Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETNOGRAFI PAPUA

“ KEBUDAYAAN MBAHAM ”

Dosen Pengampu : Jan H. Nunaki, S. Pd., M.Si

Di susun Oleh :

Kelompok II

Isayas Gobai 202159006


Hendrik.F.Kaiwai 202159009
Esmeralda A. Tanggarofa 202159011
Nur Hijra 202159007
Dorsila Howay 202159005

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS PAPUA

MANOKWARI

2023
KATA PENGATAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah – Nya kepada kita semua sehingga kita bisa melakukan aktivitas kita dengan baik, sehat
wal‘afiat khususnya kepada penulis sehingga “Makalah Etnografi Papua dengan judul
Kebudayaan Mbaham” ini bisa diselesaikan dengan baik.

Tak lupa juga kita sampaikan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
Saw yang telah mengayomi kita semua dengan cinta kasih serta perjuangan beliau sehingga kita
bisa menghirup udara segar ini penuh dengan nikmat yang tak akan mampu kita menghitungnya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini  belum baik dan masih jauh dari
kesempurnanan. Sehingga penulis meminta kritik dan saran dari pembaca. Agar penulisan
selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Manokwari, 3, Maret , 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pusat Kebudayaan Mbaham Matta di Kabupaten Fakfak, Papua Barat dengan penekanan
penerapan nilai-nilai filosofi budaya satu tungku tiga batu kedalam tata ruang dan tata
massa bangunan. Pengertian judul di atas yaitu :
Pusat : Tempat yang dianggap penting/tumpuan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai
dengan golongannya
Kebudayaan : Berasal dari kata budaya yang berarti daya dari budi yang berupa cipta dan
rasa, sehingga kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa tersebut
(Kunjaraningrat 1976:28) Mbaham Matta : Nama Dewan Adat di Kabupaten Fakfak.
Jadi pengertian Pusat Kebudayaan Mbaham Matta adalah merupakan suatu wadah atau
tempat yang menampung aktifitas kegiatan Mbaham Matta sebagai Dewan Adat,juga
aktifitas kebudayaan ataupun material kebudayaan dan sejarah yang ada di Kabupaten
Fakfak, Papua Barat. Arti dari tungku adalah suatu hasil kreativitas sebagai media
pembakaran untuk meletakan segala bahan makanan yang hendak di masak. Pada
umumnya segala sesuatu yang hendak di masak biasa menggunakan wajan atau panci,
sehingga di butuhkan tiga batu guna menopang panci atau wajan tersebut yang hendak
dipakai untuk memasak. Tungku dimaknai sebagai wadah, yaitu daerah tempat budaya
dimaksud. Tiga Batu dimaknai sebagai tiga agama yang terdiri dari: Islam, Katolik dan
Protestan Jadi filosofi satu tungku tiga batu bermakna kerukunan antaratiga agama di
Kabupaten Fakfak. Nilai-nilai yang dicerminkan filosofi satu tungku tiga batu adalah
kehidupan masyarakat Fakfak yang saling menghormati dan menghargai perbedaan
dalam beribadah. Dewan adat ini merupakan perwakilan dari tujuh petuanan yang ada di
Kabupaten Fakfak, yaitu petuanan Fatagar, Ati-ati, Rumbati, Patipi, Pikpik Sekar,
Arguni, dan petuanan Wertuar yang dimaksud dengan petuanan yaitu kerajaan yang
berada di Kabupaten Fakfak. Dewan adat Fakfak biasa dikenal dengan sebutan Mbaham
Matta.Dewan Adat Mbaham Matta kabupaten Fakfak adalah suatu lembaga adat yang
didirikan oleh Masyarakat yang mendiami Penekanan Penerapan Nilai-nilai Filosofi
Budaya Satu Tungku Tiga Batu kedalam Tata Ruang dan Tata Massa Bangunan wilayah
kabupaten Fakfak. Kegiatan-kegiatan Dewan Adat Mbaham Matta ini berupa pertemuan
adat, upacara adat, dan penyelesaian adat lainnya. Namun kegiatan-kegiatan tersebut
masih menggunakan rumah-rumah dari anggota Dewan Adat, sehingga dibutuhkan
fasilitas, sarana dan prasarana yang dapat mewadahinya. Selain untuk mewadahi
kegiatan-kegiatan adat, juga dibutuhkan suatu wadah atau tempat sebagai pencitraan
budaya Fakfak. Dewan Adat Mbaham Matta didirikan sejak 24 September 1998, seiring
dengan bergulirnya reformasi di Negara Indonesia dan merupakan hasil rapat masyarakat
adat yang berada di wilayah kabupaten Fakfak, adanya Dewan adat dibutuhkan untuk
menengahi permasalahan-permasalahan antara adat istiadat setempat dengan kebijakan
pemerintah agar sejalan, sehingga kehidupan masyarakatnya aman dan damai. Berdasar
keputusan rapat tersebut,Dewan Adat Mbaham Matta mempunyai hak otoritas adat di
wilayah Fakfak. Mbaham Matta terdiri dari dua kata yaitu Mbaham dan Matta.Mbaham
berarti masyarakat Fakfak yang menempati kawasan pegunungan, sedangkan Matta
berarti masyarakat yang menempati pesisir pantai. “Di Kabupaten Fakfak ada dua dewan
adat yaitu Mbaham Matta yang terdiri dari 6 petuanan (Fatagar, Ati-ati, Patipi, Rumbati
Pikpik Sekar dan Wertuar) dan Mbar-Mbarar oleh satu petuanan (Arguni)” kata
Abubakar Rimosan. Sehingga Mbaham Matta dipakai penulis sebagai nama dari Pusat
Kebudayaan. Dari hasil responden Masyarakat adat yang mewakili tujuh petuanan di
Kabupaten Fakfak, 100% menganggap perlu adanya wadah kegiatan yang menunjang
kebudayaan dan sejarah Kota Fakfak yang merupakan salah satu program yang akan
dilaksanakan oleh Dewan Adat Mbaham Matta Kabupaten Fakfak.

