Perencanaan Kota Compact City Compact Ci
Perencanaan Kota Compact City Compact Ci
Oleh :
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah compact city diperkenalkan pada tahun 1973 oleh George Dantzig dan
Thomas L yang keduanya merupakan matematikawan utopis. Dalam perancangan
kota hal ini seringkali dikaitkan dengan Jane Jacobs dan bukunya berjudul The Death
and Life of Great American Cities (1961) sebagai bentuk kritik terhadap fenomena
urban sprawl.
1
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
1.3 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi dari makalah ini maka di
bawah ini adalah sistematika pembahasan yang kami pakai dalam penulisan makalah
ini:
- BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan
- BAB II PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pengertian kota metropolitan dan compact city, teori-teori
Compact city, konsep compact city dan
studi kasus compact city.
- BAB III PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan
2
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
BAB II
PEMBAHASAN
3
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
bentuk kota yang paling berkelanjutan. Dilanjutkan dengan contoh lain seperti
Inggris, Belanda, Hongkong, hingga Australia. Keunggulan dari kota kompak yaitu
pertama, menghemat sumberdaya dan energi (lahan, transportasi, polusi, sampah),
yang kedua pengkonsentrasian kegiatan di pusat kota untuk menghindari munculnya
kota satelit di sekitar pusat kota. Jelas mengapa negara-negara maju seperti Uni Eropa
sudah begitu memprioritaskan kepada penghematan energi, perubahan sistem
transportasi, dll. Karena di negara maju, biaya bukanlah menjadi kendala. Maka
model kota kompak mudah untuk diwujudkan.
4
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
kota kompak bagi perencanaan kota-kota di Indonesia jelas masih membutuhkan
kajian, studi dan riset tersendiri.
Bagaimanapun konsep kota kompak bukanlah konsep yang kaku dan
sederhana yang menggambarkan sebuah bentuk kota tertentu. Adanya perbedaan
masing-masing karakteristik kota dan hudaya masyarakat yang menghuninya harus
dimaknai bahwa kota kompak juga perlu dilihat dalam konteks kekhasan budaya,
ekonomi dan identitas fisik kotanya saat ini untuk perubahan kota (urban change) di
masa datang yang lebih baik dan efisien. Namun ada hal yang sudah pasti yakni jika
kita melihat kota-kota besar di Indonesia saat ini seperti Jakarta dan Surabaya, adalah
terjadinya perkembangan kota yang padat dan semakin melebar secara horisontal
tanpa batas yang jelas.
Dapat disimpulkan bahwa konsep dari compact city adalah :
• Keadilan sosial
5
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
ketergantungan akan kendaraan pribadi, meminimalisir biaya transport, dan
mengurangi waktu terbuang untuk perjalanan. Seluruh keunggulan tersebut adalah
dampak dari adanya konsep compact city karena compact city mendesain agar
fasilitas-fasilitas penunjang perekonomian dekat dengan kawasan permukiman
masyarakat.
6
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
Gambar keterkaitan compact city dan sustainable development
7
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
dengan tempat tinggal masyarakat ini akan membuat arus pergerakan masyarakat
menjadi berkurang. Konsep kota kompak ini juga akan mengurangi waktu perjalanan
dan biaya perjalanan, karena fasilitas penunjang perekonomian masyarakat didesain
untuk dekat dengan kawasan permukiman.
Pada sektor sosial konsep compact city ini dapat membuat adanya interaksi
sosial di masyarakat, yaitu dengan adanya pusat kegiatan yang terpusat atau mixe
used. Dengan adanya kawasan permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, dan
kawasan industi maka masyarakat dapat berinteraksi dengan masyarakat lainnya di
dalam satu pusat kegiatan tersebut. Konsep compact city ini juga akan mengurangi
kesenjangan sosial antar masyarakat.
Compact city juga dapat mengurangi tingkat polusi udara, menghemat sumber
daya dan energi serta ramah lingkungan. Sehingga konsep kompak ini tidak hanya
menjamin keberlangsungan manusia secara ekonomi, sosial, serta kebudayaan tetapi
konsep kota kompak ini juga dapat memberikan keuntungan dari aspek lingkungan.
Konsep pengembangan kota kompak memberikan suatu solusi untuk mengatasi
permasalahan lingkungan dan transportasi, seperti mengurangi tikat polusi udara
oleh emisi gas buangan kendaraan-kendaraan bermotor dengan membuat fasilitas
penunjang lebih dekat dari kawasan permukiman masyarakat. Sehingga
ketergantungan masyarakat dengan kendaraan bermotor dapat berkurang dengan
kata lain bahan bakar atau energi yang digunakan oleh kendaraan bermotor dapat di
simpan untuk kebutuhan di masa yang akan datang. Kepadatan yang tinggi secara
tidak langsung memberikan kontribusi bagi pengguna jalan terutama para
pedestrian, karena para pejalan kaki tidak perlu berjalan jauh untuk menjangkau
pusat-pusat kegiatan perekonomian tersebut.
8
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
perkotaan. Keberadaan sprawl ditandai dengan adanya beberapa perubahan pola
guna lahan yang terjadi secara serempak, seperti sebagai berikut:
1. Single-use zoning
Keadaan ini menunjukkan situasi dimana kawasan komersial, perumahan dan area
industri saling terpisah antar satu dengan yang lain. Sebagai konsekuensinya, bidang
besar tanah digunakan sebagai penggunaan lahan tunggal yang saling terpisahkan,
antara ruang terbuka, infrastruktur atau hambatan lainnya. Sebagai hasilnya, lokasi
dimana masyarakat yang tinggal, bekerja, berbelanja, dan rekreasi memiliki jarak
yang jauh, antara satu dan yang lainnya, sehingga kegiatan seperti berjalan kaki,
transit, dan bersepeda tidak dapat digunakan, tetapi lebih membutuhkan mobil.
2. Low-density zoning
Sprawl mengonsumsi jauh lebih banyak penggunaan lahan perkapita dibandingkan
perkembangan kota tradisional, karena peraturan penzonaan seharusnya
menyatakan bahwa perkembangan kota seharusnya berada dalam kepadatan
penduduk yang rendah. Definisi yang tepat mengenai kepadatan yang rendah ini
relatif, contohnya rumah tinggal tunggal, yang sangat luas, kurang dari sama dengan
4 unit per are. Bangunan tersebut memiliki banyak penggunaan lahan dan saling
berjauhan satu sama lain, terpisahkan oleh halaman rumput, landscape, jalan atau
lahan parker yang luas. Lahan parkir yang luas jelas didesain untuk jumlah mobil
yang banyak. Dampak dari perkembangan kepadatan penduduk yang rendah ini
mengalami peningkatan secepat peningkatan populasi pula. Overall density is often
lowered by “leap-frog development”. Pada umumnya, pengembang membutuhkan
kepastian tingkat persentase bagi pengembangan lahan untuk penggunaan publik,
termasuk jalan raya, lapangan parkir dan gedung sekolah. Dahulu, saat pemerintah
lokal menunjuk suatu lokasi dan ternyata lahannya kurang, mereka dapat dengan
mudah melakukan bernacam jenis perluasan wilayah, karena tidak ada kekuasaan
yang tinggi untuk melakukan penghukuman. Pengembang privat jelas tidak memiliki
kewenangan untuk melakukan hal tersebut.
3. Over Population dan Perembetan Tenaga Kerja
Dalam pelaksanaan compact city, banyak penduduk yang menuju ke kota. Hal ini
dipicu dengan berbagai faktor mulai dari pekerjaan, kegiatan, dan lain-lain. dengan
9
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
adanya perpindahan penduduk dari tempat asal menuju perkotaan sehingga
menyebabkan over population.
4. Degrasi Lingkungan
Tentu saja dengan adanya konsep compact city ini menyebabkan degradasi
lingkungan karena seiring dengan perkembangan teknologi dan semakin
meningkatnya pembangunan, maka semakin bertambah buruk pula lingkungan yang
ditinggali tersebut karena tidak ada lingkungan alam yang mengimbangi
pembangunan perkotaan yang terus berlanjut.
5. Alif fungsi lahan
Alih fungsi lahan juga salah satu karakter urban sprawl dimana untuk memenuhi
kebutuhan manusia, mulai dari permukiman, saran, dan prasarana tentunya juga
mempengaruhi struktur ruang perkotaan. Karena apabila terjadi perubahan pada
perkotaan maka akan mempengaruhi struktur ruang pada kota tersebut. Dalam urban
sprawl terjadi seperti alih fungsi lahan non terbangun menjadi lahan terbangun.
10
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
dalam rencana tata kota akan dijadikan sebuah permukiman maka harga tanah
relative standart. Namun dalam hal lain, apabila kawasan tersebut penggunaan
lahannya dialih fungsikan sebagai kawasan perdagangan dan jasa maka harga
tersebut semakin meningkat. Karena kawasan tersebut mudah menjangkau pusat-
pusat perekonomian dan jika semakin dekat dengan pusat kegiatan dan tidak sesuai
dengan arahan rencana tata ruang maka harga lahan akan semakin mahal.
3. Sulitnya urban redevelopment melalui pembongkaran permukiman kumuh
Dalam menangani masalah diperkotaan salah satunya yaitu penertiban kawasan
permukiman kumuh tidaklah hal yang mudah. Karena membangun kota yang
nyaman dibutuhkan solusi yang baik untuk mengganti rugi terhadap masyarakat
yang akan mengalami penggusuran tempat tinggalnya. Merealisasikan
pembongkaran permukiman kumuh tidak hanya semata-mata langsung dapat
diselesaikan. Namun, banyaknya penduduk yang menolak untuk direlokasi
disebabkan karena pekerjaan sehari-hari yang mereka lakukan berada disekitar
lingkungan tersebut. Kemudian, ganti rugi yang diberikan tidak sesuai dengan
harapan mereka juga mempersulit penataan ulang kota yang indah.
4. Lemahnya sitem transportasi publik
Semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka semakin banyaknya permintaan
untuk memnuhi kebutuhannya. Misal dalam segi transportasi. Masyarakat saat ini
kurang berpihak untuk menggunakan transportasi umum melainkan mereka masing-
masing sudah memiliki transportasu pribadi yang dapat digunakan dalam kegiatan
apapun. Untuk mendapatkan sebuah transportasi pribadipun sekarang semakin
dipermudah dengan adanya sistem kredit motor yaitu dalam pembelian dapat
diangsur secara bertahap. Kemudian dibandingkan dengan transportasi umum
mereka kurang tertarik dikarenakan banyak hal seperti fasilitas dan keamanaan yang
diberikan kurang memadai. Sehingga penggunaan sistem transportasi umum saat ini
semakin menurun yang disebabkan sudah banyaknya masyarakat yang mepunyai
kendaraan pribadi masing-masing.
5. Kurangnya kapasitas perencanaan kota
Dalam melakukan pembangunan seringkali masalah yang dihadapi adalah tidak
sesuainya antara rencana dengan implementasiannya. Hal tersebut dapat terjadi
11
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
karena dalam perencanaannya selalu berubah-ubah setiap 5 tahu sekali seiring
dengan pergantian pemimpin pemerintahnya. Sehingga untuk merealisasikan suatu
pembangunan perlu pengkajian berulang ulang agar terlaksana sesuai dengan
perencanaanya.
12
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
akan mendorong agar kota berfungsi secara maksimal dalam memberikan pelayanan
terhadap masyarakat.
13
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
HONGKONG
COMPACT
CITY
studi
kasus
14
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
Populasi , Lahan, dan Sumber Daya
Transportasi Massal
Satu-satunya cara untuk mengatasi populasi yang besar dan lingkungan ramai
adalah untuk membuat dibangun lebih padat lingkungan. Transit Oriented
Development (TOD) yang diperkenalkan Hong Kong pada 1970-an. Sebagian besar
TOD digunakan di bawah bangunan bertingkat tinggi dan high-density desain
arsitektur.
Sejak tahun 1979, rel metro di Hong Kong telah melayani masyarakat lama dan
lahan reklamasi baru. Karena jumlah orang, jalan-jalan sempit dan transportasi publik
dapat diakses, 90% dari penduduk Hong Kong menggunakan transportasi umum.
Urban Compact Hong Kong mengurangi waktu perjalanan sebesar 25%.
15
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
Gambar 1. Peta Hong Kong yang menunjukkan daerah terbangun dan taman alam
Gambar 2. Peta administrasi wilayah Hong Kong dan tingkat kepadatan penduduk
16
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
yang banyak di Hong Kong juga dikarenakan banyaknya pilihan moda transportasi
mulai dari Airport Express , MTR, Taksi, Bus dan minibus, Kapal Ferry, maupun Trams
(Gambar 3).
17
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
Konsep ini juga didukung dengan penggunaan ruang bawah tanah dari
gedung tersebut sebagai tempat transit MTR (Gambar 5). Saling keterhubungan antar
bangunan merupakan faktor kenyamanan mengenai aksesibilitas transportasi massal.
Gambar 4. Mixed Use di Hongkong Gambar 5. Transit bawah tanah di Hong Kong
Konsep Mixed Land Use juga didukung oleh kebijakan setempat. Semua tanah
di Hong Kong dimiliki pemerintah, yang memiliki semua pengaturan atas penawaran
tanah dan penggunaan lahan, yang mana pengaturan atas lahan di Hong Kong lebih
mudah dilakukan pemerintah setempat. Pemerintah mengatur penggunaan lahan
privat rumah, bisnis, dan industri dengan lelang atau tender, dan untuk penggunaan
publik melalui alokasi bebas/gratis.
Oleh karena kelangkaan tanah dan topografi perbukitan, Hong Kong tidak bisa
mengadopsi kebijakan lahan banyak yang berdasarkan pada industri dan pertanian
luas. Namun, lebih memfokuskan kepada ekonomi yang didasarkan atas akumulasi
modal dalam sektor jasa seperti perdagangan, finansial/perbankan, dan pariwisata
untuk pengembangan kota-kotanya.
18
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
Kesimpulan Penerapan Compact City di Hong Kong
19
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
2.9 Hasil Diskusi
1. Amalia Madina
Mengapa di Indonesia belum bisa menerapkan konsep compact city ? kendala apa
saja yang menyebabkan belum bisa diterapkannya konsep tersebut ?
Jawaban : dilihat dari segi sumber daya di Indonesia belum siap untuk
menerapkan konsep compact city. Banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh
negara Indonesia sangat kompleks dari kesejahteraan masyarakatnya sendiri dapat
dikatakan belum mencapai tingkat yang lebih baik. Banykanya pengangguran yang
terjadi di kota-kota besar merupakan salah satu hal yang menjadi penghambat juga.
Pemerintah cenderung memfokuskan pada penyelesaian masalah perekonomian
bukan dalam segi pembangunannya.
Selain itu, dari segi regulasi dalam implementasinya belum dapat dilaksanakan
sesuai dengan peraturannya. Karena masalah perencanaan yang selalu berubah setiap
5 tahun pergantian kepemimpinan negara menyebabkan tersendatnya pelaksanaan
setiap pembangunan yang ada. Sistem perencanaan di Indonesia bisa dikatakan
belum cukup baik, ada perbedaan dengan negara lain yang telah berhasil menerapkan
konsep compact city. Seperti di Negara Belanda, megapa negara tersebut berhasil
menerapkannya ? dikarenakan dari segi regulasi atau rencana tata ruang selalu
menggunakan aturan yang sudah ditetapkan sejak lama. Dalam pergantian
kepemimpinan negara tersebut tidak pernah merubah perencanaan yang telah ada.
Dokumen perencanaan tersebut dapat digunakan hingga 50 tahun. Sehingga lebih
mudah dalam menerapkan konsep compact city nya.
2. Yonathan Gustaf
Jelaskan apa yang dimaksud keadilan sosial yang tercantum di bagian konsep
compact city ,mengapa hal tersebut dicantumkan sedangkan dalam bagian kekurangan
tertulis Kemungkinan tergusur nya penduduk yang mempunyai akses lemah,
termasuk orang berusia lanjut dan para para miskin. Padahal sudah terdapat keadilan
sosial ?
20
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
Jawaban : yang dimaksud keadilan dalam konsep compact city memang salah
satunya akan mewujudkan keadilan sosial yang pada akhirnya akan memberikan
keuntungan kesempatan hidup bagi penduduk berpendapatan rendah. Namun hal
tersebut tentu ditujukan kepada masyarakat yang telah mempunyai skill atau
kemampuan untuk bekerja, sehingga dapat membantu untuk lebih mudah karena
tidak mengeluarkan biaya tambahan transportasi ataupun jarak yang jauh untuk
menjangkau ketempat kerja mereka. Tidak dengan masyarakat yang justru masih
mencari pekerjaan dengan tidak mempunyai kemapuan apapun. Karena mereka
hanya memikirkan bagaimana dapat hidup di kota-kota besar. Sehingga hanya
tinggal di bawah garis kemiskinan dengan kawasan permukiman yang kumuh. Dari
hal tersebut, untuk pembangunan kota yang lebih baik justru akan menjadikan
masalah dan akan tergusur dari wilayah tersebut.
21
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY
DAFTAR PUSTAKA
Beisi, J. 2000. Flexible Housing, Compact City and Environmental Preservation: A Critical
Look at Hong Kong's Experience
Bukowski, B. , Boatman, D. , Ramirez, K. and Du, M. 2013. A Comparative Study of
Transit-Oriented Developments in Hong Kong.
https://www.wpi.edu/Pubs/E-project/Available/E-project-022713-
065611/unrestricted/Comparative_Study_of_TOD_in_Hong_Kong.pdf
Burgess, R. and Jenks, M. 2000. Compact Cities: Sustainable Urban Forms for Developing
Countries. London : Spon Press. ISBN 0-419-25130-8.
Coorey, S.B.A. & Lau, S.S.Y. 2005. Urban compactness and its progress towards
sustainability: the Hong Kong scenario. Hong Kong : ISSN 1743-3541 WIT
Transactions on Ecology and the Environment, Vol 84.
Looa, B.P.Y. , Chenb, C. , and Chanc, E.T.H. 2010. Rail-based transit-oriented development:
Lessons from New York City and Hong Kong. Hong Kong : Landscape and
Urban Planning 97 (2010) 202–212.
M. Striker. 2011. INTENSIFICATION, COMPACT CITY DEVELOPMENT and
SUSTAINABILITY: Case studies of Hong Kong (China) and Randstad (the
Netherlands). 47th ISOCARP Congress.
Wang Xu and Lau Siu Yu. 2002. Pursuing New Urban Living Environment In The New
Millennium: Projecting The Future Of High-Rise And High Density Living In
Hong Kong
http://cumincad.scix.net/data/works/att/ga0208.content.pdf
22
PERENCANAAN KOTA || COMPACT CITY