Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI

1. GLUKOSA 5. LDL
2. KOLESTROL 6. SENG (Zn)
3. TRIGLISERIDA 7. HEMOGLOBIN
4. HDL 8. ANTROPOMETRI

OLEH :
NURLAILA TUSSAADAH
K11116321
KELOMPOK 1
KELAS C

LABORATORIUM KIMIA BIOFISIK


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nutritional status (status gizi), adalah keadaan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi
yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan
asupan zat gizi yang berbeda antar individu, hal ini tergantung pada usia orang
tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya.
Pemanfaatan zat gizi dalam tubuh dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu primer dan
sekunder. Faktor primer adalah keadaan yang mempengaruhi asupan gizi
dikarenakan susunan makanan yang dikonsumsi tidak tepat, sedangkan faktor
sekunder adalah zat gizi tidak mencukupi kebutuhan tubuh karena adanya
gangguan pada pemanfaatan zat gizi dalam tubuh.
Menurut UNICEF menyebutkan bahwa kurang gizi disebabkan oleh
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Yang termasuk penyebab
langsung adalah asupan gizi yang kurang dan infeksi. Sedangkan yang termasuk
penyebab tidak langsung adalah kurangnya ketersediaan makanan di rumah dan
pola asuh anak yang jelek serta pelayanan kesehatan dan lingkungan yang
kurang baik. Menurut teori lain menyebutkan bahwa timbulnya masalah gizi
dipengaruhi oleh ketidakseimbangan dari tiga faktor, yaitu pejamu, agen, dan
lingkungan.
Akibat dari keadaan gizi kurang adalah pertumbuhan anak terganggu,
produksi tenaga yang kurang, kurangnya daya tahan tubuh, terganggunya
kecerdasan dan perilaku. Sedangkan akibat kelebihan gizi terjadinya
kegemukan yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif, seperti hipertensi,
penyakit kencing manis, penyakit jantung, dan lain-lain.
Menilai status gizi dapat dilakukan melalui beberapa metode pengukuran,
tergantung pada jenis kekurangan gizi. Hasil penilaian status gizi dapat
menggambarkan berbagai tingkat kekurangan gizi, misalnya status gizi yang
berhubungan dengan tingkat kesehatan, atau berhubungan dengan penyakit
tertentu. Menilai persediaan gizi tubuh dapat diukur melalui beberapa metode
penilaian. Gibson (2005) mengelompokkan cara penilaian status gizi menjadi
lima metode, yaitu antropometri, laboratorium, klinis, survei konsumsi pangan
dan faktor ekologi.
Salah satu metode penilaian status gizi ialah metode laboratorium.
Penentuan status gizi dengan metode laboratorium adalah salah satu metode
yang dilakukan secara langsung pada tubuh atau bagian tubuh. Tujuan penilaian
status gizi ini adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan zat gizi dalam
tubuh sebagai akibat dari asupan gizi dari makanan.
Metode laboratorium mencakup dua pengukuran yaitu uji biokimia dan uji
fungsi fisik. Uji biokimia adalah mengukur status gizi dengan menggunakan
peralatan laboratorium kimia. Tes biokimia mengukur zat gizi dalam cairan
tubuh atau jaringan tubuh atau ekskresi urin. Misalnya mengukur status iodium
dengan memeriksa urin, mengukur status hemoglobin dengan pemeriksaan
darah dan lainnya. Tes fungsi fisik merupakan kelanjutan dari tes biokimia atau
tes fisik. Sebagai contoh tes penglihatan mata (buta senja) sebagai gambaran
kekurangan vitamin A atau kekurangan zink. (Thamaria, 2017)
Supariasa (2002) menyebut penilaian status gizi metode laboratorium
dengan sebutan metode biokimia. Menurut Supariasa (2002) penilaian status
gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris
yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain : darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak
gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi spesifik.
Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang
lebih tepat dan objektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan
lain. Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah tenik pengukuran
kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urin.
Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar normal yang telah
ditetapkan. Adanya parasit dapat diketahui melalui pemeriksaan feses, urin, dan
darah karena kurang gizi sering berkaitan dengan prevalensi penyakit karena
parasit. (Supariasa, 2002)
Penentuan status gizi secara biokimia ada beberapa yaitu pemeriksaan gula
darah, pemeriksaan protein total, pemeriksaan albumin, pemeriksaan kolesterol
total, pemeriksaan HDL, pemeriksaan LDL, pemeriksaan trigliserida,
pemeriksaan asam urat, pemeriksaan status hemoglobin, dan penilaian status
Zink. (Sirajuddin, 2018)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hemoglobin, gula darah, kolesterol, trigliserida, HDL,
LDL, dan penilaian status Zink?
2. Bagaimana prosedur penilaian status gizi secara biokimia?
3. Berapa standar normal kadar hemoglobin, gula darah, kolesterol,
trigliserida, HDL, LDL, dan Zink?
4. Apa solusi yang tepat bagi seseorang yang tergolong kurang, normal, atau
lebih setelah melakukan pemeriksaan status gizi secara biokimia?

C. Tujuan Percobaan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
status gizi individu dengan metode biokimia atau metode laboratorium.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari percobaan ini adalah:
a. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dalam tubuh.
b. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan kadar gula darah sewaktu.
c. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan kadar kolesterol dalam tubuh.
d. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan kadar trigliserida dalam tubuh.
e. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan kadar HDL dalam tubuh.
f. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan kadar LDL dalam tubuh.
g. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan
pemeriksaan Zink dalam tubuh.

D. Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah agar dapat mengetahui status
gizi seseorang dengan metode laboratorium atau biokimia dengan melakukan
pemeriksaan gula darah, hemoglobin, kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, dan
Zink dalam tubuh.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) merupakan parameter yang paling umum digunakan
untuk menetapkan prevalensi anemia. Status Hemoglobin (Hb) dapat diartikan
sebagai keadaan kadar Hb seseorang yang diperoleh dari hasil pengukuran
dengan metode tertentu dan didasarkan pada standar yang telah ditetapkan.
Kadar hemoglobin yang kurang dari normal mengindikasikan kejadian anemia.
(Nurhaedah, 2013)
Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan
hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia.
(Supariasa, 2002)
Hemoglobin atau disingkat dengan Hb merupakan bagian penting pada
molekul hemoglobin adalah besi dan pigmen sel darah merah yang membawa
oksigen. Setiap molekul Hemoglobin terdiri dari protein (globin) dan 4 molekul
heme. Pengukuran Hemoglobin adalah cara paling umum digunakan untuk
melihat anemia karena kekurangan besi, namun karena orang yang tidak anemia
dan orang yang kekurangan besi saling beririsan pada nilai hemoglobin, maka
penggunaan konsentrasi hemoglobin tidak digunakan sebagai satu satunya
pengukuran status besi individu. Namun, dapat digunakan untuk melihat status
defisiensi besi pada suatu populasi pada situasi yang spesifik. (Thamaria, 2017)
Supariasa (2002), menyatakan bahwa status haemoglobin dapat
mempengaruhi prestasi dan aktifitas siswa termasuk dalam berolahraga. Hal ini
dapat dijelaskan karena apabila siswa mengalami anemia, maka konsentrasi
belajar dan aktifitasnya menjadi berkurang. Penurunan konsentrasi ini
disebabkan karena penderita anemia biasanya mengalami keadaan lemah, letih,
lesu, mudah mengantuk, nafas pendek, nafsu makan berkurang, bibir tampak
pucat, susah buang air besar, denyut jantung meningkat, kadang-kadang pusing,
sehingga pada akhirnya tidak bisa berkonsentrasi mengikuti pelajaran dan pada
akhirnya prestasi belajarnya berkurang. Anemia dapat mengakibatkan
kurangnya oksigen yang ditransportasikan ke sel tubuh maupun otak, sehingga
menimbulkan gejala letih, lesu dan cepat lelah. Akibatnya dapat menurunkan
kebugaran dan prestasi pada atlet (Soekirman, 2000).
Anemia ditandai dengan rendahnya kosentrasi hemoglobin (Hb) atau
hematokrit nilai ambang batas yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel
darah merah (eritrosit) dan Hb serta meningkatnya kerusakan eritrosit
(hemolisis), atau kehilangan darah yang berlebihan. Untuk mencegah dan
mengobati anemia, maka penentuan faktor-faktor penyebabnya sangat
diperlukan. Jika penyebabnya adalah masalah nutrisi, penilaian status gizi
dibutuhkan untuk mengidentifikasi nutrient yang berperan dalam kasus anemia.
Anemia gizi dapat disebabkan oleh berbagai macam nutrient penting pada
pembentukan hemoglobin (Dep. Gizi dan FKM UI, 2007).
Penentuan kadar hemoglobin dengan nilai batas untuk anemia yang
digunakan menurut WHO, 2001 adalah untuk umur 5 – 11 tahun < 11,5 g/L, 11
– 14 tahun < 12 g/L, remaja diatas 15 tahun untuk anak perempuan < 12 g/L
dan laki-laki 13 g/L.
Sedangkan pada orang dewasa nilai normal hemoglobin adalah sebagai
berikut.
Tabel II.1 Nilai Normal Hemoglobin Para Pria dan Wanita
Pria 13 – 16 g/dl
Wanita 12 – 14 g/dl
Sumber: Sirajuddin, 2018
B. Trigliserida
Trigliserida merupakan bentuk esterifikasi dari gliserol dengan asam lemak
yang disimpan dalam tubuh dengan konsentrasi energi yang tinggi. Trigliserida
mencapai hampir 95% dalam lemak. Strukturnya terdiri dari trihidroksi alkohol
yang diketahui sebagai gliserol yang terikat dengan 3 asam lemak (Hunt,
1995:119). Trigliserida dalam tubuh mempunyai cadangan energi, mengisolasi
suhu yang ekstrem, melindungi organ tubuh dari benturan, dan membantu tubuh
menggunakan karbohidrat dan protein secara efisien. (Thamaria, 2017)
Nilai normal kadar trigliserida adalah < 200 mg/dl. (Sirajuddin, 2018)
Telah dibuat suatu petunjuk (guidelines) yang menyatakan seseorang dalam
keadaan dislipidemia. Di negara Amerika Serikat ada tiga instansi yang telah
mengeluarkan petunjuk yaitu Departemen Kesehatan, Perkumpulan Penyakit
Jantung dan Expert Panel dari National Cholesterol Education Program
(NCEP). Berikut ini batasan-batasan lipida darah yang dikeluarkan oleh NCEP.
Tabel II.2 Klasifikasi Trigliserida berdasarkan National Cholesterol
Education Program (NCEP)
Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi
Trigliserida < 200 mg/dl Diinginkan
200 – 400 mg/dl Batas Tinggi
400 – 1000 mg/dl Tinggi
> 1000 mg/dl Sangat Tinggi
Sumber: The Expert Panel, Summary of the second report of the National
Cholesterol Education Program (NCEP). Dalam: Whitney, Eleanor Noss &
Corinne Blog Cataldo & Sharon Rady Rolfes, 1998. Understanding Normal
and Clinical Nutrition: Wadsworth Publishing Company, New York. P. 884.
Di Indonesia, Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia
(PERKI) membuat pedoman tata laksana dislipidemia dalam penanggulangan
penyakit jantung koroner yang membuat klasifikasi lipida darah sebagai
berikut.
Tabel II.3 Klasifikasi Trigliserida berdasarkan Persatuan Dokter Spesialis
Kardiovaskuler Indonesia (PERKI)
Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi
Trigliserida < 200 mg/dl Normal

