ANAMNESIS Dan PEMERIKSAAN FISIK PDF
ANAMNESIS Dan PEMERIKSAAN FISIK PDF
ANAMNESIS DAN
PEMERIKSAAN FISIK
Disusun Oleh :
Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
Juni 2009
DAFTAR ISI
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan Fisik Paru
Pemeriksaan Fisik Jantung
Pemeriksaan Fisik Abdomen
1
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
ANAMNESIS
Hal-Hal Penting
• Bersikap sebagai dokter professional.
• Adanya rasa percaya diri, tapi jangan berlebihan.
• Ciptakan suasana kondusif, ramah dan bersahabat.
• Mengucapkan salam saat pasien masuk (“selamat pagi”, dll).
• Memperkenalkan diri kepada pasien (”Saya dokter kiki”).
• Mendengarkan secara aktif dengan respon verbal (”ooo, begitu” atau ”ya, saya mengerti”) atau
non verbal (anggukan kepala).
• Memberi kesempatan pasien menyampaikan keluhan dan tidak memotong pembicaraan, kecuali
sampai pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan penyakit.
• Menggunakan bahasa yang bisa dipahami (mis, jangan pake bahasa kedokteran).
• Mempertahankan kontak mata dengan pasien, tp jg jangan terus-menurus krn pasien akan merasa
terganggu.
• Mencatat hal-hal yang penting dari pasien.
• Mengulang resume kepada pasien (jadi kesannya kita mendengarkan dan memperhatikan saat dia
ngomong).
Data Anamnesis
1. Anamnesis Identitas
• Nama lengkap Æ menghindari tertukar dengan orang lain
• Umur pasien Æ kecendrungan penyakit pada usia tersebut
• Jenis kelamin Æ penyakit tertentu, pada wanita (haid dan kehamilan) atau laki-laki (prostat)
• Alamat + nomor telpon Æ gambaran lingkungan tempat tinggal
• Pekerjaan Æ status ekonomi sosial pasien, tingkat pendidikan atau jenis penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan
• Status perkawinan Æ penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi
• Suku, Agama, RAS
2
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
2. Anamnesis Penyakit
• Keluhan Utama
o Keluhan yang menyebabkan pasien datang berobat (panas, batuk, dll)
• Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
o Onset : kapan pertama kali muncul keluhan
o Frekuensi : berapa sering
o Sifat munculnya : mendadak? kronis? Intermitten (hilang timbul)?
o Waktu : pagi/siang/sore
o Durasi : berapa lama
o Sifat sakit : terus-menerus, hilang timbul, waktu menunduk/tidur, dll
o Lokasi : tetap, menjalar, berpindah, menyebar
o Berat ringannya : ber(+), ber(-), tetap
o Hubungan dengan fungsi fisiologis lain : apakah mengganggu
o Akibat yang timbul terhadap aktivitas sehari-hari
o Upaya yang dilakukan utk mengurangi keluhan
• Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
o Apakah pasien menderita penyakit/ gejala yang sama?
o Apakah pernah rawat inap? Karena apa? Berapa lama?
o Apakah pernah operasi?
o Apakah pernah menjalani pengobatan?
o Apakah pernah sakit sistem kardiovaskular, pernafasan, pencernaan, kulit, atau infeksi?
o Pada wanita Æ Apakah pernah hamil atau keguguran?
• Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
o Apakah penyakit keturunan?
o Dapat ditularkan oleh anggota keluarga?
• Keluhan Penyerta (Berdasarkan Sistem)
o Sistem kulit
o Sistem respirasi
o Sistem pencernaan
o Sistem kardiovaskular
o Sistem otot, tulang dan sendi
o Sistem urogenital
o Sistem saraf dan indera
o Sistem endokrin
• Riwayat Pribadi, Sosial Ekonomi dan Budaya
o Keterangan kelahiran
o Keterangan pendidikan, pekerjaan, perumahan, perkawinan, tanggungan, makanan, tidur,
kebiasaan
o Kesulitan yang dihadapi sekarang
3
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Keadaan Umum
• Ekspresi wajah
• Gaya berjalan
• Tanda spesifik lain
• Keadaan gizi
• Habitus : atletikus (bentuk tubuh olahragawan), astenikus (bentuk tubuh tinggi kurus, dada rata
atau cekung), piknikus (bentuk tubuh cenderung bulat, penuh timbunan lemak ), BB, TB, IMT
• Sakit ringan / sakit sedang / sakit berat
Keadaan Gizi
• IMT = BB (kg) / TB2 (m2)
• Klasifikasi IMT
o BB kurang < 18,5
o BB normal 18,5 – 22,9
o BB lebih > 23,0
Dg resiko 23,0 – 24,9
Obes I 25,0 – 29,9
Obes II > 30
• Kakeksia Æ keadaan kurus yg sangat
Bentuk Badan
Habitus : Astenikus, Atletikus, Piknikus
Tulang belakang : Kifosis, Lordosis, Skoliosis
Berbagai keadaan salah bentuk (malformasi)
Tanda-Tanda Vital
Kesadaran
Suhu
Tekanan darah
Nadi
Napas
4
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Kesadaran
Kompos mentis Æ sadar sepenuhnya, bisa menjawab dg baik
Apatis Æ segan, acuh tak acuh
Delirium Æ penurunan kesadaran+kekacauan motorik, siklus tidur bangun terganggu, gaduh
gelisah, kacau, disorientasi, meronta
Somnolen (letargi, obtundasi, hipersomnia) Æ mengantuk, pulih hanya dg rangsang
Sopor (stupor) Æ mengantuk yg dalam, bangun dg rangsang kuat ttp tidak bangun sempurna
Semi koma Æ respon thdp nyeri tdk adekuat, (-) bangun, refleks msh baik (kornea, pupil)
Koma Æ penurunan kesadarn yg sangat dalam, (-) gerakan, (-) respon
Suhu
Suhu tubuh normal : 36-37 oC.
Suhu rektum > 0,5-1 oC dibanding suhu mulut
Suhu mulut > 0,5 oC dibanding suhu aksila
Suhu rektum > mulut > aksila
Tekanan Darah
Cara :
Palpasi u/ mencegah salah ukur akibat menghilangnya bunyi pd auskultasi
Auskultasi
Tekanan sistolik = bunyi pertama yg terdengar (Korotkoff I)
Tekanan diastolik = saat bunyi hilang (Korotkoff V)
Perbedaan tekakan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi
Faktor yg mempengaruhi hasil : lebar manset, posisi pasien, emosi pasien, kurang istirahat,
rokok
Pd hipertensi, harus diukur jg tek darah pd semua ekstremitas
5
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Nadi
Px dg palpasi pd arteri radialis
Perhatikan
Frekuensi denyut nadi/menit
Irama
Besarnya pengisian nadi
Kualitas nadi
Tegangan nadi
Kualitas Nadi
Tergantung dari tekanan nadi (selisih tek sistolik dan tek diastolik)
Pulsus celer Æ tekanan nadi besar
Pulsus tardus Æ tekanan nadi kecil
Pengisian & pengosongan denyut nadi pada
Pulsus celer Æ teraba mendadak
Pulsus tardus Æ lambat
Tegangan Nadi
Tergantung kondisi arteri radialis dan tek darah arteri radialis
Pada aterosklerosis, biasanya dinding arteri mengeras
Kadang-kadang bila tek darah mjd tinggi, arteri radialis teraba lebih tegang
6
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Napas
Frekuensi napas normal = 16-24 x/menit
Bradipneu Æ <16 x/menit
Takipneu Æ >24 x/menit
Hiperpneu Æ pernapasan yg dalam (pd asidosis)
Hipopneu Æ pernapasan yg dangkal (gangg SSP)
Dispneu Æ sulit napas/sesak (ditandai PCH, retraksi suprasternal, bisa sianosis dan takipneu)
Apne Æ henti napas
Paroxysmal nocturnal dyspnea Æ pd gagal jantung, sesak napas pd malam hari
Ortopnea Æ pd gagal jantung/asma, sesak bila berbaring dan lebih nyaman bila dalam posisi
tegak (berdiri/duduk)
Platipnea Æ sesak napas pd posisi tegak (berdiri)
Trepopnea Æ sesak napas pd posisi berbaring ke kiri/kanan
Pernapasan Kussmaul Æ dalam & cepat (pd asidosis metabolik)
Pernapasan Biot Æ tidak teratur irama & amplitudonya dg diselingi periode henti napas
Cheyne-Stokes Æ irama dg amplitudo yg mula-mula kecil, lalu membesar dan mengecil lagi dg
diselingi periode apnea
Sifat pernapasan pd perempuan Æ abdomino-torakal (torakal lebih dominan)
Sifat pernapasan pd laki-laki Æ torako-abdominal (abdomen lebih dominan)
Kulit
Kualitas
Kelembaban kulit
Elastisitas kulit (turgor)
Atrofi kulit
Hipertrofi kulit
Warna
Melanosis : Pseudoikterus (karotenosis)
z Hipermelanosis (melanoderma) Klorosis
z Hipomelanosis (leukoderma) Eritema
Albinisme (akromia kongenital) Sianosis
Vitiligo Kulit coklat
Piebaldisme (albinisme partial) Melasme (Kloasma)
Palor (pucat), tmsk anemia Poikiloderma of civatte
Ikterus Dermatografia
7
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Lesi Sekunder
Skuama Sikatriks, keloid
Ekskoriasi Ulkus
Fisura Erosi
Krusta
8
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
PEMERIKSAAN KEPALA
RAMBUT
Terdapat di seluruh tubuh kecuali telapak tangan & kaki, kuku, bibir.
Alopesia Æ kerontokan rambut disertai tidak tumbuhnya rambut (kebotakan)
Alopesia universalis Æ mengenai seluruh tubuh
Alopesia totalis Æ mengenai seluruh rambut kepala
Alopesia areata Æ botak timbul hanya setempat & berbatas tegas
Alopesia androgenika Æ kerontokan rambut kepala secara bertahap dari verteks & frontal pd
awal umur 30 shg dahi mjd lebar, sering pd laki2
Efluvium Æ kerontokan rambut tanpa disertai kebotakan, msl stlh tx sitostatika
9
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Kelebatan rambut
Hipertrikosis Æ rambut bertambah pd tempat2 yg biasa ditumbuhi rambut
Hirsutisme Æ pertumb rambut yg merup tand seks sekunder (spt kumis, jambang) tumbuh
berlebihan
Pasien miksedema akibat hipotiroidisme didapatkan rambut yg jarang, kasar, kering, tdk
bercahaya
Pigmen rambut kurang/hilang shg timbul uban (kanitis)
Kanitis bawaan Æ pd pasien albino
Kanitis senilis Æ pd usia menua
Kanitis prematur Æ timbul pd usia yg lebih muda
White forelock Æ uban hanya pd jambul di dahi, spt pd sindrom Warrdenburg
WAJAH
Warna wajah : pucat, ikterus, sianosis, dll
Keadaan lain
Ruam malar/Butterfly rash Æ SLE
Facies leonina Æ lepra
Ekspresi wajah
Mulut menganga, dagu sedikit ke belakang Æ Pembesaran kelenjar adenoid
Fasies Hipocratic (wajah spt org susah, mata cekung, kulit kering, telinga dingin) Æ
Dehidrasi
Muka topeng/tnp ekspresi Æ Parkinsonisme
Tdk dapt menutup mulut & tersenyum krn kulit tipis & tegang Æ Skleroderma
Muka setan/risus sardonikus (spasme tonik pd otot-otot wajah shg alis terangkat, sudut mata
luar tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke samping) Æ Tetanus
Hipertelorisme, telekantus Æ Sindroma Down
Asimetri muka Æ paralisis N.VII, msl pd Bells Palsy
Tanda Chovstek (kontraksi pd sudut mulut/sekitar mata bila diketok pd garis antara sudut
mulut dg telinga) Æ Spasmofilia
Otot-otot wajah bergerak scr spontan tak terkendali Æ Tic fasialis
Px sensibilitas wajah (N. Trigeminus)
Fungsi sensorik
Ramus oftalmik Æ dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus paranasal, sebagian mukosa
hidung
Ramus maksilaris Æ rahang atas, bibir atas, pipi, palatum durum, sinus maksilaris,
mukosa hidung
Ramus madibularis Æ rahang bawah, gigi bawah, bibir bawah, mukosa pipi, 2/3 bagian
depan lidah, sebagian telinga luar & selaput otak
10
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
MATA
Px mata dg inspeksi, palpasi, dan bantuan alat spt pen-light, funduskopi, peta Snellen
Berbagai keadaan mata
Eksoftalmus Æ bola mata menonjol ke luar
Enoftalmus Æ bola mata tertarik ke dalam
Strabismus/juling Æ proyeksi rangsang optik di kedua mata tdk sesuai shg kedudukan bola
mata abnormal
S. konkomitans/nonparalisis : kerusakan saraf penggerak mata
S. paralisis : kelumpuhan saraf penggerak mata
S. divergen : kedudukan mata cenderung melihat ke lateral
S. konvergen : kedudukan mata cenderung melihat ke medial
Nistagmus Æ gerakan mata yg berjalan scr ritmis, mula2 lambat bergerak ke satu arah, lalu
dg cepat kembali ke arah posisi semula, dihubungkan dg gangguan susunan vestibular
Nistagmus yg tdk ritmis (pendular) : tanpa komponen gerak cepat atau lambat
Deviation conjuge Æ kedudukan kedua bola mata selalu melihat ke satu jurusan
Pe (+/-) tek bola mata
Naik Æ Glaukoma
Turun Æ Dehidrasi
Kelopak
Ptosis Æ kelopak mata tamak jatuh (lumpuh m.levator)
Xantelasma Æ bercak kuning pd kulit kelopak mata akibat peninggian kadar lemak darah
Blefaritis Æ radang kelopak mata
Edema Æ kelopak mata bengkak
Perdarahan Æ akibat trauma dsb
Pupil
Isokor Æ kedua pupil sama besar & bentuknya
Miosis Æ pupil mengecil
Midriasis Æ pupil membesar
Px refleks pupil thd cahaya
Konjungtiva
Pinguekula Æ bercak putih kekuningan berjalan pd kedua sisi kornea
Flikten Æ nodul2 kecil, warna abu-abu agak kuning
Bercak bitot Æ bercak segitiga pd kedua sisi kornea, pucat keabuan
Radang Æ warna merah, keluar air mata, kdng sekret
Anemia Æ warna pucat
Kornea
Xeroftalmia Æ keadaan lanjut krn avitaminosis A, kornea kering, kesan lunak
Arkus (anulus) Æ garis lengkung putih keabuan melingkari kornea
Ulkus Æ perselubungan spt awan
Lensa
Katarak Æ lensa keruh spt awan
Sklera Æ diperiksa ikterus tidaknya
Fundus
Retinopati
Edema papil hanya dpt ditemukan dg
Hemoragi funduskopi
11
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
TELINGA
Px telinga dg inspeksi, palpasi, dan alat
Daun telinga
Tofi/benjolan keras (pd gout)
Liang telinga
Selaput/gendang telinga
Nyeri tekan di proc.mastoideus (mastoiditis)
Tes pendengaran : berbicara keras atau berbisik, garpu penala, arloji, audiometer
Bedakan tuli akibat gangg hantaran atau gangg saraf
Uji garpu tala dg frek 512 Hz atau 1024 Hz
Tes Rinne
Membandingkan hantaran suara melalui tulang (diletakkan di proc.mastoideus) dg
melalui udara
Jika masih terdengar Æ normal atau ada tuli saraf (Rinne +)
Jika tidak terdengar lg Æ tuli konduktif
Tes Weber
Garpu tala diletakkan di puncak kepala
Normal jika terdengar sama kuat di kedua telinga
Jika terdengar lebih keras pd salah satu telinga Æ lateralisasi (kanan/kiri)
Jika terdengar di telinga yg sehat sj Æ tuli saraf
Jika terdengar di telinga yg tuli sakit Æ tuli konduksi
Tes Schwabach
Membandingkan fungsi pendengaran pasien dg fungsi pendengaran pemeriksa yg normal
Garpu tala diletakkan di proc.mastoideus pasien smp tdk terdengar lg, lalu dipindah ke
proc.mastoideus pemeriksa,
• Bila pemeriksa msh mdengar Æ Schwabach memendek
• Bila pemeriksa tdk mdengar Æ pemeriksaan dibalik
Px dibalik, yaitu pemeriksa lebih dulu diperdengarkan dg garpu tala
• Bila pasien msh mdengar Æ Schwabach memanjang
• Bila pasien jg tdk mdengar Æ Schwabach sama dg pemeriksa
HIDUNG
Px hidung dg inspeksi, palpasi, dan alat (rinoskopi)
Bagian luar : tulang rusak krn lues (saddle nose), kusta, atau lupus
Septum : adakah terdapat deviasi
Selaput lendir : adakah penyumbatan, perdarahan, atau ingus dalam lubang hidung
12
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
PEMERIKSAAN LEHER
Px leher
M. sternokleidomastoideus
Trakea
Manubrium sterni
Arteri/vena/kelenjar yg ada di sekitar leher
BENTUK LEHER
Leher panjang Æ badan ektomorf, kahektis, atau os TB paru yg lama
Leher pendek & gemuk Æ badan endomorf, obesitas, sindrom Cushing, miksedema, kretinisme
Leher bersayap (webed neck) Æ sindrom Turner
OTOT-OTOT LEHER
Px m.sternokleidomastoideus Æ Os menengok ke kiri & kanan
Px m.trapezius Æ perhatikan posisi bahu
Kontraksi otot berlebih akan mengakibatkan kepala & leher berdeviasi & berputar Æ tortikolis
13
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
KGB LEHER
Perhatikan ukuran, nyeri/tdk, konsistensi, melekat di dasar atau di kulit
5 daerah penyebaran KGB ;
1. Di segitiga submental & submandibula
2. Di 1/3 atas dan tmsk KGB jugularis sup, kel digastrik, dan kel servikal pst
3. KGB jugularis di antara bifurkasio karotis dan persilangan m.omohioid dg
m.sternokleidomastoideus & batas post m.sternokleidomastoideus
4. Grup KGB di daerah jugularis inferior & supraklavikula
5. KGB di segitiga post servikal
KELENJAR TIROID
Perhatikan ukuran, konsistensi, nyeri tekan/tdk
Palpasi dari belakang os, lalu os disuruh menelan
Perkusi sternum atas
Adakah bising (menunjukkan bnyk vaskularisasi), stridor
Pembesaran tiroid Æ struma
Struma nodosa atau struma difusa
Struma toksik atau struma non-toksik
Tanda Penberton Æ kemerahan/sianosis pd muka jk os mengangkat tangan ke atas kepala, hal ini
akibat adanya sumbatan akibat struma retrosternal
ARTERI KAROTIS
Perabaan denyut a.karotis kanan
Dg ibu jari tangan kiri yg diletakkan disamping laring dekat m.sternokleidomastoideus
Diraba dari belakang dg menggunakan empat jari pemeriksa pd tempat yg sama
TRAKEA
Letak trakea (di tengah/bergeser/tertarik ke samping)
Palpasi trakea Æ letakkan jari tengah pd suprasternal notch, lalu scr hati2 geser jari ke atas dan
agak ke belakang smp trakea teraba
14
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Proyeksi percabangan trakea di anterior rongga dada terletak di daerah setinggi angulus sternalis dan
di bagian posterior terletak setinggi proc.spinosus VT ke 4
15
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
INSPEKSI
Umum, perhatikan :
Bentuk dada (iga, sternum, columna vertebralis)
Adanya deviasi, spt deviasi trakea
Ruang interkostal (mencembung, mencekung)
Pulsasi (iktus kordis)
Ada/tdknya Bendungan venosa
Ada/tdknya massa
Gerak napas simetris/tidak
Ada tidak retraksi/tarikan (intercostal, suprasternal, epigastrial)
Bentuk dada
Normal
Dada paralitikum
Dada emfisema (Barrel shape)
Pectus excavatum (funnel chest)
Pectus carinatum (pigeon chest)
Kifosis, Lordosis, skoliosis
16
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
17
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
PALPASI
Letakkan kedua telapak tangan pd bagian depan dada Æ
Os diminta menarik napas Æ Rasakan gerakan dada, bandingkan kanan/kiri Æ Lakukan juga pd
bagian belakang dada
Vokal fremitus dpt dirasakan dg palpasi Æ Os diminta mengatakan angka 88 Æ Lakukan juga
pd bagian belakang dada
PERKUSI
Menentukan batas-batas, ukuran, posisi, dan kualitas paru
Mengetahui adakah udara, cairan, atau massa padat di dalamnya (sedalam 5-7 cm saja)
Bagian depan (os berbaring)
o Bandingkan kanan & kiri
o Perkusi scr sistematis dari atas Æ bawah
o Perhatikan posisi jantung
o Perkusi scr dalam daerah fossa supra klavikula
o Perkusi mulai dari ketiak (Os mengangkat kedua tangan)
o Tentukan garis tepi hati
18
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
AUSKULTASI
Os diminta menarik napas pelan-pelan dengan mulut terbuka
Lakukan auskultasi secara sistematis. Dengarkan tiap kali scr lengkap satu periode inspirasi &
ekspiirasi
Bandingkan kanan & kiri
Mulailah di daerah depan di atas klavikula
Lalu teruskan ke sisi-sisi dinding
Lakukan auskultasi di bagian belakang dada, mulai dari atas ke bawah
Perhatikan jika ada perubahan suara & tentukan lokasinya
19
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
SUARA NAPAS
Suara yg dihasilkan oleh arus udara yg mengalir melalui saluran2 pernapasan
Suara napas yg terdengar berbeda-beda kualitas frekuensi, fase, letak, dan durasinya.
Perbedaan ini timbul akibat proses peredaman & penyaringan suara oleh jaringan yg dilalui o/
udara pernapasan. Sehingga yg didengar pd wkt px auskultasi adalah suara lembut dg frekuensi
rendah pd wkt inspirasi & akan melemah & lalu menghilang pd awal ekspirasi (suara veRuang
Interkostaluler)
Vesikular
Terdapat pd paru normal
Bernada rendah sesuai dg sifat jar paru sbg “selective transmitter”
Suara inspirasi bernada rendah, suara ekspirasi terdengar lebih lemah
Fase inspirasi lebih lama drpd fase ekspirasi
Fase inspirasi & ekspirasi bersambung (tdk ada “silent gaps”)
Dihasilkan oleh udara jalan napas di alveoli
Bronkial
Tidak terdapat pd paru normal
Terdapat alveoli yg terisi eksudat atau konsolidasi tp limen bronkus atau bronkial masih
terbuka
Inspirasi bernada tinggi, ekspirasi nadanya lebih tinggi
Fase ekspirasi lebih lama drpd fase inspirasi
Antara inspirasi & ekspirasi terdapat “silent gaps” (suara terputus)
Normal dapat terdengar di atas manubrium & daerah interskapular
Suara ini dpt terdengar pd daerah konsolidasi atau bagian atas daerah efusi pleura
Bronko-vesikular/Vesiko-bronkial
Bunyi yg terdengar antara vesikular dan bronkial
Inspirasi & ekspirasi jelas seluruhnya
Nada yg tinggi
Tidak ada “silent gaps”
Terdapat pd daerah paru yg dekat dg bronkus atau pd bagian paru yg kehilangan sifat
“selective transmitternya”
Normal pd ICS I dan II dan antara scapula di belakang, ini terletak di dekat carina & bronkus
utama
20
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Amforik
Bila terdapat kavitas besar yg letaknya perifer & berhub terbuka dg bronkus
Terdengar spt tiupan dalam botol kosong
Ronki kering
Suara napas kontinu, bersifat musical, dg frekuensi yg relatif rendah, terjadi oleh getaran dlm
lumen sal napas akibat penyempitan
Terdapat pd mukosa atau adanya sekret kental
Terdengar lebih jelas pd ekspirasi walaupun pd inspirasi sering terdengar
Dpt didengar di semua bronkus, makin kecil diameter lumen, makin keras bunyinya
Wheezing Æ ronki kering yg tinggi nadanya & panjang
Wheezing
Petunjuk adanya obstruksi saluran napas, biasanya pd bronkus kecil
Bernada tinggi, musikal, terdengar pd satu saat & mudah diingat
Lebih dominan pd ekspirasi & disertai dg memanjangnya suara napas ekspirasi, namun pd
keadaan berat dpt terdengar saat insp/ekspirasi
Jika obstruksi tjd di laring atau trakea, mk tjd stridor inspirasi (terdengar lebih keras atau
sama keras drpd stridor ekspirasi)
Khas pd serangan asma, namun jg sering pd bronkitis menahun
Ronki basah
Suara berisik dan terputus akibat aliran udara yg melewati cairan
Umumnya terdengar pd inspirasi
Ronki basah halus, sedang, atau keras tergantung besarnya bronkus yg terkena
Ronki basah halus tjd krn adanya cairan pd bronkiolus, sdngkn yg lebih halus lg berasal dari
alveoli yg sering disebut krepitasi (terutama dpt didengar fibrosis paru)
Sifat ronki basah dapat bersifat nyaring (bila ada infiltrat) ataupun tidak nyaring
Hippocrates succussion
Suara cairan pd hidropneumotoraks yg terdengar bila si pasien digoyang-goyangkan
21
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Krepitasi
Suara membukanya alveoli
Normal dpt terdengar di belakang bawah & samping pd wkt inspirasi yg dalam sesudah
istirahat telentang bbrp wkt lamanya
Patologis pd pneumonia lobaris
Keluhan Lain
Dyspnea akut
Dyspnea menahun yg progresif
Sesak napas paroksismal berulang (recurrent paroxysmal dyspnea)
Nyeri pleuropulmonal
Nyeri trakeobronkial
Nyeri kardiovaskuler
Nyeri esofagus & mediastinal
Nyeri neuromuskuloskeletal
Neuritis interkostal
Keluhan Umum
Demam Suara parau
Nafsu makan turun Nyeri betis & rasa lemas
BB turun Eritema nodosum
Keringat malam Bengkak pd muka
Sakit kepala Nyeri lengan & bahu
Somnolen Poliarthralgia
Cemas & gelisah, Bersin, rhinorrhea, hidung buntu, & gatal pd mata
22
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Tekanan Darah
