Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DIFUSI – OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

Disusun oleh:

Kelompok 1
1. Aryasa Yusuf Pratama (15304241036)
2. Hardini Larasati (15304241037)
3. Ihwan Noor Kurniawan (15304241038)
4. Latifah Kesi Nur Pratiwi (15304241039)
5. Mira (15304241040)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
I. JUDUL: DIFUSI-OSMOSIS DAN PENYERAPAN ZAT

II. TUJUAN
Kegiatan 1. Dapatkah air ber-simbiosis menembus membran sel jaringan tumbuhan?
1. Menentukan fakta mengenai gejala difusi-osmosis.
2. Mengamati efek konsentrasi larutan terhadap kecepatan difusi.
3. Menunjukkan arah gerakan air pada peristiwa difusi-osmosis.
4. Mendeskripsikan pengertian difusi dan osmosis.

Kegiatan 2. Mengukur potensial osmotik dan potensial air jaringan.


1. Mengetahui nilai PA umbi kentang.

Kegiatan 3. Potensial osmotik dan plasmolisis.


1. Menemukan fakta tentang gejala plasmolisis.
2. Menunjukkan faktor penyebab plasmolisis.
3. Mendeskripsikan peristiwa plasmolisis.
4. Menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik antara
cairan selnya dengan larutan di lingkungannya.

III. DASAR TEORI


Mekanisme lalu lintas membran sel dibedakan menjadi dua, yaitu tanspor pasif
dan transport aktif. Transpor pasif merupakan difusi suatu zat melintasi membran
biologis tanpa pengeluaran energi, misalnya difusi dan osmosis. Sedangkan transpor
aktif merupakan pergerakan zat melintasi membran plasma dengan diiringi penggunaan
energi akibat adanya gerakan yang melawan gradient konsentrasi yang diperantai oleh
membran plasma, misalnya transport natrium-kalium, eksositosis, dan endositosis
(Campbell 2010: 143).

 DIFUSI
Molekul-molekul selalu berada dalam keadaan gerak, dan gerak tersebut
disebabkan oleh tenaga dinamik yang disebut energi kinetis. Energi kinetis ini
merupakan sumber tenaga yang menyebabkan molekul-molekul saling menarik, akan
tetapi pada saat itu juga saling menolak. Difusi ialah penyebaran molekul-molekul
suatu zat. Penyebaran itu ditimbulkan oleh suatu gaya yang identik dengan energi
kinetis tersebut (D. Dwidjoseputro, 1994: 67).
Molekul memiliki tipe energi yang disebut gerak termal (panas/kalor). Salah
satu hasil gerak termal adalah difusi (difussion) (Campbell, dkk, 2010: 142). Baik zat
padat, zat cair, maupun gas molekul-molekulnya mempunyai kecenderungan untuk
menyebar ke segala arah sampai di mana terdapat suatu konsentrasi yang sama. Namun,
dari ketiga macam zat tersebut, gaslah yang paling mudah berdifusi. Arah gerakan
difusi yaitu dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat yang konsentrasinya
rendah (D. Dwidjoseputro, 1994: 67-68).

 OSMOSIS
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Osmosis berasal dari kata
os yang berarti lubang dan movea (to move) yang berarti pindah (D. Dwidjoseputro,
1994: 70). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui
selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke
tempat berkonsentrasi rendah.
Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin
besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya. Ekstraksi
osmosis merupakan peristiwa berpindahnya kadar air dalam sel melalui membran
semipermeabel dari keadaan sel yang hipotonis menuju hipertonis, sehingga terjadi
plasmolisis yang menyebabkan terlepasnya sitoplasma dari dinding sel (Rahmasari,
2014).
Membran bersifat semipermeabel, artinya molekul air dapat menembus
membran tersebut sedangkan bahan-bahan yang terlarut dalam air tersebut tidak dapat
menembus membran tersebut. Namun, pada kenyataannya, bersama-sama molekul air
akan ikut pula ion atau senyawa tertentu yang terlarut di dalamnya dan bergerak
menembus membran (Lakitan, 1993: 10-11). Secara umum, membran plasma memiliki
beberapa peran penting yaitu:
a. Sebagai pembatas lingkungan sitosolik dan lingkungan non sitosolik.
b. Mengatur permeabilitas terhadap senyawa-senyawa atau ion yang
melewatinya, sifat permeabilitas ini diatur oleh protein integral/protein
transmembran.
c. Protein membran berfungsi sebagai enzim khusus, misalnya pada membran
mitokondria, kloroplast, retikulum endoplasma, aparatus Golgi, membran
sel, dan lain-lain.
d. Membran sebagai kelompokan molekul yang dapat berfungsi sebagai
reseptor terhadap perubahan lingkungan seperti perubahan suhu, macam,
dan intensitas cahaya.

(Lehninger, 1982: 89).

Untuk mencari nilai osmosis digunakan rumus :

pv = nRT

p = nilai osmosis

v = volume dinyatakan dengan liter

n = jumlah gram molekul zat terlarut

R = ketetapan gas, yaitu 22,4/273

T = temperatur mutlak kelvin

(Dahlia, 2001: 66).

Air murni memiliki status energi bebas tertinggi dalam sistem cairan bebas
(tidak dipengaruhi oleh tekanan atau lainnya) sehingga memiliki Ψ tertinggi dalam
sebuah sistem yang menurut konvensi nilai Ψ pada tekanan atmosfer ditentukan nol
(Dahlia, 2001: 67).

Besarnya potensial air dari air murni dipengaruhi oleh tekanan dan suhu. Jika
tekanan ditingkatkan maka Ψ akan naik sedangkan jika tekanan diturunkan maka Ψ
akan turun. Walaupun Ψ dipengaruhi juga oleh suhu (dari hangat ke dingin) namun
dalam keadaan ini faktor suhu tak diperhitungkan (Dahlia, 2001: 67).

Besarnya potensial larutan cair, Ψ dipengaruhi oleh faktor ketiga yaitu adanya
partikel bahan terlarut yang larut didalamnya. Penambahan bahan terlarut akan
menurunkan Ψ. Contohnya nilai Ψ pada larutan gula lebih rendah dari larutan air murni
sehingga ketika kedua larutan tersebut dimasukan ke dalam pipa U yang dipisahkan
dengan filter semipermeabel, larutan air murni akan berpindah ke larutan gula sampai
nilai Ψ larutan gula sama dengan nilai Ψ larutan air murni (Dahlia, 2001: 67).
Potensial air, potensial osmotik, dan potensial tekanan dapat dirumuskan
menjadi: PA = PO + PT , jika tidak ada tekanan tambahan maka nilai PA = PO
(Dardjat, dkk, 1997: 54).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan osmotik:

1. Konsentrasi

2. Ionisasi molekul zat terlarut

3. Hidrasi molekul zat terlarut

4. Suhu

(Dardjat, dkk, 1997: 54-57).

 PLASMOLISIS
Karena difusi itu disebabkan oleh energi kinetis, maka diketahui bahwa sumber
gerakan molekul-molekul itu ada di tempat yang banyak terdapat molekul-molekul
dengan konsentrasi yang pekat. Maka gerakan difusi mengarah ke tempat yang
kekurangan molekul (Dwidjoseputro, 1978:59).
Migrasi molekul dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu sudut sumber dan sudut
tujuan. Dipandang dari sudut sumber, di situ terdapat suatu tekanan yang menyebabkan
molekul menyebar ke seluruh arah. Tekanan ini diberi nama tekanan difusi. Dipandang
dari sudut tujuan, dapat dikatakan bahwa tempat tujuan terdapat kekurangan (defisit)
molekul-molekul. Dapat dikatakan pula bahwa di sumber terdapat tekanan difusi yang
positif, sedangkan di daerah tujuan terdapat tekanan difusi yang negatif yang disebut
Defisit Tekanan Difusi (D.T.D) (Dwidjoseputro, 1978:59).
Tekanan yang menyebabkan berkembangnya dinding kantung disebut tekanan
turgor. Tekanan turgor ini selalu lebih rendah dari pada tekanan osmosis. Tekanan
osmosis sebenarnya sama saja dengan tekanan difusi. Tekanan turgor mungkin saja
sama dengan nol atau negatif (Dwidjoseputro, 1978:63).
Plasmolisis merupakan peristiwa dimana D.T.D (Defisit Tekanan Difusi) dalam
suatu sel lebih rendah daripada D.T.D larutan yang ada di sekitar sel, sehingga air akan
meninggalkan sel sampai D.T.D dalam dan D.T.D luar sel sama besar, dalam hal ini
kita anggap bahwa larutan di luar sel itu tak terbatas. Hal tersebut berakibat protoplas
yang kehilangan air menyusut volumenya dan akhirnya terlepas dari dinding sel. Sel di
dalam keadaan terplasmolisis memiliki D.T.D dan TO (Tekanan Osmosis) yang tinggi,
sebaliknya TT (Tekanan Turgor) menjadi negatif (Dwidjoseputro, 1978:67).
Suatu sel yang lembek direndam di dalam suatu larutan dengan konsentrasi zat
terlarut yang lebih tinggi dibandingkan dengan sel itu sendiri. Karena larutan eksternal
memiliki potensial air yang lebih kecil, air akan meninggalkan sel itu dengan cara
osmosis, sehingga sel itu akan mengalami plasmolisis atau mengkerut dan menjauh dari
dindingnya.

IV. ALAT & BAHAN


Kegiatan 1.
Alat:
 Pipa kaca berskala
 Cawan petri
 Pipet tetes
 Pisau tajam
 Pelubang gabus
 Karet penyumbat
Bahan:
 Larutan sukrosa 0%, 5%, 50%, dan 100%
 Umbi kentang

Kegiatan 2.
Alat:

 Pelubang gabus
 Pisau tajam (cutter)
 Penggaris
 Cawan petri

Bahan:

 Umbi kentang
 Seri larutan glukosa 0,14; 0,16; 0,18; 0,20; 0,22; dan 0,26 Molar
Kegiatan 3.
Alat:

 Mikroskop
 Gelas benda
 Cawan petri
 Silet
Bahan:
 Larutan sukrosa 0,14; 0,16; 0,18; 0,20; 0,22 dan 0,26 Molar
 Daun Rhoe discolor

V. CARA KERJA
Kegiatan 1.

Membuat irisan kentang bentuk kubus.

Membuat dua sumuran dengan pelubang gabus, diameter 2 cm dan dalam 2 cm (jangan
sampai tembus bagian dasar kentang).

Memasukkan larutan sukrosa pada sumuran sampai penuh.

Menutup lubang sumuran dengan karet penyumbat yang telah diberi pipa kaca berskala.
Pastikan rapat.

Menempatkan kentang pada cawan petri yang telah diisi sedikit air.

Mengamati perubahan ketinggian larutan sukrosa pada pipa kaca setiap 10 menit.
Kegiatan 2.

Membuat silinder umbi kentang dengan menggunakan pelubang gabus sebanyak 3 buah
dengan panjang masing-masing 3 cm.

Memasukkan 3 potong silinder kentang dalam seri larutan sukrosa 0,14; 0,16; 0,18;
0,20; 0,22 dan 0,26 Molar dalam cawan petri.

Mengerjakan dengan cepat untuk memperkecil terjadinya penguapan dari permukaan


silinder kentang.

Menutup rapat cawan petri teri dan membiarkannya selama 40 menit.

Mengambil dan mengukur panjang potongan-potongan silinder kentang tadi.


Kegiatan 3.

Menyiapkan 7 cawan petri yang berisi larutan sukrosa 0,14; 0,16; 0,18; 0,20; 0,22 dan 0,26
Molar masing-masing 10 ml.

Membuat beberapa sayatan epidermis permukaan bawan daun Rhoe discolor (Jadam, Md).

Memasukkan sayatan-sayatan tersebut ke dalam cawan petri yang telah berisi larutan
sukrosa, masing-masing kelompok larutan dengan 3 buah sayatan.

Membiarkan sayatan-sayatan tersebut selama 20 menit.

Mengamati sayatan tersebut dengan mikroskop. Untuk pengamatan ini, letakkan sayatan
pada gelas benda dan tetesi dengan setetes larutan yang digunakan untuk merendam,
kemudian mengamatinya di bawah mikroskop.

Menghitung sel yang terplasmolisis dan sel yang tidak terplasmolisis pada keenam variasi
larutan glukosa dalam satu bidang pandang saja setiap 5 menit sekali.

Menuangkan data yang diperoleh dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara
konsentrasi larutan sukrosa dengan tingkat plasmolisis yang terjadi .
VI. HASIL
Kegiatan 1.

