Anda di halaman 1dari 21

4/30/2017

Tujuan
Metode-metode Optimasi  Mahasiswa dapat memahami dan
dengan Alternatif Terbatas mampu mengaplikasikan beberapa
metode untuk menyelesaikan masalah
dengan alternatif-alternatif dalam jumlah
NOVRINA yang relatif kecil.
novrina@staff.gunadarma.ac.id

Model SPK
Pokok Bahasan
 Turban (2005) mengkategorikan model
 Model SPK sistem pendukung keputusan dalam tujuh
 Fokus Masalah model, yaitu:
 Model optimasi untuk masalah-masalah
 Multi Attribute Decision Making dengan alternatif-alternatif dalam jumlah
(MADM) relatif kecil.
 Model optimasi dengan algoritma.
 Model optimasi dengan formula analitik.
 Model simulasi.
 Model heuristik.
 Model prediktif.
 Model-model yang lainnya.

Model optimasi (1) Model optimasi (2)


 Model optimasi untuk masalah-masalah  Model optimasi dengan algoritma.
dengan alternatif-alternatif dalam jumlah  Model ini akan melakukan pencarian terhadap
relatif kecil. solusi terbaik dari banyak alternatif.
 Model ini akan melakukan pencarian terhadap  Proses pencarian dilakukan tahap demi tahap.
solusi terbaik dari sejumlah alternatif.  Teknik-teknik untuk penyelesaian masalah ini
 Teknik-teknik untuk penyelesaian masalah ini antara lain dengan menggunakan linear
antara lain dengan menggunakan tabel programming atau model matematika yang
keputusan atau pohon keputusan. lainnya, atau menggunakan model jaringan.

1
4/30/2017

Model optimasi (3) Model simulasi


 Model optimasi dengan formula analitik.  Model simulasi.
 Model ini akan melakukan pencarian terhadap  Model ini akan melakukan pencarian terhadap
solusi hanya dengan satu langkah melalui solusi cukup baik atau solusi terbaik pada
rumus tertentu. beberapa alternatif yang akan diuji dalam
 Model seperti ini banyak dijumpai pada penelitian.
masalah-masalah inventory.  Model ini lebih banyak digunakan untuk
beberapa tipe simulasi.

Model heuristik Model prediktif


 Model heuristik.  Model prediktif.
 Model ini akan melakukan pencarian terhadap  Model ini akan melakukan prediksi untuk masa
solusi yang cukup baik melalui serangkaian depan apabila diberikan skenario tertentu.
aturan (rules).  Model ini lebih banyak direpresentasikan
 Model ini lebih banyak direpresentasikan dengan menggunakan model peramalan
dengan menggunakan pemrograman heuristik (forecasting) atau analisis Makov
atau sistem pakar

Model-model yang lainnya Fokus Masalah


 Model-model yang lainnya.  Model optimasi untuk masalah-masalah
 Model ini akan menyelesaikan kasus what-if dengan alternatif-alternatif dalam jumlah
menggunakan formula tertentu. relatif kecil.
 Model ini lebih banyak digunakan pada  Model ini akan melakukan pencarian terhadap
pemodelan keuangan atau konsep antrian. solusi terbaik dari sejumlah alternatif.
 Teknik-teknik untuk penyelesaian masalah ini
antara lain dengan menggunakan tabel
keputusan, pohon keputusan, atau beberapa
metode pada MADM.

2
4/30/2017

Multi-Attribute Decision Making (MADM) Multi-Attribute Decision Making (MADM)


 Secara umum, model Multi-Attribute  Janko (2005) memberikan batasan
Decision Making (MADM) dapat tentang adanya beberapa fitur umum
didefinisikan sebagai berikut (Zimermann, yang akan digunakan dalam MADM, yaitu:
1991):  Alternatif, adalah obyek-obyek yang berbeda
dan memiliki kesempatan yang sama untuk
 Misalkan A = {ai | i = 1,...,n} adalah dipilih oleh pengambil keputusan.
himpunan alternatif-alternatif keputusan dan C  Atribut, sering juga disebut sebagai
= {cj | j = 1,..., m} adalah himpunan tujuan karakteristik, komponen, atau kriteria
yang diharapkan, maka akan ditentukan keputusan. Meskipun pada kebanyakan kriteria
alternatif x0 yang memiliki derajat harapan bersifat satu level, namun tidak menutup
tertinggi terhadap tujuan–tujuan yang relevan kemungkinan adanya sub kriteria yang
cj. berhubungan dengan kriteria yang telah
diberikan.

Multi-Attribute Decision Making (MADM) Multi-Attribute Decision Making (MADM)


 Konflik antar kriteria, beberapa kriteria biasanya  Masalah MADM adalah mengevaluasi m alternatif
mempunyai konflik antara satu dengan yang Ai (i=1,2,...,m) terhadap sekumpulan atribut atau
lainnya, misalnya kriteria keuntungan akan kriteria Cj (j=1,2,...,n), dimana setiap atribut
mengalami konflik dengan kriteria biaya. saling tidak bergantung satu dengan yang
 Bobot keputusan, bobot keputusan lainnya.
menunjukkan kepentingan relatif dari setiap  Kriteria atau atribut dapat dibagi menjadi dua
kriteria, W = (w1, w2, ..., wn). Pada MADM akan kategori, yaitu:
dicari bobot kepentingan dari setiap kriteria.  Kriteria keuntungan adalah kriteria yang nilainya akan
 Matriks keputusan, suatu matriks keputusan X dimaksimumkan, misalnya: keuntungan, IPK (untuk
kasus pemilihan mahasiswa berprestasi), dll.
yang berukuran m x n, berisi elemen-elemen xij,
 Kriteria biaya adalah kriteria yang nilainya akan
yang merepresentasikan rating dari alternatif Ai diminimumkan, misalnya: harga produk yang akan
(i=1,2,...,m) terhadap kriteria Cj (j=1,2,...,n). dibeli, biaya produksi, dll.

Multi-Attribute Decision Making (MADM) Multi-Attribute Decision Making (MADM)


 Pada MADM, matriks keputusan setiap alternatif  Rating kinerja (X), dan nilai bobot (W)
terhadap setiap atribut, X, diberikan sebagai: merupakan nilai utama yang
merepresentasikan preferensi absolut dari
 x 11 x 12  x 1n 
pengambil keputusan.
x x 22  x 2 n  Masalah MADM diakhiri dengan proses
X   21

     perankingan untuk mendapatkan alternatif
  terbaik yang diperoleh berdasarkan nilai
 x m1 x m 2  x mn  keseluruhan preferensi yang diberikan (Yeh,
2002).
dengan xij merupakan rating kinerja alternatif ke-i
terhadap atribut ke-j.  Pada MADM, umumnya akan dicari solusi ideal.
 Nilai bobot yang menunjukkan tingkat kepentingan  Pada solusi ideal akan memaksimumkan
relatif setiap atribut, diberikan sebagai, W: semua kriteria keuntungan dan
W = {w1, w2, ..., wn} meminimumkan semua kriteria biaya.

3
4/30/2017

Multi-Attribute Decision Making (MADM) Multi-Attribute Decision Making (MADM)


 Ada beberapa metode yang dapat
Masalah digunakan untuk menyelesaikan masalah
MADM, antara lain:
a. Simple Additive Weighting (SAW)
Kriteria-1 Kriteria-2 ... Kriteria-m b. Weighted Product (WP)
(C1) (C2) (Cm) c. TOPSIS
d. Analytic Hierarchy Process (AHP)

Alternatif-1 Alternatif-2 ... Alternatif-n


(A1) (A2) (An)

Simple Additive Weighting (SAW) Simple Additive Weighting (SAW)


 Formula untuk melakukan normalisasi tersebut
adalah sebagai berikut:
 Metode Simple Additive Weighting (SAW) sering
juga dikenal istilah metode penjumlahan
 x ij
terbobot.  jika j adalah atribut keuntungan (benefit)
 Miax x ij
 Konsep dasar metode SAW adalah mencari 
rij  
penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada  M in x ij
 i jika j adalah atribut biaya (cost)
setiap alternatif pada semua atribut (Fishburn,  x ij
1967)(MacCrimmon, 1968).
 Metode SAW membutuhkan proses normalisasi
matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat dengan rij adalah rating kinerja ternormalisasi
diperbandingkan dengan semua rating alternatif dari alternatif Ai pada atribut Cj; i=1,2,...,m dan
yang ada. j=1,2,...,n.

Simple Additive Weighting (SAW) Simple Additive Weighting (SAW)


 Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi)  Contoh-1:
diberikan sebagai:  Suatu institusi perguruan tinggi akan memilih seorang
karyawannya untuk dipromosikan sebagai kepala unit
n sistem informasi.
Vi   w j rij  Ada empat kriteria yang digunakan untuk melakukan
j1 penilaian, yaitu:
 C1 = tes pengetahuan (wawasan) sistem informasi
 C2 = praktek instalasi jaringan
 Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa  C3 = tes kepribadian
alternatif Ai lebih terpilih.  C4 = tes pengetahuan agama

4
4/30/2017

Simple Additive Weighting (SAW) Simple Additive Weighting (SAW)


 Tabel nilai alternatif di setiap kriteria:
 Pengambil keputusan memberikan bobot untuk setiap
kriteria sebagai berikut: C1 = 35%; C2 = 25%; C3 = 25%;
dan C4 = 15%. Kriteria
Alternatif
 Ada enam orang karyawan yang menjadi kandidat C1 C2 C3 C4
(alternatif) untuk dipromosikan sebagai kepala unit, yaitu:
Indra 70 50 80 60
 A1 = Indra,
 A2 = Roni, Roni 50 60 82 70
 A3 = Putri,
Putri 85 55 80 75
 A4 = Dani,
 A5 = Ratna, dan Dani 82 70 65 85
 A6 = Mira. Ratna 75 75 85 74
Mira 62 50 75 80

Simple Additive Weighting (SAW) Simple Additive Weighting (SAW)


 Normalisasi:  Hasil normalisasi:
70 70
r11    0,82 0,82 0,94 0,71
max 70;50;85;82;75;62 85 0,67
0,59 0,80 0,96 0,82
50 50 
r21    0,59  1 0,94 0,88
max 70;50;85;82;75;62 85 R
0,73

50 50 0,96 0,93 0,76 1 
r12    0,67 0,88
max50;60;55;70;75;50 75 1 1 0,87
 
60 60 0,73 0,67 0,88 0,94
r22    0,80
max50;60;55;70;75;50 75
dst

Simple Additive Weighting (SAW) Simple Additive Weighting (SAW)


 Proses perankingan dengan menggunakan  Nilai terbesar ada pada V5 sehingga alternatif
bobot yang telah diberikan oleh pengambil A5 adalah alternatif yang terpilih sebagai
keputusan: w = [0,35 0,25 0,25 0,15] alternatif terbaik.
 Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:  Dengan kata lain, Ratna akan terpilih sebagai
V1  (0,35)(0,82)  (0,25)(0,67)  (0,25)(0,94)  (0,15)(0,71)  0,796 kepala unit sistem informasi.
V 2  (0,35)(0,59)  (0,25)(0,80)  (0,25)(0,96)  (0,15)(0,82)  0,770
V 3  (0,35)(1,00)  (0,25)(0,73)  (0,25)(0,94)  (0,15)(0,88)  0,900
V 4  (0,35)(0,96)  (0,25)(0,93)  (0,25)(0,76)  (0,15)(1,00)  0,909
V 5  (0,35)(0,88)  (0,25)(1,00)  (0,25)(1,00)  (0,15)(0,87)  0,939
V 6  (0,35)(0,73)  (0,25)(0,67)  (0,25)(0,88)  (0,15)(0,94)  0,784

5
4/30/2017

Simple Additive Weighting (SAW) Simple Additive Weighting (SAW)


 Contoh-2:  Beberapa kriteria digunakan sebagai bahan
 Sebuah perusahaan makanan ringan XYZ pertimbangan untuk mengambil keputusan,
akan menginvestasikan sisa usahanya dalam yaitu:
satu tahun.  C1 = Harga, yaitu seberapa besar harga barang
tersebut.
 Beberapa alternatif investasi telah akan  C2 = Nilai investasi 10 tahun ke depan, yaitu
diidentifikasi. Pemilihan alternatif terbaik seberapa besar nilai investasi barang dalam
ditujukan selain untuk keperluan investasi, jangka waktu 10 tahun ke depan.
juga dalam rangka meningkatkan kinerja
perusahaan ke depan.

