Makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat
Makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh:
Kelompok III
1. EKA JULIANI. HARDI
2. NURMI
3. NURDIANA
4. NURUL PRATIWI S. P
5. SATRIANI UMAR
6. ST. HAPSAH
7. SARWIAH
8. ASMAWATI
9. HASMAYA
D III KEBIDANAN
AKBID BAMBAPUANG PRIMA PERSADA ENREKANG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan Kehadirat Allah S.W.T. berkat rahmatNya Kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “MENGURAIKAN PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT”. Sholawat dan taslim tak lupa kita kirimkan pada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW. Nabi yg telah menuntun kita kejalan Allah SWT.
Kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada teman-teman yang turut serta membantu
dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Terlapas dari itu semua, kami
menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangan-kekurangannya, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yg
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, mohon maaf bila ada kata-kata dalam makalah ini yg menyinggung perasaan
dosen maupun kawan-kawan, karena kami hanya manusia biasa yg tidak lepas dari kesalahan.
Harapan besar dari kami mudah-mudahan apa yg kami susun ini penuh mamfaat, baik itu
pribadi, teman-teman, serta orang lain yg melihat dan membacanya . Amien.
Penyusun
Kelompok III
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………….…..........................i
DAFTAR ISI………………………………………………………......................ii
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar belakang…………………………………........................ 1
II. Tujuan ……………..…………………………….......………… 1
III. Rumusan Masalah……………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................... 7
B. Saran...................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada manusia. Adapun masalah kesehatan yang
dipandang amat penting ialah yang menyangkut penyakit. Berbagai masalah kesehatan yang
bukan penyakit hanya akan mempunyai arti apabila ada hubungannya dengan penyakit, jika tidak
demikian maka penanggulangannya tidak terlalu diprioritaskan.
Dewasa ini kita dapat lihat perkembangan epidemiologi sebagai suatu bidang ilmu yang
mempelajari keadaan dan sifat karakteristik suatu kelompok penduduk tertentu,dengan
memperhatikan berbagai perubahan yang terjadi pada penduduk tersebut yang mempengaruhi
derajat kesehatan dan kehidupan sosialnya.Berbagai definisi dan pengertian telah dikemukakan
oleh para ahli epidemiologi yang pada dasarnya memeliki kesamaan pengertian yakni
epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari,menganalisis,serta berusaha memecahkan
berbagai masalah kesehatan maupun masalah yang erat hubungannya dengan kesehatan pada
suatu kelompok penduduk tertentu.
2. Tujuan
3. Rumushan Masalah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Epidemiologi.
Jika ditinjau dari asal kata, epidemiologi berarti ilmu yang memepelajari tentang penduduk
(yunani: epi = pada atau tentang, demos = penduduk, logos = ilmu). Pada saat ini epidemiologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada
penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi
penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit
degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu,
epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.
Beberapa pengertian secara umum dan setengah awam, dapat dibaca dalam kamus atau
ensiklopedia umum, epidemiologi menurut pendapat para ahli dan di bidang dan aspek-aspek
tertentu antara lain sebagai berikut:
Webster’s New World Dictionary of the American Languange, Epidemiologi adalah cabang
ilmu kedokteran yang menyelidiki penyebab-penyebab dan cara pengendalian wabah-
wabah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia terbtan Balai Pustaka, Dep Dik Bud 1990: Epidemiologi
adalah ilmu tentang penyebaran penyakit menular pada manusia dan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi penyebarannya.
Ensiklopedia Nasional Indonesia terbitan PT Cipta Adi Pustaka , Jakrta 1989 :
Epidemiologi adalah suatu cara untuk meneliti penyebaran penyakit atau kondisi kesehatan
penduduk termasuk faktor – faktor yang menyebabkannya.
Epidemiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala faktor yang
berhubungan dengan kejadian di masyarakat seperti timbulnya, penyebarannya dan akibat
disebabkan oleh penyakit menular tertentu.
Epidemiologi adalah suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisa sifat dan penyebaran
berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab
timbulnya masalah / gangguan kesehatan guna pencegahan dan penanggulangannya.
Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang DISTRIBUSI
(penyebaran) dan DETERMINANT (faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang
bertujuan menanggulangi masalah kesehatan. 2.
Sebagai ilmu yang selalu berkembang, Epidemiologi senantiasa mengalami perkembangan
pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi dalam batasan/definisinya. Beberapa
definisi telah dikemukakan oleh para pakar epidemiologi,
beberapa diantaranya adalah :
Greenwood ( 1934 )
Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian
yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk.
Kelebihannya adalah adanya penekanan pada Kelompok Penduduk yang mengarah kepada
Distribusi suatu penyakit.
Brian Mac Mahon ( 1970 )
Epidemiologi adalah Studi tentang penyebaran dan penyebab frekwensi penyakit pada manusia
dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Di sini sudah mulai menentukan Distribusi
Penyakit dan mencari Penyebab terjadinya Distribusi dari suatu penyakit.
Di sini tampak bahwa pada waktu itu perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah
penyakit infeksi yang terjadi/mengenai masyarakat/massa.
Aspek Akademik Secara akademik, epidemiologi berarti Analisa data kesehatan, sosial-
ekonomi, dan trend yang terjadi untuk mengindentifikasi dan menginterpretasi perubahan-
perubahan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi pada masyarakat umum atau kelompok
penduduk tertentu.
Aspek Klinik Ditinjau dari aspek klinik, Epidemiologi berarti Suatu usaha untuk
mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau prevalensi yang dilakukan melalui
penemuan klinis atau laboratorium pada awal timbulnya penyakit baru dan awal terjadinya
epidemi.
Aspek praktis Secara praktis epidemiologi berarti ilmu yang ditujukan pada upaya
pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok penduduk atau
masyarakat umum.
Aspek Administrasi Epidemiologi secara administratisi berarti suatu usaha
mengetahui keadaan masyarakat di suatu wilayah atau negara agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3.
B. Dasar-Dasar Epidemiologi.
1. Sejarah Epidemiologi
Sebenarnya epidemiologi sebagai sains, yang didasarkan pada pengamatan terhadap fenomena
penyakit dalam masyarakat, oleh mereka yang diyakini bahwa keadaan tersebut merupakan
fenomena yang terjadi secara teratur (ordered phenomena) dan bukan sebagai suatu kejadian
yang berkaitan dengan kekuatan gaib, telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno seperti halnya
dengan berbagai ilmu pengetahuan lain yang telah mampu meningkatkan kesejahteraan manusia
dewasa ini.
Pada zaman kejayaan Yunani dan Romawi Kuno, telah dikenal adanya proses penularan
penyakit pada masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan. Hal ini telah
dikemukakan oleh Hippocrates (abad ke 5 SM) dalam tulisannya yang berjudul Epidemics serta
dalam catatannya mengenai Airs, Waters, and Places, di mana beliau telah mempelajari masalah
penyakit di masyarakat dan mencoba mengemukakan berbagai teori tentang hubungan sebab
akibat terjadinya penyakit dalam masyarakat. Walaupun pada akhirnya teori tersebut tidak sesuai
dengan kenyataan, tetapi telah memberikan dasar pemikiran tentang adanya hubungan faktor
lingkungan dengan kejadian penyakit sehingga dapat dikatakan bahwa konsep tersebut adalah
konsep epidemiologi yang pertama.
Kemudian Galen mengemukakan suatu doktrin epidemiologi yang lebih logis dan
konsisten dengan menekankan teori bahwa beradanya suatu penyakit pada kelompok penduduk
tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu (suatu generasi tertentu) sangat dipengaruhi oleh 3
(tiga) faktor utama yakni :
Apa yang dikemukakan Galen tidak banyak mengalami perubahan selanjutnya dan
merupakan dasar pengembangan epidemiologi.
4.
Pada abat ke 14 dan 15 Masehi, masalah epidemi penyakit dalam masyarakat semakin
jelas melalui berbagai pengamatan peristiwa wabah penyakit pes dan cacar (variola) yang
melanda sebagian besar penduduk dunia. Pada waktu itu, orang mulai menyadari bahwa sifat
penularan penyakit dapat terjadi terutama karena adanya kontak dengan penderita. Dalam hal ini
dikenal jasa Veronese Francastorius (1483-1553) serta Sydenham (1624-1687) yang secara luas
telah mengemukakan tentang “teori kontak” dalam proses penularan penyakit. Berdasarkan teori
kontak inilah dimulainya usaha isolasi dan karantina yang kemudian ternyata mempunyai
peranan positif dalam usaha pencegahan penyakit menular hingga saat ini.
Konsep tentang sifat kontagius dan penularan penyakit dalam masyarakat telah disadari
dan dikenal sejak dahulu namun baru pada abad ke –17, teori tentang Germ dan perannya dalam
penularan penyakit pada masyarakat mulai dikembangkan. Dalam hal ini Sydenham dianggap
sebagai pionir epidemiologi walaupun sebagian teorinya tidak lagi dapat diterima. Pada saat
yang sama John Graunt telah mengembangkan teori statistik vital yang sangat bermanfaat
dalam bidang epidemiologi. Walaupun Graunt bukan seorang dokter, tetapi hasil karyanya
sangat bermanfaat dalam bidang epidemiologi dengan menganalisis sebab kematian pada
berbagai kejadian kematian di London dan mendapatkan berbagai perbedaan kejadian kematian
atar jenis kelamin serta antara penduduk urban dan rural, maupun perbedaan berbagai musim
tertentu. Selain Graunt mengembangkan statistik vital, William Farr mengembangkan analisis
sifat epidemi berdasarkan hukum Matematika. Dia mengemukakan bahwa meningkatnya,
menurunnya serta berakhirnya suatu epidemi mempunyai sifat sebagai fenomena yang berurutan
(an ordely phenomenon) yang dewasa ini dianggap mengikuti hukum kurva normal.
Jakop Henle pada tahun 1840 mengemukakan terorinya tentang sifat epidemiologi dan endemi
yang sangat erat hubungan dengan fenomena biologis. Dikemukakan bahwa yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit adalah organisme yang hidup (living organism). Pendapat ini
pada waktu yang sama telah mendorong berbagai ilmuwan terkemuka mikro-organisme
penyebab penyakit tertentu.
5.
2. Segitiga Epidemiologi
Segitiga epidemiologi adalah modal utama yang harus dimiliki oleh seorang epideniolog.
Ini merupakan teori dasar yang terkenal sejak disiplin ilmu epidemiologi mulai digunakan di
dunia. Dalam bidang epidemiologi terdapat sedikitnya 3 segitiga epidemiologi yang saling
terkait satu sama lain yaitu, 1. Agent-Host-Environment (AHE), 2. Person-Place-Time (PPT),
3. Frekuensi- Distribusi- Determinan (FDD)
Segitga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelasakan kosep
berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjainya penyakit. Hal ini
sangat komprehensif dalam memprediksi suatu penyakit. Terjadinya suatu penyakit sangat
tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke tiganya.
A. AGENT
yang disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang dikarenakan oleh mikro
organisme (virus, bakteri, jamur, parasit, protzoa, metazoa, dll), unsur nutrisi karena bahan
makanan yang tidak memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan
karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon monoksid, obat-obatan,
arsen, pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan oleh panas, benturan, dll, serta unsur psikis
atau genetik yang terkait dengan heriditer atau keturun. Demikian juga dengan unsur kebiasaan
hidup (rokok, alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan,
persalinan, dll.
B. HOST
Host atau penajamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga menjadi faktor
risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh faktor intrinsik. Factor
penjamu yang biasanya menjadi factor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai berikut
1. Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang unutk terkena penyakit karsinoma, jantung dan
lain-lain daripada yang usia muda.
2. Jenis kelamin (seks). Misalnya , penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, diabetes melitus
cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang hanya terjadi pada wanita atau
penyakit kanker prostat yang hanya terjadi pada laki-laki atau yang cenderung terjadi
pada laki-laki seperti hipertensi, jantung, dll.
3. Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang beda
kerentangannay terhadapa suatu penyakit.
4. Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang menurun seperti hemofilia, buta
warna, sickle cell anemia, dll. 6.
5. Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll
C. ENVIRONMENT
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit, hali ini
Karen faktor ini datangnya dair luar atau bisas disebut dengan faktor ekstrinsik. Faktor
lingkungan ini dapat dibagi menjadi:
2. Lingkungan Fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah yang berwujud geogarfik dan musiman.
Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara, keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber
hidup dan sebagai sumber penyakit, Zat kimia atau polusi, radiasi, dll.
Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi yang berlaku
yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada penghasilan yang akan
berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah yang cukup
besar adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan kepadatan
penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat, kebiasaan hidup masyarakat,
bentuk organisasi masyarakat yang kesemuanya dapat menimbulkan berbagai masalah
kesehatan terutama munculnya bebagai penyakit.
7.
2. TIME, PLACE, PERSON
A. Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan
etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
1. Umur
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau
kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang
dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak
menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan
umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan
masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama,
guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala
mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.
2. Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan
wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan
umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat
disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau
perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor
lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat,
berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika Serikat
dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di
Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa
penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.
8.
3. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau
kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan
oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula
oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator tunggal bagi kelas
sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan seseorang
yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V
(tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan tidak
memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan angka
kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan jenis
kelamin.
4. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni
9.
5. Penghasilan.
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar
transport, dan sebagainya.
6. Golongan Etnik.
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup
dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan atau
kematian.
Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar golongan etnik
hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin
ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.
Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh lingkungan
terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang klasik dalam hal ini ialah penelitian mengenai
angka kesakitan kanker lambung.
Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di Jepang dan keturunan
Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini menjadi kurang prevalen di kalangan
turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting didalam
etiologi kanker lambung.
7. Status Perkawinan.
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan maupun
kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda; angka kematian karena penyakit-
penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin dibandingkan
dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak kawin kurang sehat.
Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan penyakit,
atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal
dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu.
8. Besarnya Keluarga.
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena penghasilan
keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
10.
9. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit menular dan
gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya
tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya
terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya;
karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak
dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia dan sebagainya.
10. Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu
maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang
berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas
dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan
seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
B. Tempat (Place).
Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas
alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan,
ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh
luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan
kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan,
faktor-faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan,
sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit
menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.Pentingnya peranan tempat didalam
mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan
suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.
11.
Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-faktor
yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu diperhatikan
selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di
desa itu sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran
penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya. Peranan
migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai daerah menjadi
lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut; lihatlah umpamanya
penyakit demam berdarah.
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin
berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam
kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya
“reservoir” infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan
keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor
dan persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut “receptive area” untuk
demam kuning.
12.
Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang
frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah dimana terdapat
vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi (endemic goiter) di daerah yang
kekurangan yodium.
C. Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam
analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan
adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan
angka kesakitan, maka dibedakan :
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan
makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar
(beberapa bulan).
Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan
memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan,
tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit
infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit yang
ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah berhubungan dengan :
1. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban memungkinkan
transmisi.
13.
2. Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak untuk
menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.
3. Selalu adanya kerentanan
4. Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang
menyebabkan mereka terserang oleh “vektor bornedisease” tertentu.
5. Tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan penyakit.
6. Adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya
siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut diatas.
Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk yang kebal
(meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak penyakit-penyakit
yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan secara musiman.
Tentunya observasi ini dapat membantu didalam memulai dicarinya etiologi penyakit-
penyakit tersebut dengan catatan-catatan bahwa interpretasinya sulit karena banyak keadaan
yang berperan terhadap timbulnya penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim, perubahan
populasi hewan, perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat perkembangbiakan,
perubahan dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia
seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya.
Variasi musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara musiman dari
produksi, distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang
dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama
dalam hubungan dengan penyakit-penyakit infeksi dan sebagainya.
14.
2. FREKUENSI, DISTRIBUSI, DETERMINAT
A. FREKUENSI
B.DISTRIBUSI
C.DETERMINANT
Yang dimaksud disini adalah menunjuk kepada factor penyebab dari suatu penyakit /
masalah kesehatan baik yang menjelaskan frekuensi, penyebaran atau pun yang menerangkan
penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 langkah yang lazim
dilakukan yaitu :
Menarik kesimpulan.
15.
C. Ruang Lingkup Epidemiologi.
Hal yang perlu kita perhatikan sebagai tenaga kesehatan khususnya yang memiliki basikdi
bidang epidemiologi yang mengetahui apa saja ruang lingkup atau jangkauan epudemiologi,
karena ruang lingkup epidemiologi semaking berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi dan kebutuhan masyarakat. Perkembangan tersebut secara kasat mata dapa kita lihat
dalam lingkup kesehatan sekarang ini. Sebagai gambara perkembangan ruang lingkup
epidemiolloogi dapat di lihat sebagai berikut.
Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang dapat menimbulkan wabah melalui
temuan-temuan tentang jenis penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta bagaimana
penanggulangan penyakit wabah tersebut. Kemudia tahap berikutnya berkembang lagi
menyangkut penyakit yang infeksi non-wabah. Berlanjut lagi dengan mempelajari penyakit non
infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dll. Perkembangan selanjutnya mulai meluas ke
hal-hal yang bukan penyakit seperti fertilitas, menopouse, kecelakkaan, kenakalan remaja,
penyalahgunaan obat-obat terlarang, merokok, hingga masalah kesehatan yang sangat luas
ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan
lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan
demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara
keseluruhan.
Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari
hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit,
keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya
dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan
penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan
memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan
penyebab timbulnya masalah kesehatan.
Di era modern dan perkembangan teknologi seperti sekarang ini memicu jangkauan epidemiolgi
semakin meluas. Secara garis besarnya jangkauan atau ruang lingkup epidemiologi antara lain:
1. Epidemiologi Penyakit Menular
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
3. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
4. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan
5. Epidemiologi Kesehatan Kerja
6. Epidemiologi Kesehatan Darurat
7. Epidemiologi Kesehatan Jiwa
8. Epidemiologi Perencanaan
9. Epidemiologi Prilaku
10. Epidemiologi Genetik
11. Epidemiologi Gizi
12. Epidemiologi Remaja
13. Epidemiologi Demografi 16.
14. Epidemiologi Klinik
15. Epidemiologi Kausalitas
16. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan
17. dan sebagainya.
Perkembangan epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan tantang bagi tenaga kesehatan
yang harus lebih cermat dalam mengambil tindakan-tindakan yang tidak melenceng dari
jangkauan tersebut. Adapun yang menjadi pemicu perkembangan pesat tersebut adalah
perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih yang menununtut peningkatan
kebutuhan masyarakat utamanya dalam bidang kesehatan sehingga kehidupan masyarakat yang
semakin kompleks. Selain itu, metode epidemiologi yang digunakan untuk penyakit menular
dapat juga digunakan untuk penyakit non-infeksi. Apalagi dengan munculnya berbagai macam
fenomena kesehatan seperti penyakit baru dan lama (prevalensi) mendorong penelitian juga
semakin meningakat. Demikian juga ilmu epidemiologi digunakan dalam mempelajari asosiasi-
asosiasi sebab- akibat fenomena masalah kesehatan dan penduduk.
17.
D. Peranan Epidemiologi Dalam Kesehatan Masyarakat.
Dalam bidang kesehatan, epidemiologi mempunyai peranan yang cukup besar karena hasilnya
dapat digunakan untuk:
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah
kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi diharapkan
mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa,
1. Perencanaan,
2. Pelaksanaan program,
Peran epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat. Meninjau dari penjelasan tentang pengertian
epidemiologi, serta ruang lingkupnya, seorang ahli epidemiologi atau epidemiolog memiliki
peran-peran penting dalam kesehatan masyarakat. Ada beberapa peranan epidemiolog dalam
kesehatan masyarakat, diantaranya adalah:
1) Mencari / mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan
atau penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk
penanggulangan serta cara pencegahannya.
2) Menyiapkan data / informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status
kesehatan dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk
yang terancam.
3) Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan.
4. Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara mengatasinya,
baik penyakit perorangan ( tetapi dianalisis dalam kelompok ) maupun kejadian luar biasa
( KLB ) / wabah dalam masyarakat.
19.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Lingkungan yang perlu dilestarikan supaya diperoleh keadaan yang seimbang
antara manusia. begitu banyak dampak yang ditimbulkan jika kita tidak memperhatikan
keseimbangan alam yang digunakan sebagai tempat kehidupan.
dampak negatif yang muncul berupa penyakit yang merugikan pada manusia
seperti penyakit pernafasan, diare, kholera, thyphus, dysentri, polio, ascariasis dan lain-
lain.
Dampak positif lingkungan terhadap kesehatan memperoleh sumber energi untuk
kebutuhan hidup. untuk pencegahan penyakit perlu dilakukan sanitasi terhadap
lingkungan air, udara dan tanah, khususnya pengelolaan air minum dan air buangan
secara terpadu.
B. Saran.
”Setingi-tingginya langit, masih ada langit yang lebih tinggi lagi”. Pepatah tersebut
mengingatkan kita bahwa pengetahuan itu tidak ada batasnya, semakin digali maka makin
banyak yang kita temukan. Bertolak dari hal tersebut maka penulis menyarankan kepada para
pembaca agar tidak puas dengan materi yang kami suguhkandalam makalah ini. Dan Bacalah
makalah atau buku-buku lain agar anda lebih berpengetahuan anda lebih bertambah.
20.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
WWW.GOOGLE.CO.ID
http://epidemiolog.wordpress.com/2008/11/05/pengertian-epidemiologi/
http://epidemiolog.wordpress.com/2008/11/05/sejarah-epidemiologi-2/
http://epidemiolog.wordpress.com/2011/02/24/tujuan-manfaat-dan-peran-epidemiologi/
http://epidemiolog.wordpress.com/2008/12/01/32/
http://epidemiolog.wordpress.com/2008/11/08/ruang-lingkup-epidemiologi/