Anda di halaman 1dari 20

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SAHAM


MINORITAS DALAM MERGER PERBANKAN BERDASARKAN
SINGLE PRESENCE POLICY (Studi Kasus Pada PT. Bank KEB Indonesia
dan PT. Bank Hana Indonesia

Anandiaz Raditya Priandhana*, Paramita Prananigtyas, Siti Mahmudah


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : diazzraditya@gmail.com

Abstrak

Dikeluarkannya Kebijakan Kepemilikan Tunggal ini telah berimplikasi terhadap pihak –


pihak yang telah menjadi pemegang saham pengendali pada lebih dari satu bank.Mereka diberikan
tiga pilihan untuk melakukan penyesuaian struktur kepemilikannya agar sesuai dengan kebijakan
kepemilikan tunggal.Salah satu pilihan ialah melakukan opsi merger. Tujuan diadakannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai Single Presence Policy, kewenangan dari Bank
Indonesia dan/atau OJK terhadap pelaksanaan Single Presence Policy pada perbankan di
Indonesia danbagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas dalam merger
berdasarkan ketentuan Single Presence Policy pada PT. Bank KEB Indonesia dan PT. Bank Hana
Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan
yuridis empiris yang bersifat deskriptif analitis. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan
bahwa: 1). Single Presence Policy adalah suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
yang diberlakukan untuk pihak – pihak yang telah menjadi pemegang saham pengendali pada
lebih dari 1 (satu) bank. Peraturan Bank Indonesia ini memberikan tiga pilihan, yaitu: Merger atau
konsolidasi atas bank – bank yang dikendalikannya; Membentuk Perusahaan Induk di bidang
Perbankan; atau Membentuk Fungsi Holding. 2). Kewenangan Pengawasan OJK terhadap
pelaksanaan kebijakan kepemilikan tunggal yaitu pengawasan secara tidak langsung dan
pengawasan langsung maupun pengawasan kombinasi. 3). Didalam melindungi kepentingan
pemegang saham minoritas terhadap pelaksanaan merger yang sepihak, maka Undang – Undang
Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 memberikan perlindungan melalui Pasal 62 ayat (1).

Kata Kunci: - Single Presence Policy; merger; perlindungan pemegang saham minoritas

Abstract

Single Presence Policy issuance has implications for the party - the party has become the
controlling shareholder in more than one bank. They were given three options to adjust the
ownership structure to comply with the single presence policy. One option is to do the merger
option. The objective of this study was to determine the Single Presence Policy, the authority of
Bank Indonesia and / or OJK on the implementation of the Single Presence Policy in Indonesian
banking and how the legal protection for minority shareholders in the merger under the provisions
of the Single Presence Policy in PT. Bank KEB Indonesia and PT. Hana Bank Indonesia. The
method used in this study is empirical juridical approach that is descriptive analytical. Based on
the results of the study showed that: 1). Single Presence Policy is a policy issued by Bank
Indonesia imposed on the parties - the party has become the controlling shareholder of more than 1
bank. Bank Indonesia Regulation provides three options for banks - banks that have been owned
and controlled more than 1 bank, namely: Merger or consolidation of a bank – bank under its
control; Forming a Holding Company in the field of Banking; or Form Holding Function. 2).
Supervision Authority of OJK on the implementation of the single presence policy on monitoring
indirect and direct control and supervision of the combination. 3). In protecting the interests of
minority shareholders against the unilateral implementation of the merger, the Law - Corporate
Law No. 40 of 2007 provides protection by Article 62 paragraph (1).

Keywords: - Single Presence Policy; merger; protection of minority shareholders

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN semakin sengit dan mengarah ke


persaingan tidak sehat.3
A. Latar Belakang Pada tahun 1998,
Perbankan mempunyai peranan perkembangan ekonomi yang
penting dan strategis dalam berubah cepat dan kompetitif
menggerakan roda perekonomian dengan permasalahan yang semakin
suatu negara sebagai agent of kompleks memerlukan adanya
development dalam upaya mencapai penyesuaian tentang kebijakan
tujuan nasional. 1 Disamping itu ekonomi serta perbaikan sistem
perbankan juga berperan untuk keuangan, khususnya perbankan.
menjaga keseimbangan kemajuan Untuk itu, pemerintah memandang
dan kesatuan ekonomi nasional, oleh perlu diadakannya penyempurnaan /
karena itu stabilitas dalam industri perubahan atas Undang – Undang
perbankan akan sangat Nomor 7 Tahun 1992 tentang
mempengaruhi stabilitas Perbankan dengan mengesahkan
perekonomian secara keseluruhan. Undang – Undang Nomor 10 Tahun
Perkembangan perbankan nasional 1998 tentang Perubahan atas
dari waktu ke waktu telah Undang – Undang No.7 Tahun
menunjukan bahwa kuat atau 1992.
lemahnya perbankan nasional akan Krisis perbankan yangterjadi
sangat mempengaruhi kondisi tahun 1997 memberikan pelajaran
perekonomian negara. akan pentingnya menciptakan
Dalam rangka menciptakan industri perbankan nasional yang
perbankan nasional yang kuat, memiliki ketahanan dan kemampuan
berbagai regulasi telah dikeluarkan. yang memadai untuk menghadapi
Salah satu regulasi yang memegang berbagai macam gejolak eksternal.
peranan penting dalam Dalam rangka menghadapi segala
perkembangan perbankan nasional perubahan dan tantangan tersebut,
adalah Pakto 88. Setelah paket Bank Indonesia sebagai bank sentral
deregulasi perbankan tahun 1988 di Indonesia telah mengeluarkan
dilaksanakan, pertumbuhan bank Arsitektur Perbankan Indonesia
menjadi cukup pesat, terutama bank (selanjutnya disingkat dengan API).4
umum swasta nasional, bank asing Salah satu bentuk implementasi API
dan campuran serta bank dalam mewujudkan struktur
2
perkreditan rakyat. Pesatnya perbankan Indonesia yang kuat yaitu
pertumbuhan bank, pada akhirnya dengan melakukan penataan
menciptakan persaingan antar bank kembali struktur kepemilikan pada

3
Cyrillus Harinowo, IMF: Penanganan Krisis
1 & Indonesia Pasca-IMF, Jakarta: Gramedia
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional
Pustaka Utama, , 2004), Hal.7 - 10
Indonesia, (Jakarta:Prenada Media 4
GroupMater,2007). Hal.41 Tedy Fardiansyah, Refleksi dan Strategi
2
Agus Budianto, Merger Bank Di Indonesia Penerapan Manajemen Risiko Perbankan
Indonesia, (Jakarta: PT. Elex Media
Beserta Akibat – Akibat Hukumnya, (Bogor:
Komputindo.2006), Hal.4
Ghalia Indonesia.2004), Hal. 29

