Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK HEGEMONI MEDIA MASSA PADA POLA

PEMIKIRAN KRITIS MAHASISWA


Sergy Rafella Wilsan

PENDAHULUAN

Agen perubahan adalah gelar khusus untuk para mahasiswa. Sejarah membuktikan
di pundak mahasiswa hal-hal hebat yang kemudian di catat dalam buku sejarah terwujud.
Imbuhan “Maha“ pada kata mahasiswa melambangakan tanggung jawab yang lebih dari
siswa biasa. Saat ini mahasiswa hanyalah status lanjutan yang di dapatkan saat mengenyam
bangku kuliah. Tidak ada lagi kekuatan yang terpencar dari kata mahasiswa. Keistimewaan
yang hanya dapat dilakukan oleh mahasiswa seperti berdiri untuk membela rakyat, duduk
berdiskusi dengan para petinggi untuk kepentingan negeri dan sedikit tidur tanpa menyerah
memperbaiki yang hampir hancur kini tidak ada lagi.

Dahulu turnamen kekuasaan memasukan mahasiswa ke dalam pertaruhan.


Pemerintah, para pemenggang saham dan aparat segan untuk menindas rakyat.
Kemewahan hidup, kemudahan dalam memperoleh sesuatu dan terbiasa menerima tanpa
berpikir kritis telah menumpulkan jiwa para mahasiswa. Hal tersebut secara halus
mendominasi pola pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan. Dominasi halus ini
dengan kata lain disebut hegemoni.

Antonio Gramsci (Marxis Italia) lahir di Ales, Italia pada 22 Januari 1891,
meninggal 27 April 1973 pada umur 46 tahun adalah filsuf Italia, penulis, dan teoritikus
politik. Anggota pendiri dan pernah menjadi pemimpin Partai Komunis Italia, Gramsci
sempat menjalani pemenjaraan pada masa berkuasanya rezim Fasis Benito Mussolini.
Tulisan Gramsci menitikberatkan pada analisis budaya dan politik. Ia di anggap salah satu
pemikir orsinil utama dalam pemikiran Marxis. Teori Hegemoni sendiri di buat saat
Gramsci di penjarakan oleh Benito Mussolini karena Gramsci di anggap orang kritis yang
berbahaya. Ada yang membedakan hegemoni dan dominasi ialah kekuasaan yang
menggunakan ideologi bukan kekuatan fisik atau senjata. Selama ini mahasiswa tak sadar
bahwa penguasa menyelimuti mereka dengan hegemoni (Patria dan Arief, 2015;42-43).

Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan adalah konten media


massa yang berdampak pada mahasiswa menjadi kurang kritis. Sedangkan fenomena yang
berada di tengah masyarakat banyak yang perlu di perbaiki. Dalam hal ini yang diperlukan
adalah media massa yang tidak dipengaruhi oleh pemegang saham, orang-orang yang
berkepentingan dalam ekonomi maupun politik. Sikap mengedepankan transparansi
informasi kepada masyarakat seharusnya menjadi fokus utama. Namun sejauh mana media
massa dapat bersikap independen, tanpa pengaruh elite pemerintah, politisi maupun para
pemilik pers tidak di bahas dalam tulisan ini.
Gerakan intelektual muda atau sebut saja gerakan mahasiswa telah mampu
mendorong terjadinya people power, yang melahirkan perubahan haluan bagi tatanan
kehidupan bernegara dan pembangunan iklim demokrasi. Reformasi ’98 adalah contoh
yang paling nyata. Bagaimana sebuah perubahan fundamental terjadi. Meruntuhkan
dominasi otoritarian orde baru dan mewujudkan sebuah tatanan demokrasi bagi Indonesia
baru.
Dengan kata lain, tulisan ini menitik beratkan pada pengaruh media massa
terhadap mahasiswa. Media massa memegang peranan penting mengawasi pemerintahan
yang demokratis kepada masyarakyat. Menurut McQuail (2005:58), “media beroperasi
di ruang publik sesuai kepentingan pengguna, kegiatan utamanya adalah memproduksi,
mendistribusikan konten dan partisipasi bersifat professional. Hal tersebut ialah bentuk
fungsi media massa yang seharusnya.

