Anda di halaman 1dari 32

TUGAS RUTIN

MODEL PEMBELAJARAN

Dosen pengampu :

Dra. Effi Aswita Lubis, M.Pd., M.Si.

Choms Gary GT Sibarani, SE, M. SI, Ak, CA, S.Pd

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar


Tahun akademik 2017/2018)
Disusun Oleh :
1. Inggrit Larasati Br. Panggabean (7172142006)
2. Putri Wulandari (7173142030)
3. Rahmansyah Harum Nasution (7173342042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
BAB I ......................................................................................................................................... 2
MODEL PEMBELAJARAN ..................................................................................................... 2
I.1 Model Pembelajaran Team Quiz ...................................................................................... 2
A. Pengertian Model Pembelajaran Team Quiz ............................................................... 2
B. Langkah Langkah Metode Pembelajaran Quis Team ................................................. 2
C. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembelajaran Quis Team.................................. 4
D. Kelemahan Model Pembelajaran Team Quiz.............................................................. 4
I.2 Model Pembelajaran Talking Stick ................................................................................... 5
A. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick ............................................................. 5
B. Langkah Langkah Metode Pembelajaran Talking Stick ................................................ 5
C. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembelajaran Talking Stick ................................ 7
I.3 Rangkuman ....................................................................................................................... 8
BAB II........................................................................................................................................ 9
MATERI PEMBAHASAN ........................................................................................................ 9
II.1 Profesi Guru ..................................................................................................................... 9
II.2 Profesi Kepala Sekolah .................................................................................................. 15
II.3 Profesi Konselor ............................................................................................................ 22
II.4 Profesi Pustakawan ........................................................................................................ 26
BAB III .................................................................................................................................... 30
MEDIA PEMBELAJARAN .................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31

1
BAB I

MODEL PEMBELAJARAN

I.1 Model Pembelajaran Team Quiz

A. Pengertian Model Pembelajaran Team Quiz

Menurut Silberman (2007:49-50) Model Team Quiz dapat meningkatkan kemampuan


tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang
menyenangkan dan tidak menakutkan. Proses belajar mengajar dengan model team quiz
mengajak siswa bekerja sama dengan teamnya dalam melakukan diskusi bertanya, menjawab
pertanyaan,memberi arahan, mengemukakan pendapat, serta menyampaikan informasi.
Kegiatan tersebut akan melatih keterampilan siswa dan juga memperdalam pemahaman
konsep siswa.

Menurut Nurhayati, “Team quiz merupakan metode pembelajaran aktif yang


dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam tipe team quiz ini siswa dibagi menjadi
tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat,
dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan”.

Dari dua pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Quis Team adalah metode
pembelajaran dengan cara berkelompok, dengan saling berdiskusi, memberi arahan, saling
memberi pertanyaan dan jawaban, dan juga sebagai ajang pertandingan antara kelompok satu
dan kelompok yang lainnya untuk memperoleh nilai.

B. Langkah Langkah Metode Pembelajaran Quis Team

Silberman dalam Dalvi (2006:70) mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan


menggunakan tipe Quiz Team adalah sebagai berikut:

1. Guru memilih topik yang biasa disajikan dalam tiga segmen.


2. Siswa dibagi ke dalam tiga kelompok besar.
3. Guru menjelaskan skenario pembelajaran.
4. Guru menyajikan materi pelajaran.
5. Guru meminta tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, sementara tim B ,tim C
dan tim D menggunakan waktu untuk memeriksa catatan mereka.

2
6. Tim A memberikan kuis kepada tim B. jika tim B tidak dapat menjawab pertanyaan,
tim C atau tim D segera menjawabnya.
7. Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim C atau tim D, dan
mengulang proses tersebut.
8. Ketika kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan mintalah tim B
sebagai pemandu kuis.
9. Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran
dan tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis.

Agus suprijono mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan menggunakan Team Quiz


adalah sebagai berikut:

1. Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.


2. Bagi peserta didik menjadi tiga kelompok yaitu , A, B, dan C
3. Sampaikan kepada peserta didik format penyampaian pelajaran kemudian mulai
penyampaian materi. Batasi presentasi maksimal 10 menit
4. Setelah presentasi, minta kelompok A untuk menyiakan pertanyaan-pertanyaan
berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C
menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka.
5. Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. jika kelompok B
tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.
6. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa
menjawab, lemparkan kepada kelompok B.
7. Jika tanya jawab ini selesai, lanjutkan penyampaian materi pelajaran kedua, dan
tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk
kelompok A.
8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya melanjutkan penyampaian materi
pelajaran ketiga, dan kemudian tunjuk kelompok C sebagai kelompok
penanya.
9. Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada
pemahaman peserta didik yang keliru.

Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah metode pembelajaran
quis team adalah pertama guru menyiapkan materi yang akan dibahas, kemudian guru
menjelaskan materi kepada siswa. Setelah itu guru membagi siswa kedalam 3 kelompok,

3
seperti misalnya kelompok 1, 2, dan 3. Masing-masing kelompok diminta untuk menyiapkan
pertanyaan dan jawaban kuis yang akan diberikan ke kelompok lain. Misalnya dimulai dari
kelompok 1 memberikan pertanyaan kepada kelompok 2, jika kelompok 2 tidak dapat
menjawab maka pertanyaan dilimpahkan kepada kelompok 3. Dan begitu seterusnya, diakhir
pelajaran guru memberikan kesimpulan atas pertanyaan dan jawaban quis, serta menjelaskan
jika ada hal hal yang dianggap siswa keliru.

Team quiz ini juga dapat divariasikan dengan kebutuhan kelas seperti dalam hal pembagian
kelompok. Variasi lain dapat dilakukan seperti:
a. Memberikan pertanyaan team quiz yang telah dipersiapkan yang darinya mereka memilih
kapan mereka mendapat giliran menjadi pemandu kuis.
b. Memberikan satu penyajian materi secara kontinyu. Kemudian membagi peserta didik
menjadi dua tim. Pada akhir pelajaran, perintahkan dua tim untuk saling memberi kuis.

C. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembelajaran Quis Team

Kelebihan Model Pembelajaran Team Quiz adalah sebagai berikut:

1. Adanya kuis akan membuat tertarik anak untuk mengikuti proses pembelajaran.
2. Melatih siswa untuk dapat membuat kuis secara baik.
3. Dapat meningkatkan persaingan diantara siswa secara sportif.
4. Setiap kelompok memiliki tugas masing-masing.
5. Memacu siswa untuk menjawab pertanyaan secara baik dan benar.
6. Memperjelas rangkaian materi karena di akhir pelajaran guru memperjelas semua
rangkaian pertanyaan yang di anggap perlu untuk dibahas kembali.

Menurut buku Strategi Belajar Mengajar ada beberapa kelebihan dari team quis adalah:

1. Melatih siswa menjawab serta membuat petanyaan dengan baik dan benar
2. Meningkatkan daya tarik siswa untuk belajar, sebab ada kuis dalam pembelajaran
3. Adanya persaiangan diantara siswa untuk menjadi yang terbaik

D. Kelemahan Model Pembelajaran Team Quiz

1. Menyusun pertanyaan secara berkualitas merupakan pekerjaan sulit bagi siswa.


2. Siswa tidak tahu apa yang yang ingin ditanyakan kepada gurunya.
3. Pertanyaan yang dibuat adakalanya hanya bersifat sekedar dibuat-buat saja,yang
penting ada pertanyaannya daripada tidak bertanya.

4
4. Adanya kelompok yang bekerja kurang profesional dalam menjalankan tugas yang
diberikan kepadanya.

Menurut buku Strategi Belajar Mengajar ada beberapa kelemahan dalam metode
pembelajaran quis team yaitu sebagai berikut :

1. Siswa terkadang mengalami kesulitan untuk membuat pertanyaan yang berbobot


2. Pertanyaan siswa terkadang asal-asal dibuat, yang penting ada
3. Siswa tidak tahu apa yang mau ditanyakan kepada gurunya

I.2 Model Pembelajaran Talking Stick

A. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

Menurut Widodo (2009) mengemukakan bahwa talking stick merupakan suatu model
pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang
mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet
tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya
sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.

Menurut Suprijono (2009: 109) model pembelajaran talking stick merupakan


pembelajaran yang mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat.

Metode Talking Stick sebaiknya menggunakan iringan musik ketika stick bergulir dari
satu siswa ke siswa lainnya dalam menentukan siswa yang menjawab pertanyaan didalam
tongkat bertujuan siswa menjadi lebih semangat, termotivasi serta proses belajar mengajar
menjadi lebih menyenangkan (Suprijono, 2009).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran talking stick adalah
metode pembelajaran yang menggunakan tongkat sebagai media nya. Dimana tongkat
tersebut akan berpindah dari tangan siswa satu ke siswa lainnya secara estafet dengan sambil
diiringin musik. Tongkat akan berhenti berjalan ketika iringan musik juga berhenti. Siswa
yang mendapat tongkat akan diberi petanyaan oleh guru, jika berhasil menjawab akan diberi
reward dan jika gagal akan diberi punishment.

B. Langkah Langkah Metode Pembelajaran Talking Stick

Langkah- langkah atau sintaks dari langkah model pembelajaran talking stick, yaitu sebagai
berikut: ( Suyatno 2009:124 ) :

5
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangan /
paketnya.
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilahkan siswa
untuk menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya.
Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab
setiap pertanyaan dari guru.
5. Guru memberikan kesimpulan.

Adapun langkah-langkah pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut (Tatag Yuli Eko
Siswoyo, 2009:17 ) :

1. Guru menyiapkan tongkat.


2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.
3. Setelah selesai, guru menyuruh siswa membuka materi/buku pelajaran dan
mempelajarinya, kemudian siswa menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru.
5. Guru memberikan kesimpulan.
6. Evaluasi.
7. Penutup

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam metode


pembelajaran talking stick ini adalah pertama siapkan sebuah tongkat, lalu guru
menjelaskan bagaimana cara metode mengajar. Kemudian guru menyampaikan materi,
setelah itu baru lah dimulai dengan cara guru memberikan tongkat kepada siswa, dan
dioper secara estafet kepada siswa lain nya. Hal ini bisa divariasikan dengan
menggunakan musik. Jika musik berhenti maka tongkat juga harus berhenti bergilir. Dan

6
siapa yang menerima tongkat terakhir maka dia yang akan menjawab pertanyaan yang
diberikan.

C. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembelajaran Talking Stick

Model pembelajaran talking stick menurut Sugeng (2011:1) ini mempunyai kelebihan yaitu
diantaranya :

1. Menguji kesiapan siswa,


2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat,
3. Agar lebih giat lagi dalam belajar.

Menurut buku Strategi Belajar Mengajar kelebihannya yaitu :

1. Siswa tidak bosan belajar sebab model pembelajaran ini menguji kesiapan siswa
dalam menjawab, serta tongkat sebagai daya tarik nya
2. Siswa lebih paham materi yang diajarkan, sebab siswa mendengarkan dulu penjelasan
guru, kemudian diajukan pertanyaan lagi oleh guru apabila mendapatkan tongkat
3. Pelajaran yang disampaikan guru tuntas, sebab guru memberikan penjelasan diakhir
pembelajaran.

Sedangan kekurangannya yaitu membuat siswa yang tidak siap gugup ketika mendapat
bagian tongkat dan menjawab pertanyaan dari guru.

Menurut buku Stategi Belajar Mengajar, ada bebrapa kelemahan didalam metode talking
stick ini yaitu

1. Siswa akan merasa senam jantung, sebab tidak dapat memprediksi giliran menjawab
pertanyaan guru, keadaan ini akan lebih menegangkan apabila siswa kurang persiapan
dan ragu-ragu dalam memberikan jawaban
2. Kurang terciptanya interaksi antar siswa, sebab masing-masing siswa sibuk mencari
jawabannya sendiri untuk menjawab pertanyaan yang akan diajukan
3. Banyak menghabiskan waktu, dan kemungkinan sebagian siswa tidak dapat giliran
untuk ditanya guru dan menjawab pertanyaan yang diajukan.

7
I.3 Rangkuman

Kelebihan pada metode pembelajaran Quis Team, adalah sebagai berikut :

1. Melatih siswa membuat pertanyaan dengan baik dan benar


2. Adanya persaingan antar kelompok
3. Dapat meningkatkan kerjasama kelompok

Sedangkan kekurangannya pada metode metode pembelajaran Quis Team, adalah sebagai
berikut :

1. Karena ini adalah kuis team, pasti ada beberapa orang yang tidak aktif yang hanya
mengandalkan teman nya yang aktif saja
2. Pertanyaan yang dibuat terkadang kurang berbobot, karena siswa merasa “yang
penting ada pertanyaan”

Kelebihan metode Talking Stick adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui kemampuan siswa sampai dimana akan materi tersebut


2. Siwa tidak bosan dalam belajar sebab metode ini menyertakan tongkat sebagai media
nya

Kekurangan metode Talking Stick adalah sebagai berikut :

1. Kurang tercipta kerjasama akan siswa


2. Banyak menghabiskan waktu yang ada

Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing- masing.


Kekurangan pada metode quis team dapat diatasi dengan metode talking stick. Begitu
juga sebaliknya, kekurangan pada metode talking stick dapat diatasi dengan Quis Team.
Pada metode Quis Team kita dapat mengetahui sejauh mana kelompok-kelompok
menguasai materi. Metode Quis Team ini dapat meningkatkan kerjasama antarsiswa
dalam menjawab pertanyaan. Pada metode tersebut secara tidak langsung guru telah
menguji kemampuan kelompok masing-masing. Untuk mengetahui apakah setiap siswa
benar-benar telah memahami materi yang disampaikan, maka metode Talking Stick
sangat baik untuk digunakan. Dengan Quis Team kita dapat meningkatkan kerjasama
kelompok serta kemampuan kelompok. Sedangkan dengan metode Talking Stick kita
dapat mengetahui kemampuan individu masing-masing siswa.

8
BAB II

MATERI PEMBAHASAN

II.1 Profesi Guru

A. Pengertian Profesi Guru

Jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan
berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta menguasai
IPTEKS dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Tugas utamanya adalah mendidik,
membimbing, melatih, dan mengembangkan kurikulum (perangkat kurikulum).

Profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang
memadai, keahlian guru dalam melaksankan tugas – tugas kependidikan diperoleh setelah
menempuh pendidikan keguruan tertentu dan kemampuan tersebut tidak oleh warga
masyarakat sebelumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan.

Pengertian Profesi Guru menurutu para ahli :

Dr. Ahmad Tafsir

Guru (pendidik) ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.
Tugas guru dalam pandangan islam ialah mendidik. Mendidik merupakan tugas yang amat
luas. Sebagian dilakukan dengan cara mengajar, sebagian ada yang dilakukan dengan
memberikan dorongan, memberi contoh (suri tauladan), menghukum, dan lain-lain.

Drs. Moh. Uzer Usman

Guru ialah setiap orang yang memiliki tugas dan wewenang dalam dunia pendidikan dan
pengajaran pada lembaga pendidikan formal.

Husnul Khotimah

Dalam pegertian yang sederhana, guru merupakan orang yang memfasilitasi proses peralihan
ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik (muridnya).

9
B. Prinsip – Prinsip Profesi Guru

Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasar-kan prinsip-
prinsip, yaitu memiliki :

 Bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.


 Komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak
mulia.
 Kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
 Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
 Tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
 Penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
 Kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat.
 Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan
 Organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesionalan guru.
C. Kompetensi Guru
1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi
dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;

Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta
didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik
dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal
peserta didik.

Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan


pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan
teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

10
Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran;
dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang


dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan
dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian
pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki


indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi
akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi
nonakademik.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian


yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan
norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam


bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan
pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak.

Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang


berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan
norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik.

11
3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator
esensial sebagai berikut:

Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator
esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan.

Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan


mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan
metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai
berikut:

Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial:
memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan
metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan
konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari.

Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-
langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh
karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a) pengenalan peserta didik secara
mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun
bahan ajar dalam kurikulum sekolah (c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang
meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta

12
tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan
profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional (Ngainun Naim, 2009:60).

D. Peran dan Tugas Utama Guru dalam Pendidikan

1. Guru sebagai pendidik

Sebagai seorang pendidik guru memiliki tugas untuk mengembangkan kepribadian dan
membina budi pekerti serta memberikan pengarahan kepada siswa agar menjadi seorang anak
yang berbudi luhur.

2. Guru sebagai pengajar

Mengajar yaitu memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa, melatih keterampilan,


memberikan pedoman, bimbingan, merancang pengajaran, melaksanakan pembelajaran dan
menilai aktivitas pembelajaran.

3. Guru sebagai fasilitator

Tugas utama guru sebagai fasilitator adalah memotivasi siswa, menyediakan bahan
pembelajaran, mendorong siswa untuk mencari bahan ajar, membimbing siswa dalam proses
pembelajaran dan menggunakan ganjaran hukuman sebagai alat pendidikan.

4. Guru sebagai pelayanan

Pelayanan disini berarti memberikan suatu kenyamanan terhadap siswa dalam belajar. Tugas
guru sebagai pelayanan yaitu menyediakan fasilitas pembelajaran dari sekolah seperti
ruangan, meja, kursi, papan tulis, alat peraga dan lainnya serta memberikan layanan sumber
belajar agar siswa nyaman dan aman dalam belajar.

5. Guru sebagai perancang

Guru sebagai perancang bertugas untuk menyusun program pengajaran dan pembelajaran
sesuai ajaran dalam kurikulum, menyusun rencana mengajar, menentukan strategi atau
metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.

13
6. Guru sebagai pengelola

Dalam perannya sebagai pengelola, guru bertugas untuk melaksanakan adminitrasi kelas
seperti. Bahkan guru harus memiliki rencana mengajar, program semesteran, program
tahunan dan silabus serta melaksanakan presensi kelas, dan memilih strategi dan metode
pembelajaran yang efektif.

7. Guru sebagai penilai

Penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan setelah proses belajar guna untuk
memberikan hasil belajar siswa tugas guru sebagai penilai yaitu menyusun tes dan instrumen
penilaian, melaksanakan penilaian terhadap siswa secara objektif, mengadakan pembelajaran
remedial dan mengadakan pengayaan dalam pembelajaran.

Dikatakan guru yang baik apabila memiliki ciri-ciri berikut:

Memahami murid yang memiliki potensi, bukan sebagai botol kosong.


Menguasai bahan ajar yang akan diberikan.
Menggunakan berbagai jenis metode yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, bukan hanya menggunakan metode ceramah saja.
Menyesuaikan bahan ajar dengan kemampuan siswa.
Menghindari cara mengajar D4 (Datang, duduk, dengar, diam).
Memberi penjelasan yang jelas dengan menggunakan alat peraga.
Mengajarkan bahan pelajaran yang memberikan manfaat bagi siswa.
Mempunyai tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran dan pengajaran.
Tidak hanya mengajar dalam artian menyampaikan pengetahuan tetapi senantiasa
mengembangkan pribadi anak.
Jangan terikat oleh satu buku pelajaran, jangan sampai buku teks menghalangi murid
untuk berpikir dan mencari sumber lain.
Sedangkan guru yang efektif memiliki ciri-ciri berikut:
Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa
komitmen tertinggi guru adalah kepentingan siswa.
Guru menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan dan mengajarkannya kepada
siswa.
Guru bertanggung jawab memantau siswa melalui evaluasi baik dari cara pengamatan
dalam prilaku maupun pada tes hasil belajar.

14
Guru mampu berpikir apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalaman.

II.2 Profesi Kepala Sekolah

A. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah.
(Sudarman 2002: 145). Meskipun senabagi guru yang mendapat tugas tambahan kepala
sekolah merupakan orang yang paling betanggung jawab terhadap aflikasi prinsif-prinsif
administrasi pendidikan yang inovatif di sekolah. Sebagai orang yang mendapat tugas
tambahan berarti tugas pokok kepala sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga
pengajar dan pendidik,di sisni berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus
mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau memberikan pelajaran atau
mengajar bidang studi tertentu atau memberikan bimbingan. Berati kepala sekolah
menduduki dua fungsi yaitu sebagai tenaga kependidikan dan tenaga pendidik. Hal ini sesuai
dikemukakan oleh Sudarwan tentang jenis-jenis tenaga Kependidikan sebagai berikut:

Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing,penguji,pengajar dan pelatih tenaga fungsional


pendidikan,terdiri atas penilik,pengawas,peneliti dan pengembang di bidang kependidikan,
dan pustakawan tenaga teknis kependidikan,terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar
tenaga pengelola satuan pendidikan,terdiri atas kepala sekolah,direktur,ketua,rector, dan
pimpinan satuan pendidikan luar sekolah tenaga lain yang mengurusi masalah-masalah
manajerial atau administrative kependidikan.(2002: 18). Pada pembahasan ini penulis
meninjau kepala sekolah (presiden direktur sekolah) sebagai tenaga pengelola satuan
pendidikan (poin 4). Mengapa penulis mengambil istilah presden direktur sekolah? Karena
istilah ini lebih identik dengan kekuasaan seorang dalam menguasai suatu tempat. Di mana
wewenag,tangung jawab dan kebikajsanaan ada di tangan kepala sekolah,sekolah lain atau
Negara lain tak berhak ikut capur dalam urusan suatu sekolah yang menjadi hak otonomi
sekolahnya

B. Kompetensi Kepala Sekolah

Para pakar pendidikan dan administrasi pendidikan cendrung sependapat bahwa kemajuan
besar dalam bidang pendidikan hanya mungkin dicapai jika administrasi pendidikan itu
sendiri dikelola secara inovatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanusi dkk yang
menyatakan bahwa Adminstrasi yang baik mendudduki tempt yang sangat menentukan dalam

15
struktur dan artikulasi system pendidikan (2002: 132).Siapa yg bertanggungjawab
mengelola,merencakan dan melaksanakan administrasi tersebut di suatu sekolah adalah di
bawah kendali kepala sekolah.Untuk itu kepala sekolah harus memilki kemampuan
professional yang menurut Sanusi ada empat kemampuan profesional kepala sekolah yaitu:

kemampuan untuk menjalankan tanggungjawab yang diserahkan kepadanya selaku unit


kehadiran murid. Kemampuan untukmenerapkan keterampilan-keterampilan
konseptual,manusiawi, dan teknis pada kedudukan jenis ini. Kemampuan untuk memotivasi
para bawahan untuk bekerja sama secara sukarela dalam mencapai maksud-maksud unit dan
organisasi. Kemamapuan untuk memahami implikasi-implikasi dari perubahan social,
ekonomis, politik,dan educational; arti yang mereka sumbangkan kepada unit; untuk
memulai dan memimpin perubahan-perubahan yang cocok di dalam unit didasarkan atas
perubahan-perubahan social yang luas.(2002 :133) Sedangkanmenurut PERMEN DINKNAS
No 13 tahun 2007 tentang Satandar kepala sekolah/Madrasah kepala sekolah harus memiliki
kompetensi atau kemampuan yang meliputi demensi kompetensi kepribadian,manajerial,
kewirausahaan supervisi dan sosial. Secara lebih rinci penjelasan kelima kompetensi tersebut
dapat dilihat pada dibawah ini

Kompetensi Kepala Sekolah

a) Mencipatakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.


b) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasai
pembelajar yang efektif.
c) Memilki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pimpinan sekolah/madrasah.
d) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi sekolah/madrasah.
e) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa
sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

Supervisi.

a. Merencanakan program supervise akademik dalam rangka peningkatan


profesionalisme guru.

b. Melaksanakan supervise akademik terhadap guru dengan menggunakan


pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

16
Menindaklanjuti hasil supervise akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.

Sosial
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah.

b. Berpartisifasi dalam kegiatan social kemasyarakatan.

Memiliki kepekaan social terhadap orang atau kelompok lain. Disamping kompetenssi
yang tersebut diatas yang harus dimilki oleh kepala sekolah, mereka juga harus
mampu mengakomodasi tiga jenis keterampilan baik secara perjenis maupun secara
terintegrasi tercermin dalam mekanisme kerja adminsitrasi sekolah sebagai proses
social. Tiga keterampilan tersebut menurut Katz (1995), yang dikutip oleh Sergiovani
dkk(1987) meliputi:

Keterampilan teknis (technical skill)

Keterampilan melakukan hubungan-hubungan kemanusiaan (human skill).

Keterampilan konseptual (conceptual skill).

Seorang Kepala Sekolah pada hakekatnya adalah pemimpin yang menggerakkan,


mempengaruhi, memberi motivasi, serta mengarahkan orang di dalam organisasi atau
lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Mulyasa (2004:182) secara tersirat menegaskan bahwa “tugas dan tanggung jawab
Kepala Sekolah menyangkut keseluruhan kegiatan sekolah.” Seorang Kepala Sekolah
harus mampu memobilisir sumber daya sekolah meliputi teknis dan administrasi
pendidikan, lintas program dan lintas sektoral dengan mendayagunakan sumber-
sumber yang ada di sekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Dengan demikian peran Kepala Sekolah sangat penting dalam peningkatan
mutu pendidikan. Aspek kunci lain berkaitan dengan peran Kepala Sekolah dalam
melaksanakan upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah dengan memberikan
bimbingan kepada guru dalam memperbaiki mutu proses belajar mengajar. Ukuran
keberhasilan Kepala Sekolah dalam menjalankan peran dan tugasnya adalah dengan
mengukur kemampuan dia dalam menciptakan ”iklim pembelajaran”, dengan
mempengaruhi, mengajak, dan mendorong guru, siswa, dan staf lainnya untuk
menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Terciptanya iklim

17
pembelajaran yang kondusif, tertib, lancar, dan efektif tidak terlepas dari kapasitasnya
sebagai pimpinan sekolah. Dengan demikian, pembinaan yang intensif dari Kepala
Sekolah dapat meningkatkan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di
sekolah.
C. Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah

Ada banyak pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala sekolah dasar.
Campbell, Corbally & Nyshand (1983) mengemukakan tiga klasifikasi peranan kepala
sekolah dasar, yaitu: (1) peranan yang berkaitan dengan hubungan personal,
mencakup kepala sekolah sebagai figurehead atau simbol organisasi, leader atau
pemimpin, dan liaison atau penghubung, (2) peranan yang berkaitan dengan
informasi, mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor, disseminator, dan spokesman
yang menyebarkan informasi ke semua lingkungan organisasi, dan (3) peranan yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan, yang mencakup kepala sekolah sebagai
entrepreneur, disturbance handler, penyedia segala sumber, dan negosiator.
Di sisi lain, Stoop & Johnson (1967) mengemukakan empat belas peranan kepala
sekolah dasar, yaitu:

(1) kepala sekolah sebagai business manager,

(2) kepala sekolah sebagai pengelola kantor,

(3) kepala sekolah sebagai administrator,

(4) kepala sekolah sebagai pemimpin profesional,

(5) kepala sekolah sebagai organisator,

(6) kepala sekolah sebagai motivator atau penggerak staf,

(7) kepala sekolah sebagai supervisor,

(8) kepala sekolah sebagai konsultan kurikulum,

(9) kepala sekolah sebagai pendidik,

(10) kepala sekolah sebagai psikolog,

(11) kepala sekolah sebagai penguasa sekolah,

18
(12) kepala sekolah sebagai eksekutif yang baik,

(13) kepala sekolah sebagai petugas hubungan sekolah dengan masyarakat,

(14) kepala sekolah sebagai pemimpin masyarakat.

Dari keempat belas peranan tersebut, dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu
kepala sekolah sebagai administrator pendidikan dan sebagai supervisor pendidikan.
Business manager, pengelola kantor, penguasa sekolah, organisator, pemimpin
profesional, eksekutif yang baik, penggerak staf, petugas hubungan sekolah
masyarakat, dan pemimpin masyarakat termasuk tugas kepala sekolah sebagai
administrator sekolah. Konsultan kurikulum, pendidik, psikolog dan supervisor
merupakan tugas kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan di sekolah.
Sergiovanni (1991) membedakan tugas kepala sekolah menjadi dua, yaitu tugas dari
sisi administrative process atau proses administrasi, dan tugas dari sisi task areas
bidang garapan pendidikan. Tugas merencanakan, mengorganisir, meng-koordinir,
melakukan komunikasi, mempengaruhi, dan mengadakan evaluasi merupakan
komponen-komponen tugas proses. Program sekolah, siswa, personel, dana, fasilitas
fisik, dan hubungan dengan masyarakat merupakan komponen bidang garapan kepala
sekolah dasar.

Di sisi lain, sesuai dengan konsep dasar pengelolaan sekolah, Kimbrough &
Burkett (1990) mengemukakan enam bidang tugas kepala sekolah dasar, yaitu
mengelola pengajaran dan kurikulum, mengelola siswa, mengelola personalia,
mengelola fasilitas dan lingkungan sekolah, mengelola hubungan sekolah dan
masyarakat, serta organisasi dan struktur sekolah. Berdasarkan landasan teori tersebut,
dapat digarisbawahi bahwa tugas-tugas kepala sekolah dasar dapat diklasifikasi
menjadi dua, yaitu tugas-tugas di bidang administrasi dan tugas-tugas di bidang
supervisi.
Tugas di bidang administrasi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan
dengan pengelolaan bidang garapan pendidikan di sekolah, yang meliputi pengelolaan
pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hubungan
sekolah masyarakat. Dari keenam bidang tersebut, bisa diklasifikasi menjadi dua,
yaitu mengelola komponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan komponen
organisasi sekolah yang berupa benda.

19
Tugas di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan
dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu
usaha memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau meningkatkan
proses dan situasi belajar mengajar. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah
meningkatkan hasil belajar siswa.

Fungsi dan tugas kepala sekolah dapat diakronimkan menjadi emanslime


(education,manager, administrator,supervisor, leader, inovator, motivator dan
entrepreneur). Peran tersebut dapat dilihat secara lebih rinci sebagai berikut:
1. Peran sebagai educator, kepala sekolah berperan dalam pembentukan karakter
yang didasari nilai-nilai pendidik.

– Kemampuan mengajar/membimbing siswa – Kemampuan membimbing guru

– Kemampuan mengembangkan guru

– Kemampuan mengikuti perkembangan di bidang pendidikan

2. Perang sebagai manager,kepala sekolah berperan dalam mengelola sumber daya


untuk mencapai tujuan institusi secara efektif dan efisien

– Kemampuan menyusun program

– Kemampuan menyusun organisasi sekolah

– Kemampuan menggerakkan guru

– Kemampuan mengoptimalkan sarana pendidikan

3. Perang sebagai administrator, kepala sekolah berperan dalam mengatur tata


laksana sistem administrasi di sekolah sehingga efektif dan efisien

– Kemampuan mengelola administrasi PBM/BK

– Kemampuan mengelola administrasi kesiswaan

– Kemampuan mengelola administrasi ketenagaan

– Kemampuan mengelola administrasi keuangan

– Kemampuan mengelola administrasi sarana prasarana

20
– Kemampuan mengelola administrasi persuratan

4. Peran sebagai supervisor, kepala sekolah berperan dalam upaya membantu


mengembangkan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan lainnya.

– Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan

– Kemampuan melaksanakan program supervisi

– Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi

5. Peran sebagai leader, kepala sekolah berperan dalam mempengaruhi orang-orang


untuk bekerja sama dalam mencapai visi dan tujuan bersama.

– Memiliki kepribadian yang kuat

– Kemampuan memberikan layanan bersih, transparan, dan profesional

– Memahami kondisi warga sekolah

6. Peran sebagai innovator, kepala sekolah adalah pribadi yang dinamis dan kreatif
yang tidak terjebak dalam rutinitas

– Kemampuan melaksanakan reformasi (perubahan untuk lebih baik)

– Kemampuan melaksanakan kebijakan terkini di bidang pendidikan

7. Peran sebagai motivator, kepala sekolah harus mampu memberi dorongan


sehingga seluruh komponen pendidikan dapat berkembang secara profesional

– Kemampuan mengatur lingkungan kerja (fisik)

– Kemampuan mengatur suasana kerja/belajar

– Kemampuan memberi keputusan kepada warga sekolah

8. Peran sebagai entrepreneur, kepala sekolah berperan untuk melihat adanya


peluang dan memanfaatkan peluang untuk kepentingan sekolah

– Kemampuan menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah

21
– Kemampuan bekerja keras untuk mencapai hasil yang efektif– Kemampuan
memotivasi yang kuat untuk mencapai sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi

II.3 Profesi Konselor

Profesi Konselor adalah keahliah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip:

 memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

 memiliki komitmen utuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,dan


akhlak mulia;

 memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya;

 bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;

 mendapat penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;

 memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara bereklanjutan


dengan belajar sepanjang hayat;

 mendapat jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesonalan;


dan

 menjadi anggota organisasi profesi (ABKIN) yang mempunyai kewenangan mengatur


hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan konselor.

Peranan Konselor

Konselor Sekolah mempunyai peranan sentral yang berhubungan langsung secara pribadi
dengan konseli (peserta didik) dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia.

Maka peran dan fungsi Konselor Sekolah di masa mendatang akan bergeser dengan ciri-ciri,
sebagai berikut :

 menjadi seperti pipa penyalur antara kebutuhan dan sumber-sumber daya;

22
 adalah seorang spesialis sumber-sumber masyarakat;

 disamping memberikan bimbingan dan konseling di sekolah, juga di keluarga atau


masyarakat;

 sekaligus berperan sebagai guru dan administrator;

 merupakan salah satu unsur sistem dalam pendidikan di sekolah;

 memerlukan kekuasaan sebagai alat pendidikan;

 pengembangan diri Konselor Sekolah terjadi melalui proses perencanaan;

 sebagai konselor sekolah yang bermutu dan bermartabat dalam menjalankan tugas
profesionalnya.

Konselor Sekolah Yang Bermutu dan Bermartabat

 Konselor yang memiliki semangat juang yang tinggi (kualitas nasionalisme).


 Konselor mampu mewujudkan dirinya yang didasari keterkaitan dan padanan
dengan tuntutan lingkungan perkembangan iptek.
 Konselor yang mampu belajar dan bekerja sama antar profesi lain.
 Konselor yang memiliki etos kerja yang kuat.
 Konselor yang memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karir.
 Konselor yang berjiwa profesionalisme tinggi.
 Konselor memiliki kesejahteraan lahir dan batin (material dan non-material).
 Konselor yang memiliki wawasan masa depan.
 Konselor yang mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu.
 Konselor yang berjiwa profesionalisme tinggi.
 Konselor yang memiliki wawasan masa depan.

PROSES PELAYANAN

Hubungan dalam Pemberian Pelayanan

1. Konselor wajib menangani konseli selama ada kesempatan dlm hubungan antara
konseli dan konselor.

23
2. Konseli sepenuhnya berhak mengakhiri hubungan dengan konselor, meskipun proses
konseling belum mencapai hasil konkrit.
3. Sebaliknya Konselor tidak akan melanjutkan hubungan konseli tidak memperoleh
manfaat dari hubungan tersebut

Hubungan dengan Konseli

1. Konselor sekolah wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan keyakinan


konseli.
2. Konselor sekolah wajib menempatkan kepentingan Konseli diatas kepentingan
pribadi.
3. Konselor sekolah tidak diperkenankan melakukan dikriminas diskriminasiatas dasar
suku, bangsa, warna kulit, agama, atau status sosial tertentu.
4. Konselor sekolah tidak diperkenankan memaksa seseorang untuk memberi bantuan
pada seseorang tampa izin dari orang yang bersangkutan.
5. Konselor sekolah wajib memberikan pelayanan kepada siapapun terlebih dalam
keadaandaruratatau banyak orang menghendakinya.
6. Konselor sekolah wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sepanjang dikehendaki
konseli.
7. Konselor sekolah wajib menjelaskan kepada konseli sifat hubungan yang sedang
dibina dan batas- batas tanggung jawab masing-masing dalam hubungan personal.
8. Konselor sekolah wajib mengutamakan perhatian terhadap konseli.

Tanggung Jawab Konselor

Tanggung jawab konselor adalah menghargai dan meningkatkan kesejahteraan konseli.Dalam


rangka mewujudkan hal tersebut maka konselor harus melaksanakan tanggung jawab sebagai
berikut.

1. 1. Tanggung Jawab Konselor terhadap Siswa (Konseli)


1. Konselor memiliki kewajiban utama untuk memperlakukan Konseli sebagai
individu yang unik dengan sikap hormat.
2. Konselor secara penuh membantu Konseli (siswa) dalam mengembangkan
Potensiataukebutuhannya.

24
3. Menahan diri dari upaya mendorong siswa untuk menerima nilai,gaya hidup
dan keyakinan yang menjadi orientasi pribadi konselor sekolah itu sendiri.
4. Bertanggung jawab untuk memilihara hak-hak konseli.
5. Memelihara kerahasiaan data konseli.

1. 2. Tanggung Jawan Terhadap Orang Tua


1. Memberikan kepada orang tua konseli (siswa) tentang peranan
konselor,terutama tentang hakikat hubungan konseling yang rahasia antara
konselor sekolah dan konseli.
2. Memberikan informasi yang akurat, komprehensif, dan relevan dengan tujuan
3. Melakukan sharing informasi tentang konseli.

1. 3. Tanggung Jawab terhadap Kolega/ Pihak Sekolah


1. Membangun dan memelihara hubungan kooperatif dengan Kepala Sekolah,
Guru-Guru, dan Staf Sekolah dalam rangka memfasilitasipelaksanaan program
Layanan bimbingan dan konseling
2. Menerima masukan pendapat atau kritikan dari Kepala Sekolah, dan guru-
guru sebagai dasar untuk mengembangkan atau memperbaiki program
bimbingan dan konseling di sekolah.

1. 4. Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri

 Menyadari bahwakarakteristik pribadinya memberikan dampak terhadap kualita


layanan konseling

 Memiliki pemahaman terhadap batas-batas kompetensi yang dimilikinya di menerima


tanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan.

 Berusaha secara terusmenerus untuk mengembangkan kompetensi (wawasan,


pengetahuan, dankeahlian) profesionalitas, dankualitas pribadi.

1. 5. Tanggung Jawab terhadap Organisasi Profesi

 Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya Konselor wajib mengaitkannya dengan


tugas dan kewajibannya terhadap konseli dan profesi sesuai kode etikuntuk
kepentingan dan kebahgiaan konseli.

25
 Konselor sekolah tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya sebagai konselor
sekolah untuk maksud mencari keuntungan pribadi atau maksud lain yang merugikan
konseli, atau menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk yang tidak wajar

II.4 Profesi Pustakawan

A. Pengertia Kepustakawanan
Kepustakawanan (Librarianship) adalah penerapan pengetahuan (dalam ilmu
perpustakaan) pengadaan, penggunaan serta pendayagunaan buku di perpustakaan serta jasa
perpustakaan (Sulistiyo Basuki, 1993 : 6).
Menurut Lasa Hs. (2009 : 155) kepustakawanan (Librarianship) adalah ilmu dan/atau
profesi di bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.
Istilah profesi berasal dari kata pofess yang berarti ‘pengakuan’, kata profess atau
profesi mula-mula digunakan pada abad pertengahan, yaitu di Eropa Barat, di Jerman, dan di
berbagai negara Skandinavia dengan istilah Gilda, yakni perkumpulan orang yang memiliki
keterampilan khusus, seperti tukang sepatu, tukang kayu, dan tukang pandai besi.
profesi adalah sebuah pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan
khusus yang diperoleh dari teori dan bukan dari praktik, dan yang teruji dalam bentuk ujian
dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang, serta memberikan hak kepada orang
yang bersangkutan untuk berhubungan dengan nasabah (klien). (Menurut Sulistyo Basuki
(1993), dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan,)

kepustakawanan adalah sebuah profesi. Akan tetapi, terkadang karena kita terlalu
berkonsentrasi pada kegiatan teknis perpustakaan, kita lupa bahwa kepustakawanan
sebenarnya adalah kegiatan antar manusia, yang berpusaran pada aktivitas-aktivitas
menyimpan dan menata pustaka bagi keperluan para pencari informasi. Pustakawanan
bekerja berdasarkan etos kemanusiaan sebagai lawan dari kegiatan teknis semata.
Pustakawan adalah fasilitator kelancaran arus informasi dan pelindung hak asasi manusia
dalam akses ke informasi.
Pustakawan mempunyai kewajiban untuk melakukan suatu tindakan sesuai profesinya
dan ia harus dapat menghindari tindakan-tindakan yang buruk, salah, yang bertentangan
dengan norma-norma dalam masyarakat. Profesi pustakawan di Indonesia secara resmi diakui
berdasarkan SK MENPAN No.18/MENPAN/1988 dan diperbaharui dengan SK MENPAN
No. 33/MENPAN/1990, yang kemudian diperkuat dengan keputusan-keputusan lain yang
berkaitan dengan kewajiban dan hak sebagai profesi dan fungsional pustakawan.

26
Para ilmuwan sependapat bahwa suatu profesi merupakan pekerjaan yang memenuhi
persyaratan tertentu. Persyaratan profesi tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Pengetahuan dan keterampilan khusus.


2. Adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian.
3. Pendidikan profesi.
4. Adanya kode etik.
5. Berorientasi pada jasa.
6. Adanya tingkat kemandirian dan otoritas.
7. Internship/praktik kerja waktu mengikuti pendidikan.
8. Budaya profesi.
9. Perilaku professional/penampilan dalam berkomunikasi dengan pemustaka.
10. Standar/ketentuan umum dalam melaksanakan profesi kepustakawanan.
11. Klasifikasi keprofesionalan

Jenjang Jabatan Pustakawan dari yang terendah sampai dengan tertinggi, yaitu:

1. Asisten pustakawan, terdiri dari Asisten Pustakawan Pratama, Asisten Pustakawan


Muda, dan Asisten Pustakawan Madya.
2. Pustakawan, terdiri dari Pustakawan Pratama, Pustakawan Muda, Pustakawan Madya,
dan Pustakawan Utama.

Jenjang pangkat dan golongan ruang Asisten Pustakawan sebagai mana tersebut di atas
adalah sebagai berikut:

1. Asisten pustakawan pratama

 Pengatur muda tingkat 1 (Golongan II/b)


 Pengatur (Golongan II/c)
 Pengatur tingkat 1 (Golongan II/d)

2. Asisten pustakawan muda

 Penata muda (Golongan III/a)


 Penata muda tingkat 1 (Golongan III/b)

3. Asisten pustakawan madya

27
 Penata (Golongan III/c)
 Penata Tingkat 1 (Golongan III/d)

Jenjang pangkat dan golongan ruang pustakawan sebagai beirkut:

1. Pustakawan Pratama

 Penata Muda (Golongan III/a)


 Penata Muda Tingkat 1 (Golongan III/b)

2. Pustakawan Muda

 Penata (Golongan III/c)


 Penata Tingkat 1 (Golongan III/d)

3. Pustakawan Madya

 Pembina (Golongan IV/a)


 Pembina Tingkat 1 (Golongan IV/b)
 Pembina utama muda (Golongan IV/c)

4. Pustakawan utama

 Pembina utama madya (Golongan IV/d)


 Pembina utama (Golongan IV/e)

Dari kesebelas syarat profesi yang dikemukakan, maka hal pertama yang harus dilakukan
oleh Pustakawan dalam menjalankan sebuah profesi adalah memahami kode etik. Dengan
adanya kode etik, Pustakawan dapat memenuhi standar etika profesi, baik dalam
hubungannya dengan perpustakaan sebagai lembaga tempat bekerja, terhadap pemustaka
sebagai masyarakat yang dilayani, rekan pustakawan, antarprofesi, maupun masyarakat pada
umumnya.

B. Etika Propesi Kepustakawanan


Etika merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat praktis yang merupakan suatu
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.
Misalnya kita mempunyai etika dalam individual dan sosial . menurut (Abbas Hamami M.,
2007). Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas

28
menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.

Tujuan kode etik perpustakaan adalah agar pustakawan profesional memberikan jasa
sebaik-baiknya kepada pemustaka. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional. Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah
yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi, ketaatan itu
terbentuk dari masing-masing orang bukan karena paksaan. Dengan demikian, tenaga
profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan
yang rugi adalah dia sendiri.

Pustakawan sebagai profesi perlu memiliki sikap:

1. Komitmen untuk mengembangkan diri dalam bidang perpustakaan, dokumentasi, dan


informasi;
2. Komitmen untuk menggunakan hal-hal baru untuk menunjang tugas profesi;
3. Komitmen untuk bersikap eksperimen dan inovatif;
4. Komitmen untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa membedakan
agama, ras, golongan, suku, jabatan, maupun politik; dan
5. Komitmen untuk mematuhi kode etik pustakawan

29
BAB III

MEDIA PEMBELAJARAN

Ada beberapa media pembelajaran yang digunakan pada metode pembelajaran kali ini. Media
pembelajaran tersebut antara lain :

1. Power Point

Power Point dapat membantu guru dalam menyampaikan materi yang akan dibahas.
Melalui power point juga siswa mampu melihat, membaca, menganalisis serta memahami
materi.

2. Vidio pembelajaran

Dengan adanya vidio ini siswa dapat mempermudah siswa dalam memahami materi, dan
juga dapat menambah pengetahuan para siswa

3. Stick kayu

Karena metode yang digunakan adalah metode Talking Stick, maka stick kayu sangat
diperlukan sebagai media belajar. Sebenarnya dengan media lain pun bisa, tidak harus
dengan stick kayu seperti kotak korek api.

30
DAFTAR PUSTAKA

Gurning, Busmin & Effi Aswita. 2017. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: K-media.

HASBULLAH.1997.Dasra-dasar Ilmu Pendidikan.Jakarta:Kharisma Putra Utama Offset

http://abdulgopuroke.blogspot.co.id/2017/03/model-pembelajaran-talking-stick.html?m=1
(diakses pada 16 Februari 2017)

http://alisarjunip.blogspot.co.id/2014/06/pengertian-model-pembelajaran-team-
quiz.html?m=1(diakses pada 16 Februari 2017)

Wau, Yasaratodo, dkk.2018.Profesi Kependidikan.Medan:UNIMED PRESS

Yamin, Martinis.2004.Pengembangan Kompetensi Belajar.Jakarta:UI-Press

31

Anda mungkin juga menyukai