Pedoman Predent Ok RPL
Pedoman Predent Ok RPL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, diperlukan peningkatan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh, merata, terpadu dan bermutu. Upaya kesehatan yang dilakukan
oleh pemerintah adalah dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral
dari kesehatan umum. hal ini menuntut pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
secara profesional dan komprehensif. Dalam proses belajar selama pendidikan, khususnya
proses pembelajaran klinik, peserta didik mendapat pengalaman melatih keterampilan dalam
memberikan pelayanan asuhan, serta melatih kemampuan memecahkan permasalahan yang
berhubungan dengan kompetensinya. Untuk dapat memberikan pengalaman belajar klinik
yang optimal para peserta didik, terutama dalam mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah, penyelenggara program pendidikan kesehatan gigi seyogyanya menata program
pembelajaran klinik. Ruang lingkup pekerjaan perawat gigi seperti yang termaktub dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1392/MENKES/SK/XII/2001 tentang registrasi dan
izin kerja perawat gigi bab IV pasal 12 adalah pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
meliputi: a) upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut, b) upaya pencegahan penyakit gigi,
c) tindakan penyembuhan penyakit gigi, d) pelayanan hygiene kesehatan gigi.
Kurikulum Jurusan kesehatan gigi, telah disosialisasikan praktik klinik sebagai salah
satu dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa mampu menyelesaikan
masalah–masalah yang ditemukan di masyarakat dengan pengetahuan yang telah mereka
terima didalam kelas secara teoritis. Mahasiswa harus melakukan tahapan-tahapan praktik
sesuai dengan pedoman dan di setiap tahapan dilakukan penilaian sehingga kesalahan yang
terjadi dapat dievaluasi dan diperbaiki segera. Kegiatan pembelajaran praktik klinik sangat
penting bagi mahasiswa program pendidikan keperawatan gigi. Berdasarkan kurikulum baru
Jurusan Keperawatan Gigi tahun 2010 bahwa pembelajaran klinik merupakan jantungnya
proses pendidikan pada program pendidikan keperawatan dimana pembelajaran praktik klinik
merupakan masa transisi dari situasi belajar dikelas ke situasi pelayanan yang sesungguhnya.
Kegiatan ini memungkinkan mahasiswa pendidikan keperawatan gigi menerapkan berbagai
dasar macam pengetahuan yang sebelumnya sudah dipelajari dalam pembelajaran dikelas.
Bahkan dapat juga mahasiswa memperoleh berbagai macam pengetahuan dan keterampilan
secara praktis dari tempat praktik, dalam kegiatan praktik klinik terjadi proses interaksi antara
mahasiswa, pasien dan pembimbing klinik. Kompetensi dasar mata kuliah preventive dentistry
Jurusan Keperawatan Gigi pada kurikulum baru menyatakan bahwa tujuan pembelajaran
adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian debris, calculus
indek dan OHIS, CPITN, PHP-M, Surface Protection serta mampu melakukan scaling, Fissure
Sealant dan Topikal aplikasi fluor. Adapun aplikasi praktikum yang dilakukan mahasiswa di
klinik, mereka berinteraksi langsung dengan pasien. Mahasiswa diberi tanggung jawab
menyelesaikan requitment preventive dentistry. Tujuan di atas akan dapat berhasil jika
mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna serta ditunjang oleh sumber daya
dan media belajar yang memadai, interaktif, inspiratif. Dengan demikian pembelajaran akan
efektif sehingga prestasi belajar mahasiswa meningkat.
2. Kehadiran
a. Jumlah kehadiran mahasiswa 100 % untuk praktikum
b. Setiap mahasiswa wajib hadir tepat waktu
c. Absensi dilaksanakan 15 menit sebelum jadwal praktikum dimulai
d. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum sesuai dengan jadwal karena alasan
sakit harus menunjukkan surat keterangan sakit dari dokter
e. Surat permohonan izin untuk mengikuti praktikum harus ditandatangani orang tua/wali
3. Sanksi
a. Bagi mahasiswa yang melanggar point I dan II tidak diperkenankan mengikuti
praktikum
b. Bagi mahasiswa yang jumlah kehadirannya kurang dari 100% maka tidak dibenarkan
untuk mengikuti ujian praktek
c. Bagi mahasiswa yang melakukan pemalsuan tanda tangan pembimbing akan diberikan
nilai E
Selain huruf A,B,C,D dan E terdapat huruf ‘T” dalam sistem penilaian mutu dengan
ketentuan sebagai berikut:
Huruf T (tidak lengkap) diberikan kepada mahasiswa bila:
a. Belum memenuhi sebagian evaluasi yang ditetapkan, misalnya belum mengikuti
ujian praktikum atau belum melengkapi tugas-tugas yang diberikan.
b. Apabila kemudian mengikuti ujian praktek atau telah menyerahkan tugas dalam
waktu 3 (tiga) minggu terhitung sejak akhir ujian semesteran mata kuliah
bersangkutan, maka huruf T diganti dengan huruf mutu A-E sesuai dengan nilai
yang diperoleh mahasiswa.
c. Apabila mahasiswa tidak mengikuti ujian praktek atau tidak menyelesaikan
tugasnya dalam batas 3 (tiga) minggu maka huruf mutunya menjadi E
E. Persiapan Praktikum
1. Buku praktikum
2. Nierbekken (tempat alat-alat)
3. Dappen dish
4. Tempat kapas kotor
5. Cotton roll
6. Cotton pellet
7. Alkohol
8. Sikat gigi dan pasta gigi pasien
9. Media penyuluhan
10. Handuk putih 2 buah
11. Alat pelindung diri (baju praktikum, masker, handscone)
12. Sandal jepit putih 2 pasang (pasien dan operator)
Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah dicabut/tinggal sisa
akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk
mewakilinya, yaitu:
- Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi
M2 rahang atas/rahang bawah.
- Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi M3 rahang atas /rahang bawah.
- Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
- Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada I1 kiri rahang atas.
- Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
- Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan rahang
bawah.
- Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
2. Calculus Indeks
Calculus Indeks adalah skor atau nilai dari endapan keras yang terjadi karena debris
mengalami pengapuran yang melekat pada gigi. Cara perhitungan calculus indeks adalah
dengan penetapan :
a. Gigi penentu
Untuk rahang atas yang diperiksa:
1) Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal
2) Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial
3) Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
1) Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual
2) Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial
3) Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual
b. Skor OHIS
- Baik (good), nilai berada diantara 0 – 1,2
- Sedang (fair), nilai berada diantara 1,3 – 3,0
- Buruk (poor), nilai berada diantara 3,1 – 6,0
C. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Mampu menguasai dan mengaplikasikan ilmu pencegahan penyakit gigi dan mulut.
2. Tujuan Instruksional Khusus :
a. Mampu melakukan penilaian Debris Indek
b. Mampu melakukan penilaian Calculus Indek
c. Mampu melakukan penilaian OHIS dan menentukan kriteria masing-masing.
E. Prosedur Kerja
1. Menentukan gigi-gigi yang diperiksa untuk pemeriksaan Debris Indeks (DI) dan Calculus
Indeks (CI).
2. Menentukan gigi–gigi pengganti apabila ada gigi indeks yang tidak ada
3. Pemeriksaan debris sesuai kriteria penilaian debris
4. Pemeriksaan calculus sesuai kriteria penilaian calculus
5. Menghitung debris score dan calculus score
6. Menghitung OHIS score menurut standar WHO
F. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Melapor pembimbing untuk memasukkan pasien
3. Melakukan pemeriksaan Debris Indeks (DI)
4. Melapor ke pembimbing
5. Melakukan sikat gigi
6. Melakukan pemeriksaan Calculus Indeks (CI)
7. Melapor ke pembimbing
8. Melakukan penilaian OHIS
9. Melakukan intruksi kepada pasien
10. Melapor ke pembimbing
A. Pengertian CPITN
Community Periodontal Indeks of Treatment Needs (CPITN) adalah sebuah indeks yang
dikembangkan oleh WHO untuk evaluasi penyakit periodontal dalam survei. Selain itu dapat
digunakan untuk melihat kondisi jaringan periodontal. Indeks tersebut dapat memberikan
sejumlah informasi mengenai prevalensi dan keparahan penyakit, tapi kegunaan utamanya
adalah mengukur kebutuhan akan perawatan penyakit periodontal dan juga
merekomendasikan jenis perawatan yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit periodontal.
Adapun tujuan dari penilaian CPITN ini untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan
periodontal
B. Instrumen Periodontal
Instrumen yang digunakan untuk melihat kondisi jaringan periodantal adalah periodontal
Probe. Periodontal Probe juga digunakan untuk mengukur kedalaman saku dan menentukan
konfigurasi pocket.
1 2 3
7654321 1234567
7654321 1234567
4 5 6
7 6 1 67
7 6 1 67
6 1 6
6 1 6
Tabel 2: Menentukan relasi skor tertinggi dengan katagori kebutuhan perawatan tenaga dan tipe
pelayanan
Skor Kondisi Jaringan KKP Tipe Tenaga
periodontal pelayanan
0 Sehat - 0 -
X 1 2
4 4 3
Dapat diartikan bahwa seorang dewasa tersebut diatas mempunyai kondisi jaringan periodontal sbb:
1 sektan tidak ada gigi
1 sektan perdarahan
1 sektan karang gigi
1 sektan pocket 4 mm
2 sektan pocket 6 mm
H. Prosedur Kerja
1. Melaksanakan prinsip kerja CPITN
2. Memantau sasaran dan gigi indeks
3. Melakukan pemeriksaan jaringan periodontal
4. Menetapkan skor untuk menentukan tingkatan kondisi jaringan periodontal
5. Mencatat data CPITN
6. Menentukan kebutuhan perawatan
I. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Melapor pembimbing untuk memasukkan pasien
3. Melakukan pemeriksaan jaringan periodontal
4. Melapor ke pembimbing
5. Melakukan kategori kebutuhan perawatan
6. Melapor ke pembimbing
Tujuan sealant pada pit dan fissure adalah agar sealant berpenetrasi dan menutup semua celah,
pit dan fissure pada permukaan oklusal baik gigi sulung maupun permanen. Area tersebut diduga
menjadi tempat awal terjadinya karies dan sulit dilakukan pembersihan secara mekanis.
Gambar 1. Gigi molar dilakukan penyikatan (pasta gigi dicampur dengan pumish)
guna menghilangkan plak dan debris.
a.
b.
c.
A. Pengertian Scaling
Scaling merupakan proses menghilangkan plak dan kalkulus dari permukaan gigi. Scaling
juga merupakan prosedur pengambilan plak dan kalkulus dari permukaan supragingiva dan
subgingiva. Plak yang bertumpuk di dalam mulut akan mengalami mineralisasi membentuk
kalkulus. Kalkulus tidak secara langsung menjadi penyebab penyakit jaringan periodontal gigi,
tetapi menjadi media untuk bakteri yang menimbulkan peradangan yang memicu terjadinya
penyakit periodontal. Apabila tidak segera dicegah, akan terjadi kerusakan jaringan penyangga
gigi yang lebih dalam, yaitu kerusakan tulang alveolar yang menyangga gigi yang
mengakibatkan gigi menjadi goyang dan berisiko harus dicabut. Oleh karena itu, kalkulus
harus segera dibersihkan dengan cara scaling. Scaling adalah salah satu perawatan gigi dan
mulut yang tujuan utamanya membersihkan kalkulus, meningkatkan kesehatan gingival,
memulihkan kesehatan gusi secara menyeluruh dan menghapus elemen yg dapat menyebabkan
inflamasi gusi pada permukaan gigi.
B. Instrumen Scaling
Peralatan yang biasa dipakai adalah hands instruments scaler atau manual scaler, dan
ultrasonic scaler. Manual scaler mempunyai beberapa jenis yang bentuknya disesuaikan
dengan anatomi gigi dan letak kalkulus.
Instrumen yang didapat digunakan secara manual antara lain:
1. Kuret
c. Karakteristik/ciri dasar dari kuret yaitu blade bentuk seperti sendok, dengan tip
membulat
d. Fungsinya untuk mengambil kalkulus subgingiva dan penghalusan
2. Sickle
- Ciri-ciri: bentuk seperti bulan sabit, ujung runcing, penampang berbentuk segi tiga,
mata pemotong pada kedua sisi
- Sickle scalers digunakan untuk pengambilan kalkulus supragingiva pada permukaan
aproksimal gigi anterior dan posterior.
3. File
Fungsi utama file adalah untuk memecahkan deposit kalkulus yang besar. Namun
pada penggunaan yang tidak benar dapat menyebabkan permukaan akar gigi menjadi
kasar, oleh karena itu file tidak cocok untuk fine scaling dan root planing.
5. Hoe
Hoe scalers digunakan untuk scaling kalkulus yang melekat seutuhnya pada gigi
atau membentuk lingkaran.
2. Tumpuan/sandaran jari
Menunjukkan penempatan jari manis dari tangan yang memegang alat baik intra-
oral maupun ekstra-oral untuk dapat mengontrol kerja alat dengan lebih baik.
Dengan cara demikian aplikasi tekanan akan bertambah baik dan stabilisasi alat
semakin terjamin.
4. Adaptasi
a. adaptasi mata pisau dari alat adalah penempatan mata pisau secara benar pada
permukaan gigi.
b. sisi pemotong (cutting edge) berkontak ke gigi sedangkan punggung alat
berkontak dengan jaringan periodonsium.
c. penscaleran subgingival adalah sedemikian sehingga hanya sepertiga bagian
ujung dari mata pisau yang berkontak ke gigi.
5. Posisi operator
Posisi pasien pada waktu operator melakukan instrumentasi mempengaruhi
kemampuan operator untuk dapat bekerja secara nyaman dan efisien. Operator bisa
bekerja dalam posisi berdiri atau dalam posisi duduk. Namun harus diakui bahwa
posisi kerja yang paling baik adalah dalam posisi duduk, oleh karena itu jenis kursi
dental yang digunakan harus mendukung
C. Teknik Scaling
1. Teknik Scaling pada Supra Gingival Calculus
a. Alat dipegang modifikasi memegang pena
b. Sandaran jari pada gigi tetangga
c. Sisi pemotong ditempatkan pada sisi apikal calculus
d. Mata scaler diadaptasi pada permukaan gigi 45-90o
e. Lakukan sapuan yang pendek sampai bebas kalkulus
2. Teknik Scaling pada Subgingival Calculus
a. Alat dipegang modifikasi memegang pena
b. Sandaran jari pada gigi tetangga
c. Sisi pemotong diadaptasi permukaan gigi 0o
d. Sisi pemotong mencapai dasar saku 45-90o
G. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Melapor pembimbing untuk memasukkan pasien
3. Melakukan pemeriksaan Debris Indeks (DI)
4. Melapor ke pembimbing
5. Melakukan sikat gigi
6. Melakukan pemeriksaan Calsulus Indeks (CI)
7. Melapor ke pembimbing
8. Melakukan penilaian OHIS
9. Melakukan Scalling
10. Melapor ke pembimbing
11. Intruksi ke pasien setelah pembersihan karang gigi
E. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan posisi pasien untuk pengolesan fluor
2. Melakukan pemeriksaan dengan alat pemeriksaan gigi
3. Melakukan komunikasi terapeutik pengolesan fluor
4. Membersihkan dan mengeringkan permukaan gigi
5. Memblokir daerah sekitar gigi per kwadran yang akan di oles flour
6. Mengoleskan permukaan gigi dengan :
7. NaF 2 % selama 2 – 3 menit
8. SnF 10 % selama 2 – 3 menit
9. Setelah selesai, pasien dianjurkan berkumur-kumur ringan
10. Menginstruksikan setelah selesai dioles pasien tidak boleh makan/minum ½ jam setelah
aplikasi dilakukan dan tidak boleh langsung sikat gigi selang waktu 3 jam
F. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Melapor pembimbing untuk memasukkan pasien
3. Melakukan pengolesan pumishh yang dicampur pasta gigi
4. Melapor pembimbing
5. Blokir dan keringkan permukaan gigi yang akan dioleskan fluor
6. Melapor pembimbing
7. Instruksi kepada pasien
C. Teknik Pemeriksaan
Indeks PHP-M ini untuk mengukur kebersihan gigi secara obyektif, dengan gigi-gigi indeks
sebagai berikut :
1. Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kanan atas.
2. Gigi kaninus, bila tidak ada diganti dengan gigi anterior lainnya.
3. Gigi premolar atau gigi molar kiri atas
4. Gigi paling belakang di kwadran kiri bawah
5. Gigi kaninus kiri bawah, bila tidak ada diganti gigi anterior lainnya.
6. Gigi premolar satu atau gigi molar satu kanan bawah.
Permukaan gigi bagian bukal adalah permukaan gigi yang menghadap ke pipi,
sedangkan permukaan gigi bagian palatinal adalah permukaan gigi yang menghadap ke
langit-langit dan permukaan gigi bagian lingual adalah permukaan gigi yang menghadap ke
lidah.
Permukaan gigi masing-masing dibagi dalam 5 area, seperti pada gambar 7.1. Apabila
terlihat adanya plak pada salah satu area, maka diberi nilai 1 (tanda v), jika tidak ada plak
maka diberi nilai 0 atau (-). Selanjutnya hasil penelitian plak adalah dengan menjumlahkan
setiap skor plak pada setiap permukaan gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi indeks dapat
berkisar antara 0 -10. Dengan demikian, skor plak untuk semua gigi indeks bisa berkisar
antara 0 – 60, yaitu nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 60. Perhitungan nilai skor PHP-M
adalah : total nilai rahang atas dan rahang bawah dibagi jumlah gigi yang diperiksa.
C
B
D B E
D E
A C
Gambar 7.1 : Pembagian permukaan gigi pada bagian distal dan mesial
B. Tujuan:
1. Mematangkan permukaan email yang baru erupsi, yang masih banyak mengandung
karbonat, agar terjadi pematangan email karena terjadinya ikatan Fluorapatit yang tahan
asam.
2. Melindungi permukaan oklusal gigi yang ada fisur hitamnya yang rawan karies menjadi
ikatan Fluorapatit yang tahan asam
C. Indikasi:
1. Untuk gigi molar yang baru erupsi, terutama pada anak/ pasien yang rawan karies.
2. Untuk gigi molar yang mempunyai fisur hitam terutama pada anak/pasien yang rawan
karies.
D. Kontra indikasi:
Tidak untuk gigi dengan permukaan oklusal dengan fisur yang dangkal yang tergerus oleh gigi
antagonisnya.
3. Penyelesaian:
- Catat tindakan ke dalam formulir/status kesehatan gigi anak/pasien
- Instrusikan anak/ pasien tidak makan/minum selama 1 jam.