Jurnal Lupus - 2016 PDF
Jurnal Lupus - 2016 PDF
0866
Surya Nelis*
ABSTRAK
Pemfigus vulgaris (PV) merupakan penyakit autoimun yang menyerang kulit dan membran mukosa yang
ditandai dengan pembentukan blister intra epitel, yang terjadi karena adanya interaksi antara faktor
predisposisi genetik dan lingkungan. Infeksi yang disebabkan oleh anggota keluarga virus herpes telah
diajukan sebagai suatu barangkali menjadi faktor pemicu terjadinya PV. Laporan kasus ini bertujuan untuk
menggambarkan suatu kasusPV yang terjadi pada seorang pasien setelah menunjukkan infeksi virus herpes,
yang refractoryterhadap terapi kortikosteroid.
Seorang pasien perempuan berusia 49 tahun dengan ulserasi dan erosi multipel yang luas dan sangat
sakit.di mulut. Lesi awalnya muncul di mukosa bukal yang selanjutnya meluas melibatkan seluruh mukosa
mulut. Pemeriksaan histopatologis menujukkan kesan PV. Lesi berkembang bersamaan dengan titer antibodi
yang tinggi terhadap virus herpes simpleks. Pasien dirawat dengan kortikosteroid oral dan topikal, tetapi
menunjukkan remisi yang tidak menyeluruh. Titer anti-HSV mengikuti aktivitas PV, menurun dengan remisi
penyakit. Dua bulan setelah remisi, pasien mengalami eksaserbasi lesi, mengikuti kembalinya titer IgG anti-
HSV yang tinggi.
Perawatan dengan asiklovir menunjukkan keberhasilan dan semua lesi sembuh menyeluruh. Kasus ini
mengindikasikan bahwalesi PV yang refractory terhadap terapi kortikosteroid, sebaiknya dipertimbangkan
adanya kemungkinan infeksi virus herpes.
Kata kunci : Pemfigus vulgaris oral, infeksi herpes simpleks, autoimun, kortikosteroid
__________________________________________________________________________________________
ABSTRACT
Daerah erosif, sloughing dan ulserasi makin dan daerah komisura mukosa bukal kiri
meluas di mukosa bukal, labial, lidah dan disertai perdarahan spontan. Pasien diberikan
dasar mulut, deskuamatif gingivitis tampak resep MP per oral 3x16mg per hari,
menyeluruh. Hasil pemeriksaan DPL prednison 3x10mg kumur buang, ranitidin
menunjukkan kadar hemoglobin (Hb), tablet dan betadine gargle. Kontrol
hematokrit (Ht), eritrosit, eosinofil dan laju selanjutnya, pasien tetap diberikan tablet MP
endap darah (LED) sedikit lebih tinggi dari per oral dan prednison kumur dengan dosis
nilai normal. Pemeriksaan serologi IgG tape off. Tiga minggu kemudian tampak
untuk HSV-1 menunjukkan hasil yang daerah erosif, sloughing dan ulserasi makin
reaktif, hampir 12 kali lebih tinggi dari batas berkurang, namun pasien mengeluhkan pipi
normal (10,33). Pasien diberi resep methyl terasa membulat, lidah terasa kasar, panas
prednisolone (MP) kumur telan dengan dosis dan perih. Tampak plak putih pada mukosa
3x8mg sehari, vaselin album untuk dioles bukal kanan dan lateral lidah kanan-kiri. Plak
pada bibir, serta multivitamin. Pasien dapat diseka/diangkat dengan bantuan kain
dikonsulkan ke bagian penyakit dalam untuk kassa, meninggalkan daerah eritema. Hasil
evaluasi kemungkinan adanya penyakit pemeriksaan swab lidah menunjukan sel-sel
sistemik berkaitan dengan beberapa hasil jamur dan pseudohifa positif. Pasien diberi
DPL yang lebih tinggi dari nilai normal. resep antijamur topikal berupa suspensi
4x1ml. Dosis MP diturunkan menjadi 2x8mg
dan prednison kumur dihentikan dan diganti
dengan salep triamsinolon asetonid 0,1%.
a b Pasien juga diberi obat asam folat dan
kalsium untuk 1 bulan.
Satu bulan kemudian, tampak ulserasi
dalam proses penyembuhan (mengecil dan
d menipis), plak putih sudah menghilang.
c Pasien diinstruksikan untuk meneruskan
pemakaian triamsinolon asetonid 0,1%,
sedangkan MP dan obat antijamur
dihentikan. Hasil pemeriksaan serologi
e f menunjukan anti HSV-1 IgG 5,3.
Tiga bulan kemudian, pasien kembali
dikonsulkan dari poli kulit. Menurut pasien,
sejak 3 minggu yang lalu luka di mulut
g
kembali bertambah banyak, dan luka yang
h sama mulai muncul di kulit (7 bulan setelah
lesi di mulut). Pasien sudah mendapat obat
MP 40 mg/hari dari poli kulit, saat ini
direncanakan tape off. Pemeriksaan intra oral
tampak ulser dangkal memanjang pada
Gambar 1. (a) krusta merah kehitaman pada bibir bawah.
Erosi dan sloughing yang meluas pada (b&c) mukosa labial mukosa bukal regio 36-38 dan 46-48,
atas & bawah serta gingival, (d&e) ventral & lateral lidah mukobukal fold regio 38, 44-45, ventral
dan dasar mulut, (f&g) mukosa bukal kiri-kanan, dan (h) lidah, dan gingiva regio 46; sloughing dan
palatum molle
eritema di mukosa bukal dan palatum molle,
Pasien kontrol 5 hari kemudian, deskuamatif gingivitis regio 44-45.
terlihat gejala dan tanda klinis makin Pemeriksaan serologi menunjukan anti HSV-
memberat. Tampak ulserasi yang cukup 1 IgG reaktif (10,41). Pasien diberikan resep
dalam pada mukosa bukal kanan regio 48 prednison kumur 3x5mg, khlorheksidin
glukonat kumur, dan asiklovir 4x400mg per
43 Pemfigus Vulgaris Oral Terkait Infeksi Virus Herpes Simpleks
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.03 No.1, Juni 2016 ISSN 2407.0866
pestisida yang berlebihan, stres emosional, HSV-1, namun obat antivirus belum
vaksinasi, level estrogen yang tinggi pada diberikan , dengan pertimbangan pasien tidak
kehamilan, dan terkait dengan penyakit menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
autoimun lainnya seperti rheumatoid virus; seperti adanya demam sebelum
arthritis, myasthenia gravis, lupus kemunculan lesi. Disamping itu berdasarkan
erythematosus, atau anemia pernisiosa. riwayat pengobatan sebelumnya, dimana
Infeksi virus, seperti herpes simplex pasien telah pernah mendapatkan asiklovir
virus (HSV), Epstein-Barr virus (EBV), pada awal kemunculan lesi, namun tidak
cytomegalovirus (CMV) dan herpes virus 8 memberikan hasil. Dugaan mulai mengarah
(HHV 8), berperan penting dalam memulai bahwa PV yang terjadi dipicu oleh infeksi
dan mencetuskan PV, serta mempertahankan virus, ketika terjadinya remisi penyakit
dan memperburuk kondisi penyakit. Krain bersamaan dengan turunnya titer anti HSV;
(1974) adalah orang yang pertamakali dan penyakit kembali mengalami eksaserbasi
melaporkan kemungkinan peranan virus, seiring dengan kenaikan titer anti HSV.
terutama HSV dalam patogenesis PV. Dalam Remisi yang cepat dan menyeluruh terjadi
studi epidemiologinya terhadap 59 pasien setelah pasien diberikan asiklovir dosis
PV, dia menegaskan kenyataan bahwa 2 tinggi.
pasien mengalami PV setelah menunjukan Ada beberapa cara untuk
infeksi herpes yang berat. Takahashi dkk. menerangkan patogenesis hubungan antara
(1998) telah melaporkan adanya onset PV agen infeksius dan pemfigus. Agen infeksi
yang terjadi bersamaan dengan atau dapat merangsang respon imun pada individu
menyusul infeksi virus herpes. Pada pasien yang rentan secara genetik, menyebabkan
ini, onset PV terjadi setelah terjadinya terjadinya peningkatan produksi dari
infeksi virus herpes. Hal ini dapat dilihat dari interferon (IFN) dan interleukin (IL). Level
pemeriksaan serologi yang menunjukan titer yang tinggi dari IFN- menyebabkan
anti-HSV-1 IgG yang tinggi pada awal ekspresi dari HLA tipe 2 pada membran
kemunculan lesi, dan titer antibodi menurun keratinosit, membuat tempat struktural dari
bersamaan dengan terjadinya remisi dari PV; antigen PV (penyebaran epitop) aktif secara
dan kondisi penyakit kembali memburuk imunologik. Infeksi virus yang kronis dapat
dengan kembali tingginya titer anti-HSV. juga menghasilkan produksi yang berlebihan
Tufano dkk. (1999) telah meneliti kehadiran dari IL-4 dan IL-10, yang menyebabkan
infeksi yang disebabkan oleh virus pada 20 pergeseran dari respon TH1 terhadap TH2,
pasien PV dengan menggunakan metoda menyebabkan terjadinya peningkatan
PCR dari sampel biopsi dan pemeriksaan produksi antibodi; atau dapat juga secara
serologi darah tepi. Hasilnya ditemukan 19 langsung menginfeksi limfosit T dan B, yang
pasien mempunyai serologi positif untuk berkontribusi pada produksi limfosit B yang
CMV dan HSV, sedangkan dengan metoda autoreaktif dan antibodi autoimun.
PCR, ditemukan 10 pasien positif untuk PV ditandai dengan terjadinya
HSV dan tidak satupun yang positif untuk deposisi autoantibodi IgG terhadap
CMV. Sejumlah kasus HSV sebagai glikoprotein desmosom, yang menyebabkan
pencetus atau memperburuk kondisi PV telah kerusakan desmosom oleh autoantibodi yang
dikemukakan dalam sejumlah literatur, dan menyerang molekul-molekul adhesi sel
diamati bahwa pada kasus yang demikian, epitel. Antigen utama pada PV adalah
remisi menyeluruh dari lesi hanya terjadi desmoglein 3 (Dsg3), namun 50% pasien PV
setelah pemberian antivirus, dalam mayoritas juga mempunyai autoantibodi terhadap
kasus antivirus yang digunakan adalah Dsg1. Karena epitelium oral sebagian besar
asiklovir. mengekspresikan Dsg3 (kulit
Pada kasus ini, walaupun sejak awal mengekspresikan Dsg1 dan Dsg3), maka
sudah terlihat adanya kenaikan titer antibodi kerusakan Dsg3 mengakibatkan lesi oral
45 Pemfigus Vulgaris Oral Terkait Infeksi Virus Herpes Simpleks
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.03 No.1, Juni 2016 ISSN 2407.0866
pada tahap awal, sedangkan integritas kulit dengan ulserasi oral dapat dilakukan dengan
dipelihara oleh Dsg1. Namun jika kerusakan pemberian tekanan mekanis yang ringan
terhadap Dsg1 muncul, lesi kulit muncul dan (tiupan angin, atau penekanan dengan
penyakit cenderung menjadi lebih parah. tangkai kaca mulut) pada jaringan yang
Aktivitas penyakit umumnya berkaitan terkena.
dengan level serum autoantibodi. Reaksi Kortikosteroid sistemik masih
imun terhadap glikoprotein ini menyebabkan merupakan terapi utama untuk pasien dengan
hilangnya kontak antar sel pada lapisan epitel lesi oral, terutama ditujukan untuk mencegah
(akantolisis), yang mengakibatkan perkembangan penyakit agar tidak
pembentukan bulla intraepitel. Penekanan melibatkan kulit atau lesi pada epitel lain
pada area kulit yang berdekatan dengan seperti osefagus. Pada pasien ini, walaupun
blister, akan membentuk blister baru, yang sudah diberikan terapi kortikosteroid
disebut sebagai Nikolsky’s sign; suatu sistemik, lesi kulit masih muncul 7 bulan
bantuan diagnostik yang penting untuk kemudian, namun tidak parah, hanya
sejumlah penyakit bullosa. beberapa lesi di dada, punggung, tangan dan
Lesi oral biasanya dimulai sebagai kaki. Rata-rata penghentian blister
vesikel atau bulla yang mudah ruptur, membutuhkan waktu 2-3 minggu, dan
menghasilkan ulser dan erosi yang sakit, penyembuhan total dapat membutuhkan
yang cenderung meluas karena epitelium waktu 6-8 minggu. Aturan dosis optimum
yang terpisah pada perifer. Manifestasi lebih kortikosteroid sistemik tidak diketahui
lanjut biasanya terdiri dari deskuamatif atau dengan pasti, dan didasarkan pada data
erosif gingivitis yang parah. Bibir dapat empiris dan pengalaman praktis. Dosis yang
tertutup krusta hemoragik yang tebal. Pada dianjurkan, disesuaikan dengan tingkat
tingkat lanjut, lesi dapat menyerupai eritema keparahan penyakit. Pada kasus yang ringan,
multiforme. Lesi PV dapat mengenai setiap dirawat dengan dosis prednisolon awal 40-60
bagian dari rongga mulut, namun tempat mg per hari, dan pada kasus yang lebih parah
yang paling sering adalah pada daerah yang 60-100 mg per hari. Jika tidak ada respon
terkena trauma gesekan seperti mukosa dalam 5-7 hari, dosis dapat ditingkatkan 50-
bukal, lidah, palatum, bibir bawah dan 100%. Pertamakali remisi terjadi, dosis
gingiva. Lesi juga dapat mengenai membran diturunkan secara bertahap (tapering off).
mukosa lainnya, meliputi konjungtiva, Terapi ajuvan direkomendasikan untuk
mukosa hidung, faring, laring, esofagus, dan mengurangi dosis steroid dan komplikasi
mukosa genital. serius yang dapat terjadi akibat penggunaan
Diagnosis PV ditegakkan steroid; dan yang paling umum digunakan
berdasarkan riwayat penyakit dan gambaran adalah obat-obatan imunosupresif seperti
klinis, serta dikonfirmasi dengan cyclophosphamide, cyclosporine dan
pemeriksaan histologik dan imunologik. azathioprine. Kebanyakan penelitian dari PV
Gambaran histologis klasik pada PV adalah kulit menunjukkan penurunan mortalitas bila
akantolisis suprabasal, edema interseluler, terapi ajuvan diberikan bersamaan dengan
dan kehadiran sel Tzank. Hal ini sesuai prednison. Namun suatu penelitian yang
dengan hasil pemeriksaan histologis pada dilakukan selama 5 tahun pada kasus PV
pasien ini, yang menunjukkan sel-sel epitel oral, menunjukkan tidak adanya keuntungan
terpisah (akantolitik), ditemukan sel Tzank, yang diperoleh dengan penambahan obat
dan lapisan basal yang tetap melekat ke imunosupresan; dan sebaliknya
membran basal. Direct immunofluorescence menunjukkan tingkat komplikasi yang lebih
(DIF), digunakan untuk mendeteksi tinggi pada kelompok yang menggunakan
kehadiran autoantibodi, biasanya IgG dan imunosupresan.
komplemen yang terikat pada permukaan Untuk kasus PV yang terbatas hanya
keratinosit. Nikolsky’s sign pada pasien dalam rongga mulut, kebutuhan steroid
46 Pemfigus Vulgaris Oral Terkait Infeksi Virus Herpes Simpleks
Jurnal Kesehatan Gigi Vol.03 No.1, Juni 2016 ISSN 2407.0866