B. Rumusan Masalah

1. Dimana keberadaan lokasi, lingkungan, dan demokrasi pada suku Mbaham ?


2. Bagaimana asal mula serta sejarah suku bangsa Mbaham ?
3. Dapat mengenal bahasa-bahasa dari suku Mbaham ?
4. Bagaimana sistem teknologi dalam suku Mbaham ?
5. Bagaimana sistem mata pencaharian dari suku Mbaham ?
6. Bagaimana organisasi sosial dari suku Mbaham ?
7. Bagaimana sistem pengetahuan atau pendidikan tradisional suatu suku Mbaham ?
8. Apa saja kesenian yang terdapat dalam suku Mbaham ?
9. Bagaimana Sistem realigi dari suku Mbaham ?
10. Apa saja perubahan kebudayaan dalam suku Mbaham ?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui lokasi, lingkungan, dan demokrasi pada suku Mbaham


2. Dapat mengetahui asal mula serta sejarah suku bangsa Mbaham
3. Dapat mengetahui bahasa-bahasa dari suku Mbaham
4. Dapat mengetahui sistem teknologi dalam suku Mbaham
5. Dapat mengetahui sistem mata pencaharian dari suku Mbaham
6. Dapat mengetahui organisasi sosial dari suku Mbaham
7. Dapat mengetahui sistem pengetahuan atau pendidikan tradisional suatu suku
Mbaham
8. Dapat mengetahui kesenian apa saja yang terdapat dalam suku Mbaham
9. Dapat mengetahui sitem realigi dari suku Mbaham
10. Dapat mengetahui perubahan kebudayaan dalam suku Mbaham
BAB II

