Laporan Lengkap
Laporan Lengkap
1. GLUKOSA 5. LDL
2. KOLESTROL 6. SENG (Zn)
3. TRIGLISERIDA 7. HEMOGLOBIN
4. HDL 8. ANTROPOMETRI
OLEH :
NURLAILA TUSSAADAH
K11116321
KELOMPOK 1
KELAS C
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nutritional status (status gizi), adalah keadaan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi
yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan
asupan zat gizi yang berbeda antar individu, hal ini tergantung pada usia orang
tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya.
Pemanfaatan zat gizi dalam tubuh dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu primer dan
sekunder. Faktor primer adalah keadaan yang mempengaruhi asupan gizi
dikarenakan susunan makanan yang dikonsumsi tidak tepat, sedangkan faktor
sekunder adalah zat gizi tidak mencukupi kebutuhan tubuh karena adanya
gangguan pada pemanfaatan zat gizi dalam tubuh.
Menurut UNICEF menyebutkan bahwa kurang gizi disebabkan oleh
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Yang termasuk penyebab
langsung adalah asupan gizi yang kurang dan infeksi. Sedangkan yang termasuk
penyebab tidak langsung adalah kurangnya ketersediaan makanan di rumah dan
pola asuh anak yang jelek serta pelayanan kesehatan dan lingkungan yang
kurang baik. Menurut teori lain menyebutkan bahwa timbulnya masalah gizi
dipengaruhi oleh ketidakseimbangan dari tiga faktor, yaitu pejamu, agen, dan
lingkungan.
Akibat dari keadaan gizi kurang adalah pertumbuhan anak terganggu,
produksi tenaga yang kurang, kurangnya daya tahan tubuh, terganggunya
kecerdasan dan perilaku. Sedangkan akibat kelebihan gizi terjadinya
kegemukan yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif, seperti hipertensi,
penyakit kencing manis, penyakit jantung, dan lain-lain.
Menilai status gizi dapat dilakukan melalui beberapa metode pengukuran,
tergantung pada jenis kekurangan gizi. Hasil penilaian status gizi dapat
menggambarkan berbagai tingkat kekurangan gizi, misalnya status gizi yang
berhubungan dengan tingkat kesehatan, atau berhubungan dengan penyakit
tertentu. Menilai persediaan gizi tubuh dapat diukur melalui beberapa metode
penilaian. Gibson (2005) mengelompokkan cara penilaian status gizi menjadi
lima metode, yaitu antropometri, laboratorium, klinis, survei konsumsi pangan
dan faktor ekologi.
Salah satu metode penilaian status gizi ialah metode laboratorium.
Penentuan status gizi dengan metode laboratorium adalah salah satu metode
yang dilakukan secara langsung pada tubuh atau bagian tubuh. Tujuan penilaian
status gizi ini adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan zat gizi dalam
tubuh sebagai akibat dari asupan gizi dari makanan.
Metode laboratorium mencakup dua pengukuran yaitu uji biokimia dan uji
fungsi fisik. Uji biokimia adalah mengukur status gizi dengan menggunakan
peralatan laboratorium kimia. Tes biokimia mengukur zat gizi dalam cairan
tubuh atau jaringan tubuh atau ekskresi urin. Misalnya mengukur status iodium
dengan memeriksa urin, mengukur status hemoglobin dengan pemeriksaan
darah dan lainnya. Tes fungsi fisik merupakan kelanjutan dari tes biokimia atau
tes fisik. Sebagai contoh tes penglihatan mata (buta senja) sebagai gambaran
kekurangan vitamin A atau kekurangan zink. (Thamaria, 2017)
Supariasa (2002) menyebut penilaian status gizi metode laboratorium
dengan sebutan metode biokimia. Menurut Supariasa (2002) penilaian status
gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris
yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain : darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak
gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi spesifik.
Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang
lebih tepat dan objektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan
lain. Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah tenik pengukuran
kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urin.
Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar normal yang telah
ditetapkan. Adanya parasit dapat diketahui melalui pemeriksaan feses, urin, dan
darah karena kurang gizi sering berkaitan dengan prevalensi penyakit karena
parasit. (Supariasa, 2002)
Penentuan status gizi secara biokimia ada beberapa yaitu pemeriksaan gula
darah, pemeriksaan protein total, pemeriksaan albumin, pemeriksaan kolesterol
total, pemeriksaan HDL, pemeriksaan LDL, pemeriksaan trigliserida,
pemeriksaan asam urat, pemeriksaan status hemoglobin, dan penilaian status
Zink. (Sirajuddin, 2018)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hemoglobin, gula darah, kolesterol, trigliserida, HDL,
LDL, dan penilaian status Zink?
