Anda di halaman 1dari 4

POLICY BRIEF

KEGIATAN UKGS (USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH)

DI SLB-C DHARMA RENA RING PUTRA 2 YOGYAKARTA


Alninda Sukma Hutami. S.KG

A. Latar Belakang gigi dan mulut yang optimal adalah 100%


Kesehatan gigi dan mulut
murid SD/MI telah mendapat pemeriksaan
masyarakat Indonesia masih
gigi dan mulut. Indikator lain sesuai
membutuhkan perhatian serius dari
dengan ketentuan WHO adalah anak umur
tenaga kesehatan. Studi Morbiditas dari
12 tahun mempunyai tingkat keparahan
Studi Kesehatan Rumah Tangga - Survei
kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1
Kesehatan Nasional 2001 menunjukkan
(satu) gigi (Depkes RI, 2004). Program
bahwa penyakit gigi dan mulut berada di
UKGS sudah berjalan sejak tahun
urutan pertama penyakit yang dikeluhkan
1951, status kesehatan gigi pada anak
masyarakat dengan prevalensi 61%
usia 12 tahun masih belum
dengan 89% di antaranya diderita oleh
memuaskan. Riset Kesehatan Dasar
anak di bawah umur 12 tahun hingga
(Kemenkes, 2007) menunjukkan bahwa
terganggu sekolahnya karena sakit gigi.
prevalensi karies gigi dalam 12 bulan
Karies gigi dan penyakit periodontal dapat
terakhir di Indonesia adalah 46,5% dan
dicegah melalui kebiasaan memelihara
yang mempunyai pengalaman karies
kesehatan gigi dan mulut sejak dini dan
sebesar 72,1%. Prevalensi karies aktif
secara kontinu. Oleh karena itu,
kelompok umur 12 tahun sebesar 29,8%
dibutuhkan upaya pencegahan penyakit
sedangkan pengalaman karies 36,1%.
gigi melalui sekolah, pada jenjang yang Angka kejadian karies didominasi
lebih awal. Pencegahan ditujukan kepada oleh anak yang tidak melakukan
siswa-siswi di sekolah melalui suatu perawatan terhadap kerusakan gigi.
program kesehatan yang terencana dan Perawatan gigi sangat penting dilakukan
terpadu di sekolah dasar, seperti UKGS agar anak terhindar dari kerusakan gigi
(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah). dan penyakit gusi. Apabila telah terjadi
Tujuan UKGS adalah tercapainya
kerusakan gigi maka dapat segera
derajat kesehatan gigi dan mulut siswa
dilakukan perawatan untuk mencegah
yang optimal. Indikator derajat kesehatan
keparahan yang meningkat. Untuk mau
dan mampu melakukan perawatan gigi Pernik Giatku (Permainan Edukasi Gigi
diperlukan adanya motivasi dan Sehatku) meningkatkan antusiasme siswa
pengetahuan, sedangkan anak usia sekolah dan siswi SLB-C Dharma Rena Ring
memiliki motivasi dan pengetahuan yang Putra 2 Yogyakarta dalam mengikuti
kurang dalam melakukan perawatan gigi kegiatan, hal ini ditunjukkan dengan siswa
(Setiawan, R., et al, 2014). dan siswi yang memperhatikan dokter gigi
Motivasi dan pengetahuan anak-
dan operator selama melakukan simulasi
anak dapat ditingkatkan melalui berbagai
game.
macam metode, seperti ceramah, seminar, Visual yang bagus, penuh dengan
curah pendapat, dan bermain. Salah satu warna dan respon yang cukup baik
metode pendekatan yang efektif untuk disertai dengan audio berisi lagu yang
meningkatkan motivasi dan pengetahuan umum didengar anak-anak menjadi
anak-anak adalah dengan metode bermain. kelebihan tersendiri bagi Game Pernik
Bermain adalah suatu kegiatan dengan Giatku sehingga dapat menarik perhatian.
atau tanpa menggunakan sesuatu, akan Ketika perhatian telah ditujukan pada
memberikan kesenangan, informasi, suatu hal, dalam hal ini yaitu, Game
bahkan imajinasi terhadap sesuatu Pernik Giatku, maka fokus juga akan
tersebut, dalam hal ini sesuatu tersebut tertuju pada hal tersebut sehingga konten
dapat berupa game (Sumantri, D., et al, dalam Game Pernik Giatku akan lebih
2015). mudah disampaikan dan diterima,
Game juga bisa menjadi media
dibuktikan dengan kemauan dan
pembelajaran alternatif (Game Edukasi)
kemampuan siswa dan siswi menjawab
yang lebih memotivasi dan menarik,
secara berulang dan benar terhadap
sehingga proses pembelajaran lebih
pertanyaan baik pada game maupun
menyenangkan. Disisi lain bahwa bermain
pertanyaan dari dokter gigi yang
game merupakan aktivitas yang tidak
melakukan simulasi.
asing lagi bagi sebagian besar anak-anak. Berdasarkan kegiatan yang telah
Bahkan tidak sedikit anak-anak yang dilakukan, Game Pernik Giatku dapat
bermain game dan menjadikannya sebagai meningkatkan motivasi dan pengetahuan
sebuah hobi yang dapat dilakukan setiap siswa-siswi, namun terdapat kemunginan
hari (Batuwael, E., et al, 2016). hambatan dalam pelaksanaan merawat
gigi secara mandiri, dengan adanya
B. Hasil Temuan Faktor Resiko
Pelaksanaan kegiatan edukasi keterbatasan intelektual siswa-siswi SLB-
kesehatan gigi dan mulut melalui Game C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta.
C. Dampak dari Masalah Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta
Perawatan gigi pada siswa-siswi
terselenggara dengan baik akan
SLB-C Dharma Rena Ring Putra 2
memberikan kontribusi yang besar dalam
Yogyakarta dibatasi dengan adanya
menurunkan angka karies gigi, tidak
keterbatasan intelektual sehingga
hanya pada siswa-siswi di SLB-C Dharma
dibutuhkan pendampingan tidak hanya
Rena Ring Putra 2 Yogyakarta tetapi juga
pada saat di sekolah, namun juga pada
pada keluarga setiap pihak yang terlibat,
saat di luar lingkungan sekolah.
dan bahkan dapat berdampak lebih luas
Pendampingan dibutuhkan agar perawatan
dari itu.
gigi dapat lebih maksimal serta apabila
terdapat kerusakan gigi dapat diketahui
dan dirawat lebih awal.

