ETNOGRAFI PAPUA
“ KEBUDAYAAN MBAHAM ”
Di susun Oleh :
Kelompok II
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2023
KATA PENGATAR
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah – Nya kepada kita semua sehingga kita bisa melakukan aktivitas kita dengan baik, sehat
wal‘afiat khususnya kepada penulis sehingga “Makalah Etnografi Papua dengan judul
Kebudayaan Mbaham” ini bisa diselesaikan dengan baik.
Tak lupa juga kita sampaikan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
Saw yang telah mengayomi kita semua dengan cinta kasih serta perjuangan beliau sehingga kita
bisa menghirup udara segar ini penuh dengan nikmat yang tak akan mampu kita menghitungnya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum baik dan masih jauh dari
kesempurnanan. Sehingga penulis meminta kritik dan saran dari pembaca. Agar penulisan
selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat Kebudayaan Mbaham Matta di Kabupaten Fakfak, Papua Barat dengan penekanan
penerapan nilai-nilai filosofi budaya satu tungku tiga batu kedalam tata ruang dan tata
massa bangunan. Pengertian judul di atas yaitu :
Pusat : Tempat yang dianggap penting/tumpuan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai
dengan golongannya
Kebudayaan : Berasal dari kata budaya yang berarti daya dari budi yang berupa cipta dan
rasa, sehingga kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa tersebut
(Kunjaraningrat 1976:28) Mbaham Matta : Nama Dewan Adat di Kabupaten Fakfak.
Jadi pengertian Pusat Kebudayaan Mbaham Matta adalah merupakan suatu wadah atau
tempat yang menampung aktifitas kegiatan Mbaham Matta sebagai Dewan Adat,juga
aktifitas kebudayaan ataupun material kebudayaan dan sejarah yang ada di Kabupaten
Fakfak, Papua Barat. Arti dari tungku adalah suatu hasil kreativitas sebagai media
pembakaran untuk meletakan segala bahan makanan yang hendak di masak. Pada
umumnya segala sesuatu yang hendak di masak biasa menggunakan wajan atau panci,
sehingga di butuhkan tiga batu guna menopang panci atau wajan tersebut yang hendak
dipakai untuk memasak. Tungku dimaknai sebagai wadah, yaitu daerah tempat budaya
dimaksud. Tiga Batu dimaknai sebagai tiga agama yang terdiri dari: Islam, Katolik dan
Protestan Jadi filosofi satu tungku tiga batu bermakna kerukunan antaratiga agama di
Kabupaten Fakfak. Nilai-nilai yang dicerminkan filosofi satu tungku tiga batu adalah
kehidupan masyarakat Fakfak yang saling menghormati dan menghargai perbedaan
dalam beribadah. Dewan adat ini merupakan perwakilan dari tujuh petuanan yang ada di
Kabupaten Fakfak, yaitu petuanan Fatagar, Ati-ati, Rumbati, Patipi, Pikpik Sekar,
Arguni, dan petuanan Wertuar yang dimaksud dengan petuanan yaitu kerajaan yang
berada di Kabupaten Fakfak. Dewan adat Fakfak biasa dikenal dengan sebutan Mbaham
Matta.Dewan Adat Mbaham Matta kabupaten Fakfak adalah suatu lembaga adat yang
didirikan oleh Masyarakat yang mendiami Penekanan Penerapan Nilai-nilai Filosofi
Budaya Satu Tungku Tiga Batu kedalam Tata Ruang dan Tata Massa Bangunan wilayah
kabupaten Fakfak. Kegiatan-kegiatan Dewan Adat Mbaham Matta ini berupa pertemuan
adat, upacara adat, dan penyelesaian adat lainnya. Namun kegiatan-kegiatan tersebut
masih menggunakan rumah-rumah dari anggota Dewan Adat, sehingga dibutuhkan
fasilitas, sarana dan prasarana yang dapat mewadahinya. Selain untuk mewadahi
kegiatan-kegiatan adat, juga dibutuhkan suatu wadah atau tempat sebagai pencitraan
budaya Fakfak. Dewan Adat Mbaham Matta didirikan sejak 24 September 1998, seiring
dengan bergulirnya reformasi di Negara Indonesia dan merupakan hasil rapat masyarakat
adat yang berada di wilayah kabupaten Fakfak, adanya Dewan adat dibutuhkan untuk
menengahi permasalahan-permasalahan antara adat istiadat setempat dengan kebijakan
pemerintah agar sejalan, sehingga kehidupan masyarakatnya aman dan damai. Berdasar
keputusan rapat tersebut,Dewan Adat Mbaham Matta mempunyai hak otoritas adat di
wilayah Fakfak. Mbaham Matta terdiri dari dua kata yaitu Mbaham dan Matta.Mbaham
berarti masyarakat Fakfak yang menempati kawasan pegunungan, sedangkan Matta
berarti masyarakat yang menempati pesisir pantai. “Di Kabupaten Fakfak ada dua dewan
adat yaitu Mbaham Matta yang terdiri dari 6 petuanan (Fatagar, Ati-ati, Patipi, Rumbati
Pikpik Sekar dan Wertuar) dan Mbar-Mbarar oleh satu petuanan (Arguni)” kata
Abubakar Rimosan. Sehingga Mbaham Matta dipakai penulis sebagai nama dari Pusat
Kebudayaan. Dari hasil responden Masyarakat adat yang mewakili tujuh petuanan di
Kabupaten Fakfak, 100% menganggap perlu adanya wadah kegiatan yang menunjang
kebudayaan dan sejarah Kota Fakfak yang merupakan salah satu program yang akan
dilaksanakan oleh Dewan Adat Mbaham Matta Kabupaten Fakfak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
a) Distrik Kokas
Suku Mbaham tersebar dari wilayah bagian timur kabupaten fak-fak yaitu
distrik kokas yang menepati wilayah pegunungan dan bagian pantai distrik ini
dengan penyebaran mulai dari kampung wos, weremu, mitimber, kinam, kria
was was, mambunibuni, fior, furir,goras dan andamata
b) Distrik fak-fak timur
Sedangkan bagian timur daya kabupaten fak fak yaitu tempatnya di distrik
fak-fak timur sebagian penduduk suku mbaham mulai tersebar dari kampung
wayati, kampung klamanuk, kampung kwama. Kampung kotam, kampung
wambar, waserat, sangram, urat, kria bisa, tunas gai, sarei, dan kampung weri
sebagai letak ibu kota distrik fak-fak timur dan ada sebagaian lagi penyebaran
penduduk suku mbaham yang tersebar di distrik karas.
b. Sejarah
Kabupaten Fakfak merupakan daerah yang dikenal sebagai kota perjuangan,
ini terbukti dengan adanya situs-situs penjajahan Jepang yang berada di
Kecamatan Kokas. Pada periode 1942/1945, Kokas pernah menyandang gelar
sebagai kota basis pertahanan tentara Jepang melawan sekutu. Sebagai kota
basis pertahanan militer, Kokas tentu menyimpan berbagai peninggalan. Salah
satu saksi bisu peninggalan peristiwa paling bersejarah tersebut adalah
bangunan goa atau benteng Jepang yang terdapat di Kokas. Sepintas, tidak ada
yang istimewa dari goa di tepi laut ini,dari luar hanya terlihat tiga buah
bungker pengintai berukuran tak lebih dari 4 meter persegi. Di belakang
bungker-bungker ini terdapat goa persembunyian sepanjang 138 meter yang
mengeruk perut bukit. Sebagai lokasi yang dirancang menjadi pusat
pertahanan militer, goa ini dibangun tepat menghadap arah laut. Dari goa
inilah setiap kapal sekutu yang merapat di perairan kota Kokas akan dengan
mudah terpantau tentara Jepang.
3) Bahasa
Suku Mbaham memiliki bahasa tersendiri yaitu bahasa Mbaham, bahasa ini
digunakan sehari-hari untuk berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya. Tapi
ada juga bahasa yang sering digunakan yaitu bahasa lha, atau Matta Mag. Bahasa
lha atau Matta Mag ini di mengerti oleh orang mbaham maupun orang Matta
maupun orang Yarik dan Hagager, sebagai suku kecil yang mendiami bagian
pantai jasirah Mbaham Matta.
4) Sistem teknologi
6) Organisasi sosial
8) Kesenian
Suku Mbaham, suku asli Fakfak, memiliki tradisi musik dan lagu yang biasanya
mengiringi tari-tarian adat. Alat musik yang digunakan ialah tifa. Tifa di Papua,
terbuat dari kayu bulat yang dilubangi ujung hingga pangkalnya, menyisakan satu
senti sisi luarnya. Salah satu ujungnya ditutup selaput yang terbuat dari Kulit
Binatang, Selaput ini sedikit lebih besar dari diameter kayu, agar dapat dijepit
dengan belahan rotan, mengelilingi sisi luar kayu. Selaput tifa dikencangkan
dengan tali rotan yang dililitkan pada pen kayu. Beberapa pen kayu dengan tali
pengikat itu berguna untuk menjaga selaput tetap kencang. Di Fakfak, alat musik
Tifa ini selalu mengiringi tari-tarian disertai lagu tertentu. Tariannya disebut Tari
Titir dan Kindiwer. Nyanyian atau lagu dari Titir dan Kindiwer disebut Meres.
9) Sistem realigi
Sebagian generasi suku Mbahan sudah melupakan kepercayaan animisme atau
agama budaya leluhur yang dahulu di pegang oleh nenek moyang suku Mbaham,
tetapi kini sebagian besar bahkan hampir semua keturunan suku mbaham telah
berganti dengan menganut agaga-agama wahyu seperti agama nasrani dan
muslim. Orang Mbaham yang berada di pesisir panti, kebanyakan dari mereka
telah menganut agama islam dan yang berada jauh di pedalaman menganut agama
kristen protestan dan ada juga sebagian yang menganut agama katolik. Hanya
kampung wayati, kampung sangram dan kamoung kuama di distrik fakfak timur
yang memang berada di pesisir pantai bagian timur jasirah mbaham tapi mereka
menganut agama katolik dan protestan
A. Kesimpulan