Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KESTABILAN BAWAH TANAH

“ANALISIS ROCKFALL PADA ATAP DAN DINDING


TEROWONGAN”

Disusun Oleh :

NAMA : FINSKA CHRISTIANTI GANI


NIM : 1409055020
PROGRAM STUDI : S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

S1 TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA

2016

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Adapun makalah Kestabilan Bawah Tanah ini tentang Analisis Rockfall Pada
Atap Dan Dinding Terowongan. Makalah ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil


hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca..

Samarinda, November 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.................................................................. 2
DAFTAR ISI.................................................................................. 3

BAB I
PENDAHULUAN......................................................................... 4
1.1 Latar belakang........................................................................... 4
1.2 Tujuan....................................................................................... 5

BAB II
PEMBAHASAN........................................................................... 6

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................ 17
3.2 Saran...................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA................................................................. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada riset permulaan dari Metode Elemen Hingga Prof. Zienkiewicz (Zienkiewicz
1968) dalam sebuah artikel mengusulkan kriteria batuan sebagai material yang tidak
dapat menahan tarik (no-tension material) dan memakai kriteria runtuh Mohr-Coulomb
untuk analisa tegangan gesernya. Berdasarkan riset-riset para pakar geologi dan geofisik
antara tahun 1960an sampai 1990an, Papaliangas (Papaliangas et.al. 1996) melakukan
riset-percobaan kekar batuan (jointed rock) dan mengusulkan suatu terobosan baru
dalam rumus dasar keruntuhan batuan tsb. Papaliangas memperhatikan dan
mengimplementasikan pengaruh transisi getas-daktail (brittle-ductile transition).
Kriteria runtuh lama yang dipergunakan para pakar mekanika batuan (Zienkiewicz et.al.
1968, Locat et. al. 2000) dan ahli-ahli geologi teknik / teknik perminyakan (Hatcher
1995, Aoki et.al. 1993, McLean 1987 and Ramsay & Lisle 2000) tidak memasukan
unsur transisi getas-daktail. Berkaitan dengan itu penulis mencoba
mengimplementasikan algoritma baru (Louhenapessy 2000, Louhenapessy & Pande
2000) yang pada akhirnya sangat bermanfaat dalam pemecahan problem-problem
mekanika batuan:
a) perencanaan terowongan (tunneling),
b) kestabilan lereng dan
c) stabilitas “borehole”.

Pekerjaan-pekerjaan teknik sipil dan teknik pertambangan banyak melibatkan


pembuatan terowongan dibatuan, seperti terowongan untuk “spillway” bendungan,
ruang penyimpanan mesin pembangkit listrik pada bendungan, terowongan pada
pertambangan dsb. Batuan yang umumnya ditemukan adalah batuan utuh (intact rock)
dan batuan berkekar (joint rock). Perencanaan pembangunan proyek terowongan batuan
(rock tunnel) melibatkan berbagai bidang ilmu, dan satu diantaranya adalah mekanika
batuan. Dan jika mungkin dilakukan pemodelan konstitutip (kriteria runtuh) dari
material batuan utuh / berkekar tsb.

4
Pembuatan terowongan untuk konstruksi jalan raya bawah tanah, bangunan tambang
ataupun saluran air, telah banyak dikembangkan di negara-negara maju. Terowongan
jalan raya sangat efektif digunakan untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas dan
mengurangi alinemen vertikal (Pakbaz & Yareevand, 2005). Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, khususnya di kota besar seperti Jakarta, pembuatan
terowongan jalan raya sudah selayaknya dipertimbangkan untuk mengatasi masalah
kemacetan lalu lintas. Selain itu, kondisi topografi Indonesia yang memiliki banyak
kontur pegunungan dan kondisi geologi yang kaya mineral tambang akan membuat
teknologi terowongan semakin berkembang di Indonesia (Munawar, 2007 dan Bronto,
2006). Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam konstrusi terowongan adalah
sistem penyangga. Sistem penyangga merupakan kekuatan utama terowongan dalam
menahan beban terowongan.

Kasus keruntuhan terowongan akibat kegagalan sistem penyangga telah banyak terjadi
di beberapa negara. Diantaranya adalah kerusakan terowongan jalan raya yang terjadi di
London, Inggris pada tahun 2005. Keruntuhan disebabkan karena sistem penyangga
terowongan tidak kuat untuk menahan beban yang diberikan kepadanya (Woolcock,
2005). Dengan melihat fenomena-fenomena bahwa teknologi terowongan akan semakin
berkembang di Indonesia dan mempertimbangkan pentingnya analisis sistem penyangga
terowongan, penulis memandang perlu dilakukan penelitian tentang tinjauan kekuatan
penyangga pada konstruksi terowongan. Apabila kekuatan penyangga suatu terowongan
dapat dianalisis dengan baik, hal tersebut akan memberikan kontribusi terhadap
perkembangan teknologi terowongan di Indonesia, sehingga kerusakan konstruksi
terowongan dapat dihindari. Selain itu, pemilihan sistem penyangga dapat dilakukan
seefisien mungkin, sehingga lebih ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
metode elemen hingga menggunakan software plaxis untuk simulasi analisis stabilitas
terowongan dengan menggunakan metode elemen hingga, dan menentukan desain
metode perkuatan terowongan yang tepat untuk antisipasi keruntuhan terowongan.

1.2 Tujuan
 mengetahui kriteria Runtuhan Batuan (Rockfall) pada atap dan dinding
terowongan beserta dengan logaritma yang ada di dalamnya.

5
BAB II
PEMBAHASAAN

Jatuhan batuan atau yang biasa disebut dengan istilah rockfall merupakan salah satu
jenis gerakan massa yang terjadi berupa jatuhnya bongkahan batuan dari suatu lereng
(Budetta, 2004). Fenomena ini terjadi dengan cepat baik secara vertikal maupun sub-
vertikal. Jatuhan batuan paling sering terjadi di area yang berbukit dan bergunung,
terutama pada area yang mengalami pemotongan lereng untuk sarana transportasi
berupa jaringan jalan. Walaupun jatuhan batuan merupakan salah satu bahaya yang
paling potensial terjadi di sepanjang ruas jalan yang mengalami pemotongan lereng,
tidak semua ruas jalan tersebut memiliki potensi bahaya yang sama. Untuk mengetahui
besar potensi terjadinya jatuhan batuan pada lokasi penelitian, perlu dilakukan
penelitian mengenai kondisi geologi daerah penelitian, kualitas massa lereng, tinggi
lereng, serta ukuran blok batuan pada lereng.

Mekanika Keruntuhan Batuan (Rockfall)


Runtuhan batuan umumnya diprakarsai oleh beberapa peristiwa iklim atau biologis
yang menyebabkan perubahan dalam gaya yang bekerja pada batu. Peristiwa ini
mungkin termasuk tekanan pori meningkat karena infiltrasi curah hujan, erosi bahan
sekitarnya selama badai hujan deras, pembekuan air dicela batuan di daerah beriklim
dingin, degradasi kimia atau pelapukan pertumbuhan, batu akar atau leverage oleh akar
bergerak dalam angin kencang. Dalam lingkungan konstruksi aktif, potensi untuk
inisiasi mekanik dari runtuhan yang mungkin akan menjadi satu atau dua lipat lebih
tinggi dari kejadian awal iklim dan biologi yang dijelaskan di atas. Langkah-langkah
untuk mereduksi dampak keruntuhan antara lain:

Pengurangan tingkat energi yang berkaitan dengan penggalian


Metode penggalian tradisional untuk lereng batu keras melibatkan penggunaan bahan
peledak. Bahkan ketika sangat hati-hati direncanakan ledakan terkontrol yang
dilakukan, intensitas tinggi gaya durasi singkat bertindak berdasarkan massa batuan.

6
Membuat penahanan mekanik dengan berbagai bentuk jenjang atau dengan membuat
galian parit penahan material longsoran.

Membuat rangkain penangkap seperti jaring cincin untuk menahan material jatuhan,
akan tetapi terlebih dahulu dilakukan pengujian kekuatan dan kemungkinan daya berat
dari jatuhan material tersebut.

Gambar Langkah-langkah Mungkin untuk mengurangi kerusakan akibat keruntuhan


batuan.

Analisis Tekanan Induksi


Ketika bukaan bawah tanah digali ke dalam massa batuan tertekan, tekanan pada sekitar
bukaan baru didistribusikan kembali. menunjukkan irisan vertikal normal terhadap
sumbu terowongan.

Bab ini menyajikan versi terbaru dari kriteria Hoek-Brown dalam bentuk praktis yang
ditemukan di lapangan dan yang muncul untuk menyediakan suatu hasil set yang paling
dapat diandalkan untuk digunakan sebagai masukan untuk metode analisis yang
digunakan saat ini dalam rekayasa batuan.

7
Ketidakpastian yang terkait dengan memperkirakan sifat-sifat dalam massa batuan
memiliki dampak yang signifikan pada desain lereng dan penggalian pada batuan.
Contoh-contoh yang telah diselidiki dalam bagian ini menunjukkan bahwa, bahkan
ketika menggunakan perkiraan 'terbaik' saat ini tersedia, kisaran kalkulasi faktor
keselamatan yang tidak baik. Kisaran tersebut menjadi mengkhawatirkan bila teknik
pemeriksaan yang rendah dan prosedur laboratorium yang tidak memadai digunakan.
Contoh-contoh berikut disajikan untuk menggambarkan berbagai sifat massa batuan
yang dapat ditemui di bidang dan memberikan beberapa gambaran tentang bagaimana
estimasi sifat massa batuan itu ditangani di sejumlah proyek yang sebenarnya.

Kepadatan batuan lunak


Dalam rangka untuk merancang bukaan batuan bawah tanah, upaya dilakukan untuk
mengklasifikasikan massa batuan sesuai dengan sistem RMR Bieniawski. Massa batuan
tersebut memiliki sedikit diskontinuitas dan sebagainya menetapkan parameter realistis
untuk istilah tergantung pada jarak dan kondisi yang terbukti sangatlah sulit. Akhirnya,
diputuskan untuk menangani massa batuan lemah tetapi homogen 'hampir utuh', untuk
menentukan sifat-sifatnya dilakukan tes triaksial pada spesimen berdiameter besar.

Kepadatan massa batuan keras


Massa batuan dapat digambarkan sebagai BLOCKY / SANGAT BAIK dan nilai GSI,
dari Tabel berikut adalah 75. Tipe karasteristik untuk massa batuan adalah sebagai
berikut:

Kriteria Runtuhan yang Lama


Kriteria runtuh Mohr-Coulomb untuk kekar batuan adalah: F = | τj | + σn tan φ j =
0 Dimana,
φj = sudut geser kekar batuan (joint rock friction angle),
τj = tegangan geser pada bidang kekar, dan

8
σn = tegangan normal pada permukaan kekar.

Pada konperensi mekanika batuan pertama di Lisbon, Patton (1966) mengusulkan


implementasi sudut dilasional ( d i l a t i o n a l ) kedalam sudut geser kekar. Hal ini
didapatnya dari studi dan evaluasi yang terperinci dari problem-problem kemiringan
lereng. Patton menunjukan hubungan langsung antara tegangan geser, τ dan sudut
dilasional, i :
τj = σn tan ( φ r + i )
Dimana,
φr = sudut geser yang tersisa (residual) pada kekar batuan,
τj = tegangan geser pada bidang kekar, dan
σn = tegangan normal pada permukaan kekar.

Sehingga kriteria runtuhnya menjadi :


F = | τj | + σn tan ( φ r + i ) = 0

Barton dan Choubey (1977) memperbaiki kriteria Patton diatas dengan


memperkenalkan ketergantungan tegangan normal, σn pada sudut dilasional, i dalam
bentuk persamaan empiris sbb: i = JRC log 10 (JCS/σn)
Dengan
JRC = Koefisien kekasaran permukaan kekar (Joint Roughness Coefficient), dan
JCS = Koefisien kekuatan tekan permukaan kekar (Joint Wall Compressive strength).

Kriteria runtuh Getas-Daktail (Papaliangas)


Model kriteria runtuh Getas-Daktail untuk kekar batuan yang diusulkan oleh
Papaliangas adalah: F = | τj | + σn tan ( φm+ ψ ) = 0
Yang mana ,

dimana
σno = tegangan normal (normal stress) pada permukaan kekar batuan;

9
φm = sudut geser dalam pada kekar batuan yang bukan merupakan sudut dilational
(independent of normal stress).

Kriteria runtuh BATUAN UTUH (INTACT ROCK)


Kriteria runtuh yang dipergunakan untuk batuan utuh adalah Kriteria Mohr-Coulomb:
F = | τi| - Co + σn tan φo = 0
dimana
σni = tegangan normal pada bidang keruntuhan daidalam batuan utuh,
φo = sudut geser dalam dari batuan utuh, dan
Co= kohesi batuan utuh tsb.
Agar dapat dicari besarnya dalam gaya-gaya dengan berorientasi pada sumbu lokal,
maka diperlukan bentuk persamaan dalam bentuk tegangan-tegangan invariant, maka
persamaan menjadi:
F = _ σ ( c o s θ + ( s i n θ s i n φo)/ √3 ) - σm s i n φo - Co c o s φo = 0
dimana
σ, θ dan σm adalah komponen-komponen invariant yang akan diberikan di Lampiran B
atau lebih lengkapnya lihat Pande et.al. (Pande & Williams 1990).

CONTOH NUMERIK
Terowongan didalam massa batuan berkekar. Dalam contoh ini, sebuah terowongan
lingkaran digali pada sebuah kedalaman di dalam massa batuan berkekar (jointed rock
mass) yang memiliki satu set kekar (one sets of joints). Hal ini ditampilkan untuk
contoh perhitungan Indeks Keruntuhan (Failure Indices). Gambar 3 menunjukan
geometri dari persoalan.

Gambar Geometry Terowongan dan kekar (fabric of rock joint) (pada


inset)

10
Langkah yang dibutuhkan guna menangani masalah keruntuhan pada terowongan
adalah :
1. Penghitungan rata-rata dip dan dip direction dari batuan.
2. Identifikasi dari bagian yang berpotensi dapat longsor atau ambruk baik dari
belakang atau dari samping.
3. Menghitung faktor keselamatan dari bagian tersebut, tergantung pada model
kesalahan.
4. Menghitung jumlah sanggaan yang dibutuhkan guna menjadikan setiap bagian
secara individual hingga ambang batas yang diterima.

Penyangga untuk mengontrol runtuhan.


Sebuah karakteristik tambahan dari keruntuhan bukaan pada batuan penghalang
merupakan pergerakan yang sangat kecil tergantung pada batuan initi sebelum runtuh.
Pada kasus atap terowongan yang runtuh, kesalahan dapat terjadi secepat penggalian
pembukaan terowongan. Untuk dinding terowongan, bergeser beberapa milimeter
sepanjang garis bidang planar dari dua interseksi akan sangat mengurangi kekuatan dari
terowongan. Sehingga, sistem penyangga harus dapat bekerja secara kaku untuk
merespon pergerakan tersebut.ini berarti bahwa pemasangan alat mekanis harus
ditekankan dan harus dapat diperhitungkan sebelum sebuah pergerakan dapat mulai
melakukan pergerakannya. Dengan kata lain, sebelum batas bukaan ditentukan.

Gambar penyanggaan mekanis batuan pengait untuk lubang bukaan pada atap dan
dinding terowongan.

Pertimbangan pada rangkaian penggalian

11
Ketika berhadapan dengan penggalian yang lebih lebar seperti gua besar,ruang bawah
tanah atau stasiun terowongan, masalah dari instalasi dukungan percontohan adalah
sedikit lebih sederhana, yakni dengan menggali dengan beberapa langkah-langkah.
Secara khas, pada ruang bawah tanah, penggaliannya dimulai dengan bagian atas yang
mana dilakukan pemotongan sebelusm sisa dari goa besar digali menggunakan
benching.
Bagian garis tepi menunjukkan pembukaan penggalian yang
luas dalam 4 langkah dengan baut batu atau kabel yang telah
terinstal pada tiap langkah untuk mendukung irisan, yang
mana secara progresip juga mengarah pada atap dan dinding
sisi galian. Panjang,orientasi,dan jarak dari baut atau kabel
telah dipilih untuk menjamin agar setiap irisan mampu
mendukung sebelum diarahkan secara penuh pada permukann
galian.
Ketika berhadapan dengan penggalian dengan tipe yang
luas,struktur geologi dari massa bebatuan sekitar akan dapat
diketahui/diidentifikasi dari cara inti pengeboran atau ketika
mengakses saluran bawa dan penyorotan yang layak dari irisan
berpotensial yang ada. Penyorotan ini dapat ditetapkan dengan
memetakan tambahan pada tiap tingkatan dari penggalian
secara mantap.
Program UNWEDGE menyediakan seebuah alat effektif
untuk mengetahui ukuran dan bentuk dari irisan
berpotensional dan apa saja yang dibutuhkan untuk
memantapkan nya. Sketsa garis tepi menunjukkan desain
pendukung yang berdasarkan pada irisan dengan
kemungkinan terluas yang dapat terjadi pada atap atau dinding
pengggalian. Irisan ini biasanya terbentuk pada massa
bebatuan dengan keras pada permukaan yang terputus seperti
bagian atas pesawat terbang pada lapisan batuan sedimen. Pada
kebanyakan batuan metamorf atau batu igneous,keadaan
permukaannnya yang terputus tidaklah bersambung dan ukuran

12
dari irisan dapat dibentuk secara terbatas dengan ketekunan
permukaan.
ALGORITMA INDEKS KERUNTUHAN

Telah dianalisa dengan Metode Elemen Hingga: tegangan-tegangan yang terjadi pada
sebuah titik dalam massa batuan (jointed rock mass). Tegangan-tegangan ini
diakibatkan oleh galian pembuatan terowongan (tunneling), gaya-gaya dari dalam bumi,
yaitu tegangan lateral in-situ (in-situ stress) dan kehadiran air dsb. Proses selanjutnya
yang termasuk pada algoritma pemilihan jenis keruntuhan, dibuat untuk memutuskan
adanya kemungkinan-kemungkinan keruntuhan berikut ini dapat terjadi: (a) keruntuhan
batuan utuh (Failure of Intact Rock).

Parameter-parameter kuat geser batuan utuh diuji dan diuji pula fungsi runtuhnya: yaitu
Persamaan (7), dan (b) keruntuhan kekar-kekar batuan (Failure of Joint Rock):
Parameter-parameter kuat geser kekar batuan diuji dan diuji pula fungsi-fungsi
runtuhnya: yaitu Persamaan (1), (4) dan (5). Demikian pula, (c) kehadiran tegangan
tarik dicek ( Failure due totension ). Telah diusulkan sebuah algoritma yang
menentukan tempat-tempat dimana
keruntuhan terjadi, misalnya “apakah keruntuhan terjadi pada batuan utuh apakah
keruntuhan terjadi pada batuan utuh apakah keruntuhan terjadi pada batuan utuh atau
pada kekar batuan pada kekar batuan pada kekar batuan atau juga akibat tarik?. Hal
telah diimplementasikan dalam program FEM (FEM Code/Softwre) dan dalam paper
ini, hasil-hasil analisa FE secara ringkas ditampilkan dalam Gambar 5, 6 dan 7.
(Detailnya pada publikasi lainnya (Louhenapessy 2000, Louhenapessy & Pande 2000,
Louhenapessy 2002, Louhenapessy 2000). Prosedur ini diulang lagi sampai semua titik
buhul dianalisa.

13
Gambar Algoritma tahap-tahap pengambilan keputusan untuk menghasilkan Indeks
Keruntuhan Tarik (Louhenapessy 2000)

14
Gambar Algoritma tahap-tahap pengambilan keputusan untuk menghasilkan Indeks
Keruntuhan Kekar Batuan / Jointed Rock Masses (Louhenapessy 2000).

Gambar Algoritma tahap-tahap pengambilan keputusan untuk menghasilkan Indeks


Keruntuhan Global (Louhenapessy 200).

Keruntuhan Dalam Terowongan Batuan (Rock Tunnel)


Daerah Indeks keruntuhan (Failure Indices+) seperti pada Gambar 8 ini dapat
dipergunakan dalam perencanaan disain penyangga terowongan. Gambar 8 menunjukan
daerah Indeks keruntuhan di sekitar terowongan untuk bermacam arah kekar, θ = 0 o, 60
o, dan 90 o dengan memakai kriteria runtuh Papaliangas dengan φm = 30 o. Simbol-
simbol indeks ini ialah: • “0” untuk daerah yang tidak runtuh • “1” untuk daerah runtuh
akibat kekuatan batuan utuh terlewati, • “2” untuk daerah runtuh akibat kekuatan geser
kekar batuan dilewati, dan • “5” adalah daerah runtuh akibat kekuatan tarik kekar
batuan dilewati. Gambar 8a menunjukan Indeks Keruntuhan disekitar dinding
terowongan dan terlihat bahwa pada atap (arah kekar batuan, θ=0 o dan tegangan insitu
Ko=0.333) tidak terjadi keruntuhan pada hal yang lain, dalam Gambar 8c, keruntuhan
tarik terlihat pada atap dari dinding terowongan (untuk arah kekar batuan, θ=90 o dan
tegangan insitu Ko= 0.333). Perlu dicatat pula, bahwa umumnya pada dinding
permukaan terowongan, keruntuhan terjadi akibat geser pada kekar, tetapi ada juga
beberapa kondisi dimana kekar runtuh akibat tarik atau keruntuhan batuan utuh,
khususnya diterowongan yang berada pada kedalaman yang besar.

15
Gambar Identifikasi jenis keruntuhan untuk massa batuan dengan satu set
kekar dan berbagai orientasi (arah) kekar.

16
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan

 Indeks keruntuhan pada terowongan dengan berbagai arah orientasi kekar pada
batuan, jenis-jenis keruntuhan pada analisa kestabilan lereng serta kestablian
wellbore dalam rekayasa perminyakan telah disajikan. Penyerdehanaan
penampilan jenis dan daerah / zone keruntuhan dalam bentuk angka-angka
indeks (“0”, “1”, “2” dan “5”) memungkinkan analisis dan disain masalah-
masalah geoteknik dengan lebih pasti. Pemodelan kriteria runtuh dengan transisi
getas-dektail lebih presisi dibandingkan Mohr-Coulomb atau Modifikasi dari
Patton dan Barton..

3.2 Saran
 Sebaiknya dalam pengerjaan tulisan ilmiah seperti ini diberikan waktu
pengerjaan minimal 3 hari agar hasilnya bisa maksimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Barton, N. dan Choubey, V. (1977) The shear strength of rock joints in theory and
practice. Rock Mechanics Vol. 10

Bowden, F.P. and Tabor, D. (1950) The friction and lubrication of solids. Clerendon
Press, Oxford.

Byerlee, J. (1978) Friction of Rocks Pure and Appl. Geophys. Vol. 116, pp. 615-626.

Greenwood, J.A. & Williamson, J.B.P (1966) Contact of nominally flat surfaces.
Proc.14. Royal Society, A. 295.

18

Anda mungkin juga menyukai