Penangkapan dan penetapan tersangka terhadap para mahasiswa peserta aksi


refleksi 3 tahun pemerintahan Jokowi-JK dikecam oleh keluarga BEM Universitas Sebelas
Maret (UNS) Surakarta. Mereka mengajak seluruh mahasiswa di Indonesia menggelar aksi
pada 28 Oktober mendatang. Beberapa universitas yang masih berani dan melakukan apa
yang menjadi tugas mahasiswa menjadi bukti bahwa mereka definisi sebenarnya
mahasiswa.1

Penulis memilih judul jurnal ini karena ketiga pilar ini menurut penulis menjadi
mega kombinasi untuk meredam dan membuat sibuk mahasiswa. Petinggi kampus takut
akan pemerintah, lalu media massa menutupi hal ini dengan selalu mengabarkan
kepentingan elite karena para pemegang sahampun ikut terlibat dalam pemerintahan
maupun politik dan petinggi kampus membuat mahasiswa takut terhadap mereka karena
nilai dsb.

TINJAUAN PUSTAKA

Media Massa

Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditunjukan kepada sejumlah
khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melewati media cetak atau elektronik,
sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat
(Susanto, 1980:2). Pengertian “dapat” di sini menekankan pada pengertian, bahwa
jumlah sebenarnya penerima pesan informasi melalui media massa pada saat tertentu
tidaklah esensial. Kata media berasal dari abahsa latin medius yang secara harfiah
berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. (Arsyad, 2004:3). Secara lebih khusus
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat
grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun
kembali informasi visual verbal.

1
https://news.detik.com/jawatengah/3697633/galang-solidaritas-mahasiswa-solo-serukan-aksi-
besar-28-oktober. (Diakses Pada Tanggal 18 Januari 2018) pukul 20.43 WIB.
Pengertian lain tentang media dikemukakan oleh Association for Educational
Communications and Technology (AECT, 1977) yang dikutip oleh Sadiman (2005:6)
dimana media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampian atau pengantar, media
sering disebut dengan kata mediator, dengan istilah mediator media menunjukan fungsi
atau peranannya yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua belah pihak utama
dalam proses belajar-siswa dan pelajaran.

Adapun bentuk media massa, secara garis besar, ada dua jenis, yaitu: media cetak
(surat kabar dan majalah, termasuk buku-buku) dan media elektronik (televisi, radio,
dan termasuk internet). Keberadaan madia massa dalam kehidupan masyarakat tidak
dapat dianggap remeh, karena media massa merupakan satu komponen yang ada di
dalam masyarakat. Apabila media massa mengambil tempat didalam masyarakat dan
menjadi bagian dari suatu sistem masyarakat seluruhnya. Oetama (1989:92)
mengemukakan bahwa “media massa dalam suatu negara, tidak berada di luar
masyarakat itu, melainkan dalam masyarakat. Media massa menjadi bagian dari
masyarakat, dan karena itu juga menjadi bagian dari suatu sistem masyarakat secara
keseluruhan”.

Dari pendapat di atas jelas bahwa media massa bergantung dan mempengaruhi
sepenuhnya kepada tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang. Menurut Sumadira
(2005:32) fungsi utama dari media massa ialah menyampaikan informasi kepada
masyarakat dan setiap informasi yang disampaikan harus bersifat akurat, faktual,
menarik, benar, lengkap-utuh, berimbang, relevan, dan bermanfaat. Sehingga apapun
informasi yang disebarluaskan media massa hendaknya dalam kerangka mendidik

Media massa sebagai alat untuk menyebarkan informasi kepada khalayak yang
bersifat faktual, independen, bermanfaat serta tidak memihak kepada siapapun. Media
massa menjadi bagian dari masyarakat untuk mengetahui fenomena apa saja yang
sedang terjadi atau yang akan datang. Media massa harus bersifat netral, namun pada
praktiknya media massa menjadi alat kepentingan politik bagi para pemegang saham.
Menginformasikan program partai politik atau kampanye secara intelektual dan
ideologis para pemegang saham. Penggunaan media maasa yang seperti ini membuat
hegemoni yang bertujuan dimasa yang akan mendatang.2

2
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_053566_chapture2.pdf (Diakses Pada Tanggal
15 Januari 2018) pukul 23.13 WIB.
Hegemoni

Hegemoni dalam praktik media menjadi hal yang strategis. Dalam tradisi
marxisme diperluas menuju pengertian hubungan kekuasaan diantara klas-klas sosial
khususnya yang berkuasa. Bahwa baik dalam tradisi marxisme maupun tradisi sebelumnya
istilah hegemoni digunakan untuk menjelaskan fenomena kekuasaan politik. Hegemoni
merupakan gagasan Antonio Gramsci (1891-1937) yang bersumber dari buku Selection
from Prison Notebooks. Buku ini adalah catatan Gramsci selama dipenjara selama 6 tahun
dari 1929-1935. Teori hegemoni Antono Gramsci menganalisa berbagai relasi kekuasaan
dan penindasan dimasyarakat. 3

Lewat perspektif hegemoni, akan terlihat bahwa penulisan, kajian suatu


masyarakat, dan media massa merupakan alat kontrol kesadaran yang dapat digunakan
kelompok penguasa. Alat kontrol tersebut memainkan peranan penting dalam menciptakan
lembaga dan sistem yang melestarikan ideologi kelas dominan Hegemoni berasal dari
bahasa Yunani, egemonia yang berarti penguasa atau pemimpin. Sebagaimana
dikemukakan Encyclopedia Britanica dalam prakteknya di Yunani,diterapkan untuk
menunujukan dominasi posisi yang diklaim oleh negara-negara kota(polis atau
citystates)secara individual,misalnya yang dilakukan oleh negara kota Athena dan Sparta
terhadap negara-negara lain yang sejajar (Hendarto, 1993;73). Artinya, kelompok-
kelompok yang terhegemoni menyepakati nilai-nilai ideologis penguasa. Gramsci
membedakan antara konsep “dominasi” dan “hegemoni”, dimana dominasi merupakan
model penguasaan yang ditopang oleh kekuatan fisik. Sedangkan hegemoni adalah model
penguasaan yang lebih halus, yaitu secara ideologis.

Hegemoni menggunakan kombinasi “paksaan” dengan “kerelaan”. Artinya


hegemoni bukan hanya memaksa subyek yang dikuasai, namun juga menciptakan kondisi
dimana subjek merelakan dirinya untuk dikuasai. Dan, kondisi demikian diciptakan melalui
ideologi, sebagai medium penyampaian gagasan yang dipercayai.4

Konsep hegemoni Gramsci sebenarnya dapat dielaborasi penjelasnnya tentang


basis dari supremasi klas: Supreamsi sebuah kelompok mewujudkan diri dalam dua cara,
sebagai “dominasi” dan sebagai kepemimpin intelektual dan moral. Dan disatu pihak,
sebuah kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok oposisi untuk
“menghancurkan” atau menundukan mereka, bahkan mungkin dengan menggunakan
kekuatan bersenjata;dilain pihak, kelompok sosial memimpin kelompok-kelompok kerabat
dan sekutu mereka. Sebuah kelompok sosial dapat dan bahkan harus sudah menerapkan
“kepemimpinan” sebelum memenangkan kekuasan pemerintah(kepemimpinan tersebut
merupakan salah satu dari syarat-syarat utama untuk memenangkan kekuasaan semacam
itu). Kelompok sosial tersebut kemudian menjadi dominan ketika dia mempraktikan

3
http://www.academia.edu/11606357/Hegomoni_Politik_Media. (Diakses Pada Tanggal 10
Januari 2018) pukul 16.07 WIB.
4

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=398038&val=8715&title=PERGESERAN%2
0SISTEM%20KEKUASAAN%20DARI%20MARXISME%20KE%20HEGEMONI%20DAN%2
0POLITIK%20MEDIA:%20Suatu%20Kritik%20Ideologi. (Diakses Pada Tanggal 12 Januari
2018) pukul 16.07 WIB.
kekuasaan, tapi bahkan bila dia telah memegang kekuasaan penuh di tangannya, dia masih
harus terus “memimpin juga”.(Gramsci, 1976;57-58).

Hegemoni berarti menguasai secara halus menggunakan intelektual atau ideologis


penguasa melalui tatanan nilai-nilai yang dianggap benar dan dibenarkan masyarakat.
Sehingga bisa melanggengkan kebijakan penguasa yang sebenarnya tidak baik bagi
masyarakat. Sekaligus mahasiswa yang menjadi check and balance kebijakan pemerintah
terhadap masyarakat ikut terhegemoni melalu sistem akademik melalui petinggi kampus.

Menurut McQuail (2010) dalam dunia politik media massa berfungsi sebagai alat
untuk mengawasi penguasa (mengkritisi). Sekarang media massa digunakan sebagai alat
untuk menyebarluaskan kekuasaan yang kemudian diterima secara luas oleh masyarakat
dan menjadi sebuah ideologi. Hegemoni Media termasuk kedalam teori normatif karena
peran media massa yang menentukan dan memberi dampak besar terhadap nilai sosial
masyarakat. Pada prakteknya hegemoni media menjadi startegi para penguasa untuk
memperbanyak suara dalam kepentingan politiknya dan membuat masyarakat menerima
ideologis penguasa.

PEMBAHASAN

Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan


tinggi di sebuah perguruan tinggi. Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu
lahir dari pola pikir para mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan
dan mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong
mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa atau kebijakan
pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat, dengan cara mereka sendiri yang tentu sesuai
dengan ketentuan.

Namun fenomena yang terjadi sekarang sudah berbeda dengan fenomena dahulu,
mahasiswa dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman karena setiap harinya selalu
mempelajari atau memberikan contoh kasus sebagai bahan diskusi materi. Sehingga
sedikit demi sedikit mahasiswa kurang memperhatikan apa saja kebijakan pemerintah
yang sudah di keluarkan untuk masyarakat. Masyarakat pada umumnya bisa bahkan sering
mengkritisi kebijakan pemerintah ataupun perda, namun apa yang bisa dilakukan mereka
untuk merealisasikan pemikirannya. Sedangkan kesehariannya yang begitu padat untuk
mencapai keluarga sejahtera cukup melelahkan dan memang sudah seharusnya tugas
mahasiswa selain belajar ialah bersuara untuk masyarakat.

Ada beberapa hal yang membuat mahasiswa saat ini kurang kritis terhadap
kebijakan pemerintah Pertama, mahasiswa menjadi sibuk dengan masalah perkuliahan
karena sistem cenderung membuat persepsi bahwa semakin bagus prestasi, hidup akan
semakin mudah Kedua, sikap hedonisme dan apatisme yang melekat pada sejenis inilah
yang seharusnya diperbaharui karena terbiasa hidup serba mudah menjadikan mahasiswa
self centre Ketiga, terusnya masuk pengaruh budaya asing, faktor lingkungan dan
kurangnya pendidikan karakter Keempat, kebanyakan mahasiswa sekarang ialah generasi
apatis dan tidak produktif Kelima, kebijakan dari pemerintah membuat mahasiswa di
repotkan oleh SKS dan akademik sehingga mereka tidak memperhatikan masalah yang
terjadi di masyarakat dan yang terakhir, perkembangan zaman membuat mahasiswa
dilema karena megikuti perkembangan menjadi hal yang wajib namun bila terus-menerus
seperti ini siapa yang menjadi check and balance kebijakan pemerintah atau kebijakan
kampusnya. Sebagai mahasiswa untuk saat ini memang sangat sulit untuk memperhatikan
fenomena yang ada di masyrakat karena mahasiswa sangat di sibukan untuk kepentingan
akademik. 5

Peran media massa dalam hal ini seharusnya memberikan informasi yang sesuai
dengan kenyataan serta tidak memasukan unsur kepentingan politik. Walaupun pemilik
media adalah para pemegang saham, tetap saja media massa harus mengikuti fungsi yang
sudah seharusnya. Seperti yang dikemukakan oleh Sumadira (2005:32) fungsi utama dari
media massa ialah menyampaikan informasi kepada masyarakat dan setiap informasi yang
disampaikan harus bersifat akurat, faktual, menarik, benar, lengkap-utuh, berimbang,
relevan, dan bermanfaat. Media massa yang seharusnya turut mendukung dan memberikan
informasi aktual sesuai fakta. Sehingga mahasiswa atau masyarakat mengetahui hal yang
sebenarnya dan lebih mendalam, tidak hanya dipermukaannya saja.

Mahasiswa menjadi sibuk karena sistem cenderung membuat persepsi bahwa


prestasi menentukan layak atau tidaknya kita dikehidupan setalah perkuliahan usai. Salah
satu mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Program Pascasarjana ITB
memiliki pengalaman keterbatasan berpendapat dikarenakan pada saat studi terakhirnya
di Politeknik Negeri Bandung bila Universitas mengetahui salah satu mahasiswanya ikut
berdemo atau terlibat dalam politik diancam hukuman Drop Out hal ini menjadi ketakutan
tersendiri bagi para mahasiswa yang akan turut andil dalam kebijakan pemerintah yang
tidak pro rakyat. Selain itu jadwal perkuliahan yang padat diiringi dengan tugas yang
cukup banyak membuat responden merasa tidak memiliki waktu untuk memikirkan
negara. Sehingga responden memiliki persepsi bahwa negara ingin membungkam
kekuatan mahasiswa.6

Sikap hedonisme dan apatisme yang melekat pada sejenis inilah yang seharusnya
diperbaharui karena terbiasa hidup serba mudah menjadikan mahasiswa self centre, hal
ini dialami oleh narasumber. Menyadari hal tersebut bawasannya sikap hedonisme
membuat setiap mahasiswa hanya mementingkan bagaimana caranya bisa di anggap oleh
teman-temannya. Meski eksistensi menjadi kebutuhan dasar saat ini tetapi di kampus
responden hal ini sangat over.7

5
https://www.kompasiana.com/mfauzanfebriansyah/gerakan-mahasiswa-yang-digerus-sistem-
akademik_553022a76ea834be338b4578. (Diakses Pada Tanggal 07 Januari 2018) pukul 19.20
WIB.
6
Wawancara dengan Aldi. R. Mulyana, mahasiswa, tanggal 07 Januari 2018 di Rumah Aldi
Kabupaten Bandung.
7
Wawancara dengan Muhammad Rizki Ichsan Nurhakim, mahasiswa, tanggal 07 Januari 2018,
melalui freecall Line.
Terusnya masuk pengaruh budaya asing, faktor lingkungan dan kurangnya
pendidikan karakter, hal ini tanggapi oleh salah satu mahasiswa ITENAS Fakultas Desain
Komunikasi Visual. Responden berpendapat bahwa budaya asing yang masuk terus
menerus membuat lingkungannya cuek terhadap fenomena yang ada di masyarakat. Disisi
lain tidak adanya pendidikan karakter yang diselenggarakan kampusnya untuk mahasiswa
yang baru masuk. Respondenpun mengakui akan dirinya tentang hal ini yang selalu
mengikuti budaya asing.8

Kebanyakan mahasiswa sekarang ialah generasi apatis dan tidak produktif,


persepsi responden tentang hal ini setuju karena lingkungan kampus responden sibuk
untuk memenuhi kepentingan-kepentingan kampus tanpa mereka sadari bahwa mereka
yang seharusnya menjadi check and balance kebijakan pemerintah terhadap masyarakat.
Karena responden cape dengan tidak didengarnya aspirasi oleh pemerintah. 9

