” Suprapto”
ABSTRAK
Pemasangan infus merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di Rumah Sakit terutama di
Unit Gawat Darurat. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas bila dalam pelaksanaannya selalu
mengacu pada standar yang telah ditetapkan. Perawat harus memiliki dasar pengetahuan dan
kompetensi mengenal protokol pelaksanaan dan implementasi untuk mencegah terjadinya
komplikasi.Diketahui hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang pemasangan infus
dengan kepatuhan melaksanakan protap pemasangan infus.
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental deskriptif korelasi dengan pendekatan
rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2015. Tehnik analisis yang dipakai
adalah korelasi Spearman Rank. Subjek penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Instalasi Gawat
Darurat RS TK II Pelamonia Makassar. Jumlah subjek yang diteliti sebanyak 22 orang perawat.
Pengumpulan data diperoleh melalui observasi dan kuesioner.
Berdasarkan penelitian diperoleh data responden yang memiliki pengetahuan baik dan kepatuhan
patuh terdapat 20 responden (90,9%), pengetahuan baik dan kepatuhan kurang patuh terdapat 1
responden (4,5%), dan pengetahuan kurang dan kepatuhan patuh terdapat 1 responden (4,5%) dan
pengetahuan kurang dan kepatuhan kurang patuh terdapat 0 responden (0,0%). Berdasarkan data
tersebut didapatkan sebagian besar perawat di IGD RS TK II Pelamonia Makassar memiliki
pengetahuan baik dan kepatuhan patuh.
Pendahuluan
A. Latar Belakang tatanan pelayanan sehingga dalam melakukan
Pemasangan infus merupakan tindakan tindakan interdependen tidak terlepas dari
yang cukup sering dilakukan di Rumah tindakan prosedural yang bersifat invansif
Sakit terutama di Unit Gawat Darurat. tersebut. Tindakan pemasangan infus akan
Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu
berkualitas bila dalam pelaksanaannya patuh pada standar prosedur operasional yang
selalu mengacu pada standar yang telah telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan
ditetapkan. Perawat harus memiliki dasar kesehatan yang bermutu (Notoatmojo 2010:127)
pengetahuan dan kompetensi mengenal Rumah sakit merupakan suatu tempat
protokol pelaksanaan dan implementasi dimana orang yang sakit dirawat dan
untuk mencegah terjadinya komplikasi. ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di
Salah satu parameter yang penting tempat ini pasien mendapatkan terapi dan
pada mutu pelayanan rumah sakit adalah perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah
terkendalinya infeksi. Perawat profesional sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga
yang bertugas di Rumah Sakit semakin hari merupakan tempat bagi berbagai macam
semakin diakui eksistensinya dalam setiap penyakit yang berasal dari penderita maupun
dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman pemasangan infus yang biasanya di rumah sakit
penyakit ini dapat hidup dan berkembang di disebut protap.
lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, Berdasarkan kondisi diatas maka penulis
lantai, makanan dan benda-benda medis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
maupun non medis. Adanya infeksi karena judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat
terapi intravena disebabkan oleh beberapa faktor Tentang Pemasangan Infus Dengan Kepatuhan
antara lain : faktor hospes, faktor alat dan Melaksanakan Protap Pemasangan Infus di
larutan, serta faktor orang ke orang yaitu Instalasi Gawat Darurat RS Pelamonia
petugas perawatan kesehatan dan pasien. Makassar“.
Keberhasilan pengendalian infeksi Menurut data surveilans World Health
nasokomial, baik itu pada tindakan pemasangan Organisation (WHO) dinyatakan bahwa angka
infus maupun tindakan invansif lainnya, kejadian pemasangan infus di Instalasi Gawat
bukannlah ditentukan dari canggihnya peralatan Darurat cukup tinggi yaitu 85% per tahun, 120
yang ada, tetapi ditentukan oleh kesempurnaan juta orang dari 190 juta pasien yang di
perilaku petugas dalam melaksanakan rawat di rumah sakit dengan menggunakan
perawatan klien secara benar ( the proper infus. Dan didapatkan juga 70% perawat tidak
nursing care). Dalam penelitiannya ditemukan patuh dalam melaksanakan standar pemasangan
beberapa faktor yang berhubungan dengan infus berdasarkan sop yang telah ditetapkan.
penerapan standar pemasangan infs antara lain: Hasil penelitian didapatkan data bahwa terdapat
latar belakang pendidikan, pengetahuan, beberapa pasien yang di infus di instalasi gawat
fasilitas, lingkungan dan motivasi. Untuk darurat sebelum masuk ke ruang rawat inap.
memaksimalkan tujuan terapi intravena dan Menurut Depkes RI Tahun 2006 dikutip
meminimalkan efek samping yang tidak Wijayasari jumlah pemasangan infus di rumah
diinginkan, perawat diharapkan memiliki sakit di Indonesia sebanyak (17,11%). Sejalan
pengetahuan tentang volume dan komposisi dengan penelitian yang dilakukan di IGD RS
kompartemen cairan, jenis-jenis cairan intravena TK II Pelamonia Makassar, sebanyak 60%
dan pencegahan terhadap komplikasi. Sering pasien yang mendapat cairan intravena. Dan
kali biaya untuk infeksi nasokomial tidak didapatkan juga 50% perawat tidak patuh dalam
diganti, oleh karena itu pencegahan memiliki melaksanakan standar pemasangan infus
pengaruh finansial yang menguntungkan dan berdasarkan sop yang telah ditetapkan Angka
merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan tersebut memang tidak terlalu besar namun
perawatan (Sunatrio, 2013). masih di atas standard yang ditetapkan oleh
Instalasi Gawat Darurat RS TK II Pelamonia Intravenous Nurses Society (INS) 5%.
Makassar merupakan pintu gerbang awal Data dinas kesehatan kota Makassar tahun
masuknya pasien. Selain menangani kasus- 2012 menyebutkan pemasangan infus yang
kasus emergency, sebelum pasien diputuskan sesuai dengan standar sop hanya dilakukan oleh
untuk rawat inap atau rawat jalan pasien di 50% dari 89% perawat yang ada di rumah sakit.
periksa di Instalasi Gawat Darurat. Perawat Berdasarkan latar belakang di atas dan
yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat RS TK dikarenakan Banyaknya perawat yang kurang
II Pelamonia Makassar sebanyak 22 orang pengetahuan tentang pemasangan infus dan
dengan latar belakang pendidikan yang tidak patuh dalam pelaksanaan protap
beragam. Perawat di rumah sakit ini rata-rata pemasangan infus, sehingga peneliti tertarik
telah bekerja dari lebih dari 3 bulan. Biasanya melakukan penelitian tentang “Hubungan
pemasangan infus dilakukan oleh setiap perawat Pengetahuan Perawat Tentang Pemasangan
jaga. Jadi semua perawat dituntut untuk Infus Dengan Kepatuhan Melaksanakan Protap
memiliki pengetahuan dan ketrampilan Pemasangan Infus Di IGD RS TK II Pelamonia
mengenai pemasangan infus. Makassar”.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa
pelaksanaan standar asuhan keperawatan dalam B. Rumusan Masalah
tindakan pemasangan infus merupakan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut
yang serius dan perawat diharapkan memiliki diatas maka dapat dirumuskan
pengetahuan dan kompetensi dalam permasalahan “Adakah Hubungan Tingkat
penatalaksanaan pemasangan infus maka Pengetahuan Perawat Tentang Pemasangan
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan Infus Dengan Kepatuhan Perawat
antara tingkat pengetahuan perawat tentang Melaksanakan Protap Pemasangan Infus di
prosedur pemasangan infus dengan kepatuhan Instalasi Gawat Darurat RS TK II
perawat melaksanakan standar kegiatan Pelamonia Makassar?”
jika terjadi syok, juga untuk kepembuluh darah vena dengan perantara
memudahkan pemberian obat), dan kanula atau jarum infus.
upaya profilaksis pada pasien-pasien 4) Kanula (Jarum Infus)
yang tidak stabil, misalnya risiko Sebagian besar infus intravena sering
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok menggunakan ukuran 20 atau 22 untuk
(mengancam nyawa), sebelum ukuran dewasa. Runcingan jarum yang
pembuluh darah kolaps (tidak teraba), pendek mengurangi tingkat kerusakan
sehingga tidak dapat dipasang jalur pembuluh darah vena. Jarum suntik kupu-
infus. kupu pemakaiannya lebih mudah.
b. Alat Pemasang Infus 5) Balutan Infus, desinfektan dan tourniquet.
Alat pemasangan infus terdiri dari tiang Penutup kanula infus terdiri dari : kassa
infus, botol atau cairan infus, selang infus, steril, plester dan verban. Sedang kapas
kanula atau jarum infus, penutup kanula alkohol digunakan untuk mengusap daerah
infus, alkohol, torniket, sarung tangan, yang akan ditusuk jarum atau kanula infus
pengalas. dan tourniquet untuk membendung aliran
darah vena yang akan dipasang infus.
1) Tiang Infus
Biasanya berupa kayu atau mungkin terbuat a. Komplikasi Pemasangan infus
dari besi yang dipergunakan untuk Terdapat 2 komplikasi yang berhubungan
menggantung botol infus. dengan terapi cairan parenteral di
2) Cairan Infus antaranya:
Ada beberapa jenis cairan infus yang b. Komplikasi Sistemik
digunakan sesuai keperluan dengan berupa 1. Kelebihan Beban Cairan
berbagai komponen yang diperlukan oleh Membebani sistem sirkulatori dengan
tubuh (Brunner & Suddrath , 2006:282) cairan intravena yang berlebihan akan
diantaranya : menyebabkan peningkatan tekanan
a) Cairan isotonik merupakan cairan yang darah dan tekanan vena sentral, dispnea
mempunyai osmolitas total mendekati berat, dan sianosis. Tanda dan gejala
cairan ekstra seluler dan tidak tambahan termasuk batuk dan kelopak
menyebabkan sel darah merah mata membengkak. Penyebab yang
mengkerut atau bengkak (seperti : mungkin muncul termasuk infus
sodium isotonik, normasalin atau larutan IV yang cepat atau penyakit
NaCL 0,9 %, Riger L aktat atau hati, jantung, atau ginjal.
normasalin R). Cairan isotonik banyak 2. Emboli Udara.
dipergunakan untuk pengobatan Emboli udara paling sering berkaitan
perdarahan, hipovolemik, kekurangan dengan kanulasi vena-vena sentral.
cairan ekstra seluler (penatalaksanaan Adanya embolisme udara mungkin
dehidrasi). dimanisfestasikan dengan dispnea dan
b) Cairan Hipotonik merupakan cairan yang sianosis. Hipotensi ; nadi yang lemah,
mempunyai osmolitas lebih rendah cepat, hilangnya kesadaran dan nyeri
dibandingkan dengan cairan tubuh dada, bahu, dan punggung bawah.
(normasalin atau NaCl 0,45%) gunanya 3. Septikemia
untuk mengganti cairan seluler karena Adanya subtansi pirogenik baik dalam
cairan ini bersifat hipotonik larutan infus atau alat pemberian dapat
dibandingkan dengan plasma. Tujuan mecetuskan terjadinya reaksi demam
lainnya untuk menyediakan air bebas dan septikemia. Dengan reaksi
untuk ekskresi sampah tubuh. semacam ini, perawat dapat melihat
c) Cairan Hipertonik merupakan cairan kenaikan suhu tubuh mendadak segera
yang mempunyai konsentrasi lebih setelah infus dimulai, sakit punggung,
tinggi dari cairan tubuh yang berguna sakit kepala, peningkatan nadi dan
untuk menggantikan cairan intraseluler frekuensi pernapasan, mual, muntah,
(dekstrosa 5% di tambahkan pada diare, demam dan mengigil, malaise
normasalin atau larutan ringer). umum dan jika parah, kolaps vaskuler.
3) Selang Infus 4. Infeksi
Selang infus adalah selang plastik yang Infeksi beragam dalam keparahannya
dibuat secara khusus untuk bergabung mulai dari keterlibatan lokal dan tempat
dengan jarum plastik atau dimasukkan penusukan sampai penyebaran sistemik
organisme melalui aliran darah, seperti