Anda di halaman 1dari 23

Referat Henia Nukleus Pulposus

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pinggang ialah bagian belakang badan yang mengemban bagian tubuh dari
thoraks ke atas dan perut. Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang
L-1 sampai seluruh tulang sakrum dan otot-otot sekitarnya. Daerah pinggang
mempunyai fungsi yang sangat penting pada tubuh manusia. Fungsi penting tersebut
antara lain, membuat tubuh berdiri tegak, pergerakan, dan melindungi beberapa organ
penting.
Tiap ruas tulang belakang berikut dengan diskus intervertebralis sepanjang
kolumna vertebralis merupakan satuan anatomik dan fsiologik. Bagian depan yang
terdiri dari korpus vertebrae dan diskus intervertebralis berfungsi sebagai pengemban
yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan terhadap tekanan-tekanan menurut
porosnya, dan yang menahan tekanan tersebut adalah nukleus pulposus.
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low
Back Pain” akibat proses degeneratif. Biasanya mereka mengobatinya dengan pijat
urat dan obat-obatan gosok, karena anggapan yang salah bahwa penyakit ini hanya
sakit otot biasa atau karena capek bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh
sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktifitas
membungkuk (sholat, mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas
mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk.
Hernia Nucleus Pulposus mempunyai banyak sinonim antara lain : hernia disk
intervertebralis, rupture diskus, slipped disk, dan sebagainya. HNP merupakan salah
satu penyebab dari nyeri punggung bawah (NPB) yang penting. Prevalensinya
berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai
diskus intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya NPB oleh karena HNP lumbalis akan
membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan
kecuali pada keadaan tertentu1.

1
Referat Henia Nukleus Pulposus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi


Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung yang mudah digerakkan. terdapat 33 tulang punggung pada manusia yang
dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada), 5
tulang lumbal, 5 tulang bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang
membentuk tulang ekor (coccyx)2.

Gambar 1. Anatomi tulang vertebre anterior, posterior, dan lateral.

Gambar 2. Lumbar vertebre

2
Referat Henia Nukleus Pulposus

Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang
terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, diskus intervertebralis (sebagai
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. dan
bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua
“kaki” atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus
yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus
tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung
disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang
belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah
yang disebut foramen intervertebrale2.
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang
dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus
invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum
longitudinalis posterior2.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis.
Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi
gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar
kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.

3
Referat Henia Nukleus Pulposus

Gambar 3. Ligamen-ligamen yang terdapat pada vertebre

Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage


Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus
pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit
kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna
vertebralis2.

Gambar 4. Nucleus Pulposus


Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya
adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang merupakan bagian peka nyeri
adalah:
 Lig. Longitudinale anterior  Lig. Longitudinale posterior

4
Referat Henia Nukleus Pulposus

 Corpus vertebra dan periosteumnya  Lig. Supraspinosum


 Articulatio zygoapophyseal  Fasia dan otot.

2.2. Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus
melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla
spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan
gangguan.

Gambar 5. Herniated Nucleus Pulposus

2.3 Epidemiologi
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering
(90%) mengenai diskus intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya nyeri pinggang
bawah (NPB) oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6
minggu.
HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada
dekade ke-4 dan ke-5. HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang
banyak membungkuk dan mengangkat. Karena ligamentum longitudinalis posterior
pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi discus
cenderung terjadi ke arah postero lateral, dengan kompresi radiks saraf2.

5
Referat Henia Nukleus Pulposus

2.4 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
 Degenerasi diskus intervertebralis
 Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
 Trauma berat atau terjatuh
 Mengangkat atau menarik benda berat
Faktor resiko
1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan
riwayat trauma sebelumnya
2. Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya pekerjaan dan aktivitas, olah raga
tidak teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama, merokok, berat
badan berlebih, batuk lama dan berulang1,3.

2.5 Patogenesis
HNP atau herniasi diskus intervertebralis, yang sering pula disebut sebagai
Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral radiculopathies adalah penyebab tersering
nyeri pugggung bawah akut, kronik atau berulang. Penonjolan, ruptur, pergeseran
adalah istilah yang digunakan pada nucleus yang terdorong keluar diskus. Apabila
nucleus mendapat tekanan, sedangkan nucleus berada diantara dua end plate dari
korpus vertebra yang berahadapan dan dikelilingi oleh annulus fibrosus maka tekanan
tersebut menyebabkan nucleus terdesak keluar, yang disebut Hernia Nucleus
Pulposus.
Herniasi diskus dapat terjadi pada midline, tetapi lebih sering terjadi pada satu
sisi. Keluhan nyeri dapat unilateral, bilateral atau bilateral tetapi lebih berat ke satu
sisi. Penyebabnya sering oleh karena trauma fleksi, dan terutama trauma berulang
dapat mengenai ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus yang telah
mengalami proses degenarasi. Sciatica, yang ditandai dengan nyeri yang menjalar ke

6
Referat Henia Nukleus Pulposus

arah kaki sesuai dengan distribusi dermatof saraf yang terkena, adalah gejala yang
pada umumnya terjadi dan ditemukan pada 40% dari pasien dengan HNP1.

2.6 Gejala Klinis


a. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai
beberapa tahun). Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.
b. Sifat nyeri berubah dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari punggung
dan terus menjalar ke bagian belakang lalu kemudian ke tungkai bawah.
c. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat
batuk atau mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan
nyeri berkurang saat beristirehat atau berbaring.
d. Penderita sering mengeluh kesemutan (parestesia) atau baal bahkan kekuatan
otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
e. Nyeri bertambah bila daerah L5-S1 (garis antara dua krista iliaka) ditekan.
f. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota
badan bawah/tungkai
g. Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang
memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi
permanen.
h. Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada
sisi yang sehat.

2.7. Diagnosis
2.7.1. Anamnesis
a. Awitan
Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah
posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan

7
Referat Henia Nukleus Pulposus

fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul
bertahap.
b. Lama dan frekuensi serangan
NBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.
Herniasi
diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus
dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4
minggu.
c. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan NPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di
daerah
lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai
bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga
dapat disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak
mempunyai pola penyebaran yang tetap.
d. Faktor yang memperberat/memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat
aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri.
Batuk, bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita
tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.
e. Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat
membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara NPB
dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari masing-
masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada
tungkai yang lebih banyak dari pada NPB dengan rasio 80-20% menunjukkan
adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila
nyeri NPB lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan

8
Referat Henia Nukleus Pulposus

adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan
operatif. Gejala NPB yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode
tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu NPB yang terjadinya secara
mekanis.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
bertambahnya nyeri NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri
biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa
menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah
nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi2.

2.7.2 Pemeriksaan Fisik2


a. Inspeksi
- Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya
lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis
lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
- Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
- Ekstensi ke belakang seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila
ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal,
karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
- Fleksi kedepan secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila
ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf
spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang
tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
- Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh
membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri.Fleksi ke depan, ke

9
Referat Henia Nukleus Pulposus

suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang
ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
- Nyeri NPB padaekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda
menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau
spondilolistesis, namun ini tidak patognomonik.
b. Palpasi
- Adanya nyeri/tenderness pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya.
- Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan
menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat
respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya
ketidak- rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain
memfokuskan pada kelainan neurologis.
- Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu
berguna pada diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk
melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau
adanya neuropati yang bersamaan. Refleks patella terutama
menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan
L3. Refleks tumit predominan dari S1.
- Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan UMN. Dari
pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa
UMN atau LMN.
- Pemeriksaan motoris harus dilakukan dengan seksama dan harus
dibandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang

10
Referat Henia Nukleus Pulposus

seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang


mempersarafinya.
- Pemeriksaan sensorik pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif
karena membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang keliru,
tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam membantu menentukan
lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik
lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding
motoris.
- Tanda-tanda perangsangan meningeal :
o Tanda Laseque menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal
khususnya L5 atau S1.Secara klinis tanda Laseque dilakukan
dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900
lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan
gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama
di betis dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi.
Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan
lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-
modifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila
menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang
menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan tanda
kemungkinan herniasi diskus. Pada tanda laseque, makin kecil
sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar
kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga
dengan tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda
pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada
96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita
HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan
positif pada 96,8% pasien. Harus diketahui bahwa tanda Laseque

11
Referat Henia Nukleus Pulposus

berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada


penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).
o Tanda Laseque kontralateral(contralateral Laseque sign) dilakukan
dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri
diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada
tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu
HNP.
o Tes Bragard modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya
sama seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
o Tes Sicard sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi
ibu jari kaki.
o Tes valsava pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes
positif bila timbul nyeri.

2.7.3 Pemeriksaan Radiologi4


1. Foto polos vertebre
Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul
(sendi sakro-iliaka), Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan
diskus, penyakit degeneratif, kelainan bawaan dan vertebra yang tidak stabil.
Pada kasus disk bulging, radiografi polos memperlihatkan gambaran
tidak langsung dari degenerasi diskus seperti kehilangan ketinggian diskus
intervertebralis, vacuum phenomen* dalam bentuk gas di disk, dan osteofit
endplate4.

12
Referat Henia Nukleus Pulposus

Gambar 6. *Gambaran vacuum phenomena

Dalam kebanyakan kasus hernia nucleus pulposus (HNP), foto polos


tulang belakang lumbosakral atau tulang belakang leher tidak diperlukan. Foto
polos tidak dapat memperlihatkan herniasi, tetapi digunakan untuk
menyingkirkan kondisi lainnya misalnya, fraktur, kanker, dan infeksi4.

13
Referat Henia Nukleus Pulposus

Gambar 7. Gambaran Rontgen Polos Lumbal

2. CT scan
adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.

3. Mielografi
berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien
yang sebelumnyadilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi
metal

Gambar 8. Myelografi pada rontgen

14
Referat Henia Nukleus Pulposus

4. CT mielografi
dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan
lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada
pasien yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan
direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal
vertebralis.

Gambar 9. Potongan sagital myelogram CT menunjukkan, besar


kalsifikasi, ekstrusi diskus posterior menyebabkan kompresi spinal yang
parah di tingkat T5-6

5 . M R I (akurasi 73-80%)
Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan gambaran
secara seksional pada lapisan melintang dan longitudinal. Biasanya sangat
sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai prolaps. Namun
para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tet ap memerlukan suatu
EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI sangat
berguna bila: vertebra dan level neurologis belum jelas ,kecurigaan

15
Referat Henia Nukleus Pulposus

kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak suntuk


menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi, kecurigaan
karena infeksi atau neoplasma. Pada MRI, HNP muncul sebagai fokus,
tonjolan asimetris bahan diskus melampaui batas-batas dari anulus. HNP
sendiri biasanya hipointense. Selain itu, fragmen bebas dari diskus dengan
mudah terdeteksi pada MRI.

Gambar 10. Potongan aksial T1 menunjukkan tonjolan dari diskus


paracentral kiri dengan kompresi neuron S1 kiri.

Gambar 11. Radikulopati L5. Potongan Sagital T1-T2 menunjukkan


ekstrusi diskus diekstrusi bermigrasi cranially, penekanan akar saraf L5.

16
Referat Henia Nukleus Pulposus

Gambar 12. Potongan sagital T1 dan T2 dan aksial dan T1-T2 rata
menunjukkan perubahan degeneratif pada tingkat L1-2 dan L2-3, hipertrofi
segi pada tingkat L4-5, dan herniasi diskus menyebabkan ekstrusi dan
mengompresi saraf kiri L5.

Mengenai keterbatasan MRI, pada beberapa individu dengan


perangkat implan (misalnya, alat pacu jantung) atau dengan logam dalam
tubuh, mungkin tidak mampu menjalani MRI karena disfungsi alat pacu
jantung atau elektroda memanas yang mungkin timbul dari MRI. Dokter dapat
mengintruksikan pemeriksaan yang lain.
Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus yang
terjadi terbagi atas:
 P rotruded intervertebral disc, dimana nukleus terlihat menonjol
ke suatu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus.
 P rolapsed intervertebral disc, dimana nukleus berpindah tetapi
masih tetap dalam lingkaran anulus fibrosus.
 Ekstruded intervertebral disc, dimana nukleus keluar dari anulus
fibrosus dan berada di bawah ligamen longitudinalis posterior.

17
Referat Henia Nukleus Pulposus

 Sequestrated intervertebral disc, dimana nukleus telah


menembus ligamen longitudinalis posterior.

Gambar 13. Gradasi HNP

18
Referat Henia Nukleus Pulposus

6. Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostic


yang sangat berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli
bedah saraf/ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan
menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan
mengeksklusi adanya suatu tumor.

7. Mumenthaler (1983) menyebutkan adanya 25% false negative diskus


prolaps pada mielografi dan 10% false positive dengan akurasi 67%

8. Discography
Discography adalah pemeriksaan radiografi dari diskus intervertebralis
dengan bantuan sinar-x dan bahan media kontras positif yang diinjeksikan ke
dalam nukleus pulposus untuk menentukan adanya suatu annulus
fibrosus yang rusak, dimana kontras hanya bisa penetrasi/menembus
bila ada suatu lesi dengan cara memasukkan jarum ganda untuk
menegakkan diagnosa. Dengan adanya MRI maka pemeriksaan ini sudah
tidak begitu populer lagi karena invasive.

19
Referat Henia Nukleus Pulposus

Gambar 14. Diskografi

Gambar 15. MR diskography

2.8 Penatalaksanaan2,5
a. Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :
- Tidur selama 1 – 2 jam diatas kasur yang keras
- Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi
saraf
- Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi
drug dan analgetik.
- Terapi panas dingin.
- Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral
brace atau korset.
- Terapi diet untuk mengurangi BB
- Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides

20
Referat Henia Nukleus Pulposus

- Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS).


b. Pembedahan
- Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami
nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua
sisi tubuh dan adanya gangguan neurology utama seperti
inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop.
- Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau
pengeluaran atau pemotongan lamina tulang belakang dan
biasanya dilakukan untuk memperbaiki luka pada spinal.

2.9 Prognosis
a. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi
konservatif
b. Sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun sudah
diterapi.
c. Pada pasien yang dioperasi 90% akan membaik terutama nyeri
tungkai, kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%1.

21
Referat Henia Nukleus Pulposus

BAB III
KESIMPULAN

. Hernia Nukleus Pulposus yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus


melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla
spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan
gangguan.
Gangguan ini berupa nyei pinggang yang sering dikeluhkan oleh orang awam.
Walaupun etiologi nyeri pinggang bawah terdapat berbagai sebab, tetapi HNP
merupakan penyakit yang tidak boleh diabaikan begitu saja.
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering
(90%) mengenai disk intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya NPB oleh karena HNP
lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan
jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.
Untuk mendiagnosis HNP butuh pemeriksaan radiologi. MRI merupakan
pilihan dari berbagai pemeriksaan radiologi karena memiliki spesitifitas dan
sensitivitas yang tinggi. Tidak seperti pada pemeriksaan foto polos yang hanya dapat
melihat komponen tulang vertebre saja tetapi dari pemeriksaan foto polos dapat
mencurigai kearah HNP dapat dilakukan sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut
seperti myelografi, MRI, ataupun diskografi.

22
Referat Henia Nukleus Pulposus

DAFTAR PUSTAKA

1. Mark R Foster, MD, PhD, FACS. Herniated Nucleus Pulposus Treatment &
Management. 2017
2. Maheswari J. Essential Orthopaedics. New Delhi. 2015
3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0072656/ diakses pada
tanggal 27 Maret 2018
4. http://emedicine.medscape.com/article/340014-overview diakses tanggal 10
Maret 2017
5. David J. Essential Orthopaedic and trauma 5th ed. 2013

23

Anda mungkin juga menyukai