PEMBAHASAN

1) Lokasi dan lingkungan


a. Lokasi
Di semananjung Bomberai, Kabupaten Fak-fak, Papua Barat Indonesia.
b. Lingkungan
Penduduk Mbaham hanya menepati dua distrik di dalam kabupaten fak-fak
yang memiliki luas wilayah sekitar 38.474 km persegi. Sebagian besar
kabupaten ini disukai oleh Matta, dan sub suku lainnya. Daerah yang
ditempati oleh penduduk asli suku mbaham adalah sebagian Distrik Kokas
dan distrik fak-fak timur dan sebagian lagi yang tersebar di Distrik Karas.

a) Distrik Kokas
Suku Mbaham tersebar dari wilayah bagian timur kabupaten fak-fak yaitu
distrik kokas yang menepati wilayah pegunungan dan bagian pantai distrik ini
dengan penyebaran mulai dari kampung wos, weremu, mitimber, kinam, kria
was was, mambunibuni, fior, furir,goras dan andamata
b) Distrik fak-fak timur
Sedangkan bagian timur daya kabupaten fak fak yaitu tempatnya di distrik
fak-fak timur sebagian penduduk suku mbaham mulai tersebar dari kampung
wayati, kampung klamanuk, kampung kwama. Kampung kotam, kampung
wambar, waserat, sangram, urat, kria bisa, tunas gai, sarei, dan kampung weri
sebagai letak ibu kota distrik fak-fak timur dan ada sebagaian lagi penyebaran
penduduk suku mbaham yang tersebar di distrik karas.

2) Asal mula dan Sejarah suku Mbaham


a. Asal mula.
Menurut kisah kejadian yang dituturkan oleh para tua adat, Mbaham-Matta
adalah nama suku besar yang telah ada di Fakfak sejak pembentukan
peradaban manusia Mbaham-Matta di atas Tanah Papua. Mbaham-Matta
terdiri atas dua suku kata yang memiliki pengertian sebagai berikut; Kata
Mbaham artinya sesuatu yang sudah terjadi atau sesuatu yang sudah ada
dalam bahasa lokal disebut Ponggo yang merujuk pada makna terjadinya asal
usul kejadian manusia Mbaham. Selain itu, makna kata Mbaham adalah nama
sebuah gunung yang dianggap sakral oleh leluhur Mbaham, oleh karena
gunung tersebut merupakan awal kejadian atau kehadiran manusia Mbaham.
Gunung ini berada pada wilayah pegunungan di Kabupaten Fakfak yang
sampai kini sulit dijangkau oleh manusia lain selain manusia Mbaham yang
adalah keturunan langsung dari leluhur Mbaham. Mbaham-Matta adalah nama
suku besar yang mendiami kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Sistem
kehidupan Mbaham-Matta terbentuk didalam beberapa marga besar dan
marga-marga itu memiliki hak ulayat ataupun hak pewarisan adat secara
merata. Dalam tindakan keseharian kehidupan masyarakat setiap marga
memiliki kepala atau tua marga Dukan dak qpo yang berperan sebagai
pengontrol tetapi karena tidak dikatakan sebagai pemegang suatu kekuasaan,
tidak terdapat pola pembagian kelas-kelas masyarakat atau kasta-kasta
didalam kehidupan suku besar Mbaham-Matta.
Garis keturunan orang Mbaham-Matta didasarkan pada garis keturunan ayah
(Patrilinear). Anak-anak dari satu keluarga batih secara keturunan, masuk
marga ayahnya. Disamping menganut prinsip patrilinear, suku besar Mbaham-
Matta juga menganut sistem perkawinan diluar marganya atau disebut
eksogami. Sistem kekerabatan yang unik didalam keseharian hidup Ko, on,
kno mi mombi du qpona yang artinya engaku, saya, dan dia adalah satu atau
yang biasa kita kenal dengan Trimid te wo is teri satu tungku tiga batu.
Konsep ini memanknai bahwa orang Mbaham-Matta terbentuk diatas tiga
prinsip hidup yakni Agama Islam, Protestan, dan Katolik. Dalam pola tradisi
kekerabatan Mbaham-Matta di Patipi sangat unik dan luar biasa oleh karena
mampu menjalani falsafat hidup dengan aman dan damai yang disebut Idu,
idu maninina. Adapun makna mendalam dari falsafat tersebut didalam
hubungan keluarga batih Mbaham-Matta artinya; apabila didalam satu
keluarga yakni bapak, mama, dan anak-anak yang dilahirkan dari seorang
mama misalnya berjumlah 5 orang anak. Selanjutnya, anak yang pertama akan
diserahkan untuk mengikuti aliran ajaran agama muslim, dalam pembentukan
iman sebagai umat islam. Anak yang kedua akan diserahkan kepada agama
kristen protestan, dan yang ketiga akan mengikuti ajaran agama katolik
sebagai pembentukan iman katolik. Anak yang keempat dan kelima boleh
memilih sesuai kehendak hatinya. Inilah sebuah keunikan yang tidak terdapat
di daerah lain di Indonesia bahkan mungkin di sekitar wilayah tanah Papua.

b. Sejarah
Kabupaten Fakfak merupakan daerah yang dikenal sebagai kota perjuangan,
ini terbukti dengan adanya situs-situs penjajahan Jepang yang berada di
Kecamatan Kokas. Pada periode 1942/1945, Kokas pernah menyandang gelar
sebagai kota basis pertahanan tentara Jepang melawan sekutu. Sebagai kota
basis pertahanan militer, Kokas tentu menyimpan berbagai peninggalan. Salah
satu saksi bisu peninggalan peristiwa paling bersejarah tersebut adalah
bangunan goa atau benteng Jepang yang terdapat di Kokas. Sepintas, tidak ada
yang istimewa dari goa di tepi laut ini,dari luar hanya terlihat tiga buah
bungker pengintai berukuran tak lebih dari 4 meter persegi. Di belakang
bungker-bungker ini terdapat goa persembunyian sepanjang 138 meter yang
mengeruk perut bukit. Sebagai lokasi yang dirancang menjadi pusat
pertahanan militer, goa ini dibangun tepat menghadap arah laut. Dari goa
inilah setiap kapal sekutu yang merapat di perairan kota Kokas akan dengan
mudah terpantau tentara Jepang.

3) Bahasa
Suku Mbaham memiliki bahasa tersendiri yaitu bahasa Mbaham, bahasa ini
digunakan sehari-hari untuk berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya. Tapi
ada juga bahasa yang sering digunakan yaitu bahasa lha, atau Matta Mag. Bahasa
lha atau Matta Mag ini di mengerti oleh orang mbaham maupun orang Matta
maupun orang Yarik dan Hagager, sebagai suku kecil yang mendiami bagian
pantai jasirah Mbaham Matta.

4) Sistem teknologi

5) Sistem mata pencaharian.


Suku Mbaham sudah meninggalkan budaya meramu, atau mengumpulkan
makanan atau berburuh binatang buruan seperti babi, rusa, burung-burung,
kasuari ysng bisa dimakan, ikan, udang, dan buaya. Dahulu nenek moyang suku
mbaham selalu berpindah tempat. Namun, diperkirakan sejak tahun 1600-san
suku mbaham sudah menetap mulai dengan terbentuknya kampung-kampung
yang hingga kini telah menjadi hujan belantara seperti kampung rombena,
kampung wonggesten, kampung mury tagan dan kampung wagap yon, yang telah
mencatat sejarah bagi berdirinya kota pala fak-fak.