Perubahan Volume pada Osmometer (ml)


Pengamatan
No. Larutan sukrosa Larutan sukrosa
menit ke- Larutan sukrosa 0% Larutan sukrosa 5%
50% 100%
1. 0 - - - - - - - - - - - -
Turun - - - Naik Turun - Naik Naik Turun Naik Naik
2. 5 0,01 0,05 0,37 0,01 0,01 0,02 0,01 0,02
Turun - Naik - Turun Turun - Naik - Turun Naik Naik
3. 10 0,02 0,01 0,05 0,04 0,005 0,02 0,01 0,01
Turun Turun Naik - Turun Turun - Naik - Turun Naik Naik
4. 15 0,01 0,01 0,02 0,03 0,02 0,025 0,02 0,01 0,01

Pengamatan menit Larutan sukrosa (ml)


NO.
ke- 0% 5% 50% 100%
1. 0 0 0 0 0
Turun Turun Naik Naik
2. 5 0,003 0,107 0,007 0,003
Turun Turun Naik
3. 10 0,003 0,03 0,002 0
Turun Naik
4. 15 0 0,016 0,008 0

Kegiatan 2.

Panjang Panjang setelah direndam dalam larutan sukrosa selama 40 menit (cm)
NO. mula-mula
(cm) 0,14 M 0,16 M 0,18 M 0,20 M 0,22 M 0,26 M
1. 3 3,2 3,1 3,2 3,1 2,9 3,1
2. 3 3,2 3,1 3,2 3,1 2,95 3,1
3. 3 3,2 3,1 3,2 3,1 2,9 3,1
Rata-rata 3,2 3,1 3,2 3,1 2,92 3,1
Kegiatan 3.

Konsentrasi Larutan Tak Rata-Rata


Menit ke- Terplasmolisis
Sukrosa (M) Terplasmolisis Terplasmolisis

0 100
5 0
0 100

30 70
10 15
0 100
0,14
40 60
15 20
0 100

60 40
20 30
0 100

0 100
5 0
0 100

20 80
10 10
0 100
0,16
50 50
15 25
0 100

60 40
20 75
90 10

0 100
5 0
0,18 0 100

10 0 100 0
0 100

0 100
15 0
0 100

14,3 85,7
20 42,15
70 0

0 100
5 0
0 100

0 100
10 0
0 100
0,2
8 92
15 4
0 100

25 75
20 62,5
100 0

0 100
5 0
0 100

0 100
10 5
10 90
0,22
10 90
15 20
30 70

20 80
20 25
30 70

0,24 5 0 100 0
0 100
10 0

0 100
15 0

40 60
20 40

0 100
5 0

0 100
10 0
0,26

0 100
15 0

20 0 100 0

VII. PEMBAHASAN
Kegiatan 1.
Percobaan yang dilaksanakan pada hari kamis tanggal 28 April 2016 terdiri dari
3 kegiatan. Kegiatan 1 dengan topik “Dapatkah air ber-osmosis menembus membran
sel jaringan tumbuhan”, kegiatan 2 dengan topik “Mengukur potensial osmotik dan
potensial air jaringan”, dan kegiatan 3 dengan topik “Potensial osmotik dan
plasmolisis”.
Pada kegiatan 1 ini bertujuan untuk menemukan fakta mengenai gejala difusi-
osmosis, mengamati efek konsentrasi larutan terhadap kecepatan difusi, menunjukkan
arah gerakan air pada peristiwa difusi osmosis, dan mendeskripsikan pengertian difusi
dan osmosis. Percobaan kali ini menggunakan alat dan bahan berupa kentang yang
dibentuk menjadi bangun balok. Kentang ini berperan sebagai membran yang
fungsinya untuk melihat apakah air dapat berosmosis menembus membran tersebut atau
tidak. Kemudian praktikan menggunakan air sebagai pembanding larutan sukrosa. Pada
percobaan ini larutan sukrosa yang digunakan adalah larutan sukrosa dengan
konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 0%, 5%, 50%, dan 100%. Kemudian setiap 5
menit sekali dilakukan pengukuran tinggi larutan sukrosa di dalam tabung kaca
berskala, pengukuran dilakukan pada masing-masing konsentrasi. Percobaan dilakukan
dengan tiga kali pengulangan, sehingga data yang diperoleh harus dirata-ratakan.
Hasil percobaan menunjukan bahwa larutan sukrosa dengan konsentrasi 0%
mengalami penurunan rata-rata sebanyak 0,003 ml pada menit ke 5, penurunan 0,003
ml pada menit ke 10 dan tidak mengalami penurunan pada menit ke 15. Penurunan
larutan sukrosa mengindikasikan bahwa air dari larutan sukrosa berpindah ke larutan
air murni melalui kentang, hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada. Seharusnya
tidak ada perpindahan air dari larutan sukrosa ke larutan air murni karena kedua larutan
tersebut memiliki potensial air (Ψ) yang sama. Kedua larutan memiliki potensial air (Ψ)
yang sama karena konsentrasi larutan sukrosa hanya 0% artinya larutan sukrosa tersebut
tidak mengandung sukrosa/hanya terdiri dari air murni. Penurunan volume larutan
sukrosa ini bisa terjadi karena pemasangan karet penyumbat yang tidak tepat menutup
pada lubang sumuran.
Larutan sukrosa dengan konsentrasi 5% mengalami penurunan rata-rata
sebanyak 0,107 ml pada menit ke 5, penurunan 0,003 ml pada menit ke 10 dan
penurunan sebanyak 0,016 ml pada menit ke 15. Penurunan larutan sukrosa
mengindikasikan bahwa air dari larutan sukrosa berpindah ke larutan air murni melalui
kentang, hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada. Seharusnya terjadi
perpindahan air dari larutan air murni ke larutan sukrosa karena larutan sukrosa
memiliki potensial air (Ψ) yang lebih rendah dari larutan air murni (Dahlia, 2001: 67).
Penurunan volume larutan sukrosa ini bisa terjadi karena pemasangan karet penyumbat
yang tidak tepat menutup pada lubang sumuran.
Larutan sukrosa dengan konsentrasi 50% mengalami kenaikan rata-rata
sebanyak 0,007 ml pada menit ke 5, kenaikan 0,002 ml pada menit ke 10 dan kenaikan
sebanyak 0,008 ml pada menit ke 15. Kenaikan larutan sukrosa mengindikasikan bahwa
air dari larutan air murni berpindah ke larutan sukrosa melalui kentang, hal tersebut
sudah sesuai dengan teori yang ada. Perpindahan air dari larutan air murni ke larutan
sukrosa karena larutan sukrosa memiliki potensial air (Ψ) yang lebih rendah dari larutan
air murni, perpindahan air ini akan terus terjadi sampai potensial air (Ψ) kedua larutan
besarnya sama (Dahlia, 2001: 67).
Larutan sukrosa dengan konsentrasi 100% mengalami kenaikan rata-rata
sebanyak 0,003 ml pada menit ke 5, tidak terjadi kenaikan volume pada menit ke 10
dan tidak terjadi kenaikan volume pada menit ke 15. Kenaikan larutan sukrosa
mengindikasikan bahwa air dari larutan air murni berpindah ke larutan sukrosa melalui
kentang, hal tersebut sudah sesuai dengan teori yang ada. Perpindahan air dari larutan
air murni ke larutan sukrosa karena larutan sukrosa memiliki potensial air (Ψ) yang
lebih rendah dari larutan air murni, perpindahan air ini akan terus terjadi sampai
potensial air (Ψ) kedua larutan besarnya sama (Dahlia, 2001: 67).
Dari keempat konsentrasi larutan sukrosa yang berbeda terjadi penurunan dan
kenaikan volume larutan sukrosa di dalam tabung kaca berskala, hal tersebut
mengindikasikan bahwa terjadi perpindahan air dari larutan sukrosa ke larutan air murni
maupun sebaliknya. Perpindahan tersebut berarti bahwa air mampu berosmosis
menembus membran sel jaringan tumbuhan.

Kegiatan 2.
Percobaan kedua ini bertujuan untuk mengetahui nilai PA umbi kentang.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah 3 buah umbi ketang yang telah
dibentuk menjadi silinder dengan panjang masing-masing 3 cm. Kemudian silinder
umbi kentang tersebut direndam selama 40 menit dalam larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0,14 M, 0,16 M, 0,18 M, 0,20 M, 0,22 M, dan 0,26 M. Tujuan
perendaman tersebut untuk melihat bagaimana potensial air pada umbi kentang.
Untuk mengetahui besarnya potensial air pada kentang digunakan larutan sukrosa
yang sudah diketahui potensial osmotiknya. Namun, karena pada percobaan kali ini
tidak ada tekanan tambahan yang digunakan maka Potensial Osmotik = Potensial Air.
Potensial air, potensial osmotik, dan potensial tekanan dapat dirumuskan menjadi: PA
= PO + PT , jika tidak ada tekanan tambahan maka nilai PA = PO (Dardjat, dkk,
1997: 54).

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, ternyata silinder umbi kentang yang
telah direndam selama 40 menit mengalami pemanjangan pada konsentrasi larutan
sukrosa 0,14 M, 0,16 M, 0,18 M, dan 0,20 M. Hal itu disebabkan karena potensial air
(ψ) larutan sukrosa lebih tinggi dari potensial air (ψ) pada umbi kentang. Itu artinya air
berpindah dari potensial tinggi ke potensial rendah. Hal ini sudah sesuai dengan teori
yang ada. Sedangkan pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,22 M, silinder umbi
kentang yang direndam mengalami pemendekan. Hal ini disebabkan karena air
berpindah dari umbi kentang ke larutan sukrosa. Itu artinya potensial air (ψ) pada umbi
kentang lebih tinggi dibandingkan potensial air (ψ) pada larutan sukrosa 0,22 M.
Namun, silinder umbi kentang yang direndam dalam larutan sukrosa 0,26 M
menunjukkan hasil yang berbeda, dimana panjang silinder justru bertambah dan lebih
panjang dibandingkan dengan silinder kentang dalam larutan sukrosa 0,22 M. Jadi,
konsentrasi larutan berbanding terbalik dengan panjang silinder kentang. Semakin
tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka semakin pendek silinder kentang.

Rumus untuk mencari Potensial Osmotik (PO) yaitu:

π = MRT

Keterangan: π = potensial osmotik

M = molaritas larutan

R = konstanta gas, besarnya 0,0831 liter Bar mol-1K-1

T = suhu absolut (K)

Besarnya Potensial Air sama dengan Potensial Osmotik ketika tidak ada tekanan
tambahan (Dardjat, dkk, 1997: 54).

1) Konsentrasi larutan 0,14 M

π = MRT

π = 0,14 mol/liter. 0,0831 liter Bar mol-1K-1. 300 K

π = 3,4902 Bar

π = (3,4902 x 0,987) atm

π = 3,445 atm

PA kentang = 3,445 atm


2) Konsentrasi larutan 0,16 M

π = MRT

π = 0,16 mol/liter. 0,0831 liter Bar mol-1K-1. 300 K

π = 3,9888 Bar

π = (3,9888 x 0,987) atm

π = 3,937 atm

PA kentang = 3,937 atm

3) Konsentrasi larutan 0,18 M

π = mRT

π = 0,18 mol/liter. 0,0831 liter Bar mol-1K-1. 300 K

π = 4,4874 Bar

π = (4,4874 x 0,987) atm

π = 4,429 atm

PA kentang = 4,429 atm

4) Konsentrasi larutan 0,20 M

π = mRT

π = 0,20 mol/liter. 0,0831 liter Bar mol-1K-1. 300 K

π = 4,986 Bar

π = (4,986 x 0,987) atm

π = 4,921 atm

PA kentang = 4,921 atm


5) Konsentrasi larutan 0,22 M

π = mRT

π = 0,22 mol/liter. 0,0831 liter Bar mol-1K-1. 300 K

π = 5,4846 Bar

π = (5,4846 x 0,987) atm

π = 5,413 atm

PA kentang = 5,413 atm

6) Konsentrasi larutan 0,26 M

π = mRT

π = 0,26 mol/liter. 0,0831 liter Bar mol-1K-1. 300 K

π = 6,4818 Bar

π = (6,4818 x 0,987) atm

π = 6,398 atm

PA kentang = 6,398 atm

Kegiatan 3.

Praktikan melakukan kegiatan 3 dengan topik potensial osmotik dan


plasmolisis. Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan fakta tentang gejala plasmolisis,
menunjukkan faktor penyebab plasmolisis, mendiskripsikan peristiwa plasmolisis, dan
menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik antara
cairan sel dengan larutan di lingkungannya.

Dalam percobaan digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor untuk


menunjunjukkan gejala plasmolisis. Praktikan menggunakan bagian daun yang
berwarna ungu ini dikarenakan sel-selnya mengandung pigmen warna ungu
(antosianin), sehingga akan terlihat jelas saat terjadi plasmolisis nantinya.
Praktikan menyayat epidermis setipis mungkin agar memudahkan dalam
pengamatan, dengan kata lain sel-sel tidak bertumpukan dan terlihat dengan jelas.
Jaringan (epidermis) tersebut ditempatkan pada larutan sukrosa dengan berbagai
konsentrasi. Praktikan menentukan daerah sel mana saja yang akan diamati, yaitu
memilih 10 sel yang ada pada bidang pandang mikroskop.

Plasmolisis merupakan peristiwa yang terjadi saat sel berada pada larutan
dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi dibandingkan dengan sel itu sendiri.
Pada percobaan kali ini praktikan memperlakukan bahan agar sesuai dengan keadaan
tersebut. Jaringan yang diamati ditempatkan pada lingkungan dengan konsentrasi zat
terlarut yang lebih tinggi dari air yakni sukrosa. Variasi konsentrasi yang digunakan
ialah 0,14 M, 0,16 M, 0,18 M, 0,20 M, 0,22 M, 0,24 M, dan 0,26 M. Perlakuan dengan
berbagai konsentrasi tersebut agar praktikan dapat membandingkan efeknya terhadap
sel-sel yang terplasmolisis. Semakin besar konsentrasi sukrosa, semakin pekat dan
semakin hipertonis larutan. Kemudian pengamatan dilakukan sekali dalam 5 menit
selama 20 menit.

Dari 2 percobaan didapatkan hasil yang kemudian dirata-rata. Pada konsentrasi


0,14 M menit ke-5 rata-rata menunjukkan belum terjadi plasmolisis, menit ke-10
terjadi plasmolisis sebanyak 15%, menit ke-15 terjadi plasmolisis sebesar 20%.
Kemudian menit ke-20 terjadi plasmolisis sebesar 30%. Pada konsentrasi 0,16M menit
ke-5 rata-rata menunjukkan belum terjadi plasmolisis. Kemudian menit ke-10 telah
terjadi plasmolisis sebanyak 10%. Selanjutnya pada menit ke-15 terjadi plasmolisis
sebesar 25%. Pada menit ke-20 terjadi plasmolisis sebesar 75%.

Dengan menggunakan konsentrasi sebesar 0,18 M plasmolisis menit ke-5,


menit ke-10 dan menit ke-15 sebesar 0%. Kemudian menit ke-20 terjadi plasmolisis
sebesar 42,15%. Pada konsentrasi 0,20 M pada menit ke-5 dan menit ke-10 belum
terjadi plasmolisis. Pada menit ke-15 terjadi plasmolisis sebesar 4%. Pada menit ke-20
plasmolisis sebesar 62,5%.
Konsentrasi sukrosa 0,22 M. pada menit ke-5, 10, 15, dan 20 berturut-turut
terjadi plasmolisis sebesar 0%,5%, 20%, dan 25%. Pada konsentrasi 0,24M plasmolisis
pada menit ke-5, 10, dan 15 sebesar 0%. Kemudian pada menit ke-20 sebesar 40%.
Kemudian pada konsentrasi 0,26 M selama 20 menit tidak terjadi plasmolisis.
Plasmolisis di epidermis Rhoe discolor diketahui ketika sel yang sebelumnya
berwarna ungu berubah menjadi bening. Hal tersebut terjadi karena air yang berada
dalam sel mengalami osmosis yaitu berpindah dari konsentrasi rendah (hipotonis)
menuju konsentrasi tinggi (hipertonis). Selain itu perpindahan air dari sel dan
lingkungan dipengaruhi oleh potensial air, apabila potensial larutan sukrosa yang
digunakan tinggi maka air akan berpindah dari luar ke dalam sel, sebaliknya jika
potensial larutan sukrosa rendah maka sel akan kehilangan air dan volume sel menurun
sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk dinding sel. Membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel.
Dari data di atas diketahui bahwa pada semua konsentrasi, semakin lama waktu
semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis kecuali pada konsentrasi 0,26 M. Pada
konsentrasi 0,26 M tidak terjadi plasmolisis sama sekali dimungkinkan bahwa larutan
sukrosa pada konsentrasi tersebut memiliki potensial air yang tigggi sehingga air dalam
larutan sukrosa masuk ke dalam sel dan tidak menyebabkan terjadinya plsamolisis.
Kegiatan ini merupakan hasil kumulatif dari beberapa praktikan. Masing-
masing praktikan menggunakan bahan yang berbeda beda. Jadi ada kemungkinan
perbedaan struktur sel, misal ketebalan dinding ataupun membran plasma karena
jaringan yang digunakan berasal dari daun bahkan individu yang berbeda. Hal tersebut
juga dapat mempengaruhi hasil percobaan yang kemungkinan bertolak belakang
dengan teori.
Grafik Plasmolisis Rhoeodiscolor

Presentase Terplasmolisis (%)

Konsentrasi 0,14
Konsentrasi 0,16
Konsentrasi 0,18
Konsentrasi 0,20
Konsentrasi 0,22
Konsentrasi 0,24
Konsentrasi 0,26

Waktu (menit)

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Kegiatan 1.
1. Gejala difusi dibuktikan dengan berpindahnya air dari cawan petri melalui
membran kentang ke larutan sukrosa sehingga larutan dalam tabung kaca berskala
meningkat. Gejala osmosis dibuktikan dengan berpindahnya larutan sukrosa dari
pipa kaca berskala ke air yang berada dpada cawan petri melalui membran kentang.
2. Semakin besar perbedaan konsentrasi kedua larutan, maka semakin besar kecepatan
difusinya.
3. Difusi ditandai dengan berpindahnya larutan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
yang lebih rendah. Sedangkan, gejala osmosis ditandai dengan berpindahnya
larutan dengan konsentrasi rendah ke larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
4. Difusi merupakan peristiwa berpindahnya larutan dengan konsentrasi tinggi ke
larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah.
Osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara diferensial dari
suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah.
Kegiatan 2.
1) Konsentrasi larutan 0,14 M

π = MRT

π = 0,14 mol/liter. 0,0831 liter Bar mol-1K-1. 300 K

π = 3,4902 Bar

π = (3,4902 x 0,987) atm

π = 3,445 atm

PA kentang = 3,445 atm

2) Konsentrasi larutan 0,16 M

π = MRT

π = 0,16 mol/liter. 0,0831 liter Bar mol-1K-1. 300 K

π = 3,9888 Bar

π = (3,9888 x 0,987) atm

π = 3,937 atm

PA kentang = 3,937 atm

3) Konsentrasi larutan 0,18 M

π = mRT

π = 0,18 mol/liter. 0,0831 liter Bar mol-1K-1. 300 K

π = 4,4874 Bar

π = (4,4874 x 0,987) atm

π = 4,429 atm

PA kentang = 4,429 atm


4) Konsentrasi larutan 0,20 M

π = mRT

π = 0,20 mol/liter. 0,0831 liter Bar mol-1K-1. 300 K

π = 4,986 Bar

π = (4,986 x 0,987) atm

π = 4,921 atm

PA kentang = 4,921 atm

5) Konsentrasi larutan 0,22 M

π = mRT

π = 0,22 mol/liter. 0,0831 liter Bar mol-1K-1. 300 K

π = 5,4846 Bar

π = (5,4846 x 0,987) atm

π = 5,413 atm

PA kentang = 5,413 atm

6) Konsentrasi larutan 0,26 M

π = mRT

π = 0,26 mol/liter. 0,0831 liter Bar mol-1K-1. 300 K

π = 6,4818 Bar

π = (6,4818 x 0,987) atm

π = 6,398 atm

PA kentang = 6,398 atm


Kegiatan 3.
1. Gejala plasmolisis dibuktikan dengan menghilangnya warna pink pada sel
permukaan daun bagian bawah Rhoe discolor. Peristiwa ini menunjukkan bahwa
membran sel telah lepas dari dinding sel oleh pengaruh penambahan larutan sukrosa
dengan konsentrasi yang bervariasi.
2. Plasmolisis terjadi karena sel berada dalam larutan dengan konsentrasi yang
hipertonis terhadap cairan di dalam sel. Plasmolisis hanya terjadi pada sel yang
memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan.
3. Plasmolisis merupakan peristiwa lepasnya plasmalemma atau membran plasma dari
dinding sel karena dehidrasi (sel kehilangan air). Peristiwa ini terjadi bila jaingan
ditempatkan pada larutan yang hipertonis atau memiliki potesial osmotil lebih
tinggi. Pada keadaan ini air sel akan terdorong untuk berdifusi keluar dari sel
menembus membran (osmosis).
4. Plasmolisis terjadi ketika potensial osmotik sel lebih tinggi dibandingkan potensial
osmotik larutan di sekitarnya.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Campbell, Neil A., dkk. 2010. Biologi Jilid 1 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Dahlia. 2001. Kimia dan Fisiologi Tumbuhan. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.
Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali Pers.
Lehninger, A. L. 1982. Principles of Biochemistry. New York : Worth Publishers, Inc.
Rahmasari, Hamita dkk. 2014. Ekstraksi Osmosis pada Pembuatan Sirup Murbei
(Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah: Sukrosa dan Lama Osmosis. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No. 3 p.191-197, Juli 2014.
Sasmitamihardja, Dardjat, dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Jurusan Biologi
FMIPA ITB
X. LAMPIRAN

Osmomoter Silinder Umbi Kentang

Anda mungkin juga menyukai