Perhitungan :
R1.1 = = 0,235
R1.2 = = 0,529
R2.2 = = 0,235
R2.2 = = 0,47
Tiap replikasi (R1,R2) terdapat masing-masing 2 noda.
4.2. Pembahasan
Infusa adalah sediaan air yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90ºC selama 15 menit. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan
infusa adalah:
1. Jumlah simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras dibuat
dengan menggunakan 10% simplisia.
4. Cara menyerkai
Pada umumya infusa diserkai selagi panas, kecuali infusa simplisia yang mengandung
minyak aktsiri, diserkai setelah dingin.
Banyaknya air yang dibutuhkan untuk pembuatan infusa adalah (Anonim, 1997,
Farmakope Indonesia Edisi IV):
1. Untuk simplisia segar : sejumlah infusa yang dibuat
2. Untuk simplisia ½ kering : sejumlah infusa yang dibuat + ( 1 x berat simplisia)
3. Untuk simplisia kering : sejumlah infusa yang dibuat + ( 2 x berat simplisia)
Khasiat daun sirih adalah sebagai antisariawan, antibatuk, dan antisepyik. Selain itu
juga sebagai antiradang, peluruh kentut, dan menghilangkan gatal. Efek zat aktif eugenol
(pada bagian daun) berguna untuk mencegah ejakulasi, mematikan cendawan Candida
albicans yang merupakan penyebaba keputihan, antikejang, analgetik, dan anestetik. Tanin
(pada bagian daun) berguna untuk mengurangi sekresi cairan pada vagina, pelindung hati,
antidiare, dan antimutagenik (Hariana, 2006 dan Yudha 2009).
Daun sirih memilki efek sebagai antibakteri karena mengandung banyak senyawa
fenol sehingga dapat membunuh kuman-kuman penyebab penyakit. Salah satu komponen
minyak atsiri adalah karvakrol yang bersifat sebagai desinfektan dan anti jamur sehingga bisa
digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan. Zat yang lainnya yaitu
eugenol dan metil eugenol yang dapat digunkan untuk mengurangu rasa sakit pada gigi
(Depkes RI. Dirjen BPOM, 2000 dalam Yudha 2009).
Pembuatan infusa daun sirih diawali dengan memotong kecil-kecil daun sirih dengan
gunting, kemudian ditimbang 10 g. Pemotongan daun ini bertujuan untuk memperkecil
ukuran partikel agar pelepasan bahan khasiat lebih maksimal. Infusa daun sirih ini dibuat
dengan kadar 10%, sehingga daun sirih yang ditimbang 10 g dan air yang digunakan sebanyak
100 ml air. Dibuat dengan kadar 10% ini sesuai dengan ketentuan sediaan infusa yang
tercantum dalam “Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima” yang dikeluarkan oleh BPOM RI
dimana kecuali dinyatakan lain infusa yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat
dengan menggunakan 10% simplisia.
Air sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam panci infus yang berisi potongan daun
sirih. Panci kemudian dipanaskan di atas penangas air (waterbath) hingga suhu cairan
o
mencapai 90 C, panaskan selama 15 menit. Angkat panci infusa kemudian segera serkai
selagi panas infusa ke dalam botol dengan bantuan kain flanel dan corong gelas. Infusa
diserkai saat panas untuk menhindari pengendapan dari infusa tersebut, karena saat dingin
dimungkinkan infusa sirih akan mengendap sehingga ketika dimasukkan ke dalam botol kadar
yang diinginkan kurang dari 10%. Terakhir untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air
masak ke dalam botol hingga volume infusa menjadi 100 ml.
Selanjutnya dilakukan tahap analisis KLT terhadap infusa daun sirih yang dihasilkan,
serta dilakukan pula penentuan nilai Rf pada senyawa yang terkandung dalam daun sirih
dengan menggunakan metode KLT.
Daun sirih adalah salah satu bahan yang dapat digunakan untuk kepentingan fumigasi,
karena mengandung zat anti mikroorganisme dan zat penyamak. Senyawa fenol yang
merupakan komponen utama minyak atsiri berperan dalam menghambat pertumbuhan
mikroba (Pelezar dan Chan, 1988). Zat anti mikroorganisme berupa polyfenol yaitu kavibetol
dan kavikol (Bambang Sarwono, 1996).
Sedangkan berdasarkan jurnal dari Ririn Lispita Wulan dan Yulias Ninik Windriyati
tentang sirih merah juga, menunjukkan bahwa penggunaan fase gerak kloroform dan
methanol digunakan untuk mendeteksi senyawa saponin pada ekstrak daun sirih. Berdasarkan
jurnal tersebut terdapat nilai Rf dari senyawa pembanding saponin yaitu sebesar 0,48; 0,61;
0,83.
Berdasarkan hasil tersebut, untuk spot 1 pada masing-masing replikasi dengan nilai Rf
yang sama yaitu sebesar 0,235 menunjukkan nilai yang mendekati dengan nilai Rf dari
senyawa fenolik yaitu sebesar 0,21 berdasarkan tabel diatas. Nilai ini cukup mendekati
dengan nilai Rf senyawa fenolik sehingga dapat disimpulkan daun sirih memiliki kandungan
senyawa fenolik. Sementara untuk spot 2, pada Rf noda yang pertama menunjukkan nilai Rf
sebesar 0,529 dan Rf kedua menunjukkan Rf sebesar 0,47. Dilihat dari nilai Rf yang kedua
yaitu 0,47 yang mendekati nilai Rf dari pembanding saponin yaitu 0,48 sehingga dapat
dibilang daun sirih mengandung senyawa saponin namun jika dilihat dari Rf pertama
menunjukkan nilai yang cukup berbeda yaitu 0,529. Perbedaan nilai Rf ini dapat disebabkan
karena beberapa faktor, yaitu :
1) Jenis dan mutu kertas, daya jerap, kelembaban.
2) Susunan pelarut, meliputi :
a. Kemurnian pelarut dan,
b. Stabilitas campuran pelarut selama pemakain dan penyimpanan
3) Temperatur ruang
4) Kelembaban ruang
5) Kejenuhan ruang akan uap pelarut
6) Konsentrasi (banyaknya) zat
7) Jarak bercak awal (tempat penetesan zat) ke permukaan pelarut
8) Adanya zat lain atau pencemaran
Untuk mengurangi pengaruh faktor-faktor yang sukar diatur tersebut maka sering kali
ditentukan nilai Rx statu zat A terhadap zat x sebagai pembanding.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN (HUSNA)
5.1. Kesimpulan
( marwah )
5.2. Saran
1) Supaya hasil analisis yang didapat optimal mungkin sebaiknya dilakukan validasi
metode terlebih dahulu.
2) Dilakukan pengendalian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil analisis.
LAMPIRAN
Pembuatan Infusa
Gambar 5a Gambar 5b
Gambar 5c Gambar 5d
Gambar 5e Gambar 5f
Gambar 5 Pemanasan panci infus hingga suhu cairan mencapai 90ºc, selama 15 menit
Gambar 9 Menambahkan air masak panas ke dalam botol hingga tanda batas (100ml)
Gambar 14 a Gambar 14 b
Gambar 14 c Penotolan larutan infus sebanyak Gambar 15 Eluasi lempeng KLT
10µl
Andarwulan, Nuri., C. Hanny Wijaya., Cahyono , Didik Tri. 1996. Aktivitas Antioksidan dari
Daun Sirih (Piper betle L.). Bul. Tek. Dan Industri Pangan, Vol. VII. No. 1.______.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Arishandy, D.N. 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Daun Sirih Merah
(Piper betle L. Var Rubrum). Skripsi. Malang: Jurusan Kimia, Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Hermawan, Anang. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap
Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan Metode Difusi
Disk. Surabaya: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Hermiati et al. 2013. Ekstrak Daun Sirih Hijau dan Merah Sebagai Antioksidan pada Minyak
Kelapa. Sumatra Utara: Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
Khan, Jahir Alam, et al. 2011. Evaluation of Antibacterial Properties of Extract of Piper betle
Leaves. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Science 11 (01).
Maisuthisakul, Pitchaon. ___. Phenolic Antioxidants from Betel Leaf (Piper betle Linn.)
Extract Obtained with Different Solvents and Extraction Time. School of Science,
University of the Thai Chamber of Commerce.
Mayasari, et al. 2011. Betel Leaf Toothpastes Inhibit Dental Plaque Formation on Fixed
Orthodontic Patients. Dental Journal, Vol. 44. No. 4.
Parwata , I Made O A., et al. 2011. Aktivitas Larvasida dari Daun Sirih (Piper betle
Linn.) Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Kimia 5 (1): 88-93.
. 2009. Sirih (Piper betle Linn.) Secara Spektroskopi Ultra Violet-Tampak. JURNAL
KIMIA 3 (1), 7-13.
Pritasari. 2012. Efek Pemberian Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) pada Jumlah Leukosit
Darah Tepi Model Hewan Coba Tikus Wistar Jantan yang Dipapar Candida albicans
Secara Intrakutan. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Rahmadani, Puji. 2014. Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle
L.) Terhadap Candida tropicalis. Bogor: Departemen Biokimia FMIPA IPB.
Santoso, S. 1993. Perkembangan Obat Tradisional dalam Ilmu Kedokteran di Indonesia dan
Upaya Pengembangannya Sebagai Obat Alternatif. Jakarta: FKUI.
Soemiati, A., Elya, B. 2002. Uji Pendahuluan Efek Kombinasi Antijamur Infus Daun Sirih
(Piper betle L.), Kulit Buah Delima (Punica granatum L.), dan Rimpang Kunyit
(Curcuma domestica Val.) Terhadap Jamur Candida albicans. Makara, Seri Sains 6
(3): 150-154.
Tri Wahyuning Lestari. 2013. Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih
Merah (Piper Crocatum Ruiz And Pav.) Dan Amoksisilin Terhadap Bakteri
Streptococcus Pneumoniae, Pseudomonas Aeruginosa, Dan Salmonella Typhi Serta
Bioautografinya. Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Windriyati , Yulias Ninik, Budiarti, Aqnes, Dan Syahida, Igustin Azmi. AKTIVITAS
MUKOLITIK IN VITRO EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper Crocotum
Ruiz Dan Pav.) PADA MUKOSA USUS SAPI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN
KIMIANYA. Semarang : Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim.