Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Informasi Bibliografi
Judul : Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi
Penulis : Walfarianto, S.Pd., SIP., M.Si
ISBN : 978-602-225-857-5
Penerbit : Leutika Prio
Tahun Terbit : 2014
Urutan Cetakan : Cetakan Pertama
Dimensi Buku : 23 cm
Tebal Buku : 286 halaman

1
BAB II

PEMBAHASAN SECARA UMUM BUKU

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta


didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor
43/Dikti/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah
Kepribadian di Perguruan Tinggi dinyatakan bahwa substansi sajian Perguruan
Tinggi,dinyatakan bahwa substansi sajian materi pendidikan kewarganegaraan
tediri dari :

1. Filsafat Pancasila
2. Identitas Nasional
3. Politik dan Strategi
4. Demokrasi Indonesia
5. Hak Asasi Manusia dan The Rule of Law
6. Hak dan Kewajiban Warga Negara
7. Geopolitik Indonesia
8. Geostrategi Indonesia

Urgensi atau pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di


sekolah-seolah dapat dilihat sebagai berikut :

1. PKn sebagai sarana nation and character Building (sebagai sarana


pembangunan bangsa dan watak bangsa)
2. PKn sebagai sarana transmisi kebudayaan dari generasi sebelumya ke
generasi berikutnya.
3. PKn berperan sebai sallah satu syarat untuk mewujuudkan
Representative Government Under the Rule of Law.
4. PKn berperan sebagai System Peristence dan System Maintance bagi
sistem politik.
5. Banyak ditemukannya patologi sosial ditengah-tengah masyarakat.

2
6. Menumbuhkan partisipasi warga negara yang efektif dan bertanggung
jawab.

Menurut Prof. H. Muhammad Yamin, S.H., bahwa perkataan Yunani


“philosophos” itu mula-mulanya dibentuk karena hendak menandingi kata
“sophos”, yang berarti “si tahu” atau “si pandai” karena berasa telah memegang
kebenaran dalam genggamannya. Sedangkan, “philo-sophos” dalam segala
kerendahan hati hanya mencintai dan masih bergerak di tengah jalan menuju
kebenaran.
Mencari kebenaran dan tidak memiliki kebenaran itulah tujuan semua
filsafat, dan akhirnya mendekati kebenaran sebagai kesungguhan. Tetapi,
kebenaran yang sesungguhnya atau yang mutlak hanya pada Tuhan Yang Maha
Esa.
Secara sederhana setiap orang biasa semuanya dapat berfilsafat untuk
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana
yang buruk, maka yang indah dan mana yang jelek. Jadi setiap “point of view”,
menurut istilah Klipatrick dalam bukunya “Philosophy of Education”, ialah
merupakan filsafat dalam arti sederhana. Tetapi bagi seorang filsuf, filsafat ialah
berpikir secara sungguh-sungguh sampai ke akar-akarnya untuk memahami setiap
hakikat dari segala sesuatu.
Dalam arti praktis, filsafat ialah alam berpikir atau alam pikiran.
Berfilsafat ialah berpikir, tetapi berfilsafat ialah berpikir secara mendalam (radikal
= radix, artinya akar; jadi sampai ke akar-akarnya) dengan sungguhsungguh tentang
hakikat segala sesuatu.
Pancasila pada awal pertumbuhannya merupakan dasar filsafat negara
hasil kesepakatan dan perenungan yang mendalam para tokoh kenegaraan
Indonesia, yang kemudian dihayati sebagai filsafat hidup bangsa. Pancasila sebagai
filsafat hidup merupakan seperangkat prinsip pengarahan yang dijadikan dasar dan
memberikan arah untuk dicapai dalam mengembangkan kehidupan nasional. Dan
dengan dasar pengarahan tersebut maka filsafat hidup bangsa dapat dihayati dan
berkembang menjadi suatu ideologi nasional.

3
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah bersifat koheren, menyeluruh,
mendasar, dan bersifat spekulatif. Bersifat koheren dalam hubungan antara bagian-
bagian dan pernyataan-pernyataan, bersifat menyeluruh dalam hal meliputi semua
tata kehidupan manusia bermasyarakaat dan bernegara. Bersifat mendasar dalam
hal sampai ke inti mutlak tata kehidupan dan hubungan manusia bermasyarakat dan
bernegara.
Bersifat mendasar dalam hal sampai ke inti mutlak tata kehidupan dan
hubungan manusia. Bersifat spekulatif yang merupakan praanggapan sebagai hasil
perenungan pada awal permulaannya (Noor MS Bakry, 1997: 13–16).

1. Dasar Filsafat Pancasila


Filsafat hidup bangsa yang berfungsi sebagai pedoman hidup, memang
tepat jika dirumuskan dari inti-inti kehidupan bangsa sendiri, berupa jiwa bangsa
yang tercermin keluar sebagai kepribadian bangsa. Inti kehidupan manusia pada
dasarnya berpangkal tolak pada hakikat kodrat manusia, sehingga pedoman hidup
tersebut bersifat manusiawi, dalam arti sesuai dengan kodrat manusia dan tidak
akan bertentangan dengan kehendak manusia.
Hakikat kodrat manusia yang sebagai dasar filsafat Pancasila, menurut
seorang ahli pikir Indonesia, Notonagoro (1905–1981), adalah monopluralis, yaitu
terdiri atas beberapa unsur menjadi satu kesatuan. Hakikat kodrat manusia
monopluralis ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok; (1) susunan kodrat
monodualis, (2) sifat kodrat monodualis, (3) kedudukan kodrat monodualis.

a. Susunan Kodrat Manusia Monodualis


Manusia hakikatnya adalah tersusun atas jiwa dan raga. Jiwa tanpa raga
bukan manusia,demikian juga raga tanpa jiwa juga bukan manusia, dengan
demikian jelaslah bahwa manusia ini disusun atas dua hal tersebut.

b. Sifat Kodrat Manusia Monodualis


Manusia hakikatnya adalah bersifat individu dan juga bersifat sosial. Hal
ini dapat dibuktikan bahwa manusia dapat merasakan bahwa sewaktu-waktu sifat
individunya yang lebih besar dan dapat juga sewaktu-waktu sifat sosialnya yang

4
lebih dominan. Dua sifat kodrat ini tidak dapat dihilangkan salah satu atau kedua-
duanya, karena merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sebagai unsur
kodrat manusia.
Dua unsur sifat kodrat ini juga memengaruhi pola hidup manusia. Jika
manusia atau suatu masyarakat dalam kehidupannya selalu menonjolkan sifat
individu saja, maka masyarakat tersebut bersifat individualis atau liberalis. Hanya
mementingkan hak individu tidak memerhatikan kepentingan bersama, sehingga
ada hak individu yang dapat menguasai hajat hidup orang banyak. Demikian juga
sebaliknya, jika manusia atau suatu masyarakat dalam kehidupannya hanya
menonjolkan sifat social saja, maka masyarakat tersebut bersifat sosialis komunis,
yaitu suatu masyarakat yang hanya mementingkan warga hidup bersama yang tidak
memerhatikan hak individu, yang ada adalah hak bersama. Dalam pola hidup yang
manusiawi adalah menyeimbangkan antara dua hal tersebut, kepentingan individu
dan kepentingan sosial yang selaras, serasi, dan seimbang.

5
BAB III
PEMBAHASAN CRITICAL BOOK REPORT

A. Latar Belakang Masalah Yang Akan Dikaji


Buku Pendidikan Kewarganegaraan adalah buku panduan kuliah
diperguruan tinggi, buku ini adalah edisi pertama, edisi ini merupakan edisi asli
dan terbaru dari sang penulis. Buku ini berisi materi pembelajaran untuk bidang
pendidikan Kewarganegaraan pada jenjang pendidikan tinggi. Disesuaikan dengan
kurikulum yang berjalan, yakni surat keputusan Dirjen Dikti No 43/Dikti/Kep/2006
Tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan
kepribadian diperguruan tinggidan mengacu pada UU No.12 Tahun 2012 tentang
pendidikan tinggi.

B. Permasalahan Yang Akan Dikaji


1. Bagaimana cara pandang mahasiswa terhadap mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan?
2. Apa arti dari Pancasila sebagai system filsafat?
3. Apa maksud dari pancasila sebagai ideology Nasional?
4. Seperti apa bentuk Pancasila sebagai dasar Negara?

C. KajianTeori
Dalam Kajian Teori ini dipaparkan Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan
untuk membangun karakter (character building) bangsa Indonesia yang antara lain:
a. membentuk kecakapan partisipatif warga negara yang bermutu dan bertanggung
jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, b. menjadikan warga negara
Indonesia yang cerdas, aktif, kritis, dan demokratis, namun tetap memiliki
komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa; c. mengembangkan kultur
demokrasi yang berkeadaban, yaitu kebebasan, persamaan, toleransi, dan tanggung
jawab (A. Ubaedillah 2011: 9).

D. MetodeYangDigunakan
Metode yang digunakan dalam critical book report ini adalah metode
deskriptif-evaluatif dimana dalam metode ini melakukan penilaian terhadap sebuah

6
karya. Tidak hanya menggambarkan, tetapi menilai sebuah karya secara
keseluruhan dengan argumentatif. Sehingga ada kesimpulan pada akhir resensi,
apakah buku tersebut baik kualitasnya atau tidak.

E. AnalisisBuku
Kelebihan buku:
Kelebihan buku yang berjudul Pendidikan Kewarganegaraan, buku tersebut
mencatumkan identitas yang lengkap, tidak menyulitkan pembaca untuk
mengetahui informasi bibliografi, setiap BAB dari buku yang berjudul Pendidikan
Kewarganegaraan menjelaskan dengan jelas isi buku, penulisan buku sesuai
dengan EYD dan bahasa buku yang mudah dimengerti oleh kalangan mahasiswa.

Kelemahan buku:
Kelemahan buku yang berjudul Pendidikan Kewarganegaraan yaitu tidak
adanya tabel atau gambar pendukung, dan juga ada beberapa halaman yang tidak
pas penempatannya yang memungkinkan akan membuat bingung pembaca.

7
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya
bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku
kehidupan sehari-hari mahasiswa sebagai individu, anggota masyarakat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan kewarganegaraan diselenggarakan untuk membekali para
mahasiswa selaku calon pemimpin di masa depan dengan kesadaran bela Negara
serta kemampuan berpikir secara komprehensif integral dalam rangka ketahanan
nasional kesadaran bela Negara ini berwujud sebagai kerelaan dan kesadaran
melakukan kelangsungan hidup bangsa dan Negara melalui bidang profesinya
masing-masing. Berfikir secara komprehensif integral disini memmiliki pengertian
berfikir secara menyeluruh tanpa keluar dari pokok permasalahan atau pembahasan.

B. Saran
Sebaiknya mahasiswa mempelajari kembali tentang Pendidikan
Kewarganegaraan agar mahasiswa dapat mengilhami nilai nilai yang dikandung
daripada Pancasila. Dan semoga dengan adanya tugas critical book report ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai Pendidikan
Kewarganegaraan terkhusus bagi mahasiswa jurusan teknik sipil dan bagi siapa saja
yang membacanya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Walfariato.2014. “Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi”.


Jakarta : Penerbit Leutika Prio
Tim Penyusun Direktorat Jederal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016.
“Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi”. Jakarta : Penerbit
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
Tim Nasioanl Dosen PKn. 2010. “Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma
Terbaru Untuk Mahasiswa". Bandung : Penerbit : Alabeta Bandung.

9
DAFTAR LAMPIRAN ( LAMPIRAN REFERNSI BUKU )

A. Informasi Bibliogrfi
Judul : Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi
Penulis : Tim Penyusun Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan
ISBN : 978-602-6470-02-7
Penerbit :Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan
Tahun Terbit : 2016
Urutan Cetakan : Cetakan Pertama
Dimensi Buku : 29 cm
Tebal Buku : 342 halaman

B. Informasi Bibliogrfi
Judul : Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma Terbaru
Untuk Mahasiswa
Penulis : Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaaan
ISBN : 978-602-8800-32-7
Penerbit : Alfabeta Bandung
Tahun Terbit : 2010
Urutan Cetakan : Cetakan Pertama
Dimensi Buku : 24 cm
Tebal Buku : 126 halaman

10

Anda mungkin juga menyukai