Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, diperlukan peningkatan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh, merata, terpadu dan bermutu. Upaya kesehatan yang dilakukan
oleh pemerintah adalah dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral
dari kesehatan umum. hal ini menuntut pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
secara profesional dan komprehensif. Dalam proses belajar selama pendidikan, khususnya
proses pembelajaran klinik, peserta didik mendapat pengalaman melatih keterampilan dalam
memberikan pelayanan asuhan, serta melatih kemampuan memecahkan permasalahan yang
berhubungan dengan kompetensinya. Untuk dapat memberikan pengalaman belajar klinik
yang optimal para peserta didik, terutama dalam mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah, penyelenggara program pendidikan kesehatan gigi seyogyanya menata program
pembelajaran klinik. Ruang lingkup pekerjaan perawat gigi seperti yang termaktub dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1392/MENKES/SK/XII/2001 tentang registrasi dan
izin kerja perawat gigi bab IV pasal 12 adalah pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
meliputi: a) upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut, b) upaya pencegahan penyakit gigi,
c) tindakan penyembuhan penyakit gigi, d) pelayanan hygiene kesehatan gigi.
Kurikulum Jurusan kesehatan gigi, telah disosialisasikan praktik klinik sebagai salah
satu dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa mampu menyelesaikan
masalah–masalah yang ditemukan di masyarakat dengan pengetahuan yang telah mereka
terima didalam kelas secara teoritis. Mahasiswa harus melakukan tahapan-tahapan praktik
sesuai dengan pedoman dan di setiap tahapan dilakukan penilaian sehingga kesalahan yang
terjadi dapat dievaluasi dan diperbaiki segera. Kegiatan pembelajaran praktik klinik sangat
penting bagi mahasiswa program pendidikan keperawatan gigi. Berdasarkan kurikulum baru
Jurusan Keperawatan Gigi tahun 2010 bahwa pembelajaran klinik merupakan jantungnya
proses pendidikan pada program pendidikan keperawatan dimana pembelajaran praktik klinik
merupakan masa transisi dari situasi belajar dikelas ke situasi pelayanan yang sesungguhnya.
Kegiatan ini memungkinkan mahasiswa pendidikan keperawatan gigi menerapkan berbagai
dasar macam pengetahuan yang sebelumnya sudah dipelajari dalam pembelajaran dikelas.
Bahkan dapat juga mahasiswa memperoleh berbagai macam pengetahuan dan keterampilan
secara praktis dari tempat praktik, dalam kegiatan praktik klinik terjadi proses interaksi antara
mahasiswa, pasien dan pembimbing klinik. Kompetensi dasar mata kuliah preventive dentistry
Jurusan Keperawatan Gigi pada kurikulum baru menyatakan bahwa tujuan pembelajaran
adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian debris, calculus
indek dan OHIS, CPITN, PHP-M, Surface Protection serta mampu melakukan scaling, Fissure
Sealant dan Topikal aplikasi fluor. Adapun aplikasi praktikum yang dilakukan mahasiswa di
klinik, mereka berinteraksi langsung dengan pasien. Mahasiswa diberi tanggung jawab
menyelesaikan requitment preventive dentistry. Tujuan di atas akan dapat berhasil jika
mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna serta ditunjang oleh sumber daya
dan media belajar yang memadai, interaktif, inspiratif. Dengan demikian pembelajaran akan
efektif sehingga prestasi belajar mahasiswa meningkat.

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 1


B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembar
Negara Tahun 2003 No. 78, Tambahan Lembaran Negara No. 4301)
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 2009 N0.144, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2009 No. 5063)
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Tahun 2005 No. 41, Tambahan Lembaran Negara
No. 4496)
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010, Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 No. 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5105)
5. Keputusan Mendiknas Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
6. Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 tentang kurikulum Inti Pendidikan Tinggi
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 378/MENKES/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Keperawatan Gigi.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 286/MENKES/SK/IV/2006
tentang Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut.
9. Panduan Akademik Poltekkes Kemenkes Aceh. 2014

C. Tata Tertib Praktikum


1. Penampilan/Seragam
a. Setiap mahasiswa wajib menggunakan pakaian seragam dan jas laboratorium sesuai
dengan ketentuan serta menggunakan atribut lengkap (kaos kaki putih, sandal jepit dan
badge nama)
b. Rambut mahasiswa putra dipotong pendek dan rapi
c. Kuku harus pendek
d. Bagi mahasiswa putri memakai jilbab rapi, kuku pendek dan tidak diperkenankan
menggunakan perhiasan
e. Selama praktikum dilarang membuat hal-hal yang mengganggu jalannya praktikum

2. Kehadiran
a. Jumlah kehadiran mahasiswa 100 % untuk praktikum
b. Setiap mahasiswa wajib hadir tepat waktu
c. Absensi dilaksanakan 15 menit sebelum jadwal praktikum dimulai
d. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum sesuai dengan jadwal karena alasan
sakit harus menunjukkan surat keterangan sakit dari dokter
e. Surat permohonan izin untuk mengikuti praktikum harus ditandatangani orang tua/wali

3. Sanksi
a. Bagi mahasiswa yang melanggar point I dan II tidak diperkenankan mengikuti
praktikum
b. Bagi mahasiswa yang jumlah kehadirannya kurang dari 100% maka tidak dibenarkan
untuk mengikuti ujian praktek
c. Bagi mahasiswa yang melakukan pemalsuan tanda tangan pembimbing akan diberikan
nilai E

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 2


D. Sistem Penilaian Praktikum
1. Evaluasi praktikum dapat dilaksanakan dengan tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan
(keterampilan) dan tes sikap.
a. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan dengan menggunakan pertanyaan (soal-soal)
tertulis. Tes tertulis dapat dibuat dalam bentuk objektif dan essay
b. Tes lisan adalah yang dilakukan secara lisan dan dijawab secara lisan oleh mahasiswa
c. Tes perbuatan (keterampilan) adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
keterampilan mahasiswa dengan menunjukkan penguasaan keterampilan tertentu.
d. Tes sikap adalah tes yang dilakukan untuk menilai sikap mahasiswa dalam
penampilan kerjanya. Tes ini dapat dilakukan tersendiri atau terpadu dengan tes
keterampilan dan atau tes lain

2. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:


a. Responsi (baik yang terjadwal maupun tidak terjadwal)
b. Laporan hasil praktikum, partisipasi dan lain-lain
c. Ujian praktikum

3. Penilaian hasil belajar


a. Cara Penilaian
Penilaian diberikan terhadap penguasaan materi oleh mahasiswa, baik bersifat
kognitif, psikomotorik maupun afektif. Cara penilaian adalah menggunakan sistem
penilaian standar mutlak atau penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu panilaian yang
diacukan kepada tujuan instruksional yang harus dikuasai oleh peserta didik, artinya
derajat keberhasilan peserta dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai
bukan dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Sistem ini mengacu pada konsep
belajar tuntas (mastery learning)
b. Nilai
Nilai adalah nilai murni (mutlak) yang dikelompokkan dalam bentuk angka pecahan
dengan rentang skor 1-100. Nilai ini berasal dari dosen pengajar (team teaching). Nilai
angka mutu adalah nilai yang berasal dari nilai absolut yang dikelompokkan dalam
bentuk angka desimal yang menunjukkan nilai mutu antara 0,00-4,00. Lambang atau
huruf mutu adalah nilai yang berasal dari angka mutu yang dikelompokkan dalam
bentuk huruf, yaitu A,B,C,D dan E
Hasil belajar dinyatakan dalam lambang dan angka mutu, sebagai berikut:
No Nilai Absolut Lambang Angka Mutu Arti
1. 80-100 A 3,51-4,00 Sangat Baik
2. 70-79,9 B 2,75-3,50 Baik
3. 60-69,9 C 2,00-2,74 Cukup
4. 50-59,9 D 1,00-1,99 Kurang
5. <50 E 0,00-0,99 Tidak Lulus

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 3


Setelah nilai huruf mutu adalah bentuk “lambang huruf A,B,C,D dan E ditetapkan,
maka kemudian di konversi menjadi nilai angka dengan ketentuan sebagai berikut:

Huruf Mutu Angka Mutu Keterangan


A 4 Sangat Baik
B 3 Baik
C 2 Cukup
D 1 Kurang
E 0 Tidak Lulus

Selain huruf A,B,C,D dan E terdapat huruf ‘T” dalam sistem penilaian mutu dengan
ketentuan sebagai berikut:
Huruf T (tidak lengkap) diberikan kepada mahasiswa bila:
a. Belum memenuhi sebagian evaluasi yang ditetapkan, misalnya belum mengikuti
ujian praktikum atau belum melengkapi tugas-tugas yang diberikan.
b. Apabila kemudian mengikuti ujian praktek atau telah menyerahkan tugas dalam
waktu 3 (tiga) minggu terhitung sejak akhir ujian semesteran mata kuliah
bersangkutan, maka huruf T diganti dengan huruf mutu A-E sesuai dengan nilai
yang diperoleh mahasiswa.
c. Apabila mahasiswa tidak mengikuti ujian praktek atau tidak menyelesaikan
tugasnya dalam batas 3 (tiga) minggu maka huruf mutunya menjadi E

E. Persiapan Praktikum
1. Buku praktikum
2. Nierbekken (tempat alat-alat)
3. Dappen dish
4. Tempat kapas kotor
5. Cotton roll
6. Cotton pellet
7. Alkohol
8. Sikat gigi dan pasta gigi pasien
9. Media penyuluhan
10. Handuk putih 2 buah
11. Alat pelindung diri (baju praktikum, masker, handscone)
12. Sandal jepit putih 2 pasang (pasien dan operator)

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 4


BAB II
ORAL HIGIENE INDEKS SIMPLIFIED (OHIS)

A. Pengertian Kebersihan Gigi dan Mulut


Kebersihan mulut merupakan suatu kondisi atau keadaan terbebasnya gigi geligi dari
plak dan calculus, keduanya selalu terbentuk pada gigi dan meluas ke seluruh permukaan gigi.
Hal ini disebabkan karena rongga mulut bersifat basah dan lembab, dengan kata lain
lingkungan yang menyebabkan kuman berkembang biak.
Tujuan memelihara kebersihan mulut adalah untuk mencegah penumpukan plak. debris
adalah materia lunak yang melekat pada permukaan gigi, sedangkan plak adalah suatu
endapan lunak yang terdiri dari kumpulan bakteri yang berkembang biak diatas suatu matriks,
yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi bila seseorang mengabaikan kebersihan
gigi dan mulutnya. Plak akan merusak jaringan gigi dan jaringan periodontal yang lama-
kelamaan akan mengakibatkan adanya calculus, gingivitis, karies, periodontitis dan pocket
Calculus (karang gigi) adalah suatu endapan keras yang terletak pada permukaan gigi
yang berwarna mulai dari kekuning-kuningan, kecoklat-coklatan, sampai kehitam-hitaman dan
mempunyai permukaan kasar. Calculus juga tempat yang baik untuk pertumbuhan plak
dengan semua akibat dari plak tersebut. Calculus yang tidak dirawat akan
mengakibatkan gingivitis, bau mulut, estetika menjadi kurang baik, gigi
goyang, periodontitis dan karies.

B. Cara Mengukur Kebersihan Gigi dan Mulut


Kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan mempergunakan indeks. Indeks
adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang didapat pada waktu pemeriksaan. Angka
yang menunjukkan kebersihan gigi dan mulut seseorang ini adalah angka yang diperoleh
berdasarkan penilaian yang objektif dengan menggunakan suatu indeks, maka kita dapat
membuat suatu evaluasi berdasarkan data-data yang diperoleh, sehingga kita dapat melihat
kemajuan atau kemunduran kebersihan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat.
Menurut Green dan Vermillion, untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut
mempergunakan suatu indeks yang disebut Oral Higiene Indeks Simplified (OHIS). Nilai ini
merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan antara debris indeks dan kalkulus
indeks. Adapun tujuan dilakukan pemeriksaan OHIS adalah untuk mengetahui tingkat
kebersihan mulut melalui pengukuran debris indeks dan calculus indeks. Untuk menilai
kebersihan gigi dan mulut seseorang yang diamati adalah adanya debris dan calculus pada
permukaan gigi. Pemeriksaan klinis yang dilakukan untuk memudahkan penilaian
pemeriksaan debris dan calculus dilakukan pada gigi tertentu dan permukaan tertentu dari gigi
tersebut, yaitu:
1. Debris Indeks
Debris Indeks adalah skor atau nilai dari endapan lunak yang terjadi karena adanya
sisa makanan yang melekat pada gigi tertentu. Cara mengukur Debris Indeks adalah
dengan penetapan :
a. Gigi penentu
Untuk rahang atas yang diperiksa:
1) Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal
2) Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 5


3) Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
1) Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual
2) Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial
3) Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual

Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah dicabut/tinggal sisa
akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk
mewakilinya, yaitu:
- Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi
M2 rahang atas/rahang bawah.
- Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi M3 rahang atas /rahang bawah.
- Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
- Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada I1 kiri rahang atas.
- Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.
- Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan rahang
bawah.
- Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.

b. Pelaksanaan pemeriksaan untuk penilaian Debris Indeks:


Sebelum kita menilai debris indeks, pertama-tama permukaan gigi yang akan
dilihat dibagi dengan garis-garis khayalan menjadi 3 bagian yang sama luasnya.
Kriteria penilaian Debris Indeks
Tabel 1 : Daftar Kriteria Penilaian Debris
KRITERIA NILAI
1. Pada permukaan gigi yang terlihat tidak ada debris atau pewarnaan
0
intrinsik
2. a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris lunak yang menutupi
permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 1
permukaan gusi
b. pada permukaan yang terlihat tidak ada debris lunak tetapi ada
pewarnaan ektrinsik yang menutupi sebagian permukaan atau 1
seluruhnya
3. Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris lunak yang menutupi
sebagian permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3 permukaan gigi tetapi 2
kurang dari 2/3 permukaan gigi dari tepi gusi
4. Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan
tersebut seluas lebih dari 2/3 permukaan atau seluruh permukaan gigi 3
dari gusi

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 6


c. Cara menghitung Debris Indeks adalah sebagai berikut :
Debris Indeks = Jumlah penilaian debris
Jumlah gigi yang diperiksa

d. Skor Debris Indeks


- Baik (good), nilai berada diantara 0 – 0,6
- Sedang (fair), nilai berada diantara 0,7 – 1,8
- Buruk (poor), nilai berada diantara 1,9 – 3,0

2. Calculus Indeks
Calculus Indeks adalah skor atau nilai dari endapan keras yang terjadi karena debris
mengalami pengapuran yang melekat pada gigi. Cara perhitungan calculus indeks adalah
dengan penetapan :
a. Gigi penentu
Untuk rahang atas yang diperiksa:
1) Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal
2) Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial
3) Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
1) Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual
2) Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial
3) Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual

b. Pelaksanaan pemeriksaan untuk penilaian calculus indeks:


Kriteria penilaian calculus indeks
Tabel 2 : Daftar Kriteria Penilaian Calculus
KRITERIA NILAI
1. Tidak ada calculus (karang gigi) 0
2. Pada permukaan gigi yang terlihat karang gigi supragingival
1
menutupi permukaan gigi kurang dari 1/3 permukaan gigi
3. a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi
supragingival menutupi permukaan gigi kurang dari 2/3
2
permukaan gigi
b. Sekitar servikal gigi terdapat sedikit karang
2
gigi subgingival

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 7


4. a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi
3
supragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 2/3
atau seluruh permukaan gigi
b. Pada permukaan gigi ada karang gigi subgingival yang
3
menutupi dan melingkari seluruh servikal

c. Cara menghitung calculus indeks


Calculus Indeks = Jumlah penilaian calculus
Jumlah gigi yang diperiksa

d. Skor calculus indeks


- Baik (good), nilai berada diantara 0 – 0,6
- Sedang (fair), nilai berada diantara 0,7 – 1,8
- Buruk (poor), nilai berada diantara 1,9 – 3,0

3. Oral Hygiene Indeks Simplifed (OHIS)


Oral Hygiene Indeks Simplifed (OHIS) merupakan hasil penjumlahan debris indeks
dan calculus indeks. Hasil akhir dari OHIS inilah yang menjadi kriteria kebersihan gigi dan
mulut seseorang.
a. Cara menghitung OHIS
OHIS = Debris Indeks (DI) + Calculus Indeks (CI)

b. Skor OHIS
- Baik (good), nilai berada diantara 0 – 1,2
- Sedang (fair), nilai berada diantara 1,3 – 3,0
- Buruk (poor), nilai berada diantara 3,1 – 6,0

C. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Mampu menguasai dan mengaplikasikan ilmu pencegahan penyakit gigi dan mulut.
2. Tujuan Instruksional Khusus :
a. Mampu melakukan penilaian Debris Indek
b. Mampu melakukan penilaian Calculus Indek
c. Mampu melakukan penilaian OHIS dan menentukan kriteria masing-masing.

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 8


D. Alat dan Bahan
1. Disclosing solution
2. Diagnosa set
3. Nier bekken
4. Kapas

E. Prosedur Kerja
1. Menentukan gigi-gigi yang diperiksa untuk pemeriksaan Debris Indeks (DI) dan Calculus
Indeks (CI).
2. Menentukan gigi–gigi pengganti apabila ada gigi indeks yang tidak ada
3. Pemeriksaan debris sesuai kriteria penilaian debris
4. Pemeriksaan calculus sesuai kriteria penilaian calculus
5. Menghitung debris score dan calculus score
6. Menghitung OHIS score menurut standar WHO

F. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Melapor pembimbing untuk memasukkan pasien
3. Melakukan pemeriksaan Debris Indeks (DI)
4. Melapor ke pembimbing
5. Melakukan sikat gigi
6. Melakukan pemeriksaan Calculus Indeks (CI)
7. Melapor ke pembimbing
8. Melakukan penilaian OHIS
9. Melakukan intruksi kepada pasien
10. Melapor ke pembimbing

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 9


BAB III
COMMUNITY PERIODONTAL INDEX OF TREATMENT NEEDS (CPITN)

A. Pengertian CPITN
Community Periodontal Indeks of Treatment Needs (CPITN) adalah sebuah indeks yang
dikembangkan oleh WHO untuk evaluasi penyakit periodontal dalam survei. Selain itu dapat
digunakan untuk melihat kondisi jaringan periodontal. Indeks tersebut dapat memberikan
sejumlah informasi mengenai prevalensi dan keparahan penyakit, tapi kegunaan utamanya
adalah mengukur kebutuhan akan perawatan penyakit periodontal dan juga
merekomendasikan jenis perawatan yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit periodontal.
Adapun tujuan dari penilaian CPITN ini untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan
periodontal

B. Instrumen Periodontal
Instrumen yang digunakan untuk melihat kondisi jaringan periodantal adalah periodontal
Probe. Periodontal Probe juga digunakan untuk mengukur kedalaman saku dan menentukan
konfigurasi pocket.

