Anda di halaman 1dari 23

COMPACT CITY

Oleh :

1. Hanik listyaningrum (3614100001)


2. Febri fitrianingrum (3614100008)
3. M. Fahri syukri (3614100025)
4. Sherly jasmine (3614100069)

Perencanaan wilayah dan kota

2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah compact city diperkenalkan pada tahun 1973 oleh George Dantzig dan
Thomas L yang keduanya merupakan matematikawan utopis. Dalam perancangan
kota hal ini seringkali dikaitkan dengan Jane Jacobs dan bukunya berjudul The Death
and Life of Great American Cities (1961) sebagai bentuk kritik terhadap fenomena
urban sprawl.

Compact city memang muncul sebagai satu konsep yang menentang


pembangunan kota acak (urban sprawl development ) yang tak hanya terjadi di
negara dunia ketiga melainkan marak juga di Amerika Serikat. Konsep
pembangunan sprawl dengan lompat kataknya yang disetir pasar inilah yang
dianggap menciptakan pola hidup boros energi, merusak lingkungan, dan belum
humanis. Hal ini menjadikan Compact City dianggap sebagai satu konsep yang cocok
dengan kebutuhan bumi saat ini. Keunggulan dari compact city yaitu pertama,
menghemat sumberdaya dan energi (lahan, transportasi, polusi, sampah), yang kedua
pengkonsentrasian kegiatan di pusat kota untuk menghindari munculnya kota satelit
di sekitar pusat kota. Adapun konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development ) ini muncul akibat 2 alasan yakni : 1.Konsep Kebutuhan (The concept of
need ) : sustainability dianggap muncul karena manusia butuh hidup dari alam yang
makin lama makin rusak. 2.Konsep keterbatasan (The concept of limit ) : sustainability
dianggap muncul akibat keterbatasan yang dimiliki alam memfasilitasi kebutuhan
manusia sementara populasi terus bertambah dan kebutuhan meningkat.

1.2 Tujuan Penulisan


Makalah ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui dan memahami segala hal
tentang Compact City.

1
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
1.3 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi dari makalah ini maka di
bawah ini adalah sistematika pembahasan yang kami pakai dalam penulisan makalah
ini:
- BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan
- BAB II PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pengertian kota metropolitan dan compact city, teori-teori
Compact city, konsep compact city dan
studi kasus compact city.
- BAB III PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan

2
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Compact City


Compact city adalah suatu konsep desain dan perencanaan perkotaan yang
terfokus terhadap pembangunan berkepadatan tinggi dengan penggunaan yang
beragam dan bercampur jadi satu dalam suatu lahan yang sama untuk
mengefisienkan lahannya semaksimal mungkin. Compact city pertama kali dicetuskan
oleh George Dantzig dan Thomas L. Saaty yang merupakan matematikawan yang
memiliki sebuah pikiran mengenai bagaimana cara untuk menggunakan sumber
daya yang ada seefisien mungkin. Pemikiran tersebut lalu menginspirasi banyak
perencana untuk membuat rencana kota yang jauh lebih efisien. Konsep compact
city didasarkan kepada sistem transportasi publik yang efisien dan memiliki wajah
perkotaan yang lekat dengan banyaknya jalur pejalan kaki dan sepeda. Konsep ini
mengusahakan agar sesedikit mungkin penggunaan kendaraan bermotor yang
menghasilkan polusi dan menghabiskan banyak energy. Selain itu, konsep ini
meminimalkan jarak tempuh sehingga ketergantungan akan kendaraan bermotor
akan berkurang. Dengan begitu kehidupan yang lebih ramah lingkungan dapat
tercapai.

2.2 Teori Compact City


Berawal dari definisi kota kompak yaitu suatu konsep perencanaan perkotaan
yang terfokus terhadap pembangunan berkepadatan tinggi dengan penggunaan yang
beragam dan menggunakan konsep dalam lahan yang sama dengan berbagai jenis
peruntukan dengan tujuan untuk mengefisiensikan lahannya semaksimal mungkin.
Hal ini juga ditunjukan dengan penerapan konsentrasi kegiatan dan pertumbuhan
positif di kawasan yang sesuai, sekaligus menghindari dampak negatif terhadap
sumber daya alam, dan mendapatkan keuntungan lain secara sosialataupun ekonomi.

Berdasarkan konsepnya sendiri, dasar yang menjadi patokan dalam pembangunan


kota kompak yaitu compactness atau derajat kekompakan. Pada penerapannya di
dunia sudah banyak negara maju yang menerapkan konsep kota kompak ini. Pada
awal tahun 1900, Uni Eropa telah mengembangkan model kota kompak sebagai

3
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
bentuk kota yang paling berkelanjutan. Dilanjutkan dengan contoh lain seperti
Inggris, Belanda, Hongkong, hingga Australia. Keunggulan dari kota kompak yaitu
pertama, menghemat sumberdaya dan energi (lahan, transportasi, polusi, sampah),
yang kedua pengkonsentrasian kegiatan di pusat kota untuk menghindari munculnya
kota satelit di sekitar pusat kota. Jelas mengapa negara-negara maju seperti Uni Eropa
sudah begitu memprioritaskan kepada penghematan energi, perubahan sistem
transportasi, dll. Karena di negara maju, biaya bukanlah menjadi kendala. Maka
model kota kompak mudah untuk diwujudkan.

2.3 Konsep Compact City


Kota kompak ini memang digagas tidak sekedar untuk menghemat konsumsi
energi, tetapi juga diyakini lebih menjamin keberlangsungan generasi yang akan
datang. Jenks menyebutkan bahwa ada suatu hubungan yang sangat kuat antara
bentuk kota dengan pembangunan berkelanjutan, tetapi sebenarnya tidaklah
sesderhana itu atau bahkan langsung berbanding lurus. Ini seolah-olah telah
dikesankan bahwa kota yang berkelanjutan adalah “Mesti terdapat suatu ketepatan
dalam bentuk dan skala untuk berjalan kaki, bersepeda, efisien transportasi masal,
dan dengankekompakan dan ketersediaan interaksi social” (Elkin et.al., 1991, p.12).
Namun demikian dalam kota kompak ini terdapat gagasan yang kuat pada
perencanaan “urban containment” yakni menyediakan suatu konsentrasi dari
penggunaan campuran secara sosial berkelanjutan (socially sustainable mixed use),
mengkonsentrasikan pembangunan-pembangunan dan mereduksi kebutuhan jalan
hingga mereduksi emisi kendaraan-kendaraan. Oleh karena itu promosi penggunaan
Public Transport (transportasi public/masal), kenyamanan berlalu lintas, berjalan
kaki dan bersepeda adalah sering dikutip sebagai solusi (Elkin et.al., 1991, Newman,
1994). Lebih lanjut melalui perencanaan efisiensi penggunaan jalan, yang
dikombinasikan dengan skema daya listrik dan pemanasan, dan bangunan hemat
energi juga dapat mereduksi emisi-emisi polutan yang beracun. (Nijkamp and Perrels,
1994; owens, 1992). Kepadatan tinggi dapat membantu membuat persediaan
amenities (Fasilitas-fasilitas) dan yang secara ekonomis viable, serta mempertinggi
keberlanjutan social (Houghton and Hunter, 1994).Menerapkan secara penuh gagasan

4
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
kota kompak bagi perencanaan kota-kota di Indonesia jelas masih membutuhkan
kajian, studi dan riset tersendiri.
Bagaimanapun konsep kota kompak bukanlah konsep yang kaku dan
sederhana yang menggambarkan sebuah bentuk kota tertentu. Adanya perbedaan
masing-masing karakteristik kota dan hudaya masyarakat yang menghuninya harus
dimaknai bahwa kota kompak juga perlu dilihat dalam konteks kekhasan budaya,
ekonomi dan identitas fisik kotanya saat ini untuk perubahan kota (urban change) di
masa datang yang lebih baik dan efisien. Namun ada hal yang sudah pasti yakni jika
kita melihat kota-kota besar di Indonesia saat ini seperti Jakarta dan Surabaya, adalah
terjadinya perkembangan kota yang padat dan semakin melebar secara horisontal
tanpa batas yang jelas.
Dapat disimpulkan bahwa konsep dari compact city adalah :

• Digagas untuk menghemat konsumsi energi,

• Kepadatan lebih tinggi,

• Menyediakan suatu konsentrasi dari penggunaan campuran secara sosial


berkelanjutan (socially sustainable mixed use),

• mengkonsentrasikan pembangunan dan mereduksi kebutuhan jalan hingga


mereduksi emisi kendaraan-kendaraan (efisiensi transportasi),

• Promosi penggunaan Public Transport (transportasi public/masal),


kenyamanan berlalu lintas, dan

• Keadilan sosial

2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Konsep Compact City


Konsep compact city berupaya untuk mengefektifkan penggunaan lahan,
sehingga dapat mengatasi permasalahan kekurangan lahan dan penggunaan lahan
yang tidak efektif. Dengan dibangun nya gedung secara vertikal. Compact city juga
bukan hanya terfokus pada aspek fisik saja namun pada aspek ekonomi, sosial dan
kependudukan. Pada aspek sosial compact city dapat meningkatkan interaksi sosial
serta penurunan tingkat kesenjangan sosial. karena konsep compact city didesain agar
kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran dan lain-lain menjadi
terpusat. Keunggulan lainnya dari konsep compact city yaitu dapat mengurangi

5
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
ketergantungan akan kendaraan pribadi, meminimalisir biaya transport, dan
mengurangi waktu terbuang untuk perjalanan. Seluruh keunggulan tersebut adalah
dampak dari adanya konsep compact city karena compact city mendesain agar
fasilitas-fasilitas penunjang perekonomian dekat dengan kawasan permukiman
masyarakat.