Simple Additive Weighting (SAW) Simple Additive Weighting (SAW)


 C3 = Daya dukung terhadap produktivitas  C5 = Ketersediaan atau kemudahan, merupakan
perusahaan, yaitu seberapa besar peranan ketersediaan barang di pasaran. Ketersediaan diberi
barang dalam mendukung naiknya tingkat nilai: 1 = sulit diperoleh, 2 = cukup mudah diperoleh;
produktivitas perusahaan. Daya dukung diberi dan 3 = sangat mudah diperoleh.
nilai: 1 = kurang mendukung, 2 = cukup  Dari kriteria tersebut, kriteria pertama dan
mendukung; dan 3 = sangat mendukung.
keempat merupakan kriteria biaya, sedangkan
 C4 = Prioritas kebutuhan, merupakan tingkat
kriteria kedua, ketiga, dan kelima merupakan
kepentingan (ke-mendesak-an) barang untuk
dimiliki perusahaan. Prioritas diberi nilai: 1 = kriteria keuntungan.
sangat berprioritas, 2 = berprioritas; dan 3 = cukup  Pengambil keputusan memberikan bobot untuk
berprioritas. setiap kriteria sebagai berikut: C1 = 25%; C2 =
15%; C3 = 30%; C4 = 25%; dan C5 = 5%.

Simple Additive Weighting (SAW) Simple Additive Weighting (SAW)


 Ada empat alternatif yang diberikan, yaitu:  Nilai setiap alternatif pada setiap kriteria:
 A1 = Membeli mobil box untuk distribusi barang ke
gudang; Kriteria
 A2 = Membeli tanah untuk membangun gudang Alternatif C1 C2
baru; C3 C4 C5
(juta Rp) (%)
 A3 = Maintenance sarana teknologi informasi;
 A4 = Pengembangan produk baru. A1 150 15 2 2 3
A2 500 200 2 3 2
A3 200 10 3 1 3
A4 350 100 3 1 2

6
4/30/2017

Simple Additive Weighting (SAW) Simple Additive Weighting (SAW)


 Normalisasi:  Hasil normalisasi:
min 150;500;200;350 150
r11   1  1 0,08 0,67 0,50 1 
150 150 0,30 1 0,67 0,33 0,67
r12 
15

15
 0,08
R
max 15;200;10;100 200
0,75 0,05 1 1 1 
 
2 2 0,43 0,50 1 1 0,67
r23    0,67
max 2;2;3;3 3
min{2;3;1;1} 1
r14    0,5
2 2

 dst

Simple Additive Weighting (SAW) Simple Additive Weighting (SAW)


 Proses perankingan dengan menggunakan bobot yang Latihan:
telah diberikan oleh pengambil keputusan: Bagian kemahasiswaan sebuah perguruan tinggi telah membuat
pengumuman tentang dibukanya kesempatan memperoleh beasiswa.
w = [0,25 0,15 0,30 0,25 0,05] Beasiswa ini diperuntukkan bagi 3 mahasiswa. Jumlah berkas pelamar ada
 Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: 20 mahasiswa. Kriteria yang dipertimbangkan adalah IPK, Jumlah
penghasilan orang tua dan Jumlah tanggungan orang tua sebagai benefit,
V1  (0,25)(1)  (0,15)(0,08)  (0,3)(0,67)  (0,25)(0,5)  (0,05)(1)  0,638 Jumlah saudara kandung, semester, dan usia sebagai cost.
V 2  (0,25)(0,3)  (0,15)(1)  (0,3)(0,67)  (0,25)(0,33)  (0,05)(0,67)  0,542
Kriteria Bobot
V 3  (0,25)(0,75)  (0,15)(0,05)  (0,3)(1)  (0,25)(1)  (0,05)(1)  0,795
IPK (C1) 25%
V 4  (0,25)(0,43)  (0,15)(0,5)  (0,3)(1)  (0,25)(1)  (0,05)(0,67)  0,766
Juml. Penghasilan Orang Tua (C2) 25%
 Nilai terbesar ada pada V3 sehingga alternatif A3 adalah Semester (C3) 20%
alternatif yang terpilih sebagai alternatif terbaik. Dengan Usia (C4) 15%
kata lain, maintenance sarana teknologi informasi akan Juml. Tanggungan Orang Tua (C5) 10%
terpilih sebagai solusi untuk investasi sisa usaha Juml. Saudara Kandung (C6) 5%

Kriteria
Alternatif C1 C2 C3 C4 C5 C6
A1
A2
0.73
0.24
0.82
0.31
0.93
0.09
0.93
0.74
0.95
0.98
0.51
0.17
Weighted Product (WP)
A3 0.2 0.85 0.47 0.56 0.67 0.3
A4 0.05 0.21 0.6 0.33 0.11 0.39
A5 0.73 0.38 0.87 0.7 0.23 0.94
A6 0.58 0.55 0.4 0.34 0.49 0.26  Metode Weighted Product (WP) menggunakan
A7 0.11 0.82 0.18 0.24 0.76 0.08 perkalian untuk menghubungkan rating atribut,
A8 0.87 0.73 0.43 0.13 0.99 0.16
A9 0.61 0.98 0.74 0.86 0.34 0.12 dimana rating setiap atribut harus dipangkatkan
A10 0.65 0.94 0.65 0.61 0.8 0.46 dulu dengan bobot atribut yang bersangkutan.
A11 0.86 0.82 0.23 0.27 0.9 0.37
A12 0.46 0.53 0.71 0.54 0.72 0.61  Proses ini sama halnya dengan proses
A13 0.28 0.35 0.17 0.31 0.74 0.92
A14 0.66 0.49 0.04 0.2 0.91 0.76 normalisasi.
A15 0.88 0.38 0.79 0.4 0.73 0.18
A16 0.39 0.59 0.01 1 0.74 0.16
A17 0.32 0.97 0.34 0.29 0.6 0.35
A18 0.52 0.01 0.11 0.02 0.01 0.94
A19 0.26 0.02 0.06 0.81 0.57 0.14
A20 0.18 0.05 0.01 0.76 0.16 0.99

7
4/30/2017

Weighted Product (WP) Weighted Product (WP)


 Contoh:
 Preferensi untuk alternatif Ai diberikan sebagai  Suatu perusahaan di Daerah Istimewa
berikut: Yogyakarta (DIY) ingin membangun sebuah
n gudang yang akan digunakan sebagai
Si   x ij
wj

j1
tempat untuk menyimpan sementara hasil
produksinya.
 Ada 3 lokasi yang akan menjadi alternatif,
dengan i=1,2,...,m; dimana wj = 1.
yaitu:
 wj adalah pangkat bernilai positif untuk atribut
 A1 = Ngemplak,
keuntungan, dan bernilai negatif untuk atribut
 A2 = Kalasan,
biaya.
 A3 = Kota Gedhe.

Weighted Product (WP) Weighted Product (WP)


 Tingkat kepentingan setiap kriteria, juga
 Ada 5 kriteria yang dijadikan acuan dalam
dinilai dengan 1 sampai 5, yaitu:
pengambilan keputusan, yaitu:
 1 = Sangat rendah,
 C1 = jarak dengan pasar terdekat (km),
 2 = Rendah,
 C2 = kepadatan penduduk di sekitar lokasi
(orang/km2);  3 = Cukup,
 C3 = jarak dari pabrik (km);  4 = Tinggi,
 C4 = jarak dengan gudang yang sudah ada  5 = Sangat Tinggi.
(km);  Pengambil keputusan memberikan bobot
 C5 = harga tanah untuk lokasi (x1000 Rp/m2). preferensi sebagai:
W = (5, 3, 4, 4, 2)

Weighted Product (WP) Weighted Product (WP)


 Nilai setiap alternatif di setiap kriteria:  Kategori setiap kriteria:
 Kriteria C2 (kepadatan penduduk di sekitar
Kriteria lokasi) dan C4 (jarak dengan gudang yang
Alternatif sudah ada) adalah kriteria keuntungan;
C1 C2 C3 C4 C5
 Kriteria C1 (jarak dengan pasar terdekat), C3
A1 0,75 2000 18 50 500 (jarak dari pabrik), dan C5 (harga tanah untuk
lokasi) adalah kriteria biaya.
A2 0,50 1500 20 40 450
 Sebelumnya dilakukan perbaikan bobot
A3 0,90 2050 35 35 800 terlebih dahulu seperti sehingga w = 1,
diperoleh w1 = 0,28; w2 = 0,17; w3 = 0,22; w4
= 0,22; dan w5 = 0,11.

8
4/30/2017

Weighted Product (WP) Weighted Product (WP)


 Kemudian vektor S dapat dihitung sebagai  Nilai vektor V yang akan digunakan untuk
berikut: perankingan dapat dihitung sebagai berikut:
2,4187
V1   0,3669
     
S1  0,750, 28 20000,17 180, 22 500, 22 5000,11  2,4187
2,4187  2,4270  1,7462
2,4270
 0,5 1500 20 40 450   2,4270
V2   0,3682
0, 28 0,17 0, 22 0, 22 0,11 2,4187  2,4270  1,7462
S2
1,7462
V3   0,2649
S3  0,9 2050 35 35 800   1,7462
0, 28 0,17 0, 22 0, 22 0,11 2,4187  2,4270  1,7462
 Nilai terbesar ada pada V2 sehingga alternatif A2
adalah alternatif yang terpilih sebagai alternatif
terbaik.
 Dengan kata lain, Kalasan akan terpilih sebagai
lokasi untuk mendirikan gudang baru.

TOPSIS TOPSIS
 Technique for Order Preference by Similarity to
Ideal Solution (TOPSIS) didasarkan pada konsep  Langkah-langkah penyelesaian masalah
dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya MADM dengan TOPSIS:
memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif,  Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi;
namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi
ideal negatif.  Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi
 TOPSIS banyak digunakan dengan alasan: terbobot;
 konsepnya sederhana dan mudah dipahami;  Menentukan matriks solusi ideal positif & matriks
 komputasinya efisien; dan solusi ideal negatif;
 memiliki kemampuan untuk mengukur kinerja relatif  Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan
dari alternatif-alternatif keputusan dalam bentuk matriks solusi ideal positif & matriks solusi ideal
matematis yang sederhana. negatif;
 Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif.

TOPSIS TOPSIS
 TOPSIS membutuhkan rating kinerja setiap  Solusi ideal positif A+ dan solusi ideal negatif A-
alternatif Ai pada setiap kriteria Cj yang dapat ditentukan berdasarkan rating bobot
ternormalisasi, yaitu: ternormalisasi (yij) sebagai:

x ij y ij  w i rij
rij 
m 
A   y1 , y 2 ,, y n ; 
 x ij2
i 1 A 
 y

1 ,y 
2 ,, y ;

n

9
4/30/2017

TOPSIS TOPSIS
dengan  Jarak antara alternatif Ai dengan solusi
ideal positif dirumuskan sebagai:
max y ij ; jika j adalah atribut keuntungan
 i
 y 
n
y j   D i  
i
2
 y ij ;
min y ij ; jika j adalah atribut biaya j1
 i
 Jarak antara alternatif Ai dengan solusi
min y ij ;
ideal negatif dirumuskan sebagai:
jika j adalah atribut keuntungan
 i
 y 
 n
y j D i   y i ;
2

max y ij ; jika j adalah atribut biaya j1


ij

 i

TOPSIS TOPSIS
 Contoh:
 Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi)  Suatu perusahaan di Daerah Istimewa
diberikan sebagai: Yogyakarta (DIY) ingin membangun sebuah
gudang yang akan digunakan sebagai
D i
Vi  ; tempat untuk menyimpan sementara hasil
D  D i

i produksinya.
 Ada 3 lokasi yang akan menjadi alternatif,
 Nilai Vi yang lebih besar menunjukkan yaitu:
bahwa alternatif Ai lebih dipilih  A1 = Ngemplak,
 A2 = Kalasan,
 A3 = Kota Gedhe.

TOPSIS TOPSIS
 Tingkat kepentingan setiap kriteria, juga
 Ada 5 kriteria yang dijadikan acuan dalam
dinilai dengan 1 sampai 5, yaitu:
pengambilan keputusan, yaitu:
 1 = Sangat rendah,
 C1 = jarak dengan pasar terdekat (km),
 2 = Rendah,
 C2 = kepadatan penduduk di sekitar lokasi
(orang/km2);  3 = Cukup,
 C3 = jarak dari pabrik (km);  4 = Tinggi,
 C4 = jarak dengan gudang yang sudah ada  5 = Sangat Tinggi.
(km);  Pengambil keputusan memberikan bobot
 C5 = harga tanah untuk lokasi (x1000 Rp/m2). preferensi sebagai:
W = (5, 3, 4, 4, 2)

10
4/30/2017

TOPSIS TOPSIS
 Matriks ternormalisasi, R:
 Nilai setiap alternatif di setiap kriteria:
0,5888 0,6186 0,4077 0,6852 0,4784 xij
rij 
Kriteria R  0,3925 0,4640 0,4530 0,5482 0,4305 m

Alternatif x 2
ij

C1 C2 C3 C4 C5 0,7066 0,6341 0,7928 0,4796 0,7654 i 1

A1 0,75 2000 18 50 500


 Matriks ternormalisasi terbobot, Y:
A2 0,50 1500 20 40 450
2,9440 1,8558 1,6309 2,7408 0,9567 W = (5, 3, 4, 4, 2)
A3 0,90 2050 35 35 800
Y  1,9627 1,3919 1,8121 2,1926 0,8611 y ij  w i rij
3,5328 1,9022 3,1712 1,9185 1,5308 

TOPSIS TOPSIS
 Solusi Ideal Positif (A+):  Solusi Ideal Negatif (A-):
y1  max2,9440; 1,9627; 3,5328  3,5328
y1  min2,9440; 1,9627; 3,5328  1,9627
y 2  min1,8558; 1,3919; 1,9022  1,3919
y 2  max1,8558; 1,3919; 1,9022  1,9022
y 3  max1,6309; 1,8121; 3,1712  3,1712
y 3  min1,6309; 1,8121; 3,1712  1,6309
y 4  min2,7408; 2,1926; 1,9185  1,9185
y 4  max2,7408; 2,1926; 1,9185  2,7408
y 5  max0,9567; 0,8611; 1,5308  1,5308
y 5  min0,9567; 0,8611; 1,5308  0,8611

A  1,9627; 1,9022; 1,6309; 2,7408; 0,8611 A  3,5328; 1,3919; 3,1712; 1,9185; 1,5308

TOPSIS TOPSIS
 Jarak antara nilai terbobot setiap alternatif  Kedekatan setiap alternatif terhadap solusi ideal
dihitung sebagai berikut:
terhadap solusi ideal positif, S i  : 1,9849
V1   0,6679
0,9871  1,9849
D1  0,9871 D 2   0,7706 D 3  2,4418
2,1991
V2   0,7405
0,7706  2,1991
 Jarak antara nilai terbobot setiap alternatif
0,5104
terhadap solusi ideal negatif, Si : V3   0,1729

2,4418  0,5104
D1  1,9849 D2   2,1991 D3  0,5104  Dari nilai V ini dapat dilihat bahwa V2 memiliki nilai
terbesar, sehingga dapat disimpulkan bahwa
alternatif kedua yang akan lebih dipilih.
 Dengan kata lain, Kalasan akan terpilih sebagai
lokasi untuk mendirikan gudang baru.

11
4/30/2017

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)

MASALAH

KRITERIA-1 KRITERIA-2 … KRITERIA-n

Permasalahan pada
KRITERIA-1,1 … KRITERIA-n,1 …
AHP
didekomposisikan ke
dalam hirarki kriteria
dan alternatif ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2 … ALTERNATIF m

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)


Saya ingin membeli HP yang
harganya relatif murah, memorinya Alterna- Harga Memori Warna Kamera Berat
besar, warnanya banyak, ukuran tif (juta Rp) (MB) (MP) (gr)
piksel pada kamera besar, beratnya
ringan, dan bentuknya unik N70 2,3 35 256 kb 2 126

N73 3,1 42 256 kb 3,2 116


Ada 4 alternatif yang
saya bayangkan, yaitu: N80 3,7 40 256 kb 3,2 134
N70 , N73 , N80

dan N90 N90 4,7 90 16 MB 2 191

Analytic Hierarchy Process (AHP)


Analytic Hierarchy Process (AHP)
Bentuk hirarki dari informasi
yang diperoleh
 Ada 3 tahap identifikasi:
TUJUAN
 Tentukan tujuan: Membeli HP dengan kriteria Membeli HP
KRITERIA
tertentu
 Tentukan kriteria: Harga, kapasitas memori,
ukuran warna, ukuran piksel kamera, berat, Harga Memori Warna Kamera Berat Keunikan

dan keunikan, N70 N70 N70 N70 N70 N70

 Tentukan alternatif: N70, N73, N80, dan N90, N73 N73 N73 N73 N73 N73
N80 N80 N80 N80 N80 N80
N90 N90 N90 N90 N90 N90

ALTERNATIF

12
4/30/2017

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)


Informasi tersebut dapat
digunakan untuk menentukan
ranking relatif dari setiap atribut

Harga
Memori
Kriteria kuantitatif & kualitatif
dapat digunakan untuk Warna
mempertimbangkan bobot Kamera

Berat

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)

Saya lebih mengutamakan kemurahan


harga, kemudian keunikan bentuk & berat Dengan
HP, sedangkan kriteria lain merupakan menggunakan
prioritas terakhir perbandingan
berpasangan, dapat
diketahui derajat
kepentingan relatif
antar kriteria

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)

Matriks perbandingan
berpasangan adalah 9 : mutlak lebih penting (extreme)
matriks berukuran n x n
dengan elemen aij
merupakan nilai relatif 7 : sangat lebih penting (very)
tujuan ke-i terhadap
tujuan ke-j 5 : lebih penting (strong)

3 : cukup penting (moderate)

1 : sama penting (equal)

13
4/30/2017

Analytic Hierarchy Process (AHP)


Analytic Hierarchy Process (AHP)
Saya lebih mengutamakan kemurahan harga, kemudian
keunikan bentuk & berat HP, sedangkan kriteria lain
merupakan prioritas terakhir

H MW K B U
H  1 5 5 5 3 3 
M 1 / 5 1 1 1 1 / 3 1 / 3 Konsep EIGENVECTOR
 digunakan untuk melakukan
W 1 / 5 1 1 1 1 / 3 1 / 3 proses perankingan prioritas
  setiap kriteria berdasarkan
K 1 / 5 1 1 1 1 / 3 1 / 3 matriks perbandingan
B 1 / 3 3 3 3 1 1  berpasangan (Saaty)
 
U 1 / 3 3 3 3 1 1 

Analytic Hierarchy Process (AHP)


Analytic Hierarchy Process (AHP)
 Apabila A adalah matriks perbandingan berpasangan,
maka vektor bobot yang berbentuk:  Uji konsistensi: Misalkan A adalah matriks
(A)(w T )  (n)(w T ) perbandingan berpasangan, dan w adalah
dapat didekati dengan cara: vektor bobot, maka konsistensi dari vektor bobot
 menormalkan setiap kolom j dalam matriks A, w dapat diuji sebagi berikut:
sedemikian hingga:  hitung: (A)(wT)
 a ij  1 1 n  elemen ke - i pada (A)(w T ) 
i
sebut sebagai A’.
t 
n i 1  elemen ke - i pada w T 

 untuk setiap baris i dalam A’, hitunglah nilai rata-
ratanya:  hitung: indeks konsistensi:
1
wi   a ij'
n j tn
CI 
dengan wi adalah bobot tujuan ke-i dari vektor bobot. n 1

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)


 jikaCI=0 maka A konsisten;
 jika CI  0,1 maka A cukup konsisten; dan H M W K B U
RI n H  1 5 5 5 3 3 
CI M 1 / 5 1 1 1 1/ 3 1 / 3
 jika RI  0,1 maka A sangat tidak konsisten. W 1 / 5 1 1 1 1/ 3 1 / 3
n  
K 1 / 5 1 1 1 1/ 3 1 / 3
B 1 / 3 3 3 3 1 1   1 5 5 5 3 3 
 Indeks random RIn adalah nilai rata-rata CI    0,2 33
U 1 / 3 3 3 3 1 1  1 1 1 0,33 0,

yang dipilih secara acak pada A dan  0,2 1 1 1 0,33 0,33
 
diberikan sebagai:  0 , 2 1 1 1 0,33 0,33
0,33 0,33 0,33 0,33 1 1 
n 2 3 4 5 6 7 ...  
0,33 0,33 0,33 0,33 1 1 
RIn 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 ...

14
4/30/2017

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)


 1 5 5 5 3 3  0,4412 0,3571 0,3571 0,3571 0,5000 0,5000
 0,2 1 1 1 0,33 0,33 0,0882 0,0714 0,0714 0,0714 0,0556 0,0556
 
 0,2 1 1 1 0,33 0,33 0,0882 0,0714 0,0714 0,0714 0,0556 0,0556
  0,0882 0,0714 0,0714 0,0714 0,0556 0,0556
 0,2 1 1 1 0,33 0,33 0,1471 0,2143 0,2143 0,2143 0,1667 0,1667
0,33 3 3 3 1 1  0,1471 0,2143 0,2143 0,2143 0,1667 0,1667
 

0,33 3 3 3 1 1  1 1 1 1 1 1
2,26 14 14 14 6 6 Rata2
0,4412 0,3571 0,3571 0,3571 0,5000 0,5000 0,4188
0,0882 0,0714 0,0714 0,0714 0,0556 0,0556 0,0689
 1 / 2,26 5 / 14 5 / 14 5 / 14 3/ 6 3/ 6  0,0882 0,0714 0,0714 0,0714 0,0556 0,0556 0,0689
 0,2 / 2,26 0,0689
0,33 / 6 0,33 / 6
0,0882 0,0714 0,0714 0,0714 0,0556 0,0556
 1 / 14 1 / 14 1 / 14
0,1471 0,2143 0,2143 0,2143 0,1667 0,1667 0,1872
 0,2 / 2,26 1 / 14 1 / 14 1 / 14 0,33 / 6 0,33 / 6 0,1471 0,2143 0,2143 0,2143 0,1667 0,1667 0,1872
 
 0,2 / 2,26 1 / 14 1 / 14 1 / 14 0,33 / 6 0,33 / 6 1 1 1 1 1 1 1
0,33 / 2,26 0,33 / 14 0,33 / 14 0,33 / 14 1/ 6 1/ 6 
  W = (0,4188; 0,0689; 0,0689; 0,0689; 0,1872; 0,1872)
0,33 / 2,26 0,33 / 14 0,33 / 14 0,33 / 14 1/ 6 1 / 6 

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)


1 5 5 5 3 3 0,4188 2,5761
0,2 1 1 1 0,33 0,33 0,0689 0,4154 Untuk n=6, diperoleh RI6 = 1,24, sehingga:
0,2 1 1 1 0,33 0,33 0,0689 0,4154
= CI 0,0116
0,2 1 1 1 0,33 0,33 0,0689 0,4154   0,0093  0,1
RI 6 1,24
0,33 3 3 3 1 1 0,1872 1,1345
0,33 3 3 3 1 1 0,1872 1,1345

1  2,5761 0,4154 0,4154 0,4154 1,1345 1,1345  KONSISTEN !!!


t         6,0579
6  0,4188 0,0689 0,0689 0,0689 0,1872 0,1872 

6,0579  6
CI   0,0116
5

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)


Bentuk hirarki dari informasi
yang diperoleh
Membeli HP TUJUAN Matriks perbandingan berpasangan untuk harga
KRITERIA diperoleh dari data harga setiap HP

Harga Memori Warna Kamera Berat Keunikan


(0,4188) (0,0689) (0,0689) (0,0689) (0,1872) (0,1872) N70 N73 N80 N90
N70 N70 N70 N70 N70 N70 N70  1 3,1 / 2,3 3,7 / 2,3 4,7 / 2,3
N73  2,3 / 3,1 3,7 / 3,1 4,7 / 3,1
N73 N73 N73 N73 N73 N73
 1
N80 N80 N80 N80 N80 N80
N90
N80  2,3 / 3,7 3,1 / 3,7 1 4,7 / 3,7
N90 N90 N90 N90 N90
 
N90 2,3 / 4,7 3,1 / 4,7 3,7 / 4,7 1 
ALTERNATIF

15
4/30/2017

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)


0,3505 0,3505 0,3505 0,3505
0,2601 0,2601 0,2601 0,2601 Atau …
0,2179 0,2179 0,2179 0,2179
0,1715 0,1715 0,1715 0,1715
1 1 1 1

Rata2
MinHarga = min(2,3; 3,1; 3,7; 4,7) = 2,3
0,3505 0,3505 0,3505 0,3505 0,3505
0,2601
0,2601 0,2601 0,2601 0,2601 • N70 = 2,3/2,3 = 1
0,2179 0,2179 0,2179 0,2179 0,2179
0,1715 0,1715 0,1715 0,1715 0,1715 • N73 = 2,3/3,1 = 0,74
1 1 1 1
• N80 = 2,3/3,7 = 0,62
• N90 = 2,3/4,7 = 0,49
W = (0,3505; 0,2601; 0,2179; 0,1715)

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)


Normalkan … Matriks perbandingan berpasangan untuk memori
diperoleh dari data memori setiap HP

Total = 1 + 0,74 + 0,62 + 0,49 = 2,85 N70 N73 N80 N90


N70  1 35 / 42 35 / 40 35 / 90 
• N70 = 1/2,85 = 0,350
N73 42 / 35 1 42 / 40 42 / 90
• N73 = 0,74/2,85 = 0,260 
N80 40 / 35 40 / 42 1 40 / 90
• N80 = 0,62/2,85 = 0,218  
N90 90 / 35 90 / 42 90 / 40 1 
• N90 = 0,49/2,85 = 0,172
W = (0,1691; 0,2029; 0,1932; 0,4348)
W = (0,350; 0,260; 0,218; 0,172)

Analytic Hierarchy Process (AHP)


Analytic Hierarchy Process (AHP)
Atau …

Matriks perbandingan berpasangan untuk warna


diperoleh dari data warna setiap HP
TotWarna = 256 + 256 + 256 + (16x1024)
= 17152
N70 N73 N80 N90 • N70 = 256/17152 = 0,015
N70
N73


1
1
1
1
1
1
256 /(16 *1026) 
256 /(16 *1024) 
• N73 = 256/17152 = 0,015

N80  256 /(16 *1024) 
N90 
1 1 1
 • N80 = 256/17152 = 0,015
(16 *1024) / 256 (16 *1024) / 256 (16 *1024) / 256 (16 *1024) / 256

• N90 = (16x1024)/17152 = 0,955


W = (0,0149; 0,0149; 0,0149; 0,9552)
W = (0,015; 0,015; 0,015; 0,955)

16
4/30/2017

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)


Matriks perbandingan berpasangan untuk kamera Atau …
diperoleh dari data kamera setiap HP

TotKamera = 2 + 3,2 + 3,2 + 2 = 10,4


N70 N73 N80 N90
N70  1 2 / 3,2 2 / 3,2 1  • N70 = 2/10,4 = 0,192
N73 3,2 / 2 1 1 3, 2 / 2 • N73 = 3,2/10,4 = 0,308

N80 3,2 / 2 1 1 3,2 / 2 • N80 = 3,2/10,4 = 0,308
 
N90  1 2 / 3,2 2 / 3,2 1  • N90 = 2/10,4 = 0,192

W = (0,1932; 0,3077; 0,3077; 0,1932) W = (0,192; 0,308; 0,308; 0,192)

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)


Atau …
Matriks perbandingan berpasangan untuk berat
diperoleh dari data berat setiap HP

N70 N73 N80 N90 MinBerat = min(1,26; 1,16; 1,34; 1,91) = 1,16
N70  1 1,16 / 1,26 1,34 / 1,26 1,91 / 1,26
N73 1,26 / 1,16 1 1,34 / 1,16 1,91 / 1,16  • N70 = 1,26/1,16 = 0,92

N80 1,26 / 1,34 1,16 / 1,34 1 1,91 / 1,34 • N73 = 1,16/1,26 = 1
 
N90 1,26 / 1,91 1,16 / 1,91 1,34 / 1,91 1  • N80 = 1,16/1,34 = 0,87
• N90 = 1,16/1,91 = 0,61
W = (0,2713; 0,2947; 0,2551; 0,1790)

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)


Normalkan …

Matriks perbandingan berpasangan


untuk keunikan diperoleh secara
TotBerat = 1 + 0,92 + 0,87 + 0,61 = 3,4 subyektif dari persepsi user

• N70 = 1/3,4 = 0,294


N90 lebih unik dibanding N80
• N73 = 0,92/3,4 = 0,271 N80 lebih unik dibanding N73
N73 lebih unik dibanding N70
• N80 = 0,87/3,4 = 0,256
• N90 = 0,61/3,4 = 0,179

W = (0,271; 0,294; 0,256; 0,179)

17
4/30/2017

Analytic Hierarchy Process (AHP)


Analytic Hierarchy Process (AHP)
Bentuk hirarki dari informasi
yang diperoleh
Matriks perbandingan berpasangan untuk keunikan
diperoleh secara subyektif dari persepsi user
Membeli HP

N70 N73 N80 N90


N70 1 1/ 2 1/ 3 1 / 5 Harga Memori Warna Kamera Berat Keunikan
N73  2 1 1/ 2 1 / 3 (0,4188) (0,0689) (0,0689) (0,0689) (0,1872) (0,1872)

N80
  N70 N70 N70 N70 N70 N70
3 2 1 1 / 3 (0,3505) (0,1691) (0,0149) (0,1932) (0,2713) (0,0860)
N90   N73 N73 N73 N73 N73 N73
5 3 3  (0,2601) (0,2029) (0,0149) (0,3077) (0,2947) (0,1544)
N80
N80 N80 N80 N80 N80
(0,2179) (0,1932) (0,0149) (0,3077) (0,2551) (0,2415)
W = (0,0860; 0,1544; 0,2415; 0,5181) N90 N90 N90 N90 N90 N90
(0,1715) (0,4348) (0,9552) (0,1932) (0,1790) (0,5181)

Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)


 Perankingan:Misalkan ada n tujuan dan m alternatif
0,3505 0,1691 0,0149 0,1923 0,2713 0,0860 0,4188 0,2396
pada AHP, maka proses perankingan alternatif 0,2601 0,2029 0,0149 0,3077 0,2947 0,1544 0,0689 0,2292
=
0,2179 0,1932 0,0149 0,3077 0,2551 0,2415 0,0689 0,2198
dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut: 0,1715 0,4348 0,9552 0,1923 0,1790 0,5181 0,0689 0,3114
 Untuk setiap tujuan i, tetapkan matriks perbandingan 0,1872
0,1872
berpasangan A, untuk m alternatif. N70 = 0,2396
 Tentukan vektor bobot untuk setiap A i yang
merepresentasikan bobot relatif dari setiap alternatif N73 = 0,2292
ke-j pada tujuan ke-i (sij). N80 = 0,2198
 Hitung total skor:
s j   (s ij )( w i ) N90 = 0,3114
i
 Pilih alternatif dengan skor tertinggi.

Langkah-langkah pada metode profile matching


METODE PROFILE MATCHING
1. Menentukan Variabel
Langkah pertama dalam metode profile matching
 Metode profile matching merupakan
adalah menentukan variabel-variabel yang
proses membandingkan antara nantinya digunakan sebagai point penilaian
kompetensi individu dengan kompetensi karyawan terhadap jabatan.
jabatan sehingga dapat diketahui 2. Menghitung Hasil Pemetaan Gap Kompetensi
perbedaan kompetensinya (disebut juga Gap adalah beda antara profil jabatan maupun
gap), semakin kecil gap yang dihasilkan standar untuk perencanaan karir dengan profil
maka bobot nilainya semakin besar yang karyawan yang ditunjukkan pada rumus:
berarti memiliki peluang lebih besar untuk
karyawan menempati posisi tersebut. Gap = Profil Karyawan - Profil Jabatan

18
4/30/2017

Tabel Bobot nilai gap


 Setelah didapatkan tiap gap masing-
No Selisih Bobot Keterangan
masing karyawan, maka tiap profile (Gap) Nilai
karyawan diberi bobot nilai sesuai dengan 1 0 6 Tidak ada Gap (kompetensi sesuai yang dibutuhkan)
2 1 5,5 Kompetensi individu kelebihan 1 tingkat/level
patokan nilai pada tabel bobot nilai gap.
3 -1 5 Kompetensi individu kurang 1 tingkat/level
 Setelah didapatkan tiap gap masing- 4 2 4,5 Kompetensi individu kelebihan 2 tingkat/level
masing karyawan, maka tiap profile 5 -2 4 Kompetensi individu kurang 2 tingkat/level
6 3 3,5 Kompetensi individu kelebihan 3 tingkat/level
karyawan diberi bobot nilai sesuai dengan
7 -3 3 Kompetensi individu kurang 3 tingkat/level
patokan nilai pada tabel bobot nilai gap. 8 4 2,5 Kompetensi individu kelebihan 4 tingkat/level
9 -4 2 Kompetensi individu kurang 4 tingkat/level
10 5 1,5 Kompetensi individu kelebihan 59 tingkat/level
11 -5 1 Kompetensi individu kurang 5 tingkat/level

3. Menghitung Nilai Total Tiap Aspek


Lanj..
 Dari hasil perhitungan dari tiap aspek tersebut
𝑁𝑆𝐹=Σ𝑁𝑆/ΣIS kemudian dihitung nilai total berdasarkan
presentase dari core factor dan secondary factor
Keterangan :
NSF : Nilai rata-rata secondary factor
yang diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja
NS : Jumlah total nilai secondary factor (aspek 1, aspek 2, aspek tiap-tiap profil. Perhitungannya dapat dilihat pada
3, dst.) rumus :
IS : Jumlah item secondary factor
 Nilai Total = 60 % NCF + 40 % NSF
Keterangan :
NCF : Nilai rata-rata core factor
NSF : Nilai rata-rata secondary factor

4. Menghitung Hasil Akhir (Ranking) Contoh Kasus


 Hasil akhir dari proses profile matching adalah ranking dari
kandidat yang dapat dijadikan karyawan yang dapat mengisi
suatu jabatan tertentu. Penentuan ranking mengacu pada
hasil perhitungan tertentu, perhitungan tersebut dapat PT Jamsostek akan memilih karyawan untuk posisi tertentu,
ditunjukan pada rumus: terdapat 3 karyawan. Penilaian berdasarkan dua kriteria yaitu
Psikologi dan Kemampuan khusus.
Psikologi berdasarkan 5 penilaian dan kemampuan khusus
HA = (x)% N1 + (x)% N2 + (x)% N3 + (x) % N4 +… berdasarkan 3 penilaian.
Keterangan :
HA : Hasil Akhir
N1 : Nilai Total Aspek 1
(x)% : Nilai persen rumus hasil akhir (total 100%)

19
4/30/2017

Tabel penilaian berdasarkan Psikologi Tabel penilaian berdasarkan Kemampuan Khusus

Tabel Bobot
Hasil Pemetaan Gap

Perhitungan Nilai Total Perhitungan Nilai Akhir

20
4/30/2017

Hasil Keputusan

21

Anda mungkin juga menyukai