Kebijakan dari pemerintah membuat mahasiswa di repotkan oleh SKS dan


akademik sehingga mereka tidak memperhatikan masalah yang terjadi di masyarakat, hal
ini ditanggapi oleh mahasiswa dari LSPR, Mass Comunication. Menurutnya aktifitas di
kampus sangatlah produktif namun disisi lain mereka hanya disibukan dengan tugas-tugas
kampus. Lalu diwajibkan untuk aktif dalam UKM, sehingga tidak terlalu memperhatikan
fenomena yang berada di masyarakat.10

Perkembangan zaman membuat mahasiswa dilema, karena megikuti


perkembangan zaman menjadi hal yang wajib. Bila terus-menerus seperti ini siapa yang
menjadi check and balance kebijakan pemerintah atau kebijakan kampusnya. Hal ini di
tanggapi oleh mahasiswa dari Politeknik Pos Indonesia, Akutansi Keuangan. Responden
berpendapat harus mengikuti perkembangan dikarenakan beberapa mata kuliah yang
mengharuskan mereka seperti itu. Sehingga dampak terhadap responden menjadi kurang
kurang mengetahui apa-apa saja kebijakan pemerintah yang sudah di keluarkan untuk
rakyat.11

Hegemoni adalah bentuk penguasaan terhadap kelompok tertentu dengan


menggunakan kepemimpinan intelektual dan moral secara konsensus. Jadi masyarakat
secara tidak langsung membenarkan ideologis para penguasa termasuk pemeggang saham.
Pemegang saham disini adalah pemilik media massa, dimana pemilik media massa tersebut
tidak hanya memiliki satu media saja melainkan lebih dan media yang lainnya juga di miliki
para pemegang saham yang berperan dalam dunia politik.

Bertolak belakang dengan fungsi media massa yang dikemukakan oleh Dennis
Mcquail. Tidak semua tercermin pada media massa saat ini, sebaliknya media massa pada
saat ini hanya mementingkan kepentingan pemerintah, politik dan juga pers. Peran

8
Wawancara dengan Rizky Indra Pratama, mahasiswa, tanggal 09 Januari 2018, di Susu Murni,
Sukamenak, Kabupaten Bandung.
9
Wawancara dengan Agung Prayoga, mahasiswa tanggal 07 Januari 2018, di Rumah Agung
Kabupaten Bandung.
10
Wawancara dengan Reza Dwiki Kusumah, mahasiswa 07 Januari 2018, melalui freecall Line.
11
Wawancara dengan Rozan Abdul Rozaq, mahasiswa, 07 Januari 2018, di Rumah Rozan
Kabupaten Bandung.
mahasiswa sebagai check and balance kebijakan pemerintah sedikit terhambat karena
banyaknya pembelokan terhadap kebijakan pemerintah yang membuat mahasiswa bingung
dengan kebijakan tersebut.

Konsep hegemoni melakukan kendali melalui penciptaan kesadaran umum


masyarakat oleh kelas yang berkuasa. Hegemoni menggunakan kombinasi “paksaan”
dengan “kerelaan”. Artinya hegemoni bukan hanya memaksa subyek yang dikuasai, namun
juga menciptakan kondisi dimana subjek merelakan dirinya untuk dikuasai. Dan kondisi
demikian diciptakan melalui ideologi, sebagai medium penyampaian gagasan yang
dipercayai. Pada kenyataannya, hegemoni dicapai bukan melalui induktrinasi langsung,
tetapi meyusup lewat tatanan nilai dan sistem makna yang dihayati masyarakat.

