Anda di halaman 1dari 11

Nama : Nurwan Tjadis Ibrahim

Nim : 10201023

Pengukuran tingkat kekentalan pada minyak pelumas

Tulisan berikut melanjutkan artikel sebelumnya tentang viscosity / kekentalan pada oli.

Viskositas didefinisikan atau ditetapkan menggunakan perangkat laboratorium yang disebut Viskometer.
Untuk minyak pelumas, Alat ukur kekentalan cenderung beroperasi dengan gravitasi bukan tekanan.
Viskometer kinematik terbuat dari tabung kaca panjang yang dimasukkan sejumlah volume minyak.

Menentukan hasil nilai viskositas sebuah cairan adalah dengan mengukur dari jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk jumlah yang ditunjukan cairan mengalir melalui tabung dalam kondisi yang sangat
spesifik. Karena kondisi yang berulang, dapat dilihat dari jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengalir
melalui tabung. Hal ini diterapkan pada suhu tertentu untuk mengukurnya, karena cairan akan berubah
semakin encer jika suhunya naik. Semakin kental makin lamamengalirnya, sebagai gambaran adalah air
dan madu pada suhu 40 C. Air melewati dalam satu detik. Jumlah yang sama madu mengambil seribu
detik (hipotetis).
Tujuan dari sistem ISO mengklasifikasi nilai viskositas adalah metode untuk pengukuran viskositas
sehingga pabrikan pelumas, desainer peralatan dan pengguna akan memiliki standar dasar untuk
menentukan atau memilih pelumas industri yang harus digunakan.

Pendekatan yang berbeda benar-benar dipertimbangkan sebelum Komite Teknis ISO (TC23) menetap di
suatu pendekatan yang logis dan mudah digunakan. Ada kriteria penting yang harus diingat dari awal,
seperti:

 Referensi pelumas yang digunakan untuk sistem industri pada kisaran suhu operasional.
 Menggunakan pola yang sesuai dengan fluktuasi temperatur yang ditoleransi pada dimensi
aplikasi.
 Menggunakan pola yang memiliki beberapa jangkauan temperatur aplikasi pada skala atas dan
bawah.
 Menggunakan pola yang semudah mungkin untuk menentukan nilai viskositas yang pas saat
digunakan.

Suhu acuan untuk klasifikasi harus cukup dekat dengan frekuensi suhu rata-rata industri yang biasa
terjadi. Hal ini juga berhubungan erat dengan tingkat suhu lainnya yang digunakan untuk mendefinisikan
sifat pelumas seperti viskositas indeks (VI).

VI dapat membantu dalam mendefinisikan kualitas sebuah pelumas. Tingkat konsistensi kekentalan tidak
berubah secara drastic jika dinaikkan suhunya. Biasanya baseoil group 2 ke atas sampai synthetic
memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan base oil group 1.

Sebuah studi dari suhu mungkin menunjukkan bahwa 40 C cocok untuk klasifikasi pelumas yang akan
digunakan, namun juga harus diperhatikan saat suhu naik menjadi 100 C. Maka Klasifikasi viskositas ISO
dibuat pada acuan viskositas kinematik pada suhu 40 C. Serta diberikan keterangan lain viskositas
kinematik pada suhu 100 C.

Sekarang sudah ditentukan bahwa acuan pengukuran viskositas/ kekentalan sebuah pelumas yaitu pada
suhu 40 C.
Untuk klasifikasi yang akan digunakan dalam perhitungan viskositas kinematik pelumas hanya salah satu
parameter kekentalan dan kisaran toleransi tidak lebih dari 10 persen di kedua batas nilai atas dan
bawah.
Berikut tabel ISO VG :

Klasifikasi ini mendefinisikan nilai viskositas pada 200 milimeter persegi per detik (1 mm2 / s = sama
dengan 1 cSt) pada 40 C.

