Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Separator (Pemisahan)

Separator merupakan elemen utama dalam pembahasan materi ini.

Kebanyakan operasi pemisahan padat dan cair dapat diklasifikasikan sebagai

pemisahan dua macam bahan cair yang tidak bercampur atau bahan cair dengan

bahan padat secara pengendapan, tergantung pada pengaruh gaya tarik bumi

terhadap sistem. Kadang – kadang pemisahan ini dapat sangat lambat oleh karena

berat spesifik komponen sangat tidak berbeda nyata atau oleh karena gaya yang

menahan sistem dalam ikatan. Dengan maksud untuk meningkatkan kecepatan

pemisahan gaya sentrifusi dapat dipergunakan untuk menekan perbedaan daya

terhadap sistem.

Adapun pemisahan yang mempunyai sifat di dalam sistem yaitu berupa

homogen dan heterogen dengan cara pemisahan yang meliputi :

1. Jika campuran yang akan dipisahkan bersifat homogen (berupa larutan),

pemisahan hanya dapat dilakukan dengan cara penambahan atau

penciptaan fasa lain di dalam sistem.

2. Jika campuran bersifat heterogen, pemisahan dapat dilakukan dengan

mengeksploitasi perbedaan yang sudah terdapat dalam sistem.

Pemisahan fasa-fasa campuran heterogen harus dilakukan sebelum

pemisahan bagian-bagian yang homogennya dipisahkan lebih lanjut, karena

biasanya lebih mudah.

Universitas Sumatera Utara


Jenis – jenis sistem heterogen yang terdapat dalam sistem yaitu :

a. uap-cair;

b. cair-cair (tak saling larut);

c. padat-cair;

d. padat uap;

e. padat-padat.

Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang sistem heterogen pada padat-

cair .

Pemisahan heterogen dapat dilakukan dengan 4 metode utama yaitu :

a. Pengendapan dan Sedimentasi;

b. Flotasi;

c. Pemisahan sentrifugal; dan

d. Filtrasi (penyaringan) dan pengayakan.

a. Pengendapan, merupakan pemisahan (cepat) partikel-partikel dari suatu

fluida dengan gaya gravitasi yang bekerja pada partikel-partikel tersebut.

Sedimentasi, merupakan pemisahan partikel-partikel padat yang tersuspensi

di dalam suatu cairan dengan memanfaat-kan gaya gravitasi, menjadi cairan

jernih dan lumpur berkadar padatan lebih tinggi.Terlihat pada gambar 2.1 :

Gambar 2.1. Pemisahan dan sendimentasi

Universitas Sumatera Utara


Keterangan gambar menunjukan bahwa:

a. Kecepatan uap dalam drum pemisah uap-cair harus lebih kecil dari

kecepatan pengendapan tetesan cairan.

b. Kecepatan pengumpanan campuran ke dalam tangki pemisah cair-cair

harus cukup kecil sehingga tetes cairan berat tenggelam dan tetes cairan

ringan terapung.

c. Pada bilik pemisah padatan-udara, (tinggi vertikal bilik)/(kecepatan

pengendapan partikel) harus lebih kecil dari waktu tinggal udara.

b. Flotasi

Pemisahan berdasarkan gaya berat yang mengeksploitasi sifat permukaan

partikel-partikel. Gelembung-gelembung gas (biasanya udara) dibangkitkan di

dalam suatu cairan dan menempel pada suatu jenis partikel padat atau tetes

cairan tak-larut, hingga partikel-partikel atau tetesan-tetesan termaksud

terbawa mengapung ke permukaan cairan. Dapat diterapkan untuk

memisahkan campuran padat-padat maupun cair-cair. Penting dalam

pemrosesan mineral. Campuran padatan yang akan diolah harus digiling halus

agar partikel-partikel zat kimia yang akan di ikatkan (recovered) terbebas dari

zat-zat lain.

Zat-zat kimia yang biasa dibubuhkan pada medium flotasi :

1. Modifier : utk mengendalikan pH pemisahan. Yang lazim : asam, kapur,

soda api.

Universitas Sumatera Utara


2. Kolektor : reagen tak suka air (water repellent) yang dibubuhkan utk

teradsorpsi secara selektif pada permukaan salah satu jenis partikel padat,

hingga partikel tsb lebih hidrofobik dan cenderung menempel pada

gelembung gas.

3. Aktivator : untuk mengaktifkan afinitas permukaan suatu mineral (yang

dikehendaki) pada kolektor.

4. Depressant : zat yang bisa teradsorpsi pada partikel padat yang

dikehendaki tertinggal, membuatnya kurang hidrofobik dan tak mau

menempel pada gelembung gas.

5. Pembuih (frother) : zat aktif permukaan yang dibubuhkan ke dalam

medium flotasi utk menstabilkan buih dan memperlancar pemisahan.

2.1.1 Pemisahan Secara Sentrifugal

Pemisahan sentrifugal dipilih jika pemisahan dengan gaya gravitasi terlalu

pelahan, karena :

1. Massa-jenis partikel dan fluida tak jauh berbeda; atau

2. Kecepatan pengendapan kecil karena partikel terlalu kecil; atau

3. Campuran yang hendak dipisahkan membentuk emulsi yang (cukup)

stabil.

Gambar 2.4 Pemisahan dengan gaya gravitasi

Universitas Sumatera Utara


Siklon (dan hidrosiklon) adalah pemisah sentrifugal paling sederhana pada

gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pemisahan sentrifugal sederhana

Pada proses pemisahan yang dilakukan dengan gaya fisik yang berkerja

pada partikel atau bahan cair, gaya ini termasuk gaya gravitasi, gaya sentrifusi dan

gaya kinetik yang timbul dari aliran. Partikel atau aliran dipisahkan oleh karena

perbedaan reaksinya terhadap gaya-gaya tersebut, dan peralatan disusun untuk

melakukan peralatan ini. Sebagai contoh, dalam proses pengendapan atau

sendimentasi, gaya yang berkerja adalah gaya gravitasi dan partikel-partikel yang

dipisahkan oleh karena perbedaan berat jenisnya serta sifat-sifat pengendapan,

apabila partikel tersebut dijatuhkan melalui bahan cair.

Pemisahan dikelompokan dalam 4 kelompok yaitu penyaringan,

pengendapan, klasifikasi, pemisahan sentrifusi. Penyaringan adalah pemisahan

bahan padat dari bahan cair dicapai dengan mengalirkan campuran penembus

pori-pori yang cukup halus untuk menahan bahan padat akan tetapi cukup besar

Universitas Sumatera Utara


untuk melakukan bahan cair. Dalam sendimentasi , dua bahan cair yang tidak

dapat bercampur yaitu bahan cair dengan bahan padat dipisahkan dengan

membiarkan bahan ini dalam keadaan seimbang di bawah pengaruh gaya

gravitasi, bahan yang berat terlebih dahulu jatuh dari pada bahan yang ringan.

Proses ini mungkin merupakan proses lambat dan selalu dipercepat dengan

mempergunakan gaya sentrifusi untuk menigkatkan kecepatan pengendapan,

resultante proses pemisahan ini disebut pemisahan sentrifusi.

1. Proses pemisahan secara sentrifusi

Pemisahan dua bahan cair yang tidak bercampur atau bahan cair dengan

bahan padat secara pengendapan, tergantung pada pengaruh gaya tarik bumi

terhadap komponen. Kadang-kadang pemisahan ini dapat sangat lambat oleh

karena berat spesifik komponen sangat tidak berbeda nyata atau karena gaya

yang menahan komponen dalam ikatan, misalnya sebagai yang terjadi dalam

emulsi. Untuk meningkatkan kecepatan pemisahan gaya sentrifusi dapat

dipergunakan untuk menekan perbedaan daya terhadap komponen. Gaya

sentrifugal pada partikel yang dipaksa untuk berputar melalui sebuah lorong

diberikan dengan analogi pada persamaan 2-1 yaitu :

F=m.a (2-1)

kg.m
Dimana : F = gaya yang terjadi pada benda ( )
dtk 2

Universitas Sumatera Utara


m = massa benda ( Kg)

a = percepatan benda (m.s-3)

dengan; a =ω 2.r

Dari persamaan 2-1 dapat diasumsikan bahwa gaya sentrifugal yang terjadi

pada partikel dengan lintasan lingkaran maka didapat persamaan (2-2):

( 2-2 )

Dimana : fs : gaya sentrifugal yang berkerja pada partikel untuk

kg.m
mempertahankan dalam lingkaran lorong ( )
dtk 2

r : jari-jari lintasan yang dilewati (mm)

m : massa partikel (kg)

ω : kecepatan sudut partikel (rad/dtk)

Oleh karena; , (2-3)

dan , (2-4)

dimana :vt : kecepatan tangensial partikel (rad/dtk)

T : waktu (dtk2)

Gaya sentrifugal tergantung pada jari-jari dan kecepatan putaran pada

massa partikel. Apabila jari-jari dan kecepatan putaran tetap, maka faktor yang

perlu diperhatikan adalah berat partikel, sehingga bertambah berat partikel,

bertambah besar gaya sentrifugal yang berkerja pada partikel tersebut. Akibatnya

apabila dua bahan cair, yang satu dua kali lebih rapat dari yang lain, diletakkan

Universitas Sumatera Utara


dalam keranjang diputar pada sumbu tegaknya pada kecepatan yang tinggi, gaya

sentrifugal per satuan isi akan dua kali lebih besar pada bahan cair yang lebih

berat daripada bahan cair yang lebih ringan.

Bahan cair yang berat akan menempati lingkaran keliling bagian luar

keranjang dan bagian ini menggantikan bahan cairan yang ringan ketengah-

tengah.

2.1.2 Peralatan Pemisahan

Bentuk sentrifuse yang paling sederhana terdiri dari sebuah keranjang

berputar sekitar sumbu, seperti terlihat pada gambar 2.3. Bahan cair atau bahan

cair dan padat dimasukkan kedalam keranjang dan dibawah gaya sentrifugal,

bahan cair yang lebih berat atau partikel padat lolos ke daerah terluar keranjang

sedangkan komponen yang paling ringan bergerak ke tengah-tengah. Apabila

umpan seluruhnya bahan cair maka pipa pengumpulan yang sesuai dapat disusun

untuk membiarkan pemisahan komponen yang paling berat dan yang paling

ringan. Berbagai susunan dipergunakan untuk menyelesaikan pengumpulan ini

secara efektif dan dengan gangguan terhadap pola aliran di dalam mesin semini

mungkin. Untuk mendapat pengertian, fungsi susunan pengumpulan selalu lebih

menolong untuk memikirkan kerja sentrifusi sebagai analog dengan jatuh bebas,

dengan berbagai bendungan dan aksi aliran berlebihan sama seperti dalam tangki

pengendapan, meskipun gaya sentrifugal jauh lebih besar dari pada gaya gravitasi.

Menentukan jari-jari daerah netral sehingga pipa pemasukan dapat di

design sedemikian rupa. Dari gambar 2.3. separator yang menggambarkan

keranjang sebuah sentrifuse bahan cair yang tegak dan terus menerus. Umpan

Universitas Sumatera Utara


masuk sentrifus dekat sumbu, bahan cair yang lebih berat keluar melalui lubang

atas r1 dan bahan cair lebih ringan keluar melalui lubang atas r2, r1 yaitu pipa

lubang pengeluaran bahan cair yang ringan dan r2 yaitu pipa lubang

pengeluaran bahan cair yang lebih ringan.yang terlihat pada gambar 2.3 :

Gambar 2.3.Separator

Jadi, untuk mencari tekanan pada setiap komponen pada jari-jari r2,dan

diberikan persamaan 2-5:

ρ .ω 2 . dr
dP = (2-5)
2g

menjadi:

ρ .ω 2 . ( rrn2 − r 2 )
P2 − P1 = (2-6)
2g

maka;

ρϖ 2 (rrn2 − r 2 )
P2 = P1 − (2-7)
2g

Universitas Sumatera Utara


( ρ A r1 − ρ B r2 )
2 2

jadi; r n= (2-8)
(ρ A − ρ B )

Dimana : rn : jari-jari netral (mm)

ρA : Kerapatan minyak (kg/m3)

ρB : Kerapatan lumpur dan air (kg/m3)

r1 : jari-jari pipa keluar padatan dan air (mm)

r2 : jari-jari pipa keluar minyak (mm)

Dengan kerapatan minyak nabati dan padatan, dapat digunakan persamaan

kerapatan fluida per satuan volume yaitu pada persamaan 2-9:

(2-9)

dimana : ρ : Kerapatan fluida (kg/m3)

m : massa fluida (kg)

V : Volume (m3)

2.1.3 Gaya sentripetal yang berkerja pada partikel

Gaya sentripetal memiliki besar sebanding dengan kuadrat kecepatan

tangensial benda dan berbanding terbalik dengan jari-jari lintasan dapat dilihat

pada gambar 2.4:

Gambar 2.4 analogi gaya sentripetal

Universitas Sumatera Utara


apabila dianalogikan dengan hukum kedua Newton pada persamaan 2-10:

(2-10)

dengan arah menuju pusat lintasan berbentuk lingkaran, yang menunjukkan

bahwa terdapat suatu percepatan sentripetal,pada persamaan 2-11:

(2-11)

Maka gaya sentripetal memiliki besar sebanding dengan kuadrat kecepatan

tangensial benda dan berbanding terbalik dengan jari-jari lintasan seperti pada

persamaan 2.12 :

( 2-12)

2.1.4 Kecepatan pemisahan

Sesuai dengan hukum stokes, kecepatan dalam keadaan steady partikel

yang bergerak di dlam aliran “streamline” dibawah pengaruh kerja suatu gaya

percepatan adalah pada persamaan 2-13 :

Vm = D 2 a ( ρ p − ρ f ) / 18µ (2-13)

Pada persamaan ini percepatan a telah menggantikan percepatan gravitasi

g. apabila aliran “streamline” terjadi di dalam sentrifusi, persamaan 2-14 dapat

ditulis :

2π n 2
a = r( ) (2-14)
60

Sehingga,

Universitas Sumatera Utara


Vm = D 2 r (2 π n / 60) 2 ( ρ p − ρ f ) / 18µ
(2-15)
= D 2 n 2 ( ρ P − ρ f ) / 1640 µ

Dimana : Vm = kecepatan minyak menembus air

2.1.5 Daya Pemisahan

Dalam perencanaan separator dapat dibutuhkan daya pemisahan untuk

mendapatkan poros yang akan digunakan nantinya. adapun daya yang dibutuhkan

dalam pemisahan adalah seperti persamaan 2-16 :

P = ρ .Q.h (2-16)

Dimana: P : Daya yang dibutuhkan (Kw)

Q : Kapasitas aliran (m3/s)

h : Head loses sepanjang separator ( m )

ρ : Kerapatan minyak nabati (kg/m3)

2.2 Motor Induksi

Motor yang digunakan sebagai elemen pendukung adalah motor induksi.

Motor induksi banyak digunakan dalam industri baik skala besar maupun skala

kecil karena motor induksi mempunyai konstruksi yang sangat baik, harga yang

murah dan mudah dalam pengaturan kecepatannya, stabil ketika berbeban dan

mempunyai efisiensi yang tinggi. Motor induksi atau asinkron pada umumnya

hanya memiliki satu suplai tenaga yang mengeksitasi belitan stator. Belitan

rotornya tidak terhubung langsung dengan sumber tenaga listrik, melaikan belitan

ya dieksitasi oeleh induksi dari perubahan medan magnetik yang disebabkan oleh

arus pada belitan stator.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Konstruksi Motor Induksi

Motor induksi terdiri atas dua bagian utama yaitu stator dan rotor.

Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang berbentuk sislinder dan simetris.

Diantara rotor dan stator terdapat celah udara yang sempit.

a. Stator

Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang diam

yang membawa arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi yang

menjadi alur kumparan ( Gambar 2.4 ). Tiap kumparan tersebar dalam

beberapa alur yang disebut belitan phasa dimana untuk tiga motor phasa
0.
belitan terpisah secara listrik sebesar 120 bila stator tersebut dicatu

oleh tegangan tiga phasa yang setimbang, maka pada stator tersebut

akan muncul suatu medan magnet pada celah yang berputar pada

kecepatan serempak yang besarnya ditentukan oleh jumlah kutub (p)

dan frekuensi stator (f) yang dirumuskan dalam persamaan ( 2-17) :

120 f
ns = ( 2-17)
p

Dimana : ns = putaran sinkron medan stator (rpm)

f = frekuensi (Hz)

Z = jumlah kutub

Berikut adalah contoh bagian stator dan belitan dalamnya untuk motor

induksi tiga phasa.pada gambar 2.5 :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5 Stator motor induksi tiga phasa

b. Rotor

Ada dua jenis belitan rotor yaitu : rotor sangkar bajing ( squirrel cage

rotor) atau biasanya disebut rotor sangkar dan rotor belitan ( wound rotor). Rotor

jenis rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.6:

Gambar 2.6 Rotor sangkar, (a) Tipikal rotor sangkar

Batangan rotor biasanya terbuat dari tembaga, almunium, magnesium atau

logam campuran yang diletakkan pada alur atau slot. jenis rotor standart tidak

terisolasi, karena batangan membawa arus yang besar pada tegangan rendah.

Motor induksi dengan rotor sangkar ditunjukakan pada gambar 2.7 :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7. Konstruksi motor induksi Rotor sangkar ukuran kecil

2.2.2 Prinsip kerja motor Induksi


Motor induksi adalah peralatan pengubah energi elektromekanis, dimana

terjadi perubahan energi dari bentuk energi listrik ke energi mekanis. Pengubah

energi ini bergantung pada keberadaan fenomena alami magnetik dan medan

listrik yang saling berkaitan pada satu sisi dan gaya mekanis. Adapun prinsip

kerja motor induksi tiga phasa mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Apabila kumparan stator dihubungkan pada sumber tegangan tiga phasa,

maka akan timbul medan putar dengan kecepatan ns yang besarnya

120 f
ditunjukkan dalam persamaan 2-17 yaitu: n s = (2-17)
p

2. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.

Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar E2

3. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup maka ggl tersebut

akan menghasilkan I.

4. Adanya arus I didalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada

rotor.

Universitas Sumatera Utara


5. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul

kopel beban, rotor akan berputar searah medan putar stator.

6. Perputaran rotor akan semangkin meningkat hingga mendekati kecepatan

sinkron. Perbedaan kecepatan medan putar stator (ns) dan kecepatan rotor

(nr) disebut slip (s) dan dinyatakan dengan :

ns − nr
s= x 100 % ( 2-18 )
ns

7. Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan terinduksi pada

kumparan rotor akan bervariasi tergantungnya slip. Tegangan induksi ini

dinyatakan dengan E2s yang besarnya :

E2s = 4,44 .s .f. N2. φ m (2-19)

8. Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir

pada kumparan rotor, dengan demikian tidak akan dihasilkan kopel. Kopel

ditimbulkan jika nr < ns. selain itu kita dapat juga menghitung daya yang

digunakan yaitu sebesar :

pin = 3 . .Vin . I in . cos ϕ (2-20)

2.3 Poros
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap mesin yang

berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran.Poros adalah suatu bagian stasioner

yang berputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen

seperti: kopling, roda gigi, pulley, roda gila, engkol sproket, dll.

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Macam-Macam Poros

Menurut pembebanannya poros diklasifikasikan menjadi:

a) Poros Transmisi

b) Poros Spindel

c) Poros Gandar

Dalam perencanaan kopling ini dipilih jenis ‘poros transmisi’. Poros ini

mendapat beban puntir murni atau gabungan beban puntir dan lentur. Daya

ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley, dll.

Dalam perencanaan poros transmisi ini, perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

a. Kekuatan Poros

Suatu proses transmisi harus dapat menahan beban seperti: puntiran, lenturan,

tarikan dan takanan. Oleh karena itu, poros harus dibuat dari bahan pilihan

yang kuat dan tahan terhadap beban-beban tersebut.

b. Kekakuan Poros

Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan

atau defleksi puntirnya terlalu besar, akan mengakibatkan terjadinya getaran

dan suara. Oleh karena itu,disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus

dipertimbangkan sesuai dengan jenis mesin yang dilayani.

c. Putaran Kritis

Suatu mesin bila putarannya dinaikkan,maka pada harga putaran tertentu akan

terjadi getaran yang sangat besar dan disebut putaran kritis. Putaran ini harus

dihindari dengan membuat putaran kerja lebih rendah dari putaran kritisnya.

Universitas Sumatera Utara


d. Bahan Poros

Poros transmisi biasa dibuat dari bahan yang ditarik dingin dan difinishing

seperti baja karbon yang dioksidasikan dengan ferra silikon dan di cor.

Pengerjaan dingin membuat poros menjadi keras dan kekuatannya menjadi

besar.

2.3.2 Penentuan Daya Perencanaan

Poros yang akan dirancang adalah poros transmisi yang digunakan untuk

memindahkan daya dan putaran sebesar:

P = 76,87 kW

n = 7000 rpm

Penentuan daya rencana diperoleh dari persamaan 2-21 :

Pd = fc. N (2-21)

di mana: Pd = daya rencana (kW)

fc = faktor koreksi

Pn = daya nominal keluaran motor penggerak (kW).

Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan

sesuai dengan Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang akan ditransmisikan
Daya yang Akan Ditransmisikan fc

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2

Daya normal 1,0 - 1,5

sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, “Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin”

Universitas Sumatera Utara


Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa

momen puntir. Oleh sebab itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama dari poros

akan dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan

kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan.

Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung dari:

Pd
Mp = 9,74 ⋅ 10 5 ⋅ (2-22)
n

di mana: Mp = momen puntir (kg⋅mm)

Pd = daya rencana (kW)

n = putaran (rpm).

2.3.3 Pemilihan Bahan

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja karbon yang di-finish

dingin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari Ingot yang di-Kill (baja yang

dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon terjamin). Jenis-jenis

baja S-C beserta sifat-sifatnya dapar dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)
Lambang Perlakuan Diameter Kekuatan Kekerasan
Panas (mm) Tarik HRC (HRB) HB
(kg/mm2)
Dilunakkan 20 atau kurang 58 – 79 (84) - 23 -
S35C-D 21 – 80 53 – 69 (73) - 17 144 - 216
Tanpa 20 atau kurang 63 – 82 (87) - 25 -
dilunakkan 21 – 80 58 – 72 (84) - 19 160 - 225
Dilunakkan 20 atau kurang 65 – 86 (89) - 27 -
S45C-D 21 – 80 60 – 76 (85) - 22 166 - 238
Tanpa 20 atau kurang 71 - 91 12 - 30 -
dilunakkan 21 – 80 66 – 81 (90) - 24 183 - 253
Dilunakkan 20 atau kurang 72 - 93 14 - 31 -
S55C-D 21 – 80 67 – 83 10 - 26 188 - 260
Tanpa 20 atau kurang 80 - 101 19 - 34 -
dilunakkan 21 – 80 75 – 91 16 - 30 213 - 285
sumber: Sularso, Kiyokatsu Suga, “Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin”