6) Organisasi sosial

7) Sistem pengetahuan/pendidikan tradisional

8) Kesenian
Suku Mbaham, suku asli Fakfak, memiliki tradisi musik dan lagu yang biasanya
mengiringi tari-tarian adat. Alat musik yang digunakan ialah tifa. Tifa di Papua,
terbuat dari kayu bulat yang dilubangi ujung hingga pangkalnya, menyisakan satu
senti sisi luarnya. Salah satu ujungnya ditutup selaput yang terbuat dari Kulit
Binatang, Selaput ini sedikit lebih besar dari diameter kayu, agar dapat dijepit
dengan belahan rotan, mengelilingi sisi luar kayu. Selaput tifa dikencangkan
dengan tali rotan yang dililitkan pada pen kayu. Beberapa pen kayu dengan tali
pengikat itu berguna untuk menjaga selaput tetap kencang. Di Fakfak, alat musik
Tifa ini selalu mengiringi tari-tarian disertai lagu tertentu. Tariannya disebut Tari
Titir dan Kindiwer. Nyanyian atau lagu dari Titir dan Kindiwer disebut Meres.

9) Sistem realigi
Sebagian generasi suku Mbahan sudah melupakan kepercayaan animisme atau
agama budaya leluhur yang dahulu di pegang oleh nenek moyang suku Mbaham,
tetapi kini sebagian besar bahkan hampir semua keturunan suku mbaham telah
berganti dengan menganut agaga-agama wahyu seperti agama nasrani dan
muslim. Orang Mbaham yang berada di pesisir panti, kebanyakan dari mereka
telah menganut agama islam dan yang berada jauh di pedalaman menganut agama
kristen protestan dan ada juga sebagian yang menganut agama katolik. Hanya
kampung wayati, kampung sangram dan kamoung kuama di distrik fakfak timur
yang memang berada di pesisir pantai bagian timur jasirah mbaham tapi mereka
menganut agama katolik dan protestan