D. Rekomendasi
Perlu dilakukan pendampingan
pada saat di sekolah dan di luar
lingkungan sekolah baik oleh dokter gigi,
perawat gigi, guru, maupun keluarga yang
mendampingi dalam keseharian siswa-
siiswi. Karna itu, perlu juga dilakukan
peningkatan motivasi dan pengetahuan
dalam merawat gigi kepada semua pihak
yang terlibat.

E. Kesimpulan
Keberhasilan kegiatan UKGS di
SLB-C Dharma Rena Ring Putra 2
Yogyakarta memerlukan dukungan yang
kuat dari semua pihak yang terlibat, baik
dukungan dari dokter gigi, perawat gigi,
guru, keluarga yang mendampingi dalam
keseharian siswa-siswi dan tentunya
siswa-siswi itu sendiri. Selain itu
diperlukan adanya kerjasama dan
pengabdian semua pihak yang terlibat.
Apabila kegiatan UKGS di SLB-C
DAFTAR PUSTAKA

Batuwael, E., Lumenta, ASM., Tulenan,


V. 2016. Analisa Dan Perancangan
Game Edukasi Kebersihan Mulut
pada Anak Umur 5-10 Tahun Berbasis
Android. E-Journal Teknik
Informatika (7) 1.
Departemen Kesehatan RI. 2004.
Pedoman Penyelenggaraan Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah. Jakarta.
Setiawan, R., Adhani, R., Sukmana, BI.,
Hadianto, T. 2014. Hubungan
Pelaksanaan UKGS Dengan Status
Kesehatan Gigi dan Mulut Murid
Sekolah Dasar dan Sederajat di
Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka
Putih Kota Banjarmasin. Dentino (2)
1, 102-109.
Sumantri, D., Lestari, Y., Mustika, A.
2015. Pengaruh Perubahan Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Gigi dan
Mulut Pada Pelajar Usia 7-8 Tahun di
2 Sekolah Dasar Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan Kota
Bukittinggi Melalui Permainan
Edukasi Kedokteran Gigi.
Bukittinggi.

Anda mungkin juga menyukai