LBM 3 Hiv & Aids
LBM 3 Hiv & Aids
Seorang wanita usia 30 tahun dirawat di bangsal ruang isolasi bagian Penyakit Dalam RS
Pemerintah, dengan keluhan badan lemah, batuk-batuk, nyeri perut yang hilang timbul, diare,
napsu makan menurun, serta penurunan berat badan yang drastis. Pada anamnesis diketahui
berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK). Sudah 5 tahun ini penderita hidup dengan
pacarnya yang diketahui sebagai pengguna narkoba injeksi (injection drug user). Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya bercak-bercak kemerahan di sekujur tubuh, bercak-bercak
tersebut muncul sejak 4 bulan yang lalu dan semakin bertambah banyak. Kadang bercak-bercak
tersebut terasa sakit. Ditemukan pula pembesaran kelenjar limfe multiple. Pada pemeriksaan lab
ditemukan penurunan lekosit. Pada pemeriksaan radiologi tampak gambaran putih pada lapang
paru yang diduga sebagai gambaran pneumonia. Penderita diambil sampel saliva, urin, darah,
swab vagina guna pemeriksaan gula darah dan skrening p24 antigen test serta pemeriksaan Elisa
Anoreksia pada penyakit infeksi yang menimbulkan peradangan disebabkan oleh berbagai
macam jalur. Sitokin dan mediator yang dikeluarkan makrofag terinfeksi menimbulkan:
1. Jumlah hormone leptin yang tidak berubah tidak akan menimbulkan rasa lapar
2. Pengaruhnya langsung pada CNS / SSP menyebabkan terganggunya saraf yang mengatur
rasa lapar-kenyang
3. Sebenarnya merupakan salah satu aktivitas defensive dari host untuk menginduksi
apoptosis sel yang terinfeksi karena kekurangan nutrisi untuk metabolismenya yang bisa
meningkat
Sebenranya, penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu
terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan,
terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika
(penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang
disebabkan oleh bakter).
Dalam kasus ini, karena yang diserang virus adalah leukosit (sel CD4 dan makrofag), maka
apoptosis juga banyak terjadi pada leukosit, menyebabkakn hitung jumahnya menurun.
Karena virus HIV menyerang sel makrofag dan sel T, berkembang di dalamnya dan melemahkan
fungsi makrofag dan sel T yang sesungguhnya produksi Ig dari sel B tertekan lemah dalam
melawan antigen mudah terserang infeksi eksogen atau endogen (karena ketidakseimbangan
flora normal).
Bisa manifestasi dari infeksi sekunder bakteri atau virus HIV itu sendiri yang menghasilkan
pirogen endogen merangsang set-point di hypothalamus standar suhu tubuh dinaikkan
(bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang tidak kondusif bagi kehidupan virus atau
bakteri) demam
Kerja immunitas yang semakin tinggi dalam memerangi infeksi oportunistik atau HIV itu sendiri
menyebabkan energi yang dibutuhkan untuk metabolisme sel meningkat BB cepat turun tanpa
alasan yang jelas.
Dalam keadaan normal tubuh menghasilkan ribuan sel tumor per harinya. Namun, individu
tersebut jarang menderita tumor atau keganasan yang nyata akibat adanya kerja dari immunitas
(terutama monosit dan makrofag).
Karena HIV mempunyai afinitas yang tinggi terhadap sel CD4+ dan sel T, maka ia akan jauh
lebih ‘subur’ berkembang dalam organ-organ limfoid, salah satunya ada nodus-nodus limfe
dimana terdapat banyak sekal sel T dan makrofag. Perkembangan virus yang progressif di sana
ditambah dengan adanya respon inflamasi menyebabkan nodus limfe membengkak. Hal ini
terjadi secara generalisata akibat viremia yang terjadi lebih dahulu.
AIDS
- Definisi
Suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan immunosupresi
berat yang menimbulkan infeksi opportunistic, neoplasma sekunder, dan manifestasi
neurologis.
- Etiologi
Virus HIV (Tipe I lebih banyak di AS, Eropa, dan Afrika Tengah;Tipe II lebih banyak di
afrika barat) ; menular lewat cairan tubuh dengan 3 cara: kontak seksual, inokulasi
parenteral, dan perjalanan virus dari ibu yang terinfeksi, dan perjalanan virus dari ibu
yang terinfeksi terhadap bayi mereka yang baru lahir.
Keterangan gambar:
Kapsid protein utama berupa p24: antigen utama yang paling mudah dideteksi
pada pemeriksaan konfirmasi penderita AIDS
Nukleoplasid protein p7/p9
Ketiga enzim virus (protease, reverse transcriptase, dan integrase)
Dikelilingi oleh matriks protein yang disebut p17;terletak di bawah selubung
virion yang terdiri atas 2 glikoprotein (gp 120 dan gp41) yang sangat penting
untuk infeksi HIV pada sel
- Epidemiologi
22 juta yang meninggal dunia akibat AIDS sejak munculnya 20 tahun yang lalu;35 juta
terinfeksi secara global (1 di antara 100 orang);terbanyak pada afrika;1% anak-anak
mengidap infeksi dengan prosentase 90% penularan dari ibu ke bayi (in utero,
intrapartum, dan ingesti air susu ibu yang tercemar HIV.).
- Faktor Resiko
Laki-laki homoseksual atau biseksual (cairan masuk lewat mukosa yang robek
atau lecet)
Penyalah guna obat intravena
Resipien darah
Penderita hemophilia, khususnya yang menerima konsentrat factor VIII atau IX
Kontak heteroseksual pada anggota kelompok beresiko tinggi (penjaja seks atau
berganti-ganti pasangan seks)
- Patogenesis
Tahapan masuknya HIV ke sel
Siklus Hidup HIV
Perjalanan Penyakit
HIV masuk melalui reseptor CXCR4 pada sel T dan CCR5 pada makrofag dengan perantara
gp120 yang secara nonkovalen menempel pada transmembran gp41 sebabkan gp41
mengalami perubahan konformasional yang memungkinkan masuknya rangkaian peptide gp41
ke dalam membran sel target fusi sel-virus di membran virus masuk ke sitoplasma
replikasi dan ganggu fungsi sel sel mati (dalam hal ini lebih kebal makrofag daripada sel T
sehingga penularan ke sel lain lebih banyak disebabkan oleh makrofag –terinfeksi yang punya
strain R5)
Kelainan pada reseptor makrofag atau sel CD4 bisa mengakibatkan seseorang resisten terhadap
HIV.
Meskipun sel T helper banyak yang mati, tetapi keadaan yang terjadi pada sel B justru
hipergamaglobulinemia akibat IL-6 yang terus-menerus dikeluarkan makrofag yang terinfeksi.
Namun demikian, sel B ini tidak berperan besar dalam penghambatan infeksi HIV ke tempat lain
karena tidak adanya sel T helper yang cukup untuk membantu mengaktivasinya.
- Manifestasi Klinis
I. Fase Akut
Respon awal seorang dewasa yang imunokompeten terhadap infeksi HIV
Penyakit yang bisa sembuh sendiri pada 50-70% orang dewasa
3-6 minggu setelah infeksi
Gejala non-spesifik: Nyeri tenggorok, mialgia, demam, ruam, kadang-
kadang meningitis aseptic
Produksi virus dalam jumlah yang besar, viremia, dan persemaian yang
luas pada jaringan limfoid perifer;secara khas disertai berkurangnya sel T-
CD4+
Segera muncul respon imun spesifik yang dibuktikan melalui serokonversi
(3-17 minggu setelah pajanan) dan melalui sel T sitotoksik CD8+ yang
spesifik terhadap virus.
II. Fase Menengah/Kronis
Sebagian besar system imu masi utuh, tetapi replikasi virus berlanjut
hingga beberapa tahun
Pasien tidak memnunjukkan gejala berarti ataupun menderita
limfadenopati persisten
Banyak menderita infeksi oportunistik ringan seperti: sariawan dan herpes
zoster
Virus terus bereplikasi;pada awalnya masih jauh di bawah proliferasi
cepat dari sel T CD4+ baru, tetapi pada akhirnya menurun jauh di bawah
jumlah virus
3. Kanker sekunder
manfaat :
Memperpanjang masa hidup (1-2 thn)
Mengurangi frekuensi dan berat infeksi oportunistik
Menunda progesitivitas penyakit
Memperbaiki kualitas hidup pasien
Mengurangi resiko penularan perinatal
Mengurangi kadar Ag p24 dalam serum dan cairan spinal.
Manfaat :
Untuk menunda infeksi oportunistik pada Asimtomatik.
Untuk menunda infeksi oportunistik apabila respon AZT menurun
Mekanisme kerja :
Table 3
Ig (B-cell) deficiencies
Autoimmune disorders,
malabsorption, nodular
lymphoid hyperplasia of GI
tract, bronchiectasis,
lymphoid interstitial
pneumonia, lymphoma (in
10%)
No leukopenia
Lymphoid hypoplasia,
neutropenia
T-cell disorders
No CD8 cells
C1 Autosomal SLE
recessive
ADA = adenosine
GI Hepatic insufficiency,
hepatitis, intestinal
lymphangiectasia, protein-
losing enteropathy
Physiologic Physiologic
immunodeficiency in
infants due to immaturity of
immune system, pregnancy