Sumber: Thamaria, 2017


C. Kolesterol Total
Kolesterol total merupakan indikator dalam menentukan risiko penyakit
kardiovaskular. Status gizi dapat dikatakan sebagai bentuk ketidakseimbangan
antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh yang mengakibatkan gizi
kurang maupun gizi lebih. Penentuan status gizi dilakukan dengan perhitungan
indeks massa tubuh sebagai indikator untuk menilai obesitas. Kadar kolesterol
total yang tinggi disertai dengan obesitas berhubungan dengan kondisi patologis
seperti aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. (Wongkar, 2013)
Bentuk kombinasi kolesterol dengan asam lemak adalah ester kolesteroid.
Kolesterol terdapat dalam lemak hewani tetapi tidak dijumpai dalam bentuk
nabati. Kolesterol merupakan komponen penting dalam membran sel dan
merupakan prekurson hormon steroid dalam kelenjar adrenal dan precursor
asam-asam empedu dalam hati. Kolesterol juga membantu tubuh dalam
mengabsorbsi vitamin D dengan bantuan sinar ultraviolet. Kolesterol selalu
terikat dengan lemak. Lemak jenuh meningkatkan sirkulasi jumlah kolesterol
dalam darah sedangkan lemak tak jenuh ganda akan menurunkan kolesterol.
Sebagian kolesterol tubuh berasal dari sintesis (kira-kira 1 gr/hr) sedang
sekitar 0,3 gr/hr dilengkapi oleh makanan rata-rata. Kolesterol dibuang melalui
2 jalan utama: konversi menjadi asam empedu dan ekskresi sterol netral dalam
feses. Kolesterol dalam makanan diserap dari usus dan bersama dengan lipid
lain termasuk kolesterol yang disintesis dalam usus, diinkorporasikan ke dalam
chyclomicron dan VLDL. Dari kolesterol yang diserap 80-90% di dalam getah
bening diesterifikasi dengan asam lemak berantai panjang. Pada manusia
kolesterol plasma adalah sekitar 200 mg/dl meningkat dengan bertambahnya
umur walaupun terdapat variasi besar di antara individu satu dengan lainnya.
Karena sifatnya yang tidak larut dalam air, agar lemak dapat diangkut dalam
plasma maka diikat oleh protein khususnya lipoprotein. Lima golongan
lipoprotein yang mempunyai peranan utama dalam transport dan metabolisme
lipid terdapat dalam plasma yaitu chylomicron yang berasal dari penyerapan
triasilgliserol di usus, VLDL (pre-β lipoprotein) yang berasal dari hati untuk
ekspor triasilgliserol, LDL (β- lipoprotein) yang menunjukkan stadium akhir
pada katabolisme VLDL dan chylomicron, HDL (α- lipoprotein) yang terlibat
dalam metabolisme VLDL dan chylomicron dan juga metabolisme kolesterol,
dan asam lemak bebas (Free Fatty Acid) yang umumnya tidak diklasifikasikan
dengan lipoprotein plasma lain karena strukturnya berbeda, terdiri atas asam-
asam lemak rantai panjang yang berkaitan dengan albumin serum. (Thamaria,
2017)
Status gizi lebih yang berdampak pada obesitas akan mengarah pada
peningkatan resiko hipertensi, resistensi insulin/diabetes mellitus tipe 2,
penyakit jantung koroner (PJK), dan dislipidemia. Komponen dislipidemia
termasuk kadar kolesterol total tinggi, kadar trigliserida tinggi, kolesterol-HDL
rendah, dan kolesterol-LDL tinggi memiliki peran utama dalam peningkatan
aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. (Shah, 2008)
Hiperkolesterolemia atau peningkatan kadar kolesterol total umumnya tidak
menimbulkan gejala, sehingga pemeriksaan untuk pencegahan dan pemeriksaan
rutin kadar kolesterol diperlukan sebagai tindakan pencegahan bagi individu
yang beresiko tinggi (Shah, 2008). Peningkatan kadar kolesterol yang
merupakan resiko terhadap penyakit jantung dan stroke mempunyai perkiraan
angka kematian di dunia sekitar 2,6 juta. Angka kematian tertinggi sekitar 54%
terjadi di Eropa, kemudian Amerika 48%. Wilayah Afrika dan Asia Tenggara
menunjukkan 22,6% untuk Afrika dan 29,0% untuk Asia Tenggara (World
Health Organization (WHO), 2013).
Nilai normal kadar kolesterol adalah < 200 mg/dL (Sirajuddin, 2018).
Berikut beberapa rujukan klasifikasi kolesterol total.
Tabel II.4 Klasifikasi Kolesterol Total berdasarkan National Cholesterol
Education Program (NCEP)
Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi
Kolesterol total < 200 mg/dl Diinginkan
200-239 mg/dl Batas Tinggi
≥ 240 mg/dl Tinggi
Sumber: The Expert Panel, Summary of the second report of the National
Cholesterol Education Program (NCEP). Dalam: Whitney, Eleanor Noss &
Corinne Blog Cataldo & Sharon Rady Rolfes, 1998. Understanding Normal
and Clinical Nutrition: Wadsworth Publishing Company, New York. P. 884.

Tabel II.5 Klasifikasi Kolesterol Total berdasarkan Persatuan Dokter Spesialis


Kardiovaskuler Indonesia (PERKI)
Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi
Kolesterol total < 200 mg/dl Kadar ideal
200-239 mg/dl Batas tinggi
≥ 240 mg/dl Tinggi
Sumber: Thamaria, 2017
D. Low Density Lipoprotein Cholesterol (LDC-C)
Meskipun istilah low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein
(HDL) digunakan secara tunggal, namun dalam publikasi ilmiah telah cukup
dikenal. Ada enam kelompok besar partikel lipoprotein, yaitu: chylomicrons,
very low density lipoprotein (VLDLs), intermediate density lipoprotein (IDLs),
LDLs, HDLs dan lipoprotein.
Low density lipoprotein berfungsi untuk mengangkut sebagian besar
kolesterol dalam sirkulasi darah. Tingginya LDL kolesterol sangat kuat dan
positif berkaitan dengan peningkatan risiko atherosclerosis. LDL merupakan
hasil pemecahan lipoprotein kepadatan sedang yang kehilangan sebagian besar
kandungan trigliserida dan Apo E-nya. Kolesterol di dalam tubuh berasal dari
makanan (kolestrol eksogen) dan dibuat oleh hati (kolesterol endogen)
berikatan dengan apoprotein B-100 dalam remnant VLDL membentuk LDL.
LDL merupakan pengangkut kolesterol utama dari hati ke seluruh jaringan
ekstra-hepatik sebagai bahan baku pembentukan dinding sel dan sumber
biosintesis hormon steroid melalui mekanisme afinitas spesifik tinggi reseptor
apo –B-100/E. (Thamaria, 2017)
Nilai Normal kadar LDL adalah < 150 mg/dL (Sirajuddin, 2018). Berikut
beberapa rujukan klasifikasi kolesterol LDL.
Tabel II.6 Klasifikasi Kolesterol LDL berdasarkan National Cholesterol
Education Program (NCEP)
Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi
Kolesterol LDL < 130 mg/dl Diinginkan
130-159 mg/dl Batas Tinggi
≥ 160 mg/dl Tinggi
Sumber: The Expert Panel, Summary of the second report of the National
Cholesterol Education Program (NCEP). Dalam: Whitney, Eleanor Noss &
Corinne Blog Cataldo & Sharon Rady Rolfes, 1998. Understanding Normal
and Clinical Nutrition: Wadsworth Publishing Company, New York. P. 884.
Tabel II.7 Klasifikasi Kolesterol LDL berdasarkan Persatuan Dokter
Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI)
Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi
Kolesterol LDL < 130 mg/dl Kadar ideal
130-159 mg/dl Batas tinggi
≥ 160 mg/dl Tinggi
Sumber: Thamaria, 2017
E. High Density Lipoprotein Cholesterol (HDL-C)
HDL-C merupakan jenis lipoprotein yang mengangkut kolesterol kembali
ke dalam liver dari sel peripheral; komposisinya yang terbanyak berupa protein.
Konsentrasi HDL-C mempunyai korelasi negatif dengan perkembangan
risiko penyakit jantung. Densitas HDL berkisar 1063-1210 g/l mempunyai
mobilitas alpha, dan 50% terdiri dari protein. HDL dibentuk dalam liver dan
usus halus dan bertanggung jawab untuk membawa 20-30% dari kolesterol
total. HDL-C kaya akan partikel protein sebagai media mengembalikan
kolesterol dari jaringan ke liver. Apo A-I dan apo A-II adalah sebagian besar
protein. HDL dibentuk di hati dari trigliserida dan kolesterol dengan apoprotein
A, B, C dan E sebagai bahan utama. HDL membawa sedikit lemak dan protein
sebagai wahana pengangkutan kolesterol dari sel-sel jaringan ke dalam sel
hepar untuk dikatabolisme dan dibuang sebagai asam empedu. HDL sangat
penting di dalam tubuh karena HDL berfungsi mengangkut kelebihan kolesterol
dari jaringan ekstra-hepatik ke hati untuk dikatabolisme, merupakan sumber
apoprotein untuk metabolisme remnant VLDL dan chylomicron, dapat
meningkatkan sintesa reseptor LDL, sehingga proses aterogenik terhambat, dan
merupakan bahan baku sintesa prostasiklin yang penting sebagai antitrombosis.
(Thamaria, 2017)
Nilai normal kadar HDL pada laki-laki adalah < 40 mg/dL dan pada
perempuan adalah < 50 mg/dL (Sirajuddin, 2018). Berikut beberapa klasifikasi
kolesterol HDL.
Tabel II.8 Klasifikasi Kolesterol HDL berdasarkan National Cholesterol
Education Program (NCEP)
Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi
Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl Beresiko
Sumber: The Expert Panel, Summary of the second report of the National
Cholesterol Education Program (NCEP). Dalam: Whitney, Eleanor Noss &
Corinne Blog Cataldo & Sharon Rady Rolfes, 1998. Understanding Normal
and Clinical Nutrition: Wadsworth Publishing Company, New York. P. 884.

Tabel II.7 Klasifikasi Kolesterol HDL berdasarkan Persatuan Dokter


Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI)
Jenis Lipida
Kadar Klasifikasi
Darah
Kolesterol ≥ 45 mg/dl Kadar ideal untuk wanita
HDL ≥ 35 mg/dl Kadar ideal untuk pria
Sumber: Thamaria, 2017
F. Glukosa Darah
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot
rangka. (Joyce LeeFever, 2007).
Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa.
Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme asam lemak,
tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran langsung
glukosa, dan proses ini juga menghasilkan metabolit-metabolit asam yang
berbahaya apabila dibiarkan menumpuk, sehingga kadar glukosa di dalam darah
dikendalikan oleh beberapa mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat
dapat mempertahankan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam
keadaan puasa. (Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2004).
Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak glukosa, secara
normal kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak melebihi 170 mg/dl.
Banyak hormon ikut serta dalam mempertahankan kadar glukosa darah yang
adekuat baik dalam keadaan normal maupun sebagai respon terhadap stres.
Pengukuran glukosa darah sering dilakukan untuk memantau keberhasilan
mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik
terlalu tinggi atau terlalu rendah, menandakan terjadinya 4 gangguan
homeostatis dan sudah semestinya mendorong tenaga analis kesehatan
melakukan pemeriksaan untuk mencari etiologinya. (Ronald A. Sacher, Richard
A. McPherson, 2004)
Kadar gula darah berkaitan dengan hiperglikemi dan hipoglikemi.
Hiperglikemi adalah keadaan dimana kadar gula darah tinggi di atas ambang
batas normal, sedangkan hipoglikemi adalah keadaan dimana kadar gula darah
rendah. Hiperglikemi disebabkan karena adanya penurunan respon terhadap
insulin oleh jaringan sasaran. Inilah yang menyebabkan kadar gula darah
meningkat dan menyebabkan terjadinya diabetes melitus.
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik. Menurut American
Diabetes Association (ADA) 2005, diabetes melitus merupakan penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes melitus ini disebabkan kelainan metabolisme zat hidrat arang
dengan 50% disebabkan faktor turunan, yang ditandai dengan air kemih yang
melimpah dan glukosa darah (gula darah) di dalam darah dan air kemih.
Diperkirakan bahwa penyakit gula disebabkan kerusakan pada “pulau-pulau
Langerhans” di dalam kelenjar ludah perut, yaitu sel-sel yang menghasilkan
insulin. Ketimpangan-ketimpangan lain di dalam jaringan-jaringan tubuh dapat
juga mengganggu metabolisme zat hidrat arang.
Penyakit gula bukan hanya berbahaya tetapi lazim terdapat di antara 4%
wanita dan 2% pria di Amerika Serikat. Penyakit ini kapan saja dapat
berkembang. Biasanya penyakit ini mulai kelihatan sewaktu tubuh memerlukan
tenaga seperti waktu mendapat cidera, infeksi yang hebat, atau ketegangan
emosi. Penyakit ini lebih sering terdapat di antara orang gendut daripada orang
yang berat badannya normal.
Dalam penyakit gula, cadangan dan pengeluaran glukosa berkurang dari
dalam hati dan prosesnya terganggu sehingga sel-sel tubuh menggunakan
glukosa itu sebagai sumber tenaga. Sebab itu penderita penyakit ini harus
menambah tenaga dari metabolisme gizi dan lemak lebih dari biasa.
Penyakit diabetes melitus ini ditandai dengan ditemukannya gula di dalam
air seni, dan kadar glukosa yang lebih tinggi di dalam darah, dan ternyata
dengan hasil penelitian penggunaan gula, penderita itu tidak menggunakan gula
darah dengan cepat sesudah makan sebagaimana biasanya. Glukosa bertumpuk
di dalam darah dan dibuang melalui air seni, bukan digunakan sebagai penghasil
tenaga.
Adapun kadar gula darah yang rendah disebabkan beberapa faktor sebagai
berikut :
1. Kadar gula menurun disebabkan oleh dosis insulin yang terlalu tinggi.
2. Setelah mendapat insulin lalu gagal memakan cukup makanan, kadar gula
dalam darah akan menurun.
3. Kadar gula menurun karena olahraga yang berlebihan.
4. Penyakit ini dapat berkembang bersama penyakit hati dimana gula darah
tidak dikeluarkan dari dalam hati atau disimpan di dalamnya sebagaimana
biasanya.
5. Kadar gula menurun sehubungan dengan alat-alat endokrin tertentu seperti
kelenjar anak ginjal dan kelenjar di bawah otak. (Harold Shryock, M. D.,
1982)
Nilai normal kadar glukosa adalah 75 – 115 mg/dl. (Sirajuddin, 2018)
G. Zinc (Zn)
Seng/Zinc adalah salah satu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan
dikelompokkan dalam golongan trace mineral. Fungsi seng terbilang sangat
penting bagi kelangsungan hidup sel-sel tubuh manusia. Seng dapat mudah
ditemukan pada berbagai jenis makanan yang kaya akan kandungan protein
seperti daging, kacang-kacangan, dan polong polongan. Asupan seng yang
dibutuhkan tubuh manusia sebenarnya sangat sedikit, namun ternyata
penyerapan seng oleh tubuh pun sangatlah kecil. Dari sekitar 4-14 mg/hari
jumlah seng yang dianjurkan untuk dikonsumsi, hanya sekitar 10-40% yang
dapat diserap. Sumber paling baik adalah sumber protein hewani, terutama
daging, hati, kerang, biji-bijian (lengkap), serealia, leguminosa dan telur.
(Thamaria, 2017)
Zinc adalah metaloenzim dan bekerja sebagai koenzim pada berbagai sistem
enzim. Lebih dari 80 enzim dan protein yang mengandung Zn telah ditemukan.
Tubuh mengandung 1 – 2 g zinc. Tulang, gigi, rambut, kulit, dan testis
mengandung banyak zinc. Dalam darah seng terdapat di plasma terikat pada
albumin dan globulin. (Supariasa, 2002)
Jumlah mineral seng dalam tubuh kira-kira 28 mg per Kg BB bebas lemak.
Hampir semua seng dalam darah berada dalam eritrosit, yaitu 1200 – 1300
µg/100 ml, sedangkan dalam serum hanya 120 µg/100 ml. (Sirajuddin, 2018)
Berikut ini merupakan fungsi dari zn.
1. Sebagai bagian dari enzim atau sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari
200 enzim.
2. Berperan dalam berbagai aspek metabolisme seperti reaksi yang berkaitan
dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida, dan asam nukleat.
3. Berperan dalam pemeliharaan keseimbangan asam basa.
4. Sebagai bagian integral enzim DNA polymerase dan RNA polymerase yang
diperlukan dalam sintesis DNA dan RNA.
5. Berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat, dan
penyembuhan luka.
6. Berperan dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan
pembentukan sperma.
7. Berperan dalam kekebalan, yaitu, dalam sel T dan pembentukan antibodi.
Kelebihan dan kekurangan unsur Zn akan mempunyai dampak terhadap
kesehatan. Berikut ini kelebihan dari Zn.
1. Kelebihan Zn hinggga 2 sampai 3 kali menurunkan absorbsi tembaga.
2. Kelebihan sampai 10 kali mempengaruhi metabolisme kolesterol,
mengubah nilai lipoprotein dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya
aterosklerosis.
3. Kelebihan sampai sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah,
diare, demam, kelelahan, anemia, dan gangguan reproduksi.
Adapun kekurangan Zn ialah sebagai berikut
1. Akibat kekurangan Zn pertumbuhan badan tidak sempurna (kerdil)
2. Gangguan dan keterlambatan pertumbuhan kematangan seksual. misalnya,
pencernaan terganggu, gangguan fungsi pangkreas, gangguan pembentukan
kilomikron dan kerusakan permukaan saluran cerna.
3. Kekurangan Zn mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak.
4. Kekurangan Zn mengganggu metabolisme dalam hal kekurangan vitamin
A, gangguan kelenjar tiroid, gangguan nafsu makan serta memperlambat
penyembuhan luka.
5. Tidak ada selera atau nafsu makan.
6. Kelelahan yang hebat.
7. Kerontokan pada rambut.
8. Ketidaknormalan pada kemampuan mengecap rasa dan mencium bau.
9. Kesulitan dalam melihat dikegelapan.
10. Menurunnya produksi hormon pada pria (infertilitas). (Thamaria, 2017)
Prinsip dari seng (Zn) ialah berperan pada molekul penerima rasa pada
lidah. Tingkat ketajaman rasa dapat menggambarkan apakah seseorang
mengalami defisiensi seng atau tidak. Seng sulfat akan merangsang molekul
penerima ras pada lidah sehingga ketajaman rasa dapat diukur. Metode analisis
status seng (Zn) ini disebut Kecap Smith. Adapun pengategorian status seng
(Zn) setelah menggunakan metode Kecap Smith ialah sebagai berikut:
1. Tidak merasakan apa-apa/seperti merasakan air biasa walaupun telah
ditunggu 10 detik.
2. Mula-mula tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi dalam beberapa
detik kemudian terasa kering, kesat, atau manis.
3. Segera merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tidak sampai menyakitkan
atau mengganggu, rasa tersebut makin lama makin kuat.
4. Segera timbul rasa yang kuat dan mengganggu sehingga responden
langsung meringis.
Responden yang termasuk kategori 1 dan 2 adalah yang menderita
defisiensi seng (Zn), sedangkan yang termasuk kategori 3 dan 4 adalah normal.
(Sirajuddin, 2018)
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin pada tanggal 28 Maret 2018,
pukul 08:00 – 12:00 WITA.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a) Spoit 3 – 5 ml
b) Torniqued
c) Rak tabung
d) Mikropipet 100 – 1000 µl
e) Sentrifuge
f) Hemoglobinmeter
g) Lancing devive
h) Fotometer analyzer
i) Gelas Beaker
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a) ZnSO4 0,1%
b) Alcohol pads
c) Blood lancet
d) Microcuvette
e) Larutan glukosa
f) Larutan kolesterol
g) Sampel serum
h) Nodrop HDL
i) Nodrop LDL
C. Peserta Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan oleh seluruh peserta Praktikum Dasar Kesmas
kelas C yang berjumlah 40 orang.

D. Prosedur Kerja
1. Analisis Status Seng (Zn)
a) Sediakan larutan ZnSO4 0,1% dalam gelas Beaker.
b) Masukkan ZnSO4 0,1% ke dalam spoit tanpa jarum sebanyak 3 – 5 ml.
c) Semprotkan larutan tersebut ke dalam mulut responden.
d) Cairan dibiarkan dalam mulut selama 10 detik, sesudah itu dibuang dan
kepada responden ditanyakan tentang apa yang dirasakan.
e) Kemudian dibandingkan apa yang dirasakan pasien dengan
pengategorian status seng (Zn) untuk mengetahui apakah responden
mengalami defisiensi seng (Zn) atau normal.
2. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
a) Siapkan peralatan.
b) Bersihkan jari yang akan diambil darahnya terlebih dahulu dengan kapas
yang mengandung alcohol (alcohol pads).
c) Gunakan auto lancet untuk mengambil darah pada jari yang telah diolesi
alkohol.
d) Buang darah pertama yang menetes, selanjutnya tetesan darah kedua
diambil dengan menggunakan microcuvette.
e) Lakukan pemeriksaan pada alat hemocue (hemoglobinmeter).
3. Pengambilan Spesimen
a) Pengambilan Darah Vena (Vena Puncture)
1) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan
2) Jika darah diambil pada bagian vena fossa cubiti. Pasang torniqued
pada lengan bagian atas dan mintalah pada orang yang diambil
darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa kali
agar vena jelas terlihat.
3) Tegakkanlah kulit di bagian lengan dengan jari-jari tangan kiri
supaya vena tidak bergerak-gerak pada saat tusukan.
4) Bersihkan bagian yang akan diambil darah dengan alkohol 70%.
5) Tusuklah bagian vena yang sudah dibersihkan dengan spoit sampai
ujung jarum masuk ke dalam lumen vena. Tarik penghisap spoit
perlahan-lahan sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat.
6) Lepaskan karet bendungan (torniqued).
7) Taruhlah kapas di atas jarum dan cabutlah spoit.
8) Bukalah jarum spoit dan alirkan perlahan-lahan dalam tabung
sentrifius secukupnya (± 3 ml) untuk dipisahkan serumnya, diamkan
5 – 10 menit sebelum disentrifius.
b) Cara mendapatkan serum
1) Darah yang telah diendapkan disentrifius dengan kecepatan 1500 –
3000 rpm selama 5 – 10 menit.
2) Pipet bagian yang atas (serum) dengan hati-hati ke dalam tabung
reaksi. Hindari terjadi hemolysis.
4. Pemeriksaan Glukosa
a) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
b) Isi tabung dengan larutan glukosa sebanyak 1000 µL.
c) Tambahkan sampel serum sebanyak 10 µL dan homogenkan.
d) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.
e) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
f) Ukur kadar glukosa dengan menggunakan alat fotometer analyzer,
dengan langkah sebagai berikut:
1) Sambungkan alat dengan sumber arus.
2) Tekan tombol power untuk mengaktifkan alat. Alat akan melakukan
pengecekan pada sistem.
3) Selanjutnya tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung
selangnya telah tersedia waterone dalam gelas beaker untuk
pencucian alat.
4) Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan muncul
beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah selanjutnya.
5) Lalu pilih parameter yang akan diukur, misalnya : “Glu-QCA” untuk
analisa glukosa.
6) Setelah itu, pilih “Water Blank” lalu tekan tombol penyedot, dimana
beaker yang berisi waterone diposisikan pada ujung selang penyedot
(aspirate/suck in), dan pada layar akan muncul nilai “Water Blank
0”.
7) Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung
selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.
8) Hasil yang berupa nilai glukosa akan muncul pada layar yang dapat
dicatat atau diprint.
9) Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker berisi
waterone pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate
(penyedot).
g) Catat nilai kadar glukosa yang akan tertera pada layar.
5. Pemeriksaan Kolesterol
a) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
b) Isi tabung dengan larutan kolesterol sebanyak 1000 µL.
c) Tambahkan sampel serum sebanyak 10 µL dan homogenkan.
d) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.
e) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
f) Ukur kadar kolesterol dengan menggunakan alat fotometer analyzer,
dengan langkah sebagai berikut:
1) Tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya telah
tersedia waterone dalam gelas beaker untuk pencucian alat.
2) Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan muncul
beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah selanjutnya.
3) Lalu pilih parameter yang akan diukur, misalnya : “Chol-QCA”
untuk analisa kolesterol.
4) Setelah itu, pilih “Water Blank” lalu tekan tombol penyedot, dimana
beaker yang berisi waterone diposisikan pada ujung selang penyedot
(aspirate/suck in), dan pada layar akan muncul nilai “Water Blank
0”.
5) Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung
selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.
6) Hasil yang berupa nilai kolesterol akan muncul pada layar yang
dapat dicatat atau diprint.
7) Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker berisi
waterone pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate
(penyedot).
g) Catat nilai kadar kolesterol yang akan tertera pada layar.
6. Pemeriksaan Trigliserida
a) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
b) Isi tabung dengan larutan trigliserida sebanyak 1000 µL.
c) Tambahkan sampel serum sebanyak 10 µL dan homogenkan.
d) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.
e) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
f) Ukur kadar trigliserida dengan menggunakan alat fotometer analyzer,
dengan langkah sebagai berikut:
1) Tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya telah
tersedia waterone dalam gelas beaker untuk pencucian alat.
2) Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan muncul
beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah selanjutnya.
3) Lalu pilih parameter yang akan diukur, misalnya : “TG-QCA” untuk
analisa trigliserida.
4) Setelah itu, pilih “Water Blank” lalu tekan tombol penyedot, dimana
beaker yang berisi waterone diposisikan pada ujung selang penyedot
(aspirate/suck in), dan pada laying akan muncul nilai “Water Blank
0”.
5) Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung
selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.
6) Hasil yang berupa nilai glukosa akan muncul pada layar yang dapat
dicatat atau diprint.
7) Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker berisi
waterone pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate
(penyedot).
g) Catat nilai kadar trigliserida yang akan tertera pada layar.
7. Pemeriksaan HDL
a) Pembuatan supernatan HDL
1) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
2) Isi tabung dengan sampel serum sebanyak 300 µL.
3) Tambahkan nodrop HDL sebanyak 1 tetes.
4) Tutup tabung dan pusingkan dengan alat centrifuge selama 5 menit.
5) Hasil pemusingan pada centrifuge merupakan supernatan.
b) Pemeriksaan HDL
1) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
2) Isi tabung dengan larutan kolesterol sebanyak 1000 µL.
3) Tambahkan sampel supernatan sebanyak 10 µL dan homogenkan.
4) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.
5) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
6) Ukur kadar HDL dengan menggunakan alat fotometer analyzer,
dengan langkah sebagai berikut:
a. Tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya
telah tersedia waterone dalam gelas beaker untuk pencucian alat.
b. Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan
muncul beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah
selanjutnya.
c. Lalu pilih parameter yang akan diukur, misalnya : “CHOL-
QCA” untuk analisa HDL.
d. Setelah itu, pilih “Water Blank” lalu tekan tombol penyedot,
dimana beaker yang berisi waterone diposisikan pada ujung
selang penyedot (aspirate/suck in), dan pada layar akan muncul
nilai “Water Blank 0”.
e. Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung
selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.
f. Hasil yang berupa nilai kolesterol akan muncul pada layar yang
dapat dicatat atau diprint.
g. Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker berisi
waterone pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate
(penyedot).
7) Catat nilai kadar HDL yang akan tertera pada layar.
8. Pemeriksaan LDL
a) Pembuatan Supernatan LDL
1) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
2) Isi tabung dengan sampel serum sebanyak 200 µL.
3) Tambahkan nodrop LDL sebanyak 3 tetes.
4) Tutup tabung dan pusingkan dengan alat centrifuge selama 5 menit.
5) Hasil pemusingan pada centrifuge merupakan supernatan.
b) Pemeriksaan LDL
1) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.
2) Isi tabung dengan larutan kolesterol sebanyak 1000 µL.
3) Tambahkan sampel supernatan sebanyak 10 µL dan homogenkan.
4) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.
5) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
6) Ukur kadar LDL dengan menggunakan alat fotometer analyzer,
dengan langkah sebagai berikut:
a. Tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya
telah tersedia waterone dalam gelas beaker untuk pencucian alat.
b. Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan
muncul beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah
selanjutnya.
c. Lalu pilih parameter yang akan diukur, misalnya : “CHOL-
QCA” untuk analisa LDL.
d. Setelah itu, pilih “Water Blank” lalu tekan tombol penyedot,
dimana beaker yang berisi waterone diposisikan pada ujung
selang penyedot (aspirate/suck in), dan pada layar akan muncul
nilai “Water Blank 0”.
e. Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung
selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.
f. Hasil yang berupa nilai kolesterol akan muncul pada layar yang
dapat dicatat atau diprint.
g. Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker berisi
waterone pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate
(penyedot).
h. Kemudian pilih “Return” yakni kembali pada menu awal pada
layar.
i. Untuk menonaktifkan alat pilih “Shutdown” dan “OK” pada
layar cloes instrument. Pada proses ini sistem pada alat akan
mengaktifkan pencucian alat, sehingga tempatkan kembali
beaker waterone pada selang aspirate.
j. Pada layar akan muncul “please shutdown” kemudian tekan
tombol “OFF”.
k. Cabut sambungan listrik.
8) Catat nilai kadar LDL yang akan tertera pada layar.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Analisis Status Seng (Zn)
Tabel IV.1 Hasil Analisis Status Seng (Zn) Nurlaila Tussaadah
Yang Dirasakan Setelah
Nama Disemprotkan Seng Sulfat Ke Keterangan
Dalam Mulut Selama 10 Detik
Mula-mula tidak merasakan sesuatu
dengan pasti, tetapi dalam beberapa Defisiensi
Nurlaila Tussaadah
detik kemudian terasa kering, kesat, Seng (Zn)
atau manis.
Sumber: Data Primer, 2018
2. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) Nurlaila Tussaadah
Nama Kadar Hemoglobin Keterangan
Nurlaila Tussaadah 13,8 g/dl Normal
Sumber: Data Primer, 2018
3. Pemeriksaan Glukosa
Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Glukosa Nurlaila Tussaadah
Nama Kadar Glukosa Keterangan
Nurlaila Tussaadah 101 mg/dl Normal
Sumber: Data Primer, 2018
4. Pemeriksaan Kolesterol
Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Kolesterol Nurlaila Tussaadah
Nama Kadar Kolesterol Keterangan
Nurlaila Tussaadah 152 mg/dl Normal
Sumber: Data Primer, 2018
5. Pemeriksaan Trigliserida
Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Trigliserida Nurlaila Tussaadah
Nama Kadar Trigliserida Keterangan
Nurlaila Tussaadah 57 mg/dl Normal
Sumber: Data Primer, 2018
6. Pemeriksaan HDL
Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan HDL Nurlaila Tussaadah
Nama Kadar HDL Keterangan
Nurlaila Tussaadah 48 mg/dl Normal
Sumber: Data Primer, 2018
7. Pemeriksaan LDL
Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan LDL Nurlaila Tussaadah
Nama Kadar LDL Keterangan
Nurlaila Tussaadah 52 mg/dl Normal
Sumber: Data Primer, 2018

B. Pembahasan
1. Analisis Status Seng (Zn)
Zinc adalah elemen penting yang melibatkan aktivitas lebih dari 300
enzim dan protein tubuh manusia. Satu peran penting seng adalah untuk
meningkatkan metalotionein protein yang mengikat logam berat dan
berfungsi sebagai fasilitas detoksifikasi logam berat.
Penelitian yang dilakukan oleh Sullivan menggunakan metode ELISA
menunjukkan hubungan antara suplementasi seng dan tingkat protein
metallothionein. Suplementasi seng 50 mg / hari untuk laki-laki dewasa
meningkatkan eritrosit dan monosyte metallothionein protein. (Sullivan,
1998).
Metode suplementasi seng adalah kelarutannya, bioavailabilitas, rasa,
efek samping, dan frekuensi dosis (Brown, 2002). Penyerapan atau
suplementasi seng terhadap asupan makanan berkisar antara 15-60%. Dosis
seng antara 5-20 mg per hari kebanyakan digunakan dalam banyak
penelitian untuk mengamati pengaruh seng terhadap pertumbuhan.
Suplementasi meta analisis menggunakan dosis 1,5-50 mg per hari dengan
pertimbangan jumlah material yang menghambat tingkat penyerapan.
Suplemen seng dengan dosis yang tepat harus dianalisis sebagai pencegahan
upaya untuk toksisitas logam berat. (Santosa, 2013)
Ada beberapa metode pemeriksaan status seng (Zn), salah satunya ialah
metode rasa. Metode rasa yang telah dijelaskan di atas ialah metode Kecap
Smith. Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa hasil analisis status
seng (Zn) Nurlaila Tussaadah dengan metode Kecap Smith ialah mula-mula
tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi dalam beberapa detik
kemudian terasa kering, kesat, atau manis. Ini menunjukkan bahwa Nurlaila
Tussaadah mengalami defisiensi seng (Zn).
Setelah mengetahui bahwa Nurlaila Tussaadah mengalami defisiensi
seng (Zn), maka sebaiknya Nurlaila Tussaadah memperbaiki asupan seng
(Zn) agar kandungan seng dalam tubuhnya sesuai batas normal dan dapat
terhindar dari dampak kekurangan seng, sebab seng memiliki peran yang
penting di dalam tubuh. Adapun upaya yang bisa dilakukan ialah
memperbaiki pola makan, perbanyak mengonsumsi makanan yang
merupakan sumber Zinc seperti, seafood, sayur-sayuran, kacang-kacangan,
biji-bijian, daging-dagingan, buah-buahan, dan makanan sumber energi.
2. Pemeriksaan Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) memiliki peran penting di antara protein darah
penting lainnya membawa nutrisi ke sel-sel darah. Sebagai protein
terkonjugasi, Hb rentan ditangkap senyawa dengan berat molekul rendah
seperti anhidrida asam organic/organic acid anhydrides (OAA) yang paling
sering didapatkan dari bahaya industri/pekerjaan. Ketersediaan Hb yang
terhambat atau menurun ke sel darah dapat menyebabkan anemia,
thalassemia dan porfiria. Seiring dengan gangguan ini, pekerja yang
terpapar OAA bisa juga terkena alergi tipe-I, alergi tipe-IV, masalah kulit,
rhinitis, dan asma. (Qureshi, 2014)
Nilai normal kadar hemoglobin dalam tubuh ialah 13 – 16 g/dl untuk
pria dan 12 – 14 g/dl untuk wanita. (Sirajuddin, 2018)
Dari rujukan tersebut, setelah membandingkan dengan hasil
pemeriksaan kadar hemoglobin Nurlaila Tussaadah menunjukkan bahwa
kadar hemoglobin Nurlaila Tussaadah normal dengan hasil 13,8 g/dl setelah
diukur menggunakan hemoglobinmeter dengan metode hemoque. Ini
merupakan hal yang bagus dan harus dipertahankan agar hemoglobin bisa
tetap berada pada rentang normal. Adapun yang bisa dilakukan ialah
berolahraga, konsumsi makanan yang mengandung zat besi, menghindari
makanan yang menghambat zat besi, meningkatkan asupan vitamin C, dan
lain-lain.
3. Pemeriksaan Glukosa
Nilai normal kadar glukosa adalah 75 – 115 mg/dl (Sirajuddin, 2018).
Dari rujukan tersebut mengenai kadar glukosa normal, maka hasil
pemeriksaan glukosa Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar
glukosa 101 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar glukosa
tubuh tidak kurang ataupun lebih. Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk
menjaga glukosa darah tetap normal yaitu seperti, olahraga secara teratur,
memilih pola makan yang sehat, menghindari makanan yang mengandung
banyak gula, menghindari stress, istirahat yang cukup, dan lain-lain.
4. Pemeriksaan Kolesterol
Nilai normal kadar kolesterol ialah < 200 mg/dl (Sirajuddin, 2018).
Dari rujukan tersebut mengenai kadar kolesterol normal, maka hasil
pemeriksaan kolesterol Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar
kolesterol 152 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar
kolesterol dalam tubuh tidak melewati batas normal. Adapun upaya yang
bisa dilakukan untuk menjaga kolesterol tubuh tetap normal yaitu seperti,
olahraga secara teratur, memilih pola makan yang sehat, menghindari stress,
istirahat yang cukup, dan lain-lain.
5. Pemeriksaan Trigliserida
Nilai normal kadar triglierida adalah < 200 mg/dl (Sirajuddin, 2018).
Dari rujukan tersebut mengenai kadar trigliserida normal, maka hasil
pemeriksaan trigliserida Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar
trigliserida 57 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar
trigliserida dalam tubuh tidak melewati batas normal. Adapun upaya yang
bisa dilakukan untuk menjaga trigliserida tubuh tetap normal yaitu seperti,
mengurangi makanan yang berkalori, olahraga secara teratur, mengonsumsi
lemak sehat, menjaga gula darah, dan lain-lain.
6. Pemeriksaan HDL
Nilai normal kadar HDL untuk pria ialah < 40 mg/dl dan untuk wanita
ialah < 50 mg/dl. Dari rujukan tersebut mengenai kadar HDL normal, maka
hasil pemeriksaan HDL Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar
HDL 48 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar HDL dalam
tubuh tetap normal. Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga HDL
tubuh tetap normal yaitu seperti, olahraga secara teratur, menjaga pola
makan dengan sangat baik, memilih jenis lemak yang sehat, memperbanyak
asupan asam lemak omega-3, perbanyak mengonsumsi serat, menghindari
lemak trans, menjaga berat badan tetap normal, dan lain-lain.
7. Pemeriksaan LDL
Nilai normal kadar LDL dalam tubuh ialah < 150 mg/dl. Dari rujukan
tersebut mengenai kadar LDL normal, maka hasil pemeriksaan LDL
Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar LDL 52 mg/dl. Hal ini
tentunya harus dipertahankan agar kadar LDL dalam tubuh tidak melewati
batas normal. Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga LDL tubuh
tetap normal yaitu seperti, olahraga secara teratur, mengonsumsi makanan
yang seimbang sesuai kebutuhan, menurunkan asupan nutrisi lemak jenuh,
mengonsumsi makanan yang kaya akan serat, dan istirahat yang cukup.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Status seng (Zn) Nurlaila Tussaadah dengan metode Kecap Smith diperoleh
hasil bahwa mula-mula tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi dalam
beberapa detik kemudian terasa kering, kesat, atau manis. Ini menunjukkan
bahwa Nurlaila Tussaadah mengalami defisiensi seng (Zn).
2. Kadar hemoglobin Nurlaila Tussaadah ialah 13,8 g/dl. Ini menunjukkan
bahwa kadar hemoglobin Nurlaila Tussaadah normal.
3. Kadar glukosa Nurlaila Tussaadah ialah 101 mg/dl. Ini menunjukkan bahwa
kadar glukosa Nurlaila Tussaadaah normal.
4. kadar trigliserida Nurlaila Tussaadah ialah 57 mg/dl. Ini menunjukkan
bahwa kadar trigliserida Nurlaila Tussaadah normal.
5. Kadar kolesterol Nurlaila Tussaadah ialah 152 mg/dl. Ini menunjukkan
bahwa kadar kolesterol Nurlaila Tussaadah normal.
6. Kadar HDL Nurlaila Tussaadah ialah 48 mg/dl. Ini menunjukkan bahwa
kadar HDL Nurlaila Tussaadah normal.
7. Kadar LDL Nurlaila Tussaadah ialah 52 mg/dl. Ini menunjukkan bahwa
kadar LDL Nurlaila Tussaadah normal.

B. Saran
a. Kepada Dosen
Mohon agar kiranya para dosen masuk sesuai jadwal yang telah
ditentukan dan sebaiknya dosen menjelaskan mengenai praktikum yang
akan dilaksanakan.
b. Kepada Asisten
Semoga bisa bekerja sama dengan praktikan sehingga proses praktikum
yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sebaiknya setiap
asisten mengawasi jalannya praktikum yang dilaksanakan oleh praktikan.
c. Laboratorium
Mohon agar laboratorium lebih diperbesar lagi agar praktikum yang
dilakukan lebih maksimal dan efektif. Sebaiknya pendingin ruangan
laboratorium bisa diperbaiki agar saat praktikan tidak merasa kepanasan,
serta mohon ditambahkan alat praktikum karena pada saat praktikum,
peralatannya terlalu tidak seimbang dengan jumlah praktikan yang banyak.
d. Kegiatan Praktikum
Agar kiranya praktikum dilakukan tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Bintanah, S., et al. 2012. Asupan Serat Dengan Kadar Gula Darah, Kadar Kolesterol
Total dan Status Gizi Pada Pasien Diabetus Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit
Roemani Semarang. Seminar Hasil-Hasil Penelitian – LPPM UNIMUS 2012, hal.
289 – 297.
Nurhaedah, et al. 2013. Gambaran Status Gizi Antropometri dan Status
Hemoglobin Siswa Sekolah Sepak Bola Anyelir dan Sekolah Sepak Bola Bangau
Putra Makassar Tahun 2013, hal. 1 – 11.
Qureshi, S., et al. 2014. Hemoglobin Adducts In Paint Industry Workers: An
Electrophoretic Analysis. Research Article INTERNATIONAL JOURNAL
“Advancements in Life Sciences” Vol. 1, Issue 4, hal. 208 – 216.
Santosa, B., et al. 2013. Zinc Supplementation Dosage Variations to
Metallothionein Protein Level of Rattus norvegicus. International Journal of
Science and Engineering (IJSE) Vol. 5(2)2013, hal. 15 – 17.
Shryock, H. 1982. Penuntun Perawatan & Pengobatan Modern. Bandung :
Indonesia Publishing House.
Sirajuddin, S., et al. 2018. Penuntun Praktikum Dasar Kesehatan Masyarakat Di
Laboratorium Kimia Biofisik. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Supariasa, I. D. N., et al. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Thamaria, N., et al. 2017. Bahan Ajar Penilaian Status Gizi [e-book]. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Edisi 2017.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/PENILAIAN-STATUS-GIZI-FINAL-SC.pdf [diakses 22
Maret 2018]
Wongkar, M. C., et al. 2013. Hubungan Status Gizi Dengan Kadar Kolesterol Total
Pada Masyarakat Di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Manado. ejournal
keperawatan (e-Kp) volume 1. Nomor 1. Agustus 2013, hal. 1 – 7.
Tinjauan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai