Laporan 1
Laporan 1
Disiapkan
Air Limbah
Tawas
Air Limbah
Diberi perlakuan:
1. Dilakukan sedimentasi selama 10
menit
2. Dilakukan pengadukan lambat
dengan kecepatan 50 rpm selama 10
menit dan sedimentasi 10 menit
Pipet Ukur
pH meter
Diukur pH
Turbidimeter
Catat Hasil
BAB IV PEMBAHASAN
(koagulasi) (koagulasi)
(koagulasi-flokulasi) (koagulasi-flokulsai)
Ditambahkan 20 mL: warna
larutan tawas putih keruh
pada masing- dengan
masing beaker partikel
glass yaitu 20 mengendap
mL dan 22 mL sebagian
besar
22 mL: warna
lebih muda
dengan (koagulasi) (koagulasi)
partikel
mengendap
(koagulasi-flokulasi) (koagulasi-flokulasi)
Diaduk dengan 20 mL:
kecepatan 100 warnanya
rpm selama 1 bening dan
menit terbentuk flok
22 mL:
warnanya
keruh dan
terbentuk flok
Tabel Pengamatan 2
Perlakuan 1 (koagulasi)
Jenis Sampel
Warna pH Kekeruhan (NTU)
(Volume Tawas)
Tanpa Tawas keruh 7,54 214
Agak jernih
0,5 mL dibandingkan sampel 7,63 26,63
tanpa tawas
1 mL Lebih jernih 7,63 17,43
Lebih jernih
dibandingkan dengan
2 mL sampel tanpa tawas 7,56 16,5
cenderung
kecoklatan
Lebih jernih
dibandingkan dengan
4 mL sampel tanpa tawas 7,49 11,7
cenderung
kecoklatan
8 mL bening 7,23 6,15
12 mL bening 7,09 13,36
Berwarna jernih
16 mL 6,97 7,96
kecoklatan
Lebih jernih
dibandingkan dengan
18 mL 6,82 4,38
sampel dosis
sebelumnya
20 mL Bening 6,76 8,37
22 mL Bening 6,76 6,20
Hasil dari praktikum setiap kelompoknya disatukan dan akan terbentuk grafik
hubungan antara dosis reagen dengan kekeruhan pada kedua perlakuan. Sebelum diberi
koagulan air limbah diuji terlebih dahulu pH dan kekeruhannya, hasilnya pH yang didapat
7,54 dan nilai kekeruhan 214 NTU dengan warna keruh. Selanjutnya diberi koagulan dengan
dosis 0,5 mL warnanya menjadi agak jernih dengan pH 7,63 dan kekeruhan 26,63 NTU.
Setelah diberi dosis 1 mL warnanya lebih jernih dengan pH 7,63 dan kekeruhan 17,43 NTU.
Selanjutnya diberi dosis 2 mL warnanya menjadi lebih jernih cenderung kecoklatan dengan
pH 7,56 dan kekeruhan 16,5 NTU. Kemudian diberi dosis 4 mL warnanya menjadi lebih
jernih cenderung kecoklatan dengan pH 7,49 dan kekeruhan 11,7 NTU. Selanjutnya diberi
dosis 8 mL warna air limbah menjadi bening dengan pH 7,23 dan kekeruhan 6,15 NTU.
setelah itu diberi dosis 12 mL warnanya bening dengan pH 7,09 dan kekeruhan 13,36 NTU.
Kemudian diberi dosis 16 mL berwarna jernih kecoklatan dengan pH 6,97 dan kekeruhan
7,96 NTU. Selanjutnya diberi dosis 18 mL warnanya lebih jernih dengan pH 6,82 dan
keketuhan 4,38 NTU. Kemudian diberi dosis 20 mL warnanya bening dengan pH 6.76 dan
kekeruhan 8,37 NTU. Dan terakhir diberi dosis 22 mL warnanya bening dengan pH 6,76 dan
kekeruhan 6,20 NTU. Dari data yang didapatkan dapat ditarik kesimpulan bahwa dosis
optimum untuk proses koagulasi saja adalah sebesar 18 mL.
Hasil dari praktikum setiap kelompoknya disatukan dan akan terbentuk grafik
hubungan antara dosis reagen dengan kekeruhan pada kedua perlakuan. Sebelum diberi
koagulan air limbah diuji terlebih dahulu pH dan kekeruhannya, hasilnya pH yang didapat
7,54 dan nilai kekeruhan 214 NTU dengan warna keruh. Selanjutnya diberi koagulan dengan
dosis 0,5 mL warnanya menjadi agak jernih cenderung kekuningan dengan pH 7,71 dan
kekeruhan 15,96 NTU. Setelah diberi dosis 1 mL warnanya lebih jernih dengan pH 7,68 dan
kekeruhan 15,5 NTU. Selanjutnya diberi dosis 2 mL warnanya menjadi lebih jernih
cenderung kekuningan dengan pH 7,43 dan kekeruhan 19,57 NTU. Kemudian diberi dosis 4
mL warnanya menjadi lebih jernih dengan pH 7,42 dan kekeruhan 9,09 NTU. Selanjutnya
diberi dosis 8 mL warna air limbah menjadi bening dengan pH 7,4 dan kekeruhan 6,15 NTU.
setelah itu diberi dosis 12 mL warnanya bening dengan pH 7,07 dan kekeruhan 5,91 NTU.
Kemudian diberi dosis 16 mL warnanya lebih jernih dengan pH 6,85 dan kekeruhan 3,85
NTU. Selanjutnya diberi dosis 18 mL warnanya lebih jernih dengan pH 6,77 dan keketuhan
2,86 NTU. Kemudian diberi dosis 20 mL warnanya bening dengan pH 6.76 dan kekeruhan
3,92 NTU. Dan terakhir diberi dosis 22 mL warnanya bening dengan pH 6,75 dan kekeruhan
3,36 NTU. Dari data yang didapatkan dapat ditarik kesimpulan bahwa dosis optimum untuk
proses koagulasi dan flokulasi adalah sebesar 18 mL.
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25
-50
Dosis (mL)
Berdasarkan data hasil praktikum dapat digunakan untuk membuat grafik pengaruh
dosis koagulan dengan tingkat kekeruhan. Dari grafik yang dihasilkan menunjukkan
penurunan tingkat kekeruhan dengan semakin banyaknya dosis yang diberikan. Tingkat
kekeruhan tertinggi adalah pada saat tidak diberi tawas yaitu 214 NTU. Sedangkan nilai
kekeruhan terendah didapat dengan dosis koagulan sebesar 18 mL dengan niali 4,38 NTU.
Hubungan antara dosis koagulan dengan kekeruhan berbanding lurus.
200
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25
-50
Dosis (mL)
Berdasarkan data hasil praktikum dapat digunakan untuk membuat grafik pengaruh
dosis koagulan dengan tingkat kekeruhan. Dari grafik yang dihasilkan menunjukkan
penurunan tingkat kekeruhan dengan semakin banyaknya dosis yang diberikan. Tingkat
kekeruhan tertinggi adalah pada saat tidak diberi tawas yaitu 214 NTU. Sedangkan nilai
kekeruhan terendah didapat dengan dosis koagulan sebesar 18 mL dengan niali 2,86 NTU.
Hubungan antara dosis koagulan dengan kekeruhan berbanding lurus.
4.4.3 Jelaskan pentingnya proses koagulasi /flash mix dalam penurunan kekeruhan
Kebutuhan koagulan tergantung pada kekeruhan. Kekeruhan yang tinggi dapat
menyebabkan proses koagulasi menjadi lebih efektif, tetapi penambahan koagulan tidak
selalu berkorelasi linier terhadap kekeruhan. Demikian juga dengan penurunan warna < 5
PtCo sangat sulit dengan proses koagulasi karena membutuhkan dosis yang tinggi, tetapi
penurunan warna sampai ± 15 PtCo lebih mudah dilakukan (Rosariawati, 2013). Pada
praktikum tingkat kekeruhan air limbah sangat tinggi yaitu 214 NTU. Dengan pemberian
dosis yang semakin banyak, nilai kekeruhan yang didapat semakin kecil. Hal ini
menunjukkan efektifitas dalam proses koagulasi.
5.1 Kesimpulan
Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel menjadi flok dengan mencampurkan
koagulan dengan melakukan pengadukan yang cepat. Sedangkan flokulasi merupakan
pengadukan lambat yang dimaksudkan untuk membentuk flok yang lebih besar agar dapat
mengendap. Koagulasi dan flokulasi bertujuan untuk menurunkan tingkat kekeruhan pada
pengolahan limbah. Koagulan yang digunakan pada saat praktikum adalah tawas/alumunium
sulfat. Untuk menurunkan tingkat kekeruhan diperlukan dosis koagulan yang optimum agar
lebih efektif. Pada praktikum dosis yang paling optimum untuk 500 mL air limbah adalah 18
mL koagulan, dengan nilai kekeruhan yaitu 2,86 NTU. Hal ini dipengaruhi oleh pH, jenis
koagulan, tingkat kekeruhan, dosis koagulan, dan kecepatan pengadukan.
5.2 Saran
Praktikum sudah berjalan sangat baik. Untuk praktikan agar lebih teliti dan fokus
dalam melakukan praktikum. Selain itu dalam mencatat data hasil praktikum lebih rinci lagi.
Semoga praktikum yang akan datang bisa berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kristijarti, A Prima, Ign Suharto dan Marieanna. 2013. Penentuan Jenis Koagulan dan Dosis
Optimum untuk Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi dalam Instalasi Pengolahan Air
Limbah Pabrik Jamu X. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan.
Narita, Kadek dkk. 2016. Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Penentuan Dosis Tawas
pada Proses Koagulasi Sistem Pengolahan Air Bersih. Surabaya: Institut Sepuluh
Nopember.
Oktaviasari, Sakura Ayu dan Muhammad Mashuri. 2016. Optimasi Parameter Proses Jar
Test Menggunakan Metode Taguchi dengan Pendekatan PCR-TOPSIS (Studi Kasus:
PDAM Surya Sembada Kota Surabaya). JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2
(2016) 2337-3520 (2301-928X Print). Surabaya: Institut Sepuluh Nopember.
Permatasari, Tri Juliana dan Erna Apriliani. 2013. Optimasi Penggunaan Koagulan Dalam
Proses Penjernihan Air. Jurnal Sains Dan Seni POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-
3520 (2301-928X Print). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Putra, Sugili, Suryo Rantjono dan Trisnadi Arifiansyah. 2009. Optimasi Tawas Dan Kapur
Untuk Koagulasi Air Keruh Dengan Penanda I-131. Batan: Sekolah Tinggi Teknologi
Nuklir.
Rahimah, Zikri, Heliyanur Heldawati dan Isna Syauqiyah. 2016. Pengolahan Limbah
Deterjen Dengan Metode Koagulasiflokulasi Menggunakan Koagulan Kapur Dan Pac.
Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Bratby, John. 2016. Coagulation and Floculation in Water and Wastewater Treatment Third
Edition. London: IWA Publishing.
Chamdan, Achmad dan Alfan Purnomo. 2013. Kajian Kinerja Teknis Proses dan Operasi
Unit Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi pada Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Kedunguling PDAM Sidoarjo. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN:
2337-3539 (2301-9271 Print). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Elykurniati. 2010. Pengendapan Koloid pada Air Laut dengan Proses Koagulasi-Flokulasi
Secara Batch. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.
Rosariawati, Firra dan M. Mirwan. 2013. Efektifitas PAC dan Tawas untuk Menurunkan
Kekeruhan pada Air Permukaan. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jawa Timur.
LAMPIRAN TAMBAHAN