Universitas Sumatera Utara


Tegangan geser ijin dari bahan ini diperoleh dari rumus :

τ =
σb (2-23)
p
Sf1 ⋅ Sf2

dimana: τg = tegangan geser izin (kg/mm2)

σb = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)

Sf1 = faktor keamanan yang bergantung pada jenis bahan, di mana

untuk bahan S-C besarnya adalah 6,0.

Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros, di mana

harganya berkisar antara 1,3 – 3,0.

2.3.4 Perencanaan Diameter Poros

Diameter poros dapat diperoleh dari persamaan 2-24 :

1
 5,1 3
dp =  ⋅ Kt ⋅ Cb ⋅ Mp 
 τa
(2-24)

di mana: dp = diameter poros (mm)

τa = tegangan geser izin (kg/mm2)

Kt = faktor koreksi tumbukan, harganya berkisar antara 1,5 – 3,0

Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur,

dalam perencanaan ini diambil 1,0 karena diperkirakan tidak

akan terjadi beban lentur

Mp = momen puntir yang ditransmisikan (kg⋅mm).

Universitas Sumatera Utara


2.3.5 Pemeriksaan Kekuatan Poros

Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya. Pengujian

dilakukan dengan memeriksa tegangan geser (akibat momen puntir) yang bekerja

pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui tegangan geser izin yang dapat

ditahan oleh bahan maka poros akan mengalami kegagalan.

Besar tegangan geser akibat momen puntir yang bekerja pada poros

diperoleh dari persamaan 2-25:

τp = 16 ⋅ M3p (2-25)
π ⋅d

di mana: τp = tegangan geser akibat momen puntir (kg/mm2)

Mp = momen puntir yang ditransmisikan (kg⋅mm)

dp = diamater poros (mm).

2.4 Pasak

Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-

bagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling, dll. pada poros. Momen

diteruskan dari poros ke naf ke poros.

Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh spline dan gerigi

yang mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam dengan jumlah gigi yang

sama pada naf dan saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya, gigi pada

spline adalah besar-besar, sedang pada gerigi adalah kecil-kecil dengan jarak bagi

yang kecil pula. Kedua-duanya dapat digeser secara aksial pada waktu

meneruskan daya. Pada Gambar 2.8 :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.8. Pasak

2.4.1 Macam – Macam Pasak

Pasak pada umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam sebagai

berikut yaitu : Menurut letaknya pada poros dapat dibedakan atas : pasak pelana,

pasak benam, pasak rata, pasak singgung yang umumnya segi empat. Dalam arah

memanjang dapat berbentuk primatis atau berbentuk tirus. pasak benam primatis

ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping macam-macam pasak

diatas ada pula pasak tembereng dan pasak jarum (Gambar 2.9).

Pasak luncur memungkinkan pergeseran roda gigi, dan lain-lain pada

porosnya, seperti pada spline. yang paling umum dipakai adalah pasak benam

yang dapat meneruskan momen yang besar. Untuk momen dengan tumbukan,

dapat dipakai pasak singgung. Dapat dilihat pada gambar 2.9 :

Gambar 2.9. Macam-Macam Pasak

Universitas Sumatera Utara


2.4.2 Hal-Hal Penting Dalam Perencanaan Pasak

Pasak benam mempunyai bentuk penampang segi empat dimana terdapat

bentuk prismatis dan tirus yang diberi kepala untuk memudahkan pencabutannya.

Pada pasak yang rata, sisi sampingnya harus presisi dengan alur pasakagar pasak

tidak goyah. untuk pasak umumnya dipilih bahan yang mempunyai kekuatan tarik

lebih dari 60 ( kg/mm2), lebih kuat daripada porosnya.

Jika momen rencana dari poros adalah T ( kg.mm), dan diameter poros

adalah ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah:

T
F= (2-26)
(d s / 2)

Gaya geser yang berkerja pada penampang mendatar b x l (mm2 oleh gaya

F (kg), dengan demikian tegangan geser yang ditimbulkan adalah:

F
τk = (2-27)
b.l

Dengan tegangan geser yang diizinkan τ ka (kg/mm2), panjang pasak l1

(mm) yaitu sebesar :

F
τ ka ≥ (2-28)
b.l

2.5 Sabuk-V Dan Puli

Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan

transmisi langsung dengan roda gigi. dalam hal demikian, cara transmisi atau daya

yang lain dapat diterapkan , dimana sebuah sabuk luwes atau rantai dibelitkan

sekeliling pully atau sproket pada poros.

