Anda di halaman 1dari 2

CERPEN LINGKUNGAN

DIYAZ DAN KAWAN-KAWAN

Pada zaman dahulu, di sebuah negara yang bernama Negeri Abaz, terdapat sebuah hutan
yang sangat lebat dan sungai yang cukup besar di dalamnya, namanya Sungai Diyaz. Hutan
tersebut selalu ditutupi awan setiap harinya. Air sungainya pun sangat jernih dan menyegarkan.
Namun, pada suatu hari, terdengar kabar bahwa sebentar lagi di pinggir hutan akan dibangun
sebuah pabrik besar, pabrik pengolah bahan-bahan tekstil. Pabrik tersebut rencananya
dibangun tepat membelakangi sungai Diyaz. Para penghuni hutan sangat terkejut mendengar
kabar tersebut, terutama si Diyaz. Ia berpikir bahwa nantinya pabrik tekstil tersebut akan
membuang limbah-limbah hasil olahan pada dirinya. Jika itu terjadi, maka ia akan tercemar,
kelangsungan hidupnya akan terancam dan itu berarti semua penghuni hutan akan mati. Ia
tidak ingin hal itu terjadi.

Sungai Diyaz mempunyai seorang sahabat bernama awan Kinton. Awan Kinton tinggal
tepat di atas hutan. Dialah yang membuat suasana hutan selalu sejuk dan rindang. Awan
Kinton bercerita bahwa akhir-akhir ini di atas banyak sekali angin-angin jahat yang suka
merusak gugusan awan. Ia merasa sangat terganggu akan hal tersebut. Diyaz pun
menceritakan masalah yang dihadapi berkaitan dengan akan dibangunnya pabrik tekstil yang
letaknya persis di samping dirinya. Diyaz sangat khawatir mengenai hal ini dan ia tidak tahu apa
yang harus dilakukannya. Akhirnya mereka menemukan solusi permasalahannya, dan mulai
melaksanakannya.

Yang pertama bekerja adalah Kinton, ia bersama teman-temannya pergi ke atas area
pembangunan pabrik dan juga sungai. Dalam sekejap langit berubah menjadi gelap dan hujan
pun mulai turun. Semakin lama hujan yang turun semakin lebat. Hal ini membuat semua orang
di area pabrik langsung panik, mereka berlari kesana-kemari mencari tempat teduh. Pekerjaan
mereka pun tidak dapat terselesaikan dengan segera.

Sementara itu, di sungai, air mulai meluap. Awan-awan terus menurunkan hujan sebanyak-
banyaknya. Tidak lama kemudian, air luapan sungai mulai menggenangi tanah di area pabrik,
bahan-bahan bangunan yang belum sempat diselamatkan hanyut terbawa arus sungai. Begitu
juga dengan alat-alat yang digunakan, semua ikut hanyut bersama derasnya aliran air. Para
pekerja tidak ada yang berani utuk menyelamatkan.
Binatang-binatang pun mulai beraksi, mereka menyusup ke tempat pembangunan pabrik.
Ada yang mengganggu para pekerja agar tidak ada yang menyelamatkan alat-alat berat, ada
yang mencuri denah pembangunan pabrik dan lain-lain. Mereka bekerja dengan sangat baik
dan kompak.

Sementara itu, bukit-bukit batu mulai melongsorkan tanah dan bebatuan ke arah bangunan
pabrik dan alat-alat berat, sehingga semuanya hancur dan tidak bisa digunakan lagi. Bangunan
yang sebenarnya sudah hampir jadi, kini sudah rata dengan tanah. Yang tersisa hanya puing-
puing.

Para pekerja sangat kebingungan, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa
melihat bangunan yang baru saja mereka bangun, kini sudah hancur tak bersisa. Mereka pun
tidak tahu apakah pembangunan pabrik ini akan dilanjutkan atau tidak. Mereka tinggal
menunggu keputusan dari bos besar.

Setelah cukup lama hujan turun dengan derasnya, akhirnya mereda juga, awan-awan
kembali ke tempatnya masing-masing. Langit kembali terlihat cerah. Air sungai pun sudah
kembali mengalir seperti biasa. Namun, cerahnya langit itu rupanya berseberangan dengan raut
wajah para pekerja, mereka terlihat sangat sedih, kesal, dan juga marah.

Akhirnya, para pekerja pergi dari tempat pembangunan pabrik. Semua alat dan
perlengkapan ditinggalkan begitu saja. Mereka akan melapor kepada bos mereka tentang apa
yang baru saja terjadi di hutan.

Esok harinya, Raja Simba mengumpulkan semua penghuni hutan di rumahnya. Sang Raja
ingin berterima kasih kepada semuanya karena telah berhasil menyelamatkan hutan dari
pencemaran limbah pabrik. Sebagi tanda terima kasih, Sang Raja mengadakan acara pesta
dan makan besar untuk semua penghuni hutan. Semua terlihat sangat senang dan berbahagia.
Kini, pembangunan pabrik sudah tidak dilanjutkan lagi karena kerugian yang terlalu besar.
Hutan pun bebas dari ancaman polusi dan limbah pabrik. Penghuni hutan tidak lagi merasa
was-was untuk menjalani kehidupan seperti biasa. Mereka hidup dengan tenang dan
berdampingan satu dengan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai