Skripsi Ali Mahmudi Stikes Dehasen
Skripsi Ali Mahmudi Stikes Dehasen
Skripsi
Oleh
ALI MAHMUDI
NPM : 102426067 SP
Skripsi
Oleh
ALI MAHMUDI
NPM : 102426067 SP
Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan dihadapan Tim penguji
Skripsi Program Studi S I keperawatan Stikes Dehasen
Pembimbing I
Pembimbing II
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang sangat besar dan
serius. Hipertensi merupakan gangguan kesehatan di mana keadaan ini tidak dapat di
sembuhkan tetapi dapat di kontrol dengan pola hidup yang sehat. Faktor lingkungan yang
berhubungan dengan tekanan darah tinggi diantaranya adalah stres. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas
Nusa Indah.
Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan desain cross-
sectional. Dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 91 orang dengan tehnik
pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel
secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang berobat di puskesmas Nusa Indah.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret – April. Data yang di analisa adalah stress dah
tingkat hipertensi.
Dari hasil analisa 91 responden maka diperoleh bahwa responden yang mengalami
stress sebanyak 77 orang, 14 orang lainnya tidak strres dan yang mengalami hipertensi
berat 49, hipertensi sedang 28, hipertensi ringan 14 orang. Sedangkan dari hasil analisis
Chi Square diperoleh nilai p = 0,029 < α = 0,05, sehingga secara statistik Ha di terima
berarti ada hubungan yang signifikan antara stress dengan kejadian tingkat hipertensi.
Disarankan kepada pihak puskesmas di harapkan dapat mengembangkan organisasi
lebih lanjut dan dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam bidang promosi
kesehatan, agar dapat menambah pengetahuan tentang penyakit hipertensi.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah maka
penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan
Program S-1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesahatan Dehasen Bengkulu yang
berjudul “Hubungan Stres Dengan Kejadian Tingkat Hiperensi di Puskesmas Nusa Indah
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan
yang bermanfaat dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis
1. Ibu Hj. Dra. Ice Rakizah Syafrie, M. Kes. selaku Ketua STIKES Dehasen Benguklu.
2. Bpk Ns. Yusran Hasymi, S.Kep. M.Kep. Sp. KMB. selaku Pembimbing I yang telah
3. Ibu Dessy Sundari, S.Kp. M.Pd selaku Pembantu Ketua I STIKES Dehasen Bengkulu
4. Bpk Heru Laksono, SKM. MPH selaku penguji I yang telah menyediakan waktu dan
5. Bpk A. Tarmizi Daud, S. Sos. SKM. M.Kes selaku penguji II yang telah menyediakan
waktu dan arahan beserta kritik dan saran dalam penyelesaiaan skripsi.
6. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dorongan baik materil maupun do’a dan
Bengkulu yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan untuk penulis dalam
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas mereka yang
telah memberikan bantuan kepada penulis untuk penyusunan Skripsi ini. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan dan penyusunan Skripsi ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian,
telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta
(Bustan, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang sangat besar dan
serius. Di samping prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang
akan datang, hipertensi merupakan gangguan kesehatan di mana keadaan ini tidak
dapat di sembuhkan tetapi dapat di kontrol dengan pola hidup yang sehat. (Lumenta,
2007)
penderitanya, penyakit ini menjadi muara beragam penyakit degeneratif yang bisa
mengakibatkan kematian. Dalam hal ini dapat kita sebut terjadinya komplikasi
jumlah penderita hipertensi dewasa seluruh dunia pada tahun 2005 adalah 975-978
juta orang. Prevalensi ini diduga akan semakin meningkat setiap tahunnya sampai
mencapai angka 1,56 milyar atau 60% dari populasi orang dewasa pada tahun 2025.
(Bethesda, 2007).
WHO 2007 menetapkan hipertensi sebagai faktor resiko nomor tiga penyebab
Hipertensi lebih sering ditemukan pada pria terjadi setelah usia 31 tahun
sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 ( setelah menopause). Di Jawa Barat
prevalensi hipertensi pada laki – laki sekitar 23,1% sedangkan pada wanita sekitar
6,5%. Pada usia 50 – 59 tahun prevalensi hipertensi pada laki – laki sekitar 53,8%.
sedangkan pada wanita sekitar 29% dan pada usia lebih dari 60 tahun prevalensi
secara umum prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang dewasa berumur lebih
dari 50 tahun adalah antara 15%-20%. Survei faktor resiko penyakit kardiovasculer
jenis kelamin dengan tekanan darah 160/90 mmHg pada pria tahun 1988 sebesar
13,6%, tahun 1993 sebesar 16,5% dn pada tahun 2000 sebesar 12,1%. Sedangkan
pada wanita prevalensi tahun 1988 mencapai 16%, tahun 1993 sebesar 17% dan
hipertensi adalah 5.714 orang, pada tahun 2008 penderita hipertensi meningkat
menjadi 7.175, dan pada tahun 2009 penderita hipertensi meningkat kembali menjadi
9.375, sedangkan pada tahun 2010 terjadi peningkatan juga sebesar 10.887 (Profil
kejadian hipertensi dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun tahun 2010 yang
berjumlah 1.542 orang atau 26,7% dari jumlah penduduknya yaitu 5.772 orang,
sedangkan penderita hipertensi paling rendah adalah Puskesmas Suka Merindu yang
menderita hipertensi yang berada di Puskesmas Nusa Indah, diketahui bahwa 4 klien
merasakan tekanan darah tinggi naik ketika mereka dalam keadaan stress emosional
adalah stres. Stres dan aktivasinya pada sistem saraf simpatis, salah satu bagian dari
sistem saraf otonom (tidak disadari), yang mendominasi saat stres, memegang peran
penting dalam menciptakan tekanan darah tinggi. Telah menjadi semakin jelas bahwa
perubahan gaya hidup bisa menurunkan kadar kotekolamin, bahan kimia yang
berpotensi negatif yang meningkat saat stres. Kecemasan dan stres emosional
meningkatkan tekanan darah pada banyak orang, namun tidak semua orang, dan
ulang menunjukkan bahwa kecemasan adalah salah satu emosi yang menyebabkan
melonjaknya tekanan darah. Banyak penelitian telah diketahui hubungan antara stress
dan hipertensi. Seperti misalnya pasien yang mengalami stress kecemasan sebelum
Tidak heran pula bila kita pernah mendengar seseorang mengalami serangan jantung
maupun stroke pada saat orang tersebut tidak dapat mengontrol emosi negatif, seperti
Hasil penelitian Sugiharto (2007) terdapat hubungan antara stress dengan kejadian
hipertensi yaitu orang yang stress kejiwaan mengalami hipertensi. Permasalahan lain
adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi negatif seperti cemas dan depresi
timbul secara perlahan tanpa disadari dan individu tersebut baru menyadari saat
setelah timbul gejala fisik, seperti misalnya hipertensi. Jadinya dari uraian di atas,
dokter maupun mengatur diet semata, namun penting pula untuk membuat tubuh kita
selalu dalam keadaan rileks dengan memberikan stimulus emosi positif ke otak kita.
Berbagai terapi telah diketahui dapat memberikan stimulus positif pada otak kita,
seperti misalnya meditasi, yoga, maupun terapi musik. Berbeda dengan yoga dan
stres dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu
Tahun 2012.
Berdasarkan uraian di atas masalah dalam penelitian ini adalah masih tingginya
masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara stress dengan
Kota Bengkulu.
Dari hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan literatur dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Hipertensi
2.1.1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah (TD), tekanan sistol lebih dari 140
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah kondisi medis dimana
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang di tandai dengan peningkatan tekanan darah, hipertensi tak
(Marliani, 2007).
jenis yaitu :
menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah
berlalu, maka tekanan darah kembali normal. Sekitar 90 % pasien hipertensi
2. Hipertensi Sekunder
berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh,
norepinefrin (noradrenalin).
2.1.3. Klasifikasi
Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi hipertensi sendiri untuk orang
nasional sangat jarang. Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk
Jika hipertensi karena faktor genetik tidak dikendalikan dengan baik, maka
dapat menyebabkan kelainan pada jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah
penyakit jantung koroner, dengan gagal ginjal khususnya gagal ginjal kronis.
Akan tetapi, ternyata juga karena adanya faktor risiko lain seperti komplikasi
penyakit dan kelainan pada organ target, yaitu jantung, otak, ginjal, dan pembuluh
darah. Hipertensi memang jarang muncul sendiri, lebih sering muncul dengan
faktor lain. Bila satu atau lebih faktor resiko tersebut ada pada penderita hipertensi
(Hariwijaya, 2007)
2.1.5. Patofisiologi
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
fungsi ginjal terpisah, dan penentuan kadar urine dapat juga di lakukan untuk
2.1.7. Penatalaksanaan
terapi antihipertensi.
b. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan
menghubungi dokter.
1. Diuretik
2. Penghambat Simpatetik
simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya
3. Betabloker
4. Vasodilator
kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala
dan pusing.
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping
yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan
lemas.
6. Antagonis kalsium
obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang
kepala, pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan dan kontrol yang
a. Orang
Pada negara yang sudah maju, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang
yang tinggi. Hipertensi lebih sering ditemukan pada pria terjadi setelah usia 31
tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 ( setelah menopause). Di Jawa
Barat prevalensi hipertensi pada laki – laki sekitar 23,1% sedangkan pada wanita
sekitar 6,5%. Pada usia 50 – 59 tahun prevalensi hipertensi pada laki – laki sekitar
53,8% sedangkan pada wanita sekitar 29% dan pada usia lebih dari 60 tahun
tahun 2007, secara umum prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang dewasa
berumur lebih dari 50 tahun adalah antara 15%-20%. Survei faktor resiko penyakit
hipertensi berdasarkan jenis kelamin dengan tekanan darah 160/90 mmHg pada pria
tahun 1988 sebesar 13,6%, tahun 1993 sebesar 16,5% dn pada tahun 2000 sebesar
12,1%. Sedangkan pada wanita prevalensi tahun 1988 mencapai 16%, tahun 1993
b. Tempat
diketahui prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun sebesar
penduduk umur > 18 tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%),
Katingan (49,6%), Wonogiri (49,5%), Hulu sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir
(47,7%), Kuantan Sengigi (46,3%), Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%) dan
Seluma (14,6%), Sarmi (14,6%), Tulang Bawang (15,9%). Penduduk yang tinggal
c. Waktu
pada tahun 1995 naik menjadi 110 per 1000 penduduk tahun 2001.
2.1.9. Faktor Risiko Hipertensi
penyakit hipertensi pada masyarakat. Faktor risiko hipertensi terbagi dua yaitu
faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor
risiko yang dapat diubah adalah faktor risiko yang dapat dicegah atau
dikendalikan, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah faktor risiko
1. Genetika
orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak
dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur) apabila salah satunya
2. Umur
hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada
orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit
alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut
disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Gunawan,
2001).
3. Jenis Kelamin
Prevalensi penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada kaum pria daripada
kaum wanita, hal ini disebabkan pada umumnya yang bekerja adalah pria, dan
pada saat mengatasi masalah pria cenderung untuk emosi dan mencari jalan
pintas seperti merokok, mabuk minum – minuman alkohol, dan pola makan yang
tidak baik sehingga tekanan darahnya dapat meningkat. Sedangkan pada wanita
dalam mengatasi, masih dapat mengatasinya dengan tenang dan lebih stabil.13
daripada sebelum menopause, hal ini disebabkan oleh faktor psikologi dan
adanya perubahan dalam diri wanita tersebut. Hipertensi lebih sering ditemukan
pada pria terjadi setelah usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah
laki sekitar 23,1% sedangkan pada wanita sekitar 6,5%. Pada usia 50 – 59 tahun
prevalensi hipertensi pada laki – laki sekitar 53,8% sedangakan pada wanita
sekitar 29% dan pada usia lebih dari 60 tahun prevalensi hipertensi sekitar
64,5%.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah berbeda pada tiap -tiap ras
atau suku bangsa .Di Amerika Serikat, kaum negro mempunyai prevalensi
hipertensi 2 kali lipat lebih tinggi daripada kelompok kulit putih. Prevalensi ini 3
kali lebih besar pada pria kulit hitam dan 5 kali lebih besar untuk wanita kulit
hitam. Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan genetik antara ras yang
1. Obesitas
Mereka yang memiliki lemak yang bertumpuk didaerah sekitar pinggang dan
perut lebih mudah terkena tekanan darah tinggi bila dibandingkan dengan
mereka yang memiliki kelebihan lemak dipanggul dan paha. Indeks Massa
Tubuh (IMT) adalah kombinasi antara tinggi dan berat badan untuk mengukur
sebagai berikut :
Dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan ideal bila IMT 20-25,
kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila IMT ≥ 27.
2. Konsumsi Garam
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan
asupan garam yang minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gr perhari
jantung dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti ole peningkatan eksresi
kelebihan garam sehingga akan kembali pada keadaan hemodinamik yang
normal.
Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk
menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke hanya bila pemakainya tidak
merangsang jantung, saraf, otak, dan organ tubuh lainnya bekerja tidak normal,
denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung. Kopi juga berakibat buruk pada
jantung dan naiknya tekanan darah. Minum kopi lebih dari empat cangkir kopi
sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan
4. Konsumsi Alkohol
Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi. Orang yang minum alkohol
terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit. Menurut Hendra
pendekatan cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat bila intake alkohol
diatas tiga gelas per hari. Pada penderita hipertensi yang konsumsi alkoholnya
Stres bisa bersifat fisik maupun mental, yang menimbulkan ketegangan dalam
kehidupan sehari –hari dan mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan
lebih cepat, kelenjar seperti tiroid dan adrenalin juga akan bereaksi dengan
Hubungan antara stres dan penyakit bukanlah hal baru, selama ber abad-abad
seseorang secara berarti. Diawal tahun 1970, ada dugaan bahwa semua penyakit
kesakitan yang terjadi, 60% nya berkaitan dengan stres. Berdasarkan temuan
terbaru tentang interaksi pikiran –tubuh, diperkirakan bahwa sebanyak 80% dari
6. Olahraga
Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam, ketika berolah raga secara
teratur anda akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah yang lebih rendah
daripada mereka yang tidak melakukan olah raga. Hal ini sebagian disebabkan
karena mereka yang berolah raga makan secara lebih sehat, tidak merokok, dan
tidak minum banyak alkohol, meskipun olah raga juga tampaknya memiliki
olah raga yang teratur dengan jumlah yang sedang daripada melakukan olah raga
berat tetapi hanya sesekali. Dengan melakukan gerakan yang tepat selama 30-45
menit atau lebih dari 3-4 hari perminggu dapat menurunkan tekanan darah
badan,membakar lebih banyak lemak dalam darah dan memperkuat otot (Kurnia,
2007).
2.2. Stress
2.2.1. Pengertian
Stres adalah suatu tekanan fisik maupun psikis atau kejadian yang tidak
menyenangkan yang terjadi pada diri dan lingkungan di sekitar berlangsung terus
menerus sehingga kita tidak dapat mengatasinya secara efektif. (Marliani, 2007).
Stres adalah apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat
tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang di bebankan itu, maka
tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang
tersebut dapat megalami stres. Stres adalah tanggapan tubuh yang sifatnya non
berlebihan, maka hal ini yang dinamakan distres. Tubuh akan berusaha
menyelaraskan rangsangan atau manusia akan cukup cepat untuk pulih kembali
dari energi penyesuaian diri untuk dipakai dan di isi kembali bilamana perlu
(Yosep, 2009 ).
fase keletihan (exhaustion). Ilustrasi dari ketiga fase tersebut dapat dilihat dari
A B C
yang diberikan oleh penyebab stres. Ketika penyebab stres ditemukan, otak
meningkat, tekanan darah naik, anak mata menjadi membesar, ketegangan otot
naik, dan seterusnya, jika penyebab stres terus aktif, GAS (General Adaptation
tinggi selama tahap ini, perlawanan terhadap stres lainnya mungkin rendah,
Perlawanan terhadap penyebab stres yang sama dalam jangka panjang dan terus
remaja, atau dewasa), sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau
kejiwaan, antara lain depresi. Pada umumnya jenis stressor psikososial dapat
a. Perkawinan
kecemasan.
b. Problem orang tua
kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit, hubungan yang tidak baik
dengan mertua, ipar, besan, dan lain sebagainya. Permasalahan tersebut di atas
merupakan sumber stres yang pada gilirannya seseorang dapat jatuh dalam
c. Hubungan interpersonal
mengalami konflik, konflik dengan kekasih, antara atasan dan bawahan, dan
stres bagi seseorang, dan yang bersangkutan dapat mengalami depresi dan
kecemasan karenanya.
d. Pekerjaan
e. Lingkungan hidup
hidup dalam lingkungan yang rawan (kriminalitas) dan lain sebagainya. Rasa
tercekam dan tidak merasa aman ini amat mengganggu ketenangan dan
ketentraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh ke dalam depresi dan
kecemasan.
f. Keuangan
keuangan ini merupakan faktor yang membuat sesorang jatuh dalam depresi
dan kecemasan.
g. Hukum
stres pula, misalnya tuntutan hukum, pengadilan, penjara dan lain sebagainya.
h. Perkembangan
lanjut, dan lain sebagainya. Kondisi setiap perubahan fase-fase tersebut diatas,
sebagainya. Dalam hal ini penyakit yang banyak menimbulkan depresi dan
j. Faktor keluarga
Yang di maksud disini adalah faktor stres yang dialami oleh anak dan
remaja yang di sebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik (yaitu sikap
1. Hubungan kedua orang tua yang dingin, atau penuh ketegangan, atau acuh
tak acuh.
2. Kedua orang tua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk bersama
dengan anaknya.
k. Lain-lain
tidak jelas kapan timbulnya dan seringkali kita tidak menyadari. Namun meskipun
demikian dari pengalaman praktik psikiatrik, parah ahli mencoba membagi stres
gejala yang di rasakan oleh yang bersangkutan, hal mana berguna bagi seseorang
1. Stres tingkat 1
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan bisa disertai
a. Semangat besar.
dari biasanya.
Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang lalu bertambah semangat, tapi
2. Stres tingkat II
Pada tahap ini keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan gejala-
gejala :
a. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke belakang)
d. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun di malam hari dan sukar
e. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan)
Pada tahap ini penderita sudah harus berkonsultasi pada dokter, kecuali
kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan harus di kurangi, dan tubuh dapat
4. Stress tingkat IV
Tahapan ini sudah menunjukan keadaan yang lebih buruk yang ditandai
e. Perasaan negativistik.
5. Stress tingkat V
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan IV di atas,
yaitu :
c. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar
buang air besar atau sebaliknya feses cair dan sering ke belakang.
6. Stress tingkat VI
darurat. Tidak jarang penderita dalam tahapan ini dibawa ke ICCU. Gejala-
a. Debar jantung terasa amat keras,hal ini disebabkan zat adrenalin yang
collaps
Stres yang di alami seseorang dapat menimbulkan reaksi yang ada pada
tubuh baik fisiologis maupun psikologi. Di antara reaksi tubuh tersebut seperti
terjadi perubahan warna rambut yang semula hitam lambat laun dapat mengalami
mempengaruhi fokus lensa mata, pada telinga terjadi gangguan seperti adanya
suara berdenging, pada daya pikir sering kali adanya penurunan konsentrasi dan
keluhan sering sakit kepala dan pusing, ekspresi wajah tampak tegang, mulut dan
bibir terasa kering, reaksi kulit yang dapat di temui sering berkeringan dan
kadang-kadang panas, dingin dan juga akan dapat menjadi kering atau gejala
atau menyempit kadang-kadang terjadi kepucatan atau kemerahan pada muka dan
terasa kedinginan dan kesemutan pada daerah pembuluh darah perifer seperti pada
jari tangan atau kaki, sistem pencernaan juga mengalami gangguan seperti
lambung terasa kembung, mual, pedih, karena peningkatn asam lambung, pada
sistem perkemihan terjadi gangguan seperti adanya frekuensi buang air kecil yang
sering, pada otot dan tulang terjadi ketegangan dan terasa di tusuk-tusuk,
khusunya pada persendian dan terasa kaku. Pada sistem endokrin atau hormonal
seringkali di jumpai adanya peningkatan kadar gula dan terjadi penurunan libido
Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Livibond dan Lovobond (1995). Psychometric
Properties of The Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS) yang terdiri dari 42
item. DASS adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur
status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk
tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan
biasanya di gambarkan sebagai stres. DASS dapat di gunakan baik itu oleh
Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat,
(DASS) terdiri dari 42 item. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut memiliki
makna 0-29 (normal), 30-59 (ringan), 60-89 (berat), >120 (sangat berat). (Sriati A.
2008)
Orang yang mengalami stres dapat mengalami hanya untuk sementara waktu saja
atau dapat untuk waktu lama. Pada tahap yang terakhir stres psikologik akan
menampakkan diri dalam bentuk fisik dan sakit psikis. Kesehatan jiwa
terrganggu. Orang dapat menjadi agresif, dapat menjadi depresi, dapat menderita
neurosis cemas, dapat menderita gangguan psikosomatik, dapat tidak sehat badan,
1) Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan
2) Mata
karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami
3) Telinga
4) Daya pikir
5) Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimic nampak
serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan kulit muka
6) Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain
7) Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit
dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi
lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain daripada
seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah
8) Sistem Pernafasan
nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran
pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas
terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otototot antar tulang
iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastic sebagaimana biasanya.
Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga
9) Sistem Kardiovaskuler
(perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit
sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal
istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan
sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga
terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air
kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis
(diabetes mellitus).
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang
pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku
bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala
stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa
( Sriati . A, 2008).
hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor. Faktor utama yang
Pencegahan penyakit hipertensi yang efektif antara lain dapat dilakukan dengan
menjalankan gaya hidup sehat. Stres adalah rasa takut dan cemas dari perasaaan
dan tubuh kita terhadap perubahan di lingkungan. Secara fisiologis, bila ada
diri terhadap perubahan yang muncul. Secara alamiah yang kita rasakan adalah
degup jantung yang berpacu lebih cepat, dan keringat dingin yang biasanya
tekanan yang datang. Inilah sebabnya banyak dikatakan bahwa stres yang
melebihi daya tahan atau kemampuan tubuh biasanya. Akan tetapi, penyesuaian
tubuh ini dapat menyebabkan gangguan baik fisik maupun psikis. Adanya hormon
adrenalin dan hidrokortison yang di hasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap stres
bila berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
rangkaian reaksi dari organ tubuh yang lain. Peneliatian di AS menemukan, enam
penyabab utama kematian yang erat hubungannya denggan stres adalah penyakit
jantung koroner, kanker, paru-paru, kecelakaan, pengerasan hati dan bunuh diri.
(Hariwijaya, 2007).
disebabkan oleh stres akut, bila berulang secara intermiten beberapa kali, dapat
mengalami stress, cenderung akan tetap tekanan darahnya bahkan bisa bertambah
tinggi atau menjadi berat tingkat hipertensinya. Bila ini terjadi pada tingkat
penelitian yang baru-baru ini menunjukkan bahwa angiotensin II, suatu hormon
peningkatan sintesis protein dalam sedian sel otot polos vaskuler (pembuluh
Disamping itu peningkatan atheroslerosis sering kali tampak pada orang setelah
stres kronik penginduksi hipertensi, yang juga mengurangi lumen dan dapat
teknik-teknik baru dalam bidang biologi seluler dan molekuler, mungkin akan
Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti yang didasarkan
atas opini peneliti dan kemungkinan dapat dilaksanakannya penelitian, maka dapat
Kejadian tingkat
Stress hipertensi
Hipertensi Berat
Hipertensi Sedang
Hipertensi Ringan
2.4. Hipotesis
Indah Bengkulu.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara
(Hidayat, 2002).
Hipertensi
ringan
Stres Hipertensi
sedang
Hipertensi
Pasien berat
Hipertensi
Hipertensi
ringan
Normal Hipertensi
sedang
Hipertensi
berat
3.2. Definisi operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
operasional Ukur Ukur
1 Independen
Stres Pasien yang Kuisioner Wawancara Stress = > 30 Ordinal
mengalami stress Normal = 0-29
dimana kondisi
pasien mengalami
beban yang
sangat berat tetapi
pasein tidak dapat
mengatasi hal
tersebut yang
terukur dengan
DAAS 42.
2 Dependen Pasien Yang telah Medical Study 0 = Hipertensi Ordinal
Tingkat di diagnosa record dokumentasi ringan
Hipertensi dokter dengan 1 = hipertensi
hipertensi dan sedang
tercatat di register 2 = hipertensi
Puskesmas Nusa berat
Indah Bengkulu
dengan kategori
hipertensi berat,
sedang dan
ringan.
1. populasi
Hipertensi yang berkunjung di Puskesmas Nusa Indah kota Bengkulu dari bulan
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan di teliti dan dianggap
mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia selama
penelitian.
= 1102
1 + 1102 (0,1) ²
= 1102
1 + 11,02
= 1102
12,02
= 91
Ket :
N = Jumlah Populasi
n = jumlah Sampel
(d²)= Derajat Kepercayaan (0,1)
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer yang
hipertensi penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari register
2. Instrument Penelitian
1. Waktu
2. Tempat
manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan. Masalah etika yang harus
1. informed concent
Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan di
sajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
minta untuk menjadi partisipan setelah membaca dan memahami isi surat
lakukan saat responden dalam keadaan tenang, tidak sedang menderita sakit
ingatan dan telah memahami surat persetujuan serta telah mempunyai waktu
1. Pengolahan Data
c. Entry Data
e. Cleaning Data
Dalam penelitian ini di gunakan analisa data univarat dan analisa bivarat.
a. Analisis Univarat
N : Jumlah Populasi
dengan menggunakan analisa statistic Chi-Square (X²) dan apabila ada cell
hasil :
Bengkulu
Ha : Di tolak apabila p > 0,05, berarti tidak ada hubungan yang signifikan
Indah Bengkulu
BAB IV
mulai dari bulan Maret – April 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah
Bengkulu. Pengumpulan data ini dengan menggunakan data primer, yaitu data
pada semua pasien yang berobat di puskesmas Nusa Indah Bengkulu untuk
di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012. Data yang di peroleh di
tingkat hipertensi sebagai variabel dependen dapat di lihat pada table berikut.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan stress pasien yang berobat di
puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012
mengalami stres.
b. Analisa Bivariat
2012.
Tabel 4.3 Hubungan Stress dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas
Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012.
Dari Hasil uji statistik di dapatkan nilai p = 0,03 < α = 0,05, sehingga
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70 orang yang mengalami stress ada
Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara stress
dengan kejadian tingkat hipertensi di Puskesmas Nusa Indah Bengkulu tahun 2012 (P
= 0,03).
hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi yaitu orang yang stress kejiwaan
mengalami hipertensi. Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara bertahap yang berarti semakin stress seseorang
akan semakin tinggi tekanan darahnya. Permasalahan lain adalah pada beberapa
keadaan seringkali emosi negatif seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan
tanpa disadari dan individu tersebut baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik,
dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap atau semakin tinggi. Penyakit hipertensi
timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor. Faktor utama yang lebih berperan
hipertensi yang efektif antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup
sehat. Stres adalah rasa takut dan cemas dari perasaaan dan tubuh kita terhadap
kelenjar pituitary otak mengirimkan ”alarm” dan hormon kekelenjar endokrin, yang
Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang
muncul. Secara alamiah yang kita rasakan adalah degup jantung yang berpacu lebih
psikis seseorang yang mengalami stres atau tekanan. Respon tubuh terhadap stres
disebut alarm yaitu reaksi pertahanan atau respon perlawanan. Kondisi ini ditandai
dengan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan, dan ketegangan
otot. Selain itu stres juga mengakibatkan terjadinya peningkatan aliran darah ke otot-
otot rangka dan penurunan aliran darah ke ginjal, kulit, dan saluran pencernaan. Stres
akan membuat tubuh lebih banyak menghasilkan adrenalin, hal ini membuat jantung
tekanan yang datang. Inilah sebabnya banyak dikatakan bahwa stres yang melebihi
daya tahan atau kemampuan tubuh biasanya. Akan tetapi, penyesuaian tubuh ini
dapat menyebabkan gangguan baik fisik maupun psikis. Adanya hormon adrenalin
dan hidrokortison yang di hasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap stres bila
berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan rangkaian
oleh stres akut, bila berulang secara intermiten beberapa kali, dapat menyebabkan
menjadi tetap atau semakin tinggi. Begitupula stres yang di alami penderita
tetap tekanan darahnya bahkan bisa bertambah tinggi atau menjadi berat tingkat
hipertensinya. Bila ini terjadi pada tingkat vaskuler akan ada peningkatan tahanan
bahwa angiotensin II, suatu hormon yang sering meningkat dalam situasi-situasi
yang penuh stres, menyebabkan peningkatan sintesis protein dalam sedian sel otot
polos vaskuler (pembuluh darah). Efek ini dapat menyebabkan hipertropi endothelial
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang hubungan stress dengan kejadian tingkat hipertensi
di Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012. dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
5.1.1. Hampir seluruh pasien hipertensi yang berobat (76,9 %) di Puskesmas Nusa
5.1.3. Ada hubungan yang signifikan antara stress dengan kejadian tingkat
5.2. Saran
lebih lanjut dan dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam bidang promosi
yang berhubungan dengan hipertensi dan dapat menambah jumlah sampel yang
Bethesda stroke. (2007). Data hipertensi. Diakses dari http:/www. Dethesdastoke. Pada
tanggal 12 Desember 2011
Bruner and sudarth. (2002). Keperawatan medical bedah. Edisi ke VIII. EGC : Jakarta
Depkes, RI. (2003). Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular. Jakarta.
Dinkes Kota Bengkulu. (2010). Laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun
2010. Bengkulu.
Lovibon,S.H & Lovibon, P.F. (1995). Manual for the Depression Anxiety & Stress Scales
(Second edition). Psychology Foundation. Diakses dari www. Serene. Me. Uk.
Pada tanggal 12 Desember 2011
Marliani, L. (2007). 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta : Elek Media
Komputindo.
STIKES Dehasen Bengkulu (2012). Buku Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bengkulu
Shelly, Tailor, et. Al. (2009). Psikologi Sosial Edisi keduabelas. Jakarta : Media Group.
WHO and JNC 7. Klasifikasi Hipertensi. Diakses dari www. Serene. Me. Uk. Pada
tanggal 12 Desember 2011
KUISIONER
Nama Inisial :
Umur :
Jenis kelamin :
Diagnosa Medis :
Petunjuk pengisian : Kuisioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai
dengan pengalaman saudara/I dalam menghadapi situasi hidup
sehari-hari, terdapat empat pilihan jawaban yang di sediakan untuk
setiap pertanyaan yaitu :
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah
1 : Sesuai dengan saya dengan tingkatan tertentu, atau kadang-kadang
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan sering
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.
Selanjutnya saudara/i di minta untuk menjawab dengan cara member tanda silang
X pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman bapak/ibu selama satu
minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itulah isilah
sesuai keadaan diri saudara/I yang sesungguuhnya yaitu berdasarkan jawaban pertama
yang terlintas dalam pikiran saudara/i.
No Pertanyaan 0 1 2 3
1. Analisa Univariat
Frequency Table
Statistics
tingkat
stres hipertensi
N Valid 91 91
Missing 0 0
Percentiles 25 .0000 .0000
50 .0000 .0000
75 .0000 1.0000
STRES
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid stres 70 76.9 76.9 76.9
normal 21 23.1 23.1 100.0
Total 91 100.0 100.0
Ti ngka t Hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid Hipertensi ringan 14 15.4 15.4 15.4
Hipertensi Sedang 28 30.8 30.8 46.2
Hipertensi berat 49 53.8 53.8 100.0
Total 91 100.0 100.0
2. Analisa Bivariat
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
STRES * TINGKAT
91 100.0% 0 .0% 91 100.0%
HIPERTENSI
TINGKAT HIPERTENSI
Hipertensi Hipertensi Hipertensi
ringan sedang berat Total
STRES stres Count 9 18 43 70
% within STRES 12.9% 25.7% 61.4% 100.0%
normal Count 5 10 6 21
% within STRES 23.8% 47.6% 28.6% 100.0%
Total Count 14 28 49 91
% within STRES 15.4% 30.8% 53.8% 100.0%
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 7.017a 2 .030
Lik elihood Ratio 7.136 2 .028
Linear-by-Linear
5.633 1 .018
As soc iation
N of Valid Cases 91
a. 1 c ells (16.7%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 3.23.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for STRES a
(stres / normal)
a. Risk Estimate s tatis tics cannot be computed. They
are only computed for a 2*2 table without empty cells.