Universitas Sumatera Utara


Transmisi dengan elemen mesin yang luwes dapat digolongkan atas

transmisi sabuk, transmisi rantai, dan trasmisi kabel atau tali. Transmisi sabuk

dapat dibagi atas tiga kelompok. Dalam kelompok pertama, sabuk rata dipasang

pada pully silinder dan meneruskan momen antara dua poros yang jaraknya dapat

sampai 10 (m) dengan perbandingan putaran antara 1/1 sampai 6/1. Dlam

kelompok kedua, sabuk dengan penampang trapesium dipasang pada puli dengan

alur dan meneruskan momen antara 2 poros yang jaraknya sampai 5 (m) dengan

perbandingan putaran antara 1/1 sampai 7/1. Kelompok terakhir terdiri atas sabuk

dengan gigi yang digerakkan dengan sproket pada jarak pusat sampai mencapai 2

(m), dan meneruskan putaran secara tepat dengan perbandingan antara 1/1 sampai

6/1.

Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah

penanganannya dan harganya pun murah. kecepatan sabuk direncanakan untuk 10

sampai 20 (m/s) pada umumnya, dan maksimum 25 (m/s). daya maksimum yan

dapat ditransmisikan kurang lebih sampai 500 (kw).

2.5.1 Konstruksi Sabuk-V

Sabuk V terbuat dari karet yang mempunyai penampang trapesium.

tenunan tetoran atau semacamnya dipergunakan sebagai sabuk untuk membawa

tarikan yang besar. Sabuk V dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V

pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan

sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan

bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan daya yang besar

pada tengangan yang relatif rendah. hal ini merupakan salah satu keunggulan

Universitas Sumatera Utara


sabuk V dibandingkan dengan sabuk rata. dapat dilihat konstruksi sabuk V pada

gambar 2.10. :

Gambar 2.10. Konstruksi Sabuk-V

2.5.2 Perencanaan Sabuk-V dan puli

Pada pemilihan penampang sabuk-V ini dengan menggunakan penampang


standar tipe B yang terlihat pada tabel 2.3 terlampir :
Dalam hal perencanaan sabuk-V dan pully dapat ditentukan daya dan

putaran (rpm) yang diperlukan terutama menentukan penampang sabuk yang

terlihat pada tabel 2.4 :

Tabel 2.4 Ukuran puli-V


Penampang Diameter Nominal α (*) W* L0 K K0 e f
Sabuk-V (diameter lingkaran jarak
bagi dp)
A 71-100 34 11,95 9,2 4,5 8,0 15,0 10,0
101-125 36 12,12
126 atau lebih 38 12,30
B 125-160 34 15,86 12,5 5,5 9,5 19,0 12,5
161-200 36 16,07
201 atau lebih 38 16,29
C 200-250 34 21,18 16,9 7,0 12,0 25,5 17,0
251-315 36 21,45
316 atau lebih 38 21,72
D 355-450 36 30,77 24,6 9,5 15,5 37,0 24,0
451 atau lebih 38 31,14
E 500-630 36 36,95 28,7 12,7 19,3 44,5 29,0
631 atau lebih 38 37,45
Sumber Tabel: Dasar Perencanaan dan Pemilihan, Sularso, hal 166

Diameter puli yang terlalu kecil akan memperpendek umur sabuk. Dalam

Tabel 2.5 diberikan diameter minimum yang dianjurkan dan yang diizinkan

menurut jenis sabuk yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.5 Diameter minimum puli yang diizinkan dan dianjurkan (mm)
Penampang A B C D E

Diameter min. yang diizinkan 65 115 175 300 450

Diameter min. yang dianjurkan 95 145 225 350 550

Dimana putaran puli pengger ak dan yang digerakkan berturut-turut adalah

n1 ( rpm) dan n2 (rpm), dan diameter nimnal masing- masing adalah dp(mm) dan

Dp (mm), serta perbandingan putaran u dinyatakan dengan n2/n1 atau dp/ Dp karena

sabuk –V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan yang

umum dipakai ialah perbandingan reduksi I (i>1), di mana

ni Dp 1 1
=i= = ;= (2-29)
n2 dp u i

Kecepatan linier sabuk –v ( m/s) adalah

dpn1
v= (2-30)
60 x1000

jarak sumbu poros dapat dihitung dengan persamaan 2-31 :

d k + Dk
C= (2-31)
2

Maka diameter lingkaran jarak bagi puli dp, Dp (mm) diameter luar puli dk, Dk

(mm) dan diameter naaf dB, DB dapat dilihat pada persamaan 2-32:

Dp = dp x i (2-32)

maka;

dk = dp + 2 x K (2-33)

Dk = Dp +2 x K (2-34)

Universitas Sumatera Utara


jika dB dan DB berturut-turut adalah diameter bos atau naaf puli kecil dan puli

besar ds1 dan ds2 berturut-turut adalah diameter poros penggerak dan yang

digerakkan.

dB ≥ 5/3 ds1 + 10 (mm)

DB ≥ 5/3 ds2 + 10 (mm)

Besarnya daya yang dapat ditransmisikan oleh satu sabuk P0 (kw)

diberikan oleh persamaan 2-35 biasanya dipakai untuk sabuk-V standar.

P0 = (dp n){( C1 (dpn)-0,09-(C2/dp)- C3(dpn)2} – C2n x {1 – (1/C5)} (2-35)

dimana C1 sampai C5 adalah konstanta-konstanta.

untuk menyerderhanakan perhitungan, setiap produsen sabuk mempunyai

katalog yang berisi daftar untuk memilih sabuk. tabel.2.6. yang terlampir

menunjukkan daftar kapasitas dari daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk bila

dipakai puli dengan diameter minimum yang dianjurkan.

2.6 Penentuan Bantalan

Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang digunakan untuk

menghubungkan dua elemen mesin lainnya yang saling bergerak satu terhadap

yang lain. Pada konstruksi kopling Mitsubishi Kuda digunakan dua jenis bantalan,

yaitu:

1. Bantalan pendukung poros, berupa bantalan bola radial untuk menahan

poros pada tempatnya.

Universitas Sumatera Utara


2. Bantalan pembebas (release bearing), berupa bantalan bola aksial untuk

menekan pegas matahari saat pedal kopling ditekan.

Perancangan kedua bantalan tersebut akan diuraikan dalam bagian berikut.

2.6.1 Bantalan Pendukung Poros

Bantalan yang digunakan untuk mendukung poros adalah bantalan bola radial

beralur dalam baris tunggal (single row deep groove radial ball bearing),

sebanyak dua buah, masing-masing pada kedua ujung poros. Sketsa bantalan

pendukung poros ini beserta komponen-komponen lain yang terhubung

dengannya ditunjukkan pada gambar 2.11 :

Gambar 2.11 Bantalan

2.6.2 Penentuan Bahan Bantalan

Diagram benda bebas untuk gaya-gaya yang bekerja pada poros dan kedua

bantalan pendukungnya diberikan dalam gambar 2.12 :

Universitas Sumatera Utara


Gambar. 2.11 Analisa Gaya Pada Bantalan Pendukung Poros

Bahan poros dan bahan bantalan mempunyai harga tekanan yang diizinkan

Seperti yang terlihat pada Tabel 2.8 :

Tabel 2.8 Tekanan yang diizinkan untuk bantalan aksial.


Poros Bantalan Tekanan yang diizinkan
Pa (kg/mm2)

Baja keras Perunggu 0,5-0,75

Baja keras Besi cor mutu tinggi 0,5-0,75

Baja lunak Perunggu 0,3-0,4

Baja lunak Besi cor 0,2-0,25

Sumber: Perencanaan dan pemilihan elemen mesin , sularso hal 125.

harga-harga pa diberikan dalam Tabel 2.8. Untuk macam pelumasan biasa,

harga-harga (pv)a adalah 0,17 ( kgm/mm2.s). Untuk pelumasan dengan pompa

minyak 0,4-0,8 kg.m/mm2.s), untuk pelumasan dengan alat pendingin 0,8

(kg.m/mm2.s) atau kurang.

maka, Persamaan 2-38 dapat diketahui ukuran bantalan aksial yang akan dipakai :

Universitas Sumatera Utara


W .N
d1 − d 2 = (2-38)
C

dimana : d1 = Diameter poros (mm)

d2 = Diameter luar bantalan (mm)

W = Berat bowl disc (kg)

N = Putaran poros (rpm)

C = Konstanta ( kg.mm/(mm2.s)

dapat dilihat pada persamaan 2-39 :

C = 30000 x ( pv)a (2-39)

( pv)a = Tekanan yang diizinkan 0,17 [kg.m/mm2.s)]

jadi tekanan yang terjadi pada bantalan aksial pada persamaan 2-40 :

1000
P= (2-40)
(π / 4). (d12 − d 22 )

faktor keamanan bantalan aksial dapat dibandingkan dengan tekanan izin

bantalan PTerjadi < ( pv)a [kg.m/mm2.s)]

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai