‫ﻭﳍﻢ‬‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‬‫ﰱ‬Jihad
‫ﺣﺰﻱ‬
dalam pengertian ini juga disebut al-qital atau al-harb.
b. Segala upaya yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan
untuk menjaga dan meninggikan agama Allah (li i’laai
kalimatillah).

2. Perbedaan antara Terorisme dengan Jihad


a. Terorisme :
1). Sifatnya merusak (ifsad) dan anarkhis/chaos
(faudha).
2). Tujuannya untuk menciptakan rasa takut dan/atau
menghancurkan pihak lain.
Dilakukan tanpa aturan dan sasaran tanpa batas.
b. Jihad :
1). Sifatnya melakukan perbaikan (ishlah) sekalipun
dengan cara peperangan.
2). Tujuannya menegakkan agama Allah dan/atau
membela hak-hak pihak yang terzholimi.
3). Dilakukan dengan mengikuti aturan yang ditentukan
oleh syari’at dengan sasaran musuh yang sudah
jelas.
3. Hukum Melakukan Teror Dan Jihad
a. Hukum melakukan teror adalah Haram, baik dilakukan
oleh perorangan, kelompok, maupun negara.
b. Hukum melakukan Jihad adalah Wajib.

726
‫ﻟﹶﻪ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﻓﹶﺎﻗﹾﺪ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻏﹸﻢ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‬‫ﻩ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺗ‬‫ﻰ‬‫ﺘ‬‫ﺣ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﻔﹾﻄ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﻬﹺﻼﹶﻝﹶ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺗ‬‫ﻰ‬‫ﺘ‬‫ﺣ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻣ‬‫ﻮ‬‫ﺼ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬

 ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺛﹶﻼﹶﺛ‬‫ﺎﻥﹶ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺷ‬‫ﺓﹶ‬‫ﺪ‬‫ﻋ‬‫ﺍ‬‫ﻠﹸﻮ‬‫ﻛﹾﻤ‬HIMPUNAN ‫ﻓﹶﺄﹾ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻲ‬FATWA
‫ﻏﹸﺒﹺ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‬‫ﻪ‬MAJELIS
‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺅ‬‫ﺮ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬ULAMA
‫ﺃﹶﻓﹾﻄ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬INDONESIA
‫ﻳ‬‫ﺅ‬‫ﺮ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻣ‬‫ﻮ‬‫ﺻ‬

4. Bom‫ﻦ‬
 bunuh
‫ﻨﹺﻴ‬‫ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺩ‬‫ﺪ‬‫ﻋ‬diri ‫ﻠﹶ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬ ‫ﻝﹶ‬Amaliyah
 ‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬dan ‫ﺎﺯﹺ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻩ‬‫ﺭ‬‫ﻗﹶﺪ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺭ‬al-Istisyhad
‫ﻮ‬‫ﻧ‬ ‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹶﻤ‬‫ﻭ‬ ً‫ﺎﺀ‬‫ﻴ‬‫ﺿ‬ ‫ﺲ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺸ‬ ‫ﻞﹶ‬‫ﻌ‬‫ﺟ‬ ‫ﻯ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬
a. Orang yang bunuh diri itu membunuh dirinya untuk
kepentingan pribadinya sendiri sementara  ...‫ﺏ‬pelaku ‫ﺎ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭ‬
amaliyah al-istisyhad mempersembahkan dirinya sebagai
korban demi agama dan umatnya. Orang yang bunuh diri

adalah orang  ‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬yang
‫ﻣ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺍﹾﻷَﻣ‬pesimis
‫ﻰ‬‫ﻟ‬‫ﺃﹸﻭ‬‫ﻭ‬‫ﻝﹶ‬‫ﻮ‬‫ﺳ‬atas ‫ﺍﻟﺮ‬‫ﺍ‬‫ﻮ‬dirinya
‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ﺃﹶﻃ‬‫ﻭ‬َ‫ﺍﷲ‬dan ‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ﻃ‬atas
‫ﺃﹶ‬‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ketentuan
‫ﺁ‬‫ﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻳﺂﺃﹶﻳ‬
Allah sedangkan pelaku amaliyah al-Istisyhad adalah

manusia yang seluruh cita-citanya tertuju untuk mencari
rahmat dan keridhaan  ‫ﻲ‬‫ﺸ‬‫ﺒ‬‫ﺣ‬Allah
‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬‫ﻢ‬Subhanahu
‫ﻜﹸ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻟﱢﻲ‬‫ﻭ‬‫ﻥﹾ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺔ‬wa
‫ﻄﱠﺎﻋ‬Ta’ala.
‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬‫ﻊﹺ‬‫ﻤ‬‫ﺑﹺﺎﻟﺴ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬
b. Bom bunuh diri hukumnya Haram karena merupakan 
salah satu bentuk tindakan keputusasaan (al-ya’su)
‫ﻼﹶﻑ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻓﹶﻊ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻡ‬‫ﺇﹺﻟﹾﺰ‬‫ﻢﹺ‬‫ﺎﻛ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻜﹾﻢ‬‫ﺣ‬ dan
mencelakakan diri sendiri (ihlak an-nafs), baik dilakukan
di daerah damai (daar al-shulh/daar al-salaam/daar al-
‫ﺐ‬da’wah)
‫ﺟ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﻩ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬ maupun
‫ﻢ‬‫ﺎﻛ‬‫ﺣ‬ ‫ﺑﹺﻪ‬ ‫ﻢ‬di
‫ﻜﹶ‬‫ﺣ‬daerah
 ‫ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‬ ،‫ﻢ‬‫ﻛ‬perang
‫ﺎ‬‫ﺣ‬ ‫ﺑﹺﻪ‬ ‫(ﻜﹸﻢ‬daar
‫ﺤ‬‫ﻳ‬ ‫ﻟﹶﻢ‬al-harb).
‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬ ‫ﻼﹶﻑ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬ ‫ﻞﱡ‬‫ﺤ‬‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬
c. Amaliyah al-Istisyhad (tindakan mencari kesyahidan)
dibolehkan karena merupakan bagian dari jihad bin-nafsi
 ‫ﻘﹶﺾﹺ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﻟﹶﻢ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓﱠﺔ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﻮ‬‫ﺍﻟﺼ‬
yang dilakukan di daerah perang (daar al-harb) atau 
dalam keadaan perang dengan tujuan untuk menimbulkan
‫ﻢ‬rasa
‫ﳛﻜ‬‫ﻥﹾ‬takut
‫ﺃ‬‫ﻲ‬‫ﻟﻠﻘﺎﺿ‬ ‫ﺃﻥﹼ‬‫ﰱ‬‫ﺻﺮﻳﺢ‬‫ﻭﻫﻮ‬،‫ﻮﻋﻪ‬‫ﳎﻤ‬‫ﰱ‬‫ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ‬‫ﻗﹶﺎﻟﻪ‬.‫ﺎ‬‫ﺎﻋ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﺟ‬‫ﻜﹾﻢ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬
(irhab) dan kerugian yang lebih besar di pihak
musuh Islam,  ( ‫ﺹ‬‫ﺟﺰﺀ‬melakukan
termasuk ،‫ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﱏ‬‫ﺣﺎﺷﻴﺔ‬tindakan ).‫ﺭﻣﻀﺎﻥﹶ‬‫ﻣﻦ‬ yang‫ﺍﻟﻠﱠﻴﻠﺔ‬dapat
‫ﺑﻜﻮﻥ‬
mengakibatkan terbunuhnya diri sendiri. Amaliyah al-
Istisyhad berbeda dengan bunuh diri. 
.‫ﻭﺃﺧﺎﻓﻬﻢ‬‫ﺍﻟﺴﻼﺡ‬‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﲪﻞ‬‫ﻣﻦ‬
5. Dasar-Dasar Penetapan Fatwa :
a. Firman Allah 
‫ﺃﻭ‬ ‫ﻠﻮﺍ‬‫ﻳﻘﺘ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﻓﺴﺎﺩﺍ‬ ‫ﺍﻷﺭﺽ‬ ‫ﰱ‬ ‫ﻭﻳﺴﻌﻮﻥ‬ ‫ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﳛﺎﺭﺑﻮﻥ‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬ ‫ﺟﺰﺍﺀ‬ ‫ﺇﳕﺎ‬
‫ﳍﻢ‬ ‫ﺫﻟﻚ‬.‫ﺍﻷﺭﺽ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻳﻨﻔﻮﺍ‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫ﺧﻼﻑ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﻭﺃﺭﺟﻠﹸﻬﻢ‬ ‫ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ‬ ‫ﺗﻘﻄﱠﻊ‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫ﻳﺼﻠﱠﺒﻮﺍ‬
.‫ﻋﻈﻴﻢ‬‫ﻋﺬﺍﺏ‬‫ﺍﻵﺧﺮﺓ‬‫ﰱ‬‫ﻭﳍﻢ‬‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‬‫ﰱ‬‫ﺣﺰﻱ‬
“Sesungguhnya balasan bagi orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya dan berusaha melakukan
2 kerusakan di muka bumi, yaitu mereka dibunuh atau
disalib atau dipotong tangan dan kaki mereka secara
bersilang. Yang demikian itu suatu kehinaan bagi mereka
di dunia sedangkan di akhirat mereka mendapat siksa
yang pedih.” (QS Al-Maidah: 33) 
‫ﺃﺧﺮﺟﻮﺍ‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬.‫ﻟﻘﺪﻳﺮ‬ ‫ﻧﺼﺮﻫﻢ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻭﺇﻥ‬ ‫ﻇﻠﻤﻮﺍ‬ ‫ﻢ‬‫ﺑﺄ‬ ‫ﻳﻘﺎﺗﻠﻮﻥ‬ ‫ﻟﻠﺬﻳﻦ‬ ‫ﺃﺫﻥ‬
...‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺑﻨﺎ‬‫ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ‬‫ﺃﻥ‬‫ﺇﻻ‬‫ﺣﻖ‬‫ﺑﻐﲑ‬‫ﺩﻳﺎﺭﻫﻢ‬‫ﻣﻦ‬
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang 
diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya.
‫ﻭﻋﺪﻭﻛﻢ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻋﺪﻭ‬‫ﺑﻪ‬‫ﺗﺮﻫﺒﻮﻥ‬‫ﺍﳋﻴﻞ‬‫ﺭﺑﺎﻁ‬‫ﻭﻣﻦ‬‫ﻗﻮﺓ‬‫ﻣﻦ‬‫ﺍﺳﺘﻄﻌﺘﻢ‬‫ﻣﺎ‬‫ﳍﻢ‬‫ﻭﺃﻋﺪﻭﺍ‬
Dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa menolong
...‫ﻳﻌﻠﻤﻬﻢ‬
mereka, yaitu orang-orang ‫ﺍﷲ‬‫ﻢ‬‫ﺗﻌﻠﻤﻮ‬
yang diusir‫ﻻ‬dari
‫ﻢ‬‫ﺩﻭ‬kampung
‫ﻣﻦ‬‫ﻭﺀﺍﺧﺮﻳﻦ‬

‫ﻭﻇﻠﻤﺎ‬ ‫ﻋﺪﻭﺍﻧﺎ‬ ‫ﺫﻟﻚ‬ ‫ﻳﻔﻌﻞ‬ ‫ﻭﻣﻦ‬.‫ﺭﺣﻴﻤﺎ‬ ‫ﺑﻜﻢ‬ ‫ﻛﺎﻥ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇﻥ‬ ‫ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ‬ ‫ﺗﻘﺘﻠﻮﺍ‬727
‫ﻭﻻ‬
 ‫ﻳﺴﲑﺍ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﺫﻟﻚ‬‫ﻭﻛﺎﻥ‬‫ﻧﺎﺭﺍ‬‫ﻧﺼﻠﻴﻪ‬‫ﻓﺴﻮﻑ‬
 ...‫ﲨﻴﻌﺎ‬‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬‫ﻗﺘﻞ‬‫ﻓﻜﺄﳕﺎ‬‫ﺍﻷﺭﺽ‬‫ﰱ‬‫ﻓﺴﺎﺩ‬‫ﺃﻭ‬‫ﻧﻔﺲ‬‫ﺑﻐﲑ‬‫ﻧﻔﺴﺎ‬‫ﻗﺘﻞ‬‫ﻣﻦ‬
‫‪KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA PERTAMA TAHUN 2003‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺃﺫﻥ ‪‬ﻟﻠﺬﻳﻦ ‪‬ﻳﻘﺎﺗﻠﻮﻥ ‪‬ﺑﺄ‪‬ﻢ ‪‬ﻇﻠﻤﻮﺍ ‪‬ﻭﺇﻥ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻰ ‪‬ﻧﺼﺮﻫﻢ ‪‬ﻟﻘﺪﻳﺮ‪.‬ﺍﻟﺬﻳﻦ ‪‬ﺃﺧﺮﺟﻮﺍ‪‬‬
‫‪halamannya tanpa alasan yang benar kecuali mereka‬‬
‫‪hanya berkata Tuhan...‬‬ ‫‪hanyalah‬ﺭﺑﻨﺎ‪‬ﺍﷲ‬
‫‪kami‬‬ ‫”‪Allah‬ﺇﻻ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ‪‬‬
‫‪(QS.‬ﺑﻐﲑ‪‬ﺣﻖ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‪‬‬
‫‪Al-‬ﺩﻳﺎﺭﻫﻢ‬
‫)‪Hajj: 39-40‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﻭﺃﻋﺪﻭﺍ‪‬ﳍﻢ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺍﺳﺘﻄﻌﺘﻢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻗﻮﺓ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﺭﺑﺎﻁ‪‬ﺍﳋﻴﻞ‪‬ﺗﺮﻫﺒﻮﻥ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻋﺪﻭ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻭﻋﺪﻭﻛﻢ‪‬‬
‫ﺃﺫﻥ ‪‬ﻟﻠﺬﻳﻦ ‪‬ﻳﻘﺎﺗﻠﻮﻥ ‪‬ﺑﺄ‪‬ﻢ ‪‬ﻇﻠﻤﻮﺍ ‪‬ﻭﺇﻥ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻰ ‪‬ﻧﺼﺮﻫﻢ ‪‬ﻟﻘﺪﻳﺮ‪.‬ﺍﻟﺬﻳﻦ ‪‬ﺃﺧﺮﺟﻮﺍ‪‬‬
‫ﻭﺀﺍﺧﺮﻳﻦ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺩﻭ‪‬ﻢ‪‬ﻻ‪‬ﺗﻌﻠﻤﻮ‪‬ﻢ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻳﻌﻠﻤﻬﻢ‪...‬‬
‫‪‬ﻣﻦ‪‬ﺩﻳﺎﺭﻫﻢ‪‬ﺑﻐﲑ‪‬ﺣﻖ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ‪‬ﺭﺑﻨﺎ‪‬ﺍﷲ‪...‬‬
‫‪“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa‬‬
‫‪saja‬‬
‫‪yang‬ﻭﻇﻠﻤﺎ‬‫‪kamu‬ﻋﺪﻭﺍﻧﺎ‬‫ﻳﻔﻌﻞ ‪‬ﺫﻟﻚ‬ ‫ﺭﺣﻴﻤﺎ‪.‬ﻭﻣﻦ ‪‬‬
‫‪sanggupi‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪dari‬ﺑﻜﻢ ‪‬‬ ‫‪kuda‬ﻛﺎﻥ ‪‬‬ ‫‪yang‬ﺇﻥ ‪‬ﺍﷲ ‪‬‬ ‫‪ditambat‬ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ‪‬‬ ‫‪‬ﻭﻻ ‪‬ﺗﻘﺘﻠﻮﺍ ‪‬‬
‫‪‬ﻭﺃﻋﺪﻭﺍ‪‬ﳍﻢ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺍﺳﺘﻄﻌﺘﻢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻗﻮﺓ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﺭﺑﺎﻁ‪‬ﺍﳋﻴﻞ‪‬ﺗﺮﻫﺒﻮﻥ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻋﺪﻭ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻭﻋﺪﻭﻛﻢ‪‬‬
‫‪untuk‬‬ ‫‪berperang‬‬ ‫‪(yang‬‬ ‫‪dengan‬‬ ‫‪persiapan‬‬ ‫‪itu)kamu‬‬
‫‪menggetarkan musuh Allah,‬‬ ‫‪musuhmu‬ﺍﷲ‪‬ﻳﺴﲑﺍ‪‬‬ ‫ﻭﻛﺎﻥ‪‬ﺫﻟﻚ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬ ‫ﻧﺎﺭﺍ‪dan‬‬ ‫ﻓﺴﻮﻑ‪‬ﻧﺼﻠﻴﻪ‪‬‬
‫‪orang-orang‬‬
‫ﺃﺧﺮﺟﻮﺍ‪‬‬
‫ﺍﻟﺬﻳﻦ ‪yang‬‬‫‪selain‬‬ ‫ﻟﻘﺪﻳﺮ‪.‬‬ ‫‪mereka‬‬ ‫‪yang‬ﻧﺼﺮﻫﻢ ‪‬‬ ‫‪...‬‬
‫ﻳﻌﻠﻤﻬﻢﻋﻠﻰ‬‫‪kamu‬ﺍﷲ ‪‬‬ ‫ﻭﺇﻥ ‪‬‬ ‫ﻇﻠﻤﻮﺍ‪ ‬ﺍﷲ‪‬‬‫ﺗﻌﻠﻤﻮ‪‬ﻢ‬
‫‪tidak‬‬ ‫ﺑﺄ‪‬ﻢ ‪‬‬ ‫;‪mengetahuinya‬‬
‫ﺩﻭ‪‬ﻢ‪‬ﻻ‬ ‫ﻳﻘﺎﺗﻠﻮﻥ‬ ‫ﻟﻠﺬﻳﻦ ‪‬ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﻭﺀﺍﺧﺮﻳﻦ‪‬‬ ‫ﺃﺫﻥ ‪‬‬
‫‪Allah‬ﲨﻴﻌﺎ‪ ...‬‬
‫‪sedangkan‬‬ ‫ﻗﺘﻞ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬‬ ‫‪‬ﻣﻦ‪‬ﻗﺘﻞ‪‬ﻧﻔﺴﺎ‪‬ﺑﻐﲑ‪‬ﻧﻔﺲ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻓﺴﺎﺩ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻷﺭﺽ‪‬ﻓﻜﺄﳕﺎ‪‬‬
‫”‪mengetahuinya.‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﺩﻳﺎﺭﻫﻢ‪‬ﺑﻐﲑ‪‬ﺣﻖ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ‪‬ﺭﺑﻨﺎ‪‬ﺍﷲ‪...‬‬
‫‪‬ﻭﻻ ‪‬ﺗﻘﺘﻠﻮﺍ ‪‬ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ‪‬ﺇﻥ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻛﺎﻥ ‪‬ﺑﻜﻢ ‪‬ﺭﺣﻴﻤﺎ‪.‬ﻭﻣﻦ ‪‬ﻳﻔﻌﻞ ‪‬ﺫﻟﻚ ‪‬ﻋﺪﻭﺍﻧﺎ ‪‬ﻭﻇﻠﻤﺎ‪‬‬
‫ﻭﻻ‪‬ﺗﻠﻘﻮﺍ‪‬ﺑﺄﻳﺪﻳﻜﻢ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺍﻟﺘﻬﻠﻜﺔ‪ ...‬‬
‫ﺃﺧﺮﺟﻮﺍ‪‬‬
‫ﻭﻋﺪﻭﻛﻢ‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ ‪‬‬
‫‪.‬ﺍﷲ‪‬‬ ‫ﻋﺪﻭ‬‫ﻟﻘﺪﻳﺮ‬ ‫ﺗﺮﻫﺒﻮﻥ‪‬ﺑﻪ‪‬‬ ‫ﺍﳋﻴﻞ‪‬ﻧﺼﺮﻫﻢ‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬‬ ‫ﻳﺴﲑﺍ‪‬‬ ‫ﻭﺇﻥﺍﷲ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﺭﺑﺎﻁ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﻭﻣﻦ‪‬‬ ‫ﻇﻠﻤﻮﺍ ‪‬‬ ‫ﺫﻟﻚ‪‬‬
‫ﻗﻮﺓ‪‬‬ ‫ﺑﺄ‪‬ﻢ‪‬ﻣﻦ‪‬‬‫ﻭﻛﺎﻥ‬ ‫ﻧﺼﻠﻴﻪ‪‬ﻧﺎﺭﺍ‪‬‬
‫ﻳﻘﺎﺗﻠﻮﻥ ‪‬‬
‫ﺍﺳﺘﻄﻌﺘﻢ‪‬‬ ‫ﻓﺴﻮﻑ‪‬ﳍﻢ‬
‫ﻟﻠﺬﻳﻦ‪‬ﻣﺎ‬ ‫ﺃﺫﻥ ‪‬‬
‫ﻭﺃﻋﺪﻭﺍ‬
‫‪“Dan‬‬ ‫‪ ...‬‬ ‫‪kamu‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﲨﻴﻌﺎ‬
‫‪janganlah‬‬ ‫ﻓﻜﺄﳕﺎ‪‬ﻗﺘﻞ‪‬‬ ‫ﺍﻷﺭﺽ‪...‬‬
‫‪membunuh‬‬
‫‪...‬‬ ‫ﺍﷲﰱ‪‬ﺭﺑﻨﺎ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﻳﻌﻠﻤﻬﻢ‬ ‫ﻓﺴﺎﺩ‪‬‬
‫ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ‬ ‫‪dirimu.‬‬
‫ﺗﻌﻠﻤﻮ‪‬ﻢ‪‬‬ ‫ﺇﻻ‪‬ﺃﻭﺃﻥ‪‬‬ ‫ﻧﻔﺲ‬ ‫ﺣﻖﻻ‪‬‬ ‫ﺩﻭ‪‬ﻢ‪‬‬
‫ﺑﻐﲑ‬
‫‪Sesungguhnya‬‬
‫ﺑﻐﲑ‪‬‬ ‫ﻧﻔﺴﺎ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬‬‫ﺩﻳﺎﺭﻫﻢ‬ ‫ﻣﻦ‪‬ﻗﺘﻞ‬
‫ﻭﺀﺍﺧﺮﻳﻦ‪‬‬ ‫‪‬ﻣﻦ‬
‫‪Allah Maha Penyayang kepada kamu. Dan barangsiapa‬‬
‫ﺃﺧﺮﺟﻮﺍ‪‬‬ ‫ﻟﻘﺪﻳﺮ‪.‬ﺍﻟﺬﻳﻦ ‪‬‬
‫‪berbuat demikian‬‬ ‫ﻋﻤﺮ(‪‬‬ ‫ﻧﺼﺮﻫﻢ ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‬
‫‪dengan‬‬ ‫ﺩﺍﻭﺩ‪‬‬‫‪ melanggar‬‬
‫ﺃﺑﻮ‪‬ﺍﷲ‬ ‫ﻭﺇﻥ ‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬ ‫ﻇﻠﻤﻮﺍ ‪‬‬ ‫ﻣﺴﻠﻤﺎﹰ‪)‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫ﺑﺄ‪‬ﻢ‬ ‫‪dianiaya‬ﻉ‪‬‬
‫ﻳﻘﺎﺗﻠﻮﻥﻭ‪‬‬
‫ﳌﺴﻠﻢ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳ‪‬ﺮ‪‬‬ ‫ﻟﻠﺬﻳﻦ ‪‬‬ ‫ﺃﺫﻥﳛ‪‬ﻞﱡ‪‬‬
‫‪maka‬‬ ‫‪ ‬ﻻ‪‬‬
‫ﺃﺧﺮﺟﻮﺍ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺬﻳﻦ ‪‬‬ ‫‪akan‬ﻟﻘﺪﻳﺮ‪.‬‬ ‫ﻧﺼﺮﻫﻢ ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ ‪‬‬ ‫ﺭﺑﻨﺎ‪‬ﺍﷲﺍﷲ‪‬‬ ‫ﻭﺇﻥ‬ ‫ﻇﻠﻤﻮﺍ ‪‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪ke‬‬ ‫ﺑﺄ‪‬ﻢ‬ ‫ﻳﻘﺎﺗﻠﻮﻥ ‪‬‬ ‫ﻟﻠﺬﻳﻦ ‪‬‬ ‫ﺃﺫﻥ‪‬‬
‫ﻭﻋﺪﻭﻛﻢ‪‬‬
‫ﻭﻇﻠﻤﺎ‬
‫‪Kami‬‬ ‫‪kelak‬ﺍﷲ‪‬‬
‫ﻋﺪﻭﺍﻧﺎ ‪‬‬‫ﻋﺪﻭ‪‬‬‫ﺫﻟﻚ ‪‬‬ ‫ﺗﺮﻫﺒﻮﻥ ‪‬ﺑﻪ‪‬‬‫ﻭﻣﻦ ‪‬ﻳﻔﻌﻞ‬ ‫ﺍﳋﻴﻞ‪‬‬ ‫‪....‬‬
‫‪memasukkannya‬‬ ‫ﺭﺑﺎﻁ‪‬‬
‫ﺭﺣﻴﻤﺎ‬ ‫ﻭﻣﻦ ‪‬‬
‫ﺑﻜﻢ‬‫ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺘﻬﻠﻜﺔﻛﺎﻥ‬
‫ﻗﻮﺓ ‪‬‬ ‫ﺃﻥ‪‬‬‫ﻣﻦ‬
‫ﺍﷲ ‪‬‬ ‫ﺇﱃ‪‬ﺇﻥ‪ ‬‬
‫ﺍﺳﺘﻄﻌﺘﻢﺇﻻ‪‬‬‫ﺣﻖ‬ ‫ﺑﺄﻳﺪﻳﻜﻢ‪‬‬
‫ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ‪‬‬
‫‪dalam‬‬ ‫ﺑﻐﲑ‪‬‬‫ﺩﻳﺎﺭﻫﻢ‪‬ﻣﺎ‪‬‬ ‫ﳍﻢ‬‫ﺗﻘﺘﻠﻮﺍ‪‬‬
‫ﺗﻠﻘﻮﺍ‬
‫ﻭﺃﻋﺪﻭﺍ‪‬‬
‫‪neraka.‬‬ ‫ﻭﻻ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬
‫ﻭﻻ‬‫‪‬‬
‫‪Yang demikian‬‬
‫‪)itu‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ(‬ ‫ﻳﻨﺘﻬﻲ‬ ‫ﺣﱴ‪‬‬‫ﺍﷲ‪...‬‬ ‫‪mudah‬ﺗﻠﻌﻨﻪ‬
‫ﺭﺑﻨﺎ‬
‫ﺍﳌﻼﺋﻜﺔ‪‬‬ ‫ﻓﺈﻥ‪‬ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ‪‬‬ ‫‪bagi‬‬
‫”‪Allah‬ﺇﻻ‪‬ﺃﻥ‬ ‫ﺃﺧﻴﻪ‪‬ﺣﻖ‬ ‫ﺩﻳﺎﺭﻫﻢﺇﱃ‪‬ﺑﻐﲑ‪‬‬ ‫‪‬ﻣﻦ‪‬‬
‫ﲝﺪﻳﺪﺓ‪‬ﺫﻟﻚ‪‬‬ ‫ﻭﺀﺍﺧﺮﻳﻦ‪‬ﻣﻦ‬ ‫ﺃﺷﺎﺭ‬
‫‪adalah‬‬ ‫‪(QS‬‬ ‫‪An-‬‬
‫)‪Nisa: 29‬‬ ‫ﻳﺴﲑﺍ‪ ‬‬
‫‪...‬‬ ‫ﻳﻌﻠﻤﻬﻢ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺍﷲ‪‬‬‫ﺗﻌﻠﻤﻮ‪‬ﻢ‪‬ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺩﻭ‪‬ﻢ‪‬ﻻ‪‬‬
‫ﻭﻛﺎﻥ‬ ‫ﻧﺼﻠﻴﻪ‪‬ﻧﺎﺭﺍ‪‬‬ ‫ﻓﺴﻮﻑ‪‬‬
‫‪‬ﻭﺃﻋﺪﻭﺍ‪‬ﳍﻢ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺍﺳﺘﻄﻌﺘﻢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻗﻮﺓ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﺭﺑﺎﻁ‪‬ﺍﳋﻴﻞ‪‬ﺗﺮﻫﺒﻮﻥ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻋﺪﻭ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻭﻋﺪﻭﻛﻢ‪‬‬
‫ﻭﻋﺪﻭﻛﻢ‪‬‬ ‫‪...‬‬
‫ﲨﻴﻌﺎﺍﷲ‪‬‬
‫ﻋﺪﻭﺍﻧﺎ‪‬ﳐﻠﺪﺍ‪‬‬
‫ﺧﺎﻟﺪﺍ‬ ‫ﻋﺪﻭ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﻓﻴﻬﺎ‬
‫ﺫﻟﻚ ‪‬‬ ‫ﻗﺘﻞﻳﺘﺮ‪‬ﺩ‪‬‬
‫ﻳﻔﻌﻞ‪‬ﻯ‪‬ﺑﻪ‪‬‬
‫ﺗﺮﻫﺒﻮﻥ(‬
‫ﻋﻤﺮ‬ ‫ﻓﻜﺄﳕﺎ‪‬‬
‫ﺍﺑﻦ‪‬‬
‫ﺟﻬﻨﻢ‬‫ﻧﺎﺭ‪‬ﻋﻦ‪‬‬
‫ﺍﳋﻴﻞ‪‬‬ ‫ﺩﺍﻭﺩ‪‬‬
‫ﺍﻷﺭﺽ‬‫ﺃﺑﻮ‪‬ﰱ ‪‬‬
‫ﻳﻌﻠﻤﻬﻢ‪‬‬
‫ﺭﺑﺎﻁ‬ ‫ﺑﻜﻢ‪‬‬‫ﺭﻭﺍﻩﰱ‪‬‬
‫ﻭﻣﻦ‬
‫ﻓﻬﻮ‬ ‫ﻓﺴﺎﺩ‪‬‬‫ﻣﺴﻠﻤ‪‬ﺎﹰ‪)‬‬
‫ﻗﻮﺓ‬
‫ﻧﻔﺴﻪ‬ ‫ﻣﻦ‪‬‬‫ﻓﻘﺘﻞﻭ‬
‫ﺍﷲ‪‬‬ ‫ﻧﻔﺲ‪‬ﺃ‬‫ﺟﺒﻞﻭ‪ ‬ﻉ‪‬‬
‫ﺍﺳﺘﻄﻌﺘﻢ‬ ‫ﺑﻐﲑﺮ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﻣﺎ ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳ‪‬‬
‫ﻧﻔﺴﺎ‪‬‬
‫ﳌﺴﻠﻢ‬
‫‪‬ﻯ‪‬ﳍﻢ‪‬‬ ‫ﻗﺘﻞﺩ‪‬‬ ‫ﻭﻻ‪‬ﳛﻞﱡﺗﺮ‬
‫ﻭﺃﻋﺪﻭﺍ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬
‫‪ ‬ﻻ‪‬‬
‫ﻣﻦ‬
‫ﻭﻇﻠﻤﺎ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﻭﻣﻦ‬ ‫‪...‬‬
‫‪.‬‬ ‫ﺭﺣﻴﻤﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺗﻌﻠﻤﻮ‪‬ﻢ‬
‫ﻛﺎﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺇﻥ‬ ‫ﻻ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺩﻭ‪‬ﻢ‬
‫ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻭﺀﺍﺧﺮﻳﻦ‬
‫ﺗﻘﺘﻠﻮﺍ‬
‫‪“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia bukan‬‬ ‫‪‬‬
‫‪karena orang itu membunuh‬‬ ‫ﻳﻌﻠﻤﻬﻢ‪...‬‬
‫ﺣﱴ‪ ‬‬ ‫ﻳﺴﲑﺍ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫(‪‬‬
‫ﺍﳌﻼﺋﻜﺔ‪‬ﺍﷲ‪‬‬
‫‪orang‬ﺍﷲ‪‬‬
‫ﺿﺤﺎﻙ‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﺗﻌﻠﻤﻮ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺫﻟﻚ‪‬‬ ‫ﻋﻦ‬
‫ﺍﻟﺘﻬﻠﻜﺔ‬ ‫‪‬‬
‫ﻭﻛﺎﻥ‪‬‬
‫ﺩﻭ‪‬ﻢ‪‬ﻻ‪‬‬
‫ﻭﻣﺴﻠﻢ‬
‫‪lain‬‬‫ﻧﺎﺭﺍ‪‬ﺇﱃ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ‬
‫ﺃﺧﻴﻪ‪‬‬
‫ﻭﺀﺍﺧﺮﻳﻦ‪‬ﻣﻦ‪‬‬
‫ﻧﺼﻠﻴﻪ‪‬‬
‫ﺑﺄﻳﺪﻳﻜﻢ‬
‫‪atau‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﺧﺮﺟﻪ‬
‫ﺗﻠﻘﻮﺍ‪‬‬
‫ﺃﺷﺎﺭ‪‬‬ ‫ﻓﺴﻮﻑ‬
‫‪bukan‬‬ ‫)ﻭﻻ‬
‫ﻣﻦ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫(‬ ‫ﻣﺴﻠﻢ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫‪)‬‬ ‫ﻳﻨﺘﻬﻲ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺗﻠﻌﻨﻪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﺈﻥ‬ ‫ﲝﺪﻳﺪﺓ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺇﱃ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻭﻇﻠﻤﺎ‪‬‬ ‫‪membuat‬ﻋﺪﻭﺍﻧﺎ ‪‬‬
‫‪karena‬‬ ‫‪kerusakan‬ﻳﻔﻌﻞ ‪‬ﺫﻟﻚ ‪‬‬ ‫‪di‬ﺭﺣﻴﻤﺎ‪.‬ﻭﻣﻦ‬ ‫‪muka‬ﺑﻜﻢ‬ ‫ﺍﷲ ‪‬ﻛﺎﻥ ‪‬‬ ‫‪bumi‬‬ ‫ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ‪‬ﺇﻥ ‪‬‬ ‫‪makaseakan-‬‬ ‫‪‬ﻭﻻ ‪‬ﺗﻘﺘﻠﻮﺍ‬
‫ﲨﻴﻌﺎ‪ ...ia‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻗﺘﻞ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻜﺄﳕﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻷﺭﺽ‬ ‫‪‬‬ ‫ﰱ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﺴﺎﺩ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺃ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻧﻔﺲ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺑﻐﲑ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻧﻔﺴﺎ‬ ‫ﻗﺘﻞﺍﻟ‪‬‬
‫ﻳﺴﲑﺍ‪ .‬ﻭﻣﻦ ‪‬ﻳﻔﻌﻞ ‪‬ﺫﻟﻚ ‪‬ﻋﺪﻭﺍﻧﺎ ‪‬ﻭﻇﻠﻤﺎ‪‬‬
‫‪akan‬‬ ‫‪telah‬‬ ‫‪membunuh‬‬ ‫ﺭﺣﻴﻤﺎ‬ ‫ﺑﻜﻢ‪‬ﺎ‪‬ﻡ‪ ‬‬
‫‪manusia‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻛﺎﻥﺮ‪‬ﺭ‪‬ﺍ‬
‫ﻋﻠﻰﻟﹾ‪‬ﻌ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﷲﻊﹺ‪‬ﺍﻟ‬
‫”…‪seluruhnya‬‬
‫ﺫﻟﻚﻀ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺇﻥﻟ‪‬ﺪ‪‬‬
‫ﻭﻛﺎﻥﻓﹾ‬ ‫ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ‪‬ﺹ‪‬‬‫ﻧﺎﺭﺍ‪‬ﺎ‬
‫ﻧﺼﻠﻴﻪ‪‬ﺍﻟﹾﺨ‬
‫ﻀ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬‬ ‫ﺗﻘﺘﻠﻮﺍ ‪‬‬
‫‪(QS‬‬
‫‪‬‬ ‫‪Al-‬ﻤ‪‬ﻞﹸ‬
‫ﻓﺴﻮﻑ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬
‫ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻭﻻﺤ‪‬‬
‫‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺗﺮﺩ‪‬ﻯ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺟﺒﻞ ‪‬ﻓﻘﺘﻞ ‪‬ﻧﻔﺴﻪ ‪‬ﻓﻬﻮ ‪‬ﰱ ‪‬ﻧﺎﺭ ‪‬ﺟﻬﻨﻢ ‪‬ﻳﺘﺮﺩ‪‬ﻯ ‪‬ﻓﻴﻬﺎ ‪‬ﺧﺎﻟﺪﺍ ‪‬ﳐﻠﺪﺍ‪‬‬
‫‪Maidah:‬‬ ‫)‪32‬‬
‫ﻳﺴﲑﺍ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﻤﺮ(‪‬‬
‫ﺍﻷﺭﺽ‪‬ﻓﻜﺄﳕﺎ‪‬ﻗﺘﻞ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﲨﻴﻌﺎ‪ ...‬‬
‫ﺍﷲ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬‬ ‫ﰱ‪‬ﺃﺑﻮ‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‬
‫ﻓﺴﺎﺩ‪‬‬ ‫ﺫﻟﻚ‪)‬‬ ‫ﻭﻛﺎﻥ‪‬ﺃ‪‬ﻭ‬
‫ﻣﺴﻠﻤ‪‬ﺎﹰ‬ ‫ﻧﻔﺲ‬ ‫ﺑﻐﲑ‪‬ﻭ‪‬ﻉ‪‬‬ ‫ﻧﺎﺭﺍ‬
‫ﺃﻥ‪‬ﻳ‪‬ﺮ‪‬‬ ‫ﻧﺼﻠﻴﻪ‪‬‬
‫ﳌﺴﻠﻢ‪‬‬
‫ﻧﻔﺴﺎ‬ ‫ﻓﺴﻮﻑ‪‬‬
‫ﺗﻠﻘﻮﺍ‪‬‬ ‫‪‬ﻻ‪‬ﻣﻦﳛ‪‬ﻞﱡ‪‬‬
‫ﺿﺤﺎﻙ‪‬ﺎ‪(‬ﺿ‪‬ﺮ‪‬ﺭﺍﹰ‪‬ﺑﹺﺎﺭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﺏﹺ‪‬ﺃﹶﺧ‪‬ﻔﱢﻬﹺﻤ‪‬ﺎ‪‬‬ ‫‪...‬ﻤ‬
‫ﺍﻟﺘﻬﻠﻜﺔﻋ‪‬ﻈﹶﻤ‪‬ﻬ‪‬‬
‫ﻋﻦ‪‬‬ ‫ﻭﻣﺴﻠﻢﻋ‪‬ﻲ‪‬ﺃﹶ‬ ‫ﺇﱃﺭ‪‬ﻭ‪‬‬‫ﺑﺄﻳﺪﻳﻜﻢ‪‬ﺎﻥ‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯﺪ‪‬ﺗ‪‬‬
‫ﺽ‪‬ﻣ‪‬ﻔﹾﺴ‪‬‬ ‫ﻗﺘﻞ‪‬‬‫ﻭﻻ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺎﺭ‪‬‬
‫ﺃﺧﺮﺟﻪ‬ ‫ﺇﹺ)ﺫﹶﺍ‬
‫‪ ...janganlah‬‬
‫‪“Dan‬‬ ‫‪kamu‬ﻗﺘﻞ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﲨﻴﻌﺎ‬ ‫ﺍﻷﺭﺽ‪‬ﻓﻜﺄﳕﺎ‪‬‬ ‫‪menjatuhkan‬‬ ‫‪dirimu‬ﺃﻭ‪‬ﻓﺴﺎﺩ‪‬ﰱ‪‬‬ ‫ﻧﻔﺴﺎ‪‬ﺑﻐﲑ‪‬ﻧﻔﺲ‬ ‫‪sendiri‬‬ ‫‪ke‬ﻣﻦ‪‬ﻗﺘﻞ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫”…‪ (kebinasaan‬‬
‫ﺣﱴ‪‬ﻳﻨﺘﻬﻲ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ‬ ‫ﺗﻠﻌﻨﻪ‪(QS‬‬ ‫ﺍﻟﺘﻬﻠﻜﺔ‪‬ﺍﳌﻼﺋﻜﺔ‪‬‬
‫‪Al-Maidah:‬‬ ‫)‪32‬ﻓﺈﻥ‬ ‫ﺑﺄﻳﺪﻳﻜﻢ‪‬ﲝﺪﻳﺪﺓ‬ ‫ﻭﻻ‪‬ﺃﺷﺎﺭ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺃﺧﻴﻪ‬ ‫ﻣﻦ‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪...‬ﺍﻟﹾ ‪‬ﻌ‪‬ﺎﻡ‪ ‬‬
‫ﺇﱃ‪‬ﻟ‪‬ﺪ‪‬ﻓﹾﻊﹺ‪‬ﺍﻟﻀ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬‬ ‫ﺗﻠﻘﻮﺍ‪‬ﻀ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻟﹾﺨ‪‬ﺎﺹ‪‬‬ ‫‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺤ‪‬ﻤ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﻤﺮ(‪‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﺍﻟﺘﻬﻠﻜﺔﺎﹰ‪)‬‬
‫ﺑﺄﻳﺪﻳﻜﻢ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺇﱃﻉ‪‬ﻣﺴﻠﻤ‬ ‫ﳌﺴﻠﻢ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫ﺗﻠﻘﻮﺍ‪‬‬ ‫ﻭﻻ‪‬ﳛﻞﱡ‪‬‬ ‫ﻻ‪‬‬
‫ﳐﻠﺪﺍ‪b. ‬‬ ‫‪‬‬
‫‪ Nabi‬ﻓﻴﻬﺎ ‪‬ﺧﺎﻟﺪﺍ ‪‬‬
‫‪Hadis-hadis‬‬ ‫‪Saw‬ﻳﺘﺮﺩ‪‬ﻯ‬ ‫ﻣﻦ ‪‬ﺗﺮﺩ‪‬ﻯ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺟﺒﻞ ‪‬ﻓﻘﺘﻞ ‪‬ﻧﻔﺴﻪ ‪‬ﻓﻬﻮ ‪‬ﰱ ‪‬ﻧﺎﺭ ‪:‬ﺟﻬﻨﻢ‬ ‫‪‬‬
‫ﺇﹺﺫ‪‬ﹶﺍ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺎﺭ‪‬ﺽ‪‬ﻣ‪‬ﻔﹾﺴ‪‬ﺪ‪‬ﺗ‪‬ﺎﻥ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻲ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻈﹶﻤ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺿ‪‬ﺮ‪‬ﺭﺍﹰ‪‬ﺑﹺﺎﺭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﺏﹺ‪‬ﺃﹶﺧ‪‬ﻔﱢﻬﹺﻤ‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ( ‪‬‬ ‫ﻋﻤﺮ(‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬‬
‫ﻳﻨﺘﻬﻲ‪)‬‬ ‫ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﺣﱴ‬ ‫ﺍﳌﻼﺋﻜﺔ(‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺗﻠﻌﻨﻪ‪‬‬
‫ﺿﺤﺎﻙ‪‬‬
‫ﻓﺈﻥ‪‬ﺎﹰ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫ﻣﺴﻠﻤ‬
‫ﲝﺪﻳﺪﺓ‪‬ﻋﻦ‬ ‫ﺃﺧﻴﻪﻳ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﻉ‪‬‬
‫ﻭﻣﺴﻠﻢ‬ ‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ‪‬‬
‫ﳌﺴﻠﻢ‪‬ﺃﻥ‬ ‫ﺃﺷﺎﺭ‪‬ﺇﱃ‬ ‫ﺃﺧﺮﺟﻪ‪‬‬‫ﻣﻦ‪‬ﳛﻞﱡ‬ ‫)ﻻ‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫(‬ ‫ﻋﻤﺮ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﺑﻦ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻦ‬
‫‪“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti orang‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺩﺍﻭﺩ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﺑﻮ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫‪)‬‬ ‫ﺎ‬
‫ﹰ‬‫ﻣﺴﻠﻤ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻉ‬
‫‪‬‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬ ‫ﻳ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫ﳌﺴﻠﻢ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻞ‬
‫ﱡ‬ ‫ﳛ‬ ‫‪‬ﻻ‪‬‬
‫ﳐﻠﺪﺍ‪‬‬ ‫ﻣﺴﻠﻢ( ‪‬‬
‫ﺧﺎﻟﺪﺍ ‪‬‬
‫‪muslim‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻓﻴﻬﺎ‬
‫”‪ lainnya‬‬ ‫ﻳﻨﺘﻬﻲﻳﺘﺮ‪)‬ﺩ‪‬ﻯ‬ ‫‪(HR‬‬
‫ﺟﻬﻨﻢ‬ ‫ﺣﱴ‪‬‬ ‫‪Abu‬‬‫ﺗﻠﻌﻨﻪ‪‬ﻧﺎﺭ‬ ‫ﺍﳌﻼﺋﻜﺔ‪‬ﺎ‪‬ﻡ‪‬‬
‫)‪Dawud‬ﰱ‪ ‬‬ ‫ﻓﻬﻮ‬
‫ﻧﻔﺴﻪﺮ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻟﹾﻌ‬ ‫ﻓﺈﻥ‪‬ﻀ‪‬‬
‫ﻓﻘﺘﻞ‪‬ﻊﹺ‪‬ﺍﻟ‬ ‫ﲝﺪﻳﺪﺓ‬
‫ﺟﺒﻞﺹ‪‬ﻟ‪‬ﺪ‪‬ﻓﹾ‬ ‫ﺃﺧﻴﻪ‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﻣﻦﺍﻟﹾ‪‬ﺨ‬ ‫ﺇﱃﺭ‪‬‬‫‪‬ﻯﻀ‪‬ﺮ‪‬‬‫ﺃﺷﺎﺭ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﻤ‪‬ﻞﹸﺗﺮ‪‬ﺩﺍﻟ‬ ‫ﻳ‪‬ﺘ‪ ‬ﺤ‪‬‬
‫‪ ‬ﻣﻦ‪‬ﺃﺷﺎﺭ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺃﺧﻴﻪ‪‬ﲝﺪﻳﺪﺓ‪‬ﻓﺈﻥ‪‬ﺍﳌﻼﺋﻜﺔ‪‬ﺗﻠﻌﻨﻪ‪‬ﺣﱴ‪‬ﻳﻨﺘﻬﻲ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ( ‪‬‬
‫)ﺃﺧﺮﺟﻪ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ‪‬ﻭﻣﺴﻠﻢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺿﺤﺎﻙ(‪‬‬
‫‪“Barangsiapa mengacungkan senjata tajam kepada‬‬
‫ﳐﻠﺪﺍ‪‬‬ ‫ﺏﹺ‪‬ﺃﹶﻳﺘﺮﺧ‪‬ﺩ‪‬ﻔﱢﻬﹺﻯﻤ‪‬ﺎ‪‬ﻓﻴﻬﺎ ‪‬ﺧﺎﻟﺪﺍ ‪‬‬ ‫ﺟﻬﻨﻢ‬‫ﹶﺎ‬
‫ﻜ‬
‫‪saudaranya (muslim) maka Malaikat akan melaknatnya‬‬
‫ﺗ‬
‫‪‬‬ ‫ﻧﺎﺭﹺﺎ ‪‬‬
‫ﺭ‬
‫‪‬‬ ‫ﺑ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍ‬
‫ﹰ‬ ‫ﻓﻬﻮ‪ ‬ﺿ‪‬ﰱﺮ ‪‬‬
‫‪‬ﺭ‬ ‫ﻧﻔﺴﻪﻤ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‬ ‫ﻓﻘﺘﻞﻲ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻈﹶ‬ ‫ﺟﺒﻞ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬‬ ‫‪‬ﻯ‪‬ﻣ‪‬ﻔﹾﻣﻦﺴ‪‬ﺪ‪‬ﺗ‪‬ﺎﻥ‪‬‬ ‫ﻣﻦﺗ‪ ‬ﻌ‪‬ﺎﺗﺮﺭ‪‬ﺩﺽ‪‬‬ ‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‪‬‬
‫ﳐﻠﺪﺍ‪‬‬ ‫ﻓﻬﻮ ‪(‬ﰱ ‪‬ﻧﺎﺭ ‪‬ﺟﻬﻨﻢ ‪‬ﻳﺘﺮﺩ‪‬ﻯ ‪‬ﻓﻴﻬﺎ ‪‬ﺧﺎﻟﺪﺍ ‪‬‬
‫)‪sehingga ia berhenti” (HRMuslim‬‬
‫ﻓﻘﺘﻞ‪ ‬ﻧﻔﺴﻪ ‪‬‬ ‫‪‬ﻯ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺟﺒﻞ ‪‬‬ ‫ﻣﻦ ‪‬ﺗﺮﺩ‬
‫ﺿﺤﺎﻙﻌ‪‬ﺎﻡ‪‬‬
‫ﻋﻦﺍﻟ‪‬ﻀ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫ﻭﻣﺴﻠﻢﺪ‪‬ﻓﹾﻊﹺ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯﺨ‪‬ﺎﺹ‪‬ﻟ‪‬‬ ‫ﺃﺧﺮﺟﻪ‪‬ﺍﻟﻀ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫ﻳ‪)‬ﺘ‪‬ﺤ‪‬ﻤ‪‬ﻞﹸ‪‬‬
‫)‪‬ﺃﺧﺮﺟﻪ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ‪‬ﻭﻣﺴﻠﻢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺿﺤﺎﻙ(‪‬‬
‫ﺹ‪‬ﺭ‪‬ﻟ‪‬ﻭ‪‬ﺪ‪‬ﻋ‪‬ﻓﹾﻲ‪‬ﻊﹺ‪‬ﺃﹶﺍﻟﻋ‪‬ﻀ‪‬ﻈﹶﺮ‪‬ﻤ‪‬ﺭ‪‬ﻬ‪‬ﺍﻤﻟﹾ‪‬ﺎﻌ‪‬ﺎﻡ‪‬ﺿ‪ ‬ﺮ‪‬ﺭﺍﹰ‪‬ﺑﹺﺎﺭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﺏﹺ‪‬ﺃﹶﺧ‪‬ﻔﱢﻬﹺﻤ‪‬ﺎ‪‬‬ ‫ﺨ‪‬ﺎﻥ‪‬‬ ‫ﺤ‪‬ﺗ‪‬ﻤ‪‬ﻌ‪‬ﺎﻞﹸﺭ‪‬ﺍﻟﺽ‪‬ﻀ‪‬ﺮﻣ‪‬ﺭ‪‬ﻔﹾ‪‬ﺍﺴ‪‬ﻟﹾﺪ‪‬ﺗ‬ ‫ﺇﹺﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺫﹶﺍ‪‬‬
‫ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺤ‪‬ﻤ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟﻀ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻟﹾﺨ‪‬ﺎﺹ‪‬ﻟ‪‬ﺪ‪‬ﻓﹾﻊﹺ‪‬ﺍﻟﻀ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻟﹾﻌ‪‬ﺎﻡ‪ ‬‬
‫‪728‬‬
‫ﺇﹺ ‪‬ﺫﹶﺍ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺎﺭ‪‬ﺽ‪‬ﻣ‪‬ﻔﹾﺴ‪‬ﺪ‪‬ﺗ‪‬ﺎﻥ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻲ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻈﹶﻤ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺿ‪‬ﺮ‪‬ﺭﺍﹰ‪‬ﺑﹺﺎﺭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﺏﹺ‪‬ﺃﹶﺧ‪‬ﻔﱢﻬﹺﻤ‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﺇﹺ‪3‬ﺫﹶﺍ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺎﺭ‪‬ﺽ‪‬ﻣ‪‬ﻔﹾﺴ‪‬ﺪ‪‬ﺗ‪‬ﺎﻥ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻲ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻈﹶﻤ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺿ‪‬ﺮ‪‬ﺭﺍﹰ‪‬ﺑﹺﺎﺭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﺏﹺ‪‬ﺃﹶﺧ‪‬ﻔﱢﻬﹺﻤ‪‬ﺎ‪‬‬
‫‪‬ﻭﻻ ‪‬ﺗﻘﺘﻠﻮﺍ ‪‬ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ‪‬ﺇﻥ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻛﺎﻥ ‪‬ﺑﻜﻢ ‪‬ﺭﺣﻴﻤﺎ‪.‬ﻭﻣﻦ ‪‬ﻳﻔﻌﻞ ‪‬ﺫﻟﻚ ‪‬ﻋﺪﻭﺍﻧﺎ ‪‬ﻭﻇﻠﻤﺎ‪‬‬
‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﲨﻴﻌﺎ‪ ...‬‬ ‫ﺍﺑﻦ‪‬ﻗﺘﻞ‪‬‬
‫ﻋﻤﺮ(‪‬‬ ‫ﻓﻜﺄﳕﺎ‪‬‬
‫ﺍﻷﺭﺽ‪‬ﻋﻦ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﰱ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‬
‫ﻓﺴﺎﺩ‪‬‬
‫ﻣﺴﻠﻤ‪‬ﺎﹰ‪)‬‬
‫ﻧﻔﺲ‪‬ﺃﻭ‬‫ﺑﻐﲑ‪‬ﻭ‪‬ﻉ‪‬‬
‫ﻧﻔﺴﺎ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳ‪‬ﺮ‪‬‬
‫ﻗﺘﻞ‪‬ﳌﺴﻠﻢ‪‬‬
‫‪‬ﻻ‪‬ﻣﻦﳛ‪‬ﻞﱡ‪‬‬
‫ﻓﺴﻮﻑ‪‬ﻧﺼﻠﻴﻪ‪‬ﻧﺎﺭﺍ‪‬ﻭﻛﺎﻥ‪‬ﺫﻟﻚ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻳﺴﲑﺍ‪ ‬‬
‫‪‬‬
‫‪ ...‬‬ ‫ﲨﻴﻌﺎ‬‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬‫‪‬‬ ‫ﻗﺘﻞ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻜﺄﳕﺎ‬
‫‪HIMPUNAN‬ﻳﻨﺘﻬﻲ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ( ‪‬‬‫‪‬‬ ‫ﺍﻷﺭﺽ‬ ‫‪‬‬ ‫ﰱ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﺴﺎﺩ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻭ‬
‫ﺍﻟﺘﻬﻠﻜﺔ‪...‬‬
‫ﺍﳌﻼﺋﻜﺔ‪‬ﺗﻠﻌﻨﻪ‪‬ﺣﱴ‪‬‬
‫‪FATWA‬‬ ‫ﻓﺈﻥ‬ ‫ﺃ‬‫‪‬‬ ‫ﻧﻔﺲ‬
‫ﲝﺪﻳﺪﺓ‪‬‬
‫‪MAJELIS‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺑﻐﲑ‬
‫‪ULAMA‬ﺇﱃ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺑﺄﻳﺪﻳﻜﻢ‪‬‬‫ﻧﻔﺴﺎ‬
‫ﺇﱃ‪‬ﺃﺧﻴﻪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻗﺘﻞ‬
‫ﺗﻠﻘﻮﺍ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻣﻦ‬
‫‪‬ﻣﻦ‬
‫ﻭﻻ‪‬ﺃﺷﺎﺭ‬
‫‪INDONESIA‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪...‬ﻓﻬﻮ‪‬ﰱ ‪‬ﻧﺎﺭ ‪‬ﺟﻬﻨﻢ ‪‬ﻳﺘﺮﺩ‪‬ﻯ ‪‬ﻓﻴﻬﺎ ‪‬ﺧﺎﻟﺪﺍ ‪‬ﳐﻠﺪﺍ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺘﻬﻠﻜﺔ‬
‫ﻧﻔﺴﻪ ‪‬‬‫ﺇﱃ‪‬ﻓﻘﺘﻞ ‪‬‬‫ﺑﺄﻳﺪﻳﻜﻢ‪‬‬
‫ﺟﺒﻞ ‪‬‬ ‫‪‬ﻯ‪ ‬ﻣﻦ ‪‬‬
‫ﺃﺫﻥ ‪‬ﻟﻠﺬﻳﻦ ‪‬ﻳﻘﺎﺗﻠﻮﻥ ‪‬ﺑﺄ‪‬ﻢ ‪‬ﻇﻠﻤﻮﺍ ‪‬ﻭﺇﻥ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻰ ‪‬ﻧﺼﺮﻫﻢ ‪‬ﻟﻘﺪﻳﺮ‪.‬ﺍﻟﺬﻳﻦ ‪‬ﺃﺧﺮﺟﻮﺍ‪‬‬
‫ﺗﻠﻘﻮﺍ‬
‫ﻭﻻ‪‬ﺗﺮﺩ‬
‫‪‬ﻣﻦ‬
‫ﻻ‪‬ﳛﻞﱡ‪‬ﳌﺴﻠﻢ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﻉ‪‬ﻣﺴﻠﻤﺎﹰ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﻤﺮ(‪‬‬
‫ﺭﺑﻨﺎ‪‬ﺍﷲ‪...‬‬ ‫ﺿﺤﺎﻙ(‪‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﻳﻘﻮﻟﻮﺍ‪‬‬ ‫ﻭﻣﺴﻠﻢ‪‬ﺃﻥ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ‪‬ﺣﻖ‪‬ﺇﻻ‬ ‫ﺩﻳﺎﺭﻫﻢ‪‬ﺑﻐﲑ‪‬‬ ‫ﺃﺧﺮﺟﻪ‪‬‬ ‫)‪‬ﻣﻦ‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ( ‪‬‬
‫‪“Barangsiapa‬‬ ‫ﻋﻤﺮ(‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬‬
‫‪)yang‬‬
‫ﻳﻨﺘﻬﻲ‬ ‫‪menjatuhkan‬ﺣﱴ‬
‫ﺩﺍﻭﺩ‬
‫ﺍﳌﻼﺋﻜﺔ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺗﻠﻌﻨﻪ‪‬‬
‫ﻓﺈﻥﺎﹰ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬ ‫ﻣﺴﻠﻤ‬ ‫‪diri‬‬
‫ﲝﺪﻳﺪﺓ‪‬‬ ‫ﺃﺧﻴﻪﻳ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﻉ‪‬‬
‫ﳌﺴﻠﻢ‪‬ﺃﻥ‪‬‬
‫‪dari‬‬ ‫ﻣﻦ‪‬ﳛﻞﱡ‪‬‬
‫‪sebuah‬‬
‫‪neraka‬ﺇﱃ‬
‫ﺃﺷﺎﺭ‬ ‫‪‬ﻻ‪‬‬
‫ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻭﺃﻋﺪﻭﺍ‪‬ﳍﻢ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺍﺳﺘﻄﻌﺘﻢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻗﻮﺓ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﺭﺑﺎﻁ‪‬ﺍﳋﻴﻞ‪‬ﺗﺮﻫﺒﻮﻥ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻋﺪﻭ‪‬ﺍﷲ‪‬‬
‫ﻡ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‬‫ﻌ‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺍ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺭ‬
‫‪‬‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬ ‫ﻀ‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻟ‬‫‪‬‬ ‫ﻊ‬
‫ﹺ‬ ‫ﻓ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺪ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺹ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‬‫ﺨ‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺍ‬‫‪‬‬ ‫ﺭ‬
‫‪‬‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬ ‫ﻀ‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻟ‬‫‪‬‬ ‫ﻞ‬
‫ﹸ‬ ‫ﻤ‬
‫‪‬‬ ‫ﺤ‬
‫‪‬‬
‫‪gunung lalu ia terbunuh maka‬‬ ‫‪ia‬‬ ‫‪akan‬‬ ‫‪masuk‬‬
‫ﻭﻋﺪﻭﻛﻢ‪‬‬
‫‪dalam keadaan terhempas di dalamnya, kekal lagi‬‬
‫ﻣﺴﻠﻢ( ‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﳐﻠﺪﺍ‪‬‬ ‫ﺧﺎﻟﺪﺍ ‪‬‬
‫‪dikekalkan‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻓﻴﻬﺎ ‪‬‬ ‫ﻳﻨﺘﻬﻲﻳﺘﺮ‪)‬‬
‫‪dalamnya‬ﺩ‪‬ﻯ‬
‫‪di‬‬ ‫ﺣﱴ‪‬‬
‫ﺟﻬﻨﻢ ‪‬‬ ‫ﺗﻠﻌﻨﻪ‪‬ﻧﺎﺭ ‪‬‬
‫‪...‬‬ ‫ﺍﳌﻼﺋﻜﺔ‪‬ﰱ ‪‬‬
‫ﻳﻌﻠﻤﻬﻢ‬ ‫ﻓﻬﻮ‬
‫”‪selama-lamanya‬‬‫ﻧﻔﺴﻪ ‪‬ﺍﷲ‪‬‬ ‫ﻓﻘﺘﻞ‪ ‬ﻓﺈﻥ‪‬‬
‫ﺗﻌﻠﻤﻮ‪‬ﻢ‪‬‬ ‫ﲝﺪﻳﺪﺓ‬ ‫‪(HR.‬‬
‫ﺟﺒﻞ‪ ‬ﻻ‪‬‬
‫ﺩﻭ‪‬ﻢ‬‫ﺃﺧﻴﻪ‬ ‫ﻣﻦ ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‪‬‬ ‫‪Bukhari‬ﺇﱃ‬
‫ﻭﺀﺍﺧﺮﻳﻦ‪‬‬
‫‪‬ﻯ‬ ‫ﺃﺷﺎﺭ‬
‫ﻣﻦ‪‬ﺗﺮﺩ‬ ‫ﻣﻦ‬
‫‪dan Muslim‬‬ ‫‪dari‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬‬
‫)‪al-Dhahhak‬ﺃﹶﺧ‪‬ﻔﱢﻬﹺ‬
‫ﺇﹺ ‪‬ﺫﹶﺍ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺎﺭ‪‬ﺽ‪‬ﻣ‪‬ﻔﹾﺴ‪‬ﺪ‪‬ﺗ‪‬ﺎﻥ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻲ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻈﹶﻤ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺿ‪‬ﺮ‪‬ﺭﺍﹰ‪‬ﺑﹺﺎﺭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﺏﹺ‬
‫‪‬‬ ‫)‪‬ﺃﺧﺮﺟﻪ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ‪‬ﻭﻣﺴﻠﻢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺿﺤﺎﻙ(‪‬‬
‫ﻭﻇﻠﻤﺎ‪‬‬
‫ﺧﺎﻟﺪﺍ ‪‬ﳐﻠﺪﺍ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻴﻬﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻯ‬ ‫ﺩ‬
‫‪‬‬ ‫ﻳﺘﺮ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺟﻬﻨﻢ‬
‫ﺭﺣﻴﻤﺎ‪.‬ﻭﻣﻦ ‪‬ﻳﻔﻌﻞ ‪‬ﺫﻟﻚ ‪‬ﻋﺪﻭﺍﻧﺎ ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻧﺎﺭ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻬﻮ‪‬ﰱ‬ ‫ﻧﻔﺴﻪ‪‬ﺑﻜﻢ‬ ‫ﺍﷲ‪‬ﻛﺎﻥ‬ ‫ﻓﻘﺘﻞ‬ ‫ﺟﺒﻞ‪ ‬ﺇﻥ ‪‬‬‫ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ‬ ‫‪‬ﻯ ‪‬ﻣﻦ ‪‬‬ ‫ﻭﻻ ‪‬ﺗﺮﺩ‬
‫ﺗﻘﺘﻠﻮﺍ‬ ‫ﻣﻦ‬
‫‪c. Qa’idah Fiqh :‬‬
‫ﻳﺴﲑﺍ‪ ‬‬ ‫(‪‬ﻡ‪‬‬
‫ﺿﺤﺎﻙﻌ‪‬ﺎ‬
‫ﺍﷲ‬ ‫ﺫﻟﻚ‪‬ﻀ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹾ‬ ‫ﻋﻦﺍﻟ‬‫ﻭﻣﺴﻠﻢﺪ‪‬ﻓﹾ‪‬ﻊﹺ‪‬‬ ‫ﺨ‪‬ﺎ‪‬ﺹ‪‬ﻟ‪‬‬
‫ﻭﻛﺎﻥ‬ ‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ‬
‫ﻧﺎﺭﺍ‬‫ﻧﺼﻠﻴﻪﺭ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫ﺃﺧﺮﺟﻪ‪‬ﺍﻟﻀ‪‬ﺮ‪‬‬
‫ﻳ‪)‬ﺘ‪‬ﺤ‪‬ﻤ‪‬ﻞﹸ‬
‫ﻓﺴﻮﻑ‬
‫‪“Dharar yang bersifat khusus harus ditanggung untuk‬‬
‫‪‬ﻣﻦ‪‬ﻗﺘﻞ‪‬ﻧﻔﺴﺎ‪‬ﺑﻐﲑ‪‬ﻧﻔﺲ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻓﺴﺎﺩ‪‬ﰱ‪‬ﺍﻷﺭﺽ‪‬ﻓﻜﺄﳕﺎ‪‬ﻗﺘﻞ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﲨﻴﻌﺎ‪ ...‬‬
‫‪bersifat‬ﻀ‪‬ﻈﹶﺮ‪‬ﻤ‪‬ﺭ‪‬ﻬ‪‬ﺍﻤﻟﹾ‪‬ﺎﻌ‪‬ﺎﻡ‪‬ﺿ‪‬ﺮ‪‬ﺭﺍﹰ‪‬ﺑﹺﺎﺭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﺏﹺ‪‬ﺃﹶﺧ‪‬ﻔﱢﻬﹺﻤ‪‬ﺎ‪‬‬
‫‪menghindarkan dharar  yang‬‬
‫”‪luas).‬‬
‫ﺹ‪‬ﺭ‪‬ﻟ‪‬ﻭ‪‬ﺪ‪‬ﻋ‪‬ﻓﹾﻲ‪‬ﻊﹺ‪‬ﺃﹶﺍﻟﻋ‪‬‬
‫‪umum‬ﺎ‪‬ﺎﻥ‪‬‬
‫ﺨ‬
‫‪(lebih‬ﺭ‪‬ﺍﻟﺽ‪‬ﻀ‪‬ﺮ‪‬ﻣ‪‬ﺭ‪‬ﻔﹾ‪‬ﺍﺴ‪‬ﻟﹾﺪ‪‬ﺗ‬
‫ﺤ‪‬ﺗ‪‬ﻤ‪‬ﻌ‪‬ﺎﻞﹸ‬
‫ﺇﹺﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺫﹶﺍ‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﻭﻻ‪‬ﺗﻠﻘﻮﺍ‪‬ﺑﺄﻳﺪﻳﻜﻢ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺍﻟﺘﻬﻠﻜﺔ‪ ...‬‬
‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺎﺭ‪‬ﺽ‪‬ﻣ‪‬ﻔﹾﺴ‪‬ﺪ‪‬ﺗ‪‬ﺎﻥ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻲ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻈﹶﻤ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺿ‪‬ﺮ‪‬ﺭﺍﹰ‪‬ﺑﹺﺎﺭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﺏﹺ‪‬ﺃﹶﺧ‪‬ﻔﱢﻬﹺﻤ‪‬ﺎ‪‬‬
‫‪“Apabila terdapat dua mafsadat yang saling bertentangan‬‬ ‫‪‬‬
‫‪maka harus diperhatikan salah salah satunya dengan‬‬
‫ﻻ‪‬ﳛﻞﱡ‪‬ﳌﺴﻠﻢ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﻉ‪‬ﻣﺴﻠﻤﺎﹰ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﻤﺮ(‪‬‬
‫”‪mengambil dharar yang lebih ringan.‬‬
‫‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﺃﺷﺎﺭ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺃﺧﻴﻪ‪‬ﲝﺪﻳﺪﺓ‪‬ﻓﺈﻥ‪‬ﺍﳌﻼﺋﻜﺔ‪‬ﺗﻠﻌﻨﻪ‪‬ﺣﱴ‪‬ﻳﻨﺘﻬﻲ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ( ‪‬‬
‫‪Jakarta, 22 Syawal 1424 H‬‬ ‫‪‬‬
‫‪16‬ﻧﻔﺴﻪ ‪‬ﻓﻬﻮ ‪‬ﰱ ‪‬ﻧﺎﺭ ‪‬ﺟﻬﻨﻢ ‪‬ﻳﺘﺮﺩ‪‬ﻯ ‪‬ﻓﻴﻬﺎ ‪‬ﺧﺎﻟﺪﺍ ‪‬ﳐﻠﺪﺍ‪‬‬
‫ﻓﻘﺘﻞ ‪‬‬‫‪2003‬ﻣﻦ ‪‬ﺟﺒﻞ ‪‬‬
‫‪Desember‬‬ ‫ﻣﻦ ‪‬ﺗﺮﺩ‪‬ﻯ‬
‫‪M‬‬

‫‪)3‬ﺃﺧﺮﺟﻪ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ‪‬ﻭﻣﺴﻠﻢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺿﺤﺎﻙ(‪‬‬
‫‪Pimpinan Sidang Komisi B‬‬
‫ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺤ‪‬ﻤ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟﻀ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻟﹾﺨ‪‬ﺎﺹ‪‬ﻟ‪‬ﺪ‪‬ﻓﹾﻊﹺ‪‬ﺍﻟﻀ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻟﹾﻌ‪‬ﺎﻡ‪ ‬‬
‫‪‬‬
‫‪Ketua‬‬ ‫‪Sekretaris‬‬
‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺎﺭ‪‬ﺽ‪‬ﻣ‪‬ﻔﹾﺴ‪‬ﺪ‪‬ﺗ‪‬ﺎﻥ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻲ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻈﹶﻤ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺿ‪‬ﺮ‪‬ﺭﺍﹰ‪‬ﺑﹺﺎﺭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﺏﹺ‪‬ﺃﹶﺧ‪‬ﻔﱢﻬﹺﻤ‪‬ﺎ‪‬‬
‫‪ttd‬‬ ‫‪ttd‬‬ ‫‪3‬‬

‫‪K.H. Ma’ruf Amin‬‬ ‫‪Drs. H. Hasanuddin, M.Ag 3‬‬

‫‪729‬‬
730
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

REKOMENDASI
IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA SE INDONESIA
Atas
BERBAGAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG (RUU) DAN
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH (RPP)

Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia setelah :

Menimbang : dst

Mengingat : dsb

Memperhatikan :
1. Pidato Menteri Agama RI dalam acara Ijtima Ulama Komisi Fatwa
se-Indonesia
2. Pidato Iftitah Ketua Umum MUI
3. Penjelasan Ketua Komisi Fatwa
4. Pendapat-Pendapat yang berkembang pada sidang-sidang Komisi
Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

1. Rekomendasi atas RUU Anti Pornografi


a. Mendesak DPR untuk segera mengesahkan RUU
Antipornografi menjadi UU dengan nama UU ANTI
PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI. Hal ini penting
karena Pornografi dan Pornoaksi telah merusak moralitas
bangsa dan bertentangan dengan nilai-nilai agama.
b. Perlu adanya revisi pada beberapa materi RUU Antipornografi,
diantaranya sebagai berikut :
1). Definisi “pornografi” yang tertuang dalam
RUU Antipornografi belum cukup memadai
karena belum memasukkan unsur Pornoaksi.
Disamping itu, nilai-nilai dan norma agama
harus dijadikan acuan dalam memberikan
definisi dan batasan pornografi dan pornoaksi.
2). Pelarangan dan sanksi yang tertuang dalam
RUU tersebut tidak hanya terbatas pada pelaku

731
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA PERTAMA TAHUN 2003

pendistribusian dan penyebarannya saja. Akan


tetapi juga harus menjangkau produser, model,
pemodal, dan semua pihak yang terlibat dalam
pornografi.
3). Ruang lingkup pornografi dalam RUU tersebut
juga harus mencakup konteks yang lebih luas
termasuk didalamnya seni, olah raga, humor
dan lain-lain, kecuali untuk kepentingan ilmu
pengetahuan.
c. Menyerukan kepada pemerintah, sebelum RUU tersebut
disahkan, peneggakan hukum yang berkaitan dengan
Pornografi dan Pornoaksi agar tetap dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh dan berkelanjutan dengan berdasarkan
peratuan perundang-undangan yang berlaku.
d. Merekomendasikan kepada MUI Pusat untuk membentuk
suatu team yang secara khusus mencermati, memberikan
masukan dan penyempurnaan serta mewakili MUI dalam
proses pengesahan RUU tersebut di DPR.

2. Rekomendasi atas RPP Jaminan Produk Halal


a. Mendesak Pemerintah untuk segera mengesahkan RPP
Jaminan Produk Halal menjadi Peraturan Pemerintah (PP),
karena :
1) RPP tersebut dapat memberi jaminan dan perlindungan
hukum bagi umat Islam dari mengkonsumsi produk
yang tidak jelas kehalalannya.
1) Kehadiran RPP tersebut dapat mendorong penegakan
hukum berjalan efektif. Hal ini merupakan implementasi
dari UU tentang Perlindungan Konsumen yang melarang
pelaku usaha memperdagangkan produk yang tidak
diproduksi secara halal.
b. Mendesak MUI Pusat bersama dengan Departemen Agama
RI untuk mengusahakan dan memperjuangkan pengesahan
RPP Jaminan Produk Halal menjadi PP, dengan jalan:
1) Memberikan penjelasan dan informasi kepada berbagai
lembaga terkait, seperti Menteri Perindustrian dan
Perdagangan, Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia, Kepala Badan Pemeriksan Obat dan Makanan
dan KADIN akan urgensi dan peran strategis PP Jaminan
produk halal serta perlunya penegakan hukum mengenai
hal tersebut.
2) Mensosialisasikan pentingnya PP Jaminan produk
halal dan mengadovaksi masyarakat dari banyaknya

732
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

peredaran produk makanan, minuman, obat-obatan dan


kosmetik yang tidak jelas kehalalannya.

3. Rekomendasi atas RUU Wakaf :


a. Mendukung kebijakan Pemerintah (Departemen Agama RI)
yang telah menyusun RUU Wakaf dengan maksud untuk
mengatur, menertibkan, dan mengembangkan potensi
wakaf sebagai pranata keagamaan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan dan ekonomi umat.
b. Dalam draft RUU Wakaf yang diajukan oleh Pemerintah
masih diperlukan sejumlah perbaikan dan penyempurnaan,
di antaranya :
1) Sistematika RUU, substansi dan rumusan pasal-
pasalnya masih perlu disempurnakan karena belum jelas
maksudnya dan ada beberapa pasal yang kurang sejalan
dengan hukum Islam.
2) Materi pasal-pasal RUU tersebut kurang mendorong
pengembangan wakaf untuk peningkatan ekonomi dan
kesejahteraan umat.
3) Persoalan kedudukan, fungsi dan tugas Badan Wakaf
Indonesia dan Nazhir masih perlu dikaji ulang.
4) Peran LKS (Lembaga Keuangan Syari’ah) sebagai
institusi pengembangan wakaf kurang diberdayakan.
5) Peran Pengadilan Agama tidak dimasukkan dalam
mengatasi persoalan sengketa wakaf. Demikian juga
dengan masalah sanksi.
c. Merekomendasikan kepada MUI Pusat untuk membentuk
suatu team yang secara khusus mengkaji, mempelajari dan
memberikan masukan dan pengayaan terhadap RUU Wakaf
sekaligus memperjuangkannya menjadi Undang-Undang.
d. Mendesak pemerintah agar segera menyerahkan RUU Wakaf
jika telah disempurnakan untuk segera dibahas dan disahkan
menjadi UU oleh DPR periode sekarang.

4. Rekomendasi atas RUU Kerukunan Umat Beragama :


a. Mendukung dan mendesak segera dibuatnya Undang-
undang tentang Kerukunan Umat Beragama untuk menjamin
terciptanya kerukunan umat beragama dan memberikan
kepastian hukum mengenai hubungan antar umat beragama,
serta mencegah munculnya konflik antar umat beragama guna
semakin memantapkan ketahanan dan integritas bangsa.
b. Mendesak Pemerintah (Departemen Agama RI) untuk segera

733
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA PERTAMA TAHUN 2003

menyempurnakan dan merampungkan RUU KUB, dengan


menjadikan RUU yang dibuat oleh MUI sebagai masukan,
untuk kemudian diajukan kepada DPR. Ijtima’ Ulama juga
mendesak DPR (Komisi VI) dapat pro aktif menjadikan RUU
KUB sebagai RUU inissiatif DPR.
c. Meminta kepada semua pihak untuk tidak apriori terhadap
pembahasan Rancangan Undang-Undang Kerukunan
Beragama, dengan menyikapinya secara jernih, proporsional
dan rasional. UU KUB sama sekali tidak dimaksudkan untuk
mendorong Negara mencampuri doktrin agama, melainkan
lebih pada pengaturan pada pola hubungan antar umat
beragama guna memberikan kepastian hukum terhadap
kerukunan umat beragama.

5. Rekomendasi atas RUU Komisi Kebenaran dan


Rekonsiliasi
a. Ijtima’ Ulama memandang perlu adanya rekonsiliasi nasional
yang sesuai dengan nilai-nilai agama.
b. Ijtima Ulama menilai RUU Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi banyak memuat pasal-pasal yang mengundang
kontroversi. Oleh karena itu, Ijtima’ Ulama mengingatkan
DPR untuk secara cermat dan berhati-hati dalam membahas
substansi RUU tersebut agar tidak kontraproduktif, sehingga
keinginan untuk mewujudkan rekonsiliasi nasional tidak
justru menimbulkan perpecahan bangsa.
c. Merekemendasikan Kepada MUI Pusat untuk membentuk
suatu team yang secara khusus mencermati dan memberikan
masukan kepada DPR dalam proses pembahasan dan
pengesahan RUU tersebut.

6. Rekomendasi atas RUU Revisi KUHP


a. Ijtima’ Ulama memandang bahwa RUU Revisi KUHP masih
memerlukan penyempurnaan. Salah satunya mengenai
persoalan tindak kejahatan kesusilaan yang dalam RUU
Revisi KUHP rumusannya tidak memiliki perbedaan yang
signifikan dengan KUHP yang masih berlaku.
b. Ijtima’ Ulama merekomendasikan MUI Pusat untuk
membentuk team yang secara khusus dan kontinue
memantau, mempelajari dan memberi masukan sekaligus
mewakili pertemuan-pertemuan yang terkait dengan proses
pengundangan RUU Revisi KUHP termasuk ketika RUU ini
dibahas di DPR untuk disahkan menjadi KUHP Nasional.

734
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

7. Rekomendai atas RPP Perwalian dan RPP Pengangkatan


Anak
a. Guna menjamin kemaslahatan anak dan masa depan anak
yang lebih cerah, baik fisik maupun mental-spiriual dan
untuk memberikan kepastian hukum dalam implementasi
UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
Ijtima’ Ulama memandang perlu segera diterbitkannya
Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur syarat dan tata
cara penunjukan wali.
b. Ijtima’ Ulama juga mengingatkan agar PP tersebut sejalan
dengan dan dijiwai oleh UU, seperti UU Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam (Inpres Nomor 1
Tahun 1991) dan UU Nomor 23 Tahun 2002 semata.
c. Pembuatan PP sebagai implementasi dari UU Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terutama mengenai
pasal 41 Ayat (2) yang mengatur “bimbingan dan pengawasan
terhadap pengangkatan anak”, hendaknya dibuat sesuai
dengan tuntutan PP atau dengan tidak mengatur hal yang
bertentangan dengan apa yang telah diatur oleh UU tersebut.
Ijtima’Ulama menilai bahwa RPP Pengangkatan Anak yang
disiapkan Departemen Sosial RI cakupannya terlalu luas
sehingga bisa menimbulkan perdebatan hukum. Untuk
itu Ijtima’Ulama meminta RPP tersebut cukup mengatur
bimbingan dan pengawasan terhadap pengangkatan anak,
sebagaimana amanat UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak Pasal 41 Ayat (2).
d. Ijtima’ menilai RPP yang dibuat oleh Depsos yang
menekankan adat dan kebiasaan sebagai dasar berbagai
aturan pengangkatan anak sangat tidak tepat dengan upaya
pemberian kepastian hukum melalui peraturan perundangan.
Untuk itu, pendasaran pengangkatan anak pada adat dan
kebiasaan harus dihilangkan.

8. Rekomendasi atas RUU Anti Kekerasan Dalam Rumah


Tangga (AKDRT)
a. Ijtima Ulama memandang perlu adanya peraturan perundang-
undangan yang melindungi keluarga dari tindak kekerasan
yang terjadi dalam Rumah Tangga.
b. Meminta DPR agar mengkaji secara cermat dan hati-hati
RUU Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (RUU-AKDRT),
yang banyak mengandung kontroversi, karena banyak
bersinggungan dan --bahkan-- betentangan dengan nilai-

735
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA PERTAMA TAHUN 2003

nilai agama dan peraturan perundang-undangan lainnya,


seperti UU Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan Kompilasi
Hukum Islam.
c. Ijtima’ Ulama merekomendasikan MUI Pusat untuk
membentuk team yang secara khusus dan kontinue
memantau, mempelajari dan memberi masukan sekaligus
mewakili pertemuan-pertemuan yang terkait dengan proses
pengundangan RUU AKDRT, termasuk ketika RUU ini
dibahas di DPR untuk disahkan menjadi UU.

9. Rekomendasi atas RUU Kekuasaan Kehakiman


Dengan berlakunya Undang-Undang ini, maka pembinaan
badan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan
Peradilan Tata Usaha Negara dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Namun mengingat sejarah Peradilan Agama yang spesifik dalam
hukum nasional, maka pembinaan terhadap badan Peradilan
Agama dilakukan dengan memperhatikan saran dan pendapat
Menteri Agama dan Majelis Ulama Indonesia.

10. Catatan
Catatan-Catatan yang menjadi lampiran dalam rekomendasi
ini, menjadi masukan dan bahan pertimbangan yang perlu
diperhatikan.

Jakarta, 22 Syawal 1424 H


16 Desember 2003 M

Pimpinan Sidang Komisi C

Ketua Sekretaris

Drs. H. Taufiq, SH Drs. Aminudin Yakub, M.Ag.

736
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

LAMPIRAN

Catatan terhadap Pasal-Pasal RUU Wakaf yang perlu


disempurnakan :
1. Pasal 1 ayat 5 : Tidak jelas apa yang dimaksud dengan “benda tidak
berwujud”.
2. Pasal 2 : “Wakaf sah apabila dilaksanakan menurut undang-undang
ini”. Apakah itu berarti bahwa yang tidak dilakukan menurut UU
ini dianggap “tidak sah”? bagaimana konsekuensinya.
3. Pasal 3 : Disebut bahwa wakaf ditujukan untuk “kesejahteraan
umum”. Tujuan Wakaf untuk “umum” atau “umat Islam”?
4. Pasal 5 disebut bahwa “Syarat” adalah wakif, nazhir, benda wakaf,
ikrar wakaf dan peruntukkan benda wakaf. Semua ini bukan
“syarat” wakaf, tetapi “rukun” wakaf. Selain itu, tidak disebut
“maukuf ‘alaih”nya.
5. Pasal 8 : “Nazhir berstatus sebagai badan hukum”. Apa yang
dimaksud dengan badang hukum? Apakah harus selalu berbadan
hukum? Bagaimana penjelasan badan hukum tersebut tidak
dijelaskan, bahkan di dalam Penjelasan pasal ini disebut cukup
jelas.
6. Pasal 10 : Terjadi kerancuan dengan pasal 1 dan 8. Dalam pasal
menjelaskan pengertian Nazhir dan pasal 8 disebut Nazhir berstatus
badan hukum. Sementara di pasal 10 disebut Nazhir dapat menjadi
pengurus Badan hukum wakaf.
7. Pasal 12 :
• Ayat 1 b : Salah satu kewajiban Nazhir mengekalkan “manfaat
benda wakaf”. Yang dikekalkan bukan “manfaat benda wakaf”
tetapi “benda wakaf”nya.
• Ayat 1 c : Kewajiban Nazhir “mengelola benda wakaf”.
Kewajiban Nazhir bukan hanya “mengelola”, tetapi juga
“mengembangkannya” untuk menghasilkan manfaat benda
wakaf yang diperuntukkan kepada maukuf ‘alaih.
• Ayat 1 d telah mencakup point a, b dan c, sehingga terjadi
pengulangan.
• Ayat 1 e muncul istilah “maukuf alaih” yang belum dijelaskan
dalam Ketentuan Umum ayat 1.
8. Pasal 13 : apa dasar hukum dan alasan pemberian hak paling banyak
10% kepada Nazhir?
9. Pasal 14 :
• Ayat 1 : redaksi ayat 1 sudah dijelaskan dalam ketentuan umum
pasal 1, sehingga terjadi pengulangan.
• Penjelasan ayat 1 tidak menjelaskan (bahkan menimbulkan

737
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA PERTAMA TAHUN 2003

pertanyaan) dan tidak relevan dengan ketentuan pasal yang


bersangkutan. Ayat 1 menjelaskan tentang ketentuan jenis
beda wakaf yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Sementara penjelasannya menyatakan “Ketentuan ini
dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan badan hukum
sulit mencari pengurus yang bersedia bekerja secara sukarela
dalam mengurus benda wakaf”.
• Ayat 3 : Perlu penjelasan. Apakah tidak dapat dijual, ditukar
dan dialihkan tidak ada pengecualian. Demikian juga dengan
point “i”, tidak jelas maksudnya.
10. Pasal 16 : ketentuan ayat 2 b tidak jelas. Bagaimana dengan wakaf
uang via bank, haruskah dengan dua orang saksi?.
11. Pasal 17 ayat 3 : Pengulangan dari pasal 12 ayat 1b. Selain itu,
yang wajib dikekalkan adalah benda wakaf bukan manfaat benda
wakaf.
12. Pasal 21 ayat 5 : ada kontradiksi dengan pasal 12 dimana disitu
tidak disebut bahwa nazhir wajib melaporkan tugas dan tanggung
jawabnya kepada DPR sesuai dengan tingkatannya.
13. Pasal 24 : Tugas Badan Wakaf Indonesia apakah cukup sebagai
Regulator, koordinator, pembina dan pengawas saja ataukah ia juga
ikut sebagai pengelola. Tugas dan Fungsi BWI perlu didiskusikan,
jangan semua hal ingin dilakukan oleh BWI. Peran Lembaga
Keuangan Syari’ah dan masyarakat juga perlu diberdayakan.
Disamping itu, dalam penjelasannya juga tidak dijelaskan apa
maksud dari “wakaf internasional” yang dikelola oleh BWI.
14. Pasal 30 :
• Ayat 1 berbunyi : “Pelanggaran terhadap pasal 8 ayt 4 dan 5
dan atau pasal 25 …” padahal tidak ada pasal 8 ayat 4 dan 5.
Demikian pula dengan pasal 25 yang berbicara mengenai
keanggotaan BWI, bukan tugas, kewajiban dan ketentuan
BWI. Jadi tidak relevan jika dikaitkan dengan pasal mengenai
sanksi.
• Tidak menjelaskan pengadilan mana yang berwenang
memberikan sanksi?. Mengapa pula dipisahkan bab tentang
sanksi dan penyelesaian sengketa wakaf? Mengapa tidak
disebut saja secara eksplisit dalam pasal ini bahwa lembaga
pengadilan yang dimaksud adalah pengadilan agama atau
paling tidak dijelaskan rumusan pengertian “pengadilan” di
dalam pasal 1 mengenai ketentuan umum.
• Penjelasan pasal 30 dinyatakan sudah jelas. Padahal belum
jelas bagaimana cara menentukan nazir itu bersalah sehingga
dapat dijadikan dasar dijadikan dasar bagi menteri untuk
menjatuhkan hukuman administratif?

738
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

Catatan terhadap Pasal-Pasal RUU Terapan Peradilan Agama


yang perlu disempurnakan:
Pengesahan tersebut setelah diadakan penyempurnaan pada
pasal-pasal sebagaimana terlampir. pasal 11 ayat (1), pasal 14 ayat
(1), pasal 21 ayat (1), pasal 28 ayat (1), pasal 30 ayat (3) huruf
(e), pasal 46 ayat (1), pasal 49 ayat (1) huruf (c), pasal 90 ayat
(1), dan pasal 110, yang selengkapnya sebagaimana diuraikan di
bawah ini, dengan memberi tanda huruf tebal pada kalimat-kalimat
penyempurnaan sebagai berikut:

2.1. Pasal 11 ayat (1) berbunyi :


(1). Peminangan dapat dilakukan terhadap seorang
wanita yang belum mempunyai suami atau
terhadap janda yang telah habis masa iddahnya.
Keterangan : kata belum mempunyai suami, adalah
pengganti dari kata masih perawan.
Alasan : Supaya lebih sempurna, karena kata masih
perawan pengertiannya lebih sempit,
sedangkan kata belum mempunyai
suami pengertiannya lebih luas yang
mencakup walaupun wanita tersebut
sudah tidak perawan lagi.

2.2. Pasal 14 ayat (1) berbunyi :


(1). Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga,
perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai
pria yang telah mencapai umur minimal 21 tahun
dan calon mempelai wanita mencapai umur minimal
18 tahun.
Keterangan : kata minimal adalah tambahan baru
Alasan : supaya lebih jelas

2.3. Pasal 21 ayat (1) berbunyi :


(1). Wali Hakim baru dapat bertindak sebagai Wali Nikah
apabila Wali Nasab tidak ada, sedang ihram, calon
mempelai pria berstatus sebagai wali nikah,
tidak diketahui tempat tinggalnya atau ‘adlal.
Keterangan : Kalimat tidak mungkin menghadir-
kannya dihilangkan dan diganti dengan
kalimat sedang ihram, calon mem-
pelai pria berstatus sebagai wali ni-
kah.

739
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA PERTAMA TAHUN 2003

Alasannya : Supaya memenuhi ketentuan hukum fiqh


yakni adanya lima tampat Wali Hakim
dapat menggantikan Wali Nasab dalam
pernikahan.

2.4. Pasal 28 ayat (1) berbunyi :


(1). Suami yang mentalak istrinya qabla al-dukhul wajib
membayar setengah mahar yang telah ditentukan
dalam akad nikah, kecuali kalau talak qabla al-dukhul
itu terjadi karena kesalahan atau nusyuznya istri
Keterangan : Kata talak adalah tambahan baru
Alasan : Supaya lebih jelas

2.5. Pasal 30 ayat (3) huruf (e) berbunyi :


(e). dengan seorang wanita yang disusui oleh istrinya
dan keturunannya.
Keterangan : Kata anak diganti dengan kata seorang
wanita.
Alasan : Supaya lebih jelas

2.6. Pasal 46 ayat (1) berbunyi :


(1). Seorang wanita hamil di luar nikah , hanya dapat
dikawinkan dengan pria yang menghamilinya, atau
dengan pria lainnya.
Keterangan : Kalimat atau dengan pria lainnya
adalah tambahan baru, dan kata hanya
dihilangkan
Alasan : Wanita hamil di luar nikah tersebut tidak
hanya boleh dinikahkan dengan pria yang
menghamilinya saja, tetapi juga boleh
dinikahkan dengan pria lainnya.

2.7. Pasal 49 ayat (1) huruf (c) berbunyi :


(c). Istri mandul sehingga tidak dapat melahirkan
keturunan.
Keterangan : Kata mandul sehingga adalah tambahan
baru.
Alasan : Supaya jelas yang mandul itu adalah istri,
bukan suami yang tidak dapat memberi
keturunan

740
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

2.8. Pasal 90 ayat (1) berbunyi :


(1). Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau
akibat perkawinan yang sah, dan dibuahi dalam
perkawinan yang sah tersebut.
Keterangan : Kalimat dan dibuahi dalam
perkawinan yang sah tersebut adalah
tambahan baru.
Alasan : Supaya jelas wanita yang kawin hamil
walaupun nikahnya sah; namun anaknya
tetap anak yang tidak sah.

2.9. Pasal 110 berbunyi :


Talak raj’i adalah talak kesatu atau kedua ba’da al-
dukhul, di mana suami berhak rujuk selama istri dalam
masa ‘iddah.

Keterangan : Kata ba’da al-dukhul adalah tambahan


baru.
Alasan : Karena wanita yang ditalak qabla al-dukhul
tidak mempunyai masa iddah oleh sebab
itu tidak boleh dirujuk.

741
742
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN
IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA
SE-INDONESIA
KEDUA
TAHUN 2006

743
744
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN

IJTIMA’ ULAMA
KOMISI FATWA SE-INDONESIA II TAHUN 2006

KOMISI A
MASAIL DINIYYAH ASASIYYAH WATHANIYYAH

SUB TEMA

a. PENEGUHAN BENTUK DAN EKSISTENSI NEGARA


KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

b. HARMONISASI KERANGKA BERPIKIR KEAGAMAAN


DALAM KONTEKS KEBANGSAAN

c. TASWIYATUL MANHAJ (PENYAMAAN POLA PIKIR


DALAM MASALAH-MASALAH KEAGAMAAN)

d. TANSIQ AL-HARAKAH (KOORDINASI LANGKAH


STRATEGIS DALAM MASALAH-MASALAH
KEAGAMAAN)

745
746
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN KOMISI A
IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA
INDONESIA SE- INDONESIA II
tentang
MASAIL ASASIYAH WATHANIYAH

Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia se-


Indonesia II, setelah :

Menimbang : 1. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia


yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945 yang mempunyai falsafah Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945 dan tujuan negara
sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah merupakan
Rahmat Allah SWT dan hasil perjuangan seluruh
bangsa Indonesia.
2. bahwa ajaran Islam mewajibkan para pemeluknya
untuk mencintai negara dan membela tanah
airnya.
3. bahwa fenomena yang terjadi akhir-akhir ini
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
mengindikasikan adanya upaya memisahkan
diri dari NKRI (separatisme), seperti gerakan
Republik Maluku Selatan, Organinasi Papua
Merdeka, dan upaya-upaya sistematis lainnya
yang mengancam eksistensi dan kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
4. bahwa dalam kehidupan berbagsa dan bernegara
terdapat berbagai fenomena yang terkait
dengan modernisasi dan globalisasi perlu ada
harmonisasi kerangka berfikir keagamaan di
dalam konteks kehidupan kebangsaan.

747
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006

5. bahwa umat Islam memerlukan penyamaan


manhaj al fikr dan penyatuan langkan gerakan
(harakah) agar keikutsertaan umat Islam
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
dapat memberikan andil yang maknawi dalam
menciptakan kebersamaan perjuangan menuju
masyarakat yang berkeadilan dan diridlai oleh
Allah SWT

Memperhatikan
a. : Pidato Ketua Mahkamah Agung RI
b. Pidato Menteri Sosial RI
c. Pidato Iftitah Ketua Umum MUI
d. Penjelasan umum Ketua Komisi Fatwa MUI
e. Pendapat-pendapat peserta komisi A Ijtima
Ulama Komisi Fatwa II se- Indonesia

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

A. PENEGUHAN BENTUK DAN EKSISTENSI NEGARA


KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
1. Kesepakatan bangsa Indonesia untuk membentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai ikhtiyar untuk
memelihara keluhuran agama dan mengatur kesejahteraan
kehidupan bersama, adalah mengikat seluruh elemen
bangsa.
2. Pendirian NKRI adalah upaya final bangsa Indonesia untuk
mendirikan negara di wilayah ini
3. Wilayah NKRI dihuni oleh penduduk yang sebagian besar
beragama Islam, maka umat Islam wajib memelihara keutuhan
NKRI dan menjaga dari segala bentuk pengkhianatan terhadap
kesepakatan dan upaya pemisahan diri (separatisme) oleh
siapapun dengan alasan apapun.
4. Dalam rangka menghindarkan adanya pengkhianatan dan/
atau pemisahan diri (separatisme) negara wajib melakukan
upaya-upaya nyata untuk menciptakan rasa adil, aman dan

748
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

sejahtera secara merata serta penyadaran terhadap elemen-


elemen yang cenderung melakukan tindakan pengkhianatan
dan/atau separatisme
5. Upaya pengkhianatan terhadap kesepakatan bangsa
Indonesia dan pemisahan diri (separatisme) dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang sah, dalam pandangan
Islam termasuk bughat. Sedangkan bughat adalah haram
hukumnya dan wajib diperangi oleh negara.
6. Setiap orang, kelompok masyarakat, lembaga-lembaga atau
organisasi-organisasi yang melibatkan diri, baik secara
terang-terangan maupun tersembunyi, dalam aktifitasnya
yang mengarah pada tindakan pemisahan diri (separatisme)
dari NKRI adalah termasuk bughat.

Dasar Penetapan
1. QS. Al-Hujurat : 9 
‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻫ‬‫ﺪ‬‫ﺇﹺﺣ‬ ‫ﺖ‬‫ﻐ‬‫ﺑ‬ ‫ﻓﹶﺈﹺﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺤ‬‫ﻠ‬‫ﻓﹶﺄﹶﺻ‬ ‫ﻠﹸﻮﺍ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻗﹾﺘ‬ ‫ﻨﹺﲔ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎﻥ‬‫ﻔﹶﺘ‬‫ﻃﹶﺎﺋ‬ ‫ﺇﹺﻥ‬‫ﻭ‬
‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺤ‬‫ﻠ‬‫ﻓﹶﺄﹶﺻ‬ ‫ﻓﹶﺎﺀﺕ‬ ‫ﻓﹶﺈﹺﻥ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﺃﹶﻣ‬ ‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬ َ‫ﻲﺀ‬‫ﻔ‬‫ﺗ‬ ‫ﻰ‬‫ﺘ‬‫ﺣ‬ ‫ﻲ‬‫ﻐ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬ ‫ﻲ‬‫ﺍﻟﱠﺘ‬ ‫ﻠﹸﻮﺍ‬‫ﻓﹶﻘﹶﺎﺗ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹸﺧ‬
‫ﲔ‬‫ﻘﹾﺴِﻄ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺃﹶﻗﹾﺴِﻄﹸﻮﺍ‬‫ﻭ‬‫ﻝﹺ‬‫ﺪ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻌ‬
 “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman
itu
‫ﺇﹺﻥﱠ‬ ‫ﹸﻮﺍ‬ ‫ﻓ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬ ‫ﻞﹶ‬‫ﺎﺋ‬‫ﻗﹶﺒ‬‫ﻭ‬hendaklah
berperang ‫ﻮﺑﺎﹰ‬‫ﻌ‬‫ﺷ‬ ‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻌ‬kamu ‫ﺟ‬‫ﻭ‬ ‫ﺃﹸﻧﺜﹶﻰ‬damaikan ‫ﻭ‬ ‫ﺫﹶﻛﹶﺮﹴ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﻛﹸﻢ‬antara ‫ﺎ‬‫ﻠﹶﻘﹾﻨ‬‫ﺧ‬ ‫ﺎ‬‫ﺇﹺﻧ‬keduanya!
 ‫ﺎﺱ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳ‬
Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang
lain, hendaklah yang melanggar  ‫ﺒﹺﲑ‬‫ﺧ‬‫ﻴﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬perjanjian ‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﻘﹶﺎﻛﹸﻢ‬‫ﺃﹶﺗ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬itu ‫ﻨﺪ‬‫ﻋ‬‫ﻢ‬kamu ‫ﻜﹸ‬‫ﻣ‬‫ﺃﹶﻛﹾﺮ‬
 perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau
dia‫ﻓﹶﺈﹺﻥ‬ ‫ﻢ‬telah
‫ﻨﻜﹸ‬‫ﻣ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﻣ‬surut, َ‫ﺍﻷ‬ ‫ﻲ‬‫ﻟ‬‫ﺃﹸﻭ‬‫ﻭ‬damaikanlah  ‫ﻮﻝﹶ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬ ‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺃﹶﻃ‬‫ﻭ‬antara ‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬ ‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻴﻌ‬‫ﻃ‬keduanya ‫ﺃﹶ‬ ‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬ ‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬menurut  ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳ‬ 
keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya
‫ﹶﻰ‬
‫ﺮﹺ‬‫ﻠﺧ‬‫ﺍﻵﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡﹺﻤ‬‫ﻫ‬‫ﻮ‬mencintai
‫ﺍ‬‫ﺍﻟﹾﺪﻴ‬‫ﻭ‬‫ﺣ‬‫ﺇﹺ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹼ‬‫ﺖ‬
‫ﺑﹺﺎﻟ‬‫ﻥﹶﻐ‬‫ﺑ‬‫ﻮ‬‫ﻨﹺﻥ‬‫ﻣ‬orang-orang
‫ﻓﹶﺈ‬‫ﺆ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﹸﻨﺘ‬‫ﻛﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﹺﻥ‬
‫ﻮﺍ‬‫ﺤﺇ‬ ‫ﻝﹺ‬‫ﻠ‬‫ﻮﺻ‬‫ﻓﹶﺄﹶﺳ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟ‬‫ﹸﻮﺍ‬
‫ﻠﻭ‬‫ﺘ‬‫ﻪ‬‫ﺍﻟﺍﻠﹼﻗﹾﺘ‬berlaku
‫ﺇﹺﻟﻨﹺﹶﻰﲔ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻩ‬‫ﻭﻤ‬‫ﺍﺩﻟﹾ‬‫ﻓﹶﺮ‬‫ﻦ‬‫ﺀٍﻣ‬‫ﻲ‬‫ﻥ‬‫ﺎﺷ‬‫ﺘ‬‫ﻲﻔﹶ‬ ‫ﻃﻓﹶﺎﺋ‬‫ﹺﻥﻢ‬ ‫ﻭ‬‫ﺯ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬
‫ﺘ‬‫ﺇﻋ‬al-
Allah yang adil” (QS
Hujurat
‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻮﺍ‬‫[ﺤ‬49] ‫ﻠ‬‫ﻓﹶﺄﹶﺻ‬ ‫ﺕ‬ : 9). ‫ﻓﹶﺎﺀ‬ ‫ﻓﹶﺈﹺﻥ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﺃﹶﻣ‬ ‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬ َ‫ﻲﺀ‬‫ﻔ‬‫ﺗ‬ ‫ﻰ‬‫ﺘ‬‫ﺣ‬‫ﻲ‬‫ﻐﻼﹰ‬‫ﹺﻳﺒ‬‫ﻭﺗ‬‫ﻲﺄﹾ‬ ‫ﺗ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﱠﻦ‬‫ﺴ‬
 ‫ﹸﻮﺍ‬
‫ﺃﹶﻠﺣ‬‫ﺗ‬‫ﻘﹶﺎﻭ‬‫ﻓﹶ‬‫ﺮ‬‫ﻯﻴ‬
‫ﺧ‬‫ﺮ‬‫ﻚ‬ ‫ﺄﹸﺧ‬‫ﺍﻟﹾﺫﹶﻟ‬
‫ﲔ‬‫ﻘﹾﺴِﻄ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺃﹶﻗﹾﺴِﻄﹸﻮﺍ‬‫ﻭ‬‫ﻝﹺ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾ‬
 2. QS.
‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬Al-Hujurat
‫ﺍﻟﻠﹼ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﻧ‬ ‫ﻻﱠ‬:‫ﺃﹶ‬13 ‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺍﺀ‬‫ﻮ‬‫ﺳ‬ ‫ﺔ‬‫ﻛﹶﻠﹶﻤ‬ ‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬ ‫ﺍﹾ‬‫ﺎﻟﹶﻮ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬ ‫ﺎﺏﹺ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬ ‫ﻞﹶ‬‫ﺃﹶﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳ‬ ‫ﻗﹸﻞﹾ‬
‫ﻟﺇﹺﹸﻮﺍﹾﻥﱠ‬‫ﹸﻮﺍﹸﻮ‬
‫ﻓﻓﹶﻘ‬‫ﺎﺍﹾﺭ‬‫ﻟﱠﻌﻮ‬‫ﺘ‬‫ﻮ‬‫ﻟ‬‫ﻞﹶﺗ‬ ‫ﹺﻥ‬
‫ﺎﺋ‬‫ﻓﹶﻗﹶﺈﺒ‬‫ﻭ‬ ‫ﻮﺑﻠﹼﺎﹰﻪ‬
‫ﺍﻟ‬‫ﻌ‬‫ﻥ‬‫ﻭﺷ‬‫ﺩ‬‫ﻢ‬‫ﻦﻛﹸ‬‫ﺎ‬‫ﻠﹾﻣﻨ‬‫ﻌ‬‫ﺎﺑﺎﹰﺟ‬‫ﺑﻭ‬‫ﺭ‬ ‫ﹶﻰﺃﹶ‬
 ‫ﻀﹸﻧﺎﹰﺜ‬
‫ﺃ‬‫ﻌﻭ‬ ‫ﺮﹴ‬‫ﺑ‬‫ﺎﻛﹶ‬‫ﻨﺫﹶ‬‫ﻀ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣﻌ‬‫ﺑ‬ ‫ﹸﻢ‬
‫ﻛﺬﹶ‬‫ﺎﺨ‬‫ﻨﺘ‬‫ﻘﹾﻳ‬‫ﻻﹶﻠﹶ‬‫ﺧ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﺇﹺﺎﹰﻧ‬‫ﺌ‬‫ﻴ‬‫ﺱ‬
‫ﺷ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺑﹺﺍﻟﻪ‬‫ﺎ‬‫ﻬﻙ‬‫ﺃﹶﺮﹺﻳ‬‫ﺎﺸ‬‫ﻳ‬‫ﻧ‬
 ‫ﺒﹺﲑ‬‫ﺧ‬‫ﻴﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﻢ‬ ‫ﻛﹸ‬‫ﻥﹶﻘﹶﺎ‬‫ﻮﺗ‬‫ﺃﹶ‬‫ﻤ‬‫ﻪ‬‫ﻠﱠﻠ‬‫ﺴ‬
‫ﺍﻟ‬‫ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﺎ‬‫ﺄﹶﻧﻋ‬‫ﺑﹺ‬‫ﻢ‬‫ﻭﻜﹸﺍﹾ‬‫ﺪ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﻛﹾﻬ‬‫ﺍﺃﹶﺷ‬
 Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang
‫ﻻﹺﻥﻩ‬‫ﻮﻓﹶﺈ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﹶﻰ‬
kamu ‫ﻨﻠﻜﹸ‬‫ﻣﻋ‬laki-laki
‫ﺮﹺﻞ‬‫ﻷَﻛﹶﻣ‬‫ﺍﻮ‬‫ﻲﻫ‬
‫ﱞ‬berbangsa-bangsa ‫ﻟﻭ‬‫ﺃﹸﺀٍﻭ‬‫ﻲ‬‫ﻭ‬‫ﻝﹶﺷ‬‫ﻮﻰ‬‫ﻠﹶﺳ‬‫ﻋ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺭ‬‫ﻮﻘﹾﺍﹾﺪ‬‫ﻌﻳ‬‫ﻴﻻﹶ‬‫ﻃ‬dan
dan seorang‫ﺃﹶ‬‫ﻭ‬perempuan
‫ﻜﹶﻢ‬ ‫ﻪ‬‫ﻠﹼﺃﹶﺑ‬‫ﺎﺍﻟ‬‫ﻤ‬bersuku-suku ‫ﺃﹶﻳ‬ ‫ﺎﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺿ‬‫ﻭ‬
‫ﻮﺍﹾﻫ‬‫ﻌﺪ‬‫ﻴﺣ‬‫ﺃﹶﺃﹶﻃ‬‫ﺍﹾﻦﹺ‬‫ﻮﻴ‬‫ﻨﻠﹶ‬‫ﺟ‬‫ﺁﻣ‬‫ﺭ‬‫ﻼﹰ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺬﺜﹶ‬‫ﻣ‬‫ﺍﻟﱠ‬‫ﻪ‬‫ﺎﺍﻟﻠﹼ‬supaya
dan menjadikan ‫ﻬ‬‫ﺏ‬
kamu
‫ﺮﹺ‬‫ﺍﺧ‬‫ﺍﻵﺮ‬‫ﺻ‬‫ﹶﻰﻡﹺ‬
‫ﻁ‬ ‫ﻮ‬saling
‫ﻠ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻋ‬‫ﻭ‬ ‫ﻮ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹼﻫ‬‫ﹺﺎﻟﻭ‬‫ﺑ‬‫ﻝﹺ‬kenal-mengenal.
‫ﻥﹶ‬‫ﻮﺪ‬‫ﻟﹾﻨﻌ‬‫ﺑﹺﺎﻣ‬‫ﺆ‬‫ﺗ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬‫ﺄﹾﻢ‬‫ﺘ‬‫ﹸﻨﻳ‬‫ﻦﻛ‬‫ﹺﻥﻣ‬‫ﺇﻭ‬‫ﻝﹺﻮ‬‫ﻮﻫ‬‫ﹺﻱﺳ‬‫ﺮ‬Sesungguhnya
‫ﺍﻟﻮ‬‫ﻭﺘ‬‫ﺴ‬ ‫ﻪ‬‫ﻳ‬‫ﻞﹾﺍﻟﻠﹼ‬‫ﹶﻰﻫ‬ ‫ﺇﹺﺮﹴﻟ‬‫ﻴ‬‫ﺨ‬‫ﻭﻩ‬‫ﺩﺑﹺ‬ ‫ﺕ‬ ‫ﻓﹶﺮ‬‫ﺀٍﺄﹾ‬‫ﻳ‬orang
‫ﻻﹶﻲ‬‫ﺷ‬‫ﻲﻪ‬‫ﻬ‬‫ﻓﺟ‬‫ﻮ‬‫ﻢ‬yang ‫ﻳ‬‫ﺘ‬‫ﺎﻋ‬‫ﻤ‬‫ﺎﺯ‬‫ﻨﻨ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﺗ‬
‫ﺄﹾﻭﹺﻳﻼﹰ‬‫ﺗ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻴﻢﹴﺧ‬‫ﻘ‬‫ﻚ‬
‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﺫﹶﻟ‬‫ﻣ‬
 
‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﻧ‬ ‫ﺃﹶﻻﱠ‬ ‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺍﺀ‬‫ﻮ‬‫ﺳ‬ ‫ﺔ‬‫ﻛﹶﻠﹶﻤ‬ ‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬ ‫ﺍﹾ‬‫ﺎﻟﹶﻮ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬ ‫ﺎﺏﹺ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬ ‫ﻞﹶ‬‫ﺃﹶﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳ‬749
‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‬:‫ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺻﻠﻰ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻋﻨﻪ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺭﺿﻰ‬ ‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‬ ‫ﺃﰉ‬ ‫ﻋﻦ‬  ‫ﻗﹸﻞﹾ‬
‫ﻓﹶﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍﹾ‬ ‫ﺍﹾ‬‫ﻟﱠﻮ‬‫ﻮ‬‫ﺗ‬ ‫ﻓﹶﺈﹺﻥ‬ ‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬ ‫ﻭﻥ‬‫ﺩ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎﺑﺎﹰ‬‫ﺑ‬‫ﺃﹶﺭ‬‫ﻀ(ﺎﹰ‬
‫ﻌ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻀ‬‫ﺩﺍﻭﺩﻌ‬
‫ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺬﹶ‬‫ﺃﺑﻮﺨ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬
‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬)‫ﺷﺮﻭﻃﻬﻢﺎﹰ‬
‫ﺌ‬‫ﻴ‬‫ﺷ‬ ‫ﺑﹺﻪ‬ ‫ﻙ‬‫ﻋﻠﻰ‬
‫ﺮﹺ‬‫ﺸ‬‫ﻧ‬
‫‪‬‬
‫‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥ ‪‬ﻃﹶﺎﺋ‪‬ﻔﹶﺘ‪‬ﺎﻥ‪ ‬ﻣ‪‬ﻦ‪ ‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨﹺﲔ‪ ‬ﺍﻗﹾﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻠﹸﻮﺍ ‪‬ﻓﹶﺄﹶﺻ‪‬ﻠ‪‬ﺤ‪‬ﻮﺍ ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻥ ‪‬ﺑ‪‬ﻐ‪‬ﺖ‪ ‬ﺇﹺﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻫ‪‬ﻤ‪‬ﺎ ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬‬
‫ﺍﻟﹾﺄﹸﺧ‪‬ﺮ‪‬ﻯ ‪‬ﻓﹶﻘﹶﺎﺗ‪‬ﻠﹸﻮﺍ ‪‬ﺍﻟﱠﺘ‪‬ﻲ ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻐ‪‬ﻲ ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ ‪‬ﺗ‪‬ﻔ‪‬ﻲﺀَ ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻰ ‪‬ﺃﹶﻣ‪‬ﺮﹺ ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪ ‬ﻓﹶﺈﹺﻥ ‪‬ﻓﹶﺎﺀﺕ‪ ‬ﻓﹶﺄﹶﺻ‪‬ﻠ‪‬ﺤ‪‬ﻮﺍ ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬‬
‫‪KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006‬‬
‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻌ‪‬ﺪ‪‬ﻝﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻗﹾﺴِﻄﹸﻮﺍ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻳ‪‬ﺤ‪‬ﺐ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﻘﹾﺴِﻄ‪‬ﲔ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang‬‬
‫‪paling‬‬
‫‪taqwa‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﺎﺭ‪‬ﻓﹸﻮﺍ ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‬
‫‪diantara‬ﺎﹰ ‪‬ﻭ‪‬ﻗﹶﺒ‪‬ﺎﺋ‪‬ﻞﹶ ‪‬ﻟ‪‬‬
‫‪kamu.‬ﻌ‪‬ﻠﹾﻨ‪‬ﺎﻛﹸﻢ‪ ‬ﺷ‪‬ﻌ‪‬ﻮﺑ‬
‫‪Sesungguhnya‬ﻭ‪‬ﺃﹸﻧﺜﹶﻰ ‪‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬‬
‫‪ Allah‬ﺧ‪‬ﻠﹶﻘﹾﻨ‪‬ﺎﻛﹸﻢ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﺫﹶﻛﹶﺮﹴ ‪‬‬
‫‪Maha‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎﺱ‪ ‬ﺇﹺﻧ‪‬ﺎ‬
‫ﻳ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬‬
‫‪Mengetahui lagi Maha Mengenal.‬‬
‫ﺃﹶﻛﹾ‪‬ﺮ‪‬ﻣ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻋ‪‬ﻨﺪ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﺃﹶﺗ‪‬ﻘﹶﺎﻛﹸﻢ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‪‬ﻴﻢ‪‬ﺧ‪‬ﺒﹺﲑ‪ ‬‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥ ‪‬ﻃﹶﺎﺋ‪‬ﻔﹶﺘ‪‬ﺎﻥ‪ ‬ﻣ‪‬ﻦ‪ ‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨﹺﲔ‪ ‬ﺍﻗﹾﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻠﹸﻮﺍ ‪‬ﻓﹶﺄﹶﺻ‪‬ﻠ‪‬ﺤ‪‬ﻮﺍ ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻥ ‪‬ﺑ‪‬ﻐ‪‬ﺖ‪ ‬ﺇﹺﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻫ‪‬ﻤ‪‬ﺎ ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‬
‫‪3. QS.‬‬ ‫’‪Al-Nisa‬‬ ‫‪:‬‬ ‫‪59‬‬
‫ﹶﺎﺀ‪‬ﻲﺕ‪‬ﺍ‪‬ﻓﹶﻷَﺄﹶﻣ‪‬ﺻ‪‬ﺮﹺﻠ‪‬ﺤﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍﻜﹸ‪‬ﺑ‪‬ﻢ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻓﹶﻬ‪‬ﺈﻤﹺﻥ‪‬ﺎ‪‬‬ ‫ﹺﻥﻭ‪‬ﺃﹸﻓﻭ‪‬ﻟ‬‫ﹶﻰﻌ‪‬ﻮﺃﹶﺍﹾﻣ‪‬ﺮﹺﺍﻟ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻟﻠﱠﺳﻪ‪‬ﻮ‪‬ﻓﹶﻝﹶﺈ ‪‬‬ ‫‪‬ﻲﻃ‪‬ﻴﻌﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﻰ‪‬ﺗ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻔﻪ‪‬ﻲ‪‬ﺀَﻭ‪‬ﺃﹶﺇﹺﻟﻃ‪‬ﻴ‬ ‫ﹸﻮﺍ‪‬ﻳ ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﱠﺘ‪‬ﺁ‪‬ﻲﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺗ‪‬ﻮﺒ‪‬ﺍﹾﻐ‪‬ﺃﹶ‬ ‫‪‬ﻯﻳ‪‬ﻬﻓﹶ‪‬ﺎﻘ‪‬ﹶﺎﺍﺗ‪‬ﻟﱠﻠﺬ‬ ‫ﺍﻟﹾﺄﹸ‪‬ﺧ‪‬ﻳ‪‬ﺎﺮ ‪‬ﺃﹶ‬
‫ﺐ‪‬ﺍﻟﺍﻠﹼﻟﹾﻪ‪‬ﻤ‪‬ﻘﹾﻭ‪‬ﺍﻟﺴِﺮ‪‬ﻄ‪‬ﺳ‪‬ﲔ‪‬ﻮ‪‬ﻝﹺ‪‬ﺇ‪‬ﹺﻥ ‪‬ﻛﹸﻨﺘ‪‬ﻢ‪ ‬ﺗ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﻥﹶ ‪‬ﺑﹺﺎﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻴ‪‬ﻮ‪‬ﻡﹺ ‪‬ﺍﻵﺧ‪‬ﺮﹺ‪‬‬ ‫ﺴِﻄﺷ‪‬ﹸﻮﺍﻲ‪‬ﺀٍﺇﹺ‪‬ﻓﹶﻥﱠ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻟﺩﻠﱠ‪‬ﻭﻪ‪‬ﻩ‪‬ﻳ‪‬ﺇﹺﻟﺤ‪‬ﹶﻰ ‪‬‬ ‫ﺑﺗ‪‬ﻨﹺﺎﻟﹾ‪‬ﺎﻌ‪‬ﺯ‪‬ﺪ‪‬ﻋ‪‬ﺘ‪‬ﻝﹺﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻓﺃﹶﻗﹾ‪‬ﻲ ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺫﹶﻟ‪‬ﻚ‪‬ﺧ‪‬ﻴ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺴ‪‬ﻦ‪‬ﺗ‪‬ﺄﹾﻭﹺﻳﻼﹰ‪‬‬
‫‪Allah‬ﹸﻢ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﺫﹶﻛﹶﺮﹴ ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹸﻧﺜﹶﻰ ‪‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹾﻨ‪‬ﺎﻛﹸﻢ‪ ‬ﺷ‪‬ﻌ‪‬ﻮﺑﺎﹰ ‪‬ﻭ‪‬ﻗﹶﺒ‪‬ﺎﺋ‪‬ﻞﹶ ‪‬ﻟ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﺎﺭ‪‬ﻓﹸﻮﺍ ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬‬
‫‪Hai‬‬ ‫‪orang-orang‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪beriman,‬‬ ‫‪ta’atilah‬‬ ‫‪dan‬ﺧ‪‬ﻠﹶﻘﹾﻨ‪‬ﺎﻛ‬ ‫‪ta’atilah‬ﺱ‪ ‬ﺇﹺﻧ‪‬ﺎ‬ ‫ﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎ‬
‫‪Rasul‬‬ ‫‪(Nya),‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪ulil‬‬ ‫‪amri‬‬
‫ﹶﻰﻠﱠﻪ‪‬ﻛﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻠ‪‬ﻴﻤ‪‬ﻢ‪‬ﺔ‪‬ﺧ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻮﲑ‪‬ﺍﺀ‪ ‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﺎ ‪‬ﻭ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻢ‪ ‬ﺃﹶﻻﱠ ‪‬ﻧ‪‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪ ‬ﺇﹺﻻﱠ ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬‬ ‫‪di‬‬ ‫‪antara‬‬ ‫‪kamu.‬‬ ‫‪Kemudian‬‬
‫‪jika kamu berlainan pendapat tentang‬‬ ‫‪sesuatu,‬ﻘ‪‬ﹶﺎﺗ‪‬ﻌﻛﹸ‪‬ﺎﻟﹶﻢ‪‬ﻮ‪‬ﺍﹾﺇﹺ ‪‬ﻥﱠﺇﹺﻟ‪‬ﺍﻟ‬ ‫ﺏﹺ‬‫‪maka‬ﺃﹶﻢ‪‬ﻫ‪‬ﻋﻞﹶ‪‬ﻨ‪‬ﺍﺪ‪‬ﻟﹾ‪‬ﺍﻟﻜ‪‬ﻠﱠﺘ‪‬ﺎﻪ‪‬ﺃﹶﺗ‪‬‬‫ﺃﹶﻗﹸﻛﹾﻞﹾﺮ‪‬ﻳﻣ‪‬ﺎﻜﹸ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪kembalikanlah‬‬
‫‪ia‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻓﹶﺈﹺﻥ ‪‬ﺗ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻮ‪‬ﺍﹾ ‪‬ﻓﹶﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍﹾ‬ ‫‪kepada‬ﻭﻥ‪ ‬‬ ‫‪Allah‬ﺃﹶﺭ‪‬ﺑ‪‬ﺎﺑﺎﹰ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﺩ‬ ‫‪(Al‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﻀﺎﹰ ‪‬‬ ‫)‪Qur’an‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﻀ‪‬ﻨ‬ ‫‪ dan‬ﻭ‪‬ﻻﹶ ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺨ‪‬ﺬﹶ‬ ‫‪Rasul‬ﺑﹺﻪ‪ ‬ﺷ‪‬ﻴ‪‬ﺌﺎﹰ‬ ‫ﻧ‪‬ﺸ‪‬ﺮﹺﻙ‪ ‬‬
‫‪Allah‬ﺍﹾﻳ‪‬ﺑﹺﻬﺄﹶ‪‬ﺎﻧ‪‬ﺎ‪‬ﺍ‪‬ﻟﱠﻣ‪‬ﺬ‪‬ﻳﺴ‪‬ﻠ‪‬ﻦ‪‬ﻤ‪‬ﻮﺁﻣ‪‬ﻥﹶﻨ‪‬ﻮﺍﹾ‪ ‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍﹾ ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍﹾ ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹶ ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹸﻭ‪‬ﻟ‪‬ﻲ ‪‬ﺍﻷَﻣ‪‬ﺮﹺ ‪‬ﻣ‪‬ﻨﻜﹸﻢ‪ ‬ﻓﹶﺈﹺﻥ‪‬‬
‫‪(sunnahnya),‬‬ ‫‪jika‬‬ ‫‪kamu‬‬ ‫‪benar-benar‬‬ ‫‪beriman‬‬ ‫‪kepada‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬ﻬ‪‬ﻳ‪‬ﺎﺪ ‪‬ﻭﺃﹶ‬
‫ﺍﺷ‪‬‬
‫‪dan‬‬
‫‪ hari‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‬ ‫‪kemudian.‬ﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻫ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‬‫‪Yang‬ﺎ ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻥ ‪‬ﺑ‪‬ﻐ‪‬ﺖ‪ ‬ﺇﹺ‬ ‫‪‬ﻮﺍ ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‬ ‫‪itu‬ﺘ‪‬ﻠﹸﻮﺍ ‪‬ﻓﹶﺄﹶﺻ‪‬ﻠ‪‬ﺤ‬
‫‪demikian‬‬ ‫ﲔ‪ ‬ﺍﻗﹾﺘ‪‬‬ ‫‪lebih‬‬ ‫‪utama‬ﻟﹾﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨﹺ‬ ‫)‪(bagimu‬ﺎﻥ‪ ‬ﻣ‪‬ﻦ‪ ‬ﺍ‬ ‫‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥ ‪‬ﻃﹶﺎﺋ‪‬ﻔﹶﺘ‬
‫‪‬‬ ‫‪lebih‬ﺍﻵﺧ‪‬ﺮﹺ‪‬‬ ‫”‪akibatnya.‬ﻥﹶ ‪‬ﺑﹺﺎﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻴ‪‬ﻮ‪‬ﻡﹺ ‪‬‬
‫‪(QS.‬ﺇﹺﻥ ‪‬ﻛﹸﻨﺘ‪‬ﻢ‪ ‬ﺗ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮ‬ ‫’‪Al-Nisa‬ﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹺ ‪‬‬ ‫‪[4]:59).‬ﻟﹶﻰ ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟ‬ ‫ﺗ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺯ‪‬ﻋ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪ ‬ﻓ‪‬ﻲ ‪‬ﺷ‪‬ﻲ‪‬ﺀٍ ‪‬ﻓﹶﺮ‪‬ﺩ‪‬ﻭﻩ‪ ‬ﺇﹺ‬
‫‪dan‬‬
‫‪baik‬ﺻ‪‬ﻞﱞﻠ‪‬ﺤﻋ‪‬ﻠ‪‬ﻮﺍﹶﻰ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﻬ‪‬ﻻﻤﻩ‪‬ﺎ‬
‫ﺕ‪‬ﻮ‪‬ﻓﹶ‪‬ﺄﻛﹶﹶ‬‫‪‬ﻲﺃﹶ‪‬ﺣ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺑ‪‬ﻜﹶﻢ‪‬ﻻﹶ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹾﺪ‪‬ﺭ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺷ‪‬ﻲ‪‬ﺀٍ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬‬
‫ﹶﺎﺀ‬‫ﻓ‬ ‫‪‬‬ ‫ﹺﻥ‬ ‫ﺈ‬ ‫ﻓ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻪ‬
‫‪‬‬ ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﺍﻟ‬‫‪‬‬ ‫ﺮ‬
‫ﹺ‬ ‫ﻣ‬
‫‪‬‬ ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬‫‪‬‬ ‫ﹶﻰ‬ ‫ﻟ‬‫ﺇ‬
‫ﹺ‬ ‫‪‬‬ ‫َ‬
‫ﺀ‬ ‫‪‬ﻲ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﺗ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﻰ‬ ‫ﺘ‬ ‫ﺣ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﻲﺄﹾﺟ‪‬ﻭﻠﹶﺗ‪‬ﹺﻳﻴ‪‬ﺒ‪‬ﻐﻦﹺﻼﹰ‪‬‬ ‫ﺍﻟﹾﻭ‪‬ﺄﹸﺿ‪‬ﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﻯ ‪‬ﻓﹶﻘﹶﺎﺗ‪‬ﻠﹸﻮﺍ ‪‬ﺍﻟﱠﺘ‬
‫ﺏ‪‬ﻴ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻟ‪‬ﻠﹼﻭ‪‬ﻪ‪‬ﺃﹶ‪‬ﻣ‪‬ﺣ‪‬ﺜﹶﺴ‪‬ﻼﹰ‪‬ﻦ‪‬ﺭ‪‬ﺗ‪‬‬ ‫ﺫﹶﻟ‪‬ﻚ‪‬ﺧ‪‬‬
‫ ‪4.‬‬ ‫‪QS.‬‬ ‫‪Ali‬‬ ‫‪Imran‬‬ ‫‪:‬‬ ‫‪64‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺃﹶﺑﻳ‪‬ﹺﺎﻨ‪‬ﻟﹾ‪‬ﻌ‪‬ﻤ‪‬ﺎﺪ‪‬ﻳ‪‬ﻝﹺﻮ‪‬ﺟ‪‬ﻬﻪ‪ ‬ﻻﹶ ‪‬ﻳ‪‬ﺄﹾﺕ‪ ‬ﺑﹺﺨ‪‬ﻴ‪‬ﺮﹴ ‪‬ﻫ‪‬ﻞﹾ ‪‬ﻳ‪‬ﺴ‪‬ﺘ‪‬ﻮﹺﻱ ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪ ‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻳ‪‬ﺄﹾﻣ‪‬ﺮ‪ ‬ﺑﹺﺎﻟﹾﻌ‪‬ﺪ‪‬ﻝﹺ ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪ ‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ ‪‬ﺻ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻁ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﲔ‬
‫‪‬‬ ‫ﻄ‬
‫‪‬‬ ‫ﺴ‬
‫ِ‬ ‫ﻘ‬
‫ﹾ‬ ‫ﻤ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺍ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺐ‬
‫‪‬‬ ‫ﺤ‬
‫‪‬‬ ‫ﻳ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻪ‬
‫‪‬‬ ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻥ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺇ‬
‫ﹺ‬‫‪‬‬ ‫ﹸﻮﺍ‬ ‫ﻄ‬ ‫ﺴ‬
‫ِ‬ ‫ﻗ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﻣ‪‬ﻗﹸﻞﹾﺴ‪‬ﺘ‪‬ﻘﻳ‪‬ﻴ‪‬ﺎﻢﹴ‪‬ﺃﹶ‪‬ﻫ‪ ‬ﻞﹶ ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺏﹺ ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺎﻟﹶﻮ‪‬ﺍﹾ ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻰ ‪‬ﻛﹶﻠﹶﻤ‪‬ﺔ‪ ‬ﺳ‪‬ﻮ‪‬ﺍﺀ ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﺎ ‪‬ﻭ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻢ‪ ‬ﺃﹶﻻﱠ ‪‬ﻧ‪‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪ ‬ﺇﹺﻻﱠ ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬‬
‫ﻳ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎﺱ‪ ‬ﺇﹺﻧ‪‬ﺎ ‪‬ﺧ‪‬ﻠﹶﻘﹾﻨ‪‬ﺎﻛﹸﻢ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﺫﹶﻛﹶﺮﹴ ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹸﻧﺜﹶﻰ ‪‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹾﻨ‪‬ﺎﻛﹸﻢ‪ ‬ﺷ‪‬ﻌ‪‬ﻮﺑﺎﹰ ‪‬ﻭ‪‬ﻗﹶﺒ‪‬ﺎﺋ‪‬ﻞﹶ ‪‬ﻟ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﺎﺭ‪‬ﻓﹸﻮﺍ ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻧ‪‬ﺸ‪‬ﺮﹺﻙ‪ ‬ﺑﹺﻪ‪ ‬ﺷ‪‬ﻴ‪‬ﺌﺎﹰ ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺨ‪‬ﺬﹶ ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﻀ‪‬ﻨ‪‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﻀﺎﹰ ‪‬ﺃﹶﺭ‪‬ﺑ‪‬ﺎﺑﺎﹰ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﺩ‪‬ﻭﻥ‪ ‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻓﹶﺈﹺﻥ ‪‬ﺗ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻮ‪‬ﺍﹾ ‪‬ﻓﹶﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍﹾ‪‬‬
‫ﺭﺳﻮﻝﲑ‪‬ﺍﷲ‪ ‬ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‪‬‬ ‫ﻗﺎﻝﻋ‪‬ﻠ‪‬ﻴﻢ‪‬ﺧ‪‬ﺒﹺ‬ ‫ﻋﻨﻪﺍﻟ‪‬ﻠﱠﻪ‪‬‬ ‫ﺍﷲ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬‬ ‫ﺭﺿﻰﹶﺎ‪‬ﻛﹸﻢ‪‬‬ ‫ﺃﰉﻢ‪‬ﻋ‪‬ﻨﺪ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﺃﹶﺗ‪‬ﻘ‬
‫ﻫﺮﻳﺮﺓﺴ‪‬ﻠ‪‬ﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬‬
‫ﺃﹶﻛﹾﺮ‪‬ﻣ‪‬ﻜﹸ‬
‫ﻋﻦﻬ‪ ‬ﺪ‪‬ﻭﺍﹾ‪‬ﺑﹺﺄﹶﻧ‪‬ﺎ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫ﺍﺷ‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪“Hai Ahli Kitab,(marilah‬‬ ‫ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫‪Katakanlah:‬ﹺﻥ‪‬‬
‫‪‬ﻲ ‪‬ﺍﻷَﻣ‪‬ﺮﹺ ‪‬ﻣ‪‬ﻨﻜﹸﻢ‪ ‬ﻓﹶﺈ‬ ‫)‪(berpegang‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍﹾ ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍﹾ ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹶ ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹸﻭ‪‬ﻟ‬ ‫‪kepada‬ﺎ ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪ ‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍﹾ ‪‬ﺃﹶﻃ‬ ‫‪‬ﻳ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‬
‫‪suatu‬‬
‫ﹶﻰ‪‬ﻣ‪‬ﻮ‪‬ﻻﻩ‪‬‬
‫ﺷﺮﻁ‬ ‫‪kalimat‬ﻋ‪‬ﻠﻛﻞ‬
‫ﻭﺳﻠﻢﻞﱞ‪:‬‬
‫ﻋﻠﻴﻪﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻛﹶ‬ ‫)‪(ketetapan‬ﺀٍ‪‬‬
‫ﺻﻠﻰﻰ‪‬ﺍﷲﺷ‪‬ﻲ‪‬‬ ‫ﺍﷲﺪ‪‬ﺭ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝﻻﹶ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹾ‬ ‫ﻗﺎﻝ‪‬ﺃﹶ‪‬ﺑ‪‬ﻜﹶﻢ‪‬‬
‫‪yang‬‬ ‫‪tidak‬ﻤ‪‬ﺎ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﺃﹶ‪‬ﺣ‪‬ﻋﻨﻪﺪ‪ ‬ﻫ‪‬‬ ‫‪ada‬ﻦﹺ‬‫ﺭﺿﻰﺟ‪‬ﻠﹶ‪‬ﻴ‪‬‬ ‫‪perselisihan‬ﻼﹰ‪‬ﺭ‪‬‬
‫ﻋﺒﺎﺱﺜﹶ‪‬‬
‫ﺏ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫ﻭ‪‬ﻋﻦﺿ‪‬ﺮ‪‬ﺍﺑﻦ‬
‫‪antara‬‬
‫‪kami‬ﻟﹾﻴ‪‬ﻮ‪‬ﻡﹺ ‪‬ﺍﻵﺧ‪‬ﺮﹺ‬ ‫‪dan‬ﺑﹺﺎﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍ‬ ‫‪kamu,‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﻥﹶ‬ ‫‪bahwa‬ﹺﻥ ‪‬ﻛﹸﻨﺘ‪‬ﻢ‪ ‬ﺗ‪‬‬ ‫‪tidak‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹺ ‪‬ﺇ‬ ‫‪kita‬ﹶﻰ ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‬ ‫‪sembah‬ﺩ‪‬ﻭﻩ‪ ‬ﺇﹺﻟ‬ ‫‪kecuali‬ﻲ ‪‬ﺷ‪‬ﻲ‪‬ﺀٍ ‪‬ﻓﹶﺮ‪‬‬ ‫ﺗ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺯ‪‬ﻋ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪ ‬ﻓ‬
‫‪Allah‬‬
‫ﹶﻰ ‪ ‬ﺻ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻁ‪‬‬ ‫‪(dan‬‬ ‫‪tidak‬ﻮ‪ ‬ﻋ‪‬ﻠ‬
‫ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭ‬ ‫ﺍﻟﻄﱪﺍﱐﻭ‪‬ﻫ‪‬‬
‫‪kita‬ﻌ‪‬ﺪ‪‬ﻝﹺ ‪‬‬‫ﺭﻭﺍﻩﺑ‪‬ﹺﺎﻟﹾ‬
‫‪persekutukan‬ﻣ‪‬ﺮ‪ ‬‬
‫ﺷﺮﻁ‪‬ﻳ‪)‬ﺄﹾ‬
‫ﻣﺎﺋﺔﻮ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‬ ‫ﹺﻱ ‪‬ﻫ‪‬‬ ‫ﻛﺎﻥ‪‬‬ ‫ﻭﺇﻥ‪‬ﺴ‪‬ﺘ‪‬ﻮ‬ ‫‪Dia‬ﻳ‪‬‬
‫ﺑﺎﻃﻞﻫ‪‬ﻞﹾ ‪‬‬ ‫ﻓﻬﻮﺑﹺ‪‬ﺨ‪‬ﻴ‪‬ﺮﹴ ‪‬‬ ‫ﻛﺘﺎﺏﻻﹶ‪ ‬ﻳ‪‬ﺍﷲﺄﹾ‪‬ﺕ‪ ‬‬ ‫ﻟﻴﺲ‪‬ﺎ‪‬ﻳ‪‬ﰱﻮ‪‬ﺟ‪‬ﻬﻪ‪ ‬‬ ‫ﺃﹶﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻤ‬
‫‪dengan‬‬ ‫‪sesuatupun‬ﺴ‪‬ﻦ‪‬ﺗ‪‬ﺄﹾﻭﹺﻳﻼﹰ‬ ‫ﺫﹶﻟ‪‬ﻚ‪‬ﺧ‪‬ﻴ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬‬
‫‪dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian‬‬ ‫‪yang‬ﻢﹴ‪  ‬‬ ‫ﻣ‪‬ﺴ‪‬ﺘ‪‬ﻘ‪‬ﻴ‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪lain‬‬‫ﻋﻦ‪‬ﺃﻧﺲ‪‬ﺑﻦ‪‬ﻣﺎﻟﻚ‪‬ﺃﻥ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﺍﲰﻌﻮﺍ‪‬ﻭﺃﻃﻴﻌﻮﺍ‪‬ﻭﺍﻥ‪‬‬
‫‪sebagai‬‬ ‫‪tuhan‬‬ ‫‪selain‬‬ ‫‪Allah”.‬‬ ‫‪Jika‬‬ ‫‪mereka‬‬ ‫‪berpaling‬‬
‫‪maka‬‬
‫‪ katakanlah‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‬ ‫‪kepada‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻢ‪ ‬ﺃﹶﻻﱠ ‪‬ﻧ‪‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪ ‬ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫‪mereka:‬ﻮ‪‬ﺍﺀ ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﺎ ‪‬ﻭ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬‬ ‫‪“Saksikanlah,‬ﹶﻰ ‪‬ﻛﹶﻠﹶﻤ‪‬ﺔ‪ ‬ﺳ‪‬‬ ‫‪bahwa‬ﻫ‪‬ﻞﹶ ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺏﹺ ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺎﻟﹶﻮ‪‬ﺍﹾ ‪‬ﺇﹺﻟ‬ ‫ﻗﹸﻞﹾ ‪‬ﻳ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶ‬
‫‪kami‬‬ ‫‪adalah‬ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬‬ ‫ﺯﺑﻴﺒﺔ‪.‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬‬
‫‪orang-orang‬‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫‪yang‬‬ ‫ﺭﺃﺳﻪ‪‬‬‫‪berserah‬ﻗﺎﻝ ‪‬‬ ‫ﺣﺒﺸﻲ‪‬ﻋﻨﻪ ‪‬‬
‫ﻛﺄﻥ‬ ‫ﺭﺿﻰ ‪‬ﺍﷲ‬ ‫ﻋﺒﺪ‪‬‬ ‫‪diri‬‬ ‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‪ ‬‬‫ﻋﻠﻴﻜﻢ‬ ‫ﺃﰉ ‪‬‬
‫‪(kepada‬‬ ‫ﺍﺳﺘﺄﻣﺮ‪‬‬ ‫ﻋﻦ ‪‬‬
‫ﻧ‪‬ﺸ‪‬ﺮﹺﻙ‪ ‬ﺑﹺﻪ‪ ‬ﺷ‪‬ﻴ‪‬ﺌﺎﹰ ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺨ‪‬ﺬﹶ ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﻀ‪‬ﻨ‪‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﻀﺎﹰ ‪‬ﺃﹶﺭ‪‬ﺑ‪‬ﺎﺑﺎﹰ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﺩ‪‬ﻭﻥ‪ ‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻓﹶﺈﹺﻥ ‪‬ﺗ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻮ‪‬ﺍﹾ ‪‬ﻓﹶﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍﹾ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫)‪Allah)”. (QS. Ali Imran [3]:64‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ(‪‬‬
‫‪QS.‬‬
‫ﺇﺩﺍ‬
‫ﺷﺮﻁ‬ ‫ﻭﺳﻠﻢ‪:‬‬ ‫‪Al-Nahl‬‬
‫‪:‬ﻛﻞ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ ‪‬‬
‫ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﺍﷲ ‪‬‬‫ﺻﻠﻰ ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﷲ ‪‬‬
‫ﺍﷲ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺭﺳﻮﻝ ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻗﺎﻝ‪‬‬
‫ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﻗﺎﻝ‪‬ﻋﻨﻪ ‪‬‬ ‫ﻋﻨﻪ‪‬ﺍﷲ‬ ‫ﺭﺿﻰ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺍﳋﺪﺭﻱ‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﺳﻌﻴﺪ ‪‬ﺴ‪‬ﻠ‪‬ﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬‬
‫ﺭﺿﻰ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﺒﺎﺱ‬
‫ﺃﰉ‪‬ﺑﹺﺄﹶﻧ‪‬ﺎ‪‬ﻣ‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﻋﻦﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻭﺍﹾ‬
‫ﺍﺑﻦ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻦ‬
‫ﺍﺷ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ ‪5.‬‬ ‫‪: 76‬‬
‫ﺩﺍﻭﺩ( ‪‬‬ ‫‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬‬ ‫ﺑﺎﻃﻞ‪‬ﺃﺣﺪﻫﻢ‬ ‫ﺳﻔﺮ‪‬ﻓﻠﻴﺆﻣﺮﻭﺍ‬ ‫ﺛﻼﺛﺔ‪‬ﰲ‪‬‬ ‫ﺧﺮﺝ‪‬ﰱ‬
‫ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭﻠ(ﹶﻰ‪‬ﻣ‪‬ﻮ‪‬ﻻﻩ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻛﹶﻞﱞ‪‬ﻋ‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩﺷ‪‬ﻲ‪‬ﺀٍ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬‬ ‫ﺷﺮﻁﻋ‪‬ﻠﹶ‪)‬ﻰ‪‬‬ ‫ﻣﺎﺋﺔ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹾﺪ‪‬ﺭ‪‬‬ ‫ﻛﺎﻥﻢ‪‬ﻻﹶ‬ ‫ﻭﺇﻥ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺑ‪‬ﻜﹶ‬ ‫ﻓﻬﻮﻴ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬ﻤ‬ ‫ﻛﺘﺎﺏﺜﹶ‪‬ﻼﹰﺍﷲ‪‬ﺭ‪‬ﺟ‪‬ﻠﹶ‬ ‫ﺏ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫ﻟﻴﺲ‪‬ﺮ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﺿ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺟﺎﻫﻠﻴﺔﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ ‪‬ﺻ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻁ‪‬‬ ‫ﻣﻴﺘﺔﻌ‪‬ﺪ‪‬ﻝﹺ ‪‬ﻭ‪‬‬ ‫ﻓﻤﻴﺘﺘﻪﺮ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾ‬
‫ﻭﻣﺎﺕﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻳ‪‬ﺄﹾﻣ‪‬‬ ‫ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪ ‬ﻭ‪‬‬ ‫ﻭﻓﺎﺭﻕ‪‬ﻳ‪‬ﺴ‪‬ﺘ‪‬ﻮﹺﻱ‬ ‫ﺍﻟﻄﺎﻋﺔﺨ‪‬ﻴ‪‬ﺮﹴ ‪‬ﻫ‪‬ﻞﹾ‬ ‫ﻋﻦﻳ‪‬ﺄﹾﺕ‪ ‬ﺑﹺ‬ ‫ﺧﺮﺝ‪‬ﻻﹶ ‪‬‬ ‫ﻣﻦﻳ‪‬ﻮ‪‬ﺟ‪‬ﻬﻪ‪‬‬ ‫ﺃﹶﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻤ‪‬ﺎ ‪‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﻧﺲ‪‬ﺑﻦ‪‬ﻣﺎﻟﻚ‪‬ﺃﻥ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﺍﲰﻌﻮﺍ‪‬ﻭﺃﻃﻴﻌﻮﺍ‪‬ﻭﺍﻥ‪‬‬
‫ﻣ‪‬ﺴ‪‬ﺘ‪‬ﻘ‪‬ﻴﻢﹴ‪ ‬‬
‫ﺍﺳﺘﺄﻣﺮ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ‪‬ﻋﺒﺪ‪‬ﺣﺒﺸﻲ‪‬ﻛﺄﻥ‪‬ﺭﺃﺳﻪ‪‬ﺯﺑﻴﺒﺔ‪.‬‬
‫‪‬‬ ‫‪Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang‬‬
‫‪‬‬
‫‪lelaki‬‬
‫‪yang‬ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‬
‫‪seorang‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬‬
‫ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬‬‫‪tidak‬ﺍﷲ ‪‬‬
‫‪bisu,‬‬ ‫‪dapat‬ﺭﺳﻮﻝ ‪‬‬
‫‪berbuat‬ﻋﻨﻪ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪‬‬
‫‪sesuatupun‬ﺭﺿﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬‬
‫ﻋﻦ ‪‬ﺃﰉ ‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‬
‫ﻋﻦ ‪‬ﺃﰉ ‪‬ﺳﻌﻴﺪ ‪‬ﺍﳋﺪﺭﻱ ‪‬ﺭﺿﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨﻪ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪‬ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬ﺇﺩﺍ‪‬‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ(‪‬‬
‫‪750‬‬ ‫ﺧﺮﺝ‪‬ﺛﻼﺛﺔ‪‬ﰲ‪‬ﺳﻔﺮ‪‬ﻓﻠﻴﺆﻣﺮﻭﺍ‪‬ﺃﺣﺪﻫﻢ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ( ‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﻋﻦ ‪‬ﺍﺑﻦ ‪‬ﻋﺒﺎﺱ ‪‬ﺭﺿﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨﻪ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪‬ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬ﻛﻞ ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬‬
‫ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭ( ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬‬
‫ﺟﺎﻫﻠﻴﺔ‪ ‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬
‫ﻣﻴﺘﺔ‪‬‬ ‫ﺷﺮﻁ‪)‬‬
‫ﻓﻤﻴﺘﺘﻪ‪‬‬ ‫ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ‪‬ﻣﺎﺋﺔ‪‬‬
‫ﻭﻣﺎﺕ‪‬‬ ‫ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬‬‫ﺍﻟﻄﺎﻋﺔ‪‬ﺑﺎﻃﻞ‪‬‬
‫ﻭﻓﺎﺭﻕ‪‬‬ ‫ﺍﷲ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬‬‫ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﻋﻦ‪‬‬
‫ﰱ‪‬ﺧﺮﺝ‪‬‬
‫ﻟﻴﺲ‪‬ﻣﻦ‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﺗ‪‬ﺫﹶﻨﻟ‪‬ﺎﺯ‪‬ﻚ‪‬ﻋ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﺧ‪‬ﻴ‪‬ﻓﺮ‪‬ﻲﻭ‪‬ﺃﹶ‪‬ﺷ‪‬ﺣ‪‬ﻲ‪‬ﺴ‪‬ﺀٍﻦ‪‬ﻓﹶﺗ‪‬ﺮ‪‬ﺄﹾﺩﻭﹺﻳ‪‬ﻭﻩ‪‬ﻼﹰ‪‬ﺇﹺ‪‬ﻟ‪‬ﹶﻰ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹺ ‪‬ﺇﹺﻥ ‪‬ﻛﹸﻨﺘ‪‬ﻢ‪ ‬ﺗ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﻥﹶ ‪‬ﺑﹺﺎﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻴ‪‬ﻮ‪‬ﻡﹺ ‪‬ﺍﻵﺧ‪‬ﺮﹺ‪‬‬
‫ﻚ‪‬ﺧ‪‬ﺧ‪‬ﻴ‪‬ﻴ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺃﹶﺣ‪‬ﺣ‪‬ﺴ‪‬ﺴ‪‬ﻦ‪‬ﻦ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﺄﹾﺄﹾﻭﻭﹺﻳﹺﻳﻼﹰﻼﹰ‪‬‬ ‫ﺫﹶﺫﹶﻟ‪‬ﻟ‪‬ﻚ‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﻗﹸ‪‬ﻞﹾ ‪‬ﻳ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻞﹶ ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺏﹺ ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺎﻟﹶﻮ‪‬ﺍﹾ ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻰ ‪‬ﻛﹶﻠﹶﻤ‪‬ﺔ‪ ‬ﺳ‪‬ﻮ‪‬ﺍﺀ ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﺎ ‪‬ﻭ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻢ‪ ‬ﺃﹶﻻﱠ ‪‬ﻧ‪‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪ ‬ﺇﹺﻻﱠ ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬‬
‫‪HIMPUNAN‬ﺎ‪‬ﺎ ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺑ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻜﹸﻢ‪‬ﻢ‪ ‬ﺃﹶﺃﹶﻻﱠﻻﱠ ‪‬ﻧ‪‬ﻧ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﺪ‪ ‬ﺇﹺﺇﹺﻻﱠﻻﱠ ‪‬ﺍﻟﺍﻟﻠﹼﻠﹼﻪ‪‬ﻪ‪ ‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶﻻﹶ‪‬‬
‫‪‬ﺍﺀ ‪‬ﺑ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﻨﻨ‬
‫‪FATWA‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﺔ‪‬ﺔ‪ ‬ﺳ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻮ‪‬ﺍﺀ‬
‫ﹶﻰ ‪‬ﻛﹶﻛﹶﻠﹶﻠﹶ‬ ‫‪MAJELIS‬ﺇﹺﻟﻟﹶﻰ‬
‫ﺏﹺ ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﻌﻌ‪‬ﺎ‪‬ﺎﻟﹶﻟﹶﻮ‪‬ﻮ‪‬ﺍﹾﺍﹾ ‪‬ﺇﹺ‬‫‪INDONESIA‬ﺍﺍﻟﹾﻟﹾﻜ‪‬ﻜ‪‬ﺘﺘ‪‬ﺎ‪‬ﺎﺏﹺ‬
‫‪ULAMA‬‬ ‫ﻗﹸﻗﹸﻞﹾﻞﹾ ‪‬ﻳﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶﺃﹶﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻞﹶﻞﹶ‬
‫ﻧ‪‬ﺸ‪‬ﺮﹺﻙ‪ ‬ﺑﹺﻪ‪ ‬ﺷ‪‬ﻴ‪‬ﺌﺎﹰ ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺨ‪‬ﺬﹶ ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﻀ‪‬ﻨ‪‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﻀﺎﹰ ‪‬ﺃﹶﺭ‪‬ﺑ‪‬ﺎﺑﺎﹰ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﺩ‪‬ﻭﻥ‪ ‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﻓﹶﺈﹺﻥ ‪‬ﺗ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻮ‪‬ﺍﹾ ‪‬ﻓﹶﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍﹾ‪‬‬
‫ﹺﻥ ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻟﱠﻮ‪‬ﻮ‪‬ﺍﹾﺍﹾ ‪‬ﻓﹶﻓﹶﻘﻘﹸﻮﹸﻮﻟﻟﹸﻮﹸﻮﺍﹾﺍﹾ‪‬‬
‫‪‬ﻦ ‪‬ﺩﺩ‪‬ﻭ‪‬ﻭﻥ‪‬ﻥ‪ ‬ﺍﻟﺍﻟﻠﹼﻠﹼﻪ‪‬ﻪ‪ ‬ﻓﹶﻓﹶﺈﺈﹺﻥ‬ ‫‪‬ﺎﺑﺎﹰﺎﹰ ‪‬ﻣﻣ‪‬ﻦ‬ ‫‪‬ﻀﺎﹰﺎﹰ ‪‬ﺃﹶﺃﹶﺭ‪‬ﺭ‪‬ﺑﺑ‪‬ﺎﺑ‬
‫ﻀ‪‬ﻨﻨ‪‬ﺎ‪‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﺑ‪‬ﻌﻌ‪‬ﻀ‬ ‫ﻧ‪‬ﻧ‪‬ﺸ‪‬ﺸ‪‬ﺮﹺﺮﹺﻙ‪‬ﻙ‪ ‬ﺑﹺﺑﹺﻪ‪‬ﻪ‪ ‬ﺷ‪‬ﺷ‪‬ﻴﻴ‪‬ﺌ‪‬ﺌﺎﹰﺎﹰ ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶﻻﹶ ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﺨ‪‬ﺨ‪‬ﺬﹶﺬﹶ ‪‬ﺑ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﻀ‪‬‬
‫‪dan dia menjadi beban atas penanggungnya,‬‬ ‫‪ke‬ﻣ‪‬ﺴ‪‬ﻠ‪‬ﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬‬ ‫‪mana‬ﺑﹺﺄﹶﻧ‪‬ﺎ‪‬‬ ‫ﺍﺷ‪‬ﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻭﺍﹾ‬
‫‪‬‬ ‫‪saja dia disuruh oleh penanggungnya itu,dia‬‬ ‫‪tidak‬ﻠ‪‬ﻠ‪‬ﻤﻤ‪‬ﻮ‪‬ﻮﻥﹶﻥﹶ‬
‫‪dapat‬ﺑﹺﺑﹺﺄﹶﺄﹶﻧﻧ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﺴ‪‬ﺴ‪‬‬
‫ﺍﺍﺷ‪‬ﺷ‪‬ﻬ‪‬ﻬ‪‬ﺪﺪ‪‬ﻭ‪‬ﻭﺍﹾﺍﹾ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪mendatangkan suatu kebajikanpun. Samakah orang itu‬‬
‫‪‬‬ ‫‪dengan‬‬
‫‪orang‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﻣ‪‬ﻮ‪‬ﻻﻩ‪‬‬ ‫‪menyuruh‬ﻰ‪‬ﺷ‪‬ﻲ‪‬ﺀٍ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻛﹶﻞﱞ‬ ‫‪keadilan,‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺑ‪‬ﻜﹶﻢ‪‬ﻻﹶ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹾﺪ‪‬ﺭ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶ‬ ‫‪dia‬ﺮ‪‬ﺏ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻣ‪‬ﺜﹶﻼﹰ‪‬ﺭ‪‬ﺟ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻦﹺ‬ ‫ﻭ‪‬ﺿ‪‬‬
‫‪‬ﻻﻩ‪‬ﻩ‪‬‬
‫ﹶﻰ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻮﻮ‪‬ﻻ‬ ‫‪yang‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪‬ﻛﹶﻛﹶﻞﱞﻞﱞ‪‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﻠﹶﻰ‬ ‫‪berbuat‬ﻜﹶﻜﹶﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻻﹶﻻﹶ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹾﻘﹾﺪ‪‬ﺪ‪‬ﺭ‪‬ﺭ‪‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻠﹶﻰ‪‬ﻰ‪‬ﺷ‪‬ﺷ‪‬ﻲ‪‬ﻲ‪‬ﺀٍﺀٍ‪‬‬ ‫‪dan‬ﻠﹼﻪ‪‬ﻪ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﺜﹶﺜﹶﻼﹰﻼﹰ‪‬ﺭ‪‬ﺭ‪‬ﺟ‪‬ﺟ‪‬ﻠﹶﻠﹶﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻦﹺﻦﹺ‪‬ﺃﹶﺃﹶﺣ‪‬ﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻤﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺃﹶﺑ‪‬ﺑ‪‬‬ ‫ﺏ‪‬ﺍﻟﺍﻟﻠﹼ‬ ‫ﺿ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﺏ‪‬‬ ‫ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺿ‪‬‬
‫‪berada‬‬
‫‪pula‬ﻠﹶﻰ ‪‬ﺻ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻁ‪‬‬ ‫‪di‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪ ‬ﻋ‪‬‬ ‫‪atas‬ﺪ‪‬ﻝﹺ ‪‬‬ ‫‪jalan‬ﺮ‪ ‬ﺑﹺﺎﻟﹾﻌ‪‬‬
‫‪yang‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻳ‪‬ﺄﹾﻣ‪‬‬ ‫ﹺﻱ ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪ ‬ﻭ‪‬‬ ‫‪(QS.‬ﻞﹾ ‪‬ﻳ‪‬ﺴ‪‬ﺘ‪‬ﻮ‬
‫?‪lurus‬‬ ‫‪Al-Nahl‬ﺨ‪‬ﻴ‪‬ﺮﹴ ‪‬ﻫ‪‬‬ ‫)‪[16]:76‬ﻪ‪ ‬ﻻﹶ ‪‬ﻳ‪‬ﺄﹾﺕ‪ ‬ﺑﹺ‬ ‫ﺃﹶﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻤ‪‬ﺎ ‪‬ﻳ‪‬ﻮ‪‬ﺟ‪‬ﻬ‬
‫ﺻ‪‬ﺮﺮ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻁ‪‬ﻁ‪‬‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﺻ‪‬‬ ‫‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺄﹾﺄﹾﻣ‪‬ﻣ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﺑﺑﹺﺎﹺﺎﻟﹾﻟﹾﻌ‪‬ﻌ‪‬ﺪ‪‬ﺪ‪‬ﻝﹺﻝﹺ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﻠﹶﻰ‬ ‫ﹺﻱ‪‬ﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻣﻣ‪‬ﻦ‬ ‫ﺕ‪‬ﺑﹺﺑﹺﺨ‪‬ﺨ‪‬ﻴ‪‬ﻴ‪‬ﺮﹴﺮﹴ‪‬ﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻞﹾﻞﹾ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺴ‪‬ﺴ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻮﻮﹺﻱ‬ ‫ﺃﹶﺃﹶﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﻤﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪‬ﺟﺟ‪‬ﻬ‪‬ﻬﻪ‪‬ﻪ‪‬ﻻﹶﻻﹶ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺄﹾﺄﹾﺕ‪‬‬
‫ﻣ‪‬ﺴ‪‬ﺘ‪‬ﻘ‪‬ﻴﻢﹴ‪ ‬‬
‫ ‪6.‬‬ ‫‪Hadits Nabi saw‬‬
‫ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﺴ‪‬ﺴ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻘﻘ‪‬ﻴ‪‬ﻴﻢﹴﻢﹴ‪ ‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻋﻦ ‪‬ﺃﰉ ‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ ‪‬ﺭﺿﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨﻪ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪‬ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‪‬‬
‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‪‬‬
‫‪:‬ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‪:‬‬
‫ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‬
‫ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‬
‫ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‬
‫ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﺭﺿﻰ‬
‫ﺃﰉ‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰉ‬
‫ﻋﻦ‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ(‪‬‬
‫ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ((‪‬‬
‫ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ‬
‫ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ‬
‫ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ‪))‬ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬
‫ﻋﻦ ‪‬ﺍﺑﻦ ‪‬ﻋﺒﺎﺱ ‪‬ﺭﺿﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨﻪ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪‬ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬ﻛﻞ ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬‬
‫ﺷﺮﻁ‪‬‬
‫ﻛﻞ‪‬ﺷﺮﻁ‬‫‪:‬ﻛﻞ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‪:‬‬
‫ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‬
‫ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‬
‫ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‬
‫ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﻋﺒﺎﺱ‪‬ﺭﺿﻰ‬‫ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﺒﺎﺱ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‬
‫ﻋﻦ‬
‫ﻟﻴﺲ‪‬ﰱ‪‬ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﺑﺎﻃﻞ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻣﺎﺋﺔ‪‬ﺷﺮﻁ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭ( ‪‬‬
‫ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭ(( ‪‬‬
‫ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‬
‫‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‬
‫ﺷﺮﻁ‪)‬‬
‫ﻣﺎﺋﺔ‪‬ﺷﺮﻁ‬
‫ﻛﺎﻥ‪‬ﻣﺎﺋﺔ‬
‫ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‬
‫ﺑﺎﻃﻞ‪‬ﻭﺇﻥ‬
‫ﻓﻬﻮ‪‬ﺑﺎﻃﻞ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﻓﻬﻮ‬
‫ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﻛﺘﺎﺏ‬ ‫ﻟﻴﺲ‪‬ﰱ‪‬‬
‫ﻟﻴﺲ‪‬ﰱ‪ ‬‬
‫‪7. Hadits Nabi saw‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺑﻦ‪‬ﻣﺎﻟﻚ‪‬ﺃﻥ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﺍﲰﻌﻮﺍ‪‬ﻭﺃﻃﻴﻌﻮﺍ‪‬ﻭﺍﻥ‪‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺃﻧﺲ‪‬‬
‫ﻭﺍﻥ‪‬‬
‫ﺃﻧﺲ‪‬ﺑﻦ‪‬ﻣﺎﻟﻚ‪‬ﺃﻥ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﺍﲰﻌﻮﺍ‪‬ﻭﺃﻃﻴﻌﻮﺍ‪‬ﻭﺍﻥ‬
‫‪‬‬ ‫ﻭﺃﻃﻴﻌﻮﺍ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﲰﻌﻮﺍ‬ ‫‪:‬‬ ‫ﻗﺎﻝ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺻﻠﻰ‬ ‫‪‬‬‫ﺍﷲ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻣﺎﻟﻚ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺑﻦ‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺃﻧﺲ‬
‫ﻋﻦ‬
‫ﺍﺳﺘﺄﻣﺮ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ‪‬ﻋﺒﺪ‪‬ﺣﺒﺸﻲ‪‬ﻛﺄﻥ‪‬ﺭﺃﺳﻪ‪‬ﺯﺑﻴﺒﺔ‪.‬‬
‫ﺯﺑﻴﺒﺔ‪..‬‬
‫ﺭﺃﺳﻪ‪‬ﺯﺑﻴﺒﺔ‬
‫ﻛﺄﻥ‪‬ﺭﺃﺳﻪ‬
‫ﺣﺒﺸﻲ‪‬ﻛﺄﻥ‬
‫ﻋﺒﺪ‪‬ﺣﺒﺸﻲ‬ ‫ﺍﺳﺘﺄﻣﺮ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ‬
‫ﻋﻠﻴﻜﻢ‪‬ﻋﺒﺪ‬ ‫ﺍﺳﺘﺄﻣﺮ‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪8. Hadits Nabi saw‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻋﻦ ‪‬ﺃﰉ ‪‬ﺳﻌﻴﺪ ‪‬ﺍﳋﺪﺭﻱ ‪‬ﺭﺿﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨﻪ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪‬ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬ﺇﺩﺍ‪‬‬
‫ﺇﺩﺍ‪‬‬
‫‪:‬ﺇﺩﺍ‬
‫ﻭﺳﻠﻢ‪:‬‬
‫ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‬
‫ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﺍﳋﺪﺭﻱ‪‬ﺭﺿﻰ‬
‫ﺳﻌﻴﺪ‪‬ﺍﳋﺪﺭﻱ‬ ‫ﺃﰉ‪‬ﺳﻌﻴﺪ‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰉ‬
‫ﻋﻦ‬
‫ﺧﺮﺝ‪‬ﺛﻼﺛﺔ‪‬ﰲ‪‬ﺳﻔﺮ‪‬ﻓﻠﻴﺆﻣﺮﻭﺍ‪‬ﺃﺣﺪﻫﻢ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ( ‪‬‬
‫ﺩﺍﻭﺩ(( ‪‬‬
‫ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‬
‫ﺃﺣﺪﻫﻢ‪))‬ﺭﻭﺍﻩ‬
‫ﻓﻠﻴﺆﻣﺮﻭﺍ‪‬ﺃﺣﺪﻫﻢ‬
‫ﺳﻔﺮ‪‬ﻓﻠﻴﺆﻣﺮﻭﺍ‬
‫ﺛﻼﺛﺔ‪‬ﰲﰲ‪‬ﺳﻔﺮ‬
‫ﺧﺮﺝ‪‬ﺛﻼﺛﺔ‬
‫ﺧﺮﺝ‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪9. Hadits Nabi saw‬‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﻣﻦ‪‬ﺧﺮﺝ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺍﻟﻄﺎﻋﺔ‪‬ﻭﻓﺎﺭﻕ‪‬ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ‪‬ﻭﻣﺎﺕ‪‬ﻓﻤﻴﺘﺘﻪ‪‬ﻣﻴﺘﺔ‪‬ﺟﺎﻫﻠﻴﺔ‪ ‬‬
‫ﺟﺎﻫﻠﻴﺔ‪ ‬‬
‫ﻣﻴﺘﺔ‪‬ﺟﺎﻫﻠﻴﺔ‬
‫ﻓﻤﻴﺘﺘﻪ‪‬ﻣﻴﺘﺔ‬
‫ﻭﻣﺎﺕ‪‬ﻓﻤﻴﺘﺘﻪ‬
‫ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ‪‬ﻭﻣﺎﺕ‬‫ﻭﻓﺎﺭﻕ‪‬ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ‬
‫ﺍﻟﻄﺎﻋﺔ‪‬ﻭﻓﺎﺭﻕ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﻟﻄﺎﻋﺔ‬
‫ﺧﺮﺝ‪‬ﻋﻦ‬
‫ﻣﻦ‪‬ﺧﺮﺝ‬ ‫‪‬ﻣﻦ‬
‫‪‬‬
‫ﻋﻦ ‪‬ﺍﺑﻦ ‪‬ﻋﻤﺮ ‪‬ﺭﺿﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨﻬﻤﺎ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪‬ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬ﻭﻣﻦ ‪‬ﻣﺎﺕ‪‬‬
‫ﻋﻦ ‪‬ﺍﺑﻦ ‪‬ﻋﻤﺮ ‪‬ﺭﺿﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨﻬﻤﺎ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪‬ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬ﻭﻣﻦ ‪‬ﻣﺎﺕ‪‬‬
‫ﻭﻫﻮ‪‬ﻣﻔﺎﺭﻕ‪‬ﻟﻠﺠﻤﺎﻋﺔ‪‬ﻓﺈﻧﻪ‪‬ﳝﻮﺕ‪‬ﻣﻴﺘﺔ‪‬ﺟﺎﻫﻠﻴﺔ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ(‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻭﻫﻮ‪‬ﻣﻔﺎﺭﻕ‪‬ﻟﻠﺠﻤﺎﻋﺔ‪‬ﻓﺈﻧﻪ‪‬ﳝﻮﺕ‪‬ﻣﻴﺘﺔ‪‬ﺟﺎﻫﻠﻴﺔ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ(‪10. Hadits Nabi saw‬‬
‫‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﻛﺮﻩ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﻣﲑﻩ‪‬ﺷﻴﺄ‪‬ﻓﻠﻴﺼﱪ‪‬ﻓﺈﻧﻪ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺧﺮﺝ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ‪‬ﺷﱪﺍ‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﻛﺮﻩ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﻣﲑﻩ‪‬ﺷﻴﺄ‪‬ﻓﻠﻴﺼﱪ‪‬ﻓﺈﻧﻪ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺧﺮﺝ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ‪‬ﺷﱪﺍ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫’‪11. Pendapat Shahib al-Majmu‬‬
‫ﻓﺼﻞ‪‬ﺇﺫﺍ‪‬ﺧﺮﺟﺖ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﻃﺎﺋﻔﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﳌﺴﻠﻤﲔ‪‬ﻭﺭﺍﻣﺖ‪‬ﺧﻠﻌﻪ‪‬ﺑﺘﺄﻭﻳﻞ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻣﻨﻌﺖ‪‬‬
‫ﻓﺼﻞ‪‬ﺇﺫﺍ‪‬ﺧﺮﺟﺖ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﻃﺎﺋﻔﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﳌﺴﻠﻤﲔ‪‬ﻭﺭﺍﻣﺖ‪‬ﺧﻠﻌﻪ‪‬ﺑﺘﺄﻭﻳﻞ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻣﻨﻌﺖ‪‬‬
‫ﺣﻘﺎ ‪‬ﺗﻮﺟﻪ ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎﺑﺘﺄﻭﻳﻞ ‪‬ﻭﺧﺮﺟﺖ ‪‬ﻋﻦ ‪‬ﻗﺒﻀﺔ ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ ‪‬ﻭﺍﻣﺘﻨﻌﺖ ‪‬ﲟﻨﻌﺔ ‪‬ﻗﺘﻠﻬﺎ ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬‬
‫ﺣﻘﺎ ‪‬ﺗﻮﺟﻪ ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎﺑﺘﺄﻭﻳﻞ ‪‬ﻭﺧﺮﺟﺖ ‪‬ﻋﻦ ‪‬ﻗﺒﻀﺔ ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ ‪‬ﻭﺍﻣﺘﻨﻌﺖ ‪‬ﲟﻨﻌﺔ ‪‬ﻗﺘﻠﻬﺎ ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬‬
‫ﻟﻘﻮﻟﻪ ‪‬ﻋﺰ ‪‬ﻭﺟﻞ ‪‬ﻭﺍﻥ ‪‬ﻃﺎﺋﻔﺘﺎﻥ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺍﳌﺆﻣﻦ ‪‬ﺍﻗﺘﺘﻠﻮﺍ ‪‬ﻓﺄﺻﻠﺤﻮﺍ ‪‬ﺑﻴﻨﻤﺎﻓﺈﻥ ‪‬ﺑﻐﺖ ‪‬ﺇﺣﺪﺍﳘﺎ‪‬‬
‫ﻟﻘﻮﻟﻪ ‪‬ﻋﺰ ‪‬ﻭﺟﻞ ‪‬ﻭﺍﻥ ‪‬ﻃﺎﺋﻔﺘﺎﻥ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺍﳌﺆﻣﻦ ‪‬ﺍﻗﺘﺘﻠﻮﺍ ‪‬ﻓﺄﺻﻠﺤﻮﺍ ‪‬ﺑﻴﻨﻤﺎﻓﺈﻥ ‪‬ﺑﻐﺖ ‪‬ﺇﺣﺪﺍﳘﺎ‪‬‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻷﺧﺮﻯ‪‬ﻓﻘﺎﺗﻠﻮﺍ‪‬ﺍﻟﱴ‪‬ﺗﺒﻐﻰ‪‬ﺣﱴ‪‬ﺗﻔﺊ‪‬ﺇﱃ ‪‬ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺍﱃ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻳﺒﺪﺃ‪‬ﺑﺎﻟﻘﺘﺎﻝ‪‬‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻷﺧﺮﻯ‪‬ﻓﻘﺎﺗﻠﻮﺍ‪‬ﺍﻟﱴ‪‬ﺗﺒﻐﻰ‪‬ﺣﱴ‪‬ﺗﻔﺊ‪‬ﺇﱃ ‪‬ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺍﱃ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻳﺒﺪﺃ‪‬ﺑﺎﻟﻘﺘﺎﻝ‪‬‬
‫ﺣﱴ ‪‬ﻳﺴﺄﳍﻢ ‪‬ﻣﺎ ‪‬ﻳﻨﻘﻤﻮﻥ ‪‬ﻣﻨﻪ ‪‬ﻓﺈﻥ ‪‬ﺫﻛﺮﻭﺍ ‪‬ﻣﻈﻠﻤﺔ ‪‬ﺃﺯﺍﳍﺎ ‪‬ﻭﺇﻥ ‪‬ﺫﻛﺮﻭﺍ ‪‬ﻋﻠﺔ ‪‬ﻳﻜﻤﻦ‪‬‬
‫ﺣﱴ ‪‬ﻳﺴﺄﳍﻢ ‪‬ﻣﺎ ‪‬ﻳﻨﻘﻤﻮﻥ ‪‬ﻣﻨﻪ ‪‬ﻓﺈﻥ ‪‬ﺫﻛﺮﻭﺍ ‪‬ﻣﻈﻠﻤﺔ ‪‬ﺃﺯﺍﳍﺎ ‪‬ﻭﺇﻥ ‪‬ﺫﻛﺮﻭﺍ ‪‬ﻋﻠﺔ ‪‬ﻳﻜﻤﻦ‪‬‬
‫‪ (‬‬
‫ﺇﺯﺍﺣﺘﻬﺎ‪‬ﺍﻫـ‪).‬ﺍ‪‬ﻤﻮﻉ‪‬ﺍﳉﺰﺀ‪‬ﺍﻟﺘﺎﺳﻊ‪‬ﻋﺸﺮﺓ‪‬ﺹ‪‬‬
‫ﺇﺯﺍﺣﺘﻬﺎ‪‬ﺍﻫـ‪).‬ﺍ‪‬ﻤﻮﻉ‪‬ﺍﳉﺰﺀ‪‬ﺍﻟﺘﺎﺳﻊ‪‬ﻋﺸﺮﺓ‪‬ﺹ‪ (‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪)‬ﻗﻮﻟﻪ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻛﺮﻩ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﻣﲑﻩ‪‬ﺷﻴﺄ‪‬ﻓﻠﻴﺼﱪ‪‬ﻓﺈﻧﻪ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺧﺮﺝ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ(‪‬ﺍﻱ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻃﺎﻋﺔ‪‬‬
‫ﻗﻮﻟﻪ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻛﺮﻩ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﻣﲑﻩ‪‬ﺷﻴﺄ‪‬ﻓﻠﻴﺼﱪ‪‬ﻓﺈﻧﻪ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺧﺮﺝ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ(‪‬ﺍﻱ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻃﺎﻋﺔ‪‬‬ ‫‪)‬‬
‫‪751‬‬
‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ‪‬ﺇﱃ ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻗﺎﻝ‪...‬ﻭﰱ ‪‬ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﻓﺎﺭﻕ ‪‬ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ ‪)‬ﻭﻗﻮﻟﻪ ‪‬ﺷﱪﺍ(‪‬ﻭﻫﻰ‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ‪‬ﺇﱃ ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻗﺎﻝ‪...‬ﻭﰱ ‪‬ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﻓﺎﺭﻕ ‪‬ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ ‪)‬ﻭﻗﻮﻟﻪ ‪‬ﺷﱪﺍ(‪‬ﻭﻫﻰ‪‬‬
‫ﻛﻨﺎﻳﺔ ‪‬ﻋﻦ ‪‬ﻣﻌﺼﻴﺔ ‪‬ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ‪‬ﻭ ‪‬ﳏﺎﺭﺑﺘﻪ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪‬ﺍﺑﻦ ‪‬ﺃﰉ ‪‬ﲨﺮﺓ ‪‬ﺍﳌﺮﺍﺩ ‪‬ﺑﺎﳌﻔﺎﺭﻗﺔ ‪‬ﺍﻟﺴﻌﻲ ‪‬ﰱ‪‬‬
‫ﻛﻨﺎﻳﺔ ‪‬ﻋﻦ ‪‬ﻣﻌﺼﻴﺔ ‪‬ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ‪‬ﻭ ‪‬ﳏﺎﺭﺑﺘﻪ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪‬ﺍﺑﻦ ‪‬ﺃﰉ ‪‬ﲨﺮﺓ ‪‬ﺍﳌﺮﺍﺩ ‪‬ﺑﺎﳌﻔﺎﺭﻗﺔ ‪‬ﺍﻟﺴﻌﻲ ‪‬ﰱ‪‬‬
‫ﻟﻘﻮﻟﻪ ‪‬ﻋﺰ ‪‬ﻭﺟﻞ ‪‬ﻭﺍﻥ ‪‬ﻃﺎﺋﻔﺘﺎﻥ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺍﳌﺆﻣﻦ ‪‬ﺍﻗﺘﺘﻠﻮﺍ ‪‬ﻓﺄﺻﻠﺤﻮﺍ ‪‬ﺑﻴﻨﻤﺎﻓﺈﻥ ‪‬ﺑﻐﺖ ‪‬ﺇﺣﺪﺍﳘﺎ‪‬‬
‫ﺇﺣﺪﺍﳘﺎ‬
‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬‬
‫ﺑﺎﻟﻘﺘﺎﻝ‬ ‫ﻳﺒﺪﺃ‪‬‬
‫ﻗﺘﻠﻬﺎ ‪‬‬‫ﺑﻐﺖ‬ ‫ﻭﻻ ‪‬‬‫ﺑﻴﻨﻤﺎﻓﺈﻥ ‪‬‬
‫ﲟﻨﻌﺔ‬ ‫ﻓﺄﺻﻠﺤﻮﺍ‪‬ﺃﻥ‪‬‬
‫ﻭﺍﻣﺘﻨﻌﺖ ‪‬‬
‫ﻗﺎﻝ‪‬‬ ‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﺍﱃ‬
‫ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﷲ‬ ‫ﺍﻗﺘﺘﻠﻮﺍ‪ ‬‬
‫ﺗﻔﺊ‪‬ﺇﱃ‬
‫ﻗﺒﻀﺔ‪‬‬ ‫ﺍﳌﺆﻣﻦ‪‬‬
‫ﺣﱴ‪‬ﻋﻦ‬ ‫ﺗﺒﻐﻰ‪‬ﻣﻦ ‪‬‬
‫ﻭﺧﺮﺟﺖ‬ ‫ﻃﺎﺋﻔﺘﺎﻥ ‪‬‬‫ﺍﻟﱴ‪‬‬ ‫ﻭﺍﻥﺍ‪‬‬
‫ﻋﻠﻴﻬﺎﺑﺘﺄﻭﻳﻞ‬
‫ﻓﻘﺎﺗﻠﻮ‬ ‫ﻭﺟﻞ ‪‬‬ ‫ﻟﻘﻮﻟﻪ‪‬ﻋﺰ ‪‬‬
‫ﺗﻮﺟﻪ ‪‬‬
‫ﺍﻷﺧﺮﻯ‪‬‬ ‫ﺣﻘﺎ‬
‫ﻋﻠﻰ‬
‫ﺑﺎﻟﻘﺘﺎﻝ‬
‫ﻋﻠﺔ‪‬ﻳﻜﻤﻦ‬
‫ﺇﺣﺪﺍﳘﺎ‪‬‬ ‫ﻳﺒﺪﺃ‬
‫ﺑﻐﺖ‬ ‫ﺫﻛﺮﻭﺍ‪‬‬
‫ﻭﻻ‬ ‫ﻭﺇﻥ ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬‬
‫ﺑﻴﻨﻤﺎﻓﺈﻥ ‪‬‬ ‫ﻓﺄﺻﻠﺤﻮﺍ ‪‬ﺃﻥ‪‬‬
‫ﺍﱃ‪‬‬
‫ﺃﺯﺍﳍﺎ‬‫ﻣﻈﻠﻤﺔ‪ ‬ﺍﷲ‪‬‬
‫ﺃﻣﺮ‬ ‫ﺫﻛﺮﻭﺍ‪ ‬ﺇﱃ ‪‬‬
‫ﺍﻗﺘﺘﻠﻮﺍ ‪‬‬ ‫ﺗﻔﺊ‬
‫ﺍﳌﺆﻣﻦ‬ ‫ﺣﱴ‪‬‬ ‫ﺗﺒﻐﻰ‪‬ﻣﻦ‬
‫ﻓﺈﻥ‪‬‬ ‫ﺍﻟﱴ‪‬ﻣﻨﻪ‬
‫ﻃﺎﺋﻔﺘﺎﻥ ‪‬‬ ‫ﻭﺍﻥﺍ‪‬‬
‫ﻳﻨﻘﻤﻮﻥ‬ ‫ﻓﻘﺎﺗﻠﻮ‬ ‫ﺍﻷﺧﺮﻯ‪‬‬
‫ﻭﺟﻞﻣﺎ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﻟﻘﻮﻟﻪ‪‬ﻋﺰ ‪‬‬
‫ﻳﺴﺄﳍﻢ‬ ‫ﺣﱴ‬
‫‪KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006‬‬
‫ﻋﻠﺔ‪‬ﻳﻜﻤﻦ‬
‫ﺑﺎﻟﻘﺘﺎﻝ‪‬‬ ‫ﻭﻻ ‪‬ﻳﺒﺪﺃ‬‫ﺫﻛﺮﻭﺍ‬ ‫ﻭﺇﻥ‪ ‬ﻗﺎﻝ‪‬‬‫ﺃﺯﺍﳍﺎﺍﱃ‪‬ﺃﻥ‬ ‫ﻣﻈﻠﻤﺔ‪‬ﺍﷲ‬
‫‪(‬‬ ‫ﺃﻣﺮ‬
‫ﺇﱃ ‪‬ﺹ‪‬‬ ‫ﺫﻛﺮﻭﺍ‪‬‬
‫ﻋﺸﺮﺓ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺘﺎﺳﻊ‪‬ﺗﻔﺊ‬ ‫ﺣﱴ‬‫ﺗﺒﻐﻰ‪‬ﻓﺈﻥ ‪‬‬
‫ﺍﳉﺰﺀ‪‬‬
‫ﺍﻟﱴ‪‬ﻣﻨﻪ‬‫ﻳﻨﻘﻤﻮﻥ‪‬‬
‫ﻓﻘﺎﺗﻠﻮﺍ‪‬‬
‫ﺍ‪‬ﻤﻮﻉ‬ ‫‪).‬‬
‫ﺍﻷﺧﺮﻯ‪‬ﻣﺎ‬
‫ﻳﺴﺄﳍﻢ‬
‫ﺍﻫـ‬ ‫ﻋﻠﻰ ‪‬‬
‫ﺇﺯﺍﺣﺘﻬﺎ‪‬‬‫ﺣﱴ‬
‫‪‬‬ ‫ﻳﻜﻤﻦ‪12. ‬‬ ‫ﺫﻛﺮﻭﺍ ‪‬ﻋﻠﺔ ‪‬‬
‫‪Pendapat‬‬ ‫‪Ibn Hajar‬‬‫ﺃﺯﺍﳍﺎ‪‬ﻭﺇﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﺸﺮﺓ‪‬ﺹ‪‬‬
‫‪(al-‘Asqalany,‬‬
‫ﻣﻈﻠﻤﺔ ‪‬‬ ‫ﺫﻛﺮﻭﺍ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺘﺎﺳﻊ‪‬‬ ‫ﺍﳉﺰﺀ ‪‬ﻓﺈﻥ‬
‫‪dalam‬‬ ‫‪“Fath‬ﻣﻨﻪ‬‫ﺍ‪‬ﻤﻮﻉ‪‬‬
‫ﻳﻨﻘﻤﻮﻥ ‪‬‬ ‫‪ ).‬‬
‫ﺍﻫـ‪‬ﻣﺎ‬
‫”‪al-Bari‬‬ ‫ﻳﺴﺄﳍﻢ‬ ‫ﺇﺯﺍﺣﺘﻬﺎ‪‬‬
‫ﺣﱴ ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪(‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ(‪‬ﺍﻱ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻃﺎﻋﺔ‪‬‬ ‫ﺹ‪‬ﺧﺮﺝ‬ ‫ﻋﺸﺮﺓ‪‬ﻣﻦ‪‬‬‫ﻓﻠﻴﺼﱪ‪‬ﻓﺈﻧﻪ‪‬‬ ‫ﺍﳉﺰﺀ‪‬ﺍﻟﺘﺎﺳﻊ‬ ‫ﺃﻣﲑﻩ‪‬ﺷﻴﺄ‬ ‫ﺍ‪‬ﻤﻮﻉ‪‬‬ ‫‪).‬ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﺍﻫـﻛﺮﻩ‬‫ﺇﺯﺍﺣﺘﻬﺎ‪‬ﻣﻦ‪‬‬
‫‪)‬ﻗﻮﻟﻪ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻭﻫﻰ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪(‬ﻃﺎﻋﺔ‬ ‫ﺷﱪﺍ‬ ‫ﻭﻗﻮﻟﻪ ‪‬ﺍﻱ‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ(‪‬‬
‫ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ ‪)‬‬ ‫ﺧﺮﺝ‪‬ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‪‬ﻓﺎﺭﻕ‬ ‫ﻓﺈﻧﻪ‪‬ﻣﻦ‬
‫ﻓﻠﻴﺼﱪ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ‬‫ﺷﻴﺄ‪‬ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ‪‬‬ ‫ﺃﻣﲑﻩ‪‬ﻭﰱ ‪‬‬‫ﻗﺎﻝ‪...‬‬ ‫ﺃﻥ‪‬ﻣﻦ‬ ‫ﺇﱃ ‪‬ﻛﺮﻩ‬
‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ‪‬ﻣﻦ‪‬‬
‫‪)‬ﻗﻮﻟﻪ‪‬‬
‫ﻭﻫﻰ‬
‫ﻃﺎﻋﺔ‪‬‬
‫ﰱ‬ ‫(‪‬‬
‫ﺷﱪﺍﻣﻦ‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻌﻲ ‪‬‬ ‫ﻭﻗﻮﻟﻪ ‪‬‬
‫ﺑﺎﳌﻔﺎﺭﻗﺔﺍﻱ‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ(‪‬‬‫ﺍﳌﺮﺍﺩ ‪)‬‬
‫ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ‬‫ﻣﻦ‪‬‬‫ﲨﺮﺓ ‪‬‬‫ﺧﺮﺝ‪‬‬
‫ﻓﺎﺭﻕ‬‫ﻣﻦ‪‬ﺃﰉ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ‬
‫ﻓﺈﻧﻪ‪‬ﺍﺑﻦ‬
‫ﻓﻠﻴﺼﱪ‪‬ﻗﺎﻝ‬ ‫ﺷﻴﺄ‪‬ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ‪‬‬
‫ﳏﺎﺭﺑﺘﻪ‬ ‫ﻭﰱﻭ‪‬‬ ‫ﻗﺎﻝ‪...‬‬
‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ‪ ‬‬
‫ﺃﻣﲑﻩ‬ ‫ﺇﱃ ‪‬ﺃﻥ‬
‫ﻣﻌﺼﻴﺔ ‪‬ﻣﻦ‬
‫ﻛﺮﻩ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ‪‬‬
‫ﻋﻦ ‪‬‬ ‫ﻗﻮﻟﻪ‪‬‬ ‫‪)‬‬
‫ﻛﻨﺎﻳﺔ ‪‬‬
‫ﻭﻫﻰ‪‬‬‫ﰱ‬ ‫ﺍﻟﺴﻌﻲ ‪‬‬
‫ﲟﻘﺪﺍﺭ‬ ‫ﺷﱪﺍ‪(‬‬‫ﻋﻨﻬﺎ‬‫ﺑﺎﳌﻔﺎﺭﻗﺔ ‪‬‬
‫ﺷﻴﺊ‪)‬ﻓﻜﲏ‬
‫ﻭﻗﻮﻟﻪ‪‬‬ ‫ﲨﺮﺓ ‪‬ﺍﳌﺮﺍﺩ‬
‫ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ‬ ‫ﻓﺎﺭﻕ ‪‬‬
‫ﺑﺈﺩﱏ‬ ‫ﺃﰉ‪‬‬
‫ﻭﻟﻮ‬‫ﻣﻦ‪‬‬‫ﺍﺑﻦ‬ ‫ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ‪‬‬
‫ﺍﻷﻣﲑ ‪‬‬ ‫ﻟﺬﻟﻚ‪‬ﻗﺎﻝ‬ ‫ﳏﺎﺭﺑﺘﻪ‪‬‬
‫ﺣﺼﻠﺖ‪ ‬ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ‬
‫ﻭﰱﻭ‪‬‬‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ‪‬‬ ‫ﻣﻌﺼﻴﺔ‪‬ﻗﺎﻝ‬
‫ﺍﻟﱴ ‪...‬‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺇﱃ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﻴﻌﺔ‬ ‫ﻛﻨﺎﻳﺔ‪ ‬‬
‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ‬
‫ﻋﻘﺪ‬ ‫ﺣﻞ‬
‫ﲟﻘﺪﺍﺭ‬
‫ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀﰱ‪‬‬ ‫ﻋﻨﻬﺎ‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻌﻲ ‪‬‬ ‫ﻓﻜﲏ‪‬‬‫ﺍﳌﺮﺍﺩﻖ ‪‬ﻭﻗﺪ‬
‫ﺑﺎﳌﻔﺎﺭﻗﺔ ‪‬‬
‫ﺃﲨﻊ‬ ‫ﺷﻴﺊ‬
‫ﺑﻐﲑ‪‬ﺣ‬ ‫ﺑﺈﺩﱏ‬
‫ﲨﺮﺓ‬ ‫ﺍﺑﻦ ‪‬ﻭﻟﻮﺃﰉ‪‬‬
‫ﺍﻟﺪﻣﺎﺀ ‪‬‬ ‫ﺳﻔﻚ ‪‬‬
‫ﺍﻷﻣﲑ‬
‫ﺇﱃ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪‬‬ ‫ﻟﺬﻟﻚ‬
‫ﳏﺎﺭﺑﺘﻪ‬
‫ﻳﺆﻭﻝ ‪‬‬‫ﺣﺼﻠﺖ‪‬‬ ‫ﺍﻟﱴ ‪‬ﺫﻟﻚ‬
‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ‪‬ﻭ‬ ‫ﺍﻷﺧﺬ‪‬‬
‫ﻣﻌﺼﻴﺔ ‪‬ﰱ‬ ‫ﻷﻥ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻌﺔ‬ ‫ﻋﻦ‬ ‫ﺍﻟﺸﱪ‪‬‬
‫ﻛﻨﺎﻳﺔ ‪‬ﻋﻘﺪ‬ ‫ﺣﻞ‬
‫ﻋﻨﻬﺎ‪ ‬ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ‬
‫ﲟﻘﺪﺍﺭ‪‬‬
‫ﺍﳋﺮﻭﺝ‬ ‫ﺃﲨﻊ‪‬‬
‫ﻓﻜﲏ‪ ‬ﻣﻦ‬
‫ﺧﲑ‬ ‫ﻃﺎﻋﺘﻪ‪‬ﻭﻗﺪ‬‫ﺑﻐﲑ‪‬ﺣﻖ‬
‫ﺷﻴﺊ‬ ‫ﺑﺈﺩﱏ‬
‫ﻭﺃﻥ‬ ‫ﺍﻟﺪﻣﺎﺀ‪‬‬ ‫ﺳﻔﻚ ‪‬‬
‫ﻭﺍﳉﻬﺎﺩ ‪‬ﻭﻟﻮ ‪‬‬
‫ﻣﻌﻪ‬ ‫ﻟﺬﻟﻚ ‪‬ﺍﻷﻣﲑ‬ ‫ﻳﺆﻭﻝ ‪‬ﺇﱃ‬
‫ﺍﳌﺘﻐﻠﺐ‬ ‫ﺣﺼﻠﺖ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﱴ‪‬ﺫﻟﻚ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ‪‬‬ ‫ﰱ‬ ‫ﺍﻷﺧﺬ‪‬‬
‫ﻃﺎﻋﺔ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻴﻌﺔ‬ ‫ﻷﻥ ‪‬‬
‫ﻭﺟﻮﺏ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺸﱪ‪‬ﻋﻘﺪ‬ ‫ﺣﻞ‬
‫ﻋﻠﻰ‬
‫ﺍﳋﺮﻭﺝ‬
‫ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ‪‬‬
‫ﳑﺎ‬ ‫ﻭﻏﲑﻩ ‪‬‬ ‫ﺃﲨﻊ‪‬‬
‫ﻣﻦ‬ ‫ﺧﲑ‪‬‬
‫ﺍﳋﱪ ‪‬‬ ‫ﻭﻗﺪ‬ ‫ﻃﺎﻋﺘﻪ‪‬‬
‫ﻫﺬﺍ ‪‬‬ ‫ﺑﻐﲑ‪ ‬ﺣ‬
‫ﻭﺣﺠﺘﻬﻢ ‪‬ﻖ‬ ‫ﺍﻟﺪﻣﺎﺀ‪ ‬ﻭﺃﻥ‬
‫ﻣﻌﻪ‪‬‬ ‫ﻭﺍﳉﻬﺎﺩ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺪﳘﺎﺀ‬ ‫ﺳﻔﻚ ‪‬‬‫ﻭﺗﺴﻜﲔ ‪‬‬ ‫ﺇﱃ ‪‬‬‫ﺍﳌﺘﻐﻠﺐ‬‫ﻳﺆﻭﻝ‪ ‬‬ ‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺪﻣﺎﺀ‬ ‫ﻃﺎﻋﺔﰱ ‪‬ﰱ ‪‬ﺣﻘﻦ ‪‬‬
‫ﺫﻟﻚ ‪‬‬ ‫ﺍﻷﺧﺬ ‪‬‬
‫ﺫﻟﻚ ‪‬‬ ‫ﻭﺟﻮﺏ ‪‬‬
‫ﰱ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺸﱪ‪ ‬ﳌﺎ ‪‬ﻷﻥ‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﻋﻠﻴﻪ‬
‫ﺍﳋﺮﻭﺝ‪‬‬
‫ﳑﺎ‬
‫ﲡﻮﺯ‬‫ﻭﻏﲑﻩ ‪‬‬
‫ﻣﻦ ‪‬ﻓﻼ‪‬‬‫ﺍﻟﺼﺮﻳﺢ‪‬‬
‫ﺍﳋﱪ‬
‫ﻫﺬﺍ ‪‬ﺧﲑ ‪‬‬ ‫ﻭﺣﺠﺘﻬﻢ ‪‬‬
‫ﻃﺎﻋﺘﻪ‪‬‬
‫ﺍﻟﻜﻔﺮ‬ ‫ﻭﺃﻥ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ‬ ‫ﻣﻌﻪ‪ ‬‬
‫ﺍﻟﺪﳘﺎﺀ‬
‫ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﻭﻗﻊ‪‬‬
‫ﻭﺍﳉﻬﺎﺩ‬ ‫ﻭﺗﺴﻜﲔ‬ ‫ﺇﺫﺍ‪‬‬
‫ﺍﳌﺘﻐﻠﺐ‬‫ﺍﻟﺪﻣﺎﺀ ‪‬ﺇﻻ‪‬‬
‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ‪‬‬
‫ﺫﻟﻚ‪‬‬ ‫ﺣﻘﻦ‪‬‬ ‫ﻃﺎﻋﺔ‪‬‬
‫ﻳﺴﺘﺸﻨﻮﺍ‪‬ﻣﻦ‬ ‫ﺫﻟﻚ ‪‬ﰱ‬ ‫ﻳﺴﺎﻋﺪﻩ‪‬ﰱ ‪‬‬
‫ﻭﺟﻮﺏ ‪‬‬
‫ﻭﱂ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﳌﺎ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ‬
‫ﲡﻮﺯﳑﺎ‪‬‬
‫ﺑﻌﺪﻩ‬ ‫ﻓﻼ‪‬‬
‫ﻭﻏﲑﻩ ‪‬‬‫ﺍﻟﺬﻯ‬ ‫ﺍﻟﺼﺮﻳﺢ‪‬‬
‫ﺍﳋﱪ‬ ‫ﻫﺬﺍ ‪‬‬
‫ﺍﳊﺪﻳﺚ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻜﻔﺮ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ‪‬ﰱ‬
‫ﻭﺣﺠﺘﻬﻢ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺪﳘﺎﺀ ‪‬ﻛﻤﺎ‬ ‫ﻗﺪﺭ‪ ‬ﻣﻦ‪‬‬
‫ﻋﻠﻴﻬﺎ‬ ‫ﻭﻗﻊ‬ ‫ﳌﻦ‪‬‬
‫ﻭﺗﺴﻜﲔ‬ ‫ﺇﻻ‪‬ﺇﺫﺍ‬ ‫ﺣﻘﻦ‪‬ﺫﻟﻚ‪‬‬
‫ﺍﻟﺪﻣﺎﺀ ‪‬‬
‫ﳎﺎﻫﺪﺗﻪ‬ ‫ﻳﺴﺘﺸﻨﻮﺍ‪‬ﻣﻦ‬
‫ﲡﺐ‬ ‫ﺫﻟﻚ‪‬ﺑﻞﰱ ‪‬‬‫ﺫﻟﻚ‬ ‫ﻭﱂ‪‬‬‫ﻳﺴﺎﻋﺪﻩ‪‬ﰱﰱ‪‬‬
‫ﻃﺎﻋﺘﻪ ‪‬ﳌﺎ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ ‪‬‬
‫ﲡﻮﺯ‪‬‬
‫ﻓﻼ‪‬ﺑﻌﺪﻩ‬ ‫ﺍﻟﺬﻯ‬ ‫ﺍﳊﺪﻳﺚ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺼﺮﻳﺢ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻜﻔﺮ‪‬‬‫ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ‪‬ﰱ ‪‬‬
‫ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﻛﻤﺎ‬ ‫ﻣﻦ‪(‬‬‫ﻗﺪﺭ‪–‬‬
‫ﳌﻦ‪‬ﺹ‪‬‬
‫ﻭﻗﻊ‬ ‫ﺇﻻ‪‬‬
‫ﻋﺸﺮﺇﺫﺍ‪‬‬ ‫ﳎﺎﻫﺪﺗﻪ‬‫ﻣﻦ‪ ‬ﺫﻟﻚ‬
‫ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬‬ ‫ﲡﺐ‬
‫ﺍﳉﺰﺀ‬ ‫ﺍﻟﺒﺎﺭﻯﺑﻞ‪ ‬‬
‫ﻳﺴﺘﺸﻨﻮﺍ‪‬‬ ‫ﺫﻟﻚ ‪‬‬ ‫ﻭﱂ‪‬‬‫ﻳﺴﺎﻋﺪﻩ‪‬ﰱ ‪‬‬
‫ﻓﺘﺢ‬ ‫ﻃﺎﻋﺘﻪ ‪‬‬
‫‪).‬‬ ‫ﺍﻫـ‬
‫‪‬‬ ‫ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﻛﻤﺎ ‪‬ﰱ ‪‬ﺍﳊﺪﻳﺚ ‪‬ﺍﻟﺬﻯ ‪‬ﺑﻌﺪﻩ‪‬‬ ‫ﻗﺪﺭ‪(–‬‬ ‫ﳌﻦ ‪‬ﺹ‪‬‬ ‫ﻋﺸﺮ‪‬‬ ‫ﲡﺐ ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬‬
‫ﳎﺎﻫﺪﺗﻪ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﺎﺭﻯﺑﻞ‪ ‬ﺍﳉﺰﺀ‪‬‬
‫ﻓﺘﺢ‪‬ﺫﻟﻚ ‪‬‬ ‫‪).‬ﰱ ‪‬‬ ‫ﻃﺎﻋﺘﻪ ‪‬‬‫ﺍﻫـ‬
‫‪‬‬ ‫‪13. Pendapat‬‬
‫ﻛﺪﻓﻊ ‪‬ﺯﻛﺎﺓ ‪‬ﺍﳌﺎﻝ‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪Bughyat‬ﻭﻻﻳﺔ ‪‬‬‫‪al-Mustarsyidin‬ﻣﺎ(‪‬ﻟﻪ ‪‬ﻓﻴﻪ ‪‬‬
‫‪)‬ﻣﺴﺌﻠﺔ ‪‬ﻙ ‪(‬ﳚﺐ ‪‬ﺇﻣﺘﺜﺎﻝ ‪‬ﺃﻣﺮ ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ ‪‬ﰱ ‪‬ﻛﻞ‬
‫ﺍﻫـ‪).‬ﻓﺘﺢ‪‬ﺍﻟﺒﺎﺭﻯ‪‬ﺍﳉﺰﺀ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬ﻋﺸﺮ‪‬ﺹ‪–‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﳌﺎﻝ‪‬‬ ‫ﺟﺎﺯ‪‬ﺯﻛﺎﺓ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺪﻓﻊ‪‬ﺇﻟﻴﻪ‬ ‫ﻛﺪﻓﻊ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺔ‪‬ﻓﻴﻪﺃﻭ‪‬ﻭﻻﻳﺔ ‪‬‬
‫ﺍﳌﻨﺪﻭﺑﺔ‪‬‬ ‫ﺍﳊﻘﻮﻕ‪‬ﻣﺎ ‪‬ﻟﻪ ‪‬‬‫ﻣﻦ‪‬ﰱ ‪‬ﻛﻞ‬ ‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‬ ‫ﻭﻫﻮ‪‬‬ ‫ﻭﻻﻳﺔ‪‬ﺃﻣﺮ ‪‬‬
‫ﺇﻣﺘﺜﺎﻝ ‪‬‬‫ﳚﺐ‪‬ﻓﻴﻪ‪‬‬‫‪(‬ﺗﻜﻢ‬ ‫ﻓﺈﻥﻙ‪‬ﱂ‪‬‬ ‫ﻣﺴﺌﻠﺔ ‪‬‬
‫ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ‪‬‬ ‫‪)‬‬
‫ﺍﳌﺎﻝ‪‬‬
‫ﺍﻟﺪﻓﻊ‪‬ﺇﻟﻴﻪ‬
‫ﺣﺮﺍﻣﺎ‬ ‫ﻣﻜﺮﻭﻫﺎ‪‬ﺃﻭ ‪‬‬
‫ﺯﻛﺎﺓ‬ ‫ﺟﺎﺯ‬
‫ﻛﺪﻓﻊ‬ ‫ﺍﳌﻨﺪﻭﺑﺔ‪‬‬
‫ﻭﻻﻳﺔ‪ ‬‬ ‫ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺔ‪‬ﻓﻴﻪﺃﻭ‪‬‬
‫ﻣﺒﺎﺣﺎ ‪‬ﺃﻭ‬ ‫ﻛﻞ‪‬‬‫ﺍﳊﻘﻮﻕ‬
‫ﺍﳌﺄﻣﻮﺭﻣﺎ‪‬ﺑﻪﻟﻪ‪‬‬ ‫ﰱ‪‬‬ ‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﻛﺎﻥ‬
‫ﻣﻦ‬ ‫ﻭﻫﻮ‪‬‬
‫ﻭﺇﻥ ‪‬‬ ‫ﺃﻣﺮ‪‬‬ ‫ﻭﻻﻳﺔ‪‬‬
‫ﺇﻣﺘﺜﺎﻝ ‪‬‬
‫ﻣﺼﺎﺭﻓﻪ‬ ‫ﻓﻴﻪ‪‬‬ ‫ﺑﺼﺮﻓﻪ‪‬‬
‫ﳚﺐ‪ ‬ﰱ‬‫‪(‬ﺗﻜﻢ‬ ‫ﻭﺍﻹﺳﺘﻘﻼﻝﻙ‪‬ﱂ‪‬‬
‫ﻓﺈﻥ‬ ‫ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ‪‬‬
‫ﻣﺴﺌﻠﺔ ‪‬‬ ‫‪)‬‬
‫ﺣﺮﺍﻣﺎ‬
‫ﺇﻟﻴﻪ‪‬‬
‫ﺍﻟﻮﺟﻮﺏ‬ ‫ﺇﱃ‪‬ﺃﻭ ‪‬‬
‫ﺍﻟﺪﻓﻊ‪‬‬ ‫ﻣﻜﺮﻭﻫﺎ‬
‫ﺟﺎﺯ‬ ‫ﺍﻟﺘﺤﻔﺔ‪‬ﺃﻭﰒ‪‬‬
‫ﺍﳌﻨﺪﻭﺑﺔ‪‬‬
‫ﻣﺎﻝ‪‬‬ ‫ﻣﺒﺎﺣﺎ‪‬‬ ‫ﻓﻴﻪ‪‬ﺑﻪﰱ‪‬‬
‫ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺔ‪‬ﺃﻭ‬ ‫ﺍﳌﺄﻣﻮﺭ‬
‫ﺍﳊﻘﻮﻕ‪‬‬
‫ﻭﺗﺮﺩﺩ‬ ‫ﻛﺎﻥ ‪‬‬
‫ﻣﻦﺭ‪‬‬ ‫ﻭﺇﻥﻡ‪‬‬ ‫ﻣﺼﺎﺭﻓ‪‬ﻪ ‪‬ﻗﺎﻟﻪ‬
‫ﻭﻫﻮ‪‬‬ ‫ﻓﻴﻪ‪‬ﻭﻻﻳﺔ‬
‫ﻛﻤﺎ‬ ‫ﻓﻴﻪ‪‬‬
‫ﺃﻣﺮﻩ‪‬ﰱ‬‫ﺑﺼﺮﻓﻪ‬
‫ﺗﻜﻢ‪‬‬ ‫ﻭﺍﻹﺳﺘﻘﻼﻝ ‪‬ﱂ‪‬‬
‫ﺇﻣﺘﺴﺎﻝ‪‬‬ ‫ﳚﺐ‪‬ﻓﺈﻥ‬ ‫ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ‬ ‫ﱂ‪‬‬
‫ﺍﻟﻮﺟﻮﺏ‬
‫ﺣﺮﺍﻣﺎ‪‬‬ ‫ﺇﱃ ‪‬ﺃﻭ ‪‬‬ ‫‪‬ﺃﻭﰒ‪ ‬ﻣﺎﻝ‪‬‬
‫ﻣﻜﺮﻭﻫﺎ‬ ‫ﺍﻟﺘﺤﻔﺔ‪‬‬
‫ﻣﺒﺎﺣﺎ‪‬‬ ‫ﻓﻴﻪ‪‬ﺑﻪﰱ‪‬‬
‫ﺍﳌﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ‪‬ﺹ‬ ‫ﺍﳌﺄﻣﻮﺭ‬‫ﻭﺗﺮﺩﺩ‪‬‬ ‫ﻛﺎﻥ‪‬‬‫ﻭﺇﻥﻡ‪‬ﺭ‪‬‬
‫ﺑﻐﻴﺔ‬ ‫ﻗﺎﻟﻪ‪.‬‬‫ﻣﺼﺎﺭﻓ‪‬ﻪ ‪‬‬
‫ﳏﺮﻣﺎ‬ ‫ﻛﻤﺎ‬‫ﻓﻴﻪ‪‬ﻭﻟﻮ‪‬‬ ‫ﺃﻣﺮﻩ‪‬ﰱ‬
‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬‬ ‫ﺇﻣﺘﺴﺎﻝﺑﻪ‪‬‬
‫ﺑﺼﺮﻓﻪ ‪‬‬ ‫ﳚﺐ‪‬ﻣﺎ‪‬‬
‫ﻭﺍﻹﺳﺘﻘﻼﻝ ‪‬‬
‫ﺃﻣﺮ‪‬‬ ‫ﱂﰱ‪‬ﻛﻞ‬
‫‪‬ﰒ‪ ‬ﻣﺎﻝ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺍﻟﻮﺟﻮﺏ‪‬‬ ‫ﺍﳌﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ‪‬ﺹ‪‬‬
‫ﺍﻟﺘﺤﻔﺔ‪‬‬ ‫ﻭﺗﺮﺩﺩ‪‬ﻓﻴﻪ‪‬ﰱ‬ ‫ﺑﻐﻴﺔ‪‬‬ ‫ﻗﺎﻟﻪ‪.‬ﻡ‪‬‬
‫ﺍﳌﺼﺎﱀﺭ‪‬‬ ‫ﳏﺮﻣﺎ‬
‫ﺟﻠﺐ‪‬‬
‫ﻛﻤﺎ‬ ‫ﻋﻠﻰﻓﻴﻪ‪‬ﻭﻟﻮ‪‬‬
‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬‬
‫ﺃﻣﺮﻩ‪‬‬ ‫ﺇﻣﺘﺴﺎﻝﺑﻪ‪‬‬
‫ﻣﻘﺪﻣﺎ‪‬‬ ‫ﺃﻣﺮ‪‬‬ ‫ﳚﺐ‪‬ﻣﺎ‪‬‬
‫ﺍﳌﻔﺎﺳﺪ‪‬‬ ‫ﺩﺭﺀ‪‬ﻛﻞ‪‬‬ ‫ﰱ‪‬‬‫ﱂ‬
‫‪14. Kaedah Ushuliyah‬‬ ‫ﺑﻐﻴﺔ‪‬ﺍﳌﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ‪‬ﺹ‪ ‬‬ ‫ﺍﳌﺼﺎﱀ‪‬‬
‫ﳏﺮﻣﺎ‪.‬‬ ‫ﺟﻠﺐ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﻭﻟﻮ‪‬‬ ‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‬‫ﻣﻘﺪﻣﺎ‪‬‬
‫ﺃﻣﺮ‪‬ﺑﻪ‪‬‬ ‫ﺩﺭﺀ‪‬ﻛﻞ‪‬ﻣﺎ‪‬‬
‫ﺍﳌﻔﺎﺳﺪ‪‬‬ ‫ﰱ‪‬‬
‫ﺩﺭﺀ‪‬ﺍﳌﻔﺎﺳﺪ‪‬ﻣﻘﺪﻣﺎ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺟﻠﺐ‪‬ﺍﳌﺼﺎﱀ‪‬‬

‫‪B. HARMONISASI KERANGKA BERPIKIR KEAGAMAAN‬‬


‫‪DALAM KONTEKS KEBANGSAAN‬‬
‫ ‪a.‬‬ ‫‪Ajaran Islam sebagai ajaran yang bersumber dari wahyu‬‬
‫‪adalah suatu kebenaran mutlak yang mengandung tuntunan‬‬
‫‪kebajikan yang bersifat universal dan meliputi seluruh aspek‬‬
‫‪kehidupan.‬‬
‫ ‪b.‬‬ ‫‪Ajaran Islam sebagai tuntunan yang bersifat universal,‬‬
‫‪memandang dan menempatkan manusia dalam harkat‬‬
‫‪martabat yang sangat mulia, dan oleh karena itu Islam‬‬
‫‪menjunjung tinggi nilai-nilai yang memuliakan hak-hak dasar‬‬

‫‪752‬‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

kemanusiaan yang luhur seperti kemerdekaan (al-hurriyah),


persamaan (al-musawah), keadilan (al-’adalah/al-qisth),
dan kedamaian (al-silm).
c. Nilai-nilai yang dibawa arus modernisasi dan globalisasi
yang sesuai dengan ajaran Islam dan membawa kabajikan
dapat diterima sebagai nilai universal Islam, karena Islam
menganggap setiap kebaikan yang tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip dasar Islam dapat diterima sebagai sebuah
kebajikan.
d. Nilai-nilai yang dibawa arus modernisasi dan globalisasi
yang bertentangan dengan ajaran Islam dan mendatangkan
kerusakan (mafsadat) bagi kehidupan harus ditolak.
e. Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, agama harus
dijadikan sebagai sumber inspirasi dan kaedah penuntun,
sehingga tidak terjadi benturan antara kerangka berpikir
keagamaan dan kerangka berpikir kebangsaan.

Dasar-Dasar Penetapan
1. QS. Al-Anbiya’: 107
‫ﲔ‬‫ﺎﻟﹶﻤ‬‫ﻟﱢﻠﹾﻌ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺇﹺﻟﱠﺎ‬‫ﺎﻙ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﺳ‬‫ﺃﹶﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
 “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan
untuk
‫ﺎﺕ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﻄﱠﻴ‬ (menjadi)
‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻗﹾﻨ‬‫ﺯ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬rahmat
‫ﺮﹺ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬‫ﺒ‬bagi
‫ﺍﻟﹾ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ semesta
‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬ ‫ﻡ‬alam.”
‫ﺁﺩ‬ ‫ﻨﹺﻲ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫(ﻨ‬QS.
‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺮ‬ ‫ﺪ‬Al-
‫ﻟﹶﻘﹶ‬‫ﻭ‬
Anbiya’[21]:107)
‫ﻴﻼﹰ‬‫ﻔﹾﻀ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻠﹶﻘﹾﻨ‬‫ﺧ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﲑﹴ‬‫ﻛﹶﺜ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻓﹶﻀ‬‫ﻭ‬
 ‫ﲔ‬‫ﺎﻟﹶﻤ‬‫ﻟﱢﻠﹾﻌ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺇﹺﻟﱠﺎ‬‫ﺎﻙ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﺳ‬‫ﺃﹶﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
2. QS. Al-Isra’[17]:70
 ‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺓﹸ‬‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻜﹸﻮﻥﹶ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﺮﺍﹰ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻮﻟﹸﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻰ‬‫ﻗﹶﻀ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻦﹴ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻤ‬‫ﻟ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
‫ﺎﺕ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﻄﱠﻴ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻗﹾﻨ‬‫ﺯ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬ ‫ﻡ‬‫ﺁﺩ‬ ‫ﻨﹺﻲ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺮ‬ ‫ﻟﹶﻘﹶﺪ‬‫ﻭ‬
 ‫ﺒﹺﻴﻨﺎﹰ‬‫ﻣ‬‫ﻠﹶﺎﻻﹰ‬‫ﺿ‬‫ﻞﱠ‬‫ﺿ‬‫ﻓﹶﻘﹶﺪ‬‫ﻮﻟﹶﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺺﹺ‬‫ﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﺮﹺﻫ‬‫ﺃﹶﻣ‬
 ‫ﻴﻼﹰ‬‫ﻔﹾﻀ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻠﹶﻘﹾﻨ‬‫ﺧ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﲑﹴ‬‫ﻛﹶﺜ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻓﹶﻀ‬‫ﻭ‬
 “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
‫ﻪ‬‫ﻦ‬‫ﻧ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻣ‬‫ﺓﹸ‬‫ﻥ‬‫ﺮ‬‫ﹶﺎﻴ‬‫ﻄﺨ‬angkut
Kami ‫ﻟﹾﻴ‬‫ﺍﺸ‬‫ﺍﻟﻢ‬‫ﻬ‬‫ﺕ‬
‫ﻟﹶ‬‫ﺍﻥﹶ‬‫ﻄﹸﹸﻮﻮ‬mereka
‫ﻜ‬‫ﺧ‬‫ﻳ‬‫ﹶﻥ‬‫ﺃﻊ‬‫ﺒﹺ‬‫ﺍﹰﺘ‬‫ﺮﻳ‬‫ﻦﻣ‬‫ﺃﹶ‬‫ﻣ‬di
‫ﻪ‬‫ﻮﻟﹸﻭ‬
 ‫ﺳﻥ‬daratan
‫ﹶﺎ‬‫ﻄﺭ‬‫ﻭ‬‫ﻴ‬‫ﺸ‬‫ﺍﻟﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺕ‬
‫ﻰ‬‫ﻀ‬ ‫ﻗﹶﻄﹸ‬‫ﲔ‬
‫ﺍ‬‫ﻮ‬dan ‫ﺫﹶﺍﺧ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺ‬‫ﻮﺍﻟﹶ‬
‫ﺎ‬‫ﻌﺔ‬‫ﻌﻨ‬‫ﻟﱢﺒﹺﻠﹾﻣ‬‫ﺆ‬‫ﺘ‬lautan862,
di ‫ﺔﹰﺗ‬‫ﻣ‬‫ﻤ‬‫ﹶﺎﻟﹶﺎ‬‫ﺣ‬‫ﻟ‬‫ﻮﺍﻭ‬
‫ﺭ‬‫ﻨ‬‫ﻦﹴ‬‫ﺁﻟﱠﺎﻣ‬‫ﺇﹺﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻦ‬‫ﻙ‬‫ﻳﻤ‬‫ﺎ‬‫ﺬﻟ‬‫ﻟﱠﻥﹶﻠﹾﻨ‬‫ﺍﺳ‬Kami
‫ﹶﺎ‬‫ﺎﻛﺭ‬‫ﺃﹶﻬ‬‫ﺎﻳ‬‫ﺃﹶ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻳﻭ‬
 beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
‫ﺪ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﹸﻢ‬dengan ‫ﻨﻜ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺎ‬‫ﺯ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﻤ‬‫ﹺﻴﻨﺎﹰﺣ‬ ‫ﺒﺭ‬‫ﻭ‬‫ﻣ‬‫ﻠﹶﺎﻜﹸﻻﹰﻢ‬‫ﻴ‬‫ﻠﹶﺿ‬‫ﻋ‬‫ﻞﱠ‬‫ﻠﱠﻪ‬‫ﺍﻟﺿ‬sempurna
‫ﻞﹸ‬‫ﺪ‬‫ﻀ‬ ‫ﻓﹶﻓﹶﻘﹶ‬‫ﻮﻟﻟﹶﹶﺎﻪ‬‫ﻟﹶﺳﻮ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺮﹺﻭ‬‫ﻜﹶ‬‫ﻨﻠﱠﻪ‬‫ﻤﺍﻟ‬‫ﺺﹺﻟﹾ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺀ‬ ‫ﻌ‬‫ﺸﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣﺤ‬‫ﻟﹾﻔﹶﻭ‬‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻢ‬‫ﻫ‬‫ﺮﹺﺮ‬‫ﻣ‬‫ﺄﹾﻣ‬‫ﺃﹶﻳ‬

mereka
‫ﺎﺕ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﻄﱠﻴ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻗﹾﻨ‬‫ﺯ‬kelebihan ‫ﺭ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬yang ‫ﺍﻟﹾﺒ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬ ‫ﻡ‬atas ‫ﺁﺩ‬ ‫ﹺﻲ‬kebanyakan ‫ﻨ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺮ‬ ‫ﻟﹶﻘﹶﺪ‬‫ﻭ‬
makhluk yang telah Kami ‫ﻴﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬ciptakan.”
‫ﻴﻊ‬‫ﻤ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻭ‬ُ‫(ﺀ‬QS. ‫ﺎ‬‫ﺸ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬Al-Isra’[17]:70 ‫ﻣ‬‫ﻛﱢﻲ‬‫ﺰ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻦ‬‫ﻟﹶﻜ‬‫ﻭ‬‫ﺪ)ﺍﹰ‬‫ﺃﹶﺑ‬
‫ﻴﻼﹰ‬‫ﻔﹾﻀ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻠﹶﻘﹾﻨ‬‫ﺧ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﲑﹴ‬‫ﻛﹶﺜ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻓﹶﻀ‬‫ﻭ‬

 3. QS.
‫ﻪ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻧ‬‫ﻥ‬Al-ahzab[33]:36
‫ﻄﹶﺎ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬ ‫ﺍﺕ‬‫ﻄﹸﻮ‬‫ﺧ‬ ‫ﺒﹺﻊ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﻄﹶﺎﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬ ‫ﺍﺕ‬‫ﻄﹸﻮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺒﹺﻌ‬‫ﺘ‬‫ﺗ‬ ‫ﻟﹶﺎ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬ ‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﺇﹺﻥﹾ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﻈﱠﻦ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺒﹺﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﺇﹺﻥ‬ ‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬ ‫ﺒﹺﻴﻞﹺ‬‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬‫ﻋ‬ ‫ﻠﱡﻮﻙ‬‫ﻀ‬‫ﻳ‬ ‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻷَﺭ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺃﹶﻛﹾﺜﹶﺮ‬ ‫ﻊ‬‫ﻄ‬‫ﺗ‬ ‫ﺇﹺﻥ‬‫ﻭ‬
‫ﺪ‬‫ﻦ‬‫ﺣ‬‫ﻣ‬‫ﺓﹸﺃﹶ‬‫ﺮ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﻣ‬‫ﺨ‬‫ﺍﹸﻢﻟﹾ‬‫ﻜ‬‫ﻨﻢ‬‫ﻟﹶﻣﻬ‬‫ﹸﻮﻛﻥﹶﹶﺎ‬‫ﻜﺯ‬‫ﺎ‬‫ﻣﻳ‬‫ﹶﻥ‬‫ﺃﻪ‬‫ﺘ‬‫ﺮﺍﹰﻤ‬‫ﻣﺣ‬‫ﺃﹶﺭ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻟﹸ‬‫ﻮﻢ‬‫ﻜﹸﺳ‬‫ﺭ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻭ‬‫ﻋ‬‫ﻪ‬‫ﺍﻟﺍﻟﻠﱠﻠﱠﻪ‬‫ﻰ‬
‫ﻀﻞﹸ‬
‫ﻓﹶﻗﹶﻀ‬‫ﻟﺫﹶﺎﹶﺍ‬‫ﺇﹺﻮ‬‫ﻟﹶ‬‫ﺔ‬‫ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﺮﹺﻣ‬‫ﻜﹶﺆ‬‫ﻣ‬‫ﻨ‬‫ﻟﹾﻟﹶﺎﻤ‬‫ﺍﻭ‬‫ﻭ‬‫ﻦﹴ‬‫ﺎﺀ‬
‫ﻣ‬‫ﺸﺆ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﻟ‬‫ﻛﺑﹺﹶﺎﺎﻟﹾﻥﹶﻔﹶ‬‫ﺮ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺄﹾﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻳ‬
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺻ‬‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ﻳ‬‫ﺇﹺﻻﱠ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬
 ‫ﹺﻴﻨﺎﹰ‬ ‫ﺒ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﻠﻻﹰ‬‫ﻠﹶﺎﻋ‬‫ﺿ‬‫ﻴﻊ‬‫ﻞﱠﻤ‬‫ﺳ‬‫ﺿ‬‫ﻪ‬‫ﺍﻟﻠﱠﺪ‬‫ﻓﹶﻭﻘﹶ‬ُ‫ﺀ‬‫ﺎﻪ‬‫ﻮﻟﹶ‬
‫ﺳﺸ‬‫ﻳ‬‫ﻦﺭ‬‫ﻣﻭ‬‫ﱢﻲﻪ‬ ‫ﻛﺍﻟﻠﱠ‬‫ﺺﹺ‬ ‫ﺰ‬‫ﻳ‬‫ﻪ‬‫ﻠﱠﻌ‬‫ﺍﻟﻳ‬‫ﻦ‬
‫ﻣﻦ‬‫ﻭ‬‫ﻜ‬‫ﻟﹶ‬‫ﻢ‬‫ﻭ‬‫ﻫ‬‫ﺪﺮﹺﺍﹰ‬‫ﺃﹶﺃﹶﺑﻣ‬


‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺃﹶﺗ‬ ‫ﻞﹾ‬‫ﺑ‬ ‫ﻴﻬﹺﻦ‬‫ﻓ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺽ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﺕ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺕ‬‫ﺪ‬‫ﻟﹶﻔﹶﺴ‬ ‫ﻢ‬‫ﺍﺀﻫ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻫ‬ ‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬ ‫ﻊ‬‫ﺒ‬‫ﺍﺗ‬ ‫ﻟﹶﻮﹺ‬‫ﻭ‬
‫ﺇﹺﻥﹾ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﻈﱠﻦ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺒﹺﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﺇﹺﻥ‬ ‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬ ‫ﺒﹺﻴﻞﹺ‬‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬‫ﻋ‬ ‫ﻠﱡﻮﻙ‬‫ﻀ‬‫ﻳ‬ ‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻷَﺭ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺃﹶﻛﹾﺜﹶﺮ‬ ‫ﻊ‬‫ﻄ‬‫ﺗ‬753 ‫ﺇﹺﻥ‬‫ﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻧ‬‫ﻄﹶﺎﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬ ‫ﺍﺕ‬‫ﻄﹸﻮ‬‫ﺧ‬ ‫ﺒﹺﻊ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﻄﹶﺎﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺸ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻮﻥﹶﺕ‬
‫ﺍ‬‫ﺮﹺﻄﹸﺿﻮ‬‫ﺧ‬‫ﻌ‬‫ﻮﺍﻣ‬
‫ﻢ‬‫ﺒﹺﻫﻌ‬‫ﺮﹺﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎﻛﹾ‬‫ﺫ‬‫ﻮﺍ‬
‫ﻦ‬‫ﻋﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺁ‬‫ﻢ‬ ‫ﻦ‬‫ﻳﻓﹶﻬ‬‫ﺬ‬‫ﺍﻟﱠﻢ‬‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻛﹾﻬﺮﹺ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺬ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﺑﹺ‬
 ‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺻ‬‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ﻳ‬‫ﺇﹺﻻﱠ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬

‫ﺪ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻨﻜﹸﻢ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺎ‬‫ﺯ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻞﹸ‬‫ﻓﹶﻀ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻟﹶﻮ‬‫ﻭ‬‫ﻨﻜﹶﺮﹺ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺀ‬‫ﺸ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻔﹶﺤ‬‫ﺮ‬‫ﺄﹾﻣ‬‫ﻳ‬
‫ﺻﻠﻰ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﻭﻋﻈﻨﺎ‬: ‫ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻋﻨﻪ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺭﺿﻲ‬ ‫ﺳﺎﺭﻳﺔ‬ ‫ﺑﻦ‬ ‫ﺍﻟﻌﺮﺑﺎﺽ‬ ‫ﳒﻴﺢ‬ ‫ﺃﰊ‬ ‫ﻋﻦ‬
‫‪KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006‬‬
‫ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﹾﻨ‪‬ﺎﻙ‪‬ﺇﹺﻟﱠﺎ‪‬ﺭ‪‬ﺣ‪‬ﻤ‪‬ﺔﹰ‪‬ﻟﱢﻠﹾﻌ‪‬ﺎﻟﹶﻤ‪‬ﲔ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak‬‬
‫)‪(pula‬‬
‫‪ bagi‬ﺍﻟﻄﱠﻴ‪‬ﺒ‪‬ﺎﺕ‪‬‬
‫‪perempuan‬ﻫ‪‬ﻢ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪yang‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﺒ‪‬ﺤ‪‬ﺮﹺ ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺯ‪‬ﻗﹾﻨ‪‬ﺎ‬
‫‪mu’min,‬ﻓ‪‬ﻲ ‪‬ﺍﻟﹾﺒ‪‬ﺮ‪‬‬
‫‪apabila‬ﻭ‪‬ﺣ‪‬ﻤ‪‬ﻠﹾﻨ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‪ ‬‬
‫‪Allah‬ﺑ‪‬ﻨﹺﻲ ‪‬ﺁﺩ‪‬ﻡ‪ ‬‬
‫‪ dan‬ﻛﹶﺮ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺎ‬‫ﻭ‪‬ﻟﹶﻘﹶﺪ‪‬‬
‫‪Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada‬‬
‫)‪bagi mereka pilihan (yanglain‬‬ ‫‪tentang‬ﺗ‪‬ﻔﹾﻀ‪‬ﻴﻼﹰ‬
‫‪urusan‬ﻣ‪‬ﻤ‪‬ﻦ‪‬ﺧ‪‬ﻠﹶﻘﹾﻨ‪‬ﺎ‬
‫‪mereka.‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﻛﹶﺜ‪‬ﲑﹴ‬
‫ﻭ‪‬ﻓﹶﻀ‪‬ﻠﹾﻨ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka‬‬
‫‪sungguhlah‬‬
‫‪dia‬ﻥﹶ‪‬ﻟﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟﹾﺨ‪‬ﻴ‪‬ﺮ‪‬ﺓﹸ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪telah‬ﹶﻥ‪‬ﻳ‪‬ﻜﹸﻮ‬
‫‪sesat,‬ﻪ‪‬ﺃﹶﻣ‪‬ﺮﺍﹰ‪‬ﺃ‬
‫‪sesat‬ﻠﱠﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻟﹸ‬
‫‪yang‬ﻗﹶﻀ‪‬ﻰ‪‬ﺍﻟ‬ ‫‪nyata.‬ﻣ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺔ‪‬ﺇﹺﺫﹶﺍ‬
‫‪(QS.‬ﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻦﹴ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬‬
‫‪Al-‬ﻛﹶﺎﻥﹶ‪‬ﻟ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‬
‫)‪ahzab[33]:36‬‬
‫ﺃﹶﻣ‪‬ﺮﹺﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻌ‪‬ﺺﹺ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻟﹶﻪ‪‬ﻓﹶﻘﹶﺪ‪‬ﺿ‪‬ﻞﱠ‪‬ﺿ‪‬ﻠﹶﺎﻻﹰ‪‬ﻣ‪‬ﺒﹺﻴﻨﺎﹰ‪ ‬‬
‫‪‬‬
‫ ‪4.‬‬ ‫‪QS. al-Nur [24]:21‬‬
‫ﻳ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪ ‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍ ‪‬ﻟﹶﺎ ‪‬ﺗ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻌ‪‬ﻮﺍ ‪‬ﺧ‪‬ﻄﹸﻮ‪‬ﺍﺕ‪ ‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎﻥ‪ ‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻊ‪ ‬ﺧ‪‬ﻄﹸﻮ‪‬ﺍﺕ‪ ‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎﻥ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻧ‪‬ﻪ‪‬‬
‫ﻀ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺣ‪‬ﻤ‪‬ﺘ‪‬ﻪ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺯ‪‬ﻛﹶﺎ‪‬ﻣ‪‬ﻨﻜﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬‬ ‫ﲔ‪‬ﻓﹶ‪‬‬ ‫‪‬ﺎﺀﱠﺎ‪‬ﻭﺭ‪‬ﺍﻟﹾﺣ‪‬ﻤ‪‬ﻨﻤ‪‬ﺔﹰﻜﹶ‪‬ﻟﱢﺮﹺﻠﹾ‪‬ﻌﻭ‪‬ﺎﻟﹶﻮ‪‬ﻤ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬‬
‫ﻳﻭ‪‬ﺄﹾﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺮ‪‬ﺃﹶ‪‬ﺭ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺳ‪‬ﻠﹾﻔﹶﻨ‪‬ﺎﺤ‪‬ﻙ‪‬ﺸ‪‬ﺇﹺﻟ‬
‫‪‬‬ ‫ﺃﹶﺑ‪‬ﺪﺍﹰ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻜ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻳ‪‬ﺰ‪‬ﻛﱢﻲ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﺸ‪‬ﺎﺀُ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﺳ‪‬ﻤ‪‬ﻴﻊ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‪‬ﻴﻢ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪“Hai‬‬
‫‪orang-orang‬ﺍﻟﻄﱠﻴ‪‬ﺒ‪‬ﺎﺕ‪‬‬
‫‪yang‬ﺒ‪‬ﺤ‪‬ﺮﹺ ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺯ‪‬ﻗﹾﻨ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫‪ beriman,‬ﺍﻟﹾﺒ‪‬ﺮ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾ‬
‫‪janganlah‬ﻭ‪‬ﺣ‪‬ﻤ‪‬ﻠﹾﻨ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‪ ‬ﻓ‪‬ﻲ‬ ‫‪kamu‬ﻛﹶﺮ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﻨﹺﻲ ‪‬ﺁﺩ‪‬ﻡ‪‬‬ ‫ﻭ‪‬ﻟﹶﻘﹶﺪ‪ ‬‬
‫‪mengikuti‬‬
‫‪langkah-langkah‬ﻥﹶ ‪‬ﺇﹺﻻﱠ ‪‬ﺍﻟﻈﱠﻦ‪ ‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‬
‫‪syaitan.‬ﻼﹰﻋ‪‬ﻦ‪ ‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﺇﹺﻥ ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻌ‪‬ﻮ‬
‫ﺽﹺﻘﹾ‪‬ﻨﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻀ‪‬ﻔﹾﻠﱡﻮﻀ‪‬ﻴﻙ‪‬‬
‫‪Barangsiapa‬ﺭ‪‬ﺧ‪‬ﻠﹶ‬
‫‪‬ﻦﺜ‪‬ﻓﲑﹴ‪‬ﻲﻣ‪‬ﺍﻤ‪‬ﻷَﻦ‪‬‬ ‫‪yang‬ﻨﻄ‪‬ﺎﻊ‪‬ﻫ‪ ‬ﻢ‪‬ﺃﹶ‪‬ﻛﹾﻋ‪‬ﺜﹶﻠﺮ‪‬ﹶﻰ‪‬ﻣﻛﹶ‬
‫ﻀ‪‬ﺗ‪‬ﻠﹾ‬
‫ﻭ‪‬ﺇﻭ‪‬ﻓﹶﹺﻥ ‪‬‬
‫‪mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya‬‬
‫‪‬‬
‫‪syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan‬‬ ‫‪yang‬ﺻ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬‬ ‫‪keji‬ﺇﹺﻻﱠ‪‬ﻳ‪‬ﺨ‪‬ﺮ‪‬‬ ‫ﻫ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪dan‬‬
‫‪yang‬ﻴ‪‬ﺮ‪‬ﺓﹸ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪mungkar.‬ﻟﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟﹾﺨ‪‬‬
‫‪Sekiranya‬ﺃﹶﻣ‪‬ﺮﺍﹰ‪‬ﺃﹶﻥ‪‬ﻳ‪‬ﻜﹸﻮﻥﹶ‬
‫‪tidaklah‬ﻀ‪‬ﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻟﹸﻪ‪‬‬‫‪karena‬ﻤ‪‬ﺔﹰﻣ‪‬ﻟﱢﺆ‪‬ﻠﹾﻣ‪‬ﻌﻨ‪‬ﺎﺔ‪‬ﻟﹶ‪‬ﻤ‪‬ﺇﹺﺫﹶﺍﲔ‪‬ﻗﹶ‪‬‬
‫‪kurnia‬ﻨ‪‬ﺎﻟ‪‬ﻙ‪‬ﻤ‪‬ﺇﹺﺆ‪‬ﻟﻣ‪‬ﱠﺎ‪‬ﻦﹴﺭ‪‬ﻭ‪‬ﺣ‪‬ﻟﹶﺎ‬
‫ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻣﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶ‪‬ﺭ‪‬ﻛﹶﺎﺳ‪‬ﻠﹾﻥﹶ‬
‫‪‬‬ ‫‪Allah‬‬
‫‪dan‬ﺃﹶﺗ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‬ ‫‪rahmat-Nya‬ﻦ‪ ‬ﺑ‪‬ﻞﹾ‬
‫‪kepada‬ﺍﺒﻟﹾﺄﹶﹺﻴﻨﺎﹰﺭ‪‬ﺽ‪ ‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻓ‪‬ﻴﻬﹺ‬ ‫ﺿ‪‬ﻠﹶﺎﺕ‪‬ﻻﹰ‪‬ﻭﻣ‪‬‬ ‫‪kamu‬ﺴ‪‬ﻞﱠﻤ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺍ‬ ‫ﺕ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻟﺿ‪‬‬ ‫‪sekalian,‬ﻪ‪‬ﺪ‪‬ﻓﹶﻘﹶ‬
‫ﺺﹺﻫ‪‬ﻮﺍﻟﻠﱠ‪‬ﺍﺀﻪ‪‬ﻫ‪‬ﻭ‪‬ﻢ‪‬ﺭ‪‬ﻟﹶﺳﻔﹶ‪‬ﻮﻟﹶﺴ‪‬‬‫‪tidak‬ﺒ‪‬ﻊ‪‬ﻭ‪‬ﻣﺍﻟﹾ‪‬ﻦ‪‬ﺤﻳ‪‬ﻌ‪‬ﻖ‪ ‬ﺃﹶ‬
‫‪niscaya‬‬ ‫ﺃﹶﻭ‪‬ﻟﹶﻣ‪‬ﻮﺮﹺ ‪‬ﻫ‪‬ﺍﺗ‪‬ﻢ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﻟﹶﻘﹶﺪ‪ ‬ﻛﹶﺮ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﻨﹺﻲ ‪‬ﺁﺩ‪‬ﻡ‪ ‬ﻭ‪‬ﺣ‪‬ﻤ‪‬ﻠﹾﻨ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‪ ‬ﻓ‪‬ﻲ ‪‬ﺍﻟﹾﺒ‪‬ﺮ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﺒ‪‬ﺤ‪‬ﺮﹺ ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺯ‪‬ﻗﹾﻨ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪ ‬ﺍﻟﻄﱠﻴ‪‬ﺒ‪‬ﺎﺕ‪‬‬
‫‪seorangpun‬‬ ‫‪dari‬‬ ‫‪kamu‬‬ ‫‪bersih‬‬ ‫‪(dari‬‬ ‫‪perbuatan-perbuatan‬‬
‫‪‬‬
‫‪keji dan mungkar itu) selama-lamanya,‬‬ ‫‪tetapi‬ﻦ‪‬ﺫ‪‬ﻛﹾﺮﹺﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻌ‪‬ﺮﹺﺿ‪‬ﻮﻥﹶ‪ ‬‬ ‫‪Allah‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻋ‬ ‫ﺑﹺﺬ‪‬ﻛﹾﺮﹺ‬
‫‪‬‬ ‫‪membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻼ‬
‫ﹰ‬ ‫‪‬ﻴ‬
‫ﻀ‬ ‫ﻔ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺗ‬
‫‪‬‬‫‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻘ‬
‫ﹾ‬ ‫ﻠ‬
‫ﹶ‬ ‫ﺧ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻦ‬
‫‪‬‬ ‫ﻤ‬
‫‪‬‬ ‫ﻣ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﲑ‬
‫ﹴ‬ ‫ﺜ‬
‫‪‬‬ ‫ﻛ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﹶﻰ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻋ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻢ‬
‫‪‬‬ ‫ﻫ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻭ‪‬ﻓﹶﻀ‪‬ﻠﹾ‬
‫‪‬‬ ‫‪Maha‬‬
‫ﺻﻠﻰﻪ‪‬‬
‫ﺍﷲ ‪‬ﻥ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻧ‪‬‬
‫‪Mendengar‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎ‬
‫ﺭﺳﻮﻝﺸ‪‬‬‫ﻭﻋﻈﻨﺎﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺕ‪ ‬ﺍﻟ‬ ‫‪lagi‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺ‪:‬ﻊ‪ ‬ﺧ‪‬ﻄﹸ‬
‫ﻗﺎﻝ‪‬‬‫‪Maha‬ﻋﻨ‪‬ﻪﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‬‫ﺭﺿﻲ ‪‬ﺸ‪‬ﻴ‪‬ﺍﷲﻄﹶﺎ‪‬ﻥ‪‬‬ ‫ﺕ‪ ‬ﺍﻟ‬ ‫‪‬ﺍ‬‫ﻮ‬ ‫ﻄ‬
‫ﹸ‬ ‫ﺧ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺍﻟﻌﺮﺑﺎﺽ ‪‬ﺑﻦ ‪‬ﺳﺎﺭﻳﺔ ‪‬‬
‫”‪Mengetahui.‬‬ ‫‪‬ﻮﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬
‫ﹺ‬ ‫ﺘ‬
‫‪‬‬ ‫ﺗ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﹶﺎ‬ ‫ﻟ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﻮﺍ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻣ‬
‫‪‬‬
‫‪(QS.‬‬ ‫ﺁ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻦ‬
‫‪‬‬
‫‪al-Nur‬ﳒﻴﺢ ‪‬‬‫‪‬ﻳ‬‫ﺬ‬ ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬ ‫ﻋﻦﺃﹶﻳ‪‬ﺃﰊ ‪‬‬
‫ﺍ‬‫‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‬‫ﻬ‬ ‫ﻳ‪‬ﺎ ‪‬‬
‫ﹶﻥ‪‬ﻳ‪‬ﻣ‪‬ﺎﻜ‪‬ﹸﻮﺯ‪‬ﻥﹶﻛ‪‬ﹶﺎﻟﹶ‪‬ﻬ‪‬ﻣ‪‬ﻨﻢ‪‬ﻜﺍﻟﹾﹸﻢ‪‬ﺨ‪‬ﻴ‪‬ﻣ‪‬ﺮ‪‬ﻦ‪‬ﺓﹸ‪‬ﺃﹶﻣ‪‬ﺣ‪‬ﻦ‪‬‬
‫)‪[24]:21‬‬ ‫ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻣﺄﹾ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺮ‪‬ﻛ‪‬ﹶﺎﺑﹺﺎﻟﹾﻥﹶﻔﹶ‪‬ﻟ‪‬ﺤ‪‬ﻤ‪‬ﺆ‪‬ﺸﻣ‪‬ﺎﺀﻦﹴ‪‬ﻭﻭ‪‬ﺍﻟﹾﹶﺎﻤ‪‬ﻨﻣ‪‬ﻜﹶﺆ‪‬ﺮﹺﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺇﹺﻮ‪‬ﺫﻟﹶﺍﹶﺎ‪‬ﻗﹶﻓﹶﻀﻀ‪‬ﻰﻞﹸ‪‬ﺍﻟﻠﱠ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﺭ‪‬ﻴ‪‬ﺳﻜﹸ‪‬ﻮﻟﹸﻢ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺭ‪‬ﻣ‪‬ﺮﺣ‪‬ﺍﹰ‪‬ﺃ‬
‫‪:‬ﺪ‪‬ﻳﺎ‪‬‬ ‫ﻭﺫﺭﻓﺖﻤ‪‬ﺘ‪‬ﻪ‪‬ﻣﻨﻬﺎ ‪‬ﺍﻟﻌﻴﻮﻥ‪ -‬ﻓﻘﻠﻨﺎ‬ ‫ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ ‪‬ﻣﻮﻋﻈﺔ ‪‬ﻭﺟﻠﺖ ‪‬ﻣﻨﻬﺎ ‪‬ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ‪‬‬
‫‪‬ﻦ‪‬ﺳﻳ‪‬ﻮﻟﹶﺸ‪‬ﺎﻪ‪‬ﺀُ‪‬ﻓﹶﻘﹶﻭ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻠﱠ‪‬ﻪ‪‬ﺿ‪‬ﺳ‪‬ﻞﱠ‪‬ﻤ‪‬ﻴﺿ‪‬ﻊ‪‬ﻠ‪‬ﹶﺎﻋ‪‬ﻠﻻﹰ‪‬ﻴ‪‬ﻣ‪‬ﻢ‪‬ﺒ‪‬ﹺﻴﻨ‪‬ﺎﹰ‪ ‬‬ ‫ﱢﻲ‪‬ﻣﻭ‪‬ﺭ‪‬‬ ‫ﺺﹺﺰ‪‬ﺍﻟﻛﻠﱠﻪ‪‬‬ ‫‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻌ‪‬ﻪ‪‬ﻳ‪‬‬‫ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﻟﹶ ‪‬ﻭ‪‬ﻜ‪‬ﻣﻦ‪‬‬
‫ﺃﹶﺃﹶﻣ‪‬ﺑﺮﹺ‪‬ﺪﺍﹰﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬‬
‫ ‪5.‬‬ ‫‪QS.‬‬‫‪al-An’am‬ﻭﺟﻞ‬‫ﺑﺘﻘﻮﻯ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﺰ ‪‬‬ ‫‪: 16‬‬ ‫ﻣﻮﻋﻈﺔ ‪‬ﻣﻮﺩﻉ ‪‬ﻓﺄﻭﺻﺎﻧﺎ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪:‬ﺃﻭﺻﻴﻜﻢ ‪‬‬ ‫ﻛﺄ‪‬ﺎ ‪‬‬ ‫ﺍﷲ‬
‫‪‬‬
‫ﻭﺍﻟﺴﻤﻊ ‪‬ﻭﺍﻟﻄﺎﻋﺔ ‪‬ﻭﺍﻥ ‪‬ﺗﺄﻣﺮ ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ ‪‬ﻋﺒﺪ ‪‬ﺣﺒﺸﻲ ‪‬ﻓﺈﻧﻪ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﻳﻌﺶ ‪‬ﻣﻨﻜﻢ ‪‬ﻓﺴﲑﻯ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﺇﹺﻥ ‪‬ﺗ‪‬ﻄ‪‬ﻊ‪ ‬ﺃﹶﻛﹾﺜﹶﺮ‪ ‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻓ‪‬ﻲ ‪‬ﺍﻷَﺭ‪‬ﺽﹺ ‪‬ﻳ‪‬ﻀ‪‬ﻠﱡﻮﻙ‪ ‬ﻋ‪‬ﻦ ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪ ‬ﺇﹺﻥ ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻌ‪‬ﻮﻥﹶ ‪‬ﺇﹺﻻﱠ ‪‬ﺍﻟﻈﱠﻦ‪ ‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬‬
‫ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬‬
‫ﻋﻀﻮﺍﻥ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻧ‪‬ﻪ‪‬‬ ‫ﺍﳌﻬﺪﻳﲔ‪ ‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎ‬ ‫ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦ‪ ‬ﺧ‪‬ﻄﹸﻮ‪‬ﺍﺕ‪‬‬
‫ﺍﳋﻠﻔﺎﺀ‪ ‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻊ‪‬‬ ‫ﻭﺳﻨﺔﺍﻟ ‪‬ﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎﻥ‪‬‬ ‫ﺑﺴﻨﱴﻮ‪‬ﺍﺕ‪ ‬‬ ‫‪‬ﻮﺍ ‪‬ﺧ‪‬ﻄﹸ‬ ‫ﻓﻌﻠﻴﻜﻢﻌ ‪‬‬
‫‪‬ﻮﺍ ‪‬ﻟﹶﺎ ‪‬ﺗ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺ‬ ‫ﺇﺧﺘﻼﻓﺎﻛﺜﲑﺍ‪‬ﺁ‪‬ﻣ‪‬ﻨ– ‪‬‬
‫ﻳ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬‬
‫ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﺇﹺﻻﱠ‪‬ﻳ‪‬ﺨ‪‬ﺮ‪‬ﺻ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺩﺍﻭﺩ‪‬‬
‫‪“Dan‬‬‫ﺃﺑﻮ ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬‬ ‫ﹸﻢ ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺿﻼﻟﺔ ‪‬ﻛﹶﺎ–‪‬ﻣ‪‬ﻨﻜ‬ ‫ﺑﺪﻋﺔﻤ‪‬ﺘ‪‬ﻪ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺯ‪‬‬‫ﻛﻞ‪ ‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺣ‪‬‬ ‫ﻓﺈﻥﻴ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬‬ ‫ﺍﻷﻣﻮﺭﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶ‬ ‫ﻭﳏﺪﺛﺎﺕﻓﹶ‪‬ﻀ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ ‪‬ﻜﹶﺮﹺ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻮ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬‬ ‫ﺤ‪–‬ﺸ ‪‬ﺎﺀ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﻨ‬ ‫ﻳ‪‬ﺄﹾﻣ‪‬ﺮ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﻔﹶ‬
‫ﺑﺎﻟﻨﻮﺍﺟﺬ ‪‬‬
‫‪jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang‬‬
‫‪di‬‬ ‫‪muka‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‬
‫‪bumi‬ﻦ‪ ‬ﺑ‪‬ﻞﹾ ‪‬ﺃﹶﺗ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‬ ‫‪ini,‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻓ‪‬ﻴﻬﹺ‬ ‫‪niscaya‬ﺽ‪ ‬ﻭ‪‬‬ ‫ﺕ‪‬ﻴ ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾ‪‬ﺄﹶﺭ‪‬‬
‫‪mereka‬ﻊ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻋ‪‬ﻠ‬
‫ﺻﺤﻴﺢﺴ‪‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻴ‪‬ﺎ‬
‫ﺕ‪‬ﻠﱠﻪ‪‬ﺍﻟﺳ‪‬‬‫ﺣﺴﻦ‪‬ﺪ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟ‬
‫‪akan‬ﺀُ‬
‫ﺣﺪﻳﺚ‪‬ﻦﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻟﹶﻔﹶﺸ‪‬ﺎﺴ‪‬‬
‫‪menyesatkanmu‬ﻣﻫ‪‬‬
‫ﱢﻲ‪‬‬
‫‪‬ﺍﺀ‬ ‫ﻭﻗﺎﻝ‪‬ﺰ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻛﻮ‬ ‫ﺃﹶﺑﻭ‪‬ﻟﹶ‪‬ﺪﻮﹺﺍﹰ‪‬ﺍﻭ‪‬ﺗ‪‬ﻟﹶﺒ‪‬ﻜ‪‬ﻊ‪ ‬ﻦ‪‬‬
‫ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯﺍ‪‬ﻟﹾﺍﻟﻠﱠﺤ‪‬ﻪ‪‬ﻖ‪‬ﻳ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti‬‬
‫‪persangkaan‬‬ ‫‪belaka,‬‬ ‫‪dan‬‬
‫‪tidak‬ﻌ‪‬ﺮﹺﺿ‪‬ﻮﻥﹶ‪ ‬‬
‫‪mereka‬‬
‫‪lain‬ﺫ‪‬ﻛﹾﺮﹺﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬‬
‫‪hanyalah‬ﻢ‪‬ﻋ‪‬ﻦ‪‬‬
‫ﺑﹺ‪‬ﺬ‪‬ﻛﹾﺮﹺﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﻬ‪‬‬
‫ﺍﷲ‪‬‬
‫‪:‬ﻦ‪ ‬ﺇﻥﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‬
‫‪berdusta‬‬ ‫ﻗﺎﻝﺍﻟﻈﱠ‬
‫ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﺇﹺ‪‬ﻻﱠ ‪‬‬
‫ﻋﻠﻴﻪﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻌ‪‬ﻮﻥﹶ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﺇﹺﻥ ‪‬‬
‫ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬‬
‫ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﻋ‪‬ﻦﺍﷲ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ‬
‫ﻋﻦ ‪‬ﻀ‪‬ﻠﱡﻮﻙ‪ ‬‬
‫ﺽﹺ ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫ﺍﷲﺍ‪‬ﻷَﺭ‪‬‬
‫ﻋﻨﻪ ‪‬‬ ‫ﺛﻌﻠﺒﺔﺮ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻓ‪‬ﻲ ‪‬‬
‫ﺃﰉﻊ‪ ‬ﺃﹶﻛﹾﺜﹶ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺗ‪‬ﻄ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﺇﹺﻥ‬
‫‪‬‬ ‫‪(terhadap‬‬ ‫‪Allah).‬‬ ‫‪(QS. al-An’am‬‬ ‫ﺭﺿﻰ ‪[6]‬‬
‫)‪:116‬‬
‫ﺻﻠﻰ‪‬‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ ‪‬‬
‫ﺃﺷﻴﺎﺀ ‪‬ﻓﻼ‬ ‫ﻭﻋﻈﻨﺎ‪‬ﻭﺣﺮﻡ‬
‫ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ‬‫ﻓﻼ ‪:‬‬
‫ﺣﺪﻭﺩﺍ‪‬ﻗﺎﻝ‬
‫ﺭﺿﻲﺪ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨﻪ‬ ‫ﺑﻦ ‪‬ﺳﺎﺭﻳﺔ ‪‬‬
‫ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ ‪‬ﻭﺣ‬ ‫ﺻ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬‬
‫ﺍﻟﻌﺮﺑﺎﺽ ‪‬‬
‫ﻓﻼ ‪‬‬ ‫ﻓﺮﺍﺋﺾ ‪‬‬ ‫ﺃﰊ‪‬ﻳ‪‬ﺨ‪‬ﺮ‪‬‬
‫ﳒﻴﺢ‪‬‬
‫ﻓﺮﺽ‬ ‫ﺗﻌﺎﱃﻻﱠ‪‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺇﹺ‬
‫ﻫ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ ‪6.‬‬ ‫‪QS. al-Mukminun: 71‬‬
‫‪–:‬ﻳﺎ‪‬‬ ‫ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ ‪‬ﻓﻘﻠﻨﺎ‬
‫ﻋﻨﻬﺎ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻌﻴﻮﻥ‪ -‬‬‫ﻣﻨﻬﺎ‪‬ﻓﻼ ‪‬‬ ‫ﻭﺫﺭﻓﺖ ‪‬‬
‫ﻧﺴﻴﺎﻥ‬ ‫ﻣﻦ‪‬ﻏﲑ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ‬
‫ﻣﻨﻬﺎ‪‬ﻟﻜﻢ ‪‬‬
‫ﻭﺟﻠﺖ‪ ‬ﺭﲪﺔ‬
‫ﻋﻦ ‪‬ﺃﺷﻴﺎﺀ‬
‫ﻣﻮﻋﻈﺔ‬
‫ﻭﺳﻜﺖ ‪‬‬‫ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ‪ ‬ﻭﺳﻠﻢ ‪‬‬
‫ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‬
‫ﻭ‪‬ﻟﹶﻮﹺ ‪‬ﺍﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻊ‪ ‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪ ‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺍﺀﻫ‪‬ﻢ‪ ‬ﻟﹶﻔﹶﺴ‪‬ﺪ‪‬ﺕ‪ ‬ﺍﻟﺴ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺍﺕ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‪‬ﺽ‪ ‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻓ‪‬ﻴﻬﹺﻦ‪ ‬ﺑ‪‬ﻞﹾ ‪‬ﺃﹶﺗ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‪‬‬
‫ﻓﺄﻭﺻﺎﻧﺎ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪:‬ﺃﻭﺻﻴﻜﻢ ‪‬ﺑﺘﻘﻮﻯ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﺰ ‪‬ﻭﺟﻞ‪‬‬ ‫ﻣﻮﺩﻉ ‪‬‬
‫ﻭﻏﲑﻩ‪‬‬ ‫ﻣﻮﻋﻈﺔ ‪‬ﻗﻄﲎ‪‬‬
‫ﻛﺄ‪‬ﺎﺭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺪﺍﺭ‪‬‬
‫ﺣﺴﻦ‪‬‬‫ﺣﺪﻳﺚ‪‬ﺍﷲ ‪‬‬
‫ﺭﺳﻮﻝ‬
‫ﺑﹺﺬ‪‬ﻛﹾﺮﹺﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺫ‪‬ﻛﹾﺮﹺﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻌ‪‬ﺮﹺﺿ‪‬ﻮﻥﹶ‪ ‬‬
‫‪‬ﻭﺍﻟﺴﻤﻊ ‪‬ﻭﺍﻟﻄﺎﻋﺔ ‪‬ﻭﺍﻥ ‪‬ﺗﺄﻣﺮ ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ ‪‬ﻋﺒﺪ ‪‬ﺣﺒﺸﻲ ‪‬ﻓﺈﻧﻪ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﻳﻌﺶ ‪‬ﻣﻨﻜﻢ ‪‬ﻓﺴﲑﻯ‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪754‬‬
‫ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬‬
‫ﻋﻀﻮﺍ‪‬ﺻﻠﻰ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ‬‫ﺍﳌﻬﺪﻳﲔ ‪‬‬ ‫ﻗﺎﻝ‪:‬‬
‫ﻣﺴﻠﻢ‬
‫ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦ ‪‬‬
‫ﻭﻋﻈﻨﺎ ‪‬‬ ‫ﺍﷲ ‪–‬ﻋﻨ‬
‫ﺍﳋﻠﻔﺎﺀﻪ‪‬‬‫ﺭﺿﻲ‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﺃﺣﻖ‬
‫ﻭﺟﺪﻫﺎ‪‬ﻭﺳﻨﺔ‬
‫ﺑﻦ‪‬ﺑﺴﻨﱴ‬
‫ﺳﺎﺭﻳﺔ‪‬‬ ‫ﺃﻳﻨﻤﺎ‬ ‫ﺍﳌﺆﻣﻦ‪‬‬
‫ﻓﻌﻠﻴﻜﻢ‬ ‫ﺿﺎﻟﺔ‪ –‬‬
‫ﺍﻟﻌﺮﺑﺎﺽ ‪‬‬ ‫ﺍﳊﻜﻤﺔ‪‬ﳒﻴﺢ‬
‫ﺇﺧﺘﻼﻓﺎﻛﺜﲑﺍ‬ ‫ﻋﻦ ‪‬ﺃﰊ‬
‫ﺩﺍﻭﺩ‪‬‬
‫ﺃﺑﻮ ‪:‬ﻳﺎ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ ‪‬ﻓﻘﻠﻨﺎ‬ ‫ﺿﻼﻟﺔ ‪ –‬‬
‫ﺍﻟﻌﻴﻮﻥ‪ -‬‬ ‫ﺑﺪﻋﺔ ‪‬ﻣﻨﻬﺎ ‪‬‬‫ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ‪‬ﻛﻞ ‪‬‬
‫ﻭﺫﺭﻓﺖ‬ ‫ﺍﻷﻣﻮﺭ ‪‬ﻓﺈﻥ ‪‬‬
‫ﻭﺟﻠﺖ‪‬ﻣﻨﻬﺎ ‪‬‬
‫ﻭﳏﺪﺛﺎﺕ‬ ‫ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ ‪‬‬
‫ﻣﻮﻋﻈﺔ ‪‬‬ ‫ﺑﺎﻟﻨﻮﺍﺟﺬ‪ –‬‬
‫ﻭﺳﻠﻢ ‪‬‬ ‫ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‬
‫ﻓﺄﻭﺻﺎﻧﺎ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪:‬ﺃﻭﺻﻴﻜﻢ ‪‬ﺑﺘﻘﻮﻯ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﺰ ‪‬ﻭﺟﻞ‪‬‬ ‫ﻣﻮﺩﻉ‪ ‬ﺻﺤﻴﺢ‪‬‬
‫ﻣﻮﻋﻈﺔ‪‬ﺣﺴﻦ‬
‫ﻛﺄ‪‬ﺎ‪‬ﺣﺪﻳﺚ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﻭﻗﺎﻝ‬
‫ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ‬
‫ﺭﺳﻮﻝ ‪‬‬
‫ﻳ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪ ‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍ ‪‬ﻟﹶﺎ ‪‬ﺗ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻌ‪‬ﻮﺍ ‪‬ﺧ‪‬ﻄﹸﻮ‪‬ﺍﺕ‪ ‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎﻥ‪ ‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻊ‪ ‬ﺧ‪‬ﻄﹸﻮ‪‬ﺍﺕ‪ ‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎﻥ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻧ‪‬ﻪ‪‬‬
‫ﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻦ‪‬ﺃﹶﺃﹶﺣ‪‬ﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺪ‪‬‬
‫ﻀ‪‬ﻞﹸﻞﹸ‪‬ﺍﻟﺍﻟﱠﱠﻠﻠﻪ‪‬ﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻠﹶﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻜﹸﻜﹸﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺭ‪‬ﺣ‪‬ﺣ‪‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻪ‪‬ﻪ‪‬ﻣﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﺯ‪‬ﺯ‪‬ﻛﻛﹶﺎﹶﺎ‪‬ﻣﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻨﻜﻜﹸﻢ‬ ‫‪‬ﺎﺀ‪‬ﻭﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﹾﻟﹾﻤﻤ‪‬ﻨ‪‬ﻨﻜﹶﻜﹶﺮﹺﺮﹺ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻟﹶﻮ‪‬ﻮ‪‬ﻟﻟﹶﺎﹶﺎ‪‬ﻓﹶﻓﹶﻀ‪‬‬
‫ﺸ‪‬ﺎﺀ‬ ‫ﺤ‪‬ﺸ‬ ‫ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺄﹾﺄﹾﻣ‪‬ﻣ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﺑﹺﺑﹺﺎﺎﻟﹾﻟﹾﻔﹶﻔﹶﺤ‪‬‬
‫‪HIMPUNAN‬‬
‫‪FATWA‬ﺳ‪‬ﺳ‪‬ﻤﻤ‪‬ﻴ‪‬ﻴﻊ‪‬ﻊ‪‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﻠ‪‬ﻴ‪‬ﻴﻢ‪‬ﻢ‪‬‬‫ﺸ‪‬ﺎ‪‬ﺎﺀُﺀُ‪‬ﻭﻭ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻠﱠﻪ‪‬ﻪ‪‬‬
‫ﺸ‬ ‫‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬‬
‫‪MAJELIS‬‬ ‫ﱢﻲ‪‬ﻣﻣ‪‬ﻦ‬ ‫‪ULAMA‬ﱢﻲ‬ ‫‪‬ﺪﺍﹰﺍﹰ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻟﹶﻜ‪‬ﻜ‪‬ﻦ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪INDONESIA‬ﺍﻟﺍﻟﻠﱠﻠﱠﻪ‪‬ﻪ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺰ‪‬ﺰ‪‬ﻛﻛ‬ ‫ﺃﹶﺃﹶﺑﺑ‪‬ﺪ‬
‫‪‬‬
‫‪kebenaran‬ﻥﹶﻥﹶ ‪‬ﺇﹺﺇﹺﻻﱠﻻﱠ ‪‬ﺍﻟﺍﻟﻈﱠﻈﱠﻦ‪‬ﻦ‪ ‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﺇﹺﻥﹾﻥﹾ‪‬‬
‫‪“Andaikata‬‬ ‫‪‬ﻮ‬
‫ﹺﻥ ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﺒﹺﻌﻌ‪‬ﻮ‬
‫‪itu‬ﻞﹺﻞﹺ ‪‬ﺍﻟﺍﻟﻠﹼﻠﹼﻪ‪‬ﻪ‪ ‬ﺇﺇﹺﻥ‬
‫‪‬ﻦ ‪‬ﺳ‪‬ﺳ‪‬ﺒﺒﹺﻴﹺﻴ‬
‫ﱡﻮﻙﻙ‪ ‬ﻋﻋ‬
‫‪menuruti‬‬
‫‪‬ﻦ‬ ‫ﻀ‪‬ﻠﻠﱡﻮ‬
‫ﺽﹺ ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻀ‪‬‬ ‫‪‬ﻲ ‪‬ﺍﺍﻷَﻷَﺭ‪‬ﺭ‪‬‬
‫‪hawa‬ﺽﹺ‬ ‫‪nafsu‬ﻓﻓ‪‬ﻲ‬
‫‪‬ﻦ ‪‬‬
‫‪mereka,‬ﻛﹾﻛﹾﺜﹶﺜﹶﺮ‪‬ﺮ‪ ‬ﻣﻣ‪‬ﻦ‬
‫ﹺﻥ ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﻄ‪‬ﻄ‪‬ﻊ‪‬ﻊ‪ ‬ﺃﹶﺃﹶ‬ ‫ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺇﺇﹺﻥ‬
‫‪pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di‬‬
‫‪dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan‬‬ ‫‪‬ﻮﻥﹶﻥﹶ‪‬‬
‫ﺻ‪‬ﻮ‬ ‫ﺨ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﺻ‬ ‫‪kepada‬ﺨ‪‬‬ ‫ﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺇﹺﺇﹺﻻﱠﻻﱠ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪mereka kebanggaan (Al Qur’an) mereka tetapi mereka‬‬
‫‪dari‬ﻦ‪ ‬ﺑ‪‬ﻞﹾ ‪‬ﺃﹶﺗ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪berpaling‬‬ ‫‪‬ﻦ ‪‬ﻓ‪‬ﻴﻬﹺ‬ ‫”‪itu.‬ﺍﺕ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‪‬ﺽ‪ ‬ﻭ‪‬ﻣ‬
‫‪kebanggaan‬‬ ‫‪(QS‬ﺍﻟﺴ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻭ‬
‫ﻭ‪‬ﻟﹶﻮﹺ ‪‬ﺍﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻊ‪ ‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪ ‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺍﺀﻫ‪‬ﻢ‪ ‬ﻟﹶﻔﹶﺴ‪‬ﺪ‪‬ﺕ‪ ‬ﺍﻟﺴ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺍﺕ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‪‬ﺽ‪ ‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻓ‪‬ﻴﻬﹺﻦ‪ ‬ﺑ‪‬ﻞﹾ ‪‬ﺃﹶﺗ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‪‬‬ ‫‪al-mukminun‬ﺪ‪‬ﺕ‪ ‬‬
‫)‪[23]:71‬ﺤ‪‬ﻖ‪ ‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺍﺀﻫ‪‬ﻢ‪ ‬ﻟﹶﻔﹶﺴ‪‬‬ ‫ﻭ‪‬ﻟﹶﻮﹺ ‪‬ﺍﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻊ‪ ‬ﺍﻟﹾ‬
‫‪‬ﻮﻥﹶﻥﹶ‪ ‬‬
‫ﺿ‪‬ﻮ‬
‫‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﺮﹺﺮﹺﺿ‬
‫‪‬ﻦ‪‬ﺫ‪‬ﺫ‪‬ﻛﹾﻛﹾﺮﹺﺮﹺﻫﻫ‪‬ﻢ‬
‫ﺑﹺﺑﹺﺬ‪‬ﺬ‪‬ﻛﹾﻛﹾﺮﹺﺮﹺﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﻓﹶﻬ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻋﻋ‪‬ﻦ‬
‫‪‬‬ ‫ ‪7.‬‬ ‫‪Hadits Nabi saw‬‬
‫ﺻﻠﻰ‪‬‬ ‫ﺍﷲ ‪‬ﺻﻠﻰ‬
‫ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﻭﻋﻈﻨﺎ ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‬
‫‪:‬ﻭﻋﻈﻨﺎ‬ ‫ﻗﺎﻝ ‪:‬‬
‫ﻋﻨﻪﻪ ‪‬ﻗﺎﻝ‬
‫ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨ‬
‫ﺭﺿﻲ ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﺳﺎﺭﻳﺔ ‪‬ﺭﺿﻲ‬
‫ﺑﻦ ‪‬ﺳﺎﺭﻳﺔ‬
‫ﺍﻟﻌﺮﺑﺎﺽ ‪‬ﺑﻦ‬
‫ﳒﻴﺢ ‪‬ﺍﻟﻌﺮﺑﺎﺽ‬
‫ﺃﰊ ‪‬ﳒﻴﺢ‬
‫ﻋﻦ ‪‬ﺃﰊ‬
‫ﻋﻦ‬
‫‪:‬ﻳﺎﻳﺎ‪‬‬
‫ﻓﻘﻠﻨﺎ ‪:‬‬
‫ﺍﻟﻌﻴﻮﻥ‪ --‬ﻓﻘﻠﻨﺎ‬
‫ﻣﻨﻬﺎ ‪‬ﺍﻟﻌﻴﻮﻥ‬
‫ﻭﺫﺭﻓﺖ ‪‬ﻣﻨﻬﺎ‬
‫ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ‪‬ﻭﺫﺭﻓﺖ‬
‫ﻣﻨﻬﺎ ‪‬ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ‬
‫ﻭﺟﻠﺖ ‪‬ﻣﻨﻬﺎ‬
‫ﻣﻮﻋﻈﺔ ‪‬ﻭﺟﻠﺖ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‬
‫ﻭﺳﻠﻢ ‪‬ﻣﻮﻋﻈﺔ‬ ‫ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‬
‫ﺍﷲ‬
‫ﻭﺟﻞ‪‬‬
‫ﻋﺰ ‪‬ﻭﺟﻞ‬‫ﺍﷲ ‪‬ﻋﺰ‬
‫ﺑﺘﻘﻮﻯ ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﺃﻭﺻﻴﻜﻢ ‪‬ﺑﺘﻘﻮﻯ‬
‫‪:‬ﺃﻭﺻﻴﻜﻢ‬ ‫ﻗﺎﻝ ‪:‬‬
‫ﻓﺄﻭﺻﺎﻧﺎ ‪‬ﻗﺎﻝ‬
‫ﻣﻮﺩﻉ ‪‬ﻓﺄﻭﺻﺎﻧﺎ‬
‫ﻣﻮﻋﻈﺔ ‪‬ﻣﻮﺩﻉ‬
‫ﻛﺄ‪‬ﺎ ‪‬ﻣﻮﻋﻈﺔ‬
‫ﺍﷲ ‪‬ﻛﺄ‪‬ﺎ‬
‫ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﺭﺳﻮﻝ‬
‫ﻓﺴﲑﻯ‪‬‬
‫ﻣﻨﻜﻢ ‪‬ﻓﺴﲑﻯ‬
‫ﻳﻌﺶ ‪‬ﻣﻨﻜﻢ‬
‫ﻣﻦ ‪‬ﻳﻌﺶ‬ ‫ﺣﺒﺸﻲ ‪‬ﻓﺈﻧﻪ‬
‫ﻓﺈﻧﻪ ‪‬ﻣﻦ‬ ‫ﻋﺒﺪ ‪‬ﺣﺒﺸﻲ‬
‫ﻋﻠﻴﻜﻢ ‪‬ﻋﺒﺪ‬
‫ﺗﺄﻣﺮ ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ‬
‫ﻭﺍﻥ ‪‬ﺗﺄﻣﺮ‬
‫ﻭﺍﻟﻄﺎﻋﺔ ‪‬ﻭﺍﻥ‬
‫ﻭﺍﻟﺴﻤﻊ ‪‬ﻭﺍﻟﻄﺎﻋﺔ‬
‫ﻭﺍﻟﺴﻤﻊ‬
‫ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬‬
‫ﻋﻀﻮﺍ ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‬
‫ﺍﳌﻬﺪﻳﲔ ‪‬ﻋﻀﻮﺍ‬
‫ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦ ‪‬ﺍﳌﻬﺪﻳﲔ‬
‫ﺍﳋﻠﻔﺎﺀ ‪‬ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦ‬
‫ﻭﺳﻨﺔ ‪‬ﺍﳋﻠﻔﺎﺀ‬
‫ﺑﺴﻨﱴ ‪‬ﻭﺳﻨﺔ‬
‫ﻓﻌﻠﻴﻜﻢ ‪‬ﺑﺴﻨﱴ‬
‫ﺇﺧﺘﻼﻓﺎﻛﺜﲑﺍ ‪ ––‬ﻓﻌﻠﻴﻜﻢ‬
‫ﺇﺧﺘﻼﻓﺎﻛﺜﲑﺍ‬
‫ﺑﺎﻟﻨﻮﺍﺟﺬ ‪ –‬ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ ‪‬ﻭﳏﺪﺛﺎﺕ ‪‬ﺍﻷﻣﻮﺭ ‪‬ﻓﺈﻥ ‪‬ﻛﻞ ‪‬ﺑﺪﻋﺔ ‪‬ﺿﻼﻟﺔ ‪ –‬ﺭﻭﺍﻩ ‪‬ﺃﺑﻮ ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬‬
‫ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ‪‬ﻭﻗﺎﻝ‪‬ﺣﺪﻳﺚ‪‬ﺣﺴﻦ‪‬ﺻﺤﻴﺢ‪‬‬
‫ ‪8.‬‬ ‫‪Hadits Nabi saw‬‬ ‫‪‬‬
‫ﻋﻦ ‪‬ﺃﰉ ‪‬ﺛﻌﻠﺒﺔ ‪‬ﺭﺿﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨﻪ ‪‬ﻋﻦ ‪‬ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪:‬ﺇﻥ ‪‬ﺍﷲ‪‬‬
‫ﺗﻌﺎﱃ ‪‬ﻓﺮﺽ ‪‬ﻓﺮﺍﺋﺾ ‪‬ﻓﻼ ‪‬ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ ‪‬ﻭﺣﺪ‪ ‬ﺣﺪﻭﺩﺍ ‪‬ﻓﻼ ‪‬ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ ‪‬ﻭﺣﺮﻡ ‪‬ﺃﺷﻴﺎﺀ ‪‬ﻓﻼ‪‬‬
‫ﻋﻨﻬﺎ ‪––‬‬
‫ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ ‪‬ﻋﻨﻬﺎ‬
‫ﻓﻼ ‪‬ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ‬
‫ﻧﺴﻴﺎﻥ ‪‬ﻓﻼ‬ ‫ﻣﻦ ‪‬ﻏﲑ‬
‫ﻏﲑ ‪‬ﻧﺴﻴﺎﻥ‬ ‫ﻟﻜﻢ ‪‬ﻣﻦ‬
‫ﺭﲪﺔ ‪‬ﻟﻜﻢ‬
‫ﺃﺷﻴﺎﺀ ‪‬ﺭﲪﺔ‬
‫ﻋﻦ ‪‬ﺃﺷﻴﺎﺀ‬
‫ﻭﺳﻜﺖ ‪‬ﻋﻦ‬
‫ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ ‪‬ﻭﺳﻜﺖ‬
‫ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ‬
‫ﻭﻏﲑﻩ‪‬‬
‫ﺣﺪﻳﺚ‪‬ﺣﺴﻦ‪‬ﺭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺪﺍﺭ‪‬ﻗﻄﲎ‪‬ﻭﻏﲑﻩ‬
‫‪‬‬ ‫ﻗﻄﲎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺪﺍﺭ‬‫‪‬‬ ‫ﺭﺍﻩ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺣﺴﻦ‬ ‫ﺣﺪﻳﺚ‬
‫ ‪9.‬‬ ‫‪Hadits Nabi saw‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﻣﺴﻠﻢ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪––‬ﻣﺴﻠﻢ‬
‫ﺃﺣﻖ‪‬ﺎ‬
‫ﻭﺟﺪﻫﺎ‪‬ﺃﺣﻖ‬
‫ﺃﻳﻨﻤﺎ‪‬ﻭﺟﺪﻫﺎ‬
‫ﺍﳌﺆﻣﻦ‪‬ﺃﻳﻨﻤﺎ‬
‫ﺿﺎﻟﺔ‪‬ﺍﳌﺆﻣﻦ‬
‫ﺍﳊﻜﻤﺔ‪‬ﺿﺎﻟﺔ‬
‫ﺍﳊﻜﻤﺔ‬

‫‪10. Hadits Nabi saw‬‬ ‫‪‬‬


‫……‪..‬ﻟﺘﺘﺒﻌﻦ‪‬ﺳﻨﻦ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻗﺒﻠﻜﻢ‪‬ﺷﱪﺍ‪‬ﺑﺸﱪ……‪"..‬‬

‫‪C. TASWIYAT AL-MANHAJ (PENYAMAAN POLA PIKIR‬‬


‫)‪DALAM MASALAH-MASALAH KEAGAMAAN‬‬
‫ ‪1.‬‬ ‫‪Perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan umat Islam‬‬
‫‪merupakan suatu yang wajar, sebagai konsekwensi dari‬‬
‫‪pranata “ijtihad” yang memungkinkan terjadinya perbedaan.‬‬

‫‪755‬‬
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006

2. Sikap yang merasa hanya pendapatnya sendiri yang paling


benar serta cenderung menyalahkan pendapat lain dan
menolak dialog, merupakan sikap yang bertentangan
dengan prinsip toleransi (al-tasamuh) dan sikap tersebut
merupakan ananiyyah (egoisme) dan ‘ashabiyyah hizbiyyah
(fanatisme kelompok) yang berpotensi mengakibatkan saling
permusuhan (al-’adawah), pertentangan (al-tanazu’), dan
perpecahan (al-insyiqaq).
3. Dimungkinkannya perbedaan pendapat di kalangan umat
Islam harus tidak diartikan sebagai kebebasan tanpa batas
(bila hudud wa bila dlawabith).
4. Perbedaan yang dapat ditoleransi adalah perbedaan yang
berada di dalam majal al-ikhtilaf (wilayah perbedaan).
Sedangkan perbedaan yang berada di luar majal al-ikhtilaf
tidak dikategorikan sebagai perbedaan, melainkan sebagai
penyimpangan; seperti munculnya perbedaan terhadap
masalah yang sudah jelas pasti (ma’lum min al-din bi al-
dlarurah).
5. Dalam menyikapi masalah-masalah perbedaan yang masuk
dalam majal al-ikhtilaf sebaiknya diupayakan dengan jalan
mencari titik temu untuk keluar dari perbedaan (al-khuruj
min al-khilaf) dan semaksimal mungkin menemukan
persamaan.
6. Majal al-ikhtilaf adalah suatu wilayah pemikiran yang masih
berada dalam koridor ma ana alaihi wa ashhaby, yaitu faham
keagamaan ahlus-sunnah wal jamaah dalam pengertian yang
luas.

Dasar-dasar Penetapan
1. QS. Al-Nahl: 125
‫ﻦ‬‫ـﺴ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﻲ‬‫ﻫ‬‫ﻲ‬‫ﺑﹺﺎﻟﱠﺘ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹾﻬ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺟ‬‫ﻭ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻈﹶﺔ‬‫ﻋ‬‫ﻮ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺔ‬‫ﻜﹾﻤ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﺤ‬‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﺒﹺﻴﻞﹺ‬‫ﺳ‬‫ﻰ‬‫ﺇﹺﻟ‬‫ﻉ‬‫ﺍﺩ‬
 ‫ﻳﻦ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﻬ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‬‫ﻠﹶﻢ‬‫ﺃﹶﻋ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﺒﹺﻴﻠ‬‫ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬‫ﻞﱠ‬‫ﺿ‬‫ﻦ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫ﻠﹶﻢ‬‫ﺃﹶﻋ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬
 Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan‫ـﻮ‬pelajaran
‫ﻫ‬‫ﺓ‬‫ﺮ‬‫ﻔ‬‫ﻐ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻊ‬‫ﺳ‬yang
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬baik
‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﻢ‬‫ﻠﱠﻤ‬dan
‫ﺍﻟ‬‫ﺇﹺﻟﱠﺎ‬‫ﺶ‬bantahlah
‫ﺍﺣ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﻮ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﺛﹾﻢﹺ‬mereka
‫ﺮ‬‫ﺎﺋ‬‫ﻛﹶﺒ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻨﹺﺒ‬‫ﺘ‬dengan
‫ﺠ‬‫ﻳ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
‫ﻛﱡـﻮﺍ‬‫ﺰ‬‫ﺗ‬‫ﻓﹶﻠﹶﺎ‬‫ﻜﹸﻢ‬tentang
mengetahui ‫ﺎﺗ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹸﻣ‬‫ﻄﹸﻮﻥ‬siapa
‫ﺑ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺔﹲ‬‫ﺟﹺﻨ‬yang
‫ﺃﹶ‬‫ﻢ‬‫ﺃﹶﻧﺘ‬tersesat
‫ﺇﹺﺫﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬dari
‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹸﻢ‬jalan-Nya
‫ﺄﹶ‬‫ﺃﹶﻧﺸ‬‫ﺇﹺﺫﹾ‬‫ﺑﹺﻜﹸﻢ‬dan
‫ﻠﹶﻢ‬‫ﺃﹶﻋ‬
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang ‫ﻘﹶﻰ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻦﹺ‬yang ‫ﺑﹺﻤ‬‫ﻠﹶﻢ‬‫ﻋ‬mendapat
‫ﺃﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺃﹶﻧﻔﹸﺴ‬
petunjuk (QS. Al-Nahl[16]:125).

‫ﱢﻟﻪ‬‫ﻮ‬‫ﻧ‬‫ﻨﹺﲔ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺒﹺﻴﻞﹺ‬‫ﺳ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﺒﹺﻊ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﻯ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻬ‬‫ﻟﹶﻪ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻮﻝﹶ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬‫ﻖﹺ‬‫ﺎﻗ‬‫ﺸ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
756
 ‫ﲑﺍﹰ‬‫ﺼ‬‫ﻣ‬‫ﺎﺀﺕ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻬ‬‫ﺟ‬‫ﻪ‬‫ﻠ‬‫ﺼ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬‫ﻟﱠﻰ‬‫ﻮ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬

‫‪HIMPUNAN‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬ﺎﺩ‪‬ﻟﹾﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺑﹺﺎﻟﱠﺘ‪‬ﻲ‪‬ﻫ‪‬ﻲ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ـﺴ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪FATWA‬ﻮ‪‬ﻋ‪‬ﻈﹶﺔ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﺴ‪‬ﻨ‪‬‬
‫‪MAJELIS‬ﻤ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬‬
‫ﻚ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺤ‪‬ﻜﹾ‬ ‫ﺍﺩ‪‬ﻉ‪‬ﺇﹺﻟ‪‬ﻰ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬‬
‫‪ULAMA INDONESIA‬‬
‫ﺇﹺﻥﱠ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﺑﹺﻤ‪‬ﻦ‪‬ﺿ‪‬ﻞﱠ‪‬ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻠ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‪‬ﻬ‪‬ﺘ‪‬ﺪ‪‬ﻳﻦ‪ ‬‬
‫‪‬‬ ‫ ‪2.‬‬ ‫‪QS. Al-Najm : 32‬‬
‫ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﻳ‪‬ﺠ‪‬ﺘ‪‬ﻨﹺﺒ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬ﻛﹶﺒ‪‬ﺎﺋ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻟﹾﺈﹺﺛﹾﻢﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻔﹶﻮ‪‬ﺍﺣ‪‬ﺶ‪‬ﺇﹺﻟﱠﺎ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻤ‪‬ﻢ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺳ‪‬ﻊ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﻐ‪‬ﻔ‪‬ﺮ‪‬ﺓ‪‬ﻫ‪‬ـﻮ‪‬‬
‫ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﺑﹺﻜﹸﻢ‪‬ﺇﹺﺫﹾ‪‬ﺃﹶﻧﺸ‪‬ﺄﹶﻛﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‪‬ﺽﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﺫﹾ‪‬ﺃﹶﻧﺘ‪‬ﻢ‪‬ﺃﹶﺟﹺﻨ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺑ‪‬ﻄﹸﻮﻥ‪‬ﺃﹸﻣ‪‬ﻬ‪‬ﺎﺗ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻓﹶﻠﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬ﺰ‪‬ﻛﱡـﻮﺍ‪‬‬
‫ﺃﹶﻧﻔﹸﺴ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﺑﹺﻤ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﺗ‪‬ﻘﹶﻰ‪‬‬
‫‪(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan‬‬ ‫‪‬‬
‫‪keji‬ﻫ‪‬ﻲ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ـﺴ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪perbuatan‬‬ ‫‪yang‬ﺑﹺﺎﻟﱠﺘ‪‬ﻲ‬
‫‪selain‬ﺟ‪‬ﺎﺩ‪‬ﻟﹾﻬ‪‬ﻢ‬
‫‪dari‬ﻟﹾﺤ‪‬ﺴ‪‬ﻨ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬‬
‫‪kesalahan-kesalahan‬ﻮ‪‬ﻋ‪‬ﻈﹶﺔ‪‬ﺍ‬
‫‪kecil.‬ﻰ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺤ‪‬ﻜﹾﻤ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬‬ ‫ﺍﺩ‪‬ﻉ‪‬ﺇﹺﻟ‬
‫‪Tuhanmu‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨﹺﲔ‪‬ﻧ‪‬ﻮ‪‬ﱢﻟﻪ‪‬‬
‫‪Sesungguhnya‬‬ ‫‪luas‬ﻴ‪‬ﻦ‪‬ﻟﹶﻪ‪‬ﺍﻟﹾﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻯ‪‬ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻊ‪‬ﻏﹶﻴ‪‬ﺮ‪‬‬‫‪Dan‬ﻳ‪‬ﺸ‪‬ﺎﻗ‪‬ﻖﹺ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹶ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﺪ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬‬ ‫ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‬
‫‪maha‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‪‬ﻬ‪‬ﺘ‪‬ﺪ‪‬ﻳﻦ‪ ‬‬‫‪ampunanNya.‬ﻞﱠ‪‬ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻠ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬‬
‫ﺇﹺﻥﱠ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﺑﹺﻤ‪‬ﻦ‪‬ﺿ‪‬‬
‫‪Dia lebih mengetahui (tentang‬‬ ‫‪keadaan)mu‬ﺼ‪‬ﲑﺍﹰ‪ ‬‬
‫‪ketika‬ﻪ‪‬ﺟ‪‬ﻬ‪‬ﻨ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﺎﺀﺕ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫‪Dia‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻰ‪‬ﻭ‪‬ﻧ‪‬ﺼ‪‬ﻠ‪‬‬‫ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin‬‬
‫‪perut‬ﺓ‪‬ﻫ‪‬ـﻮ‪‬‬
‫‪dalam‬‬ ‫;‪ibumu‬ﻊ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﻐ‪‬ﻔ‪‬ﺮ‪‬‬
‫‪maka‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺳ‪‬‬‫‪janganlah‬ﺍﻟﻠﱠﻤ‪‬ﻢ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‬
‫‪kamu‬ﻢﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻔﹶﻮ‪‬ﺍﺣ‪‬ﺶ‪‬ﺇﹺﻟﱠﺎ‬ ‫ﺍﻟﱠ ‪‬ﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﻳ‪‬ﺠ‪‬ﺘ‪‬ﻨﹺﺒ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬‬
‫‪mengatakan‬ﻛﹶﺒ‪‬ﺎﺋ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻟﹾﺈﹺﺛﹾ‬
‫‪Dialah‬ﺒﹺﺮ‪‬ﻭﺍﹾ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻣ‪‬ﻊ‪‬‬
‫‪dirimu‬‬ ‫‪paling‬ﺬﹾﻫ‪‬ﺐ‪‬ﺭﹺﳛ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺻ‪‬‬ ‫‪tentang‬ﻟﹶﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺯ‪‬ﻋ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﻓﹶﺘ‪‬ﻔﹾﺸ‪‬ﻠﹸﻮﺍﹾ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮ‬
‫‪suci.‬ﺗ‪‬ﺰ‪‬ﻛﱡـﻮﺍ‪‬‬‫‪yang‬ﻄﹸﻮﻥ‪‬ﺃﹸﻣ‪‬ﻬ‪‬ﺎﺗ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻓﹶﻠﹶﺎ‬
‫‪mengetahui‬ﺫﹾ‪‬ﺃﹶﻧﺘ‪‬ﻢ‪‬ﺃﹶﺟﹺﻨ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺑ‪‬‬
‫‪orang‬ﻢ‪‬ﺇﹺﺫﹾ‪‬ﺃﹶﻧﺸ‪‬ﺄﹶﻛﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‪‬ﺽﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺ‬ ‫ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﺑﹺﻜﹸ‬
‫)‪yang bertakwa. (QS. Al-Najm [53]:32‬‬
‫ﺍﻟﺼ‪‬ﺎﺑﹺﺮﹺﻳﻦ‪ ‬‬
‫‪‬‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﻤ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﻮ‪‬ﻋ‪‬ﻈﹶﺔ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﺴ‪‬ﻨ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬ﺎﺩ‪‬ﻟﹾﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺑﹺﺎﻟﱠﺘ‪‬ﻲ‪‬ﻫ‪‬ﻲ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ـﺴ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫‪‬ﻰ‪‬ﻫ‪‬ﺳ‪‬ﻮ‪‬ﺒﹺﻴ‪‬ﺃﹶﻞﹺﻋ‪‬ﻠﹶﺭ‪‬ﻢ‪‬ﺑ‪‬ﺑﹺﻚ‪‬ﻤ‪‬ﺑﻦﹺﹺﺎ‪‬ﻟﹾﺍﺗ‪‬ﺤ‪‬ﻘﻜﹾ‬ ‫ﺃﺍﹶﻧﺩ‪‬ﻔﹸﻉ‪‬ﺴ‪‬ﺇﹺﻜﹸﻟﻢ‪‬‬
‫ ‪3.‬‬ ‫‪QS. Al-Nisa: 115‬‬ ‫‪‬‬
‫ﲔ‪  ‬ﺇﹺﻻﱠ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺭ‪‬ﺣ‪‬ـﻢ‪‬‬ ‫‪‬ﻦ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺒﹺﻴﺣ‪‬ﻠ‪‬ﺪ‪‬ﻪ‪‬ﺓﹰ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻻﹶﻮ‪‬ﻳ‪‬ﺃﹶﺰﻋ‪‬ﺍﻠﹶﻟﹸﻮﻢ‪‬ﻥﹶﺑﹺﺎ‪‬ﻟﹾﻣ‪‬ﻤ‪‬ﺨﻬ‪‬ﺘ‪‬ﻠ‪‬ﺪﻔ‪‬ﻳﻦ‬ ‫‪‬ﻦﺍﻟ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺿ‪‬ﺱ‪‬ﻞﱠ‪‬ﺃﹸﻋﻣ‪‬ﺔﹰ‬ ‫‪‬ﺎﺀ‪‬ﻫ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻮ‪‬ﺃﹶﻚ‪‬ﻋ‪‬ﻠﻟﹶﻢ‪‬ﺠ‪‬ﺑﹺﻌ‪‬ﻤﻞﹶ‪‬‬ ‫ﺇﹺﻭ‪‬ﻥﱠﻟﹶ‪‬ﻮ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﺷﻚ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﺸ‪‬ﺎﻗ‪‬ﻖﹺ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹶ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﺪ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻴ‪‬ﻦ‪‬ﻟﹶﻪ‪‬ﺍﻟﹾﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻯ‪‬ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻊ‪‬ﻏﹶﻴ‪‬ﺮ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨﹺﲔ‪‬ﻧ‪‬ﻮ‪‬ﱢﻟﻪ‪‬‬
‫ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻭ‪‬ﻟ‪‬ﺬﹶﻟ‪‬ﻚ‪‬ﺧ‪‬ﻠﹶﻘﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﻤ‪‬ﺖ‪‬ﻛﹶﻠ‪‬ﻤ‪‬ﺔﹸ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻷَﻣ‪‬ﻸﻥﱠ‪‬ﺟ‪‬ﻬ‪‬ﻨ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﹾﺠﹺﻨ‪‬ـﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ـﺎﺱﹺ‪‬‬
‫ﺶ‪‬ﺇﹺﻟﱠﺎ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻤ‪‬ﻢ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺳ‪‬ﻊ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﻐ‪‬ﻔ‪‬ﺮ‪‬ﺓ‪‬ﻫ‪‬ـﻮ‪‬‬ ‫ﺼ‪‬ﲑﺍﹰ‬ ‫ﺕ‪‬ﻔﹶ‪‬ﻮﻣ‪‬ﺍﺣ‪‬‬ ‫‪‬ﺎﺀﻭ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫ﺼ‪‬ﻠ‪‬ﻥﹶﻪ‪‬ﻛﹶﺟ‪‬ﺒ‪‬ﺎﻬ‪‬ﺋ‪‬ﻨ‪‬ﺮ‪‬ﻢ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹾﻭ‪‬ﺈﹺﺛﹾﺳﻢﹺ‪‬‬ ‫ﱠﻰ‪‬ﺠ‪‬ﻭﺘ‪‬ﻧ‪‬ﻨﹺﺒ‪‬ﻮ‬ ‫ﺍﻣﻟﱠ‪‬ﺎ‪‬ﺬﺗ‪‬ﻳﻮ‪‬ﻦ‪‬ﻟ‪‬ﻳ‪‬‬
‫ﺃﹶﺟ‪‬ﻤ‪‬ﻌ‪‬ﲔ‪ ‬‬
‫‪‬‬
‫‪barangsiapa‬ﺰ‪‬ﻛﱡـﻮﺍ‪‬‬
‫‪“Dan‬‬ ‫‪yang‬ﻄﹸﻮﻥ‪‬ﺃﹸﻣ‪‬ﻬ‪‬ﺎﺗ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻓﹶﻠﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬‬ ‫‪menentang‬ﺟﹺﻨ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺑ‪‬‬ ‫‪Rasul‬ﺄﹶﺭ‪‬ﺽﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﺫﹾ‪‬ﺃﹶﻧﺘ‪‬ﻢ‪‬ﺃﹶ‬ ‫‪sesudah‬ﻛﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫‪jelas‬ﺑﹺﻜﹸﻢ‪‬ﺇﹺﺫﹾ‪‬ﺃﹶﻧﺸ‪‬ﺄﹶ‬ ‫ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪‬ـ‪‬ﻣ‪‬ﺴ‪‬ﻊ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪kebenaran‬‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻲ‬
‫‪‬‬ ‫ﻫ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﻟ‬
‫ﱠ‬
‫‪baginya,‬‬‫ﹺﺎ‬
‫ﺑ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺩ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‬
‫ﺟ‬ ‫‪dan‬‬‫ﻭ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺔ‬
‫‪‬‬
‫ﹶﻰ‪‬ﺎ‪‬ﺯ‪‬ﻋ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﻓﹶﺘ‪‬ﻔﹾﺸ‪‬ﻠﹸﻮﺍﹾ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﺬﹾﻫ‪‬ﺐ‪‬ﺭﹺﳛ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺻ‪‬ﺒﹺﺮ‪‬ﻭﺍﹾ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬‬ ‫ﻨ‬
‫‪‬‬ ‫ﺴ‬
‫‪‬‬ ‫ﺤ‬
‫‪‬‬
‫‪mengikuti‬‬‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺍ‬‫‪‬‬ ‫ﺔ‬
‫‪‬‬ ‫ﻈ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻋ‬
‫‪‬‬ ‫ﻮ‬
‫‪‬‬ ‫ﻤ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬‫‪‬ﺍ‬ ‫ﻭ‬ ‫‪‬‬
‫‪jalan‬‬‫ﺔ‬
‫‪‬‬ ‫ﻤ‬
‫‪‬‬ ‫ﻜ‬
‫ﹾ‬
‫ﺃﺍﹶﻧﻭ‪‬ﺩ‪‬ﺃﹶﻔﹸﻃﻉ‪‬ﺴ‪‬ﻴ‪‬ﻌﻜﹸ‪‬ﻮﺍﹾﻢ‪‬ﺍﻟﻫ‪‬ﻠﹼﻮ‪‬ﻪ‪‬ﺃﹶﻭ‪‬ﻋ‪‬ﺭ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﺳ‪‬ﻮﺑﹺﻟﹶﻤ‪‬ﻪ‪‬ﻦﹺﻭ‪‬ﺍﺗ‪‬ﻻﹶﻘ‪‬ﺗ‪‬ﻨ‬
‫ﺤ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬
‫‪yang‬‬ ‫ﹺﺎ‬‫ﺑ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻚ‬
‫‪‬‬ ‫ﺑ‬
‫‪‬‬‫ﺭ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻞ‬
‫ﹺ‬
‫‪bukan‬‬ ‫ﹺﻴ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﺳ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﻰ‬ ‫ﻟ‬‫ﺇ‬
‫ﹺ‬
‫‪jalan‬‬
‫ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﺇﻥ‪‬ﺍﷲ‬
‫‪orang-orang‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺻﻠﻰ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻋﻦ‬ ‫ﺛﻌﻠﺒﺔ‪‬ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰉ‪‬‬
‫‪ mu’min,‬‬
‫‪Kami‬ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‪‬ﻬ‪‬ﺘ‪‬ﺪ‪‬ﻳﻦ‪‬‬ ‫‪biarkan‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬‬ ‫‪ia‬ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻠ‪‬ﻪ‪‬‬ ‫‪leluasa‬ﺿ‪‬ﻞﱠ‬ ‫‪terhadap‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﺑﹺﻤ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫ﺼ‪‬ﺎﺭ‪‬ﺑﹺﺑ‪‬ﺮﹺﻳﻚ‪‬ﻦ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬‬ ‫ﺇﹺﺍﻟﻥﱠ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺗﻌﺎﱃ‪‬ﻓﺮﺽ‪‬ﻓﺮﺍﺋﺾ‪‬ﻓﻼ‪‬ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ‪‬ﻭﺣﺪ‪‬ﺣﺪﻭﺩﺍ‪‬ﻓﻼ‪‬ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ‪‬ﻭﺣﺮﻡ‪‬ﺃﺷﻴﺎﺀ‪‬ﻓـﻼ‪‬‬
‫‪kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan‬‬
‫‪‬‬ ‫‪ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk‬‬
‫ﺣﺪﻳﺚﻪ‪‬‬
‫‪‬ـﻮ‪‬ﱢﻟﻮ‪‬‬
‫ﻋﻨﻬﺎﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻐ‪‬ﺆ‪‬ﻔ‪‬ﻣ‪‬ﺮ‪‬ﻨﹺ‪‬ﺓ‪‬ﲔ‪‬ﻧ‪‬‬
‫ﻚ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫ﻓﻼ‪‬ﻏﹶﻴ‪‬‬ ‫ﻏﲑﻬ‪‬ﺍﻟ‪‬ﻠﱠﺪﻤ‪‬ﻯﻢ‪‬ﺇﹺﻭ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻊ‪‬‬ ‫ﺶ‪‬ﻟﹶﻪ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫ﺃﺷﻴﺎﺀﻭﺪ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹾﻣﻔﹶ‪‬ﺎﻮ‪‬ﺍﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻴ‪‬ﺣ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪‬ﻦﺛﹾ‪‬ﺑ‪‬ﻢﹺ‪‬ﻌ‪‬‬ ‫ﻭﺳﻜﺖﺒ‪‬ﻮ‪‬ﺎﺋ‪‬ﻝﹶﺮ‪‬ﻣ‬
‫ﺍﻟﱠﻭ‪‬ﻣﺬ‪‬ﻳ‪‬ﻦﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺸ‪‬ﺎﻗ‪‬ﻖﹺ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‬
‫‪‬ـ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪tempat‬‬ ‫‪‬ﻦ‪‬ﺭ‪‬ﻫﺣ‬ ‫ﺗﺒﺤﺜﻮﺍﺳ‪‬ﻊ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹾﺇﹺﻻﱠ‪‬ﻣ‬
‫‪kembali”.‬‬ ‫‪(QS.‬ﻔ‪‬ﲔ‪‬‬ ‫ﻧﺴﻴﺎﻥﻥﹶﻥﱠ‪‬ﻣ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﺨ‪‬ﺘ‪‬ﻠ‪‬‬
‫ﺭﲪﺔﻟﻜﻢﺓﹰ‪‬ﺇﹺ‪‬ﻟﱠﺎﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﻳ‪‬ﺰ‪‬ﺍﻟﹸﻮ‬
‫‪Al-Nisa‬‬ ‫)‪[4]:115‬ﺪ‪‬‬
‫ﺱ‪‬ﺃﹸﻣ‪‬ﺔﹰ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺣ‪‬‬ ‫ﻋﻦﺍﻟﹾﺍﻟ‪‬ﻨﺈﹺ‪‬ﺎ‬
‫ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎﺠ‪‬ﺘ‪‬ﻨﹺﺭ‪‬ﺒﺑ‪‬ﻮﻚ‪‬ﻥﹶ‪‬ﻟﹶﻛﹶﺠ‪‬ﻌ‪‬ﻞﹶ‪‬‬ ‫ﻭ‪‬ﻟﹶﻮ‪‬ﺷ‪‬ﺎﺀ‬
‫ﱡـﻮﺍ‪‬‬ ‫ﻛ‬ ‫ﺽﹺ‪‬ﺼﻭ‪‬ﺇﹺ‪‬ﲑﺫﹾﺍﹰ‪‬ﺃﹶﻧﺘ‪‬‬ ‫ﻭﻏﲑﻩﺭ‪‬ﺕ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫‪‬ﺎﺀ‬ ‫ﻗﻄﲎ‪‬ﻣ‪‬ﻭ‪‬ﻦ‪‬ﺳ‬ ‫ﺍﻟﺪﺍﺭﺸ‪‬ﺄﹶﺟ‪‬ﻬ‪‬ﻛﻨ‪‬ﹸﻢﻢ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩﺇﹺ‪‬ﺫﹾﺼ‪‬ﻠ‪‬ﺃﹶﻧﻪ‪‬‬
‫ﺣﺴﻦﺑﹺ‪‬ﱠﻰﻜﹸ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻧ‪‬‬ ‫ﺃﹶﻣ‪‬ﺎﻋ‪‬ﻠﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻢ‪‬ﻮ‪‬ﻟ‬
‫ﻚ‪‬ﻭ‪‬ﻟ‪‬ﺬﹶﻟ‪‬ﻚ‪‬ﺧ‪‬ﻠﹶﻘﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﻤ‪‬ﺖ‪‬ﻛﹶﻠ‪‬ﻤ‪‬ﺔﹸ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻷَﻣ‪‬ﻸﻥﱠ‪‬ﺟ‪‬ﻬ‪‬ﻨ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﹾ‪46‬ﺠﹺﻨ‪‬ـﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ـﺎ‬
‫‪Al-Anfal:‬ﺱﹺ‪‬‬‫ﺰ‬
‫‪‬‬ ‫ﺗ‬
‫‪‬‬‫‪‬‬ ‫ﹶﺎ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻓ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻢ‬
‫‪‬‬ ‫ﻜ‬
‫ﹸ‬ ‫ﺗ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‬
‫ﻬ‬ ‫ﻣ‬
‫‪‬‬ ‫ﺃ‬
‫ﹸ‬‫‪‬‬ ‫ﻥ‬
‫‪‬‬ ‫ﹸﻮ‬ ‫ﻄ‬ ‫ﺑ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺔ‬
‫ﹲ‬ ‫ﻨ‬
‫‪‬‬‫ﺟ‬
‫ﹺ‬ ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻢ‬
‫‪‬‬ ‫ﺄ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺍ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺭ‪‬ﺑ‪‬‬
‫ ‪4.‬‬ ‫‪QS.‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺃﺃﹶﹶﻧ ‪‬ﻔﹸﺟ‪‬ﻤ‪‬ﺴ‪‬ﻌ‪‬ﻜﹸﲔ‪‬ﻢ‪ ‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﺑﹺﻤ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﺗ‪‬ﻘﹶﻰ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻟﹶﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺯ‪‬ﻋ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﻓﹶﺘ‪‬ﻔﹾﺸ‪‬ﻠﹸﻮﺍﹾ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﺬﹾﻫ‪‬ﺐ‪‬ﺭﹺﳛ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺻ‪‬ﺒﹺﺮ‪‬ﻭﺍﹾ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻣ‪‬ﻊ‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﺣﺪﻯ‪‬ﻭﺳﺒﻌﲔ‪‬ﻓﺮﻗﺔ‪‬ﻭﺍﻓﺘﺮﻗﺖ‪‬ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ……‪.‬ﻭﺳﺘﻔﺘﺮﻕ‪‬‬ ‫ﺍﻓﺘﺮﻗﺖ‪‬‬
‫‪:‬ﲔ‪‬ﻧ‪‬ﺇﻥﻮ‪‬ﱢﻟ‪‬ﻪ‪‬‬ ‫ﻗﺎﻝﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨﹺ‬ ‫ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬‬
‫ﻋﻠﻴﻪﺮ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ‬ ‫ﺻﻠﻰﻭ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﺍﷲﻊ‪‬ﻏﹶﻴ‪‬‬ ‫ﺭﺳﻮﻝﻪ‪‬ﺍﻟﹾﺍﷲﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻯ‪‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻴ‪‬ﻦ‪‬ﻟﹶ‬ ‫ﻋﻨﻪ‪‬ﺪ‪‬ﻣ‬ ‫‪‬ﻦ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬‬ ‫ﺭﺿﻰ‪‬ﻝﹶ‪‬ﻣ‬ ‫ﺛﻌﻠﺒﺔ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻦ‬
‫‪‬‬
‫‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﺃﰉ‪‬ﺸ‪‬ﺎﻗ‪‬ﻖﹺ‬ ‫ﹺﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﺑ‬
‫ﹺ‬ ‫‪‬ﺎ‬‫ﺼ‬ ‫ﺍﻟﻭ‪‬ﻣ‬
‫ﺍﷲ‪‬‬ ‫ﺍﷲ‪‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya‬‬ ‫ﻭﺳﺒﻌﲔ‪‬ﻓﺮﻗﺔ‪‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫ﺛﻼﺙ‪‬‬ ‫‪janganlah‬‬ ‫ﺃﻣﱴ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻼ‬
‫‪‬‬ ‫ﻓـ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﺷﻴﺎﺀ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻭﺣﺮﻡ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻼ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺣﺪﻭﺩﺍ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺪ‬
‫‪‬‬ ‫ﺍ‬
‫ﹰ‬‫‪‬ﲑ‬
‫ﻭﺣ‬ ‫ﺼ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻣ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺕ‬
‫‪‬‬
‫ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ‬ ‫‪‬ﺎﺀ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﻓﻼ‬ ‫ﻢ‬
‫‪‬‬ ‫ﻨ‬
‫‪‬‬‫‪‬‬ ‫ﻬ‬
‫‪‬‬ ‫ﺟ‬
‫‪‬‬
‫ﻓﺮﺍﺋﺾ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻪ‬
‫‪‬‬ ‫ﻠ‬
‫‪‬‬ ‫ﺼ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻧ‬
‫‪‬‬
‫ﻓﺮﺽ‬ ‫ﺗﻌﺎﱃﻮ‪‬ﻟ‪‬ﱠﻰ‪‬ﻭ‪‬‬ ‫ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪berbantah-bantahan,‬ﻦ‪‬ﺭ‪‬ﺣ‪‬ـﻢ‪‬‬
‫‪kamu‬‬ ‫‪yang‬ﺓﹰ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﻳ‪‬ﺰ‪‬ﺍﻟﹸﻮﻥﹶ‪‬ﻣ‪‬ﺨ‪‬ﺘ‪‬ﻠ‪‬ﻔ‪‬ﲔ‪   ‬ﺇﹺﻻﱠ‪‬ﻣ‬ ‫‪menyebabkan‬ﻣ‪‬ﺔﹰ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺣ‪‬ﺪ‪‬‬ ‫‪kamu‬ﺎﺀ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻟﹶﺠ‪‬ﻌ‪‬ﻞﹶ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎﺱ‪‬ﺃﹸ‬ ‫ﻭ‪‬ﻟﹶﻮ‪‬ﺷ‬
‫‪menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺣﺪﻳﺚ‪‬‬
‫‪Sesungguhnya‬‬ ‫ﻭﺳﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ـﺎ‬
‫ﺭﺳﻮﻟﻪﺱﹺ‪‬‬ ‫ﻋﻨﻬﺎﺔ‪‬‬
‫ﺠﹺﻨ‪‬ـ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﺍ‬
‫ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ‪‬‬
‫‪Allah‬ﻟﹾ‬‫ﻓﻼﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫‪beserta‬ﻬ‪‬ﻨ‪‬‬
‫ﺃﺑﺪﺍ‬ ‫ﺗﻀﻠﻮﺍﻥﱠ‪‬‬
‫ﻧﺴﻴﺎﻥ‪‬ﺟ‪‬‬ ‫ﻏﲑﻷَ‪‬ﻣ‪‬ﻸ‬ ‫‪orang-orang‬‬
‫ﻚ‪‬ﻟﻦ‪‬‬ ‫ﲤﺴﻜﺘﻢ‪‬ﺭ‪‬ﺑﻪﺑ‪‬‬
‫ﺭﲪﺔﻟﻜﻢ‪‬‬ ‫ﺃﺷﻴﺎﺀ‪‬ﻛﹶﻠ‪‬ﻤ‪‬ﺔﹸ‬ ‫‪yang‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﻤ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺖ‪‬‬ ‫ﻋﻦﻣﺎ‬‫ﺃﻣﺮﻳﻦ‪‬ﻢ‪‬‬
‫ﻭﺳﻜﺖﻬ‪‬‬ ‫ﻓﻴﻜﻢ‪‬‬
‫‪sabar.‬ﺧ‪‬ﻠﹶﻘﹶ‬ ‫ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎﺬﹶﻟ‪‬ﻚ‪‬‬ ‫ﺗﺮﻛﺖﻭ‪‬ﻟ‪‬‬
‫‪(QS.‬‬
‫ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻟﹶﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺯ‪‬ﻋ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﻓﹶﺘ‪‬ﻔﹾﺸ‪‬ﻠﹸﻮﺍﹾ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﺬﹾﻫ‪‬ﺐ‪‬ﺭﹺﳛ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺻ‪‬ﺒﹺﺮ‪‬ﻭﺍﹾ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻣ‪‬ﻊ‪‬‬
‫)‪[8]:46‬ﺍﷲ‪‬ﻭﺳـﻨﺔ‪‬‬
‫‪Al-Anfal‬‬ ‫ﺍﻋﺘﺼﻤﺘﻢ‪‬ﻤﺎ‪‬ﻓﻠﻦ‪‬ﺗﻀﻠﻮﺍ‪‬ﺃﺑﺪﺍ‪‬ﻛﺘـﺎﺏ‪‬‬ ‫ﻭﻏﲑﻩ‪ ‬‬ ‫ﻗﻄﲎ‪‬ﺇﻥ‪‬‬ ‫ﺃﻣﺮﻳﻦ‪‬ﻣﺎ‬ ‫ﻓﻴﻜﻢ‪‬ﺍﻟﺪﺍﺭ‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬‫ﺗﺮﻛﺖﲔ‪ ‬‬ ‫ﺣﺴﻦ‪‬‬
‫ﺃﹶﺟ‪‬ﻤ‪‬ﻌ‪‬‬
‫ﺍﻟ ‪‬ﺼ‪‬ﺎﺑﹺﺮﹺﻳﻦ‪ ‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺭﺳﻮﻟﻪ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺎﻟﻚ(‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ ‪5.‬‬ ‫‪QS. Hud: 118 – 119‬‬
‫‪‬ﻋﻦ‪‬ﺃﰉ‪‬ﺛﻌﻠﺒﺔ‪‬ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﺇﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬‬
‫ﻭﺳﺘﻔﺘﺮﻕ‪‬ﻢ‪‬‬
‫……‪.‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺭ‪‬ﺣ‪‬ـ‬ ‫ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ‪  ‬ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﻭﺍﻓﺘﺮﻗﺖﻥﹶ‪‬ﻣ‪‬ﺨ‪‬ﺘ‪‬ﻠ‪‬ﻔ‪‬ﲔ‪‬‬ ‫ﻓﺮﻗﺔﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﻳ‪‬ﺰ‪‬ﺍﻟﹸﻮ‬ ‫ﻭﺳﺒﻌﲔﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺓﹰ‪‬‬ ‫ﺱ‪‬ﺃﹸﻣ‪‬ﺔﹰ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‬ ‫ﺍﺣﺪﻯ‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﻞﹶ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎ‬ ‫ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ‪‬ﻟﹶﺠ‪‬ﻌ‪‬‬‫‪‬ﺎﺀ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬‬ ‫ﺍﻓﺘﺮﻗﺖ‪‬‬ ‫ﻭ‪‬ﻟﹶﻮ‪‬ﺷ‬
‫ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ‪‬ﻭﺣﺪ‪‬ﺣﺪﻭﺩﺍ‪‬ﻓﻼ‪‬ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ‪‬ﻭﺣﺮﻡ‪‬ﺃﺷﻴﺎﺀ‪‬ﻓـﻼ‪‬‬ ‫ﻣﺴﺘﺤﺐ‬ ‫ﺍﳋﻼﻑ‪‬ﻓﻼ‪‬‬ ‫ﻣﻦ‪‬ﻓﺮﺍﺋﺾ‪‬‬ ‫ﻓﺮﺽ‬ ‫ﺍﳋﺮﻭﺝ‪‬‬ ‫ﺗﻌﺎﱃ‪‬‬
‫‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻷَﻣ‪‬ﻸﻥﱠ‪‬ﺟ‪‬ﻬ‪‬ﻨ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﹾﺠﹺﻨ‪‬ـﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ـﺎﺱﹺ‪‬‬ ‫ﻓﺮﻗﺔﻛﹶﻠ‪‬ﻤ‪‬ﺔﹸ‪‬‬ ‫ﻭﺳﺒﻌﲔ‪‬ﻤ‪‬ﺖ‪‬‬ ‫ﺛﻼﺙﺧ‪‬ﻠﹶ‪‬ﻘﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰﺬﹶﻟ‪‬ﻚ‪‬‬ ‫ﺃﻣﱴﻚ‪‬ﻭ‪‬ﻟ‪‬‬ ‫ﺭ‪‬ﺑ‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﺍﳌﺼﺎﱀ‪‬ﻏﲑ‪‬ﻧﺴﻴﺎﻥ‪‬ﻓﻼ‪‬ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ‪‬ﻋﻨﻬﺎ‪‬ﺣﺪﻳﺚ‪‬‬ ‫ﺭﲪﺔﻟﻜﻢ‬ ‫ﺟﻠﺐ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺷﻴﺎﺀ‪‬‬ ‫ﻣﻘﺪﻣﺎ‪‬ﻋﻦ‪‬‬ ‫ﻭﺳﻜﺖ‪‬‬ ‫ﺍﳌﻔﺎﺳﺪ‪‬‬ ‫ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ‪‬‬ ‫ﺩﺭﺀ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺃﹶﺟ‪‬ﻤ‪‬ﻌ‪‬ﲔ‪ ‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺗﺮﻛﺖ‪‬ﻓﻴﻜﻢ‪‬ﺃﻣﺮﻳﻦ‪‬ﻣﺎ ﺇﻥ‪‬ﲤﺴﻜﺘﻢ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻟﻦ‪‬ﺗﻀﻠﻮﺍ‪‬ﺃﺑﺪﺍ‪‬ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻭﺳﻨﺔ‪‬ﺭﺳﻮﻟﻪ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻭﻏﲑﻩ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻗﻄﲎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺪﺍﺭ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫ﺣﺴﻦ‪‬‬
‫ﺍﷲ‪‬‬ ‫ﻭﺳـﻨﺔ‪‬‬ ‫‪:‬ﺇﻥ‪‬‬ ‫ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﺏ‪‬ﻗﺎﻝﺍﷲ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻛﺘـﺎ‬ ‫ﺍﷲ‪‬ﺃﺑﺪﺍ‪‬‬ ‫ﺗﻀﻠﻮﺍ‬‫ﺻﻠﻰ‪‬‬ ‫ﻓﻠﻦ‪‬‬ ‫‪‬ﻤﺎ‪‬ﺍﷲ‪‬‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‪‬‬ ‫ﺍﻋﺘﺼﻤﺘﻢ‪‬‬ ‫ﻋﻨﻪ‪‬ﻋﻦ‪‬‬ ‫ﺍﷲ‪‬ﺇﻥ‪‬‬ ‫ﺃﻣﺮﻳﻦ‪‬ﻣﺎ‬ ‫ﻓﻴﻜﻢ‪‬ﺭﺿﻰ‬ ‫ﺃﰉ‪‬ﺛﻌﻠﺒﺔ‬ ‫ﺗﺮﻛﺖ‬ ‫‪‬ﻋﻦ‬
‫‪757‬‬
‫‪‬‬
‫ﻭﺳﺘﻔﺘﺮﻕﻼ‪‬‬‫ﺃﺷﻴﺎﺀ‪‬ﻓـ‬ ‫……‪.‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ‪‬ﻭﺣﺮﻡ‪‬‬ ‫ﻭﺍﻓﺘﺮﻗﺖ‪‬ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ‬ ‫ﺣﺪﻭﺩﺍ‪‬ﻓﻼ‬ ‫ﻓﺮﻗﺔ‪‬‬ ‫ﻭﺣﺪ‪‬‬ ‫ﻭﺳﺒﻌﲔ‪‬‬ ‫ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ‪‬‬ ‫ﺍﺣﺪﻯ‪‬‬ ‫ﻓﻼ‪‬‬ ‫ﻋﻠﻰ‪(‬‬ ‫ﻓﺮﺍﺋﺾ‬
‫ﻣﺎﻟﻚ‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬
‫ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ‪‬‬ ‫ﻓﺮﺽ‪‬‬ ‫ﺍﻓﺘﺮﻗﺖ‪)‬‬ ‫ﺗﻌﺎﱃ‪‬‬
‫ﺭﺳﻮﻟﻪ‬
‫‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﻛﹶﺎﻥﹶ‪‬ﻟ‪‬ﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻦﹴ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﻣ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺔ‪‬ﺇﹺﺫﹶﺍ‪‬ﻗﹶﻀ‪‬ﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻟﹸﻪ‪‬ﺃﹶﻣ‪‬ﺮﺍﹰ‪‬ﺃﹶﻥ‪‬ﻳ‪‬ﻜﹸﻮﻥﹶ‪‬ﻟﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟﹾﺨ‪‬ﻴ‪‬ﺮ‪‬ﺓﹸ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬
‫ﺃﹶﻣ‪‬ﺮﹺﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻌ‪‬ﺺﹺ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻟﹶﻪ‪‬ﻓﹶﻘﹶﺪ‪‬ﺿ‪‬ﻞﱠ‪‬ﺿ‪‬ﻠﹶﺎﻻﹰ‪‬ﻣ‪‬ﺒﹺﻴﻨﺎﹰ‪ ‬‬
‫‪‬‬ ‫‪KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006‬‬

‫‪“Jikalau‬‬
‫‪Tuhanmu‬ﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎﻥ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻧ‪‬ﻪ‪‬‬ ‫‪menghendaki,‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻊ‪ ‬ﺧ‪‬ﻄﹸﻮ‪‬ﺍﺕ‪ ‬ﺍﻟ‬ ‫‪tentu‬ﻮ‪‬ﺍﺕ‪ ‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎﻥ‪ ‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫‪Dia‬ﺒﹺﻌ‪‬ﻮﺍ ‪‬ﺧ‪‬ﻄﹸ‬ ‫‪menjadikan‬ﻮﺍ ‪‬ﻟﹶﺎ ‪‬ﺗ‪‬ﺘ‪‬‬ ‫ﻳ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪ ‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‬
‫‪manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih‬‬
‫‪‬ـﺃﹶﺴ‪‬ﺣ‪‬ﻦ‪‬ﺪ‪‬‬ ‫‪kecuali‬ﻣ‪‬ﻨﻫ‪‬ﻜﻲ‪‬ﹸﻢ‪‬ﺃﹶ‪‬ﻣ‪‬ﺣﻦ‪‬‬ ‫‪‬ﻢ‪‬ﺑﺯ‪‬ﹺﺎﻟﱠﺘﻛﹶﺎ‪‬‬ ‫‪orang-orang‬ﺩ‪‬ﻪ‪‬ﻟﹾ‪‬ﻬﻣ‪‬ﺎ‬
‫‪yang‬ﻮ‪‬ﺍﻟﻋ‪‬ﻠﱠﻪ‪‬ﻈﹶ‪‬ﺔ‪‬ﻋ‪‬ﺍﻠﹶﻟﹾﻴ‪‬ﺤ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺣ‪‬ﻤ‪‬ﺘ‪‬‬ ‫ﻚ‪‬ﻨ‪‬ﺑﻜﹶﹺﺎﻟﹾﺮﹺ‪‬ﺤ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻮ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﻓﹶﻀ‪‬ﻞﹸ‬ ‫‪rahmat‬ﻟﹾﻤ‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﺤ‪‬ﺳ‪‬ﺳ‪‬ﺒﺒﺸﹺﻴﹺﻴ‪‬ﺎﺀﻞﹺﻞﹺ‪‬ﺭ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺑ‪‬ﺑ‪‬‬ ‫‪oleh‬ﺎﻟﻟﹾﻔﹶ‬ ‫ﻳ‪‬ﺍﺄﹾﺩ‪‬ﻣ‪‬ﺮ‪‬ﺑﹺ‬
‫‪pendapat,‬‬
‫ﺴ‪‬ﻦ‪‬ﻦ‪‬‬‫ﺴ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ـ‬
‫‪‬ـ‬ ‫‪‬ﻲ‪‬ﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻲ‪‬ﻲ‪‬ﺃﹶﺃﹶﺣﺣ‬ ‫‪‬ﻲ‬
‫‪‬ﻲ‬ ‫‪‬ﻢ‪‬ﺑﺑﹺﺎﹺﺎﻟﱠﻟﱠﺘﺘ‬
‫‪‬ﻢ‬ ‫ﺴ‪‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﺔ‪‬ﺔ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺟﺟﺟ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﺎﺩ‪‬ﺩ‪‬ﻟﹾﻟﹾﻬﻬ‬
‫ﺴ‪‬‬
‫ﺴ‬
‫‪‬‬ ‫ﺤ‪‬‬
‫ﺤ‬
‫‪‬‬ ‫‪diberi‬ﻜﹾﻜﹾﻜﹾﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﺔ‪‬ﺔ‪‬ﺔ‪‬ﻭﻭﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﹾﻟﹾﻟﹾﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻈﹶﻈﹶﺔ‪‬ﺔ‪‬ﺍﺍﻟﹾﻟﹾ‬ ‫ﺤ‪‬‬
‫ﺤ‬
‫‪‬‬ ‫ﻚ‪‬ﺑﺑﹺﺎﹺﺎﻟﹾﻟﹾ‬ ‫ﻚ‬
‫‪‬‬ ‫ﺑ‬
‫‪‬‬ ‫ﺭ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻞ‬
‫ﹺ‬ ‫ﹺﻴ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﺳ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﻰ‬
‫‪‬ﻰ‬ ‫ﻉ‪‬ﺇﹺﺇﹺﺇﹺﻟﻟ‬ ‫ﻉ‪‬‬
‫ﺍﺍﺩ‪‬ﺩ‪‬ﻉ‪‬‬
‫‪Tuhanmu. Dan untukitulah‬‬ ‫ﻢ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﻴ‬
‫ﻠ‬ ‫ﻋ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻊ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﻴ‬ ‫ﻤ‬ ‫‪Allah‬‬
‫‪‬‬
‫ﺳ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻪ‬
‫‪‬‬ ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫‪‬ﺍﻟ‬
‫ﻭ‬ ‫‪‬‬ ‫‪menciptakan‬‬
‫ﺀ‬
‫ُ‬ ‫‪‬ﺎ‬ ‫ﺸ‬ ‫ﻳ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫‪‬‬ ‫ﱢﻲ‬ ‫ﻛ‬ ‫ﺰ‬
‫‪‬‬ ‫ﻳ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻪ‬
‫‪‬‬ ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍﻟ‬ ‫‪mereka.‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻦ‬
‫‪‬‬ ‫ﻜ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬
‫)‪(keputusan-Nya‬ﻟﹾﻟﹾﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻬ‪‬ﻬ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﺪﺪ‪‬ﻳ‪‬ﻳﻦ‪‬ﻦ‪ ‬‬
‫‪telah‬ﻞﱠﻞﱠ‪‬ﻋﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻠ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﺑﹺﺎ‬ ‫‪‬ﻦ‪‬ﺿ‪‬‬ ‫ﻚ‪‬ﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪‬ﺃﹶﺃﹶﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻠﹶﻢ‪‬ﺑﹺﻤ‬ ‫ﺃﹶﺇﹺﺑﻥﱠ‪‬ﺪ‪‬ﺍﹰﺭ‪‬ﺑ‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪Kalimat Tuhanmu‬‬ ‫‪‬ﻦ‪‬ﺳ‪‬ﺳ‪‬ﺒﺒﹺﻴﹺﻴﻠ‪‬ﻠ‪‬ﻪ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪‬ﺃﹶﺃﹶﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻠﹶﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺑﺑﹺﺎﹺﺎﻟﹾﻤ‪‬ﻬ‪‬ﺘ‪‬ﺪ‪‬ﻳﻦ‪ ‬‬ ‫ﺿ‪‬ﻞﱠ‪‬ﻋ‪‬ﻦ‬ ‫‪‬ﻦ‪‬ﺿ‪‬‬ ‫‪ditetapkan:‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺑﹺﺑﹺﻤﻤ‪‬ﻦ‬ ‫ﻚ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶ‬ ‫ﺇﹺﺇﹺﻥﱠﻥﱠ‪‬ﺭ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam‬‬
‫‪‬ـﻭ‪‬ﻮ‪‬ﺇﹺ‪‬ﻥﹾ‪‬‬ ‫‪jin‬ﺍﻟﺓ‪‬ﻈﱠﻫﻦ‪ ‬‬ ‫‪manusia‬ﻳ‪‬ﺍﺘ‪‬ﺒﹺﺳ‪‬ﻌﻊ‪‬ﻮ‪‬ﺍﻟﹾﻥﹶ ‪‬ﺇﹺﻻﱠ ‪‬‬ ‫‪(yang‬ﺳ‪‬ﺒﻢ‪‬ﹺﻴ‪‬ﺇﹺﻞﹺﻥﱠ‪‬ﺍﻟﻠﹼﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻪ‪ ‬ﺇﹺﻥ ‪‬‬ ‫)‪durhaka‬ﱡﻮﻙ‪ ‬ﻋ‪‬ﻦ ‪‬‬ ‫ﺽﹺﻔﹶ‪‬ﻳ‪‬ﻮ‪‬ﺍﻀ‪‬ﺣ‪‬ﻠ‬ ‫‪‬ﻲ ‪‬ﺍﻷَﺭ‪‬‬ ‫‪‬ﻮﺮ‪‬ﻥﹶﻥﹶ‪‬ﻣﻛﹶﻛﹶ‪‬ﻦﺒﺒ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﺋ‪‬ﺋ‪‬ﻓﺮ‪‬ﺮ‪‬‬ ‫‪(QS.‬ﻄ‪‬ﻳ‪‬ﻊ‪‬ﺠ‪‬ﺃﹶﺘ‪‬ﻨﹺﺒﻛﹾﺜﹶ‬ ‫ﻭ‪‬ﺇﹺﻥ ‪‬ﺗ‪‬‬
‫‪dengan‬‬
‫‪‬ـﻮ‪‬ﻮ‪‬‬
‫‪‬ـ‬ ‫‪dan‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻐ‪‬ﻐ‪‬ﻐ‪‬ﻔ‪‬ﻔ‪‬ﻔ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﺓ‪‬ﺓ‪‬ﻫﻫ‬
‫ﻚ‪‬ﻭﻭﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺳ‪‬ﻊ‪‬ﻊ‪‬ﺍﺍﻟﹾﻟﹾ‬ ‫ﻚ‪‬‬
‫ﻚ‬
‫‪‬‬ ‫ﺶ‪‬ﺇﹺﺇﹺﺇﹺﻟﻟﻟﱠﺎﱠﺎﱠﺎ‪‬ﺍﻟﺍﻟﺍﻟﻠﱠﻠﱠﻠﱠﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺇﹺﺇﹺﻥﱠﻥﱠ‪‬ﺭ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﺑ‪‬‬
‫ﺶ‪‬‬
‫ﺶ‬
‫‪‬‬ ‫‪semuanya.‬ﺍﺍﺍﻟﹾﻟﹾﻟﹾﺈﹺﺈﹺﺈﹺﺛﹾﺛﹾﺛﹾﻢﹺﻢﹺﻢﹺ‪‬ﻭﻭﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﹾﻟﹾﻟﹾﻔﹶﻔﹶﻮﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺍﺣ‪‬ﺣ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬ ‫ﺋ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﻛ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻥ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬ﻮ‬
‫‪‬ﻮ‬ ‫ﺠ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻨﹺﻨﹺﺒﺒ‬
‫ﺠ‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﺍﺍﻟﱠﻟﱠﻟﱠﺬﺬﺬ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻳﻦ‪‬ﻦ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬‬
‫)‪Hud [11]:118 – 119‬‬
‫ﱡـﻮﺍ‪‬ﺍ‪‬‬ ‫‪al-manar,‬ﻜﹸﻜﹸﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﻓﹶﻠﻠﹶﺎﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﺰ‪‬ﻛ‬ ‫‪Kata‬ﺑ‪‬ﺑ‪‬ﻄﻄﹸﻮﻥ‪‬ﺃﹸﻣ‪‬ﻬ‪‬ﺎﺗ‪‬‬ ‫‪“illa‬ﺟﹺﺟﹺﻨ‪‬ﻨ‪‬ﺔﹲﺔﹲ‪‬ﻓﻓ‪‬ﻲ‬ ‫‪rahima‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﺇﹺﺫﹾﺫﹾ‪‬ﺃﹶﻧﺘ‪‬ﻢ‪‬ﺃﹶ‬ ‫‪rabbuka”,‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻦ‪‬ﺍﺍﻟﹾﻟﹾﺄﹶﺄﹶﺭ‪‬ﺭ‪‬ﺽﹺ‬ ‫ﺸ‪‬ﺄﹶﺄﹶ‪‬ﻛﻛ‪‬ﹸﻢ‪‬‬ ‫ﺃﹶﻫ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺇﹺ‪‬ﺑﹺﻻﱠ‪‬ﻜﹸﻳ‪‬ﻢ‪‬ﺨ‪‬ﺇﹺﺮ‪‬ﺫﹾ‪‬ﺻﺃﹶﻧ‪‬ﻮﻥﹶ‬
‫‪‬‬ ‫ﱡـﻮﺍ‪‬‬
‫‪Dalam‬‬ ‫‪kitab‬ﺰ‪‬ﺰ‪‬ﻛﻛﱡـﻮ‬ ‫ﹸﻮﻥ‪‬ﻥ‪‬ﺃﹸﺃﹸﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻬﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺎﺗ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻓﹶﻠﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬‬ ‫‪‬ﻲ‪‬ﺑ‪‬ﻄﹸﻮ‬ ‫‪ma‬ﺃﺃﹶﻧﹶﻧﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺃﹶﺃﹶﺟﹺﻨ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‬ ‫ﺽﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﺫﹾ‪‬‬ ‫ﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‪‬ﺽﹺ‬ ‫ﺸ‪‬ﺄﹶﻛﹸﻢ‬ ‫‪adalah‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺇﹺﺇﹺﺫﹾﺫﹾ‪‬ﺃﺃﹶﻧﹶﻧﺸ‪‬‬ ‫ﺃﹶﺃﹶﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻠﹶﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺑﹺﺑﹺﻜﹸﻜﹸ‬
‫‪bentuk ikhtilaf yang tidak melahirkan‬‬ ‫‪pertentangan‬ﻘﻘﹶﻰ‪‬‬ ‫‪dan‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻢ‪‬ﺑﹺﻤ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﺗ‪‬‬ ‫ﺃﺃﹶﻧﹶﻧﻔﹸﻔﹸﺴ‪‬‬
‫ﹶﻰ‪‬ﺴ‪‬ﺪ‪‬ﺕ‪ ‬ﺍﻟﺴ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺍﺕ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‪‬ﺽ‪ ‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ ‪‬ﻓ‪‬ﻴﻬﹺﻦ‪ ‬ﺑ‪‬ﻞﹾ ‪‬ﺃﹶﺗ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪permusuhan.‬‬ ‫ﺴ‪‬ﺍﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻜﹸﻜﹸﻊ‪‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻫ‪‬ﻫ‪‬ﻟﹾﻮ‪‬ﻮ‪‬ﺤ‪‬ﺃﹶﺃﹶﻖ‪‬ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻠﹶ‪‬ﺃﹶﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻫ‪‬ﺑﹺﺑﹺﻮﻤ‪‬ﻤ‪‬ﺍﺀﻦﹺﻦﹺﻫ‪‬ﺍﺍﻢ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪ ‬ﻘﻟﹶﻔﹶ‬
‫ﹶﻰ‬ ‫ﺃﻭ‪‬ﹶﻧﻟﹶﻔﹸﻮﹺ ‪‬ﺴ‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﺑﹺ‪‬ﺬ‪‬ﻛﹾﺮﹺﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺫ‪‬ﻛﹾﺮﹺﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻌ‪‬ﺮﹺﺿ‪‬ﻮﻥﹶ‪ ‬‬
‫ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﺸ‪‬ﺎﻗ‪‬ﻖﹺ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹶ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﺪ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻴ‪‬ﻦ‪‬ﻟﹶﻪ‪‬ﺍﻟﹾﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻯ‪‬ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻊ‪‬ﻏﹶﻴ‪‬ﺮ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨﹺﲔ‪‬ﻧ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱢﻪ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ ‪6.‬‬ ‫ﲔ‪‬ﻧ‪‬ﻧ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱢﻟﱢﻪ‪‬ﻪ‪‬‬
‫‪Hadits‬‬ ‫‪Nabi‬ﲔ‪‬‬
‫‪SAW:‬ﺍﺍﻟﹾﻟﹾﻤ‪‬ﻤ‪‬ﺆ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻨﹺﻨﹺ‬
‫‪‬ﻯ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﺒﹺﻊ‪‬ﻊ‪‬ﻏﹶﻏﹶﻴ‪‬ﻴ‪‬ﺮ‪‬ﺮ‪‬ﺳ‪‬ﺳ‪‬ﺒﺒﹺﻴﹺﻴﻞﹺﻞﹺ‪‬‬
‫‪‬ﻦ‪‬ﺑ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﺪ‪‬ﺪ‪‬ﻣﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺒ‪‬ﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻦ‪‬ﻦ‪‬ﻟﹶﻟﹶﻪ‪‬ﻪ‪‬ﺍﺍﻟﹾﻟﹾﻬ‪‬ﻬ‪‬ﺪﺪ‪‬ﻯ‬
‫‪‬ﻮﻝﹶﻝﹶ‪‬ﻣﻣ‪‬ﻦ‬
‫ﺸ‪‬ﺎ‪‬ﺎﻗ‪‬ﻗ‪‬ﻖﹺﻖﹺ‪‬ﺍﻟﺍﻟﺮ‪‬ﺮ‪‬ﺳﺳ‪‬ﻮ‬
‫‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺸ‬
‫ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻣﻣ‪‬ﻦ‬
‫ﺭﺿﻲ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨﻪ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪:‬ﻭﻋﻈﻨﺎ ‪‬ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬‬ ‫‪‬ﲑﺍﹰﺍﹰﺍﹰ‪‬‬
‫ﺼ‪‬ﲑ‬
‫ﺕ‪‬ﻣ‪‬ﺼ‬
‫ﺳﺎﺭﻳﺔﻣ‪‬ﻣ‪‬ﺼ‪‬ﲑ‬
‫ﺍﻟﻌﺮﺑﺎﺽ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺑﻦﺳﺳ‪‬ﺎﺀﺕ‪‬‬
‫‪‬ﺎﺀﺕ‪‬‬
‫ﳒﻴﺢﺼ‪‬ﻠ‪‬ﻪ‪‬ﺟ‪‬ﻬ‪‬ﻨ‪‬ﻢ‪‬‬
‫ﺼ‪‬ﻠ‪‬ﻠ‪‬ﻪ‪‬ﻪ‪‬ﺟ‪‬ﺟ‪‬ﻬ‪‬ﻬ‪‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﺎﺀ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﻮ‪‬ﻮ‪‬ﻟﻟﺃﰊﱠﻰ‪‬ﻭ‪‬ﻧ‪‬‬
‫ﱠﻰ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻧ‪‬ﻧ‪‬ﺼ‪‬‬ ‫ﻣﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻰ‬
‫ﻣ‪‬ﺎ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ ‪‬ﻣﻮﻋﻈﺔ ‪‬ﻭﺟﻠﺖ ‪‬ﻣﻨﻬﺎ ‪‬ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ‪‬ﻭﺫﺭﻓﺖ ‪‬ﻣﻨﻬﺎ ‪‬ﺍﻟﻌﻴﻮﻥ‪ -‬ﻓﻘﻠﻨﺎ ‪:‬ﻳﺎ‪‬‬
‫ﻭﺟﻞ‪‬‬ ‫ﻋﺰﻠﹼﻠﹼﻠﹼ‪‬ﻪ‪‬ﻪ‪‬ﻪ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻊ‪‬ﻊ‪‬ﻊ‪‬‬
‫ﺍﷲ ‪‬ﻥﱠﻥﱠﻥﱠ‪‬ﺍﻟﺍﻟﺍﻟ‬
‫‪‬ﻭﺍﹾﺍﹾﺍﹾ‪‬ﺇﹺﺇﹺﺇﹺ‬
‫ﺻ‪‬ﺒﹺﺒﹺﺮﺮ‪‬ﻭ‬
‫ﺑﺘﻘﻮﻯﺮ ‪‬ﻭ‬
‫ﺐ‪‬ﺭﹺﺭﹺﳛ‪‬ﳛ‪‬ﻜﹸﻜﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺻ‪‬‬
‫ﺃﻭﺻﻴﻜﻢﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻭﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍﺻ‪‬ﺒﹺ‬
‫‪:‬ﺐ‪‬ﺭﹺﳛ‪‬ﻜﹸ‬
‫ﹸﻮﺍﹾﺍﹾ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﺬﹾﺬﹾﻫ‪‬ﻫ‪‬ﺐ‪‬‬
‫ﻗﺎﻝﺬﹾﻫ‪‬‬
‫ﺸ‪‬ﻠﻠﹸﻮ‬
‫‪‬ﻮﻟﹶﻟﹶﻪ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﻨﻨ‪‬ﺎ‪‬ﺎﺯ‪‬ﺯ‪‬ﻋﻋ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﻓﹶﺘ‪‬ﻔﹾﺸ‬
‫‪‬ﻮ‪‬ﺍﹾﺍﹾ‪‬ﻓﹶﻓﹶﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻔﹾﻔﹾﺸ‪‬ﻠ‬
‫ﻓﺄﻭﺻﺎﻧﺎﹸﻮﺍﹾ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬‬ ‫ﻣﻮﺩﻉ‪‬ﻮ‬
‫‪‬ﻮﺍﹾﺍﹾ‪‬ﺍﻟﺍﻟﻠﹼﻠﹼﻪ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮ‬
‫ﻛﺄ‪‬ﺎﺳﺳ‪‬ﻮﻟﹶﻪ‪‬ﻭ‪‬‬
‫ﻣﻮﻋﻈﺔﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺯ‪‬ﻋ‬ ‫ﺍﷲﻠﹼ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺭ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺃﹶﻃﻃ‪‬ﻴ‪‬ﻴﻌﻌ‪‬ﻮ‬
‫ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﻮ‪‬ﺍﹾ‪‬ﺍﻟ‬ ‫ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‬
‫ﻭﺍﻟﻄﺎﻋﺔ ‪‬ﻭﺍﻥ ‪‬ﺗﺄﻣﺮ ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ ‪‬ﻋﺒﺪ ‪‬ﺣﺒﺸﻲ ‪‬ﻓﺈﻧﻪ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﻳﻌﺶ ‪‬ﻣﻨﻜﻢ ‪‬ﻓﺴﲑﻯ‪‬‬ ‫ﻭﺍﻟﺴﻤﻊﻦ‪‬ﻦ‪‬ﻦ‪ ‬‬
‫ﺼ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﺎﺑﹺﺑﹺﺑﹺﺮﺮﺮﹺﻳﹺﻳﹺﻳ‬
‫ﺍﻟﺍﻟﺼ‬
‫ﺍﻟﺼ‬
‫‪‬‬
‫ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬‬ ‫ﻋﻀﻮﺍﺭ‪‬ﺭ‪‬ﺣﺣ‪‬ـ‬ ‫ﺍﳌﻬﺪﻳﲔ ‪‬ﻻﱠﻻﱠ‪‬ﻣﻣ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦﻔ‪‬ﻔ‪‬ﲔ‪   ‬ﺇﹺ‬ ‫ﺍﳋﻠﻔﺎﺀﺰ‪‬ﺍﻟ‪‬ﹸﻮ‬
‫ﻭﺳﻨﺔﺓﹰ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫ﺑﺴﻨﱴﺔﹰ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺣ‪‬ﺪ‪‬‬ ‫ﻓﻌﻠﻴﻜﻢ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﺱ‪‬ﺃﹸﻣ‪‬‬
‫ﻚ‪–‬ﻟﹶﻟﹶ‪‬ﺠ‪‬ﻌ‪‬ﻞﹶ‪‬ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺇﺧﺘﻼﻓﺎﻛﺜﲑﺍ ‪‬ﻚ‪‬‬
‫‪‬ـﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬‬ ‫‪‬ﻦ‪‬ﺭ‪‬ﺣ‪‬ـ‬ ‫ﲔ‪   ‬ﺇﹺﺇﹺﻻﱠ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‬
‫ﹸﻮﻥﹶﻥﹶ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﺨ‪‬ﺘ‪‬ﻠ‪‬‬
‫ﺨ‪‬ﺘ‪‬ﺘ‪‬ﻠ‪‬ﻠ‪‬ﻔ‪‬ﲔ‪‬‬‫ﺱ‪‬ﺃﹸﺃﹸﻣ‪‬ﻣ‪‬ﺔﹰﺔﹰ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺍﺣ‪‬ﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺪ‪‬ﺓﹰﺓﹰ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶﻻﹶ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺰﺰ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﻟﹸﻮﻥﹶ‪‬ﻣ‪‬ﺨ‪‬‬‫ﺠ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﻞﹶﻞﹶ‪‬ﺍﻟﺍﻟﻨﻨ‪‬ﺎﺱ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻟﹶﻮ‪‬ﻮ‪‬ﺷﺷ‪‬ﺎﺀ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬‬
‫‪‬ﺎﺀ‪‬ﺭ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻟﹶﺠ‪‬‬ ‫ﻭ‪‬ﻟﹶﻮ‪‬ﺷ‪‬ﺎﺀ‬
‫ﺩﺍﻭﺩ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﺑﻮ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫‪‬‬ ‫–‬ ‫‪‬‬ ‫ﺿﻼﻟﺔ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺑﺪﻋﺔ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻛﻞ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﺈﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻷﻣﻮﺭ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻭﳏﺪﺛﺎﺕ‬
‫ﺑﺎﻟﻨﻮﺍﺟﺬﺬﹶﺬﹶﻟ‪‬ﻟ‪‬ﻚ‪‬ﺧ‪‬ﻠﹶﻘﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﻤ‪‬ﺖ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ‬ ‫‪‬‬ ‫–‬ ‫‪‬‬
‫ﺱﹺ‪‬‬
‫‪‬ـﺎﺱﹺ‪‬‬ ‫‪‬ـﺔ‪‬ﺔ‪‬ﻭﻭ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ـﺎ‬
‫‪‬ﺍﻟﻨﻨ‪‬ـﺎﺱﹺ‪‬‬ ‫ﺠﹺﻨﻨ‪‬ـﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟ‬
‫‪‬ﻸﻥﱠﻥﱠ‪‬ﺟ‪‬ﺟ‪‬ﻬ‪‬ﻬ‪‬ﻨ‪‬ﻨ‪‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻦ‪‬ﺍﺍﻟﹾﻟﹾﺠﹺﻨ‪‬ـ‬
‫ﻚ‪‬ﻷَﻷَﻣﻣ‪‬ﻸﻥﱠ‪‬ﺟ‪‬ﻬ‪‬ﻨ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﹾﺠﹺ‬
‫ﺖ‪‬ﻛﹶﻛﹶﻠ‪‬ﻠ‪‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﺔﹸﺔﹸ‪‬ﺭ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻷَﻣ‪‬ﻸ‬
‫ﻚ‪‬ﺧ‪‬ﺧ‪‬ﻠﹶﻠﹶﻘﹶﻘﹶﻬ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﺖ‪‬ﻛﹶﻠ‪‬ﻤ‪‬ﺔﹸ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬‬
‫ﺭ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬ﻭ‪‬ﻟ‪‬‬
‫ﻚ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻟ‪‬ﻟ‪‬ﺬﹶﻟ‪‬ﻚ‪‬‬ ‫ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻚ‪‬‬
‫ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ‪‬ﻭﻗﺎﻝ‪‬ﺣﺪﻳﺚ‪‬ﺣﺴﻦ‪‬ﺻﺤﻴﺢ‪‬‬ ‫ﺃﹶﺃﹶﺟ‪‬ﺟ‪‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﲔ‪‬‬
‫ﲔ‪ ‬‬ ‫ﺃﹶ‪‬ﺟ‪‬ﻤ‪‬ﻌ‪‬ﲔ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ ‪7.‬‬ ‫‪Hadits Nabi SAW:‬‬
‫ﺍﷲ‪‬‬
‫‪::‬ﺇﻥ ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﺇﻥ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﻗﺎﻝ‪:‬‬
‫ﻗﺎﻝ‪:‬ﺇﻥ‬
‫ﻭﺳﻠﻢ ‪‬ﻗﺎﻝ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ‪ ‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬‬
‫ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻗﺎﻝ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‬
‫ﺍﷲﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‬
‫ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‬
‫ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‬
‫ﻋﻨﻪ‪‬ﻋﻦ‪‬‬
‫ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨﻪ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻋﻦ‬
‫ﺛﻌﻠﺒﺔ‪‬ﺭﺿﻰ‬
‫ﺭﺿﻰ‬
‫ﺛﻌﻠﺒﺔ‪‬ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰉﺃﰉ‪‬ﺛﻌﻠﺒﺔ‬
‫ﺃﰉ‪‬ﺛﻌﻠﺒﺔ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰉ‬
‫ﻋﻦ‬
‫ﻋﻦ‬
‫ﻓﻼ‪‬‬ ‫ﻓـ‪‬ﻼ‪‬‬
‫ﻼ‪‬‬ ‫ﻓـ‬‫ﺃﺷﻴﺎﺀ‬ ‫ﻭﺣﺮﻡ ‪‬‬
‫ﺃﺷﻴﺎﺀ‪‬‬ ‫ﻭﺣﺮﻡ‪‬‬ ‫ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ ‪‬‬
‫ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ‪‬‬‫ﻓﻼ‪‬ﻓﻼ ‪‬‬‫ﺣﺪﻭﺩﺍ ‪‬‬
‫ﻭﺣ‪‬ﺪ‪ ‬ﺣﺪﻭﺩﺍ‪‬‬
‫ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ ‪‬ﻭﺣﺪ‪‬‬
‫ﻓﻼ ‪‬ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ‪‬‬ ‫ﻓﺮﺍﺋﺾ‪‬ﻓﻼ‪‬‬
‫ﻓﺮﺽ‪‬ﻓﺮﺍﺋﺾ‬ ‫ﺗﻌﺎﱃ‪‬‬
‫ﺃﺷﻴﺎﺀ‪‬ﻓـﻼ‪‬‬
‫ﻭﺣﺮﻡ‪‬ﺃﺷﻴﺎﺀ‬‫ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ‪‬ﻭﺣﺮﻡ‬
‫ﻓﻼ‪‬ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ‬ ‫ﺣﺪﻭﺩﺍ‪‬ﻓﻼ‬
‫ﻭﺣﺪ‪‬ﺪ‪‬ﺣﺪﻭﺩﺍ‬ ‫ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ‪‬ﻭﺣ‬
‫ﻓﻼ‪‬ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ‬ ‫ﻓﺮﺍﺋﺾ‪‬ﻓﻼ‬
‫ﻓﺮﺽ‪‬ﻓﺮﺍﺋﺾ‬ ‫ﺗﻌﺎﱃ‪‬ﻓﺮﺽ‬‫ﺗﻌﺎﱃ‬
‫ﺣﺪﻳﺚ‪–‬‬
‫ﺣﺪﻳﺚ‪‬‬
‫ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ‪ ‬ﻋﻨﻬﺎ‬
‫ﻋﻨﻬﺎ‪‬‬‫‪‬‬ ‫ﻓﻼ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻧﺴﻴﺎﻥ‬
‫ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻓﻼ‬‫‪‬‬ ‫ﻏﲑ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﻧﺴﻴﺎﻥ‬‫ﻣﻦ‬‫‪‬‬‫‪‬‬ ‫ﻟﻜﻢ‬
‫ﻏﲑ‬ ‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺭﲪﺔ‬
‫ﺭﲪﺔﻟﻜﻢ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺃﺷﻴﺎﺀ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺃﺷﻴﺎﺀ‬ ‫ﻋﻦ‬
‫‪‬‬ ‫ﻋﻦ‬ ‫‪‬‬‫‪‬‬‫ﻭﺳﻜﺖ‬
‫ﻭﺳﻜﺖ‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ‬
‫ﻋﻨﻬﺎ‪‬ﺣﺪﻳﺚ‪‬‬ ‫ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ‪‬ﻋﻨﻬﺎ‬
‫ﻓﻼ‪‬ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ‬
‫ﻧﺴﻴﺎﻥ‪‬ﻓﻼ‬
‫ﻏﲑ‪‬ﻧﺴﻴﺎﻥ‬‫ﺭﲪﺔﻟﻜﻢ‪‬ﻏﲑ‬
‫ﺃﺷﻴﺎﺀ‪‬ﺭﲪﺔﻟﻜﻢ‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺃﺷﻴﺎﺀ‬
‫ﻭﺳﻜﺖ‪‬ﻋﻦ‬
‫ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ‪‬ﻭﺳﻜﺖ‬
‫ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ‬
‫ﻭﻏﲑﻩ‪‬‬
‫ﻭﻏﲑﻩ‪ ‬‬
‫ﻗﻄﲎ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﺪﺍﺭ‬
‫‪‬‬ ‫ﻗﻄﲎ‬ ‫‪‬‬‫‪‬‬‫ﺭﺍﻩ‬ ‫‪‬‬
‫ﺍﻟﺪﺍﺭ‬‫ﺣﺴﻦ‬
‫‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺣﺪﻳﺚ‪‬‬
‫ﺣﺴﻦ‪‬‬
‫ﻭﻏﲑﻩ‪ ‬‬
‫ﻗﻄﲎ‪‬ﻭﻏﲑﻩ‬ ‫ﺍﻟﺪﺍﺭ‪‬ﻗﻄﲎ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺪﺍﺭ‬
‫ﺣﺴﻦ‪‬ﺭﻭﺍﻩ‬
‫ﺣﺴﻦ‬
‫‪ ‬‬
‫ ‪8.‬‬ ‫‪Hadits Nabi SAW:‬‬ ‫‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﳊﻜﻤﺔ‪‬ﺿﺎﻟﺔ‪‬ﺍﳌﺆﻣﻦ‪‬ﺃﻳﻨﻤﺎ‪‬ﻭﺟﺪﻫﺎ‪‬ﺃﺣﻖ‪‬ﺎ‪–‬ﻣﺴﻠﻢ‪‬‬
‫ﻭﺳﺘﻔﺘﺮﻕ‪‬‬
‫……‪..‬ﻭﺳﺘﻔﺘﺮﻕ‬
‫ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ……‬
‫ﻭﺍﻓﺘﺮﻗﺖ‪‬ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ‬
‫ﻭﺳﺒﻌﲔ‪‬ﻓﺮﻗﺔ‪‬ﻭﺍﻓﺘﺮﻗﺖ‬
‫ﻓﺮﻗﺔ‪‬ﻭﺍﻓﺘﺮﻗﺖ‪‬ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ……‪.‬ﻭﺳﺘﻔﺘﺮﻕ‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﺣﺪﻯ‪‬ﻭﺳﺒﻌﲔ‬
‫ﺍﺣﺪﻯ‪‬ﻭﺳﺒﻌﲔ‪‬ﻓﺮﻗﺔ‬
‫ﺍﻓﺘﺮﻗﺖ‪‬ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ‪‬ﻋﻠﻰ‬
‫ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﺣﺪﻯ‬
‫ﺍﻓﺘﺮﻗﺖ‬
‫ﺍﻓﺘﺮﻗﺖ‪‬ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ‬
‫‪ ‬‬
‫ﻓﺮﻗﺔ‪‬‬
‫ﺛﻼﺙ‪‬ﻭﺳﺒﻌﲔ‪‬ﻓﺮﻗﺔ‬
‫ﻭﺳﺒﻌﲔ‪‬ﻓﺮﻗﺔ‪‬‬
‫ﺃﻣﱴ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺛﻼﺙ‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺛﻼﺙ‪‬ﻭﺳﺒﻌﲔ‬
‫ﺃﻣﱴ‬
‫ﺃﻣﱴ‪‬ﻋﻠﻰ‬
‫‪‬‬ ‫ ‪9.‬‬ ‫‪Hadits Nabi SAW:‬‬
‫ﺭﺳﻮﻟﻪ‪‬‬
‫ﻭﺳﻨﺔ‪‬ﺭﺳﻮﻟﻪ‬
‫ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻭﺳﻨﺔ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﻭﺳﻨﺔ‪‬ﺭﺳﻮﻟﻪ‬
‫ﺗﻀﻠﻮﺍ‪‬ﺃﺑﺪﺍ‪‬ﻛﺘﺎﺏ‬
‫ﺃﺑﺪﺍ‪‬ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﲤﺴﻜﺘﻢ‪‬ﺑﻪﺑﻪ‪‬ﻟﻦ‪‬ﺗﻀﻠﻮﺍ‬
‫ﻟﻦ‪‬ﺗﻀﻠﻮﺍ‪‬ﺃﺑﺪﺍ‬
‫ﺃﻣﺮﻳﻦ‪‬ﻣﺎﻣﺎ‪‬ﺇﻥ‪‬ﲤﺴﻜﺘﻢ‬
‫ﺇﻥ‪‬ﲤﺴﻜﺘﻢ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻟﻦ‬
‫ﺗﺮﻛﺖ‪‬ﻓﻴﻜﻢ‪‬ﺃﻣﺮﻳﻦ‬
‫ﻓﻴﻜﻢ‪‬ﺃﻣﺮﻳﻦ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺇﻥ‬
‫ﺗﺮﻛﺖ‬
‫ﺗﺮﻛﺖ‪‬ﻓﻴﻜﻢ‬
‫ﻭﺳـﻨﺔ‪‬ﺔ‪‬ﺔ‪‬‬‫ﺍﷲ‪‬ﻭﺳـﻨ‬
‫ﻛﺘـﺎﺏ‪‬ﺍﷲ‬
‫ﺏ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻭﺳـﻨ‬
‫ﺗﻀﻠﻮﺍ‪‬ﺃﺑﺪﺍ‪‬ﻛﺘـﺎ‬
‫ﺃﺑﺪﺍ‪‬ﻛﺘـﺎﺏ‪‬‬
‫‪‬ﻤﺎ‪‬ﻓﻠﻦ‪‬ﺗﻀﻠﻮﺍ‬
‫ﻓﻠﻦ‪‬ﺗﻀﻠﻮﺍ‪‬ﺃﺑﺪﺍ‬
‫ﺇﻥ‪‬ﺍﻋﺘﺼﻤﺘﻢ‪‬ﻤﺎ‬
‫ﺍﻋﺘﺼﻤﺘﻢ‪‬ﻤﺎ‪‬ﻓﻠﻦ‬
‫ﻓﻴﻜﻢ‪‬ﺃﻣﺮﻳﻦ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺇﻥ‬
‫ﺃﻣﺮﻳﻦ‪‬ﻣﺎﻣﺎ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺍﻋﺘﺼﻤﺘﻢ‬
‫ﺗﺮﻛﺖ‪‬ﻓﻴﻜﻢ‬
‫ﺗﺮﻛﺖ‪‬ﻓﻴﻜﻢ‪‬ﺃﻣﺮﻳﻦ‬
‫ﺗﺮﻛﺖ‬
‫ﻣﺎﻟﻚ(((‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺎﻟﻚ‬
‫ﺭﺳﻮﻟﻪ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‬
‫‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺎﻟﻚ‬
‫ﺭﺳﻮﻟﻪ‬
‫ﺭﺳﻮﻟﻪ‪)‬‬
‫‪‬‬
‫‪758‬‬ ‫ﻣﺴﺘﺤﺐ ‪‬‬
‫ﺍﳋﻼﻑ‪‬ﻣﺴﺘﺤﺐ‬
‫ﺍﳋﺮﻭﺝ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﳋﻼﻑ‬
‫ﻣﻦ‪‬ﺍﳋﻼﻑ‪‬ﻣﺴﺘﺤﺐ‬
‫ﺍﳋﺮﻭﺝ‬
‫ﺍﳋﺮﻭﺝ‪‬ﻣﻦ‬
‫ﺍﳌﺼﺎﱀ‪‬‬
‫ﺟﻠﺐ‪‬ﺍﳌﺼﺎﱀ‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺟﻠﺐ‪‬ﺍﳌﺼﺎﱀ‬
‫ﺩﺭﺀ‪‬ﺍﳌﻔﺎﺳﺪ‪‬ﻣﻘﺪﻣﺎ‬
‫ﻣﻘﺪﻣﺎ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺟﻠﺐ‬
‫ﺍﳌﻔﺎﺳﺪ‪‬ﻣﻘﺪﻣﺎ‪‬ﻋﻠﻰ‬
‫ﺩﺭﺀ‬
‫ﺩﺭﺀ‪‬ﺍﳌﻔﺎﺳﺪ‬
‫‪‬‬

‫ﺭﺳﻮﻟﻪ‬‫ﻭﺳﻨﺔ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻛﺘﺎﺏ‬‫ﺃﺑﺪﺍ‬‫ﺗﻀﻠﻮﺍ‬‫ﻟﻦ‬‫ﺑﻪ‬‫ﲤﺴﻜﺘﻢ‬‫ﺇﻥ‬‫ﻣﺎ‬‫ﺃﻣﺮﻳﻦ‬‫ﻓﻴﻜﻢ‬‫ﺗﺮﻛﺖ‬
‫ﻭﺳـﻨﺔ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻛﺘـﺎﺏ‬‫ﺃﺑﺪﺍ‬‫ﺗﻀﻠﻮﺍ‬‫ﻓﻠﻦ‬‫ﻤﺎ‬‫ﺍﻋﺘﺼﻤﺘﻢ‬‫ﺇﻥ‬‫ﻣﺎ‬‫ﺃﻣﺮﻳﻦ‬‫ﻓﻴﻜﻢ‬‫ﺗﺮﻛﺖ‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
(‫ﻣﺎﻟﻚ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺭﺳﻮﻟﻪ‬
10. Kaedah Ushuliyyah 
 ‫ﻣﺴﺘﺤﺐ‬‫ﺍﳋﻼﻑ‬‫ﻣﻦ‬‫ﺍﳋﺮﻭﺝ‬
‫ﺍﳌﺼﺎﱀ‬‫ﺟﻠﺐ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻣﻘﺪﻣﺎ‬‫ﺍﳌﻔﺎﺳﺪ‬‫ﺩﺭﺀ‬
11. Pendapat Hasan al-Banna

Ketika menjelaskan prinsip-prinsip dalam perbedaan
keagamaan: “natafaham ma ikhtalafna fih wa nata’awan
ma ittafaqna alaih”.

D. TANSIQ AL-HARAKAH (KOORDINASI LANGKAH


STRATEGIS DALAM MASALAH-MASALAH
KEAGAMAAN)
1. Umat Islam perlu mengefektifkan gerakan, baik yang sifatnya
dakwah Islamiyyah (harakah al-da’wah) maupun gerakan
pembelaan bagi Islam dan umatnya (harakah al-difa’)
2. Gerakan umat Islam yang efektif itu adalah gerakan yang bersifat
ishlahiyyah, terkoordinasi, tersinergi, saling mendukung,
dan tidak kontra-produktif, serta mengedepankan cara-cara
(kaifiyat) yang damai, santun, dan berkeadaban, sekalipun
aktifitas kegiatan tersebut beragam dan tidak satu model.
3. Dalam melakukan aktifitas, ormas dan lembaga keagamaan
hendaknya selalu mendasarkan diri di atas prinsip; niat
yang baik, perencanaan yang terpadu, metode keagamaan
(manhaj) yang shahih, serta prinsip kehidupan sosial yang
mengedepankan semangat kekeluargaan (al-ukhuwwah),
moderasi (a-tawassuth), keseimbangan (al-tawazun),
dinamis, dan memanfaatkan segala potensi yang ada.
a. Gerakan keagamaan (harakah diniyyah) harus
mencakup segala bidang, seperti aqidah, syari’ah, akhlak,
pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya.
b. Untuk tercapainya gerakan yang efektif tersebut, MUI
diharapkan dapat menjalankan fungsi-fungsi koordinasi,
sinkronisasi, dan sinergi sehingga tercapai tujuan
gerakan bersama.
Dasar-dasar Penetapan
1. QS. Ali Imran : 103

759
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006

‫ﻢ‬‫ﻛﹸﻨـﺘ‬‫ﺇﹺﺫﹾ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﺖ‬‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬‫ﻭﺍﹾ‬‫ﺍﺫﹾﻛﹸﺮ‬‫ﻭ‬‫ﻗﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻔﹶﺮ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻴﻌﺎﹰ‬‫ﻤ‬‫ﺟ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻞﹺ‬‫ﺒ‬‫ﺑﹺﺤ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻤ‬‫ﺼ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻭ‬
‫ـﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺓ‬‫ﻔﹾﺮ‬‫ﺣ‬‫ﻔﹶﺎ‬‫ﺷ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻢ‬‫ﻛﹸﻨﺘ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻧﺎﹰ‬‫ﻮ‬‫ﺇﹺﺧ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﻤ‬‫ﺑﹺﻨﹺﻌ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ﻓﹶﺄﹶﺻ‬‫ﻗﹸﻠﹸﻮﺑﹺﻜﹸﻢ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻓﹶﺄﹶﻟﱠﻒ‬‫ﺍﺀ‬‫ﺪ‬‫ﺃﹶﻋ‬
 ‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﻬ‬‫ﺗ‬‫ﻠﱠﻜﹸﻢ‬‫ﻟﹶﻌ‬‫ﻪ‬‫ﺎﺗ‬‫ﺁﻳ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﻚ‬‫ﻛﹶﺬﹶﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻓﹶﺄﹶﻧﻘﹶﺬﹶﻛﹸﻢ‬‫ﺎﺭﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻱ‬‫ﺪ‬dan
Allah, ‫ـ‬‫ﺍﻟﹾﻬ‬‫ﻻﹶ‬janganlah
‫ﻭ‬‫ﺍﻡ‬‫ـﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺮ‬‫ﻬ‬kamu ‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬bercerai
‫ﺍﻟﹼﻠﻪ‬‫ﺮ‬‫ﺂﺋ‬‫ﻌ‬‫ﺷ‬‫ﱡﻮﺍﹾ‬berai,
‫ﻠ‬‫ﺤ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻮﺍﹾ‬dan‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬ingatlah
‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
akan
‫ﺘﻢ‬‫ﻠﹶﻠﹾـ‬ni’mat
‫ﺣ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻧﺎﹰ‬Allah
‫ﻮ‬‫ﺭﹺﺿ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬kepadamu
‫ﻬﹺ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻼﹰ‬‫ﻓﹶﻀ‬‫ﻥﹶ‬ketika ‫ﻮ‬‫ﻐ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻡ‬‫ﺮ‬kamu
‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺖ‬‫ﻴ‬‫ﻟﹾﺒ‬dahulu
‫ﺍ‬‫ﲔ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻻ‬‫ﻭ‬(masa ‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹶﻶﺋ‬
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu,
‫ﻭﺍﹾ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﻡﹺ‬lalu
‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬menjadilah
‫ﺠﹺﺪ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻋ‬‫ﻛﹸﻢ‬kamu ‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺻ‬‫ﹶﻥ‬karena‫ﺃ‬‫ﻡﹴ‬‫ﻗﹶﻮ‬‫ﺂﻥﹸ‬‫ﻨ‬‫ﺷ‬ni’mat
‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﺮﹺﻣ‬‫ﺠ‬Allah,
‫ﻳ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺍﹾ‬orang-
‫ﻄﹶﺎﺩ‬‫ﻓﹶﺎﺻ‬
orang
‫ﺍﻟﹼﻠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬yang
‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻘﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺍﺗ‬bersaudara;
‫ﻭ‬‫ﺍﻥ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻹِﺛﹾﻢﹺ‬dan ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻮﺍﹾ‬kamu
‫ﻧ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬telah
‫ﻯ‬‫ﻘﹾﻮ‬‫ﺍﻟﺘ‬‫ﻭ‬berada
‫ﺍﻟﹾﱪ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬di ‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬tepi
‫ﺎ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya  ‫ﻘﹶﺎﺏﹺ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻳﺪ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬
 ‫ﻢ‬‫ﻛﹸﻨـﺘ‬‫ﺇﹺﺫﹾ‬‫ﻜﹸﻢ‬agar
kepadamu, ‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬kamu
‫ﺖ‬‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬‫ﻭﺍﹾ‬ ‫ﺍﺫﹾﻛﹸﺮ‬‫ﻭ‬‫ﻗﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻔﹶﺮ‬‫ﺗ‬petunjuk.
mendapat ‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻴﻌﺎﹰ‬‫ﻤ‬‫ﺟ‬‫(ﻠﹼﻪ‬QS.
‫ﺍﻟ‬‫ﻞﹺ‬‫ﺒ‬‫ﺤ‬Ali ‫ﺑﹺ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻤ‬Imran
‫ﺼ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻭ‬
[3]:103)
‫ﻪ‬‫ﻣﻨـﻦ‬
‫ـ‬‫ﻣ‬‫ﺍﻟﺸﺘﻜﻰﺓ‬
‫ﻔﹾﺮ‬‫ﺣ‬‫ﻔﹶﺎ‬‫ﺇﺩﺍﺷ‬‫ﺍﳉﺴﺪﻰ‬
‫ﻠﹶ‬‫ﻋ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻛﻤﺜﻞﻛﹸﻨ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻧﺎﹰ‬‫ﺗﻌﺎﻃﻔﻬﻢﻮ‬
‫ﺇﹺﺧ‬‫ﻪ‬‫ﺘ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﻭﻨﹺ‬‫ﻢ‬‫ﻭﺗﻮﺍﺩﻫﻢ‬
‫ﺘ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ﻓﹶﺄﹶﺻ‬‫ﲪﻬﻢ‬
‫ﺗﺮﺍﹸﻮﺑﹺﻜﹸﻢ‬
‫ﻗﹸﻠ‬‫ﰱﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﺍﳌﺆﻣﻨﲔ‬
‫ﻓﹶﺄﹶﻟﱠﻒ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻣﺜﻞ‬
‫ﺪ‬‫ﺃﹶﻋ‬
 ‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﻬ‬‫ﺗ‬‫ﻠﱠﻜﹸﻢ‬‫ﻟﹶﻌ‬‫ﻪ‬‫ﻭﺍﳊﻤﻰﺗ‬
‫ﺎ‬‫ﺁﻳ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﺑﺎﻟﺴﻬﺮ‬
‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﺍﳉﺴﺪﻳ‬
‫ﻚ‬‫ﺬﹶﻟ‬‫ﺳﺎﺋﺮﻛﹶ‬
‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻟﻪﻣ‬‫ﹸﻢ‬
‫ﺄﹶﻧﻘﹶﺬﹶﻛ‬‫ﻋﻀﻮﻓﹶ‬
‫ﺗﺪﺍﻋﻰ‬ ‫ﺎﺭﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬
2. QS. Al-Maidah: 2

‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻱ‬‫ـﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻬ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻡ‬‫ـﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻻﹶ‬‫ﺑﻌﻀﺎﻭ‬ ‫ﺍﻟﹼﻠﻪ‬‫ﺑﻌﻀﻪ‬
‫ﺮ‬‫ﺂﺋ‬‫ﻌ‬‫ﺷ‬‫ﻳﺸﺪ‬
‫ﻠﱡﻮﺍﹾ‬‫ﺤ‬‫ﻛﺎﻟﺒﻨﻴﺎﻥ‬
‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻟﻠﻤﺆﻣﻦ‬
‫ﺁ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﺍﳌﺆﻣﻦ‬
‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﺘﻢ‬‫ﻠﹶﻠﹾـ‬‫ﺣ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻧﺎﹰ‬‫ﻮ‬‫ﺭﹺﺿ‬‫ﻭ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻼﹰ‬‫ﻓﹶﻀ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻐ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺖ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﲔ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻻ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹶﻶﺋ‬
‫ﻭﺍﹾ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﺍﻡﹺ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺠﹺﺪ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻋ‬‫ﻭﻛﹸﻢ‬‫ﺪ‬‫ﺻ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﻡﹴ‬‫ﻗﹶﻮ‬‫ﺂﻥﹸ‬‫ﻨ‬‫ﺷ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﺮﹺﻣ‬‫ﺠ‬‫ﻳ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺍﹾ‬‫ﻄﹶﺎﺩ‬‫ﻓﹶﺎﺻ‬
‫ﺍﻟﹼﻠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻘﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻥ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻹِﺛﹾﻢﹺ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻧ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻯ‬‫ﻘﹾﻮ‬‫ﺍﻟﺘ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﱪ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻧ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬
 ‫ﻘﹶﺎﺏﹺ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻳﺪ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬
 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
‫ﻣﻨـﻪ‬‫ﺍﻟﺸﺘﻜﻰ‬‫ﺇﺩﺍ‬Allah,
syi’ar-syi’ar ‫ﺍﳉﺴﺪ‬‫ﻛﻤﺜﻞ‬
dan‫ﺗﻌﺎﻃﻔﻬﻢ‬
jangan‫ﻭ‬‫ﻭﺗﻮﺍﺩﻫﻢ‬ ‫ﺗﺮﺍﲪﻬﻢ‬kehormatan
melanggar ‫ﰱ‬‫ﺍﳌﺆﻣﻨﲔ‬‫ﻣﺜﻞ‬
bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
 ‫ﻭﺍﳊﻤﻰ‬‫ﺑﺎﻟﺴﻬﺮ‬‫ﺍﳉﺴﺪ‬‫ﺳﺎﺋﺮ‬‫ﻟﻪ‬‫ﺗﺪﺍﻋﻰ‬‫ﻋﻀﻮ‬
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari ‫ﺑﻌﻀﺎ‬‫ﺑﻌﻀﻪ‬kurnia
‫ﻳﺸﺪ‬‫ﻛﺎﻟﺒﻨﻴﺎﻥ‬
dan‫ﻟﻠﻤﺆﻣﻦ‬ ‫ﺍﳌﺆﻣﻦ‬
keredhaan
dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena
mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. A-

760

‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻱ‬‫ـﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻬ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻡ‬‫ـﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﺮ‬‫ﺂﺋ‬‫ﻌ‬‫ﺷ‬‫ﻠﱡﻮﺍﹾ‬‫ﺤ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﻢ‬‫ﻠﹶﻠﹾـﺘ‬‫ﺣ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻧﺎﹰ‬‫ﻮ‬‫ﺭﹺﺿ‬‫ﻭ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻼﹰ‬‫ﻓﹶﻀ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻐ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺖ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﲔ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻻ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹶﻶﺋ‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
‫ﻭﺍﹾ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﺍﻡﹺ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺠﹺﺪ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻋ‬‫ﻭﻛﹸﻢ‬‫ﺪ‬‫ﺻ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﻡﹴ‬‫ﻗﹶﻮ‬‫ﺂﻥﹸ‬‫ﻨ‬‫ﺷ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﺮﹺﻣ‬‫ﺠ‬‫ﻳ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺍﹾ‬‫ﻄﹶﺎﺩ‬‫ﻓﹶﺎﺻ‬
‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫[ﻪ‬5]:2)
Maidah ‫ﺍﻟﻠﹼ‬‫ﻘﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻥ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻹِﺛﹾﻢﹺ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻧ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻯ‬‫ﻘﹾﻮ‬‫ﺍﻟﺘ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﱪ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻧ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬
 ‫ﻘﹶﺎﺏﹺ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻳﺪ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬
 3. Hadits Nabi SAW
‫ﻣﻨـﻪ‬‫ﺍﻟﺸﺘﻜﻰ‬‫ﺇﺩﺍ‬‫ﺍﳉﺴﺪ‬‫ﻛﻤﺜﻞ‬‫ﺗﻌﺎﻃﻔﻬﻢ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺗﻮﺍﺩﻫﻢ‬‫ﺗﺮﺍﲪﻬﻢ‬‫ﰱ‬‫ﺍﳌﺆﻣﻨﲔ‬‫ﻣﺜﻞ‬
 ‫ﻭﺍﳊﻤﻰ‬‫ﺑﺎﻟﺴﻬﺮ‬‫ﺍﳉﺴﺪ‬‫ﺳﺎﺋﺮ‬‫ﻟﻪ‬‫ﺗﺪﺍﻋﻰ‬‫ﻋﻀﻮ‬
4. Hadits Nabi SAW
‫ﺑﻌﻀﺎ‬‫ﺑﻌﻀﻪ‬‫ﻳﺸﺪ‬‫ﻛﺎﻟﺒﻨﻴﺎﻥ‬‫ﻟﻠﻤﺆﻣﻦ‬‫ﺍﳌﺆﻣﻦ‬
5. Atsar Shahabat:
“al-haqqu bila nizham qad yaghlibuhu al-bathil bi al-
nizham”

Wallahu A’lam bi al-Shawab.

Ditetapkan : Gontor, Ponorogo, Jawa Timur


Pada tanggal : 26 Mei 2006 M./ 27 Rabi’uts Tsani 1427 H

PIMPINAN SIDANG KOMISI A

Ketua Sekretaris

Drs. H. Slamet H.M. Asrorun Ni’am


Effendy Yusuf, Msi Sholeh, MA

761
762
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN KOMISI B
IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA II
TAHUN 2006
Tentang
MASA’IL WAQI’IYYAH MU’ASHIRAH

SMS BERHADIAH

A. DESKRIPSI MASALAH
Yang dimaksud dengan SMS berhadiah adalah suatu model
pengiriman SMS mengenai berbagai masalah tertentu, yang disertai
dengan janji pemberian hadiah, baik melalui undian ataupun
melalui akumulasi jumlah (frekwensi) pengiriman SMS yang paling
tinggi, sementara biaya pengiriman SMS di luar ketentuan normal,
dan sumber hadiah tersebut berasal dari akumulasi hasil perolehan
SMS dari peserta atau sebagiannya berasal dari sponsor.

B. KETENTUAN HUKUM
1. SMS berhadiah hukumnya haram karena mengandung unsur
judi (maysir), tabdzir, gharar, dharar, ighra’ dan israf.
a. Maysir yaitu mengundi nasib dimana konsumen akan
berharap-harap cemas memperoleh hadiah besar dengan
cara mudah.
b. Tabdzir yaitu permainan SMS berhadiah cenderung
membentuk perilaku mubadzir yang menyia-nyiakan harta
dalam kegiatan yang berunsur maksiat/haram.
c. Gharar yaitu permainan yang tidak jelas (bersifat
mengelabui), dimaksudkan untuk mencari keuntungan
sebesar-besarnya oleh produsen/penyedia jasa melalui
trick pemberian hadiah atau bonus.
d. Dharar yaitu membahayakan orang lain akibat dari
permainan judi terselubung yang menyesatkan dengan
pemberian hadiah kemenangan di atas kerugian dan
kekalahan yang diderita oleh peserta lain.
e. Ighra’ yaitu membuat angan-angan kosong dimana
konsumen dengan sendirinya akan berfantasi-ria

763
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006

mengharap dapat hadiah yang menggiurkan. Akibatnya,


menimbulkan mental malas bekerja karena untuk
mendapatkan hadiah tersebut dengan cukup menunggu
pengumuman.
f. Israf, yaitu pemborosan, dimana peserta mengeluarkan
uang diluar kebutuhan yang wajar.
g. Hukum tersebut dikecualikan jika hadiah bukan ditarik
dari peserta SMS berhadiah
2. SMS berhadiah yang diharamkan dapat berbentuk bisnis
kegiatan kontes, kuis, olahraga, permainan (games), kompetisi
dan berbagai bentuk kegiatan lainnya, yang menjanjikan
hadiah yang diundi diantara para peserta pengirim SMS baik
dalam bentuk materi (uang), natura, paket wisata dan lain
sebagainya.
3. Hadiah dari SMS yang diharamkan adalah yang berasal dari
hasil peserta pengirim SMS yang bertujuan mencari hadiah
yang pada umumnya menggunakan harga premium yang
melebihi biaya normal dari jasa/manfaat yang diterima.
4. Hukum haram untuk SMS berhadiah ini berlaku secara umum
bagi pihak-pihak yang terlibat baik bisnis penyelenggara acara,
provider telekomunikasi, peserta pengirim, maupun pihak
pendukung lainnya.

C. DASAR HUKUM
‫ﻄﹶﺎﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻞﹺ‬‫ﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺲ‬‫ﺭﹺﺟ‬‫ﻻﹶﻡ‬‫ﺍﻷَﺯ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺍﻷَﻧﺼ‬‫ﻭ‬‫ﺴِﺮ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺤ‬‫ﻔﹾﻠ‬‫ﺗ‬‫ﻠﱠﻜﹸﻢ‬‫ﻟﹶﻌ‬‫ﻮﻩ‬‫ﻨﹺﺒ‬‫ﺘ‬‫ﻓﹶﺎﺟ‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar,
‫ﻔﻄﹶﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻛﹶﺸ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻪ‬‫ﻞﹺﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻤ‬‫ﻟ‬berjudi,
‫ﹸﻮﺭﺍﹰﻥ‬ ‫ﺍﻟ‬‫(ﺭﹺﹶﺎﻥﹶﺟ‬berkorban
‫ﻥﹸﻋ‬‫ﺎ‬‫ﻄﹶﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻴ‬‫ﺸ‬‫ﺲ‬ ‫ﺍﻟﺏ‬‫ﺎ‬‫ﺍﺼﻥﹶ‬‫َﻧﻮ‬untuk)
‫ﻛ‬‫ﻡ‬‫ﻻﹶﻭ‬‫ﲔﹺ‬‫ﻷَﺯ‬‫ﺍﻃ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻭ‬‫ﺸ‬ ‫ﻷ‬‫ﺍﺧ‬‫ﻭﺇﹺ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻛﹶﺎﺴِﻧﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻤ‬berhala,
‫ﺍﻟﹾﻦ‬‫ﺭﹺﻳﻭ‬‫ﺬﱢﺮ‬‫ﻤ‬‫ﺒ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹾﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻥﱠﺍ‬‫ﺎ‬‫ﻤﺇﹺ‬mengundi
‫ﺇﹺﻧ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨﺬ‬‫ﻣ‬‫ﺒ‬‫ﺁﺗ‬‫ﺭ‬‫ﻳﺬﱢﻦ‬‫ﺬﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶﺍﻟﱠ‬nasib
،‫ﻳﺮﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬﻭ‬...
‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian ‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺤ‬‫ﻔﹾﻠ‬‫ﺗ‬‫ﻜﹸﻢ‬mendapat ‫ﻠﱠ‬‫ﻟﹶﻌ‬‫ﻮﻩ‬‫ﻨﹺﺒ‬‫ﺘ‬‫ﺟ‬ ‫ﻓﹶﺎ‬
keberuntungan.” (QS. Al-Maidah ‫ﲔ‬‫ﺮﹺﻓ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻪ‬‫ﺇﹺﻧ‬‫ﺮﹺﻓﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺴ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬...
[17]: 90).
‫ﻛﹶﻔﹸﻮﺭﺍﹰ‬‫ﻪ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻟ‬‫ﻄﹶﺎﻥﹸ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻭ‬‫ﲔﹺ‬‫ﺎﻃ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﺍﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﺇﹺﺧ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻛﹶﺎﻧ‬‫ﺬﱢﺭﹺﻳﻦ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬،‫ﻳﺮﺍ‬‫ﺬ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﺬﱢﺭ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬... 
‫ﻄﹶﺎﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻞﹺ‬‫ﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺲ‬‫ﺭﹺﺟ‬‫ﻻﹶﻡ‬‫ﺍﻷَﺯ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺍﻷَﻧﺼ‬‫ﻭ‬‫ﺴِﺮ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻧ‬‫ﺇﹺ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨﺮ‬‫ﺜ‬‫ﺁﻜﹾﻣ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺗ‬‫ﻦﺬ‬
“… dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
‫ﻨﺍﻟﱠ‬‫ﺎﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻻﹶﺗ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻳ‬
secara boros. Sesung-guhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
‫ﲔ‬‫ﺮﹺﻓ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻥﹶﻳ‬‫ﻮﻻﹶ‬‫ﺤ‬‫ﺿﺮﺍﺭﻪ‬‫ﻭﻻ‬‫ﺿﺮﺭ‬‫ﻻ‬
‫ﻧ‬‫ﻔﹾﺇﹺﻠ‬‫ﺍﹾﺗ‬‫ﹸﻮ‬‫ﻜﹸﺮﹺﻓﻢ‬‫ﻠﱠﺴ‬‫ﻌ‬‫ﻟﹶﺗ‬ingkar
sangat
‫ﻻﹶ‬‫ﻮﻩ‬‫ﺒﻭ‬...
‫ﻨﹺ‬‫ﺘ‬‫ﻓﹶﺎﺟ‬
kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’ [17]: 26-27). 
‫ﻛﹶﻔﹸﻮﺭﺍﹰ‬‫ﺑﻪ‬‫ﺮ‬‫ﻟ‬‫ﻄﹶﺎﻥﹸ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻭ‬‫ﲔﹺ‬‫ﺎﻃ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﺍﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﺇﹺﺧ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻛﹶﺎﻧ‬‫ﺬﱢﺭﹺﻳﻦ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬،‫ﻳﺮﺍ‬ ‫ﺬﺮ‬‫ﻜﹾﺜ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﺘ‬‫ﺭ‬‫ﺬﱢﺴ‬‫ﺗ‬‫ﺒ‬‫ﻦﺗ‬ ‫ﻨﻻﹶ‬‫ﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺗ‬...‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬
‫ﺿﺮﺍﺭ‬‫ﻭﻻ‬‫ﺿﺮﺭ‬‫ﻻ‬
764 ‫ﲔ‬‫ﺮﹺﻓ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻪ‬‫ﺇﹺﻧ‬‫ﺮﹺﻓﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺴ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬...

 ‫ﺮ‬‫ﻜﹾﺜ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﺗ‬‫ﻦ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﻻﹶﺗ‬‫ﻭ‬
‫ﻄﹶﺎﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻞﹺ‬‫ﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺲ‬‫ﺭﹺﺟ‬‫ﻻﹶﻡ‬‫ﺍﻷَﺯ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺍﻷَﻧﺼ‬‫ﻭ‬‫ﺴِﺮ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﻄﹶﺎﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻞﹺ‬‫ﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺲ‬‫ﺭﹺﺟ‬‫ﻻﹶﻡ‬‫ﺍﻷَﺯ‬‫ﻭ‬‫ﺏ‬HIMPUNAN
‫ﺎ‬‫ﺍﻷَﻧﺼ‬‫ﻭ‬‫ﺴِﺮ‬FATWA
‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﻤ‬MAJELIS
‫ﺨ‬‫ﻟﹾ‬‫ﺍ‬‫ﺎﻥﹶ‬‫ﻮ‬
‫ﺤﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬ULAMA
‫ﻮﻔﹾﺍﹾﻠ‬‫ﻨﺗ‬‫ﻣ‬‫ﻜﹸﺁﻢ‬‫ﻦ‬INDONESIA
‫ﻠﱠ‬‫ﻳﻌ‬‫ﻟﹶﺬ‬‫ﻟﱠ‬‫ﺍﻩ‬‫ﻮ‬‫ﺎ‬‫ﻨﹺﻬﺒ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﺟ‬‫ﺎ‬‫ﻓﻳﹶﺎ‬
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺤ‬‫ﻔﹾﻠ‬‫ﺗ‬‫ﻠﱠﻜﹸﻢ‬‫ﻟﹶﻌ‬‫ﻮﻩ‬‫ﻨﹺﺒ‬‫ﺘ‬‫ﻓﹶﺎﺟ‬
“… dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
‫ﻛﹶﻔﹸﻮﺭﺍﹰ‬‫ﺑﻪ‬‫ﺮ‬‫ﻟ‬‫ﻥﹸ‬orang-orang
menyukai ‫ﻄﹶﺎ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻭ‬‫ﲔﹺ‬‫ﻃ‬yang ‫ﻮ‬‫ﺇﹺﺧ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻛﹶﺎﻧ‬‫ﺬﱢﺭﹺﻳﻦ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬،‫ﻳﺮﺍ‬
‫ﺎ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﺍﻥﹶ‬berlebih-lebihan.” ‫ﺬ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﺬﱢﺭ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬...
(QS. Al-A’raf
‫ﻔﹸﻮﺭﺍﹰ‬31).
[7]: ‫ﻛﹶ‬‫ﺑﻪ‬‫ﺮ‬‫ﻟ‬‫ﻄﹶﺎﻥﹸ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻭ‬‫ﲔﹺ‬‫ﺎﻃ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﺍﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﺇﹺﺧ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻛﹶﺎﻧ‬‫ﺬﱢﺭﹺﻳﻦ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬،‫ﻳﺮﺍ‬‫ﺬ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﺬﱢﺭ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬...

‫ﲔ‬‫ﺮﹺﻓ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻪ‬‫ﺇﹺﻧ‬‫ﺮﹺﻓﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺴ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬...
‫ﲔ‬‫ﺮﹺﻓ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬maksud)
“Dan janganlah kamu memberi (dengan ‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻪ‬‫ﺇﹺﻧ‬memperoleh
‫ﺮﹺﻓﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺴ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬...
(balasan) yang lebih banyak”. (QS. Al-Muddatstsir [74]:  ‫ﺮ‬‫ﻜﹾﺜ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﺗ‬‫ﻦ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﻻﹶﺗ‬ ‫ﻭ‬
6)

‫ﺿﺮﺍﺭ‬‫ﻭﻻ‬‫ﺿﺮﺭ‬‫ﻻ‬
‫ﺮ‬‫ﻜﹾﺜ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﺗ‬‫ﻦ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﻻﹶﺗ‬‫ﻭ‬
“tidak boleh ada bahaya dan saling membahayakan” ‫ﺿﺮﺍﺭ‬‫ﻭﻻ‬‫ﺿﺮﺭ‬‫ﻻ‬ (HR
Tirmidzi)

765
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006

NIKAH DI BAWAH TANGAN

A. DESKRIPSI MASALAH
Nikah Di Bawah Tangan yang dimaksud dalam fatwa ini adalah
“Pernikahan yang terpenuhi semua rukun dan syarat
yang ditetapkan dalam fiqh (hukum Islam) namun tanpa
pencatatan resmi di instansi berwenang sebagaimana
diatur oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku”.
Perkawinan seperti itu dipandang tidak memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan dan seringkali menimbulkan
dampak negatif (madharat) terhadap istri dan atau anak yang
dilahirkannya terkait dengan hak-hak mereka seperti nafkah, hak
waris dan lain sebagainya. Tuntutan pemenuhan hak-hak tersebut
manakala terjadi sengketa akan sulit dipenuhi akibat tidak adanya
bukti catatan resmi perkawinan yang sah.

B. KETENTUAN HUKUM
1. Peserta ijtima ulama sepakat bahwa pernikahan harus
dicatatkan secara resmi pada instansi berwenang, sebagai
langkah preventif untuk menolak dampak negative/mudharat
(saddan lidz-dzari’ah).
2. Pernikahan Dibawah Tangan hukumnya sah karena telah
terpenuhinya syarat dan rukun nikah, tetapi haram jika
terdapat mudharat.

C. DASAR HUKUM

...‫ﻣﻨﻜﻢ‬‫ﺍﻷﻣﺮ‬‫ﻭﺃﻭﱃ‬‫ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ‬‫ﻭﺃﻃﻴﻌﻮﺍ‬‫ﺍﷲ‬‫ ﺃﻃﻴﻌﻮﺍ‬x
‫ﺿﺮﺍﺭ‬‫ﻭﻻ‬‫ﺿﺮﺭ‬‫ ﻻ‬x
‫ﺣﺒﺸﻲ‬‫ﻋﺒﺪ‬‫ﻋﻠﻴﻜﻢ‬‫ﻭﱄ‬‫ﻭﺇﻥ‬‫ﻭﺍﻟﻄﺎﻋﺔ‬‫ﺑﺎﻟﺴﻤﻊ‬‫ ﻋﻠﻴﻜﻢ‬x
‫ﻭﺟـﺐ‬‫ﻭﺇﺫﺍ‬،‫ﻭﺟﺐ‬‫ﲟﺴﺘﺤﺐ‬‫ﻭﺟﺐ‬‫ﻭﺇﺫﺍ‬،‫ﻭﺟﻮﺑﻪ‬‫ﺗﺄﻛﺪ‬‫ﺑﻮﺍﺟﺐ‬‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‬‫ﻭﺟﺐ‬‫ ﺇﺫﺍ‬x
‫ﻧـﻮﻭﻱ‬‫ﺍﻟﺸﻴﺦ‬‫)ﻗﻮﻝ‬‫ﻭﺟﺐ‬‫ﺍﻟﺪﺧﺎﻥ‬‫ﺷﺮﺏ‬‫ﻛﺘﺮﻙ‬‫ﻋﺎﻣﺔ‬‫ﻣﺼﻠﺤﺔ‬‫ﻓﻴﻪ‬‫ﻛﺎﻧﺖ‬‫ﺇﻥ‬‫ﲜﺎﺋﺰ‬
(‫ﺍﻟﺒﻨﺘﲏ‬
.....‫ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ‬‫ ﺃﻋﻠﻨﻮﺍ‬x

766
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DENGAN


HUTANG

A. DESKRIPSI MASALAH
Pembangunan nasional dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarkat. Untuk melaksanakan pembangunan nasional
tersebut diperlukan dana yang cukup dari sumber-sumber dalam
negeri. Jika sumber-sumber dalam negeri ternyata tidak mencukupi,
maka dicarikan alternatif pembiayaan dari sumber-sumber luar negeri
terdiri dari hutang (loan) dan bantuan/hibah (grant).
Awalnya hutang dimaksudkan sebagai dana pelengkap
untuk membiayai pembangunan. Namun dalam perkembangannya
hutang telah menjadi salah satu sumber utama dalam membiayai
pembangunan. Sekarang jumlah hutang luar negeri (hutang pemerintah
dan swasta) diperkirakan mencapai 135,736 miliar dolar dan ini
dirasakan sangat memberatkan beban anggaran negara, karena setiap
tahunnya pemeritah harus menyediakan anggaran yang cukup besar
untuk membayar cicilan hutang hutang luar negeri (pokok + bunga).
Akibatnya dapat menghambat penyediaan sumber pembiayaan untuk
sektor lain dalam pembangunan.

B. KETENTUAN HUKUM
Pada prinsipnya pendanaan pembangunan oleh pemerintah
dipenuhi dari sumber-sumber dalam negeri. Dalam hal sumber-
sumber dalam negeri tidak mencukupi, maka diperbolehkan untuk
menggunakan sumber-sumber luar negeri dan bersifat darurat dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Hutang (dalam negeri dan luar negeri) tersebut dimanfaatkan
untuk mencapai kemandirian pembiayaan dan kelangsungan
pembangunan.
2. Hutang luar negeri wajib dimanfaatkan secara efisien dan
efektif untuk kemaslahatan bangsa dan rakyat banyak. Oleh
karena itu haram jika disalahgunakan dan diselewengkan
(misalnya untuk memperkaya diri, golongan atau kelompok
tertentu).
3. Hutang (dalam negeri dan luar negeri) wajib menggunakan
skim/pola dan struktur yang tidak bertentangan dengan
syariah (tidak menggunakan skim/pola dan struktur ribawi).

767
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006

4. Dalam hal belum memungkinkan pelaksanaan butir 3 di atas


karena darurat, dapat menggunakan untuk sementara skim/
pola dan struktur konvensional
5. Hutang luar negeri tidak boleh mengandung syarat-syarat
(terms and conditions) yang hanya menguntungkan negara
pemberi pinjaman dan memberatkan serta membahayakan
(mudharat) bagi negara penerima pinjaman.
6. Pemerintah wajib mengupayakan sumber-sumber pembiayaan
selain hutang seperti investasi langsung (direct investment),
penerbitan sukuk (surat berharga syariah), dana-dana
voluntary sector (ZIS, wakaf dan hibah), serta penggalian dana
dari dalam maupun luar negeri lainnya yang tidak bertentangan
dengan syariah.

C. DASAR HUKUM
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-
orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah[2]: 278)

 ‫ﻨﹺﲔ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﻛﹸﻨﺘ‬‫ﺇﹺﻥ‬‫ﺎ‬‫ﺑ‬‫ﺍﻟﺮ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻲ‬‫ﻘ‬‫ﺎﺑ‬‫ﻣ‬‫ﻭﺍ‬‫ﺫﹶﺭ‬‫ﻭ‬َ‫ﺍﷲ‬‫ﻘﹸﻮﺍ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺀَﺍﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺂﺃﹶﻳ‬‫ﻳ‬
‫ﺭﻗﻢ‬ ‫ﺩﺍﻭﺩ‬ ‫ﺃﺑﻮ‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‬ "..‫ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ‬ ‫ﻭﻗﻬﺮ‬ ‫ﺍﻟﺪﻳﻦ‬ ‫ﻏﻠﺒﺔ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺑﻚ‬ ‫ﺃﻋﻮﺫ‬ ‫ﺇﱐ‬ ‫"ﺍﻟﻠﻬﻢ‬...
‫ﺍﳊﺪﻳﺚ‬
‫ﻣﺴﻠﻢ‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫ﺳﻮﺍﺀ‬ ‫ﻫﻢ‬ ‫ﻭﻗﺎﻝ‬ ‫ﻭﺷﺎﻫﺪﻳﻪ‬ ‫ﻭﻛﺎﺗﺒﻪ‬ ‫ﻭﻣﺆﻛﻠﻪ‬ ‫ﺍﻟﺮﺑﺎ‬ ‫ﺁﻛﻞ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﻟﻌﻦ‬
‫ﺍﳊﺪﻳﺚ‬‫ﺭﻗﻢ‬‫ﺟﺎﺑﺮ‬‫ﻋﻦ‬

768
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

A. DESKRIPSI MASALAH
Tidak bisa dipungkiri bahwa kekayaan alam Indonesia sangat
melimpah ruah. Potensi kekayaan alam Indonesia antara lain, kekayaan
hutan, lautan, BBM, emas dan barang-barang tambang lainnya.
Kawasan hutan Indonesia termasuk yang paling luas di dunia, tanahnya
subur, dan alamnya indah. Menurut laporan Walhi yang diterbitkan
tahun 1993, rata-rata hasil hutan di Indonesia setiap tahunnya ketika itu
adalah 2,5 miliar dolar. Kini diperkirakan mencapai sekitar 7-8 miliar
dolar AS. Kekayaan minyak Indonesia juga sangat banyak. Menurut
catatan Waspada (12-11-2005), Indonesia memiliki 60 ladang minyak
(basins), 38 di antaranya telah dieksplorasi, dengan cadangan sekitar
77 miliar barel minyak dan 332 triliun kaki kubik (TCF) gas. Kapasitas
produksinya hingga tahun 2000 baru sekitar 0,48 miliar barrel minyak
dan 2,26 triliun TCF. Ini menunjukkan bahwa volume dan kapasitas
BBM sebenarnya cukup besar dan jelas sangat mampu mencukupi
kebutuhan rakyat di dalam negeri.

B. KETENTUAN HUKUM
1. Dalam pandangan Islam, sumber daya alam (SDA) pada
hakikatnya milik absolut Allah SWT yang diamanatkan
pengelolaan, pemanfaatannya dan pelestariannya kepada
manusia.
2. SDA yang termasuk milik umum seperti air, api, padang
rumput, hutan dan barang tambang harus dikelola hanya oleh
negara yang hasilnya harus dikembalikan kepada rakyat dalam
bentuk pelayanan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti
sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan fasilitas
umum.
3. Dalam pengelolaan, eksplorasi dan eksploitasi SDA harus
memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan serta
keberlanjutan pembangunan.
4. Pengelolaan SDA, baik yang dapat diperbarui maupun yang
tidak dapat diperbarui, harus memperhatikan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup dan sosial budaya
masyarakat, untuk mencapai efisiensi secara ekonomis dan
ekologis (ekoefisiensi) dengan menerapkan teknologi dan cara

769
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006

yang ramah lingkungan;


5. Penegakan hukum merupakan suatu keniscayaan dalam
pengelolaan SDA untuk menghindari perusakan SDA dan
pencemaran lingkungan;
6. Perlu senantiasa dilakukan rehabilitasi kawasan rusak dan
pemeliharaan kawasan konservasi yang sudah ada, penetapan
kawasan konservasi baru di wilayah tertentu serta peningkatan
pengamanan terhadap perusakan SDA secara partisipatif
melalui kemitraan masyarakat.

C. DASAR HUKUM
1. Firman Allah SWT

‫ﺓﹰ‬‫ﺮ‬‫ﻇﹶﺎﻫ‬ ‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬ ‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﻎﹶ‬‫ﺒ‬‫ﺃﹶﺳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺽﹺ‬‫ﺍﹾﻷَﺭ‬ ‫ﻲ‬‫ﺎﻓ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﺕ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬ ‫ﻲ‬‫ﺎﻓ‬‫ﻣ‬ ‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬ ‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ﺳ‬ َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺃﹶﻥﱠ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺗ‬ ‫ﺃﹶﻟﹶﻢ‬
 ‫ﻨﹺﻴﹴﺮ‬‫ﻣ‬‫ﺎﺏﹴ‬‫ﺘ‬‫ﻻﹶﻛ‬‫ﻭ‬‫ﻯ‬‫ﺪ‬‫ﻻﹶﻫ‬‫ﻭ‬‫ﻠﹾﻢﹴ‬‫ﻋ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺑﹺﻐ‬ِ‫ﺍﷲ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻝﹸ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺠ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻨ‬‫ﺎﻃ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬

”Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah
َ‫ﺀ‬menundukkan
‫ﺂ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺴِﻚ‬‫ﻤ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮﹺﻩ‬‫ﺄﹶﻣ‬untuk ‫ﺑﹺ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺮﹺﻱ‬‫ﺠ‬‫ﺗ‬ ‫ﺍﻟﹾﻔﹸﻠﹾﻚ‬‫ﻭ‬ ‫ﺽﹺ‬‫ﻷَﺭ‬apa
(kepentingan)mu ‫ﺍﹾ‬ ‫ﻲ‬‫ﺎﻓ‬‫ﻣ‬yang  ‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬ ‫ﺮ‬di ‫ﺨ‬‫ﺳ‬langit َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺃﹶﻥﱠ‬ ‫ﺮ‬dan ‫ﺗ‬ ‫ﺃﹶﻟﹶﻢ‬
apa yang di bumi dan  ‫ﻢ‬menyempurnakan
‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺀُﻭﻑ‬‫ﻟﹶﺮ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺑﹺﺎﻟﻨ‬َ‫ﺍﷲ‬‫ﻥﱠ‬untukmu ‫ﺇﹺ‬‫ﺇﹺﻻﱠﺑﹺﺈﹺﺫﹾﻧﹺﻪ‬‫ﺽﹺ‬nikmat-Nya
‫ﺍﹾﻷَﺭ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻘﹶﻊ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥ‬
‫ﺓﹰ‬lahir
‫ﺮ‬‫ﻇﹶﺎﻫ‬ ‫ﻪ‬dan
‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬ ‫ﻢ‬batin.
‫ﻜﹸ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﻎﹶ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬dan ‫ﺃﹶ‬‫ﻭ‬ ‫ﺽﹺ‬di‫ﻷَﺭ‬antara ‫ﺍﹾ‬ ‫ﻲ‬‫ﺎﻓ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺕ‬manusia ‫ﺍ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ada ‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﻜﹸﻢ‬yang ‫ﻟﹶ‬ ‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ﺳ‬membantah
َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺃﹶﻥﱠ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬‫ﺃﹶﻟﹶ‬
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk
‫ﺕ‬dan ‫ﺍ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻤ‬tanpa  ‫ﺍﹴﺮﻫ‬‫ﻨﹺﻴﻮ‬‫ﺴ‬‫ﻣ‬‫ﺏﹴﻓﹶ‬
‫ﺳ‬‫ﻊ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬‫ﻦ‬Kitab ِ‫ﺂﺀ‬‫ﺎ‬‫ﻤﺘ‬‫ﻛ‬‫ﺍﻟﻻﹶﺴ‬‫ﻭ‬memberi
yang ‫ﻯﱃﹶ‬‫ﺇﹺ‬‫ﻯﺪ‬
‫ﺘﻮﻻﹶﻫ‬‫ﻭ‬‫ﺳ‬‫ﻢﹴﺍ‬‫ﻠﹾ‬‫ﻢ‬penerangan.
‫ﺛﹸﻋ‬‫ﺎﺮﹺ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ﻴﻐ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫ﷲِﺟ‬‫ﺽﹺﺍ‬
‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺭ‬َ‫ﺍﻝﹸﻷ‬‫ﺩ‬‫ﺎ‬(Lukman:
‫ﻲ‬‫ﻓﺠ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﹸﻢﻣ‬‫ﻟﹶﺱﹺﻜ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻠﹶﺍﻟﻖ‬‫ﺧ‬20)
‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻱ‬
‫ﻭ‬‫ﺔﹰﺬ‬‫ﻟﱠﻨ‬‫ﺍﻃ‬‫ﺎ‬‫ﺑﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬

 ُ‫ﻴﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬ٍ‫ﺀ‬‫ﻲ‬‫ﺷ‬‫ﺑﹺﻜﹸﻞﱢ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬
َ‫ﺂﺀ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺴِﻚ‬‫ﻤ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮﹺﻩ‬‫ﺑﹺﺄﹶﻣ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﺮﹺﻱ‬‫ﺠ‬‫ﺗ‬ ‫ﺍﻟﹾﻔﹸﻠﹾﻚ‬‫ﻭ‬ ‫ﺽﹺ‬‫ﺍﹾﻷَﺭ‬ ‫ﻲ‬‫ﺎﻓ‬‫ﻣ‬ ‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬ ‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ﺳ‬ َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺃﹶﻥﱠ‬ ‫ﺮ‬‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬‫ﺃﹶﻟﹶ‬
‫ﺓﹰﻦ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬‫ﻫ‬‫ﹶﺎ‬‫ﺐ‬
‫ﻇ‬‫ﹺﻳ‬‫ﺮﻪ‬‫ﻗﹶﻤ‬‫ﷲِﻌ‬ ‫ﻌ‬‫ﻃﹶﻤ‬‫ﺭ‬‫ﻷَﻢ‬‫ﻴﻭ‬‫ﺣ‬‫ﺍﹾ‬‫ﹰﺎ‬‫ﻲﺭ‬
‫ﻧﹺ‬ ‫ﺍﻢ‬‫ﻜﹸ‬‫ﺖ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋﻤ‬‫ﺣ‬ ‫ﻎﹶ‬‫ﺭ‬‫ﺒ‬‫ﺃﹶﻥﱠﺳ‬‫ﺇﹺﻭ‬‫ﺎ‬‫ﺽﹺ‬ ‫ﻓ‬‫ﻮ‬‫ﻓ‬‫ﻑ‬
‫ﺎﺧ‬‫ﻣ‬‫ُﻭﻭ‬‫ﻩ‬‫ﻮﺀ‬‫ﺕ‬
‫ﻟﹶﻋﺮ‬‫ﺍﺩ‬‫ﺱﹺ‬
‫ﺍﻭ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺎﻤ‬‫ﺎﻨ‬‫ﺑﻬﹺﺎﻟﺴ‬‫ﺍﻟﺣ‬َ‫ﷲ‬
‫ﻲﻼﹶ‬‫ﺍ‬‫ﺎﻥﱠﻓﺻ‬‫ﺇﹺﺇﹺﻣ‬‫ﺪ‬‫ﻧﹺﹸﻢﻪ‬‫ﻜﺫﹾﻌ‬‫ﺈﹺﺑ‬‫ﺑﹺﻟﹶ‬‫ﺽﹺﻻﱠ‬ ‫ﻷَﺳ‬‫ﺍﹾ‬‫ﺭ‬‫ﻲﻷَﷲ‬‫ﻓﺍﹾ‬‫ﹶﻰ‬
‫ﺇﹺﺮ‬‫ﺨ‬‫ﺽﹺﺭ‬ ‫ﺃﹶﻠ‬‫ﺍﺪﻋ‬‫ﺴِﻭ‬‫ﻊ‬‫ﻔﹾﻘﹶﺮ‬‫ﺗ‬‫ﺗ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﹶﻥﻢ‬‫ﺃﹶﻟﹶﻭ‬
‫ﻭﺍﻥﱠ‬
”Apakah kamu  ‫ﻨﹺﻴﹴﺮ‬‫ﻣ‬tiada
‫ﺎﺏﹴ‬‫ﺘ‬‫ﻻﹶﻛ‬melihat
‫ﻭ‬‫ﻯ‬‫ﺪ‬‫ﻻﹶﻫ‬‫ﻭ‬bahwasanya
‫ﻠﹾﻢﹴ‬‫ﻋ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺑﹺﻐ‬ِ‫ﺍﷲ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻝﹸ‬Allah‫ﺎﺩ‬‫ﺠ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬menundukkan ‫ﻣ‬‫ﻨﹺﻭ‬ِ‫ﺔﹰﺴ‬‫ﻨ‬‫ﺤ‬‫ﺎﻃ‬‫ﺑﻤ‬‫ﺍﻟﹾﻭ‬
‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﲔ‬
‫ﺕ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺳ‬‫ﻊ‬‫ﺒ‬apa
bagimu ‫ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﺍﻫ‬yang
‫ﻮ‬‫ﻓﹶﺴ‬ِ‫ﺂﺀ‬‫ﻤ‬ada ‫ﺍﻟﺴ‬‫ﱃﹶ‬di‫ﺇﹺ‬‫ﻯ‬bumi‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬‫ﺛﹸﻢ‬dan
‫ﺎ‬‫ﻴﻌ‬‫ﻤ‬‫ﺟ‬bahtera
‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻷَﺭ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬yang ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬berlayar
‫ﻠﹶﻖ‬‫ﺧ‬‫ﻱ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻮ‬di‫ﻫ‬

lautan dengan perintah-Nya. dan dia menahan
َ‫ﺂﺀ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬
‫ﺍﻟ‬ ‫ﺴِﻚ‬‫ﺍﳊﺪﻳﺚ‬
‫ﻤ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮﹺﻩ‬‫ﺭﻗﻢﻣ‬
‫ﺑﹺﺄﹶ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﺩﺍﻭﺩﺤ‬
‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻲ‬‫ﻓﺃﺑﻮ‬‫ﹺﻱ‬ ‫ﺮ‬‫ﺠ‬‫ﻭﺍﻟﻨﺎﺭﺗ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‬  ‫ﻔﹸﻠﹾﻚ‬‫ﻭﺍﳌﺎﺀ‬
‫ﺍﻟﹾ‬‫ﻭ‬ ‫ﺽﹺ‬ ‫ﺍﹾﻷَﺭ‬ ‫ﻲ‬
‫ﺍﻟﻜﻼﺀ‬ ‫ﺎﻓﰲ‬‫ﺛﻼﺙﻣ‬  ‫ﻢ‬

ُ ‫ﻴ‬
‫ﻠ‬ ‫ﻋ‬
 ‫ﺀ‬
ٍ ‫ﻲ‬
 ‫ﺷ‬

(benda-benda)
 ‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﰲ‬‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ﺷﺮﻛﺎﺀ‬  ‫ﻞ‬
‫ﱢ‬ ‫ﺃﹶ‬ ‫ﺮ‬‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬‫ﺃﹶﻟﹶﻭ‬
‫ﻜ‬
‫ﹸ‬
‫ﺳ‬ َ‫ ﺍﷲ‬‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥﻥﱠ‬ ‫ﺑ‬
‫ﹺ‬  ‫ﻮ‬
 ‫ﻫ‬

langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya

Allah benar-benar Maha  ‫ﻴﻢ‬‫ﺣ‬Pengasih
‫ﺭ‬‫ﺀُﻭﻑ‬‫ﻟﹶﺮ‬‫ﺱﹺ‬lagi ‫ﺎ‬‫ﺑﹺﺎﻟﻨ‬Maha ‫ﺇﹺﻻﱠﺑﹺﺈﹺﺫﹾ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﹾﻷَﺭ‬‫ﹶﻰ‬kepada
َ‫ﺍﷲ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﻧﹺﻪ‬Penyayang ‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﻘﹶﻊ‬‫ﺗ‬‫ﹶﻥ‬ ‫ﺃ‬
‫ﻦ‬manusia”.
‫ﻣ‬ ‫ﻗﹶﺮﹺﻳﺐ‬ ِ‫ﺍﷲ‬(QS ‫ﺖ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬Al-Haj:65)
‫ﺭ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻌ‬‫ﻃﹶﻤ‬‫ﻭ‬ ‫ﻓﹰﺎ‬‫ﻮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻮﻩ‬‫ﻋ‬‫ﺍﺩ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻼﹶﺣ‬‫ﺇﹺﺻ‬ ‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬ ‫ﺽﹺ‬‫ﺍﹾﻷَﺭ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﻔﹾﺴِﺪ‬‫ﻻﹶﺗ‬‫ﻭ‬
‫ﺍﺕ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺳ‬‫ﻊ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﺍﻫ‬‫ﻮ‬‫ﻓﹶﺴ‬ِ‫ﺂﺀ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﺇﹺﱃﹶ‬‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬‫ﺛﹸﻢ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻌ‬‫ﻤ‬‫ﺟ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻷَﺭ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻖ‬‫ﺧ‬‫ﲔ‬
‫ﻱ‬‫ﻟﱠﺬﺴِﻨﹺ‬‫ﺍﺤ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﹾﻫ‬
 ُ‫ﻴﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬ٍ‫ﺀ‬‫ﻲ‬‫ﺷ‬‫ﺑﹺﻜﹸﻞﱢ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬
‫ﺍﳊﺪﻳﺚ‬‫ﺭﻗﻢ‬‫ﺩﺍﻭﺩ‬‫ﺃﺑﻮ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻭﺍﻟﻨﺎﺭ‬‫ﻭﺍﳌﺎﺀ‬‫ﺍﻟﻜﻼﺀ‬‫ﰲ‬‫ﺛﻼﺙ‬‫ﰲ‬‫ﺷﺮﻛﺎﺀ‬‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‬
”Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk 
‫ﻦ‬kamu
‫ﻣ‬ ‫ﺮﹺﻳﺐ‬dan
‫ﻗﹶ‬ ِ‫ﺍﷲ‬dia
‫ﺖ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬berkehendak
‫ﺭ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻌ‬‫ﻃﹶﻤ‬‫ﻭ‬ ‫ﻓﹰﺎ‬‫(ﻮ‬menciptakan)
‫ﺧ‬ ‫ﻮﻩ‬‫ﻋ‬‫ﺍﺩ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻼﹶﺣ‬‫ﺇﹺﺻ‬langit,
 ‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬ ‫ﺽﹺ‬lalu
‫ﺍﹾﻷَﺭ‬ ‫ﻲ‬
‫ﻓ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﻔﹾﺴِﺪ‬‫ﻻﹶﺗ‬‫ﻭ‬
dijadikan-
Nya tujuh langit. dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.” (Al-
Baqarah:29)  ‫ﺴِﻨﹺﲔ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬

‫ﺍﳊﺪﻳﺚ‬‫ﺭﻗﻢ‬‫ﺩﺍﻭﺩ‬‫ﺃﺑﻮ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻭﺍﻟﻨﺎﺭ‬‫ﻭﺍﳌﺎﺀ‬‫ﺍﻟﻜﻼﺀ‬‫ﰲ‬‫ﺛﻼﺙ‬‫ﰲ‬‫ﺷﺮﻛﺎﺀ‬‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‬
770
 ‫ﻨﹺﻴﹴﺮ‬‫ﻣ‬‫ﺎﺏﹴ‬‫ﺘ‬‫ﻻﹶﻛ‬‫ﻭ‬‫ﻯ‬‫ﺪ‬‫ﻻﹶﻫ‬‫ﻭ‬‫ﻠﹾﻢﹴ‬‫ﻋ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺑﹺﻐ‬ِ‫ﺍﷲ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻝﹸ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺠ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻨ‬‫ﺎﻃ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬
‫ﺍﺕ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺳ‬‫ﻊ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﺍﻫ‬‫ﻮ‬‫ﻓﹶﺴ‬ِ‫ﺂﺀ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﺇﹺﱃﹶ‬‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬‫ﺛﹸﻢ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻌ‬‫ﻤ‬‫ﺟ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻷَﺭ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻖ‬‫ﺧ‬‫ﻱ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬
َ‫ﺂﺀ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺴِﻚ‬‫ﻤ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮﹺﻩ‬‫ﺑﹺﺄﹶﻣ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﺮﹺﻱ‬‫ﺠ‬‫ﺗ‬HIMPUNAN
 ‫ﺍﻟﹾﻔﹸﻠﹾﻚ‬‫ﻭ‬ ‫ﺽﹺ‬FATWA
‫ﺍﹾﻷَﺭ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬MAJELIS
‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﹸﻢ‬‫ُﻟﹶﻜ‬‫ﻢ‬ ULAMA
‫ﻴﺮ‬‫ﻠ‬‫ﺨ‬‫ﻋ‬‫ﺀٍﺳ‬‫ﷲَﻲ‬‫ﺷ‬INDONESIA
‫ﺍ‬‫ﺃﹶﻜﹸﻥﱠﻞﱢ‬ ‫ﺑﹺﺮ‬‫ﺗ‬‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬‫ﻢ‬‫ﺃﹶﻟﹶﻭ‬
 ‫ﻴﻢ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺀُﻭﻑ‬‫ﻟﹶﺮ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺑﹺﺎﻟﻨ‬َ‫ﺍﷲ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺇﹺﻻﱠﺑﹺﺈﹺﺫﹾﻧﹺﻪ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﹾﻷَﺭ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻘﹶﻊ‬‫ﺗ‬‫ﹶﻥ‬ ‫ﺃ‬
‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﻗﹶﺮﹺﻳﺐ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺖ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻌ‬‫ﻃﹶﻤ‬‫ﻭ‬ ‫ﻓﹰﺎ‬‫ﻮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻮﻩ‬‫ﻋ‬‫ﺍﺩ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻼﹶﺣ‬‫ﺇﹺﺻ‬ ‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬ ‫ﺽﹺ‬‫ﺍﹾﻷَﺭ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﻔﹾﺴِﺪ‬‫ﻻﹶﺗ‬‫ﻭ‬
‫ﺍﺕ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻤ‬‫ﺳ‬‫ﻊ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﺍﻫ‬‫ﻮ‬‫ﻓﹶﺴ‬ِ‫ﺂﺀ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﺇﹺﱃﹶ‬‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬‫ﺛﹸﻢ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻌ‬‫ﻤ‬‫ﺟ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻷَﺭ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻖ‬‫ﺧ‬‫ﻱ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬
 ‫ﺴِﻨﹺﲔ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
”Dan janganlah kamu membuat kerusakan  di ُ‫ﻴﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬mukaٍ‫ﺀ‬‫ﻲ‬‫ﺷ‬‫ﻜﹸﻞﱢ‬bumi, ‫ﺑﹺ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya
‫ﺍﳊﺪﻳﺚ‬ 
dengan rasa takut ‫ﺭﻗﻢ‬‫(ﺩﺍﻭﺩ‬Tidak ‫ﺃﺑﻮ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬akan
‫ﻭﺍﻟﻨﺎﺭ‬‫ﻭﺍﳌﺎﺀ‬ ‫ﺍﻟﻜﻼﺀ‬‫ﰲ‬dan
diterima) ‫ﺛﻼﺙ‬harapan ‫ﰲ‬‫ﺷﺮﻛﺎﺀ‬‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‬ (akan
‫ﻦ‬dikabulkan).
‫ﻣ‬ ‫ﻗﹶﺮﹺﻳﺐ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺖ‬‫ﻤ‬Sesungguhnya
‫ﺣ‬‫ﺭ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬ ‫ﺎ‬‫ﻌ‬‫ﻃﹶﻤ‬‫ﻭ‬ ‫ﻓﹰﺎ‬‫ﻮ‬‫ﺧ‬rahmat
‫ﻮﻩ‬‫ﻋ‬‫ﺍﺩ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺣ‬Allah
‫ﻼﹶ‬‫ﺇﹺﺻ‬ ‫ﺪ‬amat
‫ﻌ‬‫ﺑ‬ ‫ﺽﹺ‬‫ﺭ‬dekat َ‫ﺍﹾﻷ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﻭﺍ‬kepada ‫ﻔﹾﺴِﺪ‬‫ﻻﹶﺗ‬‫ﻭ‬
orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)  ‫ﺴِﻨﹺﲔ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
2. Hadits Nabi SAW: 
‫ﺍﳊﺪﻳﺚ‬‫ﺭﻗﻢ‬‫ﺩﺍﻭﺩ‬‫ﺃﺑﻮ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻭﺍﻟﻨﺎﺭ‬‫ﻭﺍﳌﺎﺀ‬‫ﺍﻟﻜﻼﺀ‬‫ﰲ‬‫ﺛﻼﺙ‬‫ﰲ‬‫ﺷﺮﻛﺎﺀ‬‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‬
“Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput
gembalaan, dan api. Harga (menjual-belikannya) adalah
haram”. (HR. Ibn Majah dan Abu Dawud)
3. Menurut Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah, manusia harus
memanfaatkan kekayaan alam untuk kemaslahan manusia dengan
tetap menjaga kelestariannya.
4. Abu Yusuf, al-Mawardi dan Abu Ya’la menegaskan agar tidak
membiarkan kekayaan alam tidak termanfaatkan. Abu Yusuf
mengatakan, Kepala Negara tidak boleh membiarkan tanah
yang tidak bertuan tanpa pengelolaan dan Kepala Negara
dapat menyerahkan hak pengelolaan tanah tersebut kepada
masyarakat.

771
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006

TRANSFER EMBRIO KE RAHIM TITIPAN

A. KETENTUAN HUKUM
1. Transfer embrio hasil inseminasi buatan antara sperma suami
dan ovum isteri yang ditempatkan pada rahim wanita lain
hukumnya tidak boleh (haram).
2. Transfer embrio hasil inseminasi buatan antara sperma suami
dan ovum isteri yang ditempatkan pada rahim isteri yang lain
hukumnya tidak boleh (haram).
3. Transfer embrio hasil inseminasi buatan antara sperma suami
dan ovum isteri yang ditempatkan pada rahim wanita lain
yang disebabkan suami dan/atau isteri tidak menghendaki
kehamilan hukumnya haram.
4. Status anak yang dilahirkan dari hasil yang diharamkan
pada point 1, 2 dan 3 di atas adalah anak dari ibu yang
melahirkannya.

B. DASAR HUKUM
Terlampir.

772
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

PENGOBATAN ALTERNATIF

Ketentuan Hukum
Pengobatan alternatif adalah usaha penyembuhan tidak dengan cara-
cara medis kedokteran, hukumnya:
1. Apabila mengandung syirik dan/atau kemusyrikan serta sihir
diharamkan.
2. Bila tidak mengandung syirik dan atau kemusyrikan serta sihir
dibolehkan.
3. Pengobatan dengan sesuatu yang diharmkan, hukumnya haram
pula.
Selanjutnya, mengenai kriteria syirik karena perlu ada penjelasan secara
rinci. Demikian pula dengan upaya pengobatannya, maka diserahkan
kepada MUI Pusat untuk membentuk Tim khusus.

773
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006

MASALAH-MASALAH KRITIS
DALAM AUDIT PRODUK HALAL

1. Masalah Stunning (Pemingsanan)


Ketentuan Hukum:
a. Stunning (Pemingsanan) untuk mempermudah proses
penyembelihan hewan, seperti sapi dan ayam dalam jumlah
besar (umumnya di atas ratusan ekor), hukumnya boleh
sesuai standard dan sembelihannya halal, sesuai dengan
ketentuan syara’.
b. MUI merekomendasikan semaksimal mungkin penyembelihan
tidak dilakukan dengan stunning dan semacamnya.

2. Masalah Pengunaan Organ Tubuh Manusia


Ketentuan Hukum:
c. Obat-obatan dan kosmetika yang diambil dari organ tubuh
manusia, seperti: plasenta (ari-ari), hukumnya haram.
d. Penggunaan rambut untuk produk pangan, hukumnya
haram.

3. Penggunaan mikroba yang asal muasalnya keluar bersama dengan


kotoran bayi, setelah terjadi pembiakan beberapa kali untuk proses
produksi makanan atau minuman, hukumnya dibolehkan.

4. Masalah Penggunaan Alkohol dan Etanol


Dirujuk kepada fatwa MUI yang sudah ada.

774
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN

IJTIMA’ ULAMA
KOMISI FATWA SE-INDONESIA II TAHUN 2006
KOMISI C
MASAAIL QANUNIYAH (PERUNDANG-UNDANGAN)

‫ﻭﺻﺤﺒﻪ‬‫ﺁﻟﻪ‬‫ﻭﻋﻠﻰ‬‫ﻭﺍﳌﺮﺳﻠﲔ‬‫ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ‬‫ﺃﺷﺮﻑ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ‬‫ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ‬‫ﺍﻟﻌﺎﳌﲔ‬‫ﺭﺏ‬‫ﷲ‬‫ﺍﳊﻤﺪ‬
،‫ﺑﻌﺪ‬‫ﺃﻣﺎ‬.‫ﺃﲨﻌﲔ‬
Setelah memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa
Ta’ala- dengan memohon taufik Allah Azza wa Jalla- atas nama Komisi
C kami sampaikan laporan persidangan Komisi C sebagai berikut :

A. Pimpinan Sidang :
a. Prof.Dr.Drs.HM. Amin Suma, SH, MA, MM (Ketua)
b. Neng Djubaedah, SH, MH (Sekretaris)
c. Prof.Dr.KH. Didin Hafidhuddin, MSc (Narasumber)
d. H. Irfan Helmi, SS (notulen)
e. Anggota Sidang, 75 orang (terlampir)

B. Jalannya Persidangan :
1. Sidang dibuka oleh pimpinan sidang pada pukul 07.50 WIB,
dengan pembacaan Ummul Qur’an yang dipimpin langsung
oleh pemimpin sidang.
2. Pemimpin sidang menyampaikan penjelasan singkat tentang
materi-materi yang hendak dibahas oleh Komisi C.
3. Pemimpin sidang menawarkan kepada peserta sidang
tentang sistem/mekanisme pembahasan materi yang akan
digunakan. Dengan suara bulat, peserta sidang menyetujui
agar pembahasan dilakukan satu demi satu dengan cara
dibacakan oleh pimpinan/sekretaris sidang. Sesudah pimpinan
sidang membacakan materi yang telah disiapkan oleh panitia,
peserta sidang diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
memberikan tanggapan, masukan, dan/atau usulan.
4. Setelah dilakukan pembahasan yang tidak jarang diiringi

775
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006

dengan berbagai macam argumentasi/alasan, pimpinan sidang


mengambil kesimpulan dan menyerahkan kembali kepada
peserta sidang untuk disetujui oleh floor.
5. Pimpinan sidang baru mengambil keputusan setelah semua
peserta menyetujui materi yang dibahas, dengan cara memberi
ketukan tiga kali.
6. Sidang Komisi C dibagi dua ke dalam dua sub Komisi, yaitu
Sub Komisi C.1 dan Sub Komisi C.2. Dengan pembagian tugas
sebagai berikut:
a. Sub Komisi C.1 membahas empat draft materi, yaitu
RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi, RUU Penghapusan
Diskriminasi, Ras dan Etnis, RUU Perbankan Syariah,
dan RUU Hukum Terapan Peradilan Agama Bidang
Perkawinan. Sidang sub Komisi C.1 dipimpin oleh Prof.
Dr.Drs.HM. Amin Suma, SH, MA, MM selaku ketua dan
Ibu Neng Djubaedah, SH, MH sebagai sekretaris, dengan
notulis, Irfan Helmi, SS.
b. Sub Komisi C.2 yang sidangnya diketuai oleh Prof.Dr.H.
Muardi Chatib, dan sekretaris, Dr.H. Amrullah Ahmad,
membahas tiga draft materi, yaitu Revisi UU Nomor 38
tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Revisi UU Nomor
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Perda-perda di berbagai
daerah, seperti Tangerang, Cianjur, Bulukumba, Cilegon
dan lain-lain.
7. Secara umum dan keseluruhan, baik sub Komisi C.1 maupun
sub Komisi C.2 telah menyelesaikan persidangannya pada
sekitar pukul 10.45 WIB.
8. Persidangan diskorsing sejak pk 11.00 sampai pukul 13.50 WIB
guna menunaikan ibadah sholat Jumat / Dhuhur dan makan
siang.
9. Sidang Komisi dilanjutkan pada pukul 13.50 WIB dengan
membacakan dan sekaligus menyelaraskan antara hasil sidang
sub Komisi C.1 dan sub Komisi C.2.
10. Pimpinan sidang menawarkan kepada peserta sidang untuk
membahas atau menyetujui hasil-hasil sidang Komisi C sub 1
maupun sub 2.
11. Peserta sidang dengan aklamasi menyetujui penyatuan hasil-
hasil sub Komisi C.1 dan sub Komisi C.2 untuk diterima menjadi

776
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

kesepakatan Komisi C secara keseluruhan.


12. Peserta sidang secara aklamasi memilih lima orang sebagai
Tim Perumus untuk atas nama Komisi C merumuskan hasil-
hasil sidang dengan menyempurnakan hal-hal yang bersifat
redaksional.
13. Sidang Komisi C ditutup dengan pembacaan surat Al-Ashri.

C. Keputusan Sidang
1) RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi :
1. Menyetujui rekomendasi MUI atas RUU APP agar segera
disahkan selambat2nya bln Juni 2006.
2. Menyetujui penamaan: RUU Pemberantasan Tindak Pidana
Pornografi dan Pornoaksi ataupun RUU Anti Pornografi dan
Pornoaksi. Pemilihan namanya diserahkan kepada MUI
Pusat.
3. Menyepakati untuk klausul pengecualian. Adapun redaksinya
diserahkan kepada MUI Pusat, dng memperhatikan masalah
agama dan adat istiadat.
4. Menyepakati perdebatan masalah kompetensi absolut peradilan
agama atas tindak pidana thd pornografi dan pornoaksi, agar
diserahkan kepada MUI Pusat.

2) RUU Penghapusan Diskriminasi, Ras, dan Etnis :


1. Menyetujui rekomendasi MUI untuk menolak RUU
Penghapusan Diskriminasi, Ras, dan Etnis, dengan alasan
antara lain karena agama didefinisikan sebagai bagian dari
masalah etnis. Dengan pendefinisian yang tidak tepat itu,
maka penodaan agama yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang akan dipandang sebagai hak asasi yang tidak
bisa ditindak secara hukum.

3) RUU Perbankan Syariah :


Menyetujui rekomendasi MUI untuk :
2. Mendukung dan mendesak RUU Perbankan Syariah segera
diundangkan.
3. Kewenangan menetapkan fatwa tetap pada MUI melalui DSN-

777
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006

MUI.
4. Mempertahankan keberadaan DPS dalam setiap perbankan
syariah

4) RUU Hukum Terapan Peradilan Agama Bidang


Perkawinan
Menyetujui rekomendasi MUI sebagai berikut :
5. Agar segera dibentuk Undang-undang Tentang Hukum Terapan
Peradilan Agama Bidang Perkawinan bagi umat Islam.
6. Isu-isu kontemporer yang berkenaan dengan perkawinan umat
Islam harus berpedoman pada Fatwa MUI.
Catatan: Komisi C mengusulkan agar judul RUU ini menjadi ”RUU
Hukum Terapan Peradilan Agama Bidang Perkawinan Islam”

5) Revisi UU Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan


Zakat
Menyetujui rekomendasi MUI sebagai berikut :
1. Nama undang-undang yang semula bernama undang-undang
tentang pengelolaan zakat diubah menjadi undang-undang
tentang zakat.
2. Lembaga pengelola zakat yang sudah ada(eksis) dimasyarakat
tetap berjalan dibawah koordinasi BAZNAS (Badan Amil Zakat
Nasional).
3. Sanksi pelanggaran tidak hanya dikenakan kepada pengelola
zakat (amil) tetapi juga kepada pembayar zakat (muzakki) dan
penerima zakat (mustahiq).
4. Zakat tidak hanya menjadi pengurangan biaya kena pajak
tetapi sekaligus mengurangi pajak.
5. Setelah dikeluarkannya revisi undang-undang tentang zakat
segera ditindak lanjuti dengan dikeluarkannya PP sebagai
payung penerbitan Perda tentang zakat.

6) Revisi UU Nomor 32 tahun 1992 tentang Kesehatan


Menyetujui rekomendasi MUI sebagai berikut :
a. RUU yang sudah dipersiapkan di DPR RI memuat bahwa setiap
orang mempunyai hak untuk dapat menjalani kehidupan
reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman, bebas
dari paksaan dan/atau kekerasan tanpa mengaitkannya dengan

778
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

perkawinan yang sah. Mestinya perkawinan sahlah yang


menjadi syarat untuk mewujudkan kehidupan reproduksi.
b. Obat-obatan dan bahan berkhasiat yang diperlukan untuk
kesehatan tidak cukup hanya aman, berkhasiat, dan efektif,
tetapi juga harus halal.
c. Penghentian kehamilan (aborsi) perlu mengacu kepada fatwa
MUI Nomor 4 Tahun 2005 yang isinya sebagai berikut:
a. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi
blastosis pada dinding rahim ibu (nidasi).
b. Aborsi dibolehkan karena ada uzur baik bersifat darurat
ataupun hajat.
a. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan
yang membolehkan aborsi adalah:
1. Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti
kanker stadium lanjut, TBC dengan caverna dan
penyakit-prnyakit fisik berat lainnya yang harus
ditretapkan oleh Tim Dokter.
2. Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam
nyawa si ibu.
b. Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang
dapat membolehkan aborsi adalah:
1. Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat
genetik yang kalau lahir kelak sulit disembuhkan.
2. Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh
Tim yang berwenang di dalamnya terdapat antara
lain keluarga korban, dokter, dan ulama.
3. Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b
harus dilakukan sebelum janin berusia 40 hari.
Catatan : Komisi C mengusulkan untuk menambahkan huruf
d pada angka 2) sebagai berikut: “Aborsi karena hajat perlu
dipertimbangkan untuk kasus kehamilan yang terjadi pada
perkawinan yang fasakh karena fasid atau syubhat.”

7) Perda-Perda di Berbagai Daerah, Seperti Bulukumba,


Cianjur, Cilegon, Padang, Tangerang, dan lain-lain.
Menyetujui rekomendasi MUI sebagai berikut :
MUI mendukung daerah-daerah yang telah mengeluarkan Perda-
Perda tentang penerapan syariat Islam dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Yang Kuasa.

779
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KEDUA TAHUN 2006

Catatan :
Komisi C mengusulkan sebagai berikut:
a. Agar MUI mendorong daerah-daerah lain (propinsi, kabupaten
dan/atau kota) yang belum memiliki perda-perda tentang
penerapan syariat Islam supaya segera mewujudkannya.
b. Agar MUI dari tingkat pusat sampai tingkat daerah mendukung
pembentukan dan/atau pemberlakuan peraturan-peraturan
desa tentang penerapan syariat Islam.

8) Lain-lain:
Komisi C mengusulkan kepada MUI supaya :
1. Mendesak DPR RI dan Pemerintah untuk melakukan
perubahan dan penambahan UU tentang Perseroan Terbatas
(UU PT) dengan memasukkan ekonomi syariah.
2. Mendesak Pemerintah untuk mewujudkan demokratisasi
ekonomi dengan memberikan kesempatan bagi perkembangan
ekonomi syariah, baik dalam bidang regulasi maupun
kelembagaan, terutama peraturan perundang-undangan
tentang asuransi syariah, pasar modal syariah, sukuk (SUN
Syariah) dll, serta pembentukan Direktorat Asuransi
Syariah di Departemen Keuangan dan lembaga-lembaga
terkait lainnya.

D. Penutup
Demikianlah laporan persidangan Komisi C ini disampaikan,
tentu dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada
di dalamnya. Harapan kami, semoga partisipasi aktif Bapak/
Ibu/Saudara/i pada Sidang Pleno ini dapat menyempurnakan
kekurangan dan keterbatasan yang ada. Billahi fi sabilil haq.

Gontor, 28 Rabi’ul Tsani 1427 H / 26 Mei 2006 M.


Tim Perumus :
1. Prof. Dr. Drs. HM. Amin Suma, SH, MA, MM
2. Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MSc
3. Dr. H. Amrullah Ahmad
4. Neng Djubaedah, SH, MH

780
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN
IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA
SE-INDONESIA
KETIGA
TAHUN 2009

781
782
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN KOMISI A
IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA MUI SE- INDONESIA III
Tentang
MASAIL ASASIYAH WATHANIYAH
(Masalah Strategis Kebangsaan)

A. Prinsip-Prinsip Ajaran Islam Tentang Hubungan Antar


Umat Beragama dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
1. Kesepakatan bangsa Indonesia untuk membentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan Pancasila sebagai falsafah
bangsa dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagai konstitusi merupakan ikhtiar untuk
memelihara keluhuran agama dan mengatur kesejahteraan
kehidupan bersama, di mana kesepakatan ini mengikat seluruh
elemen bangsa.
2. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik suku, ras,
budaya maupun agama. Karenanya bangsa Indonesia sepakat
untuk mengidealisasikan bangsa ini sebagai sebuah bangsa
yang majemuk tetapi tetap satu, dengan semboyan bhineka
tunggal ika.
3. Umat Islam sebagai bagian terbesar dari bangsa ini harus terus
menjaga konsensus nasional tersebut.
4. Dalam hal kemajemukan agama, negara mengakui enam agama,
yakni Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu, di
mana masing-masing agama tersebut mempunyai posisi yang
sama di dalam konstitusi negara. Negara menjamin warganya
untuk memeluk agamanya masing-masing.
5. Islam mengakui eksistensi agama lain tanpa mengakui
kebenaran ajaran agama tersebut, sebagaimana pada masa
nabi juga diakui eksistensi agama selain Islam, antara lain
Yahudi, Nasrani, dan Majusi.
6. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, setelah proklamasi
1945 Islam memandang posisi umat beragama sebagai sesama
bagian warga bangsa yang terikat oleh komitmen kebangsaan
sehingga harus hidup berdampingan secara damai dengan

783
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

prinsip mu’ahadah atau muwatsaqah, bukan posisi muqatalah


atau muharabah.
7. Dalam rangka menghindarkan adanya benturan antar pemeluk
agama di Indonesia, negara wajib menjamin warganya untuk
menjalankan agamanya dan melindungi kemurnian agama
sesuai dengan ajaran agama masing-masing dari setiap upaya
penodaan agama.
8. Setiap orang, kelompok masyarakat, lembaga atau organisasi
yang melakukan penodaan agama, baik secara terang-terangan
maupun tersembunyi, negara harus menindaknya secara tegas
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. DASAR PENETAPAN
1. Q.S. Al-Hujurat[49]: 13

‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻣ‬‫ﺃﹶﻛﹾﺮ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﻓﹸﻮﺍ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬‫ﻞﹶ‬‫ﺎﺋ‬‫ﻗﹶﺒ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻮﺑ‬‫ﻌ‬‫ﺷ‬‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻌ‬‫ﺟ‬‫ﻭ‬‫ﺜﹶﻰ‬‫ﺃﹸﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺫﹶﻛﹶﺮﹴ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻘﹾﻨ‬‫ﺧ‬‫ﺎ‬‫ﺇﹺﻧ‬‫ﺎﺱ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﻘﹶﺎﻛﹸﻢ‬‫ﺃﹶﺗ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang ‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬perempuan
‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻭ‬‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻤ‬dan ‫ﻜﹾﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬‫ﹺ‬menjadikan
‫ﻞ‬‫ﺎﻃ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﺒ‬‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻮﺍ‬‫ﺴ‬kamu ‫ﻠﹾﺒﹺ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
‫ﻢ‬disisi
‫ﻜﹸ‬‫ﻣ‬‫ﺃﹶﻛﹾﺮ‬Allah
‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﻓﹸﻮﺍ‬‫ﺭ‬ialah
‫ﺎ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬‫ﻞﹶ‬‫ﺋ‬orang
‫ﺎ‬‫ﻗﹶﺒ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻮﺑ‬‫ﻌ‬yang
‫ﺷ‬‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﻨ‬paling
‫ﻠﹾ‬‫ﻌ‬‫ﺟ‬‫ﻭ‬‫ﹶﻰ‬ ‫ﻲ‬‫ﻟﹾﺜﻐ‬taqwa
‫ﺍﻧ‬
‫ﺃﹸ‬‫ﻦﻭ‬‫ﹴ‬‫ﺮﻣ‬‫ﺫﹶﺪﻛﹶ‬‫ﺷ‬‫ﻦ‬diantara
‫ﻣ‬‫ﻢﻦ‬‫ﻛﹸﻴ‬‫ﺒ‬‫ﺎﺗ‬‫ﻗﻠﹶﻘﹾﺪﻨ‬‫ﺧ‬‫ﻦﹺ‬kamu”.
‫ﺍﻟﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﺇﹺﻧﺪ‬‫ﻲ‬
‫ﺎﺱ‬‫ﻨﻓ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺎ‬
‫ﺍﻩ‬‫ﻛﹾﻬﺮ‬‫ﺇﹺﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬
‫ﻟﻳﹶﺎ‬
‫ﻘﹶﺎﻛﹸﻢ‬‫ﺃﹶﺗ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬
2. ‫ﺎ‬Q.S.
‫ﻣ‬‫ﺎﺑﹺﺪ‬‫ﻋ‬Al-Baqarah[2]:
‫ﺎ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬،‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﺃﹶﻋ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺑﹺﺪ‬42 ‫ﺎ‬‫ﻋ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬،‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﺃﹶﻋ‬‫ﻟﹶﺎ‬،‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫ﻗﹸﻞﹾ‬
‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻣ‬‫ﺃﹶﻛﹾﺮ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﻓﹸﻮﺍ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬‫ﻞﹶ‬‫ﺎﺋ‬‫ﻗﹶﺒ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻮﺑ‬ ‫ﻥﹶﺷ‬‫ﻮﻢﺩ‬‫ﺎﻲﻤﻛﹸ‬‫ﻠﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻨﻌ‬‫ﻠﹾﻭ‬‫ﺗ‬‫ﻌ‬‫ﻜﹸﻢﺟ‬‫ﺘ‬‫ﻭ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﹶﻰ‬
‫ﻌ‬‫ﻳﻦ‬ ‫ﻨ‬‫ﻳﻭ‬‫ﺩ‬‫ﻖ‬‫ﺜ‬‫ﺃﹸﻢﻧ‬‫ﺤ‬‫ﻜﹸﻭ‬‫ﺍﻟﹶﻟﹾﹴ‬‫ﻮﺍ‬
‫ﻤﺫﹶﺪﻛﹶ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬‫ﺃﹶﻜﹾﻦﺘ‬‫ﺎ‬
‫ﺮ‬، ‫ﻣ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬‫ﻢﻣ‬‫ﹺ‬‫ﻛﹸﻥﻞﹶ‬‫ﻭﻃ‬
‫ﺎ‬‫ﺎﺪﻨ‬‫ﺎﻟﹾﺑﹺﻠﹶﺒﻘﹾ‬‫ﺑﻋﹺﺎﺧ‬‫ﺎ‬
‫ﻧﻢﻖ‬‫ﺇﹺﺤ‬‫ﺘ‬‫ﺱﺃﹶﻧ‬
‫ﻟﹾ‬‫ﹶﺎ‬
‫ﺍ‬‫ﻮﺍ‬ ‫ﺴ‬،‫ﻬﻠﹾﻢﺒﹺ‬‫ﺗ‬‫ﻳ‬‫ﹶﺎ‬
‫ﺎﻟ‬‫ﺍﻟﻨﻭ‬‫ﺎ‬ ‫ﻟﺒ‬‫ﻳﻭﻋ‬
‫ﺃﹶﺪ‬‫ﺎ‬
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang
‫ﻘﹶﺎﻛﹸﻢ‬‫ﺃﹶﺗ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬
‫ﻢ‬bathil
‫ﻭﻫ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻥﹾ‬dan‫ﺃﹶ‬‫ﻛﹸﻢ‬janganlah
‫ﺎﺭﹺ‬‫ﻳ‬‫ﺩ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻮﻛﹸﻢ‬kamu
‫ﺮﹺﺟ‬‫ﺨ‬‫ﻳ‬‫ﻢ‬sembunyikan
‫ﻟﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻳﻦﹺ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻲ‬ ‫ﻲ‬‫ﻟﹾﻓﻐ‬‫ﺍ‬‫ﻛﹸﻦﻢ‬‫ﹸﻮﻣ‬‫ﻠﺪ‬yang ‫ﹶﺎﺗ‬‫ﻘﺷ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻦﻟﹶﻢ‬hak ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻳﺗ‬‫ﻟﱠﺪﺬ‬itu[43],
‫ﻗﹶ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻳﻋ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﻪ‬‫ﻲ‬
‫ﺍ‬‫ﹺ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﻢﻓ‬sedang‫ﺍﻩﻛﹸ‬‫ﺎ‬‫ﻛﹾﻬﺮ‬‫ﻨ‬‫ﺇﹺﻳ‬‫ﻟﹶﺎ‬
kamu mengetahui”.
‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻠﹸﻮﻛﹸﻢ‬‫ﻗﹶﺎﺗ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻥﹶﻨ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬ ‫ﻮ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻠﹶﻧ‬‫ﻌ‬(‫ﺗ‬‫ﻢ‬‫)ﺘ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﲔﻭ‬‫ﻖ‬‫ﻄ‬‫ﺍﻘﹾﻟﹾﺴِﺤ‬‫ﻮﺍ‬ ‫ﺍﻟﹾﻤ‬
‫ﻤ‬‫ﺐﺘ‬ ‫ﻜﹾ‬‫ﺗ‬‫ﺤ‬‫ﻭ‬‫ﹺ‬‫ﻳ‬ ‫ﻪﻞ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻃ‬‫ﱠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑﹺﺎﻥﻟﹾﺒ‬‫ﺇﹺ‬‫ﻢﻖ‬‫ﻟﹾﻬﹺﺤ‬‫ﺍﻴ‬‫ﻮﺍ‬ ‫ﺇﹺﻟﹶ‬‫ﺴِﻠﹾﺒﹺﻄﺴﹸﻮﺍ‬‫ﺗ‬‫ﹶﺎ‬ ‫ﻘﹾ‬‫ﻟﺗ‬‫ﻭ‬
‫ﺎ‬‫ﻣ‬  ‫ﺪ‬ ‫ﺑ‬
‫ﹺ‬‫ﺎ‬
‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻧ‬‫ﺃ‬
‫ﹶ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻟ‬ ‫ﻭ‬
 ، ‫ﺪ‬ ‫ﺒ‬
‫ﻋ‬
 ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬‫ﺎ‬
‫ﻣ‬ ‫ﹶ‬
‫ﻥ‬ ‫ﻭ‬‫ﺪ‬ ‫ﺑ‬
‫ﹺ‬ ‫ﺎ‬
‫ﺍﺟﹺﻜﹸﻢ‬‫ﺮ‬‫ﺇﹺﺧ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻭﺍ‬‫ﺮ‬‫ﻇﹶﺎﻫ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺭﹺﻛﹸﻢ‬‫ﻳ‬‫ﺩ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻮﻛﹸﻢ‬‫ﺟ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹶﺧ‬‫ﻭ‬‫ﻳﻦﹺ‬‫ﻗﹸﺍﻟﻞﺪ‬
‫ﻋ‬  ‫ﻢ‬ ‫ﺘ‬
 ‫ﻧ‬
 ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬‫ﹶﺎ‬ ‫ﻟ‬‫ﻭ‬
 ، ‫ﻥ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺒ‬
 ‫ﻌ‬
 ‫ﺗ‬
 ‫ﺎ‬ ‫ﻣ‬  ‫ﺪ‬ ‫ﺒ‬
 ‫ﻋ‬
 ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬‫ﹶﺎ‬ ‫ﻟ‬،‫ﹶ‬ ‫ﻥ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻓ‬
 ‫ﹶﺎ‬
‫ﻜ‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻳ‬
 ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﹾ‬
3. ‫ﻚ‬ ‫ﻓﹶﺄﹸﻭﻟﹶﺌ‬Al-Baqarah[2]:
Q.S. ‫ﻢ‬‫ﻟﱠﻬ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻟﱠﻮ‬‫ﻮ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬256
‫ﻳﻦ‬‫ﺩ‬‫ﻲ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻳﻲ‬‫ﺩ‬‫ﻐ‬‫ﺍﻢﻟﹾ‬‫ﻟﹶﻦﻜﹸ‬‫ﻣ‬، ‫ﺪﺪ‬‫ﺷ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﺃﹶﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦﻣ‬‫ﹶ‬‫ﻥﻴ‬‫ﺒ‬‫ﻭﺗ‬‫ﺎﺑﹺﻗﹶﺪﺪ‬‫ﻦﻋﹺ‬‫ﻳ‬‫ﺪﻢ‬‫ﺍﻟﺘ‬‫ﻲ‬ ‫ﺃﹶﻥﹶﻧ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻮ‬‫ﻓﻤﻟ‬‫ﻭ‬‫ﻟ‬،
‫ﺍﻈﻩﱠﺎ‬‫ﺍﻟﻢﺮ‬
‫ﻛﹾ‬‫ﺗ‬‫ﻢﺇﹺﺪ‬‫ﹶﺎ‬
‫ﺒ‬‫ﻋ‬‫ﻟﻫ‬
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
(‫ﻥ‬:‫ﺃﹶ‬‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬
‫ﺎ‬‫ﻢ‬Sesungguhnya ‫ﺎ‬)..... ‫ﻢ‬‫ﻛﹸﻪﻣ‬‫ﹶ‬‫ﻥﻠ‬‫ﻮﻫ‬‫ﻭ‬
‫ﺟﺃﹶ‬‫ﹶﻰ‬ ‫ﺇﹺﻟ‬‫ﺔﹲ‬‫ﻟﹶﻠﱠﻤ‬‫ﺴ‬‫ﻭ‬‫ﹺ‬‫ﻦﻣ‬‫ﻳﺔﹲ‬‫ﺪ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬yang
‫ﻓﹶ‬‫ﹶﺎﻓﻕ‬‫ﻴﻢﺜ‬‫ﻣ‬benar
‫ﹸﻮﻢ‬‫ﻠﻬ‬‫ﺗ‬‫ﹶﺎﻨ‬‫ﻘﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬‫ﻳ‬daripada
‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻦ‬‫ﻨ‬‫ﻳﻴ‬‫ﺬﺑ‬‫ﺍﻟﱠﻡﹴ‬‫ﹺ‬
‫ﻗﹶﻮ‬‫ﻦ‬‫ﻪﻣ‬‫ﺍﻟﻥﻠﱠﹶ‬‫ﻢﻛﹶﺎ‬‫ﻥﻛﹸﹾ‬yang ‫ﺎ‬‫ﺇﹺﻬ‬‫ﻳﻭ‬‫ﻨ‬‫ﹾ‬...
‫ﻣ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺑﹺﺮﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋﺗ‬‫ﹾ‬‫ﺎ‬ ‫ﺃﹶﻧ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻟﻛﹸﻢ‬‫ﺭﹺﻭ‬، ‫ﻳ‬‫ﺪﺩ‬‫ﻦﺒ‬‫ﻋ‬Telah
‫ﺃﹶ‬‫ﻣ‬‫ﺎ‬ ‫ﺑﹺﺮﹺﺪ‬‫ﺎﺨ‬‫ﻋ‬‫ﻳ‬‫ﻢﻢ‬jalan
jelas ‫ﺘ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬،‫ﺍﻟ‬‫ﻲ‬ ‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻛﹸﻌ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬ ‫ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻟﹶﺃﹶﻢﻋ‬‫ﹶﺎ‬ ‫ﻟ‬،‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺮﻦ‬‫ﻓ‬‫ﻜﹶﺎﻋ‬jalan ‫ﺍﻟﹾ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬ ‫ﻞﻳ‬‫ﻟﻗﹸﹶﺎ‬
sesat. Karena itu “
‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻠﹸﻮﻛﹸﻢ‬‫ﻗﹶﺎﺗ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺎ‬‫ﻳﻦ‬ ‫ﺩ‬‫ﻲﻤ‬‫ﻧ‬‫ﺇﹺﻟ‬‫ﻭ‬(‫ﻢ‬‫)ﻜﹸ‬‫ﻳﻨ‬‫ﺩﲔ‬‫ﻟﹶﻘﹾﻜﹸﺴِﻢﻄ‬،
‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬ ‫ﺍﺪﻟﹾﻤ‬‫ﺒ‬‫ﺃﹶﺐﻋ‬‫ﺎ‬‫ﻣﺤ‬‫ﻳ‬‫ﹶ‬‫ﻭﻪﻥ‬‫ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﱠ‬ ‫ﺎﻥﺑﹺﺪ‬‫ﺇﹺﻋ‬‫ﻢﻢ‬‫ﻬﹺﺘ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻴ‬‫ﹶﺎ‬
‫ﺇﹺﻟﹶ‬‫ﹸﻮﺍ‬
‫ﻟ‬‫ﻭ‬،‫ﺴِﻢﻄ‬‫ﺗ‬‫ﻘﹾﺪ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬
‫ﻋﻠﻰ‬
‫ﻚ‬‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥﺄﹸﻭﻟﹶﺌ‬ ‫ﻓﹶ‬‫ﻢ‬‫ﻟﱠﻬ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬"‫ﻦ‬‫ﻣ‬:‫ﻭﺳﻠﻢﻭ‬ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻋﻠﻴﻪﻟﱠﻮ‬ ‫ﻮ‬‫ﺗ‬‫ﺍﷲﺃﹶﻥﹾ‬ ‫ﺻﻠﻰﻜﹸﻢ‬ ‫ﺍﺟﹺ‬‫ﺮ‬‫ﺍﷲﺇﹺﺧ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝﻠﹶﻰ‬
‫ﻋ‬‫ﻭﺍ‬‫ﺮ‬‫ﻗﺎﻝﹶﺎﻫ‬ ‫ﻇ‬‫ﻭ‬‫ﻋﻨﻪﻢ‬ ‫ﺎﺭﹺﻛﹸ‬‫ﺍﷲ‬
‫ﻳ‬‫ﺩ‬‫ﺭﺿﻰﻦ‬‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‬
‫ﻣ‬‫ﻮﻛﹸﻢ‬‫ﺟ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹶﺧ‬‫ﺃﰉﻭ‬ ‫ﻳﻦﹺ‬‫ﻋﻦ‬ ‫ﺍﻟﺪ‬
‫ﻢ‬‫ﻭﻫ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﺎﺭﹺﻛﹸﻢ‬‫ﻳ‬‫ﺩ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻮﻛﹸﻢ‬‫ﺮﹺﺟ‬‫ﺨ‬‫ﻳ‬‫ﻟﹶﻢ‬‫ﻭ‬‫ﻳﻦﹺ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻭﺍﳊﺎﻛﹸﻮﻢﻛﹸ(ﻢ‬‫ﺩﺍﻭﺩ‬‫ﺃﺑﻮ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫ﻠ‬‫ﻘﹶﺎﺗ‬‫ﻳ‬‫ﻟﹶﻢ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻋ‬‫)ﻠﱠﻥﹶﻪ‬" ‫ﻮ‬‫ﺷﺮﻭﻃﻬﻢﻢﻤ‬
‫ﺍﻟ‬ ‫ﺎﻈﱠﺎﻛﹸﻟ‬‫ﺍﻟﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻢﻳ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻟﻫ‬
784‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻠﹸﻮﻛﹸﻢ‬‫ﻗﹶﺎﺗ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬()‫ﲔ‬‫ﻘﹾﺴِﻄ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻘﹾﺴِﻄﹸﻮﺍ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬
(:‫)ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬.....‫ﻪ‬‫ﻠ‬‫ﺃﹶﻫ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬‫ﺔﹲ‬‫ﻠﱠﻤ‬‫ﺴ‬‫ﻣ‬‫ﺔﹲ‬‫ﻳ‬‫ﻓﹶﺪ‬‫ﻴﺜﹶﺎﻕ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻡﹴ‬‫ﻗﹶﻮ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﺇﹺﻥﹾ‬‫ﻭ‬...
‫ﻚ‬
‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﺌ‬‫ﺎﹸﻭﻟﹶﺅ‬‫ﻓﹶﺄﻣ‬‫ﺩ‬‫ﺄﻢﹸ‬‫ﻟﱠﹶﺎﻓﹶﻬ‬‫ﻜﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻳ‬‫ﹶ‬‫ﻥﻦ‬‫ﻮﻣ‬‫ﻨﻭ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﺆ‬‫ﻤ‬‫ﻫ‬‫ﺍﻟﹾﻮ‬‫ﻟﱠ‬‫ﻝﹶﻮ‬‫ﺗ‬‫ﻗﻥﹶﺎﹾ‬‫ﺃﹶ‬‫ﻠﱠﻢﻢ‬‫ﻜﹸﺳ‬‫ﺟﹺﻭ‬‫ﺍ‬‫ﻪﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻠﹶﺧ‬‫ﺇﹺﻋ‬‫ﹶﻰ‬
‫ﺍﻟﻠﻠﱠﻪ‬‫ﱠﻰ‬
‫ﻋ‬‫ﻭﺍ‬‫ﺮﻠ‬‫ﺻ‬‫ﹶﺎﻫ‬‫ﻲﻇ‬‫ﺒﹺﻭ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﱠ‬
‫ﺎﺃﹶﺭﹺﻥﻛﹸﻢ‬‫ﻪﻳ‬‫ﺩ‬‫ﻨ‬‫ﻦﻋ‬‫ﻪﻣ‬‫ﺍﻟﻢﻠﱠ‬
‫ﻮﻲﻛﹸ‬‫ﺿ‬ ‫ﺟ‬‫ﺮ‬‫ﺭ‬‫ﺧ‬‫ﺃﹶﻲ‬‫ﻭ‬‫ﻠ‬‫ﹺ‬‫ﻦﻋ‬‫ﻳ‬‫ﺪﻦ‬‫ﺍﻟﻋ‬
‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺪ‬‫ﻬ‬‫ﻋ‬‫ﺫﹸﻭ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹴ‬‫ﺑﹺﻜﹶﺎﻓ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻣ‬‫ﻞﹸ‬‫ﻘﹾﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻧ‬‫ﺃﹶﺩ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬‫ﺑﹺﺬ‬‫ﻰ‬‫ﻌ‬‫ﺴ‬‫ﻳ‬‫ﻢ‬‫ﺍﻫ‬‫ﻮ‬‫ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﺪ‬‫ﻳ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬
‫ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻠﹾﺒﹺﺴ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺒ‪‬ﺎﻃ‪‬ﻞﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹾﺘ‪‬ﻤ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹶﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬‬
‫‪HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA‬‬
‫ﻟﹶﺎ‪‬ﺇﹺﻛﹾﺮ‪‬ﺍﻩ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬ﻗﹶﺪ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻴ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺷ‪‬ﺪ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﹾﻐ‪‬ﻲ‪‬‬
‫‪‬‬
‫ﻢ‬ ‫ﻜ‬
‫ﹸ‬ ‫ﻣ‬
‫‪‬‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬ ‫ﻛ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬‫‪‬‬ ‫ﻥ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺇ‬
‫ﹺ‬‫ﹸﻮﺍ‪‬‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺭ‬
‫‪‬‬
‫‪4. Q.S. Al-Kafirun[109]: 1-6‬‬ ‫‪‬ﺎ‬
‫ﻌ‬ ‫ﺘ‬
‫‪‬‬‫ﻟ‬
‫‪‬‬‫ﹶ‪‬‬
‫ﻞ‬ ‫ﺋ‬
‫‪‬‬‫‪‬ﺎ‬
‫ﺒ‬‫ﻗ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﺑ‬‫‪‬ﻮ‬
‫ﻌ‬ ‫ﺷ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬
‫ﻢ‬ ‫ﻛ‬
‫ﹸ‬ ‫‪‬ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻠ‬
‫ﹾ‬ ‫ﻌ‬
‫‪‬‬ ‫ﺟ‬
‫‪‬‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬ ‫ﹶﻰ‪‬‬‫ﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎﺱ‪‬ﺇﹺﻧ‪‬ﺎ‪‬ﺧ‪‬ﻠﹶﻘﹾﻨ‪‬ﺎﻛﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺫﹶﻛﹶﺮﹴ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹸﻧ‪‬ﺜ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﹾﹶﺎﻜﻛﹸﹶﺎﻢﻓ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﻥﹶ‪،‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﻭﻥﹶ‪،‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﻋ‪‬ﺎﺑﹺﺪ‪‬ﻭﻥﹶ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪،‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﺎﺑﹺﺪ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻠﱠﻳ‪‬ﻪﻬ‪‬ﺃﹶﺗ‪‬ﻘ‬
‫ﻗﹸﻋ‪‬ﻞﻨ‪‬ﹾ‪‬ﺪﻳ‪‬ﺍﻟ‬
‫ﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﺗ‪‬ﻢ‪،‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﻋ‪‬ﺎﺑﹺﺪ‪‬ﻭﻥﹶ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪،‬ﻟﹶﻜﹸﻢ‪‬ﺩ‪‬ﻳﻨ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻟ‪‬ﻲ‪‬ﺩ‪‬ﻳﻦ‪‬‬
‫‪kafir,‬ﻢ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹶﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬‬
‫‪”Katakanlah: “Hai orang-orang‬‬ ‫‪aku‬ﺤ‪‬ﻖ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬‬
‫‪tidak‬ﻤ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﹾ‬
‫‪akan‬ﻞﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹾﺘ‪‬‬
‫‪menyembah‬ﻖ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺒ‪‬ﺎﻃ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻠﹾﺒﹺﺴ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬‬
‫‪apa‬‬
‫‪yang‬ﺒ‪‬ﺮ‪‬ﻭﻫ‪‬ﻢ‬ ‫‪kamu‬ﻛﹸﻢ‪‬ﺃﹶﻥﹾ‪‬ﺗ‪‬‬ ‫‪sembah.‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺩ‪‬ﻳ‪‬ﺎﺭﹺ‬ ‫‪dan‬ﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺨ‪‬ﺮﹺﺟ‪‬ﻮﻛﹸﻢ‬ ‫‪kamu‬ﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶ‬ ‫‪bukan‬ﻛﹸﻢ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟ‬ ‫‪penyembah‬ﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹶﺎﺗ‪‬ﻠﹸﻮ‬ ‫‪Tuhan‬ﻢ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﻟﹶ‬ ‫ﻟﹶﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﺎﻛﹸ‬
‫‪yang aku sembah. dan aku tidak pernah menjadi penyembah‬‬
‫‪‬ﻲ‪‬‬
‫‪apa‬‬ ‫‪yang‬ﻛﹸﻢ‪‬ﻓ‬ ‫‪kamu‬ﻦ‪‬ﻗﹶﺎﺗ‪‬ﻠﹸﻮ‬ ‫‪sembah,‬ﻋ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳ‬ ‫‪dan‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﺎﻛﹸﻢ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬‬ ‫(‪‬ﺇﹺﻧ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫‪kamu‬‬ ‫‪tidak‬ﲔ‪)‬‬ ‫ﻲ‬
‫‪‬‬ ‫ﻐ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫‪‬ﺍ‬ ‫ﻦ‬
‫‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﻘﹾﺴِﻄ‪‬‬‫ﻣ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺷ‬
‫‪‬‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬
‫‪pernah‬‬
‫‪‬ﺍﻟ‬
‫ﱠ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻳ‪‬ﺤ‪‬ﺐ‬‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬
‫‪‬‬ ‫ﺒ‬
‫‪‬‬ ‫ﺗ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬‫ﺪ‬ ‫ﻗ‬
‫ﹶ‬ ‫ﹺ‪‬‬
‫)‪(pula‬‬
‫ﻦ‬ ‫‪‬ﻳ‬
‫ﺪ‬
‫‪menjadi‬ﻟﹶﻴ‪‬ﻬﹺﻢ‪‬ﺇﹺﻥ‬‫‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟ‬ ‫ﹶﺎ‪‬ﺇﹺﺴِﻛﹾﺮﻄ‪‬ﺍﹸﻮﺍ‪‬ﺇﹺ‬
‫ﻓ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻭ‪‬ﻟﺗ‪‬ﻘﹾ‬
‫‪penyembah‬‬
‫‪Tuhan‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﺄﹸﻭﻟﹶﺌ‪‬ﻚ‬ ‫‪yang‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻮ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫‪aku‬ﻜﹸﻢ‪‬ﺃﹶﻥﹾ‪‬ﺗ‪‬‬ ‫‪sembah.‬ﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺍﺟﹺ‬ ‫‪untukmu‬ﹶﺎﻫ‪‬ﺮ‪‬ﻭﺍ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺇﹺ‬ ‫‪agamamu,‬ﻦ‪‬ﺩ‪‬ﻳ‪‬ﺎﺭﹺﻛﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻇ‬ ‫‪dan‬ﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺟ‪‬ﻮﻛﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦ‬
‫ﻗﹸﻞﹾ‪‬ﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓ‪‬ﺮ‪‬ﻭﻥﹶ‪،‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﻭﻥﹶ‪،‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﻋ‪‬ﺎﺑﹺﺪ‪‬ﻭﻥﹶ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪،‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﺎﺑﹺﺪ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬‬
‫‪untukkulah,‬‬ ‫”‪agamaku.‬‬
‫ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟﻈﱠﺎﻟ‪‬ﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‬
‫‪‬ﻮﺑ‪‬ﺎ‪‬ﻭ‪‬ﻗﹶﺒ‪‬ﺎﺋ‪‬ﻞﹶ‪‬ﻟ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﺎﺭ‪‬ﻓﹸﻮﺍ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬ﺃﹶﻛﹾﺮ‪‬ﻣ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬‬ ‫‪‬ﻳﻦ‪‬ﻌ‪‬‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﻭ‪‬ﻜﹸﻢﺟ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹾﻭ‪‬ﻨﻟ‪‬ﺎﻲﻛﹸ‪‬ﻢﺩ‪‬ﺷ‪‬‬ ‫‪،‬ﺮﻟﹶﹴ‪‬ﻜﹸﻭ‪‬ﺃﹸﻢﻧ‪‬ﺜ‪‬ﺩ‪‬ﻳﻨ‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻦﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺫﹶﺪﻛﹶ‬ ‫‪‬ﻭﻛﹸﻥﹶ‪‬ﻢﻣ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﻋﺧ‪‬ﺎﺑﹺﻠﹶﻘﹾﺪﻨ‪‬ﺎ‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﻨﻭ‪‬ﺎﻟﹶﺎ‪‬ﺱﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﺇﹺﻧﻢ‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺪ‪‬ﻳ‪‬ﺗ‪‬ﻬﻢ‪،‬‬ ‫ﻳﻋ‪‬ﺒ‪‬‬
‫‪5. Q.S. Al-mumtahanah: 8-9‬‬
‫‪...‬ﺪﻭ‪‬ﺇﹺ‪‬ﺍﻟﻥﻠﱠﹾ‪‬ﻪ‪‬ﻛﺃﹶﹶﺎﺗ‪‬ﻘﻥﹶﺎﹶ‪‬ﻣ‪‬ﻛﹸﻦﻢ‪‬ﻗﹶ‪‬ﻮ‪‬ﻡﹴ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻴﺜﹶﺎﻕ‪‬ﻓﹶﺪ‪‬ﻳ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻣ‪‬ﺴ‪‬ﻠﱠﻤ‪‬ﺔﹲ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻰ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻪ‪).....‬ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‪(:‬‬ ‫ﻋ‪‬ﻨ‪‬‬
‫ﻟﹶﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﺎﻛﹸﻢ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹶﺎﺗ‪‬ﻠﹸﻮﻛﹸﻢ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺨ‪‬ﺮﹺﺟ‪‬ﻮﻛﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺩ‪‬ﻳ‪‬ﺎﺭﹺﻛﹸﻢ‪‬ﺃﹶﻥﹾ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺮ‪‬ﻭﻫ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪‬ﻲ‪‬‬‫‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬ ‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥﻛﹸﻢ‪‬ﻓ‬ ‫‪‬ﻭﺳﻠﻢﻦ‪:‬ﹺ‪‬ﺍﻟﱠ‪"‬ﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﻗﹶﺎﺗ‪‬ﻠﹸﻮ‬ ‫‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬‬ ‫‪‬ﻋﻠﻴﻪ‬‫‪‬ﺍﷲ‪‬ﺎﻛﹸﻢ‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻥﹶﻨ‪‬ﻬ‬ ‫‪‬ﻮ‬
‫‪‬ﺍﷲ‪‬ﺗ‪(‬ﻌ‪‬ﺇﹺﻠﹶﻧ‪‬ﻤ‬
‫‪‬ﺻﻠﻰ‬ ‫‪‬ﺭﺳﻮﻝﻭ‪‬ﺃﹶﻧ‪)‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬‬‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻘﹾﻟﹾﺴِﺤ‪‬ﻄ‪‬ﻖ‪‬ﲔ‬ ‫‪‬ﻗﺎﻝﻤ‪‬‬ ‫ﺐﺘ‪‬ﻤ‬
‫‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫‪‬ﻋﻨﻪﻜﹾ‬ ‫‪‬ﺍﷲﻳ‪‬ﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺤ‪‬ﺗ‪‬‬
‫ﱠ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻃ‪‬ﻪﻞ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﺭﺿﻰ‪‬ﺎ‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻴ‪‬ﻟﹾﻬﹺﺤ‪‬ﻢﻖ‪‬ﺇﹺ‪‬ﺑﹺﺎﻥﻟﹾﺒ‬ ‫‪‬ﺃﰉﻄﺴﹸﻮﺍ‪‬ﺇﹺﻟﹶ‬ ‫ﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬ﺴِﻠﹾﺒﹺ‬ ‫ﻋﻦﻘﹾ‬ ‫ﻭ‪‬ﻟﺗ‪‬‬
‫ﻚ‪‬‬‫ﹸﻮﺍ‪‬ﻮ‪‬ﺇﹺﻟﱠﻥﱠﻬ‪‬ﺃﹶﻢ‪‬ﻛﹾﻓﹶﺄﺮ‪‬ﹸﻭﻣ‪‬ﻟﹶﺌ‪‬ﻜﹸﻢ‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﻌ‪‬ﺇﹺﻠﹾﻨ‪‬ﺎﺧ‪‬ﺮﻛﹸ‪‬ﺍﻢﺟﹺ‪‬ﻜﹸﺷ‪‬ﻢﻌ‪‬ﻮﺃﹶﺑﻥ‪‬ﺎ‪‬ﹾ‪‬ﺗ‪‬ﻭ‪‬ﻗﹶﻮ‪‬ﻟﱠﺒ‪‬ﺎﻮ‪‬ﺋ‪‬ﻫ‪‬ﻞﹶ‪‬ﻢﻟ‪‬ﺘ‪‬ﻭ‪‬ﻌ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺭ‪‬ﻦﻓ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﻋ‪‬ﻭ‪‬ﻠﺟ‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻛﻭ‪‬ﻛﹶﺮﻢﻇﹴ‪‬ﹶﺎ(ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﺃﹸ‪‬ﺮﻧ‪‬ﺜ‪‬ﻭﺍ‪‬‬
‫ﺱ‪‬ﺟﺇﹺﻧ‪‬ﻮ‪‬ﺎ‪‬ﻛﹸﺧ‪‬ﻢﻠﹶ‪‬ﻘﹾﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻦ‪‬ﻛﹸﺩ‪‬ﻳﻢ‪‬ﺎ‪‬ﺭﹺﻣ‪‬ﻛﹸﻦ‪‬ﻢﺫﹶ‪‬‬ ‫"‪)‬‬‫ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ‪‬ﺎﺧ‪‬ﺮ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﺃﹶﻨ‬
‫ﻳﺍﻟ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺪﻳ‪‬ﻳﻬﻦﹺ‪‬ﻭ‪‬‬
‫‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﻢﺪ‪‬ﻳ‪‬ﻦﹺ‪‬ﻗﹶﺪ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻴ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺷ‪‬ﺪ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﹾﻐ‪‬ﻲ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﻟﻠﱠﺮ‪‬ﺍﻈﻪﻩﱠﺎ‪‬ﻟ‪‬ﺃﹶﺗ‪‬ﻓﻤﻘ‪‬ﻮﹶﺎﻥﹶﻛﹸ‬ ‫ﻟﻋ‪‬ﻫ‪‬ﻨ‪‬ﹶﺎ‪‬ﻢﺇﹺﺪﻛﹾ‬
‫‪‬ﺍﻟ‬
‫‪”Allah‬‬
‫‪tidak‬ﹸ‪‬ﺩ‪‬ﻣ‪‬ﺎﺅ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‬ ‫‪melarang‬ﻥﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﻓﹶﺄ‬ ‫‪kamu‬ﻗﹶﺎﻝﹶ ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮ‬ ‫‪untuk‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﻢ‬ ‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬‬ ‫‪berbuat baik dan Berlaku adil‬‬
‫ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‪‬ﻲ‪‬ﺭ‪‬ﺿ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻪ‪‬ﺃﹶﻥﱠ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺒﹺﻲ‪‬ﺻ‪‬ﻠ‬
‫‪‬ﺎﺑﹺ(ﺪ‪‬ﻣ‬
‫‪terhadap‬ﺎ‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﻋ‬ ‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﺃﹶﻧ‪:‬‬
‫‪orang-orang‬ﻟﹶﺎ‪‬‬
‫‪،‬ﻭ‪‬‬ ‫‪).....‬‬
‫‪‬ﻭﻫ‪‬ﻥﻠ‪‬ﹶ‪‬ﻪﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﺃﹶ‬
‫‪yang‬ﺎﻟﺑﹺﺪ‬‫ﹶﺎ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﻤﺴ‪‬ﺘ‪‬ﻠﱠ‪‬ﻮﻢﻤ‪‬ﻥﹶ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻋﺇﹺ‬
‫‪tiada‬ﻣﻠﹶ‪‬‬
‫ﹲ‪‬‬
‫‪،‬ﻢﻳ‪‬ﻭ‪‬ﺔﺗ‪‬ﻌ‪‬ﻟ‬
‫‪memerangimu‬ﻭﻕﻭ‪‬ﺃ‪‬ﻥﹶﻧ‪‬ﻓﹶﺘ‪‬ﺪ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﻟﹾ‪‬ﺗ‪‬ﻣﻌ‪‬ﺤ‪‬ﻴﺒ‪‬ﺜﻖﹶﺎﺪ‪‬‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻢ‬‫‪‬ﻣﻬ‪‬‬‫ﹶﺎ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺗ‪‬ﻢ‪‬ﻋ‪‬ﻜﹾﺒ‪‬ﺘ‪‬ﻭ‪‬ﺑ‪‬ﺪﻴ‪‬ﻤﻨ‪‬‬
‫ﹶ‪،‬ﻨ‪‬ﻞﻟﹺ‪‬ﻜﹸ‬
‫‪karena‬ﻮ‪‬ﺒ‪‬ﺎﻡﻥﹴ‪‬ﻃ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺍﻥﻟﹾﹶ‪‬ﺤ‪‬ﻣ‪‬ﻜﻖﹶﺎﻦﻓ‪‬ﺑﺮﻗﹶﹺﺎﻟﹾ‪‬ﻭ‬ ‫‪agama‬ﻬﻛﹶﺎ‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫‪...‬ﺗ‪‬ﹾ‪‬ﻳﻭ‪‬ﻠﹾﺇﹺﺒﹺ‪‬ﺎ‪‬ﻥﺃﹶﺴﹾ‪‬ﻳ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﻗﹸﻟﻞﹶﺎ‪‬‬
‫‪‬ﻲ‪‬‬
‫‪dan‬‬ ‫‪tidak‬ﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻓ‬ ‫)‪(pula‬ﹶﺎ‪‬ﺫﹸﻭ‪‬ﻋ‪‬‬ ‫‪mengusir‬ﺑﹺﻜﹶﺎﻓ‪‬ﺮﹴ‪‬ﻭ‪‬ﻟ‬ ‫‪kamu‬ﹶﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹾﺘ‪‬ﻞﹸ‪‬ﻣ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‬ ‫‪dari‬ﺃﹶﺩ‪‬ﻧ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻟ‬ ‫‪negerimu.‬ﺬ‪‬ﻣ‪‬ﺘ‪‬ﻬﹺﻢ‬ ‫‪Sesungguhnya‬ﺳ‪‬ﻮ‪‬ﺍﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺴ‪‬ﻌ‪‬ﻰ‪‬ﺑﹺ‬ ‫ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪Allah menyukai orang-orang‬‬ ‫‪yang‬ﻭ‪‬ﻟ‪‬ﻲ‪‬ﺩ‪‬ﻳﻦ‪‬‬ ‫‪Berlaku‬ﻢ‪‬ﺩ‪‬ﻳﻨ‪‬ﻜﹸﻢ‬ ‫‪adil.‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪،‬ﻟﹶﻜﹸ‬ ‫‪Sesungguhnya‬ﺑﹺﺪ‪‬ﻭﻥﹶ‪‬ﻣ‬ ‫ﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﺗ‪‬ﻢ‪،‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﻋ‪‬ﺎ‬
‫‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬‫‪Allah‬‬ ‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‬ ‫‪hanya"melarang‬‬ ‫‪kamu‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬‬ ‫‪‬ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ‬ ‫‪menjadikan‬‬ ‫‪‬ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ‬ ‫‪‬ﻗﺎﻝﻦ‪‬ﺍﻟﹾﻐ‪‬ﻲ‪‬‬ ‫‪sebagai‬ﻣ‪‬‬
‫‪‬ﻋﻨﻪﺷ‪‬ﺪ‪‬‬ ‫‪kawanmu‬ﺒ‪‬ﻴ‪‬ﺍﷲﻦ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫(‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬
‫‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﺭﺿﻰ‪‬ﺗ‪‬‬
‫‪orang-‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬ﻗﹶﺪ‬ ‫‪‬ﺃﰉ‪‬‬ ‫ﻋﻦﺪ‪‬ﻛﹾﻩ‪‬ﺮ‪‬ﺍ‪)‬ﻩ‬ ‫ﻟﻋ‪‬ﹶﺎ‪‬ﻬ‪‬ﺇﹺ‬
‫ﻛﻞ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬ﻟﻴﺲ‪‬ﰱ‪‬‬
‫‪orang‬ﻢ‬
‫‪yang‬ﺃﹶﻥﹾ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺮ‪‬ﻭﻫ‪‬‬ ‫‪memerangimu‬ﺩ‪‬ﻳ‪‬ﺎﺭﹺﻛﹸﻢ‪‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﺒﺎﺱ‪‬ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬ﻣ‪‬ﻦ‪"‬‬
‫‪karena‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺨ‪‬ﺮﹺﺟ‪‬ﻮﻛﹸﻢ‬ ‫‪agama‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬‬ ‫‪dan‬ﻳ‪‬ﻘﹶﺎﺗ‪‬ﻠ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻛﹸﻮﻢﻛﹸ(ﻢ‬ ‫‪mengusir‬ﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﻟﹶﻢ‬ ‫"‪)‬ﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﻟﱠ‬ ‫ﺷﺮﻭﻃﻬﻢﻢ‪‬ﺍﻟ‬ ‫‪kamu‬ﻛﹸ‬ ‫ﻟﹶﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‬
‫‪dari negerimu, dan membantu (orang‬‬ ‫‪lain) untuk mengusirmu.‬‬
‫‪‬ﻲ‪‬‬‫‪dan‬ﺎ‪‬‬
‫‪‬ﻓﻣ‬ ‫‪Barangsiapa‬ﹸﻮﻋ‪‬ﺎﻛﹸﺑﹺﻢﺪ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﹶﺎ‪‬ﺃﹶﻗﻧﹶﺎﺗ‪‬ﻠ‬
‫‪،‬ﺬ‪‬ﻳﻭ‪‬ﻟﻦ‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭﺃﹶﻋ‪(‬ﻋ‪‬ﺒ‪‬ﻦ‪‬ﺪﹺ‪‬ﺍﻟﱠ‬
‫‪‬ﺍﻟﻠﱠﻣﻪ‪‬ﺎ‪‬‬
‫‪menjadikan‬ﹶ‪‬‬
‫ﹶﺎ‪‬ﺇﹺﺃﹶﻧ‪‬ﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻤﻢ‪‬ﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻋ‪‬ﺎﻬﺑﹺ‪‬ﺎﺪﻛﹸ‪‬ﻭﻢﻥ‬ ‫‪،‬ﻭ‪)‬ﻟ(‪‬‬ ‫ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﺑﺎﻃﻞ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻣﺎﺋﺔ‪‬ﺷﺮﻁﻥﹶ‪‬‬
‫‪)"mereka‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻘﹾﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺴِﺪﻄ‪‬ﻭﲔ‬ ‫‪‬ﺍﻣﻟﹾﻤ‪‬‬ ‫ﺐ‪‬‬
‫‪sebagai‬‬
‫ﹶﺎ‪‬ﺃﹶﺤ‪‬ﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‬ ‫ﹶ‪،‬ﻪﻟ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫ﱠ‪‬ﺍﻟﻠﱠ‬‫‪kawan,‬ﻥ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺍﻴ‪‬ﻟﹾﻬﹺﻜﹶﺎﻢﻓ‪‬ﺇﹺﺮ‪‬ﻭﻥ‬ ‫ﹸﻮﺍ‪‬ﺇﹺﻟﹶ‬ ‫‪Maka‬ﻳ‪‬ﻬ‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻄ‬ ‫ﻗﹸﻭ‪‬ﻞﺗ‪‬ﻘﹾﹾ‪‬ﻳﺴِ‬
‫‪mereka‬ﻢ‬
‫ﻚ‪‬‬ ‫‪Itulah‬ﻟﱠﹶﺎﻓﹶﻬ‪‬ﺄﻢﹸ‪‬ﺩ‪‬ﻓﹶﺄﻣ‪‬ﺎﹸﻭﻟﹶﺅ‪‬ﺌ‪‬ﻫ‪‬‬ ‫‪‬ﻳﻦ‪‬ﻢﻢ‪‬ﺃﹶ‪‬ﻗﻥﹶﺎﹾ‪‬ﺗ‪‬ﻝﹶﻮ‪‬ﻟﱠ‪‬ﺍﻟﹾﻮ‪‬ﻫﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻢ‬
‫‪orang-orang‬ﻣ‪‬ﻨﻭ‪‬ﻮﻣ‪‬ﻥﻦ‪‬ﹶ‪‬ﻳﺗ‪‬ﺘ‪‬ﻜﻮ‪‬‬ ‫‪yang‬ﻲﻪﺮ‪‬ﺍ‪‬ﺩﺟﹺﻭ‪‬ﻜﹸﺳ‪‬ﻠﱠ‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﺇﹺﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹶﺧﻴ‪‬‬
‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻜﹸﻠﱠﻪﻢ‪‬‬ ‫‪‬ﻭﺍ‪‬ﻨ‪‬‬
‫ﱠ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺪﺒﹺﻭ‪،‬ﻲﻟﹶﻇ‪‬ﹶﺎﻜﹸﻫ‪‬ﺻ‪‬ﻢﺮﻠ‪‬ﺩ‪‬ﻳ‬
‫”‪zalim.‬ﻋ‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻥﻛﹸﻋ‪‬ﺒ‪‬ﻢ‬ ‫‪‬ﺍﻟ‪‬ﺎﻢﻠﱠﺑﹺ‪‬ﻪﻣ‪‬ﺪ‪‬ﻭﻦﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻥﺩ‪‬ﻪﹶ‪‬ﻳﻣ‬
‫‪‬ﺎﺃﹶﺭﹺ‬ ‫ﺿ‪‬ﻮﻢﻲ‪‬ﻛﹸﻋ‬ ‫ﹶﺎ‪‬ﺮ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﺟ‬‫‪،‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻲﻭ‪‬ﻟ‪‬ﺧ‪‬ﺭ‬ ‫ﻋ‪‬ﺍﻟﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪﺪ‪‬ﻦ‪‬ﻳﺗ‪‬ﻦﻢﻋ‪‬ﹺ‪‬ﻠ‪‬‬
‫‪‬ﻲ‪‬‬‫ﹸﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻋ‪‬ﻦﻬ‪‬ﺪﻗﹶ‪‬ﺘ‪‬ﻓﻞﹶ‪‬‬ ‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﹸ‪‬ﻠﱠﻣ‪‬ﻪﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻦﻴ‪‬ﻪﺑﹺ‪‬ﻜﻭ‪‬ﹶﺎﻓ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﺮﻢﹴ‪‬ﻭ‪‬ﻗﻟﹶﺎﹶﺎ‪‬ﻝﹶﺫ‪":‬‬ ‫ﺻ‪‬ﻳ‪‬ﻠﻘﹾﺘ‪‬ﻞ‬ ‫‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﻫ‪‬ﺒﹺﻢﻲ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬‬ ‫‪‬ﻰ‪‬ﺑﹺﻋ‪‬ﻨ‪‬ﺬ‪‬ﻬ‪‬ﻣ‪‬ﺘ‪‬ﻤﻬﹺ‪‬ﺎ‪‬ﻢﻋ‪‬ﺃﹶﻦﺩ‪‬ﻧ‪‬ﺎ‬ ‫‪‬ﺍﻟﻌﻠﱠﻪ‪‬‬ ‫ﹴﻭ‪‬ﻫ‪‬ﺭ‪‬ﻢﺿ‪‬ﻳ‪‬ﻲﺴ‪‬‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﻦﻣ‪‬ﹺ‪‬ﻦﻋ‪‬ﻤ‪‬ﺮﺳ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‬ ‫‪‬ﺍﻟﻤﻠﱠﻋ‪‬ﻮﻪﻠ‪‬ﻥﹶﺑ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟ‪‬ﺒ‪‬ﻳ‪‬ﻈﺪﱠﺎﺪﻟ‪‬‬ ‫ﻋ‪‬ﻫ‪‬ﻭ‪‬ﻦﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻢﻋ‪‬‬
‫‪6. QS. An-Nisa [5] : 9‬‬
‫ﻟﹶﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﺎﻛﹸﻢ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹶﺎﺗ‪‬ﻠﹸﻮﻛﹸﻢ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺨ‪‬ﺮﹺﺟ‪‬ﻮﻛﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺩ‪‬ﻳ‪‬ﺎﺭﹺﻛﹸﻢ‪‬ﺃﹶﻥﹾ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺮ‪‬ﻭﻫ‪‬ﻢ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲﺋ‪(‬ﺤ‪‬ﺔﹶ ‪‬ﺍﻟﹾﺠ‪‬ﻨ‪‬ﺔ‪ ‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﱠ ‪‬ﺭﹺﳛ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬ﺗ‪‬ﻮﺟ‪‬ﺪ‪ ‬ﻣ‪‬ﻦ‪ ‬ﻣ‪‬ﺴِﲑ‪‬ﺓ‪ ‬ﺃﹶﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﲔ‪ ‬ﻋ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺎ"‪) .‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬ ‫ﻣ‪‬ﻌﻋ‪‬ﺎﻬ‪‬ﻫ‪‬ﺪ‪‬ﺪﻩ‪‬ﺍ‪)‬ﻟﹶﻢ‪ ‬ﻳ‪‬ﺮﹺﺡ‪ ‬ﺭ‪‬ﺍ‬
‫‪(‬ﻢ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﺗ‪‬ﻠ‪:‬ﹸﻮﻛﹸ‬‫‪).....‬ﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﻗﹶﺎ‬ ‫‪‬ﺍﻟﻠ‪‬ﻠﱠﻪﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﻟﱠ‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﻢﺃﹶﻫ‪‬‬ ‫(‪‬ﺇﹺﻣ‪‬ﻧ‪‬ﻤﺴ‪‬ﻠﱠ‪‬ﺎ‪‬ﻤ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻬﺇﹺ‪‬ﺎﻟﻛﹸ‬ ‫‪‬ﺍﻨ‪‬ﻟﹾﻬ‪‬ﻤ‪‬ﻘﹾﻢ‪‬ﺴِﻣ‪‬ﻴﺜﻄ‪‬ﹶﺎﲔﻕ‪‬ﻓﹶ)ﺪ‪‬ﻳ‪‬ﺔﹲ‪‬‬ ‫ﱠ‪‬ﺍﻟﻠﱠﹴ‪‬ﺑ‪‬ﻪﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻳ‪‬ﻜﹸﺤ‪‬ﻢ‪‬ﺐﻭ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬‬ ‫ﹸﻮﺍ‪‬ﻛﺇﹺﹶﺎﻟﹶﻴ‪‬ﻥﻬﹺﹶ‪‬ﻣ‪‬ﻢ‪‬ﻦﺇﹺ‪‬ﻗﹶﻥﻮ‪‬ﻡ‬ ‫ﺴِﺇﹺﻄﻥﹾ‪‬‬ ‫‪...‬ﻭ‪‬‬ ‫ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﻘﹾ‬
‫ﻛﻞ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬ﻟﻴﺲ‪‬ﰱ‪‬‬
‫)‪“jika ia (si terbunuh‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﺒﺎﺱ‪‬ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪":‬‬
‫‪dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian‬‬ ‫‪‬‬ ‫(‬ ‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‪‬ﰲ‪‬ﺻﺤﻴﺤﻪ‪‬ﻭﻏﲑﻩ‬
‫‪antara‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﺄﹸﻭﻟﹶﺌ‪‬ﻚ‬
‫)‪(damai‬‬ ‫‪mereka‬ﻮ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬‬ ‫‪dengan‬ﺟﹺﻜﹸﻢ‪‬ﺃﹶﻥﹾ‪‬ﺗ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱠ‬ ‫‪‬ﻭﺍ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺇﹺﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺍ‬ ‫‪kamu,‬‬ ‫‪Maka‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻇﹶﺎﻫ‪‬ﺮ‬ ‫‪(hendaklah‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺩ‪‬ﻳ‪‬ﺎﺭﹺﻛﹸ‬ ‫ﺍﻟ‪si‬ﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺟ‪‬ﻮﻛﹸﻢ‪‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬ ‫‪"membayar‬ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‬ ‫‪‬‬ ‫(‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭ‬
‫‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬‬ ‫‪‬ﺻﻠﻰ‬ ‫)‬ ‫"‪‬‬
‫‪diserahkan‬ﺍﷲ‬ ‫ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﺑﺎﻃﻞ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻣﺎﺋﺔ‪‬ﺷﺮﻁ‬
‫‪kepada‬ﻋﻨﻪ ‪‬ﻗﺎﻝ ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﺭﺿﻰ ‪‬ﺍﷲ‬
‫)‪pembunuh‬‬ ‫‪diat‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪keluarganya‬‬ ‫‪‬ﺃﰉﻟ‪‬ﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺍﻟﻈﱠﺎ‬ ‫ﻫ‪‬ﻢ‬
‫”… )‪(si terbunuh‬‬
‫ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ"‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ(‪‬‬
‫‪‬‬ ‫(‬ ‫‪...‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﻛﹶﺎﻥﹶ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻗﹶﻮ‪‬ﻡﹴ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻴﺜﹶﺎﻕ‪‬ﻓﹶﺪ‪‬ﻳ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻣ‪‬ﺴ‪‬ﻠﱠﻤ‪‬ﺔﹲ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻰ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻪ‪).....‬ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‪:‬‬
‫ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﺑ‪‬ﻦﹺ‪‬ﻋ‪‬ﻤ‪‬ﺮﹴﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺿ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺒﹺﻲ‪‬ﺻ‪‬ﻠﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﻢ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪":‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻗﹶﺘ‪‬ﻞﹶ‪‬‬
‫‪7. Hadits Nabi saw‬‬
‫‪‬ﻮﻥﲔ‪‬ﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻋﻜ‪‬ﺎﹶﺎﻣﻓﹶ‪‬ﺎﺄﹸ‪."‬ﺩ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪)‬ﺅ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬ ‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻬﻪ‪‬ﺎ‪‬ﺗﻋ‪‬ﻠﹶ‪‬ﻮﻴ‪‬ﻪﺟ‪‬ﺪ‪‬ﻭ‪ ‬ﺳ‪‬ﻣ‪‬ﻠﱠﻦ‪‬ﻢ‪‬ﻗﻣ‪‬ﹶﺎﻝﹶﺴِ ‪‬ﺍﲑ‪‬ﻟﹾﺓ‪‬ﻤ‪‬ﺃﹶﺆ‪‬ﻣ‪‬ﺭ‪‬ﻨﺑ‪‬ﻌ‪‬‬
‫‪‬ﺇﹺﺻ‪‬ﻥﱠﻠ ‪‬ﺭﹺﳛ‪‬‬
‫ﱠ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﻨ‪‬ﺒﹺﺔ‪ ‬ﻲﻭ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟ‪‬ﻠﱠﻪﺭ‪‬ﺍ‪‬ﺋ‪‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬ﺤ‪‬ﻪﺔﹶ‪‬ﺃﹶ‪‬ﺍﻟﹾﻥﺠ‪‬‬
‫ﺿ‪‬ﺮﹺﻲﺡ‪‬‬
‫ﻣ‪‬ﻋ‪‬ﻌ‪‬ﺎﻦ‪‬ﻫ‪‬ﻋ‪‬ﺪﻠ‪‬ﺍﻲ‪‬ﻟﹶ‪‬ﻢ‪‬ﺭ‪ ‬ﻳ‪‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫‪‬ﻲ‪‬‬ ‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻓ‬
‫‪‬ﻭﺳﻠﻢﻓ‪:‬ﺮﹴ‪"‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺫﹸﻭ‪‬ﻋ‪‬‬ ‫‪‬ﻋﻠﻴﻪﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺑﹺﻜﹶﺎ‬ ‫‪‬ﺍﷲﻞﹸ‪‬ﻣ‪‬ﺆ‪‬‬ ‫ﹶﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹾﺘ‪‬‬ ‫‪‬ﺻﻠﻰ‬
‫‪‬ﺍﷲﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻟ‬ ‫‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺃﹶﺩ‪‬ﻧ‪‬ﺎ‬
‫‪‬ﻗﺎﻝﺑﹺﺬ‪‬ﻣ‪‬ﺘ‪‬ﻬﹺﻢ‬
‫‪‬ﻋﻨﻪﺴ‪‬ﻌ‪‬ﻰ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﷲﻢ‪‬ﻳ‪‬‬‫‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﺭﺿﻰﻮ‪‬ﺍﻫ‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‪‬ﰲ‪‬ﺻﺤﻴﺤﻪ‪‬ﻭﻏﲑﻩ(‬‫‪‬ﺃﰉﺪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺳ‪‬‬ ‫ﻋﻦﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫ﻭ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ(‪‬‬ ‫ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ"‪)‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ(‪‬‬ ‫ﻋ‪‬ﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻩ‪)‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﺒﺎﺱ‪‬ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪":‬ﻛﻞ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬ﻟﻴﺲ‪‬ﰱ‪‬‬
‫‪785‬ﻋ‪‬ﻠ‪‬ﻲ‪‬ﺭ‪‬ﺿ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻪ‪‬ﺃﹶﻥﱠ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺒﹺﻲ‪‬ﺻ‪‬ﻠﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﻢ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﻓﹶﺄﹸ‪‬ﺩ‪‬ﻣ‪‬ﺎﺅ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬‬
‫ﻋ‪‬ﻦ‪‬‬
‫ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﺑﺎﻃﻞ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻣﺎﺋﺔ‪‬ﺷﺮﻁ"‪) ‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭ(‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺳ‪‬ﻮ‪‬ﺍﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺴ‪‬ﻌ‪‬ﻰ‪‬ﺑﹺﺬ‪‬ﻣ‪‬ﺘ‪‬ﻬﹺﻢ‪‬ﺃﹶﺩ‪‬ﻧ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹾﺘ‪‬ﻞﹸ‪‬ﻣ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺑﹺﻜﹶﺎﻓ‪‬ﺮﹴ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺫﹸﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬‬
‫‪‬ﻳﻦ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶ‪‬ﻛﹸﻥﻢﹾ‪‬ﺗ‪‬ﺍﻟﻮ‪‬ﻟﱠﻠﱠﻪﻮ‪‬ﻫ‪‬ﻋ‪‬ﻢ‪‬ﻦﻭ‪‬ﹺ‪‬ﺍﻣ‪‬ﻟﱠﺬﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻦ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻗﹶﺎﻬ‪‬ﺗ‪‬ﻠﻢﹸﻮ‪‬ﻓﹶﻛﹸﺄﹸﻭﻢﻟﹶ‪‬ﺌ‪‬ﻓﻚ‬
‫‪‬ﻲ‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻬﻢ‬
‫ﹶﻰ‪‬ﺇﹺ(‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻟ‪‬ﺧ‪‬ﻧ‪‬ﺮﻲ‪‬ﺍﻤ‪‬ﺟﹺﺩ‬
‫ﲔ‪‬ﻳﻨ‪‬ﻋ‪‬ﻠ)ﻜﹸ‪‬ﻢ‬
‫‪‬ﻭﺍ‪‬‬
‫‪،‬ﻇﻟﹶﻘﹾﹶﺎﻫ‪‬ﻜﹸﺴِﺮﻢﻄ‪‬ﺩ‬
‫‪‬ﺍﺪﻟﹾﻭ‪‬ﻤ‪‬‬
‫ﺤ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻛﹸﺐﻋ‪‬ﻢﺒ‪‬‬
‫‪‬ﻳﹶ‪‬ﻳ‪‬ﺎﻣﺭﹺ‬
‫ﱠ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻦ‪‬ﻭ‪‬ﻪﻥﺩ‪‬‬
‫ﹶﺎ‪‬ﻴ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺟﻬﹺﺘ‪‬ﻮﻢ‪‬ﻛﹸﺇﹺﻋﻢ‪‬ﺎﻥ‪‬ﺑﹺﻣ‪‬ﺪ‬
‫ﹸﻮﺍ‪‬ﺇﹺﺮ‪‬ﻟﹶ‬
‫‪،‬ﺃﹶﻭ‪‬ﻟﺧ‪‬‬
‫ﺍﻟﻭﻋ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺪﻘﹾ‪‬ﻳﺪ‪‬ﺗ‪‬ﻦﺴِﻢﹺ‪‬ﻄﻭ‪‬‬
‫ﺍﻟﻫ‪‬ﺪﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺍﻟﻦﹺ‪‬ﻈﻭ‪‬ﱠﺎﺃﹶﻟ‪‬ﻤﺧ‪‬ﻮﺮ‪‬ﻥﹶﺟ‪‬ﻮﻛﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺩ‪‬ﻳ‪‬ﺎﺭﹺﻛﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻇﹶﺎﻫ‪‬ﺮ‪‬ﻭﺍ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺇﹺﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺍﺟﹺﻜﹸﻢ‪‬ﺃﹶﻥﹾ‪‬ﺗ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻮ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﺄﹸﻭﻟﹶﺌ‪‬ﻚ‪‬‬
‫’‪IJTIMA‬ﻥﹾ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺮ‪‬ﻭﻫ‪‬ﻢ‪‬‬ ‫‪ULAMA‬ﺭﹺﻛﹸﻢ‪‬ﺃﹶ‬ ‫‪KOMISI‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺩ‪‬ﻳ‪‬ﺎ‬ ‫‪FATWA‬ﺨ‪‬ﺮﹺﺟ‪‬ﻮﻛﹸ‬ ‫‪SE-INDONESIA‬ﹺ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬‬‫‪KETIGA‬ﹸﻮﻛﹸﻢ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦ‬ ‫‪TAHUN‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹶﺎﺗ‪‬ﻠ‬ ‫‪2009‬ﻦﹺ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‬ ‫ﻟﹶﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﺎﻛﹸﻢ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﺇﹺﻈﻥﱠﺎﹾ‪‬ﻟ‪‬ﻛﻤﹶﺎ‪‬ﻮﻥﻥﹶﹶ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻗﹶﻮ‪‬ﻡﹴ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻴﺜﹶﺎﻕ‪‬ﻓﹶﺪ‪‬ﻳ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻣ‪‬ﺴ‪‬ﻠﱠﻤ‪‬ﺔﹲ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻰ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻪ‪).....‬ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‪(:‬‬ ‫ﻫ‪‬ﻢ‬
‫‪KEPUTUSAN‬‬
‫‪...‬ﻭ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﻘﹾﺴِﻄﹸﻮﺍ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻴ‪‬ﻬﹺﻢ‪‬ﺇﹺﻥﱠ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻳ‪‬ﺤ‪‬ﺐ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﻘﹾﺴِﻄ‪‬ﲔ‪()‬ﺇﹺﻧ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﺎﻛﹸﻢ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﻗﹶﺎﺗ‪‬ﻠﹸﻮﻛﹸﻢ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬‬
‫‪Dari‬‬‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‪(:‬‬ ‫‪Abu).....‬‬ ‫‪Hurairah‬‬ ‫‪RA,‬ﺇﹺﻟﹶﻰ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻪ‪‬‬ ‫‪Rasulullah‬ﺴ‪‬ﻠﱠﻤ‪‬ﺔﹲ‪‬‬ ‫‪SAW‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻴﺜﹶﺎﻕ‪‬ﻓﹶﺪ‪‬ﻳ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫‪bersabda:‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬‬ ‫‪“kaum‬ﻛﹶﺎﻥﹶ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻗﹶﻮ‪‬ﻡﹴ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬‬ ‫‪...‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬‬
‫‪terikat‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻓﹶﺄﹸﻭﻟﹶ‬
‫‪muslimin‬ﺌ‪‬ﻚ‪‬‬ ‫‪dengan‬ﻮ‪‬ﻟﱠﻮ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫‪syarat-syarat‬ﺟﹺﻜﹸﻢ‪‬ﺃﹶﻥﹾ‪‬ﺗ‪‬‬ ‫”‪mereka‬ﻭ‪‬ﻇﹶﺎﻫ‪‬ﺮ‪‬ﻭﺍ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺇﹺﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺍ‬ ‫‪(HR.‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺩ‪‬ﻳ‪‬ﺎﺭﹺﻛﹸﻢ‪‬‬ ‫‪Abu‬ﺟ‪‬ﻮﻛﹸﻢ‪‬‬ ‫‪Daud‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺧ‪‬ﺮ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬ ‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‬ ‫‪"‬‬ ‫‪:‬‬ ‫‪‬ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫‪‬ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫‪‬ﺍﷲ‬ ‫‪‬ﺻﻠﻰ‬ ‫‪‬ﺍﷲ‬ ‫‪‬ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫‪‬ﻗﺎﻝ‬ ‫‪‬ﻋﻨﻪ‬ ‫‪‬ﺍﷲ‬ ‫‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﺭﺿﻰ‬ ‫‪‬ﺃﰉ‬ ‫ﻋﻦ‬
‫‪dan al-Hakim).‬‬ ‫ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟﻈﱠﺎﻟ‪‬ﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‬
‫‪‬ﺭﺳﻮﻝ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﺻﻠﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻠﻴﻪ ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪" :‬ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬ ‫‪‬ﻗﺎﻝﻢ(‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻛ‬
‫‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﺭﺿﻰ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻋﻨﻪ‬ ‫ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ"‪)‬‬ ‫ﻋﻦ ‪‬ﺃﰉ‬
‫‪‬‬ ‫(‬
‫‪8. Hadits Nabi saw‬‬ ‫‪‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬ ‫‪).....‬‬ ‫‪‬‬‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬
‫‪‬‬ ‫ﻫ‬
‫‪‬‬ ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬ ‫ﹶﻰ‪‬‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺇ‬
‫ﹺ‬‫ﹲ‪‬‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻤ‬
‫‪‬‬ ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺴ‬
‫‪‬‬ ‫ﻣ‬
‫‪‬‬ ‫ﹲ‪‬‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻳ‬
‫‪‬‬ ‫ﺪ‬
‫‪‬‬ ‫ﻓ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬‫ﻕ‬ ‫ﹶﺎ‬ ‫ﺜ‬‫‪‬ﻴ‬ ‫ﻣ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬
‫‪‬‬ ‫ﻨ‬
‫‪‬‬ ‫ﻴ‬
‫‪‬‬ ‫ﺑ‬
‫‪‬‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬‫ﻢ‬ ‫ﻜ‬
‫ﹸ‬ ‫ﻨ‬
‫‪‬‬ ‫ﻴ‬
‫‪‬‬ ‫ﺑ‬
‫‪‬‬ ‫ﹴ‪‬‬‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬
‫‪‬‬ ‫ﻗ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
‫‪‬‬ ‫ﹶ‪‬‬ ‫‪...‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﻛﹶﺎﻥ‬
‫ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ"‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ(‪‬‬
‫ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‪‬ﻲ‪‬ﺭ‪‬ﺿ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻪ‪‬ﺃﹶﻥﱠ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺒﹺﻲ‪‬ﺻ‪‬ﻠﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﻢ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﻓﹶﺄﹸ‪‬ﺩ‪‬ﻣ‪‬ﺎﺅ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥﻬ‪‬ﻣ‪‬ﺎﺪﺅ‪‬ﻓﻫ‪‬ﻢ‬
‫‪‬ﻲ‪‬‬ ‫‪‬ﻮﹴ‪‬ﻥ‪"‬ﻭ‪‬ﹶ‪‬ﻟﺗ‪‬ﹶﺎ‪‬ﻜﺫﹶﺎﻓﹶﺄ‬
‫ﹸﻭ‪‬ﹸ‪‬ﻋ‪‬ﺩ‪‬‬ ‫‪‬ﻭﺳﻠﻢﻓ‪‬ﻨ‪:‬ﺮ‬
‫‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﺍﻦﻟﹾ‪‬ﺑﹺﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻜﹶﺎﻣ‪‬‬
‫‪‬ﺍﷲﻞ‪‬ﹸ‪‬ﻗﻣ‪‬ﹶﺎﺆ‪‬ﻝﹶﻣ‪‬‬
‫‪‬ﺻﻠﻰﻳ‪‬ﻘﹾﺳ‪‬ﻠﱠﺘ‪‬ﻢ‬
‫‪‬ﺍﷲﻫ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻢ‪‬ﻪﻟ‪‬ﹶﺎ‪‬ﻭ‪‬‬ ‫‪‬ﺭﺳﻮﻝ‬
‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﺃﹶﻠﱠﺩ‪‬ﻪﻧ‪‬ﺎ‬
‫‪‬‬ ‫ﺻ‪‬ﺘ‪‬ﻠﻬﹺﻢ‪‬‬ ‫‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺬ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫ﱠ‪‬ﺍﻟﻌﻨ‪‬ﺒﹺ‪‬ﻰ‪‬ﻲﺑﹺ‬ ‫‪‬ﻋﻨﻪ‬ ‫‪‬ﺍﷲﻢ‬
‫‪‬ﺃﹶ‪‬ﻳ‪‬ﻥﺴ‪‬‬ ‫‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﺭﺿﻰﻮﻋ‪‬ﺍﻨ‪‬ﻫ‪‬ﻪ‬
‫‪‬ﺍﻟ‪‬ﻠﱠﻪﺳ‪‬‬‫ﹶﻰ‪‬ﻲﻣ‪‬ﻦ‬ ‫‪‬ﺃﰉﺪﻲ‪‬ﻋ‪‬ﺭ‪‬ﻠﺿ‪‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﻢ‪‬ﻋﻳ‪‬ﻠ‪‬‬
‫ﻭﻋ‪‬ﻫ‪‬ﻦ‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﺑﹺﻢﺬ‪(‬ﻣ‪‬ﺘ‪‬ﻬﹺﻢ‪‬ﺃﹶﺩ‪‬ﻧ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹾﺘ‪‬ﻞﹸ‪‬ﻣ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺑﹺﻜﹶﺎﻓ‪‬ﺮﹴ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺫﹸﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻛ‬ ‫"‪)‬ﹶﻰ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲﺳ‪(‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺴ‪‬ﻌ‬ ‫ﺷﺮﻭﻃﻬﻢﻋ‪‬ﻠ‬
‫ﻭﻋ‪‬ﻬ‪‬ﻫ‪‬ﺪ‪‬ﻢ‪‬ﻩ‪‬ﻳ‪)‬ﺪ‪‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﺒﺎﺱ‪‬ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪":‬ﻛﻞ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬ﻟﻴﺲ‪‬ﰱ‪‬‬ ‫ﻋ‪‬ﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻩ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ(‪‬‬
‫‪9. Hadits Nabi saw‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭﺆ‪(‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﻥﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹶﺎﻓﹶﺄﹸ‪‬ﺩ‪‬ﻣ‪‬ﺎﺅ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬‬
‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠ"‪‬ﻪ‪)‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﻢ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬‬ ‫ﻠ‬ ‫ﺻ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺒ‬
‫ﹺ‬‫ﻨ‬
‫‪‬‬ ‫ﱠ‪‬ﺍﻟ‬
‫ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﺑﺎﻃﻞ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻣﺎﺋﺔ‪‬ﺷﺮﻁ‬ ‫ﻥ‬ ‫ﺃ‬
‫ﹶ‬‫‪‬‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬
‫‪‬‬ ‫ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‪‬ﻲ‪‬ﺭ‪‬ﺿ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﺒﺎﺱ‪‬ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪":‬ﻛﻞ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬ﻟﻴﺲ‪‬ﰱ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺳ‪‬ﻮ‪‬ﺍﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻳ‪‬ﺴ‪‬ﻌ‪‬ﻰ‪‬ﺑﹺﺬ‪‬ﻣ‪‬ﺘ‪‬ﻬﹺﻢ‪‬ﺃﹶﺩ‪‬ﻧ‪‬ﺎﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹾﺘ‪‬ﻞﹸ‪‬ﻣ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺑﹺﻜﹶﺎﻓ‪‬ﺮﹴ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺫﹸﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻬ‪‬ﺪ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬‬
‫ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﺑﺎﻃﻞ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻣﺎﺋﺔ‪‬ﺷﺮﻁ"‪) ‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭ(‪‬‬
‫‪Dari‬ﻗﹶﺘ‪‬ﻞﹶ‪‬‬
‫‪":Ibnu‬ﻣ‪‬ﻦ‬ ‫‪Abbas‬ﻠﱠﻢ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‬ ‫‪RA.‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬‬ ‫‪Rasulullah‬ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‬
‫‪SAW‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺒﹺﻲ‪‬ﺻ‪‬ﻠ‬ ‫‪bersabda:‬ﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‬‫ﹴﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺿ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲﺮ(‪‬‬
‫‪“setiap‬ﻋ‪‬ﻤ‪‬‬
‫‪syarat‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﺑ‪‬ﻦﹺ‪‬‬ ‫ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻬ‪‬ﻦ‪‬ﺪ‪‬ﻩ‪‬ﻋ‪‬ﺒ‪)‬ﺪ‬
‫ﻛﻞ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬ﻟﻴﺲ‪‬ﰱ‪‬‬
‫‪yang tidak "‬‬ ‫‪ada‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﺒﺎﺱ‪‬ﺭﺿﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬‬
‫‪dalam kitabullah hukumnya batal, walaupun‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬ ‫”‪syarat‬ﻗﹶﺎﻋ‪‬ﺎﻝﹶﻣ‪‬ﺎ‪."":‬ﻣ‪‬ﻦ‪)‬‬
‫‪seratus‬ﻗﹶﺘ‪‬ﻞﹶ‪‬‬ ‫ﲔ‪‬‬
‫‪(HR.‬ﲑ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﺓ‪‬ﻪ‪‬ﺃﹶﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬ﺳ‪‬ﻌ‪‬ﻠﱠﻢ‬
‫ﺴِﻋ‪‬‬
‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻣ‪‬ﻪ‪‬‬
‫‪Thabrani‬ﺻ‪‬ﻠﻣ‪At‬ﻦ‪ ‬‬
‫‪‬ﻮﻲﺟ‪‬ﺪ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﺗﻨ‪‬ﺒﹺ‬
‫‪dan‬ﺭﹺ‪‬ﺎ‪‬ﳛ‪‬ﻋ‪‬ﻬ‪‬ﺎﻦ ‪‬‬
‫‪Al‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻥﱠﻬ‪ ‬ﻤ‬
‫‪‬ﺍﻟﺔ‪‬ﻠﱠﻪ‪‬‬
‫)‪Bazzar‬ﻨ‪‬‬
‫ﺿ‪‬ﻟﹾﻲﺠ‪‬‬
‫ﹴﻭ‪‬ﺔﹶﺭ‪ ‬ﺍ‬
‫ﺡ‪‬ﻋ‪‬ﻤ‪‬ﺭ‪‬ﺍﺮﺋ‪‬ﺤ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﻢ‪‬ﻠﱠﻪ‪‬ﻳ‪‬ﺑ‪‬ﺮﹺﻦﹺ‪‬‬
‫ﻣ‪‬ﻋ‪‬ﻌ‪‬ﺎﻦ‪‬ﻫ‪‬ﻋ‪‬ﺪﺒ‪‬ﺍﺪ‪‬ﻟﹶ‬
‫ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﺑﺎﻃﻞ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻣﺎﺋﺔ‪‬ﺷﺮﻁ"‪) ‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻭﺍﻟﺒﺰﺍﺭ(‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‪‬ﰲ‪‬ﺻﺤﻴﺤﻪ‪‬ﻭﻏﲑﻩﻟﹾ(ﺠ‪‬ﻨ‪‬ﺔ‪ ‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﱠ ‪‬ﺭﹺﳛ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬ﺗ‪‬ﻮﺟ‪‬ﺪ‪ ‬ﻣ‪‬ﻦ‪ ‬ﻣ‪‬ﺴِﲑ‪‬ﺓ‪ ‬ﺃﹶﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﲔ‪ ‬ﻋ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺎ"‪) .‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬ ‫ﻣ‪‬ﻌ‪‬ﺎﻫ‪‬ﺪ‪‬ﺍ ‪‬ﻟﹶﻢ‪ ‬ﻳ‪‬ﺮﹺﺡ‪ ‬ﺭ‪‬ﺍﺋ‪‬ﺤ‪‬ﺔﹶ ‪‬ﺍ‬
‫‪10. Hadits Nabi saw‬‬ ‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‪‬ﰲ‪‬ﺻﺤﻴﺤﻪ‪‬ﻭﻏﲑﻩ(‪‬‬
‫ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﻋ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﺑ‪‬ﻦﹺ‪‬ﻋ‪‬ﻤ‪‬ﺮﹴﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺿ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺒﹺﻲ‪‬ﺻ‪‬ﻠﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﻢ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪":‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻗﹶﺘ‪‬ﻞﹶ‪‬‬
‫ﻣ‪‬ﻌ‪‬ﺎﻫ‪‬ﺪ‪‬ﺍ ‪‬ﻟﹶﻢ‪ ‬ﻳ‪‬ﺮﹺﺡ‪ ‬ﺭ‪‬ﺍﺋ‪‬ﺤ‪‬ﺔﹶ ‪‬ﺍﻟﹾﺠ‪‬ﻨ‪‬ﺔ‪ ‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﱠ ‪‬ﺭﹺﳛ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬ﺗ‪‬ﻮﺟ‪‬ﺪ‪ ‬ﻣ‪‬ﻦ‪ ‬ﻣ‪‬ﺴِﲑ‪‬ﺓ‪ ‬ﺃﹶﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﲔ‪ ‬ﻋ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺎ"‪) .‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‪‬ﰲ‪‬ﺻﺤﻴﺤﻪ‪‬ﻭﻏﲑﻩ(‪‬‬
‫‪“Dari Abdullah bin ‘Amr RA, dari nabi saw. ia bersabda:‬‬
‫‪“Barangsiapa membunuh orang yang dalam lindungan perjanjian‬‬
‫‪damai maka tidak mendapatkan bau sorga. Sesungguhnya bau‬‬
‫”‪surga tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun‬‬

‫‪B. Peran Agama Dalam Pembinaan Akhlak Bangsa‬‬


‫‪1. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius yang memiliki‬‬
‫‪nilai-nilai luhur (akhlakul karimah). Agama merupakan‬‬
‫‪sumber akhlak untuk membina akhlak bangsa. Oleh karena itu‬‬
‫‪pembinaan akhlak bangsa tidak dapat dilepaskan dari peran‬‬
‫‪agama.‬‬
‫‪2. Dalam konteks pengelolalan negara yang baik (good‬‬
‫‪governance) dan pembangunan bangsa yang maju dan beradab,‬‬
‫‪terwujudnya akhlak (etika-moral) yang kuat dalam kehidupan‬‬
‫‪berbangsa dan bernegara sangat diperlukan.‬‬

‫‪786‬‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

3. Saat ini bangsa Indonesia berada di ambang tubir krisis


akhlak seiring dengan semakin menggejalanya kurangnya
kejujuran, solidaritas sosial, dan semakin menggejalanya etika
yang lemah di antara masyarakat. Oleh karenanya diperlukan
pembinaan intensif akhlakul karimah dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4. Pembinaan tersebut dilakukan melalui pendidikan dan
sosialisai nilai-nilai agama yang terintegrasi dengan nilai-nilai
yang menjadi dasar karakter bangsa dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.
5. Pemerintah berkewajiban mendorong sosialiasi nilai-nilai
agama yang terkait dengan pembinaan akhlak bangsa sejak usia
dini dalam segala kegiatan pembangunan. Bersamaan dengan
itu diperlukan tindakan sanksi-sanksi yang tegas terhadap
berbagai pelanggaran akhlakul karimah.
6. Perlu adanya gerakan nasional pembinaan akhlak
bangsa yang bersumber dari nilai-nilai agama yang disponsori
oleh pemerintah.

DASAR PENETAPAN

1. QS. Al-Isra [17] : 23


‫ﺃﹶﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ﺃﹶﺣ‬ ‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬‫ﻙ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬‫ﻠﹸﻐ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﺇﹺﻣ‬‫ﺎ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺴ‬‫ﺇﹺﺣ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻮ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎﻩ‬‫ﺇﹺﻳ‬ ‫ﺇﹺﻟﱠﺎ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻟﱠﺎ‬‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﻰ‬‫ﻗﹶﻀ‬‫ﻭ‬
‫ﺎ‬‫ﻛﹶﺮﹺﳝ‬‫ﻟﹰﺎ‬‫ﻗﹶﻮ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻗﹸﻞﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻫ‬‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﺃﹸﻑ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻘﹸﻞﹾ‬‫ﺗ‬‫ﻓﹶﻠﹶﺎ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻠﹶﺎﻫ‬‫ﻛ‬
”Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
‫ﺎ‬ibu
‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﺒ‬‫ﺎﺣ‬‫ﺻ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻌ‬‫ﻄ‬‫ﺗ‬‫ﻓﹶﻠﹶﺎ‬‫ﻠﹾﻢ‬‫ﻋ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻟﹶﻚ‬‫ﻴﺲ‬‫ﻟﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺑﹺﻲ‬‫ﺮﹺﻙ‬‫ﺸ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻙ‬‫ﺪ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺟ‬‫ﺇﹺﻥﹾ‬‫ﻭ‬
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam ‫ﻭﻓﹰﺎ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﻣ‬
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan ”ah” dan janganlah kamu membentak
mereka
‫ﻭﻢ‬‫ﺃﹶﻫ‬‫ﺎ‬
‫ﻚ‬
‫ﻤ‬‫ﻫ‬‫ﻟﹶﺌ‬‫ﹸﻭﺪ‬‫ﺃﺣ‬‫ﻭ‬dan
‫ﺃﹶ‬‫ﹺ‬‫ﺮ‬‫ﻜﹶﺮ‬‫ﺒ‬‫ﻜ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬ucapkanlah
‫ﺍﻟﹾ‬‫ﻦﻙﹺ‬‫ﺪ‬‫ﻋ‬‫ﻨ‬‫ﹶ‬‫ﻥﻋ‬‫ﻮ‬‫ﻦ‬‫ﻬ‬‫ﻐ‬‫ﻨ‬‫ﻠﹸﻳ‬‫ﻭ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬
‫ﺍﻟﹾ‬ ‫ﻑ‬‫ﻭﺇﹺﻣ‬‫ﺎ‬‫ﻧﺮ‬‫ﺎﻌ‬‫ﻟﹾﺴﻤ‬‫ﺑﹺﺎﺣ‬‫ﻥﺇﹺﹶ‬‫ﹺ‬
kepada ‫ﻭﻦ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﻣ‬‫ﺍﺄﹾﻟ‬‫ﻮﻳ‬‫ﻟﹾﻭ‬‫ﺑﺮﹺﺎﹺ‬‫ﻭ‬‫ﻴ‬perkataan
mereka ‫ﺨ‬ ‫ﺎﻟﹾﻩ‬‫ﺍ‬‫ﹶﻰ‬
‫ﺇﹺﻳ‬ ‫ﻟﺇﹺﻟﱠﺎ‬‫ﺇﹺﹶ‬‫ﻭﺍﻥ‬
‫ﻮ‬‫ﺪﻋ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬yang
‫ﻳ‬‫ﺗ‬‫ﹲ‬‫ﱠﺎ‬
‫ﺔ‬‫ﹶﺃﹸﻟﻣ‬‫ﻜﹸﻚﻢ‬mulia”.
‫ﺑ‬‫ﻨ‬‫ﺭ‬‫ﻣ‬‫ﻰ‬
‫ﻀﻜﹸﻦ‬‫ﻗﹶﻟﹾﺘ‬‫ﻭ‬
‫ﺎ‬‫ﻛﹶﺮﹺﳝ‬‫ﻟﹰﺎ‬‫ﻗﹶﻮ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻗﹸﻞﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻫ‬‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﺃﹸﻑ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻘﹸﻞﹾ‬‫ﺗ‬‫ﻮﻓﹶﻠﻥﹶﹶﺎ‬‫ﺎ‬‫ﻤﺤ‬‫ﻠ‬‫ﹶﺎﻔﹾﻫ‬‫ﻠﻤ‬‫ﺍﻟﹾﻛ‬
2. QS. Luqman [31] : 15
‫ﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ﺍﺪ‬‫ﺍﻟﲑ‬‫ﻲ‬
‫ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﻓﺗ‬‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﺎﻤﻫ‬‫ﻧ‬‫ﻬ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﻣ‬‫ﺣ‬‫ﺎﺪ‬‫ﺻﻓﹶ‬‫ﻝﹸ‬‫ﻭ‬‫ﻮ‬‫ﺎ‬‫ﺍﻟﹾﻤﻘﹶ‬‫ﺎ‬
‫ﻬ‬‫ﻬﻌ‬‫ﻄ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺗ‬‫ﻋ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻓﹶﻠﻖ‬‫ﺤ‬
‫ﻠﹾﻓﹶﻢ‬‫ﺎ‬
‫ﻬﻋ‬‫ﻴ‬‫ﺑﹺﻓﻪ‬‫ﹸﻮﺍ‬
‫ﻟﹶﻘﻚ‬‫ﺴ‬‫ﺲ‬
‫ﻓﹶﻔﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻬﻟﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻣﻓ‬‫ﺮ‬‫ﹺﻲ‬
‫ﺘ‬‫ﻣ‬‫ﺎ‬
‫ﺑ‬‫ﻙﻧ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹶﺮﹺﻣ‬‫ﺸ‬‫ﺔﹰ‬‫ﺗ‬‫ﻳ‬‫ﹾ‬‫ﻗﹶﻥﺮ‬‫ﻚﺃﹶ‬
‫ﹶﻰ‬‫ﻠﻠ‬‫ﻬ‬‫ﻋ‬‫ﻧ‬‫ﺍﺃﹶﻙﻥﹾ‬‫ﺎ‬
‫ﺪ‬‫ﻧﻫ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺃﹶﺟﺭ‬‫ﹶﺍ‬
‫ﺇﹺﺫﻥﹾ‬‫ﻭ‬
‫ﻭﻓﹰﺎ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﻣ‬
“dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka
‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻚ‬‫ﺃﹸﻭﻟﹶﺌ‬‫ﻭ‬‫ﻜﹶﺮﹺ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻋ‬‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﻭﻑ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‬‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺮ‬‫ ﹾﺄﻣ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻋ‬‫ﺪ‬‫ﻳ‬‫ﺔﹲ‬‫ﺃﹸﻣ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻜﹸﻦ‬‫ﻟﹾﺘ‬‫ﻭ‬
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺤ‬‫ﻔﹾﻠ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
787

‫ﺍ‬‫ﲑ‬‫ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻧ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬‫ﻓﹶﺪ‬‫ﻝﹸ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹶﻮ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻖ‬‫ﻓﹶﺤ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬‫ﻘﹸﻮﺍ‬‫ﻓﹶﻔﹶﺴ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻳ‬‫ﻗﹶﺮ‬‫ﻚ‬‫ﻠ‬‫ﻬ‬‫ﻧ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬‫ﺃﹶﺭ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺃﹶﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ﺃﹶﺣ‬ ‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬‫ﻙ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬‫ﻠﹸﻐ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﺇﹺﻣ‬‫ﺎ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺴ‬‫ﺇﹺﺣ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻮ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎﻩ‬‫ﺇﹺﻳ‬ ‫ﺇﹺﻟﱠﺎ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻟﱠﺎ‬‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﻰ‬‫ﻗﹶﻀ‬‫ﻭ‬
‫ﺎ‬‫ﻛﹶﺮﹺﳝ‬‫ﻟﹰﺎ‬‫ﻗﹶﻮ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻗﹸﻞﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻫ‬‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﺃﹸﻑ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻘﹸﻞﹾ‬‫ﺗ‬‫ﻓﹶﻠﹶﺎ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻠﹶﺎﻫ‬‫ﻛ‬
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya


‫ﺎ‬di
‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ﺪ‬dunia
‫ﺍﻟ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬dengan
‫ﻬ‬‫ﺒ‬‫ﺎﺣ‬‫ﺻ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬baik,”.
‫ﻬ‬‫ﻌ‬‫ﻄ‬‫ﺗ‬‫ﻓﹶﻠﹶﺎ‬‫ﻠﹾﻢ‬‫ﻋ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻟﹶﻚ‬‫ﺲ‬‫ﻟﹶﻴ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺑﹺﻲ‬‫ﺮﹺﻙ‬‫ﺸ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻙ‬‫ﺪ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺟ‬‫ﺇﹺﻥﹾ‬‫ﻭ‬
‫ﺃﹶﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ﺃﹶﺣ‬ ‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬‫ﻙ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬‫ﻠﹸﻐ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﺇﹺﻣ‬‫ﺎ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺴ‬‫ﺇﹺﺣ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻮ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎﻩ‬‫ﺇﹺﻳ‬ ‫ﺇﹺﻟﱠﺎ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻟﱠﺎ‬‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﻰ‬ ‫ﻗﹶﺮﻀ‬‫ﻌ‬‫ﻭ‬‫ﻣ‬
‫ﻭﻓﹰﺎ‬
3. Q.S. Ali Imran [3]: ‫ﺎ‬104
‫ﻛﹶﺮﹺﳝ‬‫ﻟﹰﺎ‬‫ﻗﹶﻮ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻗﹸﻞﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻫ‬‫ﺮ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﺃﹸﻑ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻘﹸﻞﹾ‬‫ﺗ‬‫ﻓﹶﻠﹶﺎ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻠﹶﺎﻫ‬‫ﻛ‬
‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻚ‬‫ﺃﹸﻭﻟﹶﺌ‬‫ﻭ‬‫ﻜﹶﺮﹺ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻋ‬‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﻭﻑ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‬‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺮ‬‫ﺄﹾﻣ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻋ‬‫ﺪ‬‫ﻳ‬‫ﺔﹲ‬‫ﺃﹸﻣ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻜﹸﻦ‬‫ﻟﹾﺘ‬‫ﻭ‬
‫ﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﺒ‬‫ﺎﺣ‬‫ﺻ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻌ‬‫ﻄ‬‫ﺗ‬‫ﻓﹶﻠﹶﺎ‬‫ﻠﹾﻢ‬‫ﻋ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻟﹶﻚ‬‫ﺲ‬‫ﻟﹶﻴ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺑﹺﻲ‬‫ﺮﹺﻙ‬‫ﺸ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻙ‬‫ﺍ‬‫ﻥﹶﺪ‬‫ﻮﻫ‬‫ﺎ‬‫ﺤﺟ‬‫ﹾ‬‫ﻔﹾﻥﻠ‬‫ﺇﹺﻤ‬‫ﺍﻟﹾﻭ‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
‫ﻭﻓﹰﺎ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﻣ‬
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
‫ﺍ‬‫ﲑ‬‫ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻧ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬‫ﺪ‬dari
mencegah ‫ﻓﹶ‬‫ﻝﹸ‬‫ﻟﹾﻘﹶﻮ‬yang
‫ﺍ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻖ‬munkar;
‫ﻓﹶﺤ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬‫ﻘﹸﻮﺍ‬‫ﺴ‬merekalah
‫ﻓﹶﻔﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬orang-orang
‫ﺃﹶ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻳ‬‫ﻗﹶﺮ‬‫ﻚ‬‫ﻠ‬‫ﻬ‬‫ﻧ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬‫ﺭ‬yang
‫ﺃﹶ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﻢ‬beruntung”.
‫ﻫ‬‫ﻚ‬‫ﺃﹸﻭﻟﹶﺌ‬‫ﻭ‬‫ﻜﹶﺮﹺ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻋ‬‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﻭﻑ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‬‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺮ‬‫ﺄﹾﻣ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻋ‬‫ﺪ‬‫ﻳ‬‫ﺔﹲ‬‫ﺃﹸﻣ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻜﹸﻦ‬‫ﻟﹾﺘ‬‫ﻭ‬
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺤ‬‫ﻔﹾﻠ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
4. Q.S. Al-Isra [17]: 16

‫ﺍ‬‫ﲑ‬‫ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻧ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬‫ﻓﹶﺪ‬‫ﻝﹸ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹶﻮ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻖ‬‫ﻓﹶﺤ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬‫ﻘﹸﻮﺍ‬‫ﻓﹶﻔﹶﺴ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻳ‬‫ﻗﹶﺮ‬‫ﻚ‬‫ﻠ‬‫ﻬ‬‫ﻧ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬‫ﺃﹶﺭ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭ‬
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami
perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu
(supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan
dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya
Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri
itu sehancur-hancurnya.”

5. Q.S. Al-A’raf [7]: 96


‫ﻮﺍ‬‫ﻛﹶﺬﱠﺑ‬‫ﻦ‬‫ﻟﹶﻜ‬‫ﻭ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻭ‬ِ‫ﺎﺀ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺎﺕ‬‫ﺮ‬‫ﺑ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺤ‬‫ﻟﹶﻔﹶﺘ‬‫ﺍ‬‫ﻘﹶﻮ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻭ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺁَﻣ‬‫ﻯ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻞﹶ‬‫ﺃﹶﻫ‬‫ﺃﹶﻥﱠ‬‫ﻟﹶﻮ‬‫ﻭ‬
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻜﹾﺴِﺒ‬‫ﻳ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻛﹶﺎﻧ‬‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺬﹾﻧ‬‫ﻓﹶﺄﹶﺧ‬
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
‫ﻢ‬langit
‫ﻠﱠﻬ‬‫ﻟﹶﻌ‬‫ﻠﹸﻮﺍ‬dan
‫ﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻱ‬bumi,
‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺾ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬tetapi
‫ﻢ‬‫ﻳﻘﹶﻬ‬‫ﺬ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬mereka
‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻱ‬‫ﺪ‬mendustakan
‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺖ‬‫ﺒ‬‫ﻛﹶﺴ‬‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺤ‬‫(ﺒ‬ayat-ayat
‫ﺍﻟﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺴ‬Kami)‫ﺍﻟﹾﻔﹶ‬‫ﺮ‬‫ﻇﹶﻬ‬
‫ﻮﺍ‬ ‫ﻛﹶﺬﱠﺑ‬Maka
itu, ‫ﻦ‬‫ﻟﹶﻜ‬‫ﻭ‬‫ﺽﹺ‬ ‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻭ‬ِsiksa
Kami ‫ﺎﺀ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬mereka
‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺎﺕ‬‫ﺮ‬disebabkan
‫ﺑ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺤ‬‫ﻟﹶﻔﹶﺘ‬‫ﺍ‬perbuatannya.”
‫ﻘﹶﻮ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻭ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺁَﻣ‬‫ﻯ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻞﹶ‬‫ﻫ‬‫ﻥﺃﹶﹶ‬‫ﻮﻥﱠ‬‫ﺃﹶﻌ‬‫ﻟﹶﻮﺟﹺ‬‫ﺮ‬‫ﻭ‬‫ﻳ‬
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻜﹾﺴِﺒ‬‫ﻳ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻛﹶﺎﻧ‬‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺬﹾﻧ‬‫ﻓﹶﺄﹶﺧ‬
6. Q.S. Ar-Rum[30]: 41
‫ﻠﱠﻪﻢ‬‫ﺍﻟﻬ‬
‫ﻠﱠ‬‫ﻟﹶﻦﻌ‬‫ﹸﻮﺍ‬
‫ﺴ‬‫ﻠﺣ‬‫ﺃﹶﻤ‬‫ﺎ‬
‫ﺬﻛﹶﻤ‬‫ﺍﻦﻟﱠ‬ِ‫ﺾﺴ‬‫ﺣ‬‫ﺃﹶﻌ‬‫ﻭ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻧ‬‫ﻳﻘﹶﺪ‬‫ﺍﻟ‬
‫ﻋ‬‫ﻱ‬ ‫ﺬ‬‫ﻦﻴ‬‫ﻟ‬‫ﹺ‬‫ﺱﻣ‬‫ﺎﻚ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻱ‬
‫ﻴﺒ‬‫ﺼ‬‫ﺪﻧ‬‫ﺲﻳ‬ ‫ﻨ‬‫ﺗ‬‫ﹶﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻟﺴ‬‫ﻛﹶﻭ‬‫ﺓﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻤﺮ‬‫ﺂَﺑﹺﺧ‬‫ﺍﺮﻟﹾﹺ‬‫ﺭﺤ‬‫ﺍﺒ‬‫ﺍﻟﹾﺪ‬‫ﺍﻟﻭ‬
‫ﺃﹶ‬‫ﺖ‬ ‫ﻪﺮ‬‫ﺍﻟﻟﹾﻠﱠﺒ‬
‫ﺎﻓﻙ‬‫ﺩﺁَﺗ‬‫ﺎ‬
‫ﺍ‬‫ﻲ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻔﹶﻤﺴ‬‫ﻟﹾﻓ‬‫ﺍﹺ‬‫ﺮﻎ‬‫ﻬﺘ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻭﻇﹶ‬
‫ﻳﻦ‬‫ﻔﹾﺴِﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﺴ‬‫ﻎﹺ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﹶﺎ‬ ‫ﻟﻥﹶ‬‫ﻮﻭ‬‫ﺟﹺﻚﻌ‬‫ﻟﹶﺮﻴ‬‫ﺇﹺﻳ‬
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena
‫ﻝﹺ‬perbuatan
‫ﺪ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻌ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻜﹸﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺗ‬‫ﹾ‬tangan
‫ﺃﹶﻥ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬manusi,
‫ﺑ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻜﹶﻤ‬‫ﺣ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬supay
‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻠ‬‫ﺃﹶﻫ‬‫ﹶﻰ‬Allah ‫ﺇﹺﻟ‬‫ﺎﺕ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺄﹶﻣ‬merasakan ‫ﺍﻟﹾ‬‫ﻭﺍ‬‫ﺩ‬‫ﺆ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬kepada ‫ﺄﹾ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﻥﱠ‬
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
‫ﻪ‬kembali
‫ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﺎ‬(ke
‫ﻛﹶﻤ‬jalan
‫ﺴِﻦ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﻭ‬yang
‫ﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻟﺪ‬benar)”.
‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻚ‬‫ﺍﺒ‬‫ﻴ‬‫ﺼﲑ‬‫ﺼ‬‫ﻧ‬‫ﺑ‬‫ﺲﺎ‬‫ﻌ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻤ‬‫ﺗ‬‫ﹶﺎ‬
‫ﻟﺳ‬‫ﻭ‬‫ﻥﹶ‬‫ﻛﹶﺎﺓﹶ‬‫ﺮ‬‫ﺧ‬‫ﺍﻟﻟﹾﻠﱠﺂَﻪ‬‫ﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﺍﻥﺭ‬‫ﺪﺇﹺ‬‫ﺍﻟﻪ‬
‫ﺑﹺ‬‫ﺍﻟﻜﹸﻠﱠﻢﻪ‬‫ﻙﻈﹸ‬‫ﺎﻌ‬‫ﺗﻳ‬‫ﺎ‬
َ‫ﺁ‬‫ﺎ‬
‫ﻤ‬‫ﻴﻧﹺﻤﻌ‬‫ﻪﻓ‬‫ﺍﻟﻎﻠﱠﹺ‬‫ﱠ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻥﺑ‬‫ﺇﹺﻭ‬
‫ﻳﻦ‬‫ﻔﹾﺴِﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﺴ‬‫ﻎﹺ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻚ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬
788
‫ﻝﹺ‬‫ﺪ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻌ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻜﹸﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻜﹶﻤ‬‫ﺣ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻠ‬‫ﺃﹶﻫ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬‫ﺎﺕ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﻣ‬‫ﻭﺍ‬‫ﺩ‬‫ﺆ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺮ‬‫ﺄﹾﻣ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﻥﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﲑ‬‫ﺼ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻌ‬‫ﻤ‬‫ﺳ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻈﹸﻜﹸﻢ‬‫ﻌ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬
‫ﻢ‬‫ﻠﱠﻬ‬‫ﻟﹶﻌ‬‫ﻠﹸﻮﺍ‬‫ﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻱ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺾ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬‫ﻢ‬‫ﻳﻘﹶﻬ‬‫ﺬ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻱ‬‫ﺪ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺖ‬‫ﺒ‬‫ﻛﹶﺴ‬‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﺴ‬‫ﺮ‬‫ﻇﹶﻬ‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA ‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺟﹺﻌ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬

7. ‫ﻮﺍ‬
Q.S.
‫ﻛﹶﺬﱠﺑ‬‫ﻦ‬Al-Qashash[
‫ﻟﹶﻜ‬‫ﻭ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻭ‬ِ‫ﺎﺀ‬‫ﻤ‬‫]ﺴ‬:‫ﺍﻟ‬77
‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺎﺕ‬‫ﺮ‬‫ﺑ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺤ‬‫ﻟﹶﻔﹶﺘ‬‫ﺍ‬‫ﻘﹶﻮ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻭ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺁَﻣ‬‫ﻯ‬‫ﺍﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﻞﹶ‬‫ﺃﹶﻫ‬‫ﺃﹶﻥﱠ‬‫ﻟﹶﻮ‬‫ﻭ‬
‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﺎ‬‫ﻛﹶﻤ‬‫ﺴِﻦ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻚ‬‫ﻴﺒ‬‫ﺼ‬‫ﻧ‬‫ﺲ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﺓﹶ‬‫ﺮ‬‫ﺧ‬‫ﻮﻟﹾﺂَﻥﹶ‬‫ﺍ‬‫ﺍﺴِﺭﺒ‬‫ﺍﻟﻜﹾﺪ‬‫ﺍﻟﻧﻠﱠﻪ‬
‫ﻳ‬‫ﻮﺍ‬ ‫ﻙﻛﹶﺎ‬‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﺑﹺﺁَﺗﻤ‬‫ﺎ‬
‫ﻤﻢ‬‫ﻴﻫ‬‫ﺎﻓ‬‫ﻎﺬﹾﻧﹺ‬‫ﺧ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻓﹶﻭﺄﹶ‬
‫ﻳﻦ‬‫ﻔﹾﺴِﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﺴ‬‫ﻎﹺ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻚ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
‫(ﻢ‬kebahagiaan)
‫ﻠﱠﻬ‬‫ﻟﹶﻌ‬‫ﻠﹸﻮﺍ‬‫ﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻱ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺾ‬negeri
‫ﻌ‬‫ﺑ‬‫ﻢ‬‫ﻳﻘﹶﻬ‬‫ﺬ‬akhirat,
‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻱ‬dan
‫ﺪ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺖ‬janganlah
‫ﺒ‬‫ﻛﹶﺴ‬‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺤ‬‫ﻟﹾﺒ‬kamu
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻲ‬melupakan
‫ﻓ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﺴ‬‫ﺮ‬‫ﻇﹶﻬ‬
‫ﻝﹺ‬bahagianmu
‫ﺪ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻌ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻜﹸﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬dari
‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬(kenikmatan)
‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻜﹶﻤ‬‫ﺣ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻠ‬duniawi
‫ﺃﹶﻫ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬‫ﺎﺕ‬‫ﺎﻧ‬dan
‫ﺍﻟﹾﺄﹶﻣ‬‫ﻭﺍ‬‫ﺩ‬berbuat
‫ﺆ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺮ‬‫ﻣ‬baiklah
‫ﻥﺄﹾﹶ‬‫ﻳ‬‫ﻮ‬
‫ﺍﻟﻌﻠﱠﻪ‬‫ﱠ‬
‫ﻥﺟﹺ‬‫ﺮ‬‫ﺇﻳ‬
(kepada orang lain) sebagaimana ‫ﺍ‬‫ﲑ‬‫ﺼ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻌ‬‫ﻤ‬‫ﺳ‬Allah
‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﱠ‬‫ﺇﹺﻥ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻢ‬berbuat
telah ‫ﻈﹸﻜﹸ‬‫ﻌ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬baik,
‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
‫ﻪ‬berbuat
‫ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﺎ‬
‫ﻛﹶﻤ‬‫ﺴِﻦ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻴ‬‫ﻧ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻚ‬‫ﻴﺒ‬‫ﺼ‬‫ﻧ‬‫ﺲ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﺓﹶ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺂَﺧ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺎﻙ‬‫ﺁَﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻓ‬‫ﻎﹺ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻭ‬
kerusakan”.
‫ﻳﻦ‬‫ﻔﹾﺴِﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﺴ‬‫ﻎﹺ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻚ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬
8. Q.S. An-Nisa[4]: 58
‫ﻝﹺ‬‫ﺪ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻌ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻜﹸﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻜﹶﻤ‬‫ﺣ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻠ‬‫ﺃﹶﻫ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬‫ﺎﺕ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﻣ‬‫ﻭﺍ‬‫ﺩ‬‫ﺆ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺮ‬‫ﺄﹾﻣ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﻥﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﲑ‬‫ﺼ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻌ‬‫ﻤ‬‫ﺳ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻈﹸﻜﹸﻢ‬‫ﻌ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat”.

9. Hadits Nabi saw


:‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﻟﻨﱯ‬‫ﻋﻦ‬‫ﺣﻔﻈﺘﻬﻤﺎ‬‫ﺧﺼﻠﺘﺎﻥ‬:‫ﻗﺎﻝ‬،‫ﺃﻭﺱ‬‫ﺑﻦ‬‫ﺷﺪﺍﺩ‬‫ﻋﻦ‬
‫ﻭﺇﺫﺍ‬‫ﺍﻟﺬﲝﺔ‬‫ﻓﺄﺣﺴﻨﻮﺍ‬‫ﺫﲝﺘﻢ‬ ‫ﻓﺈﺫﺍ‬ ‫ﺷﻲﺀ‬‫ﻛﻞ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﺍﻹﺣﺴﺎﻥ‬‫ﳛﺐ‬ ‫ﻭﺟﻞ‬‫ﻋﺰ‬ ‫ﺍﷲ‬‫»ﺇﻥ‬
«‫ﺫﺑﻴﺤﺘﻪ‬‫ﻟﲑﺡ‬‫ﰒ‬‫ﺷﻔﺮﺗﻪ‬‫ﻟﻴﺤﺪ‬‫ﺍﻟﻘﺘﻠﺔ‬‫ﻓﺄﺣﺴﻨﻮﺍ‬‫ﻗﺘﻠﺘﻢ‬
“Dari Syidad bin Aus berkata: dua hal dari rasulullah saw. yang 
:‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﻟﻨﱯ‬‫ﻋﻦ‬‫ﺣﻔﻈﺘﻬﻤﺎ‬‫ﺧﺼﻠﺘﺎﻥ‬:‫ﻗﺎﻝ‬،‫ﺃﻭﺱ‬‫ﺑﻦ‬‫ﺷﺪﺍﺩ‬‫ﻋﻦ‬
senantiasa aku pelihara: “sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla
‫ﻥﱠ‬menyukai
‫ﺮ‬‫ﺄﹾﻣ‬‫ﻟﹶﺘ‬‫ﻩ‬‫ﺪ‬‫ﺑﹺﻴ‬‫ِﻲ‬
‫ﻔﹾﺴ‬‫ﻧ‬‫ﻱ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫(ﻭ‬al-ihsan)
kebaikan  ‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬terhadap
‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻠﱠﻰ‬‫ﺻ‬segala
‫ﺒﹺﻲ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻥﱠ‬sesuatu,
‫ﺃﹶ‬‫ﺎﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﻦﹺ‬jika‫ﺑ‬‫ﻔﹶﺔﹶ‬‫ﻳ‬kalian
‫ﺬﹶ‬‫ﺣ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
‫ﻭﺇﺫﺍ‬‫ﺍﻟﺬﲝﺔ‬‫ﻓﺄﺣﺴﻨﻮﺍ‬‫ﺫﲝﺘﻢ‬ ‫ﻓﺈﺫﺍ‬ ‫ﺷﻲﺀ‬‫ﻛﻞ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﺍﻹﺣﺴﺎﻥ‬‫ﳛﺐ‬ ‫ﻭﺟﻞ‬‫ﻋﺰ‬ ‫ﺍﷲ‬‫»ﺇﻥ‬
‫ﻢ‬menyembelih
‫ﺛﹸ‬‫ﻩ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺎ‬‫ﻘﹶﺎﺑ‬‫ﻋ‬maka
‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﹶ‬lakukanlah
‫ﺚ‬‫ﻌ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻦ‬dengan
‫ﻜﹶ‬‫ﻮﺷ‬‫ﻟﹶﻴ‬‫ﻭ‬baik
‫ﺃﹶ‬‫ﻜﹶﺮﹺ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬dengan
‫ﺍﻟﹾ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬‫ﻥﱠ‬‫ﻮ‬menajamkan
‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻟﹶﺘ‬‫ﻭ‬‫ﻭﻑ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‬
pisau agar memudahkan penyembelihan” «‫ﺫﺑﻴﺤﺘﻪ‬‫ﻟﲑﺡ‬‫ﰒ‬‫ﺷﻔﺮﺗﻪ‬‫ﻟﻴﺤﺪ‬‫ﺍﻟﻘﺘﻠﺔ‬‫ﻓﺄﺣﺴﻨﻮﺍ‬‫ﻗﺘﻠﺘﻢ‬
(‫ﺩﺍﻭﻭﺩ‬‫ﻭﺃﺑﻮ‬‫ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬‫ﺃﲪﺪ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﺠﹺﻴﺐ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﻳ‬‫ﻓﹶﻠﹶﺎ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬‫ﺪ‬‫ﻟﹶﺘ‬
10. Hadits Nabi saw

‫ﻥﱠ‬‫ﺮ‬‫ﺄﹾﻣ‬‫ﻟﹶﺘ‬‫ﻩ‬‫ﺪ‬‫ﺑﹺﻴ‬‫ﻔﹾﺴِﻲ‬‫ﻧ‬‫ﻱ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻭ‬ ‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻠﱠﻰ‬‫ﺻ‬‫ﺒﹺﻲ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﺃﹶﻥﱠ‬‫ﺎﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﻦﹺ‬‫ﺑ‬‫ﻔﹶﺔﹶ‬‫ﺬﹶﻳ‬‫ﺣ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
‫ﺛﹸﻢ‬‫ﻩ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺎ‬‫ﻘﹶﺎﺑ‬‫ﻋ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺚﹶ‬‫ﻌ‬‫ﺒ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻜﹶﻦ‬‫ﻮﺷ‬‫ﻟﹶﻴ‬‫ﺃﹶﻭ‬‫ﻜﹶﺮﹺ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬‫ﻥﱠ‬‫ﻮ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻟﹶﺘ‬‫ﻭ‬‫ﻭﻑ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‬
(‫ﺩﺍﻭﻭﺩ‬‫ﻭﺃﺑﻮ‬‫ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬‫ﺃﲪﺪ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﺠﹺﻴﺐ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﻳ‬‫ﻓﹶﻠﹶﺎ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬‫ﺪ‬‫ﻟﹶﺘ‬

789
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

“Dari Khuzaifah bin al-Yaman RA, sesungguhnya nabi saw.


bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNya,
hendaklah memerintahkan terhadap yang baik (al-ma’ruf) dan
mencegah dari yang mungkar, atau Allah akan menimpakan
kepada kalian siksa dariNya, kemudian kalian berdoa agar
siksa dicabut dan (doa kalian) tidak dikabulkan” (HR. Ahmad,
Tirmidzi dan Abu Daud)

11. Hadits Nabi saw


‫ﻻﲤﻢ‬‫ﺑﻌﺜﺖ‬‫ﺍﳕﺎ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻋﻨﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺿﻰ‬‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‬‫ﺃﰉ‬‫ﻋﻦ‬
(‫ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺍﻻﺧﻼﻕ‬‫ﻣﻜﺎﺭﻡ‬
“Dari Abu Hurairah RA, rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. al-Baihaqi)

12. Hadits Nabi saw


(‫)ﺍﳊﺪﻳﺚ‬‫ﺍﻟﻮﻻﺩﺓ‬‫ﻗﺒﻞ‬‫ﺃﻭﻻﺩﻛﻢ‬‫ﺃﺩﺑﻮﺍ‬
“Ajarilah (akhlak) anakmu sebelum mereka dilahirkan”

13. Hadits Nabi saw


‫ﻓﻠﻴﺤﺴﻦ‬‫ﻭﻟﺪ‬‫ﻟﻪ‬‫ﻭﻟﺪ‬‫ﻣﻦ‬»:‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬:‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻋﺒﺎﺱ‬‫ﻭﺍﺑﻦ‬
(‫ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬«‫ﻭﺃﺩﺑﻪ‬‫ﺍﲰﻪ‬
”Ibnu Abbas berkata: Rasulullah saw. Bersabda: ”barangsiapa
melahirkan seorang anak maka berilah nama yang bagus dan
mengajarinya akhlak…” (HR. Al-Baihaqi)

14. Pendapat al-Ghazali dalam “Ihya’ ‘ulum ad-din”


‫ﺍﻟﺴﻮﺀ‬ ‫ﺍﻟﻘﻀﺎﺓ‬ ‫ﻓﻠﻮﻻ‬ ‫ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ‬ ‫ﺑﻔﺴﺎﺩ‬ ‫ﺍﳌﻠﻮﻙ‬ ‫ﻭﻓﺴﺎﺩ‬ ،‫ﺍﳌﻠﻮﻙ‬ ‫ﺑﻔﺴﺎﺩ‬ ‫ﺍﻟﺮﻋﻴﺔ‬ ‫ﻓﺴﺪﺕ‬ ‫ﺇﳕﺎ‬
(‫ﺍﻟﺪﻳﻦ‬‫ﻋﻠﻮﻡ‬‫)ﺇﺣﻴﺎﺀ‬".‫ﺇﻧﻜﺎﺭﻫﻢ‬‫ﻣﻦ‬‫ﺧﻮﻓﺎﹰ‬‫ﺍﳌﻠﻮﻙ‬‫ﻓﺴﺎﺩ‬‫ﻟﻘﻞ‬‫ﺍﻟﺴﻮﺀ‬‫ﻭﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ‬
”rusaknya rakyat dikarenakan rusaknya para penguasa,
rusaknya para penguasa dikarenakan rusaknya para ulama,
‫ﺫﻫﺒﻮﺍ‬‫ﺃﺧﻼﻗﻬﻢ‬‫ﺫﻫﺒﺖ‬‫ﻫﻢ‬‫ﻭﺇﻥ‬*‫ﺑﻘﻴﺖ‬‫ﻣﺎ‬‫ﺍﻷﺧﻼﻕ‬‫ﺍﻷﻣﻢ‬‫ﺇﳕﺎ‬
seandainya tidak ada para hakim (qadhi) yang buruk dan ulama
yang buruk maka akan sedikit penguasa yang rusak, karena
takut untuk mengingkari mereka”. ‫ﺿﺮﺍﺭ‬‫ﻭﻻ‬‫ﺿﺮﺭ‬‫ﻻ‬

790
‫ﺇﳕﺎ ‪‬ﻓﺴﺪﺕ ‪‬ﺍﻟﺮﻋﻴﺔ ‪‬ﺑﻔﺴﺎﺩ ‪‬ﺍﳌﻠﻮﻙ‪ ،‬ﻭﻓﺴﺎﺩ ‪‬ﺍﳌﻠﻮﻙ ‪‬ﺑﻔﺴﺎﺩ ‪‬ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ‪‬ﻓﻠﻮﻻ ‪‬ﺍﻟﻘﻀﺎﺓ ‪‬ﺍﻟﺴﻮﺀ‪‬‬
‫‪HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA‬‬
‫ﻭﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ‪‬ﺍﻟﺴﻮﺀ‪‬ﻟﻘﻞ‪‬ﻓﺴﺎﺩ‪‬ﺍﳌﻠﻮﻙ‪‬ﺧﻮﻓﺎﹰ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺇﻧﻜﺎﺭﻫﻢ‪)".‬ﺇﺣﻴﺎﺀ‪‬ﻋﻠﻮﻡ‪‬ﺍﻟﺪﻳﻦ(‪‬‬
‫‪15. Pendapat Ulama:‬‬
‫ﺇﳕﺎ ‪‬ﻓﺴﺪﺕ ‪‬ﺍﻟﺮﻋﻴﺔ ‪‬ﺑﻔﺴﺎﺩ ‪‬ﺍﳌﻠﻮﻙ‪ ،‬ﻭﻓﺴﺎﺩ ‪‬ﺍﳌﻠﻮﻙ ‪‬ﺑﻔﺴﺎﺩ ‪‬ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ‪‬ﻓﻠﻮﻻ ‪‬ﺍﻟﻘﻀﺎﺓ ‪‬ﺍﻟﺴﻮﺀ‪‬‬
‫ﺇﳕﺎ‪‬ﺍﻷﻣﻢ‪‬ﺍﻷﺧﻼﻕ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺑﻘﻴﺖ‪*‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻫﻢ‪‬ﺫﻫﺒﺖ‪‬ﺃﺧﻼﻗﻬﻢ‪‬ﺫﻫﺒﻮﺍ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫(‬‫ﺇﺣﻴﺎﺀ‪‬ﻋﻠﻮﻡ‪‬ﺍﻟﺪﻳﻦ‬
‫‪“Suatu umat tergantung‬‬ ‫‪)".pada‬‬
‫ﹰ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺇﻧﻜﺎﺭﻫﻢ‬
‫ﻭﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ‪‬ﺍﻟﺴﻮﺀ‪‬ﻟﻘﻞ‪‬ﻓﺴﺎﺩ‪‬ﺍﳌﻠﻮﻙ‪‬ﺧﻮﻓﺎ‬
‫‪akhlaknya,‬‬ ‫‪jika akhlaknya telah‬‬
‫”‪tiada maka umat akan hancur‬‬
‫ﻻ‪‬ﺿﺮﺭ‪‬ﻭﻻ‪‬ﺿﺮﺍﺭ‬
‫ﺇﳕﺎ‪‬ﺍﻷﻣﻢ‪‬ﺍﻷﺧﻼﻕ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺑﻘﻴﺖ‪*‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻫﻢ‪‬ﺫﻫﺒﺖ‪‬ﺃﺧﻼﻗﻬﻢ‪‬ﺫﻫﺒﻮﺍ‪‬‬
‫‪16. Kaedah Ushuliyah‬‬
‫ﻻ‪‬ﺿﺮﺭ‪‬ﻭﻻ‪‬ﺿﺮﺍﺭ‬
‫‪“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula‬‬
‫”‪membahayakan orang lain‬‬

‫‪791‬‬
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

C. Implementasi Islam Rahmatan Lil-Alamin dan Shalihun


Likulli Zamanin Wa Makanin dalam Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara.
1. Islam sebagai agama yang diturunkan Allah SWT merupakan
agama yang dapat menjawab segala persoalan yang muncul,
termasuk permasalahan kebangsaan dan kenegaraan.
2. Ajaran Islam dapat menerima nilai-nilai universal yang dibawa
arus modernisasi dan globalisasi sepanjang nilai-nilai tersebut
sesuai dengan ajaran Islam.
3. Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Pancasila sebagai
dasar negara dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi negara merupakan
kesepakatan bangsa Indonesia, termasuk umat Islam
Indonesia.
4. Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara merupakan ideologi
terbuka. Dalam rangka mewujudkan amanat dasar negara dan
konstitusi maka agama harus dijadikan sumber hukum, sumber
inspirasi, landasan berfikir, dan kaedah penuntun dalam sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Karena Islam merupakan ajaran yang rahmatan lil alamin dan
shalihun likulli zamanin wa makanin, maka ajaran Islam harus
menjadi sumber dalam penataan sistem kehidupan berbangsa
dan bernegara.
6. Para ulama, zuama dan cendekiawan muslim berkewajiban
untuk menyusun, mengelaborasi konsep-konsep dan pemikiran
Islam secara komprehensif meliputi politik, ekonomi, sosial,
budaya, dsb.

DASAR PENETAPAN

1. Q.S. Al-Baqarah[2]: 2
‫ﲔ‬‫ﻘ‬‫ﺘ‬‫ﻠﹾﻤ‬‫ﻟ‬‫ﻯ‬‫ﺪ‬‫ﻫ‬‫ﻴﻪ‬‫ﻓ‬‫ﺐ‬‫ﻳ‬‫ﺭ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬‫ﻚ‬‫ﺫﹶﻟ‬
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa”
‫ﲔ‬‫ﻟﹶﺪﻤ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻌ‬‫ﻠﹾﻪ‬‫ﻴﻟ‬‫ﺔﻓﹰ‬‫ﺐﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻳ‬‫ﺭ‬‫ﱠﺎ‬
‫ﲔ‬‫ﻘ‬‫ﺘ‬‫ﻠﹾﻤ‬‫ﻟ‬‫ﻯ‬ ‫ﺇﹺﻟﹶﺎ‬‫ﺏ‬
‫ﺎﻙ‬‫ﻠﹾﺘﻨ‬‫ﻜ‬‫ﻟﹾﺳ‬‫ﺍﺭ‬‫ﻚﺃﹶ‬
‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻟ‬‫ﺫﹶﻭ‬
2. Q.S. Al-Anbiya’[21]: 107
‫ﺎ‬‫ﻳﻨ‬‫ﺩ‬‫ﻠﹶﺎﻡ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﺳ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻴﺖ‬‫ﺿ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﻲ‬‫ﺘ‬‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺖ‬‫ﻤ‬‫ﲔ‬‫ﻤ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻤ‬‫ﺎﻟﹶﻭ‬‫ﻠﹾﻢﻌ‬‫ﻜﹸﻟ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻨ‬‫ﻳﻤ‬‫ﺩ‬‫ﺣ‬‫ﻢ‬‫ﻜﹸﺭ‬‫ﺇﹺﹶﻟﱠﺎ‬‫ﺖ‬
‫ﺎﻙ‬‫ﻨﻠﹾ‬‫ﻠﹾﻤ‬‫ﻛﹾﺳ‬‫ﺃﹶﺭ‬‫ﻡﺃﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻣﻮ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻭ‬

‫ﻢ‬‫ﺮﹺﻫ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﹸ‬‫ﺓ‬‫ﺎﺮ‬‫ﻨ‬‫ﻳﻴ‬‫ﺩﺨ‬‫ﺍﻡﻟﹾ‬‫ﻠﻢﹶﺎ‬‫ﺳ‬‫ﻟﹶﺈﹺﻬ‬‫ﺍﻟﹾﹶ‬
‫ﻟﹶﻜﹸﹸﻮﻢﻥ‬‫ﻳ‬‫ﺖﹾ‬
‫ﻴﺃﹶﻥ‬‫ﺍ‬‫ﺮﺿ‬‫ﺭ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻲ‬
‫ﻮﻟﹸﻪ‬‫ﺳﺘ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻧﹺﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻜﹸﻪﻢ‬‫ﻰ‬
‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻀ‬
‫ﻗﹶﺖ‬‫ﻤ‬‫ﹶﺍ‬‫ﺫﻤ‬‫ﺃﹶﺇﹺﺗ‬‫ﺔﻭ‬‫ﻢﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻜﹸﺆ‬‫ﻣ‬‫ﻨ‬‫ﹶﺎ‬
‫ﻳ‬‫ﻟﺩ‬‫ﻢﻭ‬‫ﻟﹶﻦﻜﹸﹴ‬‫ﻣ‬‫ﺖﺆ‬‫ﻤ‬‫ﻠﹾﻟ‬‫ﹶ‬‫ﺃﹶﻛﹶﺎﻛﹾﻥﻤ‬‫ﻡ‬‫ﺎ‬‫ﻣﻮ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻭ‬
792
‫ﺎ‬‫ﺒﹺﻴﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻠﹶﺎﻟﹰﺎ‬‫ﺿ‬‫ﻞﱠ‬‫ﺿ‬‫ﻓﹶﻘﹶﺪ‬‫ﻮﻟﹶﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺺﹺ‬‫ﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
‫ﻢ‬‫ﺮﹺﻫ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺓﹸ‬‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻜﹸﻮﻥﹶ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻮﻟﹸﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻰ‬‫ﻗﹶﻀ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻦﹴ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻤ‬‫ﻟ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
‫ﲔ‬‫ﻘ‬‫ﺘ‬‫ﻠﹾﻤ‬‫ﻟ‬‫ﻯ‬‫ﺪ‬‫ﻫ‬‫ﻴﻪ‬‫ﻓ‬‫ﺐ‬‫ﻳ‬‫ﺭ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬‫ﻚ‬‫ﺫﹶﻟ‬
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.”
‫ﲔ‬‫ﺎﻟﹶﻤ‬‫ﻠﹾﻌ‬‫ﻟ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺇﹺﻟﱠﺎ‬‫ﺎﻙ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﺳ‬‫ﺃﹶﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
3. Q.S. Al-Maidah[5]:3 ‫ﲔ‬‫ﻘ‬‫ﺘ‬‫ﻠﹾﻤ‬‫ﻟ‬‫ﻯ‬‫ﺪ‬‫ﻫ‬‫ﻴﻪ‬‫ﻓ‬‫ﺐ‬‫ﻳ‬‫ﺭ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﺎﺏ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬‫ﻚ‬‫ﺫﹶﻟ‬
‫ﺎ‬‫ﻳﻨ‬‫ﺩ‬‫ﻠﹶﺎﻡ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﺳ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻴﺖ‬‫ﺿ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﻲ‬‫ﺘ‬‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺖ‬‫ﻤ‬‫ﻤ‬‫ﺃﹶﺗ‬‫ﻭ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻳﻨ‬‫ﺩ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹾﺖ‬‫ﺃﹶﻛﹾﻤ‬‫ﻡ‬‫ﻮ‬‫ﺍﻟﹾﻴ‬
“Pada hari Ini telah Kusempurnakan untuk ‫ﲔ‬‫ﻤ‬kamu
‫ﺎﻟﹶ‬‫ﻠﹾﻌ‬‫ﻟ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻤ‬agamamu,
‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺇﹺﻟﱠﺎ‬‫ﺎﻙ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﺳ‬‫ﺃﹶﺭ‬dan
‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai
‫ﻢ‬Islam
‫ﺮﹺﻫ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻦ‬itu
‫ﻣ‬‫ﺓﹸ‬‫ﺮ‬jadi
‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬agama
‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻜﹸﻮﻥﹶ‬‫ﻳ‬‫ﹾ‬bagimu.”
‫ﺃﹶﻥ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻮﻟﹸﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻰ‬‫ﻗﹶﻀ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻦﹴ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻤ‬‫ﻟ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
‫ﺎ‬‫ﻳﻨ‬‫ﺩ‬‫ﻠﹶﺎﻡ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﺳ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻴﺖ‬‫ﺿ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﻲ‬‫ﺘ‬‫ﻤ‬‫ﺎﻌ‬‫ﻨﻧﹺ‬‫ﺒﻢﹺﻴ‬‫ﻜﹸﻣ‬‫ﹰﺎ‬‫ﹶﺎﻠﹶﻟﻴ‬‫ﻠﻋ‬‫ﺿ‬
‫ﺖ‬‫ﻞﱠ‬‫ﻤ‬‫ﺿ‬‫ﻤ‬‫ﺗ‬‫ﺪﺃﹶ‬‫ﻘﹶﻭ‬‫ﻓﹶﻢ‬‫ﻟﹶﻪﻜﹸ‬‫ﻮﻨ‬‫ﻳ‬‫ﺳﺩ‬‫ﻢﺭ‬‫ﻜﹸﻭ‬‫ﻪﻟﹶ‬‫ﺖﻠﱠ‬ ‫ﻠﹾ‬‫ﻛﹾﻤ‬‫ﺃﹶﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻦﻡ‬‫ﻮ‬‫ﻣ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻭ‬
‫ﺍﻟ‬‫ﺺﹺ‬
4. Q.S. Al-Ahzab[33]:36
‫ﻢ‬‫ﺮﹺﻫ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺓﹸ‬‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻜﹸﻮﻥﹶ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻮﻟﹸﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻰ‬‫ﻗﹶﻀ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻦﹴ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻤ‬‫ﻟ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
‫ﺎ‬‫ﺒﹺﻴﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻠﹶﺎﻟﹰﺎ‬‫ﺿ‬‫ﻞﱠ‬‫ﺿ‬‫ﻓﹶﻘﹶﺪ‬‫ﻮﻟﹶﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺺﹺ‬‫ﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula)
bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata”.

5. Q.S. Al-An’am [6] :116

‫ﺇﹺﻟﱠﺎ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﺇﹺﻥﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻈﱠﻦ‬‫ﺇﹺﻟﱠﺎ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺒﹺﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺇﹺﻥﹾ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺒﹺﻴﻞﹺ‬‫ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬‫ﻠﱡﻮﻙ‬‫ﻀ‬‫ﻳ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺃﹶﻛﹾﺜﹶﺮ‬‫ﻊ‬‫ﻄ‬‫ﺗ‬‫ﺇﹺﻥﹾ‬‫ﻭ‬
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺻ‬‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ﻳ‬
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka
‫ﻢ‬bumi
‫ﻓﹶﻬ‬‫ﻢ‬‫ﺮﹺﻫ‬ini,
‫ﻛﹾ‬‫ﺑﹺﺬ‬niscaya
‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺃﹶﺗ‬‫ﻞﹾ‬‫ﺑ‬mereka
‫ﻴﻬﹺﻦ‬‫ﻓ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬akan
‫ﺽ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻭ‬menyesatkanmu
‫ﺍﺕ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﺕ‬‫ﺪ‬‫ﻟﹶﻔﹶﺴ‬‫ﻢ‬dari
‫ﺍﺀَﻫ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻫ‬jalan
‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻊ‬Allah. ‫ﺒ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻟﹶﻮﹺ‬‫ﻭ‬
‫ﺇﹺﻟﱠﺎ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﺇﹺﻥﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻈﱠﻦ‬‫ﺇﹺﻟﱠﺎ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺒﹺﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺇﹺﻥﹾ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺒﹺﻴﻞﹺ‬‫ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬‫ﻠﱡﻮﻙ‬‫ﻀ‬‫ﻳ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻲ‬
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan
‫ﻥﹶﻓ‬‫ﻮ‬
‫ﺿﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺮﺮﹺ‬‫ﺜﹶﻌ‬‫ﻛﹾﻣ‬‫ﻢﺃﹶ‬‫ﺮﹺﻊﻫ‬‫ﻛﹾﻄ‬‫ﺗ‬‫ﹾ‬‫ﺫ‬dan
belaka, ‫ﻥ‬‫ﺇﹺﻦ‬‫ﻭ‬‫ﻋ‬
mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”.
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺻ‬‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ﻳ‬
6. ‫ﻥ‬Q.S.
‫ﺎ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﳝ‬‫ﹶﻰ‬Al-Mukminun ‫ﺎﺀ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﺃﹶﻭ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺍﻧ‬‫ﻮ‬‫ﺇﹺﺧ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺀَﻛﹸﻢ‬‫ﺁَﺑ‬‫ﺬﹸﻭﺍ‬‫ﺨ‬‫ﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺁَﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹸﻔﹾﺮ‬‫ﻮﺍ‬‫ﺒ‬‫ﺤ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬‫ﺇﹺﻥ‬َ[23]:71
‫ﻢ‬‫ﻓﹶﻬ‬‫ﻢ‬‫ﻛﹾﺮﹺﻫ‬‫ﺑﹺﺬ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺃﹶﺗ‬‫ﻞﹾ‬‫ﺑ‬‫ﻴﻬﹺﻦ‬‫ﻓ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺽ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺕ‬
‫ﺍﹶ‬‫ﻥﻮ‬‫ﻮﻤ‬‫ﻤﺴ‬‫ﺍﻟﻟ‬
‫ﺕﻈﱠﺎ‬
‫ﺍﻟ‬‫ﻢﺪ‬‫ﺴ‬‫ﻫ‬‫ﻚﻔﹶ‬
‫ﻟﹶ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺌ‬‫ﺍﻓﹶﺄﺀَﹸﻭﻫ‬‫ﻮ‬‫ﻢ‬‫ﺃﹶﻜﹸﻫ‬‫ﻖ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﻢ‬
‫ﻊﻟﱠﻬ‬‫ﻮ‬‫ﺒ‬‫ﺘ‬‫ﺗ‬‫ﺍﻳ‬‫ﹺ‬
‫ﻟﹶﻮﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻭ‬
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺮﹺﺿ‬‫ﻌ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﻛﹾﺮﹺﻫ‬‫ﺫ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti
binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya.
‫ﻥ‬Sebenarnya
‫ﺎ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﳝ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹸﻔﹾﺮ‬‫ﻮﺍ‬Kami ‫ﺎﺀ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﺃﹶﻭ‬‫ﻜﹸﻢ‬mendatangkan
‫ﺒ‬‫ﺤ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬‫ﺇﹺﻥ‬َtelah ‫ﺍﻧ‬‫ﻮ‬‫ﺇﹺﺧ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺀَﻛﹸﻢ‬‫ﺁَﺑ‬‫ﺬﹸﻭﺍ‬‫ﺨ‬‫ﺘ‬‫ﺗ‬‫ﹶﺎ‬
‫ﻟ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺁَﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
kepada mereka
kebanggaan (Al Qur’an) mereka‫ﹶ‬tetapi ‫ﻮﻥ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﻈﱠﺎﻟ‬mereka
‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻚ‬‫ﻓﹶﺄﹸﻭﻟﹶﺌ‬berpaling
‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﻟﱠﻬ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬dari
‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
kebanggaan itu.”

793
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺻ‬‫ﺮ‬‫ﺨ‬‫ﻳ‬

‫ﻢ‬‫ﻓﹶﻬ‬‫ﻢ‬‫ﻛﹾﺮﹺﻫ‬‫ﺑﹺﺬ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺃﹶﺗ‬‫ﻞﹾ‬‫ﺑ‬‫ﻴﻬﹺﻦ‬‫ﻓ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺽ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺍﺕ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﺕ‬‫ﺪ‬‫ﻟﹶﻔﹶﺴ‬‫ﻢ‬‫ﺍﺀَﻫ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻫ‬‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻊ‬‫ﺒ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻟﹶﻮﹺ‬‫ﻭ‬
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺮﹺﺿ‬‫ﻌ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﻛﹾﺮﹺﻫ‬‫ﺫ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
7. Q.S. At-Taubah[9]: 23

‫ﺎﻥ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﳝ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹸﻔﹾﺮ‬‫ﻮﺍ‬‫ﺒ‬‫ﺤ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬‫ﺇﹺﻥ‬َ‫ﺎﺀ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﺃﹶﻭ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺍﻧ‬‫ﻮ‬‫ﺇﹺﺧ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺀَﻛﹸﻢ‬‫ﺁَﺑ‬‫ﺬﹸﻭﺍ‬‫ﺨ‬‫ﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺁَﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﻈﱠﺎﻟ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻚ‬‫ﻓﹶﺄﹸﻭﻟﹶﺌ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﻟﱠﻬ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa
dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih
mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara
kamu yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-
orang yang zalim”.

8. Q.S. Hud[11]: 61
‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺄﹶﻛﹸﻢ‬‫ﺸ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻩ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻪ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻭﺍ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻡﹺ‬‫ﻗﹶﻮ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺎﻟ‬‫ﺻ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺃﹶﺧ‬‫ﻮﺩ‬‫ﺛﹶﻤ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬‫ﻭ‬
‫ﺠﹺﻴﺐ‬‫ﻣ‬‫ﻗﹶﺮﹺﻳﺐ‬‫ﻲ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﻪ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻮﺑ‬‫ﺗ‬‫ﺛﹸﻢ‬‫ﻭﻩ‬‫ﺮ‬‫ﻔ‬‫ﻐ‬‫ﺘ‬‫ﻓﹶﺎﺳ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺮ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬‫ﻭ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬
“dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh
berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari
bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], karena
itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-
Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya).”

9. Hadits Nabi saw


‫ﺗﻌﺎﱃ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺇﻥ‬ :‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﻋﻦ‬‫ﻋﻨﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺿﻰ‬‫ﺛﻌﻠﺒﺔ‬‫ﺃﰉ‬‫ﻋﻦ‬
‫ﺗﻨﺘﻬﻜﻮﻫﺎ‬ ‫ﻓﻼ‬ ‫ﺃﺷﻴﺎﺀ‬ ‫ﻭﺣﺮﻡ‬ ‫ﺗﻌﺘﺪﻭﻫﺎ‬ ‫ﻓﻼ‬ ‫ﺣﺪﻭﺩﺍ‬ ‫ﻭﺣﺪ‬ ‫ﺗﻀﻴﻌﻮﻫﺎ‬ ‫ﻓﻼ‬ ‫ﻓﺮﺍﺋﺾ‬ ‫ﻓﺮﺽ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺣﺴﻦ‬‫ﺣﺪﻳﺚ‬ –‫ﻋﻨﻬﺎ‬‫ﺗﺒﺤﺜﻮﺍ‬‫ﻓﻼ‬‫ﻧﺴﻴﺎﻥ‬‫ﻣﻦ ﻏﲑ‬‫ﻟﻜﻢ‬‫ﺭﲪﺔ‬‫ﺃﺷﻴﺎﺀ‬‫ﻋﻦ‬‫ﻭﺳﻜﺖ‬
‫ﻭﻏﲑﻩ‬‫ﻗﻄﲎ‬‫ﺍﻟﺪﺍﺭ‬
Dari Abu Tsa’labah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
Allah Ta’ala telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka jangan
sia-siakan, dan telah menggariskan ketentuan-ketentuan, maka
jangan kalian melewatinya, dan telah mengharamkan beberapa
hal, maka jangan kalian melanggarnya, dan mendiamkan banyak
hal karena belas kasihNya kepada kalian (kecuali dalam keadaan
lupa), maka janganlah kalian membahasnya”. HR. Daru Quthni
dan lainnya

794
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

10. Hadits Nabi saw


‫ﺎﻟﱠﺔﹸ‬‫ﺿ‬ ‫ﺔﹸ‬‫ﻜﹾﻤ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬ ‫ﺔﹸ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹶﻠ‬ :‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ ‫ﻠﱠﻰ‬‫ﺻ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ ‫ﻮﻝﹸ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬ ‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬ :‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬ ‫ﺓﹶ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬‫ﻫ‬ ‫ﺃﹶﺑﹺﻲ‬ ‫ﻦ‬‫ﻋ‬
‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻬ‬‫ﻖ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﻮ‬‫ﻓﹶﻬ‬‫ﺎ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ﺟ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﺜﹸﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
“kalimah hikmah adalah barang berharga milik orang Islam yang
‫ﹺ‬hilang,
‫ﻝ‬‫ﺪ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻌ‬‫ﻮﺍ‬oleh
‫ﻜﹸﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺗ‬karenanya
‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬di
maka ia berhak terhadapnya” HR. Muslim
‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻤ‬manapun
‫ﻜﹶ‬‫ﺣ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻠ‬‫ﻫ‬orang
‫ﺃﹶ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬‫ﺕ‬Islam mendapatkannya
‫ﺎ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﻣ‬‫ﻭﺍ‬
‫ﺩ‬‫ﺆ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺮ‬‫ﺄﹾﻣ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﲑ‬‫ﺼ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻌ‬‫ﻤ‬‫ﺳ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻈﹸﻜﹸﻢ‬‫ﻌ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬
IV. Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilihan Umum
1. Pemilihan umum dalam pandangan Islam adalah upaya
untuk memilih pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-
syarat ideal bagi terwujudnya cita-cita bersama sesuai dengan
aspirasi umat dan kepentingan bangsa.
2. Memilih pemimpin dalam Islam adalah kewajiban untuk
menegakkan imamah dan imarah dalam kehidupan
bersama
3. Imamah dan imarah dalam Islam menghajatkan syarat-
syarat sesuai dengan ketentuan agama agar terwujud
kemaslahatan dalam masyarakat.
4. Memilih pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur
(siddiq), terpercaya (amanah), aktif dan aspiratif (tabligh),
mempunyai kemampuan (fathonah), dan memperjuangkan
kepentingan umat Islam hukumnya adalah wajib.
5. Memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat-syarat
sebagaimana disebutkan dalam butir 4 (empat) atau tidak
memilih sama sekali padahal ada calon yang memenuhi
syarat hukumnya adalah haram.

REKOMENDASI
a. Umat Islam dianjurkan untuk memilih pemimpin dan wakil-
wakilnya yang mengemban tugas amar makruf nahi munkar.
b. Pemerintah dan penyelenggara pemilu perlu meningkatkan
sosialisasi penyelenggaraan pemilu agar partisipasi masyarakat
dapat meningkat, sehingga hak masyarakat terpenuhi.

795
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

‫ﺎﻟﱠﺔﹸ‬‫ﺿ‬ ‫ﺔﹸ‬‫ﻜﹾﻤ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬ ‫ﺔﹸ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹶﻠ‬ :‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ ‫ﻠﱠﻰ‬‫ﺻ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ ‫ﻮﻝﹸ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬ ‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬ :‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬ ‫ﺓﹶ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬‫ﻫ‬ ‫ﺃﹶﺑﹺﻲ‬ ‫ﻦ‬‫ﻋ‬
DASAR PENETAPAN
‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻬ‬‫ﻖ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﻮ‬‫ﻓﹶﻬ‬‫ﺎ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ﺟ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﺜﹸﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
1. Q.S. An-Nisa[4]: 58
‫ﻝﹺ‬‫ﺪ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻌ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻜﹸﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻜﹶﻤ‬‫ﺣ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻠ‬‫ﺃﹶﻫ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬‫ﺎﺕ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﻣ‬‫ﻭﺍ‬‫ﺩ‬‫ﺆ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺮ‬‫ﺄﹾﻣ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬
‫ﺍ‬‫ﲑ‬‫ﺼ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻌ‬‫ﻤ‬‫ﺳ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻈﹸﻜﹸﻢ‬‫ﻌ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat”
.
2. Q.S. An-Nisa[4]: 59

‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﻣ‬‫ﻲ‬‫ﺃﹸﻭﻟ‬‫ﻭ‬‫ﻮﻝﹶ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺃﹶﻃ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺃﹶﻃ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺁَﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”.

3. Hadis Nabi saw:


‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﺃﻥ‬‫ﺟﺪﻩ‬‫ﻋﻦ‬‫ﺃﺑﻴﻪ‬‫ﻋﻦ‬‫ﺍﳌﺰﱐ‬‫ﻋﻮﻑ‬‫ﺑﻦ‬‫ﻋﻤﺮﻭ‬‫ﺑﻦ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻋﺒﺪ‬‫ﻋﻦ‬
‫ﺣﺮﺍﻣﺎ‬ ‫ﺃﺣﻞ‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫ﺣﻼﻻ‬ ‫ﺣﺮﻡ‬ ‫ﺻﻠﺤﺎ‬ ‫ﺇﻻ‬ ‫ﺍﳌﺴﻠﻤﲔ‬ ‫ﺑﲔ‬ ‫ﺟﺎﺋﺰ‬ ‫ﺍﻟﺼﻠﺢ‬ : ‫ﻗﺎﻝ‬ ‫ﻭﺳﻠﻢ‬
‫ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬ ‫)ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫ﺣﺮﺍﻣﺎ‬ ‫ﺃﺣﻞ‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫ﺣﻼﻻ‬ ‫ﺣﺮﻡ‬ ‫ﺷﺮﻃﺎ‬ ‫ﺇﻻ‬  ‫ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻭﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ‬
(‫ﺻﺤﻴﺢ‬‫ﺣﺴﻦ‬‫ﻭﻫﻮﺣﺪﻳﺚ‬
“Dari Abdullah bin Amr bin ‘Auf al-Muzani, dari ayahnya, dari
kakeknya, sesungguhnya rasulullah saw. bersabda: “perjanjian
boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan
kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram” (HR. At-Tirmidzi)

4. Hadis Nabi saw. :


‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﻓﹶﻴ‬،‫ﻻﺓﹲ‬‫ﻭ‬‫ﻱ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬‫ﻴﻜﹸﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻴ‬‫"ﺳ‬:‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻠﱠﻰ‬‫ﺻ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻮﻝﹶ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﺃﹶﻥﹼ‬،‫ﺓﹶ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬‫ﻫ‬‫ﺃﹶﺑﹺﻲ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
‫ﺍ‬‫ﻠﱠﻮ‬‫ﺻ‬‫ﻭ‬،‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﺍﻓﹶﻖ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹸﻞﱢ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺃﹶﻃ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻌ‬‫ﻤ‬‫ﻓﹶﺎﺳ‬،‫ﻮﺭﹺﻩ‬‫ﺑﹺﻔﹸﺠ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﺎﺟﹺﺮ‬‫ﻭ‬،‫ﻩ‬‫ﺑﹺﺒﹺﺮ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬
‫ﻭﺍﻟﺪﺍﺭ‬‫ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬."‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻓﹶﻠﹶﻜﹸﻢ‬‫ﺎﺀُﻭﺍ‬‫ﺃﹶﺳ‬‫ﺇﹺﻥﹾ‬‫ﻭ‬،‫ﻢ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻭ‬‫ﻓﹶﻠﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺴ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‬،‫ﻢ‬‫ﺍﺀَﻫ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬
(‫ﻗﻄﲏ‬

796
(‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺟ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻴﺘ‬‫ﻣ‬‫ﺎﺕ‬‫ﻣ‬‫ﺔﹲ‬‫ﻌ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻪ‬‫ﻘ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺲ‬‫ﻟﹶﻴ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺕ‬‫ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬

(‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺔﹶ‬‫ﺎﻋ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﺮ‬‫ﻈ‬‫ﺘ‬‫ﻓﹶﺎﻧ‬‫ﻪ‬‫ﻠ‬‫ﺃﹶﻫ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﻣ‬‫ﺪ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬
‫‪HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA‬‬

‫‪”Dari Abu Hurarah RA., sesungguhnya rasulullah saw.‬‬


‫‪bersabda: ”akan memimpin kalian setelahku para pimpinan‬‬
‫‪yang baik karena kebaikannya, dan ada pula yang buruk‬‬
‫‪karena keburukannya, maka dengarkanlah dan taatilah mereka‬‬
‫‪terhadap‬‬
‫‪‬ﻱ‪‬ﻭ‪‬ﻻﺓﹲ‪،‬ﻓﹶﻴ‪‬ﻠ‪‬ﻴ‪‬ﻜﹸﻢ‬ ‫‪perkara‬ﻜﹸﻢ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﺪ‬
‫‪setiap‬‬ ‫‪yang‬ﻢ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪":‬ﺳ‪‬ﻴ‪‬ﻠ‪‬ﻴ‬ ‫‪sesuai‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠ‬‫‪dengan‬ﻠﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬‬ ‫‪kebenaran,‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹶ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﺻ‪‬‬ ‫‪dan‬ﺑﹺﻲ‪‬ﻫ‪‬ﺮ‪‬ﻳ‪‬ﺮ‪‬ﺓﹶ‪،‬ﺃﹶﻥﹼ‪‬ﺭ‪‬‬ ‫ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺃﹶ‬
‫)‪shalatlah kalian di belakangnya, jika mereka baik maka (pahala‬‬
‫‪bagi‬ﺍ‪‬‬
‫‪kalian‬ﻭ‪‬ﺻ‪‬ﻠﱠﻮ‬
‫‪dan‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪،‬‬
‫‪bagi‬ﺎ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻓﹶﻖ‬‫‪mereka,sedangkan‬ﻛﹸﻞﱢ‪‬ﻣ‬
‫‪jika‬ﺳ‪‬ﻤ‪‬ﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﻟﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬‬ ‫‪mereka‬ﺭﹺﻩ‪،‬ﻓﹶﺎ‬ ‫‪buruk‬ﺟﹺﺮ‪‬ﺑﹺﻔﹸﺠ‪‬ﻮ‬‫‪maka‬ﺮ‪‬ﻩ‪،‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻔﹶﺎ‬ ‫ﺍﻟﹾﺒ‪‬ﺮ‪‬ﺑﹺﺒﹺ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻭﺍﻟﺪﺍﺭ‪‬‬
‫‪bagi‬ﻭ‪‬ﻻﺓﹲ‪،‬ﻓﹶﻴ‪‬ﻠ‪‬ﻴ‪‬ﻜﹸﻢ‬
‫)‪(pahala‬‬ ‫‪kalian‬ﻌ‪‬ﺪ‪‬ﻱ‪‬‬
‫‪dan‬ﻠﹶﺳ‪‬ﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻬﹺﻠ‪‬ﻴﻢ‪‬ﻜﹸ"‪.‬ﻢ‪)‬ﺑ‪‬‬
‫‪tidak‬ﻗﹶﺎﻢ‪‬ﻝﹶﻭ‪":‬ﻋ‪‬‬
‫ُﻭﺍ‪‬ﻠﱠﻓﹶﻠﹶﻢ‪‬ﻜﹸ‬
‫‪bagi‬ﺀﻭ‪‬ﺳ‪‬‬
‫”‪mereka‬ﻠﱠﻪﻥ‪‬ﹾ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﺳ‪‬ﺎﻪ‬
‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻭ‪‬ﺇﹺ‬
‫ﺻ‪‬ﻠﻢ‪،‬‬‫‪(HR.‬ﹶ‪‬ﺍﻟﻢﻠﱠ‪‬ﻪﻭ‪‬ﻟﹶﻬ‪‬‬
‫‪‬ﻮﻠﹶﻝﻜﹸ‬‫‪At-Thabrani‬ﺴ‪‬ﹼ‪‬ﻨﺭ‪‬ﺳ‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﻓﹶ‬ ‫ﹺﻲ‪،‬ﻫ‪‬ﻓﹶﺮ‪‬ﺈﹺﻳ‪‬ﺮ‪‬ﻥﺓﹾ‪‬ﺃﹶﹶ‪،‬ﺃﹶﺣ‪‬ﻥ‬
‫ﻋ‪‬ﻭ‪‬ﺭﻦ‪‬ﺍ‪‬ﺀَﺃﹶﺑﻫ‪‬ﻢ‬
‫‪dan‬ﺍ‪‬‬
‫‪Ad-Daru‬ﻭ‪‬ﺻ‪‬ﻠﱠﻮ‬
‫)‪Quthni‬ﻭ‪‬ﺍﻓﹶﻖ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪،‬‬
‫ﺍﻟﹾﺒ‪‬ﺮ‪‬ﺑﹺﺒﹺﺮ‪‬ﻩ‪،‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻔﹶﺎﺟﹺﺮ‪‬ﺑﹺﻔﹸﺠ‪‬ﻮﺭﹺﻩ‪،‬ﻓﹶﺎﺳ‪‬ﻤ‪‬ﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﻟﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﻛﹸﻞﱢ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬‬ ‫ﻗﻄﲏ(‪‬‬
‫ُﻭﺍ‪‬ﻠﱠﻓﹶﻠﹶﻢ‪‬ﻜﹸﻗﹶﺎﻢ‪‬ﻝﹶﻭ‪":‬ﻋ‪‬ﻠﹶﺳ‪‬ﻴ‪‬ﻴ‪‬ﻬﹺﻠ‪‬ﻴﻢ‪‬ﻜﹸ"‪.‬ﻢ‪)‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﺪ‪‬ﻱ‪‬ﻭ‪‬ﻻﺓﹲ‪،‬ﻓﹶﻴ‪‬ﻠ‪‬ﻴ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬‬ ‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻭ‪‬ﺇﹺﻠﱠﻪﻥ‪‬ﹾ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﺳ‪‬ﺎﻪ‪‬ﺀﻭ‪‬ﺳ‪‬‬ ‫ﺻ‪‬ﻠﻢ‪،‬‬ ‫‪‬ﻮﻠﹶﻝﻜﹸﹶ‪‬ﺍﻟﻢﻠﱠ‪‬ﻪﻭ‪‬ﻟﹶﻬ‪‬‬ ‫ﹺﻲ‪،‬ﻫ‪‬ﻓﹶﺮ‪‬ﺈﹺﻳ‪‬ﺮ‪‬ﻥﺓﹾ‪‬ﺃﹶﹶ‪،‬ﺃﹶﺣ‪‬ﻥﺴ‪‬ﹼ‪‬ﻨﺭ‪‬ﺳ‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﻓﹶ‬ ‫ﻋﻭ‪‬ﺭﻦ‪‬ﺍ‪‬ﺀَﺃﹶﺑﻫ‪‬ﻢ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻭﺍﻟﺪﺍﺭ‪5. ‬‬
‫‪Hadis Nabi saw:‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﻣ(‪‬ﺎ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻓﹶﻖ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪،‬ﻭ‪‬ﺻ‪‬ﻠﱠﻮ‪‬ﺍ‪‬‬ ‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﻟﹶﹰ‪‬ﻬ‪‬ﺟ‪‬ﺎﻢ‪‬ﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻭ‪‬ﻴ‪‬ﺃﹶﺔﹰﻃ‪‬ﻴ‪)‬ﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﻛﹸﻞﱢ‪‬‬ ‫‪،‬ﹲ‪‬ﻓﻣﹶﺎ‪‬ﺎﺳ‪‬ﺕﻤ‪‬ﻌﻣ‪‬ﻴﺘ‪‬ﺔ‬ ‫‪‬ﻮﺑ‪‬ﺭﹺﻴ‪‬ﻩﻌ‪‬ﺔ‬ ‫‪‬ﻲ‪‬ﺑﹺﻋ‪‬ﻔﹸﻨ‪‬ﻘ‪‬ﺠﻪ‪‬‬ ‫ﺲﹶﺎ‪‬ﻓﺟﹺﺮ‬ ‫‪،‬ﻟﹶﻴ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻔ‬ ‫ﻗﻄﲏ‪‬ﻣﺑﹺ(‪‬ﺎﺒﹺ‪‬ﺮ‪‬ﺕﻩ‪‬ﻭ‪‬‬ ‫ﺍﻣ‪‬ﻟﹾﺒ‪‬ﻦﺮ‪‬‬
‫‪“Barangsiapa )‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻭﺍﻟﺪﺍﺭ‪‬‬ ‫‪mati‬‬ ‫‪dan‬ﻴ‪‬ﻬﹺﻢ‪."‬‬ ‫‪belum‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶ‬
‫‪melakukan‬ﺎﺀُﻭﺍ‪‬ﻓﹶﻠﹶﻜﹸ‬ ‫‪baiat‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻬ‪‬ﻢ‪،‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﺃﹶﺳ‬ ‫‪maka‬ﻮﺍ‪‬ﻓﹶﻠﹶﻜﹸ‬ ‫‪matinya‬ﺈﹺﻥﹾ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺴ‪‬ﻨ‬ ‫ﻭ‪‬ﺭ‪‬ﺍﺀَﻫ‪‬ﻢ‪،‬ﻓﹶ‬
‫)‪dalam keadaan jahiliyah” (HR. Bukhari‬‬
‫ﺕﹶﺎ‪‬ﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻣ‪‬ﻴﺘ‪‬ﻈ‪‬ﺔﺮﹰ‪‬ﺍﻟﺟ‪‬ﺎﺴﻫ‪‬ﺎﻠ‪‬ﻴ‪‬ﻋ‪‬ﹰﺔﹶ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ(‪‬‬ ‫ﻰ‪‬ﻪﻏﹶ‪‬ﻴ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﺮﻌ‪‬ﹺ‪‬ﺃﹶﺔﹲ‪‬ﻫ‪‬ﻣﻠ‪‬ﺎﻪ‪‬ﻓ‬ ‫‪‬ﻲ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻘ‪‬‬ ‫ﺲﻟﹾﺄﹶ‪‬ﻓﻣ‪‬ﺮ‪‬‬ ‫ﺕ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻟﹶﻴ‪‬ﺪ‪‬ﺍ‬ ‫ﻗﻄﲏﻣﺇﹺ(‪‬ﺎﺫ‪‬ﹶﺍ‪‬‬ ‫ﻗﻣ‪‬ﹶﺎﻦﻝ‪‬ﹶ‪‬‬
‫‪6. Hadis‬‬
‫‪Nabi‬ﺓﹲ‪،‬ﻓﹶﻴ‪‬ﻠ‪‬ﻴ‪‬ﻜﹸﻢ‬ ‫‪saw:‬ﺪ‪‬ﻱ‪‬ﻭ‪‬ﻻ‬ ‫ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺃﹶﺑﹺﻲ‪‬ﻫ‪‬ﺮ‪‬ﻳ‪‬ﺮ‪‬ﺓﹶ‪،‬ﺃﹶﻥﹼ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹶ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﺻ‪‬ﻠﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﻢ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪":‬ﺳ‪‬ﻴ‪‬ﻠ‪‬ﻴﻜﹸﻢ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬‬
‫ﺖ‪‬ﺍ‪‬‬
‫‪،‬ﻭ‪‬ﺿ‪‬ﻴ‪‬ﺻﻌ‪‬ﻠﱠﻮ‬
‫‪‬ﺍﻟﹾﻢ‪ ‬ﺤ‪‬ﺇﹺﻖ‪‬ﺫﹶﺍ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﻴ‪‬ﻪﻭ‪‬ﺍ‪‬ﻓﹶﻭ‪‬ﻖﺳ‪‬ﻠﱠ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﻣ(ﻋ‪‬ﻠﹶ‬
‫‪‬ﻲ‪‬ﻛﹸ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻞﻪ‪‬ﱢ‪‬‬
‫ﺻ‪‬ﻠﱠﻰ‬ ‫‪‬ﺍﻟﺟ‪‬ﺎﻢﺳﺴ‪‬ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﺎﻠ‪‬ﻭ‪‬ﻴ‪‬ﻋ‪‬ﻝﹸﺃﹶﹰﺔﹶﻃ‪‬ﻴ‬
‫‪‬ﺍﻟ‪)‬ﻠﱠﻌﻪ‪‬‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﻓ‬ ‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﺮﻟﹶ‬
‫ﺕﻤ‪‬ﹶﺎ‪‬ﻧ‪‬ﻌﻗﺘ‪‬ﻣﹶﺎ‪‬ﻴﺘ‪‬ﻈ‪‬ﻝﺔ‬
‫ﹶ‪‬ﹰ‪‬ﻬ‪‬ﺭ‪‬‬ ‫‪‬ﻣﻠ‪‬ﹶﺎﻗ‪‬ﺎﻪﹶﺎ‪‬ﺳ‪‬ﻓﻝﹶ‬
‫‪،‬ﹲ‪‬ﻫ‪‬ﻓ‬
‫‪‬ﻮﻴ‪‬ﺑ‪‬ﺭﹺﻴ‪‬ﺮﻩﻌﻋ‪‬ﹺ‪‬ﻨ‪‬ﺃﹶﺔﻪ‬
‫ﻰ‪‬ﺠﻠﱠﻪﻏﹶﻪ‪‬‬‫‪‬ﻲ‪‬ﺇﹺﺑﹺﻟﹶﻲﻋ‪‬ﻔﹸﻨ‪‬ﻘ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟ‬ ‫ﺿ‪‬‬
‫ﺲﻟﹾﹶ‪‬ﹶﺎﺄﹶ‪‬ﺭ‪‬ﻓﻣ‪‬ﺟﹺﺮ‬
‫‪‬ﺍﻔ‬
‫‪،‬ﺳ‪‬ﺮ‪‬ﻟﹶﻳﻴ‪‬ﻭﺪ‪‬ﺍﺮ‪‬ﻟﹾﺓ‬
‫ﺕﻩ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻭ‪‬‬
‫ﺍﻗﻣﻋ‪‬ﻟﹾﹶﺎﺒ‪‬ﻦﻝﺮ‪‬ﹶ‪‬ﻣﺃﹶﺇﹺﺑ‪‬ﺎﺒﹺﺫﹺﻲﺮ‪‬ﹶﺍ‪‬‬
‫‪“Jika suatu perkara diserahkan kepada selain ahlinya maka‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‪‬ﻭﺍﻟﺪﺍﺭ‪‬ﹺ‪‬‬
‫"‪.‬ﹶﺍ‪)‬ﺃﹸﺳ‪‬ﻨﹺﺪ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹶﻣ‪‬ﺮ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻰ‪‬ﻏﹶﻴ‪‬ﺮ‬
‫”‪tunggulah waktunya‬‬
‫‪(HR.‬ﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻗﻠﹶﹶﺎﻴ‪‬ﻬﹺﻝﹶ‪‬ﻢ‪‬ﺇﹺﺫ‬
‫ﹶ‪‬ﺍﻟ‪‬ﻠﱠﻭ‪‬‬
‫ُﻭﺍ‪‬ﺳﻓﹶ‪‬ﻮﻠﹶﻝﻜﹸﻢ‬
‫)‪Bukhari‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺭ‪‬‬ ‫ﻒ‪‬ﻢﺇﹺ‪،‬ﺿ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺇﹺﻋ‪‬ﺘ‪‬ﻥﹾ‪‬ﻬﺃﹶ‪‬ﺎ‪‬ﺳﻳ‪‬ﺎﺀ‬ ‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﻗﻓﹶﹶﺎﻠﹶﻝﻜﹸﹶ‪‬ﻢﻛﹶ‪‬ﻴ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻬ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﻟﺣ‪‬ﺴﺴ‪‬ﺎﻨﻋ‪‬ﺔﹶ‪‬‬ ‫‪،‬ﺘ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻈ‪‬ﻥﺮﹾ‪‬ﺃﹶ‬ ‫ﺍﻭ‪‬ﻟﹾﺄﹶﺭﻣ‪‬ﺍ‪‬ﺎﺀَﻧ‪‬ﺔﻫ‪‬ﹸ‪‬ﻢﻓﹶﺎﻧ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ(ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﻢ‪ ‬ﺇﹺﺫﹶﺍ‪‬ﺿ‪‬ﻴ‪‬ﻌ‪‬ﺖ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﻟﺳﺴ‪‬ﻮ‪‬ﺎﻋ‪‬ﻝﹸﺔﹶ‪‬ﺍﻟ‪)‬ﻠﱠﻪ‪‬ﺻ‪‬ﻠﱠﻰ ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪ ‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﹶﺎ(‪‬ﻧ‪‬ﻗﺘ‪‬ﹶﺎ‪‬ﻈ‪‬ﻝﺮﹶ‪‬ﺭ‪‬‬
‫ﻰ‪‬ﻠﱠﻏﹶﻪﻴ‪‬ﺮﻋ‪‬ﹺ‪‬ﻨ‪‬ﺃﹶﻪﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻗﻪﹶﺎ‪‬ﻓﻝﹶ‬ ‫ﺴﺄﹶ‪‬ﺎﺭ‪‬ﻣ‪‬ﻋ‪‬ﺮﺿ‪‬ﺔﹶ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻲ‪)‬ﺍﻟ‬
‫‪‬ﺍﻟﹾﹶ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﺓ‬
‫ﹺﻲﹶﺍ‪‬ﺘ‪‬ﻭ‪‬ﻈ‪‬ﻫ‪‬ﺮﺳ‪‬ﺮ‪‬ﻳ‪‬ﺪﺮ‪‬‬ ‫ﻗﻄﲏﺃﹶ‪‬ﺇﹺ(ﺑﻓﺫﹶﺎ‪‬ﻧ‪‬‬
‫ﺃﹶﻗﻋ‪‬ﹶﺎﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻦﻝﻪ‪‬ﹶ‪‬‬
‫‪Hadis‬ﹺ‪7. ‬‬
‫‪Nabi‬ﺮ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻰ‪‬ﻏﹶﻴ‪‬ﺮ‬ ‫‪saw:‬ﺳ‪‬ﻨﹺﺪ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹶﻣ‪‬‬ ‫ﺍﻟﹾﺄﹶﻣ‪‬ﺎﻧ‪‬ﺔﹸ‪‬ﻓﹶﺎﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻈ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻟﺴ‪‬ﺎﻋ‪‬ﺔﹶ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪‬ﻛﹶﻴ‪‬ﻒ‪‬ﺇﹺﺿ‪‬ﺎﻋ‪‬ﺘ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹶ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪‬ﺇﹺﺫﹶﺍ‪‬ﺃﹸ‬
‫ﺖﹶ‪‬‬
‫ﹾ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺿ‪‬ﺘ‪‬ﻴ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﻤ‪‬ﻞ‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﺇﹺﺫﻥﹶﺍ‪‬‬
‫‪‬ﻴﻭ‪‬ﻌﺳ‪‬ﻠﱠ‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﻠﹶﻭ‪‬ﻴ‪‬ﺃﹶﻪﻃ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ(ﻋ‪‬‬
‫ﱠﻰﺳ‪‬ﺍﻟﻤ‪‬ﻠﱠﻌﻪ‪ ‬‬ ‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻗﻣﻠﱠﹶﺎ‪‬ﻴﻪﺘ‪‬ﻝ‪‬ﺔﹶ‪‬ﹰ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﺭ‪‬ﻴ‪‬ﺟ‪‬ﺎﻪﺳ‪‬ﻫ‪‬ﻮﻠ‪‬ﻭ‪‬ﻴ‪‬ﻝﹸﺔﹰﺳ‪‬ﻠﱠ‪‬ﺍﻟ‪)‬ﻢﻠﱠﻪ‪‬ﻗ‪‬ﹶﺎﺻ‪‬ﻝﻠﹶ‪‬ﺍ‬
‫ﺕ(‪‬‬‫ﺻ‪‬ﻗ‪‬ﺎﻠﹶﺎﻝﹶ‬‫‪‬ﺍﻟﻪ‪‬ﻨ‪‬ﺑ‪‬ﺒﹺ‪‬ﻴ‪‬ﻌ‪‬ﻲﻋ‪‬ﻨ‪‬ﺔﻪﹲ‪‬ﻣ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬ ‫‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‬
‫‪‬ﻲ‪‬ﻋ‪‬ﻲ‪)‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻦﻘ‪‬‬
‫ﻚﺿ‪‬ﺔﹶ‪‬‬
‫ﺴ‪‬ﺎﺭ‪‬ﻓﻋ‪‬‬
‫ﹶ‪‬‬‫‪‬ﺍﻟﻣﺓ‪‬ﺎ‬
‫ﺲﻟ‪‬‬ ‫ﺕ‪‬ﹺ‪‬ﻈ‪‬ﺑ‪‬ﻫ‪‬ﻭ‪‬ﺮ‪‬ﻟﹶﻦﻳ‪‬ﻴ‪‬ﹺ‪‬ﺮ‪‬‬ ‫ﹺﻲ‬
‫ﺲﺘ‪‬‬‫ﺃﹶﻣﻋ‪‬ﻋ‪‬ﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻦﻦ‪‬ﻪ‪‬ﺃﹶﻣﺃﹶ‪‬ﻧ‪‬ﺑ‪‬ﺎﻓﹶﺎﻧ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﻋ‪‬ﺘ‪(‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹶ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪‬ﺇﹺﺫﹶﺍ‪‬ﺃﹸﺳ‪‬ﻨﹺﺪ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹶﻣ‪‬ﺮ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻰ‪‬ﻏﹶﻴ‪‬ﺮﹺ‪‬‬‫ﺍﻟﹾﺣ‪‬ﺄﹶﺒ‪‬ﻣ‪‬ﺎﺸ‪‬ﻧ‪‬ﺔﻲﹸ‪‬ﻓﹶﺎﻛﹶﻧ‪‬ﺄﹶﺘ‪‬ﻥﻈ‪‬ﱠ‪‬ﺮﺭ‪‬ﺃﹾ‪‬ﺍﻟﺳ‪‬ﻪﺴ‪‬ﺎﺯ‪‬ﻋ‪‬ﺑﹺﻴﺔﺒ‪‬ﹶ‪‬ﺔﻗﹲ‪‬ﹶﺎ)ﻝﹶ‪‬ﻛﹶﻴ‪‬ﻒ‪‬ﺇﹺﺿ‪‬ﺎ‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﻤ‪‬ﻞﹶ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﻟﻴ‪‬ﻪﺴ‪‬ﺎﻭ‪‬ﻋ‪‬ﺳ‪‬ﺔﹶﻠﱠ‪)‬ﻢ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪‬ﺍﺳ‪‬ﻤ‪‬ﻌ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ(‬ ‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﺘ‪‬ﻠﱠ‪‬ﻪﻈ‪‬ﺮﻋ‪‬ﻠﹶ‬ ‫‪‬ﺍﻟﻏﹶﻨ‪‬ﻴ‪‬ﺒﹺﺮﻲﹺ‪‬ﺃﹶ‪‬ﻫ‪‬ﺻ‪‬ﻠ‪‬ﻠﻪ‪‬ﻓ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﹶﺎ(ﻧ‪‬‬ ‫ﻚﺮﺔﹶ‪‬ﺇﹺﻋ‪‬ﻟﹶ‪)‬ﻦﻰ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﻣ‪‬ﺍ‪‬ﺎﹾﻟ‪‬ﺴﺄﹶ‪‬ﺎﻣ‪‬ﻋ‪‬‬
‫ﺲﺘ‪‬ﹺ‪‬ﻭ‪‬ﻈ‪‬ﺑ‪‬ﺮﺳ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺪ‬
‫ﺃﹶﻗﻋ‪‬ﹶﺎﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻦﻝﻪ‪‬ﹶ‪‬ﺃﹶ‪‬ﺇﹺﻧ‪‬ﻓﺫﹶﺎﻧ‪‬ﹶﺍ‪‬‬
‫‪“Abu Hurairah berkata: rasulullah‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ(‪‬‬ ‫‪Bersabda:‬ﺔﹲ‪saw.)‬‬ ‫‪“jika‬ﻲ‪‬ﻛﹶﺄﹶﻥﱠ‪‬ﺭ‪‬ﺃﹾﺳ‪‬ﻪ‪‬ﺯ‪‬ﺑﹺﻴﺒ‪‬‬ ‫ﺣ‪‬ﺒ‪‬ﺸ‪‬‬
‫‪kepercayaan dilalaikan maka tunggulah waktunya. Sahabat‬‬
‫‪bertanya:‬ﹶ‪‬‬
‫ﺖ‬
‫ﹾ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺿﺘ‪‬ﻴ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﻤ‪‬ﻞ‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﺫﻥﹶﺍ‪‬‬
‫‪bagaimana‬ﻌﺳ‪‬ﻠﱠ‬
‫‪‬ﻴﻭ‪‬‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﻠﹶﻭ‪‬ﻴ‪‬ﺃﹶﻪﻃ‬
‫ﱠﻰﺳ‪‬ﺍﻟﻤ‪‬ﻠﱠﻌﻪ‪ ‬ﻋ‪‬‬
‫‪melalaikan‬ﻗ‪‬ﹶﺎﺻ‪‬ﻝﻠﹶ‪‬ﺍ‬
‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻗﻠﱠﹶﺎﻪﻝ‪‬ﹶ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﺭ‪‬ﻴ‪‬ﻪﺳ‪‬ﻮﻭ‪‬ﻝﹸﺳ‪‬ﻠﱠ‪‬ﺍﻟﻢﻠﱠﻪ‪‬‬
‫‪kepercayaan‬ﻝﹶ ‪‬‬
‫ﺻ‪‬ﻗﻠﹶﺎ‬
‫‪‬ﺍﻟﻪﻨ‪‬ﺒﹺ‪‬ﻲﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻪ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﹶ‪‬ﺭ‪‬ﻚﺿ‪‬ﻋ‪‬ﻲﻦ‬ ‫‪tersebut?.‬ﹺ‪‬ﺮ‪‬ﻣﺓ‪‬ﺎﻟ‪‬‬
‫ﺲ‪‬ﹺ‪‬ﺑ‪‬ﻫ‪‬ﺮ‪‬ﻦﻳ‪‬‬ ‫ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺑﹺﻲ‬
‫‪Rasulullah‬ﹺ‪‬‬
‫‪saw.‬ﺍﻟﹾﺄﹶﻣ‪‬ﺮ‪‬ﺇﹺﻟﹶﻰ‪‬ﻏﹶﻴ‪‬ﺮ‬ ‫‪Menjawab:‬ﹶﺍ‪‬ﺃﹸﺳ‪‬ﻨﹺﺪ‬
‫‪jika‬ﻮﻝﹶ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪‬ﺇﹺﺫ‬ ‫‪suatu‬ﺎ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱﻋ‪‬ﺘ‪(‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻳ‬
‫‪perkara‬ﺿ‪‬ﺎ‬
‫‪)diserahkan‬ﻝﹶ‪‬ﻛﹶﻴ‪‬ﻒ‪‬ﺇﹺ‬ ‫‪kepada‬ﺄﹶﺘ‪‬ﻥﻈ‪‬ﱠ‪‬ﺮﺭ‪‬ﺃﹾ‪‬ﺍﻟﺳ‪‬ﻪﺴ‪‬ﺎﺯ‪‬ﻋ‪‬ﺑﹺﻴﺔﺒ‪‬ﹶ‪‬ﺔﻗﹲ‪‬ﹶﺎ‬
‫ﺍﻟﹾﺣ‪‬ﺄﹶﺒ‪‬ﻣ‪‬ﺎﺸ‪‬ﻧ‪‬ﺔﻲﹸ‪‬ﻓﹶﺎﻛﹶﻧ‪‬‬
‫)‪bukan ahlinya, maka tunggulah waktunya”. (H.R. Bukhari‬‬
‫ﺃﹶﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻪ‪‬ﻓﹶﺎﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻈ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻟﺴ‪‬ﺎﻋ‪‬ﺔﹶ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ(‪‬‬
‫‪8. Hadis Nabi saw:‬‬
‫ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺲﹺ‪‬ﺑ‪‬ﻦﹺ‪‬ﻣ‪‬ﺎﻟ‪‬ﻚ‪‬ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺒﹺﻲ‪‬ﺻ‪‬ﻠﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﻢ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪‬ﺍﺳ‪‬ﻤ‪‬ﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﻤ‪‬ﻞﹶ‪‬‬
‫ﺣ‪‬ﺒ‪‬ﺸ‪‬ﻲ‪‬ﻛﹶﺄﹶﻥﱠ‪‬ﺭ‪‬ﺃﹾﺳ‪‬ﻪ‪‬ﺯ‪‬ﺑﹺﻴﺒ‪‬ﺔﹲ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ(‪‬‬
‫‪“Dari Anas bin Malik RA, dari nabi saw., ia bersabda:‬‬
‫‪”Dengarkanlah dan taatilah walaupun ....‬‬

‫‪797‬‬
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

9. Hadis Nabi saw:

‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻴﻬﹺﻢ‬‫ﻓ‬‫ﺃﹶﻥﱠ‬‫ﻠﹶﻢ‬‫ﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬‫ﻼ‬‫ﺟ‬‫ﺭ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻞﹶ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻓﹶﺎﺳ‬‫ﺌﹰﺎ‬‫ﻴ‬‫ﺷ‬‫ﲔ‬‫ﻤ‬‫ﻠ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ِ‫ﺍﺀ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹸﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻟﱠﻰ‬‫ﻮ‬‫ﺗ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
‫ﻴﻊ‬‫ﻤ‬‫ﺟ‬‫ﻭ‬ ‫ﻮﻟﹶﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ ‫ﺎﻥﹶ‬‫ﺧ‬ ‫ﻓﹶﻘﹶﺪ‬ ،‫ﻪ‬‫ﻮﻟ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬ ‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ ‫ﺎﺏﹺ‬‫ﺘ‬‫ﺑﹺﻜ‬ ‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻠﹶﻢ‬‫ﺃﹶﻋ‬‫ﻭ‬ ‫ﻚ‬‫ﺑﹺﺬﹶﻟ‬ ‫ﻟﹶﻰ‬‫ﺃﹶﻭ‬
(‫ﺍﻟﻄﱪﺍﱐ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬،‫ﻨﹺﲔ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
“Barangsiapa memilih seorang pemimpin padahal ia tahu ada
orang lain yang lebih pantas untuk dijadikan pemimpin dan lebih
faham terhadap kitab Allah dan sunnah rasulNya, maka ia telah
mengkhianati Allah, rasulNya, dan semua orang beriman” (HR.
At-Thabrani)

10. Hadis Nabi saw:


‫ﻓﺒﻘﻠﺒﻪ‬ ‫ﻳﺴﺘﻄﻊ‬ ‫ﱂ‬ ‫ﻓﺈﻥ‬ ‫ﻓﺒﻠﺴﺎﻧﻪ‬ ‫ﻳﺴﺘﻄﻊ‬ ‫ﱂ‬ ‫ﻓﺈﻥ‬ ‫ﺑﻴﺪﻩ‬ ‫ﻓﻠﻴﻐﲑﻩ‬ ‫ﻣﻨﻜﺮﺍ‬  ‫ﻣﻨﻜﻢ‬ ‫ﺭﺃﻯ‬ ‫ﻣﻦ‬
(‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫ﺍﻹﳝﺎﻥ)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺃﺿﻌﻒ‬‫ﻭﺫﻟﻚ‬
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran maka
ubahlah dengan tangan, jika tidak mampu maka dengan lisan,
‫ﹶﻰ‬ ‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﺔﹸ‬‫ﺍﻟﻄﱠﺎﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻊ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻠﱠﻰ‬‫ﺻ‬‫ﺒﹺﻲ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻲ‬‫ﺿ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
‫ﻓﺒﻘﻠﺒﻪ‬
jika tidak ‫ﻳﺴﺘﻄﻊ‬ ‫ﱂ‬ ‫ﻓﺈﻥ‬ ‫ﻓﺒﻠﺴﺎﻧﻪ‬
mampu (juga) maka ‫ﻳﺴﺘﻄﻊ‬dengan‫ﱂ‬ ‫ﻓﺈﻥ‬ ‫ﺑﻴﺪﻩ‬ hati,‫ﻓﻠﻴﻐﲑﻩ‬
yang‫ﻣﻨﻜﺮﺍ‬  ‫ﻣﻨﻜﻢ‬adalah
demikian ‫ﺭﺃﻯ‬ ‫ﻣﻦ‬
‫ﹶﺎ‬iman
‫ﻟ‬‫ﻭ‬‫ﻊ‬‫ﻤ‬‫ﺳ‬yang
‫ﻓﹶﻠﹶﺎ‬‫ﺔ‬paling
‫ﻴ‬‫ﺼ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫ﺮ‬lemah”
‫ﺃﹸﻣ‬‫ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‬‫ﺔ‬‫(ﻴ‬HR.
‫ﺼ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﻤ‬Muslim)
‫ﺮ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻳ‬‫ﻟﹶﻢ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺮﹺﻩ‬‫ﻭ‬‫ﺐ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻓ‬‫ﻢﹺ‬‫ﻠ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ِ‫ﺀ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
(‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫ﺍﻹﳝﺎﻥ)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺃﺿﻌﻒ‬‫ﻭﺫﻟﻚ‬
(‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺔﹶ‬‫ﻃﹶﺎﻋ‬
11. Hadis Nabi saw:
‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﺔﹸ‬‫ﺍﻟﻄﱠﺎﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻊ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻠﱠﻰ‬‫ﺻ‬‫ﺒﹺﻲ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻲ‬‫ﺿ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
‫ﻳﻜﻮﻧﻮﻥ‬‫ﻟﺜﻼﺛﺔ‬‫ﳛﻞ‬‫»ﻻ‬ :‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﻟﻨﱯ‬‫ﺃﻥ‬،‫ﻋﻤﺮﻭ‬‫ﺑﻦ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻋﺒﺪ‬‫ﻋﻦ‬
‫ﻓﺒﻘﻠﺒﻪ‬
‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻊ‬‫ﻳﺴﺘﻄﻊﻤ‬
‫ﺳ‬‫ﻓﹶﻠﹶﺎ‬‫ﺔ‬‫ﱂﻴ‬‫ﻓﺈﻥﺼ‬
‫ﻌ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫ﻓﺒﻠﺴﺎﻧﻪﺮ‬
‫ﺃﹸﻣ‬‫ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻳﺴﺘﻄﻊ‬
‫ﺔ‬‫ﻴ‬‫ﺼ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫ﱂ‬‫ﺮ‬‫ﻓﺈﻥﻣ‬
‫ﺆ‬‫ﻳ‬‫ﺑﻴﺪﻩﻢ‬
‫ﻟﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻓﻠﻴﻐﲑﻩﻩ‬
‫ﻛﹶﺮﹺ‬‫ﻭ‬‫ﻣﻨﻜﺮﺍﺐ‬
‫ﺃﹶﺣ‬‫ﺎ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻓ‬‫ﹺ‬
‫ﻣﻨﻜﻢ‬
‫ﻢ‬‫ﻠ‬‫ﺴ‬‫ﺭﺃﻯﻤ‬
‫ﺍﻟﹾ‬ِ‫ﺀ‬‫ﻣﻦﺮ‬
‫ﺍﻟﹾﻤ‬
(‫ﺃﲪﺪ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬.«‫ﺃﺣﺪﻫﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻬﻢ‬‫ﺃﻣﺮﻭﺍ‬‫ﺇﻻ‬‫ﺍﻷﺭﺽ‬‫ﻣﻦ‬‫ﺑﻔﻼﺓ‬
(‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬)(‫ﺍﻹﳝﺎﻥ‬‫ﺃﺿﻌﻒ‬‫ﻭﺫﻟﻚ‬
‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺔﹶ‬‫ﻃﹶﺎﻋ‬
“Dari Abdullah RA, nabi saw. bersabda: “seorang muslim akan
‫ﰲ‬‫ﺛﻼﺛﺔ‬‫ﻛﻨﺘﻢ‬‫ﺇﺫﺍ‬
mendengar dan ":‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﺍﳋﺪﺭﻱ‬‫ﺳﻌﻴﺪ‬‫ﺃﰊ‬‫ﻋﻦ‬
patuh terhadap (perintah) yang dia suka atau
‫ﹶﻰ‬ ‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﺔﹸ‬‫ﱠﺎﻋ‬selagi
‫ﺍﻟﻄ‬‫ﻭ‬‫ﻊ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬ia‫ﺍﻟ‬‫»ﹶ‬
‫ﻳﻜﻮﻧﻮﻥ‬‫ﻟﺜﻼﺛﺔ‬‫ﳛﻞ‬‫ﻻ‬
benci ‫ﻝ‬tidak
‫ﻗﹶﺎ‬:‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﻟﻨﱯ‬‫ﺃﻥ‬،‫ﻋﻤﺮﻭ‬‫ﺑﻦ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻋﺒﺪ‬‫ﻋﻦ‬
‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬diperintah
‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻠﱠﻰ‬‫ﺻ‬terhadap
‫ﺒﹺﻲ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬kemaksiatan,
‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻲ‬‫ﺿ‬‫ﺭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬jika
‫ﻦ‬‫ﻋ‬
diperintah (untuk melakukan) maksiat (‫ﺣﺒﺎﻥ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬ maka )"‫ﺃﺣﺪﻛﻢ‬‫ﻓﻠﻴﺆﻣﻜﻢ‬‫ﺳﻔﺮ‬
tidak (harus)
‫ﹶﺎ‬mendengar
‫ﻟ‬‫ﻭ‬‫ﻊ‬‫ﻤ‬‫ﺳ‬‫ﻓﹶﻠﹶﺎ‬‫ﺔ‬‫ﻴ‬dan
‫ﺼ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﻤ‬menaati
‫ﺮ‬‫ﻣ‬‫ﺃﹸ‬‫ﹶﺍ‬(‫ﺃﲪﺪﺫ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬
‫ﻓﹶﺈﹺ‬‫(ﺔ‬perintah
‫ﻴ‬‫ﺼ‬‫ﻌ‬‫)ﻤ‬.
‫ﺑﹺ‬‫ﺮ‬«‫ﻣ‬‫ﺃﺣﺪﻫﻢﺆ‬‫ﻋﻠﻴﻬﻢ‬‫ﻣﺮﻭﺍ‬
‫ﻳ‬tersebut).
‫ﻟﹶﻢ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺮﹺﻩ‬‫ﻭ‬(HR.
‫ﺐ‬‫ﺃﺣ‬‫ﺇﻻ‬‫ﺍﻷﺭﺽ‬‫ﻣﻦ‬‫ﺑﻔﻼﺓ‬
‫ﺃﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬Al-Bukhari)
‫ﻴ‬‫ﻓ‬‫ﻢﹺ‬‫ﻠ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ِ‫ﺀ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
(‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺔﹶ‬‫ﻃﹶﺎﻋ‬
12. ‫ﰲ‬‫ﺛﻼﺛﺔ‬‫ﻛﻨﺘﻢ‬‫ﺇﺫﺍ‬
Hadis Nabi saw: ":‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﺍﳋﺪﺭﻱ‬‫ﺳﻌﻴﺪ‬‫ﺃﰊ‬‫ﻋﻦ‬
‫ﻳﻜﻮﻧﻮﻥ‬‫ﻟﺜﻼﺛﺔ‬‫ﳛﻞ‬‫»ﻻ‬ :‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﻟﻨﱯ‬‫ﺃﻥ‬،‫ﻋﻤﺮﻭ‬‫ﺑﻦ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻋﺒﺪ‬‫ﻋﻦ‬
(‫ﺣﺒﺎﻥ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫ﺃﺣﺪﻛﻢ")ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻓﻠﻴﺆﻣﻜﻢ‬‫ﺳﻔﺮ‬
(‫ﺃﲪﺪ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬.«‫ﺃﺣﺪﻫﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻬﻢ‬‫ﺃﻣﺮﻭﺍ‬‫ﺇﻻ‬‫ﺍﻷﺭﺽ‬‫ﻣﻦ‬‫ﺑﻔﻼﺓ‬
“Dari Abdullah bin ‘Amr RA, sesungguhnya nabi saw. bersabda:
“tidak halal bagi tiga orang yang bepergian kecuali mereka
‫ﰲ‬‫ﺛﻼﺛﺔ‬‫ﻛﻨﺘﻢ‬‫ﺇﺫﺍ‬
mengangkat ": di ‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﺍﳋﺪﺭﻱ‬‫ﺳﻌﻴﺪ‬‫ﺃﰊ‬‫ﻋﻦ‬
antara mereka seorang pemimpin” (HR.
Ahmad) (‫ﺣﺒﺎﻥ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫ﺃﺣﺪﻛﻢ")ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻓﻠﻴﺆﻣﻜﻢ‬‫ﺳﻔﺮ‬

798
‫ﻃﹶﺎﻋ‪‬ﺔﹶ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ(‪‬‬

‫ﻋﻦ‪‬ﻋﺒﺪ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺑﻦ‪‬ﻋﻤﺮﻭ‪،‬ﺃﻥ‪‬ﺍﻟﻨﱯ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻗﺎﻝ‪» :‬ﻻ‪‬ﳛﻞ‪‬ﻟﺜﻼﺛﺔ‪‬ﻳﻜﻮﻧﻮﻥ‪‬‬
‫‪HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA‬‬
‫ﺑﻔﻼﺓ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻷﺭﺽ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺃﻣﺮﻭﺍ‪‬ﻋﻠﻴﻬﻢ‪‬ﺃﺣﺪﻫﻢ«‪).‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﲪﺪ(‪‬‬
‫‪13. Hadits Nabi saw :‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰊ‪‬ﺳﻌﻴﺪ‪‬ﺍﳋﺪﺭﻱ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪":‬ﺇﺫﺍ‪‬ﻛﻨﺘﻢ‪‬ﺛﻼﺛﺔ‪‬ﰲ‪‬‬
‫ﺳﻔﺮ‪‬ﻓﻠﻴﺆﻣﻜﻢ‪‬ﺃﺣﺪﻛﻢ")ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﺣﺒﺎﻥ(‪‬‬
‫‪“Dari Abu Said Al-Khudry RA, rasulullah saw. bersabda: “jika‬‬
‫‪kalian bertiga dalam bepergian, maka angkatlah pemimpin di‬‬
‫)‪antara kalian” (HR. Ibn Hibban‬‬

‫‪14. Pernyataan Abu Bakar RA. ketika pidato pertama setelah‬‬


‫‪ditetapkan sebagai khalifah:‬‬
‫"ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺃﺣﺴﻨﺖ‪‬ﻓﺄﻋﻴﻨﻮﱐ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﺃﺳﺄﺕ‪‬ﻓﻘﻮﻣﻮﱐ‪...‬ﺃﻃﻴﻌﻮﱐ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺃﻃﻌﺖ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻴﻜﻢ‪‬‬
‫ﻓﺄﻥ‪‬ﻋﺼﻴﺘﻪ‪‬ﻓﻼ‪‬ﻃﺎﻋﺔ‪‬ﱄ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ"‪‬‬
‫‪“Wahai sekalian manusia, jika aku dalam kebaikan maka‬‬
‫‪bantulah aku dan jika aku buruk maka ingatkanlah aku ... taatilah‬‬
‫‪aku selagi aku menyuruh kalian‬‬ ‫‪"....‬‬ ‫ﻣﻦ‪‬ﺭﺃﻯ‪‬ﻣﻨﻜﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻋﻮﺟﺎﺟﺎ‪‬ﻓﻠﻴﻘﻮﻣﻮﱐ‬
‫‪taat‬‬ ‫"‪pada Allah, dan jika aku‬‬
‫ﺃﻃﻴﻌﻮﱐ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺃﻃﻌﺖ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻴﻜﻢ‪‬‬ ‫ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺃﺣﺴﻨﺖ‪‬ﻓﺄﻋﻴﻨﻮﱐ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﺃﺳﺄﺕ‪‬ﻓﻘﻮﻣﻮﱐ‪...‬‬
‫‪memerintahkan kemaksiatan‬‬ ‫”‪maka jangaan taati aku‬‬ ‫"‬
‫ﻓﺄﻥ‪‬ﻋﺼﻴﺘﻪ‪‬ﻓﻼ‪‬ﻃﺎﻋﺔ‪‬ﱄ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ"‪‬‬
‫ﺃﻃﻴﻌﻮﱐ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺃﻃﻌﺖ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻴﻜﻢ‪15. ‬‬
‫‪Pernyataan Umar...‬‬ ‫ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺃﺣﺴﻨﺖ‪‬ﻓﺄﻋﻴﻨﻮﱐ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﺃﺳﺄﺕ‪‬ﻓﻘﻮﻣﻮﱐ‪‬‬
‫‪ketika‬‬ ‫‪dikukuhkan sebagai‬‬ ‫"‪Khalifah,‬‬
‫ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‪‬ﺣﻜﻢ‪‬ﺍﳌﻘﺎ‪‬ﺻﺪ‪‬‬
‫‪beliau berpidato:‬‬ ‫ﻓﺄﻥ‪‬ﻋﺼﻴﺘﻪ‪‬ﻓﻼ‪‬ﻃﺎﻋﺔ‪‬ﱄ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ"‪‬‬
‫"ﻣﻦ‪‬ﺭﺃﻯ‪‬ﻣﻨﻜﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻋﻮﺟﺎﺟﺎ‪‬ﻓﻠﻴﻘﻮﻣﻮﱐ‪"....‬‬
‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ‪‬ﺍﻹﺑﺎﺣﺔ‪‬ﺣﱴ‪‬ﻳﺪﻝ‪‬ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‪‬‬
‫ﺃﻃﻴﻌﻮﱐ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺃﻃﻌﺖ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻴﻜﻢ‪‬‬
‫‪“Barangsiapa di antara‬‬ ‫ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺃﺣﺴﻨﺖ‪‬ﻓﺄﻋﻴﻨﻮﱐ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﺃﺳﺄﺕ‪‬ﻓﻘﻮﻣﻮﱐ‪...‬‬
‫"‪kalian melihat aku dalam ketidaklurusan‬‬
‫”‪maka luruskanlah aku...‬‬ ‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﺭﺃﻯ‪‬ﻣﻨﻜﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻋﻮﺟﺎﺟﺎ‪‬ﻓﻠﻴﻘﻮﻣﻮﱐ‪"....‬‬
‫"ﻓﺄﻥ‪‬ﻋﺼﻴﺘﻪ‪‬ﻓﻼ‪‬ﻃﺎﻋﺔ‪‬ﱄ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ"‪‬‬
‫"ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‪‬ﺣﻜﻢ‪‬ﺍﳌﻘﺎ‪‬ﺻﺪ‪‬‬
‫ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺃﺣﺴﻨﺖ‪‬ﻓﺄﻋﻴﻨﻮﱐ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﺃﺳﺄﺕ‪‬ﻓﻘﻮﻣﻮﱐ‪...‬ﺃﻃﻴﻌﻮﱐ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺃﻃﻌﺖ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻴﻜﻢ‪‬‬
‫‪16. Kaedah Fiqhiyyah:‬‬
‫ﻓﺄﻥ‪‬ﻋﺼﻴﺘﻪ‪‬ﻓﻼ‪‬ﻃﺎﻋﺔ‪‬ﱄ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ"‪‬‬
‫‪‬‬ ‫"ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‪‬ﺣﻜﻢ‪‬ﺍﳌﻘﺎ‪‬ﺻﺪ‪‬‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‬
‫ﻣﻦ‪‬ﺭﺃﻯ‪‬ﻣﻨﻜﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻋﻮﺟﺎﺟﺎ‪‬ﻓﻠﻴﻘﻮﻣﻮﱐ‪"....‬‬
‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ‪‬ﺍﻹﺑﺎﺣﺔ‪‬ﺣﱴ‪‬ﻳﺪﻝ‪‬ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‪‬‬
‫‪17. Kaedah Fiqhiyyah:‬‬
‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪‬‬
‫"ﻣﻦ‪‬ﺭﺃﻯ‪‬ﻣﻨﻜﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻋﻮﺟﺎﺟﺎ‪‬ﻓﻠﻴﻘﻮﻣﻮﱐ‪"....‬‬
‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ‪‬ﺍﻹﺑﺎﺣﺔ‪‬ﺣﱴ‪‬ﻳﺪﻝ‪‬ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‪‬‬
‫‪“Pada dasarnya segala sesuatu itu adalah‬‬‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﻢ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﻭﺍﺟﺐ‪‬‬
‫‪boleh‬‬‫ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‪‬ﺣﻜﻢ‪‬ﺍﳌﻘﺎ‪‬ﺻﺪ‪‬‬
‫‪sampai ada dalil‬‬
‫”‪yang menunjukkan keharamannya‬‬‫‪‬‬ ‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‬
‫ﺍﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺃﺧﻒ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‪‬‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‪‬‬
‫ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‪‬ﺣﻜﻢ‪‬ﺍﳌﻘﺎ‪‬ﺻﺪ‬
‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ‪‬ﺍﻹﺑﺎﺣﺔ‪‬ﺣﱴ‪‬ﻳﺪﻝ‪‬ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‪‬‬
‫‪18. Kaedah Fiqhiyyah :‬‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‪‬‬
‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺪﺭﻙ‪‬ﻛﻠﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﺮﻙ‪‬ﻛﻠﻪ‪‬‬
‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪‬‬
‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ‪‬ﺍﻹﺑﺎﺣﺔ‪‬ﺣﱴ‪‬ﻳﺪﻝ‪‬ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﻢ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﻭﺍﺟﺐ‬
‫‪“Tidak diingkari adanya perubahan hukum sebab adanya‬‬
‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪perubahan waktu dan tempat”‬‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎﺣ‪‬ﺮ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺔ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺳ‪‬ﺔ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻧ‪‬ﻴ‪‬ﺎ‪،‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻘﹾﺪ‪‬ﻫ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻤ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸﻮﻡ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬‬ ‫ﺍﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺃﺧﻒ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‪‬ﺍﻟ‪‬ﻨ‪‬ﺒ‪‬ﻮ‪‬ﺓ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬‬
‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﻢ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﻭﺍﺟﺐ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔﹸ‪‬ﻣ‪‬ﻮ‪‬ﺿ‪‬ﻮﻋ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻟ‪‬ﺨ‪‬ﻠﹶﺎﻓﹶﺔ‬
‫‪19. Kaedah Fiqhiyyah:‬‬ ‫ﺍﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺃﺧﻒ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‪‬ﻉﹺ‪‬‬
‫ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹸﻣ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺟﹺﺐ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺈﹺﺟ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‬
‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺪﺭﻙ‪‬ﻛﻠﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﺮﻙ‪‬ﻛﻠﻪ‪‬‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‪‬‬
‫‪“Penetapan hukum tergantung ada-tidaknya‬‬ ‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﻢ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﻭﺍﺟﺐ‪‬‬
‫”‪‘illat‬‬
‫‪‬ﻛﻠﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﺮﻙ‪‬ﻛﻠﻪ‪‬ﺿ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‪‬ﻛﹶﺎﻟﹾﺠﹺﻬ‪‬ﺎﺩ‪‬ﻭ‪‬ﻃﹶﻠﹶﺐﹺ‪‬ﺍﻟﹾﻌ‪‬ﻠﹾﻢﹺ‪،‬ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‪‬ﻗﹶﺎﻡ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺪﺭﻙﻭ‪‬ﺟ‪‬ﻮﺏ‪‬ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪‬ﻓﹶﻔﹶﺮ‪‬‬ ‫ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‪‬ﺛﹶﺒ‪‬ﺖ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﺱﻘﹺ‪‬ﻓﹶﹸﻮﺮﻡﹺﻳ‪‬ﻘﺑﹺﹶﺎﻬﻥ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﺍﻟﻤ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻦ‪‬ﻳ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪،‬ﺧ‪‬ﻭ‪‬ﺮ‪‬ﻋ‪‬ﻘﹾﺝ‪‬ﺪ‪‬ﻣ‪‬ﻫﻦ‬ ‫‪‬ﺍﻟ‪‬ﺎ‪‬ﺪ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﻴﺣ‪‬ﺪ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﻭ‪‬ﺪﺇﹺ‪‬ﻳﻥﻦﹾ‪‬ﹺ‪‬ﻟﹶﻭ‪‬ﻢ‪‬ﺳ‪‬ﻳ‪‬ﻴﻘﹸ‪‬ﺎﻢﺳ‪‬ﺑﹺﺔﻬ‬ ‫‪‬‬ ‫ﺍﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺃﺧﻒ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‬
‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﻢ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﻭﺍﺟﺐﻜ‪‬ﺣ‪‬ﻔﺮ‪‬ﹶﺎ‪‬ﺍﻳ‪‬ﺔﺳ‪‬ﺔ‬
‫‪،‬‬ ‫‪‬ﻲ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﻟﻬﻨ‪‬ﺒ‪‬ﺎ‪‬ﻮ‪‬ﻋ‪‬ﺓﻠ‪‬ﻓ‬
‫ﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﺳ‪‬ﺔﻘﹶﹲ‪‬ﻟ‪‬ﻂﺨ‪‬ﹶ‪‬ﻠﻓﹶﹶﺎﻓﹶﺮ‪‬ﺔﺿ‪‬‬
‫ﺿ‪‬ﻮ‬
‫ﺍﻟﹾﻫ‪‬ﺈﹺﻮﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﻣ‪‬ﺔﻦﹸ‪‬ﻣ‪‬ﺃﹶﻮ‪‬ﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻬ‬
‫‪799‬‬
‫ﺐ‪‬ﺎ‪‬‬ ‫ﺍﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺃﺧﻒ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦﺭﹺ‪‬ﻉﹺ‪‬‬
‫ﹸ‪‬ﺍﺑﻟﹺﺎ‪‬ﺎﻟﹾﺈﹺﺧ‪‬ﺘ‪‬ﺟ‪‬ﻴ‪‬ﺎﻤ‪‬ﺎ‬
‫‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﹾﺣ‪‬ﺄﹸﺪ‪‬ﻣ‪‬ﻫ‪‬ﺔ‪‬ﻤﻭ‪‬ﺍﺟﹺﺐ‪‬‬ ‫ﻓ‬
‫ﺼ‪‬ﺑﹺﻬ‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﻘﻨ‪‬ﹸﻮﺘ‪‬ﻡ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪،‬ﻞﻭ‪‬ﹸ‪‬ﺍﻟﹾﻋ‪‬ﺈﹺﻘﹾﻣﺪ‪‬ﺎﻣ‪‬ﻫﺔ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻤ‪‬ﺣ‪‬ﺘﻦ‪‬ﻳ‪‬‬
‫ﹺﻲ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﻧﺪ‪‬ﻧ‪‬ﻴ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾﻦﺄﹸﹺ‪‬ﻣ‪‬ﻭ‪‬ﺔ‪‬ﺳ‪‬ﻴ‪‬ﺎ‪.‬ﺳ‪‬ﻭﺔ‪‬ﺍﻟﺜﱠﺎ‬
‫‪‬ﺍﻟﻣﺪ‪‬ﻳ‬‫‪‬ﻭﺍ‪‬ﺇﺔﻣ‪‬ﺎ‬
‫‪‬ﻲ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺣ‪‬ﺭﺮ‪‬ﺍﺳ‪‬‬ ‫‪‬ﻰ‪‬ﻓﻳ‪‬ﺨ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﻟ‪‬ﻨ‪‬ﺒ‪‬ﺣ‪‬ﺘﻮ‪‬‬
‫‪‬ﻛﻠﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﺮﻙ‪‬ﻛﻠﻪﺓ‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﺿﺃﹶ‪‬ﻮﻫ‪‬ﻋ‪‬ﻞﺔﹲ‪‬ﻟ‪‬ﺨ‪‬ﻠﹶﺎﻓﹶﺔ‬ ‫‪:‬ﺃﹶﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔﹸ‪‬ﻣ‪‬ﻮ‬
‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺪﺭﻙ‪‬‬ ‫ﺍﻟﹾﺈﹺ‬
‫‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﹾﻫ‪‬ﺄﹸﻣ‪‬ﻢ‪‬ﺔﻟ‪‬ﻠﹾﺈﹺﻭ‪‬ﺍﻣ‪‬ﺎﺟﹺﻣ‪‬ﺔﺐ‪،‬ﺑﹺﺎ‪‬ﻟﹾﺈﹺﺟ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻉﹺ‪‬‬ ‫ﺃﹶﻓﺣ‪‬ﺪ‪‬‬
‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﺭﺃﻯ‪‬ﻣﻨﻜﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻋﻮﺟﺎﺟﺎ‪‬ﻓﻠﻴﻘﻮﻣﻮﱐ‪"....‬‬
‫"ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‪‬ﺣﻜﻢ‪‬ﺍﳌﻘﺎ‪‬ﺻﺪ‪‬‬
‫ﻓﺄﻥ‪‬ﻋﺼﻴﺘﻪ‪‬ﻓﻼ‪‬ﻃﺎﻋﺔ‪‬ﱄ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ"‪‬‬

‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ‪‬ﺍﻹﺑﺎﺣﺔ‪‬ﺣﱴ‪‬ﻳﺪﻝ‪‬ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‪‬‬
‫"ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‪‬ﺣﻜﻢ‪‬ﺍﳌﻘﺎ‪‬ﺻﺪ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﺭﺃﻯ‪‬ﻣﻨﻜﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻋﻮﺟﺎﺟﺎ‪‬ﻓﻠﻴﻘﻮﻣﻮﱐ‪"....‬‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‪‬‬
‫‪KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009‬‬

‫ﺃﻃﻴﻌﻮﱐ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺃﻃﻌﺖ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻴﻜﻢ‪‬‬ ‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪‬‬
‫‪20. Kaedah‬‬ ‫‪Fiqhiyyah:...‬‬‫ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺃﺣﺴﻨﺖ‪‬ﻓﺄﻋﻴﻨﻮﱐ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﺃﺳﺄﺕ‪‬ﻓﻘﻮﻣﻮﱐ‪‬‬
‫"ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ‪‬ﺍﻹﺑﺎﺣﺔ‪‬ﺣﱴ‪‬ﻳﺪﻝ‪‬ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‬
‫ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‪‬ﺣﻜﻢ‪‬ﺍﳌﻘﺎ‪‬ﺻﺪ‪‬‬
‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﻢ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﻭﺍﺟﺐ‪‬‬
‫ﻓﺄﻥ‪‬ﻋﺼﻴﺘﻪ‪‬ﻓﻼ‪‬ﻃﺎﻋﺔ‪‬ﱄ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ"‪‬‬
‫‪”Apabila suatu kewajiban tidak‬‬ ‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪‬‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‪‬‬
‫‪dapat‬‬ ‫‪dilaksanakan secara‬‬
‫‪sempurna tanpa adanya sesuatu yang lain, maka‬‬ ‫ﺍﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺃﺧﻒ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‪‬‬
‫‪pelaksanaan‬‬
‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ‪‬ﺍﻹﺑﺎﺣﺔ‪‬ﺣﱴ‪‬ﻳﺪﻝ‪‬ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﺭﺃﻯ‪‬ﻣﻨﻜﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻋﻮﺟﺎﺟﺎ‪‬ﻓﻠﻴﻘﻮﻣﻮﱐ‪"....‬‬
‫‪sesuatu yang lain tersebut hukumnya‬‬ ‫”‪juga wajib‬‬ ‫"‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‬
‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﻢ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﻭﺍﺟﺐ‪‬‬
‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪‬‬
‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺪﺭﻙ‪‬ﻛﻠﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﺮﻙ‪‬ﻛﻠﻪ‪‬‬
‫‪21. Kaedah Fiqhiyyah:‬‬
‫ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‪‬ﺣﻜﻢ‪‬ﺍﳌﻘﺎ‪‬ﺻﺪ‬
‫ﺍﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺃﺧﻒ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‪‬‬
‫‪“dipilihnya‬ﺎ‪‬‬
‫‪kerusakan‬ﻫ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻤ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸﻮﻡ‪‬ﺑﹺﻬ‬
‫‪yang‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻧ‪‬ﻴ‪‬ﺎ‪،‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻘﹾﺪ‪‬‬
‫‪lebih‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺳ‪‬ﺔ‬
‫‪ringan‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬‬‫‪‬‬ ‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﻢ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﻭﺍﺟﺐ‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎﺣ‪‬ﺮ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺔ‬
‫‪jika‬ﻲ‪‬‬
‫‪ada‬ﻨ‪‬ﺒ‪‬ﻮ‪‬ﺓ‪‬ﻓ‬
‫‪dua‬ﻠﹶﺎﻓﹶﺔ‪‬ﺍﻟ‬
‫‪kerusakan‬ﻋ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻟ‪‬ﺨ‪‬‬
‫ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔﹸ‪‬ﻣ‪‬ﻮ‪‬ﺿ‪‬ﻮ‬
‫”‪berkumpul‬‬
‫ﺍﻷﺻﻞ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ‪‬ﺍﻹﺑﺎﺣﺔ‪‬ﺣﱴ‪‬ﻳﺪﻝ‪‬ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﺘﺤﺮﱘ‪‬‬
‫‪‬ﻛﻠﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﺮﻙ‪‬ﻛﻠﻪ‪‬‬
‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺪﺭﻙﺟﹺﺐ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺈﹺﺟ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‬
‫ﺍﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺃﺧﻒ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‪‬ﻉﹺ‪‬‬ ‫ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹸﻣ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‬
‫‪22. Kaedah Fiqhiyyah:‬‬ ‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﻢ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﻭﺍﺟﺐ‪‬‬
‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﺫﻤ‪‬ﹶﺍ‪‬ﻗﻦﹶﺎ‪‬ﻡﻳ‪‬ﻘﺑﹺﹸﻮﻬﻡ‪‬ﺎ‪‬ﺑﹺﻣ‪‬ﻬﻦ‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﹺ‪،‬ﻓﹶﺈﹺ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺠ‬
‫ﹺ‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬
‫‪‬ﻲ‪‬ﻋ‪‬ﺣ‪‬ﻠﺮ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺔ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺳ‪‬ﺔ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻧ‪‬ﻴ‪‬ﺎ‪،‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻘﹾﺪ‪‬ﻫ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻠ‬
‫ﹾ‬ ‫ﻌ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﹺ‪‬ﺍ‬ ‫ﺐ‬ ‫ﻠ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻃ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻭ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺩ‬ ‫‪‬ﺎ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻛ‬
‫ﹶ‬ ‫‪‬‬‫ﺔ‬ ‫ﻳ‬
‫‪‬‬ ‫ﹶﺎ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻜ‬
‫‪‬‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﺍ‬ ‫‪‬ﻛﻠﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﺮﻙ‪‬ﻛﻠﻪﺓ‪‬ﺿ‪‬ﻓﻬ‪‬ﺎ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﻓﹶﻨ‪‬ﺒ‪‬ﻔﹶﻮ‪‬ﺮ‪‬‬
‫ﺏﻟ‪‬ﺍﻟﹾﺨ‪‬ﺈﹺﻠﻣﹶﺎ‪‬ﺎﻓﹶﻣ‪‬ﺔﺔ‪‬‬ ‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺪﺭﻙﻭ‪‬ﺿﺟ‪‬ﻮ‪‬ﻮﻋ‪‬ﺔﹲ‪‬‬ ‫ﺖ‪‬ﻮ‪‬‬ ‫ﺍﻓﹶﻟﹾﺈﹺﺈﹺﺫﻣ‪‬ﺎﹶﺍ‪‬ﻣ‪‬ﺛﹶﺒ‪‬ﺔﹸ‪‬ﻣ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺃﺧﻒ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‬
‫‪“Sesuatu‬‬
‫‪yang‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎﺱﹺ‪‬ﻓﹶﺮﹺﻳﻘﹶﺎﻥ‬ ‫‪tidak‬ﺮ‪‬ﺝ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‬ ‫‪didapatkan‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺧ‪‬‬ ‫‪semua‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸﻢ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬‬ ‫‪(sesuai‬ﻟﹾﻜ‪‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‪،‬‬‫‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍ‬ ‫‪dengan‬‬
‫‪semuanya”.‬ﹺﺎﻟﹾﻂﺈﹺﹶ‪‬ﻓﹶﺟ‪‬ﺮ‪‬ﻤ‪‬ﺎﺿ‪‬ﻉﹺﻬ‪‬‬
‫‪idealisasi‬‬
‫‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﹾﻣ‪‬ﺄﹸﻦﻣ‪‬ﺔﺃﹶ‪‬ﻫ‪‬ﻭﻠ‪‬ﺍﻬﺟﹺ‪‬ﺎ‪‬ﺐﺳ‪‬ﻘﹶﺑ‬ ‫ﻓﻫ‪‬ﻮ‪‬‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‪dan kehendak kita), seyogyanya tidak‬‬ ‫‪ditinggalkan‬‬
‫ﺐ‪‬ﺎ‪‬‬‫ﺼ‪‬ﺑﹺﻬ‬‫‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﻘﻨ‪‬ﹸﻮﺘ‪‬ﻡ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪،‬ﻞﻭ‪‬ﹸ‪‬ﺍﻟﹾﻋ‪‬ﺈﹺﻘﹾﻣﺪ‪‬ﺎﻣ‪‬ﻫﺔ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻤﺣ‪‬ﺘﻦ‪‬ﻳ‪‬‬‫ﹺﻲ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬‬‫‪‬ﺍﻟﻧﺪ‪‬ﻧ‪‬ﻴ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾﻦﺄﹸﹺ‪‬ﻣ‪‬ﻭ‪‬ﺔ‪‬ﺳ‪‬ﻴ‪‬ﺎ‪.‬ﺳ‪‬ﻭﺔ‪‬ﺍﻟﺜﱠﺎ‬
‫‪‬ﺍﻟﻣﺪ‪‬ﻳ‬
‫‪‬ﻭﺍ‪‬ﺇﺔﻣ‪‬ﺎ‬
‫‪‬ﻲ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺣ‪‬ﺭﺮ‪‬ﺍﺳ‪‬‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﻓﻳ‪‬ﺨ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺒ‪‬ﺣ‪‬ﺘﻮ‪‬‬
‫ﹸ‪‬ﺍ‪‬ﻟ‪‬ﺎﺨ‪‬ﺧ‪‬ﻠﺘ‪‬ﹶﺎﻴﻓﹶ‪‬ﺎﺔﺭﹺ‪‬‬
‫‪‬ﻛﻠﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﺮﻙ‪‬ﻛﻠﻪﺓ‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﺿﺃﹶ‪‬ﻮﻫ‪‬ﻋ‪‬ﻞﺔﹲ‪‬‬ ‫‪:‬ﺃﹶﻣ‪‬ﺎﺣﻣ‪‬ﺔﺪ‪‬ﹸ‪‬ﻫ‪‬ﻣ‪‬ﻤﻮ‪‬‬ ‫ﺍﻟﹾﺈﹺ‬
‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺪﺭﻙ‬
‫ﹺ‪،‬ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‪‬ﻗﹶﺎﻡ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬
‫‪23. Pendapat‬‬ ‫‪dalam‬ﻬ‪‬ﺎﺩ‪‬ﻭ‪‬ﻃﹶﻠﹶﺐﹺ‪‬ﺍﻟﹾﻌ‪‬ﻠﹾﻢ‬
‫‪Al-Mawardi‬‬ ‫‪“Al-Ahkam‬ﻜ‪‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‪‬ﻛﹶﺎﻟﹾﺠﹺ‬ ‫‪as-Sulthaniyah,‬ﺔ‪‬ﻉﹺﻓﹶﻔﹶ‪‬ﺮ‪‬ﺿ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾ‬
‫‪‬ﺍﻟﹾﻟﹾﺈﹺﺈﹺﻣﺟ‪‬ﺎﻤﻣ‪‬ﺎ‬
‫ﺏﺑﹺﺎ‪‬‬ ‫ﺖﻟ‪‬ﻠﹾ‪‬ﺈﹺﻭ‪‬ﺍﻭ‪‬ﻣ‪‬ﺎﹺﺟﻣ‪‬ﻮﺔﺐ‪،‬‬‫ﹶﺍ‪‬ﻟﹾﺛﹶﻫ‪‬ﺄﹸﺒ‪‬ﻣ‪‬ﻢ‪‬ﺔ‬
‫ﺃﻓﹶﺈﹺﺣ‪‬ﺫﺪ‪‬‬
‫‪‬ﻲ‪‬ﺍ‬
‫”‪h. 3‬‬ ‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﻢ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﻭﺍﺟﺐ‪‬‬
‫ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺳ‪‬ﻘﹶﻂﹶ‪‬ﻓﹶﺮ‪‬ﺿ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‪،‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸﻢ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺝ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎﺱﹺ‪‬ﻓﹶﺮﹺﻳﻘﹶﺎﻥ‪‬‬
‫ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔﹸ‪‬ﻣ‪‬ﻮ‪‬ﺿ‪‬ﻮﻋ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻟ‪‬ﺨ‪‬ﻠﹶﺎﻓﹶﺔ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺒ‪‬ﻮ‪‬ﺓ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺣ‪‬ﺮ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺔ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺳ‪‬ﺔ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻧ‪‬ﻴ‪‬ﺎ‪،‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻘﹾﺪ‪‬ﻫ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻤ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸﻮﻡ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﳚﺐ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﻌﺮﻑ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻭﻻﻳﺔ‪‬ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﻋﻈﻢ‪‬ﻭﺍﺟﺒﺎﺕ‪‬ﺍﻟﺪﻳﻦ‪‬ﺑﻞ‪‬ﻻ‪‬ﻗﻴﺎﻡ‪‬ﻟﻠﺪﻳﻦ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻟﻠﺪﻧﻴﺎ‪‬‬
‫ﺐ‪‬‬‫ﺼ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‬ ‫‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﺑﹺﻨ‪‬ﺘ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﹺ‪،‬ﻓﹶﺔﺈﹺ‪‬ﺫﺣ‪‬ﹶﺍ‪‬ﺘﻗﹶﺎﻡ‬
‫ﹺﻲ‪‬ﺃﹶﺐﻫ‪‬ﹺ‪‬ﺍﻞﻟﹾﻌ‪‬ﹸ‪‬ﺍﻠﹾﻟﹾﺈﹺﻢﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﺔﻟ‪‬ﻠﹾﺄﹸﻛﹶﻣ‪‬ﺎﺔﻟﹾ‪‬ﺠﹺﻬ‬
‫‪.‬ﺎﻭﺩ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺜﱠﺎﻭ‪‬ﻧﻃﹶﻠﹶ‬ ‫‪‬ﻭﺍ‪‬ﺇﻣﻜ‪‬ﺎﻔﻣﹶﺎﻳ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺘ‪‬ﺎﻋ‪‬ﻠﺭﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾ‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﻬﺨ‪‬‬
‫ﺍﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺃﺧﻒ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦﺭﺔﹺ‪‬ﻓﹶﺣ‪‬ﻔﹶﺘﺮ‪‬ﺿ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﹾﺈﹺﺧ‪‬ﺘ‪‬ﻣﻴ‪‬ﺎ‪‬ﺎﻣ‪‬‬
‫ﹸ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺎ‬‫‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺟﻫ‪‬ﻮﻞﺏ‬ ‫ﺖﻤ‪‬ﻭ‪‬‬ ‫ﻓﹶﺈﹺ‪:‬ﺫﺃﹶﹶﺍ‪‬ﺣ‪‬ﺛﹶﺒ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬‬
‫ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹸﻣ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺟﹺﺐ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺈﹺﺟ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻉﹺ‪‬‬
‫ﻓﺈﻥ‪‬ﺑﲏ‪‬ﺁﺩﻡ‪‬ﻻ‪‬ﺗﺘﻢ‪‬ﻣﺼﻠﺤﺘﻬﻢ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﺎﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﳊﺎﺟﺔ‪‬ﺑﻌﻀﻬﻢ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺑﻌﺾ‪،‬ﻭﻻ‪‬ﺑﺪ‪‬‬
‫‪،‬ﻘﹶ‪‬ﻂﹶ‪‬ﻓﹶﺮ‪‬ﺿ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‪،‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸﻢ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺝ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎﺱﹺ‪‬ﻓﹶﺮﹺﻳﻘﹶﺎﻥ‬ ‫‪.‬ﻠﹾﻫ‪‬ﺈﹺﻠ‪‬ﻣﻬ‪‬ﺎﻣ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺔﺳ‪‬‬ ‫ﺇﻻ‪‬ﺎ‪‬ﻦﻢ‪‬ﺃﹶﻟ‪‬‬
‫ﺃﹶﻫ‪‬ﺣ‪‬ﻮ‪‬ﺪ‪‬ﻣ‪‬ﻫ‪‬‬
‫‪“Kepemimpinan (al-imamah) merupakan‬‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﺨ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺭ‪‬ﻭﺍ‪‬ﺇﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾﺄﹸﻣ‪‬ﺔ‪.‬ﻭ‪‬ﺍﻟﺜﱠﺎﻧﹺﻲ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﺘ‪‬ﺼ‪‬ﺐ‪‬‬ ‫‪‬ﻛﻠﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﺮﻙ‪‬ﻛﻠﻪ‪‬‬
‫ﻦ‪‬ﺭﺃﺱﺣ‪‬ﺘ‪.‬‬‫‪tempat‬‬
‫ﳍﻢ‪‬ﻋﻨﺪ‪‬ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﻣﺧ‪‬ﺘ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺭﹺ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺎ‬ ‫‪pengganti‬‬ ‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺪﺭﻙ‬‫‪:‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬ﻤ‬
‫‪kenabian‬‬
‫‪dalam‬ﺈﹺﺫﹶﺍ‪‬ﻗﹶﺎﻡ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‬ ‫ﺐﹺ‪‬ﺍﻟﹾﻌ‪‬ﻠﹾﻢﹺ‪،‬ﻓﹶ‬ ‫‪agama‬ﺎﻟﹾﺠﹺﻬ‪‬ﺎﺩ‪‬ﻭ‪‬ﻃﹶﻠﹶ‬
‫‪menjaga‬‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‪‬ﻛﹶ‬ ‫‪dan‬‬‫ﺿ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‬ ‫‪dunia,‬ﺏ‪‬ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪‬ﻓﹶﻔﹶﺮ‪‬‬
‫‪mengatur‬‬ ‫‪dan‬ﺒ‪‬ﺖ‪‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬ﻮ‬ ‫ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‪‬ﺛﹶ‬
‫ﳚﺐ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﻌﺮﻑ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻭﻻﻳﺔ‪‬ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﻋﻈﻢ‪‬ﻭﺍﺟﺒﺎﺕ‪‬ﺍﻟﺪﻳﻦ‪‬ﺑﻞ‪‬ﻻ‪‬ﻗﻴﺎﻡ‪‬ﻟﻠﺪﻳﻦ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻟﻠﺪﻧﻴﺎ‪‬‬
‫‪memilih orang yang menduduki kepemimpinan‬‬ ‫‪tersebut‬ﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪،‬‬ ‫ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾﺈﹺ‬
‫‪hukumnya‬‬
‫‪adalah‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎﺱﹺ‪‬ﻓﹶﺮﹺﻳﻘﹶﺎﻥ‬ ‫‪wajib‬ﺪ‪‬ﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺝ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫‪menurut‬ﻢ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬‬ ‫‪،‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸ‬ ‫ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺳ‪‬ﻘﹶﻂﹶ‪‬ﻓﹶﺮ‪‬ﺿ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‬
‫‪‬ﺎ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫"‬ ‫ﺳﺘﻮﻥ‪‬ﺳﻨﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺇﻣﺎﻡ‪‬ﺟﺎﺋﺮ‪‬ﺃﺻﻠﺢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻟﻴﻠﺔ‪‬ﻭﺍﺣﺪﺓ‪‬ﺑﻼ‪‬ﺳﻠﻄﺎﻥ‪‬‬
‫ﺇﻻ‪‬ﺎ‪‬ﹸ‪‬ﻣ‪.‬ﻮ‪‬ﺿ‪‬ﻮﻋ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻟ‪‬ﺨ‪‬ﻠﹶﺎﻓﹶﺔ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺒ‪‬ﻮ‪‬ﺓ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺣ‪‬ﺮ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺔ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺳ‪‬ﺔ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻧ‪‬ﻴ‪‬ﺎ‪،‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻘﹾﺪ‪‬ﻫ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻤ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸﻮﻡ‪‬ﺑﹺﻬ‬
‫ﻓﺈﻥ‪‬ﺑﲏ‪‬ﺁﺩﻡ‪‬ﻻ‪‬ﺗﺘﻢ‪‬ﻣﺼﻠﺤﺘﻬﻢ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﺎﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﳊﺎﺟﺔ‪‬ﺑﻌﻀﻬﻢ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺑﻌﺾ‪،‬ﻭﻻ‪‬ﺑﺪ‪‬‬ ‫”’‪ijma‬‬ ‫"‪‬ﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‬ ‫ﺍﻟﹾﺈﹺ‬
‫‪:‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺎﺧ‪‬ﺘ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺭﹺ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﺨ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺭ‪‬ﻭﺍ‪‬ﺇﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾﺄﹸﻣ‪‬ﺔ‪.‬ﻭ‪‬ﺍﻟﺜﱠﺎﻧﹺﻲ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﺘ‪‬ﺼ‪‬ﺐ‪‬‬
‫ﳚﺐ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﻌﺮﻑ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻭﻻﻳﺔ‪‬ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﻋﻈﻢ‪‬ﻭﺍﺟﺒﺎﺕ‪‬ﺍﻟﺪﻳﻦ‪‬ﺑﻞ‪‬ﻻ‪‬ﻗﻴﺎﻡ‪‬ﻟﻠﺪﻳﻦ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻟﻠﺪﻧﻴﺎ‪‬‬ ‫ﻦ‪‬ﺭﺃﺱ‪.‬‬ ‫‪as-Sulthaniyah,‬ﻉﹺ‬
‫ﳍﻢ‪‬ﻋﻨﺪ‪‬ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﻣﺟ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‬
‫ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹸﻣ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺟﹺﺐ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺈﹺ‬
‫‪24. Pendapat Al-Mawardi dalam “Al-Ahkam‬‬ ‫ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪،‬‬
‫ﻓﺈﻥ‪‬ﺑﲏ‪‬ﺁﺩﻡ‪‬ﻻ‪‬ﺗﺘﻢ‪‬ﻣﺼﻠﺤﺘﻬﻢ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﺎﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﳊﺎﺟﺔ‪‬ﺑﻌﻀﻬﻢ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺑﻌﺾ‪،‬ﻭﻻ‪‬ﺑﺪ‪‬‬
‫”‪h. 4‬‬ ‫ﺇﻻ‪‬ﺎ‪.‬‬
‫ﻦ‪‬ﺭﺃﺱﻔﹶ‪.‬ﺮ‪‬ﺿ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‪‬ﻛﹶﺎﻟﹾﺠﹺﻬ‪‬ﺎﺩ‪‬ﻭ‪‬ﻃﹶﻠﹶ‬
‫ﺳﺘﻮﻥ‪‬ﺳﻨﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺇﻣﺎﻡ‪‬ﺟﺎﺋﺮ‪‬ﺃﺻﻠﺢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻟﻴﻠﺔ‪‬ﻭﺍﺣﺪﺓ‪‬ﺑﻼ‪‬ﺳﻠﻄﺎﻥ‪"‬ﺐ‪‬ﹺ‪‬ﺍﻟﹾﻌ‪‬ﻠﹾﻢﹺ‪،‬ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‪‬ﻗﹶﺎﻡ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫ﳍﻢ‪‬ﻋﻨﺪ‪‬ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﻣﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪‬ﻓﹶ‬
‫ﻓﹶﺈﹺ"‪‬ﺫﹶﺍ‪‬ﺛﹶﺒ‪‬ﺖ‪‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬ﻮﺏ‪‬ﺍﻟﹾ‬
‫ﳚﺐ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﻌﺮﻑ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻭﻻﻳﺔ‪‬ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﻋﻈﻢ‪‬ﻭﺍﺟﺒﺎﺕ‪‬ﺍﻟﺪﻳﻦ‪‬ﺑﻞ‪‬ﻻ‪‬ﻗﻴﺎﻡ‪‬ﻟﻠﺪﻳﻦ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻟﻠﺪﻧﻴﺎ‪‬‬
‫ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺳ‪‬ﻘﹶﻂﹶ‪‬ﻓﹶﺮ‪‬ﺿ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‪،‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸﻢ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺝ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎﺱﹺ‪‬ﻓﹶﺮﹺﻳﻘﹶﺎﻥ‪‬‬
‫ﺇﻻ‪‬ﺎ‪.‬ﻓﺈﻥ‪‬ﺑﲏ‪‬ﺁﺩﻡ‪‬ﻻ‪‬ﺗﺘﻢ‪‬ﻣﺼﻠﺤﺘﻬﻢ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﺎﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﳊﺎﺟﺔ‪‬ﺑﻌﻀﻬﻢ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺑﻌﺾ‪،‬ﻭﻻ‪‬ﺑﺪ‪‬‬
‫ﹺﻲ‪"‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﺘ‪‬ﺼ‪‬ﺐ‪‬‬ ‫ﺳﺘﻮﻥ‪‬ﺳﻨﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺇﻣﺎﻡ‪‬ﺟﺎﺋﺮ‪‬ﺃﺻﻠﺢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻟﻴﻠﺔ‪‬ﻭﺍﺣﺪﺓ‪‬ﺑﻼ‪‬ﺳﻠﻄﺎﻥ‪‬‬
‫‪:‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺎﺧ‪‬ﺘ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺭﹺ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﺨ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺭ‪‬ﻭﺍ‪‬ﺇﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾﺄﹸﻣ‪‬ﺔ‪.‬ﻭ‪‬ﺍﻟﺜﱠﺎﻧ‬ ‫"‪‬‬
‫ﳍﻢ‪‬ﻋﻨﺪ‪‬ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺭﺃﺱ‪.‬‬
‫ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪،‬‬
‫)‪“Jika menetapkan imamah adalah wajib, maka (tingkatan‬‬
‫"‪‬ﺳﺘﻮﻥ‪‬ﺳﻨﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺇﻣﺎﻡ‪‬ﺟﺎﺋﺮ‪‬ﺃﺻﻠﺢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻟﻴﻠﺔ‪‬ﻭﺍﺣﺪﺓ‪‬ﺑﻼ‪‬ﺳﻠﻄﺎﻥ‪"‬‬
‫ﳚﺐ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﻌﺮﻑ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻭﻻﻳﺔ‪‬ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﻋﻈﻢ‪‬ﻭﺍﺟﺒﺎﺕ‪‬ﺍﻟﺪﻳﻦ‪‬ﺑﻞ‪‬ﻻ‪‬ﻗﻴﺎﻡ‪‬ﻟﻠﺪﻳﻦ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻟﻠﺪﻧﻴﺎ‪‬‬
‫‪kewajibannya adalah fardhu kifayah seperti jihad dan menuntut‬‬
‫)‪ilmu, di mana jika ada orang yang ahli (pantas dan layak‬‬
‫ﻓﺈﻥ‪‬ﺑﲏ‪‬ﺁﺩﻡ‪‬ﻻ‪‬ﺗﺘﻢ‪‬ﻣﺼﻠﺤﺘﻬﻢ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﺎﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﳊﺎﺟﺔ‪‬ﺑﻌﻀﻬﻢ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺑﻌﺾ‪،‬ﻭﻻ‪‬ﺑﺪ‪‬‬
‫‪menegakkan imamah, maka gugurlah kewajiban terhadap‬‬ ‫ﺇﻻ‪‬ﺎ‪.‬‬
‫‪yang lainnya. Jika tidak ada seorangpun yang‬‬ ‫‪menegakkanya,‬ﻦ‪‬ﺭﺃﺱ‪.‬‬
‫ﳍﻢ‪‬ﻋﻨﺪ‪‬ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﻣ‬

‫‪800‬‬ ‫"‪‬ﺳﺘﻮﻥ‪‬ﺳﻨﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺇﻣﺎﻡ‪‬ﺟﺎﺋﺮ‪‬ﺃﺻﻠﺢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻟﻴﻠﺔ‪‬ﻭﺍﺣﺪﺓ‪‬ﺑﻼ‪‬ﺳﻠﻄﺎﻥ‪"‬‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‪‬‬
‫ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔﹸ‪‬ﻣ‪‬ﻮ‪‬ﺿ‪‬ﻮﻋ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻟ‪‬ﺨ‪‬ﻠﹶﺎﻓﹶﺔ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺒ‪‬ﻮ‪‬ﺓ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺣ‪‬ﺮ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺔ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺳ‪‬ﺔ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻧ‪‬ﻴ‪‬ﺎ‪،‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﻘﹾﺪ‪‬ﻫ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻤ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸﻮﻡ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﻢ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﻪ‪‬ﻓﻬﻮ‪‬ﻭﺍﺟﺐ‪‬‬
‫‪HIMPUNAN FATWA MAJELIS‬‬ ‫‪ULAMA‬ﺟ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻉﹺ‪‬‬
‫‪INDONESIA‬ﺟﹺﺐ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺈﹺ‬
‫ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹸﻣ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‬
‫ﺍﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺃﺧﻒ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‪‬‬
‫‪maka‬‬
‫‪dipilih‬ﻡ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‬
‫‪di‬ﹺ‪،‬ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‪‬ﻗﹶﺎ‬
‫‪antara‬ﻟﹾﻌ‪‬ﻠﹾﻢ‬
‫‪manusia‬ﺩ‪‬ﻭ‪‬ﻃﹶﻠﹶﺐﹺ‪‬ﺍ‬
‫‪dua‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‪‬ﻛﹶﺎﻟﹾﺠﹺﻬ‪‬ﺎ‬
‫;‪golongan‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬‬
‫‪yakni‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪‬ﻓﹶﻔﹶﺮ‪‬ﺿ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬‬
‫‪golongan‬ﺟ‪‬ﻮﺏ‪‬ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‬ ‫ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‪‬ﺛﹶﺒ‪‬ﺖ‪‬ﻭ‪‬‬
‫‪legislatif hingga mereka memilih untuk umat seorang pimpinan,‬‬
‫‪dan‬‬
‫‪golongan‬ﻓﹶﺮﹺﻳﻘﹶﺎﻥ‬
‫)‪(calon‬ﺝ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎﺱﹺ‪‬‬
‫‪pemimpin‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺧ‪‬ﺮ‪‬‬
‫‪hingga‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸﻢ‪‬ﺑﹺﻬ‬
‫ﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‪،‬‬
‫‪antara‬ﻠ‪di‬‬
‫‪mereka‬ﹶ‪‬ﻓﹶﺮ‪‬ﺿ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬‬
‫‪‬ﻛﻠﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺘﺮﻙ‪‬ﻛﻠﻪ‬ ‫ﻣﺎ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺪﺭﻙﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺳ‪‬ﻘﹶﻂ‬ ‫‪dipilih‬ﻫ‪‬ﻠ‪‬‬
‫ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺃﹶ‬
‫‪untuk‬‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﺘ‪‬ﺼ‪‬ﺐ‬‫”‪menjadi pemimpin‬‬
‫‪:‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺎﺧ‪‬ﺘ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺭﹺ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﺨ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺭ‪‬ﻭﺍ‪‬ﺇﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾﺄﹸﻣ‪‬ﺔ‪.‬ﻭ‪‬ﺍﻟﺜﱠﺎﻧﹺﻲ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‬
‫‪Ibnu‬ﻘﹾﺪ‪‬ﻫ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻤ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸﻮﻡ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬‬
‫‪25. Pendapat‬‬ ‫‪Taimiyah‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻧ‪‬ﻴ‪‬ﺎ‪،‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬‬
‫‪dalam‬ﺳ‪‬ﺔ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻳﻦﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻴ‪‬ﺎﺳ‪‬ﺔ‬ ‫‪،‬ﺔﹲ‪‬ﻟ‪‬ﺨ‪‬ﻠﹶﺎﻓﹶﺔ‬
‫‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺒ‪‬ﻮ‪‬ﺓ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺣ‪‬ﺮ‪‬ﺍ‬
‫‪“As-Siyasah‬‬ ‫‪as-‬ﺎﻫ‪‬ﻣ‪‬ﻢﺔ‪‬ﹸ‪‬ﻟ‪‬ﻣ‪‬ﻠﹾﺈﹺﻮ‪‬ﻣ‪‬ﺎﺿﻣ‪‬ﻮﺔﻋ‪‬‬
‫ﺃﹶ ﺍﻟﹾﺣ‪‬ﺈﹺﻣﺪ‪‬‬
‫”‪Syar’iyah‬‬ ‫ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹸﻣ‪‬ﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺟﹺﺐ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺈﹺﺟ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻉﹺ‪‬‬
‫ﳚﺐ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﻌﺮﻑ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻭﻻﻳﺔ‪‬ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﻋﻈﻢ‪‬ﻭﺍﺟﺒﺎﺕ‪‬ﺍﻟﺪﻳﻦ‪‬ﺑﻞ‪‬ﻻ‪‬ﻗﻴﺎﻡ‪‬ﻟﻠﺪﻳﻦ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻟﻠﺪﻧﻴﺎ‪‬‬
‫ﻓﺈﻥ‪‬ﺑﲏ‪‬ﺁﺩﻡ‪‬ﻻ‪‬ﺗﺘﻢ‪‬ﻣﺼﻠﺤﺘﻬﻢ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﺎﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﳊﺎﺟﺔ‪‬ﺑﻌﻀﻬﻢ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺑﻌﺾ‪،‬ﻭﻻ‪‬ﺑﺪ‪‬‬
‫ﺖ‪‬ﻭ‪‬ﺟ‪‬ﻮﺏ‪‬ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪‬ﻓﹶﻔﹶﺮ‪‬ﺿ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‪‬ﻛﹶﺎﻟﹾﺠﹺﻬ‪‬ﺎﺩ‪‬ﻭ‪‬ﻃﹶﻠﹶﺐﹺ‪‬ﺍﻟﹾﻌ‪‬ﻠﹾﻢﹺ‪،‬ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‪‬ﻗﹶﺎﻡ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‬ ‫ﺇﻻ‪‬ﺎ‪‬ﺒ‪.‬‬
‫ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‪‬ﺛﹶ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﻔﹶﺎﻳ‪‬ﺔ‪،‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻘﹸﻢ‪‬ﺑﹺﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬ﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺝ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎﺱﹺ‪‬ﻓﹶﺮﹺﻳﻘﹶﺎﻥ‪‬‬
‫ﻦ‪‬ﺭﺃﺱ‪.‬‬
‫ﻂﹶ‪‬ﻓﹶﺮ‪‬ﺿ‪‬ﻬ‬ ‫ﳍﻢ‪‬ﻋﻨﺪ‪‬ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﻣ‬
‫ﻫ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻠ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺳ‪‬ﻘﹶ‬
‫‪“Penting‬ﺐ‪‬‬
‫‪untuk‬ﺔ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﺘ‪‬ﺼ‪‬‬
‫‪diketahui‬ﻫ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬‬
‫‪bahwa‬ﺄﹸﻣ‪‬ﺔ‪.‬ﻭ‪‬ﺍﻟﺜﱠﺎﻧﹺﻲ‪‬ﺃﹶ‬
‫‪adanya‬ﺭ‪‬ﻭﺍ‪‬ﺇﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾ‬
‫‪kekuasaan‬ﺭﹺ‪‬ﺣ‪‬ﺘ‪‬ﻰ‪‬ﻳ‪‬ﺨ‪‬ﺘ‪‬ﺎ‬
‫‪untuk‬ﻫ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻫ‪‬ﻞﹸ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺎﺧ‪‬ﺘ‪‬ﻴ‪‬ﺎ‬
‫‪:‬ﺃﹶﺣ‪‬ﺪ‪‬‬
‫‪mengatur urusan manusia adalah termasuk kewajiban besar‬‬
‫‪‬‬ ‫"‬‫ﺳﺘﻮﻥ‪‬ﺳﻨﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺇﻣﺎﻡ‪‬ﺟﺎﺋﺮ‪‬ﺃﺻﻠﺢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻟﻴﻠﺔ‪‬ﻭﺍﺣﺪﺓ‪‬ﺑﻼ‪‬ﺳﻠﻄﺎﻥ‪‬‬
‫‪dalam agama, bahkan tidak akan tegak agama ataupun‬‬ ‫ﺃﹶ"‪‬ﺣ‪‬ﺪ‪‬ﻫ‪‬‬
‫‪dunia‬ﻢ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾﺈﹺﻣ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺔ‪،‬‬
‫‪tanpa adanya kekuasaan. Maka sesungguhnya anak adam tidak‬‬
‫‪akan sempurna kemaslahatannya tanpa berkumpul karena di‬‬
‫ﳚﺐ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﻌﺮﻑ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻭﻻﻳﺔ‪‬ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﻋﻈﻢ‪‬ﻭﺍﺟﺒﺎﺕ‪‬ﺍﻟﺪﻳﻦ‪‬ﺑﻞ‪‬ﻻ‪‬ﻗﻴﺎﻡ‪‬ﻟﻠﺪﻳﻦ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻟﻠﺪﻧﻴﺎ‪‬‬
‫‪antara mereka saling membutuhkan, dan tidak bisa dihindari‬‬
‫ﻓﺈﻥ‪‬ﺑﲏ‪‬ﺁﺩﻡ‪‬ﻻ‪‬ﺗﺘﻢ‪‬ﻣﺼﻠﺤﺘﻬﻢ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﺎﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﳊﺎﺟﺔ‪‬ﺑﻌﻀﻬﻢ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺑﻌﺾ‪،‬ﻭﻻ‪‬ﺑﺪ‪‬‬
‫”‪ketika mereka berkumpul adanya seorang pemimpin‬‬ ‫ﺇﻻ‪‬ﺎ‪.‬‬
‫ﳍﻢ‪‬ﻋﻨﺪ‪‬ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻉ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺭﺃﺱ‪.‬‬
‫‪26. Pendapat Ibnu Taimiyah‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪“As-Siyasah‬‬ ‫‪as-‬‬
‫”‪Syar’iyah, juz, h. 168‬‬
‫"‪‬ﺳﺘﻮﻥ‪‬ﺳﻨﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺇﻣﺎﻡ‪‬ﺟﺎﺋﺮ‪‬ﺃﺻﻠﺢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻟﻴﻠﺔ‪‬ﻭﺍﺣﺪﺓ‪‬ﺑﻼ‪‬ﺳﻠﻄﺎﻥ‪"‬‬
‫‪“Enam Puluh Tahun (di bawah) pemimpin yang sewenang-wenang‬‬
‫”‪lebih baik daripada satu malam tanpa (adanya) pemimpin‬‬

‫”‪27. Pendapat dalam “Mawahib as-Shomad, h 8‬‬


‫ﻭﱂ‪‬ﳚﺰ‪‬ﰲ‪‬ﻏﲑ‪‬ﳏﺾ‪‬ﺍﻟﻜﻔﺮ‪‬ﺧﺮﻭﺟﻨﺎ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻭﱄ‪‬ﺍﻷﻣﺮ‪‬ﺑﺎﺗﻔﺎﻕ‪‬ﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻋﺎﺩﻻ‪‬ﻭﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻷﺻﺢ‪‬‬
‫ﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﺟﺎﺋﺮﺍ‪‬ﺇﺫ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺸﺘﺮﻁ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﻜﻮﻥ‪‬ﻣﻌﺼﻮﻣﺎ‪‬ﻭﱂ‪‬ﻳﺰﻝ‪‬ﺍﻟﺴﻠﻒ‪‬ﻳﻨﻘﺎﺩﻭﻥ‪‬ﳍﻢ‪‬ﻻ‪‬‬
‫ﻳﺮﻭﻥ ‪‬ﺍﳋﺮﻭﺝ ‪‬ﻋﻠﻴﻬﻢ ‪‬ﻣﻊ ‪‬ﻇﻬﻮﺭ ‪‬ﺫﻟﻚ ‪‬ﻭﺍﻧﺘﺸﺎﺭﻩ ‪‬ﻣﻨﻬﻢ ‪‬ﻭﻷﻥ ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ ‪‬ﻻ ‪‬ﻳﻨﻌﺰﻝ ‪‬ﺑﺎﻟﻔﺴﻖ‪‬‬
‫ﲞﻼﻑ ‪‬ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ‪ ،‬ﻟﻘﻮﻟﻪ ‪‬ﺗﻌﺎﱃ ‪"‬ﺃﻃﻴﻌﻮﺍ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻭﺃﻃﻴﻌﻮﺍ ‪‬ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ‪‬ﻭﺃﻭﱄ ‪‬ﺍﻷﻣﺮ ‪‬ﻣﻨﻜﻢ"‪ .‬ﻭﰲ‪‬‬
‫ﺣﺪﻳﺚ‪‬ﺣﺬﻳﻔﺔ‪":‬ﻣﻦ‪‬ﻓﺎﺭﻕ‪‬ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ‪‬ﻗﺪﺭ‪‬ﺷﱪ‪‬ﻓﻘﺪ‪‬ﺧﻠﻊ‪‬ﺭﺑﻘﺔ‪‬ﺍﻹﺳﻼﻡ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻋﻨﻘﻪ"‪‬ﻓﺮﺽ‪‬‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﺷﺮﻋﺎ‪‬ﺇﻣﺎﻡ‪‬ﻳﻨﺼﺐ‪‬ﻹﲨﺎﻉ‪‬ﺻﺤﺎﺑﺔ‪‬ﺑﻌﺪ‪‬ﻭﻓﺎﺓ‪‬ﺍﻟﻨﱯ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﻧﺼﺒﻪ‪‬ﺣﱴ‪‬ﺟﻌﻠﻮﻩ‪‬ﺃﻫﻢ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺎﺕ‪‬ﻭﻗﺪ‪‬ﻣﻮﻩ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺩﻓﻨﻪ‪‬ﻭﱂ‪‬ﺗﺰﻝ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﰲ‪‬ﻛﻞ‪‬ﻋﺼﺮ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﺫﻟﻚ‪.‬‬

‫‪801‬‬
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

28. Pandangan Imam al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Sulthaniyyah


yang menyatakan bahwa penegakan kepemimpinan (aqd al-
imamah) hukumnya wajib berdasarkan konsensus. Hal ini
mengingat imamah ditetapkan sebagai pengganti kenabian dalam
menjaga urusan agama dan mengatur urusan dunia.

29. Pasal 28 D (3) UUD RI Tahun 1945 menyatakan bahwa ”setiap


warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan”.

30. Konsideran UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum


DPR, DPD, dan DPRD, point menimbang huruf b disebutkan
bahwa pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan
sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan
pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dengan demikian, tujuan utama penyelenggaraan pemilu adalah
untuk menegakkan kemaslahatan, yang merupakan inti dari tujuan
syari’ah (maqashid al-syari’ah).

31. UU No.10 Tahun 2008 Pasal 19 ayat (1) yang menyatakan bahwa
Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah
genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pemah
kawin mempunyai hak memilih.

Ditetapkan di : Padangpanjang
Pada tanggal : 26 Januari 2009 M
29 Muharram 1430 H

PIMPINAN KOMISI A
IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA MUI SE-INDONESIA KE III

KH. Ma’ruf Amin Dr. H.M. Masyhuri Na’im Sholahudin Al Aiyub, M.Si

Ketua Wk Ketua Sekretaris

802
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN KOMISI B-1


IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III
tentang
MASAIL FIQHIYYAH MU’ASHIRAH
(Masalah fikih kontemporer)

MASALAH YANG TERKAIT DENGAN WAKAF

A. DESKRIPSI MASALAH
Para ahli fiqh, sejak dahulu, memberikan perhatian besar terhadap
pengembangan dan investasi harta wakaf, untuk mengatasi harta
benda wakaf yang tidak produktif.
Dimasa sekarang banyak lembaga internasional yang membahas
pengembangan dan investasi harta benda wakaf, di antaranya
Organisasi Konfrensi Islam di Jeddah, Lembaga Wakaf di Kuwait,
dan lain-lain.
Seiring dengan perkembangan transaksi ekonomi, termasuk
di dalamnya investasi, maka muncul pemikiran untuk
menginvestasikan benda-benda wakaf agar lebuh produktif
sehingga nilai kemanfaatannya bisa lebih besar.
Dalam banyak kasus, karena terjebak dengan ketentuan fikih yang
kaku dalam pemanfaatan harta wakaf, banyak sekali aset wakaf
yang akhirnya kurang dapat didayagunakan secara produktif.
Dalam hal, bolehkah mendayagunakan harta wakaf meski harus
dengan mengalihfungsikannya.

B. KETENTUAN HUKUM
1. Penukaran benda wakaf (istibdal al-waqf) diperbolehkan
sepanjang untuk merealisasikan kemashalahatan karena
untuk mempertahankan keberlangsungan manfaat wakaf
(istimrar baqai al-manfa’ah), dan dilakukan dengan ganti
yang mempunyai nilai sepadan atau lebih baik.
2. Wakaf uang boleh diubah menjadi wakaf benda, atau sebaliknya
wakaf benda boleh diubah menjadi wakaf uang dengan syarat:
a. manfaatnya lebih besar
b. keadaan memaksa untuk itu.

803
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

c. Benda wakaf boleh dijual, dengan ketentuan:


1) adanya hajah dalam rangka menjaga maksud
wakif;
2) hasil penjualannya harus digunakan untuk membeli
harta benda lain sebagai wakaf pengganti.
3) kemanfaatan wakaf pengganti tersebut minimal
sepadan dengan benda wakaf sebelumnya.
d. Alih fungsi benda wakaf dibolehkan sepanjang
kemashlahatannya lebih dominan.
e. Pelaksanaan ketentuan pada nomor 1 sampai dengan nomor
4 di atas harus seizin Menteri sebagaimana ketentuan
perundang-undangan dan pertimbangan MUI.
f. Nazhir harus mengerti benar tugas dan tanggungjawabnya
sebagai Nazhir. Ia juga wajib menguasai norma-norma
investasi. Selama Nazhir mengikuti norma-normnya, maka
kerugian investasinya tidak menjadi tanggungjawabnya.

C. REKOMENDASI:
MUI menguatkan keinginan Pemerintah untuk meningkatkan
pengelolaan dan pengaturan wakaf dan zakat dari tingkat
Direktorat ke tingkat Direktorat jenderal.

D. DASAR PENETAPAN
1. Firman Allah SWT:
‫ﻴﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ‬ٍ‫ﺀ‬‫ﻲ‬‫ﺷ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻘﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻨﻔ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺒ‬‫ﺤ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﻘﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻨﻔ‬‫ﺗ‬‫ﻰ‬‫ﺘ‬‫ﺣ‬‫ﺍﻟﹾﺒﹺﺮ‬‫ﺎﻟﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﻦ‬
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻷَﺭ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺟ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹶﺧ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻛﹶﺴ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺎﺕ‬‫ﺒ‬‫ﻃﹶﻴ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻘﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺃﹶﻧﻔ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻳﻬ‬‫ﺃﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta
yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
‫ﺃﹶﻥﱠ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻴﻪ‬‫ﻓ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻀ‬‫ﻤ‬‫ﻐ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﺇﹺﻻﱠ‬‫ﻳﻪ‬‫ﺬ‬‫ﺑﹺﺂﺧ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻟﹶﺴ‬‫ﻭ‬‫ﻘﹸﻮﻥﹶ‬‫ﻨﻔ‬‫ﺗ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺒﹺﻴﺚﹶ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻤ‬‫ﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬
sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali ‘Imran: 92)
‫ﻴﺪ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻏﹶﻨﹺﻲ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬
‫ﻴﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ‬ٍ‫ﺀ‬‫ﻲ‬‫ﺷ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻘﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻨﻔ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺒ‬‫ﺤ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﻘﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻨﻔ‬‫ﺗ‬‫ﻰ‬‫ﺘ‬‫ﺣ‬‫ﺍﻟﹾﺒﹺﺮ‬‫ﺎﻟﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﻦ‬
2. ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬
Firman Allah‫ﻳﺎ‬ :‫ﻓﻘﺎﻝ‬
SWT: ‫ﺧﻴﱪ‬ ‫ﺃﺭﺽ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺃﺭﺿﺎ‬ ‫ﺃﺻﺎﺏ‬ ‫ﻋﻤﺮ‬ ‫ﺃﻥ‬ :‫ﻋﻤﺮ‬ ‫ﺍﺑﻦ‬ ‫ﺣﺪﻳﺚ‬
‫ﺽﹺ‬
‫ﺇﻥ‬ ‫ﺍﻷَﺭ‬‫ﺗﺄﻣﺮﱐ؟‬
‫ﻓﻘﺎﻝ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﺎ‬ ‫ﻨ‬‫ﺟ‬‫ﻣﻨﻪﺮ‬
‫ﻓﻤﺎ‬ ‫ﺃﹶﺧ‬‫ﺎ‬‫ﻋﻨﺪﻱ‬
‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺃﻧﻔﺲﻢ‬
‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻛﹶﺴ‬‫ﺎ‬‫ﻗﻂ‬
‫ﻣ‬‫ﻣﺎﻻﺕ‬
‫ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻃﹶﻴ‬‫ﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﱂﻘﹸﻮﺍﹾ‬
‫ﺃﺻﺐ‬ ‫ﺃﹶﻧﻔ‬‫ﲞﻴﱪﹾ‬
‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﺃﺭﺿﺎ‬
‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬
‫ﻳﻬ‬‫ﺃﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﺃﺻﺒﺖ‬
‫ﺗﻮﻫﺐ‬‫ﻻ‬‫ﻭ‬‫ﺗﺒﺎﻉ‬‫ﺃﻻ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻋﻤﺮ‬‫ﺎ‬‫ﻓﺘﺼﺪﻕ‬‫ﺎ‬‫ﺗﺼﺪﻗﺖ‬‫ﻭ‬‫ﺃﺻﻠﻬﺎ‬‫ﺣﺒﺴﺖ‬‫ﺌﺖ‬
‫ﺃﹶﻥﱠ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻴﻪ‬‫ﻓ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻀ‬‫ﻤ‬‫ﻐ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﺇﹺﻻﱠ‬‫ﻳﻪ‬‫ﺬ‬‫ﺑﹺﺂﺧ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻟﹶﺴ‬‫ﻭ‬‫ﻘﹸﻮﻥﹶ‬‫ﻨﻔ‬‫ﺗ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺒﹺﻴﺚﹶ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻤ‬‫ﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﺷﻻﹶ‬‫ﻭ‬
‫ﺟﻨﺎﺡ‬‫ﻻ‬‫ﺍﻟﺴﺒﻴﻞ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻀﻴﻒ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﺮﻗﺎﺏ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻘﺮﰉ‬‫ﻭﺫﻭﻱ‬‫ﺍﻟﻔﻘﺮﺍﺀ‬‫ﰲ‬‫ﺗﻮﺭﺙ‬‫ﻻ‬‫ﻭ‬ ‫ﻴﺪ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻏﹶﻨﹺﻲ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬
Hai orang-orang
(‫ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬
‫ﻳﺎ‬ :‫ﻓﻘﺎﻝ‬)‫ﻣﺘﻤﻮﻝ‬‫ﻏﲑ‬‫ﻳﻄﻌﻢ‬‫ﻭ‬‫ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬‫ﻣﻨﻬﺎ‬‫ﻳﺄﻛﻞ‬‫ﺃﻥ‬‫ﻭﻟﻴﻬﺎ‬‫ﻣﻦ‬‫ﻋﻠﻰ‬
yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
‫ﺍﷲ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﺧﻴﱪ‬ ‫ﺃﺭﺽ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺃﺭﺿﺎ‬ ‫ﺃﺻﺎﺏ‬ ‫ﻋﻤﺮ‬ ‫ﺃﻥ‬ :‫ﻋﻤﺮ‬ ‫ﺍﺑﻦ‬ ‫ﺣﺪﻳﺚ‬
allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
‫ﺇﻥ‬
‫ﻪ‬‫ﻓﻘﺎﻝﻜﹾﻤ‬
‫ﺣ‬‫ﺬﹶﺍ‬‫ﺗﺄﻣﺮﱐ؟ﻫ‬
‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬(‫ﻓﻤﺎ‬
‫ﻦ‬‫ﻣﻨﻪﺜﱠﻤ‬
‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬)‫ﻋﻨﺪﻱ‬
‫ﻒ‬‫ﺍﻗ‬‫ﺃﻧﻔﺲﻮ‬
‫ﺍﻟﹾ‬‫ﻃﹶﻪ‬‫ﺮ‬‫ﻗﻂﺷ‬
‫ﺎ‬‫ﻣﺎﻻﻤ‬
‫ﻛﹶ‬‫ﺃﺻﺐﻉﹺ‬
‫ﻔﹶﺎ‬‫ﺘ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺍﻟ‬‫ﱂﺭﹺ‬‫ﺬﱡ‬‫ﲞﻴﱪﻌ‬
‫ﺘ‬‫ﻟ‬(‫ﺃﺭﺿﺎﻉ‬
‫ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﺃﺻﺒﺖﻞﹶ‬
‫ﻴ‬‫ﻗ‬‫ﻭ‬)
804  ‫ﻴﻪ‬‫ﻓ‬‫ﻖ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻠﹶﻒ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬(‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺔ‬‫ﻴﻤ‬‫)ﺷﻛﹶﻘ‬
‫ﺗﻮﻫﺐ‬‫ﻻ‬‫ﻭ‬‫ﺗﺒﺎﻉ‬‫ﺃﻻ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻋﻤﺮ‬‫ﺎ‬‫ﻓﺘﺼﺪﻕ‬‫ﺎ‬‫ﺗﺼﺪﻗﺖ‬‫ﻭ‬‫ﺃﺻﻠﻬﺎ‬‫ﺣﺒﺴﺖ‬‫ﺌﺖ‬
‫ﺟﻨﺎﺡ‬‫ﻻ‬‫ﺍﻟﺴﺒﻴﻞ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻀﻴﻒ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﺮﻗﺎﺏ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻘﺮﰉ‬‫ﻭﺫﻭﻱ‬‫ﺍﻟﻔﻘﺮﺍﺀ‬‫ﰲ‬‫ﺗﻮﺭﺙ‬‫ﻻ‬‫ﻭ‬
‫ﻭﻫﻞ‬ ، ‫ﻟﻠﻀﺮﻭﺭﺓ‬ ‫ﺫﲝﻬﺎ‬ ‫ﺟﺎﺯ‬ ‫ﺎ‬‫ﲟﻮ‬ ‫ﻗﻄﻊ‬ ‫ﻓﺈﻥ‬ ‫ﺍﳌﻮﺕ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻣﺄﻛﻮﻟﺔ‬ ‫ﺃﺷﺮﻓﺖ‬ ‫ﻭﻟﻮ‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk


kamu.‫ﻢ‬Dan ‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﺑﹺﻪ‬janganlah
‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ‬ٍ‫ﺀ‬‫ﻲ‬‫ﺷ‬‫ﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﻘﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻨﻔ‬‫ﺗ‬memilih
kamu ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺒ‬‫ﺤ‬‫ﺗ‬yang
‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﹸﻮﺍﹾ‬buruk-buruk
‫ﻘ‬‫ﻨﻔ‬‫ﺗ‬‫ﻰ‬‫ﺘ‬‫ﺣ‬‫ﺍﻟﹾﺒﹺﺮ‬‫ﺎﻟﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬lalu
‫ﺗ‬‫ﻟﹶﻦ‬
kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri
‫ﺽﹺ‬‫ﺭ‬mau
tidak َ‫ﺍﻷ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬mengambilnya
‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺟ‬‫ﺮ‬‫ﺃﹶﺧ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬melainkan
‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻛﹶﺴ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺎﺕ‬‫ﺒ‬‫ﻃﹶﻴ‬dengan
‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻘﹸﻮﺍﹾ‬‫ﹶﻧﻔ‬memincingkan
‫ﺃ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻳﻬ‬‫ﺃﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya
‫ﺃﹶﻥﱠ‬‫ﻮﺍﹾ‬
lagi ‫ﻠﹶﻤ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬Terpuji.(QS.
Maha ‫ﻴ‬‫ﻓ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻀ‬‫ﻤ‬‫ﻐ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﻻﱠ‬Al-Baqarah:
‫ﺇﹺ‬‫ﻳﻪ‬‫ﺬ‬‫ﺑﹺﺂﺧ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻟﹶﺴ‬‫ﻭ‬267)
‫ﻘﹸﻮﻥﹶ‬‫ﻨﻔ‬‫ﺗ‬‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺒﹺﻴﺚﹶ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻤ‬‫ﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬
‫ﻴﺪ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻏﹶﻨﹺﻲ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬
3. Hadits Nabi saw:
‫ﺍﷲ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﻳﺎ‬ :‫ﻓﻘﺎﻝ‬ ‫ﺧﻴﱪ‬ ‫ﺃﺭﺽ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺃﺭﺿﺎ‬ ‫ﺃﺻﺎﺏ‬ ‫ﻋﻤﺮ‬ ‫ﺃﻥ‬ :‫ﻋﻤﺮ‬ ‫ﺍﺑﻦ‬ ‫ﺣﺪﻳﺚ‬
‫ﺇﻥ‬ ‫ﻓﻘﺎﻝ‬ ‫ﺗﺄﻣﺮﱐ؟‬ ‫ﻓﻤﺎ‬ ‫ﻣﻨﻪ‬ ‫ﻋﻨﺪﻱ‬ ‫ﺃﻧﻔﺲ‬ ‫ﻗﻂ‬ ‫ﻣﺎﻻ‬ ‫ﺃﺻﺐ‬ ‫ﱂ‬ ‫ﲞﻴﱪ‬ ‫ﺃﺭﺿﺎ‬ ‫ﺃﺻﺒﺖ‬
‫ﺗﻮﻫﺐ‬‫ﻻ‬‫ﻭ‬‫ﺗﺒﺎﻉ‬‫ﺃﻻ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻋﻤﺮ‬‫ﺎ‬‫ﻓﺘﺼﺪﻕ‬‫ﺎ‬‫ﺗﺼﺪﻗﺖ‬‫ﻭ‬‫ﺃﺻﻠﻬﺎ‬‫ﺣﺒﺴﺖ‬‫ﺷﺌﺖ‬
‫ﺟﻨﺎﺡ‬‫ﻻ‬‫ﺍﻟﺴﺒﻴﻞ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻀﻴﻒ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﺮﻗﺎﺏ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻘﺮﰉ‬‫ﻭﺫﻭﻱ‬‫ﺍﻟﻔﻘﺮﺍﺀ‬‫ﰲ‬‫ﺗﻮﺭﺙ‬‫ﻻ‬‫ﻭ‬
(‫ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻣﺘﻤﻮﻝ‬‫ﻏﲑ‬‫ﻳﻄﻌﻢ‬‫ﻭ‬‫ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬‫ﻣﻨﻬﺎ‬‫ﻳﺄﻛﻞ‬‫ﺃﻥ‬‫ﻭﻟﻴﻬﺎ‬‫ﻣﻦ‬‫ﻋﻠﻰ‬
‫ﻪ‬‫ﻜﹾﻤ‬‫ﺣ‬‫ﹶﺍ‬

Hadis ‫ﻴﺬﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻫ‬‫ﻋ‬‫ﹶﻰ‬
Ibn ‘Umar
‫ﻠﺑﹺﻪ‬‫ﻪﻋ‬(
‫ﺍﻟﻠﹼ‬‫ﱠ‬‫ﻦﻥ‬bahwa
‫ﺈﹺ‬‫ﻓﹶﻤ‬ٍ‫ﺍﻟﺜﱠ‬‫ﻭﺀ‬‫ﻲ‬)‫ﺷ‬‫ﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﻗ‬‫ﺍﹾ‬‫ﺍﻘﻟﹾﹸﻮﻮﺍ‬‫ﻨﻪﻔ‬‫ﻃﹶﺗ‬‫ﺎ‬
‫ﻒ‬Umar ‫ﻣﺮ‬‫ﺷ‬‫ﻭ‬memperoleh
ra ‫ﻮﻤﻥﹶ‬‫ﺒﻛﹶ‬‫ﺤ‬‫ﻉﹺ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻤﻔﹶﺎ‬‫ﺘ‬‫ﻣ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺍﺍﻟﹾ‬‫ﹺ‬
‫ﺎ‬ ‫ﺬﱡﻘﺭﹸﻮ‬‫ﻔ‬sebidang
‫ﻨ‬‫ﺗﻌ‬‫ﻰ‬
‫ﺘ‬‫ﻟ‬(‫ﺘ‬‫ﺣ‬‫ﻉ‬‫ﺎﺮ‬‫ﹺﺒ‬‫ﻟﹾﺗ‬‫ﺍﹶ‬‫ﻞﹾ‬tanah
‫ﻴﹸﻮﺍ‬‫ﺎﻟﻗ‬‫ﻨﻭ‬‫ﺗ‬)‫ﹶﻦ‬
‫ﻟ‬
di daerah Khaibar, lantas ia berkata: “Ya Rasulallah saw, saya

‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻷَﺭ‬sebidang
memiliki ‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺟ‬‫ﺮ‬tanah ‫ﺃﹶﺧ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬di‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬Khaibar
‫ﻴﻪﻛﹶﺴ‬‫ﺎ‬‫ﻓ‬‫ﻖﻣ‬‫ﺕ‬
‫ﺒ‬‫ﺎﺳ‬‫ﺎ‬ ‫ﻃﹶﻣ‬‫ﹶﻰ‬
‫ﺒ‬‫ﻴ‬yang‫ﻦ‬‫ﻣﻠ‬‫ﻋ‬‫ﹾ‬‫ﻒﺍ‬ ‫ﻘ‬‫ﻠﹶﻔ‬‫ﹶﻧﺘ‬‫ﺃﻤ‬‫ﻮﺍﺍﻟﹾﹾ‬(‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺁ‬
‫ﹸﻮ‬sangat ‫ﺪ‬berharga
‫ﻦﺒ‬‫ﻳﻟﹾﻌ‬‫ﺍ‬
‫ﺍﻟﱠﺔﺬ‬‫ﺎ‬
‫ﻴﻤ‬‫ﻳﻛﹶﻘﻬ‬‫ﺃﹶ‬‫ﺎ‬)‫ﻳ‬
melebihi milikku yang lain. Apa saran baginda? Rasul saw
‫ﻭﻫﻞ‬ ‫ﻮﺍ‬،‫ﻟﻠﻀﺮﻭﺭﺓﻠﹶﻤ‬
‫ﺍﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻴﻪ‬‫ﻓ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﺫﲝﻬﺎ‬
‫ﺃﹶﻥﱠ‬‫ﹾ‬menjawab:
pun ‫ﻀ‬Jika ‫ﺟﺎﺯ‬
‫ﺃ‬‫ﺎﻻﱠ‬‫ﲟﻮ‬
‫ﻤ‬‫ﻐ‬‫ﺗ‬‫ﹶﻥ‬
kaum ‫ﻳ‬‫ﺬ‬‫ﻗﻄﻊﺧ‬
‫ﺇﹺ‬‫ﻪ‬mau, ‫ﻓﺈﻥ‬
‫ﺘ‬‫ﻟﹶﺴ‬‫ﺍﳌﻮﺕﻭ‬
‫ﺑﹺﺂ‬‫ﻢ‬
kau ‫ﻘﹸﻮﻥﹶ‬‫ﻋﻠﻰﻔ‬
tahan ‫ﻪ‬‫ﻨ‬‫ﻣﺄﻛﻮﻟﺔﻣ‬
‫ﻨ‬‫ﺗ‬pokoknya‫ﺒﹺﻴﺚﹶ‬‫ﺃﺷﺮﻓﺖﻟﹾﺨ‬
‫ﻮﺍ‬‫ﻤ‬‫ﻤ‬‫ﻴ‬‫ﺗ‬‫ﻭﻟﻮﹶ‬
‫ﺍ‬‫ﹾ‬dank au ‫ﻻ‬‫ﻭ‬
‫ﺟﻨﺴﻬﺎ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺩﺍﺑﺔ‬
sedekahkan ‫ﺑﺜﻤﻨﻪ‬ ‫ﻭﻳﺸﺘﺮﻯ‬
hasilnya. Umar ‫ﻳﺒﺎﻉ‬
ra‫ﺃﻭ‬ ‫ﻣﺼﻠﺤﺔ‬
pun ‫ﻣﺎﻳﺮﺍﻩ‬ ‫ﺑﻠﺤﻤﻬﺎ‬
menyedekahkan ‫ﺍﳊﺎﻛﻢ‬
hasilnya ‫ﻳﻔﻌﻞ‬
dengan syarat tidak dijual, tidak dihibahkan‫ﺪ‬dan ‫ﻴ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻲ‬tidak
‫ﻏﹶﻨﹺ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬
. ‫ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‬‫ﺍﻷﻧﻮﺍﺭ‬‫ﺻﺎﺣﺐ‬‫ﻭﺧﲑ‬،‫ﺃﻭﳍﻤﺎ‬‫ﺍﳌﻘﺮﻯ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫ﺭﺟﺢ‬‫ﻭﺟﻬﺎﻥ‬‫؟‬
diwariskan. Hasilnya disedekahkan kepada kuam fuqara’, ‫ﻭﺗﻮﻗﻒ‬
‫ﺍﷲ‬ ‫ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﻳﺎ‬ :‫ﻓﻘﺎﻝ‬ ‫ﺧﻴﱪ‬memerdekakan
‫ﺃﺭﺽ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺃﺭﺿﺎ‬ ‫ﺃﺻﺎﺏ‬ ‫ﻋﻤﺮ‬ ‫ﺃﻥ‬ :‫ﻋﻤﺮ‬ ‫ﺍﺑﻦ‬ ‫ﺣﺪﻳﺚ‬
‫ﺍﳌﺎﻭﺭﺩﻯ‬‫ﻭﺫﻫﺐ‬
kaum kerabat,..... untuk ‫ﺣﻴﺔ‬‫ﺑﻴﻌﻬﺎ‬‫ﳚﻮﺯ‬‫ﻻ‬‫ﺃﻧﻪ‬‫ﺍﻟﺮﻭﺿﺔ‬‫ﻛﻼﻡ‬‫ﻭﻗﻀﻴﺔ‬
budak, untuk tamu, ..........dan
‫ﺇﻥ‬sabil.
ibn ‫ﻓﻘﺎﻝ‬ ‫ﺗﺄﻣﺮﱐ؟‬Juga ‫ﻓﻤﺎ‬ ‫ﻣﻨﻪ‬ ‫ﻋﻨﺪﻱ‬ ‫ﺃﻧﻔﺲ‬
dibolehkan bagi‫ﻗﻂ‬ orang‫ﻣﺎﻻ‬ ‫ﺃﺻﺐ‬
yang‫ﱂ‬mengurusnya
‫ﲞﻴﱪ‬ ‫ﺃﺭﺿﺎ‬ ‫ﺃﺻﺒﺖ‬
untuk memakan .‫ﺍﳌﺼﻠﺤﺔ‬‫ﺍﻗﺘﻀﺘﻪ‬‫ﺇﺫﺍ‬‫ﻣﺎ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻣﻨﻬﻤﺎ‬‫ﻛﻞ‬‫ﲝﻤﻞ‬‫ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‬‫ﻭﳚﻤﻊ‬
dari hasilnya dengan cara yang baik, .‫ﺍﳉﻮﺍﺯ‬‫ﺇﱃ‬
serta
‫ﺗﻮﻫﺐ‬‫ﻻ‬‫ﻭ‬‫ﺗﺒﺎﻉ‬‫ﺃﻻ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻋﻤﺮ‬‫ﺎ‬‫ﻓﺘﺼﺪﻕ‬‫ﺎ‬‫ﺗﺼﺪﻗﺖ‬‫ﻭ‬‫ﺃﺻﻠﻬﺎ‬‫ﺣﺒﺴﺖ‬‫ﺌﺖ‬
juga untuk memberi makan orang yang tidak mampu”. (HR.
‫ﺷ‬
(‫ﺹ‬‫ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﲔ‬‫)ﺭﻭﺿﺔ‬‫ﻋﻜﺴﻪ‬‫ﻭﻻ‬‫ﺍﳉﺎﺭﻳﺔ‬‫ﺑﻘﻴﻤﺔ‬‫ﻋﺒﺪ‬‫ﺷﺮﺍﺀ‬‫ﳚﻮﺯ‬‫ﻻ‬
‫ﺟﻨﺎﺡ‬‫ﻻ‬‫ﺍﻟﺴﺒﻴﻞ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻀﻴﻒ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﺮﻗﺎﺏ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻘﺮﰉ‬‫ﻭﺫﻭﻱ‬‫ﺍﻟﻔﻘﺮﺍﺀ‬‫ﰲ‬‫ﺗﻮﺭﺙ‬‫ﻻ‬‫ﻭ‬
Jama’ah)
4. Pendapat Imam al-Nawawi dalam kitab Mughni al-Muhtaj
(‫ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻣﺘﻤﻮﻝ‬‫ﻏﲑ‬‫ﻳﻄﻌﻢ‬‫ﻭ‬‫ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬‫ﻣﻨﻬﺎ‬‫ﻳﺄﻛﻞ‬‫ﺃﻥ‬‫ﻭﻟﻴﻬﺎ‬‫ﻣﻦ‬‫ﻋﻠﻰ‬
(Beirut : Dar Al Kutub Al Ilmiyyah) III hal. 550
‫ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ‬‫ﻛﻨﺺ‬‫ﺍﻟﻮﺍﻗﻒ‬‫ﺷﺮﻁ‬
‫ﻪ‬‫ﻜﹾﻤ‬‫ﺣ‬‫ﺬﹶﺍ‬‫ﻫ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬(‫ﻦ‬‫ﺍﻟﺜﱠﻤ‬‫ﻭ‬)‫ﻒ‬‫ﺍﻗ‬‫ﺍﻟﹾﻮ‬‫ﻃﹶﻪ‬‫ﺮ‬‫ﺷ‬‫ﺎ‬‫ﻛﹶﻤ‬‫ﻔﹶﺎﻉﹺ‬‫ﺘ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺬﱡﺭﹺ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬(‫ﺎﻉ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻴﻞﹶ‬‫ﻗ‬‫ﻭ‬)
 ‫ﻴﻪ‬‫ﻓ‬‫ﻖ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻠﹶﻒ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬(‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺔ‬‫ﻴﻤ‬‫)ﻛﹶﻘ‬
Ada yang bependapat harta benda wakaf yang tidak dapat
‫ﻭﻫﻞ‬ ، ‫ﻟﻠﻀﺮﻭﺭﺓ‬ ‫ﺫﲝﻬﺎ‬ ‫ﺟﺎﺯ‬ ‫ﺎ‬‫ﲟﻮ‬ ‫ﻗﻄﻊ‬ ‫ﻓﺈﻥ‬ ‫ﺍﳌﻮﺕ‬ ‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻣﺄﻛﻮﻟﺔ‬ ‫ﺃﺷﺮﻓﺖ‬ ‫ﻭﻟﻮ‬
dimanfaatkan sesuai syarat yang ditetapkan Waqif (pemberi
‫ﺟﻨﺴﻬﺎ‬boleh
wakaf) ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺩﺍﺑﺔ‬dijual,
‫ﺑﺜﻤﻨﻪ‬ ‫ﻭﻳﺸﺘﺮﻯ‬
karena‫ﻳﺒﺎﻉ‬ ‫ﺃﻭ‬ ‫ﻣﺼﻠﺤﺔ‬
tidak ‫ﻣﺎﻳﺮﺍﻩ‬ ‫ﺑﻠﺤﻤﻬﺎ‬ ‫ﺍﳊﺎﻛﻢ‬
dapat dimanfaatkan ‫ﻳﻔﻌﻞ‬
sesuai
dengan syarat yang ditetapkan Waqif (pemberi wakaf).
.‫ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‬‫ﺍﻷﻧﻮﺍﺭ‬‫ﺻﺎﺣﺐ‬‫ﻭﺧﲑ‬،‫ﺃﻭﳍﻤﺎ‬‫ﺍﳌﻘﺮﻯ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫ﺭﺟﺢ‬‫ﻭﺟﻬﺎﻥ‬‫؟‬ ‫ﻭﺗﻮﻗﻒ‬
5. Pendapat Imam al-Ramli dalam Nihayatu Al-Muhtaj (Kairo:
‫ﺍﳌﺎﻭﺭﺩﻯ‬‫ﻭﺫﻫﺐ‬
Mushthofa Al .....
Halaby)‫ﺣﻴﺔ‬‫ﺑﻴﻌﻬﺎ‬‫ﳚﻮﺯ‬‫ﻻ‬‫ﺃﻧﻪ‬‫ﺍﻟﺮﻭﺿﺔ‬‫ﻛﻼﻡ‬‫ﻭﻗﻀﻴﺔ‬
V hal. 391, mengutip pendapat ..........
yng
berkembang pula di kalangan ahli fiqh pendukung mazhab
.‫ﺍﳌﺼﻠﺤﺔ‬‫ﺍﻗﺘﻀﺘﻪ‬‫ﺇﺫﺍ‬‫ﻣﺎ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻣﻨﻬﻤﺎ‬‫ﻛﻞ‬‫ﲝﻤﻞ‬‫ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‬‫ﻭﳚﻤﻊ‬.‫ﺍﳉﻮﺍﺯ‬‫ﺇﱃ‬
(‫ﺹ‬‫ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﲔ‬‫)ﺭﻭﺿﺔ‬‫ﻋﻜﺴﻪ‬‫ﻭﻻ‬‫ﺍﳉﺎﺭﻳﺔ‬‫ﺑﻘﻴﻤﺔ‬‫ﻋﺒﺪ‬‫ﺷﺮﺍﺀ‬‫ﳚﻮﺯ‬‫ﻻ‬
805

‫ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ‬‫ﻛﻨﺺ‬‫ﺍﻟﻮﺍﻗﻒ‬‫ﺷﺮﻁ‬
‫ﻭ‪‬ﻻ‪‬ﺗﻮﺭﺙ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﻔﻘﺮﺍﺀ‪‬ﻭﺫﻭﻱ‪‬ﺍﻟﻘﺮﰉ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﺮﻗﺎﺏ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻀﻴﻒ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﺍﻟﺴﺒﻴﻞ‪‬ﻻ‪‬ﺟﻨﺎﺡ‪‬‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻭﻟﻴﻬﺎ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﺄﻛﻞ‪‬ﻣﻨﻬﺎ‪‬ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‪‬ﻭ‪‬ﻳﻄﻌﻢ‪‬ﻏﲑ‪‬ﻣﺘﻤﻮﻝ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ(‪‬‬
‫‪)‬ﻭ‪‬ﻗ‪‬ﻴﻞﹶ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺎﻉ‪(‬ﻟ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﺬﱡﺭﹺ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺎﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻔﹶﺎﻉﹺ‪‬ﻛﹶﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺷ‪‬ﺮ‪‬ﻃﹶﻪ‪‬ﺍﻟﹾﻮ‪‬ﺍﻗ‪‬ﻒ‪)‬ﻭ‪‬ﺍﻟﺜﱠﻤ‪‬ﻦ‪(‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﻫ‪‬ﺬﹶﺍ‪‬ﺣ‪‬ﻜﹾﻤ‪‬ﻪ‪‬‬
‫‪KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009‬‬

‫‪‬ﻴﻪ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻨ‪‬ﻔ‪‬ﻘﹸﻮﺍﹾ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺷ‪‬ﻲ‪‬ﺀٍ‪‬ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﺑﹺﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‪‬ﻴﻢ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺤ‪‬ﺒﺳ‪‬ﻮﺒ‪‬ﻥﻖﹶ‪‬ﻓﻭ‪‬ﻣ‬
‫ﻒﹸﻮ‪‬ﺍﹾ‪‬ﻋ‪‬ﻠﻣ‪‬ﻤ‬
‫ﹶﻰ‪‬‬ ‫‪‬ﻰ‪‬ﻤ‪‬ﺗﺘ‪‬ﻨﻠﹶﻔ‪‬ﻘ‬
‫ﹶﻦ‪‬ﺗ‪‬ﻘﻨ‪‬ﻴ‪‬ﺎﻟﻤ‪‬ﹸﻮﺔﺍ‪‬ﺍﹾ‪‬ﺍﻟﹾﻟﹾﺒﹺﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺮ‪‬ﺪ‪‬ﺣ‪‬ﺘ(‪‬ﺍﻟﹾ‬
‫ﻟ)ﻛﹶ‬
‫‪Syafii sbb :‬‬
‫‪‬ﻟﻠﻀﺮﻭﺭﺓﻷَﺭ‪،‬ﺽﹺ‪‬‬
‫‪‬ﻭﻫﻞ‪‬‬ ‫‪‬ﺫﲝﻬﺎﻟﹶﻜﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍ‬ ‫‪‬ﺟﺎﺯﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺟ‪‬ﻨ‪‬ﺎ‪‬‬ ‫‪‬ﲟﻮ‪‬ﺎﻣ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶ‬
‫‪‬ﻗﻄﻊﺴ‪‬ﺒ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬‬ ‫‪‬ﻓﺈﻥﻣ‪‬ﺎ‪‬ﻛﹶ‬ ‫‪‬ﺍﳌﻮﺕﺕ‪‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻰﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻃﹶﻴ‪‬ﺒ‪‬ﺎ‬ ‫‪‬ﻣﺄﻛﻮﻟﺔﻔ‪‬ﻘﹸﻮﺍﹾ‪‬‬ ‫‪‬ﺃﺷﺮﻓﺖ‪‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﺃﹶﻧ‬ ‫ﻭﻟﻮ‪‬ﻳﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‬ ‫ﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶ‬
‫‪‬ﻣﻦﻋ‪‬ﻴﻠﹶﻢﻤ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﺃﹶﻥﱠ‪‬‬
‫‪‬ﺟﻨﺴﻬﺎ‪‬‬ ‫‪‬ﺩﺍﺑﺔﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻋ‪‬ﻠ‬
‫ﱠ‪‬ﺍﻟﻠﹼﹾ‪‬ﻓﻪ‪‬ﻴ‪‬ﺑﹺﻪ‬ ‫‪‬ﻭﻳﺸﺘﺮﻯﺗ‪‬ﺀﻐ‪ٍ‬ﻓﹶﻤ‪‬ﺈﹺﻥ‬
‫‪‬ﺑﺜﻤﻨﻪ‪‬ﻮﺍ‬
‫ﻀ‬ ‫ﹶﻥ‪‬ﻲ‪‬‬
‫‪‬ﻦ‪‬ﺃﺷ‪‬‬
‫‪‬ﺇﹺﻣﻻﱠ‪‬‬
‫‪‬ﻳﺒﺎﻉﹸﻮﻪﺍﹾ‪‬‬
‫‪‬ﺃﻭﺑ‪‬ﺎ‪‬ﹺﺂﺗ‪‬ﻨﺧ‪‬ﻔ‪‬ﺬﻘ‪‬ﻳ‬
‫‪‬ﻣﺼﻠﺤﺔﺘﹶ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‬
‫‪‬ﻢ‪‬‬ ‫‪‬ﻮﻥﺴ‪‬‬
‫ﺤ‪‬ﺒﻭ‪‬ﻟﹶ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻥﹶ‪‬‬‫‪‬ﺑﻠﺤﻤﻬﺎﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻘﻪﹸﻮﺍ‪‬ﺗﹾ‪‬ﻨﻣ‪‬ﻔ‪‬ﻤﻘ‬
‫‪‬ﻣﺎﻳﺮﺍﻩﹸﻮ‬ ‫ﺚﺗ‪‬ﻨﹶ‪‬ﻔ‪‬‬
‫‪‬ﺍﳊﺎﻛﻢﻟﹾ‪‬ﺨ‪‬ﺣ‪‬ﺒﺘﹺﻴ‪‬ﻰ‪‬‬
‫ﻳﻔﻌﻞﺗ‪‬ﻴ‪‬ﺎﻟﻤ‪‬ﹸﻮﺍﻤﹾ‪‬ﺍ‪‬ﻮﻟﹾﺍﺒﹺﺮ‬
‫ﹾ‪‬ﺍ‬ ‫ﹶ‪‬ﻨ‬
‫ﹶﻦ‪‬ﺗ‪‬‬
‫ﻟﻭ‪‬ﻻ‬
‫‪‬؟‪‬ﻭﺟﻬﺎﻥ‪‬ﺭﺟﺢ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﺍﳌﻘﺮﻯ‪‬ﺃﻭﳍﻤﺎ‪،‬ﻭﺧﲑ‪‬ﺻﺎﺣﺐ‪‬ﺍﻷﻧﻮﺍﺭ‪‬ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‪.‬‬
‫‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﺃﹶﻧﻔ‪‬ﻘﹸﻮﺍﹾ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻃﹶﻴ‪‬ﺒ‪‬ﺎﺕ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﻛﹶﺴ‪‬ﺒ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺟ‪‬ﻨ‪‬ﺎ‪‬ﻟﹶﻜﹸﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻷَﺭ‪‬ﺽﹺ‪‬‬ ‫ﻭﺗﻮﻗﻒ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺍﻲﻟﱠ‪‬ﺬ‪‬ﻳﺣ‪‬ﻦﻤ‪‬ﻴ‪‬ﺁﺪﻣ‪‬ﻨ‪‬‬‫ﻳﺍﻟﻠﹼ‪‬ﺎ‪‬ﻪﺃﹶ‪‬ﻳﻬﻏﹶﻨﹺ‬
‫ﻭﺫﻫﺐ‪‬ﺍﳌﺎﻭﺭﺩﻯ‪‬‬
‫‪‬ﺍﷲ‪‬ﱠ‪‬‬
‫‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﺃﹶﻥ‬
‫‪‬ﻓﻘﺎﻝﹾ‪:‬ﻓ‪‬ﻴﻪﻳﺎ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻋ‪‬ﻠﹶﻤ‬ ‫‪.....‬ﺍ‬
‫‪‬ﺧﻴﱪﻤ‪‬ﻀ‪‬ﻮ‬ ‫ﻭﻗﻀﻴﺔ‪‬ﻛﻼﻡ‪‬ﺍﻟﺮﻭﺿﺔ‪‬ﺃﻧﻪ‪‬ﻻ‪‬ﳚﻮﺯ‪‬ﺑﻴﻌﻬﺎ‪‬ﺣﻴﺔ‪‬ﺗ‪‬ﻐ‪‬‬
‫‪‬ﺃﺭﺽﱠ‪‬ﺃﹶﻥ‪‬‬
‫‪‬ﻣﻦﺬ‪‬ﻳﻪ‪‬ﺇﹺﻻ‬ ‫‪‬ﺃﺭﺿﺎﹺﺂﺧ‪‬‬ ‫‪‬ﺃﺻﺎﺏﻟﹶﺴ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﺑ‬ ‫‪‬ﻋﻤﺮﻔ‪‬ﻘﹸﻮﻥﹶ‪‬ﻭ‪‬‬ ‫ﺚﹶ‪‬ﺃﻥﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻪ‪‬ﺗ‪‬ﻨ‬ ‫‪..........‬ﹾ‪‬ﺍﻟﹾﺨ‪‬ﺒ‬
‫‪‬ﻋﻤﺮﹺﻴ‪ :‬‬ ‫ﺣﺪﻳﺚﻤ‪‬ﻤ‪‬ﻮﺍ‬
‫‪‬ﺍﺑﻦ‬ ‫ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﻴ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫‪.‬‬ ‫ﻭﳚﻤﻊ‪‬ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‪‬ﲝﻤﻞ‪‬ﻛﻞ‪‬ﻣﻨﻬﻤﺎ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺇﺫﺍ‪‬ﺍﻗﺘﻀﺘﻪ‪‬ﺍﳌﺼﻠﺤﺔ‬
‫‪‬ﲞﻴﱪ ‪‬ﱂ ‪‬ﺃﺻﺐ ‪‬ﻣﺎﻻ ‪‬ﻗﻂ ‪‬ﺃﻧﻔﺲ ‪‬ﻋﻨﺪﻱ ‪‬ﻣﻨﻪ ‪‬ﻓﻤﺎ ‪‬ﺗﺄﻣﺮﱐ؟ ‪‬ﻓﻘﺎﻝ ‪‬ﺇﻥ‪‬‬ ‫‪‬ﺃﺭﺿﺎﻤ‪‬ﻴﺪ‪‬‬ ‫‪.‬‬ ‫ﺇﱃ‪‬ﺍﳉﻮﺍﺯ‬
‫ﺃﺻﺒﺖﻨﹺﻲ‪‬ﺣ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻏﹶ‬
‫‪“Seandainya ada hewan wakaf yang halal dimakan diambang‬‬
‫‪jika‬ﺹ‪‬‬
‫‪(maka‬‬
‫‪‬ﺍﷲ‪‬‬
‫‪maut,‬‬ ‫‪‬ﺭﺳﻮﻝ‬ ‫ﺭﻭﺿﺔ‪‬ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﲔ‪‬ﻓﻘﺎﻝ‪ :‬ﻳﺎ‬
‫‪kematiannya‬ﺧﻴﱪ‬
‫‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺃﺭﺽ‬ ‫ﻻ‪‬ﳚﻮﺯ‪‬ﺷﺮﺍﺀ‪‬ﻋﺒﺪ‪‬ﺑﻘﻴﻤﺔ‪‬ﺍﳉﺎﺭﻳﺔ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻋﻜﺴﻪ‪)‬‬
‫ﺌﺖ‪‬ﺣﺒﺴﺖ‪‬ﺃﺻﻠﻬﺎ‪‬ﻭ‪‬ﺗﺼﺪﻗﺖ‪‬ﺎ‪‬ﻓﺘﺼﺪﻕ‪‬ﺎ‪‬ﻋﻤﺮ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﻻ‪‬ﺗﺒﺎﻉ‪‬ﻭ‪‬ﻻ‪‬ﺗﻮﻫﺐ‪‬‬
‫‪‬ﺃﺻﺎﺏ ‪‬ﺃﺭﺿﺎ‬ ‫‪‬ﻋﻤﺮ‪dapat‬‬ ‫ﺣﺪﻳﺚ ‪‬ﺍﺑﻦ ‪‬ﻋﻤﺮ‪ :‬ﺃﻥ‬
‫‪dipastikan,‬‬ ‫‪boleh‬‬ ‫ﺷ‬
‫‪disembelih,‬‬ ‫‪karena‬‬ ‫‪darurat.‬‬ ‫‪Bolehkah‬‬
‫ﻭ‪‬ﻻ‪‬ﺗﻮﺭﺙ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﻔﻘﺮﺍﺀ‪‬ﻭﺫﻭﻱ‪‬ﺍﻟﻘﺮﰉ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﺮﻗﺎﺏ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻀﻴﻒ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﺍﻟﺴﺒﻴﻞ‪‬ﻻ‪‬ﺟﻨﺎﺡ‪‬‬ ‫‪pemerintah‬‬ ‫‪melakukan‬‬
‫‪‬ﺇﻥ‪‬‬
‫‪apa‬‬ ‫‪‬ﻓﻘﺎﻝ‬
‫‪‬ﺗﺄﻣﺮﱐ؟‪yang‬‬ ‫‪‬ﻋﻨﺪﻱ ‪‬ﻣﻨﻪ ‪‬ﻓﻤﺎ‬
‫‪dipandangnya‬‬ ‫‪pada‬ﻗﻂ ‪‬ﺃﻧﻔﺲ‬
‫‪maslahat‬‬ ‫‪‬ﺃﺻﺐ‪‬ﻣﺎﻻ‬
‫ﺷﺮﻁ‪‬ﺍﻟﻮﺍﻗﻒ‪‬ﻛﻨﺺ‪‬ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ‬
‫‪dagingnya‬‬ ‫‪‬ﺃﺭﺿﺎ ‪‬ﲞﻴﱪ ‪‬ﱂ‬ ‫‪? Atau‬‬ ‫ﺃﺻﺒﺖ‬ ‫‪ia‬‬
‫‪‬‬
‫‪dan‬‬‫(‬‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ‬
‫‪hasil‬‬ ‫)‬‫ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻭﻟﻴﻬﺎ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﺄﻛﻞ‪‬ﻣﻨﻬﺎ‪‬ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‪‬ﻭ‪‬ﻳﻄﻌﻢ‪‬ﻏﲑ‪‬ﻣﺘﻤﻮﻝ‪‬‬
‫ﺷﺌﺖ‪‬ﺣﺒﺴﺖ‪‬ﺃﺻﻠﻬﺎ‪‬ﻭ‪‬ﺗﺼﺪﻗﺖ‪‬ﺎ‪‬ﻓﺘﺼﺪﻕ‪‬ﺎ‪‬ﻋﻤﺮ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﻻ‪‬ﺗﺒﺎﻉ‪‬ﻭ‪‬ﻻ‪‬ﺗﻮﻫﺐ‪‬‬
‫‪jual‬‬ ‫‪penjualannya‬‬ ‫‪dibelikannya‬‬ ‫‪hewan‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪sejenis,‬‬
‫‪kemudian dijadikannya wakaf pengganti ? Ada dua pendapat.‬‬
‫ﻭ‪‬ﻻ‪‬ﺗﻮﺭﺙ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﻔﻘﺮﺍﺀ‪‬ﻭﺫﻭﻱ‪‬ﺍﻟﻘﺮﰉ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﺮﻗﺎﺏ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻀﻴﻒ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﺍﻟﺴﺒﻴﻞ‪‬ﻻ‪‬ﺟﻨﺎﺡ‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪Al‬ﺣ‪‬ﻜﹾﻤ‪‬ﻪ‬
‫‪Ibnu‬‬ ‫‪Maqri‬ﻫ‪‬ﺬﹶﺍ‪‬‬
‫‪mendukung‬ﻦ‪(‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬‬
‫‪pedapat‬ﻪ‪‬ﺍﻟﹾﻮ‪‬ﺍﻗ‪‬ﻒ‪)‬ﻭ‪‬ﺍﻟﺜﱠﻤ‪‬‬
‫‪pertama.‬ﻉﹺ‪‬ﻛﹶﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺷ‪‬ﺮ‪‬ﻃﹶ‬
‫‪(Pengarang‬ﻟ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬ﺬﱡﺭﹺ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺎﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻔﹶﺎ‬
‫‪)‬ﻭ‪‬ﻗ‪‬ﻴﻞﹶ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺎﻉ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﳉﻤﺎﻋﺔ(‪‬‬
‫‪Al Anwar‬‬ ‫‪memilih‬‬
‫ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻭﻟﻴﻬﺎ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﺄﻛﻞ‪‬ﻣﻨﻬﺎ‪‬ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‪‬ﻭ‪‬ﻳﻄﻌﻢ‪‬ﻏﲑ‪‬ﻣﺘﻤﻮﻝ‪)‬‬
‫‪memperbolehkan‬‬ ‫‪salah‬‬
‫ﹶﻰ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺳ‪‬ﺒ‪‬ﻖ‪‬ﻓ‪‬ﻴﻪ‬ ‫‪satu‬ﻠﹶﻒ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‬ ‫‪pendapat‬ﺪ‪(‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺘ‪‬‬
‫)ﻛﹶﻘ‪‬ﻴﻤ‪‬ﺔ‪‬ﺍﻟﹾﻌ‪‬ﺒ‪‬‬
‫‪tersebut............ Inti penjelasan dalam buku Ar Roudhoh ialah‬‬
‫‪‬‬
‫‪،boleh‬ﺣ‪‬ﻜﹾﻤ‪‬ﻪ‬
‫‪‬ﻭﻫﻞ‪‬‬
‫‪tidak‬‬ ‫‪‬ﻟﻠﻀﺮﻭﺭﺓﺬﹶﺍ‪‬‬
‫‪menjual‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ‪‬ﻫ‪‬‬
‫‪‬ﺫﲝﻬﺎ‪(‬‬
‫‪‬ﺟﺎﺯﻭ‪‬ﺍﻟﺜﱠﻤ‪‬ﻦ‬
‫‪)hewan‬‬
‫‪‬ﲟﻮ‪‬ﺎﻒ‪‬‬
‫‪‬ﻗﻄﻊ‪‬ﺍﻟﹾﻮ‪‬ﺍﻗ‪‬‬
‫‪‬ﻓﺈﻥﺷ‪‬ﺮ‪‬ﻃﹶﻪ‬
‫‪tersebut‬‬ ‫‪‬ﺍﳌﻮﺕﻛﹶﻤ‪‬ﺎ‪‬‬
‫‪dalam‬ﹺ‪‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻰﺘ‪‬ﻔﹶﺎﻉ‬
‫‪keadaan‬ﺭﹺ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺎﻧ‪‬‬
‫‪‬ﻣﺄﻛﻮﻟﺔﺬﱡ‬
‫‪‬ﺃﺷﺮﻓﺖﻉ‪(‬ﻟ‪‬ﺘ‪‬ﻌ‪‬‬
‫‪masih‬ﻞﹶ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﺎ‬
‫)‪‬ﻭ‪‬ﻗ‪‬ﻴ‬
‫‪‬ﻭﻟﻮ‬
‫‪hidup. Tapi Al Mawardi (salah seorang pendukung mazhab‬‬
‫‪yang‬ﺟﻨﺴﻬﺎ‪‬‬
‫‪Syafii‬‬ ‫‪‬ﺩﺍﺑﺔ ‪‬ﻣﻦ‬ ‫‪450‬ﺑﺜﻤﻨﻪ‬
‫‪wafat‬‬ ‫‪‬ﻭﻳﺸﺘﺮﻯ‬‫‪‬ﻳﺒﺎﻉ )‪H.‬‬ ‫‪‬ﺃﻭ ‪‬‬
‫‪‬ﻣﺼﻠﺤﺔ‪‬ﻓ‪‬ﻴﻪ‬
‫‪berpendapat‬‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺳ‪‬ﺒ‪‬ﻖ‬ ‫‪‬ﺑﻠﺤﻤﻬﺎﻒ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‬
‫‪‬ﻣﺎﻳﺮﺍﻩ‬
‫‪boleh‬‬ ‫‪‬ﺍﳊﺎﻛﻢﺪ‪(‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺘ‪‬ﻠﹶ‬
‫‪menjual‬‬ ‫‪hewan‬ﺍﻟﹾﻌ‪‬ﺒ‪‬‬
‫ﻳﻔﻌﻞ‪‬ﻴﻤ‪‬ﺔ‬
‫)ﻛﹶﻘ‬
‫‪‬؟‪‬ﻭﺟﻬﺎﻥ‪‬ﺭﺟﺢ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﺍﳌﻘﺮﻯ‪‬ﺃﻭﳍﻤﺎ‪،‬ﻭﺧﲑ‪‬ﺻﺎﺣﺐ‪‬ﺍﻷﻧﻮﺍﺭ‪‬ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‪.‬‬
‫‪tersebut‬‬
‫‪‬ﻭﻫﻞ‪‬‬
‫‪dalam keadaan masih hidup. Kedua pendapat‬‬
‫‪‬ﻟﻠﻀﺮﻭﺭﺓ ‪،‬‬ ‫ﻭﺗﻮﻗﻒ‬
‫‪tersebut‬‬ ‫‪‬ﺫﲝﻬﺎ‪dapat‬‬ ‫‪‬ﻓﺈﻥ ‪‬ﻗﻄﻊ ‪‬ﲟﻮ‪‬ﺎ ‪‬ﺟﺎﺯ‬
‫‪diselaraskan‬‬ ‫‪dengan‬‬ ‫‪‬ﻋﻠﻰ ‪‬ﺍﳌﻮﺕ‬ ‫‪‬ﺃﺷﺮﻓﺖ ‪‬ﻣﺄﻛﻮﻟﺔ‬
‫‪menyesuaikannya‬‬ ‫ﻭﻟﻮ‬
‫ﻭﺫﻫﺐ‪‬ﺍﳌﺎﻭﺭﺩﻯ‪‬‬
‫‪‬ﺟﻨﺴﻬﺎ‪‬‬
‫‪dengan‬‬ ‫‪‬ﻣﻦ‬ ‫‪.....‬ﺩﺍﺑﺔ‬ ‫ﻭﻗﻀﻴﺔ‪‬ﻛﻼﻡ‪‬ﺍﻟﺮﻭﺿﺔ‪‬ﺃﻧﻪ‪‬ﻻ‪‬ﳚﻮﺯ‪‬ﺑﻴﻌﻬﺎ‪‬ﺣﻴﺔ‪‬‬
‫‪‬ﻭﻳﺸﺘﺮﻯ ‪‬ﺑﺜﻤﻨﻪ‬
‫‪kemashlahatan.‬‬ ‫‪‬ﺍﳊﺎﻛﻢ ‪‬ﺑﻠﺤﻤﻬﺎ ‪‬ﻣﺎﻳﺮﺍﻩ ‪‬ﻣﺼﻠﺤﺔ ‪‬ﺃﻭ ‪‬ﻳﺒﺎﻉ‬ ‫‪..........‬‬ ‫ﻳﻔﻌﻞ‬
‫‪6. Pandangan‬‬ ‫ﺇﱃ‪‬ﺍﳉﻮﺍﺯ‪.‬ﻭﳚﻤﻊ‪‬ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‪‬ﲝﻤﻞ‪‬ﻛﻞ‪‬ﻣﻨﻬﻤﺎ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺇﺫﺍ‪‬ﺍﻗﺘﻀﺘﻪ‪‬ﺍﳌﺼﻠﺤﺔ‪.‬‬
‫‪Imam‬‬ ‫‪al-Nawawi‬‬ ‫‪dalam‬‬
‫‪‬؟‪‬ﻭﺟﻬﺎﻥ‪‬ﺭﺟﺢ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﺍﳌﻘﺮﻯ‪‬ﺃﻭﳍﻤﺎ‪،‬ﻭﺧﲑ‪‬ﺻﺎﺣﺐ‪‬ﺍﻷﻧﻮﺍﺭ‪‬ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‪.‬‬
‫‪kitab‬‬ ‫‪Raulah‬‬ ‫‪al-Thalibin‬‬
‫ﻭﺗﻮﻗﻒ‬
‫‪juz IV halaman 416:‬‬
‫ﻭﺫﻫﺐ‪‬ﺍﳌﺎﻭﺭﺩﻯ‪‬‬
‫‪.....‬ﺹ‪(‬‬ ‫ﻭﻗﻀﻴﺔ‪‬ﻛﻼﻡ‪‬ﺍﻟﺮﻭﺿﺔ‪‬ﺃﻧﻪ‪‬ﻻ‪‬ﳚﻮﺯ‪‬ﺑﻴﻌﻬﺎ‪‬ﺣﻴﺔ‪‬‬
‫ﺭﻭﺿﺔ‪‬ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﲔ‪‬‬ ‫‪..........‬‬
‫ﻻ‪‬ﳚﻮﺯ‪‬ﺷﺮﺍﺀ‪‬ﻋﺒﺪ‪‬ﺑﻘﻴﻤﺔ‪‬ﺍﳉﺎﺭﻳﺔ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻋﻜﺴﻪ‪)‬‬
‫‪Tidak boleh‬‬ ‫‪membeli budak laki-laki dengan harga‬‬
‫ﻭﳚﻤﻊ‪‬ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‪‬ﲝﻤﻞ‪‬ﻛﻞ‪‬ﻣﻨﻬﻤﺎ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺇﺫﺍ‪‬ﺍﻗﺘﻀﺘﻪ‪‬ﺍﳌﺼﻠﺤﺔ‪.‬‬ ‫‪budak‬‬
‫ﺇﱃ‪‬ﺍﳉﻮﺍﺯ‪.‬‬
‫‪perempuan. Begitu pula sebaliknya.‬‬ ‫ﺷﺮﻁ‪‬ﺍﻟﻮﺍﻗﻒ‪‬ﻛﻨﺺ‪‬ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ‪‬‬
‫ﻻ‪‬ﳚﻮﺯ‪‬ﺷﺮﺍﺀ‪‬ﻋﺒﺪ‪‬ﺑﻘﻴﻤﺔ‪‬ﺍﳉﺎﺭﻳﺔ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻋﻜﺴﻪ‪)‬ﺭﻭﺿﺔ‪‬ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﲔ‪‬ﺹ‪(‬‬
‫‪7. Kaidah Fiqhiyyah:‬‬
‫ﺷﺮﻁ‪‬ﺍﻟﻮﺍﻗﻒ‪‬ﻛﻨﺺ‪‬ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ‪‬‬
‫‪Syarat waqif mempunyai kekuatan seperti firman Allah.‬‬

‫‪806‬‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

MASALAH YANG TERKAIT DENGAN ZAKAT

A. DESKRIPSI MASALAH
Terjadinya perubahan dalam mesyarakat diikuti oleh perbedaan
pola pengelolaan zakat, yang sebagian memunculkan berbagai
masalah hukum fiqih.
Di sekitar bulan April dan Oktober 2008 Komite Akuntasi
Syariah Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengajukan
Permohonan Fatwa untuk Zakat kepada Pimpinan Majelis Ulama
Indonesia.

B. KETENTUAN HUKUM
a. Definisi, Tugas, Fungsi, Kewajiban dan Hak-hak Amil
Definisi ‘amil adalah seseorang atau sekelompok orang yang
ditunjuk/ disahkan oleh pemerintah untuk mengurus zakat,
Tugas ‘amil adalah memungut (dari orang kaya) dan
menyalurkan kepada mustahiq
Fungsi ‘amil adalah sebagai pelaksana segala kegiatan urusan
zakat yang meliputi pengumpulan, pencatatan (administrasi),
dan pendistribusian.
Kewajiban ‘amil adalah melakukan pencacatan data muzakki,
para mustahiq, memungut atau menerima, mengetahui jumlah
dan besarnya kebutuhan mustahiq dan menyerahkan harta
zakat dengan baik dan benar.
Hak ‘amil adalah menerima bagian dari harta zakat untuk
melaksanakan seluruh tugas-tugasnya maksimal seperdelapan
(12,5%) dari harta zakat, dan jika ada kekurangan boleh
diambilkan dana di luar zakat.
b. Amil tidak boleh meminta ongkos di luar hak-hak (bagian)
amil karena amil tidak boleh menerima pemberian hadiah dari
muzakki apalagi meminta ongkos di luar hak amil meskipun
untuk operasional amil.
c. Amil tidak boleh memberikan hadiah kepada muzakki yang
berasal dari harta zakat.
d. Amil tidak boleh menerima hadiah dari muzakki dalam kaitan
tugasnya sebagai amil.

807
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

e. Biaya yang ditimbulkan karena tugas penyaluran zakat baik


langsung atau tidak langsung bersumber dari porsi bagian
amil. Apabila tidak mencukupi dapat diambil dari dana di luar
zakat.
f. Perusahaan yang telah memenuhi syarat wajib zakat, wajib
mengeluarkan zakat, baik sebagai syakhshiyyah i’tibariyyah
ataupun sebagai pengganti (wakil) dari pemegang saham.

C. REKOMENDASI
a. Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah diminta
mengalokasikan anggaran bagi Badan Amil Zakat (BAZ) dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) agar dapat melaksanan tugasnya,
secara efektif dan produktif.
b. Pengelola BAZ dan LAZ diminta agar melakukan konsultasi
kepada Ulama dalam setiap pengambilan kebijakan terkait
dengan masalah fikih zakatnya.
c. MUI pusat diharapkan memberikan penjelasan lebih rinci
terhadap keputusan yang masih perlu penjelasan, misalnya
tentang zakat perusahaan.

D. DASAR PENETAPAN
1. Firman Allah SWT :
‫ﻗﹶﺎﺏﹺ‬‫ﺍﻟﺮ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻗﹸﻠﹸﻮﺑ‬‫ﻟﱠﻔﹶﺔ‬‫ﺆ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﲔ‬‫ﻠ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺍﹾﻟﻌ‬‫ﻭ‬‫ﲔﹺ‬‫ﺎﻛ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻠﹾﻔﹸﻘﹶﺮ‬‫ﻟ‬‫ﻗﹶﺎﺕ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﺼ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬
 ‫ﻴﻢ‬‫ﻜ‬‫ﺣ‬‫ﻴﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺔﹰ‬‫ﻓﹶﺮﹺﻳﻀ‬‫ﺒﹺﻴﻞﹺ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﻦﹺ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﺒﹺﻴﻞﹺ‬‫ﺳ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻭ‬‫ﲔ‬‫ﺎﺭﹺﻣ‬‫ﺍﻟﹾﻐ‬‫ﻭ‬
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
‫ﺇﻧﻚ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﺍﻟﻴﻤﻦ‬‫ﺇﱃ‬‫ﻣﻌﺎﺫﺍ‬‫ﺑﻌﺚ‬‫ﳌﺎ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﻟﻨﱯ‬‫ﺃﻥ‬‫ﻋﺒﺎﺱ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫ﻋﻦ‬
para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
‫ﻓﺈﺫﺍ‬‫ﻭﺟﻞ‬‫ﻋﺰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻋﺒﺎﺩﺓ‬‫ﺇﻟﻴﻪ‬‫ﺗﺪﻋﻮﻫﻢ‬‫ﻣﺎ‬‫ﺃﻭﻝ‬‫ﻓﻠﻴﻜﻦ‬‫ﻛﺘﺎﺏ‬‫ﺃﻫﻞ‬‫ﻗﻮﻡ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﺗﻘﺪﻡ‬
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
‫ﻗﹶﺎﺏﹺ‬‫ﺍﻟﺮ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻗﹸﻠﹸﻮﺑ‬‫ﻟﱠﻔﹶﺔ‬‫ﺆ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﲔ‬‫ﻠ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺍﹾﻟﻌ‬‫ﻭ‬‫ﲔﹺ‬‫ﺎﻛ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺍﺀ‬‫ﻠﹾﻔﹸﻘﹶﺮ‬‫ﻟ‬‫ﻗﹶﺎﺕ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﺼ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬
‫ﻓﺈﺫﺍ‬‫ﻭﻟﻴﻠﺘﻬﻢ‬‫ﻳﻮﻣﻬﻢ‬‫ﰲ‬‫ﺻﻠﻮﺍﺕ‬‫ﲬﺲ‬‫ﻋﻠﻴﻬﻢ‬‫ﻓﺮﺽ‬‫ﻗﺪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺃﻥ‬‫ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻋﺮﻓﻮﺍ‬
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha
‫ﻋﻠﻰ‬  ‫ﺃﻣﻮﺍﳍﻢﻢ‬
‫ﻓﺘﺮﺩ‬ ‫ﻴ‬‫ﻜ‬Bijaksana”.
‫ﺣ‬‫ﻴﻢ‬‫ﻣﻦ‬
‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﺗﺆﺧﺬﻠﹼﻪ‬
‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬‫(ﻪ‬QS.
‫ﺍﻟﻠﹼ‬‫ﺯﻛﺎﺓ‬
‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﹰ‬Al-Taubah:
‫ﺔ‬‫ﻋﻠﻴﻬﻢﻀ‬
‫ﻓﹶﺮﹺﻳ‬‫ﻓﺮﺽﹺﻴﻞﹺ‬
‫ﺒ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﻦﹺ‬60)
‫ﻗﺪﺑ‬
‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺍﷲﻪ‬
‫ﺍﻟﻠﹼ‬‫ﺃﻥﻞﹺ‬
‫ﺒﹺﻴ‬‫ﺳ‬‫ﻲ‬
‫ﻓ‬‫ﻭ‬‫ﲔ‬‫ﻌﻠﻮﺍﺭﹺﻣ‬
‫ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍﻟﹾﻐ‬‫ﻓﻭ‬

2. ‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬
Hadis Nabi  ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ﺃﻣﻮﺍﻝ‬ ‫ﻛﺮﺍﺋﻢ‬ ‫ﻭﺗﻮﻕ‬ ‫ﻣﻨﻬﻢ‬‫ﻓﺨﺬ‬‫ﺎ‬‫ﺃﻃﺎﻋﻮﺍ‬ ‫ﻓﺈﺫﺍ‬ ‫ﻓﻘﺮﺍﺀﻫﻢ‬
‫)ﺭﻭﺍﻩ‬saw:
(‫ﺑﺴﻄﺎﻡ‬‫ﺑﻦ‬‫ﺃﻣﻴﺔ‬‫ﻋﻦ‬‫ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ‬‫ﰲ‬‫ﻭﻣﺴﻠﻢ‬
‫ﺇﻧﻚ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﺍﻟﻴﻤﻦ‬‫ﺇﱃ‬‫ﻣﻌﺎﺫﺍ‬‫ﺑﻌﺚ‬‫ﳌﺎ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﻟﻨﱯ‬‫ﺃﻥ‬‫ﻋﺒﺎﺱ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫ﻋﻦ‬
:‫ﻓﺈﺫﺍ‬‫ﻭﺟﻞ‬‫ﻋﺰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻋﺒﺎﺩﺓ‬‫ﺇﻟﻴﻪ‬‫ﺗﺪﻋﻮﻫﻢ‬‫ﻣﺎ‬‫ﺃﻭﻝ‬‫ﻓﻠﻴﻜﻦ‬‫ﻛﺘﺎﺏ‬‫ﺃﻫﻞ‬‫ﻗﻮﻡ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﺗﻘﺪﻡ‬
‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻋﻨﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺿﻲ‬‫ﺍﳋﺪﺭﻱ‬‫ﺳﻌﻴﺪ‬‫ﺃﰊ‬‫ﻋﻦ‬
‫ﻓﺈﺫﺍ‬‫ﻭﻟﻴﻠﺘﻬﻢ‬‫ﻳﻮﻣﻬﻢ‬‫ﰲ‬‫ﺻﻠﻮﺍﺕ‬‫ﲬﺲ‬‫ﻋﻠﻴﻬﻢ‬‫ﻓﺮﺽ‬‫ﻗﺪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺃﻥ‬‫ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻋﺮﻓﻮﺍ‬
‫ﺃﻭ‬‫ﻟﻐﺎﺭﻡ‬‫ﺃﻭ‬‫ﻋﻠﻴﻬﺎ‬‫ﻟﻌﺎﻣﻞ‬‫ﺃﻭ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺳﺒﻴﻞ‬‫ﰲ‬‫ﻟﻐﺎﺯ‬‫ﳋﻤﺴﺔ‬‫ﺇﻻ‬‫ﻟﻐﲏ‬‫ﺔ‬ ‫ﺍﻟﺼﺪﻗ‬‫ﲢﻞ‬‫ﻻ‬
808
‫ﻋﻠﻰ‬ ‫ﻓﺘﺮﺩ‬ ‫ﺃﻣﻮﺍﳍﻢ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺗﺆﺧﺬ‬ ‫ﺯﻛﺎﺓ‬ ‫ﻋﻠﻴﻬﻢ‬ ‫ﻓﺮﺽ‬ ‫ﻗﺪ‬ ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺃﻥ‬ ‫ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ‬ ‫ﻓﻌﻠﻮﺍ‬
‫ﻓﺄﻫﺪﻯ‬‫ﺍﳌﺴﻜﲔ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻓﺘﺼﺪﻕ‬‫ﻣﺴﻜﲔ‬‫ﺟﺎﺭ‬‫ﻟﻪ‬‫ﻛﺎﻥ‬‫ﻟﺮﺟﻞ‬‫ﺃﻭ‬‫ﲟﺎﻟﻪ‬‫ﺍﺷﺘﺮﺍﻫﺎ‬‫ﻟﺮﺟﻞ‬
‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬ ‫)ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ﺃﻣﻮﺍﻝ‬ ‫ﻛﺮﺍﺋﻢ‬ ‫ﻭﺗﻮﻕ‬ ‫ﻣﻨﻬﻢ‬‫ﻓﺨﺬ‬‫ﺎ‬‫ﺃﻃﺎﻋﻮﺍ‬ ‫ﻓﺈﺫﺍ‬ ‫ﻓﻘﺮﺍﺀﻫﻢ‬
(‫ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻟﻠﻐﲏ‬‫ﺍﳌﺴﻜﲔ‬
(‫ﺑﺴﻄﺎﻡ‬‫ﺑﻦ‬‫ﺃﻣﻴﺔ‬‫ﻋﻦ‬‫ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ‬‫ﰲ‬‫ﻭﻣﺴﻠﻢ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﺒﺎﺱ‪‬ﺃﻥ‪‬ﺍﻟﻨﱯ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﳌﺎ‪‬ﺑﻌﺚ‪‬ﻣﻌﺎﺫﺍ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺍﻟﻴﻤﻦ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺇﻧﻚ‪‬‬
‫‪HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA‬‬
‫ﺗﻘﺪﻡ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻗﻮﻡ‪‬ﺃﻫﻞ‪‬ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﻓﻠﻴﻜﻦ‪‬ﺃﻭﻝ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺗﺪﻋﻮﻫﻢ‪‬ﺇﻟﻴﻪ‪‬ﻋﺒﺎﺩﺓ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﺰ‪‬ﻭﺟﻞ‪‬ﻓﺈﺫﺍ‪‬‬
‫ﻋﺮﻓﻮﺍ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ‪‬ﺃﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻗﺪ‪‬ﻓﺮﺽ‪‬ﻋﻠﻴﻬﻢ‪‬ﲬﺲ‪‬ﺻﻠﻮﺍﺕ‪‬ﰲ‪‬ﻳﻮﻣﻬﻢ‪‬ﻭﻟﻴﻠﺘﻬﻢ‪‬ﻓﺈﺫﺍ‪‬‬
‫ﻓﻌﻠﻮﺍ ‪‬ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ ‪‬ﺃﻥ ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻗﺪ ‪‬ﻓﺮﺽ ‪‬ﻋﻠﻴﻬﻢ ‪‬ﺯﻛﺎﺓ ‪‬ﺗﺆﺧﺬ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺃﻣﻮﺍﳍﻢ ‪‬ﻓﺘﺮﺩ ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﻓﻘﺮﺍﺀﻫﻢ ‪‬ﻓﺈﺫﺍ ‪‬ﺃﻃﺎﻋﻮﺍ‪‬ﺎ‪‬ﻓﺨﺬ‪‬ﻣﻨﻬﻢ ‪‬ﻭﺗﻮﻕ ‪‬ﻛﺮﺍﺋﻢ ‪‬ﺃﻣﻮﺍﻝ ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‪‬‬
‫ﻭﻣﺴﻠﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺃﻣﻴﺔ‪‬ﺑﻦ‪‬ﺑﺴﻄﺎﻡﻌ(‪‬ﺎﻣ‪‬ﻠ‪‬ﲔ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻟﱠﻔﹶﺔ‪‬ﻗﹸﻠﹸﻮﺑ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﻗﹶﺎﺏﹺ‪‬‬
‫ﺇﹺﻧ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﺼ‪‬ﺪ‪‬ﻗﹶﺎﺕ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾﻔﹸﻘﹶﺮ‪‬ﺍﺀ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺴ‪‬ﺎﻛ‪‬ﲔﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺍﹾﻟ‬
‫‪Dari Ibn‬‬ ‫‪Abbas‬ﻢ‪ ‬‬
‫‪ra.‬ﻠ‪‬ﻴﻢ‪‬ﺣ‪‬ﻜ‪‬ﻴ‬ ‫‪bahwa‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻋ‪‬‬
‫‪nabi‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻭ‬
‫‪saw‬ﻓﹶﺮﹺﻳﻀ‪‬ﺔﹰ‪‬‬
‫‪ketika‬ﺴ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ‪‬‬
‫‪mengutus‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺑ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﻟ‬
‫‪Mu’adz‬ﻭ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ‪‬ﺍﻟﻠﹼ‬
‫ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻐ‪‬ﺎﺭﹺﻣ‪‬ﲔ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰊ‪‬ﺳﻌﻴﺪ‪‬ﺍﳋﺪﺭﻱ‪‬ﺭﺿﻲ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:ke‬‬
‫‪Yaman bersabda: Engkau berada di lingkungan Ahli‬‬
‫ﺔ‪‬ﻟﻐﲏ‪‬ﺇﻻ‪‬ﳋﻤﺴﺔ‪‬ﻟﻐﺎﺯ‪‬ﰲ‪‬ﺳﺒﻴﻞ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﻐﺎﺭﻡ‪‬ﺃﻭ‪‬‬
‫‪Kitab, maka hendaklah hal pertama yang engkau dakwahkan‬‬ ‫ﻻ‪‬ﲢﻞ‪‬ﺍﻟﺼﺪﻗ‬
‫‪adalah seruan beribadah kepada Allah SWT. Jika mereka‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﺒﺎﺱ‪‬ﺃﻥ‪‬ﺍﻟﻨﱯ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﳌﺎ‪‬ﺑﻌﺚ‪‬ﻣﻌﺎﺫﺍ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺍﻟﻴﻤﻦ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺇﻧﻚ‪‬‬
‫ﻟﺮﺟﻞ‪‬ﺍﺷﺘﺮﺍﻫﺎ‪‬ﲟﺎﻟﻪ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﺮﺟﻞ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺟﺎﺭ‪‬ﻣﺴﻜﲔ‪‬ﻓﺘﺼﺪﻕ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﳌﺴﻜﲔ‪‬ﻓﺄﻫﺪﻯ‪‬‬
‫‪telah mengenal Allah (bersyahadat) maka beritahu mereka‬‬
‫‪bahwa Allah SWT mewajibkan shalat lima waktu sehari‬‬
‫ﺗﻘﺪﻡ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻗﻮﻡ‪‬ﺃﻫﻞ‪‬ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﻓﻠﻴﻜﻦ‪‬ﺃﻭﻝ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺗﺪﻋﻮﻫﻢ‪‬ﺇﻟﻴﻪ‪‬ﻋﺒﺎﺩﺓ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﺰ‪‬ﻭﺟﻞ‪‬ﻓﺈﺫﺍ‪‬‬
‫)‪semalam. Apabila mereka telah lakukan, beritahu (lagi‬‬
‫ﺍﳌﺴﻜﲔ‪‬ﻟﻠﻐﲏ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ(‪‬‬
‫ﻋﺮﻓﻮﺍ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ‪‬ﺃﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻗﺪ‪‬ﻓﺮﺽ‪‬ﻋﻠﻴﻬﻢ‪‬ﲬﺲ‪‬ﺻﻠﻮﺍﺕ‪‬ﰲ‪‬ﻳﻮﻣﻬﻢ‪‬ﻭﻟﻴﻠﺘﻬﻢ‪‬ﻓﺈﺫﺍ‪‬‬
‫‪mereka bahwa Allah SWT mewajibkan zakat yang diambil‬‬
‫‪‬ﳑﻦ‪‬‬
‫‪‬ﻏﲑﻫﻢ‪dari‬‬ ‫‪orang‬ﺃﻭ‪harta‬‬ ‫‪‬ﺃﻫﻠﻬﺎ ‪‬ﻛﺎﻥ‬ ‫‪kaya‬‬ ‫‪‬ﻭﻗﺴﻤﻬﺎ‪‬ﻣﻦ‬
‫‪di antara‬‬ ‫‪‬ﻗﺒﻀﻬﺎ‬ ‫‪‬ﻭﻻﻩ ‪‬ﺍﻟﻮﺍﱄ‬
‫‪mereka‬‬ ‫‪‬ﻣﻦ‪dan‬‬ ‫ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻠﻮﻥ ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‬
‫‪dikembalikan‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫‪kepada‬ﹺ‪‬‬ ‫‪‬ﻓﺘﺮﺩ‬ ‫‪‬ﺃﻣﻮﺍﳍﻢ‬
‫‪fuqara.‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﻗﹶﺎﺏ‬ ‫‪‬ﻣﻦ‬
‫‪Apabila‬ﺔ‪‬ﻗﹸﻠﹸﻮﺑ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬‬ ‫‪‬ﺗﺆﺧﺬ‬ ‫‪‬ﺯﻛﺎﺓ‬
‫‪mereka‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻟﱠﻔﹶ‬ ‫‪‬ﻋﻠﻴﻬﻢ‬ ‫‪‬ﻓﺮﺽ‬
‫‪mentaati‬ﹾﻟﻌ‪‬ﺎﻣ‪‬ﻠ‪‬ﲔ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬‬ ‫‪‬ﻗﺪ‬ ‫‪‬ﺍﷲ‬
‫‪‬ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ‪‬ﻟ‪‬ﻠﹾﻔﹸﻘﹶﺮ‪‬ﺍﺀ‪‬‬
‫‪‬ﺃﻥ‬
‫ﺃﻋﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻮﺍﱄ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﲨﻌﻬﺎ‪‬ﻭﻗﻤ‪‬ﺴ‪‬ﺎﻛ‪‬ﲔﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‬
‫‪perintah‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫‪tersebut,‬ﺕ‬ ‫ﻌﻠﻮﺍ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﺼ‪‬ﺪ‪‬ﻗﹶﺎ‬ ‫ﺇﹺﻓﻧ‪‬ﻤ‬
‫ﺒﻀﻬﺎ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﻌﺮﻓﺎﺀ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﻻ‪‬ﻏﲎ‪‬ﻟﻠﻮﺍﱄ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻳﺼﻠﺤﻬﺎ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‪‬‬
‫‪ambil dari‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ ‪‬ﺣ‪)‬ﻜ‪‬ﻴ‬
‫‪(HR.‬ﻢ‪‬‬
‫‪mereka‬‬
‫‪‬ﺃﻣﻮﺍﻝ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‬
‫‪Bukhari‬ﻴﻢ‪‬‬‫‪‬ﻛﺮﺍﺋﻢﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‬
‫‪‬ﻭﺗﻮﻕ )‪(zakat‬‬
‫‪‬ﺍﻟﻠﹼ‬ ‫‪‬ﺃﻃﺎﻋﻮﺍ‪‬ﺎ‪‬ﻓﺨﺬ‪‬ﻣﻨﻬﻢﹺ‪‬ﻓﹶﺮﹺﻳﻀ‪‬ﺔ‬
‫‪dan jagalah kehormatan‬‬
‫)‪Muslim‬ﹰ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‬ ‫‪‬ﻲ‪‬ﺳ‪‬ﺒﹺﻴﻞﹺ‪‬ﺍﻟﻠﹼﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺑ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﻟﺴ‪‬ﺒﹺﻴﻞ‬ ‫‪‬ﻓﺈﺫﺍ‬ ‫ﻓﻘﺮﺍﺀﻫﻢﲔ‬
‫‪harta‬‬
‫ﺇﻻ‪‬ﻣﻜﺎﻧﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻓ‬
‫ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻐ‪‬ﺎﺭﹺﻣ‪‬‬
‫‪manusia.‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪....‬‬
‫ﻭﻣﺴﻠﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺃﻣﻴﺔ‪‬ﺑﻦ‪‬ﺑﺴﻄﺎﻡ(‪‬‬
‫ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﻳﺄﺧﺬ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ‪‬ﺑﻘﺪﺭ‪‬ﻏﻨﺎﺋﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺰﺍﺩ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻣﻮﺳﺮﺍ‪3. ‬‬
‫‪Hadis Nabi saw:‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰊ‪‬ﺳﻌﻴﺪ‪‬ﺍﳋﺪﺭﻱ‪‬ﺭﺿﻲ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻋﺒﺎﺱ‪‬ﺃﻥ‪‬ﺍﻟﻨﱯ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﳌﺎ‪‬ﺑﻌﺚ‪‬ﻣﻌﺎﺫﺍ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺍﻟﻴﻤﻦ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺇﻧﻚ‪‬‬ ‫ﺇﳕﺎ‪‬ﻳﺄﺧﺬ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﻌﲎ‪‬ﺍﻹﺟﺎﺭﺓ‪‬‬
‫ﻻ‪‬ﲢﻞ‪‬ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ‪‬ﻟﻐﲏ‪‬ﺇﻻ‪‬ﳋﻤﺴﺔ‪‬ﻟﻐﺎﺯ‪‬ﰲ‪‬ﺳﺒﻴﻞ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﻐﺎﺭﻡ‪‬ﺃﻭ‪‬‬
‫"ﺗﻘﺪﻡ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻗﻮﻡ‪‬ﺃﻫﻞ‪‬ﻛﺘﺎﺏ‪‬ﻓﻠﻴﻜﻦ‪‬ﺃﻭﻝ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺗﺪﻋﻮﻫﻢ‪‬ﺇﻟﻴﻪ‪‬ﻋﺒﺎﺩﺓ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﺰ‪‬ﻭﺟﻞ‪‬ﻓﺈﺫﺍ‪‬‬
‫ﺍﻟﺼﻨﻒ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻭﻫﻮ‪‬ﺍﻟﺬﻱ‪‬ﺍﺳﺘﻌﻤﻠﻪ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺧﺬ‪‬ﺍﻟﺰﻛﻮﺍﺕ‪‬ﻟﻴﺪﻓﻌﻬﺎ‪‬ﺇﱃ‪‬‬
‫ﻟﺮﺟﻞ‪‬ﺍﺷﺘﺮﺍﻫﺎ‪‬ﲟﺎﻟﻪ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﺮﺟﻞ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺟﺎﺭ‪‬ﻣﺴﻜﲔ‪‬ﻓﺘﺼﺪﻕ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﳌﺴﻜﲔ‪‬ﻓﺄﻫﺪﻯ‪‬‬
‫ﻋﺮﻓﻮﺍ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ‪‬ﺃﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻗﺪ‪‬ﻓﺮﺽ‪‬ﻋﻠﻴﻬﻢ‪‬ﲬﺲ‪‬ﺻﻠﻮﺍﺕ‪‬ﰲ‪‬ﻳﻮﻣﻬﻢ‪‬ﻭﻟﻴﻠﺘﻬﻢ‪‬ﻓﺈﺫﺍ‪‬‬
‫ﻭﻣﻦ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﺃﻥ‪‬‬ ‫ﻣﺴﺘﺤﻘﻴﻬﺎ‪‬ﻛﻤﺎ‪‬ﺃﻣﺮﻩ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻴﺠﻮﺯ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺃﺧﺬ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﺑﺸﺮﻃﻪ‪....‬‬
‫ﺍﳌﺴﻜﲔ‪‬ﻟﻠﻐﲏ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ(‪‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫‪‬ﻭ‪‬‬ ‫‪‬ﻓﺘﺮﺩ‬
‫‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‬ ‫‪‬ﺃﻣﻮﺍﳍﻢ‬
‫‪‬ﻗﺪﺭ‬ ‫‪‬ﻭ‬ ‫‪‬ﻣﻦ‬
‫‪‬ﺍﳌﺎﻝ‬ ‫‪‬ﺗﺆﺧﺬ‬
‫‪‬ﻣﻦ‬ ‫‪‬ﳚﺐ‬‫‪‬ﻋﻠﻴﻬﻢ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺯﻛﺎﺓ‬‫‪‬ﻳﻌﺮﻑ‬ ‫‪‬ﻓﺮﺽ‬
‫‪‬ﺣﱴ‬ ‫‪‬ﺑﺎﺏ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﻗﺪ‬
‫‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‬ ‫‪‬ﰲ ‪‬ﺃﻥ‬ ‫‪‬ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ‬
‫‪‬ﻓﻘﻴﻬﺎ‬ ‫ﻓﻌﻠﻮﺍ‬
‫ﻳﻜﻮﻥ‬
‫‪Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri‬‬ ‫‪ra ia‬‬ ‫‪berkata:‬‬
‫‪‬ﳑﻦ‪‬‬ ‫‪‬ﻛﺎﻥ‪)‬ﺃﻭﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻏﲑﻫﻢ‬
‫‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‪‬‬ ‫‪‬ﺃﻫﻠﻬﺎ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‬
‫‪‬ﻭﻗﺴﻤﻬﺎ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﻣﻮﺍﻝ‬
‫‪‬ﻭﺗﻮﻕ ‪‬ﻛﺮﺍﺋﻢ‬ ‫‪‬ﻗﺒﻀﻬﺎ‬ ‫)‪(zakat‬ﺍﻟﻮﺍﱄ‬
‫‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﻭﻻﻩ‬
‫‪‬ﺃﻃﺎﻋﻮﺍ‪‬ﺎ‪‬ﻓﺨﺬ‪‬ﻣﻨﻬﻢ‬ ‫ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻠﻮﻥ‪‬ﻓﺈﺫﺍ‬
‫ﻓﻘﺮﺍﺀﻫﻢ‬
‫‪Rasulullah‬‬ ‫‪saw‬‬ ‫‪bersabda:‬‬ ‫ﺍﳌﺴﺘﺤﻖ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻏﲑﻩ‪‬ﻭﺃﻥ‪‬ﻳﻜﻮﻥ‪‬ﺃﻣﻴﻨﺎ‪‬ﺣﺮﺍ‪...‬‬
‫‪Shadaqah‬‬ ‫‪tidak‬‬ ‫‪halal‬‬
‫ﺒﻀﻬﺎ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﻌﺮﻓﺎﺀ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﻻ‪‬ﻏﲎ‪‬ﻟﻠﻮﺍﱄ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻳﺼﻠﺤﻬﺎ‪‬‬
‫‪dibayarkan‬‬ ‫‪kepada‬‬ ‫‪orang‬‬ ‫‪kaya‬‬ ‫‪kecuali‬‬ ‫‪dalam‬‬‫ﺃﻋﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻮﺍﱄ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﲨﻌﻬﺎ‪‬ﻭﻗ‬
‫‪lima‬‬
‫ﻭﻣﺴﻠﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺃﻣﻴﺔ‪‬ﺑﻦ‪‬ﺑﺴﻄﺎﻡ(‪‬‬ ‫‪kelompok,‬‬
‫‪kepada‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬ ‫‪yang‬‬
‫‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻠﲔ‬ ‫‪sedang‬ﻳﻌﲏ‬ ‫‪berperang‬‬
‫‪‬ﻭﺍﳊﺎﻓﻈﻮﻥ ‪‬ﳍﺎ ‪ ‬‬ ‫‪di jalan‬‬
‫‪‬ﺍﳉﺒﺎﺓ ‪‬ﳍﺎ‬ ‫‪‬ﻋﻠﻰ‪Allah,‬‬
‫‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ‪‬ﻭﻫﻢ‬ ‫‪kepada‬‬ ‫‪‬ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻠﲔ‬ ‫‪yang‬‬ ‫ﻗﺎﻝ‬
‫‪bekerja (‘amil) mengurus zakat, kepada yang punya‬‬ ‫ﺇﻻ‪‬ﻣﻜﺎﻧﻪ‪‬‬
‫‪....hutang,‬‬
‫‪:kepada‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰊ‪‬ﺳﻌﻴﺪ‪‬ﺍﳋﺪﺭﻱ‪‬ﺭﺿﻲ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬‬
‫ﻦ‪‬ﺃﺻﻨﺎﻑ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﻭﻫﻢ‪‬ﺍﻟﺴﻌﺎﺓ‪‬ﺍﻟﺬﻳﻦ‪‬ﻳﺒﻌﺜﻬﻢ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬‬
‫‪orang yang membeli zakatnya‬‬ ‫ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﻭﻫﻢ‪‬ﺍﻟﺼﻨﻒ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬ﻣ‬
‫‪dengan hartanya,‬‬
‫ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﻳﺄﺧﺬ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ‪‬ﺑﻘﺪﺭ‪‬ﻏﻨﺎﺋﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺰﺍﺩ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻣﻮﺳﺮﺍ‪‬‬
‫ﺔ‪‬ﻟﻐﲏ‪‬ﺇﻻ‪‬ﳋﻤﺴﺔ‪‬ﻟﻐﺎﺯ‪‬ﰲ‪‬ﺳﺒﻴﻞ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﻐﺎﺭﻡ‪‬ﺃﻭ‪‬‬
‫‪atau‬‬ ‫‪kepada‬‬ ‫‪orang‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪punya‬‬ ‫‪tetangga‬‬ ‫ﻻ‪‬ﲢﻞ‪‬ﺍﻟﺼﺪﻗ‪miskin‬‬ ‫‪lantas ia‬‬
‫‪‬ﻭﻳﺮﻋﺎﻫﺎ‪‬‬
‫‪bersedekah‬‬ ‫‪atas‬ﻳﺴﻮﻗﻬﺎ‬ ‫‪‬ﻳﻌﻴﻨﻬﻢ ‪‬ﳑﻦ‬
‫‪‬ﻭﻣﻦ‪orang‬‬ ‫‪miskin‬‬ ‫‪tersebut‬ﻭﻧﻘﻠﻬﺎ‬
‫‪‬ﻭﲨﻌﻬﺎ ‪‬ﻭﺣﻔﻈﻬﺎ‬‫‪kemudian‬‬ ‫‪miskin‬ﻣﻦ‪si‬ﺃﺭﺑﺎ‪‬ﺎ‬ ‫ﻷﺧﺬﻫﺎ‬
‫ﻟﺮﺟﻞ‪‬ﺍﺷﺘﺮﺍﻫﺎ‪‬ﲟﺎﻟﻪ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﺮﺟﻞ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺟﺎﺭ‪‬ﻣﺴﻜﲔ‪‬ﻓﺘﺼﺪﻕ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﳌﺴﻜﲔ‪‬ﻓﺄﻫﺪﻯ‪‬‬ ‫‪‬‬ ‫ﺇﳕﺎ‪‬ﻳﺄﺧﺬ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﻌﲎ‪‬ﺍﻹﺟﺎﺭﺓ‬
‫ﻭﳛﻤﻠﻬﺎ‪‬ﻭﻛﺬﻟﻚ‪‬ﺍﳊﺎﺳﺐ‪‬ﻭﺍﻟﻜﺎﺗﺐ‪‬ﻭﺍﻟﻜﻴﺎﻝ‪‬ﻭﺍﻟﻮﺯﺍﻥ‪‬ﻭﺍﻟﻌﺪﺍﺩ‪‬ﻭﻛﻞ‪‬ﻣﻦ‪‬ﳛﺘﺎﺝ‪‬ﺇﻟﻴﻪ‪‬‬
‫)‪memberi hadiah si kaya. (HR. Al-Baihaqi‬‬
‫ﺍﳌﺴﻜﲔ‪‬ﻟﻠﻐﲏ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ(‪‬‬
‫ﺍﻟﺼﻨﻒ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻭﻫﻮ‪‬ﺍﻟﺬﻱ‪‬ﺍﺳﺘﻌﻤﻠﻪ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺧﺬ‪‬ﺍﻟﺰﻛﻮﺍﺕ‪‬ﻟﻴﺪﻓﻌﻬﺎ‪‬ﺇﱃ‪4. ‬‬
‫‪Pendapat Imam al-Syafi’idalam‬‬ ‫" ‪al-Umm, juz II halaman 84:‬‬
‫ﻓﻴﻬﺎ‪‬ﻓﺈﻧﻪ‪‬ﻳﻌﻄﻲ‪‬ﺃﺟﺮﺗﻪ‪‬ﻣﻨﻬﺎ‪‬ﻷﻥ‪‬ﺫﻟﻚ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻣﺆﻧﺘﻬﺎ‬
‫ﻭﻣﻦ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﺃﻥ‪‬‬
‫‪ ....‬ﻛﺎﻥ ‪‬ﺃﻭ ‪‬ﻏﲑﻫﻢ ‪‬ﳑﻦ‪‬‬ ‫ﺍﷲ‪‬ﻓﻴﺠﻮﺯ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺃﺧﺬ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﺑﺸﺮﻃﻪ ‪‬ﺃﻫﻠﻬﺎ‬
‫ﻣﺴﺘﺤﻘﻴﻬﺎ‪‬ﻛﻤﺎ‪‬ﺃﻣﺮﻩ‪‬ﻭﻻﻩ ‪‬ﺍﻟﻮﺍﱄ ‪‬ﻗﺒﻀﻬﺎ ‪‬ﻭﻗﺴﻤﻬﺎ‪‬ﻣﻦ‬ ‫ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻠﻮﻥ ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ ‪‬ﻣﻦ‬
‫‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ‪‬ﺣﱴ ‪‬ﻳﻌﺮﻑ ‪‬ﻣﺎ ‪‬ﳚﺐ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺍﳌﺎﻝ ‪‬ﻭ ‪‬ﻗﺪﺭ ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ‪‬ﻭ‪‬‬
‫ﺒﻀﻬﺎ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﻌﺮﻓﺎﺀ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﻻ‪‬ﻏﲎ‪‬ﻟﻠﻮﺍﱄ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻳﺼﻠﺤﻬﺎ‪‬‬ ‫ﻳﻜﻮﻥ ‪‬ﻓﻘﻴﻬﺎ ‪‬ﰲ ‪‬ﺑﺎﺏ‬
‫ﺃﻋﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻮﺍﱄ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﲨﻌﻬﺎ‪‬ﻭﻗ‬
‫ﺍﳌﺴﺘﺤﻖ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻏﲑﻩ‪‬ﻭﺃﻥ‪‬ﻳﻜﻮﻥ‪‬ﺃﻣﻴﻨﺎ‪‬ﺣﺮﺍ‪...‬‬ ‫ﺇﻻ‪‬ﻣﻜﺎﻧﻪ‪....‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬ ‫ﻗﺎﻝ ‪‬ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻠﲔ ‪‬ﻋﻠﻰ ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ‪‬ﻭﻫﻢ ‪‬ﺍﳉﺒﺎﺓ ‪‬ﳍﺎ ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻓﻈﻮﻥ ‪‬ﳍﺎ ‪  ‬ﻳﻌﲏ ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻠﲔ‬
‫ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﻳﺄﺧﺬ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ‪‬ﺑﻘﺪﺭ‪‬ﻏﻨﺎﺋﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺰﺍﺩ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻣﻮﺳﺮﺍ‪‬‬
‫ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﻭﻫﻢ‪‬ﺍﻟﺼﻨﻒ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﺻﻨﺎﻑ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﻭﻫﻢ‪‬ﺍﻟﺴﻌﺎﺓ‪‬ﺍﻟﺬﻳﻦ‪‬ﻳﺒﻌﺜﻬﻢ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬‬
‫ﺇﳕﺎ‪‬ﻳﺄﺧﺬ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﻌﲎ‪‬ﺍﻹﺟﺎﺭﺓ‪‬‬
‫‪809‬‬
‫ﻷﺧﺬﻫﺎ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺃﺭﺑﺎ‪‬ﺎ ‪‬ﻭﲨﻌﻬﺎ ‪‬ﻭﺣﻔﻈﻬﺎ ‪‬ﻭﻧﻘﻠﻬﺎ ‪‬ﻭﻣﻦ ‪‬ﻳﻌﻴﻨﻬﻢ ‪‬ﳑﻦ ‪‬ﻳﺴﻮﻗﻬﺎ ‪‬ﻭﻳﺮﻋﺎﻫﺎ‪‬‬
‫"ﺍﻟﺼﻨﻒ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻭﻫﻮ‪‬ﺍﻟﺬﻱ‪‬ﺍﺳﺘﻌﻤﻠﻪ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺧﺬ‪‬ﺍﻟﺰﻛﻮﺍﺕ‪‬ﻟﻴﺪﻓﻌﻬﺎ‪‬ﺇﱃ‪‬‬
‫ﻭﳛﻤﻠﻬﺎ‪‬ﻭﻛﺬﻟﻚ‪‬ﺍﳊﺎﺳﺐ‪‬ﻭﺍﻟﻜﺎﺗﺐ‪‬ﻭﺍﻟﻜﻴﺎﻝ‪‬ﻭﺍﻟﻮﺯﺍﻥ‪‬ﻭﺍﻟﻌﺪﺍﺩ‪‬ﻭﻛﻞ‪‬ﻣﻦ‪‬ﳛﺘﺎﺝ‪‬ﺇﻟﻴﻪ‪‬‬
‫ﻣﺴﺘﺤﻘﻴﻬﺎ‪‬ﻛﻤﺎ‪‬ﺃﻣﺮﻩ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻓﻴﺠﻮﺯ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺃﺧﺬ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﺑﺸﺮﻃﻪ‪....‬ﻭﻣﻦ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﺃﻥ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‪‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻓﺘﺮﺩ‬ ‫‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ ‪)‬‬
‫‪‬ﺃﻣﻮﺍﳍﻢ‬ ‫‪‬ﺃﻣﻮﺍﻝ‪‬ﻣﻦ‬
‫‪‬ﻛﺮﺍﺋﻢ‪‬ﺗﺆﺧﺬ‬
‫‪‬ﻭﺗﻮﻕ‪‬ﺯﻛﺎﺓ‬
‫‪‬ﺃﻃﺎﻋﻮﺍ‪‬ﺎ‪‬ﻓﺨﺬ‪‬ﻣﻨﻬﻢ‪‬ﻋﻠﻴﻬﻢ‬
‫‪‬ﻗﺪ ‪‬ﻓﺮﺽ‬ ‫ﻓﻘﺮﺍﺀﻫﻢ ‪‬ﻓﺈﺫﺍ‬
‫‪‬ﻓﺄﺧﱪﻫﻢ ‪‬ﺃﻥ ‪‬ﺍﷲ‬ ‫ﻓﻌﻠﻮﺍ‬
‫ﺒﻀﻬﺎ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﻌﺮﻓﺎﺀ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﻻ‪‬ﻏﲎ‪‬ﻟﻠﻮﺍﱄ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻳﺼﻠﺤﻬﺎ‪‬‬ ‫ﺃﻋﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻮﺍﱄ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﲨﻌﻬﺎ‪‬ﻭﻗ‬
‫‪‬‬ ‫(‬‫ﻭﻣﺴﻠﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺃﻣﻴﺔ‪‬ﺑﻦ‪‬ﺑﺴﻄﺎﻡ‬
‫‪....‬ﺃﻃﺎﻋﻮﺍ‪‬ﺎ‪‬ﻓﺨﺬ‪‬ﻣﻨﻬﻢ ‪‬ﻭﺗﻮﻕ ‪‬ﻛﺮﺍﺋﻢ ‪‬ﺃﻣﻮﺍﻝ ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ ‪‬ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‪‬‬ ‫ﺇﻻ‪‬ﻣﻜﺎﻧﻪ‪‬ﻓﺈﺫﺍ‬
‫ﻓﻘﺮﺍﺀﻫﻢ‬
‫‪KEPUTUSAN‬‬ ‫‪IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA‬‬ ‫ﻭﻣﺴﻠﻢ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺃﻣﻴﺔ‪‬ﺑﻦ‪‬ﺑﺴﻄﺎﻡ(‪‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰊ‪‬ﺳﻌﻴﺪ‪‬ﺍﳋﺪﺭﻱ‪‬ﺭﺿﻲ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬‬
‫‪KETIGA TAHUN 2009‬‬
‫ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﻳﺄﺧﺬ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ‪‬ﺑﻘﺪﺭ‪‬ﻏﻨﺎﺋﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺰﺍﺩ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻣﻮﺳﺮﺍ‪‬‬
‫ﺔ‪‬ﻟﻐﲏ‪‬ﺇﻻ‪‬ﳋﻤﺴﺔ‪‬ﻟﻐﺎﺯ‪‬ﰲ‪‬ﺳﺒﻴﻞ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﻐﺎﺭﻡ‪‬ﺃﻭ‪‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰊ‪‬ﺳﻌﻴﺪ‪‬ﺍﳋﺪﺭﻱ‪‬ﺭﺿﻲ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪:‬‬ ‫ﻻ‪‬ﲢﻞ‪‬ﺍﻟﺼﺪﻗ‬
‫ﺇﳕﺎ‪‬ﻳﺄﺧﺬ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﻌﲎ‪‬ﺍﻹﺟﺎﺭﺓ‪‬‬
‫ﻟﺮﺟﻞ‪‬ﺍﺷﺘﺮﺍﻫﺎ‪‬ﲟﺎﻟﻪ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﺮﺟﻞ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺟﺎﺭ‪‬ﻣﺴﻜﲔ‪‬ﻓﺘﺼﺪﻕ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﳌﺴﻜﲔ‪‬ﻓﺄﻫﺪﻯ‪‬‬
‫ﺔ‪‬ﻟﻐﲏ‪‬ﺇﻻ‪‬ﳋﻤﺴﺔ‪‬ﻟﻐﺎﺯ‪‬ﰲ‪‬ﺳﺒﻴﻞ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﻐﺎﺭﻡ‪‬ﺃﻭ‪‬‬ ‫ﻻ‪‬ﲢﻞ‪‬ﺍﻟﺼﺪﻗ‬
‫‪Amil‬‬ ‫‪adalah orang yang dipekerjakan pemimpin‬‬ ‫‪untuk‬‬
‫ﺍﻟﺼﻨﻒ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻭﻫﻮ‪‬ﺍﻟﺬﻱ‪‬ﺍﺳﺘﻌﻤﻠﻪ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺧﺬ‪‬ﺍﻟﺰﻛﻮﺍﺕ‪‬ﻟﻴﺪﻓﻌﻬﺎ‪‬ﺇﱃ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫(‬‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬ ‫)‬ ‫ﺍﳌﺴﻜﲔ‪‬ﻟﻠﻐﲏ‪‬‬ ‫"‬
‫ﻟﺮﺟﻞ‪‬ﺍﺷﺘﺮﺍﻫﺎ‪‬ﲟﺎﻟﻪ‪‬ﺃﻭ‪‬ﻟﺮﺟﻞ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺟﺎﺭ‪‬ﻣﺴﻜﲔ‪‬ﻓﺘﺼﺪﻕ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺍﳌﺴﻜﲔ‪‬ﻓﺄﻫﺪﻯ‪‬‬
‫‪menarik‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪mendistribusikan‬‬ ‫‪harta‬‬ ‫‪zakat,‬‬ ‫‪orang‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪hali‬‬
‫ﻭﻣﻦ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﺃﻥ‪‬‬
‫‪zakat‬‬ ‫‪atau bukan,‬‬ ‫‪....‬‬ ‫ﺍﷲ‪‬ﻓﻴﺠﻮﺯ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺃﺧﺬ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﺑﺸﺮﻃﻪ‬
‫‪termasuk‬‬ ‫‪yang membantu mengumpulkan‬‬‫ﻣﺴﺘﺤﻘﻴﻬﺎ‪‬ﻛﻤﺎ‪‬ﺃﻣﺮﻩ‪‬‬
‫‪‬ﳑﻦ‪‬‬ ‫‪‬ﻏﲑﻫﻢ‬ ‫‪‬ﺃﻭ‬
‫‪dan menariknya....‬‬ ‫‪‬ﻛﺎﻥ‬ ‫‪‬ﺃﻫﻠﻬﺎ‬ ‫‪‬ﻭﻗﺴﻤﻬﺎ‪‬ﻣﻦ‬ ‫‪‬ﻗﺒﻀﻬﺎ‬ ‫‪‬‬ ‫(‬
‫‪‬ﺍﻟﻮﺍﱄ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ‬
‫‪‬ﻭﻻﻩ‬ ‫ﺍﳌﺴﻜﲔ‪‬ﻟﻠﻐﲏ‪)‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ ‪‬ﻣﻦ‬ ‫ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻠﻮﻥ‬
‫ﻳﻜﻮﻥ ‪‬ﻓﻘﻴﻬﺎ ‪‬ﰲ ‪‬ﺑﺎﺏ ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ‪‬ﺣﱴ ‪‬ﻳﻌﺮﻑ ‪‬ﻣﺎ ‪‬ﳚﺐ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺍﳌﺎﻝ ‪‬ﻭ ‪‬ﻗﺪﺭ ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ‪‬ﻭ‪‬‬
‫ﺒﻀﻬﺎ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﻌﺮﻓﺎﺀ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﻻ‪‬ﻏﲎ‪‬ﻟﻠﻮﺍﱄ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻳﺼﻠﺤﻬﺎ‪‬‬
‫‪Amil‬‬ ‫ﺃﻋﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻮﺍﱄ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﲨﻌﻬﺎ‪‬ﻭﻗ ‪mengambil bagian zakat sekedar‬‬
‫‪‬ﻭﻗﺴﻤﻬﺎ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺃﻫﻠﻬﺎ ‪‬ﻛﺎﻥ ‪‬ﺃﻭ ‪‬ﻏﲑﻫﻢ ‪‬ﳑﻦ‪‬‬
‫‪kebutuhannya dan‬‬
‫‪tidak berlebihan. Jika amil termasuk‬‬ ‫‪‬ﻗﺒﻀﻬﺎ‪...‬‬ ‫‪‬ﺍﻟﻮﺍﱄ‬ ‫ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻠﻮﻥ ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﻭﻻﻩ‬
‫ﺍﳌﺴﺘﺤﻖ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻏﲑﻩ‪‬ﻭﺃﻥ‪‬ﻳﻜﻮﻥ‪‬ﺃﻣﻴﻨﺎ‪‬ﺣﺮﺍ‬
‫‪orang berada, ia hanya‬‬
‫ﺒﻀﻬﺎ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﻌﺮﻓﺎﺀ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﻻ‪‬ﻏﲎ‪‬ﻟﻠﻮﺍﱄ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻭﻻ‪‬ﻳﺼﻠﺤﻬﺎ‪‬‬
‫‪mengambil‬‬ ‫‪bagian dalam pengertian ujrah.‬‬ ‫ﺇﻻ‪‬ﻣﻜﺎﻧﻪ‪....‬‬
‫ﺃﻋﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻮﺍﱄ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﲨﻌﻬﺎ‪‬ﻭﻗ‬
‫ﻗﺎﻝ ‪‬ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻠﲔ ‪‬ﻋﻠﻰ ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ‪‬ﻭﻫﻢ ‪‬ﺍﳉﺒﺎﺓ ‪‬ﳍﺎ ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻓﻈﻮﻥ ‪‬ﳍﺎ ‪  ‬ﻳﻌﲏ ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻠﲔ ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫‪5. Pendapat‬‬ ‫‪Syeikh Taqiyyuddin Abu Bakr ibn Muhammad al-‬‬
‫ﺇﻻ‪‬ﻣﻜﺎﻧﻪ‪....‬‬
‫ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﻳﺄﺧﺬ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ‪‬ﺑﻘﺪﺭ‪‬ﻏﻨﺎﺋﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺰﺍﺩ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻣﻮﺳﺮﺍ‪‬‬
‫ﻦ‪‬ﺃﺻﻨﺎﻑ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﻭﻫﻢ‪‬ﺍﻟﺴﻌﺎﺓ‪‬ﺍﻟﺬﻳﻦ‪‬ﻳﺒﻌﺜﻬﻢ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﻭﻫﻢ‪‬ﺍﻟﺼﻨﻒ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬ﻣ‬
‫‪Dimasyqi al-Syafi’i dalam Kifayah al-Akhyar‬‬ ‫ﺇﳕﺎ‪‬ﻳﺄﺧﺬ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﻌﲎ‪‬ﺍﻹﺟﺎﺭﺓ‪‬‬
‫‪Juz I halaman‬‬
‫ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻋﻠﻴﻬﺎ‪‬ﻳﺄﺧﺬ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ‪‬ﺑﻘﺪﺭ‪‬ﻏﻨﺎﺋﻪ‪‬ﻻ‪‬ﻳﺰﺍﺩ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻣﻮﺳﺮﺍ‪‬‬
‫‪‬ﻭﻳﺮﻋﺎﻫﺎ‪‬‬
‫‪196:‬‬ ‫‪‬ﻳﺴﻮﻗﻬﺎ‬ ‫‪‬ﳑﻦ‬ ‫‪‬ﻳﻌﻴﻨﻬﻢ‬ ‫‪‬ﻭﻣﻦ‬ ‫‪‬ﻭﻧﻘﻠﻬﺎ‬ ‫‪‬ﻭﺣﻔﻈﻬﺎ‬ ‫‪‬ﻭﲨﻌﻬﺎ‬ ‫ﻷﺧﺬﻫﺎ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺃﺭﺑﺎ‪‬ﺎ‬
‫"ﺇﳕﺎ‪‬ﻳﺄﺧﺬ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﻣﻌﲎ‪‬ﺍﻹﺟﺎﺭﺓ‪‬‬
‫ﺍﻟﺼﻨﻒ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻭﻫﻮ‪‬ﺍﻟﺬﻱ‪‬ﺍﺳﺘﻌﻤﻠﻪ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺧﺬ‪‬ﺍﻟﺰﻛﻮﺍﺕ‪‬ﻟﻴﺪﻓﻌﻬﺎ‪‬ﺇﱃ‪‬‬
‫ﻭﳛﻤﻠﻬﺎ‪‬ﻭﻛﺬﻟﻚ‪‬ﺍﳊﺎﺳﺐ‪‬ﻭﺍﻟﻜﺎﺗﺐ‪‬ﻭﺍﻟﻜﻴﺎﻝ‪‬ﻭﺍﻟﻮﺯﺍﻥ‪‬ﻭﺍﻟﻌﺪﺍﺩ‪‬ﻭﻛﻞ‪‬ﻣﻦ‪‬ﳛﺘﺎﺝ‪‬ﺇﻟﻴﻪ‪‬‬
‫ﻭﻣﻦ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﺃﻥ‪‬‬ ‫ﺍﷲ‪‬ﻓﻴﺠﻮﺯ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺃﺧﺬ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﺑﺸﺮﻃﻪ‪....‬‬ ‫"ﻣﺴﺘﺤﻘﻴﻬﺎ‪‬ﻛﻤﺎ‪‬ﺃﻣﺮﻩ‪‬‬
‫ﻓﻴﻬﺎ‪‬ﻓﺈﻧﻪ‪‬ﻳﻌﻄﻲ‪‬ﺃﺟﺮﺗﻪ‪‬ﻣﻨﻬﺎ‪‬ﻷﻥ‪‬ﺫﻟﻚ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻣﺆﻧﺘﻬﺎ‪‬‬
‫ﺍﻟﺼﻨﻒ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﻭﻫﻮ‪‬ﺍﻟﺬﻱ‪‬ﺍﺳﺘﻌﻤﻠﻪ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬ﺃﺧﺬ‪‬ﺍﻟﺰﻛﻮﺍﺕ‪‬ﻟﻴﺪﻓﻌﻬﺎ‪‬ﺇﱃ‪‬‬
‫‪‬ﻭ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﳌﺎﻝ ‪‬ﻭ ‪‬ﻗﺪﺭ ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‬
‫ﻭﻣﻦ‪‬ﺷﺮﻁ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‪‬ﺃﻥ‪‬‬ ‫‪‬ﻣﻦ‪....‬‬ ‫ﻣﺴﺘﺤﻘﻴﻬﺎ‪‬ﻛﻤﺎ‪‬ﺃﻣﺮﻩ‪ ‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ‪‬ﺣﱴ ‪‬ﻳﻌﺮﻑ ‪‬ﻣﺎ ‪‬ﳚﺐ‬
‫ﺍﷲ‪‬ﻓﻴﺠﻮﺯ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺃﺧﺬ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﺑﺸﺮﻃﻪ‬ ‫ﻳﻜﻮﻥ ‪‬ﻓﻘﻴﻬﺎ ‪‬ﰲ ‪‬ﺑﺎﺏ‬
‫‪‬ﻳﻌﺮﻑ‪‬ﻣﺎ ‪‬ﳚﺐ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺍﳌﺎﻝ ‪‬ﻭ ‪‬ﻗﺪﺭ ‪‬ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ‪‬ﻭ‪‬‬‫ﺍﳌﺴﺘﺤﻖ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻏﲑﻩ‪‬ﻭﺃﻥ‪‬ﻳﻜﻮﻥ‪‬ﺃﻣﻴﻨﺎ‪‬ﺣﺮﺍ‪...‬‬
‫ﻳﻜﻮﻥ ‪‬ﻓﻘﻴﻬﺎ ‪‬ﰲ ‪‬ﺑﺎﺏ ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ‪‬ﺣﱴ‬
‫‪6. Pendapat Imam Ibn Qudamah‬‬
‫‪...al-Maqdisi‬ﳍﺎ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻓﻈﻮﻥ ‪‬ﳍﺎ ‪  ‬ﻳﻌﲏ ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻠﲔ ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫‪‬ﺍﳉﺒﺎﺓ‬ ‫‪dalam al-Mughni,‬‬
‫ﺍﳌﺴﺘﺤﻖ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻏﲑﻩ‪‬ﻭﺃﻥ‪‬ﻳﻜﻮﻥ‪‬ﺃﻣﻴﻨﺎ‪‬ﺣﺮﺍ‬
‫‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ‪‬ﻭﻫﻢ‬ ‫ﻗﺎﻝ ‪‬ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻠﲔ ‪‬ﻋﻠﻰ‬
‫‪Juz VI halaman 326:‬‬
‫ﻦ‪‬ﺃﺻﻨﺎﻑ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﻭﻫﻢ‪‬ﺍﻟﺴﻌﺎﺓ‪‬ﺍﻟﺬﻳﻦ‪‬ﻳﺒﻌﺜﻬﻢ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬‬
‫‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﻭﻫﻢ‪‬ﺍﻟﺼﻨﻒ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬ﻣ‬
‫‪‬ﻭﻫﻢ ‪‬ﺍﳉﺒﺎﺓ ‪‬ﳍﺎ ‪‬ﻭﺍﳊﺎﻓﻈﻮﻥ ‪‬ﳍﺎ ‪  ‬ﻳﻌﲏ ‪‬ﺍﻟﻌﺎﻣﻠﲔ‬ ‫ﻗﺎﻝ ‪‬ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﻠﲔ ‪‬ﻋﻠﻰ ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‬
‫‪‬ﻭﻳﺮﻋﺎﻫﺎ‪‬‬ ‫‪‬ﻳﺴﻮﻗﻬﺎ‬ ‫‪‬ﳑﻦ‬ ‫‪‬ﻳﻌﻴﻨﻬﻢ‬ ‫‪‬ﻭﻣﻦ‬ ‫‪‬ﻭﻧﻘﻠﻬﺎ‬ ‫‪‬ﻭﺣﻔﻈﻬﺎ‬ ‫‪‬ﻭﲨﻌﻬﺎ‬ ‫ﻷﺧﺬﻫﺎ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺃﺭﺑﺎ‪‬ﺎ‬
‫ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﻭﻫﻢ‪‬ﺍﻟﺼﻨﻒ‪‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﺻﻨﺎﻑ‪‬ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ‪‬ﻭﻫﻢ‪‬ﺍﻟﺴﻌﺎﺓ‪‬ﺍﻟﺬﻳﻦ‪‬ﻳﺒﻌﺜﻬﻢ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬‬
‫ﻭﳛﻤﻠﻬﺎ‪‬ﻭﻛﺬﻟﻚ‪‬ﺍﳊﺎﺳﺐ‪‬ﻭﺍﻟﻜﺎﺗﺐ‪‬ﻭﺍﻟﻜﻴﺎﻝ‪‬ﻭﺍﻟﻮﺯﺍﻥ‪‬ﻭﺍﻟﻌﺪﺍﺩ‪‬ﻭﻛﻞ‪‬ﻣﻦ‪‬ﳛﺘﺎﺝ‪‬ﺇﻟﻴﻪ‪‬‬
‫ﻷﺧﺬﻫﺎ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺃﺭﺑﺎ‪‬ﺎ ‪‬ﻭﲨﻌﻬﺎ ‪‬ﻭﺣﻔﻈﻬﺎ ‪‬ﻭﻧﻘﻠﻬﺎ ‪‬ﻭﻣﻦ ‪‬ﻳﻌﻴﻨﻬﻢ ‪‬ﳑﻦ ‪‬ﻳﺴﻮﻗﻬﺎ ‪‬ﻭﻳﺮﻋﺎﻫﺎ‪‬‬
‫ﻓﻴﻬﺎ‪‬ﻓﺈﻧﻪ‪‬ﻳﻌﻄﻲ‪‬ﺃﺟﺮﺗﻪ‪‬ﻣﻨﻬﺎ‪‬ﻷﻥ‪‬ﺫﻟﻚ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻣﺆﻧﺘﻬﺎ‪‬‬
‫ﻭﳛﻤﻠﻬﺎ‪‬ﻭﻛﺬﻟﻚ‪‬ﺍﳊﺎﺳﺐ‪‬ﻭﺍﻟﻜﺎﺗﺐ‪‬ﻭﺍﻟﻜﻴﺎﻝ‪‬ﻭﺍﻟﻮﺯﺍﻥ‪‬ﻭﺍﻟﻌﺪﺍﺩ‪‬ﻭﻛﻞ‪‬ﻣﻦ‪‬ﳛﺘﺎﺝ‪‬ﺇﻟﻴﻪ‪‬‬
‫ﻓﻴﻬﺎ‪‬ﻓﺈﻧﻪ‪‬ﻳﻌﻄﻲ‪‬ﺃﺟﺮﺗﻪ‪‬ﻣﻨﻬﺎ‪‬ﻷﻥ‪‬ﺫﻟﻚ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻣﺆﻧﺘﻬﺎ‪‬‬
‫‪Ia berkata: ‘Amil adalah pemungut zakat dan penjaganya,‬‬
‫‪amil adalah kelompok ketiga penerima zakat yaitu pemungut‬‬
‫‪zakat yang diutus oleh Imam untuk mengambil zakat dari‬‬
‫‪wajib zakat, kemudian mengumpulkan, menjaga, dan‬‬
‫‪mendistribusikan. Juga orang yang membantu mereka‬‬
‫‪dalam pengumpulan, Pengelolaan dan pendistribusiannya.‬‬
‫‪Demikian juga termasuk ‘amil adalah mereka yang‬‬
‫‪menghitung, mencatat, menimbang, menakar, serta pekerja‬‬
‫‪yang terkait untuk kepentingan pengelolaan zakat. Mereka‬‬
‫‪semua diberikan ujrah dari harta zakat karena ia termasuk‬‬
‫‪dalam bagian biayanya.‬‬

‫‪810‬‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

‫ﻳﺄﺧﺬﻩ‬‫ﻣﺎ‬‫ﻗﻠﻨﺎ‬‫ﺇﻥ‬‫ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‬‫ﻳﺄﺧﺬﻩ‬‫ﻣﺎ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻫﻨﺎ‬‫ﺍﳋﻼﻑ‬‫ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ‬‫ﺑﻌﺾ‬‫ﺑﲎ‬‫ﺗﻨﺒﻴﻪ‬
‫ﺍﳌﺬﻫﺐ‬‫ﻣﻦ‬‫ﻭﺍﻟﺼﺤﻴﺢ‬‫ﺇﺳﻼﻣﻪ‬‫ﺍﺷﺘﺮﻁ‬‫ﺯﻛﺎﺓ‬‫ﻫﻮ‬‫ﻗﻠﻨﺎ‬‫ﻭﺇﻥ‬‫ﺇﺳﻼﻣﻪ‬‫ﻳﺸﺘﺮﻁ‬‫ﱂ‬‫ﺃﺟﺮﺓ‬
‫ﺃﺟﺮﺓ‬‫ﻳﺄﺧﺬﻩ‬‫ﻣﺎ‬‫ﺃﻥ‬‫ﺃﲪﺪ‬‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‬‫ﻋﻦ‬‫ﺍﳌﻨﺼﻮﺹ‬
Tanbih.. terjadi perbedaan pendapat di antara sebagian
Ulama (terkait syarat Islamnya ‘amil)  ‫ﺻﺪ‬‫ﺍﳌﻘﺎ‬‫ﺣﻜﻢ‬‫ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‬
terkait perbedaan
pandangan atas status harta yang diambil ‘amil. Jika kita
menyatakan bahwa yang diberikan ‫ﻭﺍﺟﺐ‬‫ﻓﻬﻮ‬‫ﺑﻪ‬‫ﺇﻻ‬‫ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‬‫ﻳﺘﻢ‬‫ﻻ‬‫ﻣﺎ‬
kepada ‘amil itu sebagai
ujrah maka tidak dipersyaratkan Islam. Namun jika itu
merupakan bagian zakat dipersyaratkan keIslaman ‘amil.
Menurut mazhab yang tertulis dalam mazhab Ahmad bahwa
yang diberikan itu merupakan ujrah (upah).

8. Pendapat Prof. R. Subekti, bahwa badan hukum pada pokoknya


adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki
‫ﻳﺄﺧﺬﻩ‬‫ﻣﺎ‬‫ﻗﻠﻨﺎ‬‫ﺇﻥ‬‫ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‬‫ﻳﺄﺧﺬﻩ‬‫ﻣﺎ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻫﻨﺎ‬‫ﻑ‬
hak-hak dan melakukan perbuatan seperti ‫ﺍﳋﻼ‬‫ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ‬‫ﺑﻌﺾ‬‫ﺑﲎ‬‫ﺗﻨﺒﻴﻪ‬
seorang manusia,
serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau menggugat
‫ﺍﳌﺬﻫﺐ‬‫ﻣﻦ‬‫ﻭﺍﻟﺼﺤﻴﺢ‬‫ﺇﺳﻼﻣﻪ‬‫ﺍﺷﺘﺮﻁ‬‫ﺯﻛﺎﺓ‬‫ﻫﻮ‬‫ﻗﻠﻨﺎ‬‫ﻭﺇﻥ‬‫ﺇﺳﻼﻣﻪ‬‫ﻳﺸﺘﺮﻁ‬‫ﱂ‬‫ﺃﺟﺮﺓ‬
di depan pengadilan.
‫ﻳﺄﺧﺬﻩ‬‫ﻣﺎ‬‫ﻗﻠﻨﺎ‬‫ﺇﻥ‬‫ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‬‫ﻳﺄﺧﺬﻩ‬‫ﻣﺎ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻫﻨﺎ‬‫ﻑ‬ ‫ﺍﳋﻼ‬‫ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ‬‫ﺑﻌﺾ‬‫ﺑﲎ‬‫ﺗﻨﺒﻴﻪ‬
‫ﺃﺟﺮﺓ‬‫ﻳﺄﺧﺬﻩ‬‫ﻣﺎ‬‫ﺃﻥ‬‫ﺃﲪﺪ‬‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‬‫ﻋﻦ‬‫ﺍﳌﻨﺼﻮﺹ‬
9. ‫ﺍﳌﺬﻫﺐ‬‫ﻣﻦ‬‫ﻭﺍﻟﺼﺤﻴﺢ‬‫ﺇﺳﻼﻣﻪ‬‫ﺍﺷﺘﺮﻁ‬‫ﺯﻛﺎﺓ‬‫ﻫﻮ‬‫ﻗﻠﻨﺎ‬‫ﻭﺇﻥ‬‫ﺇﺳﻼﻣﻪ‬‫ﻳﺸﺘﺮﻁ‬‫ﱂ‬‫ﺃﺟﺮﺓ‬
Kaidah Ushul Fikih:
‫ﺻﺪ‬‫ﺍﳌﻘﺎ‬‫ﺣﻜﻢ‬‫ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‬
Hukum sarana adalah sebagaimana ‫ﺃﺟﺮﺓ‬‫ﻳﺄﺧﺬﻩ‬‫ﻣﺎ‬‫ﺃﻥ‬‫ﺃﲪﺪ‬‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‬‫ﻋﻦ‬‫ﺍﳌﻨﺼﻮﺹ‬
hukum maksud yang
dituju. ‫ﻭﺍﺟﺐ‬‫ﻓﻬﻮ‬‫ﺑﻪ‬‫ﺇﻻ‬‫ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‬‫ﻳﺘﻢ‬‫ﻻ‬‫ﻣﺎ‬
‫ﺻﺪ‬‫ﺍﳌﻘﺎ‬‫ﺣﻜﻢ‬‫ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‬
10. Kaidah Fiqhiyyah:
‫ﻭﺍﺟﺐ‬‫ﻓﻬﻮ‬‫ﺑﻪ‬‫ﺇﻻ‬‫ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ‬‫ﻳﺘﻢ‬‫ﻻ‬‫ﻣﺎ‬
Sesuatu kewajiban yang hanya bisa sempurna dengan
melakukan sesuatu hal, maka sesuatu itu hukumnya menjadi
wajib.

811
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

HUKUM MEROKOK

A. DESKRIPSI MASALAH
Masyarakat mengakui bahwa industri rokok telah memberikan
manfaat ekonomi dan sosial yang cukup besar. Industri rokok
juga telah memberikan pendapatan yang cukup besar bagi negara.
Bahkan, tembakau sebagai bahan baku rokok telah menjadi
tumpuan ekonomi bagi sebagian petani. Namun di sisi yang lain,
merokok dapat membahayakan kesehatan (dlarar) serta berpotensi
terjadinya pemborosan (israf) dan merupakan tindakan tabdzir.
Secara ekonomi, penanggulangan bahaya merokok juga cukup
besar.
Pro-kontra mengenai hukum merokok menyeruak ke publik setelah
muncul tuntutan beberapa kelompok masyarakat yang meminta
kejelasan hukum merokok. Masyarakat merasa bingung karena
ada yang mengharamkan, ada yang meminta pelarangan terbatas,
dan ada yang meminta tetap pada status makruh.
Menurut ahli kesehatan, rokok mengandung nikotin dan zat lain
yang membahayakan kesehatan. Di samping kepada perokok,
tindakan merokok dapat membahayakan orang lain, khususnya
yang berada di sekitar perokok.
Hukum merokok tidak disebutkan secara jelas dan tegas oleh Al-
Qur’an dan Sunnah/Hadis Nabi. Oleh karena itu, fuqaha’ mencari
solusinya melalui ijtihad. Sebagaimana layaknya masalah yang
hukumnya digali lewat ijtihad, hukum merokok diperselisihkan
oleh fuqaha’.

B. KETENTUAN HUKUM
1. Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia III sepakat
adanya perbedaan pandangan mengenai hukum merokok, yaitu
antara makruh dan haram (khilaf ma baiyna al-makruh
wa al-haram).
2. Peserta Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III sepakat
bahwa merokok hukumnya haram jika dilakukan :
a. di tempat umum;
b. oleh anak-anak; dan
c. oleh wanita hamil.

812
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

C. REKOMENDASI
Sehubungan dengan adanya banyak madlarrat yang ditimbulkan
dari aktifitas merokok, maka direkomendasikan hal-hal sebagai
berikut:
1. DPR diminta segera membuat undang-undang larangan
merokok di tempat umum, bagi anak-anak, dan bagi wanita
hamil.
2. Pemerintah, baik pusat maupun daerah diminta membuat
regulasi tentang larangan merokok di tempat umum, bagi
anak-anak, dan bagi wanita hamil.
3. Pemerintah, baik pusat maupun daerah diminta menindak
pelaku pelanggaran terhadap aturan larangan merokok di
tempat umum, bagi anak-anak, dan bagi wanita hamil.
4. Pemerintah, baik pusat maupun daerah diminta melarang
iklan rokok, baik langsung maupun tidak langsung.
5. Para ilmuwan diminta untuk melakukan penelitian tentang
manfaat tembakau selain untuk rokok.

D. DASAR PENETAPAN
1. Firman Allah SWT QS Al-A’raf ayat 157:
‫ﺍﳋﺒﺎﺋﺚ‬‫ﻋﻠﻴﻬﻢ‬‫ﻭﳛﺮﻡ‬‫ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ‬‫ﳍﻢ‬‫ﻭﳛﻞ‬‫ﺍﳌﻨﻜﺮ‬‫ﻋﻦ‬‫ﻭﻳﻨﻬﺎﻫﻢ‬‫ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬‫ﻳﺄﻣﺮﻫﻢ‬
“Nabi itu menyuruh mereka kepada yang makruf, melarang
mereka
‫ﻛﻔﻮﺭﺍ‬‫ﻟﺮﺑﻪ‬‫ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ‬‫ﻭﻛﺎﻥ‬‫ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﲔ‬‫ﺍﺧﻮﺍﻥ‬‫ﻛﺎﻧﻮﺍ‬‫ﺍﳌﺒﺬﺭﻳﻦ‬‫ﺍﻥ‬‫ﺗﺒﺬﻳﺮﺍ‬‫ﺗﺒﺬﺭ‬‫ﻭﻻ‬
dari yang munkar, menghalalkan bagi mereka segala
yang baik dan melarang bagi mereka segala yang buruk.”
‫ﺍﳋﺒﺎﺋﺚ‬‫ﻋﻠﻴﻬﻢ‬‫ﻭﳛﺮﻡ‬‫ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ‬‫ﳍﻢ‬‫ﻭﳛﻞ‬‫ﺍﳌﻨﻜﺮ‬‫ﻋﻦ‬‫ﻭﻳﻨﻬﺎﻫﻢ‬‫ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬‫ﻳﺄﻣﺮﻫﻢ‬
‫ﺿﺮﺍﺭ‬‫ﻭﻻ‬‫ﻻﺿﺮﺭ‬
2. Firman Allah SWT QS al-Isra’ ayat 26-27:
‫ﻛﻔﻮﺭﺍ‬‫ﻟﺮﺑﻪ‬‫ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ‬‫ﻭﻛﺎﻥ‬‫ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﲔ‬‫ﺍﺧﻮﺍﻥ‬‫ﻛﺎﻧﻮﺍ‬‫ﺍﳌﺒﺬﺭﻳﻦ‬‫ﺍﻥ‬‫ﺗﺒﺬﻳﺮﺍ‬‫ﺗﺒﺬﺭ‬‫ﻭﻻ‬
‫ﺍﻹﻣﻜﺎﻥ‬‫ﺑﻘﺪﺭ‬‫ﻳﺪﻓﻊ‬‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‬
“Janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara
boros”. “Sesungguhnya orang-orang yang berlakuboros
‫ﺿﺮﺍﺭ‬‫ﻭﻻ‬‫ﻻﺿﺮﺭ‬
‫ﻳﺰﺍﻝ‬‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‬
itu
 ‫ﺍﳋﺒﺎﺋﺚ‬‫ﻋﻠﻴﻬﻢ‬‫ﻭﳛﺮﻡ‬‫ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ‬‫ﳍﻢ‬‫ﻭﳛﻞ‬‫ﻨﻜﺮ‬ ‫ﺍﳌ‬‫ﻋﻦ‬‫ﻭﻳﻨﻬﺎﻫﻢ‬‫ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬‫ﻳﺄﻣﺮﻫﻢ‬
adalah saudara-saudara syaitan. Dan syaitan itu sangat
ingkar terhadap Tuhannya.”
‫ﺍﻹﻣﻜﺎﻥ‬‫ﺑﻘﺪﺭ‬‫ﻳﺪﻓﻊ‬‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‬
‫ﻭﻋﺪﻣﺎ‬‫ﻭﺟﻮﺩﺍ‬‫ﻋﻠﺘﻪ‬‫ﻣﻊ‬‫ﻳﺪﻭﺭ‬‫ﺍﳊﻜﻢ‬
‫ﻛﻔﻮﺭﺍ‬‫ﻟﺮﺑﻪ‬‫ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ‬‫ﻭﻛﺎﻥ‬‫ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﲔ‬‫ﺍﺧﻮﺍﻥ‬‫ﻛﺎﻧﻮﺍ‬‫ﺍﳌﺒﺬﺭﻳﻦ‬‫ﺍﻥ‬‫ﺗﺒﺬﻳﺮﺍ‬‫ﺗﺒﺬﺭ‬‫ﻭﻻ‬
3. Hadits Nabi Saw ‫ﻳﺰﺍﻝ‬‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‬
‫ﺿﺮﺍﺭ‬‫ﻭﻻ‬‫ﻻﺿﺮﺭ‬
‫ﻭﻋﺪﻣﺎ‬‫ﻭﺟﻮﺩﺍ‬‫ﻋﻠﺘﻪ‬‫ﻣﻊ‬‫ﻳﺪﻭﺭ‬‫ﺍﳊﻜﻢ‬
“Tidak boleh membuat mudlarat kepada diri sendiri dan tidak
boleh membuat mudlarat kepada orang lain.”
‫ﺍﻹﻣﻜﺎﻥ‬‫ﺑﻘﺪﺭ‬‫ﻳﺪﻓﻊ‬‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‬
‫ﻳﺰﺍﻝ‬‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‬
‫ﻭﻋﺪﻣﺎ‬‫ﻭﺟﻮﺩﺍ‬‫ﻋﻠﺘﻪ‬‫ﻣﻊ‬‫ﻳﺪﻭﺭ‬‫ﺍﳊﻜﻢ‬
813
‫ﺍﳋﺒﺎﺋﺚ‬‫ﻋﻠﻴﻬﻢ‬‫ﻭﳛﺮﻡ‬‫ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ‬‫ﳍﻢ‬‫ﻭﳛﻞ‬‫ﺍﳌﻨﻜﺮ‬‫ﻋﻦ‬‫ﻭﻳﻨﻬﺎﻫﻢ‬‫ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬‫ﻳﺄﻣﺮﻫﻢ‬
‫ﺍﳋﺒﺎﺋﺚ‬‫ﻋﻠﻴﻬﻢ‬‫ﻭﳛﺮﻡ‬‫ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ‬‫ﳍﻢ‬‫ﻭﳛﻞ‬‫ﺍﳌﻨﻜﺮ‬‫ﻋﻦ‬‫ﻭﻳﻨﻬﺎﻫﻢ‬‫ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬‫ﻳﺄﻣﺮﻫﻢ‬
‫ﻛﻔﻮﺭﺍ‬‫ﻟﺮﺑﻪ‬‫ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ‬‫ﻭﻛﺎﻥ‬‫ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﲔ‬‫ﺍﺧﻮﺍﻥ‬‫ﻛﺎﻧﻮﺍ‬‫ﺍﳌﺒﺬﺭﻳﻦ‬‫ﺍﻥ‬‫ﺗﺒﺬﻳﺮﺍ‬‫ﺗﺒﺬﺭ‬‫ﻭﻻ‬
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

‫ﺿﺮﺍﺭ‬‫ﻭﻻ‬‫ﻻﺿﺮﺭ‬
‫ﻛﻔﻮﺭﺍ‬‫ﻟﺮﺑﻪ‬‫ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ‬‫ﻭﻛﺎﻥ‬‫ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﲔ‬‫ﺍﺧﻮﺍﻥ‬‫ﻛﺎﻧﻮﺍ‬‫ﺍﳌﺒﺬﺭﻳﻦ‬‫ﺍﻥ‬‫ﺗﺒﺬﻳﺮﺍ‬‫ﺗﺒﺬﺭ‬‫ﻭﻻ‬
4. Kaidah Fiqhiyyah
‫ﺍﳋﺒﺎﺋﺚ‬‫ﻋﻠﻴﻬﻢ‬‫ﻭﳛﺮﻡ‬‫ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ‬‫ﳍﻢ‬‫ﻭﳛﻞ‬‫ﺍﳌﻨﻜﺮ‬‫ﻋﻦ‬‫ﻭﻳﻨﻬﺎﻫﻢ‬‫ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ‬‫ﻳﺄﻣﺮﻫﻢ‬
‫ﺍﻹﻣﻜﺎﻥ‬‫ﺑﻘﺪﺭ‬‫ﻳﺪﻓﻊ‬‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‬
‫ﺿﺮﺍﺭ‬‫ﻭﻻ‬‫ﻻﺿﺮﺭ‬
“Bahaya
‫ﻛﻔﻮﺭﺍ‬‫ﻟﺮﺑﻪ‬‫ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ‬‫ﻭﻛﺎﻥ‬‫ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﲔ‬‫ﺍﺧﻮﺍﻥ‬‫ﻛﺎﻧﻮﺍ‬‫ﺍﳌﺒﺬﺭﻳﻦ‬‫ﺍﻥ‬‫ﺗﺒﺬﻳﺮﺍ‬‫ﺗﺒﺬﺭ‬‫ﻭﻻ‬
harus ditolak semaksimal mungkin”
‫ﻳﺰﺍﻝ‬‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‬
‫ﺍﻹﻣﻜﺎﻥ‬‫ﺑﻘﺪﺭ‬‫ﻳﺪﻓﻊ‬‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‬
5. Kaidah Fiqhiyyah ‫ﺿﺮﺍﺭ‬‫ﻭﻻ‬‫ﻻﺿﺮﺭ‬
‫ﻭﻋﺪﻣﺎ‬‫ﻭﺟﻮﺩﺍ‬‫ﻋﻠﺘﻪ‬‫ﻣﻊ‬‫ﻳﺪﻭﺭ‬‫ﺍﳊﻜﻢ‬
‫ﻳﺰﺍﻝ‬‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‬
“Yang menimbulkan mudlarat harus ‫ﺍﻹﻣﻜﺎﻥ‬‫ﺑﻘﺪﺭ‬‫ﻳﺪﻓﻊ‬‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‬
dihilangkan /
‫ﻭﻋﺪﻣﺎ‬‫ﻭﺟﻮﺩﺍ‬‫ﻋﻠﺘﻪ‬‫ﻣﻊ‬‫ﻳﺪﻭﺭ‬‫ﺍﳊﻜﻢ‬
dihindarkan.”
‫ﻳﺰﺍﻝ‬‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‬
6. Kaidah Fiqhiyyah
‫ﻭﻋﺪﻣﺎ‬‫ﻭﺟﻮﺩﺍ‬‫ﻋﻠﺘﻪ‬‫ﻣﻊ‬‫ﻳﺪﻭﺭ‬‫ﺍﳊﻜﻢ‬
Penetapan hukum itu tergantung ada atau tidak adanya
‘illat
7. Penjelasan delegasi Ulama Mesir, Yordania, Yaman, dan Syria
bahwa hukum merokok di negara-negara tersebut adalah
haram.
8. Penjelasan dari Komnas Perlindungan Anak, GAPPRI, Komnas
Pengendalian Tembakau, Departemen Kesehatan terkait
masalah rokok.
9. Hasil Rapat Koordinasi MUI tentang Masalah Merokok yang
diselenggarakan pada 10 September 2008 di Jakarta, yang
menyepakati bahwa merokok menimbulkan madlarrat di
samping ada manfaatnya.

Ditetapkan di : Padangpanjang
Pada tanggal : 26 Januari 2009 M
29 Muharram 1430 H

Pimpinan Komisi B-1


Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III

Dr. HM. Anwar Ibrahim Dr. Hasanuddin, MAg


Ketua Sekretaris

814
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN KOMISI B-2


IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III
tentang
MASAIL FIQHIYYAH MU’ASHIRAH
(Masalah fikih kontemporer)

VASEKTOMI

A. DESKRIPSI MASALAH
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, pada 1979 telah
memfatwakan bahwa vasektomi/tubektomi hukumnya haram.
Fatwa yang ditetapkan pada 13 Juni 1979 ini diputuskan setalah
membahas kertas kerja yang disusun oleh KH. Rahmatullah Siddiq,
KHM. Syakir, dan KHM. Syafi’i Hadzami, yang menegaskan bahwa;
(i) pemandulan dilarang oleh agama; (ii) vasektomi/tubektomi
adalah salah satu bentuk pemadulan; dan (iii) di Indonesia belum
dapat dibuktikan bahwa vasectomi/tubektomi dapat disambung
kembali.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, kini vasektomi
dapat dipulihkan kembali pada situasi semula. Menyambung
saluran spermatozoa (vas deferen) dapat dilakukan oleh ahli
urologi dengan menggunakan operasi menggunakan mikroskop.
Namun, kemampuan untuk dapat mempunyai anak kembali akan
sangat menurun tergantung lamanya tindakan vasektomi.
Vasektomi, yang dalam terminologi BKKBN dikenal dengan
istilan MOP (Medis Operasi Pria) merupakan salah satu metode
kontrasepsi efektif yang masuk dalam system Program BKKBN.
Kelebihan alat kontrasepsi ini adalah memiliki efek samping sangat
kecil, tingkat kegagalan sangat kecil dan berjangka panjang.
Kalau dulu MOP dianggap permanen, bagaimana pandangan
hukum Islam terhadap vasektomi/tubektomi dengan ditemukannya
“rekanalisasi” (penyambungan ulang)?

B. KETENTUAN HUKUM
Vasektomi sebagai alat kontrasepsi KB sekarang ini dilakukan

815
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

dengan memotong saluran sperma. Hal itu berakibat terjadinya


kemandulan tetap.
Upaya rekanalisasi (penyambungan kembali) tidak menjamin
pulihnya tingkat kesuburan kembali yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, Itima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia
memutuskan praktek vasektomi hukumnya haram.

C. DASAR PENETAPAN
1. Firman Allah SWT :
‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﺎﻧﺎﹰ‬‫ﺴ‬‫ﺇﹺﺣ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻮ‬‫ﻭ‬‫ﺌﺎﹰ‬‫ﻴ‬‫ﺷ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﺮﹺﻛﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺸ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻻﱠ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻞﹸ‬‫ﺃﹶﺗ‬‫ﺍﹾ‬‫ﺎﻟﹶﻮ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻗﹸﻞﹾ‬
‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﻇﹶﻬ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺶ‬‫ﺍﺣ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﻮ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﺑ‬‫ﻘﹾﺮ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺇﹺﻳ‬‫ﻭ‬‫ﻗﹸﻜﹸﻢ‬‫ﺯ‬‫ﺮ‬‫ﻧ‬‫ﻦ‬‫ﺤ‬‫ﻧ‬‫ﻼﹶﻕﹴ‬‫ﺇﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﻻﹶﺩ‬‫ﺃﹶﻭ‬‫ﻠﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻘﹾﺘ‬‫ﺗ‬
‫ﻠﱠﻜﹸﻢ‬‫ﻟﹶﻌ‬ ‫ﺑﹺﻪ‬ ‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﺻ‬‫ﻭ‬ ‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺫﹶﻟ‬ ‫ﻖ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﺤ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬ ‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬ ‫ﻲ‬‫ﺍﻟﱠﺘ‬ ‫ﻔﹾﺲ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻠﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻘﹾﺘ‬‫ﺗ‬ ‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬ ‫ﻄﹶﻦ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
‫ﻠﹸﻮﻥﹶ‬‫ﻘ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬
Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan
atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami
akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan
janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji,
baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab)
yang benar518”. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu
supaya kamu memahami(nya). [QS. Al-An’am :151]

2. Firman Allah SWT al-Isra: 31

 ‫ﻛﹶﺒﹺﲑﺍﹰ‬‫ﻂﹾﺀﺍﹰ‬‫ﺧ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻢ‬‫ﻠﹶﻬ‬‫ﻗﹶﺘ‬‫ﺇﻥﱠ‬‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﺇﹺﻳ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻗﹸﻬ‬‫ﺯ‬‫ﺮ‬‫ﻧ‬‫ﻦ‬‫ﺤ‬‫ﻧ‬‫ﻼﻕﹴ‬‫ﺇﹺﻣ‬‫ﺔﹶ‬‫ﻴ‬‫ﺸ‬‫ﺧ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﻻﺩ‬‫ﺃﹶﻭ‬‫ﻠﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻘﹾﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena
takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada
mereka dan ‫ﺮ‬juga
‫ﻳ‬‫ﻗﹶﺪ‬‫ﻴﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬kepadamu.
‫ﻪ‬‫ﺇﹺﻧ‬‫ﻴﻤﺎﹰ‬‫ﻘ‬‫ﻋ‬ُ‫ﺎﺀ‬‫ﺸ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬
‫ﻣ‬‫ﻞﹸ‬‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺛﺎﹰ‬‫ﺇﹺﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻧﺎﹰ‬‫ﺮ‬membunuh
Sesungguhnya ‫ﺫﹸﻛﹾ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﺟ‬‫ﻭ‬‫ﺰ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻭ‬
mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS. Al-Isra’ :31)
 ‫ﻛﹶﺒﹺﲑﺍﹰ‬‫ﻂﹾﺀﺍﹰ‬‫ﺧ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻢ‬‫ﻠﹶﻬ‬‫ﻗﹶﺘ‬‫ﺇﻥﱠ‬‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﺇﹺﻳ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻗﹸﻬ‬‫ﺯ‬‫ﺮ‬‫ﻧ‬‫ﻦ‬‫ﺤ‬‫ﻧ‬‫ﻼﻕﹴ‬‫ﺇﹺﻣ‬‫ﺔﹶ‬‫ﻴ‬‫ﺸ‬‫ﺧ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﻻﺩ‬‫ﺃﹶﻭ‬‫ﻠﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻘﹾﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬
3. ‫ﹾ‬
‫ﻮﺍ‬‫ﻠﹾﺒﹺﺴ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬ Allah
Firman ‫ﻢ‬‫ﻭﻫ‬‫ﺩ‬‫ﺮ‬‫ﻴ‬SWT
‫ﻟ‬ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﹶﺂﺅ‬al-Syura:
‫ﻛ‬‫ﺮ‬‫ﺷ‬ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻻﹶﺩ‬50
‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﻞﹶ‬‫ﻗﹶﺘ‬ ‫ﲔ‬‫ﺮﹺﻛ‬‫ﺸ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﲑﹴ‬‫ﻜﹶﺜ‬‫ﻟ‬ ‫ﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺯ‬ ‫ﻚ‬‫ﻛﹶﺬﹶﻟ‬‫ﻭ‬
 ‫ﻳﺮ‬‫ﻗﹶﺪ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﻥﹶﻋ‬‫ﻭ‬
‫ﻪ‬‫ﺇﹺﺮﻧ‬‫ﹰ‬‫ﻴﻤﺎﻔﹾﺘ‬
‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣﻘ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬ُ‫ﺎﻢﺀ‬‫ﺸ‬
‫ﻫ‬‫ﺭ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬
‫ﻓﹶﺬﹶ‬‫ﻩﻣ‬‫ﻠﻞﹸﻮﹸ‬‫ﻌ‬‫ﻓﹶﻌ‬‫ﺠ‬‫ﺎ‬‫ﻣﻳ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺛﻠﹼﺎﻪﹰ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺎﺀ‬
‫ﺇﹺﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻧﺎﺷﹰ‬‫ﻟﹶﻛﹾﻮﺮ‬‫ﺫﹸﻭ‬‫ﻢﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻳﺟ‬‫ﺩ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻬﹺﺰ‬‫ﻳ‬‫ﻠﹶﻭﻴ‬‫ﺃﹶﻋ‬
“… atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki  dan
‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻠﹾﺒﹺﺴ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬‫ﻭﻫ‬‫ﺩ‬‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻛﹶﺂﺅ‬‫ﺮ‬‫ﺷ‬ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻻﹶﺩ‬‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﻞﹶ‬‫ﻗﹶﺘ‬ ‫ﲔ‬‫ﺮﹺﻛ‬‫ﺸ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﲑﹴ‬‫ﻜﹶﺜ‬‫ﻟ‬ ‫ﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺯ‬ ‫ﻚ‬‫ﻛﹶﺬﹶﻟ‬‫ﻭ‬
816  ‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺮ‬‫ﻔﹾﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻓﹶﺬﹶﺭ‬‫ﻠﹸﻮﻩ‬‫ﻓﹶﻌ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﺎﺀ‬‫ﺷ‬‫ﻟﹶﻮ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻳﻨ‬‫ﺩ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia


menjadikan
‫ﻛﹶﺒﹺﲑﺍﹰ‬‫ﻂﹾﺀﺍﹰ‬‫ﺧ‬‫ﹶﺎﻥﹶ‬mandul
‫ﻛ‬‫ﻢ‬‫ﻠﹶﻬ‬‫ﻗﹶﺘ‬‫ﺇﻥﱠ‬‫ﹸﻢ‬
‫ﺎﻛ‬‫ﺇﹺﻳ‬‫ﻭ‬yang
siapa ‫ﻢ‬‫ﻗﹸﻬ‬‫ﺯ‬‫ﺮ‬Dia
‫ﻧ‬‫ﻦ‬‫ﺤ‬kehendaki.
‫ﻧ‬‫ﻼﻕﹴ‬‫ﺇﹺﻣ‬‫ﺔﹶ‬‫ﻴ‬‫ﺸ‬‫ﺧ‬Sesungguhnya
‫ﻛﹸﻢ‬‫ﻻﺩ‬‫ﺃﹶﻭ‬‫ﻠﹸﻮﺍﹾ‬‫ﻘﹾﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬
Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. [QS. Al-Syura
42:50]
 ‫ﻳﺮ‬‫ﻗﹶﺪ‬‫ﻴﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﻪ‬‫ﺇﹺﻧ‬‫ﻴﻤﺎﹰ‬‫ﻘ‬‫ﻋ‬ُ‫ﺎﺀ‬‫ﺸ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻞﹸ‬‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺛﺎﹰ‬‫ﺇﹺﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻧﺎﹰ‬‫ﺫﹸﻛﹾﺮ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﺟ‬‫ﻭ‬‫ﺰ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻭ‬
4. Fiman Allah SWT: 
‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻠﹾﺒﹺﺴ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬‫ﻭﻫ‬‫ﺩ‬‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻛﹶﺂﺅ‬‫ﺮ‬‫ﺷ‬ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻻﹶﺩ‬‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﻞﹶ‬‫ﻗﹶﺘ‬ ‫ﲔ‬‫ﺮﹺﻛ‬‫ﺸ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﲑﹴ‬‫ﻜﹶﺜ‬‫ﻟ‬ ‫ﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺯ‬ ‫ﻚ‬‫ﻛﹶﺬﹶﻟ‬‫ﻭ‬
 ‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺮ‬‫ﻔﹾﺘ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻓﹶﺬﹶﺭ‬‫ﻠﹸﻮﻩ‬‫ﻓﹶﻌ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﺎﺀ‬‫ﺷ‬‫ﻟﹶﻮ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻳﻨ‬‫ﺩ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬
Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah
menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu
memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk
membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka
agama-Nya. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka
tidak mengerjakannya, maka tinggallah mereka dan apa
yang mereka ada-adakan. [QS. Al-An’am 6:137]

5. Firman Allah SWT:


‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻠﹾﻖ‬‫ﺧ‬‫ﻥﱠ‬‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻓﹶﻠﹶﻴ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻧ‬‫ﺮ‬‫ﻵﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺎﻡﹺ‬‫ﻌ‬‫ﺍﻷَﻧ‬‫ﺁﺫﹶﺍﻥﹶ‬‫ ﹸﻜﻦ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﻓﹶﻠﹶﻴ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻧ‬‫ﺮ‬‫ﻵﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﻨ‬‫ﻷُﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻠﱠﻨ‬‫ﻷُﺿ‬‫ﻭ‬
‫ﺒﹺﻴﻨﺎﹰ‬‫ﻣ‬‫ﺍﻧﺎﹰ‬‫ﺮ‬‫ﺴ‬‫ﺧ‬‫ﺴِﺮ‬‫ﺧ‬‫ﻓﹶﻘﹶﺪ‬‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻭﻥ‬‫ﺩ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺎﹰ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬‫ﻄﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﺬ‬‫ﺨ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
“… dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan
akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka
dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang
ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya351, dan
akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu
benar-benar mereka merubahnya352”. Barangsiapa yang
menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka
sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. [QS. Al-
Nisa’ 4:119]

6. Hadis Nabi saw:


‫ﻭﻋﻘﻮﻕ‬‫ﺍﻟﺒﻨﺎﺕ‬‫ﻭﺃﺩ‬‫ﻋﻦ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﻰ‬:‫ﻗﺎﻝ‬‫ﺍﳌﻐﲑﺓ‬‫ﻋﻦ‬
‫)ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫ﺍﳌﺎﻝ‬ ‫ﻭﺇﺿﺎﻋﺔ‬ ‫ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ‬ ‫ﻭﻛﺜﺮﺓ‬ ‫ﻭﻗﺎﻝ‬ ‫ﻗﻴﻞ‬ ‫ﻭﻋﻦ‬ ‫ﻭﻫﺎﺕ‬ ‫ﻣﻨﻊ‬ ‫ﻭﻋﻦ‬ ‫ﺍﻷﻣﻬﺎﺕ‬
(|‫ﺝ‬‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‬
‫ﺍﳌﺘﻨﻤﺼﺎﺕ‬‫ﻳﻠﻌﻦ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﲰﻌﺖ‬
Dari Mughirah ra ia berkata: “Rasulullah:‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻣﺴﻌﻮﺩ‬‫ﺑﻦ‬‫ﻋﻦ‬ saw melarang
mengubur anak perempuan (hidup-hidup), durhaka
pada orang tua,menarik (‫ﺃﲪﺪ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺧﻠﻖ‬‫ﻳﻐﲑﻥ‬‫ﺍﻟﻼﰐ‬‫ﻭﺍﳌﻮﴰﺎﺕ‬‫ﻭﺍﳌﺘﻔﻠﺠﺎﺕ‬
pemberian, berkata tanpa jelas
sumbernya (hanya katanya katanya), banyak meminta, ‫ﺍﻟﻨﻬﻲ‬
‫ﻭﺳﺎﺋﻠﻪ‬‫ﻋﻦ‬‫ﻲ‬‫ﺍﻟﺸﻲﺀ‬‫ﻋﻦ‬ dan
menghambur-hamburkan harta (HR. Al-Darimi)
‫ﻋﺪﻣﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺟﻮﺩﺍ‬‫ﻋﻠﺘﻪ‬‫ﻣﻊ‬‫ﻳﺪﻭﺭ‬‫ﺍﳊﻜﻢ‬
‫ﺍﻟﻌﻮﺍﺋﺪ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺍﻷﺣﻮﺍﻝ‬‫ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‬‫ﺑﺘﻐﲑ‬‫ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‬‫ﺗﻐﲑ‬‫ﻳﻨﻜﺮ‬‫ﻻ‬
817
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﳌﻐﲑﺓ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﻰ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﻭﺃﺩ‪‬ﺍﻟﺒﻨﺎﺕ‪‬ﻭﻋﻘﻮﻕ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬
‫‪KEPUTUSAN‬‬ ‫‪‬ﺍﳌﺎﻝ ‪)‬‬
‫’‪IJTIMA‬‬ ‫‪‬ﻭﺇﺿﺎﻋﺔ‬
‫‪ULAMA‬‬ ‫‪‬ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ‬
‫‪KOMISI‬‬ ‫‪‬ﻭﻛﺜﺮﺓ‬
‫‪FATWA‬‬ ‫‪‬ﻭﻋﻦ ‪‬ﻗﻴﻞ ‪‬ﻭﻗﺎﻝ‬
‫‪SE-INDONESIA‬‬ ‫‪‬ﻭﻫﺎﺕ‬
‫‪KETIGA‬‬ ‫‪TAHUN‬‬ ‫‪2009‬ﻣﻨﻊ‬
‫ﺍﻷﻣﻬﺎﺕ ‪‬ﻭﻋﻦ‬
‫‪7. Hadis Nabi saw:‬‬
‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‪‬ﺝ‪(|‬‬
‫ﲰﻌﺖ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻳﻠﻌﻦ‪‬ﺍﳌﺘﻨﻤﺼﺎﺕ‪‬‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﻭﺃﺩ‪‬ﺍﻟﺒﻨﺎﺕ‪‬ﻭﻋﻘﻮﻕ‪‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺑﻦ‪‬ﻣﺴﻌﻮﺩ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﳌﻐﲑﺓ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬‬
‫‪‬ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ ‪‬ﻭﺇﺿﺎﻋﺔ ‪‬ﺍﳌﺎﻝ ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬ ‫ﻭﺍﳌﺘﻔﻠﺠﺎﺕ‪‬ﻭﺍﳌﻮﴰﺎﺕ‪‬ﺍﻟﻼﰐ‪‬ﻳﻐﲑﻥ‪‬ﺧﻠﻖ‪‬ﺍﷲ‪)‬ﻭﻛﺜﺮﺓ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﲪﺪ(‪‬‬ ‫ﺍﻷﻣﻬﺎﺕ ‪‬ﻭﻋﻦ ‪‬ﻣﻨﻊ ‪‬ﻭﻫﺎﺕ ‪‬ﻭﻋﻦ ‪‬ﻗﻴﻞ ‪‬ﻭﻗﺎﻝ‬
‫‪Dari Ibn Masud ra ia berkata: Saya‬‬ ‫‪‬ﻋﻦ‪‬ﺍﻟﺸﻲﺀ‪‬ﻲ‪‬ﻋﻦ‪‬ﻭﺳﺎﺋﻠﻪ‪‬‬
‫‪mendengar‬‬
‫‪(|rasulullah‬‬ ‫ﺍﻟﻨﻬﻲ‬
‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‪‬ﺝ‪‬‬
‫‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﻭﺃﺩ‪‬ﺍﻟﺒﻨﺎﺕ‪‬ﻭﻋﻘﻮﻕ‪‬‬
‫‪‬ﻰ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪saw melaknat perempuan yang‬‬ ‫‪memendekkan:rambutnya,‬‬‫ﻋﻦ‪‬ﺍﳌﻐﲑﺓ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬‬
‫‪membuat tato yang merubah ciptaan‬‬ ‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‪‬‬
‫ﲰﻌﺖ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻳﻠﻌﻦ‪‬ﺍﳌﺘﻨﻤﺼﺎﺕ‪‬‬ ‫‪Allah”.:[HR.‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺑﻦ‪‬ﻣﺴﻌﻮﺩ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬‬
‫]‪Ahmad‬‬
‫ﺍﻷﻣﻬﺎﺕ ‪‬ﻭﻋﻦ ‪‬ﻣﻨﻊ ‪‬ﻭﻫﺎﺕ ‪‬ﻭﻋﻦ ‪‬ﻗﻴﻞ ‪‬ﻭﻗﺎﻝ ‪‬ﻭﻛﺜﺮﺓ ‪‬ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ ‪‬ﻭﺇﺿﺎﻋﺔ ‪‬ﺍﳌﺎﻝ ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬
‫‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻋﻦ‪‬ﻭﺃﺩ‪‬ﺍﻟﺒﻨﺎﺕ‪‬ﻭﻋﻘﻮﻕ‪‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺍﳌﻐﲑﺓ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﻰ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‬
‫ﻭﺍﳌﺘﻔﻠﺠﺎﺕ‪‬ﻭﺍﳌﻮﴰﺎﺕ‪‬ﺍﻟﻼﰐ‪‬ﻳﻐﲑﻥ‪‬ﺧﻠﻖ‪‬ﺍﷲ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﲪﺪ(‪‬‬
‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪‬ﻭﺍﻷﺣﻮﺍﻝ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻌﻮﺍﺋﺪ‬
‫‪8. Kaidah Ushuliyyah:‬‬ ‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‪‬ﺝ‪(|‬‬
‫‪‬ﻭﻋﻦ‪‬ﻗﻴﻞ ‪‬ﻭﻗﺎﻝ ‪‬ﻭﻛﺜﺮﺓ ‪‬ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ ‪‬ﻭﺇﺿﺎﻋﺔ ‪‬ﺍﳌﺎﻝ ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬‬ ‫ﺍﻷﻣﻬﺎﺕ ‪‬ﻭﻋﻦ ‪‬ﻣﻨﻊ ‪‬ﻭﻫﺎﺕ‬
‫‪‬ﻋﻦ‪‬ﺍﻟﺸﻲﺀ‪‬ﻲ‪‬ﻋﻦ‪‬ﻭﺳﺎﺋﻠﻪ‬ ‫ﺍﻟﻨﻬﻲ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺑﻦ‪‬ﻣﺴﻌﻮﺩ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﲰﻌﺖ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻳﻠﻌﻦ‪‬ﺍﳌﺘﻨﻤﺼﺎﺕ‪‬‬
‫‪“Larangan terhadap sesuatu juga merupakan‬‬ ‫ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻲ‪‬ﺝ‪(|‬‬
‫‪larangan‬‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‪‬‬
‫ﻭﺍﳌﺘﻔﻠﺠﺎﺕ‪‬ﻭﺍﳌﻮﴰﺎﺕ‪‬ﺍﻟﻼﰐ‪‬ﻳﻐﲑﻥ‪‬ﺧﻠﻖ‪‬ﺍﷲ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﲪﺪ(‪‬‬
‫”‪terhadap sarana-sarananya‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺑﻦ‪‬ﻣﺴﻌﻮﺩ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﲰﻌﺖ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻳﻠﻌﻦ‪‬ﺍﳌﺘﻨﻤﺼﺎﺕ‪‬‬
‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪‬ﻭﺍﻷﺣﻮﺍﻝ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻌﻮﺍﺋﺪ‬
‫ﺍﻟﻨﻬﻲ‪‬ﻋﻦ‪‬ﺍﻟﺸﻲﺀ‪‬ﻲ‪‬ﻋﻦ‪‬ﻭﺳﺎﺋﻠﻪ‪‬‬
‫‪9. Kaidah Ushuliyyah‬‬ ‫ﻭﺍﳌﺘﻔﻠﺠﺎﺕ‪‬ﻭﺍﳌﻮﴰﺎﺕ‪‬ﺍﻟﻼﰐ‪‬ﻳﻐﲑﻥ‪‬ﺧﻠﻖ‪‬ﺍﷲ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺃﲪﺪ(‪‬‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‪‬‬
‫‪“Penetapan hukum tergantung ada-tidaknya‬‬ ‫‪‬ﻋﻦ‪‬ﺍﻟﺸﻲﺀ‪‬ﻲ‪‬ﻋﻦ‪‬ﻭﺳﺎﺋﻠﻪ‪‬‬
‫”‪‘illat‬‬ ‫ﺍﻟﻨﻬﻲ‬
‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪‬ﻭﺍﻷﺣﻮﺍﻝ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻌﻮﺍﺋﺪ‬
‫ﺍﳊﻜﻢ‪‬ﻳﺪﻭﺭ‪‬ﻣﻊ‪‬ﻋﻠﺘﻪ‪‬ﻭﺟﻮﺩﺍ‪‬ﻭ‪‬ﻋﺪﻣﺎ‪‬‬
‫‪10. Kaidah Fiqhiyyah:‬‬
‫ﻻ‪‬ﻳﻨﻜﺮ‪‬ﺗﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪‬ﺑﺘﻐﲑ‪‬ﺍﻷﺯﻣﻨﺔ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻷﻣﻜﻨﺔ‪‬ﻭﺍﻷﺣﻮﺍﻝ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﻌﻮﺍﺋﺪ‬
‫‪“Tidak diingkari adanya perubahan hukum sebab adanya‬‬
‫”‪perubahan waktu, tempat, kondisi, dan kebiasaan‬‬

‫‪11. Penjelasan Prof. Dr. Farid Anfasa Moeloek, Bagian Obsteri dan‬‬
‫‪Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaJakarta‬‬
‫‪dan penjelasan Furqan Ia Faried dari Badan Koordinasi‬‬
‫‪Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada Halqah MUI‬‬
‫‪tentang Vasektomi dan Tubektomi yang diselenggarakan di‬‬
‫‪Jakarta pada 22 Januai 2009.‬‬

‫‪818‬‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

SENAM YOGA

A. DESKRIPSI MASALAH
Persoalan hukum Yoga mencuat ke permukaan setelah munculnya
berita tentang fatwa Ahli Majlis Muzakarah Fatwa Kebangsaan
(AMMFK)yang bersidang pada 22-24 Oktober 2008 di Kota Bharu
Kelantan Malaysia yang memutuskan keharaman Yoga. Atas
fatwa tersebut, muncul banyak pertanyaan dan permintaan agar
MUI mengkaji, membahas dan juga memfatwakan masalah Yoga.
Berangkat dari desakan ini akhirnya pimpinan MUI membentuk
Team Peneliti Yoga yang terdiri dari Komisi Pengkajian dan Komisi
Fatwa MUI.
Yoga, oleh masyarakat Indonesia umumnya dipahami hanyalah
sebagai salah satu bentuk olah raga pernafasan yang biasa diajarkan
di sanggarsanggar senam dan kebugaran. Namun setelah dilakukan
penelitian dan pengkajian oleh Team MUI, persoalan Yoga ternyata
tidak sesederhana yang dipahami selama ini.
Yoga sesungguhnya sudah ada sejak 6 abad sebelum Masehi, jauh
sebelum agama Hindu lahir. Yoga awal tidak terkait dengan agama
apapun, tetapi dalam perkembangannya banyak pendeta Hindu
yang mendalami Yoga yang kemudian melakukan asimilasi Yoga
dengan ajaran agama Hindu. Meski demikian, Yoga sendiri tidak
seluruhnya dikembangkan atau berkembang dalam bingkai agama
Hindu. Dalam arti, ada Yoga yang tidak bercampur dengan ajaran
agama. Setelah berjalan sekian abad, Yoga berkembang ke dalam
berbagai aliran, seperti Bhakti Yoga, Hatha Yoga, Vinyasa, Einggar,
Bikram dan lain sebagainya. Dalam Aliran-Aliran Yoga tersebut
ada aliran yang murni bersifat ritual dan spiritual agama Hindu,
ada aliran yang mengandung unsur-unsur spiritual agama Hindu
dan ada puls aliran yang hanya berbentuk olah raga pernafasan
untuk tujuan kesehatan semata.
Istilah Yoga berasal dari akar kata sansekerta ‘yuj’ yang artinya
”menyatukan diri dengan Tuhan” (Patanjali dalam Somvir, 2008).
Pendiri yoga, Rsi Patanjali, membahas yoga dalam bukunya “Yoga
Sutra” sebagai pengendalian pikiran. Menurutnya, pikiran dapat
dikendalikan dengan terus menerus mempraktekkan yoga dan
melepaskan ikatan duniawi. Urutan yang harus dilakukan saat
berlatih yoga adalah pranayama, asana, dan meditasi. Sedangkan
apabila sudah maju, meditasi dilakukan di awal.

819
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

Sebagian teknik yoga ada yang terindikasi mengandung


penyelewengan aqidah karena mengandung unsur-unsur keyakinan/
spiritual agama Hindu. Seperti yang dinyatakan Kobalen, AS (2007),
bahwa yoga merupakan system ilmu rohani yang dengan cepat
bisa meningkatkan perkembangan rohani. Menurutnya, siapapun
yang mengembangkan yoga dengan tulus adalah seorang yogi atau
pengabdi (Bhakti). Kobalen (2007) mengutip dari Autobiography
of A Yogi bahwa menurut Parahamamsa Yogananda jika berlatih
yoga selama delapan jam secara intensif di bawah bimbingan
Guru Sejati, dapat membangkitkan kesadaran rohani dan nurani
kita, sehingga kita selalu bekerja aktif memberi pencerahan diri
maka itu sama dengan menyelesaikan perjalanan evolusi yang
seharusnya ditempuh selama seribu tahun. Kobalen menegaskan
bahwa Sang Yogi mengenali kenyataannya sebagai Brahman yang
juga merupakan kesadaran terdalam dari segalanya. Melalui
Bhakti, Sang Yogi memperoleh kedekatan hubungan dengan Tuhan
sebagai pribadi kosmik tertinggi (Para Brahman). Yoga belumlah
sempurna tanpa bhakti sehingga sering dikatakan bahwa bhakti
merupakan puncaknya (Kobalen, AS, 2007).
AMMFK melarang yoga sistematik, yaitu ”yoga yang
menggabungkan gerakan-gerakan fisik dengan unsur-unsur
keagamaan, mantera dan pemujaan untuk tujuan tertentu seperti
mendapatkan ketenangan dan puncaknya penyatuan diri dengan
Tuhan atau tujuan-tujuan lain yang tidak sesuai dan dapat merusak
akidah seorang muslim”. Prof.Dr.Abdul Shukor Husin (Pengurus
Jawatankuasa Fatwa Majelis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama
Islam Malaysia), dalam konferensi pers tentang fatwa AMMFK
pada tanggal 22 Nopember 2008 menyatakan : “Jika dilakukan
secara sistematik yang mengandung ketiga unsur tadi maka hal
itu bertentangan dengan syariat Islam. Haram hukumnya”. Beliau
lebih lanjut menyatakan bahwa apabila melakukan yoga sebagai
suatu senam atau olah raga saja itu tidak diharamkan, namun umat
Islam disarankan untuk tetap tidak melakukannya karena khawatir
masuk lebih jauh kepada yoga sistematik. AMMFK mengeluarkan
fatwa setelah melakukan kajian dan penelitian, yakni setelah
meneliti dan mengkaji semua masukan, serta mempelajari yoga 
yang berasal dari masyarakat Hindu sebelum Masehi ternyata
menunjukkan bahwa yoga merupakan  gabungan gerakan fisik,
unsur religius, doa dan pemujaan untuk mendapatkan ketenangan
yang akhirnya seolah-olah sudah menyatu dirinya dengan tuhan.
MUI telah membentuk team khusus yang bertugas untuk mengkaji

820
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

praktek yoga di Indonesia. Dari hasil kajian didapati bahwa praktek


yoga yang dilakukan di Indonesia dapat diklasifikasikan kepada
tiga bentuk, yaitu ;
1. Yoga Bhakti, adalah yoga ritual yaitu yoga yang murni
mengandung ritual dan spiritual agama Hindu. Setiap gerakan
yoga bhakti bukan merupakan gerakan/olah fisik semata,
melainkan merupakan gerakan simbolik yang melambangkan
sejumlah gerakan ritual, yakni hubungan dengan Tuhan. Yoga
Bhakti dalam prakteknya hanya dilakukan oleh peserta yang
beragama Hindu saja, ditemukan oleh peneliti di Sanggar Hari
Khrisna dan Sanggar Sai Baba di Bali
2. Yoga dengan meditasi dan menggunakan mantra-
mantra, yaitu yoga sebagai kegiatan olah raga yang disertai
dengan meditasi dan membaca mantra-mantra tertentu.
Mantra yang dimaksud dalam hal ini adalah ucapan atau
bacaan sakral/spiritual yang berasal dari ritual atau spiritual
agama tertentu. Telah ditemukan adanya praktek-praktek yoga
semacam ini pada salah satu sanggar Yoga di Bali. Ditemukan
juga adanya praktek yoga yang disertai dengan ucapan atau
suara yang dibaca saat melakukan yoga jenis ini. Berdasarkan
hasil penelitian Team, ucapan/suara dalam praktek yoga jenis
ini baru terbatas pada ucapan-ucapan untuk memfokuskan
perhatian/konsentrasi dan untuk memotivasi diri seperti
berhamming dan sebagainya. Sementara untuk gerakan
meditasi (perenungan/konsentrasi) disesuaikan dengan agama
dan keyakinan peserta.
3. Yoga murni olah raga, yaitu yoga yang murni merupakan
kegiatan olahraga yang menyeimbangkan body, mind dan soul
yang tidak terkait dengan keyakinan dan ritual agama tertentu.
Dalam yoga jenis ketiga ini ada terminologi yang menggunakan
bahasa Sansekerta tetapi tidak terkait dengan ajaran agama
tertentu. Praktek yoga semacam ini banyak ditemukan pada
sanggar-sanggar senam yoga di DKI, yaitu Yoga Bikram,
Celebriti fitness dan di Bandung, yaitu Sanggar Yoga Leaf.
Meskipun demikian, perlu diwaspadai masuknya unsur-unsur
agama lain dalam pengajaran yoga ini.

821
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

B. KETENTUAN HUKUM
1. Yoga yang murni ritual dan spiritual agama lain, hukum
melakukannya bagi orang Islam adalah haram.
2. Yoga yang mengandung meditasi dan mantra atau spiritual dan
ritual ajaran agama lain hukumnya haram, sebagai langkah
preventif (sadd al-dzari’ah).
3. Yoga yang murni olahraga pernafasan untuk kepentingan
kesehatan hukumnya mubah (boleh).

C. REKOMENDASI
Menghimbau umat Islam untuk tidak memilih kegiatan olah raga
yang memperagakan unsur meditasi dan mantra sebagai langkah
preventif agar tidak merusak aqidah.

D. DASAR PENETAPAN

1. Firman Allah SWT :

 ‫ﺎﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻤ‬‫ﺃﹶﻋ‬‫ﻠﹸﻮﺍ‬‫ﻄ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻮﻝﹶ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺃﹶﻃ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺃﹶﻃ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul dan( :‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻤ‬kamu
janganlah ‫ﻠﹶ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻭ‬merusakkan
‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻤ‬‫ﻜﹾﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬‫ﻞﹺ‬‫(ﻃ‬pahala)
‫ﺎ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﺒ‬‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻮﺍ‬amal-
‫ﻠﹾﺒﹺﺴ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬
amalmu”. (Q.S. Muhammad [47] : 33)

2. ‫ﻢ‬Firman
‫ﻟﹶﻜﹸ‬‫ﻧﻪ‬‫ﺇﹺ‬‫ﹶﺎﻥ‬Allah
‫ﻄ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﺕ‬  ‫ﺎﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻤ‬‫ﺃﹶﻋ‬‫ﻠﹸﻮﺍ‬‫ﻄ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻮﻝﹶ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺃﹶﻃ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺃﹶﻃ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﺍ‬‫ﻄﹸﻮ‬‫ﺧ‬:‫ﻮﺍﹾ‬‫ﺒﹺﻌ‬‫ﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻛﹶﺂﻓﱠﺔﹰ‬‫ﻠﹾﻢﹺ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻠﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺧ‬‫ﺍﺩ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
SWT
(:‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻭ‬‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻤ‬‫ﻜﹾﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬‫ﻞﹺ‬‫ﺎﻃ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﺒ‬‫ﻖ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾ‬‫ﺍ‬‫ﲔ‬ ‫ﻮ‬‫ﺒﹺﺴ‬‫ﺒﹺﻣ‬‫ﻠﹾ‬‫ﻭﺗ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻟﺪ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬
‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﻬ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬‫ﻦ‬‫ﺍﻷَﻣ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻚ‬‫ﻟﹶـﺌ‬‫ﺃﹸﻭ‬‫ﺑﹺﻈﹸﻠﹾﻢﹴ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺇﹺﳝ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻠﹾﺒﹺﺴ‬‫ﻳ‬‫ﻟﹶﻢ‬‫ﻭ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan
 ‫ﺎﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻤ‬‫ﺃﹶﻋ‬‫ﻠﹸﻮﺍ‬‫ﻄ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻮﻝﹶ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺃﹶﻃ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻴﻌ‬‫ﺃﹶﻃ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﻢ‬yang
‫ﻟﹶﻜﹸ‬‫ﻧﻪ‬‫ﺇﹺ‬bathil
‫ﻄﹶﺎﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬ dan janganlah kamu sem-bunyikan yang hak itu,
‫ﺍﺕ‬‫ﻄﹸﻮ‬‫ﺧ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﺒﹺﻌ‬‫ﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻛﹶﺂﻓﱠﺔﹰ‬‫ﻠﹾﻢﹺ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻠﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺧ‬‫ﺍﺩ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
sedang kamu mengetahui”. (QS. al-Baqarah [2]: 42)
(:‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻮﻥﹶ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻭ‬‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻤ‬‫ﻜﹾﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬‫ﻞﹺ‬‫ﺎﻃ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﺒ‬‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻠﹾﺒﹺﺴ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬
‫ﻦ‬‫ﻣ‬ :‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻠﱠﻰ‬‫ﺻ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻮﻝﹸ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬:‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻲ‬‫ﺿ‬‫ﺭ‬‫ﺮ‬‫ﻤ‬‫ﲔﻋ‬‫ﺒﹺﻦﹺ‬‫ﻣ‬‫ﺑ‬‫ﺍ‬‫ﻦﻭ‬‫ﺪ‬‫ﻋ‬‫ﻋ‬
3. Firman Allah ‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﻬ‬SWT ‫ﻣ‬‫ﻢ‬(‫ﻫ‬‫ﻥﹶ‬‫ﻭ‬:‫ﺎ‬‫ﺒﻦ‬‫ﺣ‬‫ﻣ‬َ‫ﺍﻦﻷ‬‫ﺍﺑ‬
‫ﻪﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻟﹶﺤ‬‫ﻚ‬
‫ﺤ‬‫ﺻ‬‫ﹶـﺌ‬
‫ﻟﻭ‬‫ﺩ‬
‫ﻭﺃﹸﻭ‬‫ﺍﹴ‬‫ﻠﹾﺩﻢ‬‫ﻮ‬
‫ﺑﺑﹺﻈﹸ‬‫ﻢ‬
‫ﺃﹶ‬‫ﻬﻪ‬‫ﺟ‬‫ﺎﻧ‬‫ﳝﺮ‬‫ﺇﹺﺧ‬‫ﻮ)ﺍﺃﹶﹾ‬‫ﻢﺴ‬‫ﻠﹾﺒﹺﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﻣ‬‫ﻟﹶﻮﻢ‬‫ﻭ‬‫ﻬ‬‫ﺍﻓﹶﹾ‬‫ﻮﹴ‬‫ﻨﻡ‬‫ﻮ‬‫ﺁﻘﹶﻣ‬‫ﺑﹺ‬‫ﻳﻪﻦ‬‫ﺬﺒ‬‫ﻟﱠﺸ‬‫ﺍﺗ‬
‫ﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻧﻪ‬‫ﺇﹺ‬‫ﻄﹶﺎﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﺍﺕ‬‫ﻄﹸﻮ‬‫ﺧ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﺒﹺﻌ‬‫ﺘ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻛﹶﺂﻓﱠﺔﹰ‬‫ﻠﹾﻢﹺ‬‫ﺍﻟﺴ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻠﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺧ‬‫ﺍﺩ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﻛﻢ‬‫ﺷﻔﺎﺀ‬‫ﳚﻌﻞ‬‫ﱂ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺍﻥ‬:‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬:‫ﻗﺎﻟﺖ‬‫ﺳﻠﻤﺔ‬‫ﺃﻡ‬‫ﻋﻦ‬ ‫ﺒﹺﲔ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﻋ‬
‫“ﻦ‬Hai
‫ﻣ‬ :‫ﻢ‬orang-orang
‫ﻠﱠ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬‫ﻭﻪﻥﹶ‬‫ﺪﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺘ‬‫ﻪﻬ‬‫ﻠﱠﻣ‬‫ﻢ‬
‫ﺍﻟ‬‫ﱠﻰ‬ ‫ﻠ‬‫ﺻ‬

‫ﻫ‬‫ﻭ‬yang ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﺍﻟ‬‫ﹸ‬
‫ﻦ‬‫ﺍﻷَﻣ‬‫ﻢ‬beriman, ‫ﻝ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬
 ‫ﹶ‬‫ﻝ‬ ‫ﹶﺎ‬‫ﻗ‬ : ‫ﹶ‬
‫ﻟﹶﻬ‬‫ﻚ‬‫ﻟﹶـﺌ‬‫ﺃﹸﻭ‬‫ﻢﹴ‬masuklah ‫ﻝ‬ ‫ﹶﺎ‬‫ﻗ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻬ‬
 ‫ﻨ‬
 ‫ﻋ‬

‫ﻠﹾ‬‫ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲﺑﹺ(ﻈﹸ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫ﻪ‬
‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﺎﻧ‬‫ﺇﹺﳝ‬‫ﻮﺍﹾ‬kamu ‫ﻠ‬
‫ﱠ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺭ‬

‫ﻠﹾﺒﹺ)ﺴ‬‫ﻋﻠﻴﻜﻢ‬‫ﺣﺮﻡ‬‫ﻓﻴﻤﺎ‬ 
‫ﻳ‬‫ﻟﹶﻢ‬‫ﻭ‬ke ‫ﺮ‬‫ﹾ‬‫ﻮﺍﻤ‬‫ﻨﻋ‬dalam
‫ﹺ‬‫ﺁﻦﻣ‬‫ﺍﻦﺑ‬‫ﻳ‬‫ﺬﻦ‬‫ﺍﻟﱠﻋ‬
Islam keseluruhan, (‫ﺎﻥﹶ‬‫ﺒ‬‫ﺣ‬dan ‫ﻦ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻪ‬‫ﺤ‬janganlah ‫ﺤ‬‫ﺻ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﺍﻭ‬‫ﺩ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﺑ‬kamu ‫ﻪ‬‫ﺟ‬‫ﺮ‬‫)ﺃﹶﺧ‬turut ‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻮ‬‫ﻬ‬langkah- ‫ﻓﹶ‬‫ﻡﹴ‬‫ﺑﹺﻘﹶﻮ‬‫ﻪ‬‫ﺒ‬‫ﺸ‬‫ﺗ‬
langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
‫ﻟﻜﻞﱢ‬‫ﻭﺟﻌﻞ‬،َ‫ﺍﺀ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺍﻟﺪ‬َ‫ﺍﺀ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻝﹶ‬‫ﺰ‬‫ﺃﻧ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺇﻥ‬:‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﺃﻥ‬
‫ﻛﻢ‬‫ﺷﻔﺎﺀ‬‫ﳚﻌﻞ‬‫ﱂ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺍﻥ‬
‫ﻦ‬‫ﻣ‬ :‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﱠﻰ‬:‫ﻠ‬‫ﻭﺳﻠﻢﺻ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬ :‫ﻗﺎﻟﺖﻲ‬‫ﺳﻠﻤﺔ‬‫ﺃﻡ‬‫ﻋﻦ‬
‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻮﻝﹸ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬:‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ ‫ﺿ‬‫ﺭ‬‫ﺮ‬‫ﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻦﹺ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
822 .(‫ﺩﺍﻭﺩ‬‫ﺃﺑﻮ‬‫)ﺃﺧﺮﺟﻪ‬.‫ﲝﺮﺍﻡ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺗ‬‫ﻭﻻ‬،‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻭ‬‫ﺪ‬‫ﻓﹶﺘ‬،‫ﺩﻭﺍﺀ‬‫ﺩﺍﺀ‬
(‫ﺎﻥﹶ‬‫ﺒ‬‫ﺣ‬‫ﻦ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻪ‬‫ﺤ‬‫ﺤ‬‫ﺻ‬‫ﻭ‬‫ﺩ‬‫ﺍﻭ‬‫ﺩ‬‫ﻮ‬ ‫ﺃﹶ‬‫ﻪ‬‫ﺟ‬‫ﺮ‬‫)ﺃﹶﺧ‬‫ﻢ‬‫)ﻬ‬‫ﻋﻠﻴﻜﻢ‬‫ﺣﺮﻡ‬‫ﻓﻴﻤﺎ‬
(‫ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲﺑ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻮ‬‫ﻓﹶﻬ‬‫ﻡﹴ‬‫ﺑﹺﻘﹶﻮ‬‫ﻪ‬‫ﺒ‬‫ﺸ‬‫ﺗ‬
‫ﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹶ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻄ‪‬ﻠﹸﻮﺍ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻟﹶﻜﹸﻢ‪ ‬‬
‫‪HIMPUNAN‬ﻠﹶﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‪)‬ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪(:‬‬
‫‪FATWA‬ﺤ‪‬ﻖ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬‬
‫‪MAJELIS‬ﻜﹾﺘ‪‬ﻤ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﹾ‬
‫‪ULAMA‬ﺒ‪‬ﺎﻃ‪‬ﻞﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬‬
‫‪INDONESIA‬ﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾ‬
‫ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻠﹾﺒﹺﺴ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍ‬

‫)‪nyata bagimu” . (Q.S. al-Baqarah [2] : 208‬‬


‫ﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﺍﺩ‪‬ﺧ‪‬ﻠﹸﻮﺍﹾ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﺴ‪‬ﻠﹾﻢﹺ‪‬ﻛﹶﺂﻓﱠﺔﹰ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻌ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﺧ‪‬ﻄﹸﻮ‪‬ﺍﺕ‪‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎﻥ‪‬ﺇﹺ‪‬ﻧﻪ‪‬ﻟﹶﻜﹸﻢ‪‬‬
‫ﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹶ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻄ‪‬ﻠﹸﻮﺍ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻟﹶﻜﹸﻢ‪ ‬‬
‫‪4. Firman Allah SWT :‬‬ ‫ﻋ‪‬ﺪ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﺒﹺﲔ‪‬‬
‫ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻠﹾﺒﹺﺴ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺒ‪‬ﺎﻃ‪‬ﻞﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹾﺘ‪‬ﻤ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹶﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‪)‬ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪(:‬‬
‫ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻠﹾﺒﹺﺴ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﺇﹺﳝ‪‬ﺎﻧ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺑﹺﻈﹸﻠﹾﻢﹴ‪‬ﺃﹸﻭ‪‬ﻟﹶـﺌ‪‬ﻚ‪‬ﻟﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻷَﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻭ‪‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻬ‪‬ﺘ‪‬ﺪ‪‬ﻭﻥﹶ‬
‫‪Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan‬‬
‫‪iman‬ﻢ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎﻥ‬
‫‪mereka‬ﺇﹺ‪‬ﻧﻪ‪‬ﻟﹶﻜﹸ‬ ‫‪dengan‬ﺕﻜﹸﻢ‪‬‬
‫ﹸﻮﺍ‪‬ﺧ‪‬ﺃﹶﻄﹸﻋ‪‬ﻮﻤ‪‬ﺍ‪‬ﺎﻟﹶ‬
‫‪‬ﻮﺍﻠﹾ‪‬‬
‫‪kezaliman‬ﻌﻄ‪‬‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﻛﺮ‪‬ﹶﺂﻓﱠﺳﺔ‪‬ﻮﹰ‪‬ﻝﻭ‪‬ﹶ‪‬ﻻﻭ‪‬ﻟﹶ‪‬ﺗ‪‬ﹶﺎ‪‬ﺘ‪‬ﺗ‪‬ﺒﹺﺒ‪‬‬
‫‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﻃ‪‬ﻴﺴ‪‬ﻌﻠﹾﻢ‬
‫‪(syirik),‬ﹺ‪‬‬ ‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﻠﱠﹾ‪‬ﻓﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶ‬
‫‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﺃﹶﹾ‪‬ﺍﻃ‪‬ﻴﺩ‪‬ﻌﺧ‪‬ﻠﹸﻮ‬
‫‪mereka‬ﺍ‬ ‫‪itulah‬ﻨﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮ‬
‫‪‬ﺁﻣ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﱠﺬﺬ‪‬ﻳ‪‬ﻳﻦﻦ‪‬ﺁ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﱠ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺃﹶﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻬﻬ‬
‫‪yang‬‬ ‫ﻳﻳ‪‬ﺎ‪‬‬
‫‪mendapat‬ﻦ‪‬‬
‫‪keamanan‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﻢ‪ :‬ﻣ‪‬‬
‫ﹸ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﺻ‪‬ﻠﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪mereka‬ﺳ‪‬ﻮﻝ‬ ‫‪itu‬ﹶﺎﻝﹶ‪:‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪‬ﺭ‪‬‬ ‫‪adalah‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﻗ‬ ‫ﺿ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬‬ ‫ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﺪ‪‬ﻦﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺑ‪‬ﻣ‪‬ﺒﹺﻦﹺ‪‬ﻋ‪‬ﻤ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬‬
‫‪orang-orang‬‬
‫‪yang mendapat‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪(:‬‬ ‫‪petunjuk.‬‬ ‫‪[QS.‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹶﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‪)‬‬ ‫‪Al-An’am‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬‬
‫]‪:82‬ﺗ‪‬ﻜﹾﺘ‪‬ﻤ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪‬‬ ‫ﲔ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟﹾ‪‬ﺤ‪‬ﻖ‪‬ﺑﹺﺎﻟﹾﺒ‪‬ﺎﻃ‪‬ﻞﹺ‪‬ﻭ‪‬‬ ‫ﻭﻟﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻠﹾﺒﹺﺴ‪‬ﻮ‬
‫‪‬ﺍﺑ‪‬ﺍﻦﻷَ‪‬ﻣ‪‬ﺣ‪‬ﺒﻦ‪‬ﺎ‪‬ﻭ‪‬ﻥﹶ‪‬ﻫ(‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻬ‪‬ﺘ‪‬ﺪ‪‬ﻭﻥﹶ‬
‫ﻚ‪‬ﻟﹶﺤ‪‬ﻬ‪‬ﻪﻢ‬
‫ﹶـﺌ‪‬ﺻ‪‬ﺤ‪‬‬
‫‪‬ﺩ‪‬ﻟﻭ‪‬‬
‫‪‬ﻮ‪‬ﻠﹾﺩﻢ‪‬ﺍﹴ‪‬ﻭﺃﹸﻭ‪‬‬ ‫ﺍﺗ‪‬ﻟﱠﺸ‪‬ﺬﺒ‪‬ﻳﻪﻦ‪‬ﺑﹺ‪‬ﺁﻘﹶﻣ‪‬ﻮ‪‬ﻨﻡ‪‬ﻮﹴ‪‬ﺍﻓﹶﹾ‪‬ﻬ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻮﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻠﹾﺒﹺﻬ‪‬ﻢﺴ‪‬ﻮ)ﺍﺃﹶﹾ‪‬ﺇﹺﺧ‪‬ﳝﺮ‪‬ﺎﻧ‪‬ﺟ‪‬ﻬﻪ‪‬ﺃﹶ‬
‫‪‬ﻢ‪‬ﺑﺑﹺﻈﹸ‬
‫ﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻃ‪‬ﻴﻌ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹶ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻄ‪‬ﻠﹸﻮﺍ‪‬ﺃﹶﻋ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻟﹶﻜﹸﻢ‪ ‬‬
‫‪Hadis‬ﻢ‪‬‬
‫‪Nabi‬ﻥ‪‬ﺇﹺ‪‬ﻧﻪ‪‬ﻟﹶﻜﹸ‬
‫‪‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎ‬
‫ﺍﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﱂ‪‬ﳚﻌﻞ‪‬ﺷﻔﺎﺀ‪‬ﻛﻢ‪5. ‬‬ ‫ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢﺧ‪:‬ﻄﹸﻮ‪‬ﺍﺕ‬
‫‪s.a.w.:‬‬ ‫ﹾ‪‬ﺍﺩ‪‬ﺧ‪‬ﻠﹸﻮﺍﹾ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﺴ‪‬ﻠﹾﻢﹺ‪‬ﻛﹶﺂﻓﱠﺔﹰ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻌ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺃﻡ‪‬ﺳﻠﻤﺔ‪‬ﻗﺎﻟﺖﺍ‪:‬‬
‫ﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲﻤ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹶﻤ‪‬ﻮﻥﹶ‪)‬ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪(:‬‬ ‫ﻓﻴﻤﺎ‪‬ﺣﺮﻡ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ‪‬ﺑﹺﺎ)ﻟﹾﺒ‪‬ﺎﻃ‪‬ﻞﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺗ‪‬ﻜﹾﺘ‪‬‬ ‫ﻭﻟﹶﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻠﹾﺒﹺﺴ‪‬ﻮﺍ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪‬‬
‫‪‬ﺎ‪(‬ﻗﹶﺎ‪‬ﻝﹶ‪:‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹸ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﺻ‪‬ﻠﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﻢ‪ :‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫ﻋ‪‬ﻋ‪‬ﺪ‪‬ﻦﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺑ‪‬ﻣ‪‬ﺒﹺﻦﹺ‪‬ﲔﻋ‪‬ﻤ‪‬ﺮ‪‬ﺭ‪‬ﺿ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻤ‬
‫‪‬ﺍﺑ‪‬ﺍﻦﻷَ‪‬ﻣ‪‬ﺣ‪‬ﺒﻦ‪‬ﺎ‪‬ﻭ‪‬ﻥﹶ‪‬ﻫ(‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻬ‪‬ﺘ‪‬ﺪ‪‬ﻭﻥﹶ‬
‫ﻚ‪‬ﻟﹶﺤ‪‬ﻬ‪‬ﻪﻢ‬‫ﹶـﺌ‪‬ﺻ‪‬ﺤ‪‬‬
‫‪‬ﺩ‪‬ﻟﻭ‪‬‬
‫‪‬ﻮ‪‬ﻠﹾﺩﻢ‪‬ﺍﹴ‪‬ﻭﺃﹸﻭ‪‬‬
‫‪‬ﻢ‪‬ﺑﺑﹺﻈﹸ‬
‫ﺍﺗ‪‬ﻟﱠﺸ‪‬ﺬﺒ‪‬ﻳﻪﻦ‪‬ﺑﹺ‪‬ﺁﻘﹶﻣ‪‬ﻮ‪‬ﻨﻡ‪‬ﻮﹴ‪‬ﺍﻓﹶﹾ‪‬ﻬ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻮﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻠﹾﺒﹺﻬ‪‬ﻢﺴ‪‬ﻮ)ﺍﺃﹶﹾ‪‬ﺇﹺﺧ‪‬ﳝﺮ‪‬ﺎﻧ‪‬ﺟ‪‬ﻬﻪ‪‬ﺃﹶ‬
‫‪Dari‬ﻞﻢﱢ‪‬‬
‫َ‪،‬ﻭﺟﻌﻞ‪‬ﻟﻜﻜﹸ‬ ‫‪Umar‬ﺍﺀﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎﻥ‬
‫‪Ibnu‬ﺇﹺ‪‬ﻧﻪ‪‬ﻟﹶ‬ ‫َ‪‬ﻭﺍﻟﺕﺪ‪‬ﻭ‬
‫‪‬ﺍﻟ‬ ‫‪r.a.‬ﺧ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻄﹸﺀﻮ‪‬ﺍ‬
‫ﹶ‪‬ﺍﻟ‬
‫‪berkata‬ﺒﹺﺰ‪‬ﻌ‪‬ﻮﻝﺍﹾ‪‬‬
‫ﺇﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺃﺘ‪‬ﻧ‪‬‬
‫‪:‬ﺔﹰ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶ‪‬ﺗ‪‬‬
‫ﺃﻥ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﻛﹶﺂﻓﱠ‬
‫‪Rasulullah‬ﻢﹺ‪:‬‬
‫‪SAW‬ﺩ‪‬ﺧ‪‬ﻠﹸﻮﺍﹾ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﺴ‪‬ﻠﹾ‬
‫‪besabda‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﺍ‬
‫ﻳ‪:‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‬
‫‪“Barang siapa yang menyerupai (bertasyabbuh) suatu kaum,‬‬
‫ﺍﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﱂ‪‬ﳚﻌﻞ‪‬ﺷﻔﺎﺀ‪‬ﻛﻢ‪‬‬ ‫ﺃﺧﺮﺟﻪ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ‪.(:‬‬
‫ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‬‫‪‬ﺍ‪،‬ﻭﻻ‪‬ﺗ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﲝﺮﺍﻡ‪).‬‬ ‫ﺩﺍﺀ‪‬ﺩﻭﺍﺀ‪،‬ﻓﹶ‪‬ﺘ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻭ‪‬ﻭ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﻡ‪‬ﺳﻠﻤﺔ‪‬ﻗﺎﻟﺖ‪:‬‬ ‫ﻋ‪‬ﺪ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﺒﹺﲔ‪‬‬
‫‪maka‬ﻦ‪‬‬ ‫‪ia‬ﻠﱠﻢ‪ :‬ﻣ‪‬‬ ‫‪termasuk‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬‬
‫‪di‬ﻠﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬‬ ‫‪kalan\gan‬ﺻ‪‬‬
‫‪mereka”.‬ﹶﺎﻝﹶ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹸ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ ‫‪(H.R.‬ﻬ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪:‬ﻗ‬
‫‪Abu‬ﻲ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬‬‫‪Daud‬ﺭ‪‬ﺿ‪‬‬
‫‪dan‬ﺑ‪‬ﻦﹺ‪‬ﻋ‪‬ﻤ‪‬ﺮ‬
‫ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺍ‬
‫‪dishahihkan‬‬ ‫‪oleh‬ﺘ‪‬ﺪ‪‬ﻭﻥﹶ‬
‫‪Ibnu‬ﻫ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﻬ‪‬‬‫)‪Hibban‬ﻷَﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻭ‪‬‬ ‫ﻓﻴﻤﺎ‪‬ﺣﺮﻡ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ‪‬ﻠﹾﺒﹺ)ﺴ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﺇﹺﳝ‪‬ﺎﻧ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲﺑﹺ(ﻈﹸ‪‬ﻠﹾﻢﹴ‪‬ﺃﹸﻭ‪‬ﻟﹶـﺌ‪‬ﻚ‪‬ﻟﹶﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺍ‬ ‫ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳﻦ‪‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮﺍﹾ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬‬
‫ﺗ‪‬ﺸ‪‬ﺒ‪‬ﻪ‪‬ﺑﹺﻘﹶﻮ‪‬ﻡﹴ‪‬ﻓﹶﻬ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪)‬ﺃﹶﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺟ‪‬ﻪ‪‬ﺃﹶﺑ‪‬ﻮ‪‬ﺩ‪‬ﺍﻭ‪‬ﺩ‪‬ﻭ‪‬ﺻ‪‬ﺤ‪‬ﺤ‪‬ﻪ‪‬ﺍﺑ‪‬ﻦ‪‬ﺣ‪‬ﺒ‪‬ﺎﻥﹶ‪(‬‬
‫‪6. Hadis Nabi s.a.w.:‬‬
‫ﺃﻥ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﺇﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺃﻧ‪‬ﺰ‪‬ﻝﹶ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﺍﺀَ‪‬ﻭﺍﻟﺪ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺀَ‪،‬ﻭﺟﻌﻞ‪‬ﻟﻜﻞﱢ‪‬‬
‫ﺍﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﱂ‪‬ﳚﻌﻞ‪‬ﺷﻔﺎﺀ‪‬ﻛﻢ‪‬‬
‫ﱠﻰ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻪ‪‬ﻭ‪‬ﺳ‪‬ﻠﱠﻢ‪ :‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬‬‫ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢﺻ‪:‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺃﻡ‪‬ﺳﻠﻤﺔ‪‬ﻗﺎﻟﺖﻲ‪:‬‬
‫ﺃﺧﺮﺟﻪ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩﻠ(‪.‬‬ ‫‪‬ﺍ‪‬ﲝﺮﺍﻡ‪:‬ﻗﹶﺎ‬
‫‪).‬ﻝﹶ‪‬ﺭ‪‬ﺳ‪‬ﻮﻝﹸ‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﻗﹶﺎﻝﹶ‪‬‬
‫‪‬ﺍ‪،‬ﻭﻻ‪‬ﺗ‪‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻬ‪‬ﻭ‪‬ﻤﻭ‬
‫‪‬ﺍﻟﻠﱠﻪ‪‬‬ ‫ﺩﺍﺀ‪‬ﺩﻭﺍﺀ‪،‬ﻤ‪‬ﻓﹶﺮﺘ‪‬ﺪ‪‬ﺍﺭ‪‬ﻭ‪‬ﺿ‪‬ﻭ‬
‫ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﺍﺑ‪‬ﻦﹺ‪‬ﻋ‪‬‬
‫‪‬ﻮ‪‬ﺩ‪‬ﺍﻭ‪‬ﺩ‪‬ﻭ‪‬ﺻ‪‬ﺤ‪‬ﺤ‪‬ﻪ‪‬ﺍﺑ‪‬ﻦ‪‬ﺣ‪‬ﺒ‪‬ﺎﻥﹶ‪(‬‬ ‫ﻓﻴﻤﺎ‪‬ﺣﺮﻡ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ‪)‬ﻬ‪‬ﻢ‪)‬ﺃﹶﺧ‪‬ﺮ‪‬ﺟ‪‬ﻪ‪‬ﺃﹶ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲﺑ(‪‬‬ ‫ﺗ‪‬ﺸ‪‬ﺒ‪‬ﻪ‪‬ﺑﹺﻘﹶﻮ‪‬ﻡﹴ‪‬ﻓﹶﻬ‪‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬‬
‫‪Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak‬‬
‫‪menjadikan‬ﻞﱢ‪‬‬
‫‪kesembuhan‬ﺪ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺀَ‪،‬ﻭﺟﻌﻞ‪‬ﻟﻜ‬
‫ﺍﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﱂ‪‬ﳚﻌﻞ‪‬ﺷﻔﺎﺀ‪‬ﻛﻢ‪‬‬ ‫ﹶ‪‬ﺍﻟﺪ‪:‬ﺍﺀَ‪‬ﻭﺍﻟ‬
‫ﺇﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺃﻧ‪‬ﺰ‪‬ﻝ‬
‫‪kamu‬‬‫ﺃﻥ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬‬
‫‪pada apa yang diharamkan‬‬
‫ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺃﻡ‪‬ﺳﻠﻤﺔ‪‬ﻗﺎﻟﺖ‪:‬‬
‫)‪atas kamu”. (H.R. al-Baihaqi‬‬
‫‪‬ﺍ‪‬ﲝﺮﺍﻡ‪).‬ﺃﺧﺮﺟﻪ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ(‪.‬‬
‫ﻓﻴﻤﺎ‪‬ﺣﺮﻡ‪‬ﻋﻠﻴﻜﻢ‪‬ﻭ)‪‬ﺍ‪،‬ﻭﻻ‪‬ﺗ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻭ‪‬ﻭ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ(‪‬‬ ‫ﺩﺍﺀ‪‬ﺩﻭﺍﺀ‪،‬ﻓﹶﺘ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻭ‪‬‬
‫‪7. Hadis Nabi s.a.w.:‬‬
‫ﺃﻥ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﺇﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺃﻧ‪‬ﺰ‪‬ﻝﹶ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﺍﺀَ‪‬ﻭﺍﻟﺪ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺀَ‪،‬ﻭﺟﻌﻞ‪‬ﻟﻜﻞﱢ‪‬‬
‫ﺩﺍﺀ‪‬ﺩﻭﺍﺀ‪،‬ﻓﹶﺘ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪،‬ﻭﻻ‪‬ﺗ‪‬ﺪ‪‬ﺍﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﲝﺮﺍﻡ‪).‬ﺃﺧﺮﺟﻪ‪‬ﺃﺑﻮ‪‬ﺩﺍﻭﺩ(‪.‬‬
‫‪Bahwa Rasulullah SAW bersabda : ”Sesungguhnya Allah telah‬‬
‫‪menurunkan penyakit dengan obatnya, maka berobatlah dan‬‬
‫)‪jangan kamu berobat dengan yang haram”. (H.R. Abu Daud‬‬

‫‪8. Kaidah Sadd al-Dzari’ah‬‬

‫‪823‬‬
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

BANK MATA DAN ORGAN TUBUH LAIN

A. DESKRIPSI MASALAH
Dalam perspektif Islam, manusia diberikan kekuatan oleh
Allah untuk memanfaatkan seluruh anggota tubuh untuk
kemaslahatannya, baik terkait kepentingan ibadah vertical
(ilahiyyah) maupun horizontal. Perkembangan teknologi kedokteran
memungkinkan terjadinya donor mata dan organ tubuh kepada
orang lain yang membutuhkan. Transplantasi kornea/selaput mata
kini telah merupakan sesuatu yang biasa dan kebutuhan untuk itu
pun kian meningkat. Perkembangan selanjutnya, mata dan organ
tubuh seseorang dapat disimpan dalam waktu yang relative lama
untuk cadangan jika suatu saat ada yang membutuhkan. Hal ini
dikenal dengan Bank Mata.
Untuk mengatasi hal ini maka muncullah Bank Mata. Apakah Bank
Mata itu? Bank mata adalah lembaga atau yayasan yang tugasnya
antara lain mencari dan mengumpulkan daftar orang-orang yang
menyatakan dirinya rela diambil bola matanya sesudah meninggal
untuk kepentingan orang lain. Bagaimana fikih Islam merespons
masalah ini

B. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan bank mata adalah lembaga atau yayasan
yang memfasilitasi orang yang berwasiat dan menyatakan dirinya
rela diambil bola matanya sesudah meninggal untuk kepentingan
orang lain yang membutuhkan.

C. KETENTUAN HUKUM
1. Hukum melakukan transplantasi kornea mata kepada orang
yang membutuhkan adalah boleh apabila sangat dibutuhkan dan
tidak diperoleh upaya medis lain untuk menyembuhkannya.
2. Pada dasarnya, seseorang tidak mempunyai hak untuk
mendonorkan anggota tubuhnya kepada orang lain karena ia
bukan pemilik sejati atas organ tubuhnya. Akan tetapi, karena
untuk kepentingan menolong orang lain, dibolehkan dan
dilaksanakan sesuai wasiat.
3. Orang yang hidup haram mendonorkan kornea mata atau

824
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

organ tubuh lainnya kepada orang lain.


4. Orang boleh mewasiatkan untuk mendonorkan kornea
matanya kepada orang lain, dan diperuntukkan bagi orang
yang membutuhkan dengan niat tabarru’ (prinsip sukarela
dan tidak tujuan komersial).
5. Bank mata dibolehkan apabila proses pengambilan dari donor
dan pemanfaatannya kembali sesuai dengan aturan syari’ah.

D. REKOMENDASI
Masalah donor, transplantasi dan Bank Mata merupakan fikih
ijtima’i/fikih yang bersifat kemasyarakatan. Oleh karena itu
untuk menghindarkan hal-hal yang bersifat negatif yang tidak
kita inginkan aplikasinya, Pemerintah diminta mengeluarkan
pengaturan lewat undang-undang kesehatan, untuk menegakkan
kemaslahatan dan menghindarkan diri dari penyimpangan.

E. DASAR PENETAPAN
1. Firman Allah SWT QS Al-Maidah, ayat 2:
‫ﻳﺪ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻘﹸﻮﺍ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻥ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﺛﹾﻢﹺ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻧ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻯ‬‫ﻘﹾﻮ‬‫ﺍﻟﺘ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺒﹺﺮ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻧ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬
‫ﻘﹶﺎﺏﹺ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬
‫ﻲ‬Dan
‫ﻓ‬ ‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺠﹺﺪ‬tolong-menolonglah
‫ﻳ‬ ‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬ ‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬ ‫ﺮ‬‫ﺎﺟ‬‫ﻫ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺒ‬‫ﺤ‬kamu ‫ﻳ‬ ‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻗﹶﺒ‬ ‫ﻦ‬dalam
‫ﻣ‬ ‫ﺎﻥﹶ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﳝ‬‫ﻭ‬ ‫(ﺭ‬mengerjakan)
‫ﺍ‬‫ﺍﻟﺪ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﺅ‬‫ﻮ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬ ‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻭ‬
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
‫ﻦ‬berbuat
‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺔﹲ‬‫ﺎﺻ‬‫ﺼ‬‫ﺧ‬dosa  ‫ﺑﹺﻬﹺﻢ‬ ‫ﻥﹶ‬dan‫ﻛﹶﺎ‬ ‫ﻟﹶﻮ‬‫ﻭ‬pelanggaran.
 ‫ﺃﹶﻧﻔﹸﺴِﻬﹺﻢ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺮ‬Dan ‫ﺛ‬‫ﺆ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻮﺍ‬bertakwalah
‫ﺃﹸﻭﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬ ‫ﺔﹰ‬‫ﺎﺟ‬‫ﺣ‬ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬kamu ‫ﻭﺭﹺ‬‫ﺪ‬‫ﺻ‬
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺤ‬‫ﻔﹾﻠ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻚ‬‫ﻟﹶﺌ‬‫ﻓﹶﺄﹸﻭ‬‫ﻔﹾﺴِﻪ‬‫ﻧ‬‫ﺢ‬‫ﺷ‬‫ﻮﻕ‬‫ﻳ‬
‫[ﺪ‬QS.
‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬‫ﻪ‬Al-Maidah:
‫ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻘﹸﻮﺍ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻭ‬2] ‫ﺍﻥ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﺛﹾﻢﹺ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻧ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻯ‬‫ﻘﹾﻮ‬‫ﺍﻟﺘ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺒﹺﺮ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻧ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬

2. Firman Allah SWT QS al-Hasyr: 9 ‫ﻘﹶﺎﺏﹺ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬
‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻓﹶﻀ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺕ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﻄﱠﻴ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻗﹾﻨ‬‫ﺯ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺍﹾﻟﺒ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺁﺩ‬‫ﻨﹺﻲ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺮ‬‫ﻟﹶﻘﹶﺪ‬‫ﻭ‬
‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺠﹺﺪ‬‫ﻳ‬ ‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬ ‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬ ‫ﺮ‬‫ﺎﺟ‬‫ﻫ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺒ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬ ‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻗﹶﺒ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎﻥﹶ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﳝ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﺭ‬‫ﺍﻟﺪ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﺅ‬‫ﻮ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬ ‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻭ‬
 ‫ﻴﻼﹰ‬‫ﻔﹾﻀ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻠﹶﻘﹾﻨ‬‫ﺧ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﲑﹴ‬‫ﻛﹶﺜ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬
‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺔﹲ‬‫ﺎﺻ‬‫ﺼ‬‫ﺧ‬ ‫ﺑﹺﻬﹺﻢ‬ ‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬ ‫ﻟﹶﻮ‬‫ﻭ‬ ‫ﺃﹶﻧﻔﹸﺴِﻬﹺﻢ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺮ‬‫ﺛ‬‫ﺆ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺃﹸﻭﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬ ‫ﺔﹰ‬‫ﺎﺟ‬‫ﺣ‬ ‫ﻢ‬‫ﻭﺭﹺﻫ‬‫ﺪ‬‫ﺻ‬
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺤ‬‫ﻔﹾﻠ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻚ‬‫ﻟﹶﺌ‬‫ﻓﹶﺄﹸﻭ‬‫ﻔﹾﺴِﻪ‬‫ﻧ‬‫ﺢ‬‫ﺷ‬‫ﻮﻕ‬‫ﻳ‬
Dan orang-orang yang telah menempati  kota Madinah
dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka
‫(ﻢ‬Muhajirin),
‫ﺎﻫ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻓﹶﻀ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺕ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﻄﱠﻴ‬‫ﻦ‬mereka
‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻗﹾﻨ‬‫ﺯ‬‫ﺭ‬‫(ﻭ‬Anshor)
‫ﺮﹺ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻲ‬‘mencintai’
‫ﻓ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺁﺩ‬‫ﹺﻲ‬ ‫ﻨ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺮ‬yang
orang ‫ﻟﹶﻘﹶﺪ‬‫ﻭ‬
berhijrah kepada mereka (Muhajirin).  ‫ﻼﹰ‬Dan mereka
‫ﻠﹶﻘﹾﻨ‬‫ﺧ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫(ﻣ‬Anshor)
‫ﻴ‬‫ﻔﹾﻀ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬ ‫ﲑﹴ‬‫ﻛﹶﺜ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬
tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-
apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka

825
‫ﻳﺪ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻘﹸﻮﺍ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻥ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﺛﹾﻢﹺ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻧ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬‫ﻯ‬‫ﻘﹾﻮ‬‫ﺍﻟﺘ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﹾﺒﹺﺮ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻮﺍ‬‫ﻧ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009 ‫ﻘﹶﺎﺏﹺ‬‫ﺍﻟﹾﻌ‬
‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﻭﻥﹶ‬‫ﺠﹺﺪ‬‫ﻳ‬ ‫ﻟﹶﺎ‬‫ﻭ‬ ‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬ ‫ﺮ‬‫ﺎﺟ‬‫ﻫ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺒ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬ ‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻗﹶﺒ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎﻥﹶ‬‫ﺍﻟﹾﺈﹺﳝ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﺭ‬‫ﺍﻟﺪ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﺅ‬‫ﻮ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬ ‫ﻳﻦ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻭ‬
sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang
‫ﻦ‬dipelihara
‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺔﹲ‬‫ﺎﺻ‬‫ﺼ‬‫ﺧ‬ ‫ﻢ‬dari
‫ﺑﹺﻬﹺ‬ ‫ﻥﹶ‬kekikiran
‫ﻛﹶﺎ‬ ‫ﻟﹶﻮ‬‫ﻭ‬ ‫ﺴِﻬﹺﻢ‬dirinya,
‫ﺃﹶﻧﻔﹸ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﻥﹶ‬mereka
‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺛ‬‫ﺆ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺗ‬itulah
‫ﺃﹸﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬ ‫ﺔﹰ‬orang
‫ﺎﺟ‬‫ﺣ‬ ‫ﻢ‬‫ﻫ‬orang
‫ﻭﺭﹺ‬‫ﺪ‬‫ﺻ‬
yang beruntung [al-Hasyr 59:9]
‫ﻮﻥﹶ‬‫ﺤ‬‫ﻔﹾﻠ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻢ‬‫ﻫ‬‫ﻚ‬‫ﻟﹶﺌ‬‫ﻓﹶﺄﹸﻭ‬‫ﻔﹾﺴِﻪ‬‫ﻧ‬‫ﺢ‬‫ﺷ‬‫ﻮﻕ‬‫ﻳ‬
3. Firman Allah QS al-Isra ayat 70: 
‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻓﹶﻀ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺕ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﻄﱠﻴ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻗﹾﻨ‬‫ﺯ‬‫ﺭ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﺍﹾﻟﺒ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻠﹾﻨ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺁﺩ‬‫ﻨﹺﻲ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹶﺮ‬‫ﻟﹶﻘﹶﺪ‬‫ﻭ‬
 ‫ﻴﻼﹰ‬‫ﻔﹾﻀ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻠﹶﻘﹾﻨ‬‫ﺧ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﲑﹴ‬‫ﻛﹶﺜ‬‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
Kami angkut mereka di daratan dan di lautan862, Kami beri
mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan. [QS. Al-Isra:70]

4. Firman Allah SWT QS Al-Baqarah, ayat 195:


‫ﺐ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬ ‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬ ‫ﺍﹾ‬‫ﻮ‬‫ﺴِﻨ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ﻭ‬ ‫ﻠﹸﻜﹶﺔ‬‫ﻬ‬‫ﺍﻟﺘ‬ ‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬ ‫ﻳﻜﹸﻢ‬‫ﺪ‬‫ﺑﹺﺄﹶﻳ‬ ‫ﻠﹾﻘﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺗ‬ ‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﻟﻠﹼﻪ‬ ‫ﺒﹺﻴﻞﹺ‬‫ﺳ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬ ‫ﻘﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺃﹶﻧﻔ‬‫ﻭ‬
‫ﺴِﻨﹺﲔ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik. [2:195]

5. Hadis Nabi saw:


‫ﻣﺆﻣﻦ‬‫ﻋﻦ‬‫ﻧﻔﺲ‬‫"ﻣﻦ‬:‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‬‫ﺃﰊ‬‫ﻋﻦ‬
‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻳﺴﺮ‬‫ﻭﻣﻦ‬‫ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ‬‫ﻳﻮﻡ‬‫ﻛﺮﺏ‬‫ﻣﻦ‬‫ﻛﺮﺑﺔ‬‫ﻋﻨﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻧﻔﺲ‬‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‬‫ﻛﺮﺏ‬‫ﻣﻦ‬‫ﻛﺮﺑﺔ‬
‫ﻭﺍﻵﺧﺮﺓ‬‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‬‫ﰲ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺳﺘﺮﻩ‬‫ﻣﺴﻠﻤﺎ‬‫ﺳﺘﺮ‬‫ﻭﻣﻦ‬‫ﻭﺍﻵﺧﺮﺓ‬‫ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‬‫ﰲ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻳﺴﺮ‬‫ﻣﻌﺴﺮ‬
(‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬"...‫ﺃﺧﻴﻪ‬‫ﻋﻮﻥ‬‫ﰲ‬‫ﺍﻟﻌﺒﺪ‬‫ﻛﺎﻥ‬‫ﻣﺎ‬‫ﺍﻟﻌﺒﺪ‬‫ﻋﻮﻥ‬‫ﰲ‬‫ﻭﺍﷲ‬
‫ﺍﳍﺮﻡ‬‫ﻭﺍﺣﺪ‬‫ﺩﺍﺀ‬‫ﻏﲑ‬‫ﺩﻭﺍﺀ‬‫ﻟﻪ‬‫ﻭﺿﻊ‬‫ﺍﻻ‬‫ﺩﺍﺀ‬‫ﻳﻀﻊ‬‫ﱂ‬‫ﺗﻌﺎﱃ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻓﺎﻥ‬‫ﺗﺪﺍﻭﻭﺍ‬
Dari AbiHurairah ra ia berkata: “Rasulullah saw bersabda:
Barang siapa yang melapangkan orang mukmin dari
kesempitan urusan dunia niscaya Allah akan melapangkan
‫ﻓﺘﺪﺍﻭﻭﺍ‬‫ﺷﻔﺎﺀ‬‫ﻟﻪ‬‫ﺍﻧﺰﻝ‬‫ﺍﻻ‬‫ﺩﺍﺀ‬‫ﻳﱰﻝ‬‫ﱂ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺍﻥ‬
kesempitannya di hari kiamat. Barang siapa memudahkan
kesulitan orang mukmin niscaya Allah akan memudahkan
kesulitannya di dunia dan akherat. Barang siapa menutupi
kekurangan orang muslim niscaya Allah akan menutupi
kekurangannya di dunia dan akjerat. Allah akan menolong
hamba-Nya sepanjang hamba tersebut menolong saudaranya”
(HR. Muslim)

6. Hadits Nabi saw yang diriwayatkan Imam Ahmad, Ashab

826
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰊ‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪":‬ﻣﻦ‪‬ﻧﻔﺲ‪‬ﻋﻦ‪‬ﻣﺆﻣﻦ‪‬‬
‫ﻛﺮﺑﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻛﺮﺏ‪‬ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‪‬ﻧﻔﺲ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻛﺮﺑﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻛﺮﺏ‪‬ﻳﻮﻡ‪‬ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﻳﺴﺮ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫‪HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA‬‬
‫ﻣﻌﺴﺮ‪‬ﻳﺴﺮ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‪‬ﻭﺍﻵﺧﺮﺓ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﺳﺘﺮ‪‬ﻣﺴﻠﻤﺎ‪‬ﺳﺘﺮﻩ‪‬ﺍﷲ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‪‬ﻭﺍﻵﺧﺮﺓ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﻧﻔﺲ‪‬ﻋﻦ‪‬ﻣﺆﻣﻦ‪‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰊ‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪":‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ‬
‫‪Sunan dan(Turmuzi:‬‬ ‫ﻭﺍﷲ‪‬ﰲ‪‬ﻋﻮﻥ‪‬ﺍﻟﻌﺒﺪ‪‬ﻣﺎ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻌﺒﺪ‪‬ﰲ‪‬ﻋﻮﻥ‪‬ﺃﺧﻴﻪ‪)"...‬‬
‫ﻛﺮﺑﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻛﺮﺏ‪‬ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‪‬ﻧﻔﺲ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻨﻪ‪‬ﻛﺮﺑﺔ‪‬ﻣﻦ‪‬ﻛﺮﺏ‪‬ﻳﻮﻡ‪‬ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﻳﺴﺮ‪‬ﻋﻠﻰ‪‬‬
‫ﺗﺪﺍﻭﻭﺍ‪‬ﻓﺎﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺗﻌﺎﱃ‪‬ﱂ‪‬ﻳﻀﻊ‪‬ﺩﺍﺀ‪‬ﺍﻻ‪‬ﻭﺿﻊ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺩﻭﺍﺀ‪‬ﻏﲑ‪‬ﺩﺍﺀ‪‬ﻭﺍﺣﺪ‪‬ﺍﳍﺮﻡ‪‬‬
‫ﻣﻌﺴﺮ‪‬ﻳﺴﺮ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‪‬ﻭﺍﻵﺧﺮﺓ‪‬ﻭﻣﻦ‪‬ﺳﺘﺮ‪‬ﻣﺴﻠﻤﺎ‪‬ﺳﺘﺮﻩ‪‬ﺍﷲ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ‪‬ﻭﺍﻵﺧﺮﺓ‪‬‬
‫‪Berobatlah karena Allah SWT tidak menurunkan penyakit‬‬
‫‪kecuali menyertainya‬‬
‫‪)"...dengan‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ(‬ ‫‪menurunkan obatnya,‬‬
‫ﻌﺒﺪ‪‬ﻣﺎ‪‬ﻛﺎﻥ‪‬ﺍﻟﻌﺒﺪ‪‬ﰲ‪‬ﻋﻮﻥ‪‬ﺃﺧﻴﻪ‪‬‬ ‫‪di luar‬‬
‫ﺍﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﱂ‪‬ﻳﱰﻝ‪‬ﺩﺍﺀ‪‬ﺍﻻ‪‬ﺍﻧﺰﻝ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺷﻔﺎﺀ‪‬ﻓﺘﺪﺍﻭﻭﺍ‬
‫ﻭﺍﷲ‪‬ﰲ‪‬ﻋﻮﻥ‪‬ﺍﻟ‬
‫‪satu penyakit yaitu pikun.‬‬
‫ﺗﺪﺍﻭﻭﺍ‪‬ﻓﺎﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺗﻌﺎﱃ‪‬ﱂ‪‬ﻳﻀﻊ‪‬ﺩﺍﺀ‪‬ﺍﻻ‪‬ﻭﺿﻊ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺩﻭﺍﺀ‪‬ﻏﲑ‪‬ﺩﺍﺀ‪‬ﻭﺍﺣﺪ‪‬ﺍﳍﺮﻡ‪‬‬
‫‪7. Hadis riwayat Imam Nasai, Ibn Majah dan Hakim:‬‬

‫ﺍﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﱂ‪‬ﻳﱰﻝ‪‬ﺩﺍﺀ‪‬ﺍﻻ‪‬ﺍﻧﺰﻝ‪‬ﻟﻪ‪‬ﺷﻔﺎﺀ‪‬ﻓﺘﺪﺍﻭﻭﺍ‬
‫‪“Sesungguhnya Allah SWT tidak menurunkan penyakit‬‬
‫‪kecuali menyertainya dengan menurunkan (obat) untuk‬‬
‫”‪kesembuhan, maka berobatlah‬‬

‫‪8. Kaidah Fiqhiyyah:‬‬


‫ﺍﻟﻀﺮﻭﺭﺍﺕ‪‬ﺗﺒﻴﺢ‪‬ﺍﶈﻈﻮﺭﺍﺕ‪‬‬
‫‪Darurat membolehkan susuatu yang dilarang.‬‬ ‫ﺍﻟﻀﺮﻭﺭﺍﺕ‪‬ﺗﺒﻴﺢ‪‬ﺍﶈﻈﻮﺭﺍﺕ‪‬‬
‫ﺣﺮﻣﺔ‪‬ﺍﳊﻲ‪‬ﺃﻋﻈﻢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺣﺮﻣﺔ‪‬ﺍﳌﻴﺖ‪‬‬
‫‪9. Kaidah Fiqhiyyah‬‬
‫ﺣﺮﻣﺔ‪‬ﺍﳊﻲ‪‬ﺃﻋﻈﻢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺣﺮﻣﺔ‪‬ﺍﳌﻴﺖ‪‬‬
‫ﺍﺫﺍ‪‬ﺗﻌﺎﺭﺿﺖ‪‬ﻣﻔﺴﺪﺗﺎﻥ‪‬ﺍﻭﺿﺮﺭﺍﻥ‪‬ﺭﻭﻋﻲ‪‬ﺍﻋﻈﻤﻬﻤﺎ‪‬ﺿﺮﺭﺍ‪‬ﺑﺎﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺍﺧﻔﻬﻤﺎ‪‬‬
‫‪‬ﺿﺮﺭﺍ‪‬ﺑﺎﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺍﺧﻔﻬﻤﺎ‪‬‬
‫‪“Kehormatan‬‬ ‫‪orang yang‬‬ ‫‪hidup lebih‬‬ ‫ﺍﻟﻀﺮﻭﺭﺍﺕ‪‬ﺗﺒﻴﺢ‪‬ﺍﶈﻈﻮﺭﺍﺕ‪‬‬
‫ﺍﺫﺍ‪‬ﺗﻌﺎﺭﺿﺖ‪‬ﻣﻔﺴﺪﺗﺎﻥ‪‬ﺍﻭﺿﺮﺭﺍﻥ‪‬ﺭﻭﻋﻲ‪‬ﺍﻋﻈﻤﻬﻤﺎ‬
‫‪agung dari pada‬‬
‫ﺣﺠﺔ‪‬‬ ‫ﺍﺫﺍ‪‬ﺗﻌﺎﺭﺽ‪‬ﺷﺮﺍﻥ‪‬ﺍﻭﺿﺮﺭﺍﻥ‪‬ﻗﺼﺪ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬ﺩﻓﻊ‪‬ﺍﺷﺪ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‪‬ﻭﺍﻋﻈﻢ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻳﻦ‪)‬‬
‫”‪kehormatan orang yang telah mati‬‬
‫ﺍﺫﺍ‪‬ﺗﻌﺎﺭﺽ‪‬ﺷﺮﺍﻥ‪‬ﺍﻭﺿﺮﺭﺍﻥ‪‬ﻗﺼﺪ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬ﺩﻓﻊ‪‬ﺍﺷﺪ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‪‬ﻭﺍﻋﻈﻢ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻳﻦ‪)‬ﺣﺠﺔ‪‬‬
‫ﺍﻻﺳﻼﻡ‪‬ﺍﻻﻣﺎﻡ‪‬ﺍﻟﻐﺰﺍﱄ(‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺣﺮﻣﺔ‪‬ﺍﳊﻲ‪‬ﺃﻋﻈﻢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺣﺮﻣﺔ‪‬ﺍﳌﻴﺖ‬
‫‪10. Kaidah Fiqhiyyah :‬‬ ‫ﺍﻻﺳﻼﻡ‪‬ﺍﻻﻣﺎﻡ‪‬ﺍﻟﻐﺰﺍﱄ(‪‬‬
‫ﺍﺫﺍ‪‬ﺗﻌﺎﺭﺿﺖ‪‬ﻣﻔﺴﺪﺗﺎﻥ‪‬ﺍﻭﺿﺮﺭﺍﻥ‪‬ﺭﻭﻋﻲ‪‬ﺍﻋﻈﻤﻬﻤﺎ‪‬ﺿﺮﺭﺍ‪‬ﺑﺎﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺍﺧﻔﻬﻤﺎ‪‬‬
‫‪“Apabila dua kerusakan atau dua bahayasaling‬‬ ‫ﺍﻟﻀﺮﻭﺭﺍﺕ‪‬ﺗﺒﻴﺢ‪‬ﺍﶈﻈﻮﺭﺍﺕ‬
‫‪bertentangan,‬‬
‫ﺣﺠﺔ‪‬‬ ‫ﺍﺫﺍ‪‬ﺗﻌﺎﺭﺽ‪‬ﺷﺮﺍﻥ‪‬ﺍﻭﺿﺮﺭﺍﻥ‪‬ﻗﺼﺪ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬ﺩﻓﻊ‪‬ﺍﺷﺪ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‪‬ﻭﺍﻋﻈﻢ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻳﻦ‪)‬‬
‫‪maka dijaga bahaya yang lebih besar dengan jalan‬‬
‫‪melaksanakan perbuatan yang mengandung‬‬‫ﺍﻻﺳﻼﻡ‪‬ﺍﻻﻣﺎﻡ‪‬ﺍﻟﻐﺰﺍﱄ(‪‬‬
‫‪bahaya lebih‬‬
‫‪kecil.‬‬ ‫ﺣﺮﻣﺔ‪‬ﺍﳊﻲ‪‬ﺃﻋﻈﻢ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺣﺮﻣﺔ‪‬ﺍﳌﻴﺖ‪‬‬
‫ﺍﺫﺍ‪‬ﺗﻌﺎﺭﺿﺖ‪‬ﻣﻔﺴﺪﺗﺎﻥ‪‬ﺍﻭﺿﺮﺭﺍﻥ‪‬ﺭﻭﻋﻲ‪‬ﺍﻋﻈﻤﻬﻤﺎ‪‬ﺿﺮﺭﺍ‪‬ﺑﺎﺭﺗﻜﺎﺏ‪‬ﺍﺧﻔﻬﻤﺎ‪‬‬
‫‪11. Kaidah Fiqhiyyah :‬‬
‫ﺍﺫﺍ‪‬ﺗﻌﺎﺭﺽ‪‬ﺷﺮﺍﻥ‪‬ﺍﻭﺿﺮﺭﺍﻥ‪‬ﻗﺼﺪ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻉ‪‬ﺩﻓﻊ‪‬ﺍﺷﺪ‪‬ﺍﻟﻀﺮﺭﻳﻦ‪‬ﻭﺍﻋﻈﻢ‪‬ﺍﻟﺸﺮﻳﻦ‪)‬ﺣﺠﺔ‪‬‬
‫ﺍﻻﺳﻼﻡ‪‬ﺍﻻﻣﺎﻡ‪‬ﺍﻟﻐﺰﺍﱄ(‪‬‬
‫‪“Apabila dua keburukan atau dua bahaya saling bertentangan,‬‬
‫‪maka Syara’ memilih untuk menolak bahaya yang lebih parah‬‬
‫‪dan keburukan yang lebih besar”.‬‬

‫‪12. Kaidah Fiqhiyyah :‬‬


‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻀﺮﺭ‪‬ﻳﺰﺍﻝ‬
‫”‪“Bahaya harus dihilangkan‬‬

‫‪827‬‬
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

13. Kaidah Ushul Fikih:


‫ﺻﺪ‬‫ﺍﳌﻘﺎ‬‫ﺣﻜﻢ‬‫ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‬
“Sarana memiliki hukum sebagaimana hukum maksud”.

14. Kaidah Fiqhiyyah:


‫ﻣﻨﻪ‬‫ﻳﺘﻮﻟﺪ‬‫ﲟﺎ‬‫ﺭﺿﺎ‬‫ﺑﺎﻟﺸﻲﺀ‬‫ﺍﻟﺮﺿﺎ‬
“Ridlo atas sesuatu berarti juga ridlo atas apa yang terlahir
darinya”

15. Mashlahah Mursalah

16. Fatwa MUI tanggal 13 Juni 1979 yang menyebutkan bahwa


seseorang yang berwasiat akan mendonorkan kornea matanya
setelah meninggal dengan disetujui dan disaksikan ahli
warisnya, wasiat itu dapat dilaksanakan dan harus dilakukan
oleh ahli bedah.
17. Hasil Konperensi OKI di Malaysia, pada April 1969 M, Fatwa
Lembaga Fikih Islam dari Liga Dunia Islam di Makkah, pada
Januari 1985 M, Fatwa Majlis Ulama Arab Saudi Nomor SK.
No.99 tgl. 6/11/1402 H. serta Hasil Mudzakarah Lembaga
Fiqh Islam Rabithah Alam Islami, edisi Januari 1985 M, yang
membolehkan transplantasi organ tubuh.

828
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

PERNIKAHAN USIA DINI

A. DESKRIPSI MASALAH
Ketika muncul berita pernikahan salah seorang pengusaha Jawa
Tengah dengan gadis yang masih berusia 12 tahun, muncul diskusi
publik mengenai hukum pernikahan dini. Banyak pertanyaan dari
masyarakat mengenai perspektif hukum Islam tentang pernikahan
dini.
Dalam pada itu, Pasal 7 ayat (1) UU tentang Perkawinan menegaskan
bahwa “perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai
umur 16 (enam belas) tahun”.
Dalam literatur fikih Islam, tidak terdapat ketentuan secara
eksplisit mengenai batasan usia pernikahan, baik batasan usia
minimal maupun maksimal. Walau demikian, hikmah tasyri’ dalam
pernikahan adalah menciptakan keluarga sakinah, serta dalam
rangka memperoleh keturunan (hifzh al-nasl) dan ini bisa tercapai
pada usia di mana calon mempelai telah sempurna akal pikirannya
serta siap melakukan proses reproduksi.

B. KETENTUAN HUKUM
1. Pada dasarnya, Islam tidak memberikan batasan usia minimal
pernikahan secara definitif. Usia kelayakan pernikahan adalah
usia kecakapan berbuat dan menerima hak (ahliyatul ada’ wa
al-wujub), sebagai ketentuan sinn al-rusyd.
2. a. Pernikahan usia dini hukumnya sah sepanjang telah
terpenuhinya syarat dan rukun nikah, tetapi haram jika
mengakibatkan mudharat.
2. Kedewasaan usia merupakan salah satu indikator bagi
tercapainya tujuan pernikahan, yaitu kemashlahatan
hidup berumah tangga dan bermasyarakat serta jaminan
keamanan bagi kehamilan.
3. Guna merealisasikan kemashlahatan, ketentuan perkawinan
dikembalikan pada standardisasi usia sebagaimana ditetapkan
dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 sebagai pedoman.

829
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

C. REKOMENDASI
1. Untuk mencegah terjadinya pernikahan usia dini yang
berdampak pada hal-hal yang bertentangan dengan tujuan
dan hikmah pernikahan, Pemerintah diminta untuk lebih
meningkatkan sosialisasi tentang UU Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan.
2. Pemerintah, Ulama, dan masyarakat diminta untuk memberikan
sosialisasi tentang hikmah perkawinan dan menyiapkan calon
mempelai, baik laki-laki maupun perempuan.
3. Ketentuan perundang-undangan yang tidak sejalan dengan
ketentuan fikih Islam mengenai pernikahan, dan tidak sejalan
dengan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan perlu
disinkronisasi.

D. DASAR PENETAPAN
1. Firman Allah SWT:

‫ﻢ‬‫ﺍﻟﹶﻬ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻓﹶﻌ‬‫ﻓﹶﺎﺩ‬‫ﺪﺍﹰ‬‫ﺷ‬‫ﺭ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﺁﻧ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‬‫ﻜﹶﺎﺡ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻠﹶﻐ‬‫ﺑ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻰ‬‫ﺘ‬‫ﺣ‬‫ﻰ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﻠﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻭ‬
‫ﲑﺍﹰ‬‫ﻓﹶﻘ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻒ‬‫ﻔ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﻓﹶﻠﹾﻴ‬‫ﺎﹰ‬‫ﻏﹶﻨﹺﻴ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺍﹾ‬‫ﺮ‬‫ﻜﹾﺒ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﺍﺭﺍﹰ‬‫ﺑﹺﺪ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻓﺎﹰ‬‫ﺮ‬‫ﺇﹺﺳ‬‫ﺎ‬‫ﺄﹾﻛﹸﻠﹸﻮﻫ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬
‫ﺴِﻴﺒﺎﹰ‬‫ﺣ‬‫ﺑﹺﺎﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻛﹶﻔﹶﻰ‬‫ﻭ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻭﺍﹾ‬‫ﻬﹺﺪ‬‫ﻓﹶﺄﹶﺷ‬‫ﻢ‬‫ﺍﻟﹶﻬ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻓﹶﻌ‬‫ﺩ‬‫ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭﻑ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‬‫ﺄﹾﻛﹸﻞﹾ‬‫ﻓﹶﻠﹾﻴ‬
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk 
kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah
‫ﻢ‬cerdas
‫ﻟﹶ‬‫ﻲ‬‫ﺍﻟﻠﱠﺎﺋ‬‫(ﻭ‬pandai
‫ﺮﹴ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﺷ‬‫ﻠﹶﺎﺛﹶﺔﹸ‬memelihara
‫ﺛﹶ‬‫ﻦ‬‫ﻬ‬‫ﺗ‬‫ﺪ‬‫ﻓﹶﻌ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺇﹺﻥ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺎﺋ‬‫ﺴ‬maka
harta), ‫ﻧ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺾﹺ‬ ‫ﻴ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬kepada
serahkanlah ‫ﺌ‬‫ﻳ‬‫ﻲ‬‫ﺍﻟﻠﱠﺎﺋ‬‫ﻭ‬
‫ﻩ‬mereka
‫ﺮﹺ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻟﱠﻪ‬‫ﻞ‬ ‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻖﹺ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻦ‬‫ﻬ‬Dan
harta-hartanya. ‫ﻠﹶ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻦ‬janganlah
‫ﻌ‬‫ﻀ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﻦ‬‫ﻠﹸﻬ‬‫ﺟ‬kamu
‫ﺃﹶ‬‫ﺎﻝﹺ‬‫ﻤ‬‫ﺄﹶﺣ‬makan
‫ﺍﻟﹾ‬‫ﻟﹶﺎﺕ‬‫ﺃﹸﻭ‬‫ﻭ‬harta
‫ﻦ‬‫ﻀ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬
anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu)
tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa.  ‫ﺮﺍﹰ‬‫ﺴ‬‫ﻳ‬
Barang (:siapa ‫ﺍﻟﻨﻮﺭ‬‫ﺳﻮﺭﺓ‬ (di)‫ﻢ‬antara
‫ﻜﹸ‬‫ﺎﺋ‬‫ﺇﹺﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻛﹸﻢ‬pemelihara
‫ﺎﺩ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﲔ‬‫ﺤ‬‫ﺎﻟ‬‫ﺼ‬itu) ‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬‫ﻜﹸﻢ‬mampu,
‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻰ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﻳ‬‫ﻮﺍ‬maka
‫ﺤ‬‫ﻜ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻭ‬
hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim
itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan
harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu
menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu
adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka.
Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).
[QS. Al-Nisa’ :6]

830
‫ﻢ‬‫ﺍﻟﹶﻬ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻓﹶﻌ‬‫ﻓﹶﺎﺩ‬‫ﺪﺍﹰ‬‫ﺷ‬‫ﺭ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﺁﻧ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‬‫ﻜﹶﺎﺡ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻠﹶﻐ‬‫ﺑ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻰ‬‫ﺘ‬‫ﺣ‬‫ﻰ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﻠﹸﻮﺍﹾ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻭ‬
‫ﲑﺍﹰ‬‫ﻓﹶﻘ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻒ‬‫ﻔ‬‫ﻌ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﻓﹶﻠﹾﻴ‬‫ﺎﹰ‬‫ﻏﹶﻨﹺﻴ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺍﹾ‬‫ﺮ‬‫ﻜﹾﺒ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﺍﺭﺍﹰ‬‫ﺑﹺﺪ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻓﺎﹰ‬‫ﺮ‬‫ﺇﹺﺳ‬‫ﺎ‬‫ﺄﹾﻛﹸﻠﹸﻮﻫ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
‫ﺴِﻴﺒﺎﹰ‬‫ﺣ‬‫ﺑﹺﺎﻟﻠﹼﻪ‬‫ﻛﹶﻔﹶﻰ‬‫ﻭ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻭﺍﹾ‬‫ﻬﹺﺪ‬‫ﻓﹶﺄﹶﺷ‬‫ﻢ‬‫ﺍﻟﹶﻬ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻓﹶﻌ‬‫ﺩ‬‫ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻭﻑ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‬‫ﺄﹾﻛﹸﻞﹾ‬‫ﻓﹶﻠﹾﻴ‬
2. Firman Allah SWT QS Al-Thalaq ayat 4: 
‫ﻟﹶﻢ‬‫ﻲ‬‫ﺍﻟﻠﱠﺎﺋ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹴ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﺷ‬‫ﺛﹶﻠﹶﺎﺛﹶﺔﹸ‬‫ﻦ‬‫ﻬ‬‫ﺗ‬‫ﺪ‬‫ﻓﹶﻌ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺇﹺﻥ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺎﺋ‬‫ﺴ‬‫ﻧ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻴﺾﹺ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ﺌ‬‫ﻳ‬‫ﻲ‬‫ﺍﻟﻠﱠﺎﺋ‬‫ﻭ‬
‫ﺮﹺﻩ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻟﱠﻪ‬‫ﻞ‬‫ﻌ‬‫ﺠ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻖﹺ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻦ‬‫ﻠﹶﻬ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻦ‬‫ﻌ‬‫ﻀ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﻦ‬‫ﻠﹸﻬ‬‫ﺃﹶﺟ‬‫ﺎﻝﹺ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺣ‬‫ﻟﹶﺎﺕ‬‫ﺃﹸﻭ‬‫ﻭ‬‫ﻦ‬‫ﻀ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬
 ‫ﺮﺍﹰ‬‫ﺴ‬‫ﻳ‬
(:‫ﺍﻟﻨﻮﺭ‬‫)ﺳﻮﺭﺓ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺎﺋ‬‫ﺇﹺﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻛﹸﻢ‬yang
Danperempuan-perempuan ‫ﺎﺩ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬‫ﻦ‬tidak
‫ﻣ‬‫ﲔ‬‫ﺤ‬‫ﻟ‬haid
‫ﺎ‬‫ﺍﻟﺼ‬‫ﻭ‬lagi‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫(ﻣ‬monopause)
‫ﻰ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﻳ‬‫ﻮﺍ‬‫ﺤ‬‫ﻜ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻭ‬
‫ﻢ‬di‫ﺍﻟﹶﻬ‬‫ﻮ‬‫ﻣ‬antara
‫ﺃﹶ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻓﹶﻌ‬perempuan-perempuanmu
‫ﻓﹶﺎﺩ‬‫ﺪﺍﹰ‬‫ﺷ‬‫ﺭ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﺁﻧ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﹾ‬‫ﻜﹶﺎﺡ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻮﺍﹾ‬‫ﻐ‬jika ‫ﻠﹶ‬‫ﺑ‬‫ﺇﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻰ‬kamu
‫ﺘ‬‫ﺣ‬‫ﻰ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻴ‬‫ﹾ‬‫ﻠﹸﻮﺍ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻭ‬
ragu-
‫ﺍﹰ‬ragu
‫ﲑ‬‫ﻓﹶﻘ‬‫(ﻛﹶﺎﻥﹶ‬tentang
‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻒ‬‫ﻔ‬‫ﻌ‬masa ‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﻓﹶﻠﹾﻴ‬‫ﺎﹰ‬‫ﻴ‬iddahnya),
‫ﻏﹶﻨﹺ‬‫ﻛﹶﺎﻥﹶ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻭﺍﹾ‬maka ‫ﺮ‬‫ﻜﹾﺒ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﹰ‬masa
‫ﺍﺭﺍ‬‫ﺑﹺﺪ‬‫ﻭ‬‫ﺎﹰ‬iddah
‫ﺍﻓ‬‫ﺮ‬‫ﺇﹺﺳ‬‫ﺎ‬‫ﻫ‬mereka
‫ﺄﹾﻛﹸﻠﹸﻮ‬‫ﺗ‬‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬
adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan
yang‫ﺴِﻴﺒﺎﹰ‬‫ﺣ‬tidak‫ﺑﹺﺎﻟﻠﹼﻪ‬‫ﹶﻰ‬haid.
‫ﻛﹶﻔ‬‫ﻭ‬‫ﻬﹺﻢ‬Dan ‫ﻬﹺ‬‫ﻓﹶﺄﹶﺷ‬‫ﻢ‬‫ﺍﻟﹶﻬ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻬﹺﻢ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻴ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻓﹶﻌ‬‫ﺩ‬‫ﻓﹶﺈﹺﺫﹶﺍ‬‫ﻑ‬yang
‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻭﺍﹾ‬‫ﺪ‬perempuan-perempuan ‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ﻌ‬‫ﺑﹺﺎﻟﹾﻤ‬hamil,
‫ﺄﹾﻛﹸﻞﹾ‬‫ﻓﹶﻠﹾﻴ‬
waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan 
kandungannya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada
‫ﻢ‬Allah,
‫ﻟﹶ‬‫ﻲ‬‫ﺍﻟﻠﱠﺎﺋ‬‫ﻭ‬niscaya
‫ﺮﹴ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﺷ‬‫ﻠﹶﺎﺛﹶﺔﹸ‬Allah
‫ﺛﹶ‬‫ﻦ‬‫ﻬ‬‫ﺗ‬‫ﺪ‬menjadikan
‫ﻓﹶﻌ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺒ‬‫ﺗ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺇﹺﻥ‬‫ﻜﹸﻢ‬baginya
‫ﺎﺋ‬‫ﺴ‬‫ﻧ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺾﹺ‬kemudahan ‫ﻴ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ﺌ‬‫ﻳ‬dalam
‫ﻲ‬‫ﺍﻟﻠﱠﺎﺋ‬‫ﻭ‬
‫ﻩ‬urusannya.
‫ﺮﹺ‬‫ﺃﹶﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻟﱠﻪ‬‫ﻞ‬‫ﻌ‬‫[ﺠ‬al-Thalaq
‫ﻳ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﻖﹺ‬‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬65:4] ‫ﻦ‬‫ﻠﹶﻬ‬‫ﻤ‬‫ﺣ‬‫ﻦ‬‫ﻌ‬‫ﻀ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹶﻥ‬‫ﻦ‬‫ﻠﹸﻬ‬‫ﺃﹶﺟ‬‫ﺎﻝﹺ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺣ‬‫ﻟﹶﺎﺕ‬‫ﺃﹸﻭ‬‫ﻭ‬‫ﻦ‬‫ﻀ‬‫ﺤ‬‫ﻳ‬
3. Firman Allah SWT:  ‫ﺮﺍﹰ‬‫ﺴ‬‫ﻳ‬
(:‫ﺍﻟﻨﻮﺭ‬‫)ﺳﻮﺭﺓ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺎﺋ‬‫ﺇﹺﻣ‬‫ﻭ‬‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﲔ‬‫ﺤ‬‫ﺎﻟ‬‫ﺍﻟﺼ‬‫ﻭ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻰ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﻳ‬‫ﻮﺍ‬‫ﺤ‬‫ﻜ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻭ‬
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-
hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. [QS. Al-Nur: 32]

Wajh al-dilalahnya, pengertian “ayaamaa” dalam ayat ini


adalah perempuan yang tidak memiliki suami. Menggunakan
sighat umum, mencakup dewasa maupun anak-anak.

4. Hadits Nabi saw dalam Shahih Muslim Juz II halaman 1039:


‫ﺍﺑﻨـﺔ‬‫ﻭﺃﻧـﺎ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﻟﻨﱯ‬‫"ﺗﺰﻭﺟﲏ‬:‫ﻗﺎﻟﺖ‬‫ﻋﻨﻬﺎ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺿﻲ‬‫ﻋﺎﺋﺸﺔ‬‫ﻋﻦ‬
(‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫)ﻣﺘﻔﻖ‬"‫ﺗﺴﻊ‬‫ﺍﺑﻨﺔ‬‫ﻭﺃﻧﺎ‬‫ﰊ‬‫ﻭﺑﲏ‬(‫ﺳﻨﲔ‬‫)ﺳﺖ‬
Dari ‘Aisyah ra ia berkata: “Saya dinikahi Nabi saw pada
saat umur enam tahun, dan saya digauli pada usia sembilan
tahun” [Muttafaq Alaih].

5. Hadis Nabi Saw:


‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﻟﻨﱯ‬‫ﻣﻊ‬‫ﻛﻨﺎ‬‫ﻓﻘﺎﻝ‬‫ﻋﻨﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺿﻲ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻋﺒﺪ‬‫ﻣﻊ‬‫ﺃﻣﺸﻲ‬‫ﺃﻧﺎ‬‫ﺑﻴﻨﺎ‬:‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻋﻠﻘﻤﺔ‬‫ﻋﻦ‬
‫ﻟﻠﻔﺮﺝ‬‫ﻭﺃﺣﺼﻦ‬‫ﻟﻠﺒﺼﺮ‬‫ﺃﻏﺾ‬‫ﻓﺈﻧﻪ‬‫ﻓﻠﻴﺘﺰﻭﺝ‬‫ﺍﻟﺒﺎﺀﺓ‬‫ﺍﺳﺘﻄﺎﻉ‬‫ﻣﻦ‬‫ﻓﻘﺎﻝ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬
(‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫ﻭ‬‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻭﺟﺎﺀ‬‫ﻟﻪ‬‫ﻓﺈﻧﻪ‬‫ﺑﺎﻟﺼﻮﻡ‬‫ﻓﻌﻠﻴﻪ‬‫ﻳﺴﺘﻄﻊ‬‫ﱂ‬‫ﻭﻣﻦ‬

831
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

Dari ‘Al-qamah ra ia berkata: ketika saya berjalan bersama


Abdillah ra ia berkata: “Saya pernah bersama Rasulullah saw
lantas beliau bersabda: “Barang siapa telah memiliki bekal
maka hendaknya segera menikah karena menikah dapat
lebih menahan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.
Barang siapa yang tidak mampu hendaknya ia berpuasa
karena puasa baginya merupakan perisai”. [HR. Bukhari
dan Muslim]

6. Kaidah Fikih dalam Qawaid al-AHkam fi Mashalih al-Anam


karya Izzuddin Abd al-Salam jilid I halaman 51 :
‫ﻓﻤﻦ‬.....‫ﺍﻟﻮﺳﺎﺋﻞ‬‫ﺃﻓﻀﻞ‬‫ﻫﻲ‬‫ﺍﳌﻘﺎﺻﺪ‬‫ﺃﻓﻀﻞ‬‫ﺇﱃ‬‫ﻓﺎﻟﻮﺳﻴﻠﺔ‬‫ﺍﳌﻘﺎﺻﺪ‬‫ﺃﺣﻜﺎﻡ‬‫ﻟﻠﻮﺳﺎﺋﻞ‬
‫ﻣﻔﻀﻮﳍﺎ‬‫ﻣﻦ‬‫ﻓﺎﺿﻠﻬﺎ‬‫ﻋﺮﻑ‬‫ﺍﳌﺼﺎﱀ‬‫ﺗﺮﺗﻴﺐ‬‫ﻋﻠﻰ‬‫ﻟﻠﻮﻗﻮﻑ‬‫ﺍﷲ‬‫ﻭﻓﻘﻪ‬
Hukum sarana sebagaimana hukum maksud yang dituju.
Sarana menuju maksuh yang paling utama merupakan
sarana yang paling utama... Barang siapa yang diberikan
karunia Allah untuk menentukan urutan kemaslahatan
niscaya ia tahu hal yang lebih utama.
7. Pandangan Jumhur Fuqaha, yang membolehkan pernikahan
usia dini.
8. Pendapat Ibn Syubrumah dan Abu Bakr al-Asham, sebagaimana
disebutkan dalam Fath al-Bari juz 9, halaman 237 yang
menyatakan bahwa pernikahan usia dini hukumnya terlarang,
dan menyatakan bahwa praktek nikah nabi dengan ’Aisyah
adalah sifat kekhususan nabi.
9. Pendapat Ibn Hazm yang memilah antara pernikahan anak
lelaki kecil dengan anak perempuan kecil. Pernikahan anak
perempuan yang masih kecil oleh bapaknya dibolehkan,
sedangkan pernikahan anak lelaki yang masih kecil dilarang.

832
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KONSUMSI MAKANAN HALAL

A. DESKRIPSI MASALAH
Setiap muslim diwajibkan untuk menkonsumsi makanan halal.
Namun, dewasa ini marak industri makanan dan wisata kuliner,
yang terkadang tidak jelas bahan baku, bahan penolong, bahan
tambahan, serta pengolahannya.
Mengkonsumsi produk-produk haram, baik berupa pangan
(makanan dan minuman), obat, dan kosmetika, adalah sesuatu yang
harus dihindari oleh setiap muslim. Hal itu karena mengkonsumsi
produk-produk haram tidak hanya akan membahayakan secara
phisik bagi yang bersangkutan, tetapi juga membawa konsekuensi
ukhrawi.
Ketika Allah swt menghalalkan hal-hal yang baik kepada kita, tidak
ada maksud di balik penghalalan itu kecuali untuk kemaslahatan
kita. Dan ketika Allah swt mengharamkan hal-hal yang khabits
(buruk) kepada kita, tidak ada maksud di balik pengharaman itu
kecuali untuk kemaslahatan kita.
Apabila al-Qur’an dan Hadis telah menjelaskan sedemikian
rupa tentang hukum mengkonsumsi makanan dan minuman,
bagaimana tentang produk yang belum jelas kehalalannya, apakah
boleh dikonsumsi?
Setiap konsumen punya hak untuk memperoleh jaminan bahwa
produk-produk yang dikonsumsinya adalah halal. Sementara tidak
semua konsumen, seiring dengan rumitnya masalah teknologi
pangan yang terus berkembang, dapat mengetahui kehalalan
produk makanan.
Di pihak yang lain, MUI, melalui LP-POM dan Komisi Fatwa
telah berikhtiyar untuk memberikan jaminan makanan halal bagi
konsumen muslim melalui instrumen sertifikat halal. Namun,
karena sifatnya suka rela, tidak semua produsen makanan,
minuman dan obat-obatan mau melakukan sertifikasi.

B. KETENTUAN HUKUM
a. Status jaminan perlindungan halal adalah hak bagi konsumen
muslim, karena setiap konsumen muslim hanya boleh
mengkonsumsi produk halal.

833
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

b. Produk pangan, obat, dan kosmetika yang belum jelas


kehalalannya, wajib dihindari sampai ada kejelasan
kehalalannya. Karena setiap produk makanan, minuman, obat-
obatan, dan kosmetika yang dalam produksinya melalui proses
teknologi hukum asalnya adalah syubhat.
c. Untuk memberikan jaminan atas kehalalan produk yang
dihasilkan untuk dikonsumsi masyarakat muslim, produsen
agar segera mensertifikasi halal produknya.
d. a. Penetapan status kehalalan produk harus dilaksanakan
oleh lembaga yang memiliki otoritas untuk itu, yang dalam
hal ini adalah Majelis Ulama Indonesia.
b. Produsen yang telah memperoleh sertifikat Halal wajib
menjaga status kehalalan produknya melalui penerapan
Sistem Jaminan Halal sebagaimana yang telah ditetapkan
oleh LP-POM MUI.
e. Pemerintah wajib melakukan pengawasan terhadap kehalalan
produk.

C. REKOMENDASI
1. Pemerintah dan DPR-RI diminta untuk segera menuntaskan
pembahasan RUU tentang Jaminan Halal, antara lain berisi:
a. pemberikan kapastian hukum tentang jaminan halal bagi
konsumen;
b. kewajiban produsen untuk memberikan jaminan halal
yang menjadi hak konsumen;
c. sanksi bagi produsen yang melanggar ketentuan;
d. aturan pengawasan tentang kehalalan produk;
e. penetapan kehalalan produk oleh lembaga yang memiliki
otoritas untuk itu (MUI), yang merupakan bagian dari
fatwa.
f. kewenangan masyarakat untuk ikut serta melakukan
pengawasan terhadap kehalalan produk.
2. Masyarakat muslim dihimbau untuk menghindari produk yang
belum jelas kehalalannya.
3. Untuk mempermudah proses sertifikasi halal bagi usaha kecil
di bidang rumah makan, hendaknya diserahkan kepada MUI
Provinsi dengan bantuan MUI Kabupaten/Kota.

834
‫‪HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA‬‬

‫‪4. Pemerintah diminta untuk melakukan pengawasan atas‬‬


‫‪kehalalan produk.‬‬
‫‪5. Seluruh lembaga pelayanan publik, baik Pemerintah atau‬‬
‫‪swasta seperti perusahaan, hotel, jasa transportasi (pesawat‬‬
‫‪terbang, kapal laut, kereta api, bus), rumah sakit, dan usaha‬‬
‫‪lainnya dihimbau untuk memprioritaskan layanan katering‬‬
‫‪yang bersertifikat HALAL.‬‬
‫‪6. Lembaga perbankan dan keuangan syari’ah diminta, dalam‬‬
‫‪melakukan pembiayaan kepada perusahaan pangan, obat-‬‬
‫‪obatan, dan kosmetika hanya pada yang telah bersertifikat‬‬
‫‪Halal.‬‬
‫‪7. Dewan Syariah Nasional dalam melakukan proses sertifikasi‬‬
‫‪terhadap lembaga bisnis diharapkan untuk memperhatikan‬‬
‫‪kehalalan produk bisnisnya yang terkait dengan pangan, obat-‬‬
‫‪obatan, dan kosmetika.‬‬

‫‪D. DASAR PENETAPAN‬‬


‫‪1. Firman Allah SWT :‬‬
‫ﻳ‪‬ﺎﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻞﹸ‪‬ﻛﹸﻠﹸﻮﺍ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺍﻟﻄﱠﻴ‪‬ﺒ‪‬ﺎﺕ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻋ‪‬ﻤ‪‬ﻠﹸﻮﺍ‪‬ﺻ‪‬ﺎﻟ‪‬ﺤ‪‬ﺎ‪‬ﺇﹺﻧ‪‬ﻲ‪‬ﺑﹺﻤ‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﻤ‪‬ﻠﹸﻮﻥﹶ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‪‬ﻴﻢ‪)‬ﺍﳌﺆﻣﻨﻮﻥ‪‬‬
‫‪(‬‬
‫‪“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik,‬‬
‫‪dan kerjakanlah ‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪(‬‬
‫‪amal‬‬ ‫‪saleh.‬ﺎ‪yang)‬‬
‫‪Sesungguhnya‬ﺣ‪‬ﻠﹶﺎﻟﹰﺎ‪‬ﻃﹶﻴ‪‬ﺒ‬
‫‪Aku‬ﻛﹸﻠﹸﻮﺍ‪‬ﻣ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‪‬ﺽﹺ‪‬‬
‫‪Maha‬ﻨ‪‬ﺎﺱ‪‬‬
‫ﻳ‪‬ﺎﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟ‬
‫ﺍﳌﺆﻣﻨﻮﻥ‪‬‬ ‫)‬ ‫‪‬‬
‫ﻢ‬ ‫‪‬ﻴ‬
‫ﻠ‬‫ﻋ‬
‫‪‬‬ ‫ﹶ‪‬‬
‫ﻥ‬ ‫ﹸﻮ‬
‫ﻠ‬‫ﻤ‬
‫‪‬‬ ‫ﻌ‬
‫‪‬‬ ‫ﺗ‬
‫‪‬‬‫‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﻤ‬ ‫ﺑ‬
‫ﹺ‬‫‪‬ﻲ‪‬‬
‫ﻧ‬‫ﺇ‬
‫ﹺ‬‫‪‬ﺎ‪‬‬
‫ﺤ‬ ‫ﻟ‬
‫‪‬‬‫‪‬ﺎ‬
‫ﺻ‬ ‫ﹸﻮﺍ‪‬‬‫ﻠ‬
‫‪Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”. (QS Al-Mu’minun:‬‬‫‪‬‬
‫ﻤ‬ ‫ﻋ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺍ‬
‫ﻭ‬ ‫‪‬‬
‫ﺕ‬ ‫‪‬ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻴ‬
‫‪‬‬ ‫ﻄ‬
‫ﱠ‬ ‫‪‬ﺍﻟ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
‫‪‬‬ ‫ﹸﻮﺍ‪‬‬‫ﻠ‬‫ﻛ‬
‫ﹸ‬ ‫ﹸ‪‬‬
‫ﻞ‬ ‫ﺳ‬
‫‪‬‬ ‫ﺮ‬
‫‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟ‬‫ﻳ‪‬ﺎﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ‪‬ﺑﻦ‪‬ﺑﺸﲑ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﲰﻌﺘﻪ‪‬ﻳﻘﻮﻝ‪‬ﲰﻌﺖ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬‬
‫)‪51‬‬ ‫‪(‬‬
‫ﻳﻘﻮﻝ‪‬ﻭﺃﻫﻮﻯ‪‬ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ‪‬ﺑﺈﺻﺒﻌﻴﻪ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺍﻟﻴﺴﺮﻯ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺍﳊﻼﻝ‪‬ﺑﲔ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﺍﳊﺮﺍﻡ‪‬ﺑﲔ‪‬ﻭﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‪2. ‬‬
‫‪Firman Allah SWT:‬‬
‫‪‬ﻟﺪﻳﻨﻪ)ﺍﳌﺆﻣﻨﻮﻥ‪‬‬
‫‪‬ﻭﻋﺮﺿﻪ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﺳﺘﱪﺃﹶ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‪‬ﻴﻢ‪‬‬ ‫‪‬ﻤ(‪‬ﺎ‪‬ﺗ‪‬‬
‫‪‬ﺍﻟﺸﺒﻬﺎﺕﻌ‪‬ﻤ‪‬ﻠﹸﻮﻥ‬ ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪‬ﻲ‪‬ﺑﹺ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺎﻟ‪)‬ﺤ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺇﹺﻧ‬
‫‪‬ﺍﺗﻘﻰ‬ ‫‪‬ﻓﻤﻴ‪‬ﺒﻦﺻ‬
‫ﺽ‪‬ﹺ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺣ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﺎﻤ‪‬ﻟﻠﹰﺎ‪‬ﻃﹶ‬
‫ﹸﻮﺍ‪‬‬ ‫‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‬ ‫ﺕ‬ ‫‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﹾﻴ‪‬ﺒﺄﹶ‪‬ﺎﺭ‪‬‬
‫‪‬ﻣﻦ‬ ‫‪‬ﻳﻌﻠﻤﻬﻦ‪‬ﺎ‪‬ﻦﻓ‪‬ﺍﻟﻄﱠ‬
‫‪‬ﻛﺜﲑ‬ ‫ﹸﻮﺍ‪‬ﻤﻣ‪‬‬
‫ﹸﻮﺍ‪‬ﻣ‪‬‬
‫‪‬ﻻﹸ‪‬ﻛﹸﻠﻛﹸﻠ‬
‫ﻣﺸﺘﺒﻬﺎﺕﺳ‪‬ﺱ‪‬ﻞ‬
‫‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﻨﺮ‪‬ﺎ‬
‫ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﺎﺎﺃﹶﺃﹶﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻬﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟ‬
‫‪“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ‪‬ﺑﻦ‪‬ﺑﺸﲑ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﲰﻌﺘﻪ‪‬ﻳﻘﻮﻝ‪‬ﲰﻌﺖ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬‬
‫ﻭﻣﻦ‪‬ﻭﻗﻊ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺸﺒﻬﺎﺕ‪‬ﻭﻗﻊ‪‬ﰲ‪‬ﺍﳊﺮﺍﻡ‪‬ﻛﺎﻟﺮﺍﻋﻲ‪‬ﻳﺮﻋﻰ‪‬ﺣﻮﻝ‪‬ﺍﳊﻤﻰ‪‬ﻳﻮﺷﻚ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﺮﺗﻊ‪‬‬
‫‪apa yang terdapat di bumi” (QS Al-Baqarah: 168).‬‬ ‫‪(‬‬
‫ﻳﻘﻮﻝ‪‬ﻭﺃﻫﻮﻯ‪‬ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ‪‬ﺑﺈﺻﺒﻌﻴﻪ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺍﻟﻴﺴﺮﻯ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺍﳊﻼﻝ‪‬ﺑﲔ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﺍﳊﺮﺍﻡ‪‬ﺑﲔ‪‬ﻭﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‪‬‬
‫ﻓﻴﻪ‪‬ﺃﻻ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻟﻜﻞ‪‬ﻣﻠﻚ‪‬ﲪﻰ‪‬ﺃﻻ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﲪﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﳏﺎﺭﻣﻪ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ‪‬ﺝ‪‬ﺹ‪‬‬
‫ﻳ‪‬ﺎﺃﹶﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎﺱ‪‬ﻛﹸﻠﹸﻮﺍ‪‬ﻣ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‪‬ﻓ‪‬ﻲ‪‬ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‪‬ﺽﹺ‪‬ﺣ‪‬ﻠﹶﺎﻟﹰﺎ‪‬ﻃﹶﻴ‪‬ﺒ‪‬ﺎ‪)‬ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪(‬‬
‫ ‪3.‬‬ ‫‪Hadis Nabi saw:‬‬
‫ﻣﺸﺘﺒﻬﺎﺕ ‪‬ﻻ ‪‬ﻳﻌﻠﻤﻬﻦ ‪‬ﻛﺜﲑ ‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ ‪‬ﻓﻤﻦ ‪‬ﺍﺗﻘﻰ ‪‬ﺍﻟﺸﺒﻬﺎﺕ ‪‬ﺍﺳﺘﱪﺃ ‪‬ﻟﺪﻳﻨﻪ ‪‬ﻭﻋﺮﺿﻪ‪‬‬ ‫‪(‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ‪‬ﺑﻦ‪‬ﺑﺸﲑ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﲰﻌﺘﻪ‪‬ﻳﻘﻮﻝ‪‬ﲰﻌﺖ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬‬
‫ﻭﻣﻦ‪‬ﻭﻗﻊ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺸﺒﻬﺎﺕ‪‬ﻭﻗﻊ‪‬ﰲ‪‬ﺍﳊﺮﺍﻡ‪‬ﻛﺎﻟﺮﺍﻋﻲ‪‬ﻳﺮﻋﻰ‪‬ﺣﻮﻝ‪‬ﺍﳊﻤﻰ‪‬ﻳﻮﺷﻚ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﺮﺗﻊ‪‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰊ‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪:‬ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻃﻴﺐ‪‬ﻻ‪‬ﻳﻘﺒﻞ‪‬ﺇﻻ‪‬ﻃﻴﺒﺎ‪‬‬
‫ﻳﻘﻮﻝ‪‬ﻭﺃﻫﻮﻯ‪‬ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ‪‬ﺑﺈﺻﺒﻌﻴﻪ‪‬ﺇﱃ‪‬ﺍﻟﻴﺴﺮﻯ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺍﳊﻼﻝ‪‬ﺑﲔ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﺍﳊﺮﺍﻡ‪‬ﺑﲔ‪‬ﻭﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‪‬‬
‫ﻓﻴﻪ‪‬ﺃﻻ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻟﻜﻞ‪‬ﻣﻠﻚ‪‬ﲪﻰ‪‬ﺃﻻ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﲪﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﳏﺎﺭﻣﻪ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ‪‬ﺝ‪‬ﺹ‪‬‬
‫‪‬ﻛـﻠﻮﺍ‪‬ﻣﻦ‪‬‬
‫‪‬ﻭﻋﺮﺿﻪ‪‬‬ ‫‪‬ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﺮﺳﻞ‪‬ﻟﺪﻳﻨﻪ‬
‫‪‬ﺍﻟﺸﺒﻬﺎﺕ ‪‬ﺍﺳﺘﱪﺃ‬ ‫‪‬ﻓـﻘﺎﻝ ‪"‬ﻳﺎ‬‫‪‬ﺑﻪ‪‬ﺍﳌﺮﺳﻠﲔ‪،‬ﺍﺗﻘﻰ‬
‫‪‬ﻣﻦ ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ ‪‬ﻓﻤﻦ‬ ‫‪‬ﻛﺜﲑ‪‬ﺃﻣﺮ‬ ‫‪‬ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﳌﺆﻣﻨـﲔ‪‬ﲟﺎ‬
‫ﻣﺸﺘﺒﻬﺎﺕ ‪‬ﻻ ‪‬ﻳﻌﻠﻤﻬﻦ‬ ‫ﻭﺇﻥ‪‬ﺍﷲ‬
‫‪(‬‬
‫ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ‪‬ﻭﺍﻋﻤﻠﻮﺍ‪‬ﺻﺎﳊﺎ‪‬ﺇﱐ‪‬ﲟﺎ‪‬ﺗﻌﻤﻠﻮﻥ‪‬ﻋﻠﻴﻢ‪‬ﻭﻗﺎﻝ‪"‬ﻳﺎ‪‬ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﺬﻳﻦ‪‬ﺁﻣﻨﻮﺍ‪‬ﻛـﻠﻮﺍ‪‬‬
‫ﻭﻣﻦ‪‬ﻭﻗﻊ‪‬ﰲ‪‬ﺍﻟﺸﺒﻬﺎﺕ‪‬ﻭﻗﻊ‪‬ﰲ‪‬ﺍﳊﺮﺍﻡ‪‬ﻛﺎﻟﺮﺍﻋﻲ‪‬ﻳﺮﻋﻰ‪‬ﺣﻮﻝ‪‬ﺍﳊﻤﻰ‪‬ﻳﻮﺷﻚ‪‬ﺃﻥ‪‬ﻳﺮﺗﻊ‪‬‬
‫ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻃﻴﺐ‪‬ﻻ‪‬ﻳﻘﺒﻞ‪‬ﺇﻻ‪‬ﻃﻴﺒﺎ‪‬‬
‫‪‬ﻳﺪﻳﻪ‪‬ﺇﱃ‪‬‬‫ﰒ‪‬ﺫﻛﺮ‪‬ﺍﻟﺮﺟﻞ‪‬ﻳﻄﻴﻞ‪‬ﺍﻟﺴﻔﺮ‪‬ﺃﺷﻌﺚ‪‬ﺃﻏﺒـﺮ‪‬ﳝﺪ‬
‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ‪‬ﺝ‪‬ﺹ‪‬‬ ‫ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪:‬‬
‫ﻓﻴﻪ‪‬ﺃﻻ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﻟﻜﻞ‪‬ﻣﻠﻚ‪‬ﲪﻰ‪‬ﺃﻻ‪‬ﻭﺇﻥ‪‬ﲪﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﳏﺎﺭﻣﻪ‪)‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰊ‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﻃﻴﺒﺎﺕ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺭﺯﻗﻨﺎﻛﻢ"‪‬‬
‫‪‬ﻭﻣﻄﻌﻤﻪ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﻭﻣﺸﺮﺑﻪ‪‬ﻓـﻘﺎﻝ ‪"‬ﻳﺎ ‪‬ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﺮﺳﻞ ‪‬ﻛـﻠﻮﺍ‪‬ﻣﻦ‪‬‬
‫‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﻭﻣﻠﺒﺴﻪ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﻭﻏﺬﻱ‪‬ﺑﺎﳊﺮﺍﻡ‪‬‬ ‫‪‬ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﳌﺆﻣﻨـﲔ‪‬ﲟﺎ ‪‬ﺃﻣﺮ ‪‬ﺑﻪ‪‬ﺍﳌﺮﺳﻠﲔ‪،‬‬ ‫ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ‪‬ﻳﺎﺭﺏ‪‬ﻳﺎﺭﺏ‬ ‫ﺇﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬‬
‫ﻭ‪(‬‬
‫ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ‪‬ﻭﺍﻋﻤﻠﻮﺍ‪‬ﺻﺎﳊﺎ‪‬ﺇﱐ‪‬ﲟﺎ‪‬ﺗﻌﻤﻠﻮﻥ‪‬ﻋﻠﻴﻢ‪‬ﻭﻗﺎﻝ‪"‬ﻳﺎ‪‬ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﺬﻳﻦ‪‬ﺁﻣﻨﻮﺍ‪‬ﻛـﻠﻮﺍ‪‬‬
‫ﻓﺄﱏ‪‬ﻳﺴﺘﺠﺎﺏ‪‬ﻟﺬﻟﻚ؟‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﻣﺴﻠﻢ(‪‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﺃﰊ‪‬ﻫﺮﻳﺮﺓ‪‬ﻗﺎﻝ‪:‬ﻗﺎﻝ‪‬ﺭﺳﻮﻝ‪‬ﺍﷲ‪:‬ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﻨﺎﺱ‪‬ﺇﻥ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻃﻴﺐ‪‬ﻻ‪‬ﻳﻘﺒﻞ‪‬ﺇﻻ‪‬ﻃﻴﺒﺎ‪‬‬
‫ﻣﻦ‪‬ﻃﻴﺒﺎﺕ‪‬ﻣﺎ‪‬ﺭﺯﻗﻨﺎﻛﻢ"‪‬ﰒ‪‬ﺫﻛﺮ‪‬ﺍﻟﺮﺟﻞ‪‬ﻳﻄﻴﻞ‪‬ﺍﻟﺴﻔﺮ‪‬ﺃﺷﻌﺚ‪‬ﺃﻏﺒـﺮ‪‬ﳝﺪ‪‬ﻳﺪﻳﻪ‪‬ﺇﱃ‪‬‬
‫ﻋﻦ‪‬ﻋﻘﺒﺔ‪‬ﺑﻦ‪‬ﻋﺎﻣﺮ‪‬ﻗﺎﻝ‪‬ﲰﻌﺖ‪‬ﺍﻟﻨﱯ‪‬ﺻﻠﻰ‪‬ﺍﷲ‪‬ﻋﻠﻴﻪ‪‬ﻭﺁﻟﻪ‪‬ﻭﺳﻠﻢ‪‬ﻳﻘﻮﻝ‪‬ﺍﳌﺴﻠﻢ‪‬ﺃﺧﻮ‪‬‬
‫‪‬ﻛـﻠﻮﺍ‪‬ﻣﻦ‪‬‬ ‫ﺇﻥ‪‬ﺍﷲ ‪‬ﺃﻣﺮ‪‬ﺍﳌﺆﻣﻨـﲔ‪‬ﲟﺎ ‪‬ﺃﻣﺮ ‪‬ﺑﻪ‪‬ﺍﳌﺮﺳﻠﲔ‪ ،‬ﻓـﻘﺎﻝ ‪"‬ﻳﺎ ‪‬ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﺮﺳﻞ‬ ‫‪835‬‬ ‫ﻭ‬
‫ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ‪‬ﻳﺎﺭﺏ‪‬ﻳﺎﺭﺏ‪‬ﻭﻣﻄﻌﻤﻪ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﻭﻣﺸﺮﺑﻪ ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﻭﻣﻠﺒﺴﻪ‪‬ﺣﺮﺍﻡ‪‬ﻭﻏﺬﻱ‪‬ﺑﺎﳊﺮﺍﻡ‪‬‬
‫ﺍﳌﺴﻠﻢ‪‬ﻻ‪‬ﳛﻞ‪‬ﳌﺴﻠﻢ‪‬ﺑﺎﻉ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺃﺧﻴﻪ‪‬ﺑﻴﻌﺎ‪‬ﻭﻓﻴﻪ‪‬ﻋﻴﺐ‪‬ﺇﻻ‪‬ﺑﻴﻨﻪ‪‬ﻟﻪ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﺑﻦ‪‬ﻣﺎﺟﻪ(‪‬‬
‫ﻳﺎ‪‬ﺃﻳﻬﺎ‪‬ﺍﻟﺬﻳﻦ‪‬ﺁﻣﻨﻮﺍ‪‬ﻛـﻠﻮﺍ‪‬‬ ‫ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ‪‬ﻭﺍﻋﻤﻠﻮﺍ‪‬ﺻﺎﳊﺎ‪‬ﺇﱐ‪‬ﲟﺎ‪‬ﺗﻌﻤﻠﻮﻥ‪‬ﻋﻠﻴﻢ‪‬ﻭﻗﺎﻝ‪"‬‬
‫ﻓﺄﱏ‪‬ﻳﺴﺘﺠﺎﺏ‪‬ﻟﺬﻟﻚ؟‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﺍﻹﻣﺎﻡ‪‬ﻣﺴﻠﻢ(‪‬‬
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009
‫)ﺍﳌﺆﻣﻨﻮﻥ‬‫ﻴﻢ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﻠﹸﻮﻥﹶ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫ﻲ‬‫ﺇﹺﻧ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺎﻟ‬‫ﺻ‬‫ﻠﹸﻮﺍ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺕ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﻄﱠﻴ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹸﻠﹸﻮﺍ‬‫ﻞﹸ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃﹶﻳ‬‫ﻳ‬
“Dari Nu’man bin Basyir ia berkata: Saya mendengar Rasulullah
(
saw bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang
haram itu juga jelas. Di antara keduanya ada yang yang
(‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻃﹶﻴ‬‫ﻠﹶﺎﻟﹰﺎ‬‫ﺣ‬‫ﺽﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺄﹶﺭ‬‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﻛﹸﻠﹸﻮﺍ‬‫ﺎﺱ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃﹶﻳ‬‫ﻳ‬
mutasyabbih yang tidak diketahui hukumnya oleh kebanyakan
manusia. Barang siapa takut atas hal-hal yang syubuhat
‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﲰﻌﺖ‬‫ﻳﻘﻮﻝ‬‫ﲰﻌﺘﻪ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﺑﺸﲑ‬‫ﺑﻦ‬‫ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ‬‫ﻋﻦ‬
tersebut niscaya akan terbebas atas agama dan kehormatannya.
‫ﻭﺑﻴﻨﻬﻤﺎ‬‫ﺑﲔ‬‫ﺍﳊﺮﺍﻡ‬‫ﻭﺇﻥ‬‫ﺑﲔ‬‫ﺍﳊﻼﻝ‬‫ﺇﻥ‬‫ﺍﻟﻴﺴﺮﻯ‬‫ﺇﱃ‬‫ﺑﺈﺻﺒﻌﻴﻪ‬‫ﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥ‬‫ﻭﺃﻫﻮﻯ‬‫ﻳﻘﻮﻝ‬
Barang siapa yang jatuh ke dalam hal yang syubhat ia akan
jatuh ke
‫ﻭﻋﺮﺿﻪ‬ dalah
‫ﻟﺪﻳﻨﻪ‬ ‫ﺍﺳﺘﱪﺃ‬hal yang‫ﺍﺗﻘﻰ‬
‫ﺍﻟﺸﺒﻬﺎﺕ‬ haram‫ﻓﻤﻦ‬ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬sebagaimana
‫ﻣﻦ‬ ‫ﻛﺜﲑ‬ ‫ﻳﻌﻠﻤﻬﻦ‬ gembala yang
‫ﻻ‬ ‫ﻣﺸﺘﺒﻬﺎﺕ‬
menggembala di sekitar pantangan, dikhawatirkan akan
‫ﻳﺮﺗﻊ‬‫ﺃﻥ‬‫ﻳﻮﺷﻚ‬‫ﺍﳊﻤﻰ‬‫ﺣﻮﻝ‬‫ﻳﺮﻋﻰ‬‫ﻛﺎﻟﺮﺍﻋﻲ‬‫ﺍﳊﺮﺍﻡ‬‫ﰲ‬‫ﻭﻗﻊ‬‫ﺍﻟﺸﺒﻬﺎﺕ‬‫ﰲ‬‫ﻭﻗﻊ‬‫ﻭﻣﻦ‬
terperosok ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap penguasa
memiliki pantangan dan ketahuilah pantangan Allah SWT
‫ﺹ‬ ‫ﺝ‬‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﳏﺎﺭﻣﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﲪﻰ‬‫ﻭﺇﻥ‬‫ﺃﻻ‬‫ﲪﻰ‬‫ﻣﻠﻚ‬‫ﻟﻜﻞ‬‫ﻭﺇﻥ‬‫ﺃﻻ‬‫ﻓﻴﻪ‬
adalah larangan-larangan-Nya (HR. Muslim).
4. Hadis Nabi saw:
(
‫ﻃﻴﺒﺎ‬‫ﺇﻻ‬‫ﻳﻘﺒﻞ‬‫ﻻ‬‫ﻃﻴﺐ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺇﻥ‬‫ﺍﻟﻨﺎﺱ‬‫ﺃﻳﻬﺎ‬:‫ﺍﷲ‬‫ﺭﺳﻮﻝ‬‫ﻗﺎﻝ‬:‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‬‫ﺃﰊ‬‫ﻋﻦ‬
‫ﻣﻦ‬‫ﻛـﻠﻮﺍ‬ ‫ﺍﻟﺮﺳﻞ‬‫ﺃﻳﻬﺎ‬ ‫"ﻳﺎ‬ ‫ﻓـﻘﺎﻝ‬ ،‫ﺍﳌﺮﺳﻠﲔ‬‫ﺑﻪ‬ ‫ﺃﻣﺮ‬ ‫ﲟﺎ‬‫ﺍﳌﺆﻣﻨـﲔ‬‫ﺃﻣﺮ‬ ‫ﺍﷲ‬‫ﻭﺇﻥ‬
‫ﻛـﻠﻮﺍ‬‫ﺁﻣﻨﻮﺍ‬‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬‫ﺃﻳﻬﺎ‬‫ﻳﺎ‬"‫ﻭﻗﺎﻝ‬‫ﻋﻠﻴﻢ‬‫ﺗﻌﻤﻠﻮﻥ‬‫ﲟﺎ‬‫ﺇﱐ‬‫ﺻﺎﳊﺎ‬‫ﻭﺍﻋﻤﻠﻮﺍ‬‫ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ‬
‫ﺇﱃ‬‫ﻳﺪﻳﻪ‬‫ﳝﺪ‬‫ﺃﻏﺒـﺮ‬‫ﺃﺷﻌﺚ‬‫ﺍﻟﺴﻔﺮ‬‫ﻳﻄﻴﻞ‬‫ﺍﻟﺮﺟﻞ‬‫ﺫﻛﺮ‬‫ﰒ‬"‫ﺭﺯﻗﻨﺎﻛﻢ‬‫ﻣﺎ‬‫ﻃﻴﺒﺎﺕ‬‫ﻣﻦ‬
‫ﺑﺎﳊﺮﺍﻡ‬‫ﻭﻏﺬﻱ‬‫ﺣﺮﺍﻡ‬‫ﻭﻣﻠﺒﺴﻪ‬‫ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﻭﻣﺸﺮﺑﻪ‬‫ﺣﺮﺍﻡ‬‫ﻭﻣﻄﻌﻤﻪ‬‫ﻳﺎﺭﺏ‬‫ﻳﺎﺭﺏ‬‫ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ‬
(‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻟﺬﻟﻚ؟‬‫ﻳﺴﺘﺠﺎﺏ‬‫ﻓﺄﱏ‬
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah I bersabda:
‫ﺃﺧﻮ‬‫ﺍﳌﺴﻠﻢ‬‫ﻳﻘﻮﻝ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻭﺁﻟﻪ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﻟﻨﱯ‬‫ﲰﻌﺖ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻋﺎﻣﺮ‬‫ﺑﻦ‬‫ﻋﻘﺒﺔ‬‫ﻋﻦ‬
Wahai manusia, Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, Dia
(‫ﻣﺎﺟﻪ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬
tidak menerima )‫ﻟﻪ‬‫ﺑﻴﻨﻪ‬‫ﺇﻻ‬‫ﻋﻴﺐ‬‫ﻭﻓﻴﻪ‬‫ﺑﻴﻌﺎ‬‫ﺃﺧﻴﻪ‬‫ﻣﻦ‬‫ﺑﺎﻉ‬‫ﳌﺴﻠﻢ‬‫ﳛﻞ‬‫ﻻ‬‫ﺍﳌﺴﻠﻢ‬
kecuali hal yang baik-baik. Sesungguhnya
Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana ia
memerintahkan kepada para Rasul. Allah berfirman: “Wahai
para rasul, makanlah dari sesuatu yang baik-baik, lakukanlah
amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui
terhadap apa yang kalian lakukan.”[ QS. al-Mu’minun : 51]
Dan firmannya, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah
hal yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepadamu.”[
QS. al-Baqarah : 172] Kemudian Rasulullah menyebutkan
seseorang yang jauh perjalanannya dan rambutnya yang
acak-acakan berdoa dengan menengadahkan tangannya
ke langit (sambil berkata), “Wahai Tuhan, wahai Tuhan.”
Sedangkan makanan, minuman dan pakaiannya adalah
sesuatu yang haram. Maka bagimana mungkin doanya
terkabulkan? (HR. Imam Muslim)

836

1
‫ﻛـﻠﻮﺍ‬‫ﺁﻣﻨﻮﺍ‬‫ﺍﻟﺬﻳﻦ‬‫ﺃﻳﻬﺎ‬‫ﻳﺎ‬"‫ﻭﻗﺎﻝ‬‫ﻋﻠﻴﻢ‬‫ﺗﻌﻤﻠﻮﻥ‬‫ﲟﺎ‬‫ﺇﱐ‬‫ﺻﺎﳊﺎ‬‫ﻭﺍﻋﻤﻠﻮﺍ‬‫ﺍﻟﻄﻴﺒﺎﺕ‬
‫ﺇﱃ‬‫ﻳﺪﻳﻪ‬‫ﳝﺪ‬‫ﺃﻏﺒـﺮ‬‫ﺃﺷﻌﺚ‬‫ﺍﻟﺴﻔﺮ‬‫ﻳﻄﻴﻞ‬‫ﺍﻟﺮﺟﻞ‬‫ﺫﻛﺮ‬‫ﰒ‬"‫ﺭﺯﻗﻨﺎﻛﻢ‬‫ﻣﺎ‬‫ﻃﻴﺒﺎﺕ‬‫ﻣﻦ‬
‫ﺑﺎﳊﺮﺍﻡ‬‫ﻭﻏﺬﻱ‬‫ﺣﺮﺍﻡ‬‫ﻭﻣﻠﺒﺴﻪ‬‫ﺣﺮﺍﻡ‬ ‫ﻭﻣﺸﺮﺑﻪ‬‫ﺣﺮﺍﻡ‬‫ﻭﻣﻄﻌﻤﻪ‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS‫ﺏ‬ULAMA
‫ﻳﺎﺭ‬‫ﺏ‬INDONESIA
‫ﻳﺎﺭ‬‫ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ‬
(‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫ﺍﻹﻣﺎﻡ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻟﺬﻟﻚ؟‬‫ﻳﺴﺘﺠﺎﺏ‬‫ﻓﺄﱏ‬
5. Hadits Nabi saw :
‫ﺃﺧﻮ‬‫ﺍﳌﺴﻠﻢ‬‫ﻳﻘﻮﻝ‬‫ﻭﺳﻠﻢ‬‫ﻭﺁﻟﻪ‬‫ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﺍﷲ‬‫ﺻﻠﻰ‬‫ﺍﻟﻨﱯ‬‫ﲰﻌﺖ‬‫ﻗﺎﻝ‬‫ﻋﺎﻣﺮ‬‫ﺑﻦ‬‫ﻋﻘﺒﺔ‬‫ﻋﻦ‬
(‫ﻣﺎﺟﻪ‬‫ﺍﺑﻦ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻟﻪ‬‫ﺑﻴﻨﻪ‬‫ﺇﻻ‬‫ﻋﻴﺐ‬‫ﻭﻓﻴﻪ‬‫ﺑﻴﻌﺎ‬‫ﺃﺧﻴﻪ‬‫ﻣﻦ‬‫ﺑﺎﻉ‬‫ﳌﺴﻠﻢ‬‫ﳛﻞ‬‫ﻻ‬‫ﺍﳌﺴﻠﻢ‬
Dari Uqbah ibn ‘Amir ra. Berkata: Saya mendengar Nabi saw
bersabda: Orang Islam itu bersaudara. Orang Islam tidak
boleh menjual barang yang ada aibannya kecuali setelah
menjelaskannya kepada pembeli”. (Riwayat Ahmad dan Ibnu
Majah)

6. Kaidah Ushul Fikih:


‫ﺑﻮﺳﺎﺋﻠﻪ‬‫ﺃﻣﺮ‬‫ﺑﺎﻟﺸﻴﺊ‬‫ﺍﻷﻣﺮ‬
“Perintah terhadap sesuatu merupakan perintah terhadap
sarananya”

7. Keputusan Menteri Kesehatan dan Menteri Agama R.I. NOMOR


427/MEN KES/VIII/1985 NOMOR : 68 TAHUN 1985 tentang
pencantuman tulisan “halal” pada label makanan, pada pasal
2 : “Produsen yang mencantumkan tulisan “Halal” pada label/
penandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap
halalnya makanan tersebut bagi pemeluk Agama Islam”.

1
Ditetapkan di : Padangpanjang
Pada tanggal : 26 Januari 2009 M
29 Muharram 1430 H

Pimpinan Komisi B-2


Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III

Prof. Dr. KH. Ali Musthafa Ya’qub Dr. HM. Asrorun Ni’am Sholeh, MA
Ketua Sekretaris

837
838
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN KOMISI C
IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III
tentang
MASAIL QANUNIYYAH
(HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN)

I. RUU Jaminan Produk Halal


Bahwa untuk memberi kepastian hukum dan melindungi hak-
hak konsumen muslim, yang menjadi konsumen utama dan terbesar
di negeri ini (± 200 Juta/87% dari penduduk Indonesia), maka
keberadaan UU Jaminan Produk Halal sangat penting dan mendasar.
Untuk itu, Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa III meminta pemerintah dan
DPR-RI untuk segera menuntaskan pembahasan RUU tersebut dan
mengesahkannya menjadi UU.
Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa MUI, mengusulkan dimasukkan
beberapa point di bawah ini dalam materi UU Jaminan Produk Halal :
1. Jaminan Produk Halal harus menjadi kewajiban bagi produsen
bukan bersifat volunteer (sukarela).
2. Kewenangan fatwa produk halal harus ditetapkan oleh satu
lembaga fatwa yang otoritatif dan legitimed. Untuk itu, Ijtima’
Ulama mengusulkan untuk menjadikan MUI sebagai lembaga
yang memiliki otoritas tunggal dalam penetapan fatwa halal.
3. Agar setiap produk halal dapat teruji dan dipertanggungjawabkan
kehalalannya maka sebaiknya tidak ada pemisahan antara
lembaga audit halal dan lembaga fatwa di bawah MUI, seperti
yang sudah berjalan selama 20 tahun ini dengan Sistem
Jaminan Halal yang sudah teruji.
4. Harus ada pengaturan yang tegas, jelas dan efektif mengenai
pengawasan kehalalan produk, baik produk dalam negeri
maupun produk luar negeri.
5. Ada sanksi, baik bersifat administrasi, ganti rugi dan/atau
pidana terhadap pelanggaran atas ketentuan Undang-Undang
Jaminan Produk Halal.

II. Tindak Lanjut UU No. 21 Tahun 2008 tentang


Perbankan Syari’ah
Dengan disahkannya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

839
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

Syari’ah maka kedudukan dan legitimasi sistem ekonomi, khususnya


perbankan, syari’ah sebagai sistem ekonomi alternatif secara legal-
formal semakin kuat. Keberadaan UU tersebut harus ditindaklanjuti
dengan tindakan konkrit. Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa III mengusulkan
hal sebagai berikut :
1. Mendorong pemerintah untuk melakukan percepatan
penetapan peraturan pelaksanaan UU Perbankan Syari’ah,
baik dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia (PBI) ataupun
regulasi lainnya.
2. Perlunya pemerintah segera melakukan akselerasi UU
Perbankan Syari’ah tersebut dengan berbagai UU dan/atau
peraturan terkait lainnya, seperti peraturan masalah perpajakan
terhadap sejumlah produk LKS/LBS.
3. Kepatuhan terhadap ketentuan syari’ah merupakan hal mutlak
yang harus dilakukan oleh setiap LKS/LBS. Oleh karenanya,
keberadaan, peran dan fungsi dari Dewan Pengawas Syari’ah
(DPS) sangatlah penting. Peran dan fungsi pengawasan DPS
sampai saat ini dirasa masih sangat lemah dan kurang efektif.
Keadaan seperti ini dapat mencederai kredibilitas dan citra
LKS/LBS. Untuk itu, Pemerintah dan juga MUI perlu membuat
suatu sistem atau peraturan pengawasan dan ke-DPS-an yang
lebih efektif dan fungsional.
4. Meminta pemerintah untuk lebih berpihak kepada
pengembangan ekonomi syari’ah melalui pengadaan berbagai
infrastruktur dan regulasi yang mendukung.

III. Tindak Lanjut UU No. 44 Tahun 2008 tentang


Pornografi
Setelah menjadi polemik selama hampir 10 tahun, RUU
Pornografi akhirnya ditetapkan menjadi UU No. 44 Tahun 2008
tentang Pornografi. Meski tidak menampung seluruh aspirasi umat
Islam, Forum Ijitma’ Ulama dapat menerima keberadaan UU tersebut.
UU 44/2008 tentang Pornografi, yang berlaku sejak 26
November 2008, menugaskan kepada Pemerintah untuk membentuk
Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan Undang-Undang tersebut
pada 2 pasal, yaitu :
a. Pasal 14, mengenai:
1. Syarat dan tata cara perizinan pembuatan, penyebarluasan,
dan penggunaan produk pornografi untuk tujuan
kepentingan pendidikan dan pelayanan kesehatan;

840
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

2. Pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi


yang dilarang untuk diproduksi, dibuat, diperbanyak,
digandakan, disebarluaskan, disiarkan, diimpor, diekspor,
ditawarkan, diperjualbelikan, disewakan, atau disediakan
yang secara eksplisit mengandung pornografi.
b. Pasal 16 ayat (1), mengenai pembinaan, pendampingan, serta
pemulihan sosial, kesehatan fisik dan mental.
Berdasarkan amanat UU tersebut, Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa
MUI memutuskan hal-hal sebagai berikut :
A. Sesuai dengan amanat UU, pemerintah hendaknya segera
melaksanakan ketentuan UU Pornografi tersebut.
B. Terkait dengan dua pasal yang memerlukan Peraturan Pemerintah
di atas, Ijtima’ Ulama mendesak pemerintah untuk segera menyusun
PP terkait. Ijtima’ Ulama juga mengusulkan kepada Pemerintah
agar keseluruhan materi/substansi dari Peaturan Pemerintah
tersebut dapat disatukan dalam satu PP sehingga menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor ... Tahun ... tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.
C. Bahwa Subtansi dari Peraturan Pemerintah tersebut bersifat
komprehensif dan lintas sektoral menyangkut kewenangan
beberapa departemen, misalnya Departmen Pendidikan Nasional,
Departemen Kesehatan, Departemen Perdagangan, Departemen
Perindustrian, Departemen Sosial, Kementrian Komunikasi dan
Informasi, dan Departemen Agama sebagai leading sector. Oleh
karena itu, perlu ada pengharmonisasian UU tersebut dengan
berbagai peraturan perundang-undangan terkait serta tidak boleh
lepas dari semangat (moralitas hukum) yaitu penerapan syari’ah di
bidang etika.
D. Terkait dengan dua Pasal yang diamanatkan UU harus ada Peraturan
Pemerintahnya, maka beberapa hal berikut dapat diajukan sebagai
usul substansi terhadap RPP tersebut, terutama dikaitkan dengan
aspek peran MUI, yaitu :
1. Dari sudut perundang-undangan, syarat dan tata cara
perizinan bagi pembuatan suatu produk untuk mencegah
unsur-unsur pornografi merupakan kewenangan pemerintah
yang menentukan apakah UU 44/2008 dapat berlaku efektif
untuk mencegah pornografi atau tidak. Oleh karena itu,
penyusunan syarat dan tata cara perizinan produk itu harus
disusun dengan cermat. Karena penyusunan text-books bagi
keperluan pendidikan dan kesehatan merupakan pengecualian
bagi dibolehkannya beredarnya produk pornografi (exception

841
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

rules), maka seharusnya MUI mengadakan suatu kajian


penelitian tentang buku-buku dan sarana (alat peraga) yang
ditetapkan sebagai bahan bacaan di bidang pendidikan dan
kesehatan. Dengan demikian dapat ditetapkan berbagai kriteria
bagi suatu bacaan dan sarana yang dibolehkan bagi pelajar,
dosen dan mahasiswa agar tidak terlalu jauh menyimpang
dari ketentuan UU 44/2008 dan ketentuan mengenai
akhlaqul karimah menurut Syariat Islam. Hal itu perlu pula
diperhatikan ketentuan mengenai standar pendidikan nasional
(SPN) khususnya di bidang standar kurikulum.
2. Dengan mengkaji berbagai ketentuan yang terkait dengan
pornografi, misalnya Undang-Undang tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) dan Undang-Undang tentang
Penyiaran, dan ketentuan mengenai ekspor impor di bidang
perdagangan, MUI dapat mengusulkan berbagai upaya
pencegahan melalui berbagai regulasi terhadap berbagai produk
impor pornografi yang membanjiri pasaran bagi konsumen di
Indonesia.
3. Mengenai pembinaan, pendampingan, dan pemulihan
kesehatan, fisik, dan mental MUI dapat mengusulkan peran
yang lebih aktif lembaga dan organisasi keagamaan, dengan
mencontoh rumusan yang terdapat di dalam Undang-Undang
tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga. Partisipasi aktif
seperti itu dapat dibiayai dengan dana yang disediakan oleh
pemerintah pusat/daerah.
E. Selain keikutsertaan MUI dalam mengusulkan substansi bagi RPP,
Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa meminta MUI untuk mendesak dan
mendorong secara aktif pelaksanaan Pasal 17 dan Pasal-Pasal
yang menegaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
wajib melakukan pencegahan, pembuatan, penyebarluasan, dan
penggunaan pornografi, dengan cara :
a. Mendesak pemerintah/pemerintah daerah untuk melakukan
pemutusan jaringan pembuatan dan penyebarluasan produk
pornografi atau jasa pornografi, termasuk pemblokiran
pornografi melali internet;
b. Melakukan pengawasan terhadap pembuatan, penyebarluasan,
dan penggunaan pornografi.
c. Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak,
baik dari dalam maupun luar negeri.
Ketentuan tersebut dapat menjadi dasar hukum bagi masyarakat
untuk melakukan berbagai aktivitas sosial untuk membantu

842
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

pemerintah/pemerintah daerah mengadakan penyuluhan kepada


masyarakat sebagai upaya pencegahan pornografi, misalnya dengan
menyebarluaskan UU Pornografi yang dibiayai oleh pemerintah
daerah.
a. Mengenai ketentuan pidana, UU 44/2008 mengandung rumusan
delik umum, artinya polisi dan aparat keamanan harus melakukan
berbagai upaya penindakan jika terdapat terjadinya pelanggaran
terhadap tindak pidana pornografi seperti kejahatan lainnya
(pencurian, penipuan, dan lain-lain).
b. Kelemahan dari rumusan UU 44/2008 adalah bahwa undang-
undang tersebut tidak secara tegas menunjuk menteri mana yang
ditugaskan sebagai pelaksana undang-undang tersebut, sehingga
dapat menjadi helah/alasan belum ada menteri yang proaktif
mengajukan Rancangan Peraturan Pemerintah. Meski demikian,
berdasarkan UU 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang dengan tegas menyatakan bahwa
peraturan pelaksanaan suatu undang-undang harus diselesaikan
dalam waktu paling lambat 2 tahun sejak berlakunya undang-
undang tersebut, maka tidak ada alasan bagi pemerintah menunda
pembentukan PP terkait dengan UU tersebut. Ijtima’ Ulama
meminta kepada Menteri Agama RI, sebagai leader perumusan UU
Pornografi, untuk bersikap pro-aktif dalam penyusunan RPP.

IV. RUU tentang Hukum Materil Peradilan Agama Bidang


Perkawinan
a. Agar materi Kompilasi Hukum Islam yang dimuat dalam
Lampiran Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 yang selama
ini menjadi pedoman hakim dalam memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara di bidang perkawinan, diatur dengan
Undang-Undang.
b. Untuk mencegah terjadinya perkawinan yang tidak sesuai
dengan hukum agama dan tidak sejalan dengan dasar Negara
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, perkawinan yang tidak memenuhi
syarat dan rukun perkawinan atau melanggar ketentuan
larangan perkawinan, dinyatakan batal atau dapat dibatalkan
berdasarkan gugatan yang diajukan ke pengadilan.
c. Masalah perbedaan agama yang terjadi karena salah satu pihak
bukan dari agama Islam (murtad) dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan perceraian ke pengadilan.

843
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

d. Harus larangan secara tegas dan sanksi pidana bagi laki-kali


muslim maupun perempuan muslimah yang melangsungkan
perkawinan muth’ah.
e. Perlu adan sanksi pidana terhadap orang yang melakukan
kegiatan perkawinan dan bertindak seolah-olah sebagai Pejabat
Pencatat Nikah.

V. Tindak lanjut UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan


Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2005 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang Wakaf.
a. Respon masyarakat terhadap UU Wakaf cukup positif
terutama terkait dengan wakaf uang. Beberapa badan hukum
atau organisasi telah membuat program wakaf uang. Untuk
itu, perlu segera diatur Peraturan Pelaknasaan (PP) teknis
mengenai hal ini.
b. Berbagai lembaga keuangan syariah penerima wakaf uang
yang telah ditunjuk Menteri Agama telah siap melaksanakan
kegiatan tersebut. Sesuai dengan UU/PP ketentuan mengenai
administrasi pendaftaran wakaf uang diatur dengan Peraturan
Menteri Agama. Dengan Peraturan Menteri Agama kepastian
hukum dan ketertiban administrasi wakaf uang akan lebih
baik.
c. Perlunya Revitalisasi Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai
instrumen yang bertugas mengurusi hal ihwal wakaf dan
pemberdayaannya di Indonesia.
d. Untuk meningkatkan fungsi wakaf uang dan agar Dana Abadi
Umat (DAU) dapat dipertanggungjawabkan akuntabilitas
penggunaannya maka Ijtma’ Ulama mengusulkan DAU harus
diposisikan sebagai wakaf tunai umat Islam (khususnya jama’ah
haji Indonesia) yang dikelola oleh Badan Wakaf Indonesia
(BWI) berdasarkan UU Wakaf.

3. Tindak lanjut UU No. 13 Tahun 2008 tentang


Penyelenggaraan Ibadah Haji
a. Peningkatan upaya penyempurnaan sistem dan manajemen
penyelenggaraan ibadah haji terus dilakukan agar pelaksanaan
ibadah haji berjalan aman, tertib, dan lancar dengan
menjunjung tinggi semangat keadilan, transparansi, dan
akuntabilitas publik.

844
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

b. Pemerintah segera menyelesaikan peraturan yang diperlukan


untuk pelaksanaan Undang-Undang ini, mengingat ketentuan
Pasal 66 menyatakan bahwa penyelesaian peraturan tersebut
dilakukan paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak
diundangkannya Undang-Undang ini pada tanggal 28 April
2008.
c. Perlu segera dibentuk Komisi Pengawas Haji Indonesia,
sesuai amanat Undang-Undang, guna melaksanakan tugasnya
melakukan pengawasan dalam rangka meningkatkan
pelayanan penyelenggaraan ibadah haji. Pemerintah segera
mengusulkan keanggotaannya untuk diangkat oleh Presiden,
mengingat ketentuan Undang-Undang bahwa KPHI sudah
harus dibentuk paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-
Undang ini diundangkan pada tanggal 28 April 2008.

VI. Tindak lanjut Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2


Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
a. Sebagai payung hukum pelaksanaan Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah, Mahkamah Agung menetapkan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008. Selain sebagai
pedoman bagi hakim pengadilan dalam lingkungan peradilan
agama dalam memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan
perkara yang berkaitan dengan ekonomi syariah, harus pula
disosialisasikan kepada masyarakat terutama bagi para pencari
keadilan dalam bersengketa.
b. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ini perlu diketahui agar
orang per orang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan
hukum atau tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi
kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial
memuat prinsip syariah mempunyai pedoman sehingga tidak
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan
prinsip syariah.
c. Seiring dengan penguatan regulasi terkait transaksi keuangan
syari’ah, diharapkan ada perbaikan materi Kompilasi Hukum
Ekonomi Syari’ah dengan mengacu pada ketentuan fikih dan
fatwa yang telah ditetapkan oleh Dewan Syari’ah Nasional
MUI.

845
KEPUTUSAN IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE-INDONESIA KETIGA TAHUN 2009

VII. Tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun


2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan
1. Perlunya penyegeraan implementasi Pasal 12 ayat (1) a yang
berbunyi: “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama
yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.”
2. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi PP Nomor 55
Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya
dalam pengalokasian anggaran pendidikan madrasah dan PTA
melalui APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota.
3. Perlunya disusun standardisasi pendirian madrasah dan PTA
serta pendidikan keagamaan untuk menjaga kualitas lembaga
pendidikan Islam.
4. Peningkatan pesantren khususnya dalam percepatan
pemerataan teknologi pendidikan, sarana dan prasarana
pendidikan serta akreditasi pendidikan.
5. Kebebasan peserta didik yang beragama Islam yang bersekolah
pada lembaga pendidikan yang memiliki identitas dan ciri khas
keagamaan lain untuk menunaikan ibadahnya.
6. Percepatan dan pemerataan implementasi pendidikan dan
pengajaran yang memadukan antara iptek dan imtak pada
setiap mata pelajaran.
7. Perlunya peningkatan pendidik (guru dan dosen) di lingkungan
departemen agama agar setara dengan Depdiknas, seperti
akreditasi, hak dan kewajiban, kesejahteraan.
8. Pemerintah perlu segera mengangkat guru agama untuk
seluruh lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta.
9. Perlunya dilakukan koordinasi dan konsolidasi lembaga
pendidikan Islam untuk meningkatkan kualitas, khususnya
keharusan setiap daerah untuk mendirikan lembaga pendidikan
bertaraf internasional.
10. Perlunya didorong agar Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah untuk mendirikan lembaga Pendidikan keagamaan.
11. Mendorong MUI Pusat menyelenggarakan Konvensi Nasional
Pendidikan Islam untuk melakukan koordinasi dan konsolidasi
pendidikan Islam secara nasional.
12. Perlunya penghapusan segala macam diskriminasi dalam
praktek penyelenggaraan pendidikan.

846
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

REKOMENDASI UMUM
1. Mengingat banyaknya peraturan perundang-undangan dan
fatwa-fatwa MUI yang belum tersosialisasikan dengan baik,
Ijtima’ Ulama meminta pemerintah, MUI, dan pihak-pihak
terkait untuk lebih mengintensifkan sosialisasi berbagai bentuk
perundang-undangan dan juga fatwa, seperti UU Perbankan
Syari’ah, UU Pornografi, UU Wakaf dan Peraturan Pemerintah-
nya, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU Zakat, UU Sisdiknas
dan PP-nya, dan Fatwa-Fatwa MUI tentang ekonomi syari’ah,
wakaf tunai dan lainnya.
2. Berdasarkan realitas historis dalam dua dekade ini terbukti
bahwa sistem ekonomi syar’ah telah teruji dalam menghadapi
krisis ekonomi global dan melihat Pertumbuhan dan
Perkembangan LKS/LBS yang signifikan, baik tingkat nasional
maupun internasional, menjadi indikasi kuat bagi kekuatan
sistem ekonomi syari’ah sebagai sistem ekonomi alternatif dan
solutif. Untuk itu, Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa III meminta
pemerintah untuk lebih memperhatikan dan memberi
keberpihakan terhadap pengembangan ekonomi syari’ah di
Indonesia melalui pengadaan berbagai infrastruktur peraturan
dan kebijakan.

Ditetapkan di : Padangpanjang
Pada tanggal : 26 Januari 2009 M
29 Muharram 1430 H

Pimpinan Komisi C
Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III

Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA Drs. H. Aminudin Yakub, MA


K e t u a Sekretaris

847
848
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

849
850
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA


MAJELIS ULAMA INDONESIA

MUQADDIMAH

Kemajuan dalam bidang iptek dan tuntutan pembangunan yang


telah menyentuh seluruh aspek kehidupan, di samping membawa
berbagai kemudahan dan kebahagiaan, menimbulkan sejumlah perilaku
dan persoalan-persoalan baru. Cukup banyak persoalan yang beberapa
waktu lalu tidak pernah dikenal, bahkan tidak pernah terbayangkan,
kini hal itu menjadi kenyataan.
Di sisi lain, kesadaran keberagamaan umat Islam di bumi
Nusantara ini semakin tumbuh subur. Oleh karena itu, sudah merupakan
kewajaran dan keniscayaan jika setiap timbul persoalan baru, umat
mendapatkan jawaban yang tepat dari pandangan ajaran Islam.
Telah menjadi kesadaran bersama bahwa membiarkan persoalan
tanpa ada jawaban dan membiarkan umat dalam kebingunan tidak
dapat dibenarkan, baik secara i’tiqadi maupun secara Syar’i. Oleh
karena itu, para alim ulama dituntut untuk segera mampu memberikan
jawaban dan berupaya menghilangkan kehausan umat akan kepastian
ajaran Islam berkenaan dengan persoalan yang mereka hadapi.
Demikian juga, segala hal yang dapat menghambat proses pemberian
jawaban (fatwa) sudah seharusnya segera dapat diatasi. Hal tersebut
sejalan dengan firman Allah SWT:

“Sesungguhnya orang yang menyembunyikan apa yang telah


Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas)
dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia
dalam al-Kitab, mereka dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh
semua (makhluk) yang dapat melaknat” (QS. al-Baqarah [2]:
159).
Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang merupakan wadah
musyawarah para ulama, zu’ama, dan cendekiawan muslim serta
menjadi pengayom bagi seluruh muslim Indonesia adalah lembaga
paling berkompeten bagi pemecahan dan penjawaban setiap masalah
sosial keagamaan yang senantiasa timbul dan dihadapi masyarakat
serta telah mendapat kepercayaan penuh, baik dari masyarakat maupun
dari pemerintah.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, sudah sewajarnya bila MUI

851
LAMPIRAN

--sesuai dengan amanat Musyawarah Nasional VI tahun 2000 lalu,


senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas peran dan kinerjanya,
terutama dalam memberikan solusi dan jawaban keagamaan terhadap
setiap permasalahan yang kiranya dapat memenuhi harapan masyarakat
yang semakin kritis dan tinggi kesadaran keberagamaannya.
Pedoman penetapan fatwa yang ditetapkan berdasarkan SK
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia nomor: U-596/MUI/X/1997
tanggal 2 Oktober 1997 (penyempurnaan dari pedoman berdasarkan
keputusan Sidang Pengurus Paripurna Majelis Ulama Indonesia tanggal
7 Jumadil Awwal 1406 H./18 Januari 1986 M.) dipandang sudah tidak
memadai lagi. Atas dasar itu, kiranya Majelis Ulama Indonesia perlu
segera mengeluarkan pedoman baru dan memadai, cukup sempurna,
serta transparan yang mengatur prosedur, mekanisme, dan sistem
pemberian jawaban masalah keagamaan.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Dalam Keputusan ini, yang dimaksud dengan:


1. Majelis Ulama Indonesia (disingkat MUI) adalah MUI Pusat yang
berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
2. Majelis Ulama Indonesia Daerah (disingkat MUI Daerah) adalah
MUI Propinsi yang Kabupaten/Kota.
3. Dewan Pimpinan adalah:
a. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia.
b. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia
Daerah
4. Komisi adalah Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia atau Komisi
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Daerah.
5. Anggota Komisi adalah anggota Komisi Fatwa berdasarkan
ketetapan Dewan Pimpinan.
6. Rapat adalah rapat Komisi Fatwa yang dihadiri oleh anggota Komisi
dan peserta lain yang dipandang perlu untuk membahas masalah
hukum yang akan difatwakan.
7. Fatwa adalah jawaban atau penjelasan dari ulama mengenai
masalah keagamaan dan berlaku untuk umum.
8. Fatwa adalah fatwa MUI tentang suatu masalah keagamaan yang
telah setujui oleh anggota Komisi dalam rapat.
9. Ijma’ ialah kesepakatan para ulama tentang suatu masalah agama.
10. Qiyas ialah pemberlakukan hukum asal pada furu’ disebabkan

852
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

kesatuan (kesamaan) ‘illat hukum.


11. Istihsan ialah pemberlakukan maslahat juz’iyah ketika berhadapan
dengan kaidah umum.
12. Maslahah mursalah ialah kemaslahatan yang tidak didukung oleh
nashsh syar’i tertentu.

BAB II
DASAR UMUM DAN SIFAT FATWA

1. Penetapan fatwa didasarkan pada al-Qur’an, sunnah (hadis), ijma’,


dan qiyas.
2. Penetapan fatwa bersifat responsif, proaktif, dan antisipatif.
3. Aktivitas penetapan fatwa dilakukan secara kolektif oleh suatu
lembaga yang dinamakan “Komisi Fatwa”.

BAB III
METODE PENETAPAN FATWA

1. Sebelum fatwa ditetapkan hendaklah ditinjau lebih dahulu pendapat


para imam mazhab tentang masalah yang akan difatwakan tersebut,
secara seksama berikut dalil-dalilnya.
2. Masalah yang telah jelas hukumnya (al-ahkam al-qath’iyyat)
hendaklah disampaikan sebagaimana adanya.
3. Dalam masalah yang terjadi khilafiyah di kalangan mazhab, maka
a. penetapan fatwa didasarkan pada hasil usaha penemuan titik
temu di antara pendapat-pendapat mazhab melalui metode al-
jam’u wa al-taufiq; dan
b. jika usaha penemuan titik temu tidak berhasil dilakukan,
penetapan fatwa didasarkan pada hasil tarjih melalui metode
muqaranah al-mazahib dengan menggunakan kaidah-kaidah
Ushul Fiqh Muqaran.
4. Dalam masalah yang tidak ditemukan pendapat hukumnya di
kalangan mazhab, penetapan fatwa didasarkan pada hasil ijtihad
jama’i (kolektif) melalui metode bayani, ta’lili (qiyasi, istihsani,
ilhaqi), istishlahi, dan sadd al-zari’ah.
5. Penetapan fatwa harus senantiasa memperhatikan kemaslahatan
umum (mashalih ‘ammah) dan maqashid al-syari’ah.

853
LAMPIRAN

BAB IV
PROSEDUR RAPAT

1. Rapat harus dihadiri oleh para anggota Komisi yang jumlahnya


dianggap cukup memadai oleh pimpinan rapat.
2. Dalam hal-hal tertentu, rapat dapat menghadirkan tenaga ahli yang
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
3. Rapat diadakan jika ada:
a. Permintaan atau pertanyaan dari masyarakat yang oleh Dewan
Pimpinan dianggap perlu dibahas dan diberikan fatwanya.
b. Permintaan atau pertanyaan dari pemerintah, lembaga/
organisasi sosial, atau MUI sendiri.
c. Perkembangan dan temuan masalah-masalah keagamaan yang
muncul akibat perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4. Rapat dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua Komisi atas
persetujuan Ketua Komisi, didampingi oleh Sekretaris dan/atau
Wakil Sekretaris Komisi.
5. Jika Ketua dan Wakil Ketua Komisi berhalangan hadir, rapat
dipimpin oleh salah seorang anggota Komisi yang disetujui.
6. Selama proses rapat, Sekretaris dan/atau Wakil Sekretaris Komisi
mencatat usulan, saran dan pendapat anggota Komisi untuk
dijadikan Risalah Rapat dan bahan fatwa Komisi.
7. Setelah melakukan pembahasan secara mendalam dan
komprehenship serta memperhatikan pendapat dan pandangan
yang berkembang, rapat menetapkan Fatwa.
8. Keputusan Komisi sesegera mungkin dilaporkan kepada Dewan
Pimpinan untuk dipermaklumkan kepada masyarakat atau pihak-
pihak yang bersangkutan.

BAB V
FORMAT FATWA

1. Fatwa dirumuskan dengan bahasa hukum yang mudah dipahami


oleh masyarakat luas.
2. Fatwa memuat:
a. Judul dan nomor fatwa,
b. Konsideran yang terdiri atas:
1) menimbang, memuat latar belakang, alasan, dan

854
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

urgensi penetapan fatwa,


2) mengingat, memuat dasar-dasar hukum (adillah al-
ahkam), dan
3) memperhatikan, memuat pendapat peserta rapat,
pendapat para ulama, pendapat para ahli, dan hal-hal lain
yang mendukung penetapan fatwa.
c. Diktum, memuat:
1). substansi hukum yang difatwakan, dan
2). rekomendasi dan/atau jalan keluar, jika dipandang
perlu.
d. Penjelasan, berisi uraian dan analisis secukupnya tentang
fatwa.
e. Lampiran-lampiran, jika dipandang perlu.
3. Fatwa ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Komisi.

BAB VI
KEWENANGAN DAN WILAYAH FATWA

1. MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah


keagamaan secara umum, terutama masalah hukum (fiqh) dan
masalah aqidah yang menyangkut kebenaran dan kemurnian
keimanan umat Islam Indonesia.
2. MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah
keagamaan seperti tersebut pada nomor 1 yang menyangkut umat
Islam Indonesia secara nasional atau masalah-masalah keagamaan
di suatu daerah yang diduga dapat meluas ke daerah lain.
3. Terhadap masalah yang telah ada fatwa MUI, Majelis Ulama
Indonesia Daerah hanya berhak melaksanakannya.
4. Jika karena faktor-faktor tertentu fatwa MUI sebagaimana
dimaksud nomor 3 tidak dapat dilaksanakan, MUI Daerah boleh
menetapkan fatwa yang berbeda setelah berkonsultasi dengan
MUI.
5. Dalam hal belum ada fatwa MUI, MUI Daerah berwenang
menetapkan fatwa.
6. Khusus mengenai masalah-masalah yang sangat musykil dan
sensitif, sebelum menetapkan fatwa MUI Daerah diharapkan
terlebih dahulu melakukan konsulasi dengan MUI.

855
LAMPIRAN

BAB VI
PENUTUP

1. Fatwa di lingkungan MUI maupun MUI Daerah yang berdasarkan


pada pedoman dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Surat
Keptusan ini mempunyai kedudukan sederajat dan tidak saling
membatalkan.
2. Jika terjadi perbedaan antara Fatwa MUI dan Fatwa MUI Daerah
mengenai masalah yang sama, perlu diadakan pertemuan antara
kedua Dewan Pimpinan untuk mencari penyelesaian yang paling
baik.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan
ditetapkan lebih lanjut oleh Dewan Pimpinan.
4. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan; dengan
ketentuan bila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat
Keputusan ini, akan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : J A K A R T A
Pada tanggal : 23 Muharram 1422 H.
12 April 2001 M.

MAJELIS ULAMA INDONESIA


KOMISI FATWA,

Ketua, Sekretaris,

K.H. Ma’ruf Amin Drs. Hasanuddin, M.Ag

856
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

SISTEM DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA


PRODUK HALAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Pendahuluan
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
serta keber-hasilan pembangunan akhir-akhir ini telah merambah
seluruh aspek bidang kehidupan umat manusia; tidak saja membawa
berbagai kemudahan, keba-hagian, dan kesenangan, melainkan juga
menimbulkan sejumlah persoalan. Aktifitas baru yang beberapa waktu
lalu tidak pernah dikenal, atau bahkan tidak pernah terbayangkan,
kini hal itu menjadi kenyataan. Di sisi lain, kesadaran keberagamaan
umat Islam di berbagai negeri, termasuk di Indonesia, pada dasawarsa
terakhir ini semakin tumbuh subur dan meningkat. Sebagai kon-
sekuensi logis, setiap timbul persoalan, penemuan, maupun aktifitas
baru sebagai produk dari kemajuan tersebut, umat senantiasa bertanya-
tanya, bagai-manakah kedudukan hal tersebut dalam pandangan ajaran
dan hukum Islam.
Salah satu persoalan cukup mendesak yang dihadapi umat adalah
membanjirnya produk makanan dan minuman olahan, obat-obatan,
dan kosme-tika. Umat, sejalan dengan ajaran Islam, menghendaki agar
produk-produk yang akan dikonsumsi tersebut dijamin kehalalan dan
kesuciannya. Menurut ajaran Islam, mengkonsumsi yang halal, suci,
dan baik merupakan perintah agama dan hukumnya adalah wajib.
Cukup banyak ayat dan hadis menjelaskan hal tersebut. Di antaranya
sebagai berikut:
،‫ﺎﺏﹺ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬ ‫ﻲ‬‫ﻓ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﻠﻨ‬‫ﻟ‬‫ﺎﻩ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﻯ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻬ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺕ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺎ‬‫ﻟﹾﻨ‬‫ﺰ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﺂ‬‫ﻣ‬‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬‫ﻜﹾﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬
 .(:‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﻼﱠﻋ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻠﹾﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ُ‫ﺍﷲ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻠﹾﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻚ‬‫ﺃﹸﻭﻟﺌ‬
“Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa
‫ﻪ‬‫ﺇﹺﻧ‬ ،‫ﻄﹶﺎﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬ ‫ﺍﺕ‬‫ﻄﹸﻮ‬‫ﺧ‬ ‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﺒﹺﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻻﹶﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻃﹶـﻴ‬ ‫ﻼﹶﻻﹰ‬‫ﺣ‬ ‫ﺽﹺ‬‫ﺍﹾﻷَﺭ‬ ‫ﻰ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻛﹸﻠﹸﻮ‬ ‫ﺎﺱ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳ‬
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
،‫ﺎﺏﹺ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻜ‬ ‫ﻲ‬syaitan;
langkah ‫ﻓ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﻠﻨ‬‫ﻟ‬‫ﺎﻩ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬karena ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬sesungguhnya ‫ﻯ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﹾﻬ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺕ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬ ‫ﻦ‬.(‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬syaitan
‫ﻟﹾﻨ‬‫ﺰ‬:‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﺃﹶﻧ‬
‫ﺂ‬‫ﻣ‬‫)ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻦ‬itu ‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ﺒﹺﻜﹾﻴ‬‫ﻣ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬adalah
‫ﻦ‬‫ﺪ‬‫ﻳ‬‫ﻋ‬‫ﺬ‬‫ﻟﱠ‬‫ﺍﻢ‬‫ﺇﹺﻟﹶﻥﱠﻜﹸ‬
musuh yang nyata bagimu” (QS. al-Baqarah [2]: 168).
 .(:‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﻼﱠﻋ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻠﹾﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ُ‫ﺍﷲ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻠﹾﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻚ‬‫ﹸﻭﻟﺌ‬ ‫ﺃ‬
‫ﻥﹶﻪ‬‫ﻧ‬‫ﺇﹺﻭ‬‫ﺪ‬،‫ﻥﺒ‬‫ﹶﺎﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻄ‬‫ﻩ‬‫ﺎﻴ‬‫ﺇﹺﻳﺸ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺕ‬
‫ﺍﻛﹸﻨ‬‫ﺇﹺﻄﹸﻥﹾﻮ‬‫ﷲِﺧ‬ ‫ﺍ‬‫ﺍﻮ‬‫ﻭ‬‫ﻌ‬‫ﺒﹺﺮ‬‫ﻜﹸﺘ‬‫ﻻﹶﺗ‬‫ﺷ‬‫ﺍﻭ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻢ‬‫ﹶـﻴ‬
‫ﺎﻛﹸ‬‫ﻗﹾﻨﻃ‬‫ﻻﹰﺯ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻣﻼﹶ‬‫ﺣ‬‫ﺕ‬ ‫ﺽﹺ‬ ‫ﺎ‬‫ـﺒ‬‫ﺍﹾﻃﹶﻷَﻴﺭ‬‫ﻰﻦ‬‫ﻓﻣ‬‫ﺍ‬‫ﺎ‬‫ﻠﹸﻤﻮ‬‫ﻛﹸﻣ‬‫ﺍ‬‫ﺍ‬‫ﻠﹸﻮﻮ‬‫ﻛﹸﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﺱ‬ ‫ﻦ‬‫ﺎﻳ‬‫ﺍﻟﱠﺍﻟﻨﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
.(:‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬ .(‫ﻦ‬‫ﻴ‬ ‫ﺒﹺ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬:‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﺪ‬
‫ﻋ‬‫ﻟﹶ)ﻜﹸﻢ‬
“Hai orang yang beriman! Makanlah di antara rizki yang baik- 
baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada
:‫ﺍﳌﺎﺋﺪﺓﻥﹶ‬
‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫)ﺗ‬‫ﺎﻩ‬‫ﺇﹺﻳﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻨ‬‫ﻢ‬‫ﻣ‬‫ﺘ‬‫ﺆ‬‫ﻛﹸﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺇﹺﺑﹺﻥﹾﻪ‬‫ﷲِﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ﺍﺃﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻱ‬‫ﻜﹸﺮ‬‫ﺬ‬‫ﺍﻟﱠﺷ‬‫ﺍ‬‫ﷲَﻭ‬‫ﺍﻢ‬‫ﺎﹸﻮﺍﻛﹸ‬‫ﻗﹾﻘﻨ‬‫ﺗ‬‫ﺍﺯ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬،‫ﺎ‬
‫ﺕ‬ ‫ﺒ‬‫ﹶـﻴ‬ ‫ﺎ‬‫ـﻃﺒ‬‫ﻃﹶﻻﹰﻴ‬‫ﻼﹶ‬‫ﻦ‬‫ﺣ‬‫ﻣ‬‫ﺍ‬ُ‫ﻛﹸﺍﻠﹸﻮﷲ‬ ‫ﺍﻢ‬‫ﻮﻜﹸ‬‫ﻗﹶﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺁﺯ‬‫ﺭ‬‫ﻦ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤﻳ‬‫ﺬ‬‫ﺍﻟﱠﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍ‬‫ﻠﹸﻬﻮ‬‫ﻛﹸﺃﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳﻭ‬
Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah”
(QS. al-Baqarah [2]: 172). .(:‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬ .()

:‫ﺍﳌﺎﺋﺪﺓﻥﹶ‬
‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫)ﺗ‬ ‫ﺎﻥﹶﻩ‬‫ﻳ‬‫ﺇﹺﻮ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﻢ‬‫ﺆ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻛﹸﻣ‬ ‫ﻥﹾﺑﹺﻪ‬‫ﺇﹺ‬‫ﻢ‬ ‫ﷲِﺘ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﺍ‬‫ﻱ‬‫ﺖ‬‫ﺬ‬‫ﺍﻟﱠﻤ‬‫ﻌ‬ ‫ﷲَﻧﹺ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭﺍ‬‫ﻘﻜﹸﹸﻮﺍﺮ‬‫ﺷ‬‫ﺍﺗ‬‫ﺍﻭ‬‫ﻭ‬،‫ﺎ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺒﺒ‬‫ﻴ‬‫ﹶـﻴ‬
‫ﻃﻃﹶـ‬‫ﻼﹶﻼﹶﻻﹰﻻﹰ‬‫ﺣ‬‫ﺣ‬ُ‫ﺍﷲُﷲ‬‫ﺍ‬‫ﻢ‬‫ﻗﹶﻗﹶﻜﹸﻜﹸﻢ‬‫ﺯ‬‫ﺯ‬‫ﺭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﺎ‬‫ﻤﻤ‬‫ﻣ‬‫ﻣ‬‫ﺍ‬‫ﺍ‬‫ﻮﻮ‬857 ‫ﻜﹸﻛﻠﹸﻠﹸ‬‫ﻓﹶﻭ‬
.(:‫ﺍﻟﻨﺤﻞ‬
.()
‫‪‬ﻣ‪.(‬ﻦ‪‬ﺑ‪‬ﻌ‪‬ﺪ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻩ‪‬ﻟ‪‬ﻠﻨ‪‬ﺎﺱﹺ‪‬ﻓ‪‬ﻲ ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‪‬ﺘ‪‬ﺎﺏﹺ‪،‬‬‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﻬ‪:‬ﺪ‪‬ﻯ ‪‬‬
‫ﹸﻭﻟ‪‬ﺌ‪‬ﺍﻟﱠﻚ‪‬ﺬ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻠﹾﻦ‪‬ﻌ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻜﹾﺘﻢ‪‬ﻤ‪‬ﺍﻮ‪‬ﷲُﻥﹶ‪‬ﻭ‪‬ﻣﻳ‪‬ﻠﹾ‪‬ﺂ‪‬ﻌ‪‬ﺃﹶﻨ‪‬ﻧ‪‬ﻬ‪‬ﺰ‪‬ﻟﹾﻢ‪‬ﻨ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﻣ‪‬ﻼﱠﻦ‪‬ﻋ‪‬ﻨ‪‬ﺍﻟﹾﻮ‪‬ﺒ‪‬ﻴ‪‬ﻥﹶﻨ‪‬ﺎ‪)‬ﺕ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾ‬
‫ﺇﹺﺃﻥﱠ‬
‫‪‬ﻴ‪‬ﺒ‪‬ﺎ(‪.‬ﻭ‪‬ﻻﹶﺗ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻌ‪‬ﻮ‪‬ﺍ ‪‬ﺧ‪‬ﻄﹸﻮ‪‬ﺍﺕ‪ ‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎﻥ‪ ،‬ﺇﹺﻧ‪‬ﻪ‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﻻﹰ ‪:‬ﻃﹶـ‬
‫ﺽﹺ ‪)‬ﺣ‪‬ﻼﹶ‬‫ﻚ‪‬ﺎ‪‬ﻳ‪‬ﻠﹾﺍﻟﻨﻌ‪‬ﺎﻨ‪‬ﻬ‪‬ﺱ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻛﹸﻠﹸﷲُ‪‬ﻮ‪‬ﺍﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻠﹾﻣ‪‬ﻌ‪‬ﻤﻨ‪‬ﺎﻬ‪‬ﻓﻢ‪‬ﻰﺍﻟ‪‬ﺍﹾﻼﱠﻷَﻋ‪‬ﻨ‪‬ﺭ‪‬ﻮ‪‬ﻥﹶ‬ ‫ﺃﻳ‪‬ﺎﹸﻭﻟ‪‬ﺌ‪‬ﺃﻳ‪‬ﻬ‬
‫‪LAMPIRAN‬‬ ‫‪‬ﺍﹾ(‪.‬ﻷَ‪‬ﺭ‪‬ﺽﹺ ‪‬ﺣ‪‬ﻼﹶﻻﹰ ‪‬ﻃﹶـﻴ‪‬ﺒ‪‬ﺎ ‪‬ﻭ‪‬ﻻﹶﺗ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻌ‪‬ﻮ‪‬ﺍ ‪‬ﺧ‪‬ﻄﹸﻮ‪‬ﺍﺕ‪ ‬ﺍﻟﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻄﹶﺎﻥ‪ ،‬ﺇﹺﻧ‪‬ﻪ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﻤ‪‬ﺎ‪:‬ﻓ‪‬ﻰ‬ ‫‪)‬ﻮ‪‬ﺍ ‪‬ﻣ‪‬‬ ‫ﻟﹶﻳ‪‬ﺎﻜﹸ‪‬ﺃﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎﻋ‪ ‬ﺪ‪‬ﺍﻟﻭ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺒﹺﺱ‪‬ﻴ‪ ‬ﻦ‪‬ﻛﹸﻠﹸ‬
‫ﻟﹶ ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﻋ‪‬ﺪ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﺒﹺﻴ‪‬ﻦ‪)‬ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪.(:‬‬
‫ﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺃﻳ‪‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳ‪‬ﻦ‪‬ﺁﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻛﹸﻠﹸﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻃﹶﻴ‪‬ـﺒ‪‬ﺎﺕ‪‬ﻣ‪‬ﺎﺭ‪‬ﺯ‪‬ﻗﹾﻨ‪‬ﺎﻛﹸﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺷ‪‬ﻜﹸﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﷲِ‪‬ﺇﹺﻥﹾ‪‬ﻛﹸﻨ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﺇﹺﻳ‪‬ﺎﻩ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﻭ‪‬ﻥﹶ‪‬‬
‫‪‬ﻲﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻩ‪‬ﻟﹾ‪‬ﺗ‪‬ﻜ‪‬ﻌ‪‬ﺘﺒ‪‬ﺎﺪ‪‬ﺏﻭ‪‬ﹺ‪،‬ﻥﹶ‪‬‬
‫ﺱﹺ‪‬ﻢ‪‬ﻓ‪‬ﺇﹺ‬‫‪‬ﻯﻛﹸ‪‬ﻣ‪‬ﻢ‪‬ﻦ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺑ‪‬ﻌ‪‬ﺷ‪‬ﺪ‪‬ﻜﹸ‪‬ﺮ‪‬ﻣ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨﷲِ‪‬ﺎ‪‬ﻩ‪‬ﺇﹺ‪‬ﻟﻥﹾ‪‬ﻠﻨ‪‬ﺎﻛﹸﻨ‪‬ﺘ‪‬‬ ‫ﺕ‪‬ﻣﻭ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻟﹾﺭ‪‬ﻬ‪‬ﺯ‪‬ﻗﹾﺪﻨ‪‬ﺎ‬ ‫‪‬ـﻴ‪‬ﺒﻨ‪‬ﺎ‪‬ﺎﺕ‪‬‬
‫‪‬ﻤ‪‬ﺁ(‪.‬ﻮ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻥﹶﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻣ‪‬ﺂﻛﹸ‪‬ﻠﹸﺃﹶﻧ‪‬ﻮ‪‬ﺍﺰ‪‬ﻟﹾ‪‬ﻨﻣ‪‬ﺎ‪‬ﻦ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻃﹶ‪‬ﻴﺍﻟﹾﺒ‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪‬ﺍﻦ‪‬ﻟﱠ‪:‬ﻳ‪‬ﺬ‪‬ﻳ‪‬ﻜﹾﻦ‪‬ﺘ‪‬‬
‫ﺇﹺﻳ)‪‬ﺎﻥﱠ‪‬ﺃﺍﻳ‪‬ﻟﱠﻬﺬ‪‬ﺎﻳ‪‬‬
‫‪“Dan makanlah makanan‬‬ ‫‪ .(yang‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪:‬‬ ‫‪halal‬‬ ‫‪lagi‬ﻥﹶ‪)‬‬ ‫‪baik‬ﻼﱠﻋ‪‬ﻨ‪‬ﻮ‪‬‬ ‫‪dari‬ﻌ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟ‬ ‫‪.(yang‬ﷲُ‪‬ﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻠﹾ‬ ‫‪‬ﻢ‪‬ﺍ‬ ‫‪Allah‬ﻳ‪‬ﻠﹾ‪:‬ﻌ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬‬
‫ﹸﻭﻟﺌ‪‬ﻚ‪‬‬ ‫ﺃ)‪‬‬
‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ‪telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah‬‬ ‫‪yang‬‬
‫ﺍﳌﺎﺋﺪﺓﻪ‪:‬‬
‫‪kamu‬‬ ‫‪beriman‬ﻥ‪ ،‬ﺇﹺﻧ‪‬‬
‫”‪kepada-Nya‬ﻪ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻣ‪‬ﺕ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﻮ‪‬ﺸ‪‬ﻴ‪‬ﻥﹶﻄﹶﺎ‪)‬‬
‫ﹶـﻴ‪‬ﺍﺒ‪‬ﺎﷲَ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﱠﻻﹶﺗ‪‬ﺬ‪‬ﺘ‪‬ﺒﹺﻱ‪‬ﻌ‪ ‬ﻮ‪‬ﺍﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪‬ﺧ‪ ‬ﻄﹸﺑﹺ‬
‫‪al-Ma’idah‬ﻻﹰﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺗ‪‬ﻘﻃﹸﻮﺍ‬
‫‪(QS.‬‬ ‫ﹶـ‪‬ﻴ‪‬ﺒﺣ‪‬ﺎ‪،‬ﻼﹶ‬
‫ﻼﹶﻷَﻻﹰﺭ‪‬ﻃﺽﹺ‬ ‫‪‬ﻰ ‪‬ﺍﹾ‬ ‫‪88).‬ﻣ‪‬ﺍﻤ‪‬ﺎﷲُ‪‬ﻓ‬
‫‪[5]:‬ﺣ‪‬‬ ‫ﻳ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺃﻛﹸﻳ‪‬ﻠﹸﻬﻮ‪‬ﺎ‪‬ﺍ ‪‬ﺍﻟﻣ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻤ‪‬ﺎﺱ‪ ‬ﺭ‪‬ﺯ‪‬ﻛﹸﻗﹶﻠﹸﻮﻜﹸ‪‬ﺍﻢ‪‬‬
‫‪‬ﻼﹶ(‪.‬ﻻﹰ‪‬ﻃﹶـﻴ‪‬ﺒ‪‬ﺎ‪ ،‬ﻭ‪‬ﺍﺗ‪‬ﻘﹸﻮﺍ ‪‬ﺍﷲَ ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻱ‪ ‬ﺃﹶﻧ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪ ‬ﺑﹺﻪ‪ ‬ﻣ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻮ‪‬ﻥﹶ ‪)‬ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ‪:‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﷲُ‪ :‬ﺣ‪‬‬ ‫ﻟﹶﻭ‪‬ﻜﹸ‪‬ﻛﹸﻢ‪‬ﻠﹸ‪.(‬ﻮﻋ‪‬ﺍ‪‬ﺪ‪‬ﻣ‪‬ﻭ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻣ‪‬ﺒﹺﻴ‪‬ﺭ‪‬ﻦ‪‬ﺯ‪‬ﻗﹶ‪)‬ﻜﹸﻢ‪ ‬ﺍ‬
‫‪.(‬‬ ‫‪‬‬
‫ﺖ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺍ‪‬ﷲِﷲِ‪‬ﺇﹺﺇﹺﻥﹾﻥﹾ‪‬ﻛﹸﻨ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪ ‬ﺇﹺﻳ‪‬ﺎﻩ‪‬ﺗ‪‬ﺗ‪‬ﻌ‪‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﺪ‪‬ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﻥﹶﻥﹶ‪‬‬
‫‪“Maka‬‬ ‫‪makanlah‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪‬ﺎ‪،‬ﻣ‪‬ﺎﺭ‪‬ﻭ‪‬ﺍﺯ‪‬ﻗﹾﺷ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻜﹸﻛﹸﺮ‪‬ﻭﻢ‪‬ﺍ‪‬ﻭﻧﹺ‪‬ﺍﻌ‪‬ﺷ‪‬ﻤ‪‬ﻜﹸﺮ‪‬‬
‫‪halal‬‬ ‫‪lagi‬‬ ‫ﺕ‪‬‬ ‫ﹶـﻴ‪‬ﺒ‬
‫‪baik‬‬ ‫‪‬ـﺒ‪‬ﺎ‬ ‫ﻳﻓﹶ‪‬ﺎ‪‬ﺃﻜﹸﻳ‪‬ﻠﹸﻬﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺎ ‪‬ﺍﻟﱠﻣ‪‬ﺬ‪‬ﻤﻳ‪‬ﺎﻦ‪‬ﺭ‪‬ﺁﺯ‪‬ﻣ‪‬ﻗﹶﻨ‪‬ﻮﻜﹸ‪‬ﺍ‪‬ﻢ‪ ‬ﻛﹸﺍﻠﹸﻮﷲُ‪‬ﺍ‪‬ﻣ‪‬ﺣ‪‬ﻦ‪‬ﻼﹶ‪‬ﻃﹶﻻﹰﻴ‪‬ﻃ‬
‫‪dari‬‬ ‫‪rezki‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪telah‬‬
‫‪diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika‬‬
‫‪hanya‬ﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﻭ‪‬ﻥﹶ‪‬‬
‫‪kamu‬‬ ‫‪kepada-Nya‬ﻨ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪ ‬ﺇﹺﻳ‪‬ﺎﻩ‪ ‬ﺗ‪‬‬ ‫”‪menyem-bah‬ﻧﹺﻌ‪‬ﻤ‪‬ﺖ‪ ‬ﺍﷲِ ‪‬ﺇﹺﻥﹾ ‪‬ﻛﹸ‬ ‫‪(QS.‬ﻃﹶـﻴ‪‬ﺒ‪‬ﺎ‪ ،‬ﻭ‪‬ﺍﺷ‪‬ﻜﹸﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺍ ‪‬‬ ‫‪an-Nahl‬ﺣ‪‬ﻼﹶﻻﹰ‬ ‫(‪.‬ﻜﹸﻢ‪ ‬ﺍﷲُ ‪‬‬ ‫‪.([16]:‬ﺯ‪‬ﻗﹶ‬‫‪‬ﺭ‪‬‬
‫‪‬‬ ‫ﺍﻟﻨﺤﻞ‪:‬ﻣ‪:‬ﻤ‪‬ﺎ ‪‬‬ ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬
‫)ﻓﹶ)ﻜﹸﻠﹸﻮ‪‬ﺍ‬
‫‪114).‬‬

‫‪Ayat-ayat di atas bukan saja menyatakan bahwa mengkonsumsi‬‬


‫)‪‬ﺍﻟﻨﺤﻞ‪.(:‬‬
‫ﺍﳌﺎﺋﺪﺓﺑﹺﻪ‪:‬‬
‫‪yang halal‬‬ ‫‪hukumnya‬ﺎ‪)‬ﺃﹶﻣ‪‬ﺮ‪ ‬‬ ‫‪wajib‬ﺘ‪‬ﻣ‪‬ﻢ‪‬ﺮ‪ ‬ﺍﺑﹺﻟﹾﻪ‪‬ﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﺆ‪‬ﻨﹺﻴ‪‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻦ‪‬ﻮ‪‬ﺑﹺﻥﹶﻤ‬ ‫‪karena‬ﻭ‪‬ﺇﹺ‪‬ﺍﻟﱠﻥﱠﺬ‪‬ﺍﻱ‪‬ﷲَ‪‬ﺃﹶ‪‬ﺃﹶﻧ‪‬‬ ‫ﹸﻮﺍﺒ‪‬ﺎ‪‬ﺍ‪ .‬ﷲَ‬ ‫ﹶـﺗ‪‬ﻴﻘ‪‬ـ‬ ‫‪merupakan‬ﻃ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‬ ‫‪‬ﺎ‪،‬‬
‫ﹶـﻴ‪‬ﺒﻻﱠ ‪‬‬ ‫‪perintah‬ﷲُﻴ‪ ‬ﺐ‪‬ﺣ‪‬ﻼﹶﻻﹶﻳ‪‬ﻻﹰﻘﹾﺒ‪‬ﻃﻞﹸ ‪‬ﺇﹺ‬ ‫‪agama,‬ﻤﺱ‪‬ﺎ!‪‬ﺭ‪‬ﺇﹺﺯ‪‬ﻥﱠﻗﹶ ‪‬ﺍﻜﹸﻢ‪‬ﷲَ‪‬ﺍﻃﹶ‬ ‫ﺃﹶﻭ‪‬ﻳ‪ ‬ﻛﹸﻬﻠﹸ‪‬ﺎﻮ‪‬ﺍﺍﻟ‪‬ﻨ‪‬ﺎﻣ‪‬‬
‫‪tetapi juga menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan salah bentuk‬‬
‫‪‬ـﺒﻥﱠ‪‬ﺎ ‪‬ﺍﺕ‪‬ﷲَ‪ ‬ﻭﺃﹶ‪‬ﺍﻣ‪‬ﻋ‪‬ﺮ‪‬ﻤ‪‬ﻠﹸﺍﻟﹾﻮ‪‬ﺍﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﺻﻨﹺ‪‬ﺎﻴ‪‬ﻟ‪‬ﻦ‪‬ﺤ‪‬ﺑﹺ‪‬ﺎ‪،‬ﻤ‪‬ﺎﺇﹺﻧ‪‬ﺃﹶﻲ‪‬ﻣ‪‬ﺮ‪‬ﺑﹺ‪‬ﺑﹺﻤ‪‬ﺎﻪ‪‬‬ ‫ﱠـﻴ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺ‬ ‫‪‬ـﺒﻄ‪‬ﺎ‪.‬‬ ‫ﹶـﻴ‪‬ﺍﻟ‬ ‫ﺐ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺮ‪‬ﻻﹶﻳ‪‬ﺳ‪‬ﻘﹾﺒ‪‬ﻞﹸ ‪‬ﻞﹸ ‪‬ﻛﹸﺇﹺﻠﹸﻮﻻﱠ‪‬ﺍ‪‬ﻃﻣ‪‬ﻦ‪‬‬ ‫ﺍﺃﹶﻟﹾﻳ‪‬ﻬﻤ‪‬ﺎﺮ‪.(‬ﺳ‪‬ﺍﻟ‪‬ﻠ‪‬ﻨﻴ‪‬ﺎﻦ‪‬ﺱ‪!.‬ﻓﹶ‪‬ﺇﹺﻘﹶﺎﻥﱠﻝﹶ‪‬ﺍ‪ :‬ﷲَﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﻃﹶﻴ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬‬
‫‪perwujudan dari rasa syukur dan keimanan kepada Allah. Sebaliknya,‬‬
‫ﻣﺴﻠﻢ‪‬‬
‫ﺭﻭﺍﻩﻧ‪‬ﻲ‪ ‬ﺑﹺﻤ‪‬ﺎ‬
‫‪mengkonsumsi‬‬ ‫‪yang‬ﺤ‪)‬ﺎ‪ ،‬ﺇﹺ‬ ‫‪tidak‬ﻮﺯ‪‬ﺍﻗﹾﻨ‪‬ﺎﺻﻛﹸ‪‬ﺎﻟ‪‬ﻢ‪‬‬ ‫ﺕ‪‬ﺍ‪‬ﻋ‪‬ﻣ‪‬ﺎﻤ‪‬ﻠﹸﺭ‪‬‬ ‫ﺕ‪‬ﺎ‪‬ﻭ‬ ‫‪halal‬ﺒ‬
‫ﱠـﻦ‪‬ﻴ‪‬ـﻃﹶﺒﻴ‪‬ﺎ‪‬ـ‬ ‫‪sebagai‬ﻦ‪‬ﻛﹸ‪‬ﻠﹸﺁﻮﻣ‪‬ﺍﻨ‪‬ﻮ‪‬ﺍﻣ‪‬ﻦ‪‬ﻛﹸ‪‬ﻠﹸﺍﻟﻮ‪‬ﺍﻄ‪‬ﻣ‪‬‬
‫‪dipandang‬‬ ‫‪mengikuti‬ﻳﻬ‪‬ﺎ‪‬ﺎ‪‬ﺃ‪‬ﻳ‪‬ﺍﻟﻬﺮ‪‬ﺎ‪‬ﺍﺳ‪‬ﻟﱠﻞﹸﺬ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫‪:‬‬
‫‪ajaran‬ﻦ‪‬ﻋ‪.‬ﻠ‪‬ﻴ‪‬ﻓﹶﻢ‪‬ﻘﹶﺎ‪.‬ﻝﹶﻭ‪‬ﻗ‪:‬ﹶﺎ‪‬ﻳﻝﹶ‪‬ﺎﺃﹶﻳ‪‬‬ ‫ﺍﺗ‪‬ﻟﹾ‪‬ﻌ‪‬ﻤ‪‬ﻤ‪‬ﺮ‪‬ﻠﹸﻮ‪‬ﺳ‪‬ﻠ‪‬ﻥﹶﻴ‪‬‬
‫ﻣﺴﻠﻢ‪‬‬‫ﺭﻭﺍﻩﻌ‪‬ﺒ‪‬ﺪ‪‬ﻭ‪‬ﻥﹶ‬ ‫ﺖ‪‬ﺎ‪‬ﺍﺕ‪‬ﷲِ‪‬ﻣﺇﹺ‪‬ﺎﺭ‪‬ﻥﹾﺯ‪‬ﻗﹾﻨﻛﹸ‪‬ﺎﻨ‪‬ﺘ‪‬ﻛﹸﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺇﹺﻳ‪)‬ﺎﻩ‪ ‬ﺗ‪‬‬ ‫‪‬ﺎ‪،‬ﻮ‪‬ﺍﻭ‪‬ﺍﻛﹸﺷ‪‬ﻠﹸﻮﻜﹸ‪‬ﺍﺮ‪‬ﻣ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻦ‪‬ﻧﹺﻌ‪‬ﻃﹶﻴﻤ‪‬ـﺒ‬ ‫ﹶـ‪‬ﻴ‪‬ﺁﺒﻣ‪‬ﻨ‪‬‬ ‫ﻫﺮﻳﺮﺓﺯ‪‬ﻗﹶ‪.(.‬ﻭ‪‬ﻜﹸﻗ‪‬ﹶﺎﻢ‪ ‬ﻝﹶﺍ‪:‬ﷲُﻳ‪‬ﺎ‪‬ﺃﺣ‪‬ﻳ‪‬ﻬﻼﹶ‪‬ﺎ‪‬ﻻﹰﺍﻟﱠ‪‬ﺬ‪‬ﻳ‪‬ﻃﻦ‪‬‬ ‫ﺃﰊﻥﹶﻣ‪‬ﻤﻋ‪‬ﺎﻠ‪‬ﻴ‪‬ﺭ‪‬ﻢ‪‬‬ ‫ﻋﻦﻤ‪‬ﻠﹸﻮ‪‬ﺍﻮ‪‬‬ ‫ﻓﹶﺗ‪‬ﻌ‪‬ﻜﹸﻠﹸ‬
‫‪syaitan.‬‬
‫‪Mengkonsumsi yang tidak halal (haram) menyebabkan segala‬‬
‫‪amal ibadah yang dilakukan tidak akan diterima oleh Allah‬‬ ‫‪.(.(SWT.‬‬ ‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‬ ‫ﺍﻟﻨﺤﻞ‪:‬‬
‫‪Nabi‬ﺃﰊ‪‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬‬ ‫)‪‬‬
‫‪saw. dalam sebuah hadisnya menyatakan:‬‬ ‫ﻭ‪‬ﻃﹶﺎﻋ‪‬ﺔﹲ‪‬ﻣ‪‬ﻤ‪‬ﻦ‪‬ﺣ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻣ‪‬ﺎ‪‬ﻳ‪‬ﺄﹾﻛﹸﻞﹸ ‪‬‬
‫ﺐ‪ ‬ﻻﹶﻳ‪‬ﻘﹾﺒ‪‬ﻞﹸ ‪‬ﺇﹺﻻﱠ ‪‬ﻃﹶـﻴ‪‬ـﺒ‪‬ﺎ‪ .‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻥﱠ ‪‬ﺍﷲَ ‪‬ﺃﹶﻣ‪‬ﺮ‪ ‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﺆ‪‬ﻣ‪‬ﻨﹺﻴ‪‬ﻦ‪ ‬ﺑﹺﻤ‪‬ﺎ ‪‬ﺃﹶﻣ‪‬ﺮ‪ ‬ﺑﹺﻪ‪‬‬ ‫ﷲَ‪‬ﻳ‪‬ﺄﹾﻃﹶﻴ‪‬ﻛﹸﻞﹸ‬ ‫ﺃﹶﻳ‪‬ﻭ‪‬ﻬ‪‬ﺎﻃﹶﺎ‪‬ﻋ‪‬ﺍﻟﻨﺔﹲ‪‬ﺎ‪‬ﻣ‪‬ﺱ‪‬ﻤ‪!‬ﻦ‪‬ﺇﹺﻥﱠﺣ‪ ‬ﺮﺍ‪‬ﺍﻣ‪‬ﺎ‬
‫‪‬ﺎ‪،‬ﻨ‪‬ﺎ‪‬ﺇﹺﻧ‪‬ﺱﹺ‪،‬ﻲ‪‬ﻓﹶﺑﹺ ‪‬ﻤ‪‬ﺎﻦﹺ‪‬‬ ‫ﺻ‪‬ﺎﻣ‪‬ﻟ‪‬ﻦ‪‬ﺤ‪‬ﺍﻟ‬ ‫ﺕ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹶ‪‬ﻭﻤ‪‬ﺍﻬ‪‬ﻋ‪‬ﻦ‪‬ﻤ‪‬ﻠﹸﻮﻛﹶ‪‬ﺍﺜ‪‬ﻴ‪‬ﺮ‪ ‬‬ ‫‪‬ـﺒ‪‬ﺎﻻﹶﻳ‪‬‬ ‫ﱠـ‪‬ﺎﻴﺕ‪‬‬ ‫‪‬ـﻄﺘ‪‬ﺒﹺﻬ‬ ‫ﺍﺍﹶﻟﹾﻟﹾﻤ‪‬ﺤ‪‬ﺮ‪‬ﺳ‪‬ﻼﹶﻠ‪‬ﻴ‪‬ﻝﹸ ‪‬ﻦ‪‬ﺑ‪.‬ﻴ‪ ‬ﻦ‪‬ﻓﹶ‪‬ﻘﻭﹶﺎ‪‬ﺍﻟﹾﻝﹶ‪:‬ﺤ‪‬ﺮﻳ‪‬ﺍ‪‬ﺎﻡ‪‬ﺃﹶﻳ‪‬ﺑ‪‬ﻬﻴ‪‬ﺎﻦ‪‬ﺍﻟﻭ‪‬ﺮ‪‬ﺑ‪‬ﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺳ‪‬ﻬ‪‬ﻞﹸﻤ‪‬ﺎ‪‬ﻛﹸﺃﻠﹸﻣ‪‬ﻮ‪‬ﺍﻮ‪‬ﺭ‪‬ﻣ‪‬ﻣ‪‬ﻦ‪‬ﺸ‪‬ﺍﻟ‬
‫ﻣﺴﻠﻢﻦﹺ‪‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩﺱ‪‬ﹺ‪ ،‬ﻓﹶﻤ‪‬‬ ‫ﺕ‪‬ﻬ‪‬ﻣﻦ‪‬ﺎ‪‬ﺭ‪‬ﻛﹶﺯ‪‬ﺜ‪‬ﻗﹾﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺎﺮ‪ ‬ﻛﹸﻣ‪‬ﻢ‪‬ﻦ‪) ‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺎ‬ ‫‪‬ـﻳ‪‬ﺒﻌ‪‬ﺎﻠﹶ‬
‫ﻣﺴﻠﻢ(ﻤ‪‬‬ ‫ﺕ‪‬ﻃﹶ‪‬ﻴ‪‬ﻻﹶ‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‬‫‪‬ـﺘ‪)‬ﺒﹺﻣ‪‬ﻬ‪‬ﺎﻦ‪‬‬ ‫ﺿ‪‬ﻪ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‬ ‫‪‬ـ‪‬ﻴﺒ‪‬ﺍﻨ‪‬ﻟﱠﺮ‪‬ﺃﹶﻬ‪‬ﺬ‪‬ﻳ‪‬ﻟ‪‬ﻤ‪‬ﺎﺪ‪‬ﻦ‪‬ﻳ‪‬ﺃﹸ‪‬ﻨﹺﺁﻣ‪‬ﻪ‪‬ﻣ‪‬ﻮ‪‬ﻨ‪‬ﺭ‪‬ﻭ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻋ‪‬ﻣ‪‬ﺮ‪‬ﻛﹸﺸﻠﹸ‬
‫‪:‬ﻳﺑ‪‬ﺍﻴ‪‬ﺎ‪‬ﺃﻦ‪‬ﺳ‪‬ﻳ‪‬ﺘ‪‬ﻬﻭ‪‬ﺎﺑ‪‬‬ ‫ﺕ‪‬ﺤ‪‬ﹶﺎ‪‬ﺮﻓﹶ‪‬ﺍﻝﹶﻘﹶﻡ‪‬ﺪ‪‬‬ ‫‪‬ـﻦ‪‬ﺒ‪‬ﻢ‪‬ﻬﻭ‪‬ﺎ‪.‬ﺍﻟﹾﻭ‪‬ﻗ‬ ‫ﺗ‪‬ﺍﹶﻟﹾﺗ‪‬ﻌ‪‬ﻘﻤ‪‬ﺤ‪‬ﻠﹸﹶﻰﻮ‪‬ﻼﹶﺍﻟﻥﹶﻝﹸ‪‬ﺸﺑ‪‬ﻋ‪‬ﻴ‪‬ﻠ‪‬ﻴ‪‬‬
‫ﻫﺮﻳﺮﺓﻬ‪‬ﺎ(‪.‬ﺕ‪‬ﻓﹶﻘﹶﺪ‪‬ﺍﺳ‪‬ﺘ‪‬ـﺒ‪‬ﺮ‪‬ﺃﹶ‪‬ﻟ‪‬ﺪ‪‬ﻳ‪‬ﻨﹺﻪ‪‬ﻭ‪‬ﻋ‪‬ﺮ‪‬ﺿ‪‬ﻪ‪)‬ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻣﺴﻠﻢ( ‪‬‬ ‫ﻋﻦ‪‬ﹶﻰ‪‬ﺃﰊﺍﻟ‪‬ﺸ‪‬ـﺒ‪‬‬ ‫ﺍﺗ‪‬ﻘ‪‬‬
‫‬

‫‪umat‬ﺤ‪‬ﻖ‪ ‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻥﹾ‪‬‬
‫‪“Wahai‬‬ ‫!‪manusia‬ﺑﹺﻐ‪‬ﻴ‪‬ﺮﹺ ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫‪Sesungguhnya‬ﻭ‪‬ﺍﹾﻹِﺛﹾﻢ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﺒ‪‬ﻐ‪‬ﻲ‪‬‬ ‫‪Allah‬ﻬ‪‬ﺮ‪ ‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﻄﹶﻦ‪ ‬‬ ‫‪adalah‬ﺶ‪ ‬ﻣ‪‬ﺎﻇﹶ‬ ‫‪tayyib‬ﻲ‪ ‬ﺍﻟﹾﻔﹶﻮ‪‬ﺍﺣ‪‬‬ ‫‪(baik),‬ﺣ‪‬ﺮ‪‬ﻡ‪ ‬ﺭ‪‬ﺑ‪‬‬ ‫ﻗﹸ‪‬ﻞﹾ ‪‬ﺇﹺﻧ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‬
‫‪tidak‬‬
‫‪akan‬ﻖ‪ ‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻥﹾ‪‬‬ ‫‪menerima‬ﻐ‪.‬ﻴ‪‬ﺮﹺ ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬‬ ‫ﷲِ‪‬ﻢ‪‬ﻣ‪‬ﺎﻭ‪‬ﺍﻻﹶﻟﹾﺗ‪‬ﺒ‪‬ﻌ‪‬ﻐ‪‬ﻠﹶﻤ‪‬ﻲ‪‬ﻮ‪‬ﺑﹺﻥﹶ‬ ‫ﹶىﺎﻹِﺛﹾ‬ ‫‪yang‬ﻘﹸﻣ‪‬ﺎﻮ‪‬ﻟﹸ‪‬ﺑ‪‬ﻮ‪‬ﺍﻄﹶ‪‬ﻋﻦ‪‬ﻠ‪‬ﻭ‪‬ﺍﹾ‬
‫‪kecuali‬‬ ‫‪tayyib‬ﺎﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻬ‪‬ﺎﻥﹾ‪‬ﺗﻭ‪‬‬ ‫‪‬ـﻇﹶﻠﹾﻬ‪‬ﻄﺮ‪‬ﹶﺎﻧ‬ ‫ﺶ‪ ‬ﺳﻣ‪‬ﺎ‬ ‫‪‬ـﺰ‪‬ﻮﻞﹸ‪‬ﺍﻝﹾﺣ‪‬ﺑﹺﻪ‪‬‬
‫‪(baik‬‬ ‫‪dan‬ﻟﹾﻛﹸﻔﹶ‬ ‫;)‪halal‬ﺎﺮ‪‬ﺍﻟﹶﺭ‪‬ﺑ‪‬ﻣﻢ‪‬ﺎ‪‬ﻲ‪‬ﻳ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‪‬ﺄﹾﺍ‬
‫‪dan‬ﻧ‪‬ﺔﹲﻛﹸ‪‬ﻤﻮ‪‬ﺎ‪‬ﺍﻣ‪‬ﺑﻤ‪‬ﹺﺎﺣ‪‬ﻦ‪‬ﺮ‪‬ﷲِ‪‬ﻡ‪‬ﺣ‪‬ﻣ‬ ‫ﺗ‪‬ﻭ‪‬ﻗﹸﻃﻞﹾﺸ‪‬ﹶﺎ‪‬ﺮﹺﺇﹺﻋ‪‬‬
‫‪Allah memerintahkan kepada orang beriman segala apa yang Ia‬‬
‫‪perintahkan‬‬ ‫‪kepada‬ﻮ‪‬ﻥﹶ‪ .‬‬ ‫‪para‬ﷲِ‪‬ﻣ‪‬ﺎﻻﹶﺗ‪‬ﻌ‪‬ﻠﹶﻤ‪‬‬ ‫‪rasul.‬ﻋ‪‬ﻠﹶىﺎ‬ ‫‪Ia‬ﻥﹾ‪‬ﺗ‪‬ﻘﹸﻮ‪‬ﻟﹸﻮ‪‬ﺍ‬ ‫‪berfirman,‬ﺎ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶ‬‫‪‬ـﺰ‪‬ﻝﹾ‪‬ﺑﹺﻪ‪‬ﺳ‪‬ـﻠﹾﻄﹶﺎﻧ‬ ‫‪‘Hai‬‬ ‫!‪rasul-rasul‬ﻟﹶﻢ‪‬ﻳ‪‬ﻨ‬ ‫ﺗ‪ ‬ﺸ‪‬ﺮﹺﻛﹸﻮ‪‬ﺍ‪‬ﺑﹺﺎﷲِ‪‬ﻣ‪‬ﺎ‬
‫‪‬ـﻤ‪‬ﺮ‪‬ﺍﻦﹺﻡ‪‬‬
‫‪Makanlah‬‬ ‫ﺱﹺ‪،‬ﺣ‪‬ﻓﹶ‬ ‫‪‬ﻫ‪‬ﺍﻟﺬﻨﹶﺍ‪‬ﺎ ‪‬‬ ‫‪makanan‬ﻴ‪‬ﻝﹲﺮ‪  ‬ﻣ‪‬ﻭﻦ‪‬‬
‫‪dari‬‬ ‫‪yang‬ﻻﹶ‪‬ﻳ‪‬ﻫﻌ‪‬ﻠﹶﺬﹶﺍﻤ‪‬ﻬ‪ ‬ﻦ‪ ‬ﺣ‪‬ﻛﹶﻼﹶﺜ‪‬‬ ‫ﺏ‪‬‬ ‫‪‬ـﻜﺘ‪‬ﺒﹺﹶـﻬ‪‬ﺎﺬ‪‬ﺕ‪‬‬ ‫ﹾـ‬
‫‪baik-baik‬‬ ‫‪‬ـﺘ‪‬ﺃﹸﻜﹸﻣ‪‬ﻮ‪‬ﻢ‪‬ﺭ‪  ‬ﺍﻣ‪‬ﻟﺸ‬ ‫)‪(halal‬ﻤ‪‬ﺎ‬ ‫‪dan‬ﻴ‪‬ﻒ‪‬ﻦ‪ ‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺑ‪‬ﻟﹾﻴ‪‬ﻨ‪‬ﺴِﻬ‪‬ﻨ‬ ‫‪kerjakanlah‬ﻤﺤ‪‬ﺎﺮﺗ‪‬ﺍﻡ‪‬ﺼ‪‬ﺑ‪‬‬ ‫ﺍﹶﻟﹾﻭ‪ ‬ﺤ‪‬ﻻﹶﺗﻼﹶ‪‬ـﻝﹸﻘﹸ‪‬ﺑ‪‬ﻮ‪‬ﻴ‪‬ﻟﹸﻦ‪‬ﻮ‪‬ﺍ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹾ‪‬‬
‫‪amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa‬‬
‫‪‬ـﺬ‪‬ﺮ‪‬ﺍﺏ‪‬ﻡ‪‬‬
‫‪yang‬‬ ‫ﹶـ‬‫‪kamu‬ﺣ‬‫’‪kerjakan‬ﺍﻭ‪‬ﻫﷲِﺬﹶﺍ‪‬ﺍﻟﹾ ‪‬ﻜ‬ ‫‪‬ـﺬ(ﹶﺍﺮ‪‬ﻭ‪‬ﻥﹶﺣ‪‬ﻼﹶﻋ‪‬ﻠﻝﹲﹶﻰ ‪‬‬ ‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫ﺏ‪‬ﹾـ‪‬ﺘﻫ‬
‫‪(QS.‬‬ ‫ﺭﻭﺍﻩ‪‬ﻔ‬ ‫ﹾـﻟﱠﻪ‪‬ﺬ‪‬ﻜﻳ‪)‬ﻦ‪‬‬
‫‪al-Mu’minun‬ﻳ‪‬‬
‫ﹶـﺬ‪‬‬ ‫ﺿ‪‬‬‫ﺏﻨﹺﻜﹸ‪،‬ﻪ‪‬ﻢ‪‬ﻭ‪‬ﺇﹺﻋ‪‬ﻥﱠﺍﺮ‪‬ﻟ ‪‬ﺍ‬ ‫‪‬ـﺪ‪‬ﺘ‪‬ﻳ‪‬‬ ‫‪[23]:‬ﻟﺬ‪‬‬
‫ﹶـ‬‫‪‬ـﻟﹾﻜﺒ‪‬ﺮ‪‬ﺴِﺃﹶﻨ‬ ‫‪51),‬ﺳ‪‬ﺘﺍﻟﹾ‪‬ﺃﹶ‬
‫ﻒ‪‬‬‫ﺼ‪‬ﺪ‪‬ﺍﷲِ‬ ‫ﹶﻰﻓﹶﺗ‪‬ﻘﹶ‪‬ﺍ‬ ‫‪dan‬‬‫ﺕ‪‬ﻤ‪‬ﺎ‬ ‫‪berfiman‬ﻬ‪‬ﺎ‪‬ﻟ‪‬ﻋ‪‬ﻠ‬ ‫‪‬ـﻭﻮﺒ‪‬ﺍ‬ ‫‪‬ـﻘﹸﺸ‬
‫‪‬ـﻮ‪‬ﺮ‪‬ﻟﹸ‬ ‫‪‬ـﺗ‪‬ﻔﹾﺘﺍﻟ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﺍﻟ‪‬ﺗ‪‬ﺘﻭ‪‬ﻘﻻﹶ‬
‫‪rizki‬ﻥﹶﻋ‪.‬ﻠﹶﻰ‪ ‬ﺍﷲِ ‪‬ﺍﻟﹾﻜﹶـﺬ‪‬ﺏ‪ ،‬ﺇﹺﻥﱠ ‪‬ﺍﻟﱠﺬ‪‬ﻳ‪‬ﻦ‪ ‬ﻳ‪‬ﻔﹾـﺘ‪‬ـﺮ‪‬ﻭ‪‬ﻥﹶ ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ ‪‬ﺍﷲِ ‪‬ﺍﻟﹾﻜﹶـﺬ‪‬ﺏ‪‬‬
‫‪pula, ‘Hai orang yang beriman! Makanlah di antara‬‬ ‫‪‬ـﻮ‪‬‬ ‫‪‬ـﺤﺮ‪‬ﻭ‪‬ﺍ‬ ‫‪yang‬ﻠ‪‬‬
‫ﹾـ‬
‫‪‬ـﻔﹾﺘ‬ ‫ﻟ‪‬ﺘﻻﹶ‪‬ﻳ‪‬ﻔ‬
‫‪baik-baik yang Kami berikan kepadamu...’ (QS. al-Baqarah [2]:‬‬
‫‪‬ـﺮ‪‬ﻡ‪‬ﻮ‪ ‬ﻥﹶﺭ‪.‬ﺑ‪‬ﻲ‪ ‬ﺍﻟﹾﻔﹶﻮ‪‬ﺍﺣ‪‬ﺶ‪ ‬ﻣ‪‬ﺎﻇﹶﻬ‪‬ﺮ‪ ‬ﻣ‪‬ﻨ‪‬ﻬ‪‬ﺎ ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﺎ ‪‬ﺑ‪‬ﻄﹶﻦ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﹾﻹِﺛﹾﻢ‪ ‬ﻭ‪‬ﺍﻟﹾﺒ‪‬ﻐ‪‬ﻲ‪ ‬ﺑﹺﻐ‪‬ﻴ‪‬ﺮﹺ ‪‬ﺍﻟﹾﺤ‪‬ﻖ‪ ‬ﻭ‪‬ﺃﹶﻥﹾ‪‬‬
‫‪172) (HR. Muslim dari Abu Hurairah).‬‬
‫ﻗﹸﻻﹶ‪‬ﻞﹾﻳ‪‬ﻔﺇﹺﻧ‪‬ﹾـﻤﻠ‪‬ﺎ ‪‬ﺤﺣ‪‬‬
‫ﹶىﺎﻐ‪‬ﻴ‪‬ﷲِﺮﹺ‪‬ﻣﺍ‪‬ﺎﷲﻻﹶﺗ‪،ِ‬ﻌ‪‬ﻠﻓﹶ ‪‬ﻤ‪‬ﻮ‪‬ﻦﹺ‪‬ﻥﹶﺍ‪.‬ﺿ‪‬ﻄﹸﺮ‪‬ﻏﹶﻴ‪‬ﺮ‪‬ﺑ‪‬ﺎﻍﹴ‪‬‬ ‫‪‬ـ‪‬ﺰ‪‬ﻭﻝﹾ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺑﹺﺪ‪‬ﻪ‪‬ﻡ‪‬ﻭ‪‬ﺳﻟﹶ‪‬ـﺤ‪‬ﻠﹾﻢ‪‬ﻄ‪‬ﺍﹶﺎﻟﹾﻧ‪‬ﺎ‪‬ﺨ‪‬ﻨ‪‬ﻭ‪‬ﺃﹶﺰﹺﻳ‪‬ﻥﹾﺮﹺ‪‬ﺗ‪‬ﻭ‪‬ﻘﹸﻣﻮ‪‬ﺎﻟﹸﺃﹸﻮ‪‬ﺍﻫ‪‬ﻞﱠﻋ‪‬ﻠﺑﹺﻪ‪‬ﻟ‪‬‬ ‫ﺗ‪‬ﺇﹺﻧ‪‬ﺸ‪‬ﻤﺮﹺ‪‬ﺎﻛﹸﺣ‪‬ﻮﺮ‪‬ﺍﻡ‪‬ﺑ‪‬ﹺﺎﻋ‪‬ﻠﹶﷲِﻴ‪‬ﻜﹸﻣ‪‬ﺎﻟﹶﻢ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟﹾ‪‬ﻳ‪‬ﻤ‪‬ﻨﻴ‪‬ﺘ‪‬ﺔﹶ‬
‫‪Dalam lanjutan hadis di atas Nabi menceritakan seorang laki-‬‬
‫‪melakukan‬ﻴ‪‬ﺮ‪‬ﺑ‪‬ﺎﻍﹴ‪‬‬
‫‪laki yang‬‬ ‫‪perjalanan‬ﷲِ‪،‬ﻓﹶﻤ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﺿ‪‬ﻄﹸﺮ‪‬ﻏﹶ‬ ‫‪‬ﻪ‪.(‬ﻟ‪‬ﻐ‪‬ﻴ‪‬ﺮﹺ‪‬ﺍ‬ ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪‬ﺎﺃﹸ‪:‬ﻫ‪‬ﻞﱠ‪‬ﺑﹺ‬ ‫‪rambutnya‬ﺭ‪‬ﺤ‪‬ﻢ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻟﹾﺣ‪‬ﻴ‪‬ﺨ‪‬ﻢ‪‬ﻨ‪‬ﺰﹺ‪)‬ﻳ‪‬ﺮﹺ‪‬ﻭ‪‬‬
‫‪panjang,‬ﻣ‬ ‫‪acak-acakan‬ﻋ‪‬ﻠﹶﺍﻴ‪‬ﻟﹾﻪﻤ‪،‬ﻴ‪‬ﺘ‪‬ﺇﹺﺔﹶ‪‬ﻥﱠ‪‬ﻭﺍ‪‬ﺍﻟﷲَﺪ‪‬ﻡ‪‬ﻏﹶ‪‬ﻔﹸﻭ‪‬ﻟﹶﻮ‪‬‬ ‫ﺇﹺﻧ‪‬ﻭ‪‬ﻤﻻﹶ‪‬ﺎﻋ‪‬ﺎﺣ‪‬ﺩ‪‬ﺮ‪‬ﻡ‪‬ﻓﹶ‪‬ﻋ‪‬ﻼﹶﺇﹺﻠﹶﺛﹾﻴ‪‬ﻢ‪‬ﻜﹸ‪‬ﻢ‪‬‬
‫‪Imam‬ﺍﺫﹶﻡ‪ ‬ﺓﹸ‪‬‬
‫‪‬ـﺮﻮ‪‬‬ ‫‪Muslim,‬ﻭ‪‬ﺍ‪‬ﻟﹾﺣﻤ‪‬ﻮ‪‬ﻗﹸ‬
‫‬ ‫‪Sahih‬ﻼﹶﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻝﹲﻤ‪‬ﻨ‪‬ﻭﺨ‪‬ﻨﹺ‪‬ﻫﻘﹶﺬﺔﹸﹶﺍ‪‬‬ ‫‪Muslim,‬ﺍﹶﺍﷲِ‪‬ﺑﹺﺣ‪‬ﻪ‪‬‬ ‫‪‬ﻐ‪‬ﻴ‪.(‬ﻫﺮﹺ‪‬ﺬ‬ ‫ﺏ‪‬ﻟ‪‬‬ ‫‪(Bairut:‬ﺃﹸﺬ‪:‬ﻫ‪‬ﻞﱠ‬
‫ﹶـ‬ ‫ﹾـ‪‬ﻜﻭ‪‬ﻣ‬
‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‪‬ﺎ‬ ‫‪Dar‬ﻴ‪‬ﺨ‪‬ﻨ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟﺰﹺﻳ‪)‬ﺮﹺ‬
‫‪al-Fikr, 1993),‬ﺤ‪‬ﺘ‪‬ﺭ‪‬ﻢ‪‬ﻜﹸ‪‬ﺭ‪‬ﺍﻢ‪‬ﻟﹾﺣ‪‬‬
‫‪‬ـ‬ ‫ﻒ‪‬ﻥﱠﻭ‪‬ﺍ‪‬ﺍﻟ‪‬ﺃﹶﺪ‪‬ﷲَﻟﹾﻡ‪‬ﺴِﻏﹶﻨﻭ‪‬ﻔﹸﻟﹶﻮ‪‬‬ ‫ﺼ‪‬ﺘ‪‬ﺔﹸﺇﹺ‪‬‬ ‫‪juz‬ﻤﻋ‪‬ﺍ‪‬ﺎﻠﹶﻟﹾﺗ‪‬ﻴ‪‬ﻤ‪‬ﻪﻴ‪،‬‬ ‫ﺖ‪‬ﻮ‪‬ﻓﹶ‪h.‬ﻟﹸﻋ‪‬ﻮﻠﻼﹶ‪‬ﺍ‪I,‬ﻴ‪‬ﺇﹺﺛﹾﻜﹸﻢ‪‬ﻟ‪‬ﻢ‪‬‬ ‫‪‬ـﺩ‪‬ﻘﹸ‬‫ﻭ‪‬ﻭ‪‬ﺣ‪‬ﻻﹶﺮ‪‬ﻻﹶﺗﻣ‪‬ﻋ‪‬ﺎ‬
‫‪448.‬‬
‫ﺏ‪:‬ﺓﹸ‪‬‬ ‫ﹶـﻮ‪‬ﻗﹸﺬ‪‬ﻮ‪‬‬
‫ﺍﳌﺎﺋﺪﺓﺫﹶ‬ ‫ﺐﻨﹺﷲِﻘﹶﺔﹸ‪‬ﺍﻟﹾﻭ‪‬ﺍﻟﹾﻜ‬
‫‪)...‬ﻤ‪‬‬ ‫ﹶﻰ‪‬ﻋ‪‬ﻭﺍﻟﻠ‪‬ﺍﻨ‪‬ﻟﹾﹶﻰﻤ‪‬ﺼ‪‬ﻨ‪‬ﺍﺨ‪‬‬ ‫‪‬ـ‪‬ﺍﺢ‪‬ﺮ‪‬ﻭ‪‬ﷲِﻋ‪‬ﻠﻥﹶﺑﹺﻪ‪‬‬ ‫ﹾـ‪‬ﻐ‪‬ﺘﻴ‪‬ﺫﹸﺑﺮﹺ‬ ‫ﺨ‪‬ﻨ‪‬ﻥﱠ‪‬ﺰﹺﻣﻳ‪‬ﺎﺍﺮﹺﻟﱠﺫﹶ‪‬ﺬ‪‬ﻛﱠﻭ‪‬ﻳ‪‬ﻴ‪‬ﻣﺘ‪‬ﻦ‪‬ﺎﺃﹸﻢ‪ ‬ﻫ‪‬ﻳ‪‬ﻭ‪‬ﻞﱠﻔﻣ‪‬ﺎﻟ‪‬‬
‫ﺏﻢ‪‬ﻊ‪،‬ﺍ‪‬ﻟﹾﺇﹺ‪‬ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﹶـﻭ‪‬ﻟﹶﺍﻟﺬ‪‬ﺤ‪‬ﺴ‪‬ﺒ‪‬‬ ‫ﹶﻰﺤﻤ‪‬ﻴ‪‬ﺔﹸﺍﺘ‪‬ﺔﹸﷲِﻭ‪‬ﻣﻭ‪‬ﺎ‪‬ﺃﹶﺍ‪‬ﺍﻟﻟﹾﺪ‪‬ﻛﹶﻜﻡ‪‬ﻞﹶ‪‬‬ ‫‪‬ـﻳ‪‬ﺮ‪‬ﺔﹸﻋ‪‬ﻭ‪‬ﻠﹶ‪‬ﺍﻴ‪‬ﻭ ‪‬ﺍﻟﻜﹸﻨ‪‬ﻋ‪‬ﻢ‪‬ﻠﻄ‪‬ﻴ‪‬ﺍﻟﹾ‬ ‫‪‬ـﻤ‪‬ﻣ‪‬ﻔﹾﺘ‪‬ﺘﺮ‪‬ﺖ‪‬ﺩ‪‬‬ ‫ﻟ‪‬ﺘﻭ‪‬ﺍﺣ‪‬ﻟﹾﺮ‪‬‬
‫‪858‬‬
‫‪‬ـﻭﻮ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﻥﹶ‪.‬ﻄ‪‬ﻴ‪ ‬ﺤ‪‬ﺔﹸ ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﺎﺃﹶﻛﹶﻞﹶ ‪‬ﺍﻟﺴ‪‬ﺒ‪‬ﻊ‪ ‬ﺇﹺﻻﱠ ‪‬ﻣ‪‬ﺎﺫﹶﻛﱠﻴ‪‬ﺘ‪‬ﻢ‪ ‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﺎ ‪‬ﺫﹸﺑﹺﺢ‪ ‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻰ ‪‬ﺍﻟﻨ‪‬ﺼ‪‬ﺐﹺ ‪)...‬ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ‪:‬‬ ‫ﹾـﺮ‪‬ﻠ‪‬ﺩ‪‬ﻳ‪‬ﺤﺔﹸ ‪‬‬ ‫ﻻﹶ‪‬ﻭﻳ‪‬ﺍﻟﹾﻔ(‪.‬ﻤ‪‬ﺘ‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪.(‬‬
‫ﺇﹺﻧ‪‬ﻤ‪‬ﺎﺣ‪‬ﺮ‪‬ﻡ‪‬ﻋ‪‬ﻠﹶﻴ‪‬ﻜﹸﻢ‪‬ﺍﻟﹾﻤ‪‬ﻴ‪‬ﺘ‪‬ﺔﹶ‪‬ﻭ‪‬ﺍﻟﺪ‪‬ﻡ‪‬ﻭ‪‬ﻟﹶﺤ‪‬ﻢ‪‬ﺍﻟﹾﺨ‪‬ﻨ‪‬ﺰﹺﻳ‪‬ﺮﹺ‪‬ﻭ‪‬ﻣ‪‬ﺎﺃﹸﻫ‪‬ﻞﱠ‪‬ﺑﹺﻪ‪‬ﻟ‪‬ﻐ‪‬ﻴ‪‬ﺮﹺ‪‬ﺍﷲِ‪،‬ﻓﹶﻤ‪‬ﻦﹺ‪‬ﺍﺿ‪‬ﻄﹸﺮ‪‬ﻏﹶﻴ‪‬ﺮ‪‬ﺑ‪‬ﺎﻍﹴ‪‬‬
 .(:‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﻼﱠﻋ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻠﹾﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ُ‫ﺍﷲ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻠﹾﻌ‬‫ﻳ‬‫ﻚ‬‫ﺃﹸﻭﻟﺌ‬
.(
‫ﻪ‬‫ﺇﹺﻧ‬ ،‫ﻄﹶﺎﻥ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﺸ‬ ‫ﺍﺕ‬‫ﻄﹸﻮ‬‫ﺧ‬ ‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﺒﹺﻌ‬‫ﺘ‬‫ﻻﹶﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻃﹶـﻴ‬ ‫ﻼﹶﻻﹰ‬‫ﺣ‬ ‫ﺽﹺ‬‫ﺍﹾﻷَﺭ‬ ‫ﻰ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻛﹸﻠﹸﻮ‬ ‫ﺎﺱ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
‫ﻥﹶ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬ ‫ﺎﻩ‬‫ﺇﹺﻳ‬ ‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻛﹸﻨ‬ ‫ﺇﹺﻥﹾ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺖ‬‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬HIMPUNAN ‫ﻜﹸﺮ‬‫ﺍﺷ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻴ‬FATWA ‫ﻃﹶـ‬.(‫ﻻﹰ‬ ‫ﺣ‬:ُ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﷲ‬
‫ﻼﹶ‬MAJELIS ‫)ﻜﹸﻢ‬‫ﻗﹶ‬‫ﻦ‬‫ﺯ‬‫ﺭ‬‫ﺒﹺﻴ‬‫ﻣ‬INDONESIA
‫ﺍ‬ULAMA ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻭ‬‫ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻮ‬‫ﻟﹶﻓﹶﻜﹸﻜﹸﻠﹸﻢ‬
.(:‫ﺍﻟﻨﺤﻞ‬)
‫ﻥﹶ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﺎﻩ‬‫ﺇﹺﻳ‬berlumur
dan badannya ‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻛﹸﻨ‬‫ﺇﹺﻥﹾ‬ِ‫ﷲ‬‫ﺍ‬debu. ‫ﻭ‬‫ﻜﹸﺮ‬‫ﺍﺷ‬‫ﻭ‬Sambil ‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﻗﹾﻨ‬‫ﺯ‬‫ﺎﺭ‬menjulurkan
‫ﻣ‬‫ﺎﺕ‬‫ـﺒ‬‫ﻃﹶﻴ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﺍ‬‫ﻮ‬tangan ‫ﻛﹸﻠﹸ‬‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻦ‬ke‫ﻳ‬‫ﻟﱠﺬ‬langit, ‫ﺍ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬
ia berdoa, ‘Ya Tuhan, Ya Tuhan...” (Berdoa dalam perjalanan, apalagi 
dengan ‫ﺑﹺﻪ‬kondisi
‫ﺮ‬‫ﺃﹶﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬ ‫ﻦ‬seperti
‫ﻨﹺﻴ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ﺮ‬itu, ‫ﺃﹶﻣ‬ َ‫ﷲ‬pada ‫ﺍ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﻭ‬ .umumnya ‫ﺎ‬‫ـﺒ‬‫ﻃﹶـﻴ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬dikabulkan ‫ﻞﹸ‬‫ﻘﹾﺒ‬‫ﻻﹶﻳ‬ ‫ﺐ‬‫ﻃﹶﻴ‬ َ‫ﷲ‬oleh  .(
‫ﺍ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬ Tuhan !‫ﺎﺱ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬--‫ﺃﹶ)ﻳ‬
 : ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬
‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﺳ‬‫ﺮ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﹾ‬
pen.). Akan tetapi, makanan orang itu haram, mi-numannya haram,
‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬ ‫ﻲ‬‫ﺇﹺﻧ‬haram,
pakaiannya  ،‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺎﻟ‬‫ﺻ‬dan ‫ﺍ‬‫ﻠﹸﻮ‬‫ﻤ‬‫ﻋ‬ia‫ﺍ‬‫ﻭ‬selalu ‫ﺎﺕ‬‫ـﺒ‬‫ﱠـﻴ‬ ‫ﺍﻟﻄ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻛﹸﻠﹸﻮ‬yang
menyantap  ‫ﻞﹸ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬haram.  ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃﹶﻳ‬‫ﻳ‬ :‫ﻝﹶ‬Oleh ‫ﻓﹶﻘﹶﺎ‬ .‫ﻦ‬karena
:‫)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ‬ ‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻣ‬ ‫ﺑﹺﻪ‬ ‫ﻢ‬komentar,
itu, Nabi ‫ﺘ‬‫ﺃﹶﻧ‬ ‫ﻱ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬ َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻘﹸﻮﺍ‬‫ﺍﺗ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬ ‫ﺒ‬‫ﻃﹶـﻴ‬ ‫ﻼﹶﻻﹰ‬‫ﺣ‬ ُ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻗﹶﻜﹸﻢ‬bagai-mana ‫ﺯ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻛﹸﻠﹸﻮ‬‫ﻭ‬
‫ﻣﺴﻠﻢ‬memberikan
‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﻗﹾﻨ‬‫ﺯ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻣ‬‫ﺎﺕ‬‫ـﺒ‬‫ﻃﹶﻴ‬‫ﻦ‬‫“ﻣ‬Jika ‫ﺍ‬‫ﻛﹸﻠﹸﻮ‬‫ﺍ‬‫ﻮ‬demikian
‫ﻨ‬‫ﺁﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬halnya, ‫ﺃﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬:‫ﻗﹶﺎﻝﹶ‬‫ﻭ‬.‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﻥﹶ‬‫ﻠﹸﻮ‬‫ﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬
mungkin ia akan dikabulkan doanya?” .(
Sejalan dengan hadis di atas, Ibn Ruslan dalam .(Zubad-nya‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‬‫ﺃﰊ‬‫ﻋﻦ‬

mengatakan: 
‫ﻥﹶ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬ ‫ﺎﻩ‬‫ﺇﹺﻳ‬ ‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻛﹸﻨ‬ ‫ﺇﹺﻥﹾ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺖ‬‫ﻤ‬‫ﻧﹺﻌ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﻜﹸﺮ‬‫ﺍﺷ‬‫ﻭ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺒ‬‫ﻃﹶـﻴ‬ ‫ﻼﹶﻻﹰ‬‫ﺣ‬ ُ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻗﹶﻜﹸﻢ‬‫ﺯ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻓﹶﻜﹸﻠﹸﻮ‬
 ‫ﺄﹾﻛﹸﻞﹸ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﺍﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫ﻣ‬‫ﺔﹲ‬‫ﻃﹶﺎﻋ‬‫ﻭ‬
.(:‫)ﺍﻟﻨﺤﻞ‬
“Ketaatan dan ibadah orang yang makan barang haram 
‫ﻦﹺ‬‫ﻓﹶﻤ‬ ،‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻛﹶﺜ‬ ‫ﻦ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻻﹶﻳ‬ ‫ﺎﺕ‬‫ﺒﹺﻬ‬‫ـﺘ‬‫ﺸ‬‫ﻣ‬ ‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹸﻣ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺍﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻼﹶﻝﹸ‬‫ﺤ‬ ‫ﺍﹶﻟﹾ‬
laksana bangunan di atas gelombang lautan”
‫ﺑﹺﻪ‬ ‫ﺮ‬uraian
Dari ‫ﺃﹶﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬ ‫ﻦ‬singkat
‫ﻨﹺﻴ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ﺮ‬‫ﻣ‬di‫ﺃﹶ‬ َ‫ﷲ‬atas ‫ﺍ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬jelaslah
‫ﻭ‬ .‫ﺎ‬‫ـﺒ‬‫ﹶـﻴ‬bahwa ‫ﻃ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﻞﹸ‬masalah ‫ﻘﹾﺒ‬‫ﻻﹶﻳ‬ ‫ﺐ‬‫ﻃﹶﻴ‬halal  َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻥﱠ‬dan ‫ﺇﹺ‬ !‫ﺱ‬haram ‫ﺎ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺃﹶﻳ‬
bagi umat Islam sangatlah  (urgen ‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬ dan )‫ﻪ‬besar
‫ﺿ‬‫ﺮ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬artinya, ‫ﻨﹺ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﻟ‬‫ﺃﹶ‬‫ﺮ‬‫ـﺒ‬‫ﺘ‬karena ‫ﺍﺳ‬‫ﻓﹶﻘﹶﺪ‬‫ﺕ‬diterimanya ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ـﺒ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻘﹶﻰ‬‫ﺍﺗ‬
‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬ ‫ﻲ‬‫ﺇﹺﻧ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺎﻟ‬‫ﺻ‬ ‫ﺍ‬‫ﻠﹸﻮ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎﺕ‬‫ـﺒ‬‫ﺍﻟﻄﱠـﻴ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻛﹸﻠﹸﻮ‬ ‫ﻞﹸ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃﹶﻳ‬‫ﻳ‬ :‫ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬ .‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﺳ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬
suatu amal ibadah oleh Allah SWT sangat bergantung pada kehalalan 
segala‫ﻣﺴﻠﻢ‬apa ‫ﺭﻭﺍﻩ‬ ) ‫ﻢ‬
 ‫ﻛ‬
‫ﹸ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻨ‬‫ﻗ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺯ‬
 ‫ﺭ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻣ‬  ‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬ ‫ﺒ‬‫ـ‬ ‫ﻴ‬‫ﻃ‬
‫ﹶ‬  ‫ﻦ‬
 ‫ﻣ‬
  ‫ﺍ‬
‫ﻮ‬ ‫ﻠ‬
‫ﹸ‬‫ﻛ‬
‫ﹸ‬  ‫ﺍ‬‫ﻮ‬ ‫ﻨ‬
 ‫ﻣ‬
 ‫ﺁ‬  ‫ﻦ‬
 ‫ﻳ‬
 ‫ﺬ‬
  ‫ﺶ‬‫ﺍﺣ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﻮ‬ ‫ﻲ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬ ‫ﻞﹾ‬‫ﻗﹸﻌ‬‫ﺗ‬
‫ﻟ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬ ‫ﻳ‬
 ‫ﺃ‬  ‫ﺎ‬‫ﻳ‬ : ‫ﻝ‬
‫ﹶ‬ ‫ﹶﺎ‬
‫ﻗ‬ ‫ﻭ‬
 . ‫ﻢ‬
 ‫ﻴ‬
 ‫ﻠ‬
 ‫ﻋ‬
  ‫ﻥ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻮ‬
 ‫ﻠ‬
‫ﹸ‬ ‫ﻤ‬

yang dikonsumsi. Oleh karena itu, wajarlah jika masalah
tersebut‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻭ‬mendapat
 ‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺑﹺﻐ‬ ‫ﻲ‬perhatian ‫ﻐ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﹾﻹِﺛﹾﻢ‬‫ﻭ‬serius ‫ﻄﹶﻦ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬dari ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬umat  ‫ﺮ‬‫ﺎﻇﹶﻬ‬‫ﻣ‬Islam.
Dalam sebuah  .‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬hadis ‫ﻠﹶ‬‫ﻌ‬‫ﺎﻻﹶﺗ‬‫ﻣ‬dikatakan
ِ‫ﻠﹶىﺎﷲ‬‫ﻋ‬‫ﺍ‬‫ﻟﹸﻮ‬‫ﻘﹸﻮ‬‫ﺗ‬bahwa ‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ﻄﹶﺎﻧ‬yang ‫ـﻠﹾ‬‫ﺳ‬‫ﻪ‬haram ‫ﺑﹺ‬‫ﻝﹾ‬‫ـﺰ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬itu ِ‫ﺑﹺﺎﷲ‬‫ﺍ‬‫ﻛﹸﺃﰊﻮ‬jelas
‫ﻟﹶﻢ‬.(‫ﺎ‬‫ﻣ‬sudah
‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‬ ‫ﻋﻦﺮﹺ‬
‫ﺸ‬‫ﺗ‬
dan yang haram pun sudah jelas; akan tetapi, dalam hadis itu pun 
disebutkan cukup banyak hal yang samar-samar (syubhat), yang status
‫ﺍﻡ‬‫ـﺮ‬‫ﺣ‬apakah
hukumnya,  ‫ﻫﺬﹶﺍ‬‫ﻭ‬ ia‫ﻼﹶﻝﹲ‬halal ‫ﺣ‬ ‫ﺬﹶﺍ‬ataukah ‫ﻫ‬ ‫ﺏ‬‫ﹶـﺬ‬haram, ‫ﺍﻟﹾـﻜ‬ ‫ﻢ‬tidak ‫ﻜﹸ‬‫ـﺘ‬‫ﺴِﻨ‬diketahui ‫ﻟﹾ‬‫ﺃﹶ‬ ‫ﻞﹸ‬‫ﻒ‬ ‫ﺄﹾﻛﹸ‬‫ﺼ‬ ‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﺎﻣﺗ‬‫ﺍ‬‫ﺮﻤ‬oleh
‫ﻟ‬‫ﺣ‬ ‫ﺍﻦ‬‫ﻮ‬‫ﻟﹸﻤ‬banyak
‫ﻮ‬‫ﻘﹸﻣ‬‫ـﺔﹲ‬‫ﻃﻻﹶﹶﺎﺗﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻭ‬
‫ﺏ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹶـﺬ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﻥﹶ‬‫ﻭ‬‫ـﺮ‬‫ﻔﹾـﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬ ،‫ﺏ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹶـﺬ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ـﺮ‬‫ـﻔﹾﺘ‬ ‫ﺘ‬‫ﻟ‬
orang. Hadis dimaksud adalah:
‫ﻦﹺ‬‫ﻓﹶﻤ‬ ،‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻛﹶﺜ‬ ‫ﻦ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻻﹶﻳ‬ ‫ﺎﺕ‬‫ﺒﹺﻬ‬‫ـﺘ‬‫ﺸ‬‫ﻣ‬ ‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹸﻣ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺍﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻼﹶﻝﹸ‬‫ﺍﹶﻟﹾﺤ‬
 .‫ﻥﹶ‬‫ـﻮ‬‫ﺤ‬‫ﻔﹾـﻠ‬‫ﻻﹶﻳ‬
 (‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻪ‬‫ﺿ‬‫ﺮ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻨﹺﻪ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﻟ‬‫ﺃﹶ‬‫ﺮ‬‫ـﺒ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬‫ﻓﹶﻘﹶﺪ‬‫ﺎﺕ‬‫ﻬ‬‫ـﺒ‬‫ﺍﻟﺸ‬‫ﻘﹶﻰ‬‫ﺍﺗ‬

“Yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas; dan
‫ﻍﹴ‬antara
‫ﺎ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﻄﹸﺮ‬kedua ‫ﺍﺿ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻓﹶﻤ‬ada ،ِ‫ﺍﷲ‬‫ﺮﹺ‬hal-hal
‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻞﱠ‬‫ﻫ‬yang ‫ﺎﺃﹸ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺰﹺﻳ‬musytabihat
‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬‫ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻭ‬(syubhat, ‫ﺔﹶ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬samar- ‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺎﺣ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬ 
di
samar,
‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻭ‬ ‫ﻖ‬‫ﺤ‬tidak ‫ﺍﻟﹾ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺑﹺﻐ‬ jelas
‫ﻲ‬‫ﻐ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬halal ‫ﺍﹾﻹِﺛﹾﻢ‬‫ﻭ‬ haramnya),
‫ﻄﹶﻦ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬kebanyakan ‫ﺎﻇﹶﻬ‬‫ﻣ‬ ‫ﺶ‬‫ﺍﺣ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﻮ‬manusia ‫ﻲ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬tidak ‫ﺇﹺﻧ‬ ‫ﻗﹸﻞﹾ‬
.(:‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺭ‬‫ﻏﹶﻔﹸﻮ‬َ‫ﺍﷲ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬،‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻓﹶﻼﹶﺇﹺﺛﹾﻢ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻻﹶﻋ‬‫ﻭ‬
mengetahui  .‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬hukumnya. ‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺎﻻﹶﺗ‬‫ﻣ‬ِ‫ﻠﹶىﺎﷲ‬‫ﻋ‬Barang ‫ﺍ‬‫ﻟﹸﻮ‬‫ﻘﹸﻮ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻭ‬siapa ‫ﺎ‬‫ـﻠﹾﻄﹶﺎﻧ‬‫ﺳ‬hati-hati ‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻝﹾ‬‫ـﺰ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﻢ‬dari ‫ﺎﻟﹶ‬‫ﻣ‬ِ‫ﹺﺎﷲ‬perkara ‫ﺑ‬‫ﺍ‬‫ﺮﹺﻛﹸﻮ‬‫ﺸ‬‫ﺗ‬
‫ﺫﹶﺓﹸ‬‫ﻗﹸﻮ‬‫ﻮ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬sebenarnya
syubhat, ‫ﻨﹺﻘﹶﺔﹸ‬‫ﺨ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺑﹺﻪ‬ِ‫ﷲ‬ia ‫ﺍ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬telah
‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫ﻞﱠ‬‫ﺎﺃﹸﻫ‬‫ﻣ‬menyelamatkan
‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬‫ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻭ‬agama ‫ﺔﹸ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻢ‬dan ‫ﻜﹸ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺖ‬ harga ‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬
dirinya...” (HR. Muslim).  
:‫)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ‬... ‫ﺐﹺ‬‫ﺼ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﺫﹸﺑﹺﺢ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺎﺫﹶﻛﱠﻴ‬‫ﻣ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﻊ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺎﺃﹶﻛﹶﻞﹶ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺔﹸ‬‫ﺤ‬‫ﻴ‬‫ﻄ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻭ‬ ‫ﺔﹸ‬‫ﻳ‬‫ﺩ‬‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬
‫ﺍﻡ‬‫ـﺮ‬‫ﺣ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ‬‫ﻭ‬ ‫ﻼﹶﻝﹲ‬‫ﺣ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ‬ ‫ﺏ‬‫ﺍﻟﹾـﻜﹶـﺬ‬ ‫ﻜﹸﻢ‬‫ـﺘ‬‫ﺃﹶﻟﹾﺴِﻨ‬ ‫ﻒ‬‫ﺼ‬‫ﺎﺗ‬‫ﻤ‬‫ﻟ‬ ‫ﺍ‬‫ﻟﹸﻮ‬‫ـﻘﹸﻮ‬‫ﻻﹶﺗ‬‫ﻭ‬
Produk-produk olahan, baik makanan, minuman, obat-obatan, .(
 ‫ﺏ‬
 ‫ﺬ‬
 ‫ﹶـ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺍ‬  ‫ﹶﻰ‬ ‫ﻠ‬‫ﻋ‬
 
maupun kosmetika, kiranya dapat diketogorikan ke dalam kelompok‫ﻥ‬
‫ﹶ‬ ‫ﻭ‬
 ‫ﺮ‬
 ‫ـ‬ ‫ﺘ‬‫ﹾـ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻳ‬
  ‫ﻦ‬
 ‫ﻳ‬
 ‫ﺬ‬
 ‫ﻟ‬
‫ﱠ‬‫ﺍ‬  ‫ﻥ‬
‫ﱠ‬ ‫ﺇ‬
‫ﹺ‬  ، ‫ﺏ‬ ‫ﺬ‬
 ‫ﹶـ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﻟ‬
‫ﹾ‬ ‫ﺍ‬  ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺍ‬  ‫ﹶﻰ‬ ‫ﻠ‬‫ﻋ‬
  ‫ﺍ‬
‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬
 ‫ـ‬ ‫ﺘ‬ ‫ـﻔﹾ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬
musytabihat (syubahat), apa-lagi jika produk tersebut berasal  .‫ﻥﹶ‬dari ‫ـﻮ‬‫ﺤ‬negeri ‫ﻔﹾـﻠ‬‫ﻻﹶﻳ‬
yang penduduknya mayoritas non muslim, sekalipun bahan bakunya
berupa barang suci dan halal. Sebab, tidak tertutup kemungkinan 
dalam‫ﻍﹴ‬proses‫ﺎ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﻄﹸﺮ‬pembuatannya
‫ﺍﺿ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻓﹶﻤ‬،ِ‫ﺍﷲ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫ﺑﹺﻪ‬tercampur ‫ﻞﱠ‬‫ﺎﺃﹸﻫ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬‫ﻟﹾﺨ‬atau ‫ﺍ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬‫ﻭ‬menggunakan
‫ﻡ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻭ‬‫ﺔﹶ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬bahan- ‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺎﺣ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬
bahan yang haram atau tidak suci. Dengan demikian, produk-produk
Ibid.  .(:‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺭ‬‫ﻏﹶﻔﹸﻮ‬َ‫ﺍﷲ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬،‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻓﹶﻼﹶﺇﹺﺛﹾﻢ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻻﹶﻋ‬‫ﻭ‬
‫ﻗﹸﻮ‬‫ﻮ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﻨﹺﻘﹶﺔﹸ‬‫ﺨ‬‫ﻨ‬Subul
‫ﺫﹶ ﺓﹸ‬As-San’ani, ‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺑﹺﻪ‬as-Salam,
ِ‫ﺍﷲ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫(ﻞﱠ‬Bandung: ‫ﺎﺃﹸﻫ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬‫ﺨ‬Maktabah ‫ﺍﻟﹾ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬‫ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﺪ‬Dahlan, ‫ﻭ‬‫ﺔﹸ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻢ‬t.th.), ‫ﻜﹸ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬juz ‫ﺖ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬IV, ‫ﺣ‬


h. 171.
:‫)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ‬... ‫ﺐﹺ‬‫ﺼ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﺫﹸﺑﹺﺢ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺎﺫﹶﻛﱠﻴ‬‫ﻣ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﻊ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺎﺃﹶﻛﹶﻞﹶ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺔﹸ‬‫ﺤ‬‫ﻴ‬‫ﻄ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻭ‬ ‫ﺔﹸ‬‫ﻳ‬‫ﺩ‬‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬
859 .(
LAMPIRAN

olahan tersebut bagi umat Islam jelas bukan merupakan per-soalan


sepele, tetapi merupakan persoalan besar dan serius. Terlebih lagi jika
mengingat lanjutan hadis di atas yang menyatakan bahwa “Barang
siapa yang terjerumus kedalam syubhat, ia terjerumus kedalam yang
haram.” Maka, wajar-lah jika umat Islam sangat berkepentingan untuk
mendapat ketegasan tentang status hukum produk-produk tersebut,
sehingga apa yang akan mereka kon-sumsi tidak menimbulkan
keresahan dan keraguan.
Semua persoalan-persoalan tersebut harus segera mendapat
jawabannya. Membiarkan persoalan tanpa jawaban dan membiarkan
umat dalam kebi-ngungan atau ketidakpastian tidak dapat dibenarkan,
baik secara syar`i maupun secara i`tiqadi. Atas dasar itu, para ulama
dituntut untuk segera mampu mem-berikan jawaban dan berupaya
menghilangkan kehausan umat akan kepastian ajaran Islam berkenaan
dengan persoalan yang mereka hadapi itu, terutama mengenai produk-
produk yang akan dikonsumsi.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan wadah
musyawarah para ulama, zu’ama, dan cendekiawan muslim
dipandang sebagai lembaga paling berkompeten dalam pemberian
jawaban masalah sosial keagamaan (ifta’) yang senantiasa timbul dan
dihadapi masyarakat Indonesia. Hal ini mengingat bahwa lembaga ini
merupakan wadah bagi semua umat Islam Indonesia yang beraneka
ragam kecenderungan dan mazhabnya. Oleh karena itu, fatwa yang
dikeluarkan oleh MUI diharapkan dapat diterima oleh seluruh kalangan
dan lapisan masyarakat, serta diharapkan pula dapat menjadi acuan
pemerintah dalam pengambilan kebijaksanaan.
Sejalan dengan itu, MUI dari hari ke hari berupaya terus menerus
untuk senantiasa meningkatkan peran dan kualitasnya dalam berbagai
bidang yang menjadi kewenangannya. Salah satu wujud nyata dari
upaya peningkatan ini ialah dengan dibentuknya Lembaga Pengkajian
Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LP.
POM-MUI) beberapa tahun yang lalu. Fungsi lembaga ini ialah
melakukan penelitian, audit, dan pengkajian secara seksama dan
menyeluruh terhadap produk-produk olahan. Hasil penelitiannya
kemudian dibawa ke Komisi Fatwa untuk dibahas dalam sidang Komisi
dan kemudian difatwakan hukumnya, yakni fatwa halal, jika sudah
diyakini bahwa produk bersangkutan tidak mengandung unsur-unsur
benda haram atau najis.
Bentuk lain dari upaya peningkatan MUI ialah dengan
mengeluarkan Pedoman Penetapan Fatwa MUI yang baru,
sebagai pengganti atau modifikasi dari pedoman lama yang nampaknya
sudah kurang memadai lagi. Dengan ada-nya pedoman baru ini
diharapkan masyarakat dapat melihat dengan jelas bagaimana proses,

860
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

prosedur, dan mekanisme penetapan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI,


termasuk juga penetapan fatwa halal bagi produk-produk olahan,
sehingga dengan demikian, masyarakat dapat menilai bahwa fatwa
yang dikeluarkan MUI itu telah memenuhi standar ilmiah dan dapat
dipertanggung-jawabkan.
Dalam tulisan sederhana ini dicoba akan dikemukakan, secara
singkat, bagaimana prosedur dan mekanisme MUI dalam menetapkan
sebuah fatwa secara umum dan penetapan fatwa halal secara khusus.
Mengingat penetapan fatwa halal merupakan bagian dari penetapan
fatwa secara umum, dalam tulisan ini akan dikemukakan lebih
dahulu prosedur penetapan fatwa secara umum yang pembahasannya
disesuaikan dengan Pedoman dimaksud. Untuk lebih jelasnya, baiklah
pasal-pasal berkenaan dengan pembicaraan ini yang termuat dalam
Pedoman itu akan dikutip secara untuh, kemudian diberi penjelasan
seperlunya.

Dasar-dasar Umum Penetapan Fatwa


Dasar-dasar umum penetapan fatwa tertuang dalam bab 2 pasal
2, terdiri atas tiga ayat, sebagai berikut:
1). Setiap Fatwa harus mempunyai dasar atas Kitabullah dan
Sunnah Rasul yang mu’tabarah, serta tidak bertentangan dengan
kemaslahatan umat.
2). Jika tidak terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul,
sebagaimana ditentukan pada pasa 2 ayat 1, Fatwa hendaklah tidak
bertentangan dengan Ijma’, Qiyas yang mu’tabar, dan dalil-dalil
hukum yang lain, seperti Istihsan, Masalih Mursalah, dan Saddu
az-Zari’ah.
3). Sebelum pengambilan Fatwa hendaklah ditinjau pendapat-
pendapat para imam mazhab terdahulu, baik yang berhubungan
dengan dalil-dalil hukum maupun yang berhubungan dengan dalil
yang yang dipergunakan oleh pihak yang berbeda pendapat, serta
pandangan penasehat ahli yang dihadirkan.
Ayat pertama menyatakan bahwa fatwa harus mempunyai
dasar hukum, yaitu al-Qur’an dan hadis Nabi, serta harus membawa
kemaslahatan umat. Ketentuan ayat ini merupakan kesepakatan dan
keyakinan umat Islam bahwa setiap fatwa harus berdasarkan pada
kedua sumber hukum yang telah disepakati tersebut. Fatwa yang
bertentangan atau tidak didasarkan dengan keduanya dipandang
tidak sah, bahkan dipandang sebagai tahakkum dan perbuatan dusta
atas nama Allah yang sangat dilarang agama. Perhatikan firman Allah
berikut:

861
‫ﺑﹺﻪ‬ ‫ﺮ‬‫ﺃﹶﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬ ‫ﻦ‬‫ﻨﹺﻴ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ﺮ‬‫ﺃﹶﻣ‬ َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﻭ‬ .‫ﺎ‬‫ـﺒ‬‫ﻃﹶـﻴ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﻞﹸ‬‫ﻘﹾﺒ‬‫ﻻﹶﻳ‬ ‫ﺐ‬‫ﻃﹶﻴ‬ َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬ !‫ﺎﺱ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬ ‫ﺃﹶﻳ‬
‫ﺎﻦﹺ‬‫ﻤ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫ﻓﹶ‬‫ﻲ‬،‫ﺱﹺ‬ ‫ﺇﹺﻧ‬ ‫ﺎ‬،‫ﺎ‬
‫ﺤﺍﻟﻨ‬ ‫ﻦ‬‫ﺎﻟ‬‫ﺻﻣ‬ ‫ﺮ‬‫ﺍﻴ‬‫ﻠﹸﻛﹶﻮﺜ‬‫ﻤ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬‫ﺍﻬ‬‫ﻭ‬‫ﻤ‬‫ﻠﹶ‬‫ﻌ‬‫ﺕ‬‫ﺎﻻﹶﻳ‬‫ﺒ‬‫ـ‬ ‫ﱠـﻴﺕ‬ ‫ﺎ‬‫ﻄﺒﹺﻬ‬‫ـﺘ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﺸ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻣ‬‫ﺍﺭ‬‫ﻮﻮ‬‫ﺃﹸﻛﹸﻠﹸﻣ‬‫ﺎ‬‫ﻞﹸﻤ‬‫ﻬ‬‫ﺳ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺮ‬‫ﺑ‬‫ﺍﻟﻭ‬‫ﺎﻦ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻳ‬‫ﺎﺃﹶ‬‫ﺍﻳﻡ‬‫ﺮ‬:‫ﺍﹶﺎﻟﹾﻝﹶﺤ‬‫ﻓﹶﻘﻭ‬‫ﻦ‬.‫ﻴ‬‫ﻦ‬‫ﺑ‬‫ﻝﹸﻴ‬‫ﻠ‬‫ﻼﹶﺳ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﺍﹶﺍﻟﹾﻟﹾﻤ‬
LAMPIRAN
‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﺎﻛﹸﻢ‬‫ﻗﹾﻨ‬‫ﺯ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻣ‬‫ﻣﺴﻠﻢ(ﺕ‬ ‫ﺎ‬‫ـﺒ‬‫ﻃﹶﻴ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬)‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻠﹸﻪ‬‫ﻛﹸﺿ‬‫ﺮ‬‫ﺍ‬‫ﻮﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺁ‬‫ﻪ‬‫ﻨﹺ‬‫ﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﻳ‬‫ﻟ‬‫ﺬ‬‫ﻟﱠﺃﹶ‬‫ﺍﺮ‬‫ﺎﺒ‬‫ـ‬ ‫ﻬ‬‫ﺃﺘﻳ‬‫ﺳ‬‫ﺎ‬‫ﻳﺍ‬:‫ﹶﺎﻓﹶﻘﹶﻝﹶﺪ‬‫ﻗ‬‫ﺕ‬ ‫ﻭ‬.‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻢ‬‫ﺒ‬‫ـﻴ‬ ‫ﻠ‬‫ﺸﻋ‬‫ﺍﻟﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﹶﻰ‬ ‫ﻠﹸ‬‫ﻘﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﺍﺗ‬
.(‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‬‫ﺃﰊ‬‫ﻋﻦ‬ 
‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻭ‬ ‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺑﹺﻐ‬ ‫ﻲ‬‫ﻐ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﹾﻹِﺛﹾﻢ‬‫ﻭ‬ ‫ﻄﹶﻦ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬‫ﺎﻇﹶﻬ‬‫ﻣ‬ ‫ﺶ‬‫ﺍﺣ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﻮ‬ ‫ﻲ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬ ‫ﻗﹸﻞﹾ‬

 .‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺎﻻﹶﺗ‬‫ﻣ‬ِ‫ﻠﹶىﺎﷲ‬‫ﻋ‬‫ﺍ‬‫ﻟﹸﻮ‬‫ﻘﹸﻮ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ـﻠﹾﻄﹶﺎﻧ‬‫ﺳ‬‫ﻪ‬‫ﺑﹺ‬‫ﻞﹸﻝﹾ‬‫ـﻛﹸﺰ‬‫ﺄﹾ‬‫ﻨﻳ‬‫ﺎﻳ‬‫ﻣ‬‫ﺍﻢ‬‫ﺎﺮﻟﹶ‬‫ﻣﺣ‬ِ‫ﷲ‬‫ﹺﺎﻦ‬‫ﺑﻤ‬‫ﺍﻣ‬‫ﻛﹸﺔﹲﻮ‬‫ﻃﹶﺎﺮﹺﻋ‬‫ﺸ‬‫ﻭ‬‫ﺗ‬
“Katakanlah, ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan 
‫ﻦﹺ‬‫ﺍﻡ‬‫ـﺮﻤ‬
yang ‫ﻓﹶ‬ ،‫ﺣﹺ‬keji,
‫ﺱ‬ ‫ﺎ‬‫ﺬﺍﻟﹶﺍﻨ‬‫ﻫ‬‫ﻦ‬baik
‫ﻭ‬‫ﻣ‬ ‫ﻝﹲﺮ‬‫ﻴ‬‫ﻼﹶﻛﹶﺜ‬yang
‫ﺣ‬‫ﻦ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﺬﹶﺍﻤ‬‫ﻌ‬nampak
‫ﻫ‬‫ﻻﹶﻳ‬ ‫ﺏ‬ ‫ﺕ‬‫ﺎﺬ‬‫ﹶـﻬ‬ ‫ﺒﹺ‬‫ـﺘ‬‫ﻜ‬ataupun
‫ﹾـ‬‫ﺸ‬‫ﺍﻟﻣ‬‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ﻢ‬‫ﺃﹸﻜﹸﻣ‬‫ﺎﺘ‬‫ـ‬ ‫ﺴِﻨﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﻟﹾﺑ‬‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﻦ‬tersembunyi,
‫ﻤ‬yang ‫ﻒ‬
‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﺼ‬‫ﺍﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺎﺗ‬‫ﻟﹾﻤﺤ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬‫ﺍ‬‫ﻮﻦ‬‫ﻟﹸﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻮ‬‫ـﻝﹸﻘﹸ‬ ‫ﺗ‬‫ﻻﹶﺤ‬‫ﺍﹶﻟﹾﻭ‬
‫ﻼﹶ‬dan
perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
‫ﺏ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹶـﺬ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﻥﹶ‬ ‫(ﻭ‬‫ﻣﺴﻠﻢﺮ‬
benar, (mengharamkan)
‫ـ‬‫ﹾـﺘ‬‫ﺭﻭﺍﻩﻔ‬ ‫ﻳ‬ mempersekutukan
‫)ﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺬ‬‫ﻪ‬‫ﺿ‬‫ﺍﻟﱠ‬‫ﺮ‬‫ﻥﱠﻋ‬‫ﺇﹺﻭ‬‫ﻪ‬،‫ﺏﻨﹺ‬ ‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﻟ‬‫ﺬ‬‫ﹶـﺃﹶ‬
‫ﺮ‬‫ـﺒ‬ ‫ﺍﺘﻟﹾﻜ‬‫ﺳ‬ ‫ﷲِﺍ‬‫ﺍﺪ‬‫ﻘﹶ‬dengan ‫ﻓﹶ‬‫ﹶﻰ‬‫ﻠﺕ‬‫ﺎﻋ‬‫ﻬ‬‫ﺍﺒ‬‫ـ‬ ‫ﻭ‬‫ـﺸﺮ‬Allah ‫ﺘﺍﻟ‬‫ﹶﻰﻔﹾ‬‫ـ‬‫ﺘﻘ‬‫ﺗ‬‫ﺍﻟ‬
sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk  .‫ﻥﹶ‬‫ـﻮ‬ itu, ‫ﺤ‬‫ﹾـﻠ‬dan ‫ﻔ‬‫ﻳ‬‫ﻻﹶ‬
(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang
‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻭ‬ ‫ﻖ‬kamu
tidak ‫ﺍﻟﹾﺤ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬ketahui’”
‫ﺑﹺ‬ ‫ﻲ‬‫ﻐ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬ ‫(ﻹِﺛﹾﻢ‬QS. ‫ﺍﹾ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬al-A`raf
‫ﻄﹶ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫[ﻨ‬7]: ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬‫ﻬ‬33). ‫ﺎﻇﹶ‬‫ﻣ‬ ‫ﺶ‬‫ﺍﺣ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﻮ‬ ‫ﻲ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬ ‫ﻞﹾ‬ ‫ﻗﹸ‬
‫ﺎﻍﹴ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﻄﹸﺮ‬ ‫ﺿ‬.‫ﺍﻥﹶ‬‫ﻦﹺﻮ‬‫ﻤ‬‫ﻓﹶﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬،ِ‫ﺎﷲﻻﹶ‬‫ﺍﻣ‬‫ﷲِﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﹶىﺎﻐ‬ ‫ﻟ‬‫ﺑﹺﻠﻪ‬‫ﻋ‬‫ﻞﱠ‬‫ﺍ‬‫ﺃﹸﻟﹸﻮﻫ‬‫ﺎﻮ‬‫ﻘﹸﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺗ‬‫ﺮﹺﻥﹾ‬‫ﺰﹺﺃﹶﻳ‬‫ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﺎﺨ‬‫ﻄﺍﻟﹾﹶﺎﻧ‬‫ـﻠﹾﻢ‬
‫ﻟﹶﺳﺤ‬‫ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﺑﹺﻡ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﻝﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺰ‬‫ـ‬ ‫ﺔﹶ‬‫ﻨﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻳ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹾ‬‫ﺍﻢ‬‫ﻟﹶ‬‫ﺎﻢ‬‫ﻜﹸﻣ‬ِ‫ﷲ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﺑﹺﺎﻋ‬‫ﺍﻡ‬‫ﻮ‬‫ﻛﹸﺮ‬‫ﺎﺮﹺﺣ‬‫ﻤ‬‫ﺸ‬‫ﻧ‬‫ﺇﹺﺗ‬
Dalam firman-Nya yang lain Allah secara tegas melarang
tahakkum. Ini dapat dipahami .( dari :‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬ ayat)berikut: ‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺭ‬‫ﻏﹶﻔﹸﻮ‬َ‫ﺍﷲ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬،‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻓﹶﻼﹶﺇﹺﺛﹾﻢ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻻﹶﻋ‬ ‫ﻭ‬
‫ﺓﹸ‬‫ﺍﺫﹶﻡ‬‫ﺮ‬‫ـﻮ‬‫ﻗﹸ‬‫ﺣﻮ‬‫ﻟﹾﻤ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﻫﻘﹶﺔﹸﺬﹶﺍ‬‫ﻭﻨﹺ‬‫ﺨ‬ ‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﻝﹲﻤ‬‫ﻭﻼﹶ‬‫ﺣ‬‫ﺑﹺﻪ‬ِ‫ﺍﺬﹶﺍﷲ‬‫ﺮﹺﻫ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫ﺬﻞﱠﺏ‬‫ﹶـﻫ‬ ‫ﺎﺃﹸ‬‫ﻜﻣ‬‫ﻭ‬‫ﹾـ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﺍﺰﹺﻟﻳ‬‫ﻨ‬‫ﺨ‬‫ﻜﹸﺍﻟﹾﻢ‬‫ﻢ‬‫ـﺘ‬ ‫ﻨﻟﹶﺤ‬‫ﺴِﻭ‬‫ﺃﹶﻟﹾﻡ‬‫ﺪ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬‫ﻒ‬‫ﺔﹸ‬‫ﺼ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻤ‬‫ﺎﺗ‬‫ﺍﻤﻟﹾ‬‫ﻟ‬‫ﻢ‬ ‫ﺍﻜﹸ‬‫ﻠﹶﻮﻴ‬‫ﻟﹸﻋ‬‫ﻮ‬‫ﻘﹸ‬‫ﺖ‬ ‫ـ‬‫ﺗﻣ‬‫ﻻﹶﺮ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬
‫ﺏ‬ :‫ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ‬‫)ﻜﹶـﺬ‬... ‫ﺍﻟﹾ‬ ِ‫ﺐﹺﷲ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﹶﻰﺼ‬‫ﺍﻟﻠﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻠﻥﹶﹶﻰ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬‫ﺮ‬‫ـﺢ‬‫ﹾـﺘﺫﹸﺑﹺ‬  ‫ﺎ‬‫ﻔﻣ‬‫ﻳﻭ‬ ‫ﻢ‬‫ﻦ‬‫ﻳﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺍﺫﹶﻟﱠﻛﱠﺬ‬‫ﺎ‬‫ﻥﱠﻣ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬‫ﺇﹺ‬،‫ﺏﻊ‬‫ﺒ‬‫ﺴ‬‫ﹶـﺍﻟﺬ‬  ‫ﺍﻟﹾﻛﹶﻜﻞﹶ‬‫ﺎﺃﹶ‬‫ﷲِﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺍ‬‫ﺔﹸ‬‫ﹶﻰﺤ‬‫ﻠﻴ‬‫ﻄ‬‫ﻋ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺍﻭ‬‫ﻭ‬‫ـﺔﹸﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﺩ‬‫ﻔﹾﺘﺮ‬‫ﺘ‬‫ـﻤ‬ ‫ﺍﻟﹾ‬‫ﺘﻭ‬‫ﻟ‬
 .‫ﻥﹶ‬‫ـﻮ‬‫ﺤ‬‫ﹾـﻠ‬ ‫ﻔ‬.(‫ﻻﹶﻳ‬
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-

sebut oleh lidahmu secara dusta, ‘Ini halal dan ini haram,’ untuk
‫ﺎﻍﹴ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﻄﹸﺮ‬‫ﺍﺿ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻓﹶﻤ‬،ِ‫ﷲ‬kebohongan
mengada-adakan ‫ﺍ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻞﱠ‬‫ﺎﺃﹸﻫ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬terhadap ‫ﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬‫ﻭ‬Allah. ‫ﻡ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻭ‬‫ﺔﹶ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬Sesungguhnya‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺎﺣ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬
orang yang mengada-adakan .(:‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺭ‬‫ﻏﹶﻔﹸﻮ‬َ‫ﺍﷲ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬،‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻓﹶﻼﹶﺇﹺﺛﹾﻢ‬‫ﺩ‬Allah
kebohongan terhadap ‫ﺎ‬‫ﻻﹶﻋ‬‫ﻭ‬
tiadalah beruntung” (QS. an-Nahl [16]: 116).
‫ﺫﹶﺓﹸ‬‫ﻗﹸﻮ‬‫ﻮ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﻨﹺﻘﹶﺔﹸ‬‫ﺨ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺑﹺﻪ‬ِ‫ﺍﷲ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫ﻞﱠ‬‫ﺎﺃﹸﻫ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬‫ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻭ‬‫ﺔﹸ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺖ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬
Mengenai Sunnah Rasul, dalam penetapan fatwa yang dilakukan
:‫)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ‬...
MUI hanyalah sunnah‫ﺐﹺ‬‫ﺼ‬‫ﺍﻟﻨ‬ mu’tabarah, ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﺫﹸﺑﹺﺢ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬‫ﺘ‬yakni ‫ﺎﺫﹶﻛﱠﻴ‬‫ﻣ‬ ‫ﻻﱠ‬sunnah ‫ﺇﹺ‬ ‫ﻊ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﺴ‬ ‫ﻞﹶ‬yang ‫ﺎﺃﹶﻛﹶ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬dapat ‫ﺔﹸ‬‫ﺤ‬‫ﻴ‬‫ﻄ‬‫ﺍﻟﻨ‬dijadikan ‫ﻭ‬ ‫ﺔﹸ‬‫ﻳ‬‫ﺩ‬‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬
hujjah. Sedang mengenai kemaslahatan, hal ini sejalan dengan tujuan .(
pensyari’atan hukum Islam.
Ayat pertama ini juga menghendaki bahwa setiap akan menetapkan
fatwa terlebih dahulu harus merujuk kepada al-Qur’an dan Sunnah,
sebagaimana dikehendaki oleh aturan baku dalam ilmu usul al-fiqh.
Selanjutnya, jika permasalahan yang akan difatwakan hukumnya
itu tidak ditemukan dalam kedua sumber hukum itu, perlu diteliti
dan diperhatikan apakah mengenainya pernah ada ijma’ dari ulama
terdahulu. Jika ternyata telah terdapat ijma’, fatwa harus sejalan dan
tidak boleh bertentangan dengan ijma’. Hal ini mengingat bahwa dalam
pandangan MUI hukum ijma’ adalah memiliki otoritas kuat, bersifat
absolut dan berlaku universal. Kemudian, jika tidak terdapat ijma’,
fatwa dikeluarkan setelah melalui proses ijtihad dengan menggunakan
perangkat-perangkat ijtihad yang memadai serta berpegang pada dalil-
dalil hukum lain, seperti qiyas, dan sebagainya. Demikian ayat dua.
Jika ayat 1 dan 2 di atas menawarkan metoda ijtihad insya’i, ayat

862
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

ketiga menawarkan pula ijtihad intiqa’i, yakni dengan cara merujuk dan
mengkaji pendapat para imam mazhab terdahulu. Pengkajian terhadap
pendapat para imam mazhab ini harus dilakukan secara komprehenship,
menyeluruh, dan seksama. Artinya, jika mengenai masalah yang akan
difatwakan terdapat bebe-rapa pendapat, semua pendapat itu harus
diperhatikan dan diteliti, kemudian dikaji dalil-dalil yang dikemukakan
masing-masing; baru kemudian diputuskan pendapat mana yang akan
ditetapkan sebagai fatwa. Pendapat yang diambil sebagai fatwa ini
sudah barang tentu harus merupakan pendapat yang dipandang paling
kuat dalilnya serta membawa kemaslahatan umat. Metoda demikian
dilakukan dengan sebuah pendekatan yang lazim disebut muqaranah
al-mazahib, sebagaimana dimaksudkan oleh bab 3 pasal 3 ayat 3 yang
menyatakan:
Dalam masalah yang terjadi khilafiyah di kalangan mazhab, maka
yang difatwakan adalah hasil tarjih setelah memperhatikan Fiqh
Muqaran (Perban-dingan) dengan menggunakan kaidah-kaidah
Usul Fiqh Muqaran yang berhu-bungan dengan pen-tarjih-an.

Ini berarti bahwa ijtihad intiqa’i yang dilakukan MUI tidak hanya
memilih pendapat mana yang akan difatwakan, yang sesuai dengan
situasi kondisi, melainkan melalui proses muqaranah, sehingga
pendapat yang dipilih sebagai fatwa itu benar-benar memiliki validitas
dalil yang kuat serta didukung pula oleh kemaslahatan.
Ayat ketiga juga menghendaki bahwa sebelum pengambilan fatwa
hendaklah didengar terlebih dahulu keterangan para ahli mengenai
bidang yang akan difatwakan hukumnya. Artinya, jika masalah yang
dihadapi MUI merupakan masalah-masalah kontemporer, misalnya
masalah kedokteran, masa-lah ekonomi, dan sebagainya, MUI harus
mendengarkan penjelasan terlebih dahulu dari para ahlinya, sehingga
jelas duduk masalahnya. Setelah itu, barulah dilakukan ijtihad untuk
menentukan hukumnya. Dengan cara demikian, di-harapkan fatwa
yang dikeluarkan mempunyai dasar dan landasan yang benar secara
ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam pasal 3 ayat 2 dijelaskan:
Mengenai masalah yang telah jelas hukumnya (qat`i), hendaklah
Komisi menyampaikannya sebagaimana adanya; dan fatwa
menjadi gugur setelah diketa-hui ada nass-nya dari al-Qur’an atau
Sunnah.
Dalam pandangan MUI, sejalan dengan pandangan ulama lain,
hukum Islam dapat dikelompokkan menjadi dua, hukum-hukum qat`i
dan hukum-hukum zanni. Jika permasalahan yang diajukan ke MUI
merupakan masalah yang termasuk dalam kategori qat’i, berdasarkan
ayat 2 pasal 3 ini MUI hanya menyampaikan apa adanya, dalam arti

863
LAMPIRAN

ijtihad tidak perlu dilakukan, karena hal itu memang bukan merupakan
lapangan ijtihad.
Untuk melengkapi uraian di atas, baiklah dikutipkan pula pasal 3
ayat 1 sebagai berikut:
Setiap masalah yang disampaikan kepada Komisi, hendaklah
terlebih dahulu dipelajari dengan seksama oleh para anggota
Komisi atau Tim Khusus sekurang-kurangnya seminggu sebelum
disidangkan.
Ayat ini menjelaskan proses awal sebelum dilakukan sidang
penetapan fatwa yang pada dasarnya menghendaki agar masalah yang
akan difatwakan hukumnya harus terlebih dahulu diketahui secara
jelas.
Dari uraian di atas kiranya dapat diketahui bagaimana proses dan
meka-nisme penetapan fatwa yang dilakukan oleh MUI. Jika dirincikan
proses dan mekanisme tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian masalah. Di sini anggota Komisi harus terlebih
dahulu mengetahui dengan jelas hakikat dan duduk masalahnya.
Jika masalahnya merupakan masalah baru dan memerlukan
penjelasan dari ahlinya, maka ahli yang bersangkutan didengarkan
penjelasannya.
2. Selanjutnya, setelah jelas permasalahannya, ditentukan apakah
ia termasuk ke dalam kategori hukum qat`iyat atau bukan. Jika
termasuk kategori qat’iyat, demikian juga jika telah ada ijma’
mu’tabar, MUI menetapkan fatwa sebagaimana adanya. Jika tidak
termasuk dalam kategori qat’iyat, MUI selanjutnya melakukan
ijtihad.
3. Dalam melakukan ijtihad, MUI dapat menempuh ijtihad insya’i dan
dapat pula melakukan ijtihad intiqa’i. Dalam hal ijtihad terakhir ini,
MUI meng-gunakanlah pendekatan muqaranah al-mazahib. Baik
ijtihad insya’i maupun ijtihad intiqa’i MUI melakukannya secara
jama’i (ijtihad jama’i).
Demikianlah uraian singkat tentang mekanisme dan prosedur
penetapan fatwa secara umum yang dilakukan oleh MUI.

Prosedur Penetapan Fatwa Halal


Sebagaimana dikemukakan dalam pendahuluan, masalah
kehalalan produk yang akan dikonsumsi merupakan persoalan besar
dan urgen, sehingga apa yang akan dikonsumsi itu benar-benar halal,
dan tidak tercampur sedikit pun barang haram. Oleh karena tidak
semua orang dapat mengetahui kehalalan suatu produk secara pasti,
sertifikat halal --sebagai bukti penetapan fatwa halal bagi suatu produk-

864
‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬ ‫ﻲ‬‫ﺇﹺﻧ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺎﻟ‬‫ﺻ‬ ‫ﺍ‬‫ﻠﹸﻮ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎﺕ‬‫ـﺒ‬‫ﺍﻟﻄﱠـﻴ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻛﹸﻠﹸﻮ‬ ‫ﻞﹸ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃﹶﻳ‬‫ﻳ‬ :‫ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬ .‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﺳ‬‫ﺮ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻟﹾ‬
‫ﻣﺴﻠﻢﻥﹶ‬‫ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﺭﻭﺍﻩﺗ‬
 ‫ﺎﻩ‬‫)ﻳ‬‫ﺇﹺ‬ ‫ﻛﹸﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺎﻛﹸﻨ‬‫ﻗﹾﻨ‬‫ﻥﹾﺯ‬‫ﺎﺇﹺﺭ‬‫ﷲِﻣ‬‫ﺍﺕ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ‬ ‫ـﺒ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻧﹺﻃﹶﻌ‬‫ﺍﻦ‬‫ﻭ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺍﻜﹸ‬‫ﻮ‬‫ﺍﻛﹸﻠﹸﺷ‬‫ﻭ‬‫ﺍ‬‫ﻮ‬،‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﺒﻣ‬‫ﹶـﺁﻴ‬ ‫ﻃﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺬ‬ ‫ﺍﻻﹰﻟﱠ‬‫ﺎﻼﹶ‬‫ﻬ‬‫ﺣ‬‫ ﺃﻳ‬‫ﺎ‬ُ‫ﻳﷲ‬:‫ﺍ‬‫ﻝﹶ‬‫ﻜﹸﻗﹶﺎﻢ‬‫ﻗﹶﻭ‬.‫ﺯ‬‫ﺭ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﺎﻠ‬‫ﻤﻋ‬‫ﻥﹶﻣ‬ ‫ﺍﻮ‬‫ﻠﹸﻠﹸﻮ‬‫ﻜﹸﻤ‬‫ﻓﹶﻌ‬‫ﺗ‬
.(.(‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‬ :‫ﺃﰊ‬ ‫ﺍﻟﻨﺤﻞ‬ ‫)ﻋﻦ‬
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

- yang‫ﺑﹺﻪ‬dikeluarkan
 ‫ﺮ‬‫ﺃﹶﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬ ‫ﻦ‬‫ﻨﹺﻴ‬‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ﻤ‬MUI ‫ﺍﻟﹾ‬ ‫ﺮ‬‫ﺃﹶﻣ‬merupakan
َ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﻭ‬ .‫ﺎ‬‫ـﺒ‬‫ﹶـﻴ‬ ‫ﻃ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬keniscayaan
suatu ‫ﻞﹸ‬‫ﻘﹾﺒ‬‫ﻻﹶﻳ‬ ‫ﻞﹸﺐ‬‫ﺄﹾﻃﹶﻛﹸﻴ‬‫ﻳ‬َ‫ﺎﷲ‬‫ﺍﺍﻣ‬yang ‫ﻥﱠﺮ‬‫ﺇﹺﺣ‬‫!ﻦ‬‫ﺱ‬ ‫ﺎﻣ‬‫ﺍﻟﺔﹲﻨ‬‫ﻋ‬‫ﺎﹶﺎ‬‫ﻬﻃ‬‫ﻭ‬‫ﺃﹶﻳ‬
‫ﻤ‬mutlak
diperlukan
‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻤ‬ ‫ﻲ‬‫ﻧ‬keberadaannya.
‫ﺇﹺ‬ ،‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺎﻟ‬‫ﺻ‬ ‫ﺍ‬‫ﻠﹸﻮ‬‫ﻤ‬‫ﺍﻋ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎﺕ‬‫ـﺒ‬‫ﺍﻟﻄﱠـﻴ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻛﹸﻠﹸﻮ‬ ‫ﻞﹸ‬‫ﺳ‬‫ﺍﻟﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺃﹶﻳ‬‫ﻳ‬ :‫ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ‬ .‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﺳ‬‫ﺮ‬‫ﻤ‬ ‫ﺍﻟﹾ‬
Sebelum menjelaskan bagaimana prosedur dan mekanisme
‫ﻣﺴﻠﻢﻦﹺ‬
penetapan ‫ﻓﹶﻤ‬ ،‫ﹺ‬‫ﺱ‬‫ﺭﻭﺍﻩ‬
fatwa ‫ﺎ‬‫)ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻦ‬‫ﻢ‬‫ﻛﹸﻣ‬halal,
‫ﺎ‬‫ﻗﹾﻨﺮ‬‫ﻴ‬‫ﺜ‬‫ﻛﹶﺯ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻦ‬‫ﻬ‬‫ﺕ‬terlebih
‫ﺎﻠﹶﻤ‬‫ـﺒﻌ‬‫ﻴﻻﹶﻳ‬‫ﻃﹶ‬‫ﺕ‬‫ﺎﻦ‬‫ﻬ‬‫ﻣ‬dahulu
‫ﺒﹺ‬‫ﺍﺘ‬‫ـ‬
‫ﺸﻛﹸﻠﹸﻮ‬‫ﺍﻣ‬‫ﻮ‬‫ﺭ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬‫ﺁﻮ‬akan ‫ﻣ‬‫ﺃﹸ‬‫ﻦ‬‫ﺎ‬‫ﻤﻳ‬‫ﺬ‬‫ﺍﻟﱠﻬ‬‫ﻨ‬‫ﺎﻴ‬‫ﺑ‬dikemukakan
‫ﻬ‬‫ﻭ‬‫ﻳ‬‫ﺃ‬‫ﻦ‬‫ﺎ‬‫ﻳﻴ‬‫ﺑ‬: ‫ﺍﻝﹶﻡ‬‫ﹶﺎﺮ‬‫ﺤ‬
‫ﻗ‬‫ﻟﹾﻭ‬.‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬secara
‫ﻝﹸﻥﹶ‬‫ﻠﹸﻼﹶﻮ‬‫ﺤﻤ‬‫ﻟﹾﻌ‬‫ﺍﹶﺗ‬
singkat tentang masalah halal dan haram, dengan menitikberatkan
pada masalah haram.  (‫ﻣﺴﻠﻢ‬‫)ﺭﻭﺍﻩ‬‫ﻪ‬‫ﺿ‬‫ﺮ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻨﹺﻪ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ﻟ‬‫ﺃﹶ‬‫ﺮ‬‫ـﺒ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺳ‬‫ﻓﹶﻘﹶﺪ‬‫ﺕ‬ .(‫ﺎ‬‫ﻫﺮﻳﺮﺓ‬
‫ﻬ‬‫ـﺒ‬‫ﺸ‬‫ﺃﰊ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﹶﻰ‬ ‫ﻋﻦ‬ ‫ﻘ‬‫ﺍﺗ‬
Menurut hukum Islam, secara garis, perkara (benda) haram 
terbagi men-jadi dua, haram li-zatih dan haram li-gairih. Kelompok
‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻭ‬substansi
pertama, ‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺑﹺﻐ‬ ‫ﻲ‬benda ‫ﻐ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬ ‫ﻹِﺛﹾﻢ‬tersebut ‫ﺍﹾ‬‫ﻭ‬ ‫ﻄﹶﻦ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬diharamkan  ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬‫ﺎﻇﹶﻬ‬‫ﻣ‬ ‫ﺶ‬oleh ‫ﺍﻞﹸﺣ‬‫ﺍﺄﻟﹾﻔﹶﻛﹸﻮ‬‫ﻳ‬agama;
‫ﺎﻲ‬‫ﻣ‬‫ﺍﺑ‬‫ﺮﺭ‬‫ﺣ‬ ‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﻦ‬‫ﺣ‬‫ﻤ‬sedang ‫ﺎﻣ‬‫ﺔﹲﻤ‬‫ﻋ‬‫ﺇﹺﻧ‬‫ﻞﹾﻃﹶﺎ‬‫ﻗﹸﻭ‬
yang kedua, substansi  .‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺎﻻﹶﺗ‬‫ﻣ‬bendanya ِ‫ﻠﹶىﺎﷲ‬‫ﻋ‬‫ﺍ‬‫ﻟﹸﻮ‬‫ﻘﹸﻮ‬halal ‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫(ﻧ‬tidak ‫ـﻠﹾﻄﹶﺎ‬‫ﺳ‬‫ﻪ‬haram) ‫ﺑﹺ‬‫ﻝﹾ‬‫ـﺰ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﻢ‬namun ‫ﺎﻟﹶ‬‫ﻣ‬ِ‫ﺑﹺﺎﷲ‬‫ﺍ‬‫ﻛﹸﻮ‬cara ‫ﺮﹺ‬‫ﺸ‬ ‫ﺗ‬
penanganan atau memperolehnya tidak dibenarkan oleh ajaran Islam.
Dengan‫ﻦﹺ‬‫ﻤ‬demikian,
‫ﻓﹶ‬ ،‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬‫ﻴ‬benda ‫ﻛﹶﺜ‬ ‫ﻦ‬‫ﻬ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬haram ‫ﻻﹶﻳ‬ ‫ﺎﺕ‬‫ﺒﹺﻬ‬jenis ‫ـﺘ‬‫ﺸ‬‫ﻣ‬ ‫ﺭ‬kedua ‫ﻮ‬‫ﺃﹸﻣ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬terbagi ‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺍﻡ‬‫ﺮ‬menjadi ‫ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻼﹶﻝﹸ‬dua. ‫ﺤ‬ ‫ﺍﹶﻟﹾ‬
‫ﺍﻡ‬‫ـﺮ‬bendanya
Pertama, ‫ﺣ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ‬‫ﻭ‬ ‫ﻝﹲ‬halal ‫ﻼﹶ‬‫ﺣ‬ (‫ﹶﺍ‬tapi ‫ﻫﺬ‬ ‫ﺏ‬
‫ﻣﺴﻠﻢ‬ cara
‫ﺭﻭﺍﻩ‬ ‫ﹶـﺬ‬ )‫ﻜ‬penanganannya
‫ﻪ‬‫ﹾـﺿ‬‫ﺍﻟﺮ‬‫ﻋ‬‫ﻭ‬‫ﻢ‬‫ﻨﹺﻜﹸﻪ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬‫ـﺘ‬ ‫ﻟ‬‫ﻨﺃﹶ‬‫ﺴِﺮ‬‫ـﺒ‬ ‫ﺃﹶﻟﹾ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﻒ‬ ‫ﺪ‬‫ﻓﹶﻘﹶﺼ‬‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﺕ‬
‫ﺍ‬tidak ‫ﻤ‬‫ﻟ‬dibenarkan
‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﺍﺒ‬‫ـ‬
‫ﻟﹸﻮ‬‫ـﺍﻟﻘﹸﺸﻮ‬ ‫ﹶﻰ‬ ‫ﻘﻻﹶﺗ‬‫ﻭ‬‫ﺍﺗ‬
oleh ajaran Islam; misalnya kambing yang tidak dipotong secara syar’i;
sedang‫ﺏ‬yang ‫ﻟﹾﻜﹶـﺬ‬kedua, ‫ﺍ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬bendanya ‫ﻋ‬ ‫ﻥﹶ‬‫ﻭ‬‫ـﺮ‬‫ﻔﹾـﺘ‬halal ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬‫ﻳ‬‫ﺬ‬tapi ‫ﺍﻟﱠ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬diperoleh ،‫ﺏ‬‫ﺍﻟﹾﻜﹶـﺬ‬dengan ِ‫ﺍﷲ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬jalan ‫ﺍ‬‫ﻭ‬‫ـﺮ‬‫ﺘ‬atau ‫ـﻔﹾ‬ ‫ﺘ‬‫ﻟ‬
cara yang dilarang oleh agama, misalnya
‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻭ‬ ‫ﻖ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺑﹺﻐ‬ ‫ﻲ‬‫ﻐ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍﹾﻹِﺛﹾﻢ‬‫ﻭ‬ ‫ﻄﹶﻦ‬‫ﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬‫ﺎﻇﹶﻬ‬‫ﻣ‬ ‫ﺶ‬‫ﺍﺣ‬‫ﺍﻟﹾﻔﹶﻮ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬.‫ﻥﹶ‬‫ﻡ‬‫ﻮ‬‫ـﺮ‬ hasil korupsi, menipu, ‫ﺤﺣ‬  ‫ﺎ‬‫ﹾـﻤﻠ‬ ‫ﺇﹺﻧ‬dan
‫ﻞﹾﻔ‬‫ﻗﹸﻻﹶﻳ‬
sebagainya. Mengenai benda haram ini, dijelaskan, antara lain, dalam
firman Allah:  .‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺎﻻﹶﺗ‬‫ﻣ‬ِ‫ﻠﹶىﺎﷲ‬‫ﻋ‬‫ﺍ‬‫ﻟﹸﻮ‬‫ﻘﹸﻮ‬‫ﺗ‬‫ﺃﹶﻥﹾ‬‫ﻭ‬‫ﺎ‬‫ـﻠﹾﻄﹶﺎﻧ‬‫ﺳ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻝﹾ‬‫ـﺰ‬‫ﻨ‬‫ﻳ‬‫ﺎﻟﹶﻢ‬‫ﻣ‬ِ‫ﺑﹺﺎﷲ‬‫ﺍ‬‫ﺮﹺﻛﹸﻮ‬‫ﺸ‬ ‫ﺗ‬
‫ﺎﻍﹴ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﻄﹸﺮ‬‫ﺍﺿ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻓﹶﻤ‬،ِ‫ﺍﷲ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻞﱠ‬‫ﺎﺃﹸﻫ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬‫ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻭ‬‫ﺔﹶ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺎﺣ‬‫ﻤ‬ ‫ﺇﹺﻧ‬
‫ﺍﻡ‬‫ـﺮ‬‫ﺣ‬ ‫ﻫﺬﹶﺍ‬‫ﻭ‬ ‫ﻼﹶﻝﹲ‬‫ﺣ‬ ‫ﺬﹶﺍ‬‫ﻫ‬.(  ‫ﺏ‬‫ﺬ‬:‫ﹶـ‬ ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬ ‫)ﹾـﻜ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﺭ‬‫ﺘ‬‫ـﺭ‬ ‫ﻏﹶﺴِﻨﻔﹸﻮ‬‫ﷲَﺃﹶﻟﹾ‬ ‫ﺍ‬‫ﻒ‬ ‫ﺇﹺﻥﱠ‬‫ﺼ‬،‫ﻪ‬‫ﺗ‬‫ﺎﻴ‬‫ﻤﻠﹶ‬‫ﻋ‬‫ﻟ‬‫ﺍﺛﹾﻢ‬‫ﻟﹸﻼﹶﻮﺇﹺ‬‫ﻓﹶﻮ‬‫ﻘﹸ‬‫ـﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻻﹶﺗﻋ‬‫ﻭ‬
‫ﺓﹸ‬‫ﺫﹶﺏ‬‫ﻮ‬‫ﹶـﻗﹸﺬ‬
“Sesungguhnya ‫ﻮ‬‫ﺍﻟﹾﻜﻤ‬‫ﺍﻭﻟﹾ‬ ‫ﺍﻨﹺﻘﹶﷲِﺔﹸ‬‫ﺨ‬ ‫ﹶﻰﻨ‬
‫ﺍﻠﻟﹾﻤ‬‫ﻭﻋ‬Allah  ‫ﺑﹺﻥﹶﻪ‬‫ﷲِﻭ‬‫ـﺍﺮ‬ ‫ﺘﺮﹺ‬‫ﹾـﻴ‬
hanya ‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫ﻞﱠﻔ‬‫ﻳ‬‫ﺃﹸﻫ‬‫ﺎﻦ‬‫ﻣ‬mengharamkan
‫ﻳ‬‫ﻭ‬‫ﺬ‬‫ﺮﹺﺍﻟﱠ‬‫ﻥﱠﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬‫ﺇﹺﺨ‬ ‫ﺍﻟﹾ‬،‫ﺏ‬ ‫ﻢ‬‫ﺤ‬‫ﹶـﻟﹶﺬ‬ ‫ﻭ‬‫ﻜ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﹾﺪ‬‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬bagimu ِ‫ﷲ‬‫ﺍﺔﹸ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻠﺍﻟﹾﹶﻰﻤ‬‫ﻋ‬‫ﻢ‬‫ﻜﹸ‬bangkai,
‫ﺍ‬‫ﻠﹶﻭﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺮ‬‫ـ‬ ‫ﻔﹾﺘﺖ‬‫ـﻣ‬ ‫ﺮ‬‫ﺘﺣ‬‫ﻟ‬
darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut
:‫)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ‬...
(nama) selain ‫ﺐﹺ‬‫ﺼ‬Allah. ‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬Akan ‫ﺫﹸﺑﹺﺢ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬tetapi,  ‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺎﺫﹶﻛﱠﻴ‬‫ﻣ‬barang  ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﻊ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﺴ‬siapa ‫ﺎﺃﹶﻛﹶﻞﹶ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬dalam  ‫ﺔﹸ‬‫ﺤ‬  ‫ﻴ‬.‫ﻥﹶﻄ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ـﻭﻮ‬  ‫ﺤﺔﹸ‬‫ﻳ‬‫ﺩ‬‫ﹾـﻠ‬
keadaan ‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ﻟﹾﻔﻤ‬‫ﺍﻳ‬‫ﻭﻻﹶ‬
terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
.(
‫ﺎﻍﹴ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﻄﹸﺮ‬‫ﺍﺿ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻤ‬Allah
Sesungguhnya ‫ﻓﹶ‬،ِ‫ﺍﷲ‬‫ﺮﹺ‬Maha ‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫ﺑﹺﻪ‬‫ﻞﱠ‬‫ﻫ‬Pengampun,‫ﺎﺃﹸ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬‫ﺤ‬Maha ‫ﻟﹶ‬‫ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻭ‬Penyayang” ‫ﺔﹶ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫(ﺣ‬QS. ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬
al-Baqarah [2]: 173). .(:‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺭ‬‫ﻏﹶﻔﹸﻮ‬َ‫ﺍﷲ‬‫ﺇﹺﻥﱠ‬،‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻓﹶﻼﹶﺇﹺﺛﹾﻢ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻻﹶﻋ‬‫ﻭ‬

‫ﺫﹶﺓﹸ‬‫ﻗﹸﻮ‬‫ﻮ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﻨﹺﻘﹶﺔﹸ‬‫ﺨ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬‫ﺑﹺﻪ‬ِ‫ﺍﷲ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫ﻞﱠ‬‫ﺎﺃﹸﻫ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬‫ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻭ‬‫ﺔﹸ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﺖ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬
:‫)ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ‬... ‫ﺐﹺ‬‫ﺼ‬‫ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﺫﹸﺑﹺﺢ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺎﺫﹶﻛﱠﻴ‬‫ﻣ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﻊ‬‫ﺒ‬‫ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺎﺃﹶﻛﹶﻞﹶ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺔﹸ‬‫ﺤ‬‫ﻴ‬‫ﻄ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻭ‬ ‫ﺔﹸ‬‫ﻳ‬‫ﺩ‬‫ﺮ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻭ‬
.(
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging
babi, (da-ging hewan) yang disembelih atas nama selain
Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu memakan hewan)
yang disembelih untuk berhala...” (QS. al-Ma’idah [5]: 3).
‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺩ‬ ‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﺔﹰ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻣ‬ ‫ﻥﹶ‬‫ﻜﹸﻮ‬‫ﻳ‬ ‫ﺃﹶﻥﹾ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ﻄﹾﻌ‬‫ﻳ‬ ‫ﻢﹴ‬‫ﻃﹶﺎﻋ‬ ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﻣ‬ ‫ﺇﹺﻟﹶﻲ‬ ‫ﻲ‬‫ﺣ‬‫ﺎﺃﹸﻭ‬‫ﻣ‬ ‫ﻰ‬‫ﻓ‬ ‫ﻻﹶﺃﹶﺟﹺﺪ‬ ‫ﻗﹸﻞﹾ‬
‫ﺎﻍﹴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﻄﹸﺮ‬‫ﺍﺿ‬ ‫ﻦﹺ‬‫ﻓﹶﻤ‬ ،‫ﺑﹺﻪ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬ ‫ﻞﱠ‬‫ﺃﹸﻫ‬ ‫ﻘﹰﺎ‬‫ﺴ‬‫ﻓ‬ ‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﺲ‬‫ﺭﹺﺟ‬ ‫ﻪ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻧ‬ ‫ﺮﹴ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬‫ﺧ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬ ‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺣ‬‫ﻔﹸﻮ‬‫ﺴ‬‫ﻣ‬
.(:‫)ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺭ‬‫ﻏﹶﻔﹸﻮ‬‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻻﹶﻋ‬‫ﻭ‬
‫ﺎﻍﹴ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﻄﹸﺮ‬‫ﺍﺿ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻓﹶﻤ‬،‫ﺑﹺﻪ‬ِ‫ﺍﷲ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫ﻞﱠ‬‫ﺎﺃﹸﻫ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬‫ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻭ‬‫ﺔﹶ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺎﺣ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬
.(:‫)ﺍﻟﻨﺤﻞ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺭ‬‫ﻏﹶﻔﹸﻮ‬َ‫ﺍﷲ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻋ‬865 ‫ﻻﹶ‬‫ﻭ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻔﻮﺣ‬‫ﻣﺴ‬‫ﺎ‬‫ﺩﻣ‬
LAMPIRAN

“Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang


diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang
yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai,
darah yang mengalir, atau daging babi --karena sesungguhnya
semua itu kotor-- atau binatang yang disembelih atas nama
‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺩ‬ ‫ﺃﹶﻭ‬ Allah.
selain ‫ﺔﹰ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻣ‬ ‫ﻥﹶ‬‫ﻜﹸﻮ‬Barang
‫ﻳ‬ ‫ﺃﹶﻥﹾ‬ ‫ﺇﹺﻻﱠ‬ ‫ﻪ‬‫ﻤ‬siapa
‫ﻄﹾﻌ‬‫ﻳ‬ ‫ﻢﹴ‬‫ﻃﹶﺎﻋ‬yang
 ‫ﻠﹶﻰ‬‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬dalam
‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﻣ‬ ‫ﺇﹺﻟﹶﻲ‬keadaan
 ‫ﻲ‬‫ﺣ‬‫ﺎﺃﹸﻭ‬‫ﻣ‬ ‫ﻰ‬‫ﻓ‬terpaksa
‫ﻻﹶﺃﹶﺟﹺﺪ‬ ‫ﻗﹸﻞﹾ‬
(mema-kannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak
‫ﺎﻍﹴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬melampaui
(pula) ‫ﻄﹸﺮ‬‫ﺍﺿ‬ ‫ﻦﹺ‬‫ﻓﹶﻤ‬ ،‫ﺑﹺﻪ‬batas,
 ِ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬maka
‫ﻞﱠ‬‫ﺃﹸﻫ‬ ‫ﻘﹰﺎ‬‫ﺴ‬sesungguhnya
‫ﻓ‬ ‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﺲ‬‫ﺭﹺﺟ‬ ‫ﻪ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻧ‬ ‫ﺮﹴ‬‫ﺰﹺﻳ‬Tuhanmu
‫ﻨ‬‫ﺧ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬ ‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺣ‬Maha
‫ﻔﹸﻮ‬‫ﺴ‬‫ﻣ‬
Pengampun, Maha Penyayang” .( (QS.
:‫ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ‬al-An’am
)‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬[6]:
‫ﺭ‬‫ﻏﹶﻔﹸﻮ‬145).
‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻻﹶﻋ‬‫ﻭ‬
‫ﺎﻍﹴ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﻄﹸﺮ‬‫ﺍﺿ‬‫ﻦﹺ‬‫ﻓﹶﻤ‬،‫ﺑﹺﻪ‬ِ‫ﺍﷲ‬‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬‫ﻞﱠ‬‫ﺎﺃﹸﻫ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬‫ﻭ‬‫ﻡ‬‫ﺍﻟﺪ‬‫ﻭ‬‫ﺔﹶ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻋ‬‫ﻡ‬‫ﺮ‬‫ﺎﺣ‬‫ﻤ‬‫ﺇﹺﻧ‬
.(:‫)ﺍﻟﻨﺤﻞ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺭ‬‫ﻏﹶﻔﹸﻮ‬َ‫ﺍﷲ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻻﹶﻋ‬‫ﻭ‬
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu (memakan)  ‫ﺎ‬‫ﻔﻮﺣ‬‫ﻣﺴ‬‫ﺎ‬‫ﺩﻣ‬
bang-kai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barang 
‫ﺍﻝﹺ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻣ‬dalam
siapa ‫ﺍ‬‫ﺎ‬‫ﻣﻮ‬‫ﻛﹸﻠﹸﺩ‬
‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﻘﹰﺎ‬‫ﻓﹶﺮﹺﻳ‬keadaan  ‫ﺃﹶﺄﹾﻭ‬‫ﺘ‬‫ﺔﹰﻟ‬‫ﺘ‬‫ﻡﹺﻴ‬‫ﱠﺎﻣ‬‫ﻥﹶﻜ‬terpaksa
‫ﻮ‬‫ﻟﹾﻜﹸﺤ‬‫ﺍﻳ‬‫ﹶﻰﻥﹾ‬
‫ﺃﹶ‬‫ﺇﹺﻻﱠﻟ‬‫ﺇﹺ‬‫ﺎ‬‫ﻬ‬‫ﻪ‬‫ﺑﹺﻤ‬‫(ﻌ‬memakannya)
‫ﺍﻄﹾ‬‫ﻮ‬‫ﻳ‬‫ﻟﹸ‬‫ﻢﹴﺪ‬‫ﻋ‬‫ﺗ‬‫ﻃﹶﺎﻭ‬‫ﹶﻰﻞﹺ‬‫ﻠﻃ‬‫ﺎﻋ‬‫ﺎﺒ‬‫ﺎﻣﻟﹾ‬‫ﺑﺮ‬‫ﺤ‬‫ﻢ‬‫ﻣ‬‫ﻜﹸ‬‫ﻲ‬‫ﻟﹶﻨ‬‫ﺇﹺﻴ‬sedang
‫ﺑ‬‫ﻲ‬‫ﻢ‬‫ﻜﹸﺣ‬‫ﺎﻟﹶﺃﹸﻭ‬‫ﺍ‬‫ﻮﻣ‬‫ﻰﻣ‬‫ﺃﹶ‬‫ﻓ‬ia
‫ﺍ‬‫ﻛﹸﻠﹸﺟﹺﻮﺪ‬ ‫ﺄﹾﻻﹶﺃﹶ‬‫ﻻﹶﺗ‬
tidak ‫ﻗﹸﻞﹾ‬‫ﻭ‬
menginginkannya ‫ﺎﻍﹴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬dan ‫ﻄﹸﺮ‬‫ﺍﺿ‬ ‫ﻦﹺ‬tidak ‫ﻓﹶﻤ‬ ،‫ﺑﹺﻪ‬ ِ‫ﺍﷲ‬(pula) ‫ﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬ ‫ﻞﱠ‬‫ﺃﹸﻫ‬ ‫ﻘﹰﺎ‬melam-paui‫ﺴ‬‫ﻓ‬ ‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﺲ‬‫ﺭﹺﺟ‬ ‫ﻪ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻧ‬ ‫ﺮﹴ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ﻨ‬batas, ‫ﺧ‬‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺤ‬ ‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﺎ‬maka ‫ﺣ‬‫ﻔﹸﻮ‬‫ﺴ‬‫ﻣ‬
sesungguhnya Allah Maha Pengampun,  .( :‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬
.(:Maha
)‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻤ‬‫ﻠﹶﺣ‬‫ﻌ‬‫ﺭ‬‫ﺗ‬‫ﺭ‬‫ﻮ‬‫ﻔﹸﻢ‬‫ﻏﹶﺘ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻭ‬‫ﻚ‬‫ﻢﹺﺑ‬‫ﺭ‬‫ﻓﹶﺎﹾﺈﹺﻹِﻥﱠﺛﹾ‬‫ﺑﹺ‬‫ﺩ‬(QS.
‫)ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ‬‫ﻢ‬‫ﻴ‬Penyayang”
‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬
‫ﺎ‬‫ﻻﹶﻋ‬‫ﻭ‬
al-Baqarah [2]: 173).
‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﺩ‬ ‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﺔﹰ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻣ‬ ‫ﻥﹶ‬‫ﻜﹸﻮ‬‫ﻍﹴ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﺑ‬‫ﻥﹾ‬‫ﺃﹶﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬ ‫ﻻﱠ‬‫ﺇﹺﻄﹸﺮ‬‫ﺿ‬‫ﺍﻪ‬‫ﻦﹺﻤ‬‫ﻌ‬‫ﻓﹶﻄﹾﻤ‬‫ﻳ‬،‫ﻢﹴﺑﹺﻪ‬ِ‫ﷲ‬‫ﹶﺎﺍﻋ‬‫ﺮﹺﻃ‬‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﹶﻰﻟ‬ ‫ﻠﻞﱠ‬‫ﻫ‬‫ﺎﺃﹸﻋ‬‫ﻣ‬‫ﺎﻭ‬‫ﻣ‬‫ﺮﹺ‬‫ﺮ‬‫ﺰﹺﻳ‬‫ﺤ‬‫ﻨ‬‫ﺨ‬‫ﻟﹾﻣ‬‫ﺍ‬‫ﻲ‬
‫ﻢ‬‫ﻟﹶﺇﹺﻟﹶﺤ‬‫ﻭ‬‫ﻲ‬‫ﻡ‬‫ﺪ‬‫ﺍﻟﺣ‬‫ﻭ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺔﹶﺃﹸ‬‫ﻣﺘ‬‫ﻴ‬‫ﻤ‬‫ﻰﺍﻟﹾ‬
‫ﻜﹸﻓﻢ‬ ‫ﻴ‬‫ﻠﹶﺪ‬‫ﺟﹺﻋ‬‫ﺃﹶﻡ‬‫ﻻﹶﺮ‬‫ﺣ‬‫ﺎ‬‫ﻞﹾﻤ‬‫ﻗﹸﺇﹺﻧ‬
‫ﺎﻍﹴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﻄﹸﺮ‬keempat
Menurut ‫ﺍﺿ‬ ‫ﻦﹺ‬‫ﻓﹶﻤ‬ ،‫ﻪ‬ayat ‫ﺑﹺ‬ ِ‫ﺍﷲ‬ ‫ﺮﹺ‬di ‫ﻴ‬‫ﻐ‬‫ﻟ‬atas, ‫ﻞﱠ‬‫ﺃﹸﻫ‬ ‫ﻘﹰﺎ‬‫ﺴ‬benda ‫ﻓ‬ ‫ﺃﹶﻭ‬‫ﺲ‬ .(yang:‫ﺍﻟﻨﺤﻞ‬
‫ﺭﹺﺟ‬ ‫ﻪ‬‫ﺈﹺﻧ‬termasuk ‫ﻓﹶ‬ ‫)ﺮﹴ‬‫ﻳ‬‫ﺰﹺﻢ‬‫ﻴ‬‫ﻨ‬‫ﺣ‬‫ﺧ‬‫ﺭ‬‫ﺭ‬‫ﻢ‬‫ﻮ‬‫ﻟﹶﻏﹶﻔﹸﺤ‬kelompokَ‫ﺍﷲ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻻﹶﻋ‬‫ﻭ‬
‫ﺃﹶﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺣ‬‫ﻔﹸﻮ‬‫ﺴ‬‫ﻣ‬
haram li-zatih sangat terbatas, yaitu darah yang mengalir  (‫ﺎ‬‫ﻔﻮﺣ‬‫ﻣﺴ‬‫ﺎ‬‫) ﺩﻣ‬
dan daging babi; sedang sisanya termasuk .(:‫ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ‬ kedalam )‫ﻢ‬‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫ﺭ‬‫ﺭ‬kelompok ‫ﻏﹶﻔﹸﻮ‬‫ﻚ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬‫ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ‬haram ‫ﺎﺩ‬‫ﻻﹶﻋ‬‫ﻭ‬
li-gairih yang karena cara penanganannya tidak sejalan dengan
‫ﺎﻍﹴ‬‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻏﹶﻴ‬‫ﻄﹸﺮ‬‫ﺍﺿ‬‫ﻦﹺ‬‫ﺍﻝﹺﻤ‬‫ﻮﻓﹶ‬kedua
syari’at Islam. Selain
‫ﻣ‬،‫ﺃﹶ‬‫ﻪ‬‫ﺑﹺﻦ‬‫ﷲِﻣ‬ ‫ﺍﻘﹰﺎ‬‫ﻳ‬benda
‫ﻓﹶﺮﹺﺮﹺ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻐ‬‫ﻮ‬‫ﻟ‬‫ﺄﹾﻞﱠﻛﹸﻠﹸ‬‫ﻫ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬‫ﺃﹸ‬yang
‫ﺎ‬‫ﻜﱠﺎﻣﻡﹺ‬‫ﻭ‬‫ﺤ‬‫ﺍﻟﹾﺮﹺ‬‫ﻳ‬‫ﺰﹺ‬dijelaskan
‫ﻨ‬‫ﺇﹺﻟﺨ‬ ‫ﺎﻟﹾ‬‫ﻬﺍ‬‫ﺑﹺ‬‫ﻢ‬ ‫ﺍ‬‫ﻟﹸﻮﺤ‬‫ﻟﹶﺪ‬‫ﻭ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬‫ﻞﹺﻡ‬‫ﺪ‬al-Qur’an
‫ﹶﻰ‬ ‫ﺍﻟﻃ‬‫ﺎ‬‫ﺎﻟﹾﻭﺒ‬‫ﺑ‬‫ﺔﹶ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﻜﹸﻴ‬‫ﻤ‬‫ﻟﹾﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺍﺑ‬‫ﻢ‬‫ﻜﹸﻜﹸﻢ‬itu,
‫ﺍﻟﹶ‬‫ﻠﹶﻮﻴ‬‫ﻣ‬‫ﺃﹶﻋ‬‫ﺍ‬‫ﻮﻡ‬benda
‫ﻛﹸﻠﹸﺮ‬‫ﺄﹾﺣ‬‫ﺎﺗ‬‫ﻤﻻﹶ‬‫ﻭ‬‫ﺇﹺﻧ‬
haram li-zatih juga dijelaskan dalam .( sejumlah :‫ﺍﻟﻨﺤﻞ‬ .():hadis ‫ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﻢ‬
‫ﻴ‬‫ﺣ‬‫)ﺭ‬‫ﻥﹶ‬‫ﺭ‬‫ﻮ‬Nabi; ‫ﻮ‬‫ﻠﹶﻔﹸﻤ‬‫ﻏﹶﻌ‬‫ﺗ‬‫ﷲَﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺍﺃﹶﻧ‬‫ﻭ‬misalnya
‫ﻥﱠ‬‫ﻹِﻓﹶﺛﹾﺈﹺﻢﹺ‬‫ﺎﹾ‬‫ﺑﹺﺩ‬‫ﺎ‬‫ﺎﻻﹶﻋﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﻭ‬
binatang buas dan binatang bertaring, dan sebagainya. Demikian juga
alkohol (khamar). Mengenai benda haram li-gairih yang karena ‫ﺎ‬‫ﻔﻮﺣ‬‫ﻣﺴ‬cara ‫ﺎ‬‫ﺩﻣ‬
memperolehnya, Allah berfirman, antara lain:

‫ﺍﻝﹺ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻣ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﻘﹰﺎ‬‫ﻓﹶﺮﹺﻳ‬ ‫ﺍ‬‫ﺄﹾﻛﹸﻠﹸﻮ‬‫ﺘ‬‫ﻟ‬ ‫ﻜﱠﺎﻡﹺ‬‫ﺍﻟﹾﺤ‬ ‫ﺇﹺﻟﹶﻰ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑﹺﻬ‬ ‫ﺍ‬‫ﻟﹸﻮ‬‫ﺪ‬‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻞﹺ‬‫ﺎﻃ‬‫ﺎﻟﹾﺒ‬‫ﺑ‬ ‫ﻜﹸﻢ‬‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﺍﻟﹶﻜﹸﻢ‬‫ﻮ‬‫ﺃﹶﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺄﹾﻛﹸﻠﹸﻮ‬‫ﻻﹶﺗ‬‫ﻭ‬
 .(:‫)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬‫ﻥﹶ‬‫ﻮ‬‫ﻠﹶﻤ‬‫ﻌ‬‫ﺗ‬‫ﻢ‬‫ﺘ‬‫ﺃﹶﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺑﹺﺎﹾﻹِﺛﹾﻢﹺ‬‫ﺎﺱﹺ‬‫ﺍﻟﻨ‬
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (QS.
al-Baqarah [2]: 188).
Untuk kepentingan penetapan fatwa halal, MUI hanya
memperhatikan apakah suatu produk mengandung unsur-unsur benda
haram li-zatih atau haram li-gairih yang karena cara penanganannya

866
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

tidak sejalan dengan syari’at Islam, atau tidak. Dengan arti kata, MUI
tidak sampai mempersoalkan dan meneliti keharamannya dari sudut
haram li-gairih, sebab masalah ini sulit dideteksi dan persoalannya
diserahkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Prosedur dan mekanisme penetapan fatwa halal pada prinsipnya,
untuk ditingkat Komisi Fatwa, sama dengan penetapan fatwa secara
umum. Hanya saja, sebelum masalah tersebut (produk yang dimintakan
fatwa halal) dibawa ke Sidang Komisi, LP.POM MUI terlebih dahulu
melakukan penelitian dan audit ke pabrik bersangkutan. Untuk lebih
jelasnya, prosedur dan mekanisme pene-tapan fatwa halal, secara
singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. MUI memberikan pembekalan pengetahuan kepada para auditor
LP.POM tentang benda-benda haram menurut syari’at Islam,
dalam hal ini benda haram li-zatih dan haram li-gairih yang karena
cara penanganannya tidak sejalan dengan syari’at Islam. Dengan
arti kata, para auditor harus mem-punyai pengetahuan memadai
tentang benda-benda haram tersebut.
2. Para auditor melakukan penelitian dan audit ke pabrik-pabrik
(perusahaan) yang meminta sertifikasi halal. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi:
a. Pemeriksaan secara seksama terhadap bahan-bahan produk,
baik bahan baku maupun bahan tambahan (penolong).
b. Pemeriksaan terhadap bukti-bukti pembelian bahan produk.
3. Bahan-bahan tersebut kemudian diperiksa di laboratorium,
terutama bahan-bahan yang dicurigai sebagai benda haram atau
mengandung benda haram (najis), untuk mendapat kepastian.
4. Pemeriksaan terhadap suatu perusahaan tidak jarang dilakukan
lebih dari satu kali; dan tidak jarang pula auditor (LP.POM)
menyarankan –bahkan mengharuskan— agar mengganti suatu
bahan yang dicurigai atau diduga mengandung bahan yang haram
(najis) dengan bahan yang diyakini kehalal-annya atau sudah
berserifikat halal dari MUI atau dari lembaga lain yang dipandang
berkompeten, jika persuahaan tersebut tetap menginginkan
mendapat sertifikat halal dari MUI.
5. Hasil pemeriksaan dan audit LP.POM tersebut kemudian
dituangkan dalam sebuah Berita Acara; dan kemudian Berita Acara
itu diajukan ke Komisi Fatwa MUI untuk disidangkan.
6. Dalam Sidang Komisi Fatwa, LP.POM menyampaikan dan menje-
laskan isi Berita Acara, dan kemudian dibahas secara teliti dan
mendalam oleh Sidang Komisi.
7. Suatu produk yang masih mengandung bahan yang diragukan

867
LAMPIRAN

kehalalannya, atau terdapat bukti-bukti pembelian bahan produk


yang dipandang tidak transparan oleh Sidang Komisi, dikembalikan
kepada LP.POM untuk dilakukan penelitian atau auditing ulang ke
perusahaan bersangkutan.
8. Sedangkan produk yang telah diyakini kehalalannya oleh Sidang
Komisi, diputuskan fatwa halalnya oleh Sidang Komisi.
9. Hasil Sidang Komisi yang berupa fatwa halal kemudian dilaporkan
kepada Dewan Pimpinan MUI untuk di-tanfiz-kan dan keluarkan
Surat Fatwa Halal dalam bentuk Sertifikat Halal.
Untuk menjamin kehalalan suatu produk yang telah mendapat
Sertifikat Halal, MUI menetapkan dan menekankan bahwa jika sewaktu-
waktu ternyata diketahui produk tersebut mengandung unsur-unsur
barang haram (najis), MUI berhak mencabut Sertifikat Halal produk
bersangkutan. Di samping itu, setiap produk yang telah mendapat
Sertifikat Halal diharuskan pula memperbaharui atau memperpanjang
Sertifikat Halalnya setiap dua tahun, dengan prosedur dan mekanisme
yang sama. Jika, setelah dua tahun terhitung sejak berlakunya Sertifikat
Halal, perusahaan bersangkutan tidak mengajukan peromohonan
(perpanjangan) Sertifikat Halal, perusahaan itu dipandang tidak lagi
berhak atas Sertifikat Halal, dan kehalalan produk-produknya di luar
tanggung jawab MUI.
Bagi masyarakat yang ingin mendapat informasi tentang produk
(perusa-haan) yang telah mendapat Sertifakat Halal MUI dan masa
keberlakuannya, LP.POM MUI telah menerbitkan Jurnal Halal.

Penutup
Demikianlah uraian singkat tentang prosedur dan mekanisme
penetapan fatwa MUI secara umum dan penetapan fatwa halal
secara khusus yang dapat disampaikan. Bila terdapat kekhilafan dan
kekurangan di sana sini, mohon kiranya dimaklumi.

KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua, Sekretaris

ttd. ttd.

K.H. Ma’ruf Amin Drs. Hasanuddin, M.Ag

868
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN
DEWAN PIMPINAN MAJELIS ULAMA INDONESIA
Tentang
PERUBAHAN SUSUNAN PERSONALIA KOMISI-KOMISI
MAJELIS ULAMA INDONESIA PERIODE 2005-2010
Nomor: Kep-211b / MUI / V / 2007

Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia setelah :

Menimbang : 1. bahwa untuk terlaksananya amanat Munas


VII MUI Tahun 2005 dalam melengkapi
Susunan Pengurus Majelis Ulama Indonesia
periode 2005-2010, telah ditetapkan
Susunan dan Personalia Komisi-Komisi di
lingkungan Majelis Ulama Indonesia melalui
SK MUI No.: Kep-435b/MUI/IX/2005
tanggal 3 Oktober 2005;
2. bahwa dalam pelaksanaan tugas-tugas
komisi antara tahun 2005-2007 dijumpai
berbagai kendala dan hambatan antara lain
karena adanya pimpinan/anggota komisi
yang meninggal dunia, pindah tempat tugas
dan domisili, serta karena kesibukan tugas
lain;
3. bahwa oleh sebab itu, lowongan jabatan
kepengurusan tersebut perlu diisi oleh
personel pengganti yang tepat.

Mengingat : 1. Hasil-hasil Keputusan Munas VII MUI tahun


2005.
2. Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah
Tangga MUI serta Program Kerja Majelis
Ulama Indonesia.
3. Pedoman Penyelenggaraan Organisasi MUI.

Memperhatikan : 1. Hasil-hasil Rapat Kerja Nasional tahun


2006.
2. Kesimpulan Rapat Pengurus Paripurna
Majelis Ulama Indonesia tanggal 4 April
2007.

869
LAMPIRAN

3. Pendapat, usul dan saran-saran dalam rapat


pengurus harian MUI pada tanggal 24 April
2007.
4. Pendapat, usul dan saran-saran peserta
rapat komisi yang terkait.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT :

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Perubahan Susunan Personalia Komisi-komisi Dewan Pimpinan
Majelis Ulama Indonesia periode 2005-2010 seperti terlampir dalam
Surat Keputusan ini.
Surat Keputusan ini disampaikan kepada masing-masing yang
bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan sebaik-baiknya, dengan
ketentuan segala sesuatu akan diubah dan diperbaiki sebagaimana
mestinya, jika dikemudian hari terdapat kekeliruan.

Ditetapkan : Jakarta, 13 Jumadil Awal 1428 H


30 Mei 2007 M

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Umum

ttd ttd

DR. K.H. M.A. Sahal Mahfudh Drs. H.M. Ichwan Sam

870
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

Lampiran:

Surat Keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia No. Kep-


211b/MUI/V/2007 tentang Susunan dan Perubahan Personalia
Komisi-Komisi MUI Periode 2005-2010.

KOMISI FATWA

Penasihat : K.H. Ma’ruf Amin


Ketua : Dr. H.M. Anwar Ibrahim
Wakil Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA,
MM
Wakil Ketua : Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA
Wakil Ketua : Dr. H. Masyhuri Na’im, MA
Wakil Ketua : Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA
Sekretaris : Dr. H. Hasanudin, M.Ag
Wakil Sekretaris : Drs. H. Aminudin Yakub, MA
Wakil Sekretaris : Dr. H.M. Asrorun Ni’am Sholeh, MA
Wakil Sekretaris : Drs. H. Sholahuddin al-Aiyub, M.Si
Anggota :
1. Drs. K.H. Hafiz Usman
2. Dr. K.H. Maghfur Usman
3. Drs. K.H. Ghazalie Masroerie
4. K.H. Tb. Hasan Basri
5. Drs. K.H. Saifuddin Amsir
6. K.H. Masyhuri Syahid, MA (Alm)
7. Prof. Dr. K.H. Muslim Nasution, MA
8. Prof. Drs. H.M. Nahar Nahrawi, SH, MM
9. Drs.H. Asnawi Latief
10. Prof. Dr. H. Hasanuddin AF., MA
11. Dr. K.H. A. Munif Suratmaputra, MA
12. Dra. Hj. Mursyidah Thahir, MA
13. Dra. Hj. Maria Ulfah, MA
14. Drs. H. Zafrullah Salim, SH, M.Hum
15. Drs. H. Alizar Djas, SH
16. Dr. H. A. Fattah Wibisono, MA
17. H. Mas’adi Sulthoni, MA
18. Drs. K.H. Sholeh Harun
19. Prof. Dr. H. Syamsul Anwar
20. K.H. Ahmad Suhaili
21. K.H. Yakub Lubis
22. Dra. Hj. Muslihah Syukri, MA
23. Dr. Hj. Isnawati Rais, MA

871
LAMPIRAN

24. Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA


25. K.H. Muhammad Sofwan Kosasih
26. H. Abdul Wahhab Abd. Muhaimin, Lc, MA
27. Drs. H. Sopa, MA
28. Dr. H. Muchlis Hanafi, MA
29. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, MA
30. Drs. K.H. Banani Adam (Alm)
31. Drs. Agus Salim Dasuki, M.Eng
32. K.H. Muzayyin Muh. Thoyib, Lc
33. Drs. K.H. Anwar Hidayat, SH
34. Dr. K.H. Abdul Mannan, MM
35. Dr. H. Setiawan Budi Utomo, Lc

Ditetapkan : Jakarta, 13 Jumadil Awal 1428 H


30 Mei 2007 M

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Umum

ttd ttd

DR. K.H. M.A. Sahal Mahfudh Drs. H.M. Ichwan Sam

872
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN
DEWAN PIMPINAN MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor: Kep-356 / MUI / IX / 2009
Tentang
SUSUNAN KEANGGOTAAN KELOMPOK KERJA
KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia setelah :

Menimbang : 1. bahwa Komisi Fatwa Majelis Ulama


Indonesia merupakan salah satu perangkat
kerja Majelis Ulama Indonesia yang fungsi
utamanya adalah mengeluarkan fatwa
tentang berbagai bidang ajaran agama;
2. bahwa untuk lebih mengefektifkan
pelaksanaan tugas dan fungsi serta dalam
rangka akselerasi kinerja Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia, dipandang perlu
membentuk kelompok kerja (pokja) yang
pembagian tugasnya dibagi per bidang;
3. bahwa yang nama-namanya tercantum
dalam Surat Keputusan ini dianggap mampu
untuk duduk dalam keanggotaan kelompok
kerja (pokja) Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia.

Mengingat : 1. Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah


Tangga Majelis Ulama Indonesia Periode
2005-2010.
2. Program Kerja Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia Periode 2005-2010.

Memperhatikan : 1. Hasil Rapat Pengurus Komisi Fatwa MUI


tanggal 3 September 2009.
2. Hasil Rapat Tim Kerja Komisi Fatwa MUI
tanggal 5 September 2009.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
1 Susunan Keanggotaan Kelompok Kerja (Pokja) Komisi Fatwa
MUI dengan susunan sebagaimana tersebut dalam lampiran surat

873
LAMPIRAN

keputusan ini.
2. Kelompok Kerja (Pokja) Komisi Fatwa MUI bekerja sesuai dengan
Mekanisme Kerja dan Program Kerja Komisi Fatwa MUI Periode
2005-2010 serta bertanggung-jawab kepada Ketua Komisi Fatwa
MUI.
3. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini maka akan dilakukan
perbaikan seperlunya.
4. Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan diatur
lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Ditetapkan : Jakarta, 18 Ramadhan 1430 H


8 September 2009 M

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Umum

ttd ttd

DR. K.H. M.A. Sahal Mahfudh Drs. H.M. Ichwan Sam

874
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

Lampiran:

Surat Keputusan Dewan Pimpinan MUI No. Kep-356 / MUI


/ IX / 2009 tentang Susunan Keanggotaan Kelompok Kerja
Komisi Fatwa MUI.

1. Bidang I (Aqidah, Ibadah dan Aliran Keagamaan) :


1. Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA
(koordinator)
2. Drs. H. Aminudin Yakub, M.A
(sekretaris)
3. Prof. Drs. H.M. Nahar Nahrawi, SH, MM
4. Drs. H. Zafrullah Salim, MH
5. Dr. Hj. Isnawati Rais, MA
2. Bidang II (Sosial dan Budaya) :
a. Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM (koordinator)
b. Drs. H. Sholahuddin al-Aiyub, M.Si (sekretaris)
c. Drs. H. Alizar Djas, SH
d. Drs. H. Sopa, MA
e. Dra. Hj. Muslihah Syukri, MA
3. Bidang III (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) :
1. Dr. H. Masyhuri Na’im, MA
(koordinator)
2. Dr. H. Hasanudin, M.Ag
(sekretaris)
3. Dr. H.A. Fattah Wibisono, MA
4. Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA
5. Dr. H. Setiawan Budi Utomo, Lc
4. Bidang IV (Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika) :
a. Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA
(koordinator)
b. Dr. H.M. Asrorun Ni’am Sholeh, MA (sekretaris)
c. Dr. K.H. A. Munif Suratmaputra, MA
d. Drs. H. Asnawi Latief
e. Dra. Hj. Mursyidah Thahir, MA

875
LAMPIRAN

Ditetapkan di : Jakarta, 18 Ramadhan 1430 H


8 September 2009 M

DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Umum

ttd ttd

DR. K.H. M.A. Sahal Mahfudh Drs. H.M. Ichwan Sam

876
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

MEKANISME KERJA KOMISI FATWA


(Berdasarkan Rapat Pengurus Komisi Fatwa MUI
tanggal 3 September 2009)

Pokok masalah :
1. Mekanisme Kerja Pimpinan Komisi Fatwa dan Sistem Prosedur
Surat Menyurat.
a. Pimpinan bersifat kolektif dengan asas kebersamaan
b. Untuk menangani masalah yang bersifat khusus, pimpinan
dapat membentuk Tim Khusus/ Pokja yang bersifat ad hoc.
c. Beberapa masalah yang bersifat khusus sebagaimana
dimaksud pada point b antara lain; (i) penyelesaian fatwa
atas masalah-masalah yang tertunda; (ii) kompilasi dan
pembukuan himpunan fatwa; (iii) kompilasi, verifikasi dan
pembukuan hasil ijtima ulama I dan II; (iv) sosialisasi fatwa
yang dibutuhkan masyarakat.
d. Surat-surat yang masuk ke komisi fatwa atau ke Pimpinan
MUI yang diteruskan ke Komisi Fatwa didisposisi oleh Ketua
Komisi. Jika Ketua berhalangan, didisposisi oleh pimpinan
yang lain.
e. Dalam tindak lanjut surat-surat, sekretaris dan wakil sekretaris
sesuai pembidangannya menyiapkan administrasi, termasuk
penjadwalan rapat-rapat, dan penentuan nara sumber/draft
acuan.
f. Sekretaris/Wk. Sekretaris juga bertanggung jawab dalam
menghasilkan notulasi, kesimpulan, dan/atau rumusan akhir
draft fatwa, yang harus diselesaikan selambat-lambatnya tiga
hari setelah berakhirnya rapat.
g. Ketetapan tentang suatu Fatwa MUI ditandangani oleh Ketua
dan Sekretaris, dengan mengikuti ketentuan pada pedoman
dan prosedur penetapan fatwa MUI.
h. Ketetapan fatwa/keputusan komisi fatwa harus disampaikan
kepada Dewan Pimpinan Harian MUI dalam waktu sesingkat
mungkin sebelum dipublikasikan kepada masyarakat.
i. Surat Komisi Fatwa ke Dewan Pimpinan MUI ditandanganai
oleh Ketua dan Sekretaris atau pimpinan yang membidangi.

2. Pembidangan Pimpinan Komisi Fatwa


a. Bidang I : Aqidah, Ibadah dan Aliran Keagamaan

b. Bidang II : Sosial dan Budaya


c. Bidang III : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

877
LAMPIRAN

d. Bidang IV : Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika


Pembidangan tugas tersebut di bawah koordinasi Ketua
Komisi Fatwa.

3. Penugasan mewakili Komisi Fatwa


a. Setiap tugas untuk mewakili Komisi Fatwa harus
sepengetahuan Ketua Komisi Fatwa.
b. Setiap penugasan mewakili Komisi Fatwa dilaporkan hasilnya
kepada pimpinan Komisi Fatwa secara tertulis.
c. Penugasan dimaksud pada point a didasarkan pada (i)
kompetensi dan keahlian; (ii) keadilan proporsional.

878

Anda mungkin juga menyukai