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

perbankan Indonesia, maka dalam kedudukan pemegang saham


hal ini pada tanggal 5 Oktober 2006 mayoritas yang identik dengan
Bank Indonesia mengeluarkan kedua organ perseroan tersebut, baik
Peraturan Bank Indonesia (PBI) secara fisik maupun kepentingan.
No.8/16/PBI/2006 tentang
Kepemilikan Tunggal pada B. Rumusan Masalah
Perbankan Indonesia. Bertitik tolak
dari pemikiran bahwa jumlah bank 1. Apayang dimaksud dengan
masih terlalu banyak. Pada Tahun Single Presence Policy dan
2012, Bank Indonesia mengeluarkan bagaimana kewenangan
peraturan baru yakni, Peraturan Bank Indonesia dan/atau
Bank Indonesia (PBI) No. OJK dalam pelaksanaan
14/24/PBI/2012 tentang Single Presence Policy
Kepemilikan Tunggal pada pada perbankan di
perbankan Indonesia untuk Indonesia?
mengganti Peraturan Bank 2. Bagaimana perlindungan
Indonesia (PBI) No. 8/16/PBI/2006 hukum terhadap pemegang
Salah satu tujuan utama dari saham minoritas dalam hal
Single Presence Policy adalah merger yang dilakukan
mendukung efektifitas pengawasan berdasarkan ketentuan
oleh Bank Indonesia terhadap bank Single Presence Policy
– bank. Faktor efektifitas pada kasus merger antara
pengawasan bank sangat kuat Bank PT. Bank KEB Indonesia
Indonesia melakukan optimalisasi dan PT. Bank Hana
pengawasan sehingga diciptakan Indonesia?
instrumen two in one (pengawasan
dan restrukturisasi) yang akhirnya C. Tujuan Penelitian
mengurangi jumlah bank.
Pemegang saham merupakan salah 1. Guna mengetahui mengenai
satu stakeholders dalam suatu Single Presence Policy
perseroan terbatas di samping yaitu kebijakan
stakeholders yang lain. Para Kepemilikan Tunggal yang
pemegang saham dalam perseroan dikeluarkan oleh Bank
terbatas juga merupakan pihak yang Indonesia berdasarkan
membawa dana ke dalam Peraturan Bank Indonesia
perusahaan dalam rangka konsolidasi
Kebijakan ini tentunya juga perbankan di Indonesia dan
mempunyai dampak terhadap kewenangan dari Bank
kepemilikan saham bank, khususnya Indonesia dan/atau OJK
kepada pemegang saham minoritas. terhadap pelaksanaan
Kedudukan hukum para pemegang Single Presence Policy
saham minoritas yang jauh lebih pada perbankan di
lemah dan tidak mampu Indonesia.
menghadapi tindakan direksi atau 2. Guna mengetahui
komisaris yang merugikan bagaimana perlindungan
perseroan, justru disebabkan oleh hukum terhadap pemegang

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

saham minoritas dalam sekunder. Data primer diperoleh


merger yang dilakukan langsung melalui wawancara. Data
berdasarkan ketentuan sekunder berupa bahan hukum
Single Presence Policy primer dan bahan hukum sekunder
pada PT. Bank KEB yang meliputi peraturan perundang –
Indonesia dan PT. Bank undangan, keputusan – keputusan,
Hana Indonesia. dan teori hukum serta dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan
II. METODE PENELITIAN permasalahan,digunakan sebagai
acuan dalam menilai atau
Metode pendekatan yang menganalisis permasalahan sesuai
digunakan dalam penelitian ini dengan kenyataan yang ada agar
adalah metode pendekatan yuridis diketemukan suatu jawaban dari
empiris. Penelitian yuridis empiris permasalahan tersebut.
adalah penelitian hukum mengenai
pemberlakuan atau implementasi III. HASIL PENELITIAN DAN
ketentuan hukum normatif secara in PEMBAHASAN
action pada setiap peristiwa hukum
tertentu yang terjadi dalam A. Hasil Penelitian
masyarakat.5 Pendekatan ini 1. Gambaran Umum
dilakukan dengan mengadakan Berdirinya PT. Bank KEB
penelitian langsung dilapangan Indonesia dan PT. Bank
dengan tujuan untuk mengumpulkan Hana Indonesia
data yang objektif yang disebut a. Riwayat Singkat PT.
sebagai data primer . Spesifikasi Bank KEB Indonesia
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini bersifat deskriptif PT. Bank KEB Indonesia
analitis, yaitu dengan memberikan didirikan dengan nama PT. Korea
gambaran secara rinci dan Exchange Bank Danamon pada
menyeluruh mengenai hal yang tanggal 26 Juni 1990 berdsarkan
berkaitan dengan perbuatan hukum Akta Notaris Kartini Mulyadi, SH
sehingga diperoleh sajian fakta yang No. 129 dan diubah dengan Akta
sistematik dan mudah dipahami Notaris Mudofir, SH No. 157 pada
dengan cara menganalisis pokok tanggal 19 Juli 1990. Akta
permasalahan yang dibahas dan Pendirian ini disetujui oleh Menteri
mengaitkannya dengan peraturan – Kehakiman Republik Indonesia
peraturan serta praktek pelaksanaan pada tanggal 28 Juli 1990.
hukum positif yang ada. Didaftarkan pada Pengadilan
Penelitian terkait dengan Negeri di Jakarta pada tanggal 2
pelaksanaan kebijakan Single Agustus 1990 dan di umumkan
Presence Policy dan perlindungan pada tanggal 25 September 1990.
pemegang saham minoritas ini Bank memperoleh izin usaha
diteliti dari data primer dan data sebagai Bank Umum dari Menteri
Keuangan Republik Indonesia
5
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan padatanggal 5 Oktober 1990
Penelitian Hukum, Citra (Bandung, Aditya
Bakti, 2004), Hal. 134

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Pada saat didirikan PT. Korea Mei 1974. PT. Bank Pasar Pagi
Exchange Bank Danamon Madju mengajukan permohonan
merupakan bank patungan (joint perubahan izin usaha bank dari
venture bank) antara Korea bank perkreditan rakyat (BPR)
Exchange Bank, Seoul, Korea dan menjadi bank umum ke Bank
PT. Bank Danamon Indonesia Indonesia dan merubah namanya
dengan komposisi kepemilikan menjadi PT. Bank Bintang
85% saham dimiliki oleh Korea Manunggal pada tanggal 21 Juli
Exchange Bank, Seoul, Korea dan 1989 dan disahkan oleh Menteri
15% saham dimiliki oleh PT. Bank Kehakiman Indonesia Republik
Danamon Indonesia.Hal ini sesuai Indoesia pada tanggal 15
dengan ketentuan pada saat itu September 1989. Bank telah
yang membatasi kepemilikan oleh memiliki izin usaha sebagai Bank
asing maksimum 85%. Umum dari Menteri Keuangan
Pada tahun 2005, PT. Bank Republik Indonesia pada tanggal 20
Danamon Indonesia menjual November 1989 dan mulai
seluruh kepemilikannya pada PT. beroperasi sebagai Bank Umum
Korea Exchange Bank Danamon pada tanggal 9 Desember 1989.
dimana 14% dibeli oleh Korea Pada tanggal 10 Desember 2007,
Exchange Bank, Seoul, Korea dan Bank Indonesia setujui proses
sisa 1% dibeli oleh PT. Clemont akuisisi dengan Hana Bank, Korea
Finance Indonesia. Perubahan nama dengan porsi saham 60,97 % oleh
dari PT. Korea Exchange Bank 2007, sedangkan dengan IFC
Danamon menjadi PT. Bank KEB melalui mekanisme pembelian
Indonesia dilakukan pada tanggal saham dengan porsi saham 19,03
10 Februari 2006. Perubahan ini %.
telah disetujui oleh Menteri Hukum c. Riwayat Singkat PT. Bank
dan Hak Asasi Manusia Republik KEB – Hana Indonesia
Indonesia pada tanggal 13 April
2006. Komposisi pemegang saham PT. Bank KEB Hana Indonesia
terakhir sebelum merger PT. Bank merupakan Bank hasil merger
KEB Indonesia adalah: Korea antara PT. Bank KEB Indonesia
Exchange Bank, Seoul, Korea dan PT. Bank Hana berdasarkan
sebesar 99% dan PT. Clemont Surat Keputusan Dewan
Finance Indonesia 1%. Komisioner Otoritas Jasa
Keuangan No. 13/KDK.03/2014
b. Riwayat Singkat PT. tanggal 27 Juni 2014 tentang
Bank Hana Indonesia Penetapan Penggunaan Izin Usaha
PT. Bank Hana didirikan Atas Nama PT. Bank Hana
berdasarkan Akte Notaris No. 25 menjadi Izin Usaha Atas Nama
tanggal 25 April 1971 yang dibuat PT. Bank KEB – Hana Indonesia,
dihadapan Notaris Andjar sedangkan izin untuk merger
Djarkasih Jakarta dengan nama PT. antara PT. Bank KEB Indonesia
Bank Pasar Pagi Madju dan telah dan PT. Bank Hana sendiri telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman disetujui oleh Otoritas Jasa
Republik Indonesia pada tanggal 25 Keuangan pada tanggal 11

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Februari 2014 dimana disetujui Undang Perbankan dan Peraturan


bahwa PT. Bank KEB Indonesia Bank Indonesia yang berlaku pada
akan meleburkan diri dan saat itu yaitu UU No. 10 Tahun
bergabungan dengan PT. Bank 1998 dan PBI No. 2/27/PBI/2000.
Hana. Oleh karena itu sisa saham PT.
Merger antara PT. Bank KEB Bank Danamon Indonesia sebesar
Indonesia dan PT. Bank Hana 1% dibeli oleh PT. Clemont
dilakukan untuk mematuhi Finance Indonesia, selanjutnya
ketentuan dari Bank Indonesia dengan hilangnya PT. Bank
terkait dengan Single Presence Danamon Indonesia dari
Policy yaitu Peraturan Bank kepemilikan saham PT. Bank
Indonesia Nomor 14/24/PBI/2012 Korea Exchange Bank Danamon,
tentang Kepemilikan Tunggal maka pada tahun yang sama PT.
pada Perbankan Indonesia(Single Korea Exchange Bank Danamon
Presence Policy). Ketentuan atau KEBD diganti namanya
Single Presence Policy menjadi PT. Bank KEB Indonesia
mewajibkan seluruh bank yang atau KEBI.
bawah satu kepemilikan wajib Pada tanggal 25 November
melakukan penggabungan usaha, 2010, LSF-KEB Holding, SCA
hal ini juga berlaku terhadap PT. sebagai pemegang saham terbesar
Bank KEB Indonesia dan PT. Korea Exchange Bank (KEB),
Bank Hana karena kedua Bank Seoul, Korea, menandatangani
tersebut dimiliki oleh Hana Perjanjian Jual Beli atau Share
Financial Group, Korea. Purchase Agreement (SPA) dengan
Hana Financial Group, Inc. Korea.
2. Proses Terjadinya Merger Hana Financial Group memperoleh
Antara PT. Bank KEB dari LSF-KEB Holdings, SCA
Indonesia dan PT. Bank sebanyak 329.042.672 lembar
Hana Indonesia saham biasa KEB, yang mewakili
51.02 persen dari total modal KEB.
Pada tahun 1997, PT. Bank Financial Services Commission
Danamon Indonesia sebagai Korea telah mengeluarkan
pemegang saham KEBI diambil persetujuannya kepada Hana
alih oleh pemerintah Indonesia, dan Financial Group, Inc untuk
melakukan divestasi atas mengakuisisi saham pengendali di
kepemilikan saham mereka pada KEB pada tanggal 27 Januari 2012
KEBD. Akhirnya pada tahun 2005 dan menyelesaikan transaksi
sebagian besar porsi kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam SPA
PT. Bank Danamon Indonesia, pada tanggal 9 Februari 2012. 6
yaitu 14% dibeli oleh Korea Selain itu, Hana Financial
Exchange Bank, Korea dan sisanya Group secara terpisah juga
1% dibeli oleh PT. Clemont menandatangani jual beli saham
Finance Indonesia. KEB tidak Export Import Bank of Korea dan
dapat membeli semua saham PT.
Bank Danamon Indonesia di KEBD
6
karena sesuai dengan Undang – Rencana Bisnis PT. Korea Exchange Bank
Indonesia, tahun 2014 – 2016, Hal.5

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

memperoleh 40.314.387 lembar Pemegang Saham Pengendali pada


saham biasa KEB, yang mewakili satu bank di Indonesia. Dalam hal
6,25 persen dari total saham KEB ini PT. Bank KEB Indonesia dan
pada waktu yang bersamaan dengan PT. Bank Hana tidak termasuk
akuisisi saham KEB dari LSF-KEB dalam pengecualian karena PT.
Holdings, SCA. Kemudian dari Bank KEB Indonesia dan PT. Bank
bulan Maret 2012 sampai dengan Hana tidak lagi dapat dikategorikan
bulan Juni 2012 Hana Financial sebagai bank patungan (joint
Group melakukan pembelian di venture bank).
pasar modal sehingga total saham Pada awalnya PT. Bank KEB
KEB yang dimiliki oleh Hana Indonesia adalah bank patungan
Financial Group naik menjadi antara Korea Exchange Bank,
sebesar 60%. 7 Selanjutnya pada Korea dan PT. Bank Danamon
bulan Februari 2013, para Indonesia. Akan tetapi pada tahun
pemegang saham Korea Exchange 2005, PT. Bank Danamon
Bank atau KEB mencapai Indonesia menjual kepemilikan
kesepakatan dengan Hana Financial sahamnya pada PT. Bank KEB
Group untuk menukar kepemilikan Indonesia pada Korea Exchange
saham mereka pada KEB dengan Bank, Korea dan PT. Clemont
saham Hana Financial Group. Oleh Finance Indonesia, dimana PT.
karena itu, Hana Financial Group Clemont Finance Indonesia bukan
memiliki 100% Korea Exchange merupakan bank sehingga PT.
Bank, Korea Bank KEB Indonesia tidak lagi
Hana Financial Group memenuhi definisi bank patungan
merupakan Pemegang Saham (joint venture bank) sesuai dengan
Pengendali Terakhir atau ultimate ketentuan ini.
shareholders dari PT. Bank Hana Dengan demikian, PT. Bank
Indonesia karena merupakan KEB Indonesia dan PT. Bank Hana
Pemegang Saham Pengendali dari yang kedua Pemegang Saham
Hana Bank-Korea yang merupakan Pengendali Terakhirnya adalah
pemegang saham pengendali dari Hana Financial Grup harus
PT. Bank Hana di Indonesia sejak mematuhi ketentuan pada PBI
tahun 2007. Dengan demikian PT. tersebut di atas. Bank Indonesia
Bank KEB Indonesia dan PT. Bank sebagai otoritas pengawas pada saat
Hana mempunyai Pemegang itu meminta kepada PT. Bank KEB
Saham Pengendali yang sama yaitu Indonesia dan PT. Bank Hana
Hana Financial Group. Sesuai untuk membuat action plan atau
dengan ketentuan Peraturan Bank rencana pemenuhan ketentuan
Indonesia No. 14/24 /PBI/2012 Single Presence Policy sesuai
tanggal 26 Desember 2012 tentang dengan Pasal 10 ayat (1) PBI No.
Kepemilikan Tunggal Pada 14/12/PBI/2012.
Perbankan Indonesia, Pasal 2 ayat
(1) yang mengatur bahwa setiap B. Pembahasan
pihak hanya dapat menjadi 1. Single Presence Policy dan
Kewenangan Bank
7
Indonesia dan/atau OJK
Ibid, Hal. 6.

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dalam Pelaksanaan Single berlakunya PBI Nomor


Presence Policy Pada 8/16PBI/2006 ini, pihak – pihak
Perbankan di Indonesia yang telah menjadi Pemegang
a. Kepemilikan Tunggal Saham Pengendali pada lebih dari 1
(Single Presence Policy) (satu) Bank wajib melakukan
Pada Perbankan penyesuaian struktur kepemilikan
Indonesia sebagai berikut:
Pada prinsipnya kebijakan 1. Mengalihkan sebagian atau
kepemilikan tunggal pada seluruh kepemilikan
perbankan Indonesia diberlakukan sahamnya pada salah satu
untuk kepemilikan saham Bank atau lebih Bank yang
oleh Pemegang Saham Pengendali dikendalikannya kepada
yang diperoleh setelah berlakunya pihak lain sehingga yang
ketentuan ini. Namun demikian bersangkutan hanya menjadi
untuk mendukung tercapainya Pemegang Saham
tujuan dari kebijakan tersebut, Pengendali pada 1 (satu)
Pemegang Saham Pengendali wajib Bank; atau
melakukan penyesuaian struktur 2. Melakukan merger atau
kepemilikan sahamnya pada bank – konsolidasi atas bank – bank
bank yang dikendalikannya. Untuk yang dikendalikannya; atau
melakukan penyesuaian struktur 3. Membentuk Perusahaan
kepemilikan saham Bank dimaksud Induk di Bidang Perbankan
Pemegang Saham Pengendali dapat (Bank Holding Company).
memilih beberapa cara penyesuaian Bank – bank dengan Pemegang
tersebut diberikan dengan mengacu Saham Pengendali yang sama wajib
pada tujuan kebijakan kepemilikan menyusun rencana penyesuaian
tunggal, yakni konsolidasi struktur kepemilikan dan
perbankan dan peningkatan menyampaikan kepada Bank
efektivitas pengawasan bank, Indonesia paling lambat akhir
dengan tetap memperhatikan Desember 2007. Pemegang Saham
kepentingan para Pemegang Saham Pengendali sebagaimana dimaksud
Pengendali yang sudah dalam Pasal 3 yang tidak
menanamkan modalnya di melakukan penyesuaian struktur
perbankan Indonesia. kepemilikan dalam jangka waktu
Penerapan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
kepemilikan tunggal memberikan 7 dilarang melakukan pengendalian
pengecualian bagi kantor cabang dan dilarang memiliki saham
bank asing dan bank campuran. dengan hak suara pada masing –
Demikian juga pengecualian masing Bank lebih dari 10%
diberikan bagi Pemegang Saham (sepuluh perseratus) dari jumlah
Pengendali yang mengendalikan 2 saham Bank.
(dua) Bank yang masing – masing Bank yang melanggar ketentuan
melakukan kegiatan usaha dengan peraturan BI ini dikenai sanksi
prinsip yang berbeda, yakni secara administratif berupa kewajiban
konvensional dan berdasarkan membayar sebesar Rp500.000.000
prinisp Syariah. Sejak mulai (lima ratus juta rupiah). Pemegang

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Saham Pengendali yang melanggar dicapai melalui penataan struktur


ketentuan sebagaimana dimaksud kepemilikan bank. Oleh karena itu
dalam Pasal 10 dikenakan sanksi Bank Indonesia mengeluarkan
administratif berupa larangan Peraturan Bank Indonesia Nomor
menjadi Pemegang Saham 14/24/PBI/2012 tentang
Pengendali pada seluruh bank di Kepemilikan Tunggal Pada
Indonesia untuk jangka waktu 20 Perbankan Indonesia. Perbedaan
(dua puluh) tahun. Pengenaan pertama antra Peraturan Bank
sanksi sebagaimana dimaksud pada Indonesia Nomor 8/16/PBI/ 2006
ayat (1) tidak menghilangkan dan Peraturan Bank Indonesia
kewajiban Pemegang Saham Nomor 14/24/PBI/2012 adalah
Pengendali dimaksud untuk tetap masuknya bank syariah dalam
mengalihkan saham tanpa hak suara definisi bank umum dalam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Peraturan Bank Indonesia Nomor
10. Sementara itu, rencana integrasi 14/24/PBI/2012. Selanjutnya pada
sektor keuangan ASEAN pada Peraturan Bank Indonesia Nomor
tahun 2020 yang memungkinkan 14/24/PBI/2012 juga terdapat
bank – bank dengan kualifikasi pengaturan mengenai Fungsi
tertentu (Qualified ASEAN Banks Holding.
– QAB) bebas beroperasi di Pemenuhan ketentuan Peratuan
kawasan ASEAN, akan Bank Indonesia Nomor
meningkatkan persaingan antara 14/24/PBI/2012 dilakukan dengan
bank – bank nasional dengan bank cara, menurut pasal 13:
– bank dari kawasan ASEAN. 1. Merger atau konsolidasi atas
Untuk mengantisipasi integrasi Bank – Bank yang
sektor keuangan regional dan dikendalikannya;
global tersebut, perlu dilakukan 2. Membentuk Perusahaan
upaya untuk meningkatkan Induk di bidang Perbankan
ketahanan dan daya saing atau Bank Holidng
perbankan nasional, baik melalui Company; atau
akselerasi konsolidasi perbankan 3. Membentuk Fungsi Holding.
maupun upaya – upaya untuk Dapat kita lihat bahwa disini
meningkatkan kesehatan bank, tidak terdapat lagi pilihan untuk
kualitas pelaksanaan good mengalihkan kepemilikan saham
corporate governance, maupun pada pihak lain seperti yang
meningkatkan permodalan Bank. terdapat pada Pasal 3 ayat (1)
Namun demikian, perlu disadari Peraturan Bank Indonesia Nomor
bahwa ketahanan dan daya saing 8/16/PBI/2006, akan tetapi
perbankan yang kuat sangat ditambahkan satu opsi yang dapat
dipengaruhi dan membutuhkan diambil oleh Pemegang Saham
dukungan struktur perbankan yang Pengendali yaitu membentuk
kuat pula. Struktur perbankan yang Fungsi Holding. Fungsi Holding ini
kuat menjadi kerangka dasar yang hanya dapat dilakukan oleh
diharapkan mampu mendukung Pemegang Saham Pengendali
peningkatan perekonomian berupa Bank yang berbadan hukum
nasional, yang antara lain dapat Indonesia atau instansi Pemerintah

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Republik Indonesia. Untuk Pemegang Saham Pengendali


pemenuhan ketentuan, Peraturan pemenuhan ketentuan tidak dapat
Bank Indonesia Nomor dipenuhi karena kompleksitas
8/16/PBI/2006 mengatur bahwa permasalahan yang dihadapi,
harus dilakukan sebelum 31 sedangkan pada ketentuan yang
Desember 2010 sedangkan pada baru, yaitu Peratuan Bank
Peraturan Bank Indonesia Nomor Indonesia Nomor 14/24/PBI/2012
14/24/PBI/2012 diberlakukan mengatur bahwa penilaian
ketentuan sebagai berikut: kompleksitas permasalahan yang
1) Pemenuhan ketentuan dihadapi bank sehingga tidak dapat
dengan melakukan merger memenuhi ketentuan dalam jangka
atau konsolidasi atau waktu yang diberikan dilakukan
membentuk perusahaan oleh Bank Indonesia, dan bukan
induk di bidang perbankan oleh Pemegang Saham Pengendali.
wajib dilakukan dalam waktu Terkait dengan sanksi, apabila
paling lama 1 (satu) tahun PBI Tahun 2006 sebelumnya hanya
sejak berlakunya Peraturan mengenakan denda Rp 500 juta
Bank Indonesia ini, untuk pelanggaran yang dilakukan
2) Pemenuhan ketentuan bank, maka pada PBI Tahun 2012
dengan membentuk fungsi yang baru, selain adanya denda Rp
holding wajib dilakukan 500 juta, maka Bank Indonesia juga
dalam waktu paling lama 6 menjatuhkan sanksi yang dikaitkan
(enam) bulan: dengan penilaian aspek Good
3) Berdasarkan permintaan Corporate Governance pada
Pemegang Saham penilaian tingkat kesehatan bank.
Pengendali dan Bank – Bank Selain sanksi tersebut di atas
yang dikendalikannya, Bank Pemegang Saham Pengendali yang
Indonesia dapat memberikan memiliki lebih dari 1 (satu) Bank
perpanjangan jangka waktu namun tidak memenuhi ketentuan
penyesuaian pemenuhan pengalihan saham dalam jangka
ketentuan sebagaimana waktu 1 (satu) tahun dikenakan
apabila menurut penilaian sanksi administratif berupa
Bank Indonesia larangan menjadi Pemegang Saham
permasalahan yang dihadapi Pengendali pada seluruh bank di
Pemegang Saham Indonesia untuk jangka waktu 20
Pengendali dan/atau Bank – (dua puluh) tahun. Pengenaan
Bank yang dikendalikannya sanksi tersebut tidak
cukup kompleks sehingga menghilangkan kewajiban
menyebabkan pemenuhan Pemegang Saham Pengendali untuk
ketentuan tidak dapat tetap mengalihkan kelebihan saham
diselesaikan dalam jangka di atas 10% (sepuluh perseratus)
waktu sebagaimana di atas. Di Indonesia pada tahun 1988,
Pengaturan ini sedikit berbeda pemerintah bersama BI
dengan Peraturan Bank Indonesia mengeluarkan Paket Kebijakan
Nomor 8/16/PBI/2006 dimana Deregulasi Perbankan 1988 (Pakto
mengatur apabila menurut 88). Salah satu ketentuan

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

fundamental dalam Pakto 88 adalah saham pengendali pada lebih dari


pendirian bank swasta nasional satu bank, yaitu:
dipermudah. Cukup dengan modal 1) Mengalihkan sebagian atau
disetor minimum Rp 10 miliar, seluruh kepemilikan sahamnya
orang bisa mendirikan bank pada salah satu atau lebih
umum.Adapun untuk pendirian bank yang dikendalikannya
bank perkreditan rakyat (BPR), kepada pihak lain.
syaratnya modal disetor minimum 2) Melakukan merger atau
sebesar Rp 50 juta. Namun, setelah konsolidasi atas bank – bank
adanya Pakto 88 menimbulkan yang dikendalikannya;
masalah dikemudian hari, seperti 3) Membentuk perusahaan induk
terjadinya krisis ekonomi yang di bidang perbankan (Bank
terjadi pada tahun 1997/1998. Holding Company), dengan
Jumlah bank yang sangat banyak cara mendirikan badan hukum
dianggap tidak efisien, dan lain baru sebagai Bank Holding
sebagainya. Setelah itu persyaratan Company, atau menunjuk
pendirian Bank di Indonesia salah satu bank yang
kembali diperketat dimana dikendalikannya sebagai Bank
persyaratan modal minimum Holding Company
dinaikan menjadi sebesar Rp 3 Pada Peraturan Bank Indonesia
Triliun dengan tujuan memperkuat Nomor 14/24/PBI/2012mengubah
struktur permodalan perbankan pilihan yang dapat dilakukan oleh
nasional. Sebagai akibat dari pemegang saham pengendali
kecilnya persyaratan modal dimasa menjadi:
lalu, jika dibandingkan dengan 1) Merger atau konsolidasi
negara tetangga terlihat bahwa aset atas Bank – Bank yang
yang dimiliki oleh perbankan di dikendalikannya;
Indonesia masih sangat kecil. 2) Membentuk Perusahaan
b. Perkembangan Penerapan Induk di bidang
Ketentuan Mengenai Perbankan (Bank Holding
Kepemilikan Tunggal Company); atau
pada Perbankan 3) MembentukFungsi
Indonesia Holding.
Pada Peraturan Bank Indonesia
Seperti yang telah dijelaskan Nomor 14/24/PBI/2012 ini tidak
bab – bab sebelumnya bahwa ada lagi pilihan untuk mengalihkan
kebijakan mengenai kepemikan saham kepada pihak lain.
tunggal mewajibkan kepada pihak – Ketentuan ini dihilangkan karena
pihak menjadi pemegang saham dikhawatirkan bahwa kepemilikan
pengendali pada lebih dari 1 (satu) saham bank di Indonesia akan
bank wajib melakukan penyesuaian beralih kepada pihak asing,
struktur kepemilikan. Pada awalnya sehingga tujuan API yang ingin
Peraturan Bank Indonesia Nomor mengurangi jumlah bank di
8/16/PBI/2006 hanya mengatur tiga Indonesia tetap tidak akan bisa
hal yang dapat dilakukan oleh tercapai. Unsur yang penting
pihak yang menjadi pemegang penerapan kebijakan ini adalah

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dengan memaksimalkan fungsi Dengan penerapan Kebijakan


pengawasan yang dilakukan oleh Kepemilikan Tunggal Pada
OJK sehingga dapat menciptakan Perbankan Indonesia, Bank
struktur perbankan yang sehat dan Indonesia dan/atau Otoritas Jasa
stabil. Salah satu tujuan utama dari Keuangan mengharapkan agar
ketentuan kepemilikan tunggal bank– bank kecil sebaiknya
pada perbankan Indonesia adalah melakukan merger, namun hal ini
mendukung efektivitas pengawasan terkendala oleh beberapa faktor
oleh Bank Indonesia sekarang yang antara lain konflik
Otoritas Jasa Keuangan terhadap kepentingan antar pemilik bank.
bank – bank yang ada di Indonesia. Alasan lain seperti tidak
Peraturan Bank Indonesia ini menariknya insentif merger dan
tidak bersikap diskriminatif dengan ketidakpastian akan modal yang
memberikan pengecualian bagi dipersyaratkan di masa depan. bank
pemerintah terhadap pelaksanaan – bank nasional yang terkena
kebijakan kepemilikan dengan peraturan tersebut dengan
tunggal.Kompleksitas berbagai macam kondisi lebih
permasalahan yang dihadapi tertarik untuk menjual banknya
pemerintah selaku pemegang kepada pihak asing dari pada
saham pengendali di beberapa melakukan penggabungan dengan
BUMN diakomodir oleh Bank bank lainnya, sehingga kondisi ini
Indonesia dengan memberikan akan menyebabkan makin
perpanjangan waktu penyerahan banyaknya kemungkinan pihak
rencana tindak penyesuaian struktur asing memiliki perbankan nasional.
kepemilikan dan membentuk tim Makin banyaknya kepemilikan
khusus untuk ikut mengkaji opsi perbankan nasional oleh pihak
mana yang paling mungkin asing hal ini akan menyulitkan
diterapkan bagi bank – bank Bank Indonesia melakukan
BUMN. Pengawasan OJK terhadap pengawasan kepemilikan asing atas
pelaksanaan kebijakan kepemilikan perbankan nasional.
tunggal pada bank BUMN adalah Sejak diberlakukannya
sama dengan bank swasta yang Peraturan Bank Indonesia Nomor
juga diwajibkan untuk 8/16/PBI/2006 seluruh bank yang
melaksanakan penyesuaian struktur mempunyai Pemegang Saham
kepemilikan, yaitu pengawasan Pengendali yang sama, semuanya
secara tidak langsung yang memilih opsi merger, tidak ada satu
didasarkan pada laporan bank pun yang memanfaatkan opsi
perkembangan perlaksanaan membentuk Bank Holding
penyesuaian struktur kepemilikan. Company ataupun membentuk
Selain pengawasan tidak langsung, fungsi holding walaupun hal itu
OJK juga dapat melakukan dimungkinkan oleh Peraturan Bank
pengawasan langsung, yaitu dengan Indonesia Nomor 14/24/PBI//2012.
mendatangi langsung bank yang Dari daftar merger yang diketahui
bersangkutan untuk memperoleh oleh penulis, ada yang cukup
informasi yang diperlukan, maupun menarik, yaitu merger antara PT.
pengawasan kombinasi. Bank KEB Indonesia dan PT. Bank

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Hana yang dilakukan pada tanggal tentang Merger, Konsolidasi dan


20 Februari 2014. Kenapa menarik, Akuisisi Bank. Pasal 5 mengatur
karena batas waktu untuk merger bahwa merger, konsolidasi dan
seperti yang diatur pada Pasal 3 akuisisi bank dilakukan dengan
Peraturan Bank Indonesia Nomor memperhatikan:
14/24/PBI/2012 adalah tanggal 26 1. Kepentingan bank;
Desember 2013. 2. Kreditur;
2. Perlindungan Pemegang 3. Pemegangsaham minoritas;
Saham Minoritas dalam Hal 4. Karyawan bank;
Terjadi yang Disebabkan 5. Kepentinganrakyat banyak;
oleh Penerapan Single 6. Persaingan yang sehat
Presence Policy dalam melakukan usaha
a. Perlindungan Hukum bank.
Terhadap Pemegang Selanjutnya pada Pasal 6 diatur
Saham Minoritas Bank bahwa merger, konsolidasi, dan
Menurut Undang – akuisi tidak mengurangi hak
Undang Nomor 7 Tahun pemegang saham minoritas untuk
1992 Jo Undang – menjual sahamnya dengan harga
Undang Nomor 10 yang wajar. Pemegang saham
Tahun 1998 dan minoritas disini hanya dapat
Peraturan Pemerintah menggunakan haknya agar saham
Nomor 28 Tahun 1999. yang dimilikinya dibeli oleh
Undang – Undang Nomor 7 perseroan dengan harga yang wajar
Tahun 1992 jo Undang – Undang sesuai dengan ketentuan pasal 62
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Undang – Undang Nomor 40
Perbankan tidak mengatur Tahun 2007. Akan tetapi pada ayat
mengenai perlindungan hukum selanjutnya dikatakan bahwa
untuk pemegang saham minoritas permintaan pemegang saham
perseroan yang berbentuk bank, minoritas agar sahamnya dibeli
termasuk dalam hal bank oleh perseroan tidak menghentikan
melakukan merger, konsolidasi dan proses pelaksanaan merger,
akusisi. Undang – Undang tentang konsolidasi dan akuisisi suatu bank.
Perbankan tersebut di atas hanya Dari uraian di atas, kita dapat
mengatur bahwa merger, melihat bahwa Undang – Undang
konsolidasi, dan akusisi akan diatur Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang –
dengan peraturan pemerintah. Undang Nomor 10 Tahun 1998
Undang – Undang ini hanya dan Peraturan Pemerintah Nomor
menyebutkan merger, konsolidasi 28 Tahun 1999 tidak mengatur
dan akuisisi tidak boleh merugikan dengan cukup perlindungan
kepentingan masyarakat. terhadap pemegang saham
Perlindungan hukum terhadap minoritas bank, termasuk dalam
pemegang saham minoritas dalam hal terjadi merger, konsolidasi dan
bank disini dikaitkan dengan akuisi. Perlindungan hukum
merger, konsolidasi dan akuisisi terhadap pemegang saham
seperti yang diatur dalam Peraturan minoritas bank dengan demikian
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 merujuk kepada ketentuan yang

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

terdapat dalam Undang-Undang KEB Indonesia merger dengan PT.


Nomor 40 Tahun 2007 tentang Bank Hana, PT. Clemont Finance
Perseroan Terbatas dan Peraturan Indonesia sudah mengutarakan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 keberatan mereka. Akan tetapi Pasal
yang merupakan peraturan 10 anggaran dasar PT. Bank KEB
pelaksanaan. Indonesia, mengatur bahwa RUPS
b. Perlindungan Hukum dapat diadakan dan mengambil
Terhadap Pemegang keputusan sesuai dengan quorum
Saham Minoritas dalam dalam ketentuan Undang – Undang
Hal Merger yang Perseroan Terbatas.
Dilakukan Berdasarkan Keberatan PT. Clemont Finance
Ketentuan Single Presence Indonesia terhadap rencana merger
Policy Pada Kasus Merger PT. Bank KEB Indonesia dan PT.
antara PT. Bank KEB Bank Hana tidak berarti apa – apa
Indonesia dan PT. Bank karena pemegang saham mayoritas
Hana Indonesia yakni Korea Exchange Bank Korea
Berdasarkan wawancara dengan yang memiliki 99% saham PT. Bank
Kepala Bagian Kepatuhan KEB Indonesia menyetujui rencana
dijelaskan bahwa PT. Bank KEB merger tersebut. Oleh karena itu
Indonesia dan PT. Bank Hana mari kita lihat bagaimana
dalam rangka memenuhi ketentuan perlindungan yang diberikan oleh
PBI No. 14/12/PBI/2012 dimana hukum terhadap PT. Clemont
bank tersebut diwajibkan untuk Finance Indonesia sebagai
membuat action plan pemenuhan pemegang saham minoritas pada PT.
ketentuan dimaksud. Pada bulan Bank KEB Indonesia. Dalam Pasal
Maret 2013 kedua Bank 126 UUPT dapat kita lihat bahwa
menyampaikan action plan kepada jika pemegang saham tidak setuju
Bank Indonesia bahwa kedua akan dengan rencana merger mereka
melakukan merger paling lambat dapat meminta saham mereka untuk
tanggal 26 Desember 2013. Pada dibeli (hak appraisal) dengan harga
Bulan Juli 2013, PT. Bank KEB yang wajar sebagaimana diatur
Indonesia dan PT. Bank Hana dalam Pasal 62 dan jumlahnya tidak
melakukan RUPSLB. melebihi 10% (sepuluh perseratus)
Dari sisi PT. Bank Hana tidak dari jumlah modal yang ditempatkan
terdapat permasalahan, seluruh dalam Perseroan sebagamana diatur
pemegang saham setuju untuk dalam Pasal 37 ayat (1) huruf (b).
merger dengan PT. Bank KEB Persoalan timbul ketika
Indonesia. Tidak demikian halnya pemegang saham minoritas tidak
dengan PT. Bank KEB Indonesia, setuju dengan harga yang
pemegang saham minoritas, yaitu ditawarkan oleh PT. Bank KEB
PT. Clemont Finance Indonesia Indonesia, yakni sebesar XY kali
yang memilki 1% saham, tidak nilai buku (price to book value).
setuju dengan rencana merger Menurut Laporan Keuangan
dengan PT. Bank Hana. Pada saat Tahunan PT. Bank KEB Indonesia
diadakan RUPS pada tanggal 12 Juli sebelum merger, bank mempunyai
2013 yang memutuskan PT. Bank modal disetor sebesar Rp 150

13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Miliar, Laba Bersih sebesar Rp ketentuan yang diatur dalam Undang


129,9 Miliar, Total Aset sebesar Rp – Undang Nomor 40 Tahun 2007.
5 Triliun dan Ekuitas Rp 1,4 Triliun. Selanjutnya pemegang saham
Modal disetor tersebut terdiri dari minoritas mengirimkan surat kepada
1500 lembar saham dimana 1.485 Bank Indonesia dan meminta agar
lembar dimiliki oleh Korea Bank Indonesia tidak menyetujui
Exchange Bank, Korea dan 15 merger PT. Bank KEB Indonesia
lembar saham dimiliki oleh PT. dan PT. Bank Hana sebelum adanya
Clemont Finance Indonesia. Dengan kesepakatan mengenai penyelesaian
demikian, saham Bank ini perlembar keberatan pemegang saham
bernilai Rp 100 Juta. Dengan minoritas PT. Bank KEB Indonesia.
demikian nilai buku saham PT. Dengan adanya surat keberatan ini
Bank KEB Indonesia adalah sebesar Bank Indonesia tidak mengeluarkan
lebih kurang Rp 933 juta. Akan izin merger kepada PT. Bank KEB
tetapi pemegang saham minoritas Indonesia dan PT. Bank Hana
menolak harga yang ditawarkan sampai dengan batas waktu yang
Bank sebesar XY nilai buku, dengan ditentukan oleh PBI Nomor
alasan sejak PT. Clemont Finance 14/24/PBI/2012 yaitu tanggal 26
Indonesia menjadi pemegang saham Desember 2013. Menurut
PT. Bank KEB Indonesia, mereka keterangan yang diterima penulis
tidak pernah menerima dividen. bahwa pengurus PT. Bank KEB
Untuk menyelesaikan Indonesia beberapa kali dipanggil
perselisihan mengenai harga saham, dipanggil oleh Bank Indonesia dan
pihak PT. Bank KEB Indonesia diminta untuk mengadakan
mengusulkan kepada pemegang kesepakatan dengan pemegang
saham minoritas untuk melakukan saham minoritas. Tanpa adanya
penilaian ulang dengan mengangkat kesepakatan tersebut, Bank
konsultan sendiri. Pemengang Indonesia tidak akan mengelurkan
saham minoritas menolak untuk izin merger kepada PT. Bank KEB
melakukan penilaian ulang dan tetap Indonesia. Walaupun PT. Bank KEB
meminta perseroan / Bank untuk Indonesia bersikukuh bahwa mereka
membeli saham mereka dengan sudah mengikuti semua ketentuan
harga lebih dari dua kali XY dari yang ada, termasuk bersedia
nilai buku. Bank keberatan untuk membeli saham pemegang saham
memenuhi permintaan pemegang minoritas pada harga yang telah
saham minoritas tetap melanjutkan ditentukan oleh konsultan
mengirimkan permohonan independen, Bank Indonesia tetap
persetujuan merger kepada Bank tidak akan mengeluarkan izin. Jika
Indonesia pada tanggal 18 Juli 2013 PT. Bank KEB Indonesia tidak
dengan asumsi bahwa keberatan melakukan merger sesuai dengan
pemegang saham minoritas tidak ketentuan PBI ini maka dapat
menghalangi proses merger dan dikenakan sanksi sesuai dengan
pemegang saham minoritas dapat Pasal 13 dan Pasal 14. Oleh karena
mengajukan gugatan kepada itu, PT. Bank KEB Indonesia tidak
Pengadilan Negeri jika mereka punya pilihan lain kecuali
menginginkannya sesuai dengan menyetujui permintaan pemegang

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

saham minoritas untuk membeli Indonesia juga berpihak kepada


kembali (buy back) saham mereka pemegang saham minoritas.
dengan harga yang ditentukan oleh Persoalan – persoalan ini
pemegang saham minoritas. menyebabkan bahwa persetujuan
Dengan demikian walaupun dari Bank Indonesia tidak dapat
Undang – Undang Nomor 40 Tahun diperoleh sampai dengan batas
2007, Peraturan Pemerintah Nomor waktu yang telah ditentukan oleh
28 Tahun 1999 mengatur bahwa PBI Nomor 14/24/PBI//2012 yaitu
keberatan pemegang saham 26 Desember 2013. Proses izin
minoritas tidak menghalangi proses merger terus tertunda sampai
merger, kenyataannya tidak lah akhirnya PT. Bank KEB Indonesia
demikian, karena Bank Indonesia setuju untuk membeli kemali saham
tidak memberikan izin merger PT. Clemont Finance Indonesia
sebelum ada kesepakatan dengan sesuai dengan harga yang diminta
pemegang saham minoritas. Dengan oleh mereka. Akhirnya izin merger
kata lain, Bank Indonesia tidak baru diperoleh PT. Bank KEB
mengikuti ketentuan yang ada. Indonesia dan PT. Bank Hana pada
Disini ada kesan bahwa ketentuan tanggal 11 Februari 2014 setelah
yang ada tidak cukup melindungi pengaturan dan pengawasan
pemegang saham minoritas sehingga perbankan dialihkan kepada Otoritas
Bank Indonesia memerlukan untuk Jasa Keuangan atau OJK.
ikut campur dalam menyelesaikan Saran
hal ini, atau
Persoalan lain adalah tidak Berdasarkan kesimpulan yang
adanya ketentuan yang jelas telah diambil dari penjabaran pada
mengenai harga wajar untuk sebelumnya, maka penulis
keperluan buy back. Ketentuan – menyarankan:
ketentuan yang ada hanya 1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
menjelaskan bahwa pemegang selaku otoritas tertinggi di
saham minoritas dapat meminta Indonesia dalam dunia
saham yang mereka miliki untuk keuangan yang merupakan
dibeli dengan harga yang wajar. lembaga pengawas atau sebagai
Akan tetapi tidak ada ketentuan control power bagi perusahaan
yang lebih jelas apa yang dimaksud terbuka dalam melakukan
dengan harga yang wajar tersebut. perdagangan di Indonesia perlu
Dalam kasus ini harga yang wajar mengeluarkan peraturan yang
menurut PT. Bank KEB Indonesia mengatur secara detil tentang
dan pemegang saham minoritas perlindungan hukum terhadap
sangat jauh berbeda, lebih dari dua pemegang saham minoritas baik
kali lipat. Secara teroritis harga yang secara pribadi maupun secara
wajar adalah harga yang ditentukan kelompok, sesama pemegang
oleh konsultan independen, akan saham minoritas yang dapat
tetapi dalam kasus ini tidak diterima diterapkan dalam hal terjadinya
oleh pemegang saham minoritas, merger, khususnya terkait
dan secara tidak langsung Bank dengan pelaksanaan PBI Nomor
14/24/PBI/2012 karena

15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

ketentuan yang ada sekarang ini Merger atau konsolidasi atas


tidak cukup untuk melindungi bank –bank yang
perlindungan pemegang saham dikendalikannya; Membentuk
minoritas misalnya Perusahaan Induk di bidang
ketidakjelasan dalam hal Perbankan; atau Membentuk
penentuan harga wajar saham Fungsi Holding.
yang harus dibeli oleh 2. Kewenangan Pengawasan OJK
perusahaan dari pemegang terhadap pelaksanaan kebijakan
saham minoritas. kepemilikan tunggal yaitu
2. Dalam menutupi kekurangan pengawasan secara tidak
pengaturan hak – hak yang bisa langsung, pengawasan
mengakomodir pemegang langsung, maupun pengawasan
saham minoritas, Otortias Jasa kombinasi.
Keuangan selaku lembaga 3. Didalam melindungi
pengawas perbankan nasional kepentingan pemegang saham
perlu melakukan suatu minoritas terhadap pelaksanaan
pembenahan atau penambahan akuisisi yang sepihak, maka
aturan dalam UUPT maupun Undang – Undang Perseroan
peraturan tambahan yang Terbatas Nomor 40 Tahun 2007
menambah hak – hak yang memberikan perlindungan
mampu memberikan payung melalui Pasal 62 ayat (1) yaitu
hukum bagi pemegang saham memberikan hak kepada
minoritas di Indonesia; pemegang saham yang tidak
setuju untuk meminta membeli
IV. PENUTUP kembali saham dengan harga
yang wajar (appraisal rights).
Berdasarkan perumusan masalah Selain itu, perlindungan
yang telah diungkapkan diatas dan terhadap pemegang saham
juga hasil penelitian yang telah minoritas dapat ditemukan
dijabarkan sebelumnya, dapat melalui prinsip silent majority
ditarik kesimpulan sebagai berikut: yang dalam hal ini pemegang
1. Single Presence Policy adalah saham mayoritas tidak
suatu kebijakan yang dibolehkan untuk bersuara
dikeluarkan oleh Bank dalam memutuskan pelaksanaan
Indonesia Prinsip yang akuisisi tersebut.
diberlakukan untuk pihak –
pihak yang telah menjadi V. DAFTAR PUSTAKA
pemegang saham pengendali A. Buku
pada lebih dari 1 (satu) bank Hermansyah, Hukum Perbankan
kepemilikan saham bank yang Nasional Indonesia,
diperolehnya setelah berlakunya (Jakarta: Prenada Media
ketentuan ini. Ketentuan ini Group Mater, 2007)
memberikan tiga pilihan bagi Insukindro, Ekonomi Uang dan
bank – bank yang telah Bank, Teori dan
memiliki dan mengendalikan pengalaman di Indonesia,
lebih dari 1 (satu) bank, yaitu: (Yogyakarta: BPFE, 1997)

16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Budianto, Agus, Merger Bank Di Simanjuntak, Cornelius dan Natalie


Indonesia Beserta Akibat – Mulia, Merger Perusahaan
Akibat Hukumnya, (Bogor: Publik, (Bandung: Citra
Ghalia Indonesia.2004) Aditya Bakti, 2006)
Harinowo, Cyrillus, IMF: Munir Fuady, Hukum Tentang
Penanganan Krisis & Merger, (Bandung: PT.
Indonesia Pasca-IMF, Citra Aditya Bakti, 2002).
(Jakarta: Gramedia Pustaka ____________, Perlindungan
Utama, 2004) Pemegang Saham
Fardiansyah, Tedy, Refleksi dan Minoritas, (Bandung: CV.
Strategi Penerapan Utomo, 2005)
Manajemen Risiko Henry Campbell Black, Black’s
Perbankan Indonesia, Law Dictionary, Editor
(Jakarta: PT. Elex Media Bryan A. Gardner, 7th
Komputindo.2006) Edition, (St.Paul,
Yoserwan, Hukum Ekonomi Minnesotta: West Group,
Indonesia dalam Era 1999)
Reformasi dan Globalisasi, Sutedi, Adrian, Hukum Perbankan
(Padang: Andalas Suatu Tinjauan Pencucian
University Press. 2006) Uang, Merger, Likuidasi,
Siamat, Dahlan, Manajemen dan Kepailitan, (Jakarta:
Lembaga Keuangan, Sinar Grafika, Cetakan II,
Kebijakan Moneter, dan 2008)
Perbankan, (Jakarta: Ibrahim, Johannes, Hukum
Lembaga Penerbit Fakultas Organisasi Perusahaan:
Ekonomi Universitas Pola Kemitraan dan Badan
Indonesia, 2005) Hukum, (Bandung: PT.
Susilo, Leo J. dan Karlen Refika Aditama, 2006)
Simarmata, Good Kasmir, Bank dan Lembaga
corporate governance Keuangan Lainnya,
pada Bank: Tanggung (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Jawab Direksi dan Persada, 2000)
Komisaris dalam Sentosa Sembiring, Hukum
Melaksanakannya, Perusahaan tentang
(Bandung: PT. Hikayat Perseroan Terbatas,
Dunia, 2007) (Bandung: CV. Nuansa
Abdullah, Burhanudin, Jalan Aulia, 2006)
Menuju Soerjono Soekanto, Pengantar
Stabilitas:”Mencapai Penelitian Hukum,
Pembangunan Ekonomi (Jakarta: UI Press, 1986)
Berkelanjutan”, (Jakarta: Peter Mahmud Marzuki, Penelitian
LP3ES, 2006) Hukum, (Jakarta: Kencana,
Sitompul, Zulkarnain, Problematika 2010)
Perbankan, (Bandung: Muhammad, Abdulkadir, Hukum
Books Terrace & Library, dan Penelitian Hukum,
2005)

17
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Citra Aditya Bakti, Ryan Kiryanto, Konsolidasi


Bandung, 2004) Perbankan Nasional
Sukardi, Metodologi Penelitian Menuju Best Practice,
Pendidikan Kompetensi Makalah Seminar
dan Praktiknya, (Jakarta: disampaikan di Jakarta, 2
Bumi Aksara. 2003) Juni 2007
Soemitro, Ronny Hanitijo, Metode Rebekka Dosma Sinaga, Sistem
Penelitian Hukum dan Koordinasi Antara Bank
Yurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia Dan Otoritas
Indonesia, 1994) Jasa Keuangan Dalam
_____________________, Metode Pengawasan Bank Setelah
Penelitian Hukum dan Lahirnya Undang-
Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Undang Nomor 21 Tahun
Indonesia, 1998) 2011 Tentang Otoritas
Fajar, Mukti, Dualisme Penelitian Jasa Keuangan, Jurnal
Hukum Normatif dan Hukum Ekonomi
Empiris, Yogyakarta: Universitas Sumatera
Pustaka Pelajar, 2010) Utara, 2013
Nazir, M.., Metode Penelitian, D. Makalah
(Jakarta: Ghalia Indonesia, I Nyoman Tjager, Perkembangan
2011) dan Pengaturan Pasar
Menke, Matthias, Dirk Schiereck, Modal di Indonesia,
Private Equity Investments Makalah pada Studi
in the Banking Industry – Perbandingan Hukum
The Case of Lone Star and Pasar Modal, Jakarta,
Korea Exchange Bank, BPHAN, 1995
Banks and Bank Systems / E. Dokumen – Dokumen
Volume 2, Issue 2, 2007 Annual Report PT. Bank KEB
Pramono, Sigit, Mimpi Punya Bank Hana Indonesia, 2014
Besar, Pemikiran Seorang Rencana Bisnis PT. Korea
Bankir (Jakarta: Red and Exchange Bank
White Publishing, 2014) Indonesia, tahun 2014 –
B. Website 2016,
Adi wikanto, Pakto 88 dan Dokumen internal PT. Bank
Bomming Perbankan KEB Indonesia.
Indonesia,http://lipsus.kont Booklet Perbankan Indonesia
an.co.id/v2/perbankan/read/ 2016
318/pakto-88-dan- F. PERATURAN
booming-perbankan- PERUNDANG-UNDANGAN
indonesia, diakses tanggal 6 Undang – Undang No. 23
September 2016 Tahun 1999 tentang Bank
http://www.relbanks.com/asia/sout Indonesia;
h-korea/korea-exchange- Undang – Undang No. 21
bank, diakses tanggal 27 Tahun 2011 tentang
Agustus 2016 Otoritas Jasa Keuangan;
C. Jurnal

18
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Undang – Undang Nomor 40


Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas;
Undang – Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang
Perbankan;
Undang – Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang
Perubahan Undang –
UndangNomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan;
Peraturan Bank Indonesia
Nomor 14/24/PBI/2012
tentang Kepemilikan
Tunggal pada Perbankan
Indonesia;
Peraturan Pemerintah No.28
Tahun 1999 tentang
Merger, Konsolidasi dan
Akuisisi Bank;
Peraturan Pemerintah No.27
Tahun 1998 tentang
Penggabungan,
Peleburan, dan
Pengambilalihan
Perseroan Terbatas;
Peraturan Bank Indonesia
Nomor 9/12/PBI/2007
tentang Insentif dalam
Rangka Konsolidasi
Perbankan;
Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 15/2/DPNP
perihal Kepemilikan
Tunggal pada Perbankan
Indonesia;
SK Bank Indonesia
No.32/51/KEP/DIR
tanggal 14 Mei 1999,
tentang Persyaratan dan
Tata Cara Merger,
Konsolidasi Akuisisi
Bank Umum.

19

Anda mungkin juga menyukai