Bentuk Lapisan Batubara Dedy
Bentuk Lapisan Batubara Dedy
Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
Potensi batubara Indonesia masih memungkinkan untuk lebih ditingkatkan lagi dengan
memberikan prioritas yang lebih besar pada pengembangan dan pemanfaatannya untuk
yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),
batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan
Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu
geologi.
Di Indonesia produksi batubara pada tahun 1995 mencapai sebesar 44 juta ton. Sekitar
33 juta ton dieksport dan sisanya sebesar 11 juta ton untuk konsumsi dalam negeri. Dari
jumlah 11 juta ton tersebut 60 % atau sekitar 6.5 juta ton digunakan untuk pembangkit
listrik, 30 % untuk industri semen dan sisanya digunakan untuk rumah tangga dan
industri kecil.
pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
•Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Hasil endapan
•Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit
•Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk batubara
berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tumbuh-tumbuhan tanpa bunga dan biji,
•Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar
getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah
•Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
Potensi batubara di Indonsia masih memungkinkan untuk lebih ditingkatkan lagi dengan
memberikan prioritas yang lebih besar pada pengembangan dan pemanfaatannya untuk
meningkatkan peranan batubara menjelang tinggal landas pada awal Pelita VI. Salah satu
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan waktu yang
lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh fisika, kimia ataupun
tumbuhan perlu diketahui di mana batubara terbentuk dan factor-faktor yang akan
Pembentukan Batubara
Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan mati dengan komposisi utama dari cellulose.
Proses pembentukan batubara atau coalification yang dibantu oleh factor fisika, kimia
alam akan mengubah cellulosa menjadi lignit, subbitumine dan antrasite. Gas-gas yang
terbentuk selama proses pembentukan batubara akan masuk ke dalam celah-celah vein
batulempung dan ini sangat berbahaya. Gas metan yang sudah terakumulasi di dalan
celah vein, terlebih-lebih apabila terjadi kenaikan temperature, karena tidak dapat keluar,
sewaktu-waktu dapat meledak dan terjadi kebakaran. Oleh karena itu, mengatahui
bentuk deposit batubara dapat menentukan cara penambangan yang akan dipilih dan
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan
purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia
yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam
kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan
(sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan
Period) --dikenal sebagai zaman batu bara pertama-- yang berlangsung antara 360 juta
sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh
suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas
organik'. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang
selanjutnya berubah menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat
(brown coal). Batubara muda adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun,
maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah
maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus
(sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara
menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus
Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus
pembentuk batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing --masing unsur
karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena
tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas
batubara, maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula batubara
bermutu rendah-- seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan
materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban
(moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya
juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak,
serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan
Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara, dikenal dua macam teori yaitu :
a. Teori Insitu
ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian maka setelah
tumbuhan tersebut mati, belum mengetahui proses transportasi segera tertutup oleh
lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terebentuk
dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena
kadar abunya relative kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan
b. Teori Drift
ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang.
Dengan demikian tumbuhan yang telah mati di angkut oleh media air dan berakumulasi
disuatu tempat, tertutupoleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis
batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi di
jumapi dibeberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak mengandung material
pengotor yang terangkut bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal
Cara terbentuknya batubara merupakan proses yang komples, dalam asti harus dipelajari
dari berbagai sudut yang berbeda. Terdapat serangkaian factor yang diperlukan dalam
a. Posisi Geotektonik
yang dominan. Posisi ini akan mempengaruhi iklim local dan morfologi cekungan
Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena
mungkin mempunyai efek yang terbatas terhadap iklim dan keadaannya bergantung
c. Iklim
factor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai. Iklim tergantung pada
posisi geografi dan lebih luas lagi dipengaruhi oleh posisi geotektonik. Temperature
yang lembab pada iklim tropis dan sub tropis pada umumnya sesuai untuk pertumbuhan
flora dibandingkan wilayah yang lebih dingin. Hasil pengkajian menyatakan bahwa hutan
rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setipa 7 – 9 tahun dengan ketinggian pohon
sekitar 30 meter. Sedangkan pada iklim yang lebih dingin, ketinggian pohon hanya
d. Penurunan
Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tekonik. Jika penurunan dan
transgresi dan regresi mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya. Hal ini
menyebabkan adanya infiltrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari
e. Umur Geologi
sejaran pengendapan batubara dan metamorfosa organic. Makin tua umur batuan makin
dalam penimbunan yang terjadi, sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi.
Tetapi pada batubara yang mempunyai umur geologi lebih tua selalu ada resiko
mengalami deformasi tektonik yang membentuk struktur perlipatan atau patahan pada
lapisan batubara. Disamping itu factor erosi akan merusak semua bagian dari endapan
batubara.
f. Tumbuhan
terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisografi dengan iklim dan topografi
tertentu. Flora merupakan factor penentu terbentuknya berbagai tipe batubara. Evolusi
dari kehidupan menciptakan kondisi yang berbeda selama masa sejarah geologi. Mulai
dari Paleozoic hingga Devon pertamakali terbentuk lapisan batubara di daerah lagon
yang dangkal. Periode ini merupakan titik awal dari pertumbuhan flora secara besar-
besaran dalam waktu singkat pada setiap kontinen. Hutan tumbuh dengan subur selama
masa Karbon. Pada masa tersier merupakan perkembangan yang sangat luas dari
g. Dekomposisi
Dekomposisi flora yang merupakan bagian dari transformasi biokimia dari organic
merupakan titik awal untuk seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan gambut, sisa tumbuhan
akan mengalami perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati,
proses degradasi biokimia lebih berperan. Proses pembusukan akan terjadi oleh kerja
oleh air dengan cepat, maka akan terhindar oleh proses pembusukan, tetapi terjadi
proses desintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah mati
terlalu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan pembusukan gambut akan
berkurang sehingga hanya bagian keras saja tertinggal yang menyulitkan penguraian
oleh mikribiologi.
Searah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geotektonik yang
sebagainya.
Disamping itu adanya erosi yang intensif menyebabkan bantuk lapisan batubara tidak
menerus.
j. Metamorfosa Organik
Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau pengaburan oleh
sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia tidak berperan lagi tetapi lebih
gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan
air lembab, oksigen dan zat terbang serta bertambahnya prosentas karbon pada,
belerang dan kandungan abu. Tekanan dapat disebabkan oleh lapisan sedimen penutup
yang sangat tebal atau karena tektonik. Hal ini menyebabkan bertambahnya tekanan dan
percepatan proses metamorfosa organic. Proses ini akan dapat mengubah gambut
menjadi batubara sesuai dengan perubahan sifat kimia, fisik, dan optiknya.
tinggi. Salam satu syarat yang dapat membentuk lapisan batubara tebal adalah apabila
terdapat suatu cekungan yang oleh karena adanya beban pengendapan bahan-bahan
perlahan-lahan.
Cekungan ini umumnya terdapat didaerah rawa-rawa (hutan bahaku) di tepai pantai.
memungkinkan permukaan air laut akan tetap dan kondisi rawa stabil. Apabila karena
proses geologi dasar cekungan turun secara cepat, maka air laut akan masuk ke dalam
Akibatnya di atas lapisan pembentuk batubara akan terendapkan lapisan sedimen laut
antara lain batugamping. Pada tahap selanjutnya akan terjadi kembali pengendapan
batubara dengan diselingi oleh lapisan antara yang berupa batugamping dan
batulempung. Tidak jarang dijumpau lapisan batubara sering terbentuk lapisan antara
yang berupa batulempung yang disebut sebagai clay band atau clay parting.
Bentuk Lapisan Batubara
Pada kegiatan eksplorasi batubara, kita selalu menginginkan utk mendapatkan lapisan
batubara yang tebal. Dalam bentuk lapisan menerus dgn ketebalan yang sama kesemua
Bentuk cekungan, proses sedimentasi, proses geologi selama dan sesudah proses
Sebagai catatan, hasil pengamatan pada singkapan batubara yang diperoleh dilapangan,
macam bentuk lapisan batubara yang ada diantara lapisan batuan sedimen.
Untuk hal tesebut, dalam melakukan interpretasi geologi yang berkaitan dalam usaha
memahami bentuk lapisan batubara, di anjurkan memadukan semua data geologi yang
diperoleh pada saat melakukan pemetaan permukaan (surface) dan pemetaan bawah
Bentuk cekungan, proses sedimentasi, proses geologi selama dan sesudah proses
penambangannya.
Bentuk Pinch
Bentuk Fault
Bentuk Fold
Bentuk ini dicirikan oleh lapisan batubara dan lapisan batuan sedimen yang menutupinya
melengkung ke arah atas, akibat adanya gaya kompresi. Tingkat perlengkungan sangat
ditentukan oleh besaran gaya kompresi. Makin kuat gaya kompresi yang berpengaruh,
makin besar tingkat perlengkungannya. Ke arah lateral lapisan batubara mungkin akan
sama tebalnya atau menjadi tipis. Kenampakan ini dapat terlihat langsung pada
singkapan lapisan batubara yang tampak/dijumpai di lapangan (dalam skala kecil), atau
dapat diketahui dari hasil rekontruksi beberapa lubang pemboran eksplorasi pada saat
dilakukan coring secara sistematis. Akibat dari perlengkungan ini lapisan batubara terlihat
Pengaruh air hujan, yang selanjutnya menjadi air tanah, akan mengakibatkan sebagian
dari butiran batuan sedimen yang terletak di atasnya, bersama air tanah akan masuk di
antara rekahan lapisan batubara. Kejadian ini akan megakibatkan apabila batubara
menjadi tidak bersih. Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan, apabila batubara
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah. Pada umumnya
bagian bawah (dasar) dari lapisan batubara merupakan batuan yang plastis misalnya
batulempung sedang di atas lapisan batubara secara setempat ditutupi oleh batupasir
yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur. Sangat dimungkinkan, bentuk pinch
berulang-ulang. Ukuran bentuk pinch bervariasi dari beberapa meter sampai puluhan
meter. Dalam proses penambangan batubara, batupasir yang mengisi pada alur-alur
tersebut juga dianggap sebagai pengotor anorganik. Keberadaan pengotor ini tidak
Bentuk ini terjadi apabila di antara dua bagian lapisan batubara terdapat urat lempung
ataupun pasir. Bentuk ini terjadi apabila pada satu seri lapisan batubara mengalami
patahan, kemudian pada bidang patahan yang merupakan rekahan terbuka terisi oleh
material lempung ataupun pasir. Apabila batubaranya ditambang, bentukan Clay Vein ini
dipastikan ikut tertambang dan merupakan pengotor anorganik (mineral matter) yang
tidak diharapkan. Pengotor ini harus dihilangkan apabila batubara tersebut akan
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana batubara semula terbentuk suatu kulminasi
pada bagian yang “terintrusi” menjadi menipis atau hampir hilang sama sekali. Bentukan
intrusi mempunyai ukuran dari beberapa meter sampai puluhan meter. Data hasil
pemboran inti pada saat eksplorasi akan banyak membantu dalam menentukan dimensi
bentukan tersebut. Apabila bentukan intrusi tersebut merupakan batuan beku, pada saat
tubuh batupasir, dalam proses penambangan sangat dimungkinkan ikut tergali. Oleh
sebab itu ketelitian dalam perencanaan penambangan sangat diperlukan, agar fragmen-
fragmen intrusi tersebut dalam batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan
diperkecil.
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit batubara mengalami beberapa seri
patahan. Apabila hal ini terjadi, akan mempersulit dalam melakukan perhitungan
cadangan batubara. Hal ini disebabkan telah terjadi pergeseran perlapisan batubara ke
banyak gejala patahan, diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi, tidak dibenarkan hanya
berpedoman pada hasil pemetaan geologi permukaan saja. Oleh sebab itu, di samping
kegiatan pemboran inti, akan lebih baik bila ditunjang oleh data hasil penelitian geofisika.
Dengan demikian rekonstruksi perjalanan lapisan batubara dapat diikuti dengan bantuan
hasil interpretasi dari data geofisika. Apabila patahan-patahan secara seri didapatkan,
keadaan batubara pada daerah patahan akan ikut hancur. Akibatnya keberadaan
kontaminan anorganik pada batubara tidak terhindarkan. Makin banyak patahan yang
terjadi pada satu seri sedimentasi endapan batubara, makin banyak kontaminan
Bentuk ini terjadi apabila di daerah endapan batubara, mengalami proses tektonik
sederhana, misalnya bentuk antiklin atau bentuk sinklin, atau sudah merupakan
kombinasi dari kedua bentuk tersebut. Lapisan batubara bentuk fold, memberi petunjuk
awal pada kita bahwa batubara yang terdapat di daerah tersebut telah mengalami
proses coalification relatif lebih sempurna, akibatnya batubara yang diperoleh kualitasnya
relatif lebih baik. Sering sekali terjadi, lapisan batubara bentuk fold berasosiasi dengan
lapisan batubara berbentuk fault. Dalam melakukan eksplorasi batubara di daerah yang
banyak perlipatan dan patahan, kegiatan pemboran inti perlu mendapat prioritas utama
agar ahli geologi mampu membuat rekonstruksi struktur dalam usaha menghitung
NIM : 1009045046
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA