A. Pengertian
BBLR adalah adalah bayi baru lahir dengan berat badan < 2500 gr.
B. Etiologi
a. Berkaitan dengan bayi kurang bulan (premature):
1. Toxamia gravidarum
2. Penyakit sistemik akut pada ibu (pneumonia, pyelonefritis, typus,
appendicitis akut)
3. Kehamilan kembar
4. Tidak diketahui penyebab (50 %)
b. Berkaitan dengan KMK, ibu dengan :
1. Hypertensi
2. Preeklampsi
3. Infeksi
4. DM
5. Malnutrisi
6. Obat-obat
NB : Kulit penis bayi (berkeriput) ada ruggae (> hitam dari kulit lain)
untuk
mengatur system termoregulasi.
1. PENGKAJIAN
* Keadaan Umum :
BB < 2500 gr
PB < 45 cm
LK < 33 cm
LD < 30 cm
TD : 80/46 mmHg
Nadi : 120-160 x/menit
Pernafasan : 40 –60 x / menit
Suhu : 36,5-37 °C
Posture cenderung ekstensi
Catatan :
PB : 48 – 55 cm
LK : 33-35 cm
LD : kurang dari 2-3 cm dari LK
Setelah beberapa hari LD=LK karena ada ekspansi paru
Ubun-ubun besar : 2-3 cm
Ubun-ubun kecil 0,5 – 1 cm
Ubun-ubun berbentuk khas ‘Diamon’
Posture fleksi
2
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
3
Kolaborasi
4
DO: sesuai kebutuhan
- Kaji toleransi terhadap makanan.
- Penyimpangan berat
Observasi warna feses,
badan dari yang
konsistensi, frekuensi, adanya
diharapkan
penurunan substansi, lingkar
abdomen, muntah dan residu
lambung
5
- Pantau pemeriksaan
laboratorium: GDS, Kalsium,
Natrium, Kalium< Florida,
Fosfor, Magnesium, Nitrogen
urea darah, Kreatinin,
Osmolalitas, serum/urin,
elektrolit urine, trigliserida/
kolesterol dan fungsi hepar
- Berikan suplemen elektrolit
sesuai indikasi, misal Kalsium
Glukonat 10%
- Berikan nutrisi parenteral
4. Resiko tinggi infeksi b/d Infeksi tidak terjadi, - Cuci tangan sebelum dan
sistem imun belum aktif dengan kriteria : sesudah memeriksa bayi
- Masuk kamar bayi dengan
- Tanda-tanda vital
menggunakan pakaian khusus
dalam batas normal
ruangan bayi
- Nilai laboratorium
- Air kelembaban inkubator
dalam batas normal
harus steril dan diganti setiap
- Tidak ada tanda-tanda
24 jam
infeksi
- Inkubator harus dibersihkan
setiap 5-6 hari
- Hindari terlalu sering
memegang bayi
5. Resiko tinggi kerusakan Tidak terjadi kerusakan - Jaga kebersihan area perianal
integritas kulit b/d integritas kulit, dengan - Bersihkan area yang kotor
imaturitas struktur kulit kriteria : - Jaga kebersihan seprei bayi dan
dalam keadaan kering
- Tidak ada luka, lecet
- Minimalkan penggunaan plester
dan kemerahan pada
area kulit yang
tertekan
6. Kurang pengetahuan Pengetahuan keluarga - Kaji pemahaman orang tua tentang
6
orang tua tentang perawatan bertambah, dengan perawatan bayi
bayi b/d kurangnya kriteria : - Jelaskan pada orang tua tentang
informasi perawatan bayi Beri penjelasan
- Keluarga mampu
cara memberi ASI/PASI
memberikan
- Jelaskan pentingnya cuci tangan
perawatan pada bayi
dan kebersihan.
7
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
ASFIKSIA
D. Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir (Prawiro
Hardjo, Sarwono, 1997).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa
bernafas secara spontan dan adekuat (Wroatmodjo,1994).
E. Etiologi
Menurut pedoman Depkes RI Santoso NI, 1995. Ada beberapa faktor etiologi dan
predisposisi terjadinya asfiksiaa, antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Ibu
2. Faktor Placenta
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi tali pusat
antara janin dan jalan lahir, gemelli, IUGR, kelainan kongenital dan lain-lain.
4. Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain (Ilyas Jumiarni, 1995).
F. Patofisiologi
Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru, suatu tekanan ringan
diperlukan untuk membantu mengeluarkan cairan tersebut dari alveoli dan
alveoli mengembang untuk pertama kali. Pada kenyataannya memang
beberapa tarikan nafas yang pertama sangat diperlukan untuk mengawali dan
menjamin keberhasilan pernafasan bayi selanjutnya. Proses persalinan
normal (pervaginam) mempunyai peran yang sangat penting untuk
9
mempercepat proses keluarnya cairan yang ada dalam alveoli melalui ruang
perivaskuler dan absorbsi kedalam aliran darah atau limfe. Gangguan pada
pernafasan pada keadaan ini adalah apabila paru tidak mengembang dengan
sempurna (memadai) pada beberapa tarikan nafas yang pertama. Apnea saat
lahir, pada keadaan ini bayi tidak mampu menarik nafas yang pertama
setelah lahir oleh karena alveoli tidak mampu mengembang atau alveoli
masih berisi cairan dan gerakan pernafasan yang lemah, pada keadaan ini
janin mampu menarik nafas yang pertama akan tetapi sangat dangkal dan
tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh. keadaan tersebut bisa
terjadi pada bayi kurang bulan, asfiksia intrauterin, pengaruh obat yang
dikonsumsi ibu saat hamil, pengaruh obat-obat anesthesi pada operasi sesar.
Hipoksia janin atau bayi baru lahir sebagai akibat dari vasokonstriksi
dan penurunan perfusi pru yang berlanjut dengan asfiksia, pada awalnya
akan terjadi konstriksi Arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit sehingga
penyediaan Oksigen untuk organ vital seperti jantung dan otak akan
meningkat. Apabila askfisia berlanjut maka terjadi gangguan pada fungsi
miokard dan cardiac output. Sehingga terjadi penurunan penyediaan oksigen
pada organ vital dan saat ini akan mulai terjadi suatu “Hypoxic Ischemic
Enchephalopathy (HIE) yang akan memberikan gangguan yang menetap
pada bayi sampai dengan kematian bayi baru lahir. HIE ini pada bayi baru
lahir akan terjadi secara cepat dalam waktu 1-2 jam, bila tidak diatasi secara
cepat dan tepat (Aliyah Anna, 1997).
Pernafasan terganggu
H. Diagnosis
Asfiksia pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau hipoksia
janin. Diagnosa anoksia / hipoksia dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukan tanda-tanda gawat janin untuk menentukan bayi yang akan dilahirkan
terjadi asfiksia, maka ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatikan.
Frekuensi normal ialah 120 sampai 160 denyutan per menit, selama
his frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan
semula. Peningkatan kecepatan denyutan jantung umumnya tidak banyak
11
artinya, akan tetapi apabila frekuensinya turun sampai dibawah 100/menit,
dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
12
neurologik di kemudian hari. Ada lima tanda (sign) yang dinilai oleh Apgar,
yaitu :
(reflek)
Dari kelima tanda diatas yang paling penting bagi jantung karena
peninggian frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka. Keadaan
akan memburuk bila frekuensi tidak bertambah atau melemah walaupun
paru-paru telah berkembang. Dalam hal ini pijatan jantung harus dilakukan.
Usaha nafas adalah nomor dua. Bila apnea berlangsung lama dan ventilasi
yang dilakukan tidak berhasil maka bayi menderita depresi hebat yang
diikuti asidosis metabolik yang hebat. Sedang ketiga tanda lain tergantung
dari dua tanda penting tersebut.
13
Ada 3 derajat Asfiksiaa dari hasil Apgar diatas yaitu :
Bayi dalam keadaan baik sekali. Tonus otot baik, seluruh tubuh kemerah-
merahan. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
Pada pemeriksaan fisik akan dilihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali
permenit, tonus otot kurang baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
permenit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek
5) Pelaksanaan Resusitasi
Segera setelah bayi baru lahir perlu diidentifikasi atau dikenal secara
cepat supaya bisa dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau tidak.
Tindakan ini merupakan langkah awal resusitas bayi baru lahir. Tujuannya
supaya intervensi yang diberikan bisa dilaksanakan secara tepat dan cepat
(tidak terlambat).
2. Metode :
14
Apabila cairan/lendir terdapat bar dalam mulut, sebaiknya kepala bayi
dimiringkan supaya lendir berkumpul di mulut (tidak berkumpul di farings
bagian belakang) sehingga mudah disingkirkan.
Apabila air ketuban tidak bercampur mekonium hisap cairan dari mulut dan
hidung, mulut dilakukan terlebih dahulu kemudian hidung.
Apabila air ketuban tercampur mekonium, hanya hisap cairan dari trakea,
sebaiknya menggunakan alat pipa endotrakel (pipa ET).
Urutan kedua metode membuka jalan nafas ini bisa dibalik, penghisapan
terlebih dahulu baru meletakkan bayi dalam posisi yang benar, pembersihan
jalan nafas pada semua bayi yang sudah mengeluarkan mekoneum, segera
setelah lahir (sebelum baru dilahirkan) dilakukan dengan menggunakan
keteter penghisap no 8 F atau lebih. Cara pembersihannya dengan
menghisap mulut, farings dan hidung.
2. Metode
Untuk bayi sangat kecil (berat badan kurang dari 1500 gram) atau apabila
suhu ruangan sangat dingin dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastik
tipis yang tembus pandang.
15
8) Pemberian Tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
2. Metode :
16
12) Apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan
mengurangi meremas balon. Apabila dada kurang berkembang,
mungkin disebabkan oleh salah satu sebab berikut :
17
Ventilasi Biokemial
Beri rangsangan taktil dengan tepukan pada telapak kaki, maksimum 15-
30 detik.
Bila belum berhasil, beri O2 dengan atau tanpa corong (lebih baik O2
yang dihangatkan).
Skor apgar 4-6 dengan detik jantung kurang dari 100 kali permenit
lakukan bag dan mask ventilation dan pijat jantung.
Bersihkan jalan nafas dengan kateter dari lubang hidung dahulu (karena
bayi adalah bernafas dengan hidung) sambil melihat adakah atresia
choane, kemudian mulut, jangan terlalu dalam hanya sampai fasofaring.
Kecuali pada bayi asfiksia dengan ketuban mengandung mekonium,
suction dilakukan dari mulut kemudian hidung karena untuk menghindari
aspirasi paru.
18
11) Komplikasi
Sembab Otak
Pendarahan Otak
Hyperbilirubinemia
12) Prognosa
I. PENGKAJIAN
1. Keadaan umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus
yang baik.
2. Tanda-tanda Vital
19
hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C –
37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara
40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum
teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
3. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanogo dan verniks.
4. Kepala
5. Mata
6. Hidung
7. Mulut
8. Telinga
9. Leher
20
10. Thorax
11. Abdomen
12. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat.
13. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor
dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
14. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
15. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
16. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan
Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
21
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Jalan nafas tidak efektif Jalan nafas efektif, dengan - Kaji frekwensi dan pola pernafasan
berhubungan dengan : kriteria hasil : - Auskultasi bagian dada anterior dan
posterior untuk mengetahui penurunan
-penurunan energi/ keletihan - tidak ada sumbatan di
atau tidak adanya ventilasi
jalan nafas.
- sekresi trakeabronchial - Lakukan pengisapan jalan nafas
- Berikan rangsang táctil segera bila
Ditandai dengan:
terjadi apneu
DO: - Tempatkan bayi pada matras
bergelombang dengan pengaturan
- Dispnea
suhu yang tepat
- Takipnea
- Pernafasan cuping hidung
Kolaborasi:
- Sianosis
- Kolaborasi dengan fisioterapi sesuai
- AGD abnormal
kebutuhan
- Pemberian oksigen sesuai instruksi
dan indikasi
- Pantau pemeriksaan laborat, AGD
- Pemberian terapi sesuai instruksi
2. Pola nafas tidak efektif Pola pernafasan efektif - Kaji frekwensi dan pola pernafasan
berhubungan dengan : dengan kriteria: - Auskultasi bagian dada anterior dan
posterior untuk mengetahui penurunan
- Kelemahan - RR dalam batas normal
atau tidak adanya ventilasi
- Bayi dapat bernafas
- Fungsi paru imatur - Lakukan pengisapan jalan nafas
spontan tanpa alat bantu
- Berikan rangsang táctil segera bila
-Ketergantungan pada pernafasan
terjadi apneu
ventilator
- Tempatkan bayi pada matras
Ditandai dengan: bergelombang
Kolaborasi:
DO:
- Kolaborasi dengan fisioterapi sesuai
- Pernafasan cepat
kebutuhan
- Terpasang ventilator
- Pemberian oksigen sesuai instruksi
- Pernafasan cuping hidung,
dan indikasi
sianosis
- Pantau pemeriksaan laborat, AGD
- Ada periode apneu
- Pemberian terapi sesuai instruksi
22
3. Resiko tinggi terjadi aspirasi Setelah dilakukan Asuhan - Periksa residu lambung sebelum
berhubungan dengan: keperawatan , diharapkan pemberian makanan
Aspirasi tidak terjadi - Pantau tanda-tanda aspirasi selama
proses pemberian makan
- Peningkatan sekresi jalan
nafas - Cek posisi slang NGT sebelum
pemberian makan atau obat
- Terpasang slang NGT
- Pantau tingkat kesadaran, reflek batuk
- Penurunan tingkat kesadaran dan kemampuan menelan
- Sediakan suction
Ditandai dengan:
Kolaborasi
- terpasang slang NGT
- Kolaborasi dengan fisioterapist
23
DAFTAR PUSTAKA
24
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN MECONIUM ASPIRATION SYNDROME
A. Pengertian
Aspirasi dari cairan amnion yang berisi mekonium pada trakhea janin atau
bayi baru lahir saat di dalam uterus atau saat bernafas pertamakali.
B. Etiologi
Asfiksia fetal
Prolonged labour
C. Patofisiologi
Sindroma ini biasanya terjadi pada infant full-term. Mekonium ditemukan
pada cairan amnion dari 10% dari keseluruhan neonatus, mengindikasikan
beberapa tingkatan aspiksia dalam kandungan. Aspiksia mengakibatkan
peningkatan peristaltik intestinal karena kurangnya oksigenasi aliran darah
membuat relaksasi otot spincter anal sehingga mekonium keluar. Mekonium
tersebut terhisap saat janin dalam kandungan.
a. Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau
partial dan vasospasme pulmonary. Partikel garam dalam mekonium
bekerja seperti detergen, mengakibatkan luka bakar kimia pada
jaringan paru. Jika kondisi berkelanjutan akan terjadi pneumothoraks,
hipertensi pulmonal persisten dan pneumonia karena bakteri.
b. Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam
beberapa hari, tetapi angka kematian mencapai 28% dari seluruh
kejadian. Prognosis tergantung dari jumlah mekonium yang
teraspirasi, derajat infiltrasi paru dan tindakan suctioning yang cukup.
Suctioning termasuk aspirasi dari nasofaring selama kelahiran dan
juga suctioning langsung pada trachea melalui selang endotracheal
setelah kelahiran jika mekonium ditemukan.
c. Perencanaan berikut difokuskan pada perawatan infant yang
mengalami aspirasi mekonium dan yang berresiko mengalami
komplikasi pulmonary.
PENANGANAN
I. PENGKAJIAN FISIK
Riwayat antenatal ibu
Stress intra uteri
Pulmonarry
Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x
pernafasan per menit), grunting, retraksi, dan nasal flaring
Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah
mekonium dalam paru
Cyanosis
Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero
posterior (AP)
Pengkajian Behavioral
Disminished activity
Study Diagnostik
Rontqen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan diameter
antero posterior, hiperinflation, flatened diaphragma dan terdapatnya
pneumothorax
Data Laboratorium
Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau respiratorik
dengan penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2
26
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Resiko injuri Tidak terjadi injuri - Kaji status nafas tiap jam
pneumothorak b/d pneumothorak - Kolaborasi dengan dokter untuk
peningkatan tekanan terapi O2
dalam paru - Lakukan ventilasi tekanan positif
27
dengabn hati-hati
- Kolaborasi dengan dokter untuk
terapi O2 , rontgen thorak,
pemasangan WSD
- Monitor saturasi O2
5. Cemas b/d perawatan Cemas pada orang tua - Kaji perasaan keluarga serta
bayi yang lama berkurang, dengan koping yang digunakan
kriteria : - Bantu keluarga untuk
mengungkapkan pikirannya
- Ekspresi tenang
- Berikan informasi tentang
- Keluarga mengatakan
kondisi bayi
cemas berkurang
- Beri kesempatan pada orang tua
untuk melihat dan menyentuh
bayi
28
DAFTAR PUSTAKA
Melson, Kathryn A. & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Palnning,
Second Edition, Springhouse Corporation, Springhouse, 1994
Wong, Donna L., Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth Edition, Mosby
Year Book Inc, Missouri 1996.
29
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN PREMATUR
A. Pengertian
Bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37 minggu atau kurang saat kelahiran
disebut dengan bayi prematur. Walaupun kecil, bayi prematur ukurannya
sesuai dengan masa kehamilan tetapi perkembangan intrauterin yang belum
sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat post natal. Bayi baru lahir
yang mempunyai berat 2500 gram atau kurang dengan umur kehamilan lebih
dari 37 minggu disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda dengan
prematur, walaupun 75% dari neonatus yang mempunyai berat dibawah 2500
gram lahir prematur.
B. Etiologi
Permasalahan pada ibu saat kehamilan :
I.PENGKAJIAN
* Keadaan Umum :
BB < 2500 gr
PB < 45 cm
LK < 33 cm
LD < 30 cm
TD : 80/46 mmHg
Nadi : 120-160 x/menit
Pernafasan : 40 –60 x / menit
Suhu : 36,5-37 °C
Posture cenderung ekstensi
SISTEM PERNAFASAN :
Distress pernafasan
Pernafasan cuping hidup (PCH)
Pe frekuensi nafas
Sianosis
Apnoe
Takipnoe
Retraksi dada
SISTEM KARDIOVASKULER
bradikardi
Nadi perifer dan perfusi jaringan menurun
SISTEM GASTROINTESTINAL
Distensi
Konstipasi
31
Muntah
Glukosa pada feses
GINJAL
Gula, protein, asam amino dan garam
SISTEM INTEGUMEN
Perubahan warna kulit
Perubahan tekstur kulit (tipis, transparan, kuning)
Hipotermi/hipertermi
SISTEM IMUN
- Immatur (bayi premature)
II.DIAGNOSA KEPERAWATAN
32
dengan: distress pernafasan (mis;
takipnea, pernafasan
DO :
cuping hidung, mengorok,
- Hiperkapnea retraksi, ronki atau
- Hipoksia krekels)
- Takipnea - Hisap hidung dan
- Sianosis orofaring dengan hati-hati
sesuai kebutuhan
- Observasi intake output,
timbang berat badan
sesuai indikasi
- Tingkatkan istirahat,
minimalkan rangsangan
dan penggunaan energi
- Observasi tanda dan
lokasi sianosis
- Kolaborasi pemeriksaan
AGD, Hb, Ht
- Beri oksigen sesuai
instruksi, pantau jumlah
pemberian oksigen dan
durasi pemberian
- Berikan makan dengan
NGT sesuai instruksi
- Berikan obat-obatan
sesuai indikasi dan
instruksi
2. Pola nafas tidak efektif pola nafas menjadi - kaji frekwensi dan pola
b/d dengan : efektif dengan kriteria nafas
- Immaturitas pusat hasil : - suction jalan nafas sesuai
pernafasan dengan instruksi
- membran mukosa
- Keterbatasan - kaji riwayat ibu terhadap
merah muda
perkembangan otot obat-obatan yang dapat
- frekwensi jantung
- Penurunan energi/ memperberat depresi
dalam batas normal
kelelahan pernafasan
- Depresi berhubungan - Atur posisi bayi
33
dengan obat hiperekstensi
- Ketidakseimbangan - Pertahankan suhu tubuh
metabolik - Berikan rangsang taktil
Ditandai dengan segera
- Tempatkan bayi pada
DO:
matras bergelombang
- Dispnea, Takhipneu Kolaborasi :
- Takhikardi
- pemeriksaan laboratorium
- Pernafasan cuping
- berikan oksigen sesuai
hidung
indikasi
- Sianosis
- berikan terapi sesuai
- AGD abnormal
instruksi.
3. resiko tinggi Mempertahankan suhu - observasi suhu secara
perubahan suhu tubuh tubuh normal dengan teratur, bila perlu setiap
b/d kriteria hasil : 15 menit.
- perkembangan SSP - Tempatkan bayi pada
- suhu 35, 5oC -
imatur penghangat / inkubator
37,3oC
- penurunan lemak - Gunakan buli- buli
- acral hangat
subkutan hangat jika perlu
.
- keterbatasan simpanan - Gunakan lampu pemanas
lemak - Ganti pakaian bila basah
- ketidak mampuan dan beri pakaianyang
merasakan dingin atau nyaman.
berkeringatan - Pantau sistem pengatur
- cadangan metabolik suhu ( inkubator).
buruk - Observasi adanya
DO : takipnea atuau apnea.
- Observasi berat badan
- hipotermia
- Observasi intake dan
- acral dingin
output.
- sianosis
- Evaluasi sumber
- ekstremitas fleksi
eksternal.
- menggigil
Kolaborasi :
pantau pemeriksaan
34
laboratorium.
- Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi: Ht,Ca serum,Ma
serum,Ka serum
- Berikan cairan parenteral
sesuai instruksi
5. Resiko tinggi terhadap Tidak terjadi kerusakan - Kaji upaya pernafasan,
kerusakan sistem saraf pada sistem saraf pusat monitor adanya sianosis
pusat b/d: dengan kriteria hasil:
- Hipoksia jaringan
- Bebas dari kejang
- Ketidakseimbangan - Observasi adanya letargi,
dan tanda-tanda
metabolik hipotoni, mketegangan
kerusakan SSP
fontanel, mata terbalik
- Mempertahankan
(Aktivitas kejang)
haemostasis
- Ukur lingkar kepala
dibuktikan oleh
- Kaji warna kulit,
AGD, GDS,
35
elektrolit dan observasi adanya ikterik
bilirubin Kolaborasi
- Pemberian makanan
dimulai dengan air steril,
glukosa, ASI dengan tepat
- Beri ASI sesering
mungkin sesuai indikasi
dan perkiraan kapasitas
36
lambung
- Memberikan makanan
parenteral sesuai instruksi
dokter
- Pantau pemeriksaan
laboratorium, glukosa,
serum elektrolit, protein
total
A. Pengertian
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).
B. Etiologi
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu badan
yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf
pusat misalnya : tonsilitis ostitis media akut, bronchitis, dll
C. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+)
dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali
ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka
terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi
dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
37
natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang
demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
1. Umur bayi atau anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
2. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesuda suhu
normal tidak menunjukkan kelainan
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali
38
II. DIAGNOSA KEPERAATAN
DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
39
lengkap
4. Resiko tinggi kejang Tidak terjadi kejang - Motivasi keluarga/ orang tua bila
berulang b/d riwayat berulang anak panas agar segera diberi
kejang, ditandai kompres hangat dan obat penurun
Kriteria hasil:
dengan: panas yang aman
DO: - Kejang tidak terjadi - Observasi tubuh tiap 4 jam sekali
- Kesadaran compos - Anjurkan pada keluarga untuk
Pasien terdapat
mentis selalu punya persediaan obat
riwayat kejang
penurun panas dan anti kejang
suppositoria sesuai program
dokter
5. Resiko tinggi terjadi Kerusakan integritas kulit - Rubah posisi tidur , miring
kerusakan integritas tidak terjadi selama kiri/kanan setiap 2 jam sekali
kulit b/d imobilisasi perawatan, dengan - Jaga kebersihan inkubator
dan aktifitas menurun, kriteria: - Beri pelembab pada area yang
ditandai dengan: tertekan
- Tidak ada tanda-tanda
DO:
kulit merah
-Pasien bedrest - Kulit tampak merah
- Kelembaban positif
40
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.D (1997), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th.
Edition, Lippincott, Philadelpia, New York.
Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book,
Philadelpia.
Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 th Edition,
Mosby Year Book, Philadelpia.
41
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERBILLIRUBIN
1. PENGERTIAN
Terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang ditandai dengan adanya joundice or
icterus. Atau Keadaan klinis dimana ditemukannya warna kuning pada kulit dan
mukosa yang disebabkan oleh pigmen empedu.
2. ETIOLOGI
1. Peningkatan produksi :
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus
dan ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta) , diol (steroid).
Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar
Bilirubin Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksion yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi
, Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
42
3. PATOFISIOLOGI
Destruksi SDM
Kejaringan
- Glukoronic acid
Konyugasi bilirubin
Glukoronicle
Empedu
Bilirubin Urobilinogens
43
4. PENATALAKSANAAN MEDIS
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek
dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi,
Transfusi Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
1) Fototherapi
44
2) Tranfusi Pengganti
3) Therapi Obat
45
Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.
I . PENGKAJIAN
Observasi tanda-tanda joundice secara teratur
Joundice dipastikan dengan observasi warna kulit bayi head to toe, warna
sklera dan membran mukosa
Tekanan langsung pada kulit terutama pada tulang yang menonjol seperti
pada tulang hidung/sternum,
Untuk kulit bayi yang hitam warna sklera, konjungtiva dan mukosa oral.
Observasi sebaiknya dilakukan pada siang hari warna natural.
1. Resiko tinggi cedera - Kadar bilirubin - Cek golongan darah ibu dan bayi
internal b/d indirek di bawah - Tinjau catatan intrapartum
- Prematuritas 12mg/dl terhadap factor resiko yang
- Penyakit hemolitik - Ikterik teratasi khusus seperti BBLR,
- Asfiksia prematuritas, proses metabolik
- Asidosis abnormal, cedera vaskular,
- Hipoproteinemi sirkulasi abnormal, sepsis atau
- Hipoglikemia polisitemia
46
hipoglikemia
- Evaluasi tingkat nutrisi ibu dan
bayi, perhatikan adanya
kemungkinan hipoproteinemi
neonatus, khususnya pada bayi
praterm
- Observasi sklera, mukosa oral
dan bagian tubuh yang ikterik
- Evaluasi bayi terhadap pucat,
edema atau hepatomegali
- Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium; bilirubin direk dan
indirek, tes Coombs, Hb, Ht,
Protein, Ferrum Total
- Berikan fototerapi sesuai
program
- Antipasi kebutuhan trasfusi tukar
2. Resiko tinggi cedera - Suhu tubuh dan - Perhatikan adanya/
karena tindakan keseimbangan cairan perkembangan bilier atau
fototerapi berhubungan dalam batas normal obstruksi usus
dengan sifat fisik dari - Bebas dari cedera - Ukur kuantitas fotoenergi bola
intervensi terapetik atau kulit atau jaringan lampu fluoresen ( Sinar putih
efek mekanisme regulasi - Kadar bilirubin serum atau biru ) dengan menggunakan
tubuh, ditandai dengan: turun fotometer
DO: - Dokumentasikan tipe lampu
fluoresen, jumlah jam total sejak
- Pasien mendapat terapi
bola lampu ditempatkan, dan
fototerapi
pengukuran jarak antara
permukaan lampu dan bayi
- Berikan penutup mata; saat
pemberian makan penutup
dibuka, pantau posisi penutup
mata
- Tutup testis dan penis bayi pria
- Pantau kulit dan suhu tiap 2 jam,
atur suhu inkubator dengan tepat
47
- Ubah posisi bayi tiap 2 jam
- Observasi intake output
- Timbang berat badan setiap 12
jam sekali
- Perhatikan tanda-tanda dehidrasi
(mis.; penurunan pengeluaran
urine, fontanel cekung, kulit
hangat atau kering dengan turgor
buruk, dan mata cekung
- Tingkatkan masukan cairan
peroral sedikitnya 25%
- Perhatikan warna dan frekuensi
defekasi dan urine
- Setelah defekasi cuci area
perianal dengan hati-hati,
observasi adanya iritasi kulit
- Bawa bayi pada orang tua untuk
pemberian ASI. Anjurkan
membelai, menimang, kontak
mata dan bicara pada bayi
selama pemberian ASI
- Perhatikan perubahan perilaku
atau tanda-tanda kelainan (mis.;n
letargi, hipotonia, hipertonisitas,
atau tanda-tanda ekstra
piramidal)
- Pantau kulit dan urine,
perhatikan warna hitam
kecoklatan
Kolaborasi:
- Pemeriksaan laboratorium:
bilirubin, Hb, trombosit, Sel
Darah Putih
48
sesuai indikasi
- Berikan terapi sesuai dengan
instruksi dokter
3. Kurangnya volume Tidak terjadi kekurangan - Pertahankan intake cairan
cairan b/d hilangnya air volume cairan, dengan - Berikan minuman sesuai jadual
(IWL) sekunder dari kriteria : - Monitor intake output
fototerapi, ditandai : - Berikan terapi infus sesuai
- Turgor baik (2-3)
DO : - Turgor jelek program
- Urine output
- membran mukosa - Kaji tanda dehidrasi
- Membran mucosa
kering - Monitor temperatur setiap 2 jam
lembab
49
DAFTAR PUSTAKA
Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby Year Book,
Philadelpia.
Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 th Edition,
Mosby Year Book, Philadelpia.
50
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN SEPSIS
A. Pengertian
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan
penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering
terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih
sering menyerang bayi laki-laki.
Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir,
tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah lahir.
Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh
infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
Pembagian Sepsis:
B. Etiologi
Perdarahan
Demam yang terjadi pada ibu
Infeksi pada uterus atau plasenta
51
Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
Proses kelahiran yang lama dan sulit
D. Faktor Risiko
1. Sepsis Dini
2. Sepsis Nosokomial
E. Pencegahan
F. Prognosis
25% bayi meninggal walaupun telah diberikan antibiotik dan perawatan intensif.
I. Pengkajian :
53
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya pola Pola nafas efektif, dengan kriteria - Observasi tanda-
nafas b/d ekspansi : tanda vital
paru inadekuat - Rawat bayi dalam
- Tanda-tanda vital dalam batas
lingkungan termal
normal
netral
- Kaji suara nafas
dan usaha
- Status nafas tidak
bernafas bayi
menggunakan otot tambahan,
- Kolaborasi
NCH
pemberian
oksigen
- Monitor AGD
- Kaji adanya
gangguan nafas
lebih lanjut :
sianosis, retraksi,
NCH
2) Gangguan pertukaran Pertukaran gas efektif - Kaji adanya tanda
gas (difusi) b/d gangguan
pneumonitis pernafasan lebih
sekunder lanjut : sesak,
retraksi, merintih
- Kolaborasi
pemberian
oksigen
- Monitor saturasi
oksigen
- Jaga
hiperoksigenasi
dengan monitor
AGD
54
3. Perubahan cairan dan Cairan dan elektrolit terpenuhi - Ukur intake dan
elektrolit b/d output output
berlebihan, ditandai : - Kolaborasi
DO : - Muntah, pemberian terapi
diare, IVFD dan
sepsis, syok elektrolit
- Kaji adanya syok
septol : nadi
lemah, hipotensi,
akral dingin
- Kaji status hidrasi
: turgor, perfusi
perifer dan
penurunan BB
4. Perubahan Suhu tubuh normal - Rawat bayi dalam
termoregulasi lingkungan termal
hipotermi/hipertermi neutral
b/d masuknya - Observasi suhu
mikroorganisme tiap 2-4 jam
dalam aliran darah - Perhatikan suhu
ruangan
- Berikan cairan
secara adekuat
- Berikan kompres
tepid sponge
(seka dengan air
biasa)
- Kaji faktor resiko
yang
menyebabkan
peningkatan suhu
- Kolaborasi
dengan dokter
pemberian terapi
antipiretik
55
5. Perubahan Suhu tubuh normal - Rawat bayi dalam
termoregulasi lingkungan termal
hipotermi/hipertermi neutral
b/d masuknya - Observasi suhu
mikroorganisme tiap 2-4 jam
dalam aliran darah - Perhatikan suhu
ruangan
- Berikan cairan
secara adekuat
- Berikan kompres
tepid sponge
(seka dengan air
biasa)
- Kaji faktor resiko
yang
menyebabkan
peningkatan suhu
- Kolaborasi
dengan dokter
pemberian terapi
antipiretik
6. Cemas b/d perawatan Cemas pada orang tua berkurang, - Kaji perasaan
bayi yang lama dengan kriteria : keluarga serta
koping yang
- Ekspresi tenang
digunakan
- Keluarga
- Bantu keluarga
mengatakan cemas
untuk
berkurang
mengungkapkan
pikirannya
- Berikan informasi
tentang kondisi
bayi
- Beri desempatan
pada orang tua
untuk melihat dan
menyentuh bayi
56
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN BRONKOPNEUMONIA
A. Pengertian.
Bronkopneumonia menurut Ngastiyah, 1997 dan Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Dr. Soetomo, 1994 merupakan salah satu pembagian dari pneumonia
menurut dasar anatomis. Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda
asing (Ngastiyah, 1997). Menurut Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.
Soetomo, 1994 pneumonia adalah radang pada parenkim paru.
B. Etiologi.
1. Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada
anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak dan
bersifat progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis,
Mikoplasma pneumonia.
2. Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori
sinsisial.
3. Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
4. Protozoa : Pneumokistis karinii.
5. Bahan kimia :
a. Aspirasi makanan/susu/isi lambung
b. Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).
C. Gambaran Klinik
Mendadak panas tinggi, nyeri kepala/dada (anak besar), batuk, sesak,
takipnea, napas cuping hidung, sianosis, kaku kuduk, distensi perut.
D. Penatalaksanaan.
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita
yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis
antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman
penyebab.
57
1. Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Streptokokus
pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada umumnya tidak
dapat diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai :
Kombinasi :
Atau kombinasi :
Atau kombinasi :
Kombinasi :
Atau kombinasi :
58
4. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya
alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan reevaluasi
apakah perlu dipilih antibiotic lain.
a. Postural drainase.
b. Fisioterapi dengan menepuk-nepuk.
I. Pengkajian keperawatan.
1. Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia
berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu
daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada
paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang
disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
59
c. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian
atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai
39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
g. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
3. Pemeriksaan persistem.
a. Sistem kardiovaskuler: Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.: Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit
bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk
produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak
teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah
terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan
anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c. Sistem pencernaan. : Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan
menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama,
mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan
personde.
60
d. Sistem eliminasi. : Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua
mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi
dehidrasi (ringan sampai berat).
e. Sistem saraf. : Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis
terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal. : Tonus otot menurun, lemah secara
umum,
g. Sistem endokrin. : Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen. : Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis,
pucat, akral hangat, kulit kering, .
i. Sistem penginderaan. : Tidak ada kelainan.
61
Masalah pemenuhan kebutuhan dasar (pohon masalah).
ISPA
Daya tahan tubuh menurun
Penyakit menahun
Aspirasi
Dyspnea, malas
minum, berat badan
Gangguan pertukaran gas
menurun Penumpukan mukus
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
62
II. Diagnosa keperawatan.
DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Jalan nafas tidak efektif Jalan nafas efektif, dengan - Kaji frekwensi dan pola pernafasan
berhubungan dengan : kriteria hasil : - Auskultasi bagian dada anterior dan
posterior untuk mengetahui penurunan
-penurunan energi/ keletihan - tidak ada sumbatan di
atau tidak adanya ventilasi
jalan nafas.
- sekresi trakeabronchial - Lakukan pengisapan jalan nafas
- Berikan rangsang táctil segera bila
Ditandai dengan:
terjadi apneu
DO: - Tempatkan bayi pada matras
bergelombang dengan pengaturan
- Dispnea
suhu yang tepat
- Takipnea
- Pernafasan cuping hidung
Kolaborasi:
- Sianosis
- Kolaborasi dengan fisioterapi sesuai
- AGD abnormal
kebutuhan
- Pemberian oksigen sesuai instruksi
dan indikasi
- Pantau pemeriksaan laborat, AGD
- Pemberian terapi sesuai instruksi
2. Gangguan pertukaran Pertukaran gas efektif - Kaji adanya tanda gangguan
gas (difusi) b/d pernafasan lebih lanjut : sesak,
pneumonitis sekunder retraksi, merintih
- Kolaborasi pemberian oksigen
- Monitor saturasi oksigen
- Jaga hiperoksigenasi dengan
monitor AGD
3. Perubahan Suhu tubuh normal - Rawat bayi dalam lingkungan
termoregulasi termal neutral
hipotermi/hipertermi - Observasi suhu tiap 2-4 jam
b/d masuknya - Perhatikan suhu ruangan dan suhu
mikroorganisme dalam inkobator
aliran darah - Berikan cairan secara adekuat
- Kaji faktor resiko yang
menyebabkan peningkatan suhu
63
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian terapi antipiretik
4. Perubahan cairan dan Cairan dan elektrolit - Ukur intake dan output
elektrolit b/d output terpenuhi - Kolaborasi pemberian terapi IVFD
berlebihan, ditandai : dan elektrolit
DO : - Muntah, diare, - Kaji adanya syok septol : nadi
sepsis, syok lemah, hipotensi, akral dingin
- Kaji status hidrasi : turgor, perfusi
perifer dan penurunan BB
5. Gangguan dalam pemberian Pemberian asi tidak - Pantau kemampuan bayi untuk
asi berhubungan dengan : terganggu, dengan kriteria menghisap
- prematur hasil : - Observasi teknik menyusui yang
- bayi yang sakit benar
- pemberian asi adekuat
- Menyusui dengan teratur bila kondisi
bayi memungkinkan
- Anjurkan ibu untuk tidak membatasi
bayi pada waktu menghisap
- Kaji pola eliminasi bayi
64
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan
padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare
adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan
mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
2. ETIOLOGI
65
3. PATOFISIOLOGI
KH,Lemak,Protein
Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemas
usus
menyerap makanan
DIARE
berlebihan perianal
Gangg. Tumbang
66
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman
enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak
usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
67
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
b. Perkembangan
o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
68
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada
diri anak.
o Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan
bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
69
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam
), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive
respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
A. Rehidrasi
1. jenis cairan
1) Cara rehidrasi oral
o Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali, pedyalit
setiap kali diare.
o Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2) Cara parenteral
o Cairan I : RL dan NS
o Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
o HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3
70
bulan.
2. Jalan pemberian
1) Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2) Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
1) Defisit ( derajat dehidrasi)
2) Kehilangan sesaat (concurrent less)
3) Rumatan (maintenance).
4. Jadwal / kecepatan cairan
1) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya
kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
o BB (kg) x 50 cc
o BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
B. Terapi
1. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
72
- Bila kesadaran compos mentis,
berikan cairan secara adekuat
- Usahakan lingkungan yang
nyaman dan tenang dengan
memperhatikan suhu ruangan
- Jelaskan pada orang tua efek dari
suhu tinggi
- Kolaborasi dalam pemberian anti
piretik dan pemeriksaan darah
lengkap
4. Resiko tinggi Kerusakan integritas kulit - Rubah posisi tidur , miring
terjadi kerusakan tidak terjadi selama kiri/kanan setiap 2 jam sekali
integritas kulit b/d perawatan, dengan - Ganti popok setiap bayi BAB
imobilisasi dan kriteria: atau BAK
aktifitas menurun, - Jaga kebersihan inkubator
- Tidak ada tanda-tanda
ditandai dengan: - Beri pelembab pada area yang
kulit merah
DO: tertekan dan area anal..
- Kulit tampak merah
-Pasien bedrest - Kelembaban positif
- Pasien Diare
73
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
(NECROTIZING ENTEROCOLITIS)
1. Pengertian
NEC adalah salah satu penyakit yang dapat mengenai bayi prematur dalam minggu-
minggu pertama kehidupan. “Necrotizing” berarti jaringan yang mati, “entero” merujuk
ke usus halus, “colo” merujuk kepada usus besar, dan “itis” berarti peradangan.
NEC melibatkan infeksi dan peradangan yang menyebabkan kerusakan usus atau bagian
dari usus. NEC mengenai satu dari 2.000-4.000 kelahiran atau antara 1-5% kasus di
NICU (unit perawatan intensif bayi baru lahir).
NEC biasa terjadi dalam 2 minggu usia bayi, setelah pemberian susu dimulai. Sekitar
10% bayi berat <1.500 gram mengalami NEC. Bayi prematur memiliki usus yang belum
berfungsi sempurna yang sensitif terhadap perubahan aliran darah dan rentan terhadap
infeksi. Bayi prematur dapat mengalami kesulitan dengan sirkulasi darah, oksigen dan
pencernaan sehingga meningkatkan kemungkinan mengalami NEC.
2. Penyebab
Penyebab pasti NEC tidak diketahui, tetapi beberapa teori berusaha menjelaskan.
Kemungkinan dipikirkan jaringan usus bayi prematur masih lemah dengan sedikitnya
aliran darah dan oksigen dan saat proses pencernaan dimulai, makanan bergerak
sepanjang usus, bakteri yang normal berada di usus dapat masuk dan merusak dinding
jaringan usus. Kerusakan usus yang terjadi dapat mempengaruhi sedikit bagian dari usus
atau dapat semakin berat dan melibatkan bagian usus lebih luas.
Bayi tidak dapat untuk melanjutkan proses makan (susu) dan tampak sakit bila bakteri
terus menyebar sepanjang dinding usus dan kadangkala masuk ke aliran darah. Dalam
kasus NEC yang berat dapat terjadi lubang di usus (perforasi) yang membuat bakteri
74
keluar dari usus dan dapat menginfeksi rongga perut. Karena sistem kekebalan tubuh bayi
yang belum matang maka dengan pengobatan yang cepat pun NEC dapat mengakibatkan
komplikasi yang serius. Menurut ahli faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko NEC
adalah pembuatan formula, kecepatan pemberian formula atau belum matangnya
membran mukosa dari usus. Bayi dengan ASI eksklusif juga dapat mengalami NEC tetapi
dengan risiko lebih rendah. Teori lainnya adalah bayi yang mengalami kesulitan dalam
proses kelahiran dengan gangguan suplai darah dan oksigen ke saluran cerna dan NEC
dapat terjadi. Bayi dengan jumlah sel darah merah di atas normal (polycytemia) memiliki
risiko lebih tinggi untuk terkena NEC. Sel darah merah yang terlalu banyak menyebabkan
darah mengental dan mengurangi suplai oksigen ke usus
75
4. Diagnosis dan tatalaksana
Diagnosis NEC biasanya dikonfirmasi dengan adanya pola gas yang abnormal dalam
usus dari pemeriksaan rontgen. Gambaran “bubbly” dari gas di dinding usus, vena besar
di hati, atau adanya udara di luar usus dalam rongga perut.
Sebagian besar bayi dengan NEC ditatalaksana secara medis dan gejala menghilang tanpa
pembedahan. Tatalaksana mencakup :
• puasa
Selang hidung-lambung untuk mengeluarkan udara dan cairan dari usus dan lambung
Cairan melalui infus untuk memberikan cairan dan nutrisi
Antibiotik untuk infeksi
Pemeriksaan berkala dan foto rontgen perut
Ukuran lingkar perut bayi diperiksa dan diperhatikan seksama, pemeriksaan darah berkala
juga dilakuka untuk menentukan ada atau tidak bakteri. Tinja diperiksa untuk
menentukan ada darah atau tidak. Jika perut membesar dan mengganggu proses
pernapasan maka oksigen tambahan atau alat bantuan pernapasan (ventilator) dapat
digunakan.
Jika bayi memberikan respon perbaikan maka bayi dapat kembali diberikan makanan
(susu) dalam 72 jam, meskipun dalam banyak kasus pemberian makan ditunda dan
antibiotik diberikan untuk7-10 hari. Jika terdapat lubang pada usus (perforasi) maka
pembedahan dilakukan.
Sebagian besar bayi yang mengalami NEC dapat pulih dan tidak mengalami gangguan
dalam pencernaan. Pada beberapa kasus, jaringan parut dan penyempitan usus dapat
terjadi dan menyebabkan komplikasi. Masalah lain dapat berupa gangguan penyerapan
zat makanan, hal ini sering terjadi pada bayi yang mengalami pembedahan karena NEC
dan ada bagian usus yang dipotong.
76
DIAGNOSA KEPERAWATAN
77
suhu tinggi
- Kolaborasi dalam pemberian anti
piretik dan pemeriksaan darah
lengkap
4. Resiko tinggi Kerusakan integritas kulit - Rubah posisi tidur , miring
terjadi kerusakan tidak terjadi selama kiri/kanan setiap 2 jam sekali
integritas kulit b/d perawatan, dengan - Ganti popok setiap bayi BAB
imobilisasi dan kriteria: atau BAK
aktifitas menurun, - Jaga kebersihan inkubator
- Tidak ada tanda-tanda
ditandai dengan: - Beri pelembab pada area yang
kulit merah
DO: tertekan
- Kulit tampak merah
-Pasien bedrest - Kelembaban positif
78