Anda di halaman 1dari 4

Thalidomide

Thalidomide ialah obat untuk mencegah kondisi kulit tertentu yang terkait dengan
penyakit kusta (eritema nodosum leprosum) dan berfungsi sebagai antineoplastik pada kasus
kanker darah multiple myeloma. Merk dagang dari Thalidomide sendiri ialah Thalomid, nama
IUPAC nya ialah (RS)-2-(2,6-dioxopiperidin-3-yl)-1H-isoindole-1,3(2H)-dione, memiliki rumus
senyawa C13H10N2O4.

Thalidomide masuk ke dalam kelas obat yang dikenal sebagai imunomodulator


(peningkat sistem pertahanan tubuh) yang bekerja dengan mengurangi pembengkakan dan
kemerahan (inflamasi). Obat ini bekerja pada sistem imun untuk menurunkan kadar zat
yang dapat menyebabkan peradangan kulit pada penderita erythema nodosum leprosum (ENL)
atau reaksi kusta tipe 2 dengan tingkat keparahan menengah dan berat.

Dosis awal Thalidomide untuk reaksi kusta tipe 2 (erythema nodosum leprosum) sebesar
100 - 300 mg satu kali dalam sehari saat akan tidur, dosis awal untuk pasien dengan berat badan
dibawah 50 kg sebesar 100 mg setiap hari. Dosis tersebut, dapat dikurangi 50 mg setiap 2-4
minggu, dosis maximal untuk dikonsumsi sebesar 400 mg setiap hari.
Dosis awal Thalidomide untuk kanker darah multiple myeloma sebesar 200 mg satu kali
dalam sehari. Dosis dapat ditingkatkan setiap minggu dengan interval waktu sesuai toleransi
pasien. Dosis maximal dalam pemakaiannya sebesar 800 mg setiap hari.
Sebelum mengonsumsi thalidomide, penderita wanita perlu melakukan tes kehamilan
untuk memastikan dirinya tidak dalam keadaan hamil. Thalidomide harus dikonsumsi dalam
keadaan perut kosong atau setidaknya satu jam setelah makan dengan segelas air. Jangan
mengonsumsi lebih sering atau lebih lama dari anjuran dokter. Beberapa efek samping yang
mungkin timbul setelah mengonsumsi thalidomide adalah pusing atau pening, denyut jantung
cepat, kelemahan otot, lengan dan tungkai kaki menjadi merah, bengkak dan nyeri, nyeri dada,
kaki dan tangan menjadi kaku, kesemutan, atau terasa terbakar, batuk, nyeri perut, diare,
sembelit, mual, pusing, mengantuk, mulut kering, kulit kering. Biasanya efek samping yang
muncul akan mereda seiring tubuh menyesuaikan diri dengan obat.
Thalidomide merupakan suatu obat sedative hipnotik yang dikembangkan di Jerman
Barat sekitar tahun 1954 oleh perusahaan farmasi Jerman Grunenthal di Stolberg untuk
mengatasi insomnia. Namun, obat ini banyak disalahresepkan pada ibu hamil untuk mengatasi
morning sickness syndrome.
Bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pada saat hamil mengkonsumsi thalidomide
ditemukan cacat baik dalam bentuk Amelia (tidak memiliki tangan dan kaki), fokomelia (lengan
dan kaki tidak lengkap), bibir sumbing (labioschisis), tanpa langit-langit (palatoschisis), tanpa
mata (anophtalmus), tanpa telinga (anotia), tanpa tempurung kepala (anencephali), hingga
abnormalitas berbagai organ tubuh. Pada pertengahan tahun 1962, Thalidomide dinyatakan
ditarik dari peredaran di seluruh dunia, dengan korban lebih dari 10.000 bayi cacat di seluruh
dunia.
Pada perkembangan embrio atau teratogenik, tidak ditemukan pada hewan eksperimen
karena obat tidak mempengaruhi tikus dengan cara yang sama. Hal ini lah yang menyebabkan
Thalidomide lolos uji.

Penelitian di jurnal Science mengungkapkan bahwa thalidomide mengikat dan


menonaktifkan cereblon protein (CRBN), yang berperan sangat penting dalam pembentukan
anggota tubuh. Peneliti mengidentifikasi salah satu ikatan mitra thalidomide oleh lapisan manik-
manik magnet dengan turunan dari obat, kemudian menggunakan magnet untuk menarik keluar
setiap protein yang terikat oleh obat dari ekstrak sel manusia. Ketika thalidomide terikat akan
menghambat ekspresi faktor pertumbuhan yang diperlukan untuk perkembangan sel-sel di kaki
dan telinga.
VIOXX

Sejak tahun 1999, Vioxx telah dipasarkan oleh Merck & Co untuk mengobati
osteoarthritis, kondisi nyeri akut, dan dismenore di lebih dari 80 negara. VIOXX (rofecoxib)
merupakan suatu senyawa antiinflamasi non steroid yang memiliki efek anti inflamasi, analgetik
dan antipiretik. Rofecoxib disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) A.S. pada
tanggal 20 Mei 1999, dan dipasarkan dengan merek Vioxx, Ceoxx, dan Ceeoxx. Mekanisme
kerjanya adalah dengan menghambat sistesis prostaglandin melalui penghambatan
cyclooxygenase-2 (COX-2). Pada kadar terapetik pada manusia, rofecoxib tidak menghambat
isoenzim cyclooxygenase-1 (COX-1).

Rofecoxib selektif menghambat siklooksigenase-2 (COX-2) yang terlibatdalam sintesis


prostaglandin. Rofecoxib tidak memiliki tindakan penghambatan yang signifikan pada
siklooksigenase-1 (COX-1). Penyerapan terjadi di traktus gastrointestinal dengan
pemberiansecara per oral, diekskresikan melalui feses dan urine.

Satu tablet rofecoxib berisi 12,5 mg atau 25 mg, dapat diberikan sehari sekali untuk anti-
inflammatory. Sedangkan suspensi oral tiap 5 mL mengandung12,5 mg atau 25 mg. Dosis untuk
obat analgesik mengandung 50 mg yang diberikan sekali perhari.

Efek samping rofecoxib yaitu nyeri dada, kram otot, diare, sakit kepala,mual, infeksi
saluran pernapasan atas, hipertensi, iskemia, dispepsia,muntah,sinusitis, sakit perut, bronchitis,
dan infeksi saluran kencing

Interaksi obat, menghasilkan Meningkatkan konsentrasi plasma metotreksat dan lithium.


Peningkatan nefrotoksisitas bila digunakan dengan thiazide, diuretik loop dan inhibitorACE.
Dapat mengurangi khasiat diuretik loop.

Pada tanggal 30 September 2004, Merck menarik rofecoxib dari pasaran karena
kekhawatiran akan meningkatnya risiko serangan jantung dan stroke hingga sekitar 88.000 dan
140.000 kasus penyakit jantung serius yang terkait dengan penggunaan dosis tinggi dan jangka
panjang. Pada percobaan selama 18 bulan, pasien mengkonsumsi vioxx sehingga meningkatkan
resiko kejadian kardiovaskuler.
Selanjutnya, sebuah studi meta-studi baru-baru ini terhadap 114 percobaan acak dengan
total 116.000+ peserta, yang diterbitkan di JAMA, menunjukkan bahwa Vioxx secara unik
meningkatkan risiko penyakit ginjal (ginjal), dan aritmia jantung.

Sejak penarikan Vioxx, terungkap bahwa mungkin ada efek kardiovaskular negatif
dengan tidak hanya inhibitor COX-2 lainnya, namun bahkan sebagian besar NSAID lainnya.
Hanya dengan perkembangan obat-obatan baru-baru ini seperti Vioxx bahwa perusahaan obat
telah melakukan percobaan dengan baik yang dapat menimbulkan efek.

Anda mungkin juga menyukai