Anda di halaman 1dari 2

Manajemen produksi (on-farm) merupakan upaya penerapan fungsi-fungsi

manajemen dalam proses input bahan pertanian dalam lingkup budidaya yang diterapkan di
lahan untuk menghasilkan produk pertanian yang efisiean dan berkesinambungan. Fungsi-
fungsi manajemen yang di terapkan pada proses budidaya di lahan haruslah terintegrasi agar
setiap keputuan atau rencana yang akan di terpakan dapat mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Fungsi-fungsi manajemen yang dapat di terapkan seperti perencanaan,
pengorganisasian input dan sarana produksi, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan
pengendalian. Perencanaan yang di siapkan meliputi pemilihan komoditas, pemilihan lokasi,
penempatan fasilitas dan penjadwalan proses produksi, setiap perencanaan ini haruslah sesuai
dengan kebutuhan atau problematika yang terjadi pada daerah tempat lahan digunakan.
Perencanan yang sesuai kebutuhan membuat setiap perencanaan menjadi tepat guna untuk
diterapkan. Misalnya pemilihan komoditas padi karena pelaku tata niaga beras sudah ada
sehingga pemrosesan gabah menjadi beras tidak harus dikirim pada tempat yang jauh.
Konsumen yang akan membeli pada daerah sekitar cukup tinggi membuat pemilihan
komoditas menjadi tepat guna dan tepat waktu karean setiap fasisilitas atau tata niaga tidak
jauh dari lahan budidaya (Soegoto dan Jacky, 2014).
Perencanaan yang sudah sesuai dengan kebutuahan haruslah terintegrasi secara tepat
dengan cara pengorganisasian input. Kebutuhan input budidaya cenderung sama, namun
perlu komposisi jumlah dan jenis yang tepat agar penggunaan berbagai sumber daya untuk
menghasilkan output maksimum dengan biaya tetap atau output tetap dengan biaya
minimum. Perencanaan dan pengorganisasian perlu adanya pelaksanaan yang haruslah sesuai
agar mendapatkan hasil sesuai harapan. Pelaksanaan merubah setiap perencanaan menjadi
hasil yang nyata berupa output produksi dan sistem yang sudah terintegrasi. Pelaksanaan
pada on farm banyak terdapat pada proses budidaya komoditas. Faktor kunci keberhasilan
suatu usaha terdapat pada proses budidayanya sehingga perlu adanya pengawasan secala
berkala untuk memastikan setiap pelaksanaan sesuai dengan rencana. Pengawasan yang perlu
diperhatikan seperti pengawasan anggaran, proses, masukan dan jadwal. Hasil pengawasan
setiap kegiatan dapat digunakan menjadi evaluasi kegiatan usaha. Evaluasi melingkupi mulai
awal perencanaan, pelaksanaan hingga terdapat hasil produksi. Penyimpangan dapat berupa
kegiatan yang tidak sesuai rencana yang dianggap dapat merugikan kegiatan usaha,
penyikapan hasil evaluasi ini dapat dilakukan dengan pengendalian produksi pertanian.
Pengendalian memastikan kembali kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan,
maka setiap pengendalian haruslah sesuai dengan hasil evaluasi yang sudah disusun.
Misalnya dalam serangkaian kegiatan usaha penerapan teknologi dan teknis yang sesuai
rencaan menjadi kunci pencapaian keberhasilan peternak sapi perah, sehingga setiap aspek
pelaksanaan haruslah sesuai perencanaan agar mendapatkan produktifitasn dah hasil yang
sesuai (Anggraeni dan Elmy, 2016).

Anda mungkin juga menyukai