Anda di halaman 1dari 7

Tugas Bedah Buku

THE INTERNATIONAL HANDBOOK


OF COLLABORATIVE LEARNING

Edited by
Cindy E. Hmelo-Silver, Clark A. Chinn,
Carol K. K. Chan, and Angela M. O’Donnell
Printed by:
New York Routledge, 2013th

Oleh:
Syarifah (7117150016)
Fauzi Bakri (7117150005)
Norita Sinaga (7117150236)

Mata Kuliah:
Orientasi Baru dalam Pedagogik
Dosen: Prof. Dr. Diana Nomida Munir, M.Pd.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PPs UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Januari 2016
Handbook of Collaborative Learning 2
Norita Sinaga, Fauzi Bakri, dan Syarifah

A. Pendahuluan

Penelitian tentang pendidikan kolaborasi belajar sudah dimulai sejak tahun 1983,

dengan meta-analisis (Johnson, Maruyama, Johnson, Nelson, & Skon, 1981; Slavin, 1983a,

b). Sejak itu banyak penelitian telah difokuskan pada klarifikasi mekanisme, dimana siswa

belajar bekerja sama dengan rekan-rekannya. Hasil penelitian yang ditemukan menghasilkan

dengan hasil belajar yang positif.

Pada buku ini membahas pertanyaan dari perspektif pemrosesan informasi; yaitu,

bagaimana siswa dapat belajar dengan aktif untuk memproses informasi secara berkolaborasi

dengan orang lain. Pembelajaran kolaboratif telah menjadi bagian yang semakin penting dari

pendidikan, oleh sebab itu penelitian pendukung yang tersebar di lapangan di dalamnya termasuk

sosial, kognitif, perkembangan psikologi pendidikan, desain instruksional, ilmu pembelajaran,

pendidikan teknologi, penelitian sosial budaya, dan pembelajaran kolaboratif yang didukung

komputer. Tujuan buku ini mengintegrasikan teori dan penelitian di bidang-bidang studi untuk

pemahaman yang lebih tentang pembelajaran kolaboratif dan aplikasi instruksional. Buku ini

disusun menjadi empat bagian berikut: 1) Yayasan Teoritis 2) Metodologi Penelitian

3) Pendekatan Instruksional dan Isu, dan 4) Teknologi.

Ciri-ciri yang diutamakan dalam buku ini adalah sebagai berikut:

1. Komprehensif dan global, yaitu memberikan pandangan kembali secara komprehensif dari

penelitian-penelitian yang dilakukan secara internasional tentang pembelajaran kolaboratif.

2. Cross-Disiplin - bidang pembelajaran kolaboratif sangat interdisipliner, yang terdiri dari

sarjana dari psikologi, ilmu komputer, pendidikan matematika, pendidikan sains, dan

teknologi pendidikan. Dalam bidang psikologi, menyatukan perspektif dari kognitif,

sosial, dan psikologi perkembangan serta dari bidang lintas disiplin dari ilmu belajar.

3. Struktur Bab - konsistensi di buku, para penulis menuliskan bab demi bab diselenggarakan

dengan tema integratif dan isu-isu. Setiap penulis meringkas akumulasi literatur yang

berhubungan dengan topik bab dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari bukti

pendukung.

Orientasi Baru dalam Pedagogik Page 2


Handbook of Collaborative Learning 3
Norita Sinaga, Fauzi Bakri, dan Syarifah

4. Metodologi yang kuat - Setiap bab dalam bagian metodologi secara luas menggambarkan

metodologi tertentu, asumsi yang mendasarinya, dan memberikan contoh-contoh

penerapannya.

Buku ini sesuai untuk peneliti dan instruktur tingkat pascasarjana dalam psikologi pendidikan,

ilmu belajar, psikologi kognitif, psikologi sosial, ilmu komputer, pendidikan

teknologi, pendidikan guru, dan perpustakaan akademik. Buku ini juga sesuai dengan

buku teks tingkat pascasarjana dalam pembelajaran kolaboratif, pembelajaran kolaboratif yang

didukung komputer, kognisi dan instruksi, teknologi pendidikan, dan ilmu pembelajaran.

B. Para Penulis

Cindy Hmelo-Silver, Rutgers University, US


Iris Howley, Carnegie Mellon University, US
Jeroen Janssen, Utrecht University, The Netherlands
Heisawn Jeong, Hallym University, Korea
Yasmin B. Kafai, University of Pennsylvania, US
Kaijn Kangas, University of Helsinki, Finland
Manu Kapur, National Institute of Education, Singapore
Paul A. Kirschner, Open University, The Netherlands
Ingo Kollar, University of Munich, Germany
Timothy Koschmann, Southern Illinois University, US
Lisa Linnenbrink-Garcia, Duke University, US
Chee-Kit Looi, National Institute of Education, Singapore
Elijah Mayfi eld, Carnegie Mellon University, US
Brian Miller, University of Illinois at Urbana-Champaign, US
Angela M. O’Donnell, Rutgers University, US
Sami Paavola, University of Helsinki, Finland
Roy Pea, Stanford University, US
Nancy E. Perry, University of British Columbia, Canada
Sadhana Puntambekar, University of Wisconsin-Madison, US
Toni Kempler Rogat, Rutgers University, US
Carolyn Penstein Rosé, Carnegie Mellon University, US
R. Keith Sawyer, Washington University in St. Louis, US
Pirita Seitamaa-Hakkarainen, University of Helsinki, Finland
Shlomo Sharan, Tel Aviv University, Israel
Yael Sharan, GRIP-Group Investigation Projects
Yanjie Song, National Institute of Education, Singapore
Gary Stahl, Drexel University, US
Karsten Stegmann, University of Munich, Germany
Jingjing Sun, University of Illinois at Urbana-Champaign, US
Ivy Geok-chin Tan, Nanyang Technological University, Singapore
Jan Van Aalst, University of Hong Kong, Hong Kong
Noreen M. Webb, University of California, Los Angeles, US
Christof Wecker, University of Munich, Germany
Armin Weinberger, Saarland University, Germany

Orientasi Baru dalam Pedagogik Page 3


Handbook of Collaborative Learning 4
Norita Sinaga, Fauzi Bakri, dan Syarifah

Philip H. Winne, Simon Fraser University, Canada


Jenna Wolfstone-Hay, University of Washington, US
Lung-Hsiang Wong, National Institute of Education, Singapore
Xiaoying Wu, University of Illinois at Urbana-Champaign, US
Jianwei Zhang, University at Albany, State University of New York, US
Jan Zottmann, University of Munich, Germany

C. Pembahasan Isi Buku

Buku ini terdiri dari empat bagian; bagian pertama membahas tentang teori-teori

pendekatan mengenai pembelajaran kolaboratif, bagian kedua belajar pembelajaran

kolaboratif, bagian ketiga adalah masalah-masalah instruksional pendekatan pembelajaran

kolaboratif,dan bagian keempat adalah teknologi dan pembelajaran kolaboratif.

Bagian Pertama: Theoretical Approaches

Secara khusus, bagian ini berfokus pada hubungan antara dialog antar siswa dan proses
terkait dengan perubahan kognitif. Pembahasan dalam bagian ini membahas tentang;
pertama menggambarkan proses komunikasi terbuka dan proses kognitif internal yang
mungkin terkait dengan hasil belajar yang positif. Kedua, menjelaskan pencegahan yang
melemahkan dalam proses pembelajaran. Ketiga, menggambarkan pendekatan yang telah
digunakan dan mempromosikan tentang proses keberhasilan penggunakan pendekatan
pembelajaran kolaboratif dan yang menghambat proses yang merugikan. Berbagai strategi
dan sistem pengembangan pendekatan pembelajaran kolaboratif, dan menjelaskan gambaran-
gambaran pendekatan pembelajaran kolaboratif dari perspektif sosial budaya. Pendekatan
pembelajaran dilakukan sesuai dengan konteks yang berhubungan dengan transdisiplinary.

Bagian Kedua: Studying Collaborative Learning

FAUZI
Di bagian ini juga, membahas tentang analisis verbal dan penggunaannya yang
difokuskan pada langkah-demi-langkah perubahan dalam model mental peserta didik dan
fitur struktur kognisinya (pemahaman yang disadari).
Beberapa jenis analisis verbal diantaranya sebagai berikut:
1. Analisis protokol, yaitu merupakan sebuah metode memunculkan (menghasilkan) laporan
lisan dari peserta dan metode analisis. Analisis protokol awalnya dikembangkan untuk

Orientasi Baru dalam Pedagogik Page 4


Handbook of Collaborative Learning 5
Norita Sinaga, Fauzi Bakri, dan Syarifah

mempelajari proses kognitif yang terlibat dalam pemecahan masalah (Ericsson & Simon,
1993; Newell & Simon, 1972). Para peneliti biasanya menimbulkan protokol berpikir-
keras dari para peserta didik dengan menginstruksikan mereka untuk memverbalisasi
pikiran mereka secara bersamaan saat memecahkan masalah atau melaksanakan tugas-
tugas lainnya.
Beberapa jenis verbalisasi (misalnya, memberikan penjelasan atau retrospektif berpikir
tentang peristiwa masa lalu) dapat mempengaruhi proses berpikir, peserta didik diminta
untuk terlibat dalam verbalisasi bersamaan, yang bertujuan untuk hanya memberikan
ekspresi dalam proses berpikir “inner” mereka.
2. Analisis isi adalah sebuah "metodologi dalam menganalisis isi komunikasi manusia yang
direkam. Metode ini menganalisis karakteristik spesifik dari pesan dan dianggap sebagai
teknik untuk penelitian dokumenter" (Holsti, 1969). Analisis isi biasanya berhubungan
dengan data tekstual yang ada yang dihasilkan sebagai oleh produk dari berbagai kegiatan
komunikatif, seperti koran, buku, dan pidato. Pertanyaan penelitian analisis isi membahas
topik yang lebih luas, seperti perbedaan budaya dalam komunikasi dan tren komunikasi
dalam wacana pendidikan.
Meskipun analisis isi sering dimasukkan dalam kategori umum analisis kualitatif, analisis
isi juga dapat bersifat kuantitatif (Neuendorf, 2002). Analisis isi kuantitatif berfokus pada
mengukur data tekstual dengan menggunakan metode seperti menghitung frekuensi kata-
kata tertentu hadir dalam teks atau set teks (misalnya, berapa kali kata "ilmu" muncul
dalam literatur abad ke-19). Sedangkan, analisis isi kualitatif berfokus pada hubungan
dari kata-kata dan konsep-konsep seperti, dalam teks, penulis (s), penonton, dan budaya).
3. Analisis percakapan, analisis percakapan adalah studi tentang pidato dalam interaksi. Ini
analisis percakapan diproduksi dalam pengaturan alami dan upaya untuk menggambarkan
ketertiban, struktur, dan pola sekuensial dari interaksi dalam berbagai konteks. Metode ini
mengkaji secara berulang pola interaksi, pengambil alihan dan mekanisme perbaikan, dan
organisasi sosial untuk suatu percakapan (Goodwin & Heritage, 1990; Sacks, Schegloff,
& Jefferson, 1974).
Analisis percakapan cenderung membatasi pengumpulan data dari interaksi yang terjadi
secara alami. Metode ini menganggap bahwa data lisan dikumpulkan dalam pengaturan
penelitian, seperti rekaman data wawancara atau percakapan di laboratorium, tidak
alamiah, karena data tersebut tergantung pada manipulasi peneliti dan bias. Analisis
percakapan melakukan analisis sendiri. Secara umum, tidak dipandu oleh teori atau

Orientasi Baru dalam Pedagogik Page 5


Handbook of Collaborative Learning 6
Norita Sinaga, Fauzi Bakri, dan Syarifah

hipotesis. Dalam menganalisis dan menafsirkan data, secara tegas mempertimbangkan


situasi-situasi penelitian, jenis kelamin, atau usia peserta percakapan. Analisis percakapan
melihat informasi tersebut sebagai sumber potensial untuk bias. Hal ini lebih difokuskan
pada mempelajari setiap percakapan dan jarang sekali dilakukan dengan pendekatan
analisis kuantitatif.
4. Analisis Wacana; digunakan untuk merujuk pada analisis wacana yang bertujuan untuk
memahami baik sifat linguistik dan psikolinguistik dari wacana (Brown & Yule, 1983)
atau proses-proses yang dimediasi oleh wacana (Gee, 2005). Analisis wacana dianggap
tidak hanya media komunikasi tetapi dukungan alat (perangkat berpikir) kegiatan sosial,
identitas, dan afiliasi dalam kelompok sosial, lembaga, dan budaya (Gee, 2005). Analisis
wacana, dengan fokus pada bahasa yang sedang digunakan, membatasi analisis untuk
lisan dan tulisan data yang dihasilkan dalam konteks penggunaan bahasa alami, seperti
percakapan, laporan berita, buku, debat politik, penggambaran media (pernyataan media),
dan karya-karya literatur. Metode ini berfokus pada peristiwa skala yang lebih besar
seperti dampak dari kebijakan politik dan pendidikan, pengaruh ekonomi dan budaya,
atau dinamika kelompok yang terungkap dalam wacana. Metode ini hanya menggunakan
pendekatan kualitatif untuk analisis.
Bagian ini juga mendiskusikan tentang analisis verbal dalam studi interaksi kolaboratif
yang terelaborasi dalam pembahasan utama yaitu memahami produk dan proses interaksi
kolaborasi.
Salah satu pertanyaan penelitian yang ditujukan para peneliti di awal adalah hanya
sampai pada bagaimana hasil dari pembelajaran dan belajar melalui kolaborasi. Para
peneliti awalnya menyelidiki efektivitas kondisi pembelajaran kolaboratif terhadap
kondisi pembelajaran individual dan kemudian efikasi (keberhasilan) dari kondisi
kolaboratif yang berbeda dengan pengaturan naskah atau tugas yang berbeda (Berkowitz
& Gibbs, 1983; Coleman, Brown, & Rivikin, 1997; Okada & Simon 1997; Rummel &
Spada, 2005).
Dalam studi ini, kinerja siswa atau hasil belajar sering dinilai berdasarkan tes
dalam verbalisasi mereka yang diberikan secara individual (misalnya, menjawab
pertanyaan posttest atau menyelesaikan tugas-tugas). Mereka menggunakan bahan
pembelajaran dan tes yang digunakan dan analisis model mental (analisis verbal) untuk
menentukan efektivitas dari dua kondisi (misalnya, self regulated learning-pembelajaran
yang diatur secara eksternal/difasilitasi oleh tutor). Menafsirkan kelompok sebagai unit

Orientasi Baru dalam Pedagogik Page 6


Handbook of Collaborative Learning 7
Norita Sinaga, Fauzi Bakri, dan Syarifah

analisis, hal tersebut berarti melihatnya sebagai pembelajar yang memproses informasi;
yaitu, sebagai pembelajar yang bisa belajar, memecahkan masalah, dan melaksanakan
tugas-tugas kognitif yang kompleks.
Memahami bagaimana kerja kognisi tingkat kelompok ini memerlukan penanganan
konseptual sebagaimana tantangan metodologis. Namun sejauh ini, kira-kira ada tiga jenis
strategi analitik yang telah dicoba untuk menilai dan meng-capture pengetahuan
kelompok. Strategi pertama adalah menilai apa yang kelompok tidak atau menghasilkan
sebagai unit; Strategi kedua adalah untuk menilai pengetahuan kelompok atau
pemahaman berdasarkan tindakan keseluruhan hasil individu. (mereka menilai
pemahaman individu sebelum dan sesudah pembelajaran kolaboratif). Strategi ketiga
adalah dengan menggunakan wacana kelompok. Menurut teori sosial budaya, kegiatan
wacana itu sebagai pemahaman setelah kognisi dan pembelajaran, termasuk pemahaman
konseptual dan pertumbuhan konseptual, adalah fungsi yang dicapai oleh sistem dan
masyarakat praktek (Greeno & van de Sande 2007 kegiatan; Stahl, 2006).
Sebagai efek fasilitatif dalam interaksi sosial menjadi bukti, perhatian peneliti
diarahkan untuk memahami mekanisme penting interaksi kolaboratif yang bertanggung
jawab untuk kemajuan belajar. Analisis berpedoman pada hipotesis penelitian tentang
perbedaan utama antara proses pembelajaran individu dan kolaboratif dalam belajar atau
pemecahan masalah tugas yang diberikan. Perbedaan utama adalah referensi verbal, jalur
solusi, dan perubahan peran dan perubahan sering antara tugas-perbuatan dan peran
monitoring yang dilakukan pasangan-pasangan dalam aturan abstrak selama mereka
menyelesaikan pemecahan masalah mereka.

Orientasi Baru dalam Pedagogik Page 7

Anda mungkin juga menyukai