Menurut Muhammad Sani Roychansyah, 2006, meskipun ide dasar kota


kompak ini telah menjadi sebuah model terpopuler untuk mewujudkan sebuah kota
berkelanjutan dewasa ini berbagai upaya penerapan modelnya tengah banyak
diujicobakan, selain keuntungan yang telah banyak disinggung, penerapan sebuah
kota kompak secara alami juga mampu mengakibatkan beberapa kerugian, seperti
bertambah mahalnya lahan di dalam kota karena pembatasan ketersediaan tanah
untuk pembangunan, kekhawatiran kualitas hidup yang berkurang dengan adanya
upaya menaikkan kepadatan penduduk dalam kota, serta kemungkinan tergusurnya
penduduk yang mempunyai akses lemah, termasuk orang berusia lanjut dan para
miskin. Namun dengan adanya kebijakan yang tepat dan berasas pada keadilan bagi
semua warga kota, akses merugikan tersebut dapat diminimalisir. Kelemahan lainnya
dari konsep ini yaitu dengan adanya gedung bertingkat atau pembangunan secara
vertikal maka dapat meningkatnya suhu panas, kemudian dapat menambah
penggunaan energi dengan adanya pembangunan gedung vertikal yang
menggunakan lift, dan penurunan keterediaan air bersih.

2.5 Hubungan Dengan Sustainable Development


Sustainable development sendiri adalah pembangunan berkelanjutan
yang memiliki prinsip pemenuhan kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
pemenuhan kebutuhan masa yang akan datang. Berikut ini adalah skema dari
sustainable development atau pembangunan berkelanjutan :

6
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
Gambar keterkaitan compact city dan sustainable development

Dari skema diatas dapat menunjukan bagaimana integrasi dari nilai


lingkungan, nilai ekonomi, dan nilai sosial yang dapat menghasilkan kehidupan
sejahtera bagi manusia. Dalam aplikasi pembangunan berkelanjutan, ketiga elemen
tersebut harus berjalan dengan simultan. Ketimpangan pembangunan akan terjadi
apabila perkembangan aspek yang satu lebih tinggi dari aspek yang lain.
Kota kompak ini memang digagas tidak sekedar untuk menghemat konsumsi
energy, tetapi juga diyakini lebih menjamin keberlangsungan generasi yang akan
datang. Di compact city konsep ini berupaya untuk mengefektifkan sumber daya dan
energy. Contoh : konsep ini mengusahakan agar meminimalkan penggunaan
bermotor yang menghasilkan polusi dan menghabiskan energi, selain itu juga
meminimalkan jarak tempuh sehingga ketergantungan akan kendaraan bermotor
menjadi berkurang, pengendara bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak
dapat kita simpan untuk kebutuhan di masa yang datang. Dengan kata lain konsep
kota kompak ini adalah bentuk kota yang dapat dianggap paling berkelanjutan.
Karena konsep ini menghemat sumber daya dan energi seperti yang tercermin pada
konsep sustainable development atau pembangunan berkelanjutan.
Konsep compact city pada sektor ekonomi yaitu dapat meningkatkan
pendapatan, serta dengan adanya konsep pengembangan kota kompak ini
masyarakat dapat menjangkau fasilitas-fasilitas penunjang ekonomi lebih dekat dari
tempat tinggal masyarakat tersebut. Fasilitas-fasilitas penunjang eknomi yang dekat

7
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
dengan tempat tinggal masyarakat ini akan membuat arus pergerakan masyarakat
menjadi berkurang. Konsep kota kompak ini juga akan mengurangi waktu perjalanan
dan biaya perjalanan, karena fasilitas penunjang perekonomian masyarakat didesain
untuk dekat dengan kawasan permukiman.
Pada sektor sosial konsep compact city ini dapat membuat adanya interaksi
sosial di masyarakat, yaitu dengan adanya pusat kegiatan yang terpusat atau mixe
used. Dengan adanya kawasan permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, dan
kawasan industi maka masyarakat dapat berinteraksi dengan masyarakat lainnya di
dalam satu pusat kegiatan tersebut. Konsep compact city ini juga akan mengurangi
kesenjangan sosial antar masyarakat.
Compact city juga dapat mengurangi tingkat polusi udara, menghemat sumber
daya dan energi serta ramah lingkungan. Sehingga konsep kompak ini tidak hanya
menjamin keberlangsungan manusia secara ekonomi, sosial, serta kebudayaan tetapi
konsep kota kompak ini juga dapat memberikan keuntungan dari aspek lingkungan.
Konsep pengembangan kota kompak memberikan suatu solusi untuk mengatasi
permasalahan lingkungan dan transportasi, seperti mengurangi tikat polusi udara
oleh emisi gas buangan kendaraan-kendaraan bermotor dengan membuat fasilitas
penunjang lebih dekat dari kawasan permukiman masyarakat. Sehingga
ketergantungan masyarakat dengan kendaraan bermotor dapat berkurang dengan
kata lain bahan bakar atau energi yang digunakan oleh kendaraan bermotor dapat di
simpan untuk kebutuhan di masa yang akan datang. Kepadatan yang tinggi secara
tidak langsung memberikan kontribusi bagi pengguna jalan terutama para
pedestrian, karena para pejalan kaki tidak perlu berjalan jauh untuk menjangkau
pusat-pusat kegiatan perekonomian tersebut.

2.6 Issue Compact City


Dalam pelaksanaannya compact city juga memiliki issue , yaitu urban sprawl
Yaitu suatu proses perluasan kegiatan perkotaan ke wilayah pinggiran yang
melimpah, dengan kata lain terjadi proses pengembangan kenampakan fisik suatu
perkotaan ke arah luar. Lebih jauh lagi, definisi dari urban sprawl adalah suatu proses
perubahan fungsi dari wilayah yang bernama perdesaan menjadi wilayah

8
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
perkotaan. Keberadaan sprawl ditandai dengan adanya beberapa perubahan pola
guna lahan yang terjadi secara serempak, seperti sebagai berikut:
1. Single-use zoning
Keadaan ini menunjukkan situasi dimana kawasan komersial, perumahan dan area
industri saling terpisah antar satu dengan yang lain. Sebagai konsekuensinya, bidang
besar tanah digunakan sebagai penggunaan lahan tunggal yang saling terpisahkan,
antara ruang terbuka, infrastruktur atau hambatan lainnya. Sebagai hasilnya, lokasi
dimana masyarakat yang tinggal, bekerja, berbelanja, dan rekreasi memiliki jarak
yang jauh, antara satu dan yang lainnya, sehingga kegiatan seperti berjalan kaki,
transit, dan bersepeda tidak dapat digunakan, tetapi lebih membutuhkan mobil.
2. Low-density zoning
Sprawl mengonsumsi jauh lebih banyak penggunaan lahan perkapita dibandingkan
perkembangan kota tradisional, karena peraturan penzonaan seharusnya
menyatakan bahwa perkembangan kota seharusnya berada dalam kepadatan
penduduk yang rendah. Definisi yang tepat mengenai kepadatan yang rendah ini
relatif, contohnya rumah tinggal tunggal, yang sangat luas, kurang dari sama dengan
4 unit per are. Bangunan tersebut memiliki banyak penggunaan lahan dan saling
berjauhan satu sama lain, terpisahkan oleh halaman rumput, landscape, jalan atau
lahan parker yang luas. Lahan parkir yang luas jelas didesain untuk jumlah mobil
yang banyak. Dampak dari perkembangan kepadatan penduduk yang rendah ini
mengalami peningkatan secepat peningkatan populasi pula. Overall density is often
lowered by “leap-frog development”. Pada umumnya, pengembang membutuhkan
kepastian tingkat persentase bagi pengembangan lahan untuk penggunaan publik,
termasuk jalan raya, lapangan parkir dan gedung sekolah. Dahulu, saat pemerintah
lokal menunjuk suatu lokasi dan ternyata lahannya kurang, mereka dapat dengan
mudah melakukan bernacam jenis perluasan wilayah, karena tidak ada kekuasaan
yang tinggi untuk melakukan penghukuman. Pengembang privat jelas tidak memiliki
kewenangan untuk melakukan hal tersebut.
3. Over Population dan Perembetan Tenaga Kerja
Dalam pelaksanaan compact city, banyak penduduk yang menuju ke kota. Hal ini
dipicu dengan berbagai faktor mulai dari pekerjaan, kegiatan, dan lain-lain. dengan

9
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
adanya perpindahan penduduk dari tempat asal menuju perkotaan sehingga
menyebabkan over population.
4. Degrasi Lingkungan
Tentu saja dengan adanya konsep compact city ini menyebabkan degradasi
lingkungan karena seiring dengan perkembangan teknologi dan semakin
meningkatnya pembangunan, maka semakin bertambah buruk pula lingkungan yang
ditinggali tersebut karena tidak ada lingkungan alam yang mengimbangi
pembangunan perkotaan yang terus berlanjut.
5. Alif fungsi lahan
Alih fungsi lahan juga salah satu karakter urban sprawl dimana untuk memenuhi
kebutuhan manusia, mulai dari permukiman, saran, dan prasarana tentunya juga
mempengaruhi struktur ruang perkotaan. Karena apabila terjadi perubahan pada
perkotaan maka akan mempengaruhi struktur ruang pada kota tersebut. Dalam urban
sprawl terjadi seperti alih fungsi lahan non terbangun menjadi lahan terbangun.

2.7 Kendala Penerapan Compact City


1. Meningkatnya hunian liar (squatter)
Tidak dapat dihindari lagi, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak diimbangi
dengan kesejahteraan dari daerah asalnya mengakibatkan penduduk banyak yang
bermigrasi ke daerah perkotaan. Terjadinya ketimpangan antara jumlah penduduk
dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya mengakibatkan muncul beberapa
permasalahan di perkotaan yang cukup kompleks. Misal semakin banyaknya
penduduk yang melakukan urbanisasi di daerah perkotaan yang hanya mempunyai
pendidikan rendah maka mereka hanya akan mencari pekerjaan yang serabutan.
Kegiatan tersebut menimbulkan munculnya hunian liar dan tingkat kemiskinan di
kota-kota besar yang semakin merajalela. Hal itu menjadikan kendala dalam
penerapan compact city karena sulitnya untuk mengatasi hunian liar yang dijadikan
solusi oleh penduduk miskin untuk bertahan hidup diperkotaan.
2. Spekulasi tanah
Yang dimaksud spekulasi tanah itu apabila terdapat suatu wilayah yang
digunakan sebagai pusat kota, dan wilayah tersebut terdapat suatu kawasan yang

10
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
dalam rencana tata kota akan dijadikan sebuah permukiman maka harga tanah
relative standart. Namun dalam hal lain, apabila kawasan tersebut penggunaan
lahannya dialih fungsikan sebagai kawasan perdagangan dan jasa maka harga
tersebut semakin meningkat. Karena kawasan tersebut mudah menjangkau pusat-
pusat perekonomian dan jika semakin dekat dengan pusat kegiatan dan tidak sesuai
dengan arahan rencana tata ruang maka harga lahan akan semakin mahal.
3. Sulitnya urban redevelopment melalui pembongkaran permukiman kumuh
Dalam menangani masalah diperkotaan salah satunya yaitu penertiban kawasan
permukiman kumuh tidaklah hal yang mudah. Karena membangun kota yang
nyaman dibutuhkan solusi yang baik untuk mengganti rugi terhadap masyarakat
yang akan mengalami penggusuran tempat tinggalnya. Merealisasikan
pembongkaran permukiman kumuh tidak hanya semata-mata langsung dapat
diselesaikan. Namun, banyaknya penduduk yang menolak untuk direlokasi
disebabkan karena pekerjaan sehari-hari yang mereka lakukan berada disekitar
lingkungan tersebut. Kemudian, ganti rugi yang diberikan tidak sesuai dengan
harapan mereka juga mempersulit penataan ulang kota yang indah.
4. Lemahnya sitem transportasi publik
Semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka semakin banyaknya permintaan
untuk memnuhi kebutuhannya. Misal dalam segi transportasi. Masyarakat saat ini
kurang berpihak untuk menggunakan transportasi umum melainkan mereka masing-
masing sudah memiliki transportasu pribadi yang dapat digunakan dalam kegiatan
apapun. Untuk mendapatkan sebuah transportasi pribadipun sekarang semakin
dipermudah dengan adanya sistem kredit motor yaitu dalam pembelian dapat
diangsur secara bertahap. Kemudian dibandingkan dengan transportasi umum
mereka kurang tertarik dikarenakan banyak hal seperti fasilitas dan keamanaan yang
diberikan kurang memadai. Sehingga penggunaan sistem transportasi umum saat ini
semakin menurun yang disebabkan sudah banyaknya masyarakat yang mepunyai
kendaraan pribadi masing-masing.
5. Kurangnya kapasitas perencanaan kota
Dalam melakukan pembangunan seringkali masalah yang dihadapi adalah tidak
sesuainya antara rencana dengan implementasiannya. Hal tersebut dapat terjadi

11
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
karena dalam perencanaannya selalu berubah-ubah setiap 5 tahu sekali seiring
dengan pergantian pemimpin pemerintahnya. Sehingga untuk merealisasikan suatu
pembangunan perlu pengkajian berulang ulang agar terlaksana sesuai dengan
perencanaanya.

2.8 Upaya-Upaya Untuk Mencapai Compact City


1. Peningkatan kawasan terbangun
Peningkatan kawasan terbangun bertujuan untuk memadatkan kota dengan
kawasan-kawasan terbangun, sehingga penggunaan lahan di kota atau pun di suatu
wilayah lebih efisien. Kawasan perkotaan lebih diprioritaskan untuk dipadatkan
dengan bangunan-bangunan yang mempunyai berbagai macam fungsi dan tujuan,
tetapi tetap memperhatikan aspek-aspek keserasian lingkungan.
2. Intensifikasi aktivitas ekonomi
Intensifikasi aktifitas ekonomi ini termasuk di dalamnya adalah intensifikasi
pusat-pusat kegiatan penggerak kegiatan perekonomian. Intensifikasi aktivitas
ekonomi bertujuan agar meminimalkan angka pergerakan masyarakat agar tidak jauh
dari pusat kota atau pergerakan yang dilakukan masih dalam lingkup kawasan
perkotaan. Intensifikasi aktivitas ekonomi juga bertujuan untuk memfasilitasi
masyarakat pada kawasan tersebut agar mudah menjangkau pusat-pusat kegiatan
ekonomi.
3. Sistem permukiman yang padat
Sistem permukiman yang padat dimaksudkan agar memusatkan kegiatan
masyarakat kota ataupun masyarakat di suatu kawasan tertentu. Sistem permukiman
yang padat bukan berarti permukiman yang padat, kumuh dan tidak layak huni,
seperti yang dewasa ini ditemui di kota-kota besar. Sistem permukiman yang padat
ini tetap memperhatikan aspek-aspek kenyamanan, lingkungan serta keamanan
tempat tinggal.
4. Perbaikan sarana dan prasarana kota
Perbaikan sarana dan prasarana merupakan suatu usaha untuk meningkatkan
kembali pembangunan fisik suatu kota. Perbaikan ini diharapkan mampu
memaksimalkan peran serta fungsi dari sarana dan prasarana kota tersebut. Hal ini

12
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
akan mendorong agar kota berfungsi secara maksimal dalam memberikan pelayanan
terhadap masyarakat.

13
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
HONGKONG

COMPACT
CITY
studi
kasus

14
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
Populasi , Lahan, dan Sumber Daya

Salah satu contoh suksesnya konsep pengembangan Compact Cities adalah


kota Hong Kong. . Hong Kong terletak di tepi timur Sungai Pearl dan membentas di
atas wilayah seluas 1.068 km2. Dari pulau Hongkong itu sendiri, Semenanjung
Kowloon, New Territories dan beberapa 235 pulau-pulau lain. Masalah kelangkaan
tanah dan peningkatan populasi menimbulkan tantangan untuk pengembangan
perkotaan Hong Kong. Hanya 21% dari luas lahan Hong Kong adalah dapat-
dibangun, daerah yang tersisa sebagian besar pegunungan dan perbatasan air.

Berlangsungnya migrasi perkotaan dari daratan Cina terus menerus, yang


dimulai pada awal 1950-an, telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan
populasi, rata-rata, 1 juta atau lebih orang per dekade. Hong Kong memiliki jumlah
penduduk lebih dari hampir 7 juta dan total massa tanah yang dapat dikembangkan
berjumlah total tidak lebih dari 500 km2 . Yang mana 50% dari hampir 7 juta penduduk
hidup dan bekerja di pusat-pusat kota Hong Kong (Gambar 1 dan 2). Akibatnya,
kepadatan penduduk mencapai 46.000 orang per km2 , di daerah terpadat dengan
rata-rata sekitar lebih dari 6250 orang per km2 persegi keseluruhan. Sedangkan sisa
50% penduduk lainnya tinggal di kota-kota baru.

Transportasi Massal

Satu-satunya cara untuk mengatasi populasi yang besar dan lingkungan ramai
adalah untuk membuat dibangun lebih padat lingkungan. Transit Oriented
Development (TOD) yang diperkenalkan Hong Kong pada 1970-an. Sebagian besar
TOD digunakan di bawah bangunan bertingkat tinggi dan high-density desain
arsitektur.

Sejak tahun 1979, rel metro di Hong Kong telah melayani masyarakat lama dan
lahan reklamasi baru. Karena jumlah orang, jalan-jalan sempit dan transportasi publik
dapat diakses, 90% dari penduduk Hong Kong menggunakan transportasi umum.
Urban Compact Hong Kong mengurangi waktu perjalanan sebesar 25%.

15
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
Gambar 1. Peta Hong Kong yang menunjukkan daerah terbangun dan taman alam

Gambar 2. Peta administrasi wilayah Hong Kong dan tingkat kepadatan penduduk

Rel penghubung dari kota sampai di desa sangat mempengaruhi konsep


pengembangan Compact City tersebut. Selain itu, jumlah peminat transportasi publik

16
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
yang banyak di Hong Kong juga dikarenakan banyaknya pilihan moda transportasi
mulai dari Airport Express , MTR, Taksi, Bus dan minibus, Kapal Ferry, maupun Trams
(Gambar 3).

