DAN
MAKALAH TERPILIH
SYARAHAN
DAN
MAKALAH TERPILIH
[ Nama Penulis ]
[ Judul ] / [ Nama Penulis ]
ISBN
KANDUNGAN
v
KANDUNGAN
Indeks 247
vi
KATA PENGANTAR
viii
PENGENALAN
x
PENGENALAN
xi
PENGENALAN
xii
PENGENALAN
xiii
PENGENALAN
xv
KOLEKSI
SYARAHAN
17
PENINJAUAN KEMBALI TERHADAP
MBIM
4
PENINJAUAN KEMBALI TERHADAP MBIM
5
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
6
PENINJAUAN KEMBALI TERHADAP MBIM
7
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
10
BAHASA MELAYU:
HAKIKAT DAN CABARANNYA
12
CABARAN MABBIM:
BAHASA MASALAH
MELAYU: SOSIOBUDAYA
HAKIKAT DAN POLITIK
DAN CABARANNYA
15
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
16
CABARAN MABBIM:
BAHASA MASALAH
MELAYU: SOSIOBUDAYA
HAKIKAT DAN POLITIK
DAN CABARANNYA
17
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
CABARAN MABBIM:
MASALAH SOSIOBUDAYA DAN POLITIK
BAHASA MELAYU SERANTAU
19
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
20
CABARAN MABBIM: MASALAH SOSIOBUDAYA DAN POLITIK
21
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
22
DARI BAHASA MELAYU
KE BAHASA INDONESIA:
PEMANTAPAN SARANA PENCERDASAN
KEHIDUPAN BANGSA
25
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
26
MENUMBUHKAN
DARI BAHASASIKAP BERBAHASA
MELAYU INDONESIA
KE BAHASA INDONESIA
27
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
28
MENUMBUHKAN SIKAP BERBAHASA
DARI BAHASA MELAYU KE BAHASAINDONESIA
INDONESIA
29
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
30
MENUMBUHKAN SIKAP BERBAHASA
DARI BAHASA MELAYU KE BAHASAINDONESIA
INDONESIA
31
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
32
DARI BAHASA MELAYU
MENUMBUHKAN KE BAHASA INDONESIA
SIKAP BERBAHASA INDONESIA
33
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
34
MENUMBUHKAN
DARI BAHASASIKAP BERBAHASA
MELAYU INDONESIA
KE BAHASA INDONESIA
35
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
37
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
38
MENUMBUHKAN
KEBIJAKAN SIKAP BERBAHASA
PENGEMBANGAN INDONESIA
DAN PEMBINAAN BAHASA
39
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
40
MENUMBUHKAN
KEBIJAKAN SIKAP BERBAHASA
PENGEMBANGAN INDONESIA
DAN PEMBINAAN BAHASA
41
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
42
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
MENUMBUHKAN DAN PEMBINAAN
SIKAP BERBAHASA BAHASA
INDONESIA
43
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
44
MENUMBUHKAN
KEBIJAKAN SIKAP BERBAHASA
PENGEMBANGAN INDONESIA
DAN PEMBINAAN BAHASA
45
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
MENUMBUHKAN SIKAP
BERBAHASA INDONESIA
DALAM PEMBENTUKAN JATI DIRI
47
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
48
MENUMBUHKAN SIKAP BERBAHASA INDONESIA
SIKAP BAHASA
Contoh yang ditampilkan di atas sekurang-kurangnya
mencerminkan mutu pemakaian bahasa Indonesia oleh
sebagian besar dari kita dewasa ini. Mutu pemakaian ini
pada hakikatnya berkorelasi dengan tingkat kemampuan
dan keterampilan kita dalam berbahasa. Akan tetapi,
contoh-contoh tersebut, baik yang berkaitan dengan
pemakaian bahasa asing (khususnya bahasa Inggris),
keasyikan kita dalam menciptakan/menggunakan akronim,
49
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
50
MENUMBUHKAN SIKAP BERBAHASA INDONESIA
51
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
52
MENUMBUHKAN SIKAP BERBAHASA INDONESIA
53
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
54
MENUMBUHKAN SIKAP BERBAHASA INDONESIA
PEMBINAAN BAHASA
Menumbuhkan sikap positif bahasa Indonesia yang
merupakan tujuan upaya pembinaan itu sama sekali tidak
boleh ditafsirkan bahwa kita dilarang menggunakan bahasa
asing. Kita bahkan dianjurkan untuk menguasai dan
memanfaatkan bahasa asing untuk memperlancar
komunikasi dengan bangsa lain, menyerap informasi ilmu
pengetahuan dan teknologi modern untuk keperluan
pembangunan nasional, dan memperluas wawasan dan
cakrawala pandang bangsa kita (GBHN, 1993). Hal itu
berarti bahwa kalau selama ini kita dianjurkan untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, pada
saatnya yang tepat kita pun dituntut untuk menguasai
bahasa asing (terutama bahasa Inggris) serta
menggunakannya secara baik dan benar pula.
Upaya pembinaan yang selama ini dilakukan oleh Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dilakukan melalui
berbagai jalur dengan memperhatikan kelompok sasaran
yang strategis. Ada penyuluhan bagi para guru, baik guru
bahasa Indonesia maupun guru non-bahasa Indonesia; ada
penyuluhan untuk para wartawan, baik dari media massa
cetak maupun elektronik; ada penyuluhan untuk para
mubalig; bahkan ada pula penyuluhan yang khusus
diadakan bagi mereka yang terlibat dalam bidang iklan.
Para guru, wartawan, mubalig, dan pengelola iklan ini
merupakan kelompok-kelompok profesi yang pemakaian
bahasa Indonesianya sering dijadikan contoh oleh
masyarakat kita.
Melalui RRI dan TVRI programa nasional dilakukan
Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia sekali seminggu.
55
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
PENGEMBANGAN BAHASA
Kalau upaya pembinaan bahasa, seperti yang telah
disebutkan, bertujuan agar masyarakat memiliki sikap yang
positif terhadap bahasa Indonesia dan dapat
menggunakannya secara baik dan benar, upaya
pengembangan bahasa dilakukan agar bahasa Indonesia
tetap mantap dapat digunakan sebagai sarana komunikasi
56
MENUMBUHKAN SIKAP BERBAHASA INDONESIA
57
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
58
MENUMBUHKAN SIKAP BERBAHASA INDONESIA
CATATAN PENUTUP
Upaya pembinaan dan pengembangan bahasa ini perlu
diupayakan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan. Kalau dinamika masyarakat pemakaian
bahasa Indonesia yang terus berkembang seiring dengan
perubahan dan tuntutan berbagai bidang kehidupan tidak
dapat diimbangi oleh upaya pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesianya, maka bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi akan selalu “ketinggalan”.
