Anda di halaman 1dari 11

759

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG


PEMASANGAN INFUS DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN PROTAP
PEMASANGAN INFUS DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RS TK II PELAMONIA MAKASSAR

” Suprapto”

Dosen Tetap Akademi Keperawatan Sandi Karsa


Makassar

ABSTRAK

Pemasangan infus merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di Rumah Sakit terutama di
Unit Gawat Darurat. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas bila dalam pelaksanaannya selalu
mengacu pada standar yang telah ditetapkan. Perawat harus memiliki dasar pengetahuan dan
kompetensi mengenal protokol pelaksanaan dan implementasi untuk mencegah terjadinya
komplikasi.Diketahui hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang pemasangan infus
dengan kepatuhan melaksanakan protap pemasangan infus.
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental deskriptif korelasi dengan pendekatan
rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2015. Tehnik analisis yang dipakai
adalah korelasi Spearman Rank. Subjek penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Instalasi Gawat
Darurat RS TK II Pelamonia Makassar. Jumlah subjek yang diteliti sebanyak 22 orang perawat.
Pengumpulan data diperoleh melalui observasi dan kuesioner.
Berdasarkan penelitian diperoleh data responden yang memiliki pengetahuan baik dan kepatuhan
patuh terdapat 20 responden (90,9%), pengetahuan baik dan kepatuhan kurang patuh terdapat 1
responden (4,5%), dan pengetahuan kurang dan kepatuhan patuh terdapat 1 responden (4,5%) dan
pengetahuan kurang dan kepatuhan kurang patuh terdapat 0 responden (0,0%). Berdasarkan data
tersebut didapatkan sebagian besar perawat di IGD RS TK II Pelamonia Makassar memiliki
pengetahuan baik dan kepatuhan patuh.

Kata Kunci: Pengetahuan, Kepatuhan dan Pemasangan Infus

Pendahuluan
A. Latar Belakang tatanan pelayanan sehingga dalam melakukan
Pemasangan infus merupakan tindakan tindakan interdependen tidak terlepas dari
yang cukup sering dilakukan di Rumah tindakan prosedural yang bersifat invansif
Sakit terutama di Unit Gawat Darurat. tersebut. Tindakan pemasangan infus akan
Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu
berkualitas bila dalam pelaksanaannya patuh pada standar prosedur operasional yang
selalu mengacu pada standar yang telah telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan
ditetapkan. Perawat harus memiliki dasar kesehatan yang bermutu (Notoatmojo 2010:127)
pengetahuan dan kompetensi mengenal Rumah sakit merupakan suatu tempat
protokol pelaksanaan dan implementasi dimana orang yang sakit dirawat dan
untuk mencegah terjadinya komplikasi. ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di
Salah satu parameter yang penting tempat ini pasien mendapatkan terapi dan
pada mutu pelayanan rumah sakit adalah perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah
terkendalinya infeksi. Perawat profesional sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga
yang bertugas di Rumah Sakit semakin hari merupakan tempat bagi berbagai macam
semakin diakui eksistensinya dalam setiap penyakit yang berasal dari penderita maupun

JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015


760

dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman pemasangan infus yang biasanya di rumah sakit
penyakit ini dapat hidup dan berkembang di disebut protap.
lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, Berdasarkan kondisi diatas maka penulis
lantai, makanan dan benda-benda medis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
maupun non medis. Adanya infeksi karena judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat
terapi intravena disebabkan oleh beberapa faktor Tentang Pemasangan Infus Dengan Kepatuhan
antara lain : faktor hospes, faktor alat dan Melaksanakan Protap Pemasangan Infus di
larutan, serta faktor orang ke orang yaitu Instalasi Gawat Darurat RS Pelamonia
petugas perawatan kesehatan dan pasien. Makassar“.
Keberhasilan pengendalian infeksi Menurut data surveilans World Health
nasokomial, baik itu pada tindakan pemasangan Organisation (WHO) dinyatakan bahwa angka
infus maupun tindakan invansif lainnya, kejadian pemasangan infus di Instalasi Gawat
bukannlah ditentukan dari canggihnya peralatan Darurat cukup tinggi yaitu 85% per tahun, 120
yang ada, tetapi ditentukan oleh kesempurnaan juta orang dari 190 juta pasien yang di
perilaku petugas dalam melaksanakan rawat di rumah sakit dengan menggunakan
perawatan klien secara benar ( the proper infus. Dan didapatkan juga 70% perawat tidak
nursing care). Dalam penelitiannya ditemukan patuh dalam melaksanakan standar pemasangan
beberapa faktor yang berhubungan dengan infus berdasarkan sop yang telah ditetapkan.
penerapan standar pemasangan infs antara lain: Hasil penelitian didapatkan data bahwa terdapat
latar belakang pendidikan, pengetahuan, beberapa pasien yang di infus di instalasi gawat
fasilitas, lingkungan dan motivasi. Untuk darurat sebelum masuk ke ruang rawat inap.
memaksimalkan tujuan terapi intravena dan Menurut Depkes RI Tahun 2006 dikutip
meminimalkan efek samping yang tidak Wijayasari jumlah pemasangan infus di rumah
diinginkan, perawat diharapkan memiliki sakit di Indonesia sebanyak (17,11%). Sejalan
pengetahuan tentang volume dan komposisi dengan penelitian yang dilakukan di IGD RS
kompartemen cairan, jenis-jenis cairan intravena TK II Pelamonia Makassar, sebanyak 60%
dan pencegahan terhadap komplikasi. Sering pasien yang mendapat cairan intravena. Dan
kali biaya untuk infeksi nasokomial tidak didapatkan juga 50% perawat tidak patuh dalam
diganti, oleh karena itu pencegahan memiliki melaksanakan standar pemasangan infus
pengaruh finansial yang menguntungkan dan berdasarkan sop yang telah ditetapkan Angka
merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan tersebut memang tidak terlalu besar namun
perawatan (Sunatrio, 2013). masih di atas standard yang ditetapkan oleh
Instalasi Gawat Darurat RS TK II Pelamonia Intravenous Nurses Society (INS) 5%.
Makassar merupakan pintu gerbang awal Data dinas kesehatan kota Makassar tahun
masuknya pasien. Selain menangani kasus- 2012 menyebutkan pemasangan infus yang
kasus emergency, sebelum pasien diputuskan sesuai dengan standar sop hanya dilakukan oleh
untuk rawat inap atau rawat jalan pasien di 50% dari 89% perawat yang ada di rumah sakit.
periksa di Instalasi Gawat Darurat. Perawat Berdasarkan latar belakang di atas dan
yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat RS TK dikarenakan Banyaknya perawat yang kurang
II Pelamonia Makassar sebanyak 22 orang pengetahuan tentang pemasangan infus dan
dengan latar belakang pendidikan yang tidak patuh dalam pelaksanaan protap
beragam. Perawat di rumah sakit ini rata-rata pemasangan infus, sehingga peneliti tertarik
telah bekerja dari lebih dari 3 bulan. Biasanya melakukan penelitian tentang “Hubungan
pemasangan infus dilakukan oleh setiap perawat Pengetahuan Perawat Tentang Pemasangan
jaga. Jadi semua perawat dituntut untuk Infus Dengan Kepatuhan Melaksanakan Protap
memiliki pengetahuan dan ketrampilan Pemasangan Infus Di IGD RS TK II Pelamonia
mengenai pemasangan infus. Makassar”.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa
pelaksanaan standar asuhan keperawatan dalam B. Rumusan Masalah
tindakan pemasangan infus merupakan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut
yang serius dan perawat diharapkan memiliki diatas maka dapat dirumuskan
pengetahuan dan kompetensi dalam permasalahan “Adakah Hubungan Tingkat
penatalaksanaan pemasangan infus maka Pengetahuan Perawat Tentang Pemasangan
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan Infus Dengan Kepatuhan Perawat
antara tingkat pengetahuan perawat tentang Melaksanakan Protap Pemasangan Infus di
prosedur pemasangan infus dengan kepatuhan Instalasi Gawat Darurat RS TK II
perawat melaksanakan standar kegiatan Pelamonia Makassar?”

JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015


761

C. Tujuan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA


1. Tujuan Umum A. Tinjauan Umum Tentang Pemasangan
Mengetahui tingkat pengetahuan Infus
perawat tentang pemasangan infus 1. Pengertian
terhadap kepatuhan melaksanakan Infus cairan intravena (intravenous
prosedur tetap pemasangan infus. fluids infusion) adalah pemberian
2. Tujuan Khusus sejumlah cairan ke dalam tubuh,
Adapun tujuan khusus dari penelitian melalui sebuah jarum, ke dalam
ini adalah : pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
a. Mengetahui tingkat pengetahuan menggantikan kehilangan cairan atau
perawat tentang pemasangan infus zat-zat makanan dari tubuh
di IGD RS TK II Pelamonia (Astaqauliyah, 2006).
Makassar Terapi intravena adalah menempatkan
b. Mengetahui tingkat kepatuhan cairan steril melalui jarum langsung ke
perawat dalam melaksanakan protap vena pasien. Biasanya cairan steril
pemasangan infus di IGD RS TK II mengandung elektrolit (natrium,
Pelamonia Makassar kalsium, kalium), nutrien (biasanya
c. Mengetahui hubungan antara glukosa), vitamin atau obat (Ester,
tingkat pengetahuan perawat 2007).
tentang pemasangan infus dengan Terapi cairan parenteral atau infus
kepatuhan melaksanakan protap di intravena adalah memasukkan jarum
IGD RS TK II Pelamonia atau kanula ke dalam pembuluh darah
Makassar. vena untuk dilewati cairan infus atau
sebagai pengobatan dengan tujuan
D. Manfaat Penelitian untuk menyediakan air, elektrolit,
1. Institusi Pendidikan nutrisi guna memenuhi kebutuhan
a. Sebagai bahan masukan dalam sehari-hari, untuk menggantikan air,
kegiatan belajar mengajar. memperbaiki kekurangan elektrolit dan
b. Sebagai bahan bacaan dan untuk pemberian obat secara intravena
menambah wawasan mahasiswa (Brunner & Suddarth (2012:281).
kesehatan khususnya mahasiswa 2. Tujuan dan Indikasi Pemasangan Infus
ilmu keperawatan. Pasien yang memiliki indikasi
2. Rumah Sakit pemasangan infus antara lain pasien
a. Memberikan masukan dan dengan kekurangan cairan dan
pertimbangan dalam menetapkan elektrolit, pasien pra dan pasca bedah,
kebijakan sehubungan dengan pasien yang memerlukan pengobatan
peningkatan mutu pelayanan yang pemberiannya melalui infus,
keperawatan pasien yang tidak bisa makan atau
b. Sebagai masukan dalam minum melalui mulut, dan pasien yang
menentukan kebijakan mengalami kekurangan nutrisi berat.
operasional yang berkaitan Menurut Potter & Perry (2010:146),
dengan pelaksanaan infus sesuai tujuan dari pemasangan infus adalah
dengan standar asuhan untuk mengoreksi atau mencegah
keperawatan. gangguan cairan dan elektrolit.
3. Masyarakat Indikasi Pemasangan Infus melalui
Sebagai bahan untuk memberikan Jalur Pembuluh Darah Vena
informasi dan pengetahuan serta bagi (Peripheral Venous Cannulation) antara
masyarakat. lain : pemberian cairan intravena
4. Peniliti (intravenous fluids), pemberian nutrisi
Dapat menambah ilmu pengetahuan parenteral (langsung masuk ke dalam
dan wawasan bagi peneliti, serta hasil darah) dalam jumlah terbatas,
penelitian dapat dijadikan bahan pemberian kantong darah dan produk
pembelajaran di tempat praktek. darah, pemberian obat yang terus-
menerus (continue), upaya profilaksis
(tindakan pencegahan) sebelum
prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang
jalur infus intravena untuk persiapan

JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015


762

jika terjadi syok, juga untuk kepembuluh darah vena dengan perantara
memudahkan pemberian obat), dan kanula atau jarum infus.
upaya profilaksis pada pasien-pasien 4) Kanula (Jarum Infus)
yang tidak stabil, misalnya risiko Sebagian besar infus intravena sering
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok menggunakan ukuran 20 atau 22 untuk
(mengancam nyawa), sebelum ukuran dewasa. Runcingan jarum yang
pembuluh darah kolaps (tidak teraba), pendek mengurangi tingkat kerusakan
sehingga tidak dapat dipasang jalur pembuluh darah vena. Jarum suntik kupu-
infus. kupu pemakaiannya lebih mudah.
b. Alat Pemasang Infus 5) Balutan Infus, desinfektan dan tourniquet.
Alat pemasangan infus terdiri dari tiang Penutup kanula infus terdiri dari : kassa
infus, botol atau cairan infus, selang infus, steril, plester dan verban. Sedang kapas
kanula atau jarum infus, penutup kanula alkohol digunakan untuk mengusap daerah
infus, alkohol, torniket, sarung tangan, yang akan ditusuk jarum atau kanula infus
pengalas. dan tourniquet untuk membendung aliran
darah vena yang akan dipasang infus.
1) Tiang Infus
Biasanya berupa kayu atau mungkin terbuat a. Komplikasi Pemasangan infus
dari besi yang dipergunakan untuk Terdapat 2 komplikasi yang berhubungan
menggantung botol infus. dengan terapi cairan parenteral di
2) Cairan Infus antaranya:
Ada beberapa jenis cairan infus yang b. Komplikasi Sistemik
digunakan sesuai keperluan dengan berupa 1. Kelebihan Beban Cairan
berbagai komponen yang diperlukan oleh Membebani sistem sirkulatori dengan
tubuh (Brunner & Suddrath , 2006:282) cairan intravena yang berlebihan akan
diantaranya : menyebabkan peningkatan tekanan
a) Cairan isotonik merupakan cairan yang darah dan tekanan vena sentral, dispnea
mempunyai osmolitas total mendekati berat, dan sianosis. Tanda dan gejala
cairan ekstra seluler dan tidak tambahan termasuk batuk dan kelopak
menyebabkan sel darah merah mata membengkak. Penyebab yang
mengkerut atau bengkak (seperti : mungkin muncul termasuk infus
sodium isotonik, normasalin atau larutan IV yang cepat atau penyakit
NaCL 0,9 %, Riger L aktat atau hati, jantung, atau ginjal.
normasalin R). Cairan isotonik banyak 2. Emboli Udara.
dipergunakan untuk pengobatan Emboli udara paling sering berkaitan
perdarahan, hipovolemik, kekurangan dengan kanulasi vena-vena sentral.
cairan ekstra seluler (penatalaksanaan Adanya embolisme udara mungkin
dehidrasi). dimanisfestasikan dengan dispnea dan
b) Cairan Hipotonik merupakan cairan yang sianosis. Hipotensi ; nadi yang lemah,
mempunyai osmolitas lebih rendah cepat, hilangnya kesadaran dan nyeri
dibandingkan dengan cairan tubuh dada, bahu, dan punggung bawah.
(normasalin atau NaCl 0,45%) gunanya 3. Septikemia
untuk mengganti cairan seluler karena Adanya subtansi pirogenik baik dalam
cairan ini bersifat hipotonik larutan infus atau alat pemberian dapat
dibandingkan dengan plasma. Tujuan mecetuskan terjadinya reaksi demam
lainnya untuk menyediakan air bebas dan septikemia. Dengan reaksi
untuk ekskresi sampah tubuh. semacam ini, perawat dapat melihat
c) Cairan Hipertonik merupakan cairan kenaikan suhu tubuh mendadak segera
yang mempunyai konsentrasi lebih setelah infus dimulai, sakit punggung,
tinggi dari cairan tubuh yang berguna sakit kepala, peningkatan nadi dan
untuk menggantikan cairan intraseluler frekuensi pernapasan, mual, muntah,
(dekstrosa 5% di tambahkan pada diare, demam dan mengigil, malaise
normasalin atau larutan ringer). umum dan jika parah, kolaps vaskuler.
3) Selang Infus 4. Infeksi
Selang infus adalah selang plastik yang Infeksi beragam dalam keparahannya
dibuat secara khusus untuk bergabung mulai dari keterlibatan lokal dan tempat
dengan jarum plastik atau dimasukkan penusukan sampai penyebaran sistemik
organisme melalui aliran darah, seperti

JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015


763

pada septikemia. Tindakan untuk didasari oleh pengetahuan dan kesadaran


mencegah infeksi merupakan hal yang maka tidak akan berlangsung lama.
penting pada saat melakukan 2. Tingkat pengetahuan atau kognitif
pemasangan jalur IV dan sepanjang merupakan domain yang sangat penting
periode pemberian infus. untuk terbentuknya tindakan seseorang
B. Pengetahuan (overt behavior). Pengetahuan diperlukan
Pengetahuan (knowledge) merupakan sebagai dorongan pikir dalam
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang membubuhkan kepercayaan diri maupun
melakukan penginderaan terhadap suatu objek dorongan sikap dan perilaku, sehingga
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca dapat dikatakan bahwa pengetahuan
indera manusia, yakni indera penglihatan, merupakan stimuli terhadap tindakan
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam
Sebagian pengetahuan manusia diperoleh domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
melalui mata dan telinga. Pada waktu a. Tahu (know)
pengindraan sampai menghasilkan Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh materi yang telah dipelajari
intensitas perhatian persepsi terhadap obyek sebelumnya, termasuk kedalam
(Notoatmodjo: 2007; Wawan dan Dwi: 2010). pengetahuan ini adalah mengingat
Faktor-faktor yang ada hubungannya kembali (recall) terhadap suatu spesifik
dengan pengetahuan adalah tingkat dari seluruh bahan yang dipelajari atau
pendidikan, umur, tempat tinggal, status rangsangan yang telah diterima. “Tahu“
ekonomi, status pekerjaan, dan status sosial. ini merupakan tingkat pengetahuan
1. Proses Adopsi Perilaku yang paling rendah yang dimulai ketika
Dari pengalaman dan penelitian terbukti seseorang mengalami suatu kejadian.
bahwa perilaku yang didasari oleh b. Memahami (comprehension)
pengetahuan akan lebih langgeng daripada Diartikan sebagai kemampuan menjelaskan
perilaku yang tidak didasari oleh secara benar tentang objek yang diketahui
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dan dapat meginterpretasikan materi
mengungkapkan bahwa sebelum orang tersebut secara benar.
mengadopsi perilaku baru didalam diri c. Aplikasi (application)
orang tersebut terjadi proses yang Merupakan kemampuan untuk
berurutan. menggunakan materi yang telah dipelajari
a. Awareness (kesadaran), dimana orang pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
tersebut menyadari dalam arti d. Analisis (analysis)
mengetahui terlebih dahulu terhadap Adalah suatu kemampuan untuk
stimulus atau objek. menggunakan materi atau objek kedalam
b. Interest (merasa tertarik) terhadap komponen-komponen, tetapi masih dalam
stimulus atau objek tersebut. suatu struktur organisasi tersebut dan masih
c. Evaluation (menimbang-nimbang) ada kaitannya satu sama lain.
terhadap baik dan tidaknya stimulus e. Sintesis (syinthesis)
tersebut bagi dirinya. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba untuk meletakkan atau menghubungkan
melakukan sesuatu sesuai dengan apa bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang dikehendaki oleh stimulus. yang baru, dengan kata lain sistesis adalah
e. Adoption, dimana subjek telah suatu kemampuan untuk menyusun
berperilaku baru sesuai dengan formulasi baru dari formulasi yang telah
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya ada.
terhadap stimulus. f. Evaluasi ( evaluation )
Namun demikian, dari penelitian Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa untuk melakukan justifikasi atau penilaian
perubahan perilaku tidak selalu melewati terhadap suatu materi atau objek. Dalam
tahap-tahap diatas. Apabila penerimaan memperoleh pengetahuan diperlukan
perilaku baru atau adopsi perilaku melalui adanya proses belajar. Belajar antara lain
proses seperti didasari oleh pengetahuan, berusaha mengetahui hal-hal baru, teknik
kesadaran dan sikap yang posistif, maka baru, metode baru, cara berfikir baru
perilaku tersebut akan bersifat langgeng. bahkan perilaku baru. Salah satu bentuk
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak nyata dari telah seseorang adalah perubahan

JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015


764

dalam persepsi, perubahan dalam kemauan diperlukan untuk mengambil persetujuan


dan perubahan dalam perilaku. (inform consent) atas tindakan keperawatan
yang diberikan kepadanya.
C. Perawat Mempertahankan dan melindungi hak-hak
Upaya keperawatan kesehatan klien yang sakit dan dirawat akan
masyarakat adalah pelayanan profesional berinteraksi dengan banyak petugas
yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan (Mubarak, 2009).
kesehatan di puskesmas yang dilaksanakan Perawat adalah anggota tim kesehatan yang
oleh perawat. Perawat puskesmas paling lama kontak dengan klien, sehingga
mempunyai tugas pokok memberikan diharapkan perawat harus mampu membela
keperawatan dalam bentuk asuhan hak-hak klien. Seorang pembela klien
keperawatan individu, keluarga, kelompok adalah pembela dari hak-hak klien.
dan masyarakat. Pembelaan tersebut termasuk didalamnya
Peran dapat diartikan sebagai peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
seperangkat prilaku yang diharapkan oleh memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan
individu sesuai dengan status sosialnya. melindungi hak-hak klien. Hak- hak klien
Jika seorang perawat, peran yang antara lain, hak atas pelayanan yang sebaik-
dijalankannya harus sesuai dengan lingkup baiknya, hak atas informasi tentang
kewenangan perawat. Peran penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menggambarkan otoritas seseorang dalam menentukan nasibnya sediri dan hak untuk
memiliki peran yang sama. Kesamaan menerima ganti rugi akibat kelalaian
peran bukan berarti sama dalam segala hal. tindakan. Hak-hak tenaga kesehatan antara
Peran boleh sama tetapi ruang lingkup atau lain, hak atas informasi yang benar, hak
kewenangan masing- masing profesi tentu untuk bekerja sesuai standar, hak untuk
berbeda (Asmadi, 2008). mengakhiri hubungan dengan klien, hak
Peran perawat adalah cara untuk untuk menolak tindakan yang kurang
menyatakan aktivitas perawat dalam cocok, hak atas rahasia pribadi dan hak atas
praktik, dimana telah menyelesaikan balas jasa (Disparty, dalam Mubarak,
pendidikan formalnya yang diakui dan 2009).
diberi kewenangan oleh pemerintah untuk D. Kepatuhan
menjalankan tugas dan tanggung jawab Kepatuhan adalah suatu perilaku
keperawatan secara profesional sesuai manusia yang taat terhadap aturan, perintah,
dengan kode etik professional (Mubarak, prosedur, dan displin. Kepatuhan perawat
2009). adalah perilaku perawat sebagai seorang
1. Elemen Peran Perawat professional terhadap suatu anjuran,
Menurut pendapat Doheny (dalam prosedur atau peraturan yang harus
Mubarak, 2009) ada beberapa elemen dilakukan atau ditaati (Setiadi, 2010).
peran perawat professional antara lain : Perilaku kepatuhan bersifat sementara
Pemberi Perawatan (Care Giver)Pada karena perilaku ini akan bertahan bila ada
peran ini perawat harus mampu pengawasan. Jika pengawasan hilang atau
memberikan pelayanan kepada mengendur maka akan timbul perilaku
individu, keluarga, kelompok atau ketidakpatuhan. Perilaku kepatuhan ini
masyarakat sesuai diagnosis masalah akan optimal jika perawat itu sendiri
yang terjadi mulai dari masalah yang mengganggap perilaku ini bernilai positif
bersifat sederhana sampai masalah yang akan diintegrasikan melalui tindakan
yang kompleks. Memperhatikan klien asuhan keperawatan. Perilaku keperawatan
berdasarkan kebutuhan signifikan dari ini akan dapat dicapai jika manajer
klien. Perawat menggunakan proses keperawatan merupakan orang yang dapat
keperawatan untuk mengidentifikasi dipercaya dan dapat memberikan motivasi
diagnosis keperawatan mulai dari (Sarwono, 2011)
masalah fisik sampai pada masalah Ketidakpatuhan adalah perilaku yang
psikologis (Mubarak, 2009). dapat menimbulkan konflik yang dapat
b. Pembela Klien (Client Advocate) menghasilkan perasaan bersalah pada
Sebagai pembela klien tugas perawat disini seseorang dimana perilaku ditujukan.
adalah bertanggung jawab membantu klien Perilaku ini dapat berbentuk verbal dan
dan keluarga dalam menginterprestasikan nonverbal. Perilaku ini terbagi menjadi tiga
informasi dari berbagai pemberi pelayanan jenis menurut Murphy dalam Swansburg
dan dalam memberi informasi lain yang (2010), yaitu: (1) Competitive Bomber yang

JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015


765

mudah menolak untuk bekerja. Orang ini c) Penerapan, yaitu kemampuan


sering menggerutu dengan bergumam dan untuk menggunakan materi
dengan wajah yang cemberut dapat pergi yang telah dipelajari pada
meninggalkan manajer perawat atau tidak situasi dan kondisi nyata atau
masuk kerja. (2) Martyred Accomodator dapat menggunakan hukum-
yang menggunakan kepatuhan palsu. Orang hukum, rumus, metode dalam
tipe ini dapat bekerja sama tetapi juga situasi nyata.
sambil melakukan ejekan, hinaan, d) Analisis artinya adalah
mengeluh dan mengkritik untuk kemampuan untuk
mendapatkan dukungan yang lainnya. (3) menguraikan objek ke dalam
Advoider yang bekerja dengan bagian-bagian lebih kecil,
menghindarkan kesepakatan, berpartisipasi tetapi masih di dalam suatu
dan tidak berespon terhadap manajer struktur objek tersebut dan
perawat. masih terkait satu sama lain.
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi e) Sintesis, yaitu suatu
Kepatuhan kemampuan untuk
Faktor-faktor yang mempengaruhi menghubungkan bagian-
kepatuhan (Setiadi, 2013), terbagi atas bagian di dalam suatu bentuk
dua yaitu: keseluruhan yang baru atau
a. Faktor Internal kemampuan untuk menyusun
1) Pengetahuan formulasi baru dari formulasi-
Pengetahuan merupakan hasil formulasi yang ada.
dari tahu, dan ini terjadi setelah f) Evaluasi, yaitu kemampuan
orang melakukan penginderaan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek tertentu. terhadap suatu objek. Evaluasi
Penginderaan terjadi melalui dapat menggunakan kriteria
pancaindra manusia, yakni indra yang telah ada atau disusun
penglihatan, pendengaran, sendiri.
penciuman, rasa dan raba. 2) Sikap
Pengetahuan merupakan faktor Sikap merupakan penentu dari
yang sangat penting membentuk perilaku karena keduanya
tindakan atau perilaku seseorang berhubungan dengan persepsi,
(Notoatmodjo, 2010). kepribadiaan, perasaan, dan
Proses adopsi perilaku, motivasi. Sikap merupakan
menurut Notoatmodjo (2010), keadaan mental yang dipelajari
yang mengutip pendapat (Rogers, dan diorganisasikan melalui
2009), sebelum seseorang pengalaman, menghasilkan
mengadopsi perilaku, di dalam diri pengaruh spesifik pada respon
orang tersebut terjadi suatu proses seseorang terhadap orang lain,
yang berurutan. Tingkatan objek, situasi yang berhubungan.
pengetahuan mencakup enam Sikap menentukan pandangan
pengetahuan, yaitu: awal seseorang terhadap
a) Tahu merupakan tingkat pekerjaan dan tingkat kesesuaian
pengetahuan yang paling antara individu dan organisasi
rendah. Tahu artinya dapat (Ivancevich et al, 2013).
mengingat atau mengingat Sikap mempunyai tingkat
kembali suatu materi yang berdasarkan intensitas yang
telah dipelajari sebelumnya. menurut Notoatmodjo (2009),
b) Memahami, artinya terdiri dari menerima,
kemampuan untuk menanggapi, menghargai,
menjelaskan dan bertanggung jawab. Sikap juga
menginterpretasikan dengan dapat dibentuk melalui
benar tentang objek yang pengalaman pribadi, pengaruh
diketahui. Seseorang yang orang lain yang dianggap penting,
telah paham tentang sesuatu pengaruh kebudayaan, media
harus dapat menjelaskan, massa, lembaga pendidikan dan
memberikan contoh, dan agama, dan faktor emosional.
meyimpulkan. 3) Kemampuan

JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015


766

Kemampun adalah bakat (Ivancevich et al, 2011).


seseorang untuk melakukan tugas dapat menurunkan
fisik atau mental. Kemampuan motivasi perawat terhadap
seseorang pada umumnya stabil. pekerjaannya, dapat menyebabkan
Kemampuan merupakan faktor stress, dan menimbulkan
yang dapat membedakan kepenatan (Swansburg, 2012).
karyawan yang berkinerja tinggi
dan yang berkinerja rendah.
Kemampuan individu Metode Penelitian
mempengaruhi karateristik A. Jenis Penelitian
pekerjaan, perilaku, tanggung Jenis penelitian yang digunakan dalam
jawab, pendidikan dan memiliki penilitian ini adalah deskriptif analitik
hubungan secara nyata terhadap dengan pendekatan cross sectional.
kinerja pekerjaan (Ivancevich et Penilitian ini digunakan untuk mengetahui
al, 2010). tingkat pengetahuan perawat tentang
Manajer harus berusaha pemasangan infus dan kepatuhan
menyesuaikan kemampuan dan melaksanakan prosedur tetap pemasangan
keterampilan seseorang dengan infus di Unit Gawat Darurat RS TK II
kebutuhan pekerjaan. Proses Pelamonia Makassar.
penyesuaian ini penting karena B. Populasi dan Sampel
tidak ada kepemimpinan, 1. Populasi
motivasi, atau sumber daya Populasi adalah keseluruhan dari suatu
organisasi yang dapat mengatasi variable yang menyangkut masalah
kekurangan kemampuan dan yang diteliti (Suyanto 2011).
keterampilan meskipun beberapa Populasi pada penelitian ini adalah
keterampilan dapat diperbaiki perawat yang bekerja di Instalasi
melalui latihan atau pelatihan Gawat Darurat RS Pelamonia
(Ivancevich et al, 2009). Makassar. Jumlah perawat di IGD
4) Motivasi sebanyak 22 orang.
Motivasi adalah konsep yang 2. Sampel
menggambarkan kondisi Sampel adalah bagian dari populasi
ekstrinsik yang merangsang yang dipilih dengan cara tertentu
perilaku tertentu, dan respon hingga mewakili populasinya. Sampel
instrinsik yang menampakkan yang digunakan dalam penelitian
perilaku manusia. Respon adalah seluruh populasi penelitian yang
instrinsik ditopang oleh sumber berjumlah 22 orang perawat. Jadi bisa
energi, yang disebut motif yang dikatakan pada penelitian ini adalah
dapat diartikan sebagai kebutuhan, penelitian populasi. Tehnik Sampling
keinginan, atau dorongan. Motivasi dalam penelitian ini, menggunakan
dapat mempengaruhi seseorang Sampling Jenuh.
untuk melaksanakan suatu Tehnik sampling jenuh adalah tehnik
pekerjaan yang menjadi tugas dan penentuan sampel bila semua anggota
tanggung jawabnya. populasi digunakan sebagai sampel.
Maslow menyatakan bahwa C. Pengumpulan Data
motivasi didasarkan pada teori Teknik pengumpulan data merupakan
holistik dinamis yang berdasarkan langkah yang paling utama dalam
tingkat kebutuhan manusia. penelitian, karena tujuan utama penelitian
Individu akan lebih puas bila adalah mendapatkan data” (Sugiyono,
kebutuhan fisiologis telah 2006).
terpenuhi dan apabila kebutuhan Dilihat dari sumber datanya
tersebut tercapai maka individu pengumpulan data dapat menggunakan
tersebut tidak perlu dimotivasi. sumber primer dan sumber sekunder.
Tingkat kebutuhan yang paling Sumber primer adalah secara langsung
mempengaruhi motivasi adalah diambil dari objek penelitian oleh peneliti
tingkat kebutuhan aktualisasi diri. perorangan maupun organisasi dan sumber
Aktualisasi diri merupakan upaya sekunder adalah data yang didapat tidak
individu tersebut untuk menjadi secara langsung dari objek penelitian
seseorang yang seharussnya (Handoko Riwidikdo, 2006:12).

JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015


767

Dalam penelitian ini digunakan data dikatakan bahwa pengetahuan


primer yaitu data secara lansung diambil merupakan stimuli terhadap tindakan
dari objek penelitian yaitu perawat Instalasi seseorang (Notoatmojo, 2003).
Gawat Darurat RS TK II Pelamonia Disebutkan juga oleh Notoatmojo
Makassar. (2003) bahwa tingkat pengetahuan juga
dipengaruhi oleh pengalaman.
Pengalaman dapat dikaitkan dengan
Pembahasan lamanya masa kerja. Didapatkan data
A. Hasil Penilitian pada responden yang berlatar belakang
Penilitian ini dilakukan di IGD RS TK II pendidikan DIII dengan pengetahuan
Pelamonia Makassar yang dilaksanakan kurang memiliki pengalaman kerja 6
mulai tanggal 28-30 juli 2015 dengan tahun. Pendidikan yang bermutu
jumlah sampel 22 responden. Data yang memiliki kaitan kedepan (Forward
diperoleh dengan cara observasi kepatuhan linkage) dan kaitan kebelakang
responden dan membagikan kuisioner (Backward linkage). Forward linkage
kepada responden untuk dijawab kemudian berupa bahwa pendidikan yang
kuisioner dikembalikan kepada peneliti bermutu merupakan syarat utama untuk
untuk diolah, dan untuk memperoleh mewujudkan kehidupan bangsa yang
“Hubungan tingkat pengetahuan perawat maju, modern dan sejahtera. Sejarah
tentang pemasangan infus dengan perkembangan dan pembangunan
kepatuhan pelaksanaan protap pemasangan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita
infus di IGD RS TK II Pelamonia bahwa bangsa yang maju, modern,
Makassar”. Setelah data terkumpul makmur, dan sejahtera adalah bangsa-
dilakukan pemeriksaan kemudian data bangsa yang memiliki sistem
diolah dan berikut ini peneliti akan pendidikan yang bermutu. Backward
menyajikan frekuensi dan persentase dalam linkage berupa bahwa pendidikan yang
bentuk tabel yang dilengkapi dengan bermutu sangat tergantung pada
penjelasannya. keberadaan guru yang berkualitas,
1. Data Tingkat Pengetahuan yakni guru yang profesional, sejahtera
Responden dan bermartabat (Jogja diknas.com).
Pengetahuan perawat tentang Menurut Lubis dan Juwono
pemasangan infus diukur melalui (1993), dalam Mintarsih (2001),
pengisian kuesioner dan dihitung terbatasnya pengetahuan pada latar
jawaban yang benar kemudian belakang pendidikan tinggi dapat juga
diprosentasekan dan dikategorikan. disebabkan karena berbagai kendala
Pengetahuan yang diukur adalah yang dihadapi, baik dari pemberi
kemampuan kognitif yang dimiliki informasi maupun berasal dari sasaran
perawat terhadap hal-hal yang informasi yang menyebabkan
berkaitan dengan tindakan pemasangan informasi tersebut tidak sampai ke
infus meliputi pengertian, tujuan dan sasaran sebagaimana yang diharapkan.
indikasi, peralatan, prosedur, Faktor lain yang dapat menyebabkan
monitoring dan komplikasi dari kurangnya nilai pengetahuan
tindakan pemasangan infus. responden juga dapat disebabkan
Dapat kita lihat bahwa dari 22 karena faktor situasional dan
responden, sebagian besar memiliki kesungguhan responden saat mengisi
tingkat pengetahuan Baik yaitu kusioner karena terlihat adanya
sebanyak 21 responden (95,5%). jawaban yang tidak di isi atau
terdapat 1 (4,5%) responden yang dikosongkan.
memiliki pengetahuan kurang baik.
Adanya variasi pengetahuan 2. Data Kepatuhan Responden
seseorang dipengaruhi oleh berbagai Kepatuhan responden terhadap
faktor antara lain : tingkat pendidikan , protap pemasangan infus diukur
umur, tempat tinggal, status ekonomi, melalui observasi pada saat responden
status pekerjaan, dan status sosial. melakukan tindakan pemasangan infus.
Pengetahuan diperlukan sebagai Peneliti mengobservasi responden dari
dorongan pikir dalam menumbuhkan tahap persiapan alat, tahap pre
kepercayaan diri maupun dorongan interaksi, tahap interaksi, tahap kerja
sikap dan perilaku, sehingga dapat dan tahap terminasi dengan

JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015


768

berpedoman pada cheklist yang telah tetapi ditentukan oleh kesempurnaan


disiapkan. Kategori diperoleh dari perilaku petugas dalam melaksanakan
penjumlahan skor dari tiap item yang perawatan klien secara benar. Adapun
telah ditentukan sebelumnya kemudian dalam penelitian ini ditemukan
diprosentasekan dan dikategorikan. responden yang kurang patuh itu
Dapat kita lihat bahwa dari 22 disebabkan karena beberapa faktor
responden, terdapat 21 responden yang berhubungan dengan penerapan
(95,5%) termasuk kategori patuh dan 1 standar pemasangan infus antara lain:
responden (4,5%) termasuk kategori latar belakang pendidikan,
kurang patuh. pengetahuan, fasilitas, dan lingkungan.
Banyak faktor yang berpengaruh Untuk memaksimalkan tujuan terapi
terhadap tingkat kepatuhan antara lain intravena dan meminimalkan efek
kemampuan, motivasi, pengetahuan, samping yang tidak diinginkan, perawat
masa kerja, latar belakang pendidikan, diharapkan memiliki pengetahuan yang
fasilitas atau peralatan, bahan serta tinggi dan patuh terhadap prosedur
kejelasan prosedur. yang telah ditetapkan, dan untuk
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan memberikan pelayanan yang
Tentang Pemasangan Infus dengan berkualitas kepada klien.
Kepatuhan Perawat Melaksanakan Perawat yang memiliki
Protap Pemasangan Infus pengetahuan baik belum tentu memiliki
Berdasarkan tersebut dapat kepatuhan baik pula, ada beberapa
diketahui bahwa responden yang faktor yang berpengaruh terhadap
memiliki pengetahuan baik dan patuh tingkat kepatuhan antara lain
terhadap pelaksanaan protap kemampuan, motivasi, pengetahuan,
pemasangan infus terdapat 20 masa kerja, latar belakang pendidikan,
responden (90,9%), responden yang fasilitas atau peralatan, bahan serta
memiliki pengetahuan baik dan kurang kejelasan prosedur. Kemampuan
patuh terhadap pelaksanaan protap seseorang dalam melakukan pekerjaan
pemasangan infus terdapat 1 responden berbeda dengan seseorang yang lain,
(4,5%). Sedangkan responden yang meskipun pendidikan dan
memiliki pengetahuan kurang dan pengalamannya sama, dan bekerja pada
kurang patuh terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau tugas yang sama.
protap pemasangan infus terdapat 1 Artinya kemampuan tersebut dapat
responden (4,5%). Hasil uji chi-square berkembang karena pendidikan atau
didapatkan nilai p = 0,001. Nilai p < α pengalaman tetapi sampai pada batas-
(0,05) yang artinya ada hubungan batas tertentu saja. Motivasi adalah
antara pengetahuan dengan kepatuhan perasaan atau pikiran yang mendorong
perawat dalam melaksanakan protap seseorang melakukan pekerjaan atau
pemasangan infus di IGD RS TK II menjalankan kekuasaan terutama
Pelamonia Makassar. dalam berperilaku (Sbortell &
Dari hasil penelitian ini peneliti Kaluzny, 2009:59). Kelengkapan
berpendapat bahwa perawat yang fasilitas rumah sakit turut menentukan
memiliki pengetahuan baik tentang kepatuhan perawat dalam
pemasangan infus tentu akan patuh melaksanakan prosedur yang telah
dalam melaksanaan prosedur tetap ditetapkan.
(protap) pada saat memasang infus.
Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan, karena dengan
pengetahuan, perawat mengerti hal-hal
yang harusnya dipatuhi, agar tidak
terjadi resiko yang tidak diinginkan.
Keberhasilan pengendalian infeksi
nasokomial, baik itu pada tindakan
pemasangan infus maupun tindakan
invansif lainnya, bukanlah ditentukan
dari canggihnya peralatan yang ada,

JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015


769

Kesimpulan Dan Saran DAFTAR PUSTAKA


A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagian besar perawat di Instalasi Akrodhana, (2007). Kepatuhan Petugas Dalam
Gawat Darurat RS TK II Pelamonia Melaksanakan Prosedur Tetap
Makassar memiliki pengetahuan yang Menjahit Luka di Unit Gawat
baik tentang pemasangan infus. Darurat RSUD Kabupaten
2. Sebagian besar perawat di Instalasi Sleman, Skripsi, Falkutas
Gawat Darurat RS TK II Pelamonia Kedokteran UGM, Yogyakarta.
Makassar patuh terhadap prosedur (Unpublished).
pemasangan infus. Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur
3. Ada hubungan antara tingkat PeneIltian Suatu Pendekatan
pengetahuan perawat tentang Praktek, Jakarta : PT Rineka
pemasangan infus dengan kepatuhan Cipta.
perawat dalam melaksanakn protap Brunner & Suddarth, (2012). Buku Ajar
pemasangan infus di instalasi gawat Keperawatan Medikal-Bedah
darurat RS TK II Pelamonia Edisi 8, Jakarta: EGC.
Makassar. Mubarok. B., (2009). Perawat Sebagai
B. Saran Pendidik, Jakarta: EGC.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Notoatmojo. (2010).Teori pengetahuan
penelitian ini, saran yang dapat diberikan kepatuhan perawat
yaitu: Elly. N & Ratna S.S, (2013). Buku Saku
1. Institusi Prosedur Keperawatan Medikal-
Perlu terus dilakukannya peningkatan Bedah, Jakarta: EGC.
dan mempertahankan kepatuhan Handayani, (2006). Faktor-faktor Yang
perawat melaksanakan protap Mempengaruhi Kepatuhan
pemasangan infus untuk meningkatkan Perawat Dalam Pelaksanaan
kualitas pelayanan dengan melakukan Protap Pemasangan dan Dressing
evaluasi terhadap pelaksanaan protap Kateter Uretra di Bangsal Rawat
dan memperhatikan aspek-aspek yang Inap RSUP Dr. Soeradji
terkait dengan pelaksanaan protap. Tirtonegoro Klaten. Skripsi,
2. Perawat Falkutas Kedokteran UGM.
a. Diharapkan terus meningkatkan Yogyakarta. (Unpublished).
kepatuhannya dalam pelaksanaan Lestari (2001). Hubungan Tingkat Pengetahuan
protap pemasangan infus untuk Perawat Proses
meningkatkan kualitas asuhan Pendokumentasian di Rawat Inap
keperawatan. RSU Tidar Magelang. Skripsi,
b. Diharapkan lebih memperhatikan Falkutas Kedokteran UGM,
tiap point pada tindakan Yogyakarta. (Unpublished).
pemasangan infus seperti pada Perry & Potter, (2013). Fundamental
penggunaan pengalas atau Keperawatan : Konsep, Proses
modifikasinya dan mencuci tangan dan Praktek Edisi 4, Jakarta: EGC.
dengan desinfektan sebelum dan Sudarwati. (Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
sesudah melakukan tindakan untuk Pada Kepatuhan (Compliance)
mencegah transmisi Petugas Imunisasi di Kodya
mikroorganisme. Semarang. Tesis, Pasca Sarjana
3. Peneliti UGM, Yogyakarta. (Unpublished).
Menambah wawasan peneliti dan Setyaningsih, (2006). Perilaku Perawat Dalam
memperkaya ilmu Pengetahuan Penerapan Asuhan Keperawatan
dibidang kesehatan khususnya yang Pada Kasus Bedah di Rumah Sakit
berhubungan dengan tingkat Dr. Moewardi Surakarta. Tesis,
pengetahuan perawat dalam Program Pasca Sarjana UGM.
melaksanakan prosedur pemasangan Yogyakarta. (Unplished).
infus. Dan peneliti ikut serta dalam Sugiono, (2006). Metode Penelitian Pendidikan
mematuhi pelaksanaan prosedur Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
pemasangan infus yang telah dan R&D, Bandung: Alfabeta.
ditetapkan.

JIK.SH / Nomor 1 / Volume 2 / September 2015

Anda mungkin juga menyukai