Setiap kelas / grade viskositas ditunjuk oleh seluruh nomor terdekat untuk viskositas kinematik titik
tengahnya di mm2 / s pada 40 C dan toleransi +/- 10 persen dari nilai ini masih diperbolehkan.

nur hadi
Make Better Life
PT. Sumitama Lubrindo Jaya
jakarta
(http://distributor-total.blogspot.co.id/2016/04/pengukuran-tingkat-kekentalan-pada.html)
Klasifikasi pelumas dengan SAE atau ISO VG

Pada dasarnya pelumas oli memiliki standard kekentalan atau viscosity dengan menggunakan standard
internasional yang sudah sering kita dengar yaitu SAE atau ISO VG. Sebelum lebih jauh kita bahas yang
paling sederhana dulu.

Tingkat kekentalan atau viscosity merupakan standard seberapa hambatan cairan bisa mengalir, ini bisa
berlaku untuk semua cairan. Satuan yang digunakan untuk mengukurnya yaitu cSt ( CentiStoke ).
Sebagai gambaran mudah kita bisa bandingkan air dengan madu. Air memiliki viscosity = 1 cSt dan
Madu memiliki viscosity = 500 cSt, itu artinya air dapat mengalir dengan lancar dengan kekentalan /
viscoty rendah, sedangkan madu mengalir sangat lambat dengan kekentalan / viscosity tinggi.
Tingkat kekentalan sebuah cairan sangat berpengaruh pada temperaturnya, maka diberikan standard
pada suhu 40°C dan 100°C. Saat ini yang dijadikan acuan adalah 40°C untuk menentukan nilai dari
kekentalan oli.

Pada awalnya standard yang digunakan adalah SAE ( Society of Automotive Engineers ) untuk oli gear &
mesin, AGMA ( American Gear Manufacturers Association ) untuk oli gear.

Namun saat tahun 1975 dibuat standard internasional, kumpulan dari American Society for Testing and
Materials ( ASTM ), Society for Tribologists and Lubrication Engineers ( STLE ), British Standards
Institute ( BSI ) dan Deutsches Institute for Normung ( DIN ) membuat kesepakatan bersama dengan
satuan International Standards Organization Viscosity Grade yang disingkat ISO VG.

Berikut tabel kesetaraan yang menjadi acuan.


Untuk lebih mudahnya kita bisa sederhanakan menjadi tabel berikut.

Tabel untuk ISO VG dan AGMA pada oli gear

Tabel untuk ISO VG dan SAE pada oli mesin dan gear
Tabel untuk ISO VG dan SAE pada oli gear dan transmisi

(http://distributor-total.blogspot.co.id/2016/04/klasifikasi-pelumas-dengan-sae-atau-iso.html)

Getaran Mekanis didefinisikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat


mekanis, yang sebagian dari getaran tersebut sampai kepada tubuh pekerja, sehingga
menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan. Besarnya getaran dipengaruhi oleh
intensitas getaran, frekuensi getaran, dan durasi getaran. Getaran mekanis dapat
beresonansi dengan tubuh, apabila frekuensi getaran sama dengan frekuensi alami tubuh
manusia, maka resonansi tersebut dapat mempengaruhi konsentrasi kerja, mempercepat
terjadinya kelelahan, dan menimbulkan gangguan kesehatan mata, syaraf, otot, dan lain
sebagainya (Wignjosoebroto,2003).

Berdasarkan paparan pada anggota tubuh manusia, getaran mekanis dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu Whole Body Vibration (WBV) dan Hand Transmitted Vibration (HTA).
WBV terjadi apabila getaran diterima oleh seluruh bagian tubuh, melalui kaki yang menapak
pada permukaan lantai, dan melalui punggung yang bersandar pada tempat duduk. Gejala
yang ditunjukkan oleh paparan WBV adalah rasa ketidaknyamanan, dan penurunan aktivitas
kerja. Selain itu, WBV dapat menyebabkan rasa mual dan gangguan sistem pencernaan,
rasa pusing dan gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, gangguan sistem
sirkulasi, gangguan sistem pernafasan, gangguan sistem metabolisme, dan gangguan sistem
kerangka dan otot.
Sedangkan, Hand Transmitted Vibration (HTV) terjadi jika getaran diterima oleh tangan, akibat
pemakaian peralatan yang bergetar, misalnya penggunaan gergaji rantai, mesin potong
rumput, gerinda tangan, dan palu. HTV beresiko menyebabkan gangguan sistem sirkulasi
darah telapak tangan, misalnya fenomena Raynoud yaitu keadaan mati rasa yang diawali dari
gejala berupa pucat dari ujung jari yang bertambah parah jika berada pada lingkungan yang
dingin, gangguan syarat yang diawali dengan gejala berupa kesemutan, kerusakan pada
persendian dan tulang, serta melemahnya kekuatan otot-otot pada jari-jari (Griffin, 1990).
Aturan tentang nilai ambang batas getaran dibuat untuk menjaga kondisi pekerja dari resiko
yang ditimbulkan oleh getaran mekanis. Aturan standar mengenai getaran yang diakui secara
internasional adalah ISO 2631-1 yang dikeluarkan oleh Organisasi Standar International
yang berpusat di Jenewa. ISO 2631-1 merupakan standar yang menunjukkan tingkat resiko
paparan getaran berdasarkan nilai percepatan getaran dan nilai Value Dose Vibration (VDV).
Nilai percepatan getaran dihitung dengan metode root mean square, dan digunakan sebagai
kriteria untuk mengukur tingkat resiko yang disebabkan oleh getaran yang bersifat stabil dan
terus menerus. Sedangkan, nilai Value Dose Vibration (VDV) digunakan sebagai ukuran untuk
mengukur getaran yang bersifat benturan seketika.
Tabel 1. Tingkat Resiko Terhadap Paparan Getaran (ISO 2631-1)
Nilai percepatan Total Value Dose
Tingkat getaran r.m.s Vibration (VDV)
Resiko (m/s2) (m/s1.75) Keterangan
Paparan getaran masih di bawah
zona ‘‘Health Guidance Caution
Zone(HGCV)’’. Kasus penyakit akibat
kerja belum pernah ditemui pada nilai
Low < 0,45 <0,85 percepatan getaran ini.
Paparan getaran berada di zona HGCV.
Terdapat potensi resiko kesehatan
Moderate 0,45 – 0,90 8,5 – 17 kerja.
Paparan getaran berada di atas zona
HGCV. Resiko kesehatan kerja sering
High > 0,90 > 17 terjadi pada tingkat ini.
Sedangkan, peraturan nasional yang dikeluarkan pemerintah Indonesia adalah Kepmenaker
NO : KEP–51/MEN/I999, tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja. Peraturan
ini dibuat untuk melindungi pekerja dari resiko getaran mekanis. Peraturan ini mengatur
secara khusus tentang getaran yang merambat melalui tangan (Hand Transmitted Vibration).
Tabel 2. Nilai Ambang Batas Getaran pada Lengan dan Tangan (Kepmenaker NO : KEP–
51/MEN/I999)

Jumlah waktu kerja per hari kerja Nilai percepatan pada frekuensi dominan (m/s2)
4 jam dan kurang dari 8 jam 4
2 jam dan kurang dari 4 jam 6
1 jam dan kurang dari 2 jam 8
kurang dari 2 jam 12
Keputusan menteri ini memberikan informasi bahwa semakin besar nilai percepatan getaran,
maka waktu kerja yang diperbolehkan semakin kecil. Pada pekerjaan normal dengan kerja
delapan jam, paparan getaran dibatasi sebesar 4 m/s2.
Referensi :

Griffin, M.J. (1990) : Handbook of Human Vibration, Academic Press Limited: London
Keputusan Menteri Tenaga Kerja NO: KEP–51/MEN/I999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika Di Tempat Kerja, diakses di http://www.iips-online.com/KepMenaker1999.pdf,
pada Rabu, 09 Maret 2011, pukul 20.00 WIB
Wignjosoebroto, S., 1995, Ergonomi, Studi Gerak, dan Waktu : Teknik Analisis Untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja, Guna Widya, Surabaya

Yusuf Nugroho Doyo Yekti


(http://doyoyekti.staff.telkomuniversity.ac.id/bahaya-getaran/)
Getaran Motor (Vibration)
Hari ini saya mendapat tugas untuk tes running unit chiller centrifugal dengan kapasitas 825 TR, kerusakan
utama ialah pada rotor motor dengan beberapa bagiannya hancur sehingga harus diperbaiki dan dilakukan
balancing.

Tak lupa, saya pun sempat melakukan pengukuran menggunakan alat vibration meter.

Hasil pengukuran
> Back Side : 6 – 7 mm/s
> Front Side : 2 – 3 mm/s

Merujuk kepada ISO 2372 (10816) mengenai standard getaran motor listrik untuk spesifikasi :
 Frekuensi kerja 10 s/d 200 Hz.
 Putaran motor 600 s/d 12000 RPM.
 Motor Pompa, motor produksi, generator, turbin, compressor dll.
 Shaft motor yang berputar dengan posisi horisontal ataupun vertikal.

Dengan rincian :
Class I : untuk ukuran motor <15 KW
Class II : untuk ukuran motor 15 s/d 75 KW
Class III dan IV : untuk ukuran motor >75 KW

(https://teknisichiller.wordpress.com/2013/05/11/getaran-motor-vibration/)

Pengertian Vibration Severity


Saptian Alfudi Rahman April 06, 2017 (http://www.wanimulyo.web.id/2017/04/pengertian-vibration-
severity.html)

Vibration severity adalah batasan standar apakah getaran pada suatu mesin masih dapat
ditoleransi atau tidak. Standar toleransi getaran ini ditetapkan oleh badan standar internasional
(ISO) atau pabrikan pembuat mesin. Beberapa standar vibration severity diantaranya adalah: ISO
2372, API (American Petroleum Institute) 610, 611, 613 dan standar vibrasi IRD Mechanalysis.
Tetapi pada industri yang sudah menggunakan mesin yang umurnya sudah cukup lama, biasanya
menggunakan data trending untuk mengetahui tingkat vibrasinya. Hal ini disebabkan akibat
pergantian komponen yang ada pada mesin lama berbeda dengan kondisi mesin yang baru.
Terkadang vibrasi yang agak tinggi pada mesin lama tidak serta merta menandakan mesin
tersebut dalam kondisi yang tidak baik. Oleh karena itu kita perlu mengetahui trend vibrasi pada
jangka waktu tertentu, sehingga kita bisa menyimpulkan kondisi mesin tersebut.

Biasanya, getaran dapat diukur dalam besaran percepatan, kecepatan, atau perpindahan
getaran. Analisis dasar-dasar sinyal biasanya dilakukan pada getaran sinyal menggunakan
satuan RMS (root mean square), puncak (peak), atau puncak ke puncak (peak to peak). Velocity
RMS (kecepatan rms) adalah keseluruhan indikator yang paling umum digunakan, karena
berhubungan langsung dengan tingkat stres mesin selama pengoperasiannya. Nilai RMS
kemudian dibandingkan dengan nilai-nilai karakteristik untuk jenis mesin dengan daya tertentu.
Tabel di bawah menunjukkan nilai-nilai yang disarankan oleh ISO 10816 Bagian 3, yang
mencakup sebagian besar mesin industri:

Keterangan:
Kelas I. Mesin berukuran kecil (bertenaga 0-15 KW)
Kelas II. Mesin berukuran menengah (bertenaga 15-75 KW)
Kelas III. Mesin berukuran besar (bertenaga> 75 KW) dipasang padastruktur dan pondasi
(Bantalan kaku)
Kelas IV. Mesin berukuran besar (bertenaga> 75 KW) dipasang pada struktur (Bantalan
Fleksibel)
Kebisingan telah diatur oleh pemerintah melalui keputusan dua menteri seperti yang
terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel Batas Ambang Tingkat Kebisingan


Tabel di atas harus menjadi referensi bagi konsultan dalam merencanakan suatu proyek
pembangkit. Posting akan memberikan beberapa langkah penting mengatasi kebisingan
berdasarkan pengalaman yang dapat berguna pada fase perencanaan maupun
menyelesaikan problem kebisingan

November 24, 2013 by budisuanda (http://manajemenproyekindonesia.com/?p=2150)

Anda mungkin juga menyukai