Oleh:
Dwiky Rifandianto 155150400111050
Kadek Saka Andrika Putra 155150400111116
Royan Krisnanda Tiony 155150401111017
Toufan Khoirin Nasikhin 155150401111021
Tri Andre Mahadika Putra 155150401111136
Dalam menghadapi disruptive technology, perusahaan harus menggunakan potensi dari karyawan
nya sendiri untuk membawa perubahan.
Dynamic Capabilities
Dynamic Capabilites mungkin tidak selalu memungkinkan perusahaan untuk mengatur ulang
bisnisnya sebagai respons terhadap ancaman eksternal. Leonard-Barton (1992) memperkenalkan
gagasan bahwa aktivitas inti perusahaan bisa menjadi begitu kaku sehingga tidak dapat merespons
inovasi baru. Terdapat 4 dimensi pada Core Capability Yaitu:
(a) pengetahuan dan keterampilan karyawan; (b) sistem teknis yang menanamkan pengetahuan
dan mendukung inovasi; (c) sistem manajerial yang memandu penciptaan dan pengendalian
pengetahuan dan (d) nilai dan norma yang terkait dengan berbagai jenis pengetahuan.
Leonard-Barton mengemukakan bahwa kemampuan inti yang sesuai dalam satu situasi mungkin
berubah menjadi tidak tepat.
Management Propensities
Kecenderungan manajemen menentukan hasil kemampuan dinamis dalam merespons
teknologi transformasional. Implikasi ini adalah perluasan penelitian yang menunjukkan
pentingnya manajer dalam menentukan hasil kinerja perusahaan. Manajer harus mengembangkan
strategi yang menekankan respons terhadap teknologi yang baru, dan mereka harus
mengkomunikasikan strategi ini ke seluruh perusahaan. Manajer senior harus mempelajari
teknologi baru dan mengembangkan kognisi bahwa perubahan teknologi itu perlu. Manajer juga
harus membantu bawahan mengembangkan kognisi yang merespons arah baru bagi perusahaan.
2. Kodak
George Eastman mendirikan Eastman Kodak Company pada tahun 1880 dan
mengembangkan kamera snapshot pertama di tahun 1888. Kodak banyak berinvestasi di film dan
menjadi perusahaan terbesar yang bergerak pada bidang perfilman dan fotografi. Penjualan Kodak
mencapai $ 10 miliar pada tahun 1981, namun kemudian tekanan persaingan, terutama dari Fuji,
menghambat kemajuan Kodak. Kodak menjalani tujuh restrukturisasi selama periode antara 1983
dan 1993. Pada tahun 1993 Kay Whitmore, orang dalam Kodak, mengundurkan diri sebagai
chairman untuk digantikan oleh George Fisher. Salah satu langkah strategis pertama Fisher adalah
memfokuskan kembali Kodak pada fotografi.
Pada tahun 2001 penjualan kamera analog turun untuk pertama kalinya. Pada tahun 2002,
Kodak membeli Ofoto, sebuah layanan gambar online, menandakan komitmen yang lebih besar
terhadap fotografi digital. Surat ketua laporan tahunan Kodak tahun 2003 menyatakan bahwa
Kodak 'menerapkan strategi yang berorientasi digital untuk mendukung pendapatan dan
pendapatan berkelanjutan’.
Transformasi dari fotografi konvensional ke fotografi digital memakan waktu sekitar dua
dekade. Teknologi informasi dan komunikasi berperan penting dalam fotografi digital seperti
kamera.
Seiring turunnya harga dan kinerja kamera digital meningkat dalam kurun waktu 1998,
terjadi peningkatan penjualan produk digital secara dramatis. Pergerakan menuju fotografi digital
memiliki dampak buruk yang sangat besar pada perusahaan yang secara historis berkecimpung
dalam bisnis fotografi seperti Kodak, Fuji dan Konica Minolta. Ketika fotografi bergerak dari film
ke digital, ia mengundang sekelompok pesaing baru ke pasar.
Referensi :
Henry C. Lucas Jr., Jie Mein Goh (2009). “Disruptive Technology: How Kodak
Missed The. Digital Photography Revolution”.