Gambar Cara menginsersi probe periodontal

C. Tipe Periodontal Probe

A. Probe Marquis berkode warna. Kalibrasi setiap


seksi yaitu 3 mm.
B. Probe UNC-15, probe dengan panjang 15 mm,
dengan setiap 1 mm diberi tanda dengan kode
warna setiap 5 mm, 10 mm, dan 15 mm.
C. Probe “O” Universitas Michigan, dengan tanda
Williams yaitu pada 1, 2 ,3, 5, 7, 8, 9, 10 mm.
D. Probe Michigan “O” dengan tanda pada 3, 6, 8
mm.
E. Probe WHO dengan tip 0,5 mm bentuk bola, dan
tanda milimeter pada 3,5, 8,5, dan 11,5 mm dan
kode warna dari 3,5 sampai 5,5 mm.

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 10


D. Prinsip Kerja CPITN
1. Mempergunakan sonde khusus (periodontal probe)
2. Terdapat sextan meliputi 6 buah sextan
3. Terdapat gigi indeks
4. Terdapat nilai (skor) untuk berbagai tingkat kondisi jaringan periodontal
5. Menentukan relasi skor tertinggi dengan KKP (katagori kebutuhan perawatan), tenaga dan tipe
pelayanan
6. Menggunakan sonde khusus yaitu periodontal probe dengan ketentuan:
a. Ujung sonde merupakan sebuah bola kecil yang berdiameter 0,5 mm
b. Sonde dimasukkan kedalam saku gusi untuk melihat ada pendarahan atau kedalaman pocket
c. Sebagai alat peraba adanya karang gigi
d. Kedalaman pocket antara 4-5 mm, sebagian warna hitam masih terlihat
e. Kedalaman pocket 6 mm atau lebih, maka seluruh bagian sonde yang berwarna hitam sudah
tidak terlihat

7. Gigi dibagi menjadi 6 regio, setiap regio disebut dengan sextan


a. Untuk memperoleh penilaian digunakan sextan yg meliputi 6 regio, yaitu :
sextan 1 : gigi 4,5,6,7 kanan rahang atas
sextan 2 : gigi 1,2,3 kanan dan kiri rahang atas
sextan 3 : gigi 4,5,6,7 kiri rahang atas
sextan 4 : gigi 4,5,6,7 kanan rahang bawah
sextan 5 : gigi 1,2,3 kanan dan kiri rahang bawah
sextan 6 : gigi 4,5,6,7 kiri rahang bawah

1 2 3
7654321 1234567
7654321 1234567
4 5 6

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 11


b. Suatu sextan dapat diperiksa bila sextan tersebut terdapat paling sedikit 2 gigi dan tidak
merupakan indikasi untuk pencabutan.
c. Jika pada sextan hanya ada 1 gigi saja, gigi tersebut dimasukkan ke sextan disebelahnya.
d. Sextan dengan 1 gigi tidak diberikan skor
e. Penilaian untuk 1 sextan adalah keadaan yang terparah atau skor yang paling tinggi

8. Penentuan gigi indeks berdasarkan usia


Gigi indeks yang harus diperiksa:
 Usia 20 tahun ke atas

7 6 1 67

7 6 1 67

 Usia 19 tahun ke bawah

6 1 6

6 1 6

Beberapa hal yang harus diperhatikan


1. Jika salah satu molar gigi indeks tidak ada, tidak perlu dilakukan penggantian gigi tersebut
2. Jika dalam sextan tidak terdapat gigi indeks, semua gigi yang ada dalam sextan tersebut semua
diperiksa dan dinilai dan diambil yang mempunyai keadaan terparah yang mempunyai skor tertinggi
3. Usia 19 tahun kebawah, tidak perlu dilakukan pemeriksaan gigi molar ke dua, menghindari false
pocket
4. Usia 15 tahun ke bawah, pencatat hanya dilakukan bila ada pendarahan dan karang gigi saja
sedangkan untuk pocket tidak dilakukan.
5. Bila tidak ada gigi indeks/gigi pengganti maka diberi tanda X

E. Fungsi Periodontal Probe


Gigi indeks diraba dengan periodontal probe untuk mengetahui:
1. Pendarahan
2. Karang gigi
3. Kedalaman pocket antara 4-5 mm & 6 mm/lebih
4. Penilaian (skor) untuk tingkat kondisi jaringan periodontal
5. Menentukan relasi skor tertinggi dengan katagori kebutuhan perawatan (KKP) tenaga dan tipe
pelayanan
6. Besar tekanan pada proximal saku gigi tidak lebih 25 gram
Cara mengetahui :
a. Ujung sonde ditekankan didaerah kulit dibawah kuku ibu jari tangan.
b. Tidak menimbulkan rasa sakit.
c. Perabaan dengan ujung sonde dari distal ke arah mesial baik untuk lingual atau bukal

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 12


F. Penilaian Tingkat Kondisi Jaringan Periodontal
Tabel 1 : Penilaian (skor) tingkat kondisi jaringan periodontal
Nilai Kondisi jaringan Keterangan
/skor periodontal

0 Sehat Periodontal sehat tidak ada pendarahan, calculus


dan pocket
1 Perdarahan Perdarahan nampak secara langsung setelah
selesai perabaan dengan probe
2 Ada karang gigi Perabaan dengan probe terasa kasar, adanya
karang gigi
3 Pocket 4 – 5 mm Sebahagian warna hitam pada probe masih terlihat
dari tepi gusi pada daerah hitam
4 Pocket 6 mm atau lebih Seluruh warna hitam pada probe tidak terlihat,
masuk ke dalam jaringan periodontal

Tabel 2: Menentukan relasi skor tertinggi dengan katagori kebutuhan perawatan tenaga dan tipe
pelayanan
Skor Kondisi Jaringan KKP Tipe Tenaga
periodontal pelayanan

0 Sehat - 0 -

1 Perdarahan EIKM I Guru/


Perawat Gigi
2 Karang gigi EIKM + SK II Perawat Gigi/
Dokter gigi
3 Pocket dangkal EIKM + SK II Perawat Gigi/
Dokter gigi
4 Pocket dalam EIKM + SK III Perawat Gigi/
Dokter gigi
Ket:
EIKM = Edukasi Intruksi Kebersihan Mulut
SK = Scaling

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 13


Contoh pencatatan CPITN

X 1 2

4 4 3

Dapat diartikan bahwa seorang dewasa tersebut diatas mempunyai kondisi jaringan periodontal sbb:
1 sektan tidak ada gigi
1 sektan perdarahan
1 sektan karang gigi
1 sektan pocket 4 mm
2 sektan pocket 6 mm

G. Alat Dan Bahan


1. Periodontal probe
2. Diagnosa set
3. Nier bekken

H. Prosedur Kerja
1. Melaksanakan prinsip kerja CPITN
2. Memantau sasaran dan gigi indeks
3. Melakukan pemeriksaan jaringan periodontal
4. Menetapkan skor untuk menentukan tingkatan kondisi jaringan periodontal
5. Mencatat data CPITN
6. Menentukan kebutuhan perawatan

I. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Melapor pembimbing untuk memasukkan pasien
3. Melakukan pemeriksaan jaringan periodontal
4. Melapor ke pembimbing
5. Melakukan kategori kebutuhan perawatan
6. Melapor ke pembimbing

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 14


BAB IV
PIT DAN FISSURE SEALANT

A. Pengertian Pit dan Fissure Sealant


Pit dan fissure sealant adalah suatu tindakan pencegahan karies pada gigi yang secara anatomis
mempunyai pit dan fissure yang dalam sehingga gigi mudah terserang karies, untuk dibentuk kembali
dan diisi dengan bahan sealant agar gigi tersebut menjadi lebih tahan terhadap serangan karies. Hal ini
sering kita temui pada gigi geraham, gigi geraham adalah gigi belakang di dalam rongga mulut kita
yang mempunyai peranan sangat penting yaitu untuk melakukan pengunyahan di permukaannya yang
lebar untuk menghaluskan partikel makanan yang sudah kita potong dengan gigi depan. Gigi geraham
mempunyai peranan dan bentuk istimewa yang kemudian menghadirkan kelebihan dan juga kendala
yang harus kita atasi dengan bijaksana agar fungsi dan keberadaannya dapat terjaga dengan baik.
Posisi gigi geraham dalam rongga mulut yang sulit terjangkau juga menyulitkan pembersihan
dengan sikat gigi. Beberapa karakteristik gigi geraham yang perlu kita pahami antara lain ; permukaan
kunyahnya luas dan tidak rata, terdapat pit (titik) dan fissure (garis) yang dalam sehingga sulit
terjangkau dan menjadi tempat persembunyian kuman yang nyaman. Pit adalah bagian dari permukaan
gigi yang berupa titik terdalam yang berada pada pertemuan antar beberapa groove atau akhir dari
groove. Istilah pit sering berkaitan dengan fissure. Fissure adalah garis berupa celah yang dalam pada
permukaan gigi. Macam pit dan fissure bervariasi bentuk dan kedalamannya, dapat berupa tipe U
(terbuka cukup lebar); tipe V (terbuka, namun sempit); tipe I (bentuk seperti leher botol). Bentuk pit
dan fissure bentuk U cenderung dangkal, lebar sehingga mudah dibersihkan dan lebih tahan karies.
Sedangkan bentuk pit dan fissure bentuk V atau I cenderung dalam, sempit dan berkelok sehingga
lebih rentan karies. Bentukan ini mengakibatkan penumpukan plak, mikroorganisme dan debris.
Morfologi permukaan oklusal gigi bervariasi pada tiap individu.

Gbr. Pit dan fissure pada permukaan kunyah gigi molar

Tujuan sealant pada pit dan fissure adalah agar sealant berpenetrasi dan menutup semua celah,
pit dan fissure pada permukaan oklusal baik gigi sulung maupun permanen. Area tersebut diduga
menjadi tempat awal terjadinya karies dan sulit dilakukan pembersihan secara mekanis.

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 15


B. Indikasi dan Kontra Indikasi Pemberian (Pit dan Fissure Sealant)
1. Indikasi pemberian pit dan fissure sealant adalah:
a. Dalam, pit dan fissure retentif
b. Pit dan fissure dengan dekalsifikasi minimal
c. Karies pada pit dan fissure atau restorasi pada gigi sulung atau permanen lainnya
d. Tidak adanya karies interproximal
e. Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva
f. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.
2. Kontraindikasi pemberian sealant pada pit dan fissure adalah
a. Self cleansing yang baik pada pit dan fissure
b. Terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproximal yang memerlukan
perawatan
c. Banyaknya karies interproximal dan restorasi
d. Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva
e. Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun.
Pertimbangan lain dalam pemberian sealant juga sebaiknya diperhatikan umur anak berkaitan
dengan waktu awal erupsi gigi-gigi tersebut.

C. Alat dan Bahan


1. Cotton pellet dan cotton roll
2. Bahan GIC pada pit dan fissure sealant
3. Diagnosa set
4. Nier bekken
5. Brittle brush
6. Pumish
7. Pasta gigi

D. Teknik Aplikasi Pit dan Fissure Sealant


1. Pembersihan pit dan fissure pada gigi yang akan dilakukan aplikasi fissure sealant menggunakan
brush dan pumish
Syarat pumish yang digunakan dalam perawatan gigi:
a. Memiliki kemampuan abrasif ringan
b. Tanpa ada pencampur bahan perasa
c. Tidak mengandung minyak
d. Tidak mengandung Fluor
e. Mampu membersihkan dan menghilangkan debris, plak dan stain
f. Memiliki kemampuan poles yang bagus
2. Pembilasan dengan air
Syarat air:
a. Air bersih
b. Air tidak mengandung mineral
c. Air tidak mengandung bahan kontaminan
3. Isolasi gigi
Gunakan cotton roll atau gunakan rubber dam
4. Keringkan permukaan gigi selama 20-30 detik dengan udara.
Syarat udara :
a. Udara harus kering
b. Udara tidak membawa air (tidak lembab)
c. Udara tidak mengandung minyak
d. Udara sebaiknya tersimpan dalam syringe udara dan dihembuskan langsung ke permukaan
gigi.

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 16


5. Aplikasi bahan dentin kondisioner selama 10-20 detik (tergantung instruksi pabrik). Hal ini akan
menghilangkan plak dan pelikel dan mempersiapkan semen beradaptasi dengan baik dengan
permukaan gigi dan memberikan perlekatan yang bagus.
6. Pembilasan dengan air selama 60 detik
7. Pengeringan dengan udara setelah aplikasi dentin kondisioner permukaan pit dan fissure dilakukan
pembilasan (Keringkan dengan udara selama 20-30 detik)
8. Aplikasikan bahan GIC pada pit dan fissure
9. Segera aplikasi bahan varnish setelah aplikasi fissure sealant dilakukan.
10. Evaluasi permukaan oklusal
a. Cek oklusi dengan articulating paper
b. Penyesuaian dilakukan bila terdapat kontak berlebih (spot grinding)

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 17


E. Prosedur Kerja Pit dan Fissure Sealant (Gambar 1-6)

Gambar 1. Gigi molar dilakukan penyikatan (pasta gigi dicampur dengan pumish)
guna menghilangkan plak dan debris.

Gambar 2. Pencampuran bahan fissure sealant hingga merata.

Gambar 3. Pemberian kondisioner setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan.

Gambar 4. Aplikasi bahan pada pit dan fissure.

Gambar 5. Aplikasi bahan varnish segera setelah aplikasi bahan selesai.

Gambar 6. gigi molar yang telah dilakukan fissure sealant

a.
b.
c.

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 18


F. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Melapor pembimbing untuk memasukkan pasien
3. Mengidentifikasi kasus untuk indikasi perawatan pit dan fissure sealant
4. Melakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan pit dan fissure sealant
5. Penentuan gigi yang akan di fissure
6. Melapor ke pembimbing
7. Membersihkan permukaan gigi dengan pumish
8. Melapor ke pembimbing
9. Blokir gigi yang akan di fissure
10. Melapor ke pembimbing
11. Pengolesan dentin conditioner
12. Melapor ke pembimbing
13. Pencucian dan pengeringan gigi yang akan di fissure
14. Melapor ke pembimbing
15. Aplikasi glass ionomer
16. Melakukan pengolesan varnish
17. Melapor ke pembimbing
18. Pemeriksaan oklusi
19. Melapor ke pembimbing
20. Intruksi ke pasien (menginstruksikan tidak makan/minum selama ± 1 jam)

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 19


BAB V
SCALING

A. Pengertian Scaling
Scaling merupakan proses menghilangkan plak dan kalkulus dari permukaan gigi. Scaling
juga merupakan prosedur pengambilan plak dan kalkulus dari permukaan supragingiva dan
subgingiva. Plak yang bertumpuk di dalam mulut akan mengalami mineralisasi membentuk
kalkulus. Kalkulus tidak secara langsung menjadi penyebab penyakit jaringan periodontal gigi,
tetapi menjadi media untuk bakteri yang menimbulkan peradangan yang memicu terjadinya
penyakit periodontal. Apabila tidak segera dicegah, akan terjadi kerusakan jaringan penyangga
gigi yang lebih dalam, yaitu kerusakan tulang alveolar yang menyangga gigi yang
mengakibatkan gigi menjadi goyang dan berisiko harus dicabut. Oleh karena itu, kalkulus
harus segera dibersihkan dengan cara scaling. Scaling adalah salah satu perawatan gigi dan
mulut yang tujuan utamanya membersihkan kalkulus, meningkatkan kesehatan gingival,
memulihkan kesehatan gusi secara menyeluruh dan menghapus elemen yg dapat menyebabkan
inflamasi gusi pada permukaan gigi.

B. Instrumen Scaling
Peralatan yang biasa dipakai adalah hands instruments scaler atau manual scaler, dan
ultrasonic scaler. Manual scaler mempunyai beberapa jenis yang bentuknya disesuaikan
dengan anatomi gigi dan letak kalkulus.
Instrumen yang didapat digunakan secara manual antara lain:
1. Kuret

c. Karakteristik/ciri dasar dari kuret yaitu blade bentuk seperti sendok, dengan tip
membulat
d. Fungsinya untuk mengambil kalkulus subgingiva dan penghalusan

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 20


Kuretase adalah tindakan membersihkan jaringan lunak pada bagian dalam
dinding poket dari jaringan granulasi/nekrotik dengan tujuan mengganti jaringan granulasi
pada dinding poket dengan luka yang segar, luka tersebut akan merangsang aktivitas
pagositosis untuk meresorbsi toksin dan jaringan nekrotik sehingga dapat menyembuhkan
jaringan dan Peradangan

Adapun mekanisme kuretase yaitu:


a. Dengan membersihkan semua jaringan granulasi/ulserasi maka keradangan akan
mereda. Hal tersebut diikuti dengan berkurangnya eksudat radang, dan akan
menyebabkan pengkerutan gingival.
b. Dengan membersihkan jaringan granulasi/nekrotik pada dinding jaringan lunak serta
permukaan akar maka akan terjadi perlekatan kembali antara gingival dengan
permukaan gigi.

Indikasi dan kontra indikasi kuretase:


a. Indikasi
- Suprabony pocket dengan dinding yang edematous.
- Beberapa jenis gingivitis kecuali gingival enlargement
b. Kontra indikasi
- Poket dengan dinding gingiva yang fibrotik. Bila dinding gingiva menunjukkan
tanda-tanda fibrotik maka setelah kuretase tidak terjadi pengkerutan jaringan
gingiva.
- Poket yang dalam, dimana lapangan penglihatan kita akan terbatas pada waktu
melakukan skaling dan kuretase. Keterbatasan tersebut menyebabkan
kemungkinan tertinggalnya sisa-sisa calculus/nekrotik semen atau jaringan
granulasi dalam pocket tersebut.

2. Sickle

- Ciri-ciri: bentuk seperti bulan sabit, ujung runcing, penampang berbentuk segi tiga,
mata pemotong pada kedua sisi
- Sickle scalers digunakan untuk pengambilan kalkulus supragingiva pada permukaan
aproksimal gigi anterior dan posterior.

3. File
Fungsi utama file adalah untuk memecahkan deposit kalkulus yang besar. Namun
pada penggunaan yang tidak benar dapat menyebabkan permukaan akar gigi menjadi
kasar, oleh karena itu file tidak cocok untuk fine scaling dan root planing.

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 21


4. Chisel
Chisel merupakan instrumen yang double-ended dengan curved shank pada satu
ujung, dan ujung yang lain shank lurus. Biasanya chisel ini digunakan untuk permukaan
aproksimal gigi anterior membentuk sudut 45 derajat

5. Hoe
Hoe scalers digunakan untuk scaling kalkulus yang melekat seutuhnya pada gigi
atau membentuk lingkaran.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu menggunakan instrumentasi


1. Pemegangan
- Pemegangan yang baik adalah modifikasi pemegangan pena ( modified pen grasp ).
 Alat dipegang dengan bagian dalam jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari.
 Jari telunjuk dan ibu jari berada berdekatan pada gagang alat pada sisi yang
berseberangan sedangkan jari tengah berada di atas leher alat.
 Jari telunjuk ditekuk pada ruas kedua (dihitung dari ujung jari) dan berada di
atas jari tengah pada sisi yang sama dari alat.
 Bagian dalam ibu jari ditempatkan di antara telunjuk dan jari tengah pada sisi
yang berseberangan.

Gbr. 1. Modifikasi pemegangan pena

2. Tumpuan/sandaran jari

Menunjukkan penempatan jari manis dari tangan yang memegang alat baik intra-
oral maupun ekstra-oral untuk dapat mengontrol kerja alat dengan lebih baik.
Dengan cara demikian aplikasi tekanan akan bertambah baik dan stabilisasi alat
semakin terjamin.

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 22


3. Gerak pergelangan tangan
Pada waktu instrumentasi pergelangan tangan dan lengan bawah harus menyatu
dengan alat dan tumpuan untuk membentuk tuas yang akan menggerakkan alat periodontal
secara efisien. Dalam melakukan penscaleran dan penyerutan akar, gerak pergelangan tangan
dan lengan ( wrist and arm motion ) haruslah berlangsung dengan mulus dan efisien.

4. Adaptasi
a. adaptasi mata pisau dari alat adalah penempatan mata pisau secara benar pada
permukaan gigi.
b. sisi pemotong (cutting edge) berkontak ke gigi sedangkan punggung alat
berkontak dengan jaringan periodonsium.
c. penscaleran subgingival adalah sedemikian sehingga hanya sepertiga bagian
ujung dari mata pisau yang berkontak ke gigi.

5. Posisi operator
Posisi pasien pada waktu operator melakukan instrumentasi mempengaruhi
kemampuan operator untuk dapat bekerja secara nyaman dan efisien. Operator bisa
bekerja dalam posisi berdiri atau dalam posisi duduk. Namun harus diakui bahwa
posisi kerja yang paling baik adalah dalam posisi duduk, oleh karena itu jenis kursi
dental yang digunakan harus mendukung

C. Teknik Scaling
1. Teknik Scaling pada Supra Gingival Calculus
a. Alat dipegang modifikasi memegang pena
b. Sandaran jari pada gigi tetangga
c. Sisi pemotong ditempatkan pada sisi apikal calculus
d. Mata scaler diadaptasi pada permukaan gigi 45-90o
e. Lakukan sapuan yang pendek sampai bebas kalkulus
2. Teknik Scaling pada Subgingival Calculus
a. Alat dipegang modifikasi memegang pena
b. Sandaran jari pada gigi tetangga
c. Sisi pemotong diadaptasi permukaan gigi 0o
d. Sisi pemotong mencapai dasar saku 45-90o

D. Prinsip Penggunaan Scaler


1. Alat harus steril
2. Alat scaler tajam
3. Teknik penggunaan harus tepat

E. Alat dan Bahan


1. Larutan desinfektan (betadine)
2. Disclosing solution
3. Sikle scaler
4. Chisel scaler
5. File scaler
6. Hoe scaler
7. Diagnosa set
8. Nier bekken

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 23


F. Prosedur Kerja Scaling
1. Menyiapkan posisi sasaran untuk pembersihan karang gigi
2. Melakukan pemeriksaan dengan alat pemeriksaan
3. Melakukan komunikasi terapeutik pembersihan karang gigi
4. Melakukan pembersihan karang gigi per kwadran
5. Melakukan pemolesan pada seluruh permukaan gigi
6. Mengoleskan larutan desinfektan
7. Melakukan instruksi setelah pembersihan karang gigi

G. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Melapor pembimbing untuk memasukkan pasien
3. Melakukan pemeriksaan Debris Indeks (DI)
4. Melapor ke pembimbing
5. Melakukan sikat gigi
6. Melakukan pemeriksaan Calsulus Indeks (CI)
7. Melapor ke pembimbing
8. Melakukan penilaian OHIS
9. Melakukan Scalling
10. Melapor ke pembimbing
11. Intruksi ke pasien setelah pembersihan karang gigi

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 24


BAB VI
TOPIKAL APLIKASI FLUOR

A. Pengertian Topikal Aplikasi Fluor


Topikal Aplikasi Fluor merupakan perawatan gigi pada anak dengan pengulasan zat
yang mengandung fluor pada seluruh permukaan gigi anak untuk mencegah terjadinya lubang
gigi. Perawatan ini dianjurkan setelah gigi sulung anak tumbuh lengkap. Gigi susu tumbuh
lengkap biasanya pada usia 2,5-3 tahun. Kemudian dilakukan perawatan setiap 6 bln sekali
selama masa pertumbuhan gigi anak-anak sampai usia 12 tahun (gigi tetap sudah hampir
tumbuh semua).
Keuntungan yang didapat dari perawatan ini antara lain adalah meminimalisasi
terbentuknya lubang pada gigi dan mempertahankan gigi susu dalam mulut sampai gigi
permanen tumbuh dalam lengkung rahang yang baik serta gigi akan terpelihara dengan baik
dan sehat selama masa pertumbuhan

B. Penggunaan Fluor Secara Topikal


Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari
karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat
memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit
yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia : Ca10(PO4)6(OH)2+F
→ Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat
menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.
Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara penempatan
mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan mineral tersebut (Kidd dan
Bechal, 1991). Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang
terutama disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak
sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam.
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah
terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga
menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses
karies. Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi dilakukan dengan
beberapa cara, salah satunya dengan topikal aplikasi yang mengandung fluor

C. Indikasi dan Kontra Indikasi Penggunaan Fluor


Menurut Donley (2003), meliputi :
1. Indikasi
a. Pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi
b. Gigi dengan permukaan akar yang terbuka
c. Gigi yang sensitif
d. Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi
(contoh: down syndrome)
e. pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 25


2. Kontraindikasi
a. pasien anak dengan resiko karies rendah
b. pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor
c. ada kavitas besar yang terbuka

D. Alat dan Bahan


Alat diagnosa set
Larutan NaF 2 % atau SnF 10 %
Cotton pellet
Cotton roll
Polishing agent (bahan poles mis, pumish)
Alat-alat poles (sikat dan karet poles)

E. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan posisi pasien untuk pengolesan fluor
2. Melakukan pemeriksaan dengan alat pemeriksaan gigi
3. Melakukan komunikasi terapeutik pengolesan fluor
4. Membersihkan dan mengeringkan permukaan gigi
5. Memblokir daerah sekitar gigi per kwadran yang akan di oles flour
6. Mengoleskan permukaan gigi dengan :
7. NaF 2 % selama 2 – 3 menit
8. SnF 10 % selama 2 – 3 menit
9. Setelah selesai, pasien dianjurkan berkumur-kumur ringan
10. Menginstruksikan setelah selesai dioles pasien tidak boleh makan/minum ½ jam setelah
aplikasi dilakukan dan tidak boleh langsung sikat gigi selang waktu 3 jam

F. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Melapor pembimbing untuk memasukkan pasien
3. Melakukan pengolesan pumishh yang dicampur pasta gigi
4. Melapor pembimbing
5. Blokir dan keringkan permukaan gigi yang akan dioleskan fluor
6. Melapor pembimbing
7. Instruksi kepada pasien

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 26


BAB VII
PERSONAL HYGIENE PERFORMANCE-MODIFIED (PHP-M)

A. Pengertian Personal Hygiene Performance-Modified (PHP-M)


Personal Hygiene Performance-Modified (PHP-M) oleh Podshadley dan Haley
merupakan indeks pertama yang dikembangkan untuk tujuan yang semata-mata menilai
kebersihan individu dalam membersihkan food debris. Indeks ini mencatat ada tidaknya food
debris dengan nilai 1 atau 0.

B. Alat dan Bahan


1. Peralatan yang digunakan untuk memeriksa kebersihan gigi dan mulut adalah kaca mulut,
sonde, pinset dan nierbekken.
2. Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan adalah kapas, alkohol dan bahan pewarna atau
disclosing solution.

C. Teknik Pemeriksaan
Indeks PHP-M ini untuk mengukur kebersihan gigi secara obyektif, dengan gigi-gigi indeks
sebagai berikut :
1. Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kanan atas.
2. Gigi kaninus, bila tidak ada diganti dengan gigi anterior lainnya.
3. Gigi premolar atau gigi molar kiri atas
4. Gigi paling belakang di kwadran kiri bawah
5. Gigi kaninus kiri bawah, bila tidak ada diganti gigi anterior lainnya.
6. Gigi premolar satu atau gigi molar satu kanan bawah.

Permukaan gigi bagian bukal adalah permukaan gigi yang menghadap ke pipi,
sedangkan permukaan gigi bagian palatinal adalah permukaan gigi yang menghadap ke
langit-langit dan permukaan gigi bagian lingual adalah permukaan gigi yang menghadap ke
lidah.
Permukaan gigi masing-masing dibagi dalam 5 area, seperti pada gambar 7.1. Apabila
terlihat adanya plak pada salah satu area, maka diberi nilai 1 (tanda v), jika tidak ada plak
maka diberi nilai 0 atau (-). Selanjutnya hasil penelitian plak adalah dengan menjumlahkan
setiap skor plak pada setiap permukaan gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi indeks dapat
berkisar antara 0 -10. Dengan demikian, skor plak untuk semua gigi indeks bisa berkisar
antara 0 – 60, yaitu nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 60. Perhitungan nilai skor PHP-M
adalah : total nilai rahang atas dan rahang bawah dibagi jumlah gigi yang diperiksa.

C
B
D B E
D E
A C

Gambar 7.1 : Pembagian permukaan gigi pada bagian distal dan mesial

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 27


Semakin kecil nilai skor hasil pemeriksaan, semakin baik kebersihan gigi dan mulut
responden. Nilai kebersihan gigi dan mulut dapat dikategorikan menjadi empat kategori yaitu :
kategori sangat baik antara 0 – 15
kategori baik antara 16 – 30,
kategori buruk antara 31 – 45
kategori sangat buruk antara 46 – 60.

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 28


BAB VIII

SURFACE PROTECTION (FISSURE PROTECTION)

A. Pengertian Surface Protection(Fissure Protection)


Surface Protection (Fissure Protection) adalah tindakan melapisi permukaan oklusal
dengan menggunakan bahan tambal yang bersifat adesif seper􀆟 glass ionomer kaya fluor dan
mempunyai kemampuan mengalir (flowable) agar pada email terjadi pematangan dengan
terbentuknya ikatan fluorapatite yang tahan asam. Dengan demikian walaupun kemudian
lapisan lepas, email gigi telah terproteksi.
Gigi molar baru tumbuh struktur emailnya belum matang, karena masih banyaknya
ikatan karbonat -CO3 yang menyebabkan email mudah larut sehingga gigi menjadi rawan
karies. GIC mengganti -CO3 menbentuk ikatan Fluorapatite yang lebih tahan asam sehingga
mempunyai daya melindungi gigi dari karies.

B. Tujuan:
1. Mematangkan permukaan email yang baru erupsi, yang masih banyak mengandung
karbonat, agar terjadi pematangan email karena terjadinya ikatan Fluorapatit yang tahan
asam.
2. Melindungi permukaan oklusal gigi yang ada fisur hitamnya yang rawan karies menjadi
ikatan Fluorapatit yang tahan asam

C. Indikasi:
1. Untuk gigi molar yang baru erupsi, terutama pada anak/ pasien yang rawan karies.
2. Untuk gigi molar yang mempunyai fisur hitam terutama pada anak/pasien yang rawan
karies.

D. Kontra indikasi:
Tidak untuk gigi dengan permukaan oklusal dengan fisur yang dangkal yang tergerus oleh gigi
antagonisnya.

E. Alat dan Bahan


1. Bahan : Set GIC viskositas tinggi
2. Alat :
- Paper pad
- Spatula plastik
- Kaca mulut
- Sonde
- Pinset
- Kapas

F. Penatalaksanaan Surface Protection


1. Persiapan:
- Baca petunjuk penggunaan GIC viskositas tinggi
- Atur instrument Surface protection (Fissure Protection)beserta peralatan lainnya
pada meja kerja dan cukup cahaya.
Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 29
2. Pelaksanaan:

3. Penyelesaian:
- Catat tindakan ke dalam formulir/status kesehatan gigi anak/pasien
- Instrusikan anak/ pasien tidak makan/minum selama 1 jam.

Pedoman Praktikum Preventive Dentistry 30

Anda mungkin juga menyukai