10) Perubahan kebudayaan


Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi
Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat
dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk,
selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari
berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan
dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut.
Mereka juga mendiami wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai
dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga
perkotaan. Berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut
mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia, sehingga memcerminkan
kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu
negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya
yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya, kelompok dan suku bangsa
namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga
ke modern, dan kewilayahan. Dalam keanekaragaman kebudayaan, pemerintah
dibantu oleh dewan adat disetiap daerah untuk upaya-upaya pelestaria
kebudayaan daerahnya. Demikian juga dengan pemerintah Kabupaten Fakfak
Papua Barat yang menempatkan dewan adat sebagai penasehat dalam kebijakan
pemerintahan. Dewan adat ini merupakan perwakilan dari tujuh petuanan yang
ada di Kabupaten Fakfak, yaitu petuanan Fatagar, Ati-ati, Rumbati, Patipi, Pikpik
Sekar, Arguni, dan petuanan Wertuar. Yang dimaksud dengan petuanan yaitu
kerajaan yang berada di Kabupaten Fakfak. Dewan adat Fakfak biasa dikenal
dengan sebutan Mbaham Matta.Dewan Adat Mbaham. Matta kabupaten Fakfak
adalah suatu lembaga adat yang didirikan oleh Masyarakat yang mendiami
wilayah kabupaten Fakfak. Kegiatan-kegiatan Dewan Adat Mbaham Matta ini
berupa pertemuan adat, upacara adat, dan penyelesaian adat lainnya. Namun
kegiatan-kegiatan tersebut masih menggunakan rumah-rumah dari anggota
Dewan Adat, sehingga dibutuhkan fasilitas, sarana dan prasarana yang dapat
mewadahinya. Selain untuk mewadahi kegiatan-kegiatan adat, juga dibutuhkan
suatu wadah atau tempat sebagai pencitraan budaya Fakfak. Dewan Adat
Mbaham Matta didirikan sejak 24 September 1998, seiring dengan bergulirnya
reformasi di Negara Indonesia dan merupakan hasil rapat masyarakat adat yang
berada di wilayah kabupaten Fakfak, adanya Dewan adat dibutuhkan untuk
menengahi permasalahan-permasalahan antara adat istiadat setempat dengan
kebijakan pemerintah agar sejalan, sehingga kehidupan masyarakatnya aman dan
damai. Berdasarkan keputusan rapat tersebut, Dewan Adat Mbaham Matta
mempunyai hak otoritas adat di wilayah Fakfak.Mbaham Matta terdiri dari dua
kata yaitu Mbaham dan Matta. Mbaham berarti masyarakat Fakfak yang
menempati kawasan pegunungan, sedangkan Matta berarti masyarakat yang
menempati pesisir pantai. “Di Kabupaten Fakfak ada dua dewan adat yaitu
Mbaham Matta yang terdiri dari 6 petuanan (Fatagar, Ati-ati, Patipi, Rumbati
Pikpik Sekar dan Wertuar) dan Mbar-Mbarar oleh satu petuanan (Arguni)” kata
Abubakar Rimosan. Sehingga Mbaham Matta dipakai penulis sebagai nama dari
Pusat Kebudayaan. Dari hasil responden Masyarakat adat yang mewakili tujuh
petuanan di Kabupaten Fakfak, 100% menganggap perlu adanya wadah kegiatan
yang menunjang kebudayaan dan sejarah Kota Fakfak yang merupakan salah satu
program yang akan dilaksanakan oleh Dewan Adat Mbaham Matta Kabupaten
Fakfak. Bangunan yang representatif yaitu Pusat Kebudayaan yang menunjang
kegiatan-kegiatan seperti kegiatan-kegiatan adat, pengenalan, pengembangan dan
pelestarian kebudayaan termasuk didalamnya sejarah Kabupaten Fakfak.
Khususnya dalam hal pencitraan Kabupaten Fakfak yang dikenal sebagai
kotaPenekanan Penerapan Nilai-nilai Filosofi Budaya Satu Tungku Tiga Batu
kedalam Tata Ruang dan Tata Massa Bangunan perjuangan dan ciri khas dari
daerah ini berupa budaya yang dijadikan motto daerah dalam hal kerukunan
beragama yaitu satu tungku tiga batu.
Sejalan dengan perkembangan Kabupaten Fakfak, dibidang pendidikan dan
teknologi dan bidang-bidang lainnya, berdampak pada kurangnya minat generasi
muda Fakfak dalam pelestarian budaya maupun sejarah Fakfak. Dewan Adat
mempunyai tanggung jawab moral atas pelestarian budaya dan sejarah Fakfak.
Kehadiran Pusat Kebudayaan sangat dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Dari hasil responden yang disebar pada tanggal 27/4/2011 ke 15
responden, 100% menyatakan perlu adanya wadah apresiasi untuk kebudayaan
dan sejarah Kabupaten Fakfak. Sehingga Pusat Kebudayaan merupakan wadah
yang dapat mewadahi kegiatan Dewan Adat di Kabupaten Fakfak. Dari hasil
kuisioner yang ditujukan kepada masyarakat adat, maka terlihat adanya kebutuhan
akan tempat khusus yang dapat mewadahi berbagai aktivitas. Dewan Adat
Mbaham Matta beserta warga. Aktivitas-aktivitas tersebut. Diantaranya

1. Kegiatan pertemuan adat


2. Pengawasan dan penasehat kinerja pemerintah
3. Kegiatan penyelenggaraan upacara adat
4. Kegiatan pementasan kebudayaan

Dari hasil kuisioner penulis menemukan beberapa ruang yang dibutuhkan


Pusat Kebudayaan Mbaham Matta menurut Dewan Adat dan Masyarakt yaitu :
1. Ruang rapat adat
2. Museum mini
3. Ruang penyimpanan
4. Ruang pamer
5. Ruang seni budaya
6. Ruang seni budaya
7. Auditorium
8. Musholah
9. Kapel
10. Ruang berdoa

Beberpa tambahan keputuhan ruang yang diberikan Dewan Adat dan


masyarakatnya yaitu

1. Ruang terbuka yang berfungsi sebagai tempat/area pertunjukan seni


2. Sanggar budaya
Tempat pengembangan dan pelatihan seni budaya Fakfak
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai