Anda di halaman 1dari 7

SUKU MBAHAM

SUKU MBAHAM
ETNOGRAFI

MELIRIKSEDIKIT
TENTANG SUKUMBAHAM

SUKU MBAHAM

Manusia Mbaham merupakan suatu Suku yang dahulu hingga kini mendiami sebagian
wilayah Jazirah Mbaham hingga Matta dan sekarang menjadi wilayah Kabupaten Fakfak.
Suku Mbaham memiliki Bahasa tersendiri yang sangat berbeda dengan Matta namun
bahasa Mbaham merupakan Bahasa yang dikenal adalah Bahasa awal bagi kedua Suku
ini. Ada satu bahasa lagi yang sudah hilang tapi masih selalu diingat namanya oleh orang orang
tua suku Mbaham Matta yaitu, bahasa yang dianggap paling suci dan lebih dekat dengan Yang
Maha Mulia yaitu Allah atau Kanda Wrirenggi (sebutan kudus bagi yang Sang Pencipta)
Suku Mbaham memiliki Nilai-nilai Religi dan Mitos yang selalu dianggap
mempunyai makna yang sangat tinggi dan sangat sakral bagi kepercayaan atau agama
budaya dari sebagian besar manusia suku Mbaham. Manusia suku Mbaham memiliki
tradisi yang sangat kuat sehingga tidak mudah terpengaruh dari budaya luar sehingga
sebagian generasi muda Mbaham masih tertinggal dalam hal mengenyam bangku
pendidikan. Generasi muda Suku ini masih percaya dengan tradisi dan bahasa
orangtua yang selalu diajarkan setiap saat kepada mereka sebagai generasi Mbaham
yaitu bahwa; “Kita adalah tuan- tuan tanah, kita memiliki harta kekayaan berupa hutan dan
tanah yang luas sehingga walaupun tidak berpendidikan kita masih bisa menikmati hidup ini”.
Ajaran semacam ini menjadi kebiasaan yang telah tertanam sejak lama, sehingga sulit
untuk dipecahkan. Karena hingga saat ini alam masih memanjakan mereka dengan
berbagai kemudahan. Dengan berkebun dan bercocok tanam saja mereka masih bisa
menikmati berkat yang melimpah walau hanya sebatas makan dan minum, terpenuhi.
Dan salah satu ciri yang paling menonjol dari manusia suku Mbaham yaitu sifat
indifidualisme yang sangat tinggi walaupun terkadang ada sisa-sisa primordial yang
tertinggal tapi rasa primordialisme ini hanya digunakan pada momen atau situasi
tertentu saja.
Kesederhanaan manusia suku Mbaham sangat kental sehingga mereka selalu
berpikir apa adanya, karena sebagian besar berkat bagi anak cucu suku Mbaham telah
disiapkan oleh nenek moyang kita, salah contoh yang paling nyata adalah adanya
pembagian wilayah untuk Marga atau Klan atau Fam dengan Hak ulayat atau Hak Atas
Tanah Adat yang telah diakui oleh masing masing marga sejak nenek moyang serta
adanya tanaman Pala sebagai salah satu contoh nyata bagi adanya pembagian tanah adat
sebagai hak ulayat dan sekarang pala sekarang sebagai hasil bumi yang paling diandalkan
saat ini.
Pala merupakan hasil jerih payah nenek moyang suku ini, memang kita semua
mengakui sejak awal mula peradaban suku ini, nenek moyang suku Mbaham sudah
sangat maju dan jenius karena mereka telah berpikir tentang masa depan anak cucu
mereka yaitu dengan membagi wilayah per marga dan membagi hasil/ bibit Pala yang
entah didapatkan dari mana awalnya kemudian mereka membagi bibit pohon ini secara
merata didalam setiap pemimpin Klan atau Fam atau Marga untuk ditanam dan hingga
kini anak cucu Suku Mbaham telah menikmati hasilnnya.
Dengan adanya kerapatan adat, sebagai anak cucu suku Mbaham mulai menyadari
bahwa begitu pentingya persatuan antar anak-anak cucu suku Mbaham dan betapa
pentingnya dunia pendidikan agar masyarakat suku Mbaham kedepan lebih maju dan
bersaing dengan saudara-saudara dari luar Mbaham baik orang Papua secara
keseluruhan maupun orang suku Matta yang mungkin sedikit agak lebih maju yang dan
terlebih dahulu mengenal peradaban Dunia luar karena mereka menyebar sepanjang
pesisir pantai jazirah Mbaham Matta.
Putra putri Mbaham atau anak cucu suku ini mulai menyadari dan membangun
kesadaran untuk berpikir lebih maju dan lebih bijaksana dalam mengambil setiap
keputusan sesuai dengan Nilai-nilai budaya Mbaham tanpa mengesampingkan apa yang
menjadi tuntutan jaman yaitu dunia modern dengan berbagai macam perkembangan dan
kemajuan yang seperti virus mulai menyebar dan menggeroti sebagian Nilai-nilai budaya
dan kesakralan nilai-nilai adat budaya suku Mbaham yang selama ini masih dianggap
suci dan sakral.

PETA PENYEBARAN PENDUDUK SUKU MBAHAM.


Penduduk Mbaham hanya menempati dua distrik didalam kabupaten Fakfak yang
memiliki luas wilayah sekitar 38.474 km persegi. Sebagian besar kabupaten ini dikuasai
oleh Matta, dan sub suku suku kecil lainnya. Daerah yang ditempati oleh penduduk asli
suku Mbaham adalah sebagian distrik Kokas dan distrik Fakfak Timur dan sebagian lagi
yang menyebar di sekitar distrik Karas.
1. a. Distrik Kokas
Suku Mbaham tersebar dari wilayah bagian bagian timur kabupaten Fakfak yaitu
distrik kokas yang menempati wilayah pegunungan dan bagian pantai distrik ini dengan
dengan penyebaran mulai dari kampong Wos, Weremu, Mitimber, Kinam, Kria Was Was,
Mambunibuni, Fior, Furir, Goras dan Andamata.

1. b. Distrik Fakfak Timur


Sedangkan bagian timur daya kabupaten Fakfak yaitu tepatnya di Distrik Fakfak
Timur sebagian penduduk suku Mbaham mulai tersebar dari Kampung Wayati, kampung
Klamanuk, Kampung Kwama, kampung Kotam, kampung Wambar, Waserat, Sangram,
Urat, Kria bisa, Tunas Gain, Saharei dan Kampung Weri sebagai letak ibu kota distrik
Fakfak Timur dan ada sebagian lagi penyebaran penduduk suku Mbaham yang tersebar
di Distrik K aras.

KEADAAN PENDUDUK SUKU MBAHAM

Jumlah penduduk suku Mbaham rata rata untuk orang dewasa berkisar disetiap
kampung kampung yang sudah terkaper adalah skitar kurang lebih 6000 sampai 7000
jiwa orang dewasa dihitung secara keseluran dari distrik Kokas hingga menyebar sampai
distrik Fakfak Timur. Sangat minim sekali dan hampir punah, bila dilihat secara
keselurhan jumlah penduduk kabupaten fakfak yang sudah mencapai 50.584 jiwa
menurut data statistik penduduk tahun 2000.

Suku Mbaham selalu hidup sederhana, mereka sudah beradaptasi secara lama
dengan lingkungan dan alam yang selalu memanjakan hidup mereka. Mereka belum
begitu terpengaruh dengan dunia luar yang sudah mencapai masa globalisasi, walau
sudah ada sebagian penduduk suku ini yang memang telah menetap dikota sebagai
bagian dari warga masyarakat kota yang multi etnis. Suku Mbaham masih memegang
teguh nilai nilai adat dan budaya asli orang Mbahan. Contoh yang paling nyata adalah
bahasa yang digunakan sehari hari adalah bahasa Mbaham. Tapi ada beberapa orang
Mbaham yang sudah tidak menggunakan bahasa Mbaham lagi tapi sudah menggunakan
Bahasa Indonesia, bahasa seram, dan basasa Matta.
Ciri ciri paling utama dan sangat menonjol dari suku Mbaham adalah hidup
sederhana apa adanya, akhirnya mereka terlalu cepat percaya dengan rayuan berbagai
macam kepentingan politik, jika rayuan itu datang dari orang orang yang memang
dianggap berpengaruh, dalam bidang politik atau eksekutif, misalnya seorang pejabat
Negara seperti bupati atau para anggota dewan yang ingin mengembangkan kepentingan
politiknya, masyarakat suku Mbaham selalu menerima dan memutuskan sesuatu tanpa
memikirkan konsekwensi logis yang akan terjadi kemudian dengan keputusan yang telah
diambil oleh tua tua adat suku ini karena mereka masih memegang teguh adat istiadat
“Apa yang Nen Bicara dan Apa yang Nen Putuskan Itulah yang paling benar” Masih terlalu
percaya pada pendapat dan permintaan orang luar. Mereka masih tidak mengakui anak
mereka sendiri tapi lebih mengutamakan kepentingan dan pengaruh dari luar.

MATA PENCARIAN SUKU MBAHAM

Suku Mbaham sudah meninggalkan budaya meramu, atau mengumpulkan


makanan dan berburu binatang buruan seperti babi, rusa, kasuari, burung burung yang
bisa dimakan, ikan, udang dan buaya. Sejak dahulu nenek moyang suku Mbaham selalu
berpindah pindah tempat. Tapi diperkirakan sejak Tahun 1600-san suku Mbaham sudah
mulai menetap dengan terbentuknya kampung kampung yang hingga kini telah menjadi
hutan belantara seperti kampung Rombena, kampung Wonggesten, Kampung Mury
Tagan dan Kampung Wagap Yon, yang telah mencatat sejarah bagi berdirinya kota Pala
Fakfak.
Dimana pada masa itu ada sebuah surat yang dikeluarkan pemerintah Kerajaan
belanda yang berada di kawasan Jasirah Mbaham Matta untuk membuka hutan diatas
tanah milik Marga Ndandarmana, Woretma, Rohrohmana, Patiran, Wanggom dan
Namudat atau marga peleburan dari beberapa marga yang menduduki wilayah pantai
barat daya untuk membuka atau menebang hutan untuk pembuatan kota Fakfak pertama
kali.
Dari sinilah sejarah asal Mula kota Fakfak yang sesungguhnya. Tapi bagian sejarah
ini selalu dilupakan oleh semua manusia yang hidup di kota kabupaten atau kota pala
Fakfak. Jika kita ingin menelusuri dan menyimak sejarah kota tertua di propinsi papua
yang dikenal sebagai kota budaya dan kota pendidikan maka surat yang dikeluarkan oleh
pemerintah residen belanda di Fakfak itu yang harus diceritakan lebih dahulu, bukan
berbagai versi cerita rekayasa yang ada selama ini, yang diciptakan hanya untuk
kepentingan politik dan kepentingan ekonomi marga atau kelompok tertentu yang selalu
mengklaim bahwa negri ini milik mereka. ( cerita-cerita orang tua Mbaham )
1. a. Bercocok tanam atau berkebun
Setiap suku mempunyai cara bercocok tanam atau berkebun yang sangat berbeda
antara salah satu suku dengan suku suku lainnya di Papua. Orang Mbaham menurut
mitologinya setiap marga atau fam telah diberi jenis talas sesuai dengan marga masing
masing yang telah secara langsung diberikan oleh sang Maha Kuasa. (Wodorpho mima
newo tengge winggat kno ponggothurnin) Setiap marga atau fam telah diberikan pegangan berupa
bibit tanaman sebelum diturunkan ke bumi oleh Yang Maha Kuasa. Ini mite yang mulai hilang
dan jarang diceritakan kepada setiap generasi Mbaham Matta. Ini sesuatu yang masih
dianggap sakral tapi penulis mencoba menggalinya sedikit saja.
Suku Mbaham memilik tradisi atau cara bercocok tani yang berbeda dengan suku
lainnya di Papua. Orang orangnya selalu membuka hutan kemudian menanam berbagai
jenis umbi umbian, berbagai jenis Talas, dan ketela pohon serta tebu. Cara bercocok
tanam mereka yaitu setelah hutannya dibersihkan mereka mulai menanam berbagai bibit
tanaman tadi kemudian kayu kayunya ditebang dan ranting rantingnya di potong
kemudian diserakkan atau dihambur hambur hingga merata di seantero tanaman yang
telah mereka tanam. Orang orang suku ini sudah menyadari bahwa semua tanaman yang
ditanam membutuhkan sinar matahari untuk bertunas dan menjadi besar hingga umbi
umbian dan Talas atau berbagai tanaman lainnya menghasilkan buah yang lebih baik.
Tanaman atau jenis umbi umbian atau Talas atau tebu yang ditanam memiliki nama
sendiri sesuai jenis dan warna yang ada pada batang atau tali umbi yang menjalar, kadang
mereka member nama dengan warna dan jenis daun atau bentuk daun yang pada talas
atau jenis warna daun pada Ubi jalar atau ubi kayu pada daun dan jenis batangnya. Nama
yang diberikan menggunakan bahasa Mbaham maupun bahasa Matta. Pemberian nama
ini juga diberikan pada jenis tebu, yang berbatang kecil atau pun berbatang besar atau
bentuk ruas tebu dibedakan sesuai dengan nama yang diberikan dan sampai saat ini
masih ada nama nama itu dalam bahasa Mbaham atau bahasa Matta.

1. b. Berburu binatang buruan


Selain bercocok tanam, mereka juga melakukan perburuan binatang buruan untuk
diambil dagingnya. Cara berburu mereka ada tiga cara yaitu; Dengan membuat atau
memasang jerat di hutan, kedua dengan cara membawa anjing di hutan untuk mengejar
dan menangkap buruan, dan ketiga dengan cara menjaga kebun atau tempat tempat
dimata binantang buruan selalu mencari makan pada malam hari. Misalnya ada berbagai
jenis bijian yang disukai binatang seperti babi, kasuari atau rusa datang untuk menikmati
biji bijian pada malam hari. Tapi sebelumnya orang Mbaham sudah tahu kalau biji bijian
pohon tersebut telah musim untuk dinikmati oleh binantang buruan. Saat inilah, lelaki
Mbaham yang pembrani pergi untuk menjaga binatang buruan dengan tumbak atau alat
untuk menikam binantang buruan lainnya.
Ada juga binantang buruan yang mereka buru bila selalu mengganggu kebun mereka. Bila
ada babi yang mengganggu, biasa mereka memasang jerat atau diburu secara langsung
pada malam hari dengan cara cara diatas (mengerahkan anjing piaran atau menjaga
kebun pada malam hari dengan tombak atau alat tajam lainnya).
1. c. Cara mengiris atau memotong binatang buruan
Orang Mbaham memiliki cara tersendiri dalam memotong atau mengiris binatang
buruan yang sangat berbeda dengan suku suku lainnya yang ada di Papua. Misalnya babi
sebelum diiris atau dipotong, terlebih dahulu bulu bulunya dibakar kemudian bulu bulu
yang sudah terbakar tadi dikikis hingga bersih dengan parang. Setelah itu ditaruh diatas
daun pisang, barulah mereka mulai menyayat bagian dada antara tangan depan kiri dan
kanan hingga terus ke bagian perut, sedangkan bagian atas hingga ke bagian rahang
bawah dicabut bersama sama dengan bagian perut dipisahkan lebih dahulu. Barulah
semua tulang tulang binatang tadi keluarkan hingga yang tersisa adalah dagingnya saja.
Kemudian dagingnya dipotong potong dan dibagi dalam bagian bagian kecil membentuk
persegi panjang.
Cara diatas adalah cara mengiris babi, sedangkan pada daging rusa yang dilakukan
duluan adalah menguliti kulitnya. Kemudian dipotong potong menjadi bagian kecil, tapi
sebelum itu tulang tulangnya dikeluarkan lebih dahulu, sedangkan pada binatang buruan
seperti kasuari cara mengiris atau memotongnya hampir sama dengan cara mengiris
babi.

SISTEM KEKERABATAN
Sistem kekerabatan yang ada adalah sistem kekerabatan menurut marga atau fam
fam dalam suku Mbaham. Sistem kekerabatan ini masih ada hingga kini dan dipegang
teguh baik oleh orang orang Suku Mbaham maupun Suku Matta di bagian barat atau
ujung jasirah Mbaham. Sistim kekerabatan ini merupakan system politik kuno bagi suku
Mbaham, dimana ada kelompok marga yang dianggap paling tua atau Nen dalam bahasa
Matta ada kelompok marga yang berada di golongan tengah, dan ada juga yang dianggap
paling terakhir atau bungsu.
Ada juga pengelompokan didalam satu marga, sesuai dengan struktur keturunan
dari nenek moyang marga tertentu didalam marga atau Fam itu sendiri.
Struktur keturunan disini dimaksudkan adalah sebagai contoh marga memiliki satu
moyang yang kemudian moyang tadi memiliki keturunan misalnya tiga orang anak
hingga kini keturunan dari tiga orang tadi terbagi menjadi tiga golongan besar karena
mereka telah memiliki banyak keturunan. Dan didalam pengelompokan struktur sesuai
marga ada tiga kelompok yaitu golongan pertama, golongan tengah, dan yang paling
bungsu.
HIDUP BERKELOMPOK DAN PEMIMPIN DESA
Suku Mbaham saat ini sudah memiliki pola hidup yang baru, dimana mereka
sudah mulai mengenal dunia politik modern terlepas dari dunia politik adat yaitu satu
ras tau suku memiliki pemimpin tertinggi yang memimpin mereka atau tuan tanah secara
feudal. Tapi di jaman modern ini mereka sudah mengangkat kepala kampung sebagai
pemimpin mereka di bidang pemerintahan atau politik modern. Tapi dalam hal
kebudayaan dan adat istiadat masih ada pemimpin secara adat dan secara feudal atau
tuan tuan tanah yang selalu menjadi panutan didalam masyarakat disetiap kampong,
bahkan satu kawasan tertentu yang mereka anggap sebagai orang yang paling tua
didalam setiap marga marga atau fam fam yang ada di suku Mbaham.

RELIGI/ AGAMA ATAU KEPERCAYAAN


Sebagian generasi suku Mbaham sudah melupakan kepercayaan animism atau
agama budaya leluhur yang dahulu dipegang oleh nenek moyang suku ini, tetapi kini
sebagian besar bahkan hampir semua keturunan suku Mbaham telah berganti dengan
menganut agama agama Wahyu seperti agama Nasrani dan Muslim. Orang Mbaham yang
berada dipesisir pantai, kebanyakan dari mereka telah menganut Agama Islam dan yang
berada jauh di pedalaman menganut agama Kristen Protestan dan ada juga sebagaian
yang menganut agama Katolik.
Hanya kampung Wayati, kampung Sangram dan Kampung Kuama di Distrik
Fakfak Timur yang memang berada di pesisir pantai bagian timur Jasirah Mbaham tapi
mereka menganut agama Katolik dan Protestan.

MASALAH SOSIAL DAN PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

Penduduk suku Mbaham masih belum begitu maju sehingga rata rata penduduk
suku Mbaham masih berada dibawah garis kemiskinan, sedangkan tingkat pendidikan
dalam hal ini orang yang mengenyam pendidikan SD dan SMP masih lebih banyak
ketimbang tingkat SLTA / SMA apalagi yang sampai ke jenjang Perguruan Tinggi atau
Sarjana untuk orang orang Mbaham masih bisa dihitung dengan jari. Dalam sebuah
kerapatan adat yang digelar dikapung Weremu, seorang tua tua adat berkata dalam
bahasa Mbaham mengatakan bahwa : “Kami juga menginginkan setiap kali kita ke kantor
kantor pemerintahan yang ada di kabupaten fakfak, ada orang yang menyapa kita
menggunakan bahasa Mbaham”
Pernyataan ini merupakan sebuah kerinduan yang luar biasa dari orang orang
Mbaham untuk mengenyam bangku pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi agar mereka
bisa maju sama seperti saudara saudaranya yang lain yang ada di Matta.

BAHASA
Setiap suku bangsa memiliki sebuah bahasa ibu sebagai identitas sebuah suku
dimuka bumi ini untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya. Bahasa merupakan alat
terpenting yang selalu digunakan setiap saat untuk melakukan kontak dengan sesama
komunitas maupun dengan orang luar. Ada berbagai jenis bahasa, ada bahasa isyarat,
ada bahasa tubuh, ada bahasa yang dikeluarkan berupa kata kata dari mulut seseorang
kepada orang lain dan orang lain atau lawan bicara membalasnya dengan kata kata yang
berbeda tapi mereka sama sama mengerti apa yang mereka maksudkan.
Suku Mbaham memiliki bahasa tersendiri yaitu bahasa Mbaham, bahasa ini
digunakan sehari hari untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Tapi ada
juga bahasa yang sering digunakan yaitu bahasa Iha, atau Matta Mag. Bahasa Iha tau
Matta mag ini dimengerti oleh orang Mbaham maupun orang Matta maupun orang Yarik
dan Hagager, sebagai suku suku kecil yang mendiami bagian pantai Jasirah Mbaham
Matta.

Anda mungkin juga menyukai