Maka dari itu mahasiswa secara tidak sadar ikut terhegemoni oleh kelas penguasa
dalam konteks kebijakan kampus karena kelas penguasa ingin membungkam suara
mahasiswa. Akhirnya kelas penguasa menggunakan ideologis dan nilai-nilai yang
dianggap benar oleh mahasiswa. Karena kelas penguasa takut pemerintahannya di
gulingkan kembali seperti saat Tragedi Maret 1998. Saat mahasiswa menggulingkan rezim
presiden kedua Indonesia, Bapak Soeharto.

Pembentukan rasa takut oleh petinggi kampus memang sudah sangat banyak
terjadi. Ketakutan adalah metode paling efektif yang dijalankan petinggi kampus. Seperti
kata Pramoedya “Ketakutan selalu menjadi bagian mereka yang tak berani mendirikan
keadilan. Membentuk untuk mahasiswa takut terhadap petinggi kampus mengedepankan
ideologi atau intelektual mereka. Sampai sini sudah cukup jelas hegemoni pemerintah,
pemegang saham serta petinggi kampus bagaikan mega kombinasi untuk menurunkan pola
pikir kritis mahasiswa. Sehingga mahasiswa enggan untuk bersuara.
Seperti inilah mega konsep yang dibuat oleh pemerintah. Membentuk mahasiswa
yang hanya peduli dengan urusan akademik sehingga berkurangnya pola pikir kritis
mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah yang telah dibuat. Mengkebiri pemikiran
imajinatif dan kritis untuk melanggengkan penyelewengan kebijakan dan kekuasaan.
Normalisasi kehidupan kampus merupakan kebijakan pemerintah untuk mengubah format
organisasi kemahasiswaan yang semula terintegrasi menjadi terpecah-pecah sesuai
jurusannya dengan maksud melarang mahasiswa terjun ke dalam politik praktis
sebagaimana dicantumkan dalam SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0457/0/1990 tentang Pola Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan di Perguruan
Tinggi.
KESIMPULAN

Penguasa memberikan nilai-nilai tatanan sosial yang bertujuan untuk menguasai


bagian-bagian yang mengancam. Melalui media massa dan petinggi kampus pemerintah
mengeluarkan beberapa kebijakan yang membuat mahasiswa kurang peka pada fenomena
yang ada di masyarakat. Media massa yang dimiliki oleh beberapa orang yang terlibat
dalam pemerintahan bisa memanipulasi apapun. Sehingga masyarakat dan mahasiswa tidak
mengetahui informasi atau kebijakan yang sebenarnya. Dampak pada mahasiswa ialah
tumpulnya berpikir kritis pada mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 2002, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jalaludin Rakmat, dkk. 1997, Hegemoni Budaya, Bentang, Yogyakarta.


McQuail, Denis McQuail. 2005. McQuail’s Mass Communication Theory, fifth Edition,
London : Sage Publication
Nezar Patria, Andi Arief. 2015, Antonio Gramsci Negara & Hegemoni. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

REFERENSI

https://news.detik.com/jawatengah/3697633/galang-solidaritas-mahasiswa-solo-serukan-
aksi-besar-28-oktober. (Diakses Pada Tanggal 18 Januari 2018) pukul 20.43 WIB.

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_053566_chapture2.pdf.
(Diakses pada Tanggal 15 Januari 2018) pukul 23.13 WIB.

http://www.academia.edu/11606357/Hegomoni_Politik_Media. (Diakses Pada Tanggal


10 Januari 2018) pukul 16.07 WIB.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=398038&val=8715&title=PERGESE
RAN%20SISTEM%20KEKUASAAN%20DARI%20MARXISME%20KE%20HEGEM
ONI%20DAN%20POLITIK%20MEDIA:%20Suatu%20Kritik%20Ideologi.(Diakses
Pada Tanggal 12 Januari 2018) pukul 16.07 WIB.

https://www.kompasiana.com/mfauzanfebriansyah/gerakan-mahasiswa-yang-digerus-
sistem-akademik_553022a76ea834be338b4578. (Diakses Pada Tanggal 07 Januari 2018)
pukul 19.20 WIB

Anda mungkin juga menyukai