Keberhasilan upaya pengembangan bahasa dapat diukur
atau dapat dikuantifikasi. Adanya buku tata bahasa, kamus
umum, kamus istilah, dan berbagai buku pedoman
mengenai pemakaian bahasa Indonesia secara tertulis atau
lisan merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh keberhasilan upaya
pengembangan. Berbeda halnya dengan upaya pembinaan
yang tingkat keberhasilannya tidak mungkin dapat diukur.
Selama masyarakat kita belum memperlihatkan sikap
positif terhadap bahasa Indonesia, selama itu pula
pembudayaan bahasa Indonesia belum berhasil. Hal itu
berarti pula bahwa upaya pembinaan masih harus terus
dilakukan oleh semua pihak, tidak saja oleh Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, tetapi juga oleh
pihak mana saja, baik sebagai perseorangan maupun
kelompok, yang merasa terpanggil untuk “menjunjung
bahasa persatuan bahasa Indonesia”.
Sejak Presiden Soeharto mencanangkan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar pada tanggal 20 Mei
1995, bersamaan dengan saat pencanangan Gerakan
Disiplin Nasional, sejak itu pula terlihat adanya titik-titik
terang yang menggembirakan karena bahasa Indonesia
mulai menampakkan dirinya sebagai tuan rumah di negeri
sendiri.
Mudah-mudahan perubahan papan nama, papan
petunjuk, dan iklan dari bahasa asing ke bahasa Indonesia
59
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
60
UCAPAN PENGERUSI
JAWATANKUASA TETAP
BAHASA MELAYU BRUNEI DARUSSALAM
(JKTBMBD)
Bismillahirrahmanirrahim,
Yang Mulia Dato’ Paduka Haji Mahmud bin Haji Bakyr,
wakil peribadi pemangku Menteri Kementerian
Kebudayaan Belia dan Sukan;
Yang Amat Mulia Pengiran Setia Negara Pengiran Haji
Mohd. Yusof bin Pengiran Haji Abd. Rahim;
Yang Berhormat Pehin Udana Khatib Dato’ Paduka Seri
Setia Ustaz Haji Awang Badaruddin bin Pengiran Dato’
Paduka Haji Othman, Timbalan Menteri Hal Ehwal Agama;
Yang Dimuliakan Pehin Orang Kaya Seri Setia Awang Haji
Ali bin Haji Daud;
Yang Mulia Dato’ Paduka Awang Haji Ali Hashim bin Haji
Daud,
Pengarah Urusan Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah;
Yang Terhormat Bapak Dr. Dendy Sugono,
Kepala Pusat Bahasa, Selaku Ketua Perwakilan Indonesia;
Yang Mulia Dato’ Dr. Haji Firdaus bin Haji Abdullah,
Ketua Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia
selaku Ketua Perwakilan Malaysia;
Yang Mulia Profesor Madya Dr. Shahruddin bin Maaruf,
Ketua Rombongan Singapura;
Dato’-Dato’, Datin-Datin, Pegawai-Pegawai Tugas-tugas
61
UCAPAN
SIRI TOKOH MABBIM: PENGERUSI
SYARAHAN DANJKTBMBD
MAKALAH TERPILIH
62
UCAPAN KETUA PERUTUSAN BRUNEI DARUSSALAM
63
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
64
UCAPAN
UCAPAN KETUA PENGERUSI
PERUTUSAN JKTBMBD
BRUNEI DARUSSALAM
65
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
Bismillah hirrahmannirrahim,
Yang Berhormat Encik Ahmad Shabery bin Cheek,
Setiausaha Parlimen, Kementerian Luar Negeri;
Yang Berbahagia Dato’ Dr. Firdaus Haji Abdullah,
Ketua Perwakilan Malaysia dan seluruh Ahli Perwakilan
Malaysia;
Bapak Dr. Dendy Sugono,
Ketua Perwakilan Indonesia dan seluruh Ahli Perwakilan
Indonesia;
Profesor Madya Shahruddin bin Maarof,
Ketua Negara Pemerhati Singapura berserta rombongan;
Dato’-Dato’, profesor-profesor, para peserta seminar,
hadirin dan hadirat yang saya hormati sekalian.
66
UCAPANKETUA
UCAPAN KETUAPERUTUSAN
PERWAKILAN BRUNEI
BRUNEI DARUSSALAM
DARUSSALAM
67
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
68
UCAPAN KETUA
UCAPAN KETUA PERWAKILAN
PERUTUSAN BRUNEI
BRUNEIDARUSSALAM
DARUSSALAM
69
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
70
UCAPAN KETUA PERUTUSAN BRUNEI DARUSSALAM
71
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
72
UCAPAN KETUA PERUTUSAN BRUNEI DARUSSALAM
73
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
74
UCAPAN KETUA PERUTUSAN BRUNEI DARUSSALAM
75
KOLEKSI
MAKALAH
77
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
78
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
79
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
80
ARAH
BAHASA MELAYU TUJUSISTEM
DALAM BAHASA MELAYU DWIBAHASA
PENDIDIKAN
81
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
82
BAHASA MELAYU DALAM
ARAH TUJUSISTEM
BAHASAPENDIDIKAN
MELAYU DWIBAHASA
83
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
84
ARAH
BAHASA MELAYU TUJUSISTEM
DALAM BAHASA MELAYU DWIBAHASA
PENDIDIKAN
85
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
86
ARAH
BAHASA MELAYU TUJUSISTEM
DALAM BAHASA MELAYU DWIBAHASA
PENDIDIKAN
87
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
88
BAHASA MELAYU DALAM
ARAH TUJUSISTEM
BAHASAPENDIDIKAN
MELAYU DWIBAHASA
89
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
90
ARAH
BAHASA MELAYU TUJU
DALAM BAHASA
SISTEM MELAYU DWIBAHASA
PENDIDIKAN
91
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
92
BAHASA MELAYU DALAM
ARAH SISTEM
TUJU PENDIDIKAN
BAHASA MELAYU DWIBAHASA
93
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
94
BAHASA MELAYU DALAM
ARAH TUJUSISTEM
BAHASAPENDIDIKAN
MELAYU DWIBAHASA
95
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
96
BAHASA MELAYU DALAM
ARAH TUJUSISTEM
BAHASAPENDIDIKAN
MELAYU DWIBAHASA
97
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
98
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
BAHASA MELAYU
SEBAGAI PENJANA TAMADUN ILMU
DI RANTAU BERBAHASA MELAYU:
SEJARAH DAN KEMUNGKINANNYA
DALAM ABAD KE-21
99
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
TUJUAN
Makalah ini ada mempunyai dua perkara. Pertama, untuk
menceritakan semula kisah yang kita semua mungkin sudah
tahu, iaitu kisah bahasa Melayu menjadi alat pembentuk
tamadun persuratan dan ilmu di seluruh rantau ini, rantau
yang terdiri daripada pelbagai kumpulan etnik, pelbagai
bangsa dan ragam bahasa dan pembagai budaya dan agama.
Hal ini perlu kita perhatikan bukanlah soal linguistik bahasa
Melayu itu tetapi sejarah budayanya. Kedua, kita hendaklah
menegaskan – takut-takut orang sekarang sudah lupa bahawa
rantau kita ini ialah rantau berbahasa Melayu–bahasa
Indonesia, bukan rantau berbahasa Inggeris. Maka apa-apa
jua usaha kita untuk memajukan kawasan kita ini, dalam
bidang apa pun, kita tidak dapat lari daripada hakikat ini.
100
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM
MELAYU SISTEM
SEBAGAI PENDIDIKAN
PENJANA DWIBAHASA
TAMADUN ILMU
102
BAHASA
BAHASA MELAYU
MELAYU SEBAGAI
DALAM PENJANA
SISTEM TAMADUN
PENDIDIKAN ILMU
DWIBAHASA
103
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
106
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM
MELAYU SISTEM
SEBAGAI PENDIDIKAN
PENJANA DWIBAHASA
TAMADUN ILMU
108
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM
MELAYU SISTEM
SEBAGAI PENDIDIKAN
PENJANA DWIBAHASA
TAMADUN ILMU
109
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
112
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM
MELAYU SISTEM
SEBAGAI PENDIDIKAN
PENJANA DWIBAHASA
TAMADUN ILMU
114
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM
MELAYU SISTEM
SEBAGAI PENDIDIKAN
PENJANA DWIBAHASA
TAMADUN ILMU
CADANGAN
Apakah yang perlu kita lakukan untuk mengekalkan
identiti kita sebagai bangsa berbahasa Melayu–bahasa
Indonesia di rantau ini?
115
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
116
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM
MELAYU SISTEM
SEBAGAI PENDIDIKAN
PENJANA DWIBAHASA
TAMADUN ILMU
117
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
NOTA
1. Menurut Vlekke (1959: 28), apabila mubaligh agama dari
China, I-Tsing berada di pusat Kerajaan Melayu–Sriwijaya
pada abad ke-7, dia dikatakan telah menemui hampir 400
buah teks tentang agama Hindu–Budhha yang akan dibawa
ke China (Mahayudin, 1998:60). Tidakkah mungkin di
antara teks itu ada yang tertulis dalam bahasa Melayu?
Buktinya tidak ada.
2. Lihat Mahayudin Yahya (1998: 48–50). Hanya sembilan
halaman terjemahannya dalam bahasa Melayu yang
ditemui, namun yang penting ialah bahasa Melayu
digunakan untuk menterjemahkan karya tinggi dalam
bahasa Arab. Bahasa Arab yang pada zaman itu merupakan
bahasa ilmu tinggi sebelum dunia Barat celik ilmu (masih
berada pada zaman Dark Age (zaman gelap).
3. Perlak, yang terletak di wilayah Aceh dipercayai adalah
Kerajaan Melayu–Sumatera yang pertama memeluk agama
Islam di rantau ini, iaitu pada tahun 849M. Maulana Abdul
Aziz yang berketurunan Quraisy dilantik sebagai Sultan
Perlak yang pertama dengan gelaran Sultan Alauddin
Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah.
4. Bagaimanapun, Jawa tidak tumbuh sebagai pusat
kesusasteraan Melayu kerana pengaruh budaya Jawa–
Hindu lebih kuat di situ.
5. Dua contoh dapat kita sebut: (a) Ibnu Batuttah,
pengembara Islam yang masyhur itu, apabila dia singgah
selama lebih kurang dua bulan setengah di Pasai pada
tahun 1345, telah menemui Sultan al-Malik al-Zahir, raja
Parsi yang ketiga, di masjid selepas sembahyang Jumaat.
Ibnu Batuttah melihat bagaimana sultan itu mengambil
bahagian dalam majlis perbincangan dan perbahasan
bersama-sama dengan beberapa orang ulama fuqaha yang
datang dari tanah Arab (lihat R.G. Dunn, 1989: 257-258;
Azyumardi Azra, 1997:148-149, dan juga Arnold
1896/2001:368); (b) Pada zaman pemerintahan Sultan
Iskandar Thani di Aceh (beliau berasal dari Pahang),
Syeikh Nuruddin al-Raniri diundang datang lagi ke Aceh
118
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM
MELAYU SISTEM
SEBAGAI PENDIDIKAN
PENJANA DWIBAHASA
TAMADUN ILMU
119
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
RUJUKAN
Abdul Hadi, W.M., 1995. Hamzah Fansuri: Risalah Tasawuf
dan Puisi-puisinya. Bandung: Penerbit Mizan.
Ahmad Daudy, 1978. Syeikh Nuruddin Ar-Raniri (Sejarah,
Karya dan Sanggahan Terhadap Wujudiyyah di Acheh).
Jakarta: Bulan Bintang.
Arnold, Thomas, 1892/2001. The Spread of Islam in the World:
A History of Peaceful Preaching. New Delhi, India:
Goodword Books.
Azyumardi Azra, 1997. “Education Law, Mysticism:
Constructing Social Realities” dlm. Taib Osman (ed.) 1997.
Islamic Civilization in the Malay World. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka dan The Research Centre for
Islamic History, Art and Culture, Istanbul.
Chatib, M. Quzwain, 1985. Mengenal Allah: Suatu Studi
Mengenai Ajaran Tasawuf Syaikh 'Abdus-Samad Al-
Palembangi. Jakarta: Bulan Bintang.
Dunn, R.G., 1989. The Adventures of Ibn Batuttah: A Muslim
Traveller in the Fourteenth Century. Berkeley: University of
California Press.
Ferguson, Charles, A., 1968. “Language Development” dlm.
Joshua A. Fishman, Ferguson, C.A., dan Das Gupta, J. (ed.)
1968. Language Problems of Developing Nations. New York:
John Wiley and Sons, hlm. 27–35.
Fishman, Joshua, A., 1968. “Nationality–Nationalism and Nation
Nationism” dlm. Fishman, J.A., Ferguson, C.A. dan Das
Gupta, J. (ed.) 1968. Language Problems of Developing
Nations. New York: John Wiley and Sons.
Hassan Ahmad, 1999. “Memartabatkan Penerbitan Berbahasa
Melayu dalam Alaf Baru”. Ucap utama yang disampaikan
pada Konvensyen Penerbitan Kebangsaan anjuran Dewan
Bahasa dan Pustaka, di Hotel Legend, Kuala Lumpur, 8
September 1999.
120
BAHASA
BAHASA MELAYU
MELAYU SEBAGAI
DALAM PENJANA
SISTEM TAMADUN
PENDIDIKAN ILMU
DWIBAHASA
121
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
122
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
125
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
128
BAHASA MELAYU DALAM
MEMPERKASAKAN SISTEMDAN
BAHASA PENDIDIKAN
SASTERA DWIBAHASA
MELAYU
129
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
130
BAHASA MELAYU DALAM
MEMPERKASAKAN SISTEMDAN
BAHASA PENDIDIKAN
SASTERA DWIBAHASA
MELAYU
132
MEMPERKASAKAN
BAHASA BAHASA
MELAYU DALAM DAN
SISTEM SASTERA MELAYU
PENDIDIKAN DWIBAHASA
133
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
134
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
BAHASA KEBANGSAAN
DAN PENGEMBANGAN ILMU
136
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM SISTEM
KEBANGSAAN PENDIDIKAN DWIBAHASA
DAN PENGEMBANGAN ILMU
137
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
138
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM SISTEM
KEBANGSAAN PENDIDIKAN DWIBAHASA
DAN PENGEMBANGAN ILMU
139
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
140
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM SISTEM
KEBANGSAAN PENDIDIKAN DWIBAHASA
DAN PENGEMBANGAN ILMU
141
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
142
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM SISTEM
KEBANGSAAN PENDIDIKAN DWIBAHASA
DAN PENGEMBANGAN ILMU
143
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
144
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM SISTEM
KEBANGSAAN PENDIDIKAN DWIBAHASA
DAN PENGEMBANGAN ILMU
NOTA
1. Menurut Hassan Ahmad (2000: 46–47), di dunia ini tercatat
tujuh bahasa yang digunakan sebagai bahasa resmi, yakni
bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, Portugis, Arab, Melayu,
dan Mandarin. Bahasa Inggris digunakan di 45 negara
(Inggris, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, dan
Kanada [dengan catatan wilayah Quebec menggunakan
bahasa Perancis sebagai bahasa resmi] serta 40 negara di
Afrika, Asia, dan Amerika Selatan). Bahasa Perancis
digunakan di 30 negara, yaitu di Perancis, Kanada
(Quebec), Belgia (yang juga menggunakan bahasa Flemish
sebagai bahasa resmi), dan Swiss (yang juga menggunakan
bahasa Jerman dan Itali sebagai bahasa resmi) serta di 26
negara Afrika bekas jajahan Perancis. Ada 30 negara yang
menggunakan bahasa Spanyol sebagai bahasa resmi, yaitu
Spanyol dan 29 negara bekas jajahannya. Sementara itu,
bahasa Arab digunakan di 20 negara, bahasa Melayu di
empat negara (Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura,
dan Indonesia), dan bahasa Mandarin di empat negara
(China, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura).
2. Terhadap hasil pengamatan Abdullah Hassan itu patut
dikemukakan catatan berikut.
(a) Terdapat dua negara yang sekaligus dimasukkan
sebagai negara maju dan negara yang sedang
membangun. Kedua negara itu ialah Korea dan
145
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
146
BAHASA
BAHASA KEBANGSAAN
MELAYU DAN PENGEMBANGAN
DALAM SISTEM ILMU
PENDIDIKAN DWIBAHASA
RUJUKAN
Abdullah Hassan, 1997. “Bahasa Melayu dalam Membina Minda
Kreatif dan Dominan” dlm. Hasan Alwi (ed.) 1997. Peranan
Bahasa Kebangsaan dalam Pengembangan Iptek. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono (ed.), 1999. Telaah Bahasa dan
Sastra. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
148
BAHASA
BAHASA KEBANGSAAN
MELAYU DAN PENGEMBANGAN
DALAM SISTEM ILMU
PENDIDIKAN DWIBAHASA
149
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
150
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
151
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
152
BAHASA
BAHASA MELAYU SEBAGAI
DALAM JATIPENDIDIKAN
SISTEM DIRI BANGSADWIBAHASA
153
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
154
BAHASA MELAYU DALAM
BAHASA SISTEM
SEBAGAI JATIPENDIDIKAN DWIBAHASA
DIRI BANGSA
155
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
156
BAHASA MELAYU DALAM
BAHASA SISTEM
SEBAGAI JATIPENDIDIKAN DWIBAHASA
DIRI BANGSA
157
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
158
BAHASA MELAYU DALAM
BAHASA SISTEM
SEBAGAI JATIPENDIDIKAN DWIBAHASA
DIRI BANGSA
159
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
160
BAHASA MELAYU DALAM
BAHASA SISTEM
SEBAGAI JATIPENDIDIKAN DWIBAHASA
DIRI BANGSA
161
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
162
BAHASA MELAYU DALAM
BAHASA SISTEM
SEBAGAI PENDIDIKAN
JATI DWIBAHASA
DIRI BANGSA
RUJUKAN
Hasan Alwi, 1993. “Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Daerah”. Makalah Simposium Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Jawa, Kaliurang, 26-27 Juli 1993.
Halim, Amran (ed.), 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 2.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Janet, 1994. An Introduction to Sociolinguistics. London:
Longman.
Pride, J.B. dan J. Holmes (ed.), 1972. Sociolinguistics.
Harmondsworth: Penguin Books.
Rosidi, Ajip. 1976. “Pengembangan Bahasa Daerah” dlm.
Amran Halim (ed.): 103–115.
163
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
164
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
165
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
166
BAHASA MELAYU
KAMUSDALAM
BESARSISTEM
BAHASAPENDIDIKAN
INDONESIADWIBAHASA
PEMBINAAN KORPUS
Sering dikemukakan pendapat yang menyatakan bahwa
kamus yang baru terbit langsung menjadi ketinggalan
zaman karena pada saat kamus itu terbit pasti cukup
banyak kata/istilah baru yang belum sempat terekam di
dalam kamus tersebut. Tingkat kecepatan bertambahnya
kosakata baru dalam berbagai bidang kehidupan, apalagi
pada kurun waktu yang ditandai oleh pesatnya kemajuan
dan perkembangan dalam dunia teknologi informasi, pasti
lebih tinggi daripada tingkat kecepatan para penyusun
kamus di dalam melaksanakan tugasnya. Itulah sebabnya
tadi dikatakan bahwa kamus selalu ketinggalan zaman.
Agar tingkat kecepatan para penyusun kamus itu tidak
terlalu jauh berbeda dari tingkat kecepatan pertambahan
kosakata/istilah baru, perlu diupayakan kegiatan
pembinaan korpus yang memadai sehingga setiap
kata/istilah baru itu sekurang-kurangnya dapat segera
dicatat dan disenaraikan. Proses berikutnya, yaitu yang
sesuai dengan langkah-langkah atau tahapan-tahapan kerja
dalam leksikografi, tentu akan memerlukan waktu,
terutama dalam perumusan definisinya.
169
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
173
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
174
BAHASA MELAYU DALAM
KAMUS SISTEM
BESAR PENDIDIKAN
BAHASA INDONESIADWIBAHASA
CARA PENYUSUNAN
Bentuk bahasa yang maknanya dirumuskan atau
didefinisikan dalam sebuah kamus lazim disebut lema dan
sublema. Yang disusun secara alfabetis di dalam kamus
ialah lema yang kadang-kadang disebut juga lema pokok
atau lema kata dasar. Seperti telah disinggung pada bagian
Pengantar, lema/sublema Edisi III berjumlah ± 78 000
butir. Dari jumlah itu, yang paling sedikit ialah
lema/sublema pada abjad Q (12 butir semuanya dari bahasa
Arab) dan abjad X (32 butir, semuanya berasal dari bahasa
Indo-Eropa). Kata Indonesia seperti qariah, qasar, dan
qudsi (jenis hadis) dipungut dari bahasa Arab, sementara
xenofobia, xenograf, dan xilofon dari bahasa Indo-Eropa.
Entri Edisi III yang disusun secara alfabetis itu tidak
hanya kata dasar, tetapi juga empat bentuk berikut.
1. Gabungan kata dasar (idiomatis atau tidak) seperti
campur aduk, tanggung jawab, dan warga negara
diperlakukan sebagai lema yang diikuti oleh bentuk-
bentuk derivasinya sebagai sublema seperti bercampur
aduk dan pencampuradukan untuk campur aduk;
bertanggung jawab dan pertanggungjawaban untuk
tanggung jawab; serta mewarganegarakan dan
kewarganegaraan untuk warga negara. Dengan
demikian, campur aduk, tanggung jawab, dan warga
negara itu tidak secara langsung menjadi bagian dari
lema campur, tanggung, dan warga.
2. Kata ulang yang berubah bunyi seperti bolak-balik,
compang-camping dan pontang-panting diperlakukan
sebagai lema. Artinya, ketiga bentuk itu tidak secara
175
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
176
KAMUSDALAM
BAHASA MELAYU BESAR SISTEM
BAHASAPENDIDIKAN
INDONESIA DWIBAHASA
178
BAHASA MELAYU DALAM
KAMUS SISTEM
BESAR PENDIDIKAN
BAHASA DWIBAHASA
INDONESIA
PEMENGGALAN
Lema/sublema Edisi III dicetak dengan huruf tebal dan
suku katanya dipenggal dengan menggunakan tanda titik.
180
KAMUS
BAHASA MELAYU BESARSISTEM
DALAM BAHASA INDONESIADWIBAHASA
PENDIDIKAN
181
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
182
BAHASA MELAYU DALAM
KAMUS SISTEM
BESAR PENDIDIKAN
BAHASA INDONESIADWIBAHASA
183
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
184
BAHASA MELAYU DALAM
KAMUS SISTEM
BESAR PENDIDIKAN
BAHASA DWIBAHASA
INDONESIA
ASPEK MORFOLOGI
Penyusunan Edisi III dihadapkan pada beberapa hal yang
menyangkut tataran morfologi. Sebenarnya hal itu tidak
perlu terjadi karena ketentuan mengenai kaidah morfologi,
terutama yang berhubungan dengan afiksasi, sudah jelas
dan sudah baku, bahkan sudah pula dikenal dan dipahami
185
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
188
BAHASA MELAYU
KAMUSDALAM
BESARSISTEM
BAHASAPENDIDIKAN
INDONESIADWIBAHASA
fisik fisika
matematis matematika
statistis statistika
statistik
Bentuk statisika dan statistik sama-sama berkelas kata
nomina dan sama-sama pula memiliki adjektiva statistis
sehingga deskripsinya pada Edisi III adalah sebagai berikut.
sta.tis.tik n 1 catatan angka-angka (bilangan);
perangkaan; 2 data yg berupa angka yg dikumpulkan,
ditabulasi, digolongkan sehingga dapat memberi
informasi yg berarti mengenai suatu masalah atau
gejala.
sta.tis.ti.ka n 1 ilmu tt cara mengumpulkan,
menabulasi, menggolong-golongkan, menganalisis, dan
mencari keterangan yg berarti dr data yg berupa angka;
2 pengetahuan yg berhubungan dng pengumpulan data,
penyelidikan dan kesimpulannya berdasarkan bukti,
berupa catatan bilangan (angka-angka).
sta.tis.tis. a 1 berkaitan dng statistik; 2 berkaitan dng
statistika
Pasangan statistis dengan statistik yang masing-masing
memperlihatkan kategori adjektiva dan nomina itu
memperlihatkan ciri morfologis yang sama dengan pasangan
semantis/semantik, linguistis/linguistik, metodis/metodik,
didaktis/didaktik, dan pragmatis/pragmatik. Dari pasangan-
pasangan ini pada Edisi III tidak tercantum bentuk linguistis.
Jelas hal itu memperlihatkan kekurangcermatan yang harus
diperbaiki dalam penyusunan edisi berikut.
Pada contoh berikut terlihat bahwa vokal awal o dirujuk
ke au dengan catatan bahwa bentuk otoritarian dirujuk ke
otoriter.
otografi autografi otokritik autokritik
otokrasi autokrasi otomasi automasi
otokrat autokrat otopsi autopsi
189
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
PEMERIAN MAKNA
Dalam kegiatan penyusunan kamus, menyusun deskripsi
makna lema/sublema merupakan tahapan yang utama dan
sangat menentukan bagi keberhasilan kamus yang
191
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
192
KAMUS
BAHASA MELAYU BESARSISTEM
DALAM BAHASA INDONESIA DWIBAHASA
PENDIDIKAN
193
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
194
BAHASA MELAYU
KAMUSDALAM
BESARSISTEM
BAHASAPENDIDIKAN
INDONESIADWIBAHASA
195
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
CATATAN PENUTUP
Itulah beberapa hal yang dapat dikemukakan sehubungan
dengan penyusunan KBBI Edisi III. Di luar itu, tentu masih
cukup banyak masalah kebahasaan yang dapat disajikan
dan yang mungkin jauh lebih penting dan lebih menarik
dari segi leksikografi. Akan tetapi, sesuai dengan
keterbatasan kesempatan untuk melakukan peninjauan
terhadap Edisi III secara lebih komprehensif dan mendasar,
apa yang telah disajikan pada tulisan ini boleh dikatakan
atau mudah-mudahan dapat diterima dan dipahami secara
memadai.
Tinjauan yang lebih komprehensif dan mendasar itu
pasti akan membawa kita kepada berbagai pokok, baik
yang menyangkut kerepresentatifan korpus, kerapian
penyusunan, ketaatasasan pendeskripsian makna, maupun
196
KAMUS
BAHASA MELAYU BESARSISTEM
DALAM BAHASA INDONESIADWIBAHASA
PENDIDIKAN
197
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
198
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
MASYARAKAT MADANI
Jika dilihat dari sudut penafsiran falsafah Islam dan Barat
terhadap konsep masyarakat madani atau civil society,
terhadap beberapa ciri yang memperlihatkan nilai bersama
dan berbeza. Falsafah Islam merujuk masyarakat madani
sebagai masyarakat yang memberi natijah unsur
ketamadunan sebagai kesan akibat daripada penunjangan
dasar terhadap nilai-nilai makruf. Sementara itu, falsafah
Barat pula merujuk masyarakat madani itu sebagai sebuah
masyarakat yang mempunyai kebebasan berfungsi dalam
erti kata pemerintah atau negara memberi kebebasan bagi
keluarga, kumpulan-kumpulan sukarela, pergerakan-
pergerakan sosial, media massa dan institusi-institusi
untuk bergerak dan menghalakan arah tuju mereka.
Tafsiran falsafah Barat terhadap masyarakat madani atau
civil society ini membawa kita kepada satu tahap
pemahaman bahawa masyarakat madani dari sudut tafsiran
Barat merangkumi institusi-institusi kemasyarakatan yang
wujud di luar individu dan pemerintah (Chandra Muzaffar,
1998).
Konsep masyarakat madani yang digunakan dalam
makalah ini adalah merujuk takrifan Chandra Muzaffar
(1998) yang mencantumkan kedua-dua falsafah, iaitu
falsafah Islam dan falsafah Barat, iaitu “masyarakat
madani merupakan masyarakat di mana segala institusi
antara individu dan pemerintah bergerak dengan tujuan
mewujudkan masyarakat bertamadun”. Dalam erti kata
200
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM
MELAYU SISTEM
DALAM PENDIDIKAN
PEMBINAAN DWIBAHASA
MASYARAKAT
201
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
202
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM
MELAYU SISTEM
DALAM PENDIDIKAN
PEMBINAAN DWIBAHASA
MASYARAKAT
204
BAHASA MELAYU
BAHASA DALAM
MELAYU SISTEM
DALAM PENDIDIKAN
PEMBINAAN DWIBAHASA
MASYARAKAT
205
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
206
BAHASA
BAHASA MELAYU
MELAYU DALAM
DALAM PEMBINAAN
SISTEM MASYARAKAT
PENDIDIKAN DWIBAHASA
207
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
208
BAHASA
BAHASA MELAYU
MELAYU DALAM
DALAM PEMBINAAN
SISTEM MASYARAKAT
PENDIDIKAN DWIBAHASA
KESIMPULAN
Sebagai sebuah masyarakat yang bertamadun dengan
pengamalan hidup yang serba moden, masyarakat madani
banyak mendapat manfaat dari keterlibatan bahasa
Melayu. Bahasa Melayu yang diperalat oleh institusi-
institusi milik kerajaan mahupun institusi-institusi bukan
milik kerajaan dapat menjana nilai hidup masyarakat
madani ke satu tahap yang lebih sempurna dan
berperadaban yang lebih tinggi.
Media cetak dan elektronik membolehkan bahasa
Melayu menelesuri celah-celah pelosok masyarakat
termasuk masyarakat madani. Bahasa Melayu mampu
berperanan sebagai penguat rasa cinta terhadap negara
bangsa, pemantap iman manusiawi, pencetus semangat
ukhwah dan pemangkin pola tindak dan pola fikir yang
cerdas dan bijaksana. Ringkasnya, sebagai sebuah bahasa
yang dominan dan mendapat tempat yang utuh dan kukuh
di Negara Brunei Darussalam, bahasa Melayu tidak
kurang pentingnya berperanan sebagai jentera yang
membawa masyarakat madani ke tahap yang lebih
bertamadun dan moden.
209
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
NOTA
1. Abdullah Hassan (1995) meyakinkan kita bahawa
perkembangan ekonomi sesebuah negara ada hubungannya
dengan penerimaan maklumat dengan baik dan berkesan.
Maklumat dapat diterima dengan baik dan berkesan
melalui bahasa yang dapat difahami. Simanjuntak (1995)
juga menegaskan bahawa maklumat yang disampaikan
dalam bahasa yang mudah difahami oleh rakyat seluruh
pelosok bumi sesebuah negara tentu sekali menjamin
keutuhan ekonomi sesebuah negara itu.
2. Kedudukan ini diperkuat lagi setelah Negara Brunei
Darussalam mencapai kemerdekaan pada awal tahun 1984
apabila secara serentak falsafah nasional telah
diisytiharkan dengan menempatkan elemen Melayu
sebagai satu elemen penting yang menunjangi falsafah
tersebut. Falsafah ini memberi takrif Melayu sebagai
pengukuhan nilai-nilai luhur, adat resam dan kebudayaan
Melayu yang memberikan beberapa implikasi yang salah
satu daripadanya pengukuhan bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional yang berperanan sebagai alat komunikasi,
sumber maklumat, alat perpaduan dan identiti bangsa.
3. Yang berpengertian ringkas bahawa Negara Brunei
Darussalam adalah sebuah negara Melayu yang
menjadikan Islam sebagai cara hidup dan mendaulatkan
sistem beraja sebagai sistem pentadbiran negara (Haji
Hashim Haji Abdul Hamid, 1999).
RUJUKAN
Abdullah Hassan. “Fungsi Dinamik Bahasa Melayu dalam
Menyalurkan Maklumat” dlm. Jurnal Dewan Bahasa. Jilid
39, Bil. 6., Jun 1995.
Chandra Muzaffar, 1998. “Pembinaan Masyarakat Madani:
Model Malaysia” dlm. Masyarakat Madani: Satu Tinjauan
Awal. Kuala Lumpur: Institut Strategi Pembangunan
Malaysia.
210
BAHASA
BAHASA MELAYU
MELAYU DALAM
DALAM PEMBINAAN
SISTEM MASYARAKAT
PENDIDIKAN DWIBAHASA
211
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
212
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
218
BAHASA MELAYU
BAHASA MELAYU DALAM
PENGGERAK KOMUNITI
SISTEM EKSKLUSIF
PENDIDIKAN DESA
DWIBAHASA
219
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
PENUTUP
Sebagai menyimpulkan makalah yang ringkas ini, dapatlah
dikatakan bahawa peranan bahasa Melayu sebagai
infrastruktur moden dalam menggerakkan komuniti
eksklusif desa dalam mempertingkatkan kesedaran
bernegara, kesedaran beragama, daya mentaliti dan
penggerak perubahan sosial dan geografi memang tidak
dapat dinafikan. Bahasa Melayu dengan sifat informatif
komunikatif telah berjaya mengubah daya mentaliti dan
corak sosial komuniti eksklusif desa. Bahasa Melayu
dijadikan sebagai alat untuk mengungkapkan wawasan
negara bagi mempertingkatkan keprihatinan komuniti desa
terhadap negara. Bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa
berdakwah untuk mempertingkatkan kesedaran beragama.
Selain itu, bahasa Melayu dijadikan alat penggerak
mentaliti komuniti desa yang konservatif dan paradoks.
Bahasa Melayu turut mampu mengubah sikap dan persepsi
komuniti desa terhadap ilmu moden yang berkaitan dengan
hal ehwal kesihatan, kebersihan, pertanian dan teknologi
moden. Dengan kata lain, bahasa Melayu dalam konteks
NBD, telah berjaya membawa komuniti eksklusif desa ke
arah yang lebih terkedepan dari kehidupan sebelumnya.
NOTA
1. Lihat “Peranan Bahasa Melayu dalam Mendokong Konsep
Melayu Islam Beraja” dlm. Beriga, Januari – Mac, 1991 hlm.
72.
2. Untuk perbincangan lebih lanjut, sila lihat POKLW DSS Haji
Awang Abdul Aziz bin BPUK Haji Awang Umar, 1992.
“Melayu Islam Beraja sebagai falsafah Negara Brunei
Darussalam” dlm Sumbangsih Universiti Brunei Darussalam.
3. Data ini diperolehi dari Bahagian Pengislaman, Pusat Dakwah
Islamiah, Kementerian Hal Ehwal Ugama, Negara Brunei
Darussalam.
222
BAHASA
BAHASA MELAYU
MELAYU PENGGERAK
DALAM SISTEMKOMUNITI EKSKLUSIF
PENDIDIKAN DESA
DWIBAHASA
RUJUKAN
Haji Awang Abdul Aziz bin BPUKDSP Haji Awang Umar,
1992. “Melayu Islam Beraja: Sebagai Falsafah Negara Brunei
Darussalam” dlm. Sumbangsih UBD. Bandar Seri Begawan:
Universiti Brunei Darussalam.
UNESCO, 1973. Growth and Change: Perspective of Education
in Asia. No.7. France: UNESCO.
Jabatan Sekolah-sekolah, Kementerian Pendidikan, Negara
Brunei Darussalam. “Perangkaan Bulanan Sekolah-sekolah
Rendah Seluruh Negara bagi Tahun 1992”.
Jabatan Sekolah-sekolah, Kementerian Pendidikan, Negara
Brunei Darussalam. “Perangkaan Bulanan Sekolah-sekolah
Rendah Seluruh Negara bagi Tahun 1993”.
Jabatan Sekolah-sekolah, Kementerian Pendidikan, Negara
Brunei Darussalam. “Perangkaan Bulanan Sekolah-sekolah
Rendah Seluruh Negara bagi Tahun 1994”.
Jabatan Sekolah-sekolah, Kementerian Pendidikan, Negara
Brunei Darussalam, 1991. “Peranan Bahasa Melayu dalam
mendokong Konsep Melayu Islam Beraja” dlm. Beriga Jan-
Mac. Bandar Seri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka.
223
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
224
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
227
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
229
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
230
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
233
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
234
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
Aliran Sastera
Bagi aliran sastera, daripada 20 mata pelajaran yang
ditawarkan, hanya tiga mata pelajaran sahaja yang
berpengantar BM, sedangkan yang selebihnya diajarkan
dalam BI. Dari segi peruntukan waktu pula, antara empat
hingga enam waktu sahaja daripada 40 waktu yang
diperuntukkan dalam seminggu sekitar 10 peratus hingga 40
peratus (Lihat Jadual 6).
235
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
237
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
239
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
240
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
PENUTUP
Usaha untuk mengangkat martabat BM dalam bidang
pendidikan memang sudah lama dilakukan, malah usaha
ini telah berjaya. Akan tetapi, potensi yang sedia ada dan
sudah terbukti itu telah terganggu, sebagai akibatnya
fungsi BM dalam pendidikan semakin berkurangan.
Bermula daripada Jadual 3 hingga Jadual 9, amat nyata
keterlibatan BM dalam SPNBD itu amat sedikit. Yang
jelas, semakin tinggi peringkat pendidikan itu, maka
semakin sedikit fungsi BM itu sebagai pengungkap ilmu.
Dengan situasi yang sedemikian, dan bagi memenuhi
tuntutan falsafah negara, perlu kiranya para pembuat dasar
mengkaji dan menilai semula sistem pendidikan yang
berjalan hari ini. Demi kepentingan pembangunan negara
dan generasi akan datang, BM sebagai bahasa negara perlu
241
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
242
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
NOTA
1. Perlembagaan Negeri Brunei 1959, perkara 82 (1),
hlm.122.
2. Sistem Pendidikan dua aliran persekolahan ini telah wujud
sejak awal tahun 50-an lagi, iaitu apabila dua buah sekolah
Inggeris kerajaan didirikan di Daerah Brunei dan Muara,
iaitu Maktab Sultan Omar Ali Saifuddin, dan di Daerah
Belait pada tahun 1952, iaitu Maktab Anthony Abell, Seria
(Matassim Haji Jibah, 1983: 9).
3. Lihat P.O.K. Amar Diraja Dato Seri Utama (Dr.) Haji
Awang Jamil Al-Sufri, 1982. Corak Pendidikan di Brunei
Pada Masa Depan. Brunei Majlis Pelajaran. Hlm. 2.
4. Sekarang nama kementerian ini sudah berubah menjadi
Kementerian Pendidikan.
5. Dipetik daripada kenyataan Alvin Toffler, seorang sarjana
kajian masa depan, pengarang buku The Future Shock, The
Third Wave, dan Power Shift (dlm. Abdullah Hassan,
1995: I).
243
SIRI TOKOH MABBIM: SYARAHAN DAN MAKALAH TERPILIH
RUJUKAN
Abdullah Hassan, 1995, “Fungsi Dinamik Bahasa Melayu
dalam Menyalurkan Maklumat”. Kertas Kerja Seminar
Kebahasaan, Sempena Sidang ke-34 MABBIM 20-21 Mac
1995, Ipoh, Perak Malaysia.
Awang Mataim Bakar, 1993, “Bahasa Melayu sebagai Bahasa
Ilmu dalam Konteks Negara Brunei Darussalam”. Kertas
Kerja Kongres Bahasa Indonesia VI, 28 Oktober-2 November
1993, Jakarta, Indonesia.
Awang Mohd. Jamil Al-Sufri, P.O.K. Amar Diraja Dato Seri
Utama (Dr.) Haji, 1982. Corak Pendidikan di Brunei Pada
Masa Depan. Bandar Seri Begawan: Majlis Pelajaran Brunei.
Education in Brunei Darussalam, 1992. Bandar Seri Begawan:
Kementerian Pendidikan.
Handbook 1993/94. Faculty of Education, Universiti Brunei
Darussalam.
Handbook 1993/94. Faculty of Management and Administrative
Studies. Universiti Brunei Darussalam.
Handbook 1993/94. Faculty of Sciences. Universiti Brunei
Darussalam.
Laporan Tahunan, 1975. Bandar Seri Begawan: Jabatan
Pelajaran.
Laporan Suruhanjaya Pelajaran Brunei 1972. Bandar Seri
Begawan: Jabatan Setia Usaha Kerajaan.
Laporan Tahunan Pendidikan Bagi Tahun 1981-1984, (1988).
Bandar Seri Begawan: Jabatan Perkembangan Kurikulum.
Mangantar Simanjuntak. “Bahasa Penghantar dan Pembangunan
Negara di ASEAN: Satu Analisis Neuropsikolinguistik” dlm.
Jurnal Dewan Bahasa, Jun 1995.
Matassim Haji Jibah, 1983. “Perkembangan Persekolahan
Melayu di Brunei dalam Pentadbiran Sistem Residen 1906-
1959” dlm. The Brunei Museum Journal, Vol.5, No. 3,
Bandar Seri Begawan: The Brunei Museum.
Haji Md Daud Taha, 1992. “Masalah Penguasaan Bahasa
Melayu di Kalangan Pelajar-Pelajar Melayu di Tingkatan
Menengah Atas di Negara Brunei Darussalam.” Tesis Master
Sains, Universiti Pertanian Malaysia.
244
BAHASA MELAYU DALAM SISTEM PENDIDIKAN DWIBAHASA
245
INDEKS
248
INDEKS
Palembang 17, 104, 106 Raja Ali Haji 28, 80, 107, 113,
pedoman umum xiv, 18, 19 127, 142
Pedoman Umum Ejaan Rumi Bustanul Katibin 28, 107,
19 143
Pedoman Umum Pembentukan Gurindam Dua Belas 28
Istilah 34, 58, 156 Kitab Pengetahuan Bahasa
Pedoman Umum Ejaan Bahasa 107
Indonesia yang Tuhfat al-Nafis 107
Disempurnakan 34, 58, 156 rancangan kerja 151
pembinaan bahasa 5, 24, 36, revolusi ilmu 107, 108, 114
37, 43, 44
pembinaan korpus 86, 87, 94, sambutan vii
169, 174 Samsuddin al-Sumatrani 27
pemerkasaan bahasa xiv, 89, sastera lisan 102, 112
123 sejarah 29, 33, 84, 99, 103
pemodernan bahasa 41, 42 Seminar Kebahasaan 71
pengembangan bahasa 43, 44, serantau ix, 18, 68
56, 59 sidang MABBIM xii, 21, 34,
penyelarasan istilah 12, 15 64, 69
peranan bahasa 83, 88, 199, sidang MBIM 3, 8, 14–16
203, 205, 207, 209 sikap bahasa 44, 49, 148
perancang bahasa 19, 90, 92 sosiologi 18, 20, 92, 101, 102
perancangan bahasa x, 85, 89, Sumpah Pemuda 1928 28–31,
94–97, 125 50, 153, 157
peribahasa 132, 173, 176 supranasional 24, 39, 140, 225
peristilahan 5, 8, 15, 19, 32,
34, 57 tradisi lisan 132
Perlembagaan Negeri Brunei Tun Sri Lanang 27, 120
140, 214, 228 Sejarah Melayu 11, 27, 119
Pilar Agung 27
politik 81, 85, 95, 100, 102, weltenschauung 81
113, 114 wilayah kekuasaan 24, 142
Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa xiii,
32, 34, 55, 56, 59
249