Cara :
Palpasi u/ mencegah salah ukur akibat menghilangnya bunyi pd auskultasi
Auskultasi
Tekanan sistolik = bunyi pertama yg terdengar (Korotkoff I)
Tekanan diastolik = saat bunyi hilang (Korotkoff V)
Perbedaan tek sistolik dan diastolik disebut tek nadi
Faktor yg mempengaruhi hasil : lebar manset, posisi pasien, emosi pasien, kurang istirahat,
rokok
Pd hipertensi, harus diukur jg tek darah pd semua ekstremitas
23
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Peredaran Darah
Darah masuk V.cava sup dan inf Æ atrium kanan Æ ventrikel kanan Æ a. pulmonalis (di paru) Æ
tjd pertukaran O2 dan CO2 Æ v.pulmonalis Æ atrium kiri Æ ventrikel kiri Æ aorta Æ seluruh tubuh
Inspeksi Jantung
1. Bentuk dada :
o Ø transversal : anteroposterior 2:1 simetris
o Dada paralitik ◊ dada kecil
o Dada emfisema (Barrel shape)◊ dada mengembang
2. Kelainan bentuk :
Kifosis
Skoliosis
Pectus excavatum (dada n tl sternum cekung ke dalam)
Pectus carinatum/ Voussure cardiaque (penonjolan setempat yang lebar di daerah
prekordium, di antara sternum dan apeks kordis)
24
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Palpasi Jantung
1. Palpasi umum
Melekatkan seluruh telapak tangan pada dinding thorak dengan lembut
a. Apex kordis
b. Ventrikel kanan (sternum kiri ICS 3,4,5)
c. Daerah epigastrium
d. ICS 2 kiri
e. ICS 2 kanan
PULSASI
Kadang bila pulsasi tidak ditemukan pada inspeksi, dpt ditemukan secara palpasi Æ kuat
angkat, frekuensi, kualitas
Pulsasi seperti menggelombang di bawah telapak tanganÆ ventrikular heaving
Pulsasi lebar dan bersifat pukulan-pukulan serentak Æ ventrikular lift
GESEKAN PERICARDIAL (PERICARDIAL FRICTION RUB Æ gesekan yang sinkron dgn denyut
jantung dan tidak berubah menurut pernafasan
VIBRASI Æ getaran
2. Palpasi Khusus
ujung jari tgn II,III,IV dgn tek.ringan u/apeks kordis :
a. Lokasi : normal ICS 4/5 LMC kiri
b. Diameter : normal 1-2 cm
c. Amplitudo : normal spt tepukan ringan
d. Durasi iktus kordis : normal 2/3 pertama sistole
Bila belum dapat Æ ekspirasi maksimal dan menahan nafas
Perkusi Jantung
Tujuan :
U/ mendapatkan informasi batas-batas, ukuran dan posisi jantung
U/ mengetahui apakah organ berisi udara, cairan/massa padat. Tapi, hanya menembus 5-7
cm, sehingga tidak dapat mendeteksi lesi lebih dalam.
25
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Auskultasi Jantung
Menggunakan stetoskop Æ 2 macam
1. Bentuk sungkup/ bel Æ nada rendah, di daerah mitral n trikuspid
2. Bentuk diafragma Æ nada tinggi, di daerah aorta
26
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Memakai stetoskop
- arah “tip ear piece” ke anterior
Pasien berbaring terlentang
- ujung “bel chest piece” Æ apeks jantung
Pusatkan & kenali S1 (intensitas,ada tidaknya splitting)
Pindah ke daerah lain dgn masih mendengarkan S1
ujung “diaphragma chest piece” Æ basis jantung
Minta pasien bernafas tenang, & tiba-tiba dalam
Pusatkan perhatian pada S2 (Splitting?, kapan? Lebar? Apa ber(-)/hilang saat ekspirasi?)
Bedakan S1 dan S2 sambil palpasi denyut a. carotis
Bila splitting tetap tjd wkt ekspirasi, lakukan lagi dalam posisi duduk,dan dengarkan dgn
pasien melakukan manuver valsava (mengejan)
Dengar apakah ada suara ekstra seperti suara pancaran atau systolic clicks.
Perhatikan lokasi, waktu, intensitas dan efek respirasi pd suara
Dengar apakah ada suara ekstra pd diastole spt S3 & S4 atau opening snap
Perhatikan lokasi, waktu, intensitas dan efek respirasi pd suara
Dengar apakah ada bising sistolik
Bila ada, Perhatikan waktu, bentuk, intensitas, kualitas, lokasi dan penjalaran
Sedikit miring ke kiri
Tempel sisi bel stetoskop ke apeks
Dengarkan S3, S4, dan bising mitral(stenosis mitralis)
Minta pasien duduk, sedikit bungkuk ke depan, ekspirasi maksimal, tahan nafas
Tempel sisi diafragma di sepanjang tepi kiri sternum scra periodik agar pasien bernafas.
Dengarkan bising aorta (regurgitasi aorta)
Bunyi Jantung
Hal-hal penting :
Lokalisasi dan asal bunyi jantung
Menentukan BJ I dan BJ II
Ada tidaknya BJ III dan BJ IV
Intensitas dan kualitas bunyi
Irama dan frekuensi BJ
Bunyi jantung lain yang menyertai BJ utama
Menentukan BJ I dan BJ II
BJ I (S1) : Katup mitral dan trikuspid tertutup, sedang katup aorta dan a.pulmonalis terbuka
(tek.sistole). Bertepatan dgn pulsasi a. carotis
BJ II (S2) : Katup aorta & a.pulmonalis tertutup sedang Katup mitral dan trikuspid terbukaÆ
terdengar satu suara saat ekspirasi, pecah jadi 2 saat inspirasi
Fase sistolik : fase antara BJ I dan BJ II Æ pompa darah dari ventrikel ke paru dan seluruh tubuh
Fase diastolik : fase antara BJ II dan BJ I Æ pompa darah ke ventrikel dari atrium
Fase diastolik > fase sistolik
27
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
28
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
29
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Cara Pemeriksaan
Syarat :
1. Penerangan memadai
2. Pasien rileks :
a. VU kosong
b. Terlentang, bantal di bwh kepala dan lutut
c. Kedua lengan di samping badan
d. Tangan pemeriksa hangat, kuku dipotong pendek
e. Meminta pasien menunjuk daerah yang sakit, dan periksa daerah tersebut terakhir
f. Lakukan pemeriksaan perlahan, jgn cepat & tiba-tiba
g. Ajak pasien bicara
h. Bila pasien geli, mulai dgn menggenggam tgn pasien Æ pelan-pelan bergeser u/palpasi
h. Monitor dgn memperhatikan ekspresi pasien
3. Daerah abdomen harus terbuka
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Pemeriksaan rektum
Teknik khusus
30
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Inspeksi Abdomen
Pemeriksa berada di sebelah kanan abdomen
Perhatikan :
1. Kulit : apakah ada Ruang interkostalatriks, striae (wrn ungu pd sindroma Cushing), vena yg
melebar (sirosis hepatis), bendungan vena cava inferior, rash atu lesi kulit lainnya.
2. Umbilikus : lihat bentuk, lokasi, dan tanda inflamsi atau hernia
3. Bentuk permukaan abdomen
• Datar (normal)
• Scaphoid (normal malnutrisi)
• Protuberant (ingat 6F yaitu fat/gemuk, fluid/asites, feces, flatus, fetus, fatal growth)
• Protuberant dgn eversio umbilicus (asites kronis, obesitas dgn hernia umbilicus)
• Distensi abdomn setengah bagian bawah (kehamilan, VU, tumor, ovarium, fibroid)
• Distensi abdomen setengah bagian atas (dilatasi gaster, kista pancreas, hepar lobus kiri)
Letakkan lampu pd salah satu sisi shg terbentuk bayangan pd permukaan abdomen
4. Garis bentuk pinggang : konkaf, datar, atau menggembung
5. Simetri dinding abdomen
6. Pembesaran organ
7. Massa : konsistensi, nyeri tekan, permukaan (teratur atau licin), ukuran, mobilitas (termasuk dg
gerakan respirasi), lokasi, hasil perkusi, transiluminasi (lebih menunjukkan adanya
kandungan cairan atau gas ketimbang jaringan padat)
8. Peristaltik : amati bbrp menit apabila Anda mencurigai adanya obstruksi usus, pd org yg kurus
kadang terlihat peristaltik normal
9. Pulpasi
31
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Auskultasi Abdomen
Memberikan informasi mengenai gerakan udara dan cairan dalam saluran cerna
Suara normal : clicks dan gurgles dgn frekuensi 3-35 per menit. Borbrygmi (gurgles yg panjang)
Mendengarkannya pada satu tempat saja Æ disebarkan ke seluruh abd.
Berubah pada diare, sumbatan usus, ileus paralitikus, peritonitis
Pada hipertensi Æ periksa epigastrium kuadran kanan dan kiri adanya bising
Bunyi usus (-) = ileus paralitik
Bunyi arus denting nada tinggi (borborigmi) = obstruksi usus akut dini
Perkusi Abdomen
U/ memperkirakan ukuran hepar, lien, adanya asites, massa padat/kistik, udara dalam lambung/usus
32
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Palpasi Abdomen
Palpasi ringan : u/mengetahui ketegangan otot, nyeri tekan abd, dan beberapa organ
superficial
Posisi tangan dan telapak ujung jari bersama-sama menekan dgn lembut dan ringan
Palpasi dalam : u/memeriksa massa di abd dgn mengg.ujung jari
Tentukan : lokasi, bentuk, konsistensi, mobilitas, terasa nyeri tekan
Massa abd : fisiologis (hamil), inflamasi (divertikulitis kolon), vaskular (anuerisma aorta),
neoplastik (uterus myomatosa) atau obstruktif (kandung kencing yang teregang)
33
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Hepar :
Letakkan tangan kiri di belakang costae XI dan XII
Minta pasien rileks
Dorong hepar ke depan
Raba dengan tangan kanan
Ujung jari di bwh daerah redup hepar
Tekan dgn lembut ke arah dalam dan ke atas
Pasien bernafas dalam-dalam
Rasakan sentuhan hepar pada jari
Kendurkan tekanan jari
Hepar dapat meluncur
Batas hepar normal lunak, tegas dan tidak berbenjol.
Teknik mengait : letakkan kedua tangan bersebelahan di batas bawah redup hepar
Batas atas : garis yang lewat tepat di bawah papilla mammae;
batas bawahnya : dari ujung kosta X kanan ke suatu titik tepat di bawah pailla kiri
34
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
35
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Vesica fellea :
- Tidak pernah teraba pd org yg sehat
- Lakukan palpasi dgn hati-hati 3-4 cm di bawah tepi hepar pd linea midclavicularis untuk
menemukan suatu massa yg globuler, mobile dan kenyal. Gerakkan tangan Anda ke arah medial
jk belum teraba. Penyebab yg sering pd pembesaran kandung empedu yg teraba adalah :
obstruksi biliaris ekstrahepatik akibat malignitas (tanda dari Courvoisier), kolesistitis akut,
empiema, dan hydrops
Lien :
Letakkan tgn kiri mengangkat costae bag bwh sebelah kiri pasien
Tangan kanan di bwh arcus costae
Lakukan tekanan ke arah lien
Palpasi daerah yg cukup rendahÆ pembesaran lien
Minta pasien bernafas dalam
Rasakan sentuhan lien pada ujung jari
Adakah nyeri tekan, bagaimna permukaannya
Ulangi pemeriksaan pd posisi miring ke kanan, tungkai fleksi pada paha dan lutut
Gaya gravitasi menyebabkan terdorong ke depan, dan ke kanan sehingga mudah teraba
36
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Ginjal Kanan :
Letakkan tgn kiri di belakan pasien (costae XII) dgn ujung jari menyentuh sudut
costovertebral
Angkat dan dorong ginjal kanan ke depan
Tgn kanan di kuadran kanan atas
Minta pasien bernafas dalam
Tekan tgn kanan dalam-dalam
Coba untuk menangkap ginjal antara kedua tangan
Pasien buang nafas
Lepaskan tekanan dan rasakan ginjal ke posisi awal
Tentukan ukuran dan ada/tidak nyeri tekan
Ginjal kiri :
Pindah ke sebelah kiri pasien
Gunakan tgn kanan u/ menyangga
Tgn kiri u/meraba kuadran kiri atas
Lakukan pemeriksaan spt ginjal kanan
Normal : jarang teraba
37
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Gaster :
Tidak pernah teraba pd org normal
Colon Transversum :
Struktur ini kadang teraba baik dlm keadaan sehat maupun sakit. Pd palpasi teraba suatu massa
transversal yg menyerupai usus, lembek dan tdk nyeri tekan, massa ini bisa diputar ke atas dan ke
bawah
Caecum :
Tempatkan tangan Anda scr melintang (oblique) dgn mengarah pd umbilicus. Tangkupkanlah jari-
jari tangan Anda dgn halus dan lakukan palpasi yg dalam. Kita sering dpt sedikit memutar caecum.
Caecum acapkali teraba pd org sehat atau pd colitis aktif kalau bagian ini terisi dgn kotoran yg sulit
dikosongkan. Carcinoma kadangkala teraba dan mungkin sukar dibedakan dgn kotoran/tinja.
Colon sigmoid :
Letakkan tangan Anda scr oblique dgn mengarah kpd sendi paha kiri. Tangkupkanlah jari-jari tangan
Anda dan lakukan palpasi dgn kedalaman yg sedang. Sigmoid yg normal bentuknya spt usus, keras
dan dpt diputar ke belakang serta ke depan. Dlm keadaan sakit perabaannya sama tetapi sering terasa
lebih lembek. Pd carsinoma bisa teraba keras, tdk teratur, tdk nyeri tekan dan terfiksir.
Vesica Urinaria :
Lakukan palpasi untuk menemukan suatu massa globuler yg keras dgn batas yg bundar. Batas
inferior suatu massa pelvis tidak pernah teraba. Semakin VU mengalami distensi semakin lembek
VU tsb. VU normal yg penuh bisa diraba. Volume maksimum VU sekitar 700 ml.
Pancreas :
Organ ini tdk pernah teraba pd org normal.
38
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
2. Tes undolasi
minta asisten u/menekan kedua tangannya pada mid line abd
Ketok satu sisi abd
Rasakan pada sisi yang lain getaran oleh cairan asites
3. Posisi siku-lutut
Penderita dibaringkan telungkup selama bbrp menit. Kemudian disuruh bangkit dengan
menggunakan tangan dan lututnya. Lakukan perkusi dari bagian samping perut ke arah garis
tengah dan berilah tanda pd batas-batas kepekatan. Kini balikkan penderita hingga telentang,
bagian yg tadinya pekak skrng menghasilkan suara resonan/sonor pd perkusi
39
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Pemeriksaan Payudara
40
Dina Mara Diana & Andirezeki Riswanti Perkamen DiMiDiaRiki
Ballottement
Teknik ini berguna untuk mengetahui adanya asites. Letakkan tangan Anda pd permukaan abdomen
dg sudut 45o. Lakukan penekanan scr tajam ke arah organ atau massa, kemudian posisi ini
dipertahankan. Struktur yg mobile akan terdorong menjauhi ujung jari tangan tetapi kemudian
mengapung kembali dan menyentuh ujung jari tangan tersebut.
41