Seiring penyelenggaraan Konferensi Internasional Kota Layak Anak (KLA) se–Asia Pasifik di Solo,
sejumlah organisasi dan masyarakat peduli anak, membahas indikator kota layak anak.
Indikator tersebut akan dijadikan bahan rekomendasi bagi kota yang akan mendeklarasikn
sebagai Kota Layak Anak secara nasional.
Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengungkapkan, kesepuluh indikator
tersebut antara lain, akses pendidikan, kesehatan, sosial budaya, hak sipil, hak partisipasi,
perlindungan khusus, perlindungan eksploitasi zat adiktif, akses infrastruktur, teknologi
komunikasi, dan hak rekreasi.
Diluar itu, terdapat 31 indikator kota layak anak yang mensti dijadikan tolak ukur atas
keberlansungan hak anak. Diantaranya yaitu:
2. Persentase anggaran untuk pemenuhan hak anak, termasuk anggaran untuk penguatan
kelembagaan (Bappeda, SKPD terkait).
4. Tersedianya sumber daya manusia (SDM) terlatih KHA dan mampu menerapkan hak anak
ke dalam kebijakan, program dan kegiatan (PPKB).
5. Tersedia data anak terpilah menurut jenis kelamin, umur dan kecamatan (BPS, SKPD, PKK
melalui Dasa Wisma).
6. Keterlibatan lembaga masyarakat dalam pemenuhan hak anak (PPPA, dan Lembaga
layanan bersangkutan)
7. Keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak (Disdikpora, DKK, Koperindag,
Sosnaker)
8. Persentase anak yang teregistrasi dan mendapatkan kutipan akta kelahiran (Sekda, Bag.
Hukum, Dukcapil, PMPKN, PPKB, Statistik).
10. Jumlah kelompok anak, termasuk forum anak yang ada di kota, kecamatan dan kelurahan
(PPPA dan SKPD terkait)
12. Tersedia lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga tentang pengasuhan dan perawatan
anak (PPKB, PKK).
13. Tersedia Lembaga Kesejahteraan Anak (LKSA) yang memenuhi persyaratan (Sosnaker).
15. Prevalensi kekurangan gizi pada balita di bawah rata-rata nasional dan menurun setiap
tahun (DKK, Pertanian)
19. Jumlah lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan mental (PPKB,
Bidang Sosial, DKK, BNN).
20. Jumlah anak dari keluarga miskin yang memperoleh akses peningkatan kesejahteraan
(PMPKN, Sosnaker, DKK).
22. Tersedia kawasan tanpa rokok (KLH, Sosnaker, Disdikpora, DKK, PPKB)
26. Jumlah sekolah yang memiliki program, sarana dan prasarana perjalanan anak ke dan dari
sekolah (Disdikpora, Dishubkominfo, Kepolisian, PPKB).
27. Tersedia fasilitas untuk kegiatan kreatif dan rekreatif yang ramah anak, di luar sekolah yang
dapat diakses semua anak (Dinas Parsenibud, DKP, Disdikpora, PPKB, Kelompok Anak).
28. Persentase anak yang memerlukan perlindungan khusus yang memerlukan pelayanan
(Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Sosnaker, Kabag Hukum, PPKB).
29. Persentase kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang diselesaikan dengan
pendekatan keadilan restoratif (restorative justice)
31. Persentase anak yang dibebaskan dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak (Sosnaker,
Kepolisian, PPKB)