MODEL PEMBELAJARAN
Dosen pengampu :
FAKULTAS EKONOMI
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
BAB I ......................................................................................................................................... 2
MODEL PEMBELAJARAN ..................................................................................................... 2
I.1 Model Pembelajaran Team Quiz ...................................................................................... 2
A. Pengertian Model Pembelajaran Team Quiz ............................................................... 2
B. Langkah Langkah Metode Pembelajaran Quis Team ................................................. 2
C. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembelajaran Quis Team.................................. 4
D. Kelemahan Model Pembelajaran Team Quiz.............................................................. 4
I.2 Model Pembelajaran Talking Stick ................................................................................... 5
A. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick ............................................................. 5
B. Langkah Langkah Metode Pembelajaran Talking Stick ................................................ 5
C. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembelajaran Talking Stick ................................ 7
I.3 Rangkuman ....................................................................................................................... 8
BAB II........................................................................................................................................ 9
MATERI PEMBAHASAN ........................................................................................................ 9
II.1 Profesi Guru ..................................................................................................................... 9
II.2 Profesi Kepala Sekolah .................................................................................................. 15
II.3 Profesi Konselor ............................................................................................................ 22
II.4 Profesi Pustakawan ........................................................................................................ 26
BAB III .................................................................................................................................... 30
MEDIA PEMBELAJARAN .................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31
1
BAB I
MODEL PEMBELAJARAN
Dari dua pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Quis Team adalah metode
pembelajaran dengan cara berkelompok, dengan saling berdiskusi, memberi arahan, saling
memberi pertanyaan dan jawaban, dan juga sebagai ajang pertandingan antara kelompok satu
dan kelompok yang lainnya untuk memperoleh nilai.
2
6. Tim A memberikan kuis kepada tim B. jika tim B tidak dapat menjawab pertanyaan,
tim C atau tim D segera menjawabnya.
7. Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim C atau tim D, dan
mengulang proses tersebut.
8. Ketika kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan mintalah tim B
sebagai pemandu kuis.
9. Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran
dan tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis.
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah metode pembelajaran
quis team adalah pertama guru menyiapkan materi yang akan dibahas, kemudian guru
menjelaskan materi kepada siswa. Setelah itu guru membagi siswa kedalam 3 kelompok,
3
seperti misalnya kelompok 1, 2, dan 3. Masing-masing kelompok diminta untuk menyiapkan
pertanyaan dan jawaban kuis yang akan diberikan ke kelompok lain. Misalnya dimulai dari
kelompok 1 memberikan pertanyaan kepada kelompok 2, jika kelompok 2 tidak dapat
menjawab maka pertanyaan dilimpahkan kepada kelompok 3. Dan begitu seterusnya, diakhir
pelajaran guru memberikan kesimpulan atas pertanyaan dan jawaban quis, serta menjelaskan
jika ada hal hal yang dianggap siswa keliru.
Team quiz ini juga dapat divariasikan dengan kebutuhan kelas seperti dalam hal pembagian
kelompok. Variasi lain dapat dilakukan seperti:
a. Memberikan pertanyaan team quiz yang telah dipersiapkan yang darinya mereka memilih
kapan mereka mendapat giliran menjadi pemandu kuis.
b. Memberikan satu penyajian materi secara kontinyu. Kemudian membagi peserta didik
menjadi dua tim. Pada akhir pelajaran, perintahkan dua tim untuk saling memberi kuis.
1. Adanya kuis akan membuat tertarik anak untuk mengikuti proses pembelajaran.
2. Melatih siswa untuk dapat membuat kuis secara baik.
3. Dapat meningkatkan persaingan diantara siswa secara sportif.
4. Setiap kelompok memiliki tugas masing-masing.
5. Memacu siswa untuk menjawab pertanyaan secara baik dan benar.
6. Memperjelas rangkaian materi karena di akhir pelajaran guru memperjelas semua
rangkaian pertanyaan yang di anggap perlu untuk dibahas kembali.
Menurut buku Strategi Belajar Mengajar ada beberapa kelebihan dari team quis adalah:
1. Melatih siswa menjawab serta membuat petanyaan dengan baik dan benar
2. Meningkatkan daya tarik siswa untuk belajar, sebab ada kuis dalam pembelajaran
3. Adanya persaiangan diantara siswa untuk menjadi yang terbaik
4
4. Adanya kelompok yang bekerja kurang profesional dalam menjalankan tugas yang
diberikan kepadanya.
Menurut buku Strategi Belajar Mengajar ada beberapa kelemahan dalam metode
pembelajaran quis team yaitu sebagai berikut :
Menurut Widodo (2009) mengemukakan bahwa talking stick merupakan suatu model
pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang
mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet
tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya
sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.
Metode Talking Stick sebaiknya menggunakan iringan musik ketika stick bergulir dari
satu siswa ke siswa lainnya dalam menentukan siswa yang menjawab pertanyaan didalam
tongkat bertujuan siswa menjadi lebih semangat, termotivasi serta proses belajar mengajar
menjadi lebih menyenangkan (Suprijono, 2009).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran talking stick adalah
metode pembelajaran yang menggunakan tongkat sebagai media nya. Dimana tongkat
tersebut akan berpindah dari tangan siswa satu ke siswa lainnya secara estafet dengan sambil
diiringin musik. Tongkat akan berhenti berjalan ketika iringan musik juga berhenti. Siswa
yang mendapat tongkat akan diberi petanyaan oleh guru, jika berhasil menjawab akan diberi
reward dan jika gagal akan diberi punishment.
Langkah- langkah atau sintaks dari langkah model pembelajaran talking stick, yaitu sebagai
berikut: ( Suyatno 2009:124 ) :
5
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangan /
paketnya.
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilahkan siswa
untuk menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya.
Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab
setiap pertanyaan dari guru.
5. Guru memberikan kesimpulan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut (Tatag Yuli Eko
Siswoyo, 2009:17 ) :
6
siapa yang menerima tongkat terakhir maka dia yang akan menjawab pertanyaan yang
diberikan.
Model pembelajaran talking stick menurut Sugeng (2011:1) ini mempunyai kelebihan yaitu
diantaranya :
1. Siswa tidak bosan belajar sebab model pembelajaran ini menguji kesiapan siswa
dalam menjawab, serta tongkat sebagai daya tarik nya
2. Siswa lebih paham materi yang diajarkan, sebab siswa mendengarkan dulu penjelasan
guru, kemudian diajukan pertanyaan lagi oleh guru apabila mendapatkan tongkat
3. Pelajaran yang disampaikan guru tuntas, sebab guru memberikan penjelasan diakhir
pembelajaran.
Sedangan kekurangannya yaitu membuat siswa yang tidak siap gugup ketika mendapat
bagian tongkat dan menjawab pertanyaan dari guru.
Menurut buku Stategi Belajar Mengajar, ada bebrapa kelemahan didalam metode talking
stick ini yaitu
1. Siswa akan merasa senam jantung, sebab tidak dapat memprediksi giliran menjawab
pertanyaan guru, keadaan ini akan lebih menegangkan apabila siswa kurang persiapan
dan ragu-ragu dalam memberikan jawaban
2. Kurang terciptanya interaksi antar siswa, sebab masing-masing siswa sibuk mencari
jawabannya sendiri untuk menjawab pertanyaan yang akan diajukan
3. Banyak menghabiskan waktu, dan kemungkinan sebagian siswa tidak dapat giliran
untuk ditanya guru dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
7
I.3 Rangkuman
Sedangkan kekurangannya pada metode metode pembelajaran Quis Team, adalah sebagai
berikut :
1. Karena ini adalah kuis team, pasti ada beberapa orang yang tidak aktif yang hanya
mengandalkan teman nya yang aktif saja
2. Pertanyaan yang dibuat terkadang kurang berbobot, karena siswa merasa “yang
penting ada pertanyaan”
8
BAB II
MATERI PEMBAHASAN
Jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan
berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta menguasai
IPTEKS dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Tugas utamanya adalah mendidik,
membimbing, melatih, dan mengembangkan kurikulum (perangkat kurikulum).
Profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang
memadai, keahlian guru dalam melaksankan tugas – tugas kependidikan diperoleh setelah
menempuh pendidikan keguruan tertentu dan kemampuan tersebut tidak oleh warga
masyarakat sebelumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan.
Guru (pendidik) ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.
Tugas guru dalam pandangan islam ialah mendidik. Mendidik merupakan tugas yang amat
luas. Sebagian dilakukan dengan cara mengajar, sebagian ada yang dilakukan dengan
memberikan dorongan, memberi contoh (suri tauladan), menghukum, dan lain-lain.
Guru ialah setiap orang yang memiliki tugas dan wewenang dalam dunia pendidikan dan
pengajaran pada lembaga pendidikan formal.
Husnul Khotimah
Dalam pegertian yang sederhana, guru merupakan orang yang memfasilitasi proses peralihan
ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik (muridnya).
9
B. Prinsip – Prinsip Profesi Guru
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasar-kan prinsip-
prinsip, yaitu memiliki :
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi
dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;
Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta
didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik
dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal
peserta didik.
10
Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran;
dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
2. Kompetensi Kepribadian
Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan
norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan
pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak.
Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan
norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik.
11
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator
esensial sebagai berikut:
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator
esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Profesional
Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial:
memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan
metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan
konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-
langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh
karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a) pengenalan peserta didik secara
mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun
bahan ajar dalam kurikulum sekolah (c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang
meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta
12
tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan
profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional (Ngainun Naim, 2009:60).
Sebagai seorang pendidik guru memiliki tugas untuk mengembangkan kepribadian dan
membina budi pekerti serta memberikan pengarahan kepada siswa agar menjadi seorang anak
yang berbudi luhur.
Tugas utama guru sebagai fasilitator adalah memotivasi siswa, menyediakan bahan
pembelajaran, mendorong siswa untuk mencari bahan ajar, membimbing siswa dalam proses
pembelajaran dan menggunakan ganjaran hukuman sebagai alat pendidikan.
Pelayanan disini berarti memberikan suatu kenyamanan terhadap siswa dalam belajar. Tugas
guru sebagai pelayanan yaitu menyediakan fasilitas pembelajaran dari sekolah seperti
ruangan, meja, kursi, papan tulis, alat peraga dan lainnya serta memberikan layanan sumber
belajar agar siswa nyaman dan aman dalam belajar.
Guru sebagai perancang bertugas untuk menyusun program pengajaran dan pembelajaran
sesuai ajaran dalam kurikulum, menyusun rencana mengajar, menentukan strategi atau
metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.
13
6. Guru sebagai pengelola
Dalam perannya sebagai pengelola, guru bertugas untuk melaksanakan adminitrasi kelas
seperti. Bahkan guru harus memiliki rencana mengajar, program semesteran, program
tahunan dan silabus serta melaksanakan presensi kelas, dan memilih strategi dan metode
pembelajaran yang efektif.
Penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan setelah proses belajar guna untuk
memberikan hasil belajar siswa tugas guru sebagai penilai yaitu menyusun tes dan instrumen
penilaian, melaksanakan penilaian terhadap siswa secara objektif, mengadakan pembelajaran
remedial dan mengadakan pengayaan dalam pembelajaran.
14
Guru mampu berpikir apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalaman.
Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah.
(Sudarman 2002: 145). Meskipun senabagi guru yang mendapat tugas tambahan kepala
sekolah merupakan orang yang paling betanggung jawab terhadap aflikasi prinsif-prinsif
administrasi pendidikan yang inovatif di sekolah. Sebagai orang yang mendapat tugas
tambahan berarti tugas pokok kepala sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga
pengajar dan pendidik,di sisni berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus
mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau memberikan pelajaran atau
mengajar bidang studi tertentu atau memberikan bimbingan. Berati kepala sekolah
menduduki dua fungsi yaitu sebagai tenaga kependidikan dan tenaga pendidik. Hal ini sesuai
dikemukakan oleh Sudarwan tentang jenis-jenis tenaga Kependidikan sebagai berikut:
Para pakar pendidikan dan administrasi pendidikan cendrung sependapat bahwa kemajuan
besar dalam bidang pendidikan hanya mungkin dicapai jika administrasi pendidikan itu
sendiri dikelola secara inovatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanusi dkk yang
menyatakan bahwa Adminstrasi yang baik mendudduki tempt yang sangat menentukan dalam
15
struktur dan artikulasi system pendidikan (2002: 132).Siapa yg bertanggungjawab
mengelola,merencakan dan melaksanakan administrasi tersebut di suatu sekolah adalah di
bawah kendali kepala sekolah.Untuk itu kepala sekolah harus memilki kemampuan
professional yang menurut Sanusi ada empat kemampuan profesional kepala sekolah yaitu:
Supervisi.
16
Menindaklanjuti hasil supervise akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
Sosial
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah.
Memiliki kepekaan social terhadap orang atau kelompok lain. Disamping kompetenssi
yang tersebut diatas yang harus dimilki oleh kepala sekolah, mereka juga harus
mampu mengakomodasi tiga jenis keterampilan baik secara perjenis maupun secara
terintegrasi tercermin dalam mekanisme kerja adminsitrasi sekolah sebagai proses
social. Tiga keterampilan tersebut menurut Katz (1995), yang dikutip oleh Sergiovani
dkk(1987) meliputi:
17
pembelajaran yang kondusif, tertib, lancar, dan efektif tidak terlepas dari kapasitasnya
sebagai pimpinan sekolah. Dengan demikian, pembinaan yang intensif dari Kepala
Sekolah dapat meningkatkan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di
sekolah.
C. Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah
Ada banyak pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala sekolah dasar.
Campbell, Corbally & Nyshand (1983) mengemukakan tiga klasifikasi peranan kepala
sekolah dasar, yaitu: (1) peranan yang berkaitan dengan hubungan personal,
mencakup kepala sekolah sebagai figurehead atau simbol organisasi, leader atau
pemimpin, dan liaison atau penghubung, (2) peranan yang berkaitan dengan
informasi, mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor, disseminator, dan spokesman
yang menyebarkan informasi ke semua lingkungan organisasi, dan (3) peranan yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan, yang mencakup kepala sekolah sebagai
entrepreneur, disturbance handler, penyedia segala sumber, dan negosiator.
Di sisi lain, Stoop & Johnson (1967) mengemukakan empat belas peranan kepala
sekolah dasar, yaitu:
18
(12) kepala sekolah sebagai eksekutif yang baik,
Dari keempat belas peranan tersebut, dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu
kepala sekolah sebagai administrator pendidikan dan sebagai supervisor pendidikan.
Business manager, pengelola kantor, penguasa sekolah, organisator, pemimpin
profesional, eksekutif yang baik, penggerak staf, petugas hubungan sekolah
masyarakat, dan pemimpin masyarakat termasuk tugas kepala sekolah sebagai
administrator sekolah. Konsultan kurikulum, pendidik, psikolog dan supervisor
merupakan tugas kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan di sekolah.
Sergiovanni (1991) membedakan tugas kepala sekolah menjadi dua, yaitu tugas dari
sisi administrative process atau proses administrasi, dan tugas dari sisi task areas
bidang garapan pendidikan. Tugas merencanakan, mengorganisir, meng-koordinir,
melakukan komunikasi, mempengaruhi, dan mengadakan evaluasi merupakan
komponen-komponen tugas proses. Program sekolah, siswa, personel, dana, fasilitas
fisik, dan hubungan dengan masyarakat merupakan komponen bidang garapan kepala
sekolah dasar.
Di sisi lain, sesuai dengan konsep dasar pengelolaan sekolah, Kimbrough &
Burkett (1990) mengemukakan enam bidang tugas kepala sekolah dasar, yaitu
mengelola pengajaran dan kurikulum, mengelola siswa, mengelola personalia,
mengelola fasilitas dan lingkungan sekolah, mengelola hubungan sekolah dan
masyarakat, serta organisasi dan struktur sekolah. Berdasarkan landasan teori tersebut,
dapat digarisbawahi bahwa tugas-tugas kepala sekolah dasar dapat diklasifikasi
menjadi dua, yaitu tugas-tugas di bidang administrasi dan tugas-tugas di bidang
supervisi.
Tugas di bidang administrasi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan
dengan pengelolaan bidang garapan pendidikan di sekolah, yang meliputi pengelolaan
pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hubungan
sekolah masyarakat. Dari keenam bidang tersebut, bisa diklasifikasi menjadi dua,
yaitu mengelola komponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan komponen
organisasi sekolah yang berupa benda.
19
Tugas di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan
dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu
usaha memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau meningkatkan
proses dan situasi belajar mengajar. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah
meningkatkan hasil belajar siswa.
20
– Kemampuan mengelola administrasi persuratan
6. Peran sebagai innovator, kepala sekolah adalah pribadi yang dinamis dan kreatif
yang tidak terjebak dalam rutinitas
21
– Kemampuan bekerja keras untuk mencapai hasil yang efektif– Kemampuan
memotivasi yang kuat untuk mencapai sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi
memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya;
Peranan Konselor
Konselor Sekolah mempunyai peranan sentral yang berhubungan langsung secara pribadi
dengan konseli (peserta didik) dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia.
Maka peran dan fungsi Konselor Sekolah di masa mendatang akan bergeser dengan ciri-ciri,
sebagai berikut :
22
adalah seorang spesialis sumber-sumber masyarakat;
sebagai konselor sekolah yang bermutu dan bermartabat dalam menjalankan tugas
profesionalnya.
PROSES PELAYANAN
1. Konselor wajib menangani konseli selama ada kesempatan dlm hubungan antara
konseli dan konselor.
23
2. Konseli sepenuhnya berhak mengakhiri hubungan dengan konselor, meskipun proses
konseling belum mencapai hasil konkrit.
3. Sebaliknya Konselor tidak akan melanjutkan hubungan konseli tidak memperoleh
manfaat dari hubungan tersebut
24
3. Menahan diri dari upaya mendorong siswa untuk menerima nilai,gaya hidup
dan keyakinan yang menjadi orientasi pribadi konselor sekolah itu sendiri.
4. Bertanggung jawab untuk memilihara hak-hak konseli.
5. Memelihara kerahasiaan data konseli.
25
Konselor sekolah tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya sebagai konselor
sekolah untuk maksud mencari keuntungan pribadi atau maksud lain yang merugikan
konseli, atau menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk yang tidak wajar
A. Pengertia Kepustakawanan
Kepustakawanan (Librarianship) adalah penerapan pengetahuan (dalam ilmu
perpustakaan) pengadaan, penggunaan serta pendayagunaan buku di perpustakaan serta jasa
perpustakaan (Sulistiyo Basuki, 1993 : 6).
Menurut Lasa Hs. (2009 : 155) kepustakawanan (Librarianship) adalah ilmu dan/atau
profesi di bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.
Istilah profesi berasal dari kata pofess yang berarti ‘pengakuan’, kata profess atau
profesi mula-mula digunakan pada abad pertengahan, yaitu di Eropa Barat, di Jerman, dan di
berbagai negara Skandinavia dengan istilah Gilda, yakni perkumpulan orang yang memiliki
keterampilan khusus, seperti tukang sepatu, tukang kayu, dan tukang pandai besi.
profesi adalah sebuah pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan
khusus yang diperoleh dari teori dan bukan dari praktik, dan yang teruji dalam bentuk ujian
dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang, serta memberikan hak kepada orang
yang bersangkutan untuk berhubungan dengan nasabah (klien). (Menurut Sulistyo Basuki
(1993), dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan,)
kepustakawanan adalah sebuah profesi. Akan tetapi, terkadang karena kita terlalu
berkonsentrasi pada kegiatan teknis perpustakaan, kita lupa bahwa kepustakawanan
sebenarnya adalah kegiatan antar manusia, yang berpusaran pada aktivitas-aktivitas
menyimpan dan menata pustaka bagi keperluan para pencari informasi. Pustakawanan
bekerja berdasarkan etos kemanusiaan sebagai lawan dari kegiatan teknis semata.
Pustakawan adalah fasilitator kelancaran arus informasi dan pelindung hak asasi manusia
dalam akses ke informasi.
Pustakawan mempunyai kewajiban untuk melakukan suatu tindakan sesuai profesinya
dan ia harus dapat menghindari tindakan-tindakan yang buruk, salah, yang bertentangan
dengan norma-norma dalam masyarakat. Profesi pustakawan di Indonesia secara resmi diakui
berdasarkan SK MENPAN No.18/MENPAN/1988 dan diperbaharui dengan SK MENPAN
No. 33/MENPAN/1990, yang kemudian diperkuat dengan keputusan-keputusan lain yang
berkaitan dengan kewajiban dan hak sebagai profesi dan fungsional pustakawan.
26
Para ilmuwan sependapat bahwa suatu profesi merupakan pekerjaan yang memenuhi
persyaratan tertentu. Persyaratan profesi tersebut antara lain sebagai berikut:
Jenjang Jabatan Pustakawan dari yang terendah sampai dengan tertinggi, yaitu:
Jenjang pangkat dan golongan ruang Asisten Pustakawan sebagai mana tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
27
Penata (Golongan III/c)
Penata Tingkat 1 (Golongan III/d)
1. Pustakawan Pratama
2. Pustakawan Muda
3. Pustakawan Madya
4. Pustakawan utama
Dari kesebelas syarat profesi yang dikemukakan, maka hal pertama yang harus dilakukan
oleh Pustakawan dalam menjalankan sebuah profesi adalah memahami kode etik. Dengan
adanya kode etik, Pustakawan dapat memenuhi standar etika profesi, baik dalam
hubungannya dengan perpustakaan sebagai lembaga tempat bekerja, terhadap pemustaka
sebagai masyarakat yang dilayani, rekan pustakawan, antarprofesi, maupun masyarakat pada
umumnya.
28
menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Tujuan kode etik perpustakaan adalah agar pustakawan profesional memberikan jasa
sebaik-baiknya kepada pemustaka. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional. Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah
yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi, ketaatan itu
terbentuk dari masing-masing orang bukan karena paksaan. Dengan demikian, tenaga
profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan
yang rugi adalah dia sendiri.
29
BAB III
MEDIA PEMBELAJARAN
Ada beberapa media pembelajaran yang digunakan pada metode pembelajaran kali ini. Media
pembelajaran tersebut antara lain :
1. Power Point
Power Point dapat membantu guru dalam menyampaikan materi yang akan dibahas.
Melalui power point juga siswa mampu melihat, membaca, menganalisis serta memahami
materi.
2. Vidio pembelajaran
Dengan adanya vidio ini siswa dapat mempermudah siswa dalam memahami materi, dan
juga dapat menambah pengetahuan para siswa
3. Stick kayu
Karena metode yang digunakan adalah metode Talking Stick, maka stick kayu sangat
diperlukan sebagai media belajar. Sebenarnya dengan media lain pun bisa, tidak harus
dengan stick kayu seperti kotak korek api.
30
DAFTAR PUSTAKA
Gurning, Busmin & Effi Aswita. 2017. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: K-media.
http://abdulgopuroke.blogspot.co.id/2017/03/model-pembelajaran-talking-stick.html?m=1
(diakses pada 16 Februari 2017)
http://alisarjunip.blogspot.co.id/2014/06/pengertian-model-pembelajaran-team-
quiz.html?m=1(diakses pada 16 Februari 2017)
31