Gambar 3. Moda transportasi publik di Hongkong

Lahan Campuran (Mixed Used Development/Land Use)

Faktor lain indikator konsep Compact City adalah adanya intensifikasi


penggunaan lahan dan penggunaan campuran di sebagian besar kasus yang
ditemukan di pusat-pusat perkotaan. Lahan yang terbatas telah memaksa Hong Kong
unutk mengembangkan kota-kotanya dengan pengembangan vertikal yang pada
akhirnya bermunculan banyak gedung pencakar langit (skyscrapper) dan menjadikan
Hong Kong memiliki julukan negara ‘terjangkung’ di dunia. Dengan penggunaan
fungsi dari satu bangunan bermacam-macam, dimana lantai 1-3 digunakan sebagai
komersial ataupun industri, sedangkan 3-4 digunakan sebagai perkantoran, dan
sisanya adalah permukiman (Gambar 4). Misalnya pembangunan permukiman
vertikal multi fungsi penggunaan lahan, Metro-City Resedential Development, Tseng
Kwan O, Hong Kong, China yang dapat menampung 2.048 rumah tangga, 6.700
rumah di 6 tower terdiri dari 43 lantai setiap towernya (Gambar 4)

17
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
Konsep ini juga didukung dengan penggunaan ruang bawah tanah dari
gedung tersebut sebagai tempat transit MTR (Gambar 5). Saling keterhubungan antar
bangunan merupakan faktor kenyamanan mengenai aksesibilitas transportasi massal.

Gambar 4. Mixed Use di Hongkong Gambar 5. Transit bawah tanah di Hong Kong

Konsep Mixed Land Use juga didukung oleh kebijakan setempat. Semua tanah
di Hong Kong dimiliki pemerintah, yang memiliki semua pengaturan atas penawaran
tanah dan penggunaan lahan, yang mana pengaturan atas lahan di Hong Kong lebih
mudah dilakukan pemerintah setempat. Pemerintah mengatur penggunaan lahan
privat rumah, bisnis, dan industri dengan lelang atau tender, dan untuk penggunaan
publik melalui alokasi bebas/gratis.

Oleh karena kelangkaan tanah dan topografi perbukitan, Hong Kong tidak bisa
mengadopsi kebijakan lahan banyak yang berdasarkan pada industri dan pertanian
luas. Namun, lebih memfokuskan kepada ekonomi yang didasarkan atas akumulasi
modal dalam sektor jasa seperti perdagangan, finansial/perbankan, dan pariwisata
untuk pengembangan kota-kotanya.

18
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
Kesimpulan Penerapan Compact City di Hong Kong

Hong Kong telah membuat komitmen yang jelas untuk mencapai


keberlanjutan dalam banyak bidang ekonomi dan masyarakat yang mempengaruhi
lingkungan dengan strategi Compact City Hong Kong adalah :

 Intensifikasi dan perkembangan transportasi yang utama menjadi fokusan


 Transportasi massal merupakan elemen penting
 Untuk membuat kota dengan kepadatan lebih tinggi dengan pembangunan
vertikal dan mixed use , Hongkong membangun banyak gedung pencakar langit
dan pembangunan secara vertikal
 Penggabungan fungsi lahan didasarkan pada karakteristik lokasi dan potensi
untuk penghematan sumber daya.

Namun, pertumbuhan ekonomi yang cepat dengan konsep pengembangan


Compact City dengan lahan terbatas mempengaruhi kualitas lingkungan di Hong
Kong secara umum yang masih tetap buruk.

19
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
2.9 Hasil Diskusi
1. Amalia Madina

Mengapa di Indonesia belum bisa menerapkan konsep compact city ? kendala apa
saja yang menyebabkan belum bisa diterapkannya konsep tersebut ?

Jawaban : dilihat dari segi sumber daya di Indonesia belum siap untuk
menerapkan konsep compact city. Banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh
negara Indonesia sangat kompleks dari kesejahteraan masyarakatnya sendiri dapat
dikatakan belum mencapai tingkat yang lebih baik. Banykanya pengangguran yang
terjadi di kota-kota besar merupakan salah satu hal yang menjadi penghambat juga.
Pemerintah cenderung memfokuskan pada penyelesaian masalah perekonomian
bukan dalam segi pembangunannya.

Selain itu, dari segi regulasi dalam implementasinya belum dapat dilaksanakan
sesuai dengan peraturannya. Karena masalah perencanaan yang selalu berubah setiap
5 tahun pergantian kepemimpinan negara menyebabkan tersendatnya pelaksanaan
setiap pembangunan yang ada. Sistem perencanaan di Indonesia bisa dikatakan
belum cukup baik, ada perbedaan dengan negara lain yang telah berhasil menerapkan
konsep compact city. Seperti di Negara Belanda, megapa negara tersebut berhasil
menerapkannya ? dikarenakan dari segi regulasi atau rencana tata ruang selalu
menggunakan aturan yang sudah ditetapkan sejak lama. Dalam pergantian
kepemimpinan negara tersebut tidak pernah merubah perencanaan yang telah ada.
Dokumen perencanaan tersebut dapat digunakan hingga 50 tahun. Sehingga lebih
mudah dalam menerapkan konsep compact city nya.

2. Yonathan Gustaf

Jelaskan apa yang dimaksud keadilan sosial yang tercantum di bagian konsep
compact city ,mengapa hal tersebut dicantumkan sedangkan dalam bagian kekurangan
tertulis Kemungkinan tergusur nya penduduk yang mempunyai akses lemah,
termasuk orang berusia lanjut dan para para miskin. Padahal sudah terdapat keadilan
sosial ?

20
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
Jawaban : yang dimaksud keadilan dalam konsep compact city memang salah
satunya akan mewujudkan keadilan sosial yang pada akhirnya akan memberikan
keuntungan kesempatan hidup bagi penduduk berpendapatan rendah. Namun hal
tersebut tentu ditujukan kepada masyarakat yang telah mempunyai skill atau
kemampuan untuk bekerja, sehingga dapat membantu untuk lebih mudah karena
tidak mengeluarkan biaya tambahan transportasi ataupun jarak yang jauh untuk
menjangkau ketempat kerja mereka. Tidak dengan masyarakat yang justru masih
mencari pekerjaan dengan tidak mempunyai kemapuan apapun. Karena mereka
hanya memikirkan bagaimana dapat hidup di kota-kota besar. Sehingga hanya
tinggal di bawah garis kemiskinan dengan kawasan permukiman yang kumuh. Dari
hal tersebut, untuk pembangunan kota yang lebih baik justru akan menjadikan
masalah dan akan tergusur dari wilayah tersebut.

3. Retno Yuniar Azarine


Dengan konsep compact building apakah tidak malah menarik para investor
dan developer untuk menanam saham dan menerapkan konsep compact
building, apakah hal tersebut tidak berdampak buruk pada pembangunan
Indonesia, Karena dikhawatirkan para investor kerap membangun yang tidak
seharusnya terbangun dan berdampak buruk?
Jawaban :
Isi dari RDTR adalah berisi tentang peraturan dan rencana zonasi, rencana
struktur ruang pada suatu tempat. Sebagai seorang planner, RDTR yang
dihasilkan dapat digunakan untuk membatasi pembangunan tersebut. Tidak
mungkin seorang planner membiarkan pembangunan secara besar-besaran itu
terjadi. Disamping itu pula pemerintah punya hak dan peraturan yang
berkaitan tentang tata ruang yang berguna untuk mengatur bagaimana pola
dan struktur ruang ada yang ada di kota tersebut. Pemerintah bisa melakukan
dengan cara insentif ataupun disinsentif untuk mengatur pola dan struktur
kota.

21
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
DAFTAR PUSTAKA
Beisi, J. 2000. Flexible Housing, Compact City and Environmental Preservation: A Critical
Look at Hong Kong's Experience
Bukowski, B. , Boatman, D. , Ramirez, K. and Du, M. 2013. A Comparative Study of
Transit-Oriented Developments in Hong Kong.
https://www.wpi.edu/Pubs/E-project/Available/E-project-022713-
065611/unrestricted/Comparative_Study_of_TOD_in_Hong_Kong.pdf
Burgess, R. and Jenks, M. 2000. Compact Cities: Sustainable Urban Forms for Developing
Countries. London : Spon Press. ISBN 0-419-25130-8.
Coorey, S.B.A. & Lau, S.S.Y. 2005. Urban compactness and its progress towards
sustainability: the Hong Kong scenario. Hong Kong : ISSN 1743-3541 WIT
Transactions on Ecology and the Environment, Vol 84.
Looa, B.P.Y. , Chenb, C. , and Chanc, E.T.H. 2010. Rail-based transit-oriented development:
Lessons from New York City and Hong Kong. Hong Kong : Landscape and
Urban Planning 97 (2010) 202–212.
M. Striker. 2011. INTENSIFICATION, COMPACT CITY DEVELOPMENT and
SUSTAINABILITY: Case studies of Hong Kong (China) and Randstad (the
Netherlands). 47th ISOCARP Congress.
Wang Xu and Lau Siu Yu. 2002. Pursuing New Urban Living Environment In The New
Millennium: Projecting The Future Of High-Rise And High Density Living In
Hong Kong
http://cumincad.scix.net/data/works/att/ga0208.content.pdf

22
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY

Anda mungkin juga menyukai