Diagnosis Mikologi
Diagnosis Mikologi
DIAGNOSIS MIKOLOGI
215 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
kelompok Ascomycota, Basidiomycota, atau Deuteromycota. Terdapat dua
istilah yang harus dibedakan dari perkembangan ragi, yaitu “germ
tube”dan “pseudohypae”. “Germ tube”adalah perpanjangan dinding sel
yang tidak mengalami konstriksi atau pelekukan, struktur ini dibentuk pada
saat ragi mulai membentuk hifa. “Pseudohypae”adalah perpanjangan
dinding sel yang disertai dengan pelekukan, sehingga secara morfologi
akan tampak seperti hifa bersekat.
216 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
Terdapat tiga jenis hifa berdasarkan septa (segmen) atau batas antar
dinding sel satu dengan dinding sel lainnya. Hifa senositik adalah jenis hifa
yang tidak memiliki septa, hifa jenis ini dimiliki oleh kelompok
Zygomycota. Hifa dengan septa berpigmen gelap, dimiliki oleh kapang
“dematiceous”; dan hifa hialin merupakan hifa bersepta tanpa pigmen.
Elemen yang terkecil dari jamur disebut hifa yaitu berupa benang-
benang filamen yang terdiri dari sel-sel yang mempunyai dinding,
protoplasma, inti dan biasanya mempunyai sekat. Hifa yang tidak
mempunyai sekat disebut hifa sinositik. Benang-benang hifa ini bercabang-
cabang dan bila membentuk anyaman disebut miselium.
Hifa berkembang biak atau tumbuh menurut panjangnya dengan
membentuk spora. Spora adalah alat reproduksi yang bisa dibentuk dalam
hifa sendiri atau oleh alat-alat khusus dari jamur sebagai alat reproduksi.
Besarnya antara 1-3µ dengan bentuknya bisa bulat, segi empat, kerucut
atau lonjong. Spora-spora ini dalam pertumbuhannya makin lama makin
besar dan memanjang sehingga membentuk satu hifa.
Hifa umumnya mempunyai satu sekat, tetapi ada kalanya dari satu
spora, dapat terbentuk satu hifa semu. Hifa semu dibentuk dari sel ragi.
217 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
Pada salah satu sisinya membentuk tonjolan yang lebih besar sehingga
tampak menyerupai hifa dan tidak mempunyai sekat. Anyaman dari hifa
ini disebut miselium semu.
Spora merupakan bola-bola kecil yang berukuran 1-3µ, merupakan
alat reproduksi. Ada dua macam spora yaitu :
1) Spora seksual
Yaitu spora yang dibentuk dalam suatu organ khusus yang
sebelumnya terjadi penggabungan dari dua hifa dan gabungan ini
akhirnya membentuk alat reproduksi yang khas, misalnya :
a. Askospora : spora-spora yang dibentuk dalam suatu kantong atau
askus.
b. Basidospora : spsora yang dibentuk pada bagian atas basidium.
c. Oospora : spora-spora yang dibentuk dalam oosit.
d. Zigospora : spora-spora yang dibentuk dari dua hifa yang sebelumnya
telah bergabung.
218 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
2) Spora aseksual
Yaitu spora yang langsung dibentuk oleh hifa tanpa melalui
penggabungan dari hifa-hifa reproduktif. Ada tiga jenis yaitu :
a. Talospora
Artrospora yaitu spora-spora yang langsung dibentuk di dalam
satu hifa atau miselium dengan membagi protoplasma.
Blastospora yaitu anak sel yang dibentuk dari suatu sel atau induk,
umumnya pada ragi.
219 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
Gambar 8.6. Klamidospora
(http://gmg.xoom.it/Microonline/Micologia%20generale/micologia.htm)
b. Konidiospora
Dibentuk dari ujung hifa, disini protoplasma membagi diri.
Terdapat 2 macam bentuk : makro dan mikrokonida.
220 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
Gambar 8.8. Sporangiospora
(http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/Website/Lects/Fungi.htm)
221 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
pada temperatur kamar akan memberikan koloni filamen misalnya :
Spotrikosis.
8.2.3 Berdasarkan etiologi
Pembagian ini sukar karena kita harus sampai pada spesies
jamur sebagai penyebab penyakitnya misalnya :
a. Trikopitosis : penyebabnya Trichophyton
b. Aspergilosis : penyebabnya spesies aspergilus
c. Epidermopitosis : penyebabnya spesies epidermophyton
8.2.4 Berdasarkan topografi (bentuk klinis)
a. Mikosis superfisialis yaitu jamur yang menyerang lapisan luar
pada kulit, kuku dan rambut. Dibagi dalam dua bentuk yaitu :
Dermatofitosis, yang terdiri dari : Tinea Kapitis, Tinea
Kruris, Tinea Korporis, Tinea pedis atau manus, Tinea
Unguium (onikomikosis), Tinea Interdigitalis, Tinea
Imbrikata, Tinea Favosa, Tinea Baarbae.
Nondermatofitosis terdiri dari : Tinea Versicolor, Piedra
Hitam, Piedra Putih.
Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis
terletak pada infeksi di kulit. Golongan dermatofitosis
menyerang atau menimbulkan kelainan di dalam epidermis,
mulai dari stratum korneum sampai stratum basalis, sedangkan
golongan nondermatofitosis hanya pada bagian superfisialis dari
epidermis. Hal ini disebabkan dermatofitosis mempunyai
afinitas terhadap keratin yang terdapat pada epidermis, rambut
dan kuku sehingga infeksinya lebih dalam.
b. Mikosis Intermediat yaitu jamur-jamur yang menyerang kulit,
mukosa, subkutis dan alat-alat dalam terutama yang disebabkan
oleh spesies kandida sehingga penyakitnya disebut kandidiasis
seperti Candida albicans.
c. Mikosis Dalam yaitu jamur-jamur yang menyerang subkutis dan
alat-alat dalam. Adapun jamur yang termasuk dalam golongan
222 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
ini yaitu : Aktinomikosis, Nokardiosis, Kriptokokosis,
Fikomikosis sublutis, Aspergilosis, Histoplasmoosis,
Kromomikosis, Sporotrikosis, Blastomikosis Amerika Utara
dan Amerika Selatan, Misetoma “Madura Foot”.
223 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
yang berisi media pertumbuhan jamur mengandung kloramfenikol dan
sikloheksimd, diinkubasi pada suhu 22o-30oC hingga 21 hari untuk
memastikan hasil negatif.
224 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
untuk pemeriksaan sel-sel ragi diantaranya adalah BACTEC (Becton
Dickinson, Spark, Md), BacT/ALERT (bioMérieux, Durham, NC) dan
ESP (Trek Diagnostics, Westlake, Ohio). Sistem sentrifugasi lisis juga
dapat digunakan terutama pada daerah yang sering ditemukan adanya
jamur dimorfik dalam darah. Sentrifugasi dilakukan untuk melisis eritrosit
dan leukosit sehingga jamur akan keluar dari sel. Sedimen yang dihasilkan
selanjutnya ditanam pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu
30oC selama 21 hari.
Sampel sumsum tulang ditambahkan heparin dan langsung ditanam
pada media pertumbuhan.
225 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
diperiksa langsung di bawah mikroskop dan diinokulasi pada media (0,5
mL).
Spesimen yang berasal dari saluran pernapasan mengandung berbagai
jenis mikroorganisme, sehingga untuk menumbuhkan jamur patogen
ditambahkan antibakteri untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Kombinasi agar non-selektif seperti agar SABHI (agar penghambat jamur)
dan agar BHI (brain-heart infusion) dengan kloramfenikol dan
sikloheksimid merupakan media yang juga dapat digunakan untuk kultur
jamur dari spesimen saluran pernapasan.
8.5.5. Urin
Sampel urin harus segera diperiksa setelah pengambilan sampel.
Sampel urin yang telah lebih dari 24 jam tidak dapat digunakan untuk
bahan kultur. Pemeriksaan langsung dapat dilakukan untuk menemukan sel
ragi maupun hifa. Preparasi untuk kultur dilakukan dengan teknik
sentrifugasi, sedimen dikultur pada agar SABHI dan agar BHI dengan
kloramfenikol dan sikloheksimid untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
226 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
2) Pembiakan
3) Reaksi imonulogis
4) Biopsi atau gambaran pemeriksaan histopatologi
5) Pemeriksaan dengan sinar Wood.
227 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
a. Kulit, bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif yaitu
daerah pinggir. Terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70%
lalu dikerok dengan skalpel sehingga memperoleh skuama yang
cukup. Letakkan diatas gelas objek lalu dituangi KOH 10%.
b. Rambut, rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus
atau rambut yang warnanya tak mengilat lagi, tuangi KOH 20% ,
lihat adanya infeksi endo atau ektotrik.
c. Kuku, bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku
yang sudah rusak atau dari bahan kukunya sendiri , selanjutnya
dituangi dengan KOH 20% -40% dan dilihat dibawah mikroskop,
dicari hifa atau spora.
Dengan preparat langsung ini sebenarnya diagnosis suatu
dermatomikosis sudah dapat ditegakkan. Penentuan etiologi spesies
diperlukan untuk keperluan penentuan prognosis, kemajuan terapi
dan epidemiologis.
228 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
8.6.2.Pembiakan atau kultur
Untuk pembiakan jamur digunakan media khusus jamur.
Pemilihan media yang digunakan dilakukan berdasarkan jenis jamur
yang dicurigai, level identifikasi (genus, spesies), adanya kemungkinan
kontaminasi mikroorganisme lain dan fasilitas laboratorium.
Dua tipe media yang sering digunakan untuk isolasi jamur adalah
media selektif (agar BHI) yang dapat ditumbuhi oleh semua jenis jamur
yang terdapat pada sampel. Penggunaan media potato flakes agar
(PFA), agar penghambat jamur (inhibitory molds agar-IMA), atau
kombinasi Sabouraud’s dextrose agar (SDA) dan BHI (SABHI)
digunakan sebagai media selektif. 4
Media SDA dapat digunakan untuk menumbuhkan jamur-jamur
kulit maupun ragi dari kultur sampel vagina. SDA dengan penambahan
sikloheksimid dan kloramfenikol juga dapat digunakan untuk
menumbuhkan jamur-jamur kulit. SDA (2%) merupakan media yang
paling banyak digunakan untuk subkultur jamur yang telah diisolasi
pada medium pengaya, fungsinya untuk menghambat terbentuknya
spora dan mempertahankan bentuk hifa.
Penggunaan media yang lebih selektif juga digunakan untuk
menumbuhkan jamur. Penambahan beberapa antibiotik seperti penisilin
(20 U/mL), streptomisin (40 U/mL), gentamisin (5 µg/mL), atau
kloramfenikol (16 µg/mL) digunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri, sedangkan sikloheksamid (0,5 µg/mL) digunakan untuk
menghambat pertumbuhan jamur lain. Jamur patogen yang bersifat
oportunistik seperti Cryptococcus neoformans dan Aspergillus
fumigatus dapat dihambat oleh sikloheksamid sehingga penggunaan
kedua media, selektif dan non-selektif, harus dilakukan bersamaan.
Media yang digunakan untuk pertumbuhan jamur harus cukup
banyak sehingga tidak mengalami dehidrasi sebelum isolasi berhasil
dilakukan. Untuk kepentingan tersebut digunakan cawan petri
berdiameter 100 mm atau botol bertutup ulir berukuran 25 x 150 mm
229 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
agar volume media mencukupi. Pelat agar pada cawan petri memiliki
keunggulan karena dapat menyediakan permukaan yang luas untuk
isolasi dan memudahkan penggunaan zat penghambat tumbuh bagi
mikroba kontaminan. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketebalan
media yang dituangkan minimal 25 mL untuk memperlambat terjadinya
kekeringan media selama masa inkubasi.
Inkubasi jamur dilakukan pada suhu ruang yaitu 30oC dimana
bakteri tidak dapat tumbuh secara optimal. Pada jamur-jamur dimorfik
dibutuhkan suhu pertumbuhan 37oC untuk menghasilkan bentuk
dimorfiknya. Pertumbuhan jamur pada media harus diamati selama 30
hari, meskipun telah dikontaminasi oleh bakteri maupun jamur lain
untuk menentukan hasil negatif. Beberapa jenis jamur seperti H.
capsulatum dapat tumbuh di permukaan koloni C. albicans maupun
permukaan koloni jamur lainya.
Informasi yang harus dicatat pada saat melakukan kultur adalah
waktu pertumbuhan jamur mulai dapat diamati (hari ke- atau jam ke-)
atau munculnya bentuk tubuh buah, ditemukan koloni ragi atau bentuk
hifa, media isolasi yang digunakan, kondisi pertumbuhan (suhu), dan
bentuk koloni yang ditemukan. Karakteristik-karakteristik ini dapat
digunakan untuk melakukan identifikasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada hasil pembiakan adalah :
a. Bentuk Koloni, ada 3 bentuk koloni jamur, yaitu :
Koloni ragi, makroskopis tampak bundar, lunak atau lembek
dengan permukaan halus atau rata, mengkilat, tidak berpigmen,
warna kekuningan, seperti koloni bakteri. Bila diperiksa secara
mikroskopis hanya didapati sel-sel ragi yang berupa sel yang
bulat dan tampak seolah-olah mempunyai dua dinding dan
kadang-kadang ada dua tunas (satu bola besar dengan tunas bola
yang kecil yang disebut “BUDDING”), misalnya pada Candida.
230 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
Gambar 8.11 Koloni Ragi
(http://pemburumikroba.blogspot.com/2010/11/morfologi-koloni.html)
Koloni menyerupai ragi, secara makroskopis tampak lembek,
permukaan halus, mengkilat dan warnanya putih kekuningan.
Secara mikroskopis tampak seperti sel tunggal dan kadang-
kadang tampak miselium semu (sel-sel panjang tetapi tidak khas
dan tidak bersekat). Juga ada sel yang berbentuk bulat dan
kadang-kadang ada yang bertunas.
Koloni Filamen, secara makroskopis tampak seperti kapas
berupa benang halus, permukaan dan pinggir tidak rata dan
menonjol diatas permukaan media. Mikroskopis tampak sebagai
hifa sejati, yaitu benang-benang yang bersifat kontur ganda,
berinti dan memunyai sekat misalnya; trikopiton,
mikrosporon,dan epidermofiton. Kadang-kadang tampak bentuk
campuran yaitu pembiakan pada temperatur 370C dapat
menghasilkan koloni ragi, tetapi pada temperatur kamar akan
menghasilkan koloni filamen, misalnya sporotrikosis.
231 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
Gambar koloni filament
(Sumber: http://www.moldbacteriaconsulting.com/tag/fungi)
b. Bentuk Hifa, bentuk hifa ini dapat dibedakan dalam beberapa jenis
yaitu:
Menurut fungsinya : Hifa Vegetatif, berfungsi untuk
perkembangan dan mengambil makanan; Hifa Reproduktif,
dikhususkan untuk membentuk atau memperbanyak diri dengan
spora.
Menurut jenisnya: Hifa Berseptum dan Hifa Tidak Berseptum
(senosistik).
232 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
Skema Identifikasi Dermatofita
233 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
8.6.3.Reaksi imunologis (alergi), dengan menyuntikkan secara intrakutan
semacam antigen yang dibuat dari koloni jamur , reaksi (+) berarti
infeksi oleh jamur (+), misalnya :
a. Reaksi Trikofitin, antigen yang dibuat dari pembiakan trikofitosis.
Kalau (+) berarti ada infeksi trikofiton.
b. Reaksi Histoplasmin, antigen yang dibuat dari pembiakan
histoplasma. Kalau (+) berarti ada infeksi histoplasma (+).
c. Reaksi sporotrikin, antigen dibuat dari koloni sporoptricium
schenkii. Kalau (+) berarti infeksi oleh spesies sporotrikum.
234 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
8.6.5.Pemeriksaan dengan sinar Wood
Sinar Wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu
“saringan wood”, sinar yang tadinya polikromatis menjadi
monokromatis dengan panjang gelombang 3600A. Sinar ini tidak dapat
dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit atu rambut yang mengalami
infeksi oleh jamur-jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat
dilihat, dengan memberi warna yang kehijauan atau fluoresensi. Apabila
pemeriksan dengan cara ini memberi fluoresensi, pemeriksaan sinar
Wood disebut positif dan apabila tidak ada fluoresensi disebut negative.
Jamur-jamur yang memberikan fluoresensi adalah Microsporum
lanosum, Microsporum audoinii, M.canis dan Malassezia furtur
(penyebab tinea versikolor).
235 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
menimbulkan demam, rigors, kerusakan ginjal hingga syok. Terapi dengan obat
ini harus mempertimbangkan efek sampingnya terhadap pasien. Obat yang paling
banyak digunakan adalah kelompok azoles, yaitu fluconaozle (FLU),
itraconazole (ITRA), dan voriconazole (VORI). Kelompok azoles memiliki
mekanisme penghambatan terhadap aktivitas jamur dan memiliki efek samping
yang lebih ringan. Namun terapi berlebihan atau kesalahan penggunaan obat
menyebabkan resistensi pada beberapa jenis jamur sehingga uji kepekaan
terhadap antijamur perlu dilakukan sebelum pengobatan ditentukan.
236 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i
DAFTAR PUSTAKA
Betty A. Forbes, Daniel F. Sahm, and Alice S. Weissfeld, 2007, Bailey & Scott’s,
http://adasidna.blogspot.com/2008/03/candidiasis-diagnosa-dan-identifikasi.html
http://gmg.xoom.it/Microonline/Micologia%20generale/micologia.htm
http://imadeharyoga.wordpress.com/2009/07/24/penatalaksanaan-pitiriasis-
versikolor-atau-panu
http://okaok.multiply.com/journal?&page_start=40
http://pemburumikroba.blogspot.com/2010/11/morfologi-koloni.html
http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/Website/Lects/Fungi.htm
http://www.sodiycxacun.web.id/2010/05/dermatomikosis-mikosis-
superfisial.html)
http://www.virtual.unal.edu.co/cursos/medicina/2010828/lecciones/cap9/cap9-
1b.htm
http://yeadhi.blogspot.com/2010_01_01_archive.html
R.S. Siregar, Penyakit Jamur Kulit, Edisi ke-2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta, 2002
237 | D i a g n o s t i k M i k r o b i o l o g i & I m u n o l o g i