2. Bagaimana prosedur penilaian status gizi secara biokimia?
3. Berapa standar normal kadar hemoglobin, gula darah, kolesterol,
trigliserida, HDL, LDL, dan Zink?
4. Apa solusi yang tepat bagi seseorang yang tergolong kurang, normal, atau
lebih setelah melakukan pemeriksaan status gizi secara biokimia?
C. Tujuan Percobaan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
status gizi individu dengan metode biokimia atau metode laboratorium.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari percobaan ini adalah:
a. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dalam tubuh.
b. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan kadar gula darah sewaktu.
c. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan kadar kolesterol dalam tubuh.
d. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan kadar trigliserida dalam tubuh.
e. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan kadar HDL dalam tubuh.
f. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan kadar LDL dalam tubuh.
g. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan Zink dalam tubuh.
D. Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah agar dapat mengetahui status
gizi seseorang dengan metode laboratorium atau biokimia dengan melakukan
pemeriksaan gula darah, hemoglobin, kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, dan
Zink dalam tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) merupakan parameter yang paling umum digunakan
untuk menetapkan prevalensi anemia. Status Hemoglobin (Hb) dapat diartikan
sebagai keadaan kadar Hb seseorang yang diperoleh dari hasil pengukuran
dengan metode tertentu dan didasarkan pada standar yang telah ditetapkan.
Kadar hemoglobin yang kurang dari normal mengindikasikan kejadian anemia.
(Nurhaedah, 2013)
Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan
hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia.
(Supariasa, 2002)
Hemoglobin atau disingkat dengan Hb merupakan bagian penting pada
molekul hemoglobin adalah besi dan pigmen sel darah merah yang membawa
oksigen. Setiap molekul Hemoglobin terdiri dari protein (globin) dan 4 molekul
heme. Pengukuran Hemoglobin adalah cara paling umum digunakan untuk
melihat anemia karena kekurangan besi, namun karena orang yang tidak anemia
dan orang yang kekurangan besi saling beririsan pada nilai hemoglobin, maka
penggunaan konsentrasi hemoglobin tidak digunakan sebagai satu satunya
pengukuran status besi individu. Namun, dapat digunakan untuk melihat status
defisiensi besi pada suatu populasi pada situasi yang spesifik. (Thamaria, 2017)
Supariasa (2002), menyatakan bahwa status haemoglobin dapat
mempengaruhi prestasi dan aktifitas siswa termasuk dalam berolahraga. Hal ini
dapat dijelaskan karena apabila siswa mengalami anemia, maka konsentrasi
belajar dan aktifitasnya menjadi berkurang. Penurunan konsentrasi ini
disebabkan karena penderita anemia biasanya mengalami keadaan lemah, letih,
lesu, mudah mengantuk, nafas pendek, nafsu makan berkurang, bibir tampak
pucat, susah buang air besar, denyut jantung meningkat, kadang-kadang pusing,
sehingga pada akhirnya tidak bisa berkonsentrasi mengikuti pelajaran dan pada
akhirnya prestasi belajarnya berkurang. Anemia dapat mengakibatkan
kurangnya oksigen yang ditransportasikan ke sel tubuh maupun otak, sehingga
menimbulkan gejala letih, lesu dan cepat lelah. Akibatnya dapat menurunkan
kebugaran dan prestasi pada atlet (Soekirman, 2000).
Anemia ditandai dengan rendahnya kosentrasi hemoglobin (Hb) atau
hematokrit nilai ambang batas yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel
darah merah (eritrosit) dan Hb serta meningkatnya kerusakan eritrosit
(hemolisis), atau kehilangan darah yang berlebihan. Untuk mencegah dan
mengobati anemia, maka penentuan faktor-faktor penyebabnya sangat
diperlukan. Jika penyebabnya adalah masalah nutrisi, penilaian status gizi
dibutuhkan untuk mengidentifikasi nutrient yang berperan dalam kasus anemia.
Anemia gizi dapat disebabkan oleh berbagai macam nutrient penting pada
pembentukan hemoglobin (Dep. Gizi dan FKM UI, 2007).
Penentuan kadar hemoglobin dengan nilai batas untuk anemia yang
digunakan menurut WHO, 2001 adalah untuk umur 5 – 11 tahun < 11,5 g/L, 11
– 14 tahun < 12 g/L, remaja diatas 15 tahun untuk anak perempuan < 12 g/L
dan laki-laki 13 g/L.
Sedangkan pada orang dewasa nilai normal hemoglobin adalah sebagai
berikut.
Tabel II.1 Nilai Normal Hemoglobin Para Pria dan Wanita
Pria 13 – 16 g/dl
Wanita 12 – 14 g/dl
Sumber: Sirajuddin, 2018
B. Trigliserida
Trigliserida merupakan bentuk esterifikasi dari gliserol dengan asam lemak
yang disimpan dalam tubuh dengan konsentrasi energi yang tinggi. Trigliserida
mencapai hampir 95% dalam lemak. Strukturnya terdiri dari trihidroksi alkohol
yang diketahui sebagai gliserol yang terikat dengan 3 asam lemak (Hunt,
1995:119). Trigliserida dalam tubuh mempunyai cadangan energi, mengisolasi
suhu yang ekstrem, melindungi organ tubuh dari benturan, dan membantu tubuh
menggunakan karbohidrat dan protein secara efisien. (Thamaria, 2017)
Nilai normal kadar trigliserida adalah < 200 mg/dl. (Sirajuddin, 2018)
Telah dibuat suatu petunjuk (guidelines) yang menyatakan seseorang dalam
keadaan dislipidemia. Di negara Amerika Serikat ada tiga instansi yang telah
mengeluarkan petunjuk yaitu Departemen Kesehatan, Perkumpulan Penyakit
Jantung dan Expert Panel dari National Cholesterol Education Program
(NCEP). Berikut ini batasan-batasan lipida darah yang dikeluarkan oleh NCEP.
Tabel II.2 Klasifikasi Trigliserida berdasarkan National Cholesterol
Education Program (NCEP)
Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi
Trigliserida < 200 mg/dl Diinginkan
200 – 400 mg/dl Batas Tinggi
400 – 1000 mg/dl Tinggi
> 1000 mg/dl Sangat Tinggi
Sumber: The Expert Panel, Summary of the second report of the National
Cholesterol Education Program (NCEP). Dalam: Whitney, Eleanor Noss &
Corinne Blog Cataldo & Sharon Rady Rolfes, 1998. Understanding Normal
and Clinical Nutrition: Wadsworth Publishing Company, New York. P. 884.
Di Indonesia, Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia
(PERKI) membuat pedoman tata laksana dislipidemia dalam penanggulangan
penyakit jantung koroner yang membuat klasifikasi lipida darah sebagai
berikut.
Tabel II.3 Klasifikasi Trigliserida berdasarkan Persatuan Dokter Spesialis
Kardiovaskuler Indonesia (PERKI)
Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi
Trigliserida < 200 mg/dl Normal
METODE PRAKTIKUM
D. Prosedur Kerja
1. Analisis Status Seng (Zn)
a) Sediakan larutan ZnSO4 0,1% dalam gelas Beaker.
b) Masukkan ZnSO4 0,1% ke dalam spoit tanpa jarum sebanyak 3 – 5 ml.
c) Semprotkan larutan tersebut ke dalam mulut responden.
d) Cairan dibiarkan dalam mulut selama 10 detik, sesudah itu dibuang dan
kepada responden ditanyakan tentang apa yang dirasakan.
e) Kemudian dibandingkan apa yang dirasakan pasien dengan
pengategorian status seng (Zn) untuk mengetahui apakah responden
mengalami defisiensi seng (Zn) atau normal.
2. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
a) Siapkan peralatan.
b) Bersihkan jari yang akan diambil darahnya terlebih dahulu dengan kapas
yang mengandung alcohol (alcohol pads).
c) Gunakan auto lancet untuk mengambil darah pada jari yang telah diolesi
alkohol.
d) Buang darah pertama yang menetes, selanjutnya tetesan darah kedua
diambil dengan menggunakan microcuvette.
e) Lakukan pemeriksaan pada alat hemocue (hemoglobinmeter).
3. Pengambilan Spesimen
a) Pengambilan Darah Vena (Vena Puncture)
1) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan
2) Jika darah diambil pada bagian vena fossa cubiti. Pasang torniqued
pada lengan bagian atas dan mintalah pada orang yang diambil
darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa kali
agar vena jelas terlihat.
3) Tegakkanlah kulit di bagian lengan dengan jari-jari tangan kiri
supaya vena tidak bergerak-gerak pada saat tusukan.
4) Bersihkan bagian yang akan diambil darah dengan alkohol 70%.
5) Tusuklah bagian vena yang sudah dibersihkan dengan spoit sampai
ujung jarum masuk ke dalam lumen vena. Tarik penghisap spoit
perlahan-lahan sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat.
6) Lepaskan karet bendungan (torniqued).
7) Taruhlah kapas di atas jarum dan cabutlah spoit.
8) Bukalah jarum spoit dan alirkan perlahan-lahan dalam tabung
sentrifius secukupnya (± 3 ml) untuk dipisahkan serumnya, diamkan
5 – 10 menit sebelum disentrifius.
b) Cara mendapatkan serum
1) Darah yang telah diendapkan disentrifius dengan kecepatan 1500 –
3000 rpm selama 5 – 10 menit.
2) Pipet bagian yang atas (serum) dengan hati-hati ke dalam tabung
reaksi. Hindari terjadi hemolysis.
4. Pemeriksaan Glukosa
a) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
b) Isi tabung dengan larutan glukosa sebanyak 1000 µL.
c) Tambahkan sampel serum sebanyak 10 µL dan homogenkan.
d) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.
e) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
f) Ukur kadar glukosa dengan menggunakan alat fotometer analyzer,
dengan langkah sebagai berikut:
1) Sambungkan alat dengan sumber arus.
2) Tekan tombol power untuk mengaktifkan alat. Alat akan melakukan
pengecekan pada sistem.
3) Selanjutnya tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung
selangnya telah tersedia waterone dalam gelas beaker untuk
pencucian alat.
4) Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan muncul
beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah selanjutnya.
5) Lalu pilih parameter yang akan diukur, misalnya : “Glu-QCA” untuk
analisa glukosa.
6) Setelah itu, pilih “Water Blank” lalu tekan tombol penyedot, dimana
beaker yang berisi waterone diposisikan pada ujung selang penyedot
(aspirate/suck in), dan pada layar akan muncul nilai “Water Blank
0”.
7) Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung
selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.
8) Hasil yang berupa nilai glukosa akan muncul pada layar yang dapat
dicatat atau diprint.
9) Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker berisi
waterone pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate
(penyedot).
g) Catat nilai kadar glukosa yang akan tertera pada layar.
5. Pemeriksaan Kolesterol
a) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
b) Isi tabung dengan larutan kolesterol sebanyak 1000 µL.
c) Tambahkan sampel serum sebanyak 10 µL dan homogenkan.
d) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.
e) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
f) Ukur kadar kolesterol dengan menggunakan alat fotometer analyzer,
dengan langkah sebagai berikut:
1) Tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya telah
tersedia waterone dalam gelas beaker untuk pencucian alat.
2) Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan muncul
beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah selanjutnya.
3) Lalu pilih parameter yang akan diukur, misalnya : “Chol-QCA”
untuk analisa kolesterol.
4) Setelah itu, pilih “Water Blank” lalu tekan tombol penyedot, dimana
beaker yang berisi waterone diposisikan pada ujung selang penyedot
(aspirate/suck in), dan pada layar akan muncul nilai “Water Blank
0”.
5) Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung
selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.
6) Hasil yang berupa nilai kolesterol akan muncul pada layar yang
dapat dicatat atau diprint.
7) Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker berisi
waterone pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate
(penyedot).
g) Catat nilai kadar kolesterol yang akan tertera pada layar.
6. Pemeriksaan Trigliserida
a) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
b) Isi tabung dengan larutan trigliserida sebanyak 1000 µL.
c) Tambahkan sampel serum sebanyak 10 µL dan homogenkan.
d) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.
e) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
f) Ukur kadar trigliserida dengan menggunakan alat fotometer analyzer,
dengan langkah sebagai berikut:
1) Tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya telah
tersedia waterone dalam gelas beaker untuk pencucian alat.
2) Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan muncul
beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah selanjutnya.
3) Lalu pilih parameter yang akan diukur, misalnya : “TG-QCA” untuk
analisa trigliserida.
4) Setelah itu, pilih “Water Blank” lalu tekan tombol penyedot, dimana
beaker yang berisi waterone diposisikan pada ujung selang penyedot
(aspirate/suck in), dan pada laying akan muncul nilai “Water Blank
0”.
5) Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung
selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.
6) Hasil yang berupa nilai glukosa akan muncul pada layar yang dapat
dicatat atau diprint.
7) Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker berisi
waterone pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate
(penyedot).
g) Catat nilai kadar trigliserida yang akan tertera pada layar.
7. Pemeriksaan HDL
a) Pembuatan supernatan HDL
1) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
2) Isi tabung dengan sampel serum sebanyak 300 µL.
3) Tambahkan nodrop HDL sebanyak 1 tetes.
4) Tutup tabung dan pusingkan dengan alat centrifuge selama 5 menit.
5) Hasil pemusingan pada centrifuge merupakan supernatan.
b) Pemeriksaan HDL
1) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
2) Isi tabung dengan larutan kolesterol sebanyak 1000 µL.
3) Tambahkan sampel supernatan sebanyak 10 µL dan homogenkan.
4) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.
5) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
6) Ukur kadar HDL dengan menggunakan alat fotometer analyzer,
dengan langkah sebagai berikut:
a. Tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya
telah tersedia waterone dalam gelas beaker untuk pencucian alat.
b. Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan
muncul beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah
selanjutnya.
c. Lalu pilih parameter yang akan diukur, misalnya : “CHOL-
QCA” untuk analisa HDL.
d. Setelah itu, pilih “Water Blank” lalu tekan tombol penyedot,
dimana beaker yang berisi waterone diposisikan pada ujung
selang penyedot (aspirate/suck in), dan pada layar akan muncul
nilai “Water Blank 0”.
e. Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung
selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.
f. Hasil yang berupa nilai kolesterol akan muncul pada layar yang
dapat dicatat atau diprint.
g. Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker berisi
waterone pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate
(penyedot).
7) Catat nilai kadar HDL yang akan tertera pada layar.
8. Pemeriksaan LDL
a) Pembuatan Supernatan LDL
1) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
2) Isi tabung dengan sampel serum sebanyak 200 µL.
3) Tambahkan nodrop LDL sebanyak 3 tetes.
4) Tutup tabung dan pusingkan dengan alat centrifuge selama 5 menit.
5) Hasil pemusingan pada centrifuge merupakan supernatan.
b) Pemeriksaan LDL
1) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
2) Isi tabung dengan larutan kolesterol sebanyak 1000 µL.
3) Tambahkan sampel supernatan sebanyak 10 µL dan homogenkan.
4) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.
5) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
6) Ukur kadar LDL dengan menggunakan alat fotometer analyzer,
dengan langkah sebagai berikut:
a. Tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya
telah tersedia waterone dalam gelas beaker untuk pencucian alat.
b. Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan
muncul beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah
selanjutnya.
c. Lalu pilih parameter yang akan diukur, misalnya : “CHOL-
QCA” untuk analisa LDL.
d. Setelah itu, pilih “Water Blank” lalu tekan tombol penyedot,
dimana beaker yang berisi waterone diposisikan pada ujung
selang penyedot (aspirate/suck in), dan pada layar akan muncul
nilai “Water Blank 0”.
e. Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung
selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.
f. Hasil yang berupa nilai kolesterol akan muncul pada layar yang
dapat dicatat atau diprint.
g. Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker berisi
waterone pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate
(penyedot).
h. Kemudian pilih “Return” yakni kembali pada menu awal pada
layar.
i. Untuk menonaktifkan alat pilih “Shutdown” dan “OK” pada
layar cloes instrument. Pada proses ini sistem pada alat akan
mengaktifkan pencucian alat, sehingga tempatkan kembali
beaker waterone pada selang aspirate.
j. Pada layar akan muncul “please shutdown” kemudian tekan
tombol “OFF”.
k. Cabut sambungan listrik.
8) Catat nilai kadar LDL yang akan tertera pada layar.
BAB IV
A. Hasil
1. Analisis Status Seng (Zn)
Tabel IV.1 Hasil Analisis Status Seng (Zn) Nurlaila Tussaadah
Yang Dirasakan Setelah
Nama Disemprotkan Seng Sulfat Ke Keterangan
Dalam Mulut Selama 10 Detik
Mula-mula tidak merasakan sesuatu
dengan pasti, tetapi dalam beberapa Defisiensi
Nurlaila Tussaadah
detik kemudian terasa kering, kesat, Seng (Zn)
atau manis.
Sumber: Data Primer, 2018
2. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) Nurlaila Tussaadah
Nama Kadar Hemoglobin Keterangan
Nurlaila Tussaadah 13,8 g/dl Normal
Sumber: Data Primer, 2018
3. Pemeriksaan Glukosa
Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Glukosa Nurlaila Tussaadah
Nama Kadar Glukosa Keterangan
Nurlaila Tussaadah 101 mg/dl Normal
Sumber: Data Primer, 2018
4. Pemeriksaan Kolesterol
Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Kolesterol Nurlaila Tussaadah
Nama Kadar Kolesterol Keterangan
Nurlaila Tussaadah 152 mg/dl Normal
Sumber: Data Primer, 2018
5. Pemeriksaan Trigliserida
Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Trigliserida Nurlaila Tussaadah
Nama Kadar Trigliserida Keterangan
Nurlaila Tussaadah 57 mg/dl Normal
Sumber: Data Primer, 2018
6. Pemeriksaan HDL
Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan HDL Nurlaila Tussaadah
Nama Kadar HDL Keterangan
Nurlaila Tussaadah 48 mg/dl Normal
Sumber: Data Primer, 2018
7. Pemeriksaan LDL
Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan LDL Nurlaila Tussaadah
Nama Kadar LDL Keterangan
Nurlaila Tussaadah 52 mg/dl Normal
Sumber: Data Primer, 2018
B. Pembahasan
1. Analisis Status Seng (Zn)
Zinc adalah elemen penting yang melibatkan aktivitas lebih dari 300
enzim dan protein tubuh manusia. Satu peran penting seng adalah untuk
meningkatkan metalotionein protein yang mengikat logam berat dan
berfungsi sebagai fasilitas detoksifikasi logam berat.
Penelitian yang dilakukan oleh Sullivan menggunakan metode ELISA
menunjukkan hubungan antara suplementasi seng dan tingkat protein
metallothionein. Suplementasi seng 50 mg / hari untuk laki-laki dewasa
meningkatkan eritrosit dan monosyte metallothionein protein. (Sullivan,
1998).
Metode suplementasi seng adalah kelarutannya, bioavailabilitas, rasa,
efek samping, dan frekuensi dosis (Brown, 2002). Penyerapan atau
suplementasi seng terhadap asupan makanan berkisar antara 15-60%. Dosis
seng antara 5-20 mg per hari kebanyakan digunakan dalam banyak
penelitian untuk mengamati pengaruh seng terhadap pertumbuhan.
Suplementasi meta analisis menggunakan dosis 1,5-50 mg per hari dengan
pertimbangan jumlah material yang menghambat tingkat penyerapan.
Suplemen seng dengan dosis yang tepat harus dianalisis sebagai pencegahan
upaya untuk toksisitas logam berat. (Santosa, 2013)
Ada beberapa metode pemeriksaan status seng (Zn), salah satunya ialah
metode rasa. Metode rasa yang telah dijelaskan di atas ialah metode Kecap
Smith. Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa hasil analisis status
seng (Zn) Nurlaila Tussaadah dengan metode Kecap Smith ialah mula-mula
tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi dalam beberapa detik
kemudian terasa kering, kesat, atau manis. Ini menunjukkan bahwa Nurlaila
Tussaadah mengalami defisiensi seng (Zn).
Setelah mengetahui bahwa Nurlaila Tussaadah mengalami defisiensi
seng (Zn), maka sebaiknya Nurlaila Tussaadah memperbaiki asupan seng
(Zn) agar kandungan seng dalam tubuhnya sesuai batas normal dan dapat
terhindar dari dampak kekurangan seng, sebab seng memiliki peran yang
penting di dalam tubuh. Adapun upaya yang bisa dilakukan ialah
memperbaiki pola makan, perbanyak mengonsumsi makanan yang
merupakan sumber Zinc seperti, seafood, sayur-sayuran, kacang-kacangan,
biji-bijian, daging-dagingan, buah-buahan, dan makanan sumber energi.
2. Pemeriksaan Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) memiliki peran penting di antara protein darah
penting lainnya membawa nutrisi ke sel-sel darah. Sebagai protein
terkonjugasi, Hb rentan ditangkap senyawa dengan berat molekul rendah
seperti anhidrida asam organic/organic acid anhydrides (OAA) yang paling
sering didapatkan dari bahaya industri/pekerjaan. Ketersediaan Hb yang
terhambat atau menurun ke sel darah dapat menyebabkan anemia,
thalassemia dan porfiria. Seiring dengan gangguan ini, pekerja yang
terpapar OAA bisa juga terkena alergi tipe-I, alergi tipe-IV, masalah kulit,
rhinitis, dan asma. (Qureshi, 2014)
Nilai normal kadar hemoglobin dalam tubuh ialah 13 – 16 g/dl untuk
pria dan 12 – 14 g/dl untuk wanita. (Sirajuddin, 2018)
Dari rujukan tersebut, setelah membandingkan dengan hasil
pemeriksaan kadar hemoglobin Nurlaila Tussaadah menunjukkan bahwa
kadar hemoglobin Nurlaila Tussaadah normal dengan hasil 13,8 g/dl setelah
diukur menggunakan hemoglobinmeter dengan metode hemoque. Ini
merupakan hal yang bagus dan harus dipertahankan agar hemoglobin bisa
tetap berada pada rentang normal. Adapun yang bisa dilakukan ialah
berolahraga, konsumsi makanan yang mengandung zat besi, menghindari
makanan yang menghambat zat besi, meningkatkan asupan vitamin C, dan
lain-lain.
3. Pemeriksaan Glukosa
Nilai normal kadar glukosa adalah 75 – 115 mg/dl (Sirajuddin, 2018).
Dari rujukan tersebut mengenai kadar glukosa normal, maka hasil
pemeriksaan glukosa Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar
glukosa 101 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar glukosa
tubuh tidak kurang ataupun lebih. Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk
menjaga glukosa darah tetap normal yaitu seperti, olahraga secara teratur,
memilih pola makan yang sehat, menghindari makanan yang mengandung
banyak gula, menghindari stress, istirahat yang cukup, dan lain-lain.
4. Pemeriksaan Kolesterol
Nilai normal kadar kolesterol ialah < 200 mg/dl (Sirajuddin, 2018).
Dari rujukan tersebut mengenai kadar kolesterol normal, maka hasil
pemeriksaan kolesterol Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar
kolesterol 152 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar
kolesterol dalam tubuh tidak melewati batas normal. Adapun upaya yang
bisa dilakukan untuk menjaga kolesterol tubuh tetap normal yaitu seperti,
olahraga secara teratur, memilih pola makan yang sehat, menghindari stress,
istirahat yang cukup, dan lain-lain.
5. Pemeriksaan Trigliserida
Nilai normal kadar triglierida adalah < 200 mg/dl (Sirajuddin, 2018).
Dari rujukan tersebut mengenai kadar trigliserida normal, maka hasil
pemeriksaan trigliserida Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar
trigliserida 57 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar
trigliserida dalam tubuh tidak melewati batas normal. Adapun upaya yang
bisa dilakukan untuk menjaga trigliserida tubuh tetap normal yaitu seperti,
mengurangi makanan yang berkalori, olahraga secara teratur, mengonsumsi
lemak sehat, menjaga gula darah, dan lain-lain.
6. Pemeriksaan HDL
Nilai normal kadar HDL untuk pria ialah < 40 mg/dl dan untuk wanita
ialah < 50 mg/dl. Dari rujukan tersebut mengenai kadar HDL normal, maka
hasil pemeriksaan HDL Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar
HDL 48 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar HDL dalam
tubuh tetap normal. Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga HDL
tubuh tetap normal yaitu seperti, olahraga secara teratur, menjaga pola
makan dengan sangat baik, memilih jenis lemak yang sehat, memperbanyak
asupan asam lemak omega-3, perbanyak mengonsumsi serat, menghindari
lemak trans, menjaga berat badan tetap normal, dan lain-lain.
7. Pemeriksaan LDL
Nilai normal kadar LDL dalam tubuh ialah < 150 mg/dl. Dari rujukan
tersebut mengenai kadar LDL normal, maka hasil pemeriksaan LDL
Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar LDL 52 mg/dl. Hal ini
tentunya harus dipertahankan agar kadar LDL dalam tubuh tidak melewati
batas normal. Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga LDL tubuh
tetap normal yaitu seperti, olahraga secara teratur, mengonsumsi makanan
yang seimbang sesuai kebutuhan, menurunkan asupan nutrisi lemak jenuh,
mengonsumsi makanan yang kaya akan serat, dan istirahat yang cukup.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Status seng (Zn) Nurlaila Tussaadah dengan metode Kecap Smith diperoleh
hasil bahwa mula-mula tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi dalam
beberapa detik kemudian terasa kering, kesat, atau manis. Ini menunjukkan
bahwa Nurlaila Tussaadah mengalami defisiensi seng (Zn).
2. Kadar hemoglobin Nurlaila Tussaadah ialah 13,8 g/dl. Ini menunjukkan
bahwa kadar hemoglobin Nurlaila Tussaadah normal.
3. Kadar glukosa Nurlaila Tussaadah ialah 101 mg/dl. Ini menunjukkan bahwa
kadar glukosa Nurlaila Tussaadaah normal.
4. kadar trigliserida Nurlaila Tussaadah ialah 57 mg/dl. Ini menunjukkan
bahwa kadar trigliserida Nurlaila Tussaadah normal.
5. Kadar kolesterol Nurlaila Tussaadah ialah 152 mg/dl. Ini menunjukkan
bahwa kadar kolesterol Nurlaila Tussaadah normal.
6. Kadar HDL Nurlaila Tussaadah ialah 48 mg/dl. Ini menunjukkan bahwa
kadar HDL Nurlaila Tussaadah normal.
7. Kadar LDL Nurlaila Tussaadah ialah 52 mg/dl. Ini menunjukkan bahwa
kadar LDL Nurlaila Tussaadah normal.
B. Saran
a. Kepada Dosen
Mohon agar kiranya para dosen masuk sesuai jadwal yang telah
ditentukan dan sebaiknya dosen menjelaskan mengenai praktikum yang
akan dilaksanakan.
b. Kepada Asisten
Semoga bisa bekerja sama dengan praktikan sehingga proses praktikum
yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sebaiknya setiap
asisten mengawasi jalannya praktikum yang dilaksanakan oleh praktikan.
c. Laboratorium
Mohon agar laboratorium lebih diperbesar lagi agar praktikum yang
dilakukan lebih maksimal dan efektif. Sebaiknya pendingin ruangan
laboratorium bisa diperbaiki agar saat praktikan tidak merasa kepanasan,
serta mohon ditambahkan alat praktikum karena pada saat praktikum,
peralatannya terlalu tidak seimbang dengan jumlah praktikan yang banyak.
d. Kegiatan Praktikum
Agar kiranya praktikum dilakukan tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bintanah, S., et al. 2012. Asupan Serat Dengan Kadar Gula Darah, Kadar Kolesterol
Total dan Status Gizi Pada Pasien Diabetus Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit
Roemani Semarang. Seminar Hasil-Hasil Penelitian – LPPM UNIMUS 2012, hal.
289 – 297.
Nurhaedah, et al. 2013. Gambaran Status Gizi Antropometri dan Status
Hemoglobin Siswa Sekolah Sepak Bola Anyelir dan Sekolah Sepak Bola Bangau
Putra Makassar Tahun 2013, hal. 1 – 11.
Qureshi, S., et al. 2014. Hemoglobin Adducts In Paint Industry Workers: An
Electrophoretic Analysis. Research Article INTERNATIONAL JOURNAL
“Advancements in Life Sciences” Vol. 1, Issue 4, hal. 208 – 216.
Santosa, B., et al. 2013. Zinc Supplementation Dosage Variations to
Metallothionein Protein Level of Rattus norvegicus. International Journal of
Science and Engineering (IJSE) Vol. 5(2)2013, hal. 15 – 17.
Shryock, H. 1982. Penuntun Perawatan & Pengobatan Modern. Bandung :
Indonesia Publishing House.
Sirajuddin, S., et al. 2018. Penuntun Praktikum Dasar Kesehatan Masyarakat Di
Laboratorium Kimia Biofisik. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Supariasa, I. D. N., et al. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Thamaria, N., et al. 2017. Bahan Ajar Penilaian Status Gizi [e-book]. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Edisi 2017.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/PENILAIAN-STATUS-GIZI-FINAL-SC.pdf [diakses 22
Maret 2018]
Wongkar, M. C., et al. 2013. Hubungan Status Gizi Dengan Kadar Kolesterol Total
Pada Masyarakat Di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Manado. ejournal
keperawatan (e-Kp) volume 1. Nomor 1. Agustus 2013, hal. 1 